perencanaan produksi agregat
Embed Size (px)
DESCRIPTION
Perencanaan produksi agregatTRANSCRIPT

BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kegiatan perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan –
peramalan (forecast) untuk mengetahui terlebih dahulu apa dan berapa yang perlu
diproduksikan pada waktu yang akan datang. Peramalan produksi bermaksud
untuk memperkirakan permintaan akan barang – barang atau jasa perusahaan.
Tetapi hampir semua perusahaan tidak dapat selalu menyesuaikan tingkat
produksi mereka dengan perubahan permintaan nyata. Oleh karena itu, perusahaan
mengembangkan rencana – rencana rasional yang menunjukan bagaimana mereka
akan memberi tanggapan terhadap pasar.
Perencanaan agregat bersangkutan dengan cara kapasitas organisasi
digunakan untuk memberikan tanggapan terhadap permintaan yang diperkirakan.
Perencanaan agregat adalah proses perencanaan kuantitas dan pengaturan waktu
keluaran selama periode waktu tertentu (biasanya antara tuga bulan sampai satu
tahun) melalui penyesuaian variable – variable tingkat produksi, karyawan,
persediaan dan variable – variable yang dapat dikendalikan lainnya.
Digunakannya istilah “agregat” adalah karena ramalan – ramalan permintaan akan
berbagai barang atau jasa individual digabungkan menjadi unit – unit yang
homogeny. Perencanaan agregat mencerminkan strategi perusahaan dalam
pelayanan kepada langganan, tingkat persediaan, tingkat produksi, jumlah
karyawan dan lain – lain.
1

2
Perencanaan agregat adalah suatu langkah pendahuluan untuk perencanaan
kebutuhan kapasitas yang lebih terperinci. Perencanaan ini merupakan salah satu
tanggung jawab personalia yang ada sekarang, informasi yang akurat tentang
biaya dan pengetahuan penuh mengenai tujuan – tujuan system dan bagian –
bagiannya. Manjemen puncak hendaknya memberikan pengarahan atau pedoman
bagi kegiatan perencanaan agregat ini, karena seperti yang telah disebutkan diatas,
keputusan – keputusan perencanaan agregat sering mencerminkan kebijaksanaan
dasar perusahaan. Beberapa pedoman umum perencanaan agregat secara ringkas
dapat diperinci sebagai berikut (T. Hani Handoko : 1984;235):
1. Tentukan kebijaksanaan perusahaan dengan memperhatikan variable –
variable yang dapat dikendalikan;
2. Gunakan hasil ramalan yang baik sebagai dasar perencanaan;
3. Buat rencana – rencana dalam unit – unit kapasitas yang tepat;
4. Sedapat mungkin pelihara stabilitas karyawan;
5. Lakukan pengawasan efektif tehadap persediaan;
6. Pelihara fleksibilitas untuk menghadapi perubahan;
7. Tanggapi permintaan dengan suatu cara yang terkendali;
8. Evaluasi perencanaan secara teratur.
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan perumusan masalah
sebagai berikut:
a. Apa pengertian dari perencanaan produksi agregat?
b. Apa tujuan dari kegiatan perencanaan produksi agregat?

3
c. Biaya dan strategi apa yang ada dalam kegiatan perencanaan produsi
agregat?
d. Metode apa saja yang dapat digunakan dalam perhitungan perencanaan
produksi agregat?
e. Metode apa yang terbaik untuk diterapkan pada produksi bola lampu LED
di PT Phillips Light?
1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian
Maksud dari penelitian praktikum ini untuk mengetahui dan mampu
menganalisa metode perencanaan produksi agregat yang terbaik dalam kegiatan
produksi dan operasionalnya agar dapat memenuhi permintaan produk bola
Lampu LED di PT Phillips Light. Adapun tujuan praktikum ini adalah:
a. Memahami tentang pengertian dari perencanaan produksi agregat.
b. Mengetahui fungi dan tujuan perencanaan produksi agregat.
c. Mengetahui biaya-biaya dan strategi apa saja yang ada dalam perencanaan
produksi agregat.
d. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam perencanaan produksi
agregat.
e. Mendapatkan metode yang terbaik untuk produksi bola Lampu LED di PT
Phillips Light.
1.4. Pembatasan Masalah
Agar permasalahan yang dibahas tidak meluas, maka perlu adanya
pembatasan masalah, yaitu sebagai berikut:

4
1. Penelitian hanya dilakukan pada produk bola Lampu LED di PT Phillips
Light.
2. Data peramalan yang digunakan didapatkan dari hasil metode peramalan
yang terbaik pada penelitian sebelumnya.
3. Perhitungan perencanaan agregat hanya menggunakan 3 metode yaitu,
Variasi tingkat persedian, Variasi jumlah tenaga kerja, dan Sub kontrak.
1.5. Metode Pengumpulan Data
A. Primer
1. Wawancara :
Wawancara yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya
langsung kepada responden, atau tatap muka antara responden dengan peneliti.
2. Observasi :
Observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian
secara langsung terhadap obyek penelitian permintaan.
B. Sekunder
Dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data sekunder.
Dokumentasi yaitu metode pangumpulan data dengan cara mendapatkan data
melalui buku-buku, catatan-catatan atau dokumentasi perusahaan yang ada
kaitannya dengan penelitian.

5
1.6. Sistematika Penulisan
BAB I. Pendahuluan
1.1. Latar Belakang Masalah
Menyajikan tentang latar belakang penelitian peramalan yang menunjang dalam
praktikum ini.
1.2. Perumusan Masalah
Menspesifikasi suatu bahasan dari permasalahan yang ada, sehingga permasalahan
yang akan kita pecahkan menjadi lebih terarah. Perumusan tentang masalah yang
akan dibahas dalam praktikum peramalan.
1.3. Maksud dan Tujuan Praktikum
Apa yang diharapkan dan apa yang akan kita dapatkan dari pelaksanaan
praktikum peramalan.
1.4. Pembatasan Masalah
Membuat batasan tentang hipotesa dan uji apa saja yang akan digunakan dalam
praktikum.
1.5. Metode Pengumpulan data
Metode yang digunakan pada saat mengumpulkan data yang akan digunakan
dalam praktikum.
1.6. Sistematika Penulisan
Urutan-urutan atau susunan-susunan sistematik dari penulisan laporan.

