Transcript
Page 1: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Kegiatan perencanaan produksi dimulai dengan melakukan peramalan –

peramalan (forecast) untuk mengetahui terlebih dahulu apa dan berapa yang perlu

diproduksikan pada waktu yang akan datang. Peramalan produksi bermaksud

untuk memperkirakan permintaan akan barang – barang atau jasa perusahaan.

Tetapi hampir semua perusahaan tidak dapat selalu menyesuaikan tingkat

produksi mereka dengan perubahan permintaan nyata. Oleh karena itu, perusahaan

mengembangkan rencana – rencana rasional yang menunjukan bagaimana mereka

akan memberi tanggapan terhadap pasar.

Perencanaan agregat bersangkutan dengan cara kapasitas organisasi

digunakan untuk memberikan tanggapan terhadap permintaan yang diperkirakan.

Perencanaan agregat adalah proses perencanaan kuantitas dan pengaturan waktu

keluaran selama periode waktu tertentu (biasanya antara tuga bulan sampai satu

tahun) melalui penyesuaian variable – variable tingkat produksi, karyawan,

persediaan dan variable – variable yang dapat dikendalikan lainnya.

Digunakannya istilah “agregat” adalah karena ramalan – ramalan permintaan akan

berbagai barang atau jasa individual digabungkan menjadi unit – unit yang

homogeny. Perencanaan agregat mencerminkan strategi perusahaan dalam

pelayanan kepada langganan, tingkat persediaan, tingkat produksi, jumlah

karyawan dan lain – lain.

1

Page 2: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

2

Perencanaan agregat adalah suatu langkah pendahuluan untuk perencanaan

kebutuhan kapasitas yang lebih terperinci. Perencanaan ini merupakan salah satu

tanggung jawab personalia yang ada sekarang, informasi yang akurat tentang

biaya dan pengetahuan penuh mengenai tujuan – tujuan system dan bagian –

bagiannya. Manjemen puncak hendaknya memberikan pengarahan atau pedoman

bagi kegiatan perencanaan agregat ini, karena seperti yang telah disebutkan diatas,

keputusan – keputusan perencanaan agregat sering mencerminkan kebijaksanaan

dasar perusahaan. Beberapa pedoman umum perencanaan agregat secara ringkas

dapat diperinci sebagai berikut (T. Hani Handoko : 1984;235):

1. Tentukan kebijaksanaan perusahaan dengan memperhatikan variable –

variable yang dapat dikendalikan;

2. Gunakan hasil ramalan yang baik sebagai dasar perencanaan;

3. Buat rencana – rencana dalam unit – unit kapasitas yang tepat;

4. Sedapat mungkin pelihara stabilitas karyawan;

5. Lakukan pengawasan efektif tehadap persediaan;

6. Pelihara fleksibilitas untuk menghadapi perubahan;

7. Tanggapi permintaan dengan suatu cara yang terkendali;

8. Evaluasi perencanaan secara teratur.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka didapatkan perumusan masalah

sebagai berikut:

a. Apa pengertian dari perencanaan produksi agregat?

b. Apa tujuan dari kegiatan perencanaan produksi agregat?

Page 3: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

3

c. Biaya dan strategi apa yang ada dalam kegiatan perencanaan produsi

agregat?

d. Metode apa saja yang dapat digunakan dalam perhitungan perencanaan

produksi agregat?

e. Metode apa yang terbaik untuk diterapkan pada produksi bola lampu LED

di PT Phillips Light?

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian

Maksud dari penelitian praktikum ini untuk mengetahui dan mampu

menganalisa metode perencanaan produksi agregat yang terbaik dalam kegiatan

produksi dan operasionalnya agar dapat memenuhi permintaan produk bola

Lampu LED di PT Phillips Light. Adapun tujuan praktikum ini adalah:

a. Memahami tentang pengertian dari perencanaan produksi agregat.

b. Mengetahui fungi dan tujuan perencanaan produksi agregat.

c. Mengetahui biaya-biaya dan strategi apa saja yang ada dalam perencanaan

produksi agregat.

d. Mengetahui metode-metode yang digunakan dalam perencanaan produksi

agregat.

e. Mendapatkan metode yang terbaik untuk produksi bola Lampu LED di PT

Phillips Light.

1.4. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan yang dibahas tidak meluas, maka perlu adanya

pembatasan masalah, yaitu sebagai berikut:

Page 4: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

4

1. Penelitian hanya dilakukan pada produk bola Lampu LED di PT Phillips

Light.

2. Data peramalan yang digunakan didapatkan dari hasil metode peramalan

yang terbaik pada penelitian sebelumnya.

3. Perhitungan perencanaan agregat hanya menggunakan 3 metode yaitu,

Variasi tingkat persedian, Variasi jumlah tenaga kerja, dan Sub kontrak.

1.5. Metode Pengumpulan Data

A. Primer

1. Wawancara :

Wawancara yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara bertanya

langsung kepada responden, atau tatap muka antara responden dengan peneliti.

2. Observasi :

Observasi yaitu metode pengumpulan data dengan cara melakukan penelitian

secara langsung terhadap obyek penelitian permintaan.

B. Sekunder

Dokumentasi merupakan salah satu metode pengumpulan data sekunder.

Dokumentasi yaitu metode pangumpulan data dengan cara mendapatkan data

melalui buku-buku, catatan-catatan atau dokumentasi perusahaan yang ada

kaitannya dengan penelitian.

Page 5: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

5

1.6. Sistematika Penulisan

BAB I. Pendahuluan

1.1. Latar Belakang Masalah

Menyajikan tentang latar belakang penelitian peramalan yang menunjang dalam

praktikum ini.

1.2. Perumusan Masalah

Menspesifikasi suatu bahasan dari permasalahan yang ada, sehingga permasalahan

yang akan kita pecahkan menjadi lebih terarah. Perumusan tentang masalah yang

akan dibahas dalam praktikum peramalan.

1.3. Maksud dan Tujuan Praktikum

Apa yang diharapkan dan apa yang akan kita dapatkan dari pelaksanaan

praktikum peramalan.

1.4. Pembatasan Masalah

Membuat batasan tentang hipotesa dan uji apa saja yang akan digunakan dalam

praktikum.

1.5. Metode Pengumpulan data

Metode yang digunakan pada saat mengumpulkan data yang akan digunakan

dalam praktikum.

1.6. Sistematika Penulisan

Urutan-urutan atau susunan-susunan sistematik dari penulisan laporan.

