perencanaan lantai produksi

80
  Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi”  Kelompok 20 BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data 4.1.1 Presedence Diagram 1 8 6 4 2 7 5 3 12 11 10 9 25 26 15 14 13 16 23 17 18 19 20 21 22 24 27 29 28 30 10,02 14,68 4,90 14,86 5,75 16,15 7,33 16,85 19,80 8,84 13,13 11,65 9,44 7,69 7,91 9,66 9,05 14,71 6,23 15,22 16,0 7 7,80 31 ,36 8,38 16,98 29,60 19,02 6,94 1,66 14,23 15,42 Gambar 4.1 Presedence Diagram  Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Upload: rizki-ridha-illahi

Post on 13-Jul-2015

235 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 1/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

BAB IV

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

4.1 Pengumpulan Data

4.1.1 Presedence Diagram

1

8

6

4

2

7

5

3

12

11

10

9

25

26

15

14

13

16

23

17

18

19 20

21

22

24

27

29

28 30

10,02 14,68

4,90 14,86

5,75 16,15

7,33 16,85

19,80

8,84

13,13

11,65

9,44

7,69

7,91

9,66

9,05

14,71

6,23 15,22

16, 07 7,80

3 1,3 6 8, 38

16,98

29,60

19,02 6,94

1,66

14,23 15,42

Gambar 4.1 Presedence Diagram

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 2: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 2/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

 4.1.2 Waktu Baku setiap operasi kerja

Tabel 4.1 Tabel waktu baku setiap operasi kerja

N

oNama Operasi Kerja

Waktu

Siklus

Waktu

Normal

Waktu

Baku

1

Memasang baut ke roller tengah

kanan7,28 8,49 10,02

2

Membaut roller assy ke chasis assy

tengah kanan10,67 12,44 14,68

3 Memasang baut ke roller tengah kiri 3,56 4,15 4,90

4

Membaut roller assy ke chasis assy

tengah kiri10,80 12,59 14,86

5

Memasang baut ke roller depan

kanan4,18 4,88 5,75

6

Membaut roller assy ke chasis assy

depan kanan11,74 13,69 16,15

7 Memasang baut ke roller depan kiri 5,33 6,22 7,33

8

Membaut roller assy ke chasis assy

depan kiri12,28 14,32 16,85

9

Memasang plat belakang besar

kerumah dynamo15,27 16,83 19,80

1

0

Memasang plat belakang kecil

kerumah dynamo assy6,93 7,49 8,84

1

1 Memasang gear dinamo ke dinamo9,54 11,12 13,13

1

2

Memasang dinamo assy kerumah

dynamo assy4,53 5,28 6,23

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 3: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 3/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

1

3 Memasang gear besar ke chasis8,47 9,88 11,65

14

Memasang roda belakang kiri ke asroda belakang

6,80 8,02 9,44

1

5

Memasang as roda depan assy ke

chasis assy12,38 13,62 16,07

1

6

Memasang roda belakang kanan ke

chasis assy bagian belakang kiri5,60 6,61 7,80

1

7 Memasang gear kecil ke chasis assy5,68 6,70 7,91

1

8

Memasang roda depan kiri ke as

roda depan6,94 8,19 9,66

1

9

Memasang as roda depan assy ke

chasis assy24,16 26,58 31,36

2

0

Memasang roda depan kanan ke

chasis assy bagian belakang kanan6,02 7,10 8,38

2

1 Memasang plat depan ke chasis assy7,04 7,74 9,05

2

2

Memasang tuas on/off pada chasis

assy12,58 13,83 14,71

2

3 Memasang gardan ke chasis assy5,68 6,58 7,69

2

4

Memasang penutup plat depan ke

chasis assy13,20 14,52 16,98

2

5

Memasang dinamo assy ke chasis

assy11,22 13,01 15,22

2 Memasang penutup dynamo ke 13,90 16,26 19,02

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 4: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 4/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

6 chasis assy

2

7 Memasang baterai ke chasis assy

5,08 5,94 6,94

2

8 Memasang penutup baterai10,48 12,16 14,23

2

9 Melakukan inspeksi1,29 1,42 1,66

3

0 Memasang body ke chasis assy11,17 13,18 15,42

3

1

Memasang pengunci body ke chasis

assy14,35 16,93 19,81

3

2

Memasang bumper belakang ke

chasis assy7,38 8,71 10,19

3

3

Menyekrup bumper belakang kiri ke

chasis assy21,44 25,30 29,60

3

4

Menyekrup bumper belakang kanan

ke chasis assy 24,61 29,04 33,98

4.1.3 Hasil Peramalan

Dari peramalan demand selama 48 periode ke depan dihasilkan ramalan permintaan Tamiya

Mini 4 WD seperti :

Tabel 4.2 Hasil Peramalan Permintaan Produk Tamiya

Periode Spin Aero dan Blaster

49

14390.4

3 12472

50 14487.9 12472

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 5: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 5/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

8

5114586.2 12472

5214685.0

8 12472

53

14784.6

3 12472

54

14884.8

5 12472

55

14985.7

6 12472

56

15087.3

5 12472

57

15189.6

2 12472

58

15292.5

9 12472

58

15396.2

6 12472

60

15500.6

3 12472

61

15605.7

1 12472

62 15711.5 12472

63

15818.0

1 12472

64

15925.2

4 12472

65 16033.2 12472

66 16141.8 12472

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 6: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 6/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

9

67

16251.3

2 12472

68

16361.4

8 12472

69 16472.4 12472

60

16584.0

6 12472

71

16696.4

9 12472

72

16809.6

7 12472

73

16923.6

3 12472

74

17038.3

5 12472

75

17153.8

5 12472

76

17270.1

4 12472

77

17387.2

1 12472

78

17505.0

8 12472

79

17623.7

5 12472

80

17743.2

2 12472

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 7: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 7/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

81 17863.5 12472

82 17984.6 12472

8318106.5

2 12472

84

18229.2

6 12472

85

18352.8

4 12472

86

18477.2

5 12472

87

18602.5

1 12472

88

18728.6

2 12472

89

18855.5

8 12472

90 18983.4 12472

91

19112.0

9 12472

92

19241.6

5 12472

93

19372.0

9 12472

94

19503.4

1 12472

95

19635.6

2 12472

96 19768.7 12472

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 8: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 8/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

3

4.2 Pengolahan Data

4.2.1 Pembentukan stasiun kerja awal dengan metode Line of balancing 4.2.1.1 Perhitungan Waktu Siklus

• Pendekatan Demand

Kebijakan perusahaan : Demand selama 4 tahun

1 bulan = 4 minggu

1 minggu = 5 hari kerja

1 hari kerja = 8 jam/hari

Rata – rata demand per 4 tahun = unit / periode

Kapasitas Produksi per bulan = 20 hari x 60 menit x 8 jam x 4 thn x 12 bln

= 460800 menit = 27648000 detik 

Total demand = 598656 + 813145,25 = 1411801.25 unit

Waktu siklus = jam kerjatotal demand = 276480001411801,25= 19,58 detik/unit

• Pendekatan Teknis

Pada saat perakitan modul 2 diperoleh hasil waktu baku terbesar sebesar 33,98

detik pada operasi menyekrup bumper belakang kanan ke chasis assy. Maka secara teknik,

waktu siklus yang didapat sebesar 33,98 detik.

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 9: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 9/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

4.2.1.2 Perhitungan jumlah stasiun kerja optimum

Untuk mendapatkan jumlah stasiun kerja optimal yang dibentuk, kita harus

membagi total waktu proses keseluruhan dengan waktu siklus yang terpilih. Di sini,

waktu siklus yang terpilih adalah waktu siklus dengan pendekatan demand, yaitu 19,58

detik sedangkan total waktu prosesnya adalah 455,31 detik.

Jumlah stasiun kerja optimal =

 sTerpilihWaktuSiklu

osesTotalWaktuPr 

=

2325,2358,19

31,455≈=

stasiun kerja

4.2.1.3 pembentukan stasiun kerja awal dengan metode line of balancing 

Dalam pembuatan stasiun kerja Line of Balancing menggunakan 4 metode yaitu  Region

 Approach, Rank Position Weight, Largest Candidate Rule, dan Moodie Young .

• Metode Killbridge Wester ( Region Approach / RA)

 Line of balancing dengan menggunakan metode RA, merupakan suatu metode

  pembagian elemen kerja ke dalam stasiun kerja dengan memperhatikan letak elemen

segaris (regional), dimana elemen kerja paling kiri akan menjadi suatu stasiun kerja awal

akan tetapi elemen kerja yang satu dengan elemen kerja yang lainnya dalam suatu stasiun

kerja tidak boleh berurutan dan harus tetap memperhatikan presedence diagram.

Tabel 4.3 Pembentukan stasiun kerja dengan metode Region Approach

stasiun elemen Ti waktu stasiun saat ada duplikasiwaktu stasiun kerja

sebenarnya sl

1 1 10.0214.92 14.92 4

3 4.9

2 5 5.7513.08 13.08 6

7 7.33

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 10: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 10/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

3A 9 19.8

28.64 14.32 510 8.84

3B 9 19.8

10 8.844 11 13.13 13.13 13.13 6

5 13 11.65 11.65 11.65 7

6 14 9.4417.13 17.13 2

23 7.69

7 17 7.9117.57 17.57 2

18 9.66

8 21 9.0519.24 19.24 0

32 10.19

9 22 14.71 14.71 14.71 4

10 2 14.68 14.68 14.68 411 4 14.86 14.86 14.86 4

12 6 16.15 16.15 16.15 3

13 8 16.85 16.85 16.85 2

14 12 6.23 6.23 6.23 13

15 15 16.07 16.07 16.07 3

16A 19 31.3631.36 15.68 3

16B 19 31.36

17A 33 29.629.6 14.8 4

17B 33 29.6

18A 34 33.98 33.98 16.99 218B 34 33.98

19 25 15.22 15.22 15.22 4

20 16 7.816.18 16.18 3

20 8.38

21 26 19.02 19.02 19.02 0

22 24 16.98 16.98 16.98 2

23 27 6.948.6 8.6 10

29 1.66

24 28 14.23 14.23 14.23 5

25 30 15.42 15.42 15.42 4

26A 31 19.8119.81 9.905 9.

26B 31 19.81

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 11: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 11/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

• Metode Helgeson Birnie ( Ranked Position Weight / RPW)

Pada metode RPW, mula-mula dilakukan pembobotan posisi untuk masing-

masing elemen kerja kemudian elemen kerja dengan bobot posisi tertinggi mendapat

 peringkat 1 dan seterusnya. Kemudian pembagian elemen kerja ke dalam stasiun kerja

dilakukan dengan mndahulukan elemen kerja dengan peringkat tinggi tetapi tetap

memperhatikan predesesor.

Berikut Data urutan bobot dari metode RPW :

Tabel 4.4 Tabel urutan pembobotan metode RPW

 No.

operas

i Elemen bobot

1 32 32,33,34,28,30,31 156,72

2 1818,19,20,24,27,28,30,31 146,53

3 1718,19,20,24,27,28,30,31 136,87

4 99,12,25,26,27,28,30,31 87,8

5 19 19,20,24,27,28,30,31 128,96

6 33 33,34,28,30,31 97,6

7 1313,15,16,26,27,28,30,31 68

8 1111,12,25,26,27,28,30,31 69,48

9 1414,15,16,26,27,28,30,31 56,35

10 1010,12,25,26,27,28,30,31 46,91

11 15 15,16,26,27,28,30,31 54,14

12 12 12,25,26,27,28,30,31 38,07

13 25 25,26,27,28,30,31 54,58

14 22 22,24,27,28,30,31 39,3615 34 34,28,30,31 90,33

16 16 16,26,27,28,30,31 24,65

17 23 23,26,27,28,30,31 86,55

18 21 21,24,27,28,30,31 77,89

19 20 20,24,27,28,30,31 64,14

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 12: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 12/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

20 1 1,2,27,28,30,31 78,86

21 7 7,8,27,28,30,31 68,84

22 5 5,6,27,28,30,31 61,51

23 3 3,4,27,28,30,31 55,7624 26 26,27,28,30,31 50,86

25 24 24,27,28,30,31 31,84

26 8 8,27,28,30,31 16,85

27 6 6,27,28,30,31 16,15

28 4 4,27,28,30,31 14,86

29 2 2,27,28,30,31 14,68

30 27 27,28,30,31 40,98

31 28 28,30,31 34,04

32 30 30,31 35,23

33 31 31 19,8134 29 29 1,66

Berdasarkan data pembobotan diatas dan tidak melanggar  precedence diagram yang sudah ada

maka stasiun kerja yang terbentuk sebagai berikut :

Tabel 4.5 Pembentukan stasiun kerja dengan metode RPW

Stasiun elemen Tiwaktu stasiunduplikasi

Slack timeduplikasi

waktu stasiunsebenarnya

Slack timesebenarnya

1 32 10,19 10,19 9,39 10,19 9,39

218 9,66

17,63 1,95 17,63 1,9517 7,97

3 13 11,65 11,65 7,93 11,65 7,93

4a9 19,8

32,93 6,23

16,465

3,11511 13,13

4b9 19,8

32,93 6,23 3,11511 13,13

514 9,44

18,28 1,3 18,28 1,320 8,84

6 22 14,71 14,71 4,87 14,71 4,87

721 9,05

16,74 2,84 16,74 2,8423 7,69

8

1 10,0217,35 2,23 17,35 2,23

7 7,33

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 13: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 13/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

9

5 5,7510,65 8,93

10,658,93

3 4,9

10 6 16,15 16,15 3,43 16,15 3,43

11 8 16,85 16,85 2,73 16,85 2,7312 2 14,68 14,68 4,9 14,68 4,9

13 4 14,86 14,86 4,72 14,86 4,72

14 12 6,23 6,23 13,35 13,35 6,23

15 15 16,07 16,07 3,51 16,07 3,51

16 a 19 31,36 31,36 7,8

15,68

3,9

16 b 19 31,36 31,36 7,8 3,9

17 a 33 29,6 29,6 9,56

14,8

4,78

17 b 33 29,6 29,6 9,56 4,78

18 a 34 33,98 33,98 5,18

16,99

2,59

18 b 34 33,98 33,98 5,18 2,5919 25 15,22 15,22 4,36 15,22 4,36

2016 7,8

16,18 3,4 3,4 16,1820 8,38

21 26 19,02 19,02 0,56 19,02 0,56

22 24 16,98 16,98 2,6 16,98 2,6

2327 6,94

8,6 10,98 10,988,6

29 1,66  

24 28 14,23 14,23 5,35 14,23 5,35

25 30 15,42 15,42 4,16 15,42 4,16

26 a 31 19,81 19,81 19,359,905

9,67526 b 31 19,81 19,81 19,35 9,675

• Metode Largest Candidate Rule (LCR)

 Line of balancing dengan metode LCR merupakan metode yang diawali dengan

 pemberian rangking untuk tiap waktu standar elemen kerja, elemen yang memiliki waktu

  proses terbesar mendapatkan rangking tertinggi (rangking 1 dan seterusnya). Setelah

 pemberian rangking dilanjutkan dengan pengalokasian elemen kerja tersebut ke dalam

stasiun kerja dengan mendahulukan peringkat tertinggi sebagai bagian dari stasiun kerja

yang lebih awal akan tetapi tetap memperhatikan presedence diagram.