6
BAB II. Landasan Teori
Teori-teori yang dapat digunakan sebagai acuan dalam praktikum dan teori-teori
yang berhubungan dengan praktikum.
BAB III. Kerangka Pemecahan Masalah
3.1. Flowchart Pemecahan Masalah
Suatu gambaran yang berbentuk Flowchart untuk memecahkan suatu masalah.
3.2. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah
Cara-cara yang sistematik untuk memecahkan suatu masalah.
BAB IV. Pengumpulan dan Pengolahan Data
4.1. Pengumpulan Data
Mengumpulkan dan menuliskan data-data yang diperlukan dalam praktikum.
4.2. Pengolahan Data
Penyajian dari data yang telah didapat dari praktikum.
BAB V. Analisa Dan Pembahasan
Mengidentifikasi, menganalisis atau menyelidiki hasil dari pengolahan data.

7
BAB VI. Kesimpulan dan Saran
6.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil metode perhitungan masing-masing data atau hasil akhir
semua isi laporan.
6.2. Saran
Masukan-masukan yang kita kemukakan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik
dalam penyusunan laporan dan dalam praktikum di masa yang akan datang.

BAB II
LANDASAN TEORI
1.1. Pengertian Agregat
Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk
menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang.AP
juga didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara supply dan demand
dari suatu produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input,
transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan AP dibuat untuk produksi,
staffing, inventory, dan backorder level.
Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan
Agregat adalah Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer
operasi untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah
(biasanya antara 3 hingga 18 bulan ke depan). Perencanaan agregat dapat
digunakan dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang
diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat
persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan variabel lain yang dapat
dikendalikan. Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan
dan kuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan
permintaan yang fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam
rencana jangka menengah.
8

9
Proses perencanaan dapat digolongkan dalam tiga tingkatan yaitu:
1. Long Range Plans
Merupakan perencanaan lebih dari setahun yang menyangkut perencanaan
produk baru,biaya perluasan dan sebagainya. Long Range Plans ditetapkan oleh
manajer pucak.
2. Intermediete Range Plans
Merupakan rencana atara 3 sampai 18 bulan, menyangkut rencana
penjualan, rencana produksi, rencana inventory, anggaran tenaga kerja dan
sebagainya. Intermediate range plans ditetapkan oleh Manajer Operasi.
3. Short Range Plans
Merupakan rencana kurang dari tiga bulan yang menyangkut job
assignment, ordering, Job scheduling. Short Range Plans ditetapkan oeh Manajer
Operasi bersama dengan supervisor dan operator.
Dalam tiga tingkatan proses perencanaan tersebut, perencanaan agregat
berada pada tingkatan kedua yaitu Intermediate plans yang menyangkut rencana
produksi / operasi perusahaan.
Perencanaan agregat membentuk keterkaitan antara perencanaan fasilitas
di satu pihak dan penjadwalan dipihak lain. Perencanaan fasilitas membatasi
keputusan perencanaan agregat.penjadwalan berkenaan dengan jangka waktu
yang pendek (beberapa bulan atau kurang) dan dibatasi oleh keputusan
perencanaan agregat. Perencanaan agregat berkaitan dengan perolehan sumber
daya, sedangkan penjadwalan berkaitan denngan pengalokasian sumber daya yang

10
tersedia terhadap pekerjaan dan pesanan tertentu. Jadi perbedaan dasar harus
dilakukan antara perolehan sumber daya melalui penjadwalan.
Hirarki keputusan kapasitas ini diperlihatkan pada gambar 2.1. perhatikan
bahwa keputusan diproses dari atas ke bawah, dan umpan balik dari bawah ke
atas. Keputusan penjadwalan seringkali menunjukan kebutuhan akan perbaikan
perencanaan agregat dan perencanaan agregat juga dapat mencakup kebutuhan
akan fasilitas.
1.2. Fungsi Perencanaan Agregat
Pada dasarnya perencanaan produksi agregat merupakan suatu proses
penetapan tingkat output/kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi
tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan
meminimalkan total biaya produksi.
Beberapa fungsi perencanaan agregat yaitu :
1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap
rencana strategi perusahaan
2. Alat ukur performansi proses perencanaan produksi
3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi
4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan
membuat penyesuaian
5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target dan membuat
penyesuaian

11
6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk produksi.
2.3. Tujuan Perencanaan Agregat
Pada dasarnya tujuan dari perencanaan agregat adalah berusaha untuk
memperoleh suatu pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan pada
periode perencanaan. Namun bagaimanapun juga, terdapat permasalahan strategis
lain yang mungkin lebih penting daripada biaya rendah. Permasalahan strategis
yang dimaksud itu antara lain mengurangi permasalahan tingkat ketenagakerjaan,
menekan tingkat persediaan, atau memenuhi tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
Bagi perusahaan manufaktur, jadwal agregat bertujuan menghubungkan sasaran
strategis perusahaan dengan rencana produksi, tetapi untuk perusahaan jasa,
penjadwalan agregat bertujuan menghubungkan sasaran dengan jadwal pekerja.
Ada empat hal yang diperlukan dalam perencanaan agregat antara lain:
1. Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjualan dan output
2. Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan jangka menengah
yang layak pada waktu agregat.
3. Metode untuk menentukan biaya
4. Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya sehingga keputusan
penjadwalan dapat dibuat untuk periode perencanaan.