Page 6: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

6

BAB II. Landasan Teori

Teori-teori yang dapat digunakan sebagai acuan dalam praktikum dan teori-teori

yang berhubungan dengan praktikum.

BAB III. Kerangka Pemecahan Masalah

3.1. Flowchart Pemecahan Masalah

Suatu gambaran yang berbentuk Flowchart untuk memecahkan suatu masalah.

3.2. Langkah-Langkah Pemecahan Masalah

Cara-cara yang sistematik untuk memecahkan suatu masalah.

BAB IV. Pengumpulan dan Pengolahan Data

4.1. Pengumpulan Data

Mengumpulkan dan menuliskan data-data yang diperlukan dalam praktikum.

4.2. Pengolahan Data

Penyajian dari data yang telah didapat dari praktikum.

BAB V. Analisa Dan Pembahasan

Mengidentifikasi, menganalisis atau menyelidiki hasil dari pengolahan data.

Page 7: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

7

BAB VI. Kesimpulan dan Saran

6.1. Kesimpulan

Kesimpulan dari hasil metode perhitungan masing-masing data atau hasil akhir

semua isi laporan.

6.2. Saran

Masukan-masukan yang kita kemukakan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik

dalam penyusunan laporan dan dalam praktikum di masa yang akan datang.

Page 8: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

BAB II

LANDASAN TEORI

1.1. Pengertian Agregat

Aggregate Planning (AP) adalah suatu aktivitas operasional untuk

menentukan jumlah dan waktu produksi pada waktu dimasa yang akan datang.AP

juga didefinisikan sebagai usaha untuk menyamakan antara supply dan demand

dari suatu produk atau jasa dengan jalan menentukan jumlah dan waktu input,

transformasi, dan output yang tepat. Dimana keputusan AP dibuat untuk produksi,

staffing, inventory, dan backorder level.

Perencanaan Agregat (agregat planning) juga dikenal sebagai Penjadwalan

Agregat adalah Suatu pendekatan yang biasanya dilakukan oleh para manajer

operasi untuk menentukan kuantitas dan waktu produksi pada jangka menengah

(biasanya antara 3 hingga 18 bulan ke depan). Perencanaan agregat dapat

digunakan dalam menentukan jalan terbaik untuk memenuhi permintaan yang

diprediksi dengan menyesuaikan nilai produksi, tingkat tenaga kerja, tingkat

persediaan, pekerjaan lembur, tingkat subkontrak, dan variabel lain yang dapat

dikendalikan. Keputusan Penjadwalan menyangkut perumusan rencana bulanan

dan kuartalan yang mengutamakan masalah mencocokkan produktifitas dengan

permintaan yang fluktuatif. Oleh karenanya perencanaan Agregat termasuk dalam

rencana jangka menengah.

8

Page 9: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

9

Proses perencanaan dapat digolongkan dalam tiga tingkatan yaitu:

1. Long Range Plans

Merupakan perencanaan lebih dari setahun yang menyangkut perencanaan

produk baru,biaya perluasan dan sebagainya. Long Range Plans ditetapkan oleh

manajer pucak.

2. Intermediete Range Plans

Merupakan rencana atara 3 sampai 18 bulan, menyangkut rencana

penjualan, rencana produksi, rencana inventory, anggaran tenaga kerja dan

sebagainya. Intermediate range plans ditetapkan oleh Manajer Operasi.

3. Short Range Plans

Merupakan rencana kurang dari tiga bulan yang menyangkut job

assignment, ordering, Job scheduling. Short Range Plans ditetapkan oeh Manajer

Operasi bersama dengan supervisor dan operator.

Dalam tiga tingkatan proses perencanaan tersebut, perencanaan agregat

berada pada tingkatan kedua yaitu Intermediate plans yang menyangkut rencana

produksi / operasi perusahaan.

Perencanaan agregat membentuk keterkaitan antara perencanaan fasilitas

di satu pihak dan penjadwalan dipihak lain. Perencanaan fasilitas membatasi

keputusan perencanaan agregat.penjadwalan berkenaan dengan jangka waktu

yang pendek (beberapa bulan atau kurang) dan dibatasi oleh keputusan

perencanaan agregat. Perencanaan agregat berkaitan dengan perolehan sumber

daya, sedangkan penjadwalan berkaitan denngan pengalokasian sumber daya yang

Page 10: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

10

tersedia terhadap pekerjaan dan pesanan tertentu. Jadi perbedaan dasar harus

dilakukan antara perolehan sumber daya melalui penjadwalan.

Hirarki keputusan kapasitas ini diperlihatkan pada gambar 2.1. perhatikan

bahwa keputusan diproses dari atas ke bawah, dan umpan balik dari bawah ke

atas. Keputusan penjadwalan seringkali menunjukan kebutuhan akan perbaikan

perencanaan agregat dan perencanaan agregat juga dapat mencakup kebutuhan

akan fasilitas.

1.2. Fungsi Perencanaan Agregat

Pada dasarnya perencanaan produksi agregat merupakan suatu proses

penetapan tingkat output/kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi

tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan tujuan

meminimalkan total biaya produksi.

Beberapa fungsi perencanaan agregat yaitu :

1. Menjamin rencana penjualan dan rencana produksi konsisten terhadap

rencana strategi perusahaan

2. Alat ukur performansi proses perencanaan produksi

3. Menjamin kemampuan produksi konsisten terhadap rencana produksi

4. Memonitor hasil produksi aktual terhadap rencana produksi dan

membuat penyesuaian

5. Mengatur persediaan produk jadi untuk mencapai target dan membuat

penyesuaian

Page 11: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

11

6. Mengarahkan penyusunan dan pelaksanaan jadwal induk produksi.

2.3. Tujuan Perencanaan Agregat

Pada dasarnya tujuan dari perencanaan agregat adalah berusaha untuk

memperoleh suatu pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan pada

periode perencanaan. Namun bagaimanapun juga, terdapat permasalahan strategis

lain yang mungkin lebih penting daripada biaya rendah. Permasalahan strategis

yang dimaksud itu antara lain mengurangi permasalahan tingkat ketenagakerjaan,

menekan tingkat persediaan, atau memenuhi tingkat pelayanan yang lebih tinggi.

Bagi perusahaan manufaktur, jadwal agregat bertujuan menghubungkan sasaran

strategis perusahaan dengan rencana produksi, tetapi untuk perusahaan jasa,

penjadwalan agregat bertujuan menghubungkan sasaran dengan jadwal pekerja.

