aik

Upload: irmayanti-toalib

Post on 08-Jan-2016

230 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

jjjj

TRANSCRIPT

BAB IPENDAHULUAN

A. Latar belakangMadzhab syafii merupakan madzhab yang mayoritas dianut oleh umat islam indonesia. maka, mengetahui, memahami, sejarah pemikiran sangat berperan penting dalam proses istimbatul hukum. karena itulah kami merasa terketuk untuk mengangkat kepermukaan seputar madzhab imam syafii.B. Rumusan Masalaha) Bagaimana biografi imam syafii ?b) Bagaiman pokok-pokok pemikiran madzhab imam syafii ?c) Contoh pendapat imam syafiid) Bagaimana Perkembangan madzhab syafie?C. Tujuan1. Dapat mengetahui kepribadian imam syafii2. Mengetahui pokok pemikiran serta metodologi istimbat hukum madzhab imam syafii3. Latihan menulis4. Memenuhi tugas mata kuliah sejarahhukumislam

BAB IIPEMBAHASAN

A.Riwayat hidup imam asy-syafieNama lengkapnya adalah Abdullah Ibn Muhammad Ibn Idris Ibn Al Abbas Ibn Ustman Ibn Syafi Ibn As-Saib Ibn Ubaid Ibn Abdul Yazid Ibn Hasyim Ibn Abdul Muthollib Ibn Abdul Manaf. lahir tepat pada tahun wafatnya imam abu hanifah [tahun 150 H]dan wafat di mesir tahun 204 H.[1]Sebagian besar riwayat menyebutkan bahwa imam syafie lahir di daerah Ghazzan, syam [palestina] dari keturunan Quraisy dan nasabnya bertemu dengan Nabi Muhammad pada kakeknya abdul manaf beliau dilahirkan dalam keadaan yatim ketika masih kecil sang imam dibawah ibunya ke mekkah . ketika itu usianya baru dua tahun , beliauberkata ketika itu saya yatim , ibu saya tidak punya harta, kehidupannya yang pahit ini tampaknya membuat imam syafie gigih belajar. Dalam usia yang masih kecil beliau telah hafal Al-quran. Sesudah itu itu beliau menghafal hadist-hadistNabi, dan berguru langsung pada ahli hadist kota mekkah.yaitu sufyan bin uyainah dan muslim bin Khalid. beliau juga tekun dalam mempelajari bahasa arab, bahkan karena minatnya yang sedemikan besar pada bidang ini membawanya selalu berkelana lepelosok-pelosok pedesaan. Sehubungan dengankecendrungan ini. Imam syafi;e berkata; saya lamahidup ditengah-tengah masyarakat huzail yang terkenal fasih dalam bahasa arabketika kembali ke mekkah, sayapunya felling sastra yang dalam. ibnu kastir dalam salah satu keterangan nya menyebutkan bahwa imam syafie hidup di tengah-tengah masyarakat desa Huzailyang terkenal fasih dalam bahasa arab selam sepuluh tahun.Barangkali hal inilah yang menyebabkan imam syafie ahli dalam bidang puisi dan sastra serta mempunyai kemampauan yang tinggi dalm menyusun bahasa yang indah. Bidang itu pula yang mula-mula digeluti oleh imam syafie ketika dinajran, yaman, dan mendapat sambutan baik dari gubernurnya.Tetapi gurbernur ini jugalah yang dikemudian hari menuduhnya bersama Sembilan orang lainnya sebagai pelaku tindak subfersiv menentang pemerintahan abbasiyah dan secara diam diam membela kelompok alawiyyin. Sembilan orang itu akhirnya dihukum mati, sedangkan imam syafiI sendiri mendapat pengampunan kholifah Harun Ar-Rasyid lantaran Harun sangat mrngagumi ilmu dan kecerdasan imam syafie dalam bertutur kata.Dalam masalah fiqih, mula-mula beliau belajar kepada syeikh muslim bin kholid al-zinji hingga mendapat kesaksian dari syekhnya ini untuk memberikan fatwa. Saat itu imam syafieberumur 15 tahun. Ya Abu Abdillah kata al-zinji menyebut panggilan imam syafie, sudah sampai waktumu untuk memberi fatwa. Imam Syafiememang telah sampai pada tingkat itu, tetapi kemauannya yang keras untuk terus menuntut ilmu membuatnya tidak berhenti hingga disitu saja. Ilmu memang tidak terbatas dan bertebing. Karenanya, semakin dalam kita menyelaminya semakin tau kita akan kedalamannya, atau meminjam imam syafie setiap kali ilmuku bertambah, bertambah pula kebodohanku.Ketika mendengar kealiman imam malik dengan buku monomentalnya, muwatto di madinah, imam syafiemembatalkan untuk menuntut ilmu ke yasrib. Sebelum berangkat ke madinah ia meminjam kitab muwatto kepada salah satu temennya dimakkah dan menghafalkannya dalam jangka waktu 9 hari. Imam malik benar-benar kagum terhadap kealiman imam syafie dalam ilmu hadist. Yaa Muhammad, bertaqwalah kepada allah, jauhilah segala kemasiatan sesungguhnya Allah telah membersihkan cahaya di hatimu, maka jangan padamkan cahaya itu dengan maksiat, kata imam malik, kagum. Besok kamu dating lagi kemari dan baca apa yang kamu baca sekarang.Menurut pengakuan imam syafie, imam malik sangat mengagumi kemerduan bacaan beliau dan keindahan untaian bahasanya sehingga ia selalu menyuruh, bacalah sekali