12
2.4. Strategi – Strategi Perencanaan Agregat
Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh manajer operasi dalam
merumuskan rencana agregat yaitu:
1. Apakah persediaan digunakan untuk menyerap perubahan selama
periode permintaan ?
2. Apakah perubahan akan diakomodasikan dengan cara mengubah jumlah
tenaga kerja?
3. Apakah perlu penggunaan tenaga kerja paruh waktu atau waktu lembur
dan waktu kosong untuk menghadapi fluktuasi ?
4. Apakah perlu menggunakan subkontraktor untuk antisipasi pesanan
yang fluktuatif sehingga dapat mempertahankan jumlah tenaga kerja yang stabil?
5. Apakah perlu mengubah harga atau faktor lain untuk mempengaruhi
permintaan?
Semua ini adalah stategi perencanaan yang benar. Strategi-strategi ini
melibatkan manipulasi persediaan, nilai produksi, tingkat tenaga kerja, kapasitas,
dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Terdapat delapan pilihan secara lebih
terinci. Lima pilihan pertama disebut pilihan kapasitas (capacity option) sebab
pilihan ini tidak berusaha untuk mengubah permintaan tetapi untuk menyerap
fluktuasi dalam permintaan. Tiga pilihan yang terakhir adalah pilihan permintaan
(demand option) dimana perusahaan berusaha untuk mengurangi perubahan pola
permintaan selama periode perencanaan.

13
2.4.1. Pilihan Kapasitas
Sebuah perusahaan dapat memilih pilihan kapasitas dasar (produksi) berikut:
1. Mengubah tingkat persediaan
Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama periode permintaan
rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa mendatang. Jika strategi
ini dipilih, maka biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan, asuransi,
penanganan, keusangan, pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan
meningkat. (Biaya-biaya ini pada umumnya berkisar 15% hingga 40% dari nilai
sebuah barang setiap tahunnya). Pada sisi lain, ketika perusahaan memasuki masa
dimana permintaan meningkat, maka kekurangan yang terjadi dapat
mengakibatkan tidak terjadinya penjualan yang disebabkan waktu tunggu yang
lebih panjang dan pelayanan pelanggan yang lebih buruk.
2. Meragamkan jumlah tenaga kerja
Dilakukan dengan cara mengkaryakan atau memberhentikan. Salah satu
cara untuk memenuhi permintaan adalah dengan mengkaryakan atau
memberhentikan para pekerja produksi untuk menyesuaikan tingkat produksi.
Bagaimanapun, sering karyawan baru memerlukan pelatihan, dan produktivitas
rata-rata menurun untuk sementara karena mereka menjadi terbiasa.
Pemberhentian atau PHK, tentu saja, menurunkan moral semua pekerja dan dapat
mendorong ke arah produktivitas yang lebih rendah.

14
3. Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong
Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan dengan meragamkan
waktu kerja, mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan
menambah jam kerja pada saat permintaan naik. Sekalipun begitu, ketika
permintaan sedang tinggi, terdapat keterbatasan seberapa banyak lembur yang
dapat dilakukan. Upah lembur membutuhkan lebih banyak uang, dan terlalu
banyak lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja secara keseluruhan
merosot. Lembur juga dapat menyiratkan naiknya biaya overhead yang diperlukan
untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan. Pada sisi lain, disaat permintaan
menurun, perusahaan harus mengurangi waktu kosong pekerja-yang biasanya
merupakan proses yang sulit.
4. Subkontrak
Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan
melakukan subkontrak selama periode permintaan tinggi. Bagaimana pun,
subkontrak, memiliki beberapa kekurangan antara lain :
a) Mahal
b) Membawa resiko dengan membuka pintu klien bagi pesaing
c) Seringkali susah mendapatkan pemasok subkontrak yang sempurna,
yang selalu dapat mengirimkan produk bermutu tepat waktu.
5. Penggunaan karyawan paruh waktu

15
Terutama di sector jasa, karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan
tenaga kerja tidak terampil. Praktik ini umum dilakukan di restoran, toko eceran,
dan supermarket.
2.4.2. Pilihan Permintaan
Pilihan permintaan dasar adalah sebagai berikut :
1. Mempengaruhi permintaan.
Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat mencoba untuk
meningkatkan permintaan melalui iklan, promosi, kewiraniagaan, dan diskon.
Perusahaan penerbangan dan hotel telah lama menawarkan diskon akhir pekan
dan tarif musim sepi; perusahaan telepon membebankan biaya yang lebih murah
pada malam hari; beberapa perguruan tinggi member diskon bagi warga senior;
dan pendingin udara dijual lebih murah pada waktu musim dingin. Bagaimana
pun, bahkan iklan khusus, promosi, penjualan, dan penetapan harga tidak selalu
mampu menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas produksi.
2. Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi.
Tunggakan pesanan adalah pesanan barang atau jasa yang diterima
perusahaan tetapi tidak mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi
pada saat itu. Jika pelanggan mau menunggu tanpa kehilangan kehendak baik
mereka maupun pesanannya, tunggakan pesanan adalah strategi yang mungkin
dijalankan. Banyak perusahaan menggunakan tunggakan pesanan, tetapi
pendekatan ini sering mengakibatkan hilangnya penjualan.

