acara 5, spektofotometri
TRANSCRIPT
BAB IPENDAHULUAN
A. Judul :
Analisa Apektofotometri
B. Tujuan :
1. Membuat grafik standard
2. Menentukan konsentrasi larutan berwarna
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Spektrofotometri adalah sebuah metode analisis untuk mengukur konsentrasi
suatu senyawa berdasarkan kemampuan senyawa tersebut mengabsorbsi berkass
sinar atau cahaya. Spektrofotometri adalah alat yang terdiri dari spektrofotometer
dan fotometer. Spektrofotometri menghasilkan sinar dan spektrum dengan
panjang gelombang tertentu, sementara fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang ditransmisikan atau diabsorpsi. Istilah spektrofotometri berhubungan
dengan pengukuran energi radiasi yang diserap oleh suatu sistem sebagai fungsi
panjang gelombang dari radiasi maupun pengukuran panjang absorpsi terisolasi
pada suatu panjang gelombang tertentu (Underwood, 1988).
Secara umum spektrofotometri dibedakan menjadi empat macam, yaitu:
1. Spektrofotometri ultraviolet
2. Spektrofotometri sinar tampak
3. Spektrofotometri infra merah
4. Spektrofotometri serapan atom
Spektrum elekromagnetik terdiri dari urutan gelombang dengan sifat-sifat yang
berbeda. Kawasan gelombang penting didalam penelitian biokimia adalah ultra
lembayung (UV, 180-350 nm) dan tampak (VIS, 350-800 nm). Cahaya didalam
kawasan ini mempunyai energi yang cukup untuk mengeluarkan elektron valensi
didalam molekul tersebut (Harjadi 1990).
Penyerapan sinar UV-Vis dibatasi pada sejumlah gugus fungsional atau
gugus kromofor yang mengandung elektron valensi dengan tingkat eksutasi
rendah. Tiga jenis elektron yang terlibat adalah sigma, phi, dan elektron bebas.
Kromofor-kromofor organik seperto karbonil, alkena, azo, nitrat, dan karboksil
mampu menyerap sinar ultraviolet dan sinar tampak. Panjang gelombang
maksimumnya dapat berubah sesuai dengan pelarut yang digunakan. Auksokrom
adalah gugus fungsional yang mempunyai elektron bebas nseperti hidroksil,
metoksi, dan amina. Terkaitnya gugus kromofor akan mengakibatkan pergeseran
pita absorpsi menuju ke panjang gelombang yang lebih besar dan disertai dengan
peningkatan intensitas.
Ketika cahaya melewati suatu larutan biomolekul, terjadi dua kemungkinan.
Kemungkinan pertama adalah cahaya ditangkap dan kemungkinan kedua adalah
cahaya discattering. Bila energi dari cahaya (foton) harus sesuai dengan perbedaan
energi dasar dan energi eksitasi dari molekul tersebut. Proses inilah yang menjadi
dasar pengukuran absorbansi dalam spektrofotometer (sutopo, 2006).
Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya
monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet
(tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap
oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar
pembaca (Sastrohamidjojo, 1992). Secara garis besar, spektrofotometri dibagi
menjadi 4 bagian, yaitu sumber cahaya, cuvet, detektor, dan monokromator.
Hasil pengukuran yang baik dari suatu parameter kuantitas kimia, dapat
dilihat berdasarkan tingkat presisi dan akurasi yang dihasilkan.Akurasi
menunjukkan kedekatan nilai hasil pengukuran dengan nilai sebenarnya. Untuk
menentukan tingkat akurasi perlu diketahui nilai sebenarnya dari parameter yang
diukur dan kemudian dapat diketahui seberapa besar tingkat akurasinya. Presisi
menunjukkan tingkat reliabilitas dari data yang diperoleh. Hal ini dapat dilihat
dari standar deviasi yang diperoleh dari pengukuran, presisi yang baik akan
memberikan standar deviasi yang kecil dan bias yang rendah.