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 14: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 14/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

Urutan operasi setelah dirangking sesuai waktu operasi yang terbesar :Tabel 4.6 Tabel urutan operasi yang dirangking dengan metode LCR 

 No Nama Operasi Kerja Operasi Ti

1 Memasang baut ke roller tengah kanan 34 33,982 Membaut roller assy ke chasis assy tengah kanan 19 31,36

3 Memasang baut ke roller tengah kiri 33 29,6

4 Membaut roller assy ke chasis assy tengah kiri 31 19,81

5 Memasang baut ke roller depan kanan 9 19,8

6 Membaut roller assy ke chasis assy depan kanan 26 19,02

7 Memasang baut ke roller depan kiri 24 16,98

8 Membaut roller assy ke chasis assy depan kiri 8 16,85

9 Memasang plat belakang besar kerumah dinamo 6 16,15

10 Memasang plat belakang kecil kerumah dynamo assy 15 16,07

11 Memasang gear dinamo ke dynamo 30 15,42

12 Memasang dinamo assy kerumah dynamo assy 25 15,22

13 Memasang gear besar ke chasis 4 14,86

14 Memasang roda belakang kiri ke as roda belakang 22 14,71

15 Memasang as roda depan assy ke chasis assy 2 14,68

16Memasang roda belakang kanan ke chasis assy bagian belakang kiri

28 14,23

17 Memasang gear kecil ke chasis assy 11 13,13

18 Memasang roda depan kiri ke as roda depan 13 11,65

19 Memasang as roda depan assy ke chasis assy 32 10,19

20Memasang roda depan kanan ke chasis assy bagian belakang kanan

1 10,02

21 Memasang plat depan ke chasis assy 18 9,66

22 Memasang tuas on/off pada chasis assy 14 9,44

23 Memasang gardan ke chasis assy 21 9,05

24 Memasang penutup plat depan ke chasis assy 10 8,84

25 Memasang dinamo assy ke chasis assy 20 8,38

26 Memasang penutup dynamo ke chasis assy 17 7,91

27 Memasang baterai ke chasis assy 16 7,8

28 Memasang penutup baterai 23 7,6929 Melakukan inspeksi 7 7,33

30 Memasang body ke chasis assy 27 6,94

31 Memasang pengunci body ke chasis assy 12 6,23

32 Memasang bumper belakang ke chasis assy 5 5,75

33 Menyekrup bumper belakang kiri ke chasis assy 3 4,9

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 15: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 15/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

34 Menyekrup bumper belakang kanan ke chasis assy 29 1,66

Maka stasiun kerja yang tersebut diantaranya :

Tabel 4.7 Pembentukan stasiun kerja dengan metode LCR 

Stasiun Elemen TiWaktustasiun Slack  

1A

9 19,8

38,68 0,4811

13,13

5 5,75

1B

9 19,8

38,68 0,4811

13,13

5 5,75

2 2214,7

1 14,71 4,87

3 1311,6

5 18,98 0,6

7 7,33

4 3210,1

9 19,24 0,34

21 9,05

5 110,0

2 19,46 0,12

14 9,44

6 18 9,6618,5 1,08

10 8,84

7 17 7,91 15,6 3,98

7,69

8 3 4,9 4,9 14,68

9 3433,9

8 33,98 5,18

10A 1931,3

6 37,59 1,43

12 6,23

10B 1931,3

6 37,59 1,43

12 6,23

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 16: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 16/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

11A 33 29,6 29,6 9,6

11B 33 29,6 29,6 9,6

12 8

16,8

5 16,85 2,73

13 616,1

5 16,15 3,43

14 1516,0

7 16,07 3,51

15 414,8

6 14,86 4,72

16 214,6

8 14,68 4,9

17 2515,2

2 15,22 4,36

18 20 8,3816,18 3,4

16 7,8

19 2619,0

2 19,02 0,56

20 2416,9

8 16,98 2,6

21 27 6,948,6 10,98

29 1,66

22 2814,2

3 14,23 5,35

23 3015,4

2 15,42 4,16

24A 31

19,8

1 19,81 19,35

24B 3119,8

1 19,81 19,35

• Metode Moodie Young (MY)

Metode Moodie Young  merupakan metode pengalokasian elemen kerja pada suatu

stasiun kerja dengan memperhatikan 2 goal yang merupakan selisih dari stasiun kerja yang

memiliki waktu proses terbesar dan stasiun kerja yang memiliki waktu proses terkecil. Jika

ada elemen kerja dari stasiun kerja yang memiliki waktu proses terbesar lebih kecil dari nilai

2goal, maka elemen tersebut akan dipindahkan ke stasiun kerja yang memiliki waktu proses

terkecil akan tetapi harus tetap memperhatikan presedence diagram dan tidak boleh

melampaui waktu siklus yang di tetapkan.

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 17: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 17/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

Fase 1 :

Pengalokasian Stasiun Kerja (LCR)

Tabel 4.8 Pembentukan stasiun kerja pada fase 1 metode moodie young

Stasiun Elemen TiWaktustasiun Waktu Stasiun Kerja Slack  

1A

9 19.8

38.68 19.34

0.24

1113.1

3

5 5.75

1B

9 19.8

38.68 19.34 0.2411

13.13

5 5.75

2 22 14.71 14.71 14.71 4.87

3 1311.6

5 18.98 18.98 0.6

7 7.33

4 3210.1

9 19.24 19.24 0.34

21 9.05

5 110.0

2 19.46 19.46 0.12

14 9.44

6 18 9.6618.5 18.5 1.0810 8.84

7 17 7.91 15.6 15.6 3.98

7.69

8 3 4.9 4.9 4.9 14.68

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 18: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 18/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

9A 3433.9

8 33.98 16.99 2.59

9B 3433.9

833.98 16.99 2.59

10A19

31.36 37.59 18.795 0.785

  12 6.23

10B19

31.36 37.59 18.795 0.785

  12 6.23

11A 33 29.6 29.6 14.8 9.6

11B 33 29.6 29.6 14.8 9.6

12 816.8

5 16.85 16.85 2.73

13 6 16.15 16.15 16.15 3.43

14 1516.0

7 16.07 16.07 3.51

15 414.8

6 14.86 14.86 4.72

16 214.6

8 14.68 14.68 4.9

17 2515.2

2 15.22 15.22 4.36

18 20 8.3816.18 16.18 3.4

16 7.8

19 2619.0

2 19.02 19.02 0.56

20 2416.9

8 16.98 16.98 2.6

21 27 6.948.6 8.6 10.98

29 1.66

22 2814.2

3 14.23 14.23 5.35

23 3015.4

2 15.42 15.42 4.16

24A 3119.8

1 19.81

9.91

9.67

24B 3119.8

1 19.81 9.67

Fase 2 : Penentuan Goal

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 19: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 19/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

Goal = (19.46-4.9) / 2 = 7.28

Identifikasi elemen dengan waktu lebih kecil dari 2 X goal = 2 x 7.28 = 14.56

Tabel 4.9 Pembentukan stasiun kerja pada fase 2 metode moodie young

Stasiun Elemen TiWaktustasiun Waktu Stasiun Kerja Slack  

1A

9 19.8

38.68 19.34

0.24

1113.1

3

5 5.75

1B

9 19.8

38.68 19.34 0.2411

13.1

35 5.75

2 2214.7

1 14.71 14.71 4.87

3 1311.6

5 18.98 18.98 0.6

7 7.33

4 3210.1

9 19.24 19.24 0.34

21 9.05

5

18 9.6618.5 18.5 1.08

10 8.84

6

17 7.91 15.6 15.6 3.98

23 7.69

7A

110.0

224.36

12.18 7.4

14 9.44

3 4.9

7B

110.0

224.36

12.18 7.4

14 9.44

3 4.9

8A 3433.9

8 33.98 16.99 2.59

8B 3433.9

833.98 16.99 2.59

9A 19 31.3 37.59 18.795 0.785

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 20: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 20/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

6

12 6.23

9B 19

31.3

6 37.59 18.795 0.78512 6.23

10A 33 29.6 29.6 14.8 9.6

10B 33 29.6 29.6 14.8 9.6

11 816.8

5 16.85 16.85 2.73

12 616.1

5 16.15 16.15 3.43

13 1516.0

7 16.07 16.07 3.51

14 414.8

6 14.86 14.86 4.72

15 214.6

8 14.68 14.68 4.9

16 2515.2

2 15.22 15.22 4.36

17

20 8.3816.18 16.18 3.4

16 7.8

18 2619.0

2 19.02 19.02 0.56

19 2416.9

8 16.98 16.98 2.6

20

27 6.948.6 8.6 10.98

29 1.66

21 2814.2

3 14.23 14.23 5.35

22 3015.4

2 15.42 15.42 4.16

23A 3119.8

1 19.819.91

9.67

23B 3119.8

1 19.81 9.67

4.2.1.4 Performansi masing-masing metode line of balancing 

a. Metode Region Approach (RA)

Performansi sistem:

1. Efisiensi Lintasan (LE)

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 21: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 21/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

LE=k=1kSTkK.STmaxx100%

= 383,61526x19,24x100% = 76,69%

2. Smoothness Indeks (SI)

SI=k=1k(STmax-STk)²

= 18,6624+37,9456+24,2064+...+87,14223

= 746,2377

=27,31735

3. Delay time (DT)

DT = K.STmax – k=1kSTk

DT = (26)(19.24) – (383,615)

DT = 116,625 detik 

4. Persentase delay time (%DT)

%DT = DTK.STmaxx 100%

%DT = 116,62526(19,24)x 100%

%DT = 23,3%

5. Efisiensi Stasiun Kerja (ESK)

Contoh perhitungan :

ESK k = STkSTmaxx100%

ESK 1 = 14,9219,24x100% = 77,55%

ESK 2 = 13,0819,24x100% = 67.98%

ESK 3 = 14,3219,24x100% = 74.43%

ESK 4 = 13.1319,24x100% = 68.24%

ESK 5 = 11,6519,24x100% = 60,55%

b. Metode Helgeson Birnie ( Ranked Position Weight / RPW)

Performansi sistem:

1. Efisiensi Lintasan (LE)

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 22: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 22/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

LE=k=1kSTkK.STmaxx100%

= 307,7326x19,02x100% = 62,23%

2. Smoothness Indeks (SI)

SI=k=1k(STmax-STk)²

= 77,9689+291,3849+54,3169+...+6,76

= 1659,8578

=46,741 %

3. Delay time (DT)

DT = K.STmax – k=1kSTk

DT = (26)(19.02) – (307,73)

DT = 186,79 detik 

4. Persentase delay time (%DT)

%DT = DTK.STmaxx 100%

%DT = 186,7926(19,02)x 100%

%DT = 37,77%

5. Efisiensi Stasiun Kerja (ESK)

Contoh perhitungan :

ESK k = STkSTmaxx100%

ESK 1 = 10,1919,02x100% = 53,57%

ESK 2 = 17,6319,02x100% = 92,69%

ESK 3 = 11,6519,02x100% = 61,25%

ESK 4 = 16,46519,02x100% = 86,56%

ESK 5 = 18,2819,02x100% = 96,10 %

c. Metode Largest Candidate Rule (LCR)

1. Efisiensi Lintasan

LE=k=1kSTkK.STmaxx100%

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 23: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 23/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

= 375,48524.19,46x100% = 80,4 %

2. Smoothness Indeks

SI=k=1k(STmax-STk)²=0,24²+4,87²+0,6²…+9,67²

=27,05

3. Delay time (DT)

DT = K.STmax – k=1kSTk

DT = (24)(19.46) – (375.485)

DT = 91.555detik 

4. Persentase delay time (%DT)

%DT = DTK.STmaxx 100%

%DT = 91.55524(19,46)x 100%

%DT = 19.603%

d. Metode Moodie Young

4.2.1.5 pemilihan metode line of balancing 

Metode line Balancing yang akan digunakan sebagai pembebanan operasi dalam system

tersebut dibandingkan berdasarkan efisiensi lintasan terbesar, jika terdapat nilai yang sama dalam

efisiensi lintasannya,maka pemilihan dilakukan berdasarkan Smoothness Index yang paling kecil

Table 4.10 Rekapitulasi Metode Line Balancing

RA LCR RPW MY

LE 76,69% 80,4% 62,22%80,18

%

SI 27,32 27,05 46,741 22,84

DT 116,625 91,55 186,79 88,675

%DT 23,3% 19,6%37,77

%19,10

%

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 24: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 24/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

Berdasarkan pada tabel rekapitulasi diatas, maka terdapat metode yang memiliki nilai

efisiensi lintasan terbesar dan nilai smoothing index yang terkecil, yaitu MY maka metode

tersebut terpilih sebagai alternative metode line balancing terbaik.