Ada empat hal yang diperlukan dalam perencanaan agregat antara lain:

1. Keseluruhan unit yang logis untuk mengukur penjualan dan output

2. Prediksi permintaan untuk suatu periode perencanaan jangka menengah

yang layak pada waktu agregat.

3. Metode untuk menentukan biaya

4. Model yang mengombinasikan prediksi dan biaya sehingga keputusan

penjadwalan dapat dibuat untuk periode perencanaan.

Page 12: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

12

2.4. Strategi – Strategi Perencanaan Agregat

Ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh manajer operasi dalam

merumuskan rencana agregat yaitu:

1. Apakah persediaan digunakan untuk menyerap perubahan selama

periode permintaan ?

2. Apakah perubahan akan diakomodasikan dengan cara mengubah jumlah

tenaga kerja?

3. Apakah perlu penggunaan tenaga kerja paruh waktu atau waktu lembur

dan waktu kosong untuk menghadapi fluktuasi ?

4. Apakah perlu menggunakan subkontraktor untuk antisipasi pesanan

yang fluktuatif sehingga dapat mempertahankan jumlah tenaga kerja yang stabil?

5. Apakah perlu mengubah harga atau faktor lain untuk mempengaruhi

permintaan?

Semua ini adalah stategi perencanaan yang benar. Strategi-strategi ini

melibatkan manipulasi persediaan, nilai produksi, tingkat tenaga kerja, kapasitas,

dan variabel lain yang dapat dikendalikan. Terdapat delapan pilihan secara lebih

terinci. Lima pilihan pertama disebut pilihan kapasitas (capacity option) sebab

pilihan ini tidak berusaha untuk mengubah permintaan tetapi untuk menyerap

fluktuasi dalam permintaan. Tiga pilihan yang terakhir adalah pilihan permintaan

(demand option) dimana perusahaan berusaha untuk mengurangi perubahan pola

permintaan selama periode perencanaan.

Page 13: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

13

2.4.1. Pilihan Kapasitas

Sebuah perusahaan dapat memilih pilihan kapasitas dasar (produksi) berikut:

1. Mengubah tingkat persediaan

Para manajer dapat meningkatkan persediaan selama periode permintaan

rendah untuk memenuhi permintaan yang tinggi di masa mendatang. Jika strategi

ini dipilih, maka biaya-biaya yang berkaitan dengan penyimpanan, asuransi,

penanganan, keusangan, pencurian, dan modal yang diinvestasikan akan

meningkat. (Biaya-biaya ini pada umumnya berkisar 15% hingga 40% dari nilai

sebuah barang setiap tahunnya). Pada sisi lain, ketika perusahaan memasuki masa

dimana permintaan meningkat, maka kekurangan yang terjadi dapat

mengakibatkan tidak terjadinya penjualan yang disebabkan waktu tunggu yang

lebih panjang dan pelayanan pelanggan yang lebih buruk.

2. Meragamkan jumlah tenaga kerja

Dilakukan dengan cara mengkaryakan atau memberhentikan. Salah satu

cara untuk memenuhi permintaan adalah dengan mengkaryakan atau

memberhentikan para pekerja produksi untuk menyesuaikan tingkat produksi.

Bagaimanapun, sering karyawan baru memerlukan pelatihan, dan produktivitas

rata-rata menurun untuk sementara karena mereka menjadi terbiasa.

Pemberhentian atau PHK, tentu saja, menurunkan moral semua pekerja dan dapat

mendorong ke arah produktivitas yang lebih rendah.

Page 14: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

14

3. Meragamkan tingkat produksi melalui lembur atau waktu kosong

Terkadang tenaga kerja dapat dijaga tetap konstan dengan meragamkan

waktu kerja, mengurangi banyaknya jam kerja ketika permintaan rendah dan

menambah jam kerja pada saat permintaan naik. Sekalipun begitu, ketika

permintaan sedang tinggi, terdapat keterbatasan seberapa banyak lembur yang

dapat dilakukan. Upah lembur membutuhkan lebih banyak uang, dan terlalu

banyak lembur dapat membuat titik produktivitas pekerja secara keseluruhan

merosot. Lembur juga dapat menyiratkan naiknya biaya overhead yang diperlukan

untuk menjaga agar fasilitas dapat tetap berjalan. Pada sisi lain, disaat permintaan

menurun, perusahaan harus mengurangi waktu kosong pekerja-yang biasanya

merupakan proses yang sulit.

4. Subkontrak

Sebuah perusahaan dapat memperoleh kapasitas sementara dengan

melakukan subkontrak selama periode permintaan tinggi. Bagaimana pun,

subkontrak, memiliki beberapa kekurangan antara lain :

a) Mahal

b) Membawa resiko dengan membuka pintu klien bagi pesaing

c) Seringkali susah mendapatkan pemasok subkontrak yang sempurna,

yang selalu dapat mengirimkan produk bermutu tepat waktu.

5. Penggunaan karyawan paruh waktu

Page 15: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

15

Terutama di sector jasa, karyawan paruh waktu dapat mengisi kebutuhan

tenaga kerja tidak terampil. Praktik ini umum dilakukan di restoran, toko eceran,

dan supermarket.

2.4.2. Pilihan Permintaan

Pilihan permintaan dasar adalah sebagai berikut :

1. Mempengaruhi permintaan.

Ketika permintaan rendah, sebuah perusahaan dapat mencoba untuk

meningkatkan permintaan melalui iklan, promosi, kewiraniagaan, dan diskon.

Perusahaan penerbangan dan hotel telah lama menawarkan diskon akhir pekan

dan tarif musim sepi; perusahaan telepon membebankan biaya yang lebih murah

pada malam hari; beberapa perguruan tinggi member diskon bagi warga senior;

dan pendingin udara dijual lebih murah pada waktu musim dingin. Bagaimana

pun, bahkan iklan khusus, promosi, penjualan, dan penetapan harga tidak selalu

mampu menyeimbangkan permintaan dengan kapasitas produksi.

2. Tunggakan pesanan selama periode permintaan tinggi.

Tunggakan pesanan adalah pesanan barang atau jasa yang diterima

perusahaan tetapi tidak mampu (secara sengaja atau kebetulan) untuk dipenuhi

pada saat itu. Jika pelanggan mau menunggu tanpa kehilangan kehendak baik

mereka maupun pesanannya, tunggakan pesanan adalah strategi yang mungkin

dijalankan. Banyak perusahaan menggunakan tunggakan pesanan, tetapi

pendekatan ini sering mengakibatkan hilangnya penjualan.

