aik kelompok 12

29
RSOALAN-PERSOALAN DALAM PERNIKAHAN Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Mata Kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan Dosen Pembibimbing : Nasrudin, M.Pd. Disusun Oleh : Kelompok 12 Kelas: V G PROGAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA 1

Upload: arif-usman

Post on 24-Oct-2015

45 views

Category:

Documents


5 download

DESCRIPTION

aik

TRANSCRIPT

Page 1: Aik Kelompok 12

RSOALAN-PERSOALAN DALAM PERNIKAHAN

Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas

Mata Kuliah Al Islam dan Kemuhammadiyahan

Dosen Pembibimbing : Nasrudin, M.Pd.

Disusun Oleh :

Kelompok 12

Kelas: V G

PROGAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PURWOREJO

2011/2012

1

Page 2: Aik Kelompok 12

MOTTO

Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-

lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi

kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah,

niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. dan Allah Maha

mengetahui apa yang kamu kerjakan.(Al-Mujaddilah : 11).

4 kewajiban penuntut ilmu menurut Imam Asy-Syafi’i:

1. Sangat semangat untuk menambah ilmu.

2. Sabar dalam meraih ilmu.

3. Mengikhlaskan niat karena Allah dalam menuntut ilmu.

4. Memohon karena Allah agar mudah mendapatkan ilmu.

(Sumber: Al-Majmu’ Syar Al-Muhadzdzab karya Yahya bin Syarf An-

Nawawi)

Kelompok 12 :

1. Riza Aji Wibowo (102144006)

2. Sahlan (102144030)

3. Slamet Suryanto (102144038)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

2

Page 3: Aik Kelompok 12

Puji syukur kehadirat Alloh,SWT kami telah menyelesaikan makalah ini tepat

pada waktunya tanpa ada halangan apapun walaupun kami menyadari tidak

mungkin berhasil tanpa ada bimbingan dari pihak terkait.

Terwujudnya laporan hasil diskusi ini disusun sebagai tugas kelompok, tidak

lepas atas bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam

kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak Nasrudin, M.Pd selaku pembimbing dalam penyusunan makalah ini,

dengan penuh ketelitian dan kecermatan.

2. Kedua orang tua yang telah membimbing dan memberikan doa restu.

3. Rekan-rekan mahasiswa terutama mahasiswa semester VG program studi

pendidikan matematika.

4. Staf perpustakaan Universitas Muhammadiyah Purworejo yang telah

membantu kami dalam peminjaman buku-buku.

5. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya, untuk itu

kami mohon saran dan pendapat dari berbagai pihak demi perbaikan dan

penyempurnaan isi makalah ini.

Penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya

dan pembaca pada umumnya, serta merupakan salah bentuk pengabdian kepada

Alloh SWT.

Wassalamu ‘alaikum Wr. Wb.

Purworejo, Desember 2012

Penulis

DAFTAR ISI

3

Page 4: Aik Kelompok 12

HALAMAN JUDUL............................................................................. . i

MOTTO……………………………………………………………….. ii

KATA PENGANTAR........................................................................... iii

DAFTAR ISI.......................................................................................... iv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah................................................................... 1

C. Tujuan.................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

Persoalan-persoalan Dalam Pernikahan

A. Macam-macam persoaln seputar pernikan.…………………. 3

1. Nusyuz…………………...………………………………... 3

a. Pengertian Nusyus……………….……………….……. 3

b. Tanda-tanda Nusyuz……….………….………………. 3

c. Langkah menghadapi istri Nusyuz………………........ 4

2. Khulu…………………………………………………….. 4

a. Pengertian khulu………………………………………. 4

b. Persyaratan Khulu……………………………………. 4

3. TALAK…………………………………………………….... 5

a. Pengertian Talak………………………………………… 5

b. Klasifikasi Talak……………………………….………… 5

c. Hukum Talak……………………………………………. 8

4. IDDAH……………………………………………………… 9

4

Page 5: Aik Kelompok 12

a. Pengertian Iddah………………………………………… 9

b. Macam-macam Masa Iddah…………………………… 9

5. RUJUK……………………………………………………… 10

a. Pengertian Rujuk………………………………………… 10

b. Syarat dan Rukun Rujuk………………………………… 10

c. Syarat Lapadz Rujuk………………………….…………. 11

d. hukum Rujuk………………………….………………… 12

BAB IV PENUTUP

A. Simpulan.................................................................................... 13

DAFTAR PUSTAKA

5

Page 6: Aik Kelompok 12

BAB I

PENDAHULUAN

A . Latar Belakang Masalah

Membentuk dan membina kehidupan keluarga bukan suatu hal yang mudah..

