acara hari pertama, 21 maret 2007manajemen-pelayanankesehatan.net/wp-content/uploads/... · web...

14
GRAND DESIGN CLINICAL CONTRACTING OUT DI 9 RSUD KABUPATEN PROPINSI NUSA TENGGARA TIMUR TAHUN 2010-2014 A. Pengantar Dalam beberapa tahun terakhir, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia telah menurun cukup tajam. AKI menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, sedangkan AKB menurun dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014). Meskipun demikian, AKI dan AKB di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih jauh berada di atas angka nasional dan jauh dari target MDGs tahun 2015. Sampai tahun 2007, AKI di NTT 306 per 100.000 kelahiran hidup, dan AKB 57 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah kasus kematian bayi pada 2007 sebanyak 1.159 kematian (Dinas Kesehatan Provinsi NTT, 2008). Untuk menurunkan AKI dan AKB sekaligus mencapai target yang ditetapkan MDGs di Provinsi NTT, telah banyak dilakukan intervensi program baik oleh Kementerian Kesehatan RI, maupun Dinas Kesehatan setempat. Meskipun demikian, semua upaya tersebut belum mampu mencapai hasil yang memuaskan. Untuk menurunkan AKI dan AKB diperlukan upaya yang luar biasa, tidak bisa hanya dengan cara-cara seperti yang telah dilakukan selama ini. Salah satu kendala utama dalam penurunan AKI dan AKB adalah terbatasnya ketersediaan dokter spesialis obstetric-ginekologi, dokter spesialis kesehatan anak, dan tenaga paramedis pendukung dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya dalam penanganan kasus gawat darurat kebidanan. Banyak kasus kegawatdaruratan kebidanan akhirnya tidak tertangani sehingga menyebabkan kematian baik ibu dan atau anak karena kelangkaan tenaga kesehatan tersebut. 1

Upload: vuongcong

Post on 02-Mar-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Acara hari pertama, 21 Maret 2007manajemen-pelayanankesehatan.net/wp-content/uploads/... · Web viewSalah satu kendala utama dalam penurunan AKI dan AKB adalah terbatasnya ketersediaan

GRAND DESIGNCLINICAL CONTRACTING OUT DI 9 RSUD KABUPATEN

PROPINSI NUSA TENGGARA TIMURTAHUN 2010-2014

A. Pengantar

Dalam beberapa tahun terakhir, Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia telah menurun cukup tajam. AKI menurun dari 307 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007, sedangkan AKB menurun dari 35 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2004 menjadi 34 per 1.000 kelahiran hidup pada tahun 2007 (Rencana Strategis Kementerian Kesehatan 2010-2014). Meskipun demikian, AKI dan AKB di Propinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) masih jauh berada di atas angka nasional dan jauh dari target MDGs tahun 2015. Sampai tahun 2007, AKI di NTT 306 per 100.000 kelahiran hidup, dan AKB 57 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah kasus kematian bayi pada 2007 sebanyak 1.159 kematian (Dinas Kesehatan Provinsi NTT, 2008).Untuk menurunkan AKI dan AKB sekaligus mencapai target yang ditetapkan MDGs di Provinsi NTT, telah banyak dilakukan intervensi program baik oleh Kementerian Kesehatan RI, maupun Dinas Kesehatan setempat. Meskipun demikian, semua upaya tersebut belum mampu mencapai hasil yang memuaskan. Untuk menurunkan AKI dan AKB diperlukan upaya yang luar biasa, tidak bisa hanya dengan cara-cara seperti yang telah dilakukan selama ini.Salah satu kendala utama dalam penurunan AKI dan AKB adalah terbatasnya ketersediaan dokter spesialis obstetric-ginekologi, dokter spesialis kesehatan anak, dan tenaga paramedis pendukung dalam pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya dalam penanganan kasus gawat darurat kebidanan. Banyak kasus kegawatdaruratan kebidanan akhirnya tidak tertangani sehingga menyebabkan kematian baik ibu dan atau anak karena kelangkaan tenaga kesehatan tersebut.Upaya untuk merekrut dan mendatangkan tenaga kesehatan tersebut di NTT sampai saat ini belum berhasil sepenuhnya. Sebagai daerah miskin dan tertinggal, NTT bukan merupakan daerah menarik bagi para dokter spesialis, apalagi di tingkat kabupaten. Tanpa ketersediaan tenaga kesehatan yang dibutuhkan, mustahil AKI dan AKB dapat diturunkan secara cepat.Berdasarkan pemikiran demikian,dalam jangka pendek diperlukan upaya terobosan luar biasa untuk mendatangkan tenaga kesehatan yang diperlukan untuk memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya penanganan kegawatdaruratan kebidanan. Dalam hal ini upaya yang dapat dilakukan adalah dengan melakukan kemitraan dengan rumah sakit di luar NTT melalui inovasi clinical contracting out pengadaan tenaga kesehatan. Sejumlah rumah sakit akan diikat dalam suatu kontrak dalam jangka waktu tertentu untuk mengirimkan tenaga kesehatan yang dibutuhkan ke RSUD di 9 kabupaten di NTT.Secara jangka menengah, perlu diupayakan agar NTT dapat secara mandiri menyediakan tenaga kesehatan yang dibutuhkan. Untuk itu dokter umum dari NTT perlu dididik untuk menjadi dokter spesialis.

