acara 5 padi

25
LAPORAN PRAKTIKUM DASAR-DASAR ILMU HAMA TANAMAN ACARA V TEKNIK PENGAMATAN HAMA DAN ANALISIS KERUSAKAN Disusun oleh : Nama : 1. Im Deny Krisna (11408) 2. Avy Anggarini M (11336) 3. Monika A ( ) 4. Septi Wulandari (11523) 5. Adzakirina ( ) Kel / Gol : II / B1 Hari : Senin, 10 Mei 2010 Asisten : 1.Puji Astutik 2. Ismi Rinarti

Upload: aprilia

Post on 04-Oct-2015

218 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

pertanian

TRANSCRIPT

LAPORAN PRAKTIKUM

LAPORAN PRAKTIKUM

DASAR-DASAR ILMU HAMA TANAMAN

ACARA V

TEKNIK PENGAMATAN HAMA DAN ANALISIS KERUSAKAN

Disusun oleh :

Nama: 1. Im Deny Krisna(11408)

2. Avy Anggarini M(11336)

3. Monika A

( )

4. Septi Wulandari(11523)

5. Adzakirina

( ) Kel / Gol: II / B1Hari: Senin, 10 Mei 2010

Asisten: 1.Puji Astutik2. Ismi RinartiLABORATORIUM ENTOMOLOGI TERAPAN

JURUSAN PERLINDUNGAN TANAMAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS GADJAH MADA

YOGYAKARTA

2010

ACARA V

TEKNIK PENGAMATAN, ANALISIS KERUSAKAN DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN TINDAKAN PENGENDALIAN HAMA

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pengamatan populasi hama secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu pengamatan populasi mutlak, pengamatan populasi relative dan pengamatan indeks populasi. Masing-masing cara tersebut mempunyai kelebihan dan kekurangan masing-masing. Pendugaan atau perhitungan pengaruh hama terhadap kerusakan tanaman dan kehilangan hasil karena serangan hama dapat dilakukan dengan menghitung atau mengukur luka atau gejala yang ditinggalkan atau diakibatkan oleh hama.

Data tentang populasi hama dan intensitas kerusakan yang diperoleh dari hasil pengamatan lapangan adalah sangat penting sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan tindakan pengendalian. Tindakan pengendalian dilakukan apabila populasi hama telah mencapai ambang ekonomi (AE). Untuk menentukan ambang ekonomi diperlukan banyak informasi, baik data biologi maupun ekologi serta ekonomi. Penetapan kerusakan hasil dalam hubungannya dengan populasi hama merupakan bagian yang penting dalam pengembangan ambang ekonomi.

B. Tujuan

Mengetahui teknik pengamatan populasi hama dan kerusakannya dan mengetahui metode pelaporan hama dan pengambilan keputusan tindakan pengendalian.

II. TINJAUAN PUSTAKASejak orang membuka lahan untuk usaha pertanian, hama merupakan salah satu kendala atau pesaing dalam usaha tersebut. Hama dalam pertanaman yang diusahakan itu timbul disebabkan karena adanya perubahan faktor-faktor lingkungan yaitu dari lingkungan alamiah ke lingkungan buatan, yaitu pertanian ( Hessan, 1996).

Hama adalah organisme yang dianggap merugikan dan tak diinginkan dalam kegiatan sehari-hari manusia. Walaupun dapat digunakan untuk semua organisme, dalam praktek istilah ini paling sering dipakai hanya kepada hewan. Suatu hewan juga dapat disebut hama jika menyebabkan kerusakan pada ekosistem alami atau menjadi agen penyebaran penyakit dalam habitat manusia. Contohnya adalah organisme yang menjadi vektor penyakit bagi manusia, seperti tikus dan lalat yang membawa berbagai wabah, atau nyamuk yang menjadi vektor malaria. Istilah "suci hama" juga digunakan sebagai padanan kata "steril" dalam pengertian bebas dari penyebab kontaminasi (Anonim, 2010).