Page 16: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

16

3. Perpaduan produk dan jasa yang counterseasonal (dengan musim yang

berbeda).

Sebuah teknik pelancar masalah aktif yang secara luas digunakan para

pengusaha manufaktur adalah mengembangkan sebuah produk yang merupakan

perpaduan dari barang counterseasonal. Contohnya adalah perusahaan yang

membuat pemanas dan pendingin ruangan atau mesin pemotong rumput dan

penyingkir salju. Bagaimanapun, perusahaan yang menerapkan pendekatan ini

mungkin mendapati diri mereka terlibat dengan produk atau jasa di luar area

keahlian atau target pasar mereka.

2.4.3. Pilihan Campuran

Walupun setiap lima pilihan kapasitas dan tiga pilihan permintaan dapat

menghasilkan sebuah jadwal agregat yang efektif, beberapa kombinasi diantara

pilihan kapasitas dan pilihan permintaan mungkin akan lebih baik.

Kebanyakan pengusaha manufaktur berasumsi bahwa penggunaan pilihan

permintaan telah diteliti secara menyeluruh oleh bagian pemasaran dan pilihan-

pilihan yang layak itu digabungkan dengan prediksi permintaan. Manajer operasi

lalu membuat rencana agregat berdasarkan pada prediksi itu. Bagaimanapun,

dengan menggunakan lima pilihan kapasitas dalam otoritasnya, manager operasi

masih memiliki banyak kemungkinan rencana. Rencana ini dapat terdiri dari :

1. Strategi perburuan (chase strategy)

Sebuah strategi perburuan mencoba untuk mencapai tingkat output bagi

setiap periode yang memenuhi prediksi permintaan untuk periode tersebut.

Strategi ini dapat terpenuhi dengan berbagai jalan. Sebagai contoh, manager

Page 17: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

17

operasi dapat memvariasikan tingkat tenaga kerja dengan merekrut atau

menghentikan karyawan , atau dapat memvariasikan produksi dengan waktu

lembur, waktu kosong, karyawan paruh waktu, atau subkontrak.

2. Strategi penjadwalan bertingkat (level-scheduling strategy).

Sebuah rencana agregat di mana produksi harian tetap sama dari periode

ke periode. Perusahaan seperti Toyota dan Nissan mempertahankan tingkat

produksi pada tingkatan yang seragam dan mungkin membiarkan persediaan

barang jadi naik atau turun untuk menopang perbedaan permintaan dan produksi

atau menemukan pekerjaan alternatif bagi karyawan. Penjadwalan bertingkat akan

bekerja dengan baik ketika permintaan stabil.

2.5. Metoda Perncanaan Agregat

Ada beberapa tehnik yang digunakan manajer operasi untuk

mengembangkan rencana agregat yang lebih bermanfaat dan lebih tepat,

diantaranya:

1. Metode Pembuatan grafis dan diagram

Metode ini sangat sering dipakai karena mudah dipahami. Pada dasarnya,

rencana rencana dengan grafis dan diagram ini menangani variabel sedikit demi

sedikit agar perencana dapat membandingkan proyeksi permintaan dengan

kapasitas yang ada.

Page 18: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

18

Pendekatan yang digunakan adalah “ trial and error “ yang tidak menjamin

terciptanya rencana produksi yang optimal, tatapi penghitungan yang dibutuhkan

hanya sedikit dan dapat dilakukan oleh staf yang paling dasar pekerjaannya.

Tahapan dalam metode ini adalah:

1. Tentukan permintaan pada tiap periode.

2. Tentukan berapa kapasitas pada waktu biasa, waktu lembur, dan

tindakan subkontrak untuk tiap periode.

3. Tentukan biaya tenaga kerja, biaya rekrutmen dan biaya pemberhentian

karyawan serta biaya penahanan persediaan.

4. Pertimbangkan kebijakan perusahaan yang dapat diterapkan pada para

pekerja dan tingkatan persediaan.

5. Kembangkan rencana alternative dan amati biaya totalnya.

2. Pendekatan Matematis Dalam Perencanaan

Beberapa pendekatan matematis terhadap perencanaan agregat telah banyak

dikembangkan diantaranya:

a. Metode Transportasi Dalam Program Linear

Jika masalah perencanaan agregat dipandang sebagai masalah alokasi

kapasitas operasi untuk memenuhi permintaan yang diperkirakan, maka rencana

agregat dapat dirumuskan dalam format program linear.

Page 19: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

19

b. Linear Decision Rule

Merupakan model perenxcanaan agregat yang berupaya untuk

mengoptimalkan tingkat produksi dan tingkat jumlah tenaga kerja sepanjang

periode tertentu.

c. Model ini meminimisasi biaya total dari biaya gaji, rekrutmen, PHK,

lembur, dan persediaan melalui serangkaian kurva biaya kuadrat.

d. Management Coefficient Model

Dikembangkan oleh E.H Bowman yang membangun suatu model

keputusan formal di seputar pengalaman dan kinerja manajer. Teori yang

mendasari adalah pengalaman masa lalu manajer cukup baik, sehingga dapat

digunakan sebagai dasar menetapkan keputusan di masa depan. Teknik ini

menggunakan analisa regresi terhadap keputusan produksi yang diambil manajer

di masa lalu.

e. Simulasi

Suatu model computer yang dinamakan “ Penjadwalan lewat simulasi”

yang dikembangakan tahun 1966 di R.C Vergin. Pendekatan simulasi ini

menggunakan prosedur pencarian kombinasi nilai yang biayanya minimal untuk

ukuran jumlah tenaga kerja dan tingkat produksi.

Page 20: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

20

2.6. Biaya Perencanaan Agregat

Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat antara lain :

1. Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja)

Penambahan tenaga kerja menimbulkan biaya-biaya untuk iklan, proses

seleksi dan training. Biaya training merupakan biaya yang besar apabila tenaga

kerja yang direkrut adalah tenaga kerja yang belum berpengalaman.

2. Firing Cost(Biaya pemberhentian tenaga kerja)

Pemberhentian tenaga kerja biasanya terjadi karena semakin rendahnya

permintaan akan produk yang dihasilkan, sehingga tingkat produksi menurun

dengan drastic. Pemberhentian ini mengakibatkan perusahaan harus mengeluarkan

uang pesangon bagi karyawan yang di-PHK, menurunnya moral kerja dan

produktivitas karyawan yang masih bekerja, dan tekanan yang bersifat social.