1

Page 2: Acara hari pertama, 21 Maret 2007manajemen-pelayanankesehatan.net/wp-content/uploads/... · Web viewSalah satu kendala utama dalam penurunan AKI dan AKB adalah terbatasnya ketersediaan

B. Tujuan kegiatan Clinical Contracting Out

Kegiatan Clinical Contracting Out ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan rumah sakit dalam hal pelayanan kesehatan ibu dan anak melalui:

Pengiriman dokter spesialis obstetri-ginekologi, dokter spesialis kesehatan anak, dan tenaga paramedis pendukung untuk melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anak;

Peningkatan ketrampilan teknis staf di rumah sakit melalui pelatihan dan pembudayaan teknis kerja dalam kegiatan sehari-hari;

Pendidikan dokter umum menjadi dokter spesialis yang akan ditugaskan di RSUD propinsi NTT.

Peningkatan kemampuan rumah sakit dalam hal pelayanan kesehatan ibu dan anak ini dilakukan secara bertahap dan simultan yang meliputi berbagai hal seperti disajikan pada kerangka kerja di bawah ini.

C. Kerangka Kerja

Peningkatan kemampuan rumah sakit dalam hal pelayanan kesehatan ibu dan anak ini dilakukan berdasarkan 3 kerangka kerja utama yaitu: (1) Kerangka Kerja SDM Kesehatan untuk Meningkatkan Outcome Program Prioritas dari WHO (2006); (2) Desain dan Mekanisme Kerja Contracting Out; dan (3) Kontrak SDM Secara Tidak Langsung.

1. Kerangka Kerja SDM Kesehatan untuk Meningkatkan Outcome Program Prioritas

Kerangka Kerja SDM Kesehatan (HRH Framewok) terdiri dari 6 komponen yang kait mengait dan terintegrasi satu sama lain dengan Manajemen SDM menjadi pusat sekaligus komponen utamanya.