Hama dapat dikelompokkan menurut kisaran bahaya yang diakibatkannya, yaitu: hama utama merupakan spesies hama yang perlu kurun waktu lama, selalu menyerang pada suatu daerah dengan intensitas serangan yang berat dalam daerah yang luas sehingga usaha pengendalian. Hama kadangkala merupakan jenis hama yang relatif kurang penting karena kerusakan yang diakibatkan masih dapat ditoleransi oleh tanaman, kadaang-kadang populasinya pada suatu saat meningkat melebihi aras toleransi ekonomik tanaman. Hama potensial merupakan sebagian besar jenis serangga herbivora yang saling berkompetisi dalam memperoleh makanan. Hama migran merupakan hama ynag tidak berasal dari agroekosistem setempat, tetapi datang dari luar kerena sifatnya yang berpindah-pindah (Putra, 1994).Masalah hama terletak pada populasinya. Populasi merupakam kumpulan individu sejenis yang berada di suatu tempat dalam kurun waktu tertentu. Hama menjadi masalah ketika populasinya melebihi ambang ekonomi atau ambang toleransi. Peningkatan populasi hama terjadi karena laju angka kelahiran dan laju imigrasi jauh lebih tinggi daripada laju angka mortalitas dan emigrasi. Perubahan ekosistem pertanian yang mengkoordinasikan hama nerkembang cepat, bisa jadi karena adanya perubahan iklim dan atau kesalahan manusia dalam mengelola ekosistem pertanian. Hama menjadi masalah karena merusak tanaman dengan cara makan, bertelur, berkepompong, berlindung, atau bersarang tergantung spesiesnya. Hama melukai tanaman, menyebabkan kerusakan, mengurangi hasil panen, mengurangi pendapatan petani, dan akhirnya mengurangi kesejahteraan masyarakat. Salah satu faktor yang menentukan pentingnya suatu hama adalah potensi atau kemampuan merusak hama tersebut. Salah satu cara merusak ialah dengan mengambil pakan baik dalam bentuk padat maupun cair menggunakan alat mulutnya. Tanda dan gejala serangan ini sangat penting dalam pekerjaan monitoring hama, karena tanda serangan tiap jenis hama khas atau spesifik sehingga keadaan suatu hama pada suatu saat dapat diketahui dengan pasti dan benar (Wagiman, 2003).

Hama serangga selain menyerang tanaman pangan, perkebunan dan hortilkutura juga menyerang komoditas pasca panen. Hama pasca panen tidak selalu berawal setelah produksi pertanian dipanen. Serangan dapat terjadi sebelum panenan, tetapi kemudian berlanjut dan menimbulkan kersuakan setelah dipanen. Hama pasca panen tidak terbatas pada komoditi yang masih berujud bahan mentah hasil pertanain, tetapi juga sering ditemukan menyerang hasil olahan dari produksi pertanian. Dalam arti luas hama pasca panen bukan hanya dalam kaitannya dengan investasi dan proses timbulnya kerusakan, tetapi juga berhubungan dengan jenis komoditi yang dapat diserang (Mangoendiharjo, 1983).

Pengamatan populasi hama secara garis besar dibedakan menjadi tiga bentuk, yaitu (1) pengamatan populasi mutlak, (2) pengamatan populasi relatif dan (3) pengamatan indeks populasi. Masing-masing cara tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri sehingga perlu ditentukan cara mana yang dipilih untuk memberikan keefektivan yang paling besar (Harjaka dan Sudjono, 2005).

Tingkat kerusakan yang ditimbulkan akibat serangan hama tergantung pada seberapa besar tingkat kerusakan yang terjadi pada tanaman. Perhitungan populasi hama dan tingkat kerusakan tanaman adalah sangat penting hubungannya dengan tindakan pengendalian yang akan dilakukan. Pengamatan populasi hama secara garis besar dibedakan menjadi tiga bentuk yaitu pengamatan populasi mutlak, pengamatan populasi relatif, dan pengamatan indeks populasi. Masing-masing cara tersebut mempunyai kelebihan dan kelemahan sendiri-sendiri sehingga perlu ditentukan cara mana yang dipilih untuk memberikan keefektifan yang paling besar (Sudjono, 2005).

Sampling atau pencuplikan adalah langkah yang sangat penting untuk menetapkan jumlah serangga. Data yang diperoleh dari sampling dipergunakan untuk menetapkan apakah aras populasi cukup tinggi untuk membenarkan diadakannya pengendalian. Beberapa metode dipergunakan untuk mengadakan sampling spesies serangga yang berbeda yang menyerang padi. Salah satu cara adalah perhitungan visual. Teknik sampling yang umum ini tidak memerlukan keahlian atau peralatan apapun dan te;ah dipakai secara luas untuk meramalkan populasi wereng. Pemantauan yang konstan adalah esensial dalam pengendalian hama, karena populasi hama akan mengalami fluktuasi dengan perubahan lingkungan (Triharso, 2004).Ambang ekonomi hama dapat diketahui dengan pengamatan populasi atau serangga. Karena pengamatan tersebut memerlukan tenaga dan biaya banyak maka pengamatannya dapat dilakukan melalui penelitian pada sebaran dan penarikan contoh hama wereng, penggerek padi atau hama sundep menunjukkan bahwa sebaran spesies hama wereng dan sundep adalah secara acak dan beluk secara agregat (Tengkono, 1993).