lagi. Selain kepada imam mallik beliau juga menuntut ilmu kepada imam ibrohim ibnu saat al-anshori, Abdul aziz ibnu Muhammad Ad-Darawardi, Ibrahim ibnu Abi yahya Al-islami, Muhammad ibnu Said ibnu Abi Hudaid, dan Abdullah bin Nafi As-soghir santri Imam ibnu Abi zaab dan pamannya sendiri, Muhammad bin Syafii.Pertama kali beliau belajar pada ulama baghdad yaitu pada tahun 184 H. beliau lebih banyak belajar pada imam Muhammad ibnu Al-hasan, santri imam Abu Hanifah. Dari imam Muhammad inilah kemudian imam syafiI mempelajari semua karya tulis imam Muhammad dan menda;ami secara matang madzhab Hanafiyyah.Ketika dibaghdad beliau belajar kepada imam waqi ibnu Al-jarrah, Abdul Wahhab ibnu Abdul Majid As-saghafi, Abu Usamah Hammad ibnu Usamah Al-qufi, dan Ismail ibnu ilyah, mereka berempat termasuk hafidz penghafal hadist nabi. Imam syafiI bertempat beberapa tahun kemudian beliau kembali ke kota makkah untuk membangun kembali majlid talim yang telah dirintisnya di makkah.Sekitar tahun195 H, beliau kembali lagi ke Baghdad.pada waktu itu beliau berusia 45 tahun. Pada waktu itu beliau sudah menjadi mujtahid dengan metodologi ijtihad mencapai taraf sempurna serta madzhab yang memliki corak tersendiri.Pada perjalanan yang ke-2 kalinya ini beliau memberikan pengaruh yang nyata dalam dunia keilmuan di kota Baghdad. Setelah itu beliau pulang lagi ke makkah, dan pada tahun 198 H. kembali ke Baghdad untuk terakhir kalinya. Dan setelah menetap beberapa bulan saja, beliau kemuadian mementapkan keinginannya untuk pergi ke mesir.Imam syafiemeninggalkan Baghdad setelah madzhabnya menyebar kuas di kota itu. Beliau meninggalkan para pengikutnya, sehingga pada akhirnya merekalah yang meneruskan penyebaran madzhab imam syafiI dan mengarang kitab-kitab as-syafi;i. selanjutnya di kota Baghdad mereka memiliki [pusat kajian madzhab asy-syafie tersendri yang kemudian dikenal dengan nama tharikoh irkiyyin. Imam as-syafietelah banyakmengetahui kpta mesir , jauh hari sebelum sampai disana. Kondisi tersebut beiau ketauhi dari robi sebelum beliau berangkat, robi menginformasikan bahwa penduduk mesir terbagi menjadi 2 kelom[ok. Satu kelompok cendrung ke madzhab malik serta berusaha mempertahankannya, dan klompok yang lain condong mempertahankan madzhab hanafi.Sehubungan dengan hal diatas, imam sy-syafiepernah berkata ; aku berharap pergi ke mesir bila Allah menghendaki, danaku akan membawa sesuatu yang menyibukkan mereka dari kedua madzhab itu.pada akhirnya apa yang beliau menjadi kenyataan.Beliau sangat cinta pada para pengikutnya, dermawan terhadapa mereka, selalu memenuhi kebutuhan serta menolong mereka.Imam asy-syaife menjadi guru dari banyak orang. Memiliki banyak murid di baghdad, di mesir bahkan di daerah khurasan. meliau menulis lebih dari 30 judul kitab, mayoritas karya beliau bisa kita nikmati dalam bentuk cetakan, meskipun sebagian karya beliau da yang belum diemua n sampai saatini. B. Guru dan Murid Iman al-SyafiiSeperti telah disinggung, di Madinah, al-Syafii berguru kepada Imam Malik dan di Kufah berguru kepada Muhammad ibn al-Hasan al-Syaibani yang beraliran Hanafi. Imam Maliki merupakan puncak tradisi Madrasah Madinah(hadis), dan Abu Hanifah adalah puncak tradisi madrasah madrasah kufah (rayu). Dengan demikian, al-Syafii dapat dikatakan sebagai sintesis antara aliran kufah dan aliran madinah.Disamping itu, al-Syafii berguru kepada beberapa ulama selama tinggal di Yaman, Mekah, dan kufah. Di antara ulama Yaman yang menjadi guru Imam al-syafii adalah (1) Mutharraf ibn Mazim; (2) Hisyam ibn Yusuf; (3) Umar ibn Abi Salamah; dan (4) Yahya ibn Hasan.Selama tinggal di Mekah, Imam Al-syafii belajar kepada beberapa guru terkemuka. Di antara ulama Mekah yang menjadi guru Imam Al- Syafii adalah (1) Sufyan ibn Uyainah; (2) Muslim Ibn Khalid Al- Zanji; (3) Said ibn Salim al- Kaddah; (4) Daud ibn abd al-Rahman al- aththr; dan (5) abd al-aziz ibn Abi Zuwad.Al- Syafii juga memiliki murid yang pada periode berikutnya mengembangkan ajaran ajaran fikihnya; bahkan ada pula yang mendirikan aliran fikih tersendiri. Di antaranya Al- Zafarani, al- Kurabisyi, abu tsaur, ibn hambal al-Buthi, al-muzani, al-rabi al- muradi di mesir, dan abu Ubaid al-Qosim ibn Salam al- Luqawi di Irak. (Ahmad Amin, II,t.th :222).Dalam peta aliran pemikiran fikih sunni, Imam al-Syafii merupakan ulama sintesis dari dua aliran yang berbeda, yaitu aliran Irak dan aliran Madinah. Dalam menguasai fiqih madinah, ia berguru langsung kepada Muhammad ibn al-Hasan al-syaibani