16
3. Perpaduan produk dan jasa yang counterseasonal (dengan musim yang
berbeda).
Sebuah teknik pelancar masalah aktif yang secara luas digunakan para
pengusaha manufaktur adalah mengembangkan sebuah produk yang merupakan
perpaduan dari barang counterseasonal. Contohnya adalah perusahaan yang
membuat pemanas dan pendingin ruangan atau mesin pemotong rumput dan
penyingkir salju. Bagaimanapun, perusahaan yang menerapkan pendekatan ini
mungkin mendapati diri mereka terlibat dengan produk atau jasa di luar area
keahlian atau target pasar mereka.
2.4.3. Pilihan Campuran
Walupun setiap lima pilihan kapasitas dan tiga pilihan permintaan dapat
menghasilkan sebuah jadwal agregat yang efektif, beberapa kombinasi diantara
pilihan kapasitas dan pilihan permintaan mungkin akan lebih baik.
Kebanyakan pengusaha manufaktur berasumsi bahwa penggunaan pilihan
permintaan telah diteliti secara menyeluruh oleh bagian pemasaran dan pilihan-
pilihan yang layak itu digabungkan dengan prediksi permintaan. Manajer operasi
lalu membuat rencana agregat berdasarkan pada prediksi itu. Bagaimanapun,
dengan menggunakan lima pilihan kapasitas dalam otoritasnya, manager operasi
masih memiliki banyak kemungkinan rencana. Rencana ini dapat terdiri dari :
1. Strategi perburuan (chase strategy)
Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai tingkat output bagi
setiap periode yang memenuhi prediksi permintaan untuk periode tersebut.
Strategi ini dapat terpenuhi dengan berbagai jalan. Sebagai contoh, manager

17
operasi dapat memvariasikan tingkat tenaga kerja dengan merekrut atau
menghentikan karyawan , atau dapat memvariasikan produksi dengan waktu
lembur, waktu kosong, karyawan paruh waktu, atau subkontrak.
2. Strategi penjadwalan bertingkat (level-scheduling strategy).
Sebuah rencana agregat di mana produksi harian tetap sama dari periode
ke periode. Perusahaan seperti Toyota dan Nissan mempertahankan tingkat
produksi pada tingkatan yang seragam dan mungkin membiarkan persediaan
barang jadi naik atau turun untuk menopang perbedaan permintaan dan produksi
atau menemukan pekerjaan alternatif bagi karyawan. Penjadwalan bertingkat akan
bekerja dengan baik ketika permintaan stabil.
2.5. Metoda Perncanaan Agregat
Ada beberapa tehnik yang digunakan manajer operasi untuk
mengembangkan rencana agregat yang lebih bermanfaat dan lebih tepat,
diantaranya:
1. Metode Pembuatan grafis dan diagram
Metode ini sangat sering dipakai karena mudah dipahami. Pada dasarnya,
rencana rencana dengan grafis dan diagram ini menangani variabel sedikit demi
sedikit agar perencana dapat membandingkan proyeksi permintaan dengan
kapasitas yang ada.

18
Pendekatan yang digunakan adalah “ trial and error “ yang tidak menjamin
terciptanya rencana produksi yang optimal, tatapi penghitungan yang dibutuhkan
hanya sedikit dan dapat dilakukan oleh staf yang paling dasar pekerjaannya.
Tahapan dalam metode ini adalah:
1. Tentukan permintaan pada tiap periode.
2. Tentukan berapa kapasitas pada waktu biasa, waktu lembur, dan
tindakan subkontrak untuk tiap periode.
3. Tentukan biaya tenaga kerja, biaya rekrutmen dan biaya pemberhentian
karyawan serta biaya penahanan persediaan.
4. Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan pada para
pekerja dan tingkatan persediaan.
5. Kembangkan rencana alternative dan amati biaya totalnya.
2. Pendekatan Matematis Dalam Perencanaan
Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan agregat telah banyak
dikembangkan diantaranya:
a. Metode Transportasi Dalam Program Linear
Jika masalah perencanaan agregat dipandang sebagai masalah alokasi
kapasitas operasi untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan, maka rencana
agregat dapat dirumuskan dalam format program linear.

19
b. Linear Decision Rule
Merupakan model perenxcanaan agregat yang berupaya untuk
mengoptimalkan tingkat produksi dan tingkat jumlah tenaga kerja sepanjang
periode tertentu.
c. Model ini meminimisasi biaya total dari biaya gaji, rekrutmen, PHK,
lembur, dan persediaan melalui serangkaian kurva biaya kuadrat.
d. Management Coefficient Model
Dikembangkan oleh E.H Bowman yang membangun suatu model
keputusan formal di seputar pengalaman dan kinerja manajer. Teori yang
mendasari adalah pengalaman masa lalu manajer cukup baik, sehingga dapat
digunakan sebagai dasar menetapkan keputusan di masa depan. Teknik ini
menggunakan analisa regresi terhadap keputusan produksi yang diambil manajer
di masa lalu.
e. Simulasi
Suatu model computer yang dinamakan “ Penjadwalan lewat simulasi”
yang dikembangakan tahun 1966 di R.C Vergin. Pendekatan simulasi ini
menggunakan prosedur pencarian kombinasi nilai yang biayanya minimal untuk
ukuran jumlah tenaga kerja dan tingkat produksi.

20
2.6. Biaya Perencanaan Agregat
Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat antara lain :
1. Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja)
Penambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuk iklan, proses
seleksi dan training. Biaya training merupakan biaya yang besar apabila tenaga
kerja yang direkrut adalah tenaga kerja yang belum berpengalaman.
2. Firing Cost(Biaya pemberhentian tenaga kerja)
Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya
permintaan akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun
dengan drastic. Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan
uang pesangon bagi karyawan yang di-PHK, menurunnya moral kerja dan
produktivitas karyawan yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat social.
Semua akibat ini dianggap sebagai biaya pemberhentian tenaga kerja yang akan
ditanggung perusahaan.
3. Overtime Cost dan Undertime Cost(biaya lembur dan biaya menganggur)
Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi,
tetapi konsekwensinya perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan lembur
yang biasanya 150% dari biaya kerja regular. Disamping biaya tersebut, adanya
lembur akan memperbesar tingkat absen karyawan karena capek. Kebalikan dari
kondisi diatas adalah bila perusahaan mempunyai kelebihan tenaga kerja
dibandingkan dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk
kegiatan produksi. Tenaga kerja berlebih ini kadang-kadang bisa dialokasikan