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 25: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 25/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

4.2.2 Pembentukan Stasiun Kerja Baru dengan Metode  Line of Balancing  (dengan

Pertimbangan Operasi Kerja Konstrain)4.2.2.1 Precedence Diagram dengan Pertimbangan Operasi Kerja Konstrain

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 26: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 26/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

Berikut merupakan precedence diagram dengan pertimbangan operasi kerja konstrain

1

2

3

13

7

5

4 14

8 9 15

17

16 18

10

6

11 12

23

22

24

25

19

28

29

27

26

20

21

30 31 3433

32

9.1867

9.1136

16.3269

16.535

9.0233

8.9967

4.0421

9. 072 7. 1161

4.3552

18 .9 519 7 .1085

6.8547

3.2083

10.3126

4.8619

5.4272

10.8827

13.0278

21.0817

19.4893

4.878

4.5894

4.9192

23.72026.7879

14.7586

10.617

11.8041

12.9943

8.8113

5.657

8 .5742 9. 4903

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 27: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 27/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

1

2

3

13

7

5

4 14

8 9 15

17

16 18

10

6

11 12

23

22

24

25

19

28

29

27

26

20

21

30 31 3433

32

9.1867

9.1136

16.3269

16.535

9.0233

8.9967

4.0421

9. 072 7. 1161

4.3552

18 .9519 7 .10 85

6.8547

3.2083

10.3126

4.8619

5.4272

10.8827

13.0278

21.0817

19.4893

4.878

4.5894

4.9192

23.72026.7879

14.7586

10.617

11.8041

12.9943

8.8113

5.657

8 .5742 9. 4903

Gambar 4.2 Presedence diagram dengan Pertimbangan Operasi Kerja Konstrain

4.2.2.2 Perhitungan Waktu Siklus (Waktu Siklus dengan Pedekatan Teknis dan WaktuSiklus dengan Pendekatan Demand)

• Pendekatan Teknis

Waktu siklus dengan pendekatan teknis = waktu siklus terbesar 

= 53,5988 detik 

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 28: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 28/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

• Pendekatan Demand

Waktu siklus dengan pendekatan demand :

= waktu kerja selama 4 tahundemand selama 4 tahun

= (4 tahun x 12 bulan x 4 minggu x 5 hari x 8 jam x 60 menit x 60

detik)1396897

= 276480001396897=19,79244 detik 

4.2.2.3 Perhitungan Jumlah Stasiun Keja Optimum

Jumlah stasiun kerja adalah:

= ∑waktu baku totalwaktu siklus

=342,575719,79244

= 17,308412

4.2.2.4 Pembentukan Stasiun Kerja Baru dengan Metode  Line of Balancing dengan

Pertimbangan Operasi Kerja Konstrain

a. Metode Heigeson Birnie ( Ranked Position Weight / RPW)

Bobot :

Tabel 4.11 Tabel pembobotan urutan operasi dengan metode RPW

Elemen Ti Bobot Rangking Elemen Bobot

1 9,1867 82,3292

41 6 114,046

5

2 9,1136 82,3193 210,11,1

2

105,049

8

316,326

989,5326 3

19,20,2

196,7486

4 16,535 73,2057 4 3 89,5326

5 9,0233 82,7159 5 5 82,7159

6 8,9967114,046

56 1

82,3292

4

7,8,920,230

273,6926 7 2 82,3193

10,11,1

2

30,415

6

105,049

88 22,29 76,6579

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 29: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 29/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

13 6,8547 60,3171 916,17,1

874,6342

14 3,2083 56,6707 10 7,8,9 73,6926

1510,312

653,4624 11 4 73,2057

16,17,1

8

21,171

874,6342 12 25,26 62,7866

19,20,2

1

53,598

896,7486 13 24,27 60,6735

22,2930,508

176,6579 14 13 60,3171

23,28

16,723

3 59,8731 15 23,28 59,8731

24,2717,583

760,6735 16 14 56,6707

25,2619,636

662,7866 17 15 53,4624

30,31,3

2

25,085

343,1498 18

30,31,3

243,1498

33,3418,064

5

18,0645 19 33,34 18,0645

Tabel 4.12 Pembentukan stasiun kerja dengan metode RPW dengan pertimbangan operasi kerja konstrain

StasiunElemen

iTi Jml. Wkt STk CT-STk (CT-STk)2 Ket.

1 6 8.996718.02 18.02 1.7446 3.04362916

5 9.0233

2a10.11.1

2

30.4156

39.5292

19.7646 0 0 duplikasikasi

2

2 9.1136

2b 10.11.1

2

30.4156 39.5292

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 30: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 30/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

2 9.1136

3a19.20.2

1

53.5988

53.598817.8662

7

1.89833

33.60366944

duplikasikasi

33b

19.20.2

153.5988

3c19.20.2

153.5988

4 3 16.3269 16.3269 16.3269 3.4377 11.8177813

5 1 9.186716.0414 16.0414 3.7232 13.8622182

13 6.8547

6a 22.29 30.508130.5081

15.2540

54.51055 20.3450613 duplikasi 2

6b 22.29 30.5081

7a16.17.1

821.1718

37.7068

18.8534 0.9112 0.83028544 duplikasi 24 16.535

7b16.17.1

821.1718

37.7068

4 16.535

8a 7.8.9 20.230237.8139

18.9069

50.85765 0.73556352 duplikasi 2

24.27 17.5837

8b 7.8.9 20.230237.8139

24.27 17.5837

9 25.26 19.6366 19.6366 19.6366 0.128 0.016384

10 23.28 16.7233 16.7233 16.7233 3.0413 9.24950569

11 14 3.208313.5209 13.5209 6.2437 38.9837897

15 10.3126

12 30.31.3 25.0853 25.0853 12.5426 7.22195 52.1565618 duplikasi 2

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 31: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 31/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

2 5

13 33.34 18.0645 18.0645 18.0645 1.7001 2.89034001

b. Metode Region Approach (RA)

Tabel 4.13 Pembentukan stasiun kerja dengan metode RA dengan pertimbangan operasi kerja konstrain

Stasiun Elemen Ti W.aktu Stasiun

Waktu Stasiun

Kerja Slack Time

11 9.1867

18.3003 18.3003 1.3365

2 9.1136

2 316.326

916.3269 16.3269 3.3099

35 9.0233

15.878 15.878 3.758813 6.8547

4 6 8.9967 8.9967 8.9967 10.6401

5A22

32.508

132.5081 16.25405 3.38275

29

5B22

29

623 16.723

316.7233 16.7233 2.9135

28

724 17.583

717.5837 17.5837 2.0531

27

825 19.636

819.6368 19.6368 0

26

9A

1953.398

8

53.5988 17.86621 1.7706

20

21

9B19 53.598

820

21

9C7

20.230

2

8

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 32: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 32/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

9

10A

7

20.230

220.2302 10.1151 4.424

8

9

10B

7

8

9

11A

10

30.425

630.4256 15.2128 4.424

11

12

11B

10

11

12

12A

16

21.171

821.1718 10.5859 9.0509

17

18

12B

16

17

18

13 1510.312

610.3126 10.3126 9.3242

14A

3025.085

3

25.0853 12.54265 7.09145

31

32

14B

3025.085

3

31

32

1533

18.0645 18.0645 1.572334

c. Metode Largest Candidate Rule (LCR)

Tabel 4.14 Pembentukan stasiun kerja dengan metode LCR dengan pertimbangan operasi kerja konstrain

Stasiun Elemen TiWaktuTotal

WaktuStasiun Slack time

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 33: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 33/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

1A

20 21.0817

53.5988 17.866266671.92617333

3

21 19.4893

19 13.0278

1B20 21.0817

53.5988 17.866266671.92617333

3

21 19.4893

19 13.0278

1C

20 21.0817

53.5988 17.866266671.92617333

3

21 19.4893

19 13.0278

2A

29 23.7202

39.5314 19.7657 0.02674

22 6.7879

5 9.0233

2B

29 23.7202

39.5314 19.7657 0.0267422 6.78795 9.0233

3A

26 14.7586

35.9635 17.98175 1.81069

25 4.878

3 16.3269

3B

26 14.7586

35.9635 17.98175 1.81069

25 4.878

3 16.3269

4A

27 12.9943

35.884 17.942 1.85044

24 4.5894

1 9.18672 9.1136

4B

27 12.9943

35.884 17.942 1.85044

24 4.5894

1 9.1867

2 9.1136

5A

28 11.8041

25.72 12.86 6.93244

23 4.9192

6 8.9967

5B

28 11.8041

25.72 12.86 6.93244

23 4.9192

6 8.9967

6A

11 18.9519

30.4156 15.2078 4.58464

12 7.1085

10 4.3552

6B 11 18.9519 30.4156 15.2078 4.58464

12 7.1085

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 34: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 34/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

10 4.3552

7A

8 9.072

36.7652 18.3826 1.40984

9 7.1161

7 4.04214 16.535

7B

8 9.072

36.7652 18.3826 1.40984

9 7.1161

7 4.0421

4 16.535

8

13 6.8547

10.063 10.063 9.7294414 3.2083

9A

18 10.8827

31.4844 15.7422 4.05024

16 5.4272

17 4.861915 10.3126

9B

18 10.8827

31.4844 15.7422 4.05024

16 5.4272

17 4.8619

15 10.3126

10A

30 10.617

25.0853 12.54265 7.24979

31 8.8113

32 5.657

10B

30 10.617

25.0853 12.54265 7.2497931 8.811332 5.657

11

34 9.4903

18.0645 18.0645 1.7279433 8.5742

d. Metode Modie Young (MY)

• FASE 1 Rekapan LCR 

Tabel 4.15 Pembentukan stasiun kerja pada fase 1 dengan metode MY

Stasiun Elemen Ti Waktu Total Waktu Stasiun Slack time

1A 20

21.081

7 53.5988 17.86626667 1.92617333

21

19.489

3

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 35: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 35/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

19

13.027

8

1B 20

21.081

7 53.5988 1.92617333

21

19.489

3

19

13.027

8

1C 20

21.081

7 53.5988 1.92617333

21

19.489

3

19

13.027

8

2A 29

23.720

2 39.5314 19.7657 0.02674

22 6.7879

5 9.0233

2B 29

23.720

2 39.5314 0.02674

22 6.7879

5 9.0233

3A 26

14.758

6 35.9635 17.98175 1.81069

25 4.878

3

16.326

9

3B 26

14.758

6 35.9635 1.81069

25 4.878

3

16.326

9

4A 27

12.994

3 35.884 17.942 1.85044

24 4.5894

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 36: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 36/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

1 9.1867

2 9.1136

4B 27

12.994

3 35.884 1.85044

24 4.5894

1 9.1867

2 9.1136

5A 28

11.804

1 25.72 12.86 6.93244

23 4.9192

6 8.9967

5B 28

11.804

1 25.72 6.9324423 4.9192

6 8.9967

6A 11

18.951

9 30.4156 15.2078 4.58464

12 7.1085

10 4.3552

6B 11

18.951

9 30.4156 4.58464

12 7.1085

10 4.35527A 8 9.072 36.7652 18.3826 1.40984

9 7.1161

7 4.0421

4 16.535

7B 8 9.072 36.7652 1.40984

9 7.1161

7 4.0421

4 16.535

8 13 6.8547 10.063 10.063 9.72944

14 3.2083

9A 18

10.882

7 31.4844 15.7422 4.05024

16 5.4272

17 4.8619

15 10.312

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 37: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 37/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

6

9B 18

10.882

7 31.4844 4.05024

16 5.4272

17 4.8619

15

10.312

6

10A 30 10.617 25.0853 12.54265 7.24979

31 8.8113

32 5.657

10B 30 10.617 25.0853 7.24979

31 8.8113

32 5.657

11 34 9.4903 18.0645 18.0645 1.72794

33 8.5742

Perhitungan GOAL :

GOAL = STmax-ST min2

= 19.7657-10.0632

=4.85135

• FASE 2

Berdasarkan perhitungan Goal diatas. didapati elemen tunggal pada ST max yang

kurang dari 2 kali nilai GOAL. namun melanggar aturan predecedence jika di pindah

ke STmin. sehingga tidak bisa di pindah-pindah. Dengan begitu perhitungan metode

MY berhenti pada fase 2.