yang merupakan pelanjut fikih hanafi. Di samping itu, ia mempelajari ilmu fiqih al- Auzai dari Umar ibn Abi salamah, dan mempelajari fiqih al- laits dari yahya ibn hasan. (T.M. Hashbi ash- Shiddiqi, II, 1973:241). Selanjutnya, mengenai guru dan murid Imam al- syafii,1. Guru-guru Imam Syafii Imam Syafii menerima fiqh dan Haditsdari banyak guru yang masing-masingmempunyai manhaj sendiri dan tinggaldi tempat-tempat yang berjauhan satusama lainnya. Ada di antara gurunyayang Mutazili yang memperkatakan ilmu kalam yang tidak disukainya. Dia mengambil mana yang perlu diambildan dia tinggalkan mana yang perluditinggalkan. Imam Syafii menerima ilmunya dariulama-ulama Makkah, Madinah, Iraqdan ulama-ulama Yaman. Semula Imam Syafii berguru pada syekhMuslim bin Khalid AzZanji dan beberapaimam Makkah.Kemudian setelah umur 13 tahun ia pergi ke Madinah danberkumpul dengan Imam Malik sampai beliau wafat. Imam Syafii juga mempunyai banyak guru yang ia temui di kota kotabesar ketika ia berkelana. Diantaranya ialah gurunya di Makkah, Muslim bin Khalid AzZanji, Sufyan binUyainah, Said bin Salim Al-Qaddah, Dawud bin Abdurrahman Al-Athar dan Abdul Hamid bin Abdul Aziz bin AbiDawud. Gurunya di Madinah antara lain, Malikbin Anas, Ibrahim bin Saad Al-Anshari, Abdul Aziz bin Muhammad Al-Darawardi, Ibrahim bin Yahya Al-Asami, Muhammad bin Said bin Abi Fudaik danAbdullah bin Nafi Al-Shani. Gurunya di Yaman, Muththarif binMazin, Hisyam bin Yusuf, Hakim Shana (ibukota Republik Yaman), Umar bin AbiMaslamah AlAuzai Dan Yahya Hasan. Gurunya di Irak antara lain, Muhammadbin Al-Hasan, Waki bin Jarra Al-Kufi, AbuUsammah Hamad bin Usamah Al-Kufi, Ismail bin Athuyah Al-Basyri dan Abdul Wahab bin Abdul Majid Al-Basyri. Imam Syafii menerima pelajaran dari tokoh berbagai mazhab. Ia menerimafiqh Malik dari Malik sendiri, Maliklahgurunya yang merupakan bintang, mempelajari fiqh AuzaI dari Umar ibnAbi Salamah, mempelajari Fiqh Al-Laits dari Yahya ibn Hassan dan mempelajari fiqh Abu Hanifah dari Muhammad ibn al-Hassan.Bahkan ia mempelajari fiqh pada tokoh-tokoh Mutazilah, walaupun dalammasalah Itiqad merekatidak menempuh ahlul hadits. Justru semua inilah yang memperluas bidang fiqihnya, memperbanyak materi danmempertebal kamus pengetahuannya. Dengan demikian Imam Syafii dapat mengumpulkanfiqh Makkah, Fiqh Madinah, Fiqh Syam, Fiqh Mesir dan Fiqh Irak.2. Murid-murid Imam SyafiiSebagaimana telah disebutkan di atas bahwa imam Syafii mempunyai banyakguru. Begitu juga murid-muridnya, mereka tersebar di Makkah, Mesir dan sebagian di Baghdad Irak, merekalahyang menyebarkan madzhab gurunya. Diantara murid yang ada di Makkah, antara lain: Abu Bakar al Humaidi, Ibrahim bin Muhammad Abbas, AbuBakar Muhammad bin Idris dan Musa bin Abi al-Jarud.Murid Syafii di Irak, antara lain : alHasan bin Muhammad al- Zafarani (wafat : 260 H), Abu Husain al-Karabisi (wafat : 295H), Imam Ahmad bin Hambal (wafat : 241 H) dan Dawudad-Dhahiri (wafat : 505 H).Sedangkanmuridnya yang di Mesir antara lain : al-Bughaisti (wafat : 270 H), al-Mazani (wafat : 269 H) dan ar-Rabiah (wafat : 270 H). Generasi penerus dan penyebarmadzhab Imam Syafii adalah : Abu Ishaq as-Saerazi (wafat : 478 H) adalah pengarang kitab alMuhadzdzab, Imam Ghazali (wafat : 505 H) pengarangkitab Ihya Ulumuddin dan al- Mustahfa, dan al-Wazid Izzudin ibn Abdi Salam (wafat :660 H0 adalahpengarang kitab Qawaid al-Ahkam FiMasail alAhkam, Muhyiddin an-Nawawi (wafat : 676 H) yang mengarang kitab Fiqh diantaranya Majmu Syarah Muhadzab dan Minhaj athThalibin, Taqiyuddin as-Shabuni (wafat : 765 H), Jalaluddin as-Suyuti (wafat : 791 H), pengarang kitab Asybah wan Nadhair dan kitab Tanwirul Hawalaik syarahkitab al-Muwaththa Imam Malik dan masih banyak lagi yang lainnya.C. Karya karya imam asy-syafieImam Asy-Syafii rahimahullah banyak menghasilkan karya tulis berupa kitab-kitab yang mana sebahagiannya beliau tulis sendiri lalu dibacakan dan dibahaskan kepada masyarakat dan para penuntut ilmu. Manakala sebahagian lagi dikumpulkan dan dibukukan oleh murid dan para pendukung madzhabnya.Dalam mukaddimah al-Majmu Syarah al-Muhadzdzab karya Imam an-Nawawi rahimahullah (Wafat 676 H) disebutkan : Karya-karya asy-Syafii dalam permasalahan ushul dan furu yang belum pernah wujud sebelumnya cukup banyak dan baik. Di antara yang masyhur lagi terkenal adalah kitab al-Umm yang jumlahnya mencapai 20 jilid, kemudian al-Jami al-Muzanni al-Kabiir dan ash-Shaghiir, Mukhtashar al-Kabir dan ash-Shaghiir, Mukhtashar al-Buwaithi