Hampir tidak didapati sebuah usrah (umah tangga) yang terbebas dari segala

macam problem dan perselisihan. Seperti masalah ekonomi, sosial, pendidikan,

bahkan masalah agama. Namun, setiap usrah bervariatif persoalan dan

problemnya yang dihadapi. Islam sangat menganjurkan suami dan isteri untuk

mengatasi berbagai problem yang mendera mereka berdua dan memecahkan

segala aral melintang yang menghadapi bahtera mereka, dan Islam juga

membimbing masing-masing dari suami isteri agar menempuh solusi terbaik,

sebagaimana ia juga menghasung mereka berdua agar sesegera mungkin

menempuh solusi terbaik bila muncul benih-benih perpecahan dan perbedaan

persepsi.

Dalam menghadapi persoalan hidup berumah tangga, agama Islam telah

menjelaskan secara rinci bagaimana menyelesaikan masalah-masalah dengan

pedoman hukum yang tercantum dalam Al-quran maupun dalam Sunnah

Rasulullah saw.

B . Rumusan Masalah

Dalam rumusan masalah ini penyusun akan menyampaikan berbagai hal

sebagai berikut.

1. Apa sajakah persoalan-persoalan seputar pernikahan?

2. Apakah pengertian dari masing-masing tiap poersoalan seputar pernikahan?

3. Bagaimana cara mengatasi persoalan seputar pernikahan secara Islam?

C. Tujuan

6

Page 7: Aik Kelompok 12

Makalah “Persoalan-Persoalan Seputar Pernikahan” disusun dengan tujuan

sebagai berikut.

1. Mengetahui apa saja persoalan-persoalan seputar pernikahan.

2. Mengetahui pengertian dari masing-masing tiap poersoalan seputar

pernikahan.

3. Mengetahui bagaimana cara mengatasi persoalan seputar pernikahan secara

Islam.

7

Page 8: Aik Kelompok 12

BAB II

PEMBAHASAN

A. Macam-macam Persoalan Seputar Pernikahan

Persoalan-persoalan yang dihadapi ketika memasuki bahtera rumah tangga

sangat banyak. Hal tersebut terjadi karena hubungan antara suami dan istri yang

tidak berjalan mulus sesuai keinginan mereka seperti mereka waktu dulu sebelum

menikah. Berikut ini beberapa hukum persoalan yang sering dihadapi oleh setiap

muslim.

1. NUSYUZ

a. Pengertian Nusyuz

Secara bahasa, Nusyûz berarti penentangan atau lebih umumnya adalah

pelanggaran istri terhadap perintah dan larangan suami secara mutlak, akan

tetapi Nusyûz dapat juga terjadi pada suami apabila seorang suami tidak

menjalankan kewajiban yang menjadi hak-hak istri, seperti tidak memberikan

nafkah dan lain sebagainya.

b. Tanda-tanda Nusyuz

Di bawah ini dinyatakan beberapa gambaran yang menandakan seorang

isteri itu nusyuz :

1. Suami telah menyediakan rumah kediaman yang sesuai dengan keadaan

suami, tiba-tiba isteri tidak mahu berpindah ke rumah itu, atau isteri

meninggalkan rumah tanpa izin si suami.

2. Apabila kedua suami tinggal di rumah kepunyaan isteri dengan izin

isteri kemudian suatu masa isteri mengusir atau melarang suami

memasuki rumah tersebut.

8

Page 9: Aik Kelompok 12

3. Apabila isteri musafir tidak bersama suami ataupun bukan bersama

muhramnya (orang yang haram berkahwin dengannya) walaupun

perjalanan yang wajib seperti pergi menunaikan ibadat haji, kerana

perempuan yang musafir tanpa diiringi suami atau muhrimnya

dianggap sudah melakukan satu perkara  yang salah (maksiat).