Jika diinginkan hasil pengukuran yang valid, maka perlu dilakukan
pengulangan, misalnya dalam penentuan nilai konsentrasi suatu zat dalam larutan
larutan dilakukan pengulangan sebanyak n kali. Ilmu yang mempelajari interaksi
radiasi dengan materi sedangkan spektrofotometri adalahpengukuran kuantitatif
dari intensitas radiasi elektromagnetik pada satu atau lebih panjanggelombang
dengan suatu transduser (detektor). Spektrofotometri adalah analisis
kuantitatif yang paling sering digunakan karena mempunyai sensitivitas yang baik
yaitu 10-4 sampai 10-6. Analisis jenis ini juga relatif selektif dan spesifik,
ketepatannya cukup tinggi, relatif sederhana, dan murah ( Mathias, 2005 ).
Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu
sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Sedangkan pengukuran menggunakan
spektrofotometer ini, metoda yang digunakan sering disebut dengan
spektrofotometri. Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang
didasarkan pada pengukuran serapan sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan
berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator
prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometri dapat
dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih
mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada
berbagai panjang gelombangdan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan
spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda. (Yoki Edy Saputra,
2012).
Hukum Beer : Absorbans, log (Po/P), radiasi monokromatik berbanding lurus
dengan konsentrasi sutu spesies penyerap dalam larutan. Sehingga besar kecilnya
intensitas sinar yang diserap larutan sangat bergantung pada konsentrasi larutan
yang dilewati sinar. Hukum Bouguer (Lambert): Bayangkan suatu medium
penyerap yang homogen dalam lapisan-lapisan yang sama tebal. Tiap lapisan
menyerap radiasi monokromatik yang memasuki lapisan itu dalam fraksi yang
sama seperti lapisan-lapisan lain. Dengan semuanya yang lain sama, maka
absorbans itu berbanding lurus dengan panjang jalan yang melewati
medium. Sehingga besar kecilnya intensitas sinar yang diserap sangat bergantung
pada panjang gelombang yang yang dilewati sinar.
Gabungan Hukum Bouguer-Beer, sering di tuliskan sebagai A = abc atau A =
εbc
Dengan A = absorbans
ε = absorpsivitas molar (jika konsentrasi dalam molar) dengan satuan M-
1cm-1
a = absorpsivitas (jika konsentrasi dalam %b/v) dituliskan E1%1cm
b = panjang jalan/kuvet
c = Spektra absorpsi sering diyatakan dalam %T maupun dalam bentuk
A (absorbansi)
Maka, A = – log (%T)
A = log (Po/P), Po adalah daya cahaya masuk dan P adalah daya yang diteruskan
melewati sampel.
= konsentrasi ( dalam molar atau %b/v)
Penyimpangan Alat
Secara umum disebabkan oleh kestabilan alat, penyebab lainnya adalah :
a. Penggunaan panjang gelombang yang tidak tepat sehingga serapan yang terbaca
tidak murni menggambarkan besaran komponen.
b. Penggunaan alat yang mempunyai pita gelombang yang lebih karena alat yang
memiliki sensivitas yang kurang. Alat yang baik atau bagus.
c. Alat yang tidak di set terlebih dahulu.
Pada setiap percobaan disiapkan pula larutan blanko yaitu larutan yang
mengandung senyawa kimia didalam percobaan beserta pelarutnya kecuali
senyawa yang dianalisis (sampel) larutan blanko harus diperlukan sama seperti
sampel. (Suhartono, 1989).