4.2.2.5 Performansi Masing-masing Metode Line of Balancing 

a. Metode RPW

LE = k=1kSTKK.STmax x 100 % = 221,521513x19,7646x 100%= 86,2153 %

Smoothness Indeks (SI)

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 38: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 38/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

SI = k=1k(STmaks -STk )2 = 157,53479 = 12,55129

b. Metode RA

LE = k=1kSTKK.STmax x 100 % = 224,399515x19,6368x 100%= 76,19496 %

Smoothness Indeks (SI)

SI = k=1k(STmaks -STk )2 = 428,127538 = 20,6912

c. Metode LCR 

LE = k=1kSTKK.CT x 100 % = 342,575711x19,7657x 100%= 81,410 %

Smoothness Indeks (SI)

SI = k=1k(STmaks -STk )2 = 402,24 = 20,50

d. Metode MY

➢ Pendekatan Demand

LE = k=1kSTKK.CT x 100 % = 342,575711x19,7657x 100%= 81,410 %

Smoothness Indeks (SI)

SI = k=1k(STmaks -STk )2 = 402,24 = 20,50

4.2.2.6 Pemilihan Metode Line of Balancing Terbaik 

Berikut merupakan rekap nilai LE dan SI untuk semua metode dengan waktu siklus

 pendekatan demand :

Tabel 4.16 Rekapitulasi metode line of balancing

Metode LE SI

RPW 86.22% 12.55

RA 71.19% 20.69

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 39: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 39/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

LCR 81.41% 20.5

MY 81.41% 20.5

Metode   Line of Balancing yang terpilih adalah metode RPW karena mempunya nilai SI

yang terkecil dibandingkan dengan metode-metode yang lain.

4.2.4 Perhitungan stasiun kerja

4.2.4.1 Waktu Tinggal Komponen

1. Stasiun Kerja 3A

• Bumper Belakang (Dengan Kanban)

Contoh Perhitungan Palet 10 :

Waktu Tinggal Komponen=(Waktu mulai proses SK bersangkutan-Waktu

Masuk Komponen)

= 05:09.11-03:42.00 = 01:27.11

Tabel 4.17 Rekapitulasi Waktu Tinggal Komponen Bumper Belakang Stasiun 3A

Nomor Palet Waktu Tinggal

Komponen

1 00:59,63

4 02:03,28

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 40: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 40/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

7 00:08,03

10 01:27,11

12 02:03,20

14 03:04,04

17 04:06,29

20 00:54,73

22 01:10,21

25 02:54,77

30 05:10,64

34 05:34,48

• Sekrup Belakang Kanan (Tanpa Kanban)

Contoh Perhitungan Palet 10 :

Waktu Tinggal Komponen = Waktu mulai proses

= 05:26,00

Tabel 4.18 Rekapitulasi Waktu Tinggal Komponen Sekrup Kanan Stasiun 3A

Nomor Palet Waktu Tinggal

Komponen

1 01:10,96

4 02:52,56

7 04:06,12

10 05:26,00

12 06:01,36

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 41: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 41/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

14 06:58,68

17 08:08,04

20 08:59,60

22 09:50,44

25 10:58,40

30 12:23,94

34 13:37,26

• Sekrup Belakang Kiri (Tanpa Kanban)

Contoh Perhitungan Palet 10 :

Waktu Tinggal Komponen = Waktu mulai proses Palet 10

= 04:06,12

Tabel 4.19 Rekapitulasi Waktu Tinggal Komponen Sekrup Kanan Stasiun 3A

Nomor Palet Waktu Tinggal

Komponen

1 01:31,46

4 03:05,00

7 04:15,40

10 05:34,44

12 06:01,40

14 07:08,52

17 08:21,20

20 09:11,80

22 10:01,72

25 11:08,96

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 42: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 42/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

30 13:32,26

34 13:48,12

2. Stasiun Kerja 3B

• Bumper Belakang (dengan kanban)

Contoh perhitungan palet8

Waktu Tinggal Komponen = waktu mulai proses yang bersangkutan – waktu masuk komponen

Waktu Tinggal Komponen = 04:32,78 – 03:38,63 = 00.50,78

• Sekrup (tanpa kanban)

Waktu Tinggal Komponen = waktu mulai proses yang bersangkutan – waktu masuk 

komponen

Waktu Tinggal Komponen = 04:56,65 – 00:00,00 = 04:56,65

Tabel 4.20 Rekapitulasi Waktu Tinggal Komponen Stasiun 3B

No.

Pall

et

Waktu Tinggal

Komponen

Bumper

Waktu Tinggal

Komponen Sekrup

kanan

Waktu Tinggal

Komponen sekrup

kiri

3 02:06,01 02:20,28 02:39,48

5 03:07,29 03:20,20 03:45,48

8 00:50,78 04:56,53 05:18,29

11 01:55,21 06:00,09 06:34,17

16 03:34,92 07:31,41 07:51,57

19 00:37,08 08:48,28 09:16,92

23 02:04,25 10:12,13 10:35,72

26 03:17,25 11,22,58 11:44,80

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 43: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 43/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

29 04:33,15 12,38,15 13:05,00

3. Stasiun Kerja 2B

Contoh perhitungan pallet 9

Waktu Tinggal Komponen = waktu mulai proses yang bersangkutan – waktu masuk 

komponen

Waktu Tinggal Komponen = 04:04,13 – 03:40,51 = 00.23,62

Tabel 4.21 Waktu Tinggal Komponen Gir Kecil

 No.Pallet

WaktuTinggal

KomponenGir Kecil

wktu masuk komponen

2 00:56,6 00:00,00

4 01:53,0 00:00,006 00:44,4 00:00,00

9 00:23,6 00:00,00

11 01:05,4 00:00,00

13 01:50,5 00:00,0015 00:20,5 00:00,00

17 00:54,8 00:00,00

19 01:10,7 00:00,0021 01:59,6 00:00,00

23 02:42,1 00:00,00

25 03:28,0 00:00,00

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 44: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 44/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

27 00:11,9 00:00,00

29 00:40,2 00:00,0034 12:16,1 00:00,00

4. Stasiun Kerja 7A

Tuas ON-OFF (Tanpa Kanban)

Contoh Perhitungan Palet 6 :

Waktu Tinggal Komponen = Waktu mulai proses

= 06:31,71

Tabel 4.22 Waktu Tinggal Komponen Tuas ON-OFF

nama operasi penutup

 plat

wktu masuk 

komponen1 03:13,44 00:00,00

3 04:31,40 00:00,00

4 05:15,09 00:00,005 06:06,46 00:00,00

6 06:31,71 00:00,00

10 07:24,65 00:00,00

12 08:32,53 00:00,0013 08:59,96 00:00,00

15 09:46,64 00:00,0017 10:23,19 00:00,0020 11:08,18 00:00,00

21 11:39,43 00:00,00

22 12:27,45 00:00,0025 12:47,69 00:00,00

26 13:35,19 00:00,00

29 14:44,17 00:00,00

34 15:22,88 00:00,00

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 45: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 45/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

5. Stasiun Kerja 10

* Tanpa Kanban

Contoh Perhitungan pada Pallet 16:

Waktu tinggal komponen = Waktu mulai proses SK yang bersangkutan – waktu masuk 

komponen

= 17:20.40 – 00:00.00

= 17:20.40

Tabel 4.23 Rekapitulasi waktu tinggal komponen

no pallet waktu tinggal komponen

1 05:07.44

3 06:40.24

2 07:19.64

4 08:13.64

5 08:48.67

7 09:26.536 10:06.42

8 10:53.73

10 11:26.60

9 12:08.88

11 13:06.93

12 14:13.53

13 14:57.53

14 15:51.60

15 16:37.20

16 17:20.40

17 18:01.60

18 18:38.08

20 19:27.87

19 20:08.00

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 46: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 46/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

21 20:59.00

22 21:36.40

23 22:07.40

24 22:37.68

25 23:28.96

27 24:12.00

26 24:38.93

30 25:06.40

29 25:46.77

34 29:32.76

4.2.4.2 Idle time

1. Stasiun Kerja 3A

 Contoh Perhitungan pada Perakitan 2:

Idle time = Waktu Masuk SK Perakitan 4–Waktu Selesai SK Perakitan1

= 02:03,28 – 01:40,76 = 00:24,19

Tabel 4.24 Rekapitulasi Idle Time Stasiun 3A

Nomor

Perakitan

Idle Time

Sebelum 00:59,63

1 00:22,52

4 00:32,55

7 00:45,11

10 00:00,00

12 00:24,80

14 00:19,26

17 00:12,06

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 47: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 47/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

20 00:08,98

22 00:28,02

25 00:51,55

30 00:07,55

34 00:36,31

Sesudah 07:33,17

2. Stasiun Kerja 3B

Contoh perhitungan pada pallet 8

Idle time = waktu masuk pallet 8 – waktu selesai sk perakitan 7

Idle time = 04:32,98 – 04:13,78 = 00:18,97

Tabel 4.25 Rekapitulasi Idle Time

No.

Palle

t

Idletime

3 00:00,0

0

5 00:00,1

0

8 00:18,9

1

11 00:00,0

0

16 00:10,3

8

19 00:05,0

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 48: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 48/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

5

23 00.04:4

7

26 00:05,3

7

29 00:02,7

7

3. Stasiun Kerja 2B

Contoh perhitungan pada pallet 4

Idle time = waktu masuk pallet 4 – waktu selesai sk perakitan 3

Idle time = 01:52,97 – 01:28,01 = 00:24,96

Tabel 4.26 Rekapitulasi Idle time stasiun Kerja 2B

No.

Pallet

Idle time

2 00:00,00

4 00:24,966 00:03,72

9 00:41,46

11 00:00,00

13 00:00,00

15 00:04,60

17 00:29,44

19 00:02,80

21 00:05,07

23 00:08,76

25 00:06,30

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 49: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 49/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

27 00:05,68

29 00:02,23

34 19:44,61

4. Stasiun Kerja 7A

Contoh Perhitungan pada Perakitan 5:

Idle time = Waktu Masuk SK Perakitan 5 – Waktu Selesai SK 

Perakitan 4

= 06:06,46– 05:01,80 = 00:13,29

Tabel 4.27 Rekapitulasi Idle time stasiun Kerja 7A

namaoperasi

waktu masuk tamiya(n+1)

waktu selesaioperasi tamiya

(n)waktu idle

1 03:13.44 00:00.00 03:13.44

3 04:31.40 03:38.67 00:52.73

4 05:15.09 05:01.80 00:13.295 06:06.46 05:42.17 00:24.29

6 06:31.71 06:16.30 00:15.41

10 07:24.65 06:57.48 00:27.1712 08:32.53 07:49.84 00:42.69

13 08:59.96 08:43.26 00:16.70

15 09:46.64 09:27.95 00:18.6917 10:23.19 10:08.06 00:15.13

20 11:08.18 10:52.65 00:15.53

21 11:39.43 11:34.50 00:04.93

22 12:27.45 12:02.61 00:24.8425 12:47.69 12:34.33 00:13.36

26 13:35.19 13:18.44 00:16.75

29 14:44.17 14:08.57 00:35.60

34 15:22.88 15:06.42 00:16.46

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 50: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 50/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

1. Stasiun Kerja 10

Contoh Perhitungan pada pallet 2:

Idle time = Waktu Masuk SK pallet 2 – Waktu Selesai SK pallet 3

= 07:19.64 – 07:08.73

=00:10.91

Tabel 4.28 Rekapitulasi Idle Time Stasiun Kerja 10

no pallet idle time

3 00:54.71

2 00:10.91

10 00:06.20

9 00:13.61

19 00:05.60

21 00:14.27

24 00:05.64

25 00:02.96

30 00:00.52

29 00:06.9634 05:04.48

4.2.4.2 Waiting Time

1. Stasiun Kerja 3A

 Contoh Perhitungan pada Perakitan 12:

Waiting Time = Waktu Selesai SK Perakitan –Waktu Masuk SK Perakitan 10

= 08:57,81 – 08:40,36

= 00:17,45

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 51: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 51/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

Tabel 4.27 Rekapitulasi Waiting Time Stasiun 3A

Nomor

Perakitan

Waiting Time

1 00:00,00

4 00:00,00

7 00:00,00

10 00:00,00

12 00:02.26

14 00:00,00

17 00:00,00

20 00:00,00

22 00:00,00

25 00:00,00

30 00:00,00

34 00:00,00

2. Stasiun Kerja 2B

3. Stasiun Kerja 3B

Contoh perhitungan pada pallet 11

Waiting time = waktu selesai pallet 11 – waktu masuk palet 10

Waiting time = 05:45,27 – 05:33,84 = 00:11,43

Tabel 4.28 Rekapitulasi Waiting time stasiun Kerja 3B

No.

