acara 5 analisis dobi
DESCRIPTION
instiperTRANSCRIPT
LAPORAN RESMI
ANALISA DAN QUALITY CONTROL
Disusun oleh :
Nama : Traganda
Nim : 11 / 14331 / TP
Acara : Analisi DOBI CPO
Co. Ass : Nurul Hidayah
Pembimbing : Maria Ulfah, STP. MP
JURUSAN TEKNIK PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN STIPER
YOGYAKARTA
2012
I. ACARA : Analisis Dobi (Deterioration Of Bleachability
Index) CPO
II. HARI/TANGGAL : Jumat, 3 Agustus 2012
III. TUJUAN : 1.Menentukan angka DOBI CPO.
2.Mengenal alat Spektrofotometer UV – Visible
spectrofotometer.
IV. DASAR TEORI
DOBI adalah salah satu indikator kunci bagi kualitas CPO. CPO
berkualitas baik merupakan pra-syarat bagi proses produksi dari produk
akhir berkualitas tinggi . Dobi tinggi sangat penting karena hal ini akan
menjadikan kondisi pengolahan yang lebih ringan (mudah) untuk refinery.
Kondisi Prosesing refenery yang ringan (mudah) akan meminimalkan
pembentukan asam lemak trans selama proses deodorisation dan lebih
memungkinkan natural antioksidan /anti oksidan alami (tocopherol dan
tocotrienol) yang terkandung dalam minyak goreng tetap dapat
dipertahankan.
Minyak sawit mentah diperdagangkan dengan spesifikasi kualitas
pada asam lemak bebas (FFA) dan kelembaban & kotoran (Moisture &
Impuritis/M&I). Dalam kontrak Perdagangan , kualitas CPO juga harus
memenuhi deskripsi "kualitas laku yang baik" (GMQ = Good
Merchantable Quality). Namun, istilah GMQ tidak didefinisikan.
Deterioration Of Bleachability Index (Dobi) /Kurangnya (kemerosotan)
tingkat kemampuan pemucatan tidak termasuk dalam spesifikasi kualitas
ini.
Namun, sebagian besar pembeli (dari refeneri /kilang CPO ),
memasukkannya sebagai hal yang mempengaruhi proses produksi refeneri ,
yaitu proses pemucatan (bleaching) dan proses deodorising (penghilangan
bau). Bleachability (tingkat kemampuan pemucatan) yang baik kemudian
menjadi indikator "FITNESS TO USE" (sehat /bugar untuk digunakan) dan
karenanya menjadi bagian yang tercakup dalam GMQ.
Salah satu cara pengukuran oksidasi minyak adalah dengan melihat
angka DOBI. Oksidasi terjadi karena bereaksinya asam lemak tidak jenuh
dari lemak atau minyak dengan okdigen dari udara, yang menyebabkan
ketengikan. Salah datu tahap dalam refining CPO adalah bleaching untuk
menghilangkan impurities, trace metal dan produk oksidasi menggunakan
blesching earth. Sebagai produk akhir minyak disebut Refined, Bleached
and Deodorised (RBD) palm oil yang berwarna cerah. Angka DOBi
berhubungan dengan kemudahan bleaching CPO yang sangat orange
menjadi produk akhir dengan warna yang diinginkan.
DOBI merupakan rasio carotene (pro-Vitamin A) yang absorbansinya
dapat ditera dengan UV-visible spektrofotometer pada panjang gelombang
446 nm dan produk oksidasi sekunder (dapat ditera pada panjang
gelombang 269 nm). Pengukuran ini diterapkan pada larutan minyak 1 %
dalam isooctane (Anonim, 2010).
Jenis mutu CPO berdasarkan index DOBI :
< 1,7 artinya setara mutu minyak sludge
1,8 – 2,3 artinya mutu minyak sawit buruk
2,4 – 2,9 artinya mutu minyak sawit cukup
3,0 – 3,2 artinya mutu minyak sawit baik
> 3,3 artinya mutu minyak sawit sangat baik
V. ALAT DAN BAHAN
A. Alat
1. Timbangan analit : 1 unit
2. Labu ukur 25 ml : 1 unit
3. Gelas beker : 1 unit
4. UV-visible spectrofotometer : 1 unit
5. Kuvet 10 mm : 1 unit
6. Pemanas : 1 unit
B. Bahan
1. CPO : 0,1001 gram
2. N-heksan : secukupnya
VI. CARA KERJA
A. Teoritis
1. Mengambil 0,1 gram CPO yang sudah dicairkan pada suhu 700C.
2. Memasukkan CPO yang sudah dicairkan tersebut kedalam labu ukur
25 ml.