4. Apabila isteri bermuka masam atau pun ia memalingkan muka,

bercakap kasar dan sebagainya sedangkan suami berkeadaan lemah

lembut,  bermanis muka dan  sebagainya.

c. langkah-langkah Menghadapi Istri Nusyuz

Berkenaan langkah menghadapi istri Nusyûz Al-Qur’an menjelaskan:

“…wanita-wanita yang kamu khawatirkan Nusyûz-nya, maka nasehatilah

mereka, lalu pisahkanlah mereka di tempat tidur mereka, dan lalu pukullah

mereka. kemudian jika mereka mentaatimu, maka janganlah kamu mencari-

cari jalan untuk menyusahkannya…”(QS. An-Nisa : 34).

Berdasarkan ketentuan ayat tersebut, cara mengatasinya adalah Allah

mengajarkan suami untuk member nasihat, melakukan pisah ranjang atau

mendiamkanya di tempat tidur, dan jika tetap tidak membaik, maka boleh

dipukul ringan. Dalam fase yang ketiga tidak boleh dilakukan dengan kasar

dank eras apalagi sampai mengalirkan darah. Hanya bersifat memudahkan

istri kembli taat pada suami.

2. KHULU’

a. Pengertian Khulu’

Menurut bahasa, kata khulu’ berasal dari khala’ ats-tsauba idzaa

azzalaba yang artinya melepaskan pakaian; karena isteri adalah pakaian

suami dan suami adalah pakaian isteri. Allah SWT berfirman, ”Mereka itu

adalah pakaian bagimu dan kamu pun pakaian bagi mereka.” (Al-

Baqarah:187). Sedangkan menurut istilah khulu’ atau talak tebus artinya

talak yang diucapkan oleh suami dengan pembayaan dari pihak istri

kepada suami.

9

Page 10: Aik Kelompok 12

b. Persyaratan Khulu’

Jika persengketaan  antara suami isteri kian parah dan tidak mungkin

lagi diambil langkah-langkah kompromistis supaya mereka bersatu

kembali atau pihak isteri sudah menggebu-gebu untuk bercerai dengan

suaminya, maka ia boleh menebus dirinya dari kekuasaan suaminya

dengan menyerahkan sejumlah harta kepadanya sebagai ganti dari

buruknya keadaan yang menimpa suaminya karena bercerai dengannya,

Allah SWT berfirman, ”Dan tidak halal bagi kamu mengambil dari

sesautu yang telah kamu berikan kepada mereka, kecuali kalau keduanya

(suami isteri) khawatir tidak akan dapat menjalankan hukum-hukum

Allah, maka tidak ada dosa atas keduanya tentang bayaran yang

diberikan oleh isteri untuk menebus dirinya.” (Al-Baqarah:229).

Dari Ibnu Abbas r.a. berkata, Isteri Tsabit bin Qais bin Syammas

datang kepada Nabi saw. lalu bertutur, ”Ya Rasulullah, aku tidak

membenci Tsabit karena, imannya dan bukan (pula) karena perangainya,

melainkan sesungguhnya aku khawatir kufur.” Kemudian Rasulullah saw.

bersabda, ”Maka mau engkau mengembalikan kebunnya kepadanya?”

Jawabnya, ”Ya (mau)” kemudian ia mengembalikannya kepadanya dan

selanjutnya beliau menjawab suaminya (Tsabit) agar mencerainya.”

(Shahih: Irwa-ul Ghalil no:2036 dan Fathul Bari IX:395 no:5276).

Khulu’ boleh dilakukan baik ketika suci maupun dalam keadaan haid,

karena biasanya khulu’ karena kehendak dan kemauan istri. Oleh karena

itu, istri rela meski masa idahnya jadi panjang.