Salah satu cara untuk menekan populasi wereng coklat (Nilaparvata lugens) adalah dengan menggunakan musuh alaminya, antara lain Anagrus plaveolus, Waterhouse, A.optabilis Parkins, A.perforator Parkins, Mymar tapobranicum Ward, Polynema spp., Gonatocrus spp., dan Beauveria bassiana (Seperti yang telah digunakan di artikel tersebut). Pada saat ini musuh alami merupakan bagian yang penting dalam pengelolaan wereng coklat. Keberadaannya dipertanaman dapat diandalkan menekan populasi wereng coklat ke tingkat yang tidak membahayakan. Hal ini terjadi akibat adanya keseimbangan biologi di alam, yaitu perkembangan musuh alami dapat mengimbangi perkembangan dari wereng coklat. Oleh karena itu dalam menetapkan pengendalian wereng perlu memperhitungkan perbandingan musuh alami dan werengnnya. Parasitoid telur wereng coklat yang banyak ditemukan dipertanaman adalah Anagrus dan Oligosita. Parasitasi telur wereng coklat dapat mencapai 50%, ini dibuktikan dari beberapa penelitian antara lain di Jepang parasitasi telur wereng coklat oleh A. flaveolus mencapai 66% (Otake, 1977).III. METODOLOGIPraktikum Dasar-Dasar Ilmu Hama Tanaman acara V yang berjudul Teknik Pengamatan, Analisis Kerusakan, dan Pengambilan Keputusan Tindakan Pengendalian Hama yang dilaksanakan pada hari Senin, tanggal 10 Mei 2010 di Kebun Pendidikan, Penelitian, dan Pengembangan Pertanian (KP4), Kalitirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta yang bertujuan mengetahui teknik pengamatan populasi hama dan kerusakannya dan mengetahui metode pelaporan hama dan pengambilan keputusan tindakan pengendalian. Bahan-bahan yang diperlukan, yaitu lahan sawah dengan komoditas tanaman pangan (padi), lahan sawah. Sedangkan alat yang diperlukan yaitu alat tulis, jaring perangkap, kertas, kantong plastik, karet, cawan petri, dan kaca pembesar (loup).

Cara kerja yang dilakukan untuk pengamatan populasi mutlak untuk komoditas pangan (padi), lahan dengan pertanaman padi didatangi. Kemudian dilakukan pengambilan 20 rumpun tanaman sebagai unit sampel di dalam 1 petak sawah dan pengamatan dilakukan secara diagonal. Lalu dilakukan pengamatan terhadap populasi hama, jenis hama dicatat dan dihitung yang ditemukan tiap unit sampel. Kerusakkannya ditafsirkan dan kemudian dihitung dengan menggunakan rumus Indeks Serangan (IS). Untuk pengamatan populasi relatif, jaring perangkap diayun-ayunkan di atas rerumpunan padi sebanyak 10 kali. Lalu hama yang didapat dimasukkan ke dalam kantong plastik dan dihitung jumlah populasi hamannya dan jenisnya ditentukan Rumus Indeks Serangan:

Keterangan:

IS : intensitas kekurangan (%)

ai : jumlah batang terserang pada rumpun ke-i

bi : jumlah batang tidak terserang pada rumpun ke-i

N : jumlah rumpun/unit sampel III. HASIL PENGAMATAN DAN PEMBAHASAN

A. Pengamatan Hama Tanaman Pangan : Padi

Tabel. 1 Pengamatan populasi Mutlak

AreaIS

SundepKepik PadiWereng BatangWereng DaunBelalangLain-lain

Kelompok 118%0,7%0%0%3,5%14,05%

Kelompok 22,5%1,55%3,35%4,3%6,6%9,6%

Kelompok 30%0%2,85%1,25%7,7%21%

Kelompok 40%35%0%0%5,9%5,9%

Tabel. 2 Pengamatan populasi Relatif

Kelompok 1

No.AyunanJumlah kupu/ngengatJumlah ulatJumlah kepik padiJumlah wereng batangJumlah wereng daunJumlah belalangJumlah hama lainKet