Palle

t

Waiting

time

3 00:00,0

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 52: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 52/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

0

5 00:00,0

0

8 00:00,0

0

11 00:11,4

3

16 00:00,0

0

19 00:00,0

0

23 00:00,0

0

26 00:00,0

0

29 00:00,0

0

4. Stasiun kerja 7A

Waiting Time = Waktu masuk SK Perakitan 5 – Waktu mulai proses SK 

Perakitan 5

= 06:06,46– 06:06,46 = 00:00,0

Tabel 4.29 Rekapitulasi Waiting time stasiun Kerja 7A

nama

operasi

waktu masuk tamiya

(n+1)

waktu selesai operasi

tamiya (n) waiting time

1 03:13,44 00:00,00 00:00,00

3 04:31,40 03:38,67 00:00,004 05:15,09 05:01,80 00:00,00

5 06:06,46 05:42,17 00:00,00

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 53: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 53/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

6 06:31,71 06:16,30 00:00,00

10 07:24,65 06:57,48 00:00,0012 08:32,53 07:49,84 00:00,00

13 08:59,96 08:43,26 00:00,0015 09:46,64 09:27,95 00:00,00

17 08:59,96 10:08,06 00:00,0020 11:08,18 10;52,65 00:00,00

21 11:39,43 11:34,50 00:00,00

22 12:27,45 12:02,61 00:00,0025 12:47,69 12:34,33 00:00,00

26 13:35,19 13:18,44 00:00,00

29 14:44,17 14:08,57 00:00,0034 15:22,88 15:06,42 00:00,00

5.Stasiun Kerja 10

Contoh Perhitungan pada Pallet 6:

Waiting Time = Waktu Selesai SK Pallet 7 – Waktu Mulai SK Pallet 6

= 10:05.60 – 09:58.44

=00:09.00

Tabel 4.30 Rekapitulasi Waiting time SK 10

no pallet waiting time

4 00:18.24

5 00:15.31

7 00:09.00

6 00:07.16

8 00:05.13

11 00:09.31

12 00:30.52

13 00:28.44

14 00:09.45

15 00:24.68

15 00:31.13

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 54: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 54/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

17 00:21.41

18 00:00.55

20 00:09.15

22 00:05.92

23 00:02.71

27 00:10.07

26 00:05.98

4.2.4.2 Waktu Ttransfer Kanban

1. Stasiun Kerja 3A

 Contoh Perhitungan pada Kanban 1:

Waktu Transfer Kanban = Waktu Masuk Komponen – Waktu Keluar Kanban

= 03:42.00 – 03:38,63 = 00:03,37

Tabel 4.31 Rekapitulasi Waktu Komponen Kanban Stasiun 3A

Nomor

Kanban

Waktu Keluar

kanban

Waktu Masuk 

Komponen

Waktu Transfer

Kanban

1 03:38,63 03:42,00 00:03,37

2 07:35,73 07:50,85 00:15,12

2. Stasiun Kerja 3B

Contoh perhitungan pallet 5

Waktu transfer kanban = waktu masuk komponen – waktu keluar kanban

Waktu transfer ka nban = 03:42,00 – 03:38,63 = 00:03,87

Tabel 4.32 Rekapitulasi Waktu Komponen Kanban Stasiun 3B

Nomor Waktu Keluar Waktu Masuk Waktu Transfer

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 55: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 55/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

Kanban kanban Komponen Kanban

1 03:38,63 03:42,00 00:03,37

2 07:35,73 07:50,85 00:15,12

3. Stasiun kerja 2B

Tabel 4.33 Rekapitulasi Waktu Tinggal Komponen Kanban Stasiun 2B

 No.Pallet

Waktu TinggalKomponen roda

depan kananwktu masukkomponen

waktu tinggalkomponen

2 01:12,34 00:00,00 01:12,3

4 02:18,15 00:00,00 02:18,2

6 03:01,67 00:00,00 03:01,7

9 04:29,45 00:00,00 04:29,5

11 05:15,39 00:00,00 05:15,4

13 05:49,69 03:40,51 02:09,18

15 06:39,19 03:40,51 02:58,6817 07:22,77 03:40,51 03:42,26

19 08:06,07 03:40,51 04:25,56

21 08:49,14 03:40,51 05:08,63

23 09:32,91 06:33,37 02:59,54

25 10:24,93 06:33,37 03:51,56

27 11:21,97 06:33,37 04:48,60

29 11:59,81 06:33,37 05:26,44

34 12:45,1 06:33,37 06:11,74

4. Stasiun Kerja 7A

Contoh Perhitungan pada Kanban 1:

Waktu Transfer Kanban = Waktu keluar Komponen – Waktu masuk Kanban

= 06:51,01– 04:54,52 = 01:56,49

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 56: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 56/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

Tabel 4.34 Rekapitulasi Waktu Transfer Komponen Kanban Stasiun 7A

kanban

ke

waktu keluar  

kanbanwaktu masuk komponen

waktu transfer  

komponen

1 04:54,52 06:51,01 01:56,49

2 09:16,41 10:47,42 01:31,01

BAB V

ANALISA

5.1 Analisis Penentuan Waktu Siklus

Penentuan waktu siklus bisa dilakukan dengan 2 metode yaitu penetuan dengan

waktu siklus teknis ataupun demand. Untuk hasil waktu siklus secara teknis dilakukan

dengan memeperhatikan waktu baku operasi yang terbesar yaitu 33,98 sedangkan

waktu siklus berdasarkan demand didapatkan berdasar perhitungan antara forecast

demand tamiya, periode kerja, jam kerja, sehingga waktu siklus yang dihasilkan

sebesar 19,85.

Untuk memenuhi permintaan dari konsumen kita memerlukan waktu siklus untuk 

 produk tamiya yang sesuai sehingga dapat memenuhi permintaan yang ada. Dengan

waktu siklus demand yaitu 19,58 sementara waktu siklus operasi perusahaan hanya

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 57: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 57/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

33,98 terlihat seolah pemenuhan demand merupakan hal yang tidak mungkin. Namun

hal itu bisa dilakukan dan perusahaan akan mampu memenuhi demand pelanggan.

Solusinya yakni dengan menduplikasi stasiun kerja sehingga yang tadinya satu stasiun

hanya mengerjakan satu produk pada tenggang waktu tertentu. Dengan menggunakan

duplikasi stasiun kerja maka demand dapat dipenuhi karena produk yang tadinya

dihasilkan hanya satu kini menjadi 2 atau 3 tergantung keperluan duplikasi. Dengan

demikian resiko yang harus diambil perusahaan yakni menyediakan biaya untuk 

membayar operator tambahan untuk mengisi stasiun kerja duplikasi. Hal ini dirasa

lebih baik tentunya daripada mengikuti waktu siklus teknis karena jika mengikuti

waktu siklus teknis demand  memang bisa terpenuhi tetapi biaya yang dikeluarkan

lebih besar untuk membayar operator jika melakukan duplikasi lini. Dari hasil

 perhitungan waktu siklus dengan pendekatan demand kelompok 20 didapatkan jumlah

duplikasi yang sedikit sehingga akan lebih baik untuk memilih pendekatan demand

daripada pendekatan teknis yang harus menggandakan lini.

5.2 Analisis pembentukan stasiun kerja awal dengan metode line of balancing 

Berdasarkan pembentukan stasiun kerja diatas dapat kita ketahui bahwa keseimbangan

lintasan merupakan upaya untuk meminimumkan ketidakseimbangan diantara mesin-mesin

atau personil untuk mendapatkan waktu yang sama disetiap stasiun kerja sesuai dengan

kecepatan produksi yang diinginkan. Maka dari itu untuk menyeimbangkan lintasan tersebut

ada berbagai metode yang dapat digunakan diantaranya yaitu Rank Position Weight, Largest 

Candidate Rule,   Region Approach dan Moodie Young . Tetapi sebelum melakukan

 perhitungan line of balancing dengan metode-metode diatas, kita harus menghitung waktu

siklus terlebih dahulu. Disini terdapat 2 waktu siklus yaitu berdasarkan pendekatan demand

dan teknis. Dalam pembentukan stasiun kerja awal ini menggunakan waktu siklus dengan

 pendekatan demand agar permintaan pasar terpenuhi dengan cepat. Adapun tiap metodediatas mempunyai ciri khusus dalam membentuk stasiun kerja, misalnya saja metode region

approach (RA). Pada prinsipnya metode ini membagi precedence diagram dalam beberapa

wilayah secara vertical dan pada setip wilayah tidak boleh ada dua operasi yang berurutan.

Dalam metode ini operasi yang tidak memiliki  predecessor ditempatkan pada wilayah yang

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 58: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 58/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

 paling awal dan pengalokasian operasi pada stasiun diawali dengan operasi yang berada

  pada daerah yang lebih awal dengan tetap memperhatikan  precedence diagram, dengan

catatan bahwa ketika akan mengalokasikan operasi yang ada pada wilayahnya sebelumnya

harus sudah ditempatkan pada stasiun yang ada. Dan waktu operasi pada stasiun tersebut

tidak boleh melebihi dari waktu siklus yang sudah ditentukan. tetapi apabila ada operasi

yang dimana mempunyai waktu operasi yang melebihi waktu siklus yang ditentukan. maka

 pada stasiun tersebut terjadi duplikasi. Yang kemudian setelah pembentukan stasiun kerja,

kita dapat mengetahui performansi sistem di setiap metodenya. Seperti yang kita ketahui

 bahwa :

Tabel 5.1 Rekapitulasi performansi serta jumlah stasiun kerja metode line of balancing

Performansi RA LCR RPW MY

LE 76,69% 80,4% 62,22% 80,18%

SI 27,32 27,05 46,741 22,84

  Jumlah Stasiun

kerja

26

stasiun

26 stasiun 24 stasiun 23 stasiun

Dari hasil rekapitulasi diatas dapat kita ketahui diatas bahwa pembentukan stasiun kerja

dapat mempengaruhi hasil dari besarnya performansi sistem disetiap metodenya.

Performansi sistem disini seperti LE yang merupakan nilai yang menunjukkan seberapa

efisien lintasan tersebut berjalan. Semakin besar LE maka semakin baik lintasan tersebut

efisien untuk digunakan sedangkan Smoothnes Index merupakan nilai yang menunjukkan

apakah pembebanan di setiap stasiun sama sehingga tingkat produktivitas yang dihasilkan

 pun akan sama besar dan aliran material dalam lintasan tersebut lancar. Nilai SI yang

semakin kecil semakin baik juga berarti akan semakin lancar aliran material dalam lintasan

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 59: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 59/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

tersebut karena pembebanan kerja dibuat mendekati seimbang. Misalkan berdasarkan tabel

rekapitulasi diatas pada metode LCR merupakan metode yang mempunyai nilai LE yang

 paling besar yaitu sebesar 80,4%.

H bal ini dapat diartikan bahwa tingkat efisien lintasan tersebut sebesar 80,4% atau juga

dapat diartikan bahwa dari kapasitas yang tersedia yang terpakai hanya sebesar 80,4% atau

dari waktu siklus yang ada dan dengan tetap memperhatikan jumlah stasiun kerja yang ada

terpakai sebesar 80,4%. Sedangkan misalnya untuk SI, misalkan kita melihat nilai SI dari

metode MY yang mempunyai nilai SI paling kecil yaitu sebesar 22,84. Hal ini dapat

diartikan bahwa selisih rata-rata pembebanan kerja antar stasiun kerja sebesar 22,84 begitu

  juga dengan metode-metode lainnya. Perhitungan performansi ini menggambarkan apakah

dengan jumlah stasiun yang ada, lintasan dan pembebanan kerja sudah mendekati seimbang

atau belum. Maka dari itu pembentukan jumlah stasiun kerja sangat bergantung akan waktu

siklus yang dimiliki. Biasanya apabila memiliki waktu siklus yang kecil, maka

membutuhkan stasiun kerja yang banyak pula.

5.3 Analisis Pemilihan Metode LOB Untuk Pembentukan SK Awal

Tabel 5.2 Rekapitulasi Performansi Lintasan LOB SK Awal

RA LCR RPW MY

LE 76,69% 80,4% 62,22%80,18

%

SI 27,32 27,05 46,741 22,84

DT 116,625 91,55 186,79 88,675

%DT 23,3% 19,6%37,77

%19,10

%

Dilihat dari rekap performansi pada tabel di atas metode terbaik adalah

Moodie Young karena memiliki nilai Smoothness Index yang paling kecil di

antara yang lainnya yakni 22,84 dan   Line Efficiency terbesar. Smoothnes Index

yang dimaksud menggambarkan perbedaan antara stasiun kerja 1 dengan stasiun

kerja lainnya, nilai SI yang semakin kecil semakin baik juga berarti akan semakin

lancar aliran material dalam lintasan tersebut karena pembebanan kerja dibuat

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 60: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 60/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

mendekati seimbang. Jika dilihat pada tabel tersebut Moodie Young memiliki

nilai efisiensi lintasan 80,18% yang lebih kecil dari efisiensi lintasan metode LCR 

yakni 80,4%. Namun nilai smoothness Index metode Moodie Young jauh lebih

kecil daripada nilai SI pada metode LCR yang bernilai 27,05. Sehingga Moodie

Young dipilih sebagai metode terbaik. Nilai 22,84 tersebut artinya bahwa selisih

  pembebanan antara stasiun kerja sebesar 22,84. Jadi semakin kecil nilai

smoothness index maka perbedaan antar stasiun kerja akan semakin kecil pula.

  Line Efficiency dipilih yang paling besar yakni 80,18 karena arti line

efficiency adalah rasio seberapa efisien lintasan tersebut berjalan. Inilah alasan

terpilihnya Moodie Young  sebagai metode terbaik yang dipilih untuk 

 pembentukan stasiun kerja awal. Nilai 80,81 tersebut dapat diartikan sebagai jika

waktu siklus yang digunakan adalah 19,58 detik yang merupakan kapasitas

maksimal, maka rata-rata dari masing –masing stasiun dalam lintasan tersebut

hanya menggunakan 80,18% waktu dari total waktu siklus. Semakin besar nilai

LE maka semakin baik lintasan tersebut efisien untuk digunakan. Dengan

menggunakan metode ini dihasilkan performansi efisiensi lintasan dapat dikatakan

  baik. Pembebanan di setiap stasiun sama sehingga tingkat produktivitas yang

dihasilkan pun akan sama besarnya.

5.4 Analisis Presedence Diagram dengan Operasi Kerja Constrain

 Presedence Diagram dengan operasi kerja constrain artinya adalah beberapa operasi

kerja yang digabungkan menjadi satu yakni satu operasi konstrain. Berdasarkan Presedence

 Diagram yang telah dibuat, terdapat beberapa operasi yang digabung menjadi satu. Untuk 

operasi konstrain pertama yakni operasi 7,8,9 digabung menjadi stasiun karena dinilai

melanggar batas waktu siklus yang dipakai dan memudahkan operator untuk mengurangi

kemungkinan-kemungkinan reject. Operasi tersebut adalah memasang gear besar ke chasis

assy, memasang as roda belakang ke chasis assy. Pemasangan gear besar dilanjutkan dengan

memasang as roda ke chasis assy untuk mengurangi kemungkinan jatuhnya  gear besar yang

dapat menyebabkan reject. Semetara itu untuk menghindari kemungkinan reject  karena

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 61: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 61/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

lepasnya as roda dari chasis yang telah dipasang pada operasi ke 8 maka ditambahkan

operasi yakni memasang as roda belakang ke chasis assy yakni operasi 9.