BAB III
METODE
A. Alat dan Bahan
a. Alat :
1. Tabung reaksi
2. Rak tabung reaksi
3. Pro pipet
4. Pipet ukur
5. Labu ukur
6. Vortex
7. Spektrofotometri
8. Kuvet
b. Bahan :
1. Larutan CuSO4
2. Larutan aquades
3. Larutan cuplikan A (I)
4. Larutan cuplikan B (II)
B. Cara kerja
a. Pembuatan larutan CuSO4
CuSO4 diambil sebanyak 0,798 gram dari dalam labu ukur 50 ml (telah
disiapkan), dan ditambahkan aquades sampai tanda batas. Kemudian konsentrasi
yang diperoleh adalah 0,1 N.
b. Pembuatan larutan standard
Larutan CuSO4 dibuat dengan konsentrasi 0,02 M, 0,04 M, 0,06 M, 0,08 M,
dan 0,1 M (volume yang digunakan 10 ml dalam tabung reaksi). Kemudian setiap
tabung divortex, dan larutan aquades sebanyak 10 ml ditambahkan kedalam
tabung reaksi. Spektofotometri dinyalakan, tunggu hingga 10 menit. Larutan
CuSO4 dimasukan kedalam kuvet (3/4 kuvet), dimasukan kedalam
spektofotometri.
c. Menentukan konsentrasi larutan cuplikan
Larutan cuplikan A dan B diambil dan dimasukan kedalam tabung reaksi,
kemudian sampel ditera atau diukur dengan spektofotomerti. Absorbansi diukur
dan konsentrasidibuat kurva standard serta dihitung dengan rumus:
a=∑ y−b∑ x
n
b=n∑ xy−∑ x ∙∑ y
(n (∑ x2 ))−(∑ x)2
BAB IV
HASILdan PEBAHASAAN
Tabel hasil percobaan
Tabel hasil absorbansi larutan CuSO4
X Y X2 X.Y
0,02 0,014 0,0004 0,00028
0,04 0,032 0,0016 0,00128
0,06 0,042 0,0036 0,00252
0,08 0,061 0,0064 0,00488
0,1 0,085 0,01 0,0085
= 0,3 = 0,234 = 0,022 = 0,01746
Tabel hasil absorbansi larutan cuplikan
Larutan cuplikan Absorbansi Konsentrasi X
Cuplikan I 0,027 0,03
Cuplikan II 0,040 0,05
Pembahasaan
Protein adalah senyawa organik
Spektrofotometri sesuai dengan namanya adalah alay yang terdiri dari
spektrofotometer dan fotometer. Spektrometer menghasilkan sinar dari spektrum
dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas
cahaya yang di transmisikan atau yang di absorpsi. Cara pemakaian
spektrofotometer yaitu tempatkan larutan pembanding, misalnya blanko dalam sel
pertama sedangkan larutan yang akan dianalisis pada sel kedua. Kemudian pilih
foto sel yang cocok 200 nm – 650 nm (650 nm – 1100 nm) agar daerah yang
diperlukan dapat terliputi. Dengan ruang foto sel dalam keadaan tertutup “nol”
galvanometer dengan menggunakan tombol dark-current (Khopkar, 1990).
Cara kerja spektrofotometer dimulai dengan dihasilkannya cahaya
monokromatik dari sumber sinar. Cahaya tersebut kemudian menuju ke kuvet
(tempat sampel/sel). Banyaknya cahaya yang diteruskan maupun yang diserap
oleh larutan akan dibaca oleh detektor yang kemudian menyampaikan ke layar
pembaca (Sastrohamidjojo, 1992). Secara garis besar, spektrofotometri dibagi
menjadi 4 bagian, yaitu sumber cahaya, cuvet, detektor, dan monokromator.
Spektrometer menghasilkan sinar dari spectrum dengan panjang gelombang
tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan
atau diabsorbsi. Kelebihan spectrometer dibandingkan fotometer adalah panjang
gelombang dari sinar putih dapat lebih terseleksi dan ini diperoleh dengan alat
pengurai seperti prisma, grating, atau celah optis. Pada fotometer filter dari
berbagai warna yang mempunyai spesifikasi melewatkan trayek panjang
gelombang tertentu.