21
untuk kegiatan lain yang produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak
dapat dilakukan alokasi yang efektif, maka perusahaan dianggap menanggung
biaya menganggur yang besarnya merupakan perkalian antara jumlah jam kerja
yang tidak terpakai dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.
4. Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan
persediaan)
Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan
permintaan pada saat-saat tertentu. Konsekwensi dari kebijaksanaan persediaan
bagi perusahaan adalah timbulnya biaya penyimpanan (inventory cost/holding
cost) yang berupa biaya tertahannya modal, pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan
biaya sewa gudang. Kebalikan dari kondisi diatas, kebijaksanaan tidak
mengadakan persediaan seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat
menimbulkan kerugian dalam bentuk biaya kehabisan persediaan. biaya kehabisan
persediaan ini dihitung berdasarkan berapa barang diminta yang tidak tersedia.
Kondisi ini pada system MTO (Make to order = Memproduksi berdasarkan
pesanan) akan mengakibatkan jadwal jadwal penterahan order terlambat,
sedangkan pada system MTS (make to stock =Memproduksi untuk memenuhi
persediaan) akan mengakibatkan beralihnya pelanggan pada produk lain.
Kekecewaan pelanggan karena tidak tersedianya barang yang diinginkan akan
diperhitungkan sebagai kerugian bagi perusahaan, dimana kerugian tersebut akan
dikelompokkan sebagai biaya kehabisan persediaan. Biaya kehabisan persediaan
ini sama nilainya dengan biaya pemesanan kembali bila konsumen masih bersedia
menunggu.

22
5. Subcontract Cost (biaya subkontrak)
Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular, biasanya
perusahaan mensubkontrakan kelebihan permintaan yang tidak bisa ditanganinya
sendiri kepada perusahaan lain. Konsekuensi dari kebijaksanaan ini adalah
timbulnya biaya subkontrak, dimana biasanya biaya mensubkontrakan ini lebih
mahal dibandingkan memproduksi sendiri dan adanya resiko terjadinya
kelambatan penyerahan dari kontraktor.

BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Bab ini berisi tentang metodologi penelitian yang bertujuan agar
penyusunan laporan praktikum ini dapat mempunyai alur yang terarah dan
sistematis. Metodologi penelitian merupakan suatu proses berpikir yang terdiri
dari tahaptahap penelitian yang akan dilakukan. Perancangan metodologi
penelitian yang sistematis amat diperlukan karena tiap tahap penelitian memiliki
kaitan erat terhadap tahap selanjutnya. Dengan demikian, diharapkan penelitian
akan lebih terarah untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.
3.1 Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan merupakan latar belakang permasalahan yang muncul
pada suatu kegiatan, sebagai dasar pemikiran yang akan diangkat menjadi solusi
yang optimal. Penelitian dilakukan oleh peneliti dengan melakukan pengambilan
data permintaan terhadap produk bola lampu LED di PT Phillips Light.
3.2 Studi Pustaka
Studi pustaka adalah suatu tahapan dimana penulis membaca referensi
referensi buku yang diperoleh dari literatur perpustakaan, makalah dan sumber
sumber lain yang berhubungan dengan tema modul praktikum. Studi pustaka
bertujuan untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya pengetahuan dan wawasan
mengenai semua teori yang berhubungan dengan perencanaan produksi agregat.
23

24
Studi pustaka dilakukan untuk membantu penulis dan pembaca memahami faktor
faktor apa saja yang berkaitan dengan praktikum. Studi pustaka dilakukan untuk
mencari penyelesaian masalah, dalam hal ini digunakan rumusan yang ada dalam
perhitungan agregat.
3.3 Identifikasi Masalah
Perumusan masalah yang terjadi pada suatu aktifitas kegiatan kerja, salah
satunya yaitu menguji tingkat perbedaan banyaknya objek yang diamati dalam
masing–masing kategori dengan banyak yang diharapkan berdasarkan
permasalahan yang ada untuk dicari pemecahannya. Sampel data yang akan
dicari solusi permasalahannya adalah sebanyak 12 data periode. Data ini akan
diolah dengan menggunakan metode-metode perhitungan dalam perencanaan
produksi agregat.
3.4 Tujuan Penelitian
Penentuan tujuan penelitian berguna untuk mengarahkan setiap tahapan
tahapan kegiatan yang akan dilakukan dalam pemecahan masalah sehingga
hasilnya akan lebih terfokus dan terarah. Tujuan penelitian penulis dapat diilihat
pada sub bab 1.3 tujuan penelitian pada bab I. Pendahuluan.
3.5 Pengumpulan Data
Peneliti mengumpulkan data dengan melakukan pengambilan data secara
tidak langsung.

25
3.6 Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan untuk mengetahui bagaimana menyelesaikan
masalah yang ada. Adapun cara yang digunakan adalah dengan melakukan
perhitungan secara manual dengan menggunakan rumus-rumus yang ada dalam
studi perencanaan produksi agregat.
3.7 Analisa dan Pembahasan
Setelah didapat hasil dari perhitungan secara manual dengan menggunakan
perhitungan metode perencanaan produksi agregat, kemudian hasil tersebut
dianalisa dan kemudian dilakukan pembahasan.
3.8 Kesimpulan dan Saran
Tahapan kesimpulan merupakan rangkuman hasil dari kegiatan penelitian
yang telah dilakukan. Untuk menjawab tujuan maka akan dilakukan penarikan
kesimpulan yang didasarkan pada hasil analisa yang telah didapat. Memberikan
saran kepada perusahaan tempat penulis melakukan penelitian hal-hal apa saja
yang harus dilakukan untuk menerapkan perencanaan produksi agregat lebih baik
lagi.