Operasi konstrain kedua yakni operasi 16,17,18 yang digabung menjadi 1 stasiun.

Untuk menghindari jatuhnya tuas on off dari chasis assy maka plat depan serta penutup plat

depan dipasang pada satu stasiun. Hal ini dilakukan untuk mengamankan produk agar tidak 

reject saat moving ke stasiun selanjutnya.

Operasi konstrain ketiga adalah menggabungkan operasi 10,11,dan 12 ke dalam satu

stasiun. Untuk menghindari kemungkinan reject dari lepasnya  gear kecil dari chasis assy,

maka disusul oleh operasi 11 dan 12 yakni memasang as roda depan kanan assy ke chasis

assy, yang kemudian dikunci dengan roda depan kiri ke chasis assy bagian depan kanan.

Dengan dilaksanakannya ketiga operasi tersebut dalam satu stasiun, maka tidak akan terjadi

kemungkinan reject yang terlalu besar.

Operasi konstrain keempat yaitu 22 dan 29 digabung menjadi satu stasiun yakni

memasang baut ke roller  tengah kiri lalu membautnya agar tidak terlepas saat moving 

stasiun selanjutnya.

Operasi 23 dan 28 yakni memasang baut ke roller  tengah kanan akan sangat beresiko

reject  saat moving  ke satsiun selanjutnya. Untuk itulah kedua operasi tersebut digabung

karena kemungkinan reject semakin kecil karena sudah dibaut ke chasis assy.

Operasi 24 dan 27 memasang baut ke roller assy depan kiri menurangi kemungkinan

reject saat moving palet ke stasiun selanjutnya.

Untuk operasi 25, 26 digabung dalam satu stasiun untuk mengurangi reject karena baut

dan roller akan beresiko terlepas jika tidak langsung dibaut ke chasis assy.

Operasi konstrain untuk operasi 19,20,21 dilakukan untuk mengurangi kemungkinan

copotnya bumper  jika tidak langsung disekrup.  Bumper cenderung mudah copot dari body,

oleh karenanya dibuat ketiga proses tersebut menjadi satu sehingga kemungkinan reject 

 berkurang.

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 62: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 62/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

Operasi 30,31,32 disusun untuk meberikan kemudahan bagi operato stasiun kerja

tersebut maupun stasiun kerja setelahnya untuk mengurangi kemungkinan terlepasnya

komponen yang telah terpasang. Baterai dipasang kemudian dikunci dengan penutup

 baterai. Setelah itu baru dilakukan inspeksi sehingga baterai tidak terlepas saat bergerak 

akibat inspeksi atau terlepas saat di satsiun selanjutnya.

Sementara itu operasi 33 dan 34 digabung menjadi satu stasiun kerja. Body yang telah

dipasang kemudian di kunci dengan pengunci body, sehingga body tidak terlepas dan resiko

reject  dapat di minimalkan. Kedua operasi tersebut merupakan bagian dari stasiun kerja

terakhir dimana setelah pengunci body   berhasil terpasang maka selesailah satu siklus

 perakitan tamiya.

5.5 Analisis Pemilihan Waktu Siklus untuk Pembentukan Stasiun Kerja

Perhitungan waktu siklus dilakukan dengan dua metode pendekatan, yaitu pendekatan

secara teknis dan pendekatan demand. Pendekatan secara teknis diperoleh dengan melihat waktu

terbesar pada  presedence diagram yang telah dibuat. Yang berarti bahwa dalam satu stasiun

kerja membutuhkan waktu maximal tersebut dan tidak boleh ada stasiun yang melebihi waktutersebut.

➢ Pendekatan Teknis

Waktu siklus dengan pendekatan teknis = waktu siklus terbesar 

= 53,5988 detik 

Perhitungan waktu siklus dengan metode pendekatan demand dilakukan dengan

memperhetikan output ramalan dari metode terbaik  forecasting pada modul sebelumnya dan jamkerja selama periode tersebut.

➢ Pendekatan Demand

Waktu siklus dengan pendekatan demand :

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 63: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 63/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

= waktu kerja selama 4 tahundemand selama 4 tahun

= (4 tahun x 12 bulan x 4 minggu x 5 hari x 8 jam x 60 menit x 60

detik)1396897

= 276480001396897=19,79244 detik 

Pendekatan demand dengan waktu teknis dapat digunakan tetapi waktunya lama dan akan

 banyak menghasilkan duplikasi sedangkan dengan menggunakan metode pendekatan demand,

 peluang tercapainya demand pada proses produksi lebih besar daripada pendekatan teknis karena

telah mempertimbangkan total demand suatu produk dan waktu kerjanya pada beberapa periode

tertentu. Untuk menentukan metode pendekatan mana yang kita gunakan dalam perhitungan

LOB adalah dengan cara menghitung metode peramalan LOB dengan semua metode kemudian

untuk pembagian operasi tiap stasiun kita terlebih dahulu mencoba menggunakan waktu siklus

 pendekatan demnad karena dianggap dengan waktu pendekatan demnad, permintaan dapat

tercapai. Bila dengan cara seperti itu tidak tedapat banyak duplikasi, maka kita menggunakan

waktu siklus demand. Dengan demikian kami menggunakan waktu siklus pendekatan demand

dengan 13 stasiun dan ada 5 stasiun yang diduplikasi.

5.6 Analisis Pembentukan Stasiun Kerja dengan Metode Line of Balancing 

Suatu keseimbangan lintasan dapat dihitung dengan menggunakan beberapa metode

keseimbangan lintasan. Setelah dilakukan perhitungan dnegna menggunakan 4 metode heuristik 

yaitu RPW yang mempunyai 13 stasiun dengan 5 stasiun duplikasi dan efisiensi pembebanan

tiap stasiun kerja sebesar 86,2153 % dan kelancaran aliran material sebesar 12,55129 % dan

untuk perbandingan dengan beberapa metode lainnya dapat dilihat dalam tabel berikut :

Tabel 5.3 Rekapitulasi Performansi Lintasan LOB SK Awal

Metode jumlah stasiun LE SI

RPW 1986,215

312,551

3

LCR 20 81,41 20,5

RA 18 76,19 20,69

MY 22 81,41 91,306

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 64: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 64/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

5.7 Analisis Pemilihan Metode Line of Balancing Untuk Perbaikan Sistem Kerja Baru

Keseimbangan lintasan produksi didefinisikan sebagai metode untuk 

mempertahankan keseimbangan lintasan produksi dari produk yang dihasilkan sesuai

dengan sistem yang telah ditentukan.  Keseimbangan lintasan dapat ditentukan dengan

menentukan  Line efeciency terbesar yang menggambarkan presentase pembebanan kerja

 pada suatu stasiun yang bila nilainya semakin besar berati pembebanan dalam stasiun

tersebut cukup efisiens dan nilai smoothness index yang menggambarkan aliran dari materila

yang bila nilainya semakin kecil menggambarkan bahwa material daoat dengan lanacar 

mengalir pada proses. Dari tabel di atas dapat kita lihat bahwa metode yang memiliki nilai

LE terbesar dan SI terkecil adalah metode RPW dengan 13 stasiun dan dua kali duplikasi

 pada stasiun 2, tiga duplkasi pada stasiun 3, dua kali duplikasi di stasiun 6, 7, dan 8.

1.8 analisis waktu stasiun kerja

5.8.1 waktu tinggal komponen

1. Stasiun kerja 3A

 Waktu tinggal yang dimaksud pada bagian ini adalah lamanya waktu yang dialami

komponen sejak diletakkan dipalet sampai diambil oleh operator pada suatu stasiun

kerja. Waktu tinggal tersebut diperoleh dari waktu diambilnya komponen dikurangi

waktu diletakannya komponen.

• Bumper belakang

Gambar 5.1 Grafik Waktu Tinggal Komponen Bumper Belakang Stasiun 3 A

Untuk grafik waktu tinggal komponen Bumper Belakang, dapat terlihat

 bahwa terjadi fluktuasi kenaikan seperti tangga sebanyak 3 kali dimana fluktuasi

tertinggi berada di tamiya terakhir. Pada tamiya pertama waktu tinggal komponen

 bumper belakang dimulai dari 00:59.63 karena menunggu selesainya pekerjaan dari

stasiun sebelumnya. Pada tamiya ketiga terlihat penurunan waktu tinggal

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 65: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 65/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

komponen. Hal ini disebabkan masuknya komponen yang di kanban. Komponen

 bumper belakang pada SK 3 A ini menggunakan 2 kali Kanban yang dibagi

menjadi 3 stasiun duplikasi. Operator menggunakan kanban karena kapasitas palet

tidak mencukupi untuk meletakkan 12 buah bumper belakang dalam satu palet

sekaligus. Karena kanban yang dilakukan untuk komponen bumper belakang ini

adalah 4 komponen setiap kali pengambilan, maka untuk 30 buah bumper belakang

untuk 3 stasiun duplikasi dilakukan 2 kali kanban dengan masing-masing jumlah

 bumper per stasiun duplikasi 4, 3, 3. Pada tamiya ketiga waktu tinggal komponen

menyusut, hal ini disebabkan oleh masuknya komponen yang dikanban sehingga

waktu tunggu komponen bumper belakang semakin kecil karena dikurangi waktu

masuk komponen kanban. Sehingga grafik untuk waktu tinggal komponen ini

ditampilkan seperti gambar di atas.

• Sekrup Kanan

Gambar 5.2 Grafik Waktu Tinggal Komponen Sekrup Kanan Stasiun 3 A

Jika dilihat dari grafik waktu tinggal komponen sekrup kanan di atas dapat

disimpulkan bahwa grafik waktu tinggal komponen sekrup kanan untuk ke- 12

tamiya mengalami kenaikan terus menerus dari waktu tinggal sekrup kanan untuk 

tamiya pertama hingga sekrup kanan untuk tamiya ke-12. Hal ini dikarenakan

untuk komponen sekrup kanan ini tidak menggunakan kanban. Jadi ke-24 sekrup

kanan tersebut sudah tersedia di palet operator SK 3A sejak awal operasi, sehingga

sekrup kanan untuk tamiya yang lebih dahulu dirakit memiliki waktu tinggal

komponen yang kecil, dan sebaliknya untuk sekrup kanan yang akan dipasang pada

tamiya dengan urutan perakitan terlama maka akan memiliki waktu tinggal

komponen yang lama pula. Waktu tinggal sekrup kanan utnuk tamiya pertama

dimulai dari 01:10,96 sesuai dengan mulainya waktu proses tamiya pertama pada

stasiun 3A setelah menerima palet dari stasiun Karena itulah grafik waktu tinggal

sekrup kanan di atas berbentuk seperti tangga.

• Sekrup Kiri

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 66: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 66/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

Gambar 5.3 Grafik Waktu Tinggal Komponen Sekrup Kiri Stasiun 3 A

Komponen sekrup kiri yang ditampilkan waktu tinggal komponennya seperti

gambar 5.. tersebut berbentuk menyerupai tangga. Hal itu disebabkan karena waktu

tunggu komponen sekrup kiri yang semakin membesar. Semakin meningkatnya

waktu tunggu dari komponen sekrup kiri dari tamiya pertama sampai terakhir 

tersebut dikarenakan sekrup kiri bukan merupakan komponen kanban dan telah

 berada pada palet sejak awal operasi. Artinya, waktu tinggal komponen sekrup kiri

yang lebih dulu dirakit akan lebih kecil dari pada yang sebelumnya. Waktu tinggal

sekrup kiri pada stasiun pertama dimulai dari 01:31.46 mengikuti waktu mulaioperasi untuk menyekrup bumper kiri. Jika hal tersebut diaplikasikan pada seluruh

12 tamiya, maka didapatkan grafik menyerupai tangga tersebut. Untuk tamiya ke-

12, terlihat selisih bar yang tidak sama dengan rata-rata selisih bar lainnya, hal ini

dimungkinkan kecepatan kerja operator tidak konsisten sehingga komponen sudah

masuk tapi belum diproses karena menunggu proses sebelumnya selesai.

1. Stasiun Kerja 3B

5.8 Analisis Waktu Stasiun Kerja

5.8.1 Waktu Tinggal Komponen

Gambar 5.4 Grafik Waktu Tinggal Komponen Bumper Belakang Stasiun 3 B

Pada palet pertama dimulai beberapa menit setelah proses perakitan

dimulai karena pada stasiun 3B ini memiliki 2 stasiun predecessor yang

 pegerjaannya tidak bisa dilakukan dengan cepat. Pola naik turun yang terbentuk 

 pada grafik di atas juga menunjukkan bahwa ketika kanban keluar dan komponen

mulai masuk, waktu tinggal komponen menjadi turun karena terdapat selisih yang

kecil antara waktu muai proses dengan waktu masuk komponen. Dimana tujuan

dari sistem kanban adalah untuk memenuhi kebutuhan material untuk prose

sproduksi agar semua komponen dapat dipenuhi dan tidak ada produk yang reject.

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 67: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 67/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

Komponen-komponen tersebut secara berurutan diambil oleh operator 

untuk dirakit. Semakin lama urutan komponen tersebut diambil, maka waktu

tinggal komponennya semakin lama. Tidak adanya waktu tinggal komppnen 0

dikarenakan sistem kanban dilakukan saat material belom habis tapi masi tersisa

satu komponen dan helper  meletakkan komponen-komponen tersebut sebelum

komponen sebelumnya habis sehingga komponen tersebut tidak langsung

diproses.