Pada fotometer filter tidak mungkin diperoleh panjang gelombang yang
benar-benar monokromatis, melainkan suatu trayek panjang gelombang 30-40 nm.
Sedangkan pada spektrofotometer, panjang gelombang yang benar-benar
terseleksi dapatdiperoleh dengan bantuan alat pengurai cahaya seperti prisma.
Suatu spektrofotometer tersusun dari sumber spektrum tampak yang kontiniu,
monokromator, sel pengabsorbsi untuk larutan sampel atau blanko dan suatu alat
untuk mengukur perbedaan absorbsi antara sampel dan blanko ataupun
pembanding (Khopkar, 2002).
Larutan standard adalah suatu larutan yang mengandung suatu zat dengan
berat ekivalen tertentu dalam volume yang tertentu. Larutan standard disiapkan
dengan menimbang reagen murni secara tepat, karena tidak semua standar tersedia
dalam keadaan murni ( Khopkar, 1990 ). Larutan standard berfungsi untuk
membakukan atau untuk memastikan konsentrasi larutan tertentu, yaitu larutan
atau pereaksi yang ketepatan / kepastian konsentrasinya sukar diperoleh melalui
pembuatannya secara langsung ( Mulyono, 2005 ). Larutan blanko adalah larutan
yang tidak menyerap dan belum ditambahkan kompleks berwarna. Larutan blanko
berfungsi untuk mengoreksi intensitas sinar karena pantulan dan hamburan.
Pada percobaan yang dilakukan, dengan menggunakan metode
spektrofotometri diperoleh absorbansi dari larutan CuSO4 dengan konsentrasi 0,02
M yaitu 0,014 A, konsentrasi 0,04 M yaitu 0,032 A, konsentrasi 0,06 M yaitu
0,042 A, konsentrasi 0,08 M yaitu 0,061 A, dan konsentrasi 0,1 M yaitu 0,085.
Sehingga dari kelima konsentrasi yang ada, didapat hasil rata-rata absorbansi
larutan sebesar 0,234 A. Dari data yang didapat, diketahui bahwa semakin tinggi
konsentrasi larutan CuSO4 maka semakin tinggi pula absorbansinya. Hal ini juga
dapat dilihat dari grafik standar yang menunjukan konsentrasi berbanding lurus
dengan absorbansi.
Sedangkan untuk larutan cuplikan I absorbansi sebesar 0,027 dan larutan
cuplikan II absorbansinya sebesar 0,040. Untuk memperoleh konsentrasi larutan
cuplikan yang digunakan beberapa rumuss, yaitu:
1.b=n∑ xy−∑ x ∙∑ y
(n(∑ x2) )−(∑ x )2
2.a=∑ y−b∑ x
n
3. y = a + bx
Keterangan : x = konsentrasi
y = absorbansi
Berdasarkan perhitungan yang dilakukan menggunakan rumus diatas, didapat
hasil bahwa nilai b yaitu 0,855 dan nilai a yaitu – 0,0045. Setelah mendapatkan
hasil a dan b, maka dapat ditentukan konsentrasi larutan cuplikan dengan
menggunakan rumus yang terakhir. Konsentrasi larutan cuplikan I diperoleh
sebesar 0,036842 M, dan konsentrasi larutan cuplikan II diperoleh sebesar
0,052046 M.
Berdasarkan grafik standard yang dibuat, diperolah bahwa konsentrasi larutan
cuplikan I yaitu 0,035 M dan konsentrasi larutan cuplikan II yaitu 0,05 M. Kedua
hasil ini sudah mendekati hasil perhitungan dengan menggunakan rumus yang
ada, dimana dengan menggunakan rumus didapat hasil konsentrasi larutan
cuplikan I sebesar 0,036 dan larutan cuplikan II sebesar 0,052.