26
3.9. Kerangka Pemecahan Masalah
Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah

BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
4.1. Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam perencanaan produksi agregat ini adalah data
peramalan terhadap produksi bola lampu LED di PT Phillips Light menggunakan
metode weight moving average dengan bobot 60:20:20. Adapun data peramalan
permintaannya sebagai berikut:
Tabel 4.1. Hasil Data PeramalanPeriode Xt Ft
1 18000 180002 20000 200003 17000 170004 15000 178005 20500 164006 23000 187007 21000 209008 16000 213009 20500 1840010 22500 1970011 22000 2080012 21000 21800
4.2. Pengolahan Data
4.2.1. Data Perencanaan Produksi
Biaya-biaya yang terkait dengan produksi dan permintaan adalah sebagai berikut:
Biaya tenaga kerja (orang /hari) Rp. 70.000
Biaya inventory (unit/bulan) Rp. 2.000
Biaya sub kontrak (unit) Rp. 10.000
27

28
Biaya hirng cost (orang) Rp. 100.000
Biaya lay off (orang) Rp. 150.000
Jam kerja per hari 8 jam
Waktu produksi / unit 0.5 jam/unit
Persediaan awal 0
Tenaga kerja awal 60 orang
4.2.2. Metode Variasi Tingkat Persediaan
Metode ini digunakan untuk mengantisipasi permintaan dengan melakukan
penyamaan jumlah produksi untuk persediaannya.
Tabel 4.2. Perhitungan metode tingkat persediaan
Bulan DemandJumlah Hari
KerjaJumlah
ProduksiPerubahan persediaan
Akumulasi persediaan
Januari 18000 20 19820 1820 1820Februari 20000 18 17838 -2162 -342Maret 17000 18 17838 838 496April 17800 20 19820 2020 2516Mei 16400 21 20811 4411 6927Juni 18700 18 17838 -862 6065Juli 20900 18 17838 -3062 3003
Agustus 21300 19 18829 -2471 532September 18400 20 19820 1420 1952
Oktober 19700 21 20811 1111 3063November 20800 20 19820 -980 2083Desember 21800 20 19820 -1980 103
Jumlah 230800 233 230903 103 28218
Perhitungan metode variasi tingkat persediaan:
Jumlah demand selama 1 tahun = 230800 unit
Jumlah hari kerja selama 1 tahun = 233 hari
Rata-rata produksi = 230800 unit : 233 hari = 991 unit/hari

29
Sehingga jumlah produksi per bulan = jumlah hari kerja pd bulan tersebut
x rata-rata produksi/hari
Jumlah produksi bulan Januari = 20 x 991= 19820 unit ...dst
1 hari kerja = 8 jam, waktu produksi/unit= 0.5 jam/unit/orang, sehingga
total produksi hari kerjanya = 8jam/hari : 0.5 jam/unit
= 16 unit / hari/karyawan
Dengan rata-rata produksi = 991 unit/ hari, maka Tenaga Kerja yang
diperlukan
= Rata-rata produksi/hari: total /hari/karyawan
= 991 unit/ hari : 16 unit/hari/karyawan = 62 orang
Biaya dari penggunaan strategi ini adalah:
Biaya tenaga kerja = 62 x 233 x Rp. 70.000 = Rp 1.011.220.000
Biaya persediaan = 28218 x Rp 2000 = Rp 56.436.000
Total biaya dari penggunaan strategi ini; biaya tenaga kerja + biaya persediaan =
Rp 1.011.220.000 + Rp 56.436.000 = Rp 1.067.656.000,00

30
4.2.3. Metode variasi jumlah tenaga kerja
Tabel 4.3. Perhitungan metode variasi jumlah tenaga kerja
Bulan DemandJumlah
Hari KerjaTK yang
diperlukanPenambahan
TKPengurangan
TK Biaya TKJanuari 18000 20 57 3 Rp 79.800.000,00
Februari 20000 18 70 13 Rp 88.200.000,00 Maret 17000 18 60 10 Rp 75.600.000,00 April 17800 20 56 4 Rp 78.400.000,00 Mei 16400 21 49 7 Rp 72.030.000,00 Juni 18700 18 65 16 Rp 81.900.000,00 Juli 20900 18 73 8 Rp 91.980.000,00
Agustus 21300 19 71 2 Rp 94.430.000,00 September 18400 20 58 13 Rp 81.200.000,00
Oktober 19700 21 59 1 Rp 86.730.000,00 November 20800 20 65 6 Rp 91.000.000,00 Desember 21800 20 69 4 Rp 96.600.000,00
Jumlah 230800 233 752 48 39 Rp 1.017.870.000,00
Perhitungan metode variasi jumlah tenaga kerja:
Jumlah Tenaga Kerja awal = 60 orang
Jumlah Tenaga Kerja yang diperlukan = peramalan demand/jumlah hari
kerja/total produksi per unit per karyawan
Jumlah Tenaga Kerja pada bulan Januari = 18000 : 20 hari : 16
unit/hari/orang= 57 orang, dst.
Biaya dari penggunaan strategi ini adalah:
Biaya tenaga kerja = Rp 1.017.870.000
Biaya penambahan TK = 48 x Rp 100.000 = Rp 4.800.000
Biaya pengurangan TK = 39 x Rp 150.000 = Rp 5.850.000

31
Total biaya dari penggunaan strategi ini;
biaya TK + biaya penambahan TK + biaya pengurangan TK = Rp
1.017.870.000+ Rp 4.800.000+ Rp 5.850.000 = Rp 1.028.520.000
4.2.4. Metode Subkontrak
Tabel 4.3. Perhitungan Metode Subkontrak
Periode DemandJumlah Hari
KerjaJumlah
Produksi Persediaan SubkontrakJanuari 18000 20 15680 2320
Februari 20000 18 14112 5888Maret 17000 18 14112 2888April 17800 20 15680 2120Mei 16400 21 16464 64 Juni 18700 18 14112 4524Juli 20900 18 14112 6788
Agustus 21300 19 14896 6404September 18400 20 15680 2720
Oktober 19700 21 16464 3236November 20800 20 15680 5120Desember 21800 20 15680 6120
Jumlah 230800 233 182672 64 48128
Perhitungan metode subkontrak:
Jumlah Tenaga Kerja ditetapkan sesuai dengan kebutuhan untuk tingkat
permintaan terendah (pada bulan Mei)
Sehingga jumlah TK = 16400 : 21 hari : 16 unit/hari/orang = 49 orang.
Jumlah ini dipertahankan selama 12 bulan.
Jumlah produksi = total produksi/hari/karyawan x jumlah hari kerja x
jumlah Tenaga Kerja
Sehingga jumlah produksi bulan Januari = 16 x 20 x 49 = 15680 unit
Jumlah produksi bulan Februari = 16 x 18 x 49 = 14112 unit, dst untuk
bulan-bulan yang lainnya