Gambar 1. HRH Framework untuk Meningkatkan Outcome Program Prioritas

2

Page 3: Acara hari pertama, 21 Maret 2007manajemen-pelayanankesehatan.net/wp-content/uploads/... · Web viewSalah satu kendala utama dalam penurunan AKI dan AKB adalah terbatasnya ketersediaan

Komponen lainnya adalah: (1) pendidikan; (2) kebijakan; (3) kemitraan); (4) pembiayaan; dan (5) kepemimpinan. Keenam elemen ini diintegrasikan dalam proses manajemen mulai dari analisis, perencanaan, implementasi, sampai dengan evaluasi SDM Kesehatan.Output dari proses yang terjadi dalam Kerangka Kerja SDM Kesehatan tersebut adalah tercapainya 4 sasaran (HRH Objectives) yaitu: (1) kuatnya system manajemen SDM; (2) kebijakan penempatan; (3) keterkaitan dengan lintas sector yang terencana; dan (4) kepemimpinan di semua level.Dengan Kerangka Kerja SDM Kesehatan tersebut, manajemen SDM untuk program prioritas diharapkan akan menjadi lebih efefktif, efisien, berorientasi jangka panjang, dan terhindar dari berbagai masalah seperti yang telah diuraikan sebelumnya.

2. Desain dan Mekanisme Kerja Contracting Out

Secara umum, desain dan mekanisme kerja contracting out terlihat pada Gambar 2. Dari gambar 2 tersebut terlihat bahwa peran RSUD Kabupaten lebih pada fungsi ”steering” (mengarahkan, memonitor dan mengevaluasi); bukan lagi melakukan fungsi ”rowing” (memberikan pelayanan). Fungsi ”rowing” dalam pendekatan contracting out dilakukan oleh penyedia pelayanan (provider/”kontraktor”).

Gambar 2. Desain dan Mekanisme Kerja Contracting Out

Dua kata kunci dalam desain dan mekanisme kerja contracting out adalah kontrak dan monitoring & evaluasi. Tanpa adanya kontrak, maka tidak akan ada contracting out. Tanpa monitoring dan evaluasi, maka contracting out tidak akan berjalan baik.Dalam suatu kontrak, minimal ada 12 elemen yang harus ada dalam klausul yang diuraikan secara jelas dan tegas. Jika dianggap perlu, dapat ditambahkan elemen-elemen lain sesuai dengan situasi dan kondisi setempat.

3. Kontrak SDM Secara Tidak Langsung

3

Page 4: Acara hari pertama, 21 Maret 2007manajemen-pelayanankesehatan.net/wp-content/uploads/... · Web viewSalah satu kendala utama dalam penurunan AKI dan AKB adalah terbatasnya ketersediaan

Dalam literatur, ketersediaan SDM kesehatan suatu organisasi dapat diperoleh melalui kontrak langsung SDM (organisasi mengontrak sendiri SDM yang dibutuhkan) atau secara tidak langsung melalui kontrak pelayanan kesehatan (organisasi mengontrak pihak ketiga untuk pelayanan kesehatan, kemudian pihak ketiga tersebut mengontrak SDM yang dibutuhkan) (Zurn & Adams, 2004).

Gambar 3. Kontrak SDM Secara Tidak Langsung

Ada sejumlah keuntungan dari cara kontrak SDM secara tidak langsung ini. Pertama, organisasi (dalam hal ini RSUD atau Dinas Kesehatan) tidak perlu merekrut dan mengelola SDM tersebut karena semua itu dilakukan oleh pihak ketiga. Jika kinerja SDM tidak memuaskan, organisasi dapat meminta pertanggungjawaban pihak ketiga untuk pembinaan atau penggantian SDM. Kedua, kesinambungan penyediaan SDM akan lebih terjaga karena pihak ketiga terikat kontrak untuk melakukan hal itu.Selain itu, secara umum contracting out mempunyai sejumlah kelebihan seperti:

- memastikan terfokusnya perhatian terhadap pencapaian hasil-hasil yang dapat terukur

- mengatasi hambatan kemampuan menyerap (absorptive capacity) sumber daya yang tersedia serta memanfaatkannya seefektif mungkin

- memberikan keleluasan dan peningkatan moral kepada sektor swasta untuk meningkatkan pelayanan

- memberikan otonomi yang lebih luas dan kewenangan mengambil keputusan kepada para manajer di lapangan

- memanfaatkan kompetisi untuk meningkatkan keefektifan dan efisiensi- memungkinkan pemerintah untuk memfokuskan diri terhadap peran-peran

lain yang seharusnya dilakukan seperti perencanaan, penetapan standar, pembiayaan, dan regulasi (Loevinsohn & Harding, 2004).