Semua akibat ini dianggap sebagai biaya pemberhentian tenaga kerja yang akan

ditanggung perusahaan.

3. Overtime Cost dan Undertime Cost(biaya lembur dan biaya menganggur)

Penggunaan waktu lembur bertujuan untuk meningkatkan output produksi,

tetapi konsekwensinya perusahaan harus mengeluarkan biaya tambahan lembur

yang biasanya 150% dari biaya kerja regular. Disamping biaya tersebut, adanya

lembur akan memperbesar tingkat absen karyawan karena capek. Kebalikan dari

kondisi diatas adalah bila perusahaan mempunyai kelebihan tenaga kerja

dibandingkan dibandingkan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan untuk

kegiatan produksi. Tenaga kerja berlebih ini kadang-kadang bisa dialokasikan

Page 21: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

21

untuk kegiatan lain yang produktif meskipun tidak selamanya efektif. Bila tidak

dapat dilakukan alokasi yang efektif, maka perusahaan dianggap menanggung

biaya menganggur yang besarnya merupakan perkalian antara jumlah jam kerja

yang tidak terpakai dengan tingkat upah dan tunjangan lainnya.

4. Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya kehabisan

persediaan)

Persediaan mempunyai fungsi mengantisipasi timbulnya kenaikan

permintaan pada saat-saat tertentu. Konsekwensi dari kebijaksanaan persediaan

bagi perusahaan adalah timbulnya biaya penyimpanan (inventory cost/holding

cost) yang berupa biaya tertahannya modal, pajak, asuransi, kerusakan bahan, dan

biaya sewa gudang. Kebalikan dari kondisi diatas, kebijaksanaan tidak

mengadakan persediaan seolah-olah menguntungkan, tetapi sebenarnya dapat

menimbulkan kerugian dalam bentuk biaya kehabisan persediaan. biaya kehabisan

persediaan ini dihitung berdasarkan berapa barang diminta yang tidak tersedia.

Kondisi ini pada system MTO (Make to order = Memproduksi berdasarkan

pesanan) akan mengakibatkan jadwal jadwal penterahan order terlambat,

sedangkan pada system MTS (make to stock =Memproduksi untuk memenuhi

persediaan) akan mengakibatkan beralihnya pelanggan pada produk lain.

Kekecewaan pelanggan karena tidak tersedianya barang yang diinginkan akan

diperhitungkan sebagai kerugian bagi perusahaan, dimana kerugian tersebut akan

dikelompokkan sebagai biaya kehabisan persediaan. Biaya kehabisan persediaan

ini sama nilainya dengan biaya pemesanan kembali bila konsumen masih bersedia

menunggu.

Page 22: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

22

5. Subcontract Cost (biaya subkontrak)

Pada saat permintaan melebihi kemampuan kapasitas regular, biasanya

perusahaan mensubkontrakan kelebihan permintaan yang tidak bisa ditanganinya

sendiri kepada perusahaan lain. Konsekuensi dari kebijaksanaan ini adalah

timbulnya biaya subkontrak, dimana biasanya biaya mensubkontrakan ini lebih

mahal dibandingkan memproduksi sendiri dan adanya resiko terjadinya

kelambatan penyerahan dari kontraktor.

Page 23: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisi tentang metodologi penelitian yang bertujuan agar

penyusunan laporan praktikum ini dapat mempunyai alur yang terarah dan

sistematis. Metodologi penelitian merupakan suatu proses berpikir yang terdiri

dari tahaptahap penelitian yang akan dilakukan. Perancangan metodologi

penelitian yang sistematis amat diperlukan karena tiap tahap penelitian memiliki

kaitan erat terhadap tahap selanjutnya. Dengan demikian, diharapkan penelitian

akan lebih terarah untuk mencapai tujuan sebagaimana yang diharapkan.

3.1 Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan merupakan latar belakang permasalahan yang muncul

pada suatu kegiatan, sebagai dasar pemikiran yang akan diangkat menjadi solusi

yang optimal. Penelitian dilakukan oleh peneliti dengan melakukan pengambilan

data permintaan terhadap produk bola lampu LED di PT Phillips Light.

3.2 Studi Pustaka

Studi pustaka adalah suatu tahapan dimana penulis membaca referensi

referensi buku yang diperoleh dari literatur perpustakaan, makalah dan sumber

sumber lain yang berhubungan dengan tema modul praktikum. Studi pustaka

bertujuan untuk mendapatkan sebanyak-banyaknya pengetahuan dan wawasan

mengenai semua teori yang berhubungan dengan perencanaan produksi agregat.

23

Page 24: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

24

Studi pustaka dilakukan untuk membantu penulis dan pembaca memahami faktor

faktor apa saja yang berkaitan dengan praktikum. Studi pustaka dilakukan untuk

mencari penyelesaian masalah, dalam hal ini digunakan rumusan yang ada dalam

perhitungan agregat.

3.3 Identifikasi Masalah

Perumusan masalah yang terjadi pada suatu aktifitas kegiatan kerja, salah

satunya yaitu menguji tingkat perbedaan banyaknya objek yang diamati dalam

masing–masing kategori dengan banyak yang diharapkan berdasarkan

permasalahan yang ada untuk dicari pemecahannya. Sampel data yang akan

dicari solusi permasalahannya adalah sebanyak 12 data periode. Data ini akan

diolah dengan menggunakan metode-metode perhitungan dalam perencanaan

produksi agregat.

3.4 Tujuan Penelitian

Penentuan tujuan penelitian berguna untuk mengarahkan setiap tahapan

tahapan kegiatan yang akan dilakukan dalam pemecahan masalah sehingga

hasilnya akan lebih terfokus dan terarah. Tujuan penelitian penulis dapat diilihat

pada sub bab 1.3 tujuan penelitian pada bab I. Pendahuluan.

3.5 Pengumpulan Data

Peneliti mengumpulkan data dengan melakukan pengambilan data secara

tidak langsung.

Page 25: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

25

3.6 Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan untuk mengetahui bagaimana menyelesaikan

masalah yang ada. Adapun cara yang digunakan adalah dengan melakukan

perhitungan secara manual dengan menggunakan rumus-rumus yang ada dalam

studi perencanaan produksi agregat.

3.7 Analisa dan Pembahasan

Setelah didapat hasil dari perhitungan secara manual dengan menggunakan

perhitungan metode perencanaan produksi agregat, kemudian hasil tersebut

dianalisa dan kemudian dilakukan pembahasan.

