agregat agregat adalah sekumpulan butir

4
Agregat Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737-1989-F). 2.2.Filler /Bahan Pengisi Filler dapat terdiri dari debu abu batu, abu batu kapur, atau kapur padan, semen (PC) atau bahan non plastis lainnya. 2.3. Aspal Aspal menurut ASTM adalah material berwarna hitam atau coklat tua dan merupakan senyawa dari hydrokarbon dan turunannya. 2.4. Uji Alur Roda (Wheel Tracking Test) Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan Lataston terhadap perubahan bentuk atau deformasi akibat pembebanan dinamis pada suhu tinggi. Hasil pengetesan benda uji adalah stabilitas dan keadaan alur yang dihitung sebagai berikut : ▪ Stabilitas Dinamis (DS) (banyaknya lintasan/mm). Beton aspal merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan lentur, jenis lapis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat bergradasi menerus dengan aspal (bitumen) sebagai bahan pengikat. Dalam pelaksanaan beton aspal ini dibuat dalam keadaan panas (hotmix), baik pada tahap pencampuran, penghamparan maupun pada taham pemadatannya dilaksanakan pada tempetarur tertentu. Aspal termasuk bahan yang thermoplastik dimana konsistensinya akan berubah apabila temperatur berubah, sehingga sifat aspla akan berpengaruh terhadap karakteristik campuran. Maka dari itu maksud penelitian ini adalah untuk mengatahui sampai sejauh mana pengaruh variasi temperatur pamadatan adalah : 140o C, 12o C, 100o C, 80o C, 60o, C, sedangkan variasi ukuran maksimum butiran adalah 1” ¾”, ½’ dengan bahan ikat AC 60 – 70. Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa penurunan temperatur pemadatan akan berakibat menurunnya nilai stabilitas, VFWA, Densiy untuk seluruh variasi ukuran maksimum butiran. Untuk nilai Flow pada temperatur pemadatan 60o - 100o C, menunjukkan fluktuasi pada maksimum size 1”. Sedang untuk maksimum butiran size ‘1/2” rata – rata mengalami peningkatan pada temperatur 100oC - 140oC. Sedang untuk nilai Vim akan meningkat seiring dengan penurunan temperatur pemadatan. Dan untuk nilai Marshall Quotient (QM) juga mengalami penurunan kecuali untuk temperatur 100oC - 120oC pada maksimum size 1” dan’3/4” mengalami peningkatan pada perendamana 24 jam dan 72 jam. Dan

Upload: aaarubber

Post on 30-Jun-2015

1.868 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Agregat Agregat adalah sekumpulan butir

Agregat Agregat adalah sekumpulan butir- butir batu pecah, kerikil, pasir, atau mineral lainnya baik berupa hasil alam maupun buatan (SNI No: 1737-1989-F). 2.2.Filler /Bahan Pengisi Filler dapat terdiri dari debu abu batu, abu batu kapur, atau kapur padan, semen (PC) atau bahan non plastis lainnya. 2.3. Aspal Aspal menurut ASTM adalah material berwarna hitam atau coklat tua dan merupakan senyawa dari hydrokarbon dan turunannya. 2.4. Uji Alur Roda (Wheel Tracking Test) Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui ketahanan Lataston terhadap perubahan bentuk atau deformasi akibat pembebanan dinamis pada suhu tinggi. Hasil pengetesan benda uji adalah stabilitas dan keadaan alur yang dihitung sebagai berikut : ▪ Stabilitas Dinamis (DS) (banyaknya lintasan/mm).

Beton aspal merupakan salah satu jenis dari lapis perkerasan lentur, jenis lapis perkerasan ini merupakan campuran merata antara agregat bergradasi menerus dengan aspal (bitumen) sebagai bahan pengikat. Dalam pelaksanaan beton aspal ini dibuat dalam keadaan panas (hotmix), baik pada tahap pencampuran, penghamparan maupun pada taham pemadatannya dilaksanakan pada tempetarur tertentu.