4

Page 5: Acara hari pertama, 21 Maret 2007manajemen-pelayanankesehatan.net/wp-content/uploads/... · Web viewSalah satu kendala utama dalam penurunan AKI dan AKB adalah terbatasnya ketersediaan

D. Rancangan Pengembangan

Berdasarkan kerangka kerja di atas, kegiatan ini dirancang bersifat multiyears yaitu dimulai tahun 2010, dan diharapkan terus berlangsung minimal sampai 2014. Untuk kegiatan clinical contracting out, tahun 2010 merupakan tahun yang sangat krusial karena berhasil tidaknya, atau berkesinambungan tidaknya kegiatan ini, sangat ditentukan apa yang dicapai pada akhir tahun nanti. Pada akhir 2010, akan dilakukan persiapan untuk kegiatan tahun berikutnya. Setelah tahun 2011 diharapkan kegiatan berlangsung berkesinambungan.Paralel atau simultan dengan kegiatan clinical contracting out, dilakukan kegiatan peningkatan ketrampilan teknis staf di rumah sakit melalui pelatihan dan pembudayaan teknis kerja dalam kegiatan sehari-hari.

Gambar 4. Rancangan Pengembangan Kegiatan Multiyears

Pada akhir 2010, akan dilakukan persiapan untuk kegiatan pendidikan dokter spesialis bagi dokter umum yang bertugas di NTT. Paralel atau simultan dengan kegiatan tersebut, akan dilakukan persiapan exit strategy untuk mengantisipasi berakhirnya dukungan dana dari donor agency.

E. Intervensi

Intervensi yang dilakukan untuk melakukan penguatan RSUD Kabupaten meliputi penguatan pada bidang:

Peningkatan Kompetensi Manajemen Kontrak bagi RS Mitra. Peningkatan Kompetensi Manajemen Kontrak bagi RSUD Kabupaten di

NTT dan manajemen pelayanan kesehatan ibu dan anak secara keseluruhan.

Peningkatan pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya penanganan kegawatdaruratan kebidanan.

5

Page 6: Acara hari pertama, 21 Maret 2007manajemen-pelayanankesehatan.net/wp-content/uploads/... · Web viewSalah satu kendala utama dalam penurunan AKI dan AKB adalah terbatasnya ketersediaan

Tahun - 1

Tahun - 2

Pendidikan dokter spesialis bagi dokter umum di NTT.

Pada Tahun 2010, akan dilakukan intervensi yang meliputi kegiatan:

1. Kegiatan Clinical Contracting Outa. Persiapan

Pelatihan Rumahsakit-rumahsakit mitra:- Pelatihan untuk menjadi mitra dalam hal aspek manajemen sistem- Pelatihan untuk menjadi fasilitator dan trainer, termasuk pelatihan

team-leader- Pelatihan Standar Operating Procedure untuk KIA di RSD dalam

kerangka PONEK. Akan menggunakan modul yang dipergunakan untuk pelatihan di NTT.

Penyiapan 9 RSUD Kabupaten:- Pelatihan manajemen kontrak SDM secara tidak langsung.

b. PelaksanaanPengiriman dokter spesialis obstetri-ginekologi, dokter spesialis kesehatan anak, dan tenaga paramedis pendukung untuk melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anakPeningkatan ketrampilan teknis staf di rumah sakit melalui pelatihan dan pembudayaan teknis kerja dalam kegiatan sehari-hari.

c. Evaluasi.Monitoring kegiatan- Menyusun form monitoring dalam bentuk Bottle-neck analysis- Membantu Dinas Kesehatan Propinsi melakukan monitoring

kegiatan di berbagai RS- Mengusulkan perbaikan-perbaikan sistem.