dan ar-Rabi, al-Harmalah, kemudian kitab al-Hujjah yang merupakan sebahagian dari qaul qadim (karya yang menjelaskan pegangan awal asy-Syafii), ar-Risalah al-Qadiimah, ar-Risalah al-Jadiidah, al-Amali, al-Imla, dan selainnya. (al-Majmu, 1/11)Bahkan ada sebahagian ulama yang menyebutkan bahawa kitab-kitab karya asy-Syafii rahimahullah mencapai 113 buah kitab berkaitan tafsir, fiqh, sastra, dan disiplin-disiplin ilmu lainnya. Ada juga yang mengatakan sukar untuk menghitung secara tepat jumlah keseluruhan kitab-kitab karya beliau. Namun sayangnya sebahagian besar dari kitab-kitab yang disusun oleh beliau hilang dan tidak sampai kepada kita hari ini.Kata Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah (Wafat 1377 H) : Amat sukar untuk menghitung kitab-kitab beliau kerana banyak di antaranya yang telah luput (hilang). Beliau menulis di Makkah, Baghdad, dan Mesir. Adapun karya-karya beliau yang sampai ke tangan para ulama pada masa ini adalah apa yang ditulisnya ketika di Mesir, yaitu kitab al-Umm antaranya. (Mukaddimah kitab ar-Risalah tahqiq Syaikh Ahmad Syakir, m/s. 9 Daar al-Kitab al-Ilmiyyah)Kitab al-Umm ini adalah sebuah kitab yang dikumpulkan oleh murid Imam asy-Syafii yaitu Imam ar-Rabi bin Sulaiman al-Muradi (Wafat 270 H). Beliau menghimpunnya ketika mendengar bab-bab atau perbahasan-perbahasan kandungannya tersebut secara langsung dari asy-Syafii atau di masa yang lain. Juga berdasarkan apa yang beliau temui dalam bentuk-bentuk tulisan asy-Syafii rahimahullah.Kata al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani rahimahullah (Wafat 852 H) : Jumlah kitab (perbahasan) dalam kitab al-Umm mencapai lebih dari 140 bab, wallahu alam. Ia dimulakan dengan pembahasan tentang thaharah (bersuci), kemudian kitab ash-shalah, dan seterusnya yang mana beliau susun berdasarkan bab-bab fiqh. (Dinukil dari kitab Manhaj al-Imam asy-Syafii fii Itsbaat al-Aqiidah karya Dr. Muhammad al-Aql, m/s. 48 Maktabah Adhwa as-Salaf)Pembahasan yang terkandung dalamkitab al-Ummini merangkumi pelbagai asas dan penjabaran persoalan agama yang sangat luas. Bahkan ia boleh dikatakan sebagai himpunan pembahasan yang mengumpulkan pendapat-pendapat imam asy-Syafii rahimahullah dalam bidang fiqh, tafsir, dan hadits. Di antara pembahasannya mencakupi aspek thaharah, shalat, hari raya, zakat, jenazah, puasa, haji, ibadah kurban, perburuan, nadzar, jual beli, wasiat, faraidh, peperangan, jihad, pernikahan, hudud, qishash, dan banyak lagi yang lainnya.Selain kitab al-Umm, di antara yang terkenal dan telah diterbitkan adalah kitab Ikhtilaf al-Hadits. Ia diterbitkan oleh penerbit Bulaaq bersama Hasyiyah kitab al-Umm jilid 7. Selain itu juga adalahkitab ar-Risalah. Kedua buah kitab ini adalah di antara kitab yang diriwayatkan melalui jalan ar-Rabi bin Sulaiman daripada asy-Syafii. Ini adalah sebagaimana kata Syaikh Ahmad Syakir rahimahullah ketika mentahqiq kitab ar-Risalah karya asy-Syafii.Syaikh Ahmad Syakir menuturkan,bahwa kitab ar-Risalahdisusun oleh Imam asy-Syafii sebanyak dua kali menjadi ar-Risalah al-Qadiimah (edisi awal) dan ar-Risalah al-Jadiidah (edisi baru). Ar-Risalah al-Qadiimah disusun oleh Imam asy-Syafii ketika di Makkah demi memenuhi permintaan Abdurrahman bin Mahdi rahimahullah (Wafat 198 H) di Iraq ketika itu. Ia adalah kitab dalam bentuk surat untuk Abdurrahman bin Mahdi yang menjelaskan tentang tafsir al-Quran, himpunan hadits-hadits yang boleh diterima, penghujahan dengan ijma, dan penjelasan ilmu nasikh wal-mansukh dari al-Quran dan as-Sunnah.Walau bagaimanapun, kitab ar-Risalah al-Qadiimah yang dimaksudkan tersebut telah pun luput dari kita dan apa yang sampai kepada kita hari ini adalahkitab ar-Risalah al-Jadiidah, dan ia disusun oleh imam asy-Syafii setelah selesainya kitab al-Umm. (Mukaddimah ar-Risalah, m/s. 10-11)Kitab ar-Risalahini adalah sebuah kitab yang masyhur lagi terbilang dan diketahui umum sebagai kitab rujukan utama dalam bidang ushul fiqh. Bahkan Imam asy-Syafii boleh dikatakan sebagai tokoh pertama yang membukukan kaedah-kaedah umum dalam bidang ushul fiqh secara sistematik, lalu para ilmuan setelah beliau pun menjadikannya sebagai rujukan dan mengikutinya.Badruddin az-Zarkasyi di dalam kitab al-Bahr al-Muhith fii Ushul menyatakan : asy-Syafii adalah ulama pertama yang menyusun buku tentang ushul fiqh. Bagi bidang ushul fiqh ini, beliau menuliskitab ar-Risalah, Ahkam al-Quran, Ikhtilaf al-Hadits, Ibthal al-Istihsan, Jama al-Ilm, dan al-Qiyas. Melalui pelbagai pembahagian