3.8 Kesimpulan dan Saran

Tahapan kesimpulan merupakan rangkuman hasil dari kegiatan penelitian

yang telah dilakukan. Untuk menjawab tujuan maka akan dilakukan penarikan

kesimpulan yang didasarkan pada hasil analisa yang telah didapat. Memberikan

saran kepada perusahaan tempat penulis melakukan penelitian hal-hal apa saja

yang harus dilakukan untuk menerapkan perencanaan produksi agregat lebih baik

lagi.

Page 26: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

26

3.9. Kerangka Pemecahan Masalah

Gambar 3.1 Kerangka Pemecahan Masalah

Page 27: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1. Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam perencanaan produksi agregat ini adalah data

peramalan terhadap produksi bola lampu LED di PT Phillips Light menggunakan

metode weight moving average dengan bobot 60:20:20. Adapun data peramalan

permintaannya sebagai berikut:

Tabel 4.1. Hasil Data PeramalanPeriode Xt Ft

1 18000 180002 20000 200003 17000 170004 15000 178005 20500 164006 23000 187007 21000 209008 16000 213009 20500 1840010 22500 1970011 22000 2080012 21000 21800

4.2. Pengolahan Data

4.2.1. Data Perencanaan Produksi

Biaya-biaya yang terkait dengan produksi dan permintaan adalah sebagai berikut:

Biaya tenaga kerja (orang /hari) Rp. 70.000

Biaya inventory (unit/bulan) Rp. 2.000

Biaya sub kontrak (unit) Rp. 10.000

27

Page 28: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

28

Biaya hirng cost (orang) Rp. 100.000

Biaya lay off (orang) Rp. 150.000

Jam kerja per hari 8 jam

Waktu produksi / unit 0.5 jam/unit

Persediaan awal 0

Tenaga kerja awal 60 orang

4.2.2. Metode Variasi Tingkat Persediaan

Metode ini digunakan untuk mengantisipasi permintaan dengan melakukan

penyamaan jumlah produksi untuk persediaannya.

Tabel 4.2. Perhitungan metode tingkat persediaan

Bulan DemandJumlah Hari

KerjaJumlah

ProduksiPerubahan persediaan

Akumulasi persediaan

Januari 18000 20 19820 1820 1820Februari 20000 18 17838 -2162 -342Maret 17000 18 17838 838 496April 17800 20 19820 2020 2516Mei 16400 21 20811 4411 6927Juni 18700 18 17838 -862 6065Juli 20900 18 17838 -3062 3003

Agustus 21300 19 18829 -2471 532September 18400 20 19820 1420 1952

Oktober 19700 21 20811 1111 3063November 20800 20 19820 -980 2083Desember 21800 20 19820 -1980 103

Jumlah 230800 233 230903 103 28218

Perhitungan metode variasi tingkat persediaan:

Jumlah demand selama 1 tahun = 230800 unit

Jumlah hari kerja selama 1 tahun = 233 hari

Rata-rata produksi = 230800 unit : 233 hari = 991 unit/hari

Page 29: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

29

Sehingga jumlah produksi per bulan = jumlah hari kerja pd bulan tersebut

x rata-rata produksi/hari

Jumlah produksi bulan Januari = 20 x 991= 19820 unit ...dst

1 hari kerja = 8 jam, waktu produksi/unit= 0.5 jam/unit/orang, sehingga

total produksi hari kerjanya = 8jam/hari : 0.5 jam/unit

= 16 unit / hari/karyawan

Dengan rata-rata produksi = 991 unit/ hari, maka Tenaga Kerja yang

diperlukan

= Rata-rata produksi/hari: total /hari/karyawan

= 991 unit/ hari : 16 unit/hari/karyawan = 62 orang

Biaya dari penggunaan strategi ini adalah:

Biaya tenaga kerja = 62 x 233 x Rp. 70.000 = Rp 1.011.220.000

Biaya persediaan = 28218 x Rp 2000 = Rp 56.436.000

Total biaya dari penggunaan strategi ini; biaya tenaga kerja + biaya persediaan =

Rp 1.011.220.000 + Rp 56.436.000 = Rp 1.067.656.000,00

Page 30: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

30

4.2.3. Metode variasi jumlah tenaga kerja

Tabel 4.3. Perhitungan metode variasi jumlah tenaga kerja

Bulan DemandJumlah

Hari KerjaTK yang

diperlukanPenambahan

TKPengurangan

TK Biaya TKJanuari 18000 20 57 3 Rp 79.800.000,00

Februari 20000 18 70 13 Rp 88.200.000,00 Maret 17000 18 60 10 Rp 75.600.000,00 April 17800 20 56 4 Rp 78.400.000,00 Mei 16400 21 49 7 Rp 72.030.000,00 Juni 18700 18 65 16 Rp 81.900.000,00 Juli 20900 18 73 8 Rp 91.980.000,00

Agustus 21300 19 71 2 Rp 94.430.000,00 September 18400 20 58 13 Rp 81.200.000,00

Oktober 19700 21 59 1 Rp 86.730.000,00 November 20800 20 65 6 Rp 91.000.000,00 Desember 21800 20 69 4 Rp 96.600.000,00

Jumlah 230800 233 752 48 39 Rp 1.017.870.000,00

Perhitungan metode variasi jumlah tenaga kerja:

Jumlah Tenaga Kerja awal = 60 orang

Jumlah Tenaga Kerja yang diperlukan = peramalan demand/jumlah hari

kerja/total produksi per unit per karyawan

Jumlah Tenaga Kerja pada bulan Januari = 18000 : 20 hari : 16

unit/hari/orang= 57 orang, dst.

Biaya dari penggunaan strategi ini adalah:

Biaya tenaga kerja = Rp 1.017.870.000

Biaya penambahan TK = 48 x Rp 100.000 = Rp 4.800.000

Biaya pengurangan TK = 39 x Rp 150.000 = Rp 5.850.000

Page 31: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

31

Total biaya dari penggunaan strategi ini;

biaya TK + biaya penambahan TK + biaya pengurangan TK = Rp

1.017.870.000+ Rp 4.800.000+ Rp 5.850.000 = Rp 1.028.520.000

4.2.4. Metode Subkontrak

Tabel 4.3. Perhitungan Metode Subkontrak

Periode DemandJumlah Hari

KerjaJumlah

Produksi Persediaan SubkontrakJanuari 18000 20 15680 2320

Februari 20000 18 14112 5888Maret 17000 18 14112 2888April 17800 20 15680 2120Mei 16400 21 16464 64 Juni 18700 18 14112 4524Juli 20900 18 14112 6788

Agustus 21300 19 14896 6404September 18400 20 15680 2720

Oktober 19700 21 16464 3236November 20800 20 15680 5120Desember 21800 20 15680 6120

Jumlah 230800 233 182672 64 48128

Perhitungan metode subkontrak:

Jumlah Tenaga Kerja ditetapkan sesuai dengan kebutuhan untuk tingkat

permintaan terendah (pada bulan Mei)

Sehingga jumlah TK = 16400 : 21 hari : 16 unit/hari/orang = 49 orang.