3. TALAK

a. Pengertian Talak

10

Page 11: Aik Kelompok 12

Yang dimaksud dengan talak adalah pemutusan tali perkawinan. Talak

merupakan sesuatu yang disyar’iatkan. Dan yang menjadi dasarnya adalah

Al-Qur’an dan al-Hadits serta ijma’.

b. Klasifikasi Talak

1. Talak dilihat dari Segi Lafadz

Talak ditinjau dari segi lafadz terbagi menjadi talak sharih (yang

dinyatakan secara tegas) dan talak kinayah (dengan sindiran).

Talak sharih ialah talak yang difahami dari makna perkataan ketika

diharapkan, dan tidak mengandung kemungkinan makna yang lain.

Misalnya, ”Engkau telah tertalak  dan dijatuhi talak. Dan semua kalimat

yang berasal dari lafazh thalaq. Dengan redaksi talak di atas, jatuhlah

talak, baik bergurau, main-main ataupun tanpa niat. Kesimpulan ini

didasarkan pada hadits dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi saw, beliau

bersabda, ”Ada tiga hal  yang sungguh-sungguh, jadi serius dan

gurauannya jadi serius (juga) : nikah, talak, dan rujuk.” (Hasan: Irwa-ul

Ghalil no:1826 dan Tirmidzi II:328 no:1195).

Talak kinayah, ialah redaksi talak yang mengandung arti talak dan

lainnya. Misalnya ”Hendaklah engkau kembali kepada keluargamu”, dan

semisalnya. Dengan redaksi talak di atas maka tidak terjadi talak, kecuali

diiringi dengan niat. Jadi apabila sang suami menyertai ucapan itu dengan

niat talak maka jatuhlah talak; dan jika tidak maka tidak terjadi talak. Dari

Aisyah r.a. berkata,”Tatkala puteri al-Jaun menikah dengan Rasulullah

saw. dan beliau (kemudian) mendekatinya, ia mengatakan,

”’Auudzubillahi minka (aku berlindung kepada Allah darimu). Maka

kemudian beliau bersabda kepadanya, ”Sungguh engkau telah berlindung

kepada Dzat  Yang Maha Agung, karena itu hendaklah engkau bergabung

11

Page 12: Aik Kelompok 12

dengan keluargamu.” (Shahih: Shahih Nasa’i no:3199, Fathul Bari IX:356

no:5254, Nasa’i VI:150).

2. Talak Dilihat dari Sudut Ta’liq dan Tanjiz

Redaksi talak adakalanya berbentuk Munajazah dan adakalanya

berbentuk mu’allaqah.

Redaksi talak munajazah ialah pernyataan talak yang sejak

dikeluarkannya pernyataan tersebut pengucap bermaksud untuk

mentalak, sehingga ketika itu juga jatuhlah talak. Misalnya: ia berkata

kepada isterinya : ’Engkau tertalak’. Hukum talak munajazah ini terjadi

sejak itu juga, ketika diucapkan oleh orang yang bersangkutan dan tepat

sasarannya.

Adapun talak mu’allaq, yaitu seorang suami menjadikan jatuhnya talak

bergantung pada syarat. Misalnya, ia berkata kepada isterinya: Jika

engkau pergi ke tempat, maka engkau ditalak. Hukum talak mu’allaq ini

apabila dia bermaksud hendak menjatuhkan talak ketika terpenuhinya

syarat. Maka jatuh talaknya sebagaimana yang diinginkannya. Adapun

manakala yang dimaksud oleh sang suami dengan talak mu’allaq, adalah

untuk menganjurkan (agar sang isteri) melakukan sesuatu atau

meninggalkan sesuatu atau yang semisalnya, maka ucapan itu adalah

sumpah. Jika apa yang dijadikan bahan sumpah itu tidak terjadi, maka

sang suami tidak terkena kewajiban apa-apa, dan jika terjadi, maka ia

wajib membayar kafarah sumpah.

3. Talak Dilihat dari Segi Argumentasi

Ditilik dari sisi ini talak terbagi kepada talak sunni dan talak bid’i

Adapun yang dimaksud talak sunni ialah seorang suami menceraikan

isterinya yang sudah pernah dicampurinya sekali talak, pada saat

isterinya sedang suci dari darah haidh yang mana pada saat tersebut ia

belum mencampurinya. Allah SWT berfirman, ”Talak yang dapat

12

Page 13: Aik Kelompok 12

dirujuk dua kali. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan do’a yang ma’ruf

atau menceraikan dengan cara yang baik.” (Al-Baqarah:229).