32
Biaya-biaya penggunaan strategi ini adalah:
Biaya tenaga kerja = 49 x 233 x Rp 70.000 = Rp 799.190.000,00
Biaya persediaan = 64 x Rp 2.000 = Rp 128.000,00
Biaya sub kontrak = Rp 10.000 x 48128 = Rp 481.280.000,00
Total biaya dari penggunaan metode ini adalah;
Biaya tenaga kerja + biaya persediaan + biaya sub kontrak = Rp 799.190.000,00 +
Rp 128.000 + Rp 481.280.000 = Rp 1.280.598.000,00

BAB V
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
5.1. Analisis
Berdasarkan hasil peramalan pada praktikum sebelumnya ditentukan
bahwa hasil demand yang digunakan adalah hasil peramalan dari metode Weight
Moving Average dengan bobot 60:20:20. Berikut adalah analisis dari hasil
perhitungan agregat dengan menggunakan demand tersebut.
5.1.1. Metode Variasi Tingkat Persediaan
Berdasarkan perhitungan untuk metode variasi tingkat persediaan,
didapatkan data total periode adalah 12 bulan, dengan hasil peramalan total adalah
230800 unit didapatkan total produksi sebesar 230903 unit. Akumulasi persediaan
dari metode ini adalah 28218 unit. Biaya untuk persediaan adalah sebesar Rp
56.436.000. Biaya untuk tenaga kerja adalah sebesar Rp 1.011.220.000. Jadi, total
biaya untuk metode ini adalah sebesar Rp 1.067.656.000,00.
5.1.2. Metode Variasi Jumlah Tenaga Kerja
Berdasarkan perhitungan untuk metode variasi tingkat persediaan,
didapatkan data total periode adalah 12 bulan, dengan hasil peramalan total adalah
230800 unit, tenaga kerja yang diperlukan untuk metode ini adalah 752 orang
dengan biaya sebesar 1.017.870.000. Dengan jumlah penambahan tenaga kerja
sebesar 48 dan pengurangan tenaga kerja sebesar 39. Biaya untuk penambahan
33

34
tenaga kerja adalah sebesar Rp 4.800.000 dan pengurangan tenaga kerja sebesar
Rp 5.850.000. Jadi, total biaya untuk metode ini adalah sebesar Rp
1.028.520.000.
5.1.3. Metode Subkontrak
Berdasarkan perhitungan untuk metode variasi tingkat persediaan,
didapatkan data total periode adalah 12 bulan, dengan hasil peramalan total adalah
230800 unit didapatkan total produksi sebesar 182672 unit. Akumulasi jumlah
produk yang disubkontrak adalah 48128 unit dengan persediaan sebesar 64 unit.
Biaya untuk persediaan adalah sebesar Rp 128.000.000. Biaya untuk tenaga kerja
adalah sebesar Rp 799.190.000. Biaya subkontrak sebesar Rp 481.280.000. Jadi,
total biaya untuk metode ini adalah sebesar Rp 1.280.598.000,00.
5.2. Pembahasan
Setelah dilakukan analisis perhitungan dari ketiga metode diatas diketahui
bahwa total biaya yang dihasilkan memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan total
dari ketiga metode ini.
Tabel 5.1 Hasil Biaya Perhitungan Seluruh Metode Perencanaan AgregatMetode Total Biaya
Variasi Tingkat Persediaan Rp 1.067.656.000 Variasi Jumlah TK Rp 1.028.520.000
Subkontrak Rp 1.280.598.000
Dari tabel diatas didapatkan metode yang terpilih adalah Metode Variasi Jumlah
TK dengan total biaya sebesar Rp 1.028.520.000.

BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya
maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:
1. Perencanaan produksi agregat adalah metode yang digunakan untuk
mengembangkan suatu rencana produksi secara menyeluruh yang fleksibel
dan optimal. Perencanaan agregat ini berhubungan dengan penentuan
jumlah dan waktu produksi untuk jangka waktu menegah.
2. Fungsi dari perencanaan agregat adalah merupakan suatu proses penetapan
tingkat output/kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi
tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan
tujuan meminimalkan total biaya produksi.
Tujuan dari perencanaan produksi agregat adalah berusaha untuk
memperoleh suatu pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan
pada periode perencanaan. Namun bagaimanapun juga, terdapat
permasalahan strategis lain yang mungkin lebih penting daripada biaya
rendah. Permasalahan strategis yang dimaksud itu antara lain mengurangi
permasalahan tingkat ketenagakerjaan, menekan tingkat persediaan, atau
memenuhi tingkat pelayanan yang lebih tinggi.
3. Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat antara lain:
a. Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja)
b. Firing Cost (Biaya pemberhentian tenaga kerja)
35

36
c. Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya
menganggur)
d. Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya
kehabisan persediaan)
e. Subcontract Cost (biaya subkontrak)
4. Ada beberapa tehnik yang digunakan manajer operasi untuk
mengembangkan rencana agregat yang lebih bermanfaat dan lebih tepat,
diantaranya:
a. Metode Pembuatan grafis dan diagram
b. Metode Transportasi Dalam Program Linear
c. Linear Decision Rule
d. Management Coefficient Model
5. Setelah dilakukan terhadap tiga metode, yaitu metode variasi tingkat
persediaan, metode variasi jumlah tenaga kerja, dan metode subkontrak.
Diketahui bahwa metode yang terbaik adalah metode Variasi Jumlah TK
dengan total biaya Rp 1.028.520.000.
6.2. Saran
Adapun saran yang dapat diberikan sebagai berikut :
1. Sebaiknya perusahaan mengembangkan rencana produksi yang fleksibel
dan optimal untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.
2. Metode yang digunakan harusnya disesuaikan dengan keperluan
perencanaan produksi yang akan digunakan.