bab-bab pembahasan dalam kitab ini, beliau telah menjelaskan seluk-beluk penghujahan dengan hadits ahad, membentangkan syarat-syarat keshahihan hadits, keadilan para perawi hadits, penolakan khabar mursal dan munqathi, serta perkara-perkara lain yang bisa diketahui dengan menyimak isi kandungannya. (Mukaddimah ar-Risalah, m/s. 13)Kitab ar-Risalahdan bahkan seluruh kitab asy-Syafii rahimahullah adalah himpunan kitab-kitab yang sarat dengan bahasa sastra dan adab yang indah di samping pembahasan tentang fiqh serta ushul. Selain ilmu imam asy-Syafii dalam bidang fiqh dan ushul, para ulama di zaman beliau turut mengambil dan berhujjah dengan tutur bahasa imam asy-Syafii rahimahullah. Ini lantaran kehebatan dan keelokan sastra serta bahasa Arab yang fasih yang dikuasai oleh beliau.Abdurrahman bin Mahdi mengatakan tentangkitab ar-Risalah : Ketika aku melihat kitab ar-Risalah karya asy-Syafii, aku tercegang kerana aku sedang melihat (susunan bahasa) seorang yang bijak, fasih, lagi penuh dengan nasihat sehingga aku memperbanyakkan doa untuknya. (ar-Risalah, m/s. 4)Penyusun kitab Sirah Ibnu Hisyam (Wafat 213 H) mengatakan : Aku telah lama bersama-sama dengan asy-Syafii, tetapi aku tidak pernah mendengar beliau berbicara tanpa mengikuti tata bahasa. Aku juga tidak pernah mendengar secara langsung satu ucapan yang lebih indah dsari ucapan beliau.Kata Syaikh Ahmad Syakir : Seluruh kitab imam asy-Syafii adalah contoh sastra Arab yang murni dan berada di puncak balaghah yang tertinggi. Beliau menulis berdasarkan naluri yang bersesuaian dengan fitrah, tidak dibuat-buat dan tidak dipaksa-paksa. Kitab-kitab beliau adalah penjelasan yang paling fasih yang pernah anda baca setelah al-Quran dan hadits, tidak dapat ditandingi oleh satu ucapan pun dan tidak terkalahkan oleh satu tulisan pun.Kata Syaikh Ahmad Syakir lagi yang merupakan ulama besar kontemporer yang lahir dalam lingkaran pendidikan Universitas al-Azhar ketika itu : Kitab ar-Risalah sepatutnya menjadi kitab pengajian wajib di Universitas al-Azhar serta universitas-universitas lainnya. Juga dipilih beberapa bab dari kandungannya untuk dijadikan sebagai bahan pengajian pelajar-pelajar di peringkat menengah dan pusat-pusat pendidikan awal supaya mereka mendapat ilmu pengetahuan dan pandangan hujjah yang benar lagi kuat. (Mukaddimah ar-Risalah, m/s. 13-14)Demikianlah apa yang dapat diungkapkan tentang karya-karya milik imam asy-Syafii rahimahullah. Karya-karyanya masyhur lagi dikenali bagai matahari yang menyinar di waktu siang. Menjadi rujukan dan panduan buat masyarakat, penuntut ilmu, dan para ulama dahulu dan kini umpama bintang di malam hari. Para ilmuan dulu dan kini berlumba-lumba mendalaminya, mengikutinya, dan melakukan kupasan.Imam an-Nawawi rahimahullah mengatakan : Adapun karya-karya para pendukung imam asy-Syafii yang merupakan penjelasan terhadapan matan (teks perkataan), pernyataan, rangkuman konsep, dan pandangan hasil kaedah-kaedah asy-Syafii tidak terhitung jumlahnya. Di samping faedah dan manfaatnya yang sangat banyak, ukuran dan susunannya pun begitu baik. Ini adalah sebagaimana komentar Abu Hamid al-Isfirayini, al-Qadhi Abu ath-Thayyib, pengarang al-Hawi, imam al-Haramain, dan selainnya. Ini semua menjadi bukti nyata akan kedalaman ilmu imam asy-Syafii, kebaikan perkataannya, dan kesahihan niatnya dalam ilmu. (al-Majmu, 1/12)Selain kitab-kitab yang telah disebutkan, ada beberapa kitab lainnya yang turut dinisbatkan atau disandarkan ke atas imam asy-Syafii rahimahullah seperti kitab al-Musnad, as-Sunan, ar-Radd ala al-Baraahimah, Mihnah asy-Syafii, ar-Radd alaa Muhammad bin al-Hasan dan beberapa yang lainnya. Selain kitab-kitab berupa karya tulis beliau sendiri, perkataan dan fatwa-fatwa imam asy-Syafii juga turut terhimpun atau dibawakan dalam kitab-kitab para pendukung madzhabnya. Juga dalam kitab-kitab berkaitan biografi para ulama.[7]D. Pokok-pokok pemikiran imam asy-syafieSecara garis besar pokok pemikiran imam asy-syafie diklasifikasikan menjadi dua, pertama,qoul qodim[madzhab lama] yaitu pendapat atau fatwa asy-syafieketika beliau berada di baghdad [tahun 195 H], kedua, qaul jadid yaitu pendapat atau fatwah imam syafie ketika beliau berada di mesir. Zaid bin Ibrahim bin Zain bin Sumaith mencatat dalamAt-Taqrirussadidah fi masail al-mufidahbahwa tidak boleh mengambil pendapat Qoul qadim kecuali dalam 18 masalah[8],seperti yang tertera dalam tabel dibawah ini:TABEL QOUL QODIM YANG DITARJIHNOVersi Qoul QodimVersi Qoul Jadid

