agregat planing
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Laporan PraktikumTRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata agregat tersebut menyatakan bahwa rencana dibuat pada tingkat kasar
untuk memenuhi total kebutuhan semua produk yang akan dihasilkan (bukan
perindividu produk) dengan menggunakan sumber daya yang ada. Dalam sistim
manufaktur, faktor-faktor yang dipertimbangkan dalam pembuatan perencanaan
agregat adalah semua sumber daya yang berupa kapasitas mesin yang tersedia,
jumlah tenaga kerja yang ada, tingkat persediaan yang ditentukan, dan
penjadwalannya. Sebagai gambaran perencanaan, agregat perencanaan disuatu
pabrik cat akan dinyatakan dalam beberapa liter cat yang akan diproduksi
meskipun permintaan produksi cat tersebut berdasarkan warna, kualitas, dan
ukuran kaleng yang berbeda. Demikian juga perencanaan agregat kebutuhan
tenaga kerja, agregatnya akan dinyatakan berapa jumlah total tenaga kerja yang
akan dibutuhkan, tanpa harus merinci jenis keterampilan tenaga kerja apa yang
dibutuhkan (tinggi, sedang ataupun rendah). Dengan demikian perencanaan
agregat akan dimulai dengan langkah menyamakan satuan kuantitas dari total
jenis item yang akan diproduksi (unit grup produk, ton, liter, dan sebagainya),
(Dian retno Sari Dewi,2003)
Rencana produksi akan menjadi dasar bagi pembentukan anggaran produksi
dan operasi dalam membuat membuat keperluan tenaga kerja serta keperluan
tenaga kerja baik untuk tenaga kerja biasa maupun tenaga kerja lembur.
Selanjutnya tenaga kerja tersebut digunakan untuk menetapkan keperluan
peralatan dan tingkat persediaan yang diharapkan.
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning

1.2 Batasan praktikum
Agar tidak menyimpang dari tujuan praktikum, maka kami perlu membatasi
masalah dalam laporan ini. Adapun hal-hal yang dibahas dalam laporan ini
adalah:
1. Data yang dikelolah pada praktikum ini berdasarkan data permintaan
yang telah disediakan.
2. Adapun metode yang digunakan dalam perencanaan aggregate adalah
metode Chase Strategy (tenaga kerja berubah-ubah), dan Level
Strategy (tingkat produksi rata-rata)
1.3 Tujuan Praktikum
Melalui praktikum ini diharapkan mahasiswa/i untuk dapat :
1. Menghitung besarnya total biaya yang dikeluarkan perusahaan dengan
menggunakan metode Level Strategy dan Chase Strategy
2. Menentukan metode terbaik yang digunakan untuk perencanaan
produksi yang datanya diperoleh dari peramalan masa lalu.
3. Mengetahui nilai terkecil dari hasil metode-metode pengolahan data
yang digunakan dalam perencanaan agregat
1.4 SistematikaPenulisan
BAB I PENDAHULUAN
Berisikan tentang latar belakang praktikum, batasan praktikum,
tujuan praktikum, dan sistematika penulisan.
BAB II BAB II LANDASAN TEORI
Menguraikan semua teori dasar serta prinsip dasar yang digunakan
untuk membahas masalah yang diangkat.
BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Mengumpulkan data dari hasil peramalan yang terpilih serta
menguraikan semua kapasitas produksi serta perhitungan ongkos
produksi yang berkaitan dengan peramalan yang terpilih.
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning

BAB V ANALISA
Menganalisa semua data yang telah diolah dari hasil peramalan
yang terpilih berdasarkan biaya teroptimal.
BAB VI PENUTUP
Berisi tentang kesimpulan dan saran dari hasil praktikum yang
telah dilakukan
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Pengertian Agregat Planning
Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk
menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang.AP
juga didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara supply dan demand
dari suatu produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input,
transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan AP dibuat untuk produksi,
staffing, inventory, dan backorder level.
Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan
Agregat adalah Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer
operasi untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah
(biasanya antara 3 hingga 18 bulan ke depan). Perencanaan agregat dapat
digunakan dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang
diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat
persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan variabel lain yang dapat
dikendalikan. Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan
dan kuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan
permintaan yang fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam
rencana jangka menengah.
Proses perencanaan dapat digolongkan dalam tiga tingkatan yaitu
1. Long Range Plans
Merupakan perencanaan lebih dari setahun yang menyangkut perencanaan
produk baru,biaya perluasan dan sebagainya. Long Range Plans ditetapkan
oleh manajer pucak.
2. Intermediete Range Plans
Merupakan rencana atara 3 sampai 18 bulan, menyangkut rencana
penjualan, rencanaproduksi, rencana inventory, anggaran tenaga kerja dan
sebagainya. Intermediate range plans ditetapkan oleh Manajer Operasi.
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning

3. Short Range Plans
Merupakan rencana kurang dari tiga bulan yang menyangkut job
assignment, ordering, Job scheduling. Short Range Plans ditetapkan oeh
Manajer Operasi bersama dengan supervisor dan operator.
Dalam tiga tingkatan proses perencanaan tersebut, perencanaan agregat
berada pada tingkatan kedua yaitu Intermediate plans yang menyangkut rencana
produksi / operasi perusahaan.
Perencanaan agregat membentuk keterkaitan antara perencanaan fasilitas di
satu pihak dan penjadwalan dipihak lain. Perencanaan fasilitas membatasi
keputusan perencanaan agregat.penjadwalan berkenaan dengan jangka waktu
yang pendek (beberapa bulan atau kurang) dan dibatasi oleh keputusan
perencanaan agregat. Perencanaan agregat berkaitan dengan perolehan sumber
daya, sedangkan penjadwalan berkaitan denngan pengalokasian sumber daya yang
tersedia terhadap pekerjaan dan pesanan tertentu. Jadi perbedaan dasar harus
dilakukan antara perolehan sumber daya melalui penjadwalan.
2.2. Fungsi Perencanaan Agregat
Pada dasarnya perencanaan produksi agregat merupakan suatu proses
penetapan tingkat output/kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi
tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan
meminimalkan total biaya produksi.
Beberapa fungsi perencanaan agregat yaitu :
1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap
rencana strategi perusahaan
2. Alat ukur performansi proses perencanaan produksi
3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi
4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan membuat
penyesuaian
5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target dan membuat
penyesuaian
6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk produksi.
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning

2.3. Tujuan Perencanaan Agregat
Pada dasarnya tujuan dari perencanaan agregat adalah berusaha untuk
memperoleh suatu pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan pada
periode perencanaan. Namun bagaimanapun juga, terdapat permasalahan strategis
lain yang mungkin lebih penting daripada biaya rendah. Permasalahan strategis
yang dimaksud itu antara lain mengurangi permasalahan tingkat ketenagakerjaan,
menekan tingkat persediaan, atau memenuhi tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Bagi perusahaan manufaktur, jadwal agregat bertujuan menghubungkan sasaran
strategis perusahaan dengan rencana produksi, tetapi untuk perusahaan jasa,
penjadwalan agregat bertujuan menghubungkan sasaran dengan jadwal pekerja.
Ada empat hal yang diperlukan dalam perencanaan agregat antara lain:
1. Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjualan dan output
2. Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan jangka menengah
yang layak pada waktu agregat.
3. Metode untuk menentukan biaya
4. Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya sehingga keputusan
penjadwalan dapat dibuat untuk periode perencanaan
2.4. Strategi Perencanaan Agregat
Strategi perencanaan agregat diperlukan untuk menghadapi permintaan yang
tidak tetap (fuktuatif) yang mengakibatkan beban kerja tidak tetap. Dalam kondisi
semacam ini diperlukan perencanaan dengan mengatur variabel-variabel yang
dapat dikendalikan agar tetap diperoleh biaya minimal dan hasil yang optimal.
Ada beberapa strategi yang dapat digunakan dalam perencanaan agregat
yang dibedakan dalam 2 Opsi/pilihan, yaitu :
1. Opsi Kapasitas ( Capacity Options ).
Yaitu melakukan pengaturan terhadap tingkatan yang ada dengan cara :
a. Variasi Tingkat Persediaan ( changing inventory levels ).
Pada strategi ini tingkat produksi dibuat tetap, kelebihan produksi saat
permintaan rendah disimpan sebagai persediaan untuk menutup
kekurangan produksi saat permintaan tinggi. Kelemahan strategi ini
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning

menimbulkan tingginya biaya penyimpanan persediaan yang
meliputi : sewa gudang, asuransi, kerusakan material, bertambahnya
modal dan sebagainya. Kelebihannya dapat terhindar dari kehilangan
penjualan karena pada saat permintaan tinggi permintaan pelanggan
tetap dapat dipenuhi sehingga kepuasan pelanggan tetap dapat dijaga.
b. Variasi Jumlah Tenaga Kerja ( varying workforce ).
Yaitu bila permintaan tinggi dilakukan penambahan tenaga kerja
(hiring), sedang saat permintaan rendah dilakukan pengurangan
tenaga kerja (layoffs).Biaya yang muncul meliputi, biaya pengadaan
tenaga Kerja dan pesangon bagi tenaga kerja yang diberhentikan.
c. Variasi Jam Kerja (varying production rates through overtime or idle
time).
Strategi ini mempertahankan jumlah karyawan tetap pada tingkat
produksi tertentu, bila permintaan naik maka dilakukan kerja lembur
(over time) untuk meningkatkan produksi, sedangkan bila permintaan
turun dilakukan pengurangan jam kerja (under time).
d. Strategi Sub Kontak ( subcontracting).
Strategi ini lakukan bila permintaan tinggi tetapi kapasitas produksi
tidak mencukupi, sedangkan perusahaan tidak ingin kehilangan
permintaan.Subkontraktor yang dipilih adalah yang memenuhi standar
yang diisyaratkan dan dapat memenuhi jadwal pengiriman.
Kerugiannya : harga pokok produksi lebih tinggi, memberi
kesempatan pesaing untuk maju, tidak bisa langsung mengontrol
kualitas produk.
e. Menggunakan karyawan paruh waktu ( using part-time workers).
Banyak digunakan sektor jasa yang banyak membutuhkan TK yang
berketerampilan rendah, mis : toko swalayan, restoran, dsb.
Kelebihannya: biaya relatif rendah, fleksibel. Kelemahannya :
perputaran tenaga kerja tinggi, biaya pelatihan tinggi dan
mempengaruhi konsistensi mutu produk.
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning

2. Opsi Permintaan ( Demand Options ).
Yaitu mempengaruhi tingkat permintaan (demand) agar meningkat dengan
cara :
a. Strategi Mempengaruhi Permintaan (Influencing Demand).
Bila permintaan rendah perusahaan dapat mencoba meningkatkan
permintaan dengan cara: iklan (advertising), promosi, personel selling,
potongan harga dan sebagainya yang tujuannya untuk mendongkrak
permintaan agar meningkat.
b. Pemesanan tertunda saat permintaaan tinggi (Back Order during
highdemand periods).
Back order adalah pesanan barang atau jasa yang diterima tetapi baru
dipenuhi kemudian setelah persediaan tersedia. Back order biasa
terjadi untuk perusahaan Mail Order atau perusahaan yang
memproduksi barang yang kompleks dan bernilai tinggi, misal :
pesawat terbang. Strategi ini jarang diterapkan untuk barang
konsumsi.
2.5. Metode Perencanaan Agregat
Berikut beberapa teknik yang digunakan untuk mengembangkan rencana
agregat yang lebih sesuai dan bermanfaat :
1. Metoda Grafis Dan Tabel
Teknik grafis dan tabel sangat dikenal karena mudah digunakan. Pada
dasarnya, rencana tersebut menggunakan beberapa variabel secara
bersamaan agar perencana dapat membandingkan permintaan yang
diramalkan dengan kapasitas ada. Pendekatan tersebut merupakan
pendekatan trial-and-error yang tidak menjamin suatu rencana produksi
yang optimal, dan membutuhkan perhitungan yang terbatas. Berikut
adalah lima tahapan dalam metoda grafis:
1) Tentukan permintaan pada setiap perioda.
2) Tentukan kapasitas waktu reguler, lembur, dan subkontrak pada
setiap perioda.
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning

3) Temukan biaya tenaga kerja, merekrut dan mem-PHK, dan biaya
menahan persediaan.
4) Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan pada
pekerja atau tingkat persediaan.
5) Buat rencana alternatif dan kaji biaya total mereka.
2. Metoda Transportasi Pemrograman Linier
Ketika permasalahan perencanaan agregat dipandang sebagai cara untuk
mengalokasikan kapasitas produksi untuk memenuhi permintaan yang
diramalkan, maka perencanaan agregat tersebut dapat dirumuskan dalam
bentuk pemrograman linier. Metoda transportasi pemrograman linier
menghasilkan rencana optimal untuk mengurangi biaya. Metoda
transportasi tersebut juga fleksibel dalam menetapkan produksi reguler dan
lembur pada setiap perioda waktu, jumlah unit yang di-subkontrak, shift
tambahan, dan persediaan yang terbawa dari perioda ke perioda
berikutnya.
3. Model Koefisien Manajemen
Model koefisien manajemen Bowman2 membentuk sebuah model
keputusan formal yang bergantung kepada pengalaman dan kinerja
manajer. Asumsi yang digunakan adalah bahwa kinerja manajer masa lalu
baik, sehingga dapat digunakan sebagai dasar untuk keputusan masa
depan. Teknik tersebut menggunakan sebuah analisis regresi masa lampau
dari keputusan produksi masa lalu yang dibuat oleh manajer. Lini regresi
menyajikan hubungan antara variabel (seperti permintaan dan tenaga
kerja) untuk keputusan masa depan. Menurut Bowman, defisiensi manajer
sering tidak konsisten dalam pengambilan keputusan.
2.5.1. Chase Strategy
Chase Strategy diartikan juga sebagai suatu strategi perencanaan dalam AP
dengan jalan melakukan penyesuaian kapasitas terhadap demand, perencanaan
output untuk suatu periode dibuat sesuai dengan permintaan yang diperkirakan
pada periode tersebut.
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning

2.5.2. Level Strategy
Level strategy merupakan salah satu strategi dalam perencanaan agregat,
yang perencanaan produksinya konstan, dimana meskipun memperhatikan
dinamika permintaan namun rencana produksinya tidak mengikuti naik turunnya
permintaan dengan memperhitungkan konsekuensi yang ada.
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning

BAB III
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
3.1 Pengumpulan data
PT. Fisher Teknik adalah sebuah perusahaan yang bergerak di bidang
packaging produk mainan..Berikut diketahui data permintaan tahun 2011 dan
peramalan untuk tahun 2012 :
Tabel Permintaan
BulanPermintaa
nPeramala
nJanuary 13965 11932
February 12878 11937March 11915 11942April 12245 11946May 9025 11951June 10650 11956July 9240 11961
August 10145 11965Septembe
r 15465 11970October 14100 11975
November 12495 11980
December 11370 11984
Worker
Cycle time 8 minutesWorkers 15Productive time 7 hoursRest time 1 hours
Biaya
Hire cost Rp200,000/ orangFire Cost Rp200,000/ orangRegular salary Rp8,000/ jam/ orangOver time Rp10,000/ jam / orangHolding cost Rp500/ unit/ bulan
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning

Hari Kerja Efektif
Hari Efektif 2012Januari 23Februari 19Maret 20April 24Mei 25Juni 25Juli 22Agustus 21September 23Oktober 20November 24Desember 26
Inventory
Kode Keterangan Lot size leadtime
SS OH
Schdl Rec at time: (M)
FG Finish good 300
3.2 Pengolahan Data
Dalam menentukan strategi agregat planning, kami menggunakan 2 metode
yaitu Chase Strategy dan Level Strategy. Berikut perhitungan dari masing-masing
metode tersebut.
3.2.1. Chase Strategy
Chase strategy merupakan salah satu strategi perencanaan agregat dimana
tingkat produksi dari waktu ke waktu mengikuti permintaan. Dari keterangan
pengumpulan data diatas, didapatkan perhitungan produksinya adalah sebagai
berikut :
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning

TABLE CHASE STRATEGY
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning

3.2.2. Level Strategy
Level strategy merupakan salah satu strategi dalam perencanaan agregat,
yang perencanaan produksinya konstan, dimana meskipun memperhatikan
dinamika permintaan namun rencana produksinya tidak mengikuti naik turunnya
permintaan dengan memperhitungkan konsekuensi yang ada. Dari keterangan
pengumpulan data diatas, didapatkan perhitungan produksinya adalahsebagai
berikut :
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning

TABLE LEVEL STRATEGY
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning

BAB IV
ANALISA DATA
4.1. Analisa Data
Chase Strategy
Jumlah pekerja disesuaikan dengan banyaknya permintaan kepada
perusahaan. Jumlah pekerja pada awal periode sebanyak 15 pekerja, maka
dengan strategi Chase jika perusahaan mengalami penurunan permintaan
jumlah pekerja pun harus dikurangi dengan menghentikan beberapa
pekerja. Sebaliknya jika permintaan kepada perusahaan bertambah, maka
penambahan jumlah pekerja dilakukan dengan menggunakan biaya
penambahan pekerja.Karena tingkat produksi disesuaikan dengan
banyaknya permintaan, maka tidak ada biaya tambahan untuk inventory
(penyimpanan) maupun biaya keterlambatan pemenuhan permintaan.Total
biaya dari perencanaan chase strategi ini adalah Rp. 184.576.000,00
Level Strategy
Dengan strategi level, meskpun permintaan kepada perusahaan
meningkat atau menurun, perusahaan tidak mengubah unit produksi.
Jumlah pekerja yang digunakan di dalam proses produksi tidak berubah
dari awal sampai akhir periode perencanaan yaitu 15 orang pekerja.
Sehingga biaya firing cost maupun hiring cost dapat dihemat.Namun
dengan metode ini, mengakibatkan dimana terjadinya surplus sehingga
menyebabkan terjadinya inventory cost akibat terjadinya penyimpanan
kelebihan hasil produksi.Total biaya dari perencanaan level strategi ini
adalah Rp. 481.795.000,00
4.2. Bagan BOM (Bill Of Material)
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning

Studi Kasus :Proses ProduksiBarang 1, 2, 3 masing masing dimasukkan ke dalam Plastik dan kemudian masukkan buku kedalam plastik tersebut bersama-sama. Kemudian setelah dirapatkan plastiknya, masing-masing barang tersebut dimasukkan ke dalam kotak karton printed 1, 2 dan 3 sesuai dengan masing-masing jenis produk. Kemudian masukkan ke dalam plastik transparan bag. 1 plastik transparan bag harus diisi dengan Produk 1,2 dan 3 masing-masing 1 buah.
Bagan BOM Proses Produksi PT. Fisher Teknik
BAB V
PENUTUP
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan dan perhitungan yang telah dilakukan,
diperoleh kesimpulan bahwa :
1. Dari kedua metode di atas, dibandingkan dengan Strategi Chase dan Level,
maka didapatkan
Chase Strategi Level Strategy
Rp 184,576,000.00 Rp 481,795,000.00
2. Metode yang menghasilkan biaya paling murah adalah metode pertama,
dengan Chase Strategi. Sehingga didapatkan biaya Rp184,576,000.00
5.2. Saran
Setelah berakhirnya praktikum ini praktikan mengaharapkan adanya
perbaikan baik dari segi fasilitas maupun dari segi penyampaian
materi,berupa :
1. Ketersediaan perangkat computer,mengingat tidak semua praktikan
memilki Notebook/Laptop.
2. Laboratorium praktek hendaknya di bekali dengan Infocus/Proyektor,Agar
teman-teman pembimbing tidak merasa kesulitan dalam menerangkan
kepada setiap praktikan.
3. Dalam penggunaan software hendaknya digunakan versi yang telah
terupdate,karena versi yang terupdate sudah pasti lebih baik jika di
bandingkan dengan bersi sebelumnya
4. Dalam peyampaian materi setidaknya diberikan juga modul sebagai sarana
pembantu untuk praktikan dalam menyelesaikan tugas kasus yang di
berikan.
Demikian saran yang di berikan,mohon maaf jika ada kata-kata yang
kurang berkenan.Harapan kedepanya semoga praktikum untuk angkatan-
angkatan selanjutnya lebih baik.
Laporan Praktikum SCM – Agregat Planning