library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/ecolls/ethesisdoc/bab2doc/2015-1... · web viewperencanaan...

27
BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Manajemen Operasional 2.1.1 Pengertian Manajemen Definisi dasar dari Manajemen Menurut buku Management Robbins & Coulter (2012:22), Manajemen juga meliputi koordinasi dan mengawasi pekerjaan seseorang sehingga aktifitasnya dapat berjalan dengan efektif dan efisien. Selain itu Menurut Robbins & Coulter (2014:22 ) ada 4 fungsi manajemen yang dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuan dari perusahaan, adalah : 1. Planning Perencanaan mencakup proses mendefinisikan tujuan organisasi, menetapkan strategi keseluruhan untuk mencapai tujuan tersebut, dan mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Tujuan dari dilakukannya perencanaan adalah menentukan tujuan perusahaan, mengurangi ketidakpastian, meminimalkan waste dan redundancy, dan menetapkan standar pengendalian. 2. Organizing Pengkoordinasian adalah proses menetapkan tugas yang harus dilakukan oleh setiap anggota perusahaan, bentuk pekerjaan, dan tipe organisasi. Tujuannya adalah agar pekerjaan lebih teratur serta 9

Upload: others

Post on 16-Feb-2020

8 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

BAB 2

LANDASAN TEORI

2.1 Manajemen Operasional

2.1.1 Pengertian Manajemen

Definisi dasar dari Manajemen Menurut buku Management Robbins

& Coulter (2012:22), Manajemen juga meliputi koordinasi dan mengawasi

pekerjaan seseorang sehingga aktifitasnya dapat berjalan dengan efektif dan

efisien.

Selain itu Menurut Robbins & Coulter (2014:22 ) ada 4 fungsi

manajemen yang dapat membantu perusahaan untuk mencapai tujuan dari

perusahaan, adalah :

1. Planning

Perencanaan mencakup proses mendefinisikan tujuan organisasi,

menetapkan strategi keseluruhan untuk mencapai tujuan tersebut, dan

mengembangkan rencana aktivitas kerja organisasi. Tujuan dari

dilakukannya perencanaan adalah menentukan tujuan perusahaan,

mengurangi ketidakpastian, meminimalkan waste dan redundancy, dan

menetapkan standar pengendalian.

2. Organizing

Pengkoordinasian adalah proses menetapkan tugas yang harus dilakukan

oleh setiap anggota perusahaan, bentuk pekerjaan, dan tipe organisasi.

Tujuannya adalah agar pekerjaan lebih teratur serta sistematis seperti

menentukan hal yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan,

3. Leading

Memimpin adalah bagaimana membuat atau mendapatkan para karyawan

melakukan apa yg diinginkan dan harus mereka lakukan. Caranya dapat

dengan memotivasi bawahan, membantu menyelesaikan masalah yang

dihadapi karyawan, dan membuat jalur komunikasi antar atasan dan

bawahan.

4. Controlling

Merupakan fungsi terakhir dalam manajemen yaitu mengawasi segala

sesuatunya untuk memastikan segala sesuatunya berjalan sesuai dengan

9

Page 2: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

10

tujuan yang sudah ditetapkan seperti dengan memonitor aktivitas-aktivitas

yang terjadi

2.1.2 Pengertian Manajemen Operasional

Berdasarkan buku Operation Management Stevenson (2011:4)

Operation adalah bagian dari organisasi bisnis yang bertugas untuk

memproduksi barang atau jasa. Barang merupakan peralatan fisik yang

mencakup bahan mentah, parts, subassemblies seperti motherboards yang

merupakan bagian dari komputer, dan produk akhir seperi telephon genggam.

Sedangkan jasa adalah aktifitas yang memberikan kombinasi nilai dari waktu,

lokasi dan nilai psikologis. Sedangkan manajemen operasi adalah sistim atau

proses manajemen yang menciptakan barang atau memberikan jasa. Pendapat

lain dari Richard L Daft(2012: ) dalam bukunya New Era of Management ,

manajemen operasi adalah bidang manajemen yang mengkhususkan pada

produksi barang atau jasa , dengan menggunakan alat-alat dan teknik-teknik

khusus untuk memecahkan masalah masalah produksi.