Aspal termasuk bahan yang thermoplastik dimana konsistensinya akan berubah apabila temperatur berubah, sehingga sifat aspla akan berpengaruh terhadap karakteristik campuran. Maka dari itu maksud penelitian ini adalah untuk mengatahui sampai sejauh mana pengaruh variasi temperatur pamadatan adalah : 140o C, 12o C, 100o C, 80o C, 60o, C, sedangkan variasi ukuran maksimum butiran adalah 1” ¾”, ½’ dengan bahan ikat AC 60 – 70.

Dari hasil penelitian dapat dilihat bahwa penurunan temperatur pemadatan akan berakibat menurunnya nilai stabilitas, VFWA, Densiy untuk seluruh variasi ukuran maksimum butiran. Untuk nilai Flow pada temperatur pemadatan 60o - 100o C, menunjukkan fluktuasi pada maksimum size 1”. Sedang untuk maksimum butiran size ‘1/2” rata – rata mengalami peningkatan pada temperatur 100oC - 140oC. Sedang untuk nilai Vim akan meningkat seiring dengan penurunan temperatur pemadatan. Dan untuk nilai Marshall Quotient (QM) juga mengalami penurunan kecuali untuk temperatur 100oC - 120oC pada maksimum size 1” dan’3/4” mengalami peningkatan pada perendamana 24 jam dan 72 jam. Dan untuk nilai kekakuan campuran juga mengalami penurunan kecuali pada temperatur 120oC - 140oC, untuk maksimum size ‘3/4” pada perendamana 3 jam dan 24 jeam serta 72 jam mengalami peningkatan.

Teori asam dan basa Arrhenius

Teori

Page 2: Agregat Agregat adalah sekumpulan butir

Asam adalah zat yang menghasilkan ion hidrogen dalam larutan. Basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida dalam larutan.

Penetralan terjadi karena ion hidrogen dan ion hidroksida bereaksi untuk menghasilkan air.

Pembatasan teori

Asam hidroklorida (asam klorida) dinetralkan oleh kedua larutan natrium hidroksida dan larutan amonia. Pada kedua kasus tersebut, kamu akan memperoleh larutan tak berwarna yang dapat kamu kristalisasi untuk mendapatkan garam berwarna putih – baik itu natrium klorida maupun amonium klorida.

Keduanya jelas merupakan reaksi yang sangat mirip. Persamaan lengkapnya adalah:

Pada kasus natrium hidroksida, ion hidrogen dari asam bereaksi dengan ion hidroksida dari natrium hidroksida – sejalan dengan teori Arrhenius.

Akan tetapi, pada kasus amonia, tidak muncul ion hidroksida sedikit pun!

anda bisa memahami hal ini dengan mengatakan bahwa amonia bereaksi dengan air yang melarutkan amonia tersebut untuk menghasilkan ion amonium dan ion hidroksida:

Reaksi ini merupakan reaksi reversibel, dan pada larutan amonia encer yang khas, sekitar 99% sisa amonia ada dalam bentuk molekul amonia. Meskipun demikian, pada reaksi tersebut terdapat ion hidroksida, dan kita dapat menyelipkan ion hidroksida ini ke dalam teori Arrhenius.

Akan tetapi, reaksi yang sama juga terjadi antara gas amonia dan gas hidrogen klorida.

Pada kasus ini, tidak terdapat ion hidrogen atau ion hidroksida dalam larutan – karena bukan merupakan suatu larutan. Teori Arrhenius tidak menghitung reaksi ini sebagai reaksi asam-basa, meskipun pada faktanya reaksi tersebut menghasilkan produk yang sama seperti ketika dua zat tersebut berada dalam larutan. Ini adalah sesuatu hal yang lucu!

Page 3: Agregat Agregat adalah sekumpulan butir