3. Menambahkan n-heksan hingga tanda tera pada labu ukur.
4. Menera dengan menggunakan spektrofotometer pada panjang
gelombang 446 nm dan 269 nm.
5. Menghitung nilai DOBI berdasarkan data yang didapat dimasukkan
kedalam rumus yang berlaku.
B. Skematis
1. Diambil CPO yang sudah dicairkan
pada suhu 700C.
2. Dimasukkan CPO yang sudah
dicairkan tersebut kedalam labu
ukur 50 ml.
3. Ditambahkan n-heksan hingga
tanda tera pada labu ukur.
4. Ditera dengan menggunakan
spektrofotometer pada panjang
gelombang 446 nm dan 269 nm.
5. Dihitung nilai DOBI
VII. HASIL PENGAMATAN
Bahan Berat bahan (gr) λ 446 λ 269
CPO 1
CPO2
CPO 3
0,1001
0,1001
0,1001
0,389 ABS
0,392 ABS
0,418 ABS
0,154 ABS
0,94 ABS
0,126 ABS
Kalkulasi :
Runus DOBI = ABS λ 446
ABS λ 269
Untuk CPO 1= 0,389 ABS
0,154 ABS
= 2,526 ABS
Untuk CPO 2= 0,392 ABS
0,94 ABS
= 0,42 ABS
Untuk CPO 3= 0,418 ABS
0,126 ABS
= 0,32 ABS
VIII. PEMBAHASAN
Pada Praktikum kali ini acara yang dibahas adalah mengenai analisis
nilai DOBI. Tujuan dari praktikum ini adalah menentukan angka DOBI
CPO serta mengenal peralatan spektrofotometer UV. Alat – alat yang
diperlukan dalam praktikum ini antara lain timbangan analit, labu ukur 25
ml, UV-visible spektrofotometer, kuvet 10 mm, gelas beker dan pemanas.
Sedangkan bahan yang dipergunakan adalah Crude Palm Oil (CPO) dan
iso-octane atau hexane (Anonim, 2012).
DOBI merupakan rasio carotene (pro-vitamin A) yang absorbansinya
dapat ditera dengan UV-visible spectrophotometer pada panjang
gelombang 446 nm dan produk oksidasi sekunder (dapat ditera pada
panjang 269 nm). Pengukuran ini diterapkan pada larutan 1% dalam
isooctane.yang juga merupakan parameter baik atau buruknya kualitas
CPO yang dihasilkan oleh suatu PKS. (Ulfah ,Maria, 2012)
Spectrofotometer visible bekerja berdasar hukum Lambert-beer.
Jumlah radiasi yang diserap proporsional dengan ketebalan sel (b),
konsentrasi analit (c), dan koefisien absorbtivitas molekuler (a) dari suatu
senyawa pada suatu panjang gelombang. Logika prinsip dari alat
spectrofotometer adalah intensitas warna dari suatu larutan sebanding
dengan jumlah cahaya yang diserap. Semakin pekat warna, semakin
banyak cahaya yang diserap (Ketaren,S, 1986).
Keuntungan utama pemilihan metode spectrofotometri bahwa metode
ini memberikan metode yang sangat sederhana untuk menetapkan kuantitas
zat yang sangat kecil (Ketaren,S, 1986).
Hasil pengolahan dari TBS menjadi CPO yang masih berwarna
merah pekat inilah yang kemudian diolah menjadi minyak goreng, mentega
dan banyak turunan lainnya. Warna merah ini disebabkan oleh kandungan
zat warna, seperti karoten dan turunannya yang memberikan warna merah-
kuning pada minyak. Terlebih lagi, hal ini dikarenakan reaksi pada
temperatur tinggi dapat mengubah karoten menjadi senyawa yang berwarna
kecoklat-coklatan dan larut dalam minyak sehingga semakin sehingga
semakin sukar untuk dipucatkan (kemampuan untuk dipucatkan menjadi
berkurang) Namun warna tersebut kurang disukai konsumen. Penurunan
daya pemucatan disebut DOBI (Deterioration of Bleachability Index) yang
merupakan ratio pengukuran absorbansi spectrofotometric pada panjang
gelombang (λ) 446 nm dan 269 nm (Pahan, 2007).