01Sunnah mendahulukan isyaSunnah mengakhirkan isya

02Tidak mensyaratkan Haul pada wajibnya zakat rikaz (peninggalan jahiliyah)Mewajibkan Haul

03Tidak wajib menjauh dari sekitar Najasah air yang banyakWajib menjauh, kira-kira dua qullah.

04Boleh mensyaratkan Tahallul bagi muhrim apabila sakit.Tidak boleh

05Waktunya Magrib sampai terbenamnya mega merah.Waktunya hanya masa yang cukup buat wudlu, menutupi Aurot, adzan dan sholat lima rakaat

06Boleh niat jamaah di tengah-tengah sholat setelah Takbirotul ihrom.Tidak boleh

07Tidak membatalkan wudlu dengan menyentuh mahrom.Membatalkan wudlu.

08Air sedikit yang mengalir bila bertemu dengan najis tidak di hukumi najis.Dihukumi najis baik bila bertemu dengan najis berubah ata tidak.

09Haram makan kulit yang di samak (dibagh)Halal.

10Sunnah membuat garis di depan orang sholat.Tidak di sunnahkan.

11Sayyid wajib di had sebab zina dengan budak perempuannya (amat) yang masih mahromnya.Tidak wajib di had.

12Sunnah membaca amin dengan keras bagi makmum sholat jahriyah (sholat yang di sunnahkan mengeraskan bacaan).Tidak sunnah dengan keras.

13Mahar (maskawin) yang rusak harus dig anti dengan dlamanul tad (ganti yang di tetapkan syara) artinya kalau barang tbs termasuk mitsil (bias di timbang di takar) wajib dig anti barang sejenis dan kalau mutaqowwan (selain mitsil) wajb dig anti dengan nilainya (Qimahnya = harga standar).Di ganti dengan Dlamanul-Aqdi (yang di sebut dalam akat).

14Adzan subuh diunnahkan membaca tatswibTidak di sunnatkan

15Tidak di sunnahkan membaca surat pada rakaat ke iga dan keempatDi sunnahkan

16Makruh memotong kuku mayatTidak makruh kecuali bagi muhrim[orng yang mati ketika ihram].

17Boleh bagi syarik[orng yang mempunyai hak bersama] untuk membangun dan merehap barang yang rusak.Tidak boleh, dan cukup baginya untuk mengganti rugi.

18Boleh bagi wali yang berpuasa sebagai ganti dari puasa yang menjadi tanggungan mayyitTidak boleh