Adapun talak bid’i ialah talak yang bertentangan dengan ketentuan

syari’at. Misalnya seorang suami mentalak isterinya ketika ia dalam

keadaan haidh, atau pada saat suci namun ia telah mencampurinya ketika

itu atau menjatuhkan talak tiga kali ucap, atau dalam satu majlis.

Contoh, : Engkau ditalak tiga atau engkau ditalak, engkau ditalak,

engkau ditalak. Hukum talak ini adalah haram, dan pelakunya berdosa.

Jadi, jika seorang suami mentalak isterinya yang sedang haidh, maka

tetap jatuh satu talaknya. Namun jika itu adalah talak raj’i, maka ia

diperintahkan untuk rujuk kepada isterinya kemudian meneruskan

perkawinannya hingga suci. Kemudian haidh lagi, lalu suci kedua

kalinya. Dan kemudian kalau ia mau teruskanlah ikatan pernikahannya,

dan jika ia menghendaki, ceraikanlah sebelum mencampurinya.

Sebagaimana yang Nabi saw perintahkan kepada Ibnu Umar r.a..

Adapun dalil tentang jatuhnya talak bid’i ialah riwayat Imam Bukhari:

Dari Sa’id Jubir dari Ibnu Umar ra, ia berkata, ”Ia (isteriku) terhitung

untukku satu talak.” (Shahih: Irwa-ul Ghalil no:128 dan Fathul Bari IX

no:5253).

4. Talak Ditinjau dari Segi Boleh Tidaknya Rujuk

Talak terbagi menjadi dua yaitu talak raj’i (suami berhak untuk

rujuk) dan talak bain (tak ada lagi hak suami untuk rujuk kepada

isterinya). Talak raj’i adalah talak isteri yang sudah didukhul

(dicampuri) tanpa menerima pengembalian mahar dari isteri dan sebagai

talak pertama atau talak kedua. Allah SWT befirman, ”Talak (yang

dirujuki) dua klia. Setelah itu boleh rujuk lagi dengan cara yang ma’ruf

atau menceraikan dengan cara yang baik.” (Al-Baqarah:229).

Wanita yang dijatuhi talak raj’i suami berhak untuk rujuk dan dia

berstatus sebagai isteri yang sah selama dalam masa iddah, dan bagi

13

Page 14: Aik Kelompok 12

suami berhak untuk rujuk kepadanya pada waktu kapan saja selama

dalam massa iddah dan tidak dipersyaratkan harus mendapat ridha dari

pihak isteri dan tidak pula izin dari walinya. Allah SWT berfirman,

”Wanita-wanita yang ditalak hendaklah menahan diri (menunggu) tiga

kali quru’. Tidak boleh menyembunyikan apa yang diciptakan Allah

dalam rahimnya jika mereka beriman  kepada Allah dan hari akhirat.

Dan suami-suaminya berhak merujuknya dalam masa menanti

(berakhirnya masa iddah) itu jika mereka (para suami) itu menghendaki

ishlah.” (Al-Baqarah:228).

c. Hukum Talak

Hukum talak ada empat:

1. Wajib apabila terjadi perselisihan antara suami istri, sedangkan dua hakim

yang mengurus perkara keduanya sudah memandang perlu supaya

keduanya bercerai.

2. Sunat apabila suami tidak sanggup lagi membayar kewajibanya (nafkah)

dengan cukup, atau perempuan tidak menjaga kehormatan didinya.

3. Haram (bid’ah) dalam dua keadaan. Pertama, menjatuhkan talak sewaktu

istrinya haid. Kedua, menjatuhkan talak sewaktu suci yang telah

dicampurinya dalam waktu suci itu.

4. makruh, yaitu hukum asal dari talak yang tersebut di atas.