2. Kegiatan Pendidikan Dokter spesialisPersiapan.

- Penyusunan proposal dan kebutuhan biaya.- Negosiasi dengan mitra FK sentra pendidikan dokter spesialis.- Seleksi calon dokter spesialis.

3. Persiapan Exit Strategy

Sehingga pada tahun kedua kegiatan (2011) ini akan mencakup penguatan pada:

6

Page 7: Acara hari pertama, 21 Maret 2007manajemen-pelayanankesehatan.net/wp-content/uploads/... · Web viewSalah satu kendala utama dalam penurunan AKI dan AKB adalah terbatasnya ketersediaan

Tahun – 3 dst

1. Kegiatan Clinical Contracting Outa. Pelaksanaan:

Pengiriman dokter spesialis obstetri-ginekologi, dokter spesialis kesehatan anak, dan tenaga paramedis pendukung untuk melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anakPeningkatan ketrampilan teknis staf di rumah sakit melalui pelatihan dan pembudayaan teknis kerja dalam kegiatan sehari-hari.

b. Evaluasi:Monitoring kegiatan

c. Persiapan kegiatan 2012:Penyusunan proposal dan kebutuhan biaya.

2. Kegiatan Pendidikan Dokter spesialisPelaksanaan:Pengiriman dokter umum untuk dididik menjadi dokter spesialis.

3. Persiapan Exit StrategyTindak lanjut dan pematangan persiapan exit strategy.

-

1. Kegiatan Clinical Contracting Outa. Pelaksanaan:

Pengiriman dokter spesialis obstetri-ginekologi, dokter spesialis kesehatan anak, dan tenaga paramedis pendukung untuk melakukan pelayanan kesehatan ibu dan anakPeningkatan ketrampilan teknis staf di rumah sakit melalui pelatihan dan pembudayaan teknis kerja dalam kegiatan sehari-hari.

b. Evaluasi:Monitoring kegiatan

c. Persiapan kegiatan 2013 dan seterusnya:Penyusunan proposal dan kebutuhan biaya.

2. Kegiatan Pendidikan Dokter spesialisPelaksanaan:Pengiriman dokter umum untuk dididik menjadi dokter spesialis Tahap II.

3. Persiapan Exit StrategyTindak lanjut dan pematangan persiapan exit strategy.

F. Disain Kontrak

Dalam kegiatan ini melibatkan banyak pihak mulai dari donor agency (AusAid), Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan (PMPK) FK UGM, Dinas Kesehatan Propinsi Nusa Tenggara Timur, 9 Rumah Sakit Mitra baik milik pemerintah maupun swasta dari luar NTT, 9 RSUD Kabupaten di NTT, dan SDM itu sendiri. Karena banyak pihak yang terlibat, maka perlu diatur dalam disain kontrak yang bisa mengintegrasikan semua pihak tersebut (Gambar 5).

7

Page 8: Acara hari pertama, 21 Maret 2007manajemen-pelayanankesehatan.net/wp-content/uploads/... · Web viewSalah satu kendala utama dalam penurunan AKI dan AKB adalah terbatasnya ketersediaan

Gambar 5. Disain Kontrak

Selain itu, kegiatan ini tidak terlepas dari keterlibatan Kementerian Kesehatan RI, 9 Dinas Kesehatan Kabupaten di NTT, dan pimpinan 9 Pemda Kabupaten di NTT baik langsung maupun tidak langsung.

G. Peran Para Pihak

Berdasarkan disain kontrak di atas, dapat diuraikan peran para pihak dalam hubungan kontraktual kegiatan ini.

1. AusAid- Sebagai donor agency.

2. PMPK FK UGMA. Persiapan

- Membantu Dinas Kesehatan Propinsi NTT untuk menyiapkan Grand Design pengembangan SDM KIA(Kegiatan contracting pelayanan klinik RS, kegiatan pendidikan dokter umum menjadi spesialis, kegiatan residen).