E. Pendapat asy- syafiiSelain Qaul Qadim dan Qaul jadid, Imam al- syafii juga memiliki pendapat yang sebagian besar tercermin dalam kitab al- Umm, di antaranya sebagai berikut.1. ImamahMenurut al- syafii, masalah imamah termasuk masalah agama (amrdiniy); karena itu, menurutnya, mendirikan imamah merupakan kewajiban agama (bukan sekedar kewajiban aqli). Pemimpin umat islam dan orang-orang non muslim terlindungi. (Muhammad abu zahrah, t.th: 271)Selanjutnya, ia berpendapat bahwa pimpinan mesti dari kalangan quraisy. Alasannya, karena ada sebuah riwayat yang sangat terkenal di kalangan sunni yang dijadikan kunci penyelesaian perdebatan politik di saqifah bani saadah untuk menentukan pengganti Nabi Saw sebagai pemimpin negara dan agama. Hadis itu di riwayatkan oleh bukhari dalam kitab Shahih al-bukhari dan muslim dalam shahih muslim (Bukhari, VIII, t.th:105 dan muslim, II, t.th:120). Dalam menanggapi situasi politik sebelum zamannya, al-syafii berpendapat bahwa ali ibn thalib adalah haqq; dan muawiyah ibn abi sufyan adalah haqq, tetapi keduanya melakukan kekeliruan baghaya, begitu juga khawarij. (Muhammad abu zahrah, t.th:272)Dalam pandangan imam al-syafii, pemimpin yang berkualitas adalah pemimpin yang memiliki kriteria berikut : (1)berakal, (2) dewasa, (3) merdeka, (4) beragama islam, (5) laki-laki, (6) dapat melakukan ijtihad, (7) memiliki kemampuan mengatur (manajeril, al-tadbir), (8) gagah berani, (9) melakukan perbaikan agama, dan (10) dari kalangan quraisy. (muhammad ibn idris al- syafii, t.th:34)2. Hakim PerempuanSalah satu perdebatan ulama yang cukup menarik untuk di teliti adalah tentang hakim perempuan. Menurut al- syafii, perempuan tidak boleh menjadi hakim secara mutlak; artinya, perempuan tidak boleh menjadi hakim, baik hakim yang menangani hukum perdata maupun pidana. Cara ijtihad yang digunakannya adalah analogi atau qiyas. Dalam pandangannya, nabi Muhammad melarang perempuan menjadi pemimpin. Karena itu, perempuan tidak diboleh menjadi hakim. Pemimpin perempuan di jadikan al-ashl(pokok) dan hakim perempuan dijadikan sebagai al-far (cabang).(syams al- din ibn abi al- abbas ahmad ibn hamzah, ibnu syihab al-din al-ramli al-munafi al-mishri al-anshari, VIII, 1984; 122; Muhammad nawawi ibn umar al-jawi t.th:278-9)Adapun syarat-syarat menjadi hakim menurut syams al-din ibn abi al-abbas ahmad ibn hamzah, ibnu syihab al-din al-ramli al-manufi al-mishri al-anshari (VIII, 1984: 122) adalah (1) beragama islam, (2) dewasa, (3)merdeka, (4) laki-laki (5) adil, (6) dapat mendengar, (7) dapat melihat, (8) dapat berbicara, (9) berkecukupan, dan (10) mampu melakukan ijtihad.[9]F. Perkembangan Madzhab imam syafiiDalam perjalanannya, madzhab as-syafiI melalui beberapa periode. Pertama periode persiapan dan pembentukan[thaur al-Idad wa at-takwin]. Periode ini dimulai setelah wafatnya imam malik (179 H). Hal ini berakibat pada masa setelahnya mengalami kekosomgan kurang lebih selama 16 tahun, sampai saat kedatamgan imam as-SyafiI di Baghdad untuk keduakalinya pada tahun 195 H.Selanjutnya periode ke-2masa kelahiran madzhab qodim[thaur adh-dluhur li al-madzhabal-qadim]. Periode menandai berakhirnya masa kekosongan yang telah berlangsung selama 16 tahun. Dimulai semenjak kedatangan beliau ke Baghdad untuk ke-2 kalinya pada tahun 195 H, sampai dengan kepergiannya ke mesir pada tahun 199 H.Periode ke-3, pematangan dan penyempurnaan madzhab jadid[thaur an-najl wa al-iktimalli madzhabih al-jadid] . Dimulai dari awal kedatangan imam as-syafiI di mesir, hingga sampai wafatnya pada tahun 224 H. selanjutnya period eke-4 penafsiran dan pengembangan madzhab[thaur at-takhrij wa at-tadzyil] . Pada masa ini dimula setelah wafatnya imam as-syafiI 204 H dimotori oleh pengikut-pengikutnya periode ini berlangsung lama sampai kisaran pertengahan abad ke-5 hijriah. Sebagian pengkaji dalam bidang ini masih tersisa sampai memasuki abad ke-7 hijriah. Dan pada periode ini terlihat geliat intelektual para pengikut madzhab menyimpulkan masalah-masalah baru melaui pintu ushul al-madzhab (dasar pemikiran madzhab).Periode ke-5 kemantapan madzhab [thaur al-istqrar]. Masa terakhir perjalanan madzhab as-syafiI ini ditandai dengan penetapan kajian madzhab dan lesempurnaan dokumentasinya. [erdebatan dan pemilihan pendapat (at-tarjih) mengalami masa klimaks pada periode ini. Kemudian seara bersikenambungan dilakukan kodifikasi kitab-kitab mukhtashor (ringkasan dan resume madzhab) yang berisi pendapat-pendapat yang rojih (unggulan) dalam madzhab. Sehingga kemudian kitab-kitab ini dikembangkan dalam bentuj syarah/ komentar melaui berbagai macam kajian.