4. IDDAH

a. Pengertian Iddah

Menurut bahasa, kata iddah berasal dari kata ’adad (bilangan dan

ihshaak (perhitungan), seorang wanita yang menghitung dan menjumlah

hari dan masa haidh atau masa suci. Menurut istilah, kata iddah ialah

sebutan/nama bagi suatu masa di mana seorang wanita

menanti/menangguhkan perkawinan setelah ia ditinggalkan mati oleh

suaminya atau setelah diceraikan baik dengan menunggu kelahiran

14

Page 15: Aik Kelompok 12

bayinya, atau berakhirnya beberapa quru’, atau berakhirnya beberapa

bulan yang sudah ditentukan.

b. Macam-macam Masa Iddah

Barangsiapa yang ditinggal mati suaminya, maka, iddahnya empat

bulan sepuluh hari, baik sang isteri sudah dicampuri ataupun belum. Hal

ini mengacu pada firman Allah SWT, ”Orang-orang yang meninggal

dunia di antaramu dengan meninggalkan isteri-isteri (hendaklah para

isteri itu) menangguhkan dirinya (beriddah) empat bulan sepuluh hari.”

(Al-Baqarah :234).

Terkecuali isteri yang sudah dicampuri dan sedang hamil, maka masa

iddahnya sampai melahirkan, ”Dan wanita-wanita yang hamil, waktu

iddah mereka itu adalah sampai mereka melahirkan kandungannya.”

(At-Thalaq : 4).

Wanita yang ditalak sebelum sempat dicampuri, maka tidak ada masa

iddah baginya, berdasarkan pada firmannya Allah SWT berfirman, ”Hai

orang-orang yang beriman, ’apabila kamu menikahi perempuan-

perempuan yang beriman, kemudian kamu ceraikan mereka sebelum

kamu mencampurinya, maka sekali-kali tidak wajib atas mereka iddah

bagimu yang kamu minta, menyempurnakannya.” (Al-Ahzaab:49).

5. RUJUK

a. Pengertian Rujuk

Rujuk menurut bahasa artinya kembali, sedangkan menurut istilah adalah

kembalinya seorang suami kepada mantan istrinya dengan perkawinan dalam

masa iddah sesudah ditalak raj’i. sebagaimana Firman allah dalam surat al-

baqarah :228 “Dan suami-suaminya berhak merujukinya dalam masa menanti

itu, jika mereka(para suami) itu menghendaki islah”. (Q.S.Al-Baqarah:228).

Bila sesorang telah menceraikan istrinya, maka ia dibolehkan bahkan di

anjurkan untuk rujuk kembali dengan syarat keduanya betul-betul hendak

15

Page 16: Aik Kelompok 12

berbaikan kembali (islah). Dalam KHI pasal 63 bahwa Rujuk dapat dilakukan

dalam hal:

a. Putusnya perkawinan karena talak, kecuali talak yang telah jatuh tiga kali

atau talak yang di jatuhkan qabla al dukhul.

b. Putus perkawinan berdasarkan putusan pengadilan dengan alasan atau

alasan-alasan selain zina dan khuluk.

b. Syarat dan Rukun Rujuk

1. Syarat Rujuk

a) Saksi untuk rujuk

Fuqaha berbeda pendapat tentang adanya saksi dalam rujuk, apakah ia

menjadi syarat sahnya rujuk atau tidak. Imam malik berpendapat bahwa

saksi dalam rujuk adalah disunnahkan, sedangkan Imam syafi’I mewajibkan.

Perbedaan pendapat ini disebabkan karena pertentangan antara qiyas dengan

zahir nas Al-qur’an yaitu: “…….dan persaksikanlah dengan dua orang saksi

yang adil…..”

Ayat tersebut menunjukan wajibnya mendatangkan saksi. Akan tetapi

pengkiasan haq rujuk dengan hak-hak lain yang diterima oleh seseorang,

menghendaki tidak adanya saksi. Oleh karena itu, penggabungan antara

qiayas dengan ayat tersebut adalah dengan membawa perintah pada ayat

tersebut sebagai sunnah.

b) Belum habis masa iddah

c) Istri tidak di ceraikan dengan talak tiga

d) Talak itu setelah persetubuhan

Jika istri yang telah di cerai belum perah di campuri, maka tidak sah

untuk rujuk, tetapi harus dengan perkawinan baru lagi.