Gambar 5.5 Grafik Waktu Tinggal Komponen Sekrup Kanan Stasiun 3 B

Selisih antara waktu datangnya komponen baru dari gudang dari sistem

kanban dengan waktu mulai proses perakitan menggunakan part yang sama atau

seberapa lama waktu material tinggal di palet sebelum diproses dapat disebut

sebagai waktu tinggal komponen. Pada palet pertama dimulai saat menit pertama

karena komponen hanya sebentar berada dipalet karena komponen tersebut

langsung mengalami proses perakitan yang pertama.

Pola gradien yang terbentuk pada grafik di atas juga menunjukkan

semakin lama komponen diambil dari palet untuk proses perakitan karena semua

komponen tidak dilakukan proses perakitan secara bersamaan. semakin selain

lamanya komponen berada di pallet, hal ini juga bisa disebabkan karena pallet

terlalu lama saat ditransfer karena helper mengalami beberapa kendala yang salah

satunya adalah helper tidak bisa secara penuh memantau semua operator dan

stasiun kerja.

Gambar 5.6 Grafik Waktu Tinggal Komponen Sekrup Kiri Stasiun 3 A

Dalam perhitungan waktu tinggal komponen kami menggunakan rumus :

waktu proses stasiun bersangkutan dikurangi waktu masuk komponen. Hal itu

memberi arti bahwa waktu tinggal komponen adalah selisih antara waktu

datangnya komponen baru dari gudang dari sistem kanban dengan waktu mulai

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 68: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 68/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

 proses perakitan menggunakan part yang sama atau seberapa lama waktu material

tinggal di palet sebelum diproses. Pada palet pertama dimulai saat menit pertama

karena komponen hanya sebentar berada dipalet karena komponen tersebut

langsung mengalami proses perakitan yang pertama.

Pola gradien yang terbentuk pada grafik di atas juga menunjukkan semakin

lama komponen diambil dari palet untuk proses perakitan karena semua komponen

tidak dilakukan proses perakitan secara bersamaan. semakin selain lamanya

komponen berada di pallet, hal ini juga bisa disebabkan karena pallet terlalu lama saat

ditransfer karena helper  mengalami beberapa kendala yang salah satunya adalah

helper tidak bisa secara penuh memantau semua operator dan stasiun kerja.

Gambar 5.7 Grafik Waktu Tinggal Komponen gear kecil SK 2B

Waktu tinggal gear kecil stabil karena memang benda tersebut tidak dipengaruhi oleh

aktivitas kanban. Karena ketersedian barang distasiun kerja terpenuhi. Hal ini disebabkan ukuran

 benda yang tidak terlalu besar dan dapat ditempatkan sekaligus dalam palet. Sementara waiting

time pada operasi kerja 1 cukup lama karena menunggu datangnya palet kerja dari stasiun

sebelumnya

Gambar 5.8 Grafik Waktu Tinggal Komponen as depan Stasiun 2B

Waktu as depan stabil karena memang benda tersebut tidak dipengaruhi oleh aktivitas

kanban. Karena ketersedian barang distasiun kerja terpenuhi. Hal ini disebabkan ukuran benda

yang tidak terlalu besar dan dapat ditempatkan sekaligus dalam palet. Sementara waiting time

  pada operasi kerja 1 cukup lama karena menunggu datangnya palet kerja dari stasiunsebelumnya.

Waktu tinggal komponen tuas on off 

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 69: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 69/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

Gambar 5.9 Grafik Waktu Tinggal Komponen Tuas on-off SK 7 A

Waktu tinggal tuas on off stabil karena memang benda tersebut tidak dipengaruhi oleh

aktivitas kanban. Karena ketersedian barang distasiun kerja terpenuhi. Hal ini disebabkan ukuran

 benda yang tidak terlalu besar dan dapat ditempatkan sekaligus dalam palet. Sementara waiting

time pada operasi kerja 1 cukup lama karena menunggu datangnya palet kerja dari stasiun

sebelumnya.

Plat depan

Gambar 5.10 Grafik Waktu Tinggal Komponen Plat Depan SK 7 A

Waktu tinggal plat depan stabil karena memang benda tersebut tidak dipengaruhi oleh

aktivitas kanban. Karena ketersedian barang distasiun kerja terpenuhi. Hal ini disebabkan ukuran

 benda yang tidak terlalu besar dan dapat ditempatkan sekaligus dalam palet. Sementara waiting

time pada operasi kerja 1 cukup lama karena menunggu datangnya palet kerja dari stasiun

sebelumnya.

5.8.2 Idle Time

Gambar 5.11 Grafik  Idle time Stasiun 3 B

Dapat dilihat pada grafik di atas bahwa saat palet pertama dan kedua

operator tidak mengalami waktu menganggur. Hal itu dikarenakan palet dapat

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 70: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 70/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

 berjalan dengan lancar. Namun bila dilihat dari kecepatan produksi pada stasiun

dua dan tiga yaitu sebesar 19,7646 dan 17,86627 opoerator mengalami idle saat

  proses perakitan. Namun dalam hal ini operator tidak mengalami idle secara

terus-menerus. Salah satu penyebabnya adalah kemampuan dari operator 

sebelumnya yang tidak stabil atau muncul ketidaknyamanan saat bekerja karena

terlalu lama dengan posisi statis.

Waktu menganggur pada proses perakitan tamiya mini 4wd ini dalah

ketika saat operator sudah selesai melakukan perakitan terhadap palet ke-n namun

 palet selanjutnya tidak langsung datang ke stasiun tersebut yang mengakibatkan

operator harus menunggu palet itu datang ke stasiunnya. Pada kasus ini

dikarenakan stasiun 3 yang terdiri dari 3 duplikasi yaitu 3a, 3b, dan 3c hanya

memiliki 2 stasiun predecessor yang merupakan duplikasi dari stasiun 2 yaitu 2a

dan 2b. Hal ini dapat mengakibatkan proses perakitan pada stasiun 3 terjadi lebih

cepat karena dilakukan oleh 3 operator sedangkan pada stasiun sebelumnya hanya

dilakukan oleh 2 orang operator.

Gambar 5.12 Grafik Waktu Idle time Stasiun 3 A

Iddle time terjadi pada semua operasi kerja distasiun ini karena operator menunggu palet dari

stasiun sebelumnya yang cukup lama. Hal ini terjadi karena operator stasiun 7a mengerjakan

operasi kerjanya cukup cepat. Dan menunggu datangnya palet kerja yang cukup lama dari stasiun

sebelumnya. Sedangkan pada grafik diatas pada palet kerja pertama memiliki ketinggian diatas

  block yang lain karena iddle yang tercipta disebabkan oleh keterlambatan operasi yang

diakibatkan belum datangnya palet kerja yang akan dikerjakan. Sedangkan pada block ke-34

memiliki ketinggian yang sangat tinggi karena pada saat proses kerja pada SK7A selesai,

kegiatan produksi belum selesai pada SK terakhir. Sehingga menciptakan iddle time yang cukup

lama

Iddle time

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 71: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 71/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

Gambar 5.13 Grafik Waktu idle SK 7A

Iddle time terjadi pada semua operasi kerja distasiun ini karena operator menunggu palet

dari stasiun sebelumnya yang cukup lama. Hal ini terjadi karena operator stasiun 7a mengerjakan

operasi kerjanya cukup cepat. Dan menunggu datangnya palet kerja yang cukup lama dari stasiun

sebelumnya. Sedangkan pada grafik diatas pada palet kerja pertama memiliki ketinggian diatas

  block yang lain karena iddle yang tercipta disebabkan oleh keterlambatan operasi yang

diakibatkan belum datangnya palet kerja yang akan dikerjakan. Sedangkan pada block ke-34

memiliki ketinggian yang sangat tinggi karena pada saat proses kerja pada SK7A selesai,

kegiatan produksi belum selesai pada SK terakhir. Sehingga menciptakan iddle time yang cukuplama.

5.8.3 Waiting Time

Gambar 5.14 Grafik Waiting Time Stasiun 3 B

Kecepatan pproduksi pada stasiun 2 sebesar 19,7646 detik sedangkan

kecepatan produksi pada stasiun 3 sebesar 17,86627 detik. Hal in menunjukkan

 bahwa operator mengalami idle atau menganggur karena menunggu proses perakitan

  pada stasiun 2 selesai dilakukan. Namun pada palet 11 urutan keempat, operator 

sempat mengalami waiting yaitu saat proses perakitan yang dilakukan di stasiun 2

lebih dulu selesai sedangkan pada stasiun 3 operator mash melakukan perakitan

tamiya sebelimnya.

Dalam hal ini waiting dapat terjadi pada stasiun 3 yang terdiri dari 3 duplikasi,saat terdapat lubang sekrup yang kurang presisi dengan lubang bumper  sehingga

membutuhkan waktu yang cukup lama untuk memasang bumper  pada chasis assy agar 

  presisi dan juga membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menyekrup bumper 

 belakang tersebut agar tidak terjadi reject  di stasiun perakitan selanjutnya dikarenakan

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 72: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 72/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

karena sekrup tidak terpasang dengan tepat pada bumper  dan chasis assy. Sehinggan

material atau komponen-komponen tamiya tersebut harus menunggu cukup lama agar 

operator selesai merakit tamiya sebelumnya. Hal itu ditunjukkan pada grafik di atas yang

terlihat saat palet keempat memiliki waktu waiting yang signifikan.

Gambar 5.15 Grafik Waktu waiting time stasiun

Grafik Waiting time pada stasiun kerja 2B memiliki ketinggian pada operasi 6 dan 7

karena terjadi waiting time. Hal ini dapat terjadi karena kecepatan kerja operator dalammenyelesaikan satu operasi kerja yang berbeda. Dan hal tersebut dapat pula diakibatkan oleh

stasiun kerja yang sebelumnya memiliki kecepatan yang lebih cepat daripada stasiun 2B.

Waiting time

Gambar 5.16 Grafik Waktu waiting Stasiun 3 A

Grafik Waiting time pada stasiun kerja 7A memiliki ketinggian konstan karen

tidak terjadi waiting time sama sekali. Hal ini dapat terjadi karena kecepatan kerja

operator dalam menyelesaikan satu operasi kerja yang cepat. Dan hal tersebut

dapat pula diakibatkan oleh stasiun kerja yang sebelumnya memiliki kecepatan

yang cashflow dengan stasiun 7A

5.8.4 Waktu Transfer Kanban

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 73: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 73/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

Gambar 5.17 Grafik Waktu Transfer Belakang Stasiun 3 B

Waktu transfer kanban adalah selisih antara waktu masuk komponen dengan

waktu keluar kanban yaitu saat helper mengambil komponen yang dibutuhkan sesuai

sistem kanban. Waktu transfer kanban antara yang pertama dan kedua seharusnya

memiliki besar yang sama. Karena proses pengambilan komponen di gudang

dilakukan secara manual tidak menggunakan conveyor, maka terdapat perbedaan

waktu transfer kanban. Hal ini salah satunya disebabkan pada saat pengambilan

komponen sistem kanban kedua bagian storage kurang siap jadi helper membutuhkan

waktu yang cukup lama. Waktu transfer ini bisa mengakibatkan sistem  flow

(mangalir) ataupun tidak tergantung daro kecepatan helper mengambil komponen dan

kapan komponen tersebut diletakkan di palet.

5. Stasiun Kerja 10

Dibawah ini merupakan grafik waktu tinggal komponen di satsiun 10, dimana

komponen yang ada yaitu roller dan baut dan komponen ini dikerjakan pada waktu

yang bersamaam sehingga grafik waktu tinggal komponen pada stasiun ini dijadikan

satu.

Gambar 5. 18Grafik waktu tinggal komponen roller dan baut

Pada grafik diatas juga menjelaskan bahwa terdapat 30 buah roller dan baut untuk 

dipasang di 30 buah tamiya di bagian tengah kanan dari chasis tamiya tersebut. Waktu tinggal

komponen disini merupakan selisih antara waktu masuk komponen tersebut dengan waktu kapan

komponen tersebut mulai diproses. Pada stasiun ini, komponen tidak memerlukan kanban

dikarenakan 30 buah baut dan roller sudah tersedia di palet operator stasiun kerja 10 sejak awal

operasi, sehingga roller dan baut untuk tamiya yang lebih dahulu melakukan proses memiliki

waktu tinggal komponen yang kecil dan begitu juga sebaliknya sehingga terlihat pada grafik 

 pada saat nomor palet terakhir, dan menyebabkan grafik waktu diatas mengalami kenaikan terus

menerus dari waktu tinggal kompenen pertama hingga waktu tinggal komponen saat pallet

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 74: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 74/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

terakhir. Kenaikan terus menerus ini dikarenakan komponen tersebut tidak memerlukan kanban

dan apabila semakin lama pallet datang maka semakin tinggi waktu tinggal komponen dalam

 pallet. Dan berdasarkan grafik diatas dapat kita ketahui bahwa pada pallet 1 waktu tinggal

komponen tidak dimulai dari 00:00,00, hal ini dikarenakan pallet 1 baru mulai diproses pada

stasiun 10 ini baru pada saat 05:07.44. sehingga komponen roller dan baut digunakan pada saat

itu karena waktu tinggal komponen sama dengan waktu proses apabila komponen tersebut tidak 

memerlukan kanban. semakin lama pallet tersebut datang pada stasiun kerja maka semakin besar 

  juga waktu tinggal komponen . sebagai contoh misalkan pada pallet 34 mempunyai waktu

tinggal komponen yang besar dibanding lainnya, hal ini disebabkan pallet 34 sampai di stasiun

kerja 10 dalam waktu yang lama, sehingga komponen tersebut dipakai baru saat pallet 34 sudah

datang maka dari itu waktu tinggal komponen pada 34 sangat besar. Maka dapat kita ketahui

 bahwa semakin tinggi misalkan apabila pallet belum datang pada stasiun kerja dalam waktu yang

lama atau jika apabila saat pallet sudah datang, operator melakukan hal-hal yang berkaitan

dengan pribadi operator tersebut sepeti mengobrol atau izin ke belakang.