Jumlah ini dipertahankan selama 12 bulan.

Jumlah produksi = total produksi/hari/karyawan x jumlah hari kerja x

jumlah Tenaga Kerja

Sehingga jumlah produksi bulan Januari = 16 x 20 x 49 = 15680 unit

Jumlah produksi bulan Februari = 16 x 18 x 49 = 14112 unit, dst untuk

bulan-bulan yang lainnya

Page 32: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

32

Biaya-biaya penggunaan strategi ini adalah:

Biaya tenaga kerja = 49 x 233 x Rp 70.000 = Rp 799.190.000,00

Biaya persediaan = 64 x Rp 2.000 = Rp 128.000,00

Biaya sub kontrak = Rp 10.000 x 48128 = Rp 481.280.000,00

Total biaya dari penggunaan metode ini adalah;

Biaya tenaga kerja + biaya persediaan + biaya sub kontrak = Rp 799.190.000,00 +

Rp 128.000 + Rp 481.280.000 = Rp 1.280.598.000,00

Page 33: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

BAB V

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.1. Analisis

Berdasarkan hasil peramalan pada praktikum sebelumnya ditentukan

bahwa hasil demand yang digunakan adalah hasil peramalan dari metode Weight

Moving Average dengan bobot 60:20:20. Berikut adalah analisis dari hasil

perhitungan agregat dengan menggunakan demand tersebut.

5.1.1. Metode Variasi Tingkat Persediaan

Berdasarkan perhitungan untuk metode variasi tingkat persediaan,

didapatkan data total periode adalah 12 bulan, dengan hasil peramalan total adalah

230800 unit didapatkan total produksi sebesar 230903 unit. Akumulasi persediaan

dari metode ini adalah 28218 unit. Biaya untuk persediaan adalah sebesar Rp

56.436.000. Biaya untuk tenaga kerja adalah sebesar Rp 1.011.220.000. Jadi, total

biaya untuk metode ini adalah sebesar Rp 1.067.656.000,00.

5.1.2. Metode Variasi Jumlah Tenaga Kerja

Berdasarkan perhitungan untuk metode variasi tingkat persediaan,

didapatkan data total periode adalah 12 bulan, dengan hasil peramalan total adalah

230800 unit, tenaga kerja yang diperlukan untuk metode ini adalah 752 orang

dengan biaya sebesar 1.017.870.000. Dengan jumlah penambahan tenaga kerja

sebesar 48 dan pengurangan tenaga kerja sebesar 39. Biaya untuk penambahan

33

Page 34: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

34

tenaga kerja adalah sebesar Rp 4.800.000 dan pengurangan tenaga kerja sebesar

Rp 5.850.000. Jadi, total biaya untuk metode ini adalah sebesar Rp

1.028.520.000.

5.1.3. Metode Subkontrak

Berdasarkan perhitungan untuk metode variasi tingkat persediaan,

didapatkan data total periode adalah 12 bulan, dengan hasil peramalan total adalah

230800 unit didapatkan total produksi sebesar 182672 unit. Akumulasi jumlah

produk yang disubkontrak adalah 48128 unit dengan persediaan sebesar 64 unit.

Biaya untuk persediaan adalah sebesar Rp 128.000.000. Biaya untuk tenaga kerja

adalah sebesar Rp 799.190.000. Biaya subkontrak sebesar Rp 481.280.000. Jadi,

total biaya untuk metode ini adalah sebesar Rp 1.280.598.000,00.

5.2. Pembahasan

Setelah dilakukan analisis perhitungan dari ketiga metode diatas diketahui

bahwa total biaya yang dihasilkan memperlihatkan bahwa terdapat perbedaan total

dari ketiga metode ini.

Tabel 5.1 Hasil Biaya Perhitungan Seluruh Metode Perencanaan AgregatMetode Total Biaya

Variasi Tingkat Persediaan Rp 1.067.656.000 Variasi Jumlah TK Rp 1.028.520.000

Subkontrak Rp 1.280.598.000

Dari tabel diatas didapatkan metode yang terpilih adalah Metode Variasi Jumlah

TK dengan total biaya sebesar Rp 1.028.520.000.

Page 35: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari analisis dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya

maka didapatkan kesimpulan sebagai berikut:

1. Perencanaan produksi agregat adalah metode yang digunakan untuk

mengembangkan suatu rencana produksi secara menyeluruh yang fleksibel

dan optimal. Perencanaan agregat ini berhubungan dengan penentuan

jumlah dan waktu produksi untuk jangka waktu menegah.

2. Fungsi dari perencanaan agregat adalah merupakan suatu proses penetapan

tingkat output/kapasitas produksi secara keseluruhan guna memenuhi

tingkat permintaan yang diperoleh dari peramalan dan pesanan dengan

tujuan meminimalkan total biaya produksi.

Tujuan dari perencanaan produksi agregat adalah berusaha untuk

memperoleh suatu pemecahan yang optimal dalam biaya atau keuntungan

pada periode perencanaan. Namun bagaimanapun juga, terdapat

permasalahan strategis lain yang mungkin lebih penting daripada biaya

rendah. Permasalahan strategis yang dimaksud itu antara lain mengurangi

permasalahan tingkat ketenagakerjaan, menekan tingkat persediaan, atau

memenuhi tingkat pelayanan yang lebih tinggi.

3. Biaya-biaya yang terlibat dalam perencanaan agregat antara lain:

a. Hiring Cost (biaya penambahan tenaga kerja)

b. Firing Cost (Biaya pemberhentian tenaga kerja)

35

Page 36: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

36

c. Overtime Cost dan Undertime Cost (biaya lembur dan biaya

menganggur)

d. Inventory Cost dan Backorder Cost (biaya persediaan dan biaya

kehabisan persediaan)

e. Subcontract Cost (biaya subkontrak)

4. Ada beberapa tehnik yang digunakan manajer operasi untuk

mengembangkan rencana agregat yang lebih bermanfaat dan lebih tepat,

diantaranya:

a. Metode Pembuatan grafis dan diagram

b. Metode Transportasi Dalam Program Linear

c. Linear Decision Rule

d. Management Coefficient Model

5. Setelah dilakukan terhadap tiga metode, yaitu metode variasi tingkat

persediaan, metode variasi jumlah tenaga kerja, dan metode subkontrak.