BAB IIIPENUTUP

A. KesimpulanPendiri madzhab syafi;e adalahAbdullah Ibn Muhammad Ibn Idris Ibn Al Abbas Ibn Ustman Ibn Syafi Ibn As-Saib Ibn Ubaid Ibn Abdul Yazid Ibn Hasyim Ibn Abdul Muthollib Ibn Abdul Manaf.lahir tepat pada tahun wafatnya amam abu hanifah[tahun 150 H] dan wafat di mesir tahun 204 H. sebagian besar riwayat menyebutkan bahwa imam syafie lahir didaerah ghazzah,syam [palestina]dari keturunan quraisy dan nasabnya bertumu dangan nabi Muhammad swt, pada kakeknya, abdul manaf belau dilahirahan dalam keadaan yatim ketika masih kecil sang imam dibawah ibunya ke mekkah. Selama tinggal di Mekah, Imam Al-syafii belajar kepada beberapa guru terkemuka. Di antara ulama Mekah yang menjadi guru Imam Al- Syafii adalah (1) Sufyan ibn Uyainah; (2) Muslim Ibn Khalid Al- Zanji; (3) Said ibn Salim al- Kaddah; (4) Daud ibn abd al-Rahman al- aththr; dan (5) abd al-aziz ibn Abi Zuwad. , di Madinah, al-Syafii berguru kepada Imam Malik dan di Kufah berguru kepada Muhammad ibn al-Hasan al-Syaibani yang beraliran Hanafi. Imam Maliki merupakan puncak tradisi Madrasah Madinah(hadis), dan Abu Hanifah adalah puncak tradisi madrasah madrasah kufah (rayu).Dengan demikian, al-Syafii dapat dikatakan sebagai sintesis antara aliran kufah dan aliran madinah. Disamping itu, al-Syafii berguru kepada beberapa ulama selama tinggal di Yaman, Mekah, dan kufah. Di antara ulama Yaman yang menjadi guru Imam al-syafii adalah (1) Mutharraf ibn Mazim; (2) Hisyam ibn Yusuf; (3) Umar ibn Abi Salamah; dan (4) Yahya ibn Hasan. pokok-pokok pemikiran beliau bisa diklasifikasi menjadi dua qaul qodim yaitu fatwa atau pendapat beliau sewaktu beliau tinggal di Baghdad[irak] dan qaul jadid yaitu fatwah beliau sewaktu berada di mesir.Beliau termasuk penulis yang produktif banyak menghasilkan beberapa karya besar diantaranya al-umm,ar-risalah[kitab ushul fiqih pertama yang pembahasannya disusun secara sistematis]dll. Dalam perjalanannya, madzhab as-syafiI melalui beberapa periode. Pertama periode persiapan dan pembentukan[thaur al-Idad wa at-takwin]. Selanjutnya periode ke-2masa kelahiran madzhab qodim[thaur adh-dluhur li al-madzhabal-qadim]. Periode ke-3, pematangan dan penyempurnaan madzhab jadid[thaur an-najl wa al-iktimalli madzhabih al-jadid] . selanjutnya period eke-4 penafsiran dan pengembangan madzhab[thaur at-takhrij wa at-tadzyil]Periode ke-5 kemantapan madzhab[thaur al-istqrar]. Masa terakhir perjalanan madzhab as-syafiI ini ditandai dengan penetapan kajian madzhab dan lesempurnaan dokumentasinya. [perdebatan dan pemilihan pendapat (at-tarjih) mengalami masa klimaks pada periode ini. Kemudian seara bersikenambungan dilakukan kodifikasi kitab-kitab mukhtashor (ringkasan dan resume madzhab) yang berisi pendapat-pendapat yang rojih (unggulan) dalam madzhab. Sehingga kemudian kitab-kitab ini dikembangkan dalam bentuj syarah/ komentar melaui berbagai macam kajian.

DAFTAR PUSTAKA

Abdur rahman bin Muhammad bin Husain bin umar ba Alawi,Bughyah Al- Musytarsyidin, 2009, Darul kutub Al-Alamiyah, Libanun.Ali Ash-Shobuni, Muhammad, 2012, Rowaiul bayan fi Tafsiri ayatil Quran, Maktabah Al-Ashriyah, Libanon.Purna Aliyah 1997,Mengenal istilah dan rumusfuqoha,1997, pustaka, De aly, lirboyo Kediri.Abi Abdillah, Muhammad bin idris Asy-Syafie, Al-Umm, 1983, Dar Al-fikr, Bairut, Libanon Sirry Munim, Sejarah Fiqih Islam,1995, jendela Madzhab, Surabaya, Tim Pembukuan Purna Siswa 2011 M,Memahami istilah dan Rumus Madzhab Al-Arbaah, ,2011 M. Lerboyo Press, Kediri.DR. Jaih Mubarok,Syariah dan Perkembangan HukumIslam, 2000, PT remaja Rosdakarya,Bandung.Zain bin ibrahim bin Zain bin Sumaith,At- taqrirus-sadidah fi masail al-mufidah,2004,Darul Ulum Al-Islami,Surabaya.Asy- SyafiI,Mausuah Ul- Umm, 2002,Al-Maktabah At-taufiqiyah, Kairo, Mesir.Syafii, Imam Al- Risalah, 2010, Al-Maktabah Al- Ashriyah, Bairut, libanonManiibn Hammad Al-Juhni,Al- Mausuah Al-Muyassarah fi Al- Adyan wa Al-MadzhabwaAl- Ahzab Al-Muashirah, 2003, Darun Al-Nadarah al- alamiyah liththabaah wa Al- Nasyri wa Al-Tauzi, Riyadh, Al- Imam AbiAbdillah Muhammad bin idris Asy-syafie.Musnad Al- Imam Asy- Syariah.

14