37
3. Setelah melakukan perhitungan, maka harusnya perusahaan menggunakan
metode Variasi Jumlah Tenaga Kerja karena total biaya produksinya
terendah diantara dua metode yang lain.

DAFTAR PUSTAKA
1. Modul Praktikum PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT Sistem Industri
II.
2. Modul Perkuliahan, Perencanaa dan Pengendalian Produksi, Diah ST,MT.
38

LAMPIRAN
Perhitungan merode Variasi Tingkat Persediaan:
Jumlah Produksi = Rata-rata produksi/hari x Hari kerja/bulan
- Januari = 991 x 20 = 19820
- Februari = 991 x 18 = 17838
- Maret = 991 x 18 = 17838
- April = 991 x 20 = 19820
- Mei = 991 x 21 = 20811
- Juni = 991 x 18 = 17838
- Juli = 991 x 18 = 17838
- Agustus = 991 x 19 = 18829
- September = 991 x 20 = 19820
- Oktober = 991 x 21 = 20811
- November = 991 x 20 = 19820
- Desember = 991 x 20 = 19820
Perubahan Persediaan = Jumlah Produksi – Permintaan
- Januari = 19820 - 18000 = 1820
- Februari = 17838 - 20000 = -2162
- Maret = 17838 - 17000 = 838
- April = 19820 - 17800 = 2020
- Mei = 20811 - 16400 = 4411
- Juni = 17838 - 18700 = -862
- Juli = 17838 - 20900 = -3062
39

40
- Agustus = 18829 - 21300 = -2471
- September = 19820 - 18400 = 1420
- Oktober = 20811 - 19700 = 1111
- November = 19820 - 20800 = -980
- Desember = 19820 - 21800 = -1980
Akumulasi Persediaan
- Januari = 1820 + 0 = 1820
- Februari = -2162 + 1820 = -342
- Maret = 838 + -2162 = 496
- April = 2020 + 838 = 2516
- Mei = 4411 + 2020 = 6927
- Juni = -862 + 4411 = 6065
- Juli = -3062 + -862 = 3003
- Agustus = -2471 + -3062 = 532
- September = 1420 + -2471 = 1952
- Oktober = 1111 + 1420 = 3063
- November = -980 + 1111 = 2083
- Desember = -1980 + -980 = 103

41
Perhitungan Metode Variasi Jumlah TK
Tenaga Kerja yang diperlukan = peramalan demand : jumlah hari
kerja : total produksi per unit per karyawan
- Januari = 18000 : 20 : 16 = 57
- Februari = 20000 : 18 : 16 = 70
- Maret = 17000 : 18 : 16 = 60
- April = 17800 : 20 : 16 = 56
- Mei = 16400 : 21 : 16 = 49
- Juni = 18700 : 18 : 16 = 65
- Juli = 20900 : 18 : 16 = 73
- Agustus = 21300 : 19 : 16 = 71
- September = 18400 : 20 : 16 = 58
- Oktober = 19700 : 21 : 16 = 59
- November = 20800 : 20 : 16 = 65
- Desember = 21800 : 20 : 16 = 69
Biaya TK = jumlah hari kerja x tenaga kerja yang diperlukan x
biaya tenaga kerja per orang
- Januari = 20 x 57 x Rp70.000 = Rp79.800.000
- Februari = 18 x 70 x Rp70.000 = Rp88.200.000
- Maret = 18 x 60 x Rp70.000 = Rp75.600.000
- April = 20 x 56 x Rp70.000 = Rp78.400.000
- Mei = 21 x 49 x Rp70.000 = Rp72.030.000
- Juni = 18 x 65 x Rp70.000 = Rp81.900.000

42
- Juli = 18 x 73 x Rp70.000 = Rp91.980.000
- Agustus = 19 x 71 x Rp70.000 = Rp94.430.000
- September = 20 x 58 x Rp70.000 = Rp81.200.000
- Oktober= 21 x 59 x Rp70.000 = Rp86.730.000
- November = 20 x 65 x Rp70.000 = Rp91.000.000
- Desember = 20 x 69 x Rp70.000 = Rp96.600.000
Perhitungan Metode Subkontrak
Jumlah Produksi = total produksi per hari per karyawan x jumlah
karyawan x jumlah tenaga kerja
- Januari = 16 x 20 x 49 = 15680
- Februari = 16 x 18 x 49 = 14112
- Maret = 16 x 18 x 49 = 14112
- April = 16 x 20 x 49 = 15680
- Mei = 16 x 21 x 49 = 16464
- Juni = 16 x 18 x 49 = 14112
- Juli = 16 x 18 x 49 = 14112
- Agustus = 16 x 19 x 49 = 14896
- September = 16 x 20 x 49 = 15680
- Oktober = 16 x 21 x 49 = 16464
- November = 16 x 20 x 49 = 15680
- Desember = 16 x 20 x 49 = 15680
Subkontrak
- Januari = 18000 - 15680 = 2320
- Februari = 20000 - 14112 = 5888

43
- Maret = 17000 - 14112 = 2888
- April = 17800 - 15680 = 2120
- Mei = 16400 - 16464 = -64
- Juni = 18700 - 14112 = 4524
- Juli = 20900 - 14112 = 6788
- Agustus = 21300 - 14896 = 6404
- September = 18400 - 15680 = 2720
- Oktober = 19700 - 16464 = 3236
- November = 20800 - 15680 = 5120
- Desember = 21800 - 15680 = 6120