Setelah melakukan serangkaian pengamatan, maka didapatkan
hasil praktikum analisa DOBI pada ketiga sampel CPO tersebut yaitu
2,526; 0,42; dan 3,332 ABS. Sedangkan standar nilai DOBI di Indonesia
adalah 2,8. Berdasarkan data tersebut maka dapat diketahui bahwa mutu
minyak sawit (CPO) pertama yang diteliti oleh praktikan ialah minyak
sawit (CPO) dengan mutu minyak standar, pada CPO 2 mutunya jauh
dibawah standar sehingga tergolong sludge sedangkan CPO 3 tergolong
dengan kualitas yag baik (Ulfah,Maria, 2012).
Rendahnya nilai DOBI dari CPO yang dihasilkan disebabkan oleh
beberapa faktor diantaranya TBS yang diproses masih mentahnya,
penundaan proses pengolahan TBS khususnya musim hujan, tercemar oleh
kondensat sterilizer, terkontaminasi oleh sludge pada klarifikasi minyak,
terlalu lama perebusan pada sterilizer, terlalu lama menyimpan minyak dan
kelebihan panas pada penyimpanan di storage tank. Dengan mengetahui
faktor-faktor tersebut kita dapat mengantisipasi agar CPO yang diproduksi
tidak memiliki kualitas dibawah standart (Ulfah,Maria, 2012).
IX. KESIMPULAN
Dari kegiatan pratikum analisis DOBI dapat disimpulkan beberapa hal,
diantara adalah :
1. DOBI merupakan rasio karotine (pro-Vitamin A) yang absorbansinya
dapat ditera dengan UV-visible spectrofotometer pada panjang
gelombang 446 nm dan produk oksidasi sekunder (dapat ditera pada
panjang gelombang 269 nm).
2. DOBI dapat menjadi gambaran kerusakan minyak sawit akibat proses
oksidasi yang terjadi sejak panen, lalu dilanjutkan pada proses
pengolahan, penimbunan dan pemompaan ke kapal tongkang angkut.
3. Faktor yang menyebabkan nilai DOBI rendah antara lain TBS yang
diproses masih mentahnya, penundaan proses pengolahan TBS
khususnya musim hujan, tercemar oleh kondensat sterilizer,
terkontaminasi oleh sludge pada klarifikasi minyak, terlalu lama
perebusan pada sterilizer, terlalu lama menyimpan minyak dan
kelebihan panas pada penyimpanan di storage tank.
4. Alat untuk mengukur nilai DOBI adalah Spectrofotometer
5. Spectrofotometer visible bekerja berdasar hukum Lambert-beer.
Jumlah radiasi yang diserap proporsional dengan ketebalan sel,
konsentrasi analit, dan koefisien absorbtivitas molekuler dari suatu
senyawa pada suatu panjang gelombang.
6. Hasil praktikum analisa DOBI pada CPO, didapatkan data nilai DOBI
ketiga sampel CPO tersebut yaitu 2,526; 0,42; dan 3,332 ABS.
Dimana standar nilai DOBI di Indonesia adalah 2,8.
7. Faktor yang menyebabkan nilai DOBI rendah ialah TBS masih
mentah, penundaan proses pengolahan TBS, tercemar oleh kondensat
sterilizer, terkontaminasi oleh sludge pada klarifikasi minyak, terlalu
lama perebusan pada sterilizer, terlalu lama menyimpan minyak dan
kelebihan panas pada penyimpanan di storage tank.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2012. Buku Panduan Praktikum Analisa dan Quality Control. Institut Pertanian Stiper.Yogyakarta.
Dwiyati, 2009. Teknologi Pengolahan Sayur-sayuran & Buah-buahan. GrahaIlmu, Yogyakarta.
Ketaren, S, 1986. Minyak dan Lemak Pangan. Universitas Indonesia, Jakarta.
Pahan, Iyung, 2007. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Penebar Swadaya, Bogor.
Ulfah, Maria,2012,Petunjuk Praktikum Analisa danuality Control.Yogyakarta:Institut Pertanian Stiper Yogyakarta
Menyetujui, Yogyakarta, 20 September 2012
Co ass Praktikan
(Nurul Hidayah) (Traganda)