1---4-72-

2---61147-

3---32720-

4---7-82-

5---2294-

Kelompok 2

No.AyunanJumlah kupu/ngengatJumlah ulatJumlah kepik padiJumlah wereng batangJumlah wereng daunJumlah belalangJumlah hama lainKet

1---813--

2--1513-

3---12431Laba2

4---206182Laba2, jangkrik

5-----31Laba2

Kelompok 3

No

AyunanJumlah kupu/ngengatJumlah ulatJumlah kepik padiJumlah wereng batangJumlah wereng daunJumlah belalangJumlah hama lainKet

1--116-211

2-----6--

3----12--

4--12-24--

5----13--

Kelompok 4

No

AyunanJumlah kupu/ngengatJumlah ulatJumlah kepik padiJumlah wereng batangJumlah wereng daunJumlah belalangJumlah hama lainKet

1

2

3

4

5

B. Pembahasan

Praktikum ini dilaksanakan dilapangan yaitu didaerah Kali Tirto, dengan mengamati sebarapa besar serangan hama yang menyerang tanaman pangan. Tanaman pangan yang menjadi sampel adalah tanaman padi Pengamatan populasi mutlak

Populasi mutlak yaitu apabila jumlah populasi hama hasil pengamatan dalam unit satuan luas, unit habitat yang berupa tanaman, kelompok tanaman ataupun bagian tanaman. Pada pengamatan hama tanaman pangan digunakan pengamatan populasi mutlak. Hama yang menyerang untuk tanaman padi pada populasi mutlak adalah sundep,kepik,wereng, keong, telur keong mas, laba-laba dan belalang.1. SundepHama yang menyerang padi yaitu Sesamia inferens yang melakukan serangan pada dua fase hidup tanaman padi. Ngengatnya berwarna putih, sayap bila dibentangkan panjangnya lebih kurang 25-30 mm, panjang badannya kurang lebih 11-15 mm. Telurnya berbentuk bulat panjang dengan ukuran kurang lebih 0,6 x 0,5 mm dan diletakkan berjejer-jejer seperti letak genting, jumlahnya 150-200 butir ditutupi bahan seperti beledu berwarna coklat muda ulat yang baru menetas warnanya abu-abu, kemudian berubah menjadi kerm muda, kepalanya berwarna lebih tua, kuning coklat, panjang kurang lebih 20-25 mm, kepompong (pupa) berwarna krem muda diselubungi kokon putih, panjangnya 12-17 mm.

Gejala :

Tanaman diserang pada fase vegetatif (Sundep) atau malai padi belum tumbuh. Pucuk tanaman menjadi coklat, layu akhirnya kering dan mati dan bila tertarik mudah lepas dari titik tumbuh tanaman dari dalam dan memakan aliran nutrisi tumbuhan kebagian atas tanaman. Hama menyerang pada masa generatif (beluk) pada pangkal tumbuh batang, menyebabkan pembentukan malai terhambat dan kosong, tanaman yang terserang tidak mati. Malai padi yang terserang tusukan akan meninggalkan bekas tusukan berwarna coklat dan lama kelamaan akan menyebar. Jika ditusuk pada malai padi yang masih tua maka saat tua akan kosong atau hampa. Hama ini menyerang pada stadium larva untuk penggerek batang padi. Cara mengendalikan hama sundep, yaitu:

Aplikasi insektisida dilakukan bila keadaan serangan melebihi ambang ekonomi, namun apabila tanaman yang terserang hanya sebagian kecil pengendalian yang paling efektif yaitu tanaman yang terserang dicabut dan dibakar untuk memutus siklus hama.2. KepikUmumnya memiliki sayap dua pasang (beberapa spesies ada yang tidak bersayap). Sayap depan menebal pada bagian pangkal (basal) dan pada bagian ujung membranus. Bentuk sayap tersebut disebut Hemelytra. Sayap belakang membranus dan sedikit lebih pendek daripada sayap depan. Pada bagian kepala dijumpai adanya sepasang antene, mata facet dan occeli. Tipe alat mulut pencucuk pengisap yang terdiri atas moncong (rostum) dan dilengkapi dengan alat pencucuk dan pengisap berupa stylet. Pada ordo Hemiptera, rostum tersebut muncul pada bagian anterior kepala (bagian ujung). Rostum tersebut beruas-ruas memanjang yang membungkus stylet. Pada alat mulut ini terbentuk dua saluran, yakni saluran makanan dan saluran ludah. Metamorfose bertipe sederhana (paurometabola) yang dalam perkembangannya melalui stadia : telur nimfa dewasa. Bnetuk nimfa memiliki sayap yang belum sempurna dan ukuran tubuh lebih kecil dari dewasanya. Kepik atau kepinding tanah (black bug) umumnya menimbulkan masalah di beberapa lokasi tertentu dan menyerang padi pada fase pembibitan sampai tanaman dewasa. Gejala kerusakan didaerah sekitar lubang bekas hisapan berubah warna menjadi coklat menyerupai gejala penyakit blas. Daun menjadi kering dan menggulung serta membujur.Cara mengendalikan kepik, yaitu:Kepik dewasa dapat tertarik kepada lampu perangkap, karena itu kepik yang terperangkap perlu dibakar dan dibunuh.