Didalam suatu organisasi bisnis membutuhkan 3 fungsi dasar untuk

berjalan yaitu keuangan/Finance, pemasaran/Marketing, operasi, seperti yang

diketahui dari pernyataan sebelumnya operasional berfungsi untuk

memproduksi sebuah produk bisa berupa jasa atau barang, namun teteap

membutuhkan bantuan dari fungsi organisasi lain seperti fungsi keuangan

untuk pendanaan dan analisa investasi, atau pemasaraan untuk menilai

kebutuhan dari pelanggan.Hal ini dijelaskan oleh Heizer & Render (2011: )

didalam buku Operation Management (Heizer & Render, 2011), Tujuan dan

fungsi dari pengaplikasian ilmu Manajemen Operasi yaitu adalah:

1. Pemasaran yang menghasilkan permintaan, paling tidak,

menerima pemesanan untuk sebuah barang dan jasa (tidak akan

ada aktivitas jika tidak ada penjualan)

2. Produksi/operasi yang menghasilkan produk

3. Keuangan atau akuntansi yang mengawasi sehat tidaknya sebuah

organisasi, membayar tagihan, dan mengumpulkan uang

Page 3: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

11

2.1.3 Pentingnya Manajemen Operasional

Dalam lingkungan operasional, untuk mencapai dan mempertahankan

keunggulan kompetitif bukanlah tugas yang mudah. Ada tiga strategi yang

memberikan kesempatan untuk manajer operasi untuk mencapai keunggulan

kompetitif (Heizer dan Render, 2011: 67-69), seperti:

1. Diferensiasi yang dimaksud adalah benar-benar membedakan

produk atau jasa dari perusahaan lain sehingga pelanggan

melihatnya sebagai nilai tambah dari produk. Diferensiasi

berkaitan dengan memberikan keunikan yang sulit untuk ditiru

oleh perusahaan lain.

2. Low Cost Leadership diperlukan untuk mencapai nilai maksimal

seperti yang didefinisikan oleh pelanggan. Perusahaan

menyediakan produk atau jasa dengan biaya yang lebih rendah

yang menghasilkan produk atau jasa dengan harga yang lebih

rendah dari pesaing lainnya.

3. Respon adalah seluruh nilai yang terkait dengan pengembangan

produk dan pengiriman yang tepat waktu.

2.2 Peramalan

2.2.1 Definisi Peramalan

Definisi dari peramalan (forecasting) adalah seni dan ilmu untuk

memperkirakan kejadian di masa depan. Hal tersebut dapat dilakukan dengan

menggunakan data historis dan proses kalkulasi untuk memprediksikan

sebuah proyeksi atas kejadian di masa datang. Cara lain yang dapat ditempuh

adalah dengan intuisi subjektif atau dengan model matematis yang disusun

oleh pihak manajemen. (Heizer & Render, 2011).Pedapat lain dari buku

Operation Management (Stevenson, 2011:72) peramalaan adalah

masukan/input dasar dalam proses pengambilan keputusan dari manajemen

operasi karena permalaan memberikan informasi dalam perimintaan dimasa

yang akan dating. Salah satu tujuan utama dari manajemen operasi adalah

untung menyeimbangkan antara pasokan/supply dan permintaan,dan memiliki

perkiraan permintaan dimasa yang akan dating sangat penting untuk

Page 4: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

12

menentukan berapa kapasitas atau pasokan/supply yang dibutuhkan untuk

menyeimbangi permintaan.

2.2.2 Langkah-langkah Dalam Proses Peramalan

Menurut Stevenson dalam buku Operation Management (Stevenson,

2011 :74) ada 6 langkah dasar dalam proses peramalaan :

1. Tentukan tujuan dari permalaan. Bagaimana hasilnya akan

digunakan dan kapan akan digunakaan, langkah ini akan

memberikan indikasi akan tingkat detail yang dibutuhkan dalam

peramalan, banyaknya sumber daya yang dibutuhkan, dan tingkat

akurasi.

2. Menentukan rentang waktu, semakin panjang rentang waktunya

maka semakin berkurang akurasi dari permalaan.

3. Pilih teknik/metoda forecasting

4. Analisa dan rapihkan data, karena data yang tidak akurat

mengurangi validasi dari hasil peramalan

5. Buatlah Peramalaan

6. Pantau hasil dari permalaan, hasil peramalaan harus diawasi dan

dipantau untuk mengetahui apakah performanya memuaskan, jika

tidak revisi lagi metoda/teknik yang digunakan, uji lagi validitas

dari data yang digunakaan.