- Menyiapkan kerangka evaluasi keberhasilan proyek: (1. Pelayanan KIA PONEK; 2. Kegiatan oleh tim mitra untuk pengembangan sistem PONEK di RSD; dan (3) pelatihan untuk puskesmas dalam hal pelayanan).

- Menyiapkan berbagai manual untuk manajemen proyek pengembangan SDM KIA (manual bagi Propinsi, manual bagi Dinas Kesehatan Kab, manual bagi RS Mitra).

- Membantu Dinas Kesehatan Propinsi NTT untuk struktur organisasi proyek.

- Membantu Dinas Kesehatan Propinsi NTT untuk mencari RS mitra

8

Page 9: Acara hari pertama, 21 Maret 2007manajemen-pelayanankesehatan.net/wp-content/uploads/... · Web viewSalah satu kendala utama dalam penurunan AKI dan AKB adalah terbatasnya ketersediaan

B. Pelatihan Rumahsakit-rumahsakit mitra- Pelatihan untuk menjadi mitra dalam hal aspek manajemen sistem- Pelatihan untuk menjadi fasilitator dan trainer, termasuk pelatihan

team-leader- Pelatihan Standar Operating Procedure untuk KIA di RSD dalam

kerangka PONEK. Akan menggunakan modul yang dipergunakan untuk pelatihan di NTT.

C. Monitoring kegiatan- Menyusun form monitoring dalam bentuk Bottle-neck analysis- Membantu Dinas Kesehatan Propinsi melakukan monitoring

kegiatan di berbagai RS- Mengusulkan perbaikan-perbaikan sistem.

3. Dinas Kesehatan Propinsi NTT- Membangun komitmen seluruh pemangku kepentingan.- Terlibat dalam proses persiapan, pelaksanaan, dan monitoring-

evaluasi.

4. RSUD Kabupaten di NTT- Bertindak sebagai principal dalam hubungan kontraktual dengan

Rumah Sakit Mitra.- Melakukan pembayaran, dan monitoring-evaluasi kinerja agent

(RS Mitra).- Mengawasi kinerja SDM yang dikontrak secara tidak langsung

untuk ditindaklanjuti oleh RS Mitra.- Menyediakan fasilitas pendukung yang diperlukan.

5. Rumah Sakit Mitra- Bertindak sebagai agent (provider penyedia SDM Kesehatan)

dalam hubungan kontraktual dengan RSUD.- Mengelola dan membayar SDM Kesehatan yang dikontrak.

6. SDM Kesehatan- Memberikan pelayanan kesehatan ibu dan anak khususnya

penanganan kegawatdaruratan kebidanan.- Memberikan pelatihan dan bimbingan teknis bagi staf RS

khususnya yang terkait dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak.-

H. Indikator Sukses Proyek

- Terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan yang terkait dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak.

- Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan ibu dan anak, khususnya penanganan kasus kegawatdaruratan kebidanan (Jumlah kasus kegawatdaruratan kebidanan yang ditangani).

- Meningkatnya pengetahuan, sikap, dan ketrampilan SDM RSUD khususnya yang terkait dengan pelayanan kesehatan ibu dan anak (Evaluasi Kirkpatrick Level 1 dan 2).

G. RINCIAN ANGGARAN BIAYA

9

Page 10: Acara hari pertama, 21 Maret 2007manajemen-pelayanankesehatan.net/wp-content/uploads/... · Web viewSalah satu kendala utama dalam penurunan AKI dan AKB adalah terbatasnya ketersediaan

(Terlampir)

H. PENUTUP

Grand Design kegiatan ini merupakan pedoman umum dalam pelaksanaan kegiatan yang dapat disesuaikan sesuai kebutuhan dan perkembangan yang terjadi selama kegiatan berlangsung.

Denpasar, 30 April 2010Konsultan Perencana

PMPK FK UGM

10