Gambar larutan cuplikan Gambar larutan CuSO4
BAB V
KESIMPULAN
Dalam percobaan kali ini yaitu percobaan analisa spektrofotometri yang
bertujuan untuk membuat grafik standard dan menentukan konsentrasi larutan
berwarna dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Konsentrasi CuSO4 0,02 M memiliki absorbansi 0,014 A, konsentrasi
CuSO4 0,04 M memiliki absorbansi 0,032, konsentrasi CuSO4 0,06
memiliki absorbansi 0,042, konsentrasi CuSO4 0,08 memiliki absorbansi
0,061, dan konsentrasi CuSO4 0,1 memiliki absorbansi 0,085 dengan total
rata-rata absorbansi 0,234.
2. Konsentrasi larutan cuplikan I yaitu 0,036842 dengan absorbansi 0,027,
dan konsentrasi larutan cuplikan II yaitu 0,052046 dengan absorbansi
0,040.
3. Hasil dari perhitungan yang dilakukan dengan menggunakan rumus yang
ada, didapat hasil untuk nilai a = - 0,0045, sedangkan nilai b = 0,855.
4. Berdasarkan grafik standar yang dibuat, konsentrasi larutan cuplikan I
sebesar 0,035 M dan konsentrasi larutan cuplikan II sebesar 0,05 M.
5. Berdasarkan grafik standard yang dibuat, besar konsentrasi berbanding
lurus dengan absorbansi.
6. Larutan blanko yang digunakan adalah aquades dengan absorbansi 0, dan
panjang gelombang yang digunakan dalam percobaan ini yaotu 590 nm.
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
Harjadi, W. 1990. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Pt Gramedia. Jakarta.
Khopkar, S. M. 1990. Konsep – Konsep Kimia Analitik. UI – Press. Jakarta.
Khopkar, S.M. 2002. Konsep Dasar Kimia Analitik. UI Press. Jakarta.
Mathias, Ahmad. 2005. Spektrofotometri. Exacta: Solo.
Saputra,yoki edy. 2012.Spektrofotometri.Http://situs-kima-Indonesia.org. (Di
akses pada tanggal 30 Juli 2012)
Sastrohamidjojo, Hardjono. 1992. Spektroskopi Inframerah. Libert. yogyakarta.
Sutopo. 2006. Kimia Analisa. Exacta: Solo.
Underwood, dkk. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif. Erlangga. Jakarta.
Suhartono, M. T. 1989. Petunjuk Laboratorium Dasar Biokimia. ITB. Bandung
LAMPIRAN
Pengenceran larutan CuSO4 0,1 M
CuSO4 0,02 M
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 0,1 = 10 x 0,02
V1 = 2 ml aquades yang ditambahkan = 8 ml.
CuSO4 0,04 M
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 0,1 = 10 x 0,04
V1 = 4 ml aquades yang ditambahkan = 6 ml.
CuSO4 0,06 M
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 0,1 = 10 x 0,06
V1 = 6 ml aquades yang ditambahkan = 4 ml.
CuSO4 0,08 M
V1 x M1 = V2 x M2
V1 x 0,1 = 10 x 0,08
V1 = 8 ml aquades yang ditambahkan = 2 ml.
Konsentrasi larutan cuplikan
b=n∑ xy−∑ x ∙∑ y
(n (∑ x2 ))−(∑ x)2
b=5 (0,01746 )−(0,3 ) (0,234 )
(5 (0,022 ))−(0,3 )2
b=0,01710,02
=0,855
a=∑ y−b∑ x
n
a=0,234−(0,855 ) (0,3 )
5
a=−0,00045
Larutan cuplikan I :
y = a + bx
0,027 = (- 0,0045) + 0,855 . X
0,0315 = 0,855 . X
X = 0,036842
Larutan cuplikan II :
y = a + bx
0 ,040 = (- 0,0045) + 0,855 . X
0,0445 = 0,885 . X
X = 0,052046