Penutup plat depan

Gambar 5.19 Grafik Waktu Tinggal Komponen kanban SK 7A

Penutup plat depan sangat dipengaruhi kanban karena keterbatasan ketersediaan barap pada

stasiun kerja 7A. Oleh karena itu terjadi aktivitas kanban yang mempengaruhi waktu tinggal

komponen. Hal tersebut disebabkan karena part penutup plat depan memiliki ukuran yang cukup

 besar. Sehingga part tersebut tidak cukup sepenunhnya apabila diletakkan langsung dalam palet.

Sedangkan pada grafik operasi ke-1 memiliki waktu mulai yang tinggi karena menunggu palet

kerja datang dari stasiun kerja sebelumnya.

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 75: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 75/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

Penutup plat depan

Gambar 5.20 Grafik Waktu Tinggal Komponen Bumper Belakang Stasiun 7 A

Penutup plat depan sangat dipengaruhi kanban karena keterbatasan ketersediaan barap pada

stasiun kerja 7A. Oleh karena itu terjadi aktivitas kanban yang mempengaruhi waktu tinggal

komponen. Hal tersebut disebabkan karena part penutup plat depan memiliki ukuran yang cukup

 besar. Sehingga part tersebut tidak cukup sepenunhnya apabila diletakkan langsung dalam palet.

Sedangkan pada grafik operasi ke-1 memiliki waktu mulai yang tinggi karena menunggu palet

kerja datang dari stasiun kerja sebelumnya.

1.8.2 Waktu idle time

1. Stasiun Kerja 3A

  Idle time adalah waktu dimana operator menunggu untuk melakukan pekerjaan

dikarenakan material yang akan diproses masih diproses di stasiun sebelumnya. Idle time

diperoleh dari waktu masuk tamiya saat ini pada stasiun kerja saat ini dikurangi dengan waktu

masuk tamiya sebelumya pada stasiun kerja setelahnya. Hal ini menyebabkan operator 

menganggur dan tidak melakukan operasi apapun sebelum palet ditransfer ke SK nya.

Lamanya waktu idle untuk SK 3A yang dialami hampir seluruh tamiya diilustrasikan

seperti grafik di atas. Pada gambar di atas terlihat bahwa seluruh tamiya memiliki waktu idle

 pada stasiun kerja ini, hal ini dikarenakan stasiun kerja sebelum stasiun kerja 3A mengerjakan

operasinya terlalu lama dan operasi yang dilakukan oleh operator di stasiun kerja 3 A terlalu

cepat. Namun untuk tamiya dengan urutan perakitan ke-4 yakni pada palet 12, terlihat adanya

keterlambatan penyelesaian operasi oleh operator pada stasiun 3 A sehingga justru dapat ditarik 

kesimpulan bahwa untuk tamiya ke-4 tersebut terjadi keterlambatan penyelesaian operasi dari

tamiya sebelumnya. Dari grafik di atas , terdapat waktu idle yang paling ekstrim yaitu pada

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 76: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 76/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

tamiya terakhir sebesar 00:20:36,10. Sedangkan waktu terendahnya terdapat pada tamiya dengan

nomor perakitan 30 urutan perakitan ke 11 pada stasiun 3A yaitu 00:07.5.

2. Stasiun Kerja 3B

Gambar 5.21 Grafik Waktu Idle Time Stasiun 7 A

Dapat dilihat pada grafik di atas bahwa saat palet pertama dan kedua operator tidak 

mengalami waktu menganggur. Hal itu dikarenakan palet dapat berjalan dengan lancar. Namun

  bila dilihat dari kecepatan produksi pada stasiun dua dan tiga yaitu sebesar 19,7646 dan

17,86627 opoerator mengalami idle saat proses perakitan. Namun dalam hal ini operator tidak 

mengalami idle secara terus-menerus. Salah satu penyebabnya adalah kemampuan dari operator 

sebelumnya yang tidak stabil atau muncul ketidaknyamanan saat bekerja karena terlalu lama

dengan posisi statis.

Waktu menganggur pada proses perakitan tamiya mini 4wd ini dalah ketika saat operator 

sudah selesai melakukan perakitan terhadap palet ke-n namun palet selanjutnya tidak langsung

datang ke stasiun tersebut yang mengakibatkan operator harus menunggu palet itu datang ke

stasiunnya. Pada kasus ini dikarenakan stasiun 3 yang terdiri dari 3 duplikasi yaitu 3a, 3b, dan 3c

hanya memiliki 2 stasiun  predecessor yang merupakan duplikasi dari stasiun 2 yaitu 2a dan 2b.Hal ini dapat mengakibatkan proses perakitan pada stasiun 3 terjadi lebih cepat karena dilakukan

oleh 3 operator sedangkan pada stasiun sebelumnya hanya dilakukan oleh 2 orang operator.

3. Stasiun Kerja 2B

Gambar 5.22 Grafik Waktu Tinggal Komponen Bumper Belakang Stasiun 7 A

Iddle time terjadi pada semua operasi kerja distasiun ini karena operator menunggu paletdari stasiun sebelumnya yang cukup lama. Hal ini terjadi karena operator stasiun 7a mengerjakan

operasi kerjanya cukup cepat. Dan menunggu datangnya palet kerja yang cukup lama dari stasiun

sebelumnya. Sedangkan pada grafik diatas pada palet kerja pertama memiliki ketinggian diatas

  block yang lain karena iddle yang tercipta disebabkan oleh keterlambatan operasi yang

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 77: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 77/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

diakibatkan belum datangnya palet kerja yang akan dikerjakan. Sedangkan pada block ke-34

memiliki ketinggian yang sangat tinggi karena pada saat proses kerja pada SK7A selesai,

kegiatan produksi belum selesai pada SK terakhir. Sehingga menciptakan iddle time yang cukup

lama.

Stasiun Kerja 10

Gambar 5. 23Grafik Rekapitulasi Idle time pada stasiun 10

Grafik diatas merupakan grafik idle time di stasiun 10. Berdasarkan grafik diatas yang

mempunyai idle time merupakan pallet bernomor 3,2,10,9,19,21,24,25,30,29 dan 34. Idle time

 pada dasarnya merupakan selisih waktu antara waktu selesai proses pada stasiun sebelumnya

dengan waktu masuk tamiya pada stasiun kerja berikutnya. Idle time disini merupakan waktu

menganggurnya operator atau saat operator tidak melakukan operasi. grafik diatas berbanding

lurus dengan kecepatan produksi pada pembentukan stasiun kerja pada metode yang terpilih.

Berdasarkan kecepatan produksi pada pembentukan stasiun kerja pada metode yang terpilih, idle

ini disebabkan karena kecepatan produksi pada stasiun 9 lebih lama dibandingkan kecepatan

 produksi pada stasiun 10, sehingga stasiun 10 tidak melakukan operasi dan menyebabkan idle.

Dari grafik diatas juga waktu idle terbesar pada pallet 34 . Hal lain juga dikarenakan stasiun

tersebut tidak bekerja lagi sampai pallet tersebut selesai di stasiun terakhir. Dan waktu idle pada

 pallet 3 tidak dimulai dari 00:00,00 dikarenakan

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 78: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 78/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

5.8.3 Waiting Time

1. Stasiun Kerja 3A

Gambar 5.24 Grafik Waktu Waiting Stasiun 7 A

Grafik di atas menunjukkan grafik waktu menunggu yang terjadi pada suatu

stasiun. Waktu menunggu memiliki acuan dari sisi material yang dikerjakan. Jika

material tidak diproses padahal ia sudah siap diproses, maka dikatakan material itu

menunggu. Menunggunya material tersebut disebabkan karena operator yang

 belum menyelesaikan operasi untuk tamiya sebelumnya sementara tamiya untuk 

(n+1) sudah siap diproses. Pada proses perakitan mini 4WD ini, waktu menunggu

dapat dilihat dari selisih antara waktu masuk stasiun n pada tamiya n dengan waktu

masuk tamiya k n-1 pada stasiun n+1. Mini 4WD ini dikatakan menunggu apabila

hasil pengurangannya negatif yang artinya Mini 4WD n+1 sudah tiba di stasiun

kerja namun operator belum bisa merakitnya karena Mini 4WD sebelumnya belum

selesai dirakit (bottleneck). Sesuai grafik tersebut terlihat bahwa untuk SK 3 A

terdapat 1 kali bottleneck disebabkan kecepatan kerja operator yang tidak 

konsisten sehingga ada selisih negatif yang muncul dengan nilai 00:02.26.

Kecepatan produksi pada stasiun kerja metode terpilih memperlihatkan bahwa

antara stasiun 3 a tidak akan mengalami bottle neck karena kecepatan produksi

stasiun 3 a lebih cepat dari stasiun 2 baik a maupun b. Namun pada kenyataan

terjadi waiting time material pada palet 12. Hal ini disebabkan kecepatan kerja

operator yang tidak konsisten yang dapat diakibatkan oleh kurang mahirnya

operator mengerjakan operasi ataupun kondisi kesehatan operator yang tidak 

sedang dalam keadaan ideal.

2. Stasiun Kerja 3B

5. Stasiun Kerja 10

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 79: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 79/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

Gambar 5. 25Grafik Rekapitulasi waiting time pada stasiun 10

Pada grafik ini terlihat bahwa proses perakitan pada stasiun kerja 10 ini mengalami

 banyak waiting time yang berarti banyak terjadi bottleneck. Hal ini disebabkan pada stasiun ini

operator melakukan banyak operasi kerja, sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama

dibandingkan stasiun kerja sebelumnya. Selain itu ukuran komponen yang kecil membutuhkan

ketelitian dan konsentrasi yang lebih, sehingga memakan waktu yang lebih banyak dibandingkan

stasiun lainnya. Dan diperlukan kehati-hatian karena komponen yang dipakai berukuran kecil,

 jadi membutuhkan sedikit waktu yang lama dalam pengerjaannya dan berdampak penumpukan

material yang terjadi pada stasiun tersebut. grafik diatas berbanding terbalik dengan kecepatan

 produksi pada pembentukan stasiun kerja pada metode yang terpilih. Berdasarkan kecepatan

 produksi pada pembentukan stasiun kerja pada metode yang terpilih, yang terjadi seharusnya

idle time bukan waiting time dikarenakan kecepatan produksi pada stasiun 9 lebih lama

dibandingkan stasiun 10. Tetapi disini terjadi waiting time yang sangat banyak di setiap pallet,

  banyak hal yang menyebabkan terjadinya hal ini. Salah satu faktor penyebab hal ini bisa

dikarenakan operator pada stasiun 10 memerlukan waktu yang lama dalam pengerjaan

operasinya, sehingga banyak terjadinya penumpukan material yang terjadi pada stasiun 10 ini

dan juga bisa dikarenakan operator pada stasiun 10 kurang mahir atau belum terbiasa dalam

melakukan operasinya. Terlihat pada grafik diatas pada pallet nomor 4 memiliki waiting time

00:18,24. Waiting time ini terjadi dikarenakan saat operator sedang melakukan operasi pada

 pallet nomor 2, pallet nomor 4 sudah datang ke stasiun kerja. tidak mungkin operator melakukan

operasi langsung untuk dua pallet, maka dari itu pallet nomor 4 menunggu untuk siap dirakit.

5.8.4 Waktu Transfer Kanban

1. Stasiun Kerja 3A

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro

Page 80: Perencanaan Lantai Produksi

5/12/2018 Perencanaan Lantai Produksi - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/perencanaan-lantai-produksi 80/80

 

 Laporan Praktikum Perancangan Teknik Industri  Modul 4“Perencanaan Lantai Produksi” 

 Kelompok 20

Waktu transfer di sini maksudnya adalah waktu yang dibutuhkan untuk 

memindahkan material dari gudang ke stasiun yang mengeluarkan kanban. Dari

grafik dapat dilihat bahwa grafik tidak merata, hal ini terjadi karena

keterlambatan helper dalam menyadari minimnya jumlah komponen yang

seharusnya sudah masuk ke palet. Kurang siapnya petugas storage dalam

mempersiapkan komponen yang dikanban juga menjadi penyebab selisih waktu

transfer kanban yang tidak seirama karena helper otomatis akan lebih lambat

mengantarkan komponen tersebut dan memasukkannya ke palet. Untuk transer 

kanban dilakukan sebanyak 2 kali yakni pada palet 4 urutan perakitan kedua dan

 palet 17 yang merupakan urutan palet ke 7 perakitan. Kurang konsistennya

kecepatan operator dalam menyelesaikan prosesnya juga menyebabkan selisih

satu stasiun dalam melakukan transfer kanban antara transfer kanban pertama

dengan kedua. Kanban dilakukan sebanyak 2 kali karena komponen terdiri dari

12 buah dengan jumlah masing-masing kanban 4 unit, 4 unit telah diletakkan

 pada awal operasi.

2. Stasiun Kerja 3B

3. Stasiun Kerja 2B

4. Stasiun Kerja 7A

5. Stasiun Kerja 10 

 Program Studi Teknik Industri Universitas Diponegoro