2.2.3 Jenis Peramalan

Penggolongan peramalan berdasarkan jenisnya (Heizer & Render,

2011) dibagi menjadi sebagai berikut:

1. Peramalan Ekonomi (Economic Forecast) merupakan jenis

peramalan dengan memprediksi tingkat inflasi, tingkat persediaan

uang dan beberapa indikator ekonomi lainnya yang bermanfaat

untuk perencanaan keuangan.

2. Peramalan Teknologi (Technological Forecast) yaitu teknik

peramalan dengan memperhatikan tingkat kemajuan teknologi, hal

Page 5: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

13

ini dilakukan untuk memprediksi kebutuhan peralatan serta

fasilitas produksi teknologi yang terbaru.

3. Peramalan permintaan (Demand Forecast) yaitu teknik yang

memberikan proyeksi atas tingkat permintaan produk perusahaan.

Pengamatan dilakukan berdasarkan tingkat penjualan yang

berpengaruh terhadap penentuan kapasitas produksi, infrastruktur,

serta faktor produksi lainnya.

2.2.4 Metode Peramalan

Melakukan aktivitas peramalan perlu didasari dengan metode yang

tepat dan terstandarisasi, hal ini dilakukan untuk dapat memberikan proyeksi

masa depan yang jelas dan dapat dipertanggung jawabkan dasar

pemikirannya. Dengan dasar pemikiran atas proyeksi peramalan yang jelas,

pihak manajemen dapat menggunakan dasar pemikiran tersebut sebagai dasar

pengambilan keputusan yang berguna untuk mengantisipasi skenario kejadian

di masa depan.

2.2.4.1 Metode Peramalan Time Series

Peramalan dengan menggunakan model matematis dan kalkulasi

berdasarkan atas data historis numerik yang telah dimiliki untuk memberikan

proyeksi di masa depan. Beberapa metode tersebut antara lain adalah:

1. Moving Average

Menurut buku (Chase, Jacobs , 2011) Operation and Supply

Chain Management, Saat permintaan tidak tumbuh/meningkat

secara

Ŷ = ∑ permintaaan dalam periode sebelumnnya (1)

n

Keterangan:

Ŷ = peramalan permintaan periode berikutnya

n = jumlah periode dalam rata-rata bergerak.

2. Additive Seasonal

Penulis menggunakan 2 jenis additive decomposition, yaitu

dengan dasar penghalusan (basis for smoothing) (Jacobs,

Chase, & Aquilano, 2009)

Page 6: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

14

Average for all data

CTD MA = =∑y (2)

∑x

Difference = Demand – CTD MA (3)

Seasonal = ∑ Ratio quarter ke – I (4)

n

Smoothed = Demand – Seasonal (5)

Ŷ unadjusted = a + bx (6)

Ŷ adjusted = Ŷ unadjusted x Seasonal (7)

Keterangan:

CTD MA = Centered Moving Average

ŷunadjusted = peramalan yang tidak disesuaikan

ŷadjusted = peramalan yang disesuaikan

Centered Moving Average

CTD MA =∑yt-1 + yt + yt+1 (8)

3

Difference = Demand – CTD MA (9)

Seasonal = ∑ Ratio quarter ke – I (10)

n

Smoothed = Demand – Seasonal (11)

Ŷ unadjusted = a + bx (12)

Ŷ adjusted = Ŷ unadjusted x Seasonal (13)

Keterangan:

Page 7: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

15

CTD MA = Centered Moving Average

ŷunadjusted = peramalan yang tidak disesuaikan

ŷadjusted = peramalan yang disesuaikan

3. Multiplicative Seasonal

Penulis menggunakan 2 jenis multiplicative decomposition,

yaitu dengan dasar penghalusan (basis for smoothing)

(Jacobs, Chase, & Aquilano, 2009)

Average for all data

CMA =∑y (14)

∑x

Ratio = Demand (15)

CMA

Seasonal = ∑ Ratio quarter ke – i (16)

n

Smoothed = Demand (17)

Seasonal

Ŷ unadjusted = a + bx (18)

Ŷ adjusted = Ŷ unadjusted x Seasonal (19)

Keterangan:

CMA = Centered Moving Average

ŷunadjusted = peramalan yang tidak disesuaikan

ŷadjusted = peramalan yang disesuaikan

Centered Moving Average

CMA =∑yt-1 + yt + yt+1 (20)

3

Page 8: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

16

Ratio = Demand (21)

CMA

Seasonal = ∑ Ratio quarter ke – i Demand (22)

n

Smoothed = Demand (23)

Seasonal

Ŷ unadjusted = a + bx (24)

Ŷ adjusted = Ŷ unadjusted x Seasonal (25)

Keterangan:

CMA = Centered Moving Average

ŷunadjusted = peramalan yang tidak disesuaikan

ŷadjusted = peramalan yang disesuaikan

2.3 Konsep Perencanaan Agregat

2.3.1 Definisi Perencanaan Agregat

Perencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka

menengah dalam memenuhi permintaan yang diramalkan di periode tertentu dengan

menyesuaikan kapasitas produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat persediaan, waktu

lembur (overtime), subcontract, dan variabel lainnya yang bertujuan untuk membuat

suatu rencana produksi yang optimal dan dapat meminimasi biaya dalam periode

perencanaan tersebut.

Sejalan dengan itu, Roger G. Schroeder (2007:254) mendefinisikan,

“Aggregate planning is concerned with matching supply and demand of output over

the medium time range, up to approximately 12 month into the future”. Artinya

yaitu: “Perencanaan Agregat adalah penyesuaian antara penawaran dan permintaan

dalam jangka waktu menengah untuk 12 bulan yang akan datang.

Sedangkan menurut Teguh Baroto (2002:98), aggregate planning merupakan

perencanaan produksi jangka menengah. Dimana horizon perencanaannya berkisar 1

Page 9: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

17

bulan sampai 24 bulan atau 1 tahun hingga 3 tahun. Horizon tersebut tergantung pada

karakteristik produk dan jangka waktu produksi dan disesuaikan dengan periode

peramalan. Sehingga dari beberapa pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan

bahwa perencanaan agregat merupakan perencanan produksi jangka menengah yang

dibuat dengan menyesuaikan hasil peramalan permintaan di periode tertentu.

2.3.2 Tujuan Perencanaan AgregatPerencanaan agregat tentu mempunyai tujuan, dan Roger G. Scrhoeder

(2009:254) menyebutkan bahwa: “The aim of aggregate planning is set overall

output levels in the near to medium future in the face of fluctuating or uncertain

demand.” Yang dapat diartikan sebagai berikut: “Tujuan perencanaan agregat adalah

untuk mengatur keseluruhan tingkat output dalam jangka waktu menengah di masa

yang akan datang dari adanya permintaan fluktuatif atau permintaan yang tidak

stabil.”

Pendapat lain dari Maciej Nowak (2006, p7) yang menyatakan bahwa:

“Minimizing production cost over the planning periode is usually assumed to be the

objective of aggregate planning.” Yang artinya: “meminimalkan biaya produksi

selama periode perencanaan biasanya diasumsikan sebagai tujuan perencanaan

agregat.”

Sedangkan Sartin (2012:145) menyatakan bahwa tujuan dari perencanaan

agregat produksi adalah menentukan kapasitas produksi untuk memenuhi estimasi

permintaan pasar pada periode yang akan datang dengan keputusan serta kebijakan

mengenai kerja lembur, backorder, subkontrak, tingkat persediaan, mempekerjakan

atau memberhentikan sementara pegawai.

Berbeda dengan Teguh Baroto (2002:98) menjelaskan bahwa tujuan

perencanaan produksi agregat adalah menyusun suatu rencana produksi untuk

memenuhi permintaan pada waktu yang tepat dengan menggunakan sumber-sumber

atau alternatif-alternatif yang tersedia dengan biaya yang paling minimum

keseluruhan produk

Jadi, kontribusi dari perencanaan agregat untuk dapat mencapai tujuannya

dalam mengatur tingkat output di masa yang akan datang dari adanya permintaan

yang tidak stabil adalah dengan menyesuaikan kapasitas produksi serta kebijakan

Page 10: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

18

mengenai kerja lembur, backorder, subkontrak, tingkat persediaan, mempekerjakan

atau memberhentikan sementara pegawai agar dapat memenuhi permintaan pada

waktu yang tepat dengan menggunakan sumber atau alternatif yang tersedia dengan

biaya yang paling minimum untuk keseluruhan produk.

2.3.3 Strategi dalam Perencanaan AgregatRoberta S. Russel dan Bernard W. Taylor III (2011:612) membagi 3 (tiga)

macam strategi perencanaan agregat, yaitu:

1. Chase Strategy

Strategi perencanaan produksi yang dibuat perusahaan dengan

menyesuaikan pola dari permintaan. Kapasitas produksi dapat divariasikan

pada strategi ini dengan menggunakan jam kerja lembur (overtime), jam

kerja reguler (regular time), dan subkontrak. Kemungkinan lain dari

strategi ini adalah dengan memvariasikan jumlah tenaga kerja dengan cara

merekrut karyawan baru pada saat produksi meningkat dan memecat

karyawan pada saat produksi menurun. Sehingga biaya yang timbul pada

chase strategy ini adalah biaya regular time, overtime, subcontract, hiring

costs, dan firing costs.

2. Level Strategy

Strategi perencanaan produksi dengan tingkat produksi yang konstan dari

satu periode ke periode lainnya yang bertujuan untuk memenuhi rata-rata

permintaan. Kemungkinan ke dua, level strategy ini menggunakan

inventory dari adanya variasi dalam permintaan. Dimana pada saat

permintaan menurun, kelebihan produksi disimpan sebagai persediaan

untuk digunakan pada saat permintaan meningkat. Sehingga pada level

strategy ini akan timbul biaya simpan yang cukup besar untuk jumlah unit

yng disimpan.

3. Mixed Strategy

Mixed strategy merupakan kombinasi dari chase strategy dan level strategy.

Apabila terjadinya variasi dalam permintaan tersebut akan diatasi dengan

jam kerja lembur dan persediaan yang dimiliki.

Page 11: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

19

2.4 Konsep MPS (Master Production Schedule)

2.4.1 Definisi MPS

Menurut Vincent Gaspersz (2001:141) ada 2 (dua) istilah tentang MPS

yang digunakan secara bersamaan yaitu penjadwalan produksi induk (Master

Production Scheduling = MPS) dan jadwal produksi induk (Master Production

Scheduled = MPS). Pada dasarnya istilah MPS yang digunakan untuk jadwal

produksi induk (master production schedule) merupakan hasil dari aktivitas

penjadwalan produksi induk. Jadwal produksi induk merupakan suatu pernyataan

tentang produk akhir dari suatu perusahaan industri manufaktur yang merencanakan

memproduksi output berkaitan dengan kuantitas dan periode waktu.

2.4.2 Input Utama MPS Sebagai suatu aktivitas proses, penjadwalan produksi induk (MPS)

membutuhkan lima input dalam penjadwalan induk produksi:

1. Data Permintaan Total merupakan salah satu sumber data bagi proses

penjadwalan produksi induk. Data permintaan total berkaitan dengan

ramalan penjualan (sales forecast) dan pesanan-pesanan (order).

2. Status Inventori berkaitan dengan informasi tentang on-hand inventory,

stok yang dialokasikan untuk penggunaan tertentu (allocated stock),

pesanan-pesanan produksi dan pembelian yang dikeluarkan (released

production and purchase orders), firm planned orders. MPS harus

mengetahui secara akurat berapa banyak inventori yang tersedia dan

menentukan berapa banyak yang harus dipesan.

3. Rencana Produksi memberikan sekumpulan batasan kepada MPS. MPS

harus menjumlahkannya untuk meningkatkan tingkat produksi, inventori,

dan sumber-sumber daya lain dalam rencana produksi itu.

4. Data Perencanaan berkaitan dengan aturan-aturan tentang lot-sizing yang

harus digunakan, stok pengaman (safety stock), dan waktu tunggu (lead

time) dari masing-masing item yang biasanya tersedia dalam file induk dari

item (item master file).

Page 12: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

20

2.5 Pengendalian Persediaan

2.5.1 Definisi Pengendalian Persediaan

Arti kata persediaan atau inventory sendiri adalah stok atau simpanan

suatu barang. Pengendalian persediaan berarti adalah suatu cara yang

dilakukan oleh perusahaan untuk dapat mengatur dan mengendalikan tingkat

persediaan stok tersebut.

2.5.2 Peran Pengendalian PersediaanDalam buku Operation Management (Stevenson, 2010) dijelaskan

beberapa peran dasar yang dilakukan oleh persediaan / inventory, yaitu:

1. Untuk memenuhi antisipasi permintaan dari konsumen.

2. Menghaluskan kebutuhan produksi untuk barang-barang musiman

/ seasonal. Hal ini terjadi pada produk seperti buah dan

perlengkapan hari raya.

3. Untuk memisahkan tahapan operasional, jika terjadi gangguan

terhadap suatu tahap maka barang yang sudah dalam stok dapat

melanjutkan operasionalnya sementara.

4. Untuk melindungi dari habisnya stok. Bisa dikarenakan

keterlambatan pengiriman atau peningkatan permintaan.

5. Untuk memanfaatkan siklus order, dengan melebihkan jumlah

pembelian untuk mengurangi biaya order.

6. Untuk melindungi dari fluktuasi harga bahan baku.

7. Untuk memanfaatkan diskon kuantitas dalam melakukan

pembelian.

2.5.3 Jenis Biaya Pengendalian PersediaanTiga biaya dasar yang selalu dapat diasosiasikan dengan adanya

pengendalian persediaan antara lain adalah:

1. Holding cost. Biaya yang timbul dari penyimpanan persediaan

untuk periode waktu tertentu.

2. Ordering cost. Biaya untuk melakukan pembelian dan penerimaan

stok.

3. Shortage cost. Biaya yang timbul saat permintaan yang ada tidak

dapat terpenuhi dengan baik oleh pasokan dari persediaan,

biasanya dalam satuan profit per unit.

Page 13: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

21

2.5.4 Metode Pengendalian Persediaan

2.5.4.1 Metode Economic Order Quantity (EOQ)Metode EOQ adalah metode yang bertujuan untuk mendapatkan

tingkat order yang bersifat tetap besarannya. Karena bertujuan untuk

mendapatkan tingkat besaran order yang tetap, maka metode ini berusaha

untuk mendapatkan tingkat besaran order yang optimal jumlahnya mengacu

kepada permintaan yang dihadapi oleh perusahaan. Pada perhitungan ini

faktor tunggu (lead time) diperhitungkan untuk meletakan titik order kembali

berdasarkan jumlah optimal yang telah diperhitungkan sebelumnya sehingga

datangnya order tepat waktu untuk mengantisipasi permintaan yang muncul.

Perhitungan EOQ dengan jumlah besar tingkat order kembali yang

kecil akan meminimumkan tingkat biaya penyimpanan namun akan

meningkatkan intensitas order kembali, namun dengan jumlah order kembali

yang besar maka perusahaan akan mengurangi intensitas order dengan

konsekuensi pada bertambahnya biaya penyimpanan karena stok yang

membesar. Pada umumnya perencanaan ini dilakukan untuk lama periode

selama setahun ke depan. (Stevenson, 2010)

Rumus Tingkat Permintaan Optimum

Q* = (26)

Rumus Panjang Siklus Order

Q = Order Quantity

H = Annual Holding Cost

D = Annual Demand

S = Annual Setup Cost

Page 14: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

22

TC = Total Cost

2.5.4 Metode Lot For Lot (LFL)Mengacu pada buku Manajemen Operasi (Haryanto, 2008) metode ini

dikenal juga dengan nama metode persediaan minimal dikarenakan proses

dalam metode ini yang menyediakan persediaan atau melakukan produksi

hanya jika diperlukan saja sehingga tingkat persediaan terjaga pada tingkat

yang rendah dan seminimal mungkin.

Kondisi yang sesuai untuk dapat menggunakan metode ini adalah

kondisi dimana perusahaan menjual atau menyimpan barang yang sifatnya

tidak tahan lama, namun dengan konsekuensi risiko keterlambatan

pengiriman yang harus diperhitungkan sebelumnya.

2.5.5 Penerapan Material Resource Planning (MRP)

2.5.5.1 DefinisiMaterial Requirement Planning (MRP) adalah sebuah metode

perencanaan dan pengendalian pesanan dan persediaan untuk barang-barang

yang bersifat dependant terhadap benda yang lain, sehingga permintaannya

cenderung berfluktuasi. Barang yang termasuk dalam kategori ini antara lain

adalah bahan baku, parts, subassembly dan assemblies yang kesemuanya

merupakan persediaan manufaktur. (Kumar & Meade, 2002)

Sedangkan menurut William J. Stevenson (2010), MRP adalah sebuah

sistem informasi berbasis komputer yang menterjemahkan MPS untuk produk

akhir menjadi kebutuhan berbasis waktu untuk bahan baku, komponen, dan

subassembly.

Beberapa elemen yang harus dimiliki sebagai input dari sistem MRP

mengacu kepada William J. Stevenson (2010) adalah:

1. Master Schedule. Dikenal juga sebagai MPS, yaitu adalah sebuah

bentuk pernyataan mengenai produk akhir apa yang hendak

diproduksi, dengan jumlah dan waktu penyelesaian tertentu.

1. Bill of Material (BOM). Adalah sebuah daftar dari bahan-bahan baku

yang diperlukan dalam menghasilkan satu unit produk akhir tertentu.

2. Inventory Record. Sebuah daftar mengenai status barang persediaan

perusahaan berdasarkan periode waktu.

Page 15: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

23

Beberapa keuntungan dari pengaplikasian sistem MRP pada proses

produksi antara lain adalah:

1. Tingkat persediaan-terproses yang rendah, dikarenakan tepatnya

jumlah pasokan terhadap permintaan

2. Kemampuan untuk melacak arus kebutuhan material

3. Kemampuan untuk mengevaluasi kebutuhan kapasitas yang

dihasilkan dari penjadwalan utama yang ada

4. Perkiraan alokasi waktu produksi

5. Kemampuan untuk mengidentifikasi persediaan dengan lebih mudah

secara Backflushing, yaitu cara menjabarkan produk berdasarkan Bill

of Material untuk mengetahui jumlah bahan baku dan komponen yang

digunakan.

Tujuan dari pengaplikasian sistem MRP seperti dijelaskan dari buku

Introduction Materials Management (Arnold, 2000) yaitu adalah:

1. Menentukan kebutuhan, dengan tujuan untuk memperoleh jumlah

material yang tepat serta waktu yang dibutuhkan dalam proses

produksi diketahui tingkat kebutuhannya. Dengan adanya MRP kita

mengetahui material yang dibutuhkan sebagai input MPS serta

diketahui lead time.

2. Menjaga prioritas, untuk mengantisipasi perubahan dalam proses

produksi atau keadaan di pasar maka sistem MRP fleksibel dan harus

dapat diatur ulang.

2.5.5.2 FormatDalam format utama berupa tabel yang berisi atas informasi-informasi

bahan baku dalam proses produksi, berikut adalah contoh dari format tabel

yang digunakan.

Page 16: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

24

Tabel 2.1 Format MRP

Past

Due1 2 3 4 5 6

Gross

Requirement

Schedule Receipt

Projected on

Hand

Net Requirement

Order Receipt

Order Release

Sumber : Studi Literatur

Tabel tersebut berisi komponen-komponen yang adalah:

1. Gross Requirement, adalah total ekspektasi dari

permintaan atas barang atau bahan baku tertentu dalam

suatu periode waktu

2. Scheduled Receipt, menyatakan jumlah material yang

dipesan dan akan diterima dalam suatu periode waktu

3. Projected On-Hand, merupakan perkiraan jumlah

persediaan yang akan dimiliki saat permulaan dari setiap

periode waktu

4. Net Requirements, tingkat kebutuhan yang sebetulnya

diperlukan dalam suatu periode waktu

5. Planned Order Receipt, jumlah pesanan yang akan

diterima dalam setiap awal dari suatu periode waktu

dengan sekaligus mempertimbangkan tingkat Safety Stock.

6. Planned Order Releases, menyatakan kapan suatu order

sudah harus diberikan atau dilepas ke proses manufaktur

sehingga komponen tersebut tersedia ketika dibutuhkan

oleh produk induknya. Penetapannya dilakukan sebelum

barang tersebut dibutuhkan

Page 17: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

25

7. Projected Availability Balance 1-2 (PAB1-PAB2), adalah

merupakan pernyataan atas jumlah material yang dimiliki

saat ini sebagai persediaan awal dan akhir periode.

Page 18: library.binus.ac.idlibrary.binus.ac.id/eColls/eThesisdoc/Bab2DOC/2015-1... · Web viewPerencanaan agregat dapat dijadikan solusi perencanaan produksi jangka menengah dalam memenuhi

26