2. Rukun Rujuk

1). Suami yang merujuk

Syarat-syarat suami sah merujuk:

a) Berakal

16

Page 17: Aik Kelompok 12

b) Baligh

c) Dengan kemauan sendiri

d) Tidak di paksa dan tidak murtad

2) Ada istri yang di rujuk

Syarat istri yang di rujuk:

a) Telah di campuri

b) Bercerai dengan talak bukan dengan fasakh

c) Tidak bercerai dengan khuluk

d) Belum jatuh talak tiga.

e) Ucapan yang menyatakan untuk rujuk.

3) Kedua belah pihak (mantan suami dan mantan istri) sama-sama suka, dan

yakin dapat hidup bersama kembali dengan baik.

4) Dengan pernyataan ijab dan qabul

c. Syarat lapadz (ucapan) rujuk:

a. Lafaz yang menunjukkan maksud rujuk, misalnya kata suami “aku rujuk

engkau” atau “aku kembalikan engkau kepada nikahku”.

b. Tidak bertaklik — tidak sah rujuk dengan lafaz yang bertaklik, misalnya

kata suami “aku rujuk engkau jika engkau mahu”. Rujuk itu tidak sah

walaupun ister mengatakan mau.

c. Tidak terbatas waktu — seperti kata suami “aku rujuk engkau selama

sebulan

d. Hukum Rujuk

1) Wajib apabila Suami yang menceraikan salah seorang isteri-isterinya dan

dia belum menyempurnakan pembahagian giliran terhadap isteri yang

diceraikan itu.

2) Haram Apabila rujuk itu menjadi sebab mendatangkan kemudaratan

kepada isteri tersebut.

3) Makruh Apabila perceraian itu lebih baik diteruskan daripada rujuk.

4) Makruh Apabila perceraian itu lebih baik diteruskan daripada rujuk.

17

Page 18: Aik Kelompok 12

5) Sunat Sekiranya mendatangkan kebaikan.

 

 

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari pembahasan materi tentang persoalan-persoalan dalam rumah

tangga di atas dapat disimpulkan bahwa pengertian Nusyûz berarti

penentangan atau lebih umumnya adalah pelanggaran istri terhadap

perintah dan larangan suami secara mutlak, akan tetapi Nusyûz dapat juga

terjadi pada suami apabila seorang suami tidak menjalankan kewajiban

yang menjadi hak-hak istri. Sedangkan pengertian khulu’ atau talak tebus

artinya talak yang diucapkan oleh suami dengan pembayaan dari pihak

istri kepada suami.

Dan juga dapat disimpulkan pengertian talak adalah pemutusan tali

perkawinan. Talak ditinjau dari segi lafadz terbagi menjadi talak sharih

(yang dinyatakan secara tegas) dan talak kinayah (dengan sindiran),

18

Page 19: Aik Kelompok 12

sedangkan . Talak Dilihat dari Sudut Ta’liq dan Tanjiz berbentuk

Munajazah dan adakalanya berbentuk mu’allaqah. Talak Dilihat dari Segi

Argumentasi terbagi kepada talak sunni dan talak bid’I, sedangkan . Talak

Ditinjau dari Segi Boleh Tidaknya Rujuk terbagi menjadi dua yaitu talak

raj’i dan talak bain. Sedangkan pengertian iddah ialah sebutan/nama bagi

suatu masa di mana seorang wanita menanti/menangguhkan perkawinan

setelah ia ditinggalkan mati oleh suaminya atau setelah diceraikan baik

dengan menunggu kelahiran bayinya, atau berakhirnya beberapa quru’,

atau berakhirnya beberapa bulan yang sudah ditentukan. Pengertian rujuk

adalah kembalinya seorang suami kepada mantan istrinya dengan

perkawinan dalam masa iddah sesudah ditalak raj’i.

B. Saran

Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca sebagai suatu

pengalaman yang di dapat dari membaca yang semoga bisa berguna

ilmunya untuk pembaca di masa sekarang atau masa kelak.

DAFTAR PUSTAKA

Ermayanti, Tri. 2011.Fiqih Munakahat (memahami Dasar-dasar

Pernikahan). Yogyakarta : Kanwa Publisher

http://www.unitagamakmb.com

19

Page 20: Aik Kelompok 12

20