3. Wereng CoklatStadia tanaman yang rentan terhadap serangan wereng coklat adalah dari pembibitan sampai fase matang susu. Gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah tanaman menguning dan cepat sekali mengering. Umumnya gejala terlihat mengumpul pada satu lokasi, melingkar disebut hopperburn.Cara mengendalikan wereng coklat, yaitu:Untuk mengendalikan hama wereng coklat (Nilaparvata lugens) hendaknya menggunakan PHT (Pengendalian Hama Terpadu) yaitu penggunaan varietas tahan, bercocok tanam secara baik, peranan musuh alami dimaksimalkan penggunaan pestisida kimia secara benar yang didasarkan atas pengamatan atau monitoring (Yasin et al., 1996).4. Wereng Hijau

Wereng hijau merupakan hama penting karena dapat menyebarkan vektor (virus) penyebab penyakit tungro. Kepadatan populasi wereng hijau biasanya rendah, sehingga jarang menimbulkan kerusakan karena cairan tanaman dihisap oleh wereng hijau. Populasi wereng hijau hanya meningkat pada saat tanam hingga pembentukan malai. Gejala kerusakan yang ditimbulkan adalah tanaman menjadi kerdil,anakan berkurang,daun berubah warna menjadi kuning sampai kuning oranye. Hama ini sangat menyukai tanaman yang dipupuk nitrogen tinggi.Cara mengendalikan wereng hijau, yaitu:

Tanam varietas tahan weeng hijau seperti IR72 dan IR66, pengendalian dilakukan jika dilapang terlihat gejala tungro,pemberian insektisida dilakukan bila sudah mencapai ambang batas ekonomi.

5. Belalang

Belalang dengan tipe mulut penggigit dan pengunyah menyebabkan kerusakan pada daun padi. Jika populasinya tinggi dapat menghambat proses fotosintesis. Fase pertumbuhan tanaman padi yang rentan terhadap serangan belalang adalah dari keluarnya malai sampai matang susu. Kerusakan yang ditimbulkan menyebabkan beras berubah warna dan mengapur serta hampa.

Cara mengendalikan belalang, yaitu:Pemberian pupuk merata, mengendalikan gulma disawah dan sekitar pertanaman,menangkap menggunakan jaring sebelum stadia pembungaan.6. Keong Mas

Keong mas (Pomacea canaliculata Lamarck) diperkenalkan ke Asia pada tahun 1980an dari Amerika Selatan sebagai makanan potensial bagi manusia. Sayangnya, kemudian keong mas menjadi hama utama padi yang menyebar ke Filipina, Kamboja, Thailand, Vietnam, dan Indonesia. Keong mas memakan tanaman padi muda yang baru ditanam (system tapin) serta dapat menghancurkan tanaman pada saat pertumbuhan awal. Serangan keong mas yang parah dapat mengakibatkan tanaman padi yang baru di tanam habis total pada populasi keong mas yang tinggi. Saat-saat penting untuk mengendalikan keong mas adalah pada 10 hari pertama untuk padi tanam pindah dan sebelum tanaman berumur 21 hari pada tabela (tanam benih secara langsung). Setelah itu, tingkat pertumbuhan tanaman biasanya lebih tinggi daripada tingkat kerusakan akibat keong. Cara mengendalikan Keong Mas ada beberapa cara, yaitu: Semut merah memakan telur keong, sedangkan bebek (dan kadang-kadang tikus) memakan keong muda. Bebek ditempatkan di sawah selama persiapan lahan tahap akhir atau setelah tanaman tumbuh cukup besar (misalnya 30-35 hari setelah tanam); keong dapat dipanen, dimasak serta dimakan.

Pemungutan: Pungut keong dan hancurkan telurnya. Hal ini paling baik dilakukan di pagi dan sore hari ketika keong berada pada keadaan aktif. Tempatkan tongkat bambu untuk menarik keong dewasa agar meletakkan telurnya.