Diketahui bahwa metode yang terbaik adalah metode Variasi Jumlah TK

dengan total biaya Rp 1.028.520.000.

6.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan sebagai berikut :

1. Sebaiknya perusahaan mengembangkan rencana produksi yang fleksibel

dan optimal untuk mendapatkan keuntungan yang maksimal.

2. Metode yang digunakan harusnya disesuaikan dengan keperluan

perencanaan produksi yang akan digunakan.

Page 37: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

37

3. Setelah melakukan perhitungan, maka harusnya perusahaan menggunakan

metode Variasi Jumlah Tenaga Kerja karena total biaya produksinya

terendah diantara dua metode yang lain.

Page 38: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

DAFTAR PUSTAKA

1. Modul Praktikum PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT Sistem Industri

II.

2. Modul Perkuliahan, Perencanaa dan Pengendalian Produksi, Diah ST,MT.

38

Page 39: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

LAMPIRAN

Perhitungan merode Variasi Tingkat Persediaan:

Jumlah Produksi = Rata-rata produksi/hari x Hari kerja/bulan

- Januari = 991 x 20 = 19820

- Februari = 991 x 18 = 17838

- Maret = 991 x 18 = 17838

- April = 991 x 20 = 19820

- Mei = 991 x 21 = 20811

- Juni = 991 x 18 = 17838

- Juli = 991 x 18 = 17838

- Agustus = 991 x 19 = 18829

- September = 991 x 20 = 19820

- Oktober = 991 x 21 = 20811

- November = 991 x 20 = 19820

- Desember = 991 x 20 = 19820

Perubahan Persediaan = Jumlah Produksi – Permintaan

- Januari = 19820 - 18000 = 1820

- Februari = 17838 - 20000 = -2162

- Maret = 17838 - 17000 = 838

- April = 19820 - 17800 = 2020

- Mei = 20811 - 16400 = 4411

- Juni = 17838 - 18700 = -862

- Juli = 17838 - 20900 = -3062

39

Page 40: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

40

- Agustus = 18829 - 21300 = -2471

- September = 19820 - 18400 = 1420

- Oktober = 20811 - 19700 = 1111

- November = 19820 - 20800 = -980

- Desember = 19820 - 21800 = -1980

Akumulasi Persediaan

- Januari = 1820 + 0 = 1820

- Februari = -2162 + 1820 = -342

- Maret = 838 + -2162 = 496

- April = 2020 + 838 = 2516

- Mei = 4411 + 2020 = 6927

- Juni = -862 + 4411 = 6065

- Juli = -3062 + -862 = 3003

- Agustus = -2471 + -3062 = 532

- September = 1420 + -2471 = 1952

- Oktober = 1111 + 1420 = 3063

- November = -980 + 1111 = 2083

- Desember = -1980 + -980 = 103

Page 41: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

41

Perhitungan Metode Variasi Jumlah TK

Tenaga Kerja yang diperlukan = peramalan demand : jumlah hari

kerja : total produksi per unit per karyawan

- Januari = 18000 : 20 : 16 = 57

- Februari = 20000 : 18 : 16 = 70

- Maret = 17000 : 18 : 16 = 60

- April = 17800 : 20 : 16 = 56

- Mei = 16400 : 21 : 16 = 49

- Juni = 18700 : 18 : 16 = 65

- Juli = 20900 : 18 : 16 = 73

- Agustus = 21300 : 19 : 16 = 71

- September = 18400 : 20 : 16 = 58

- Oktober = 19700 : 21 : 16 = 59

- November = 20800 : 20 : 16 = 65

- Desember = 21800 : 20 : 16 = 69

Biaya TK = jumlah hari kerja x tenaga kerja yang diperlukan x

biaya tenaga kerja per orang

- Januari = 20 x 57 x Rp70.000 = Rp79.800.000

- Februari = 18 x 70 x Rp70.000 = Rp88.200.000

- Maret = 18 x 60 x Rp70.000 = Rp75.600.000

- April = 20 x 56 x Rp70.000 = Rp78.400.000

- Mei = 21 x 49 x Rp70.000 = Rp72.030.000

- Juni = 18 x 65 x Rp70.000 = Rp81.900.000

Page 42: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

42

- Juli = 18 x 73 x Rp70.000 = Rp91.980.000

- Agustus = 19 x 71 x Rp70.000 = Rp94.430.000

- September = 20 x 58 x Rp70.000 = Rp81.200.000

- Oktober= 21 x 59 x Rp70.000 = Rp86.730.000

- November = 20 x 65 x Rp70.000 = Rp91.000.000

- Desember = 20 x 69 x Rp70.000 = Rp96.600.000

Perhitungan Metode Subkontrak

Jumlah Produksi = total produksi per hari per karyawan x jumlah

karyawan x jumlah tenaga kerja

- Januari = 16 x 20 x 49 = 15680

- Februari = 16 x 18 x 49 = 14112

- Maret = 16 x 18 x 49 = 14112

- April = 16 x 20 x 49 = 15680

- Mei = 16 x 21 x 49 = 16464

- Juni = 16 x 18 x 49 = 14112

- Juli = 16 x 18 x 49 = 14112

- Agustus = 16 x 19 x 49 = 14896

- September = 16 x 20 x 49 = 15680

- Oktober = 16 x 21 x 49 = 16464

- November = 16 x 20 x 49 = 15680

- Desember = 16 x 20 x 49 = 15680

Subkontrak

- Januari = 18000 - 15680 = 2320

- Februari = 20000 - 14112 = 5888

Page 43: PERENCANAAN PRODUKSI AGREGAT

43

- Maret = 17000 - 14112 = 2888

- April = 17800 - 15680 = 2120

- Mei = 16400 - 16464 = -64

- Juni = 18700 - 14112 = 4524

- Juli = 20900 - 14112 = 6788

- Agustus = 21300 - 14896 = 6404

- September = 18400 - 15680 = 2720

- Oktober = 19700 - 16464 = 3236

- November = 20800 - 15680 = 5120

- Desember = 21800 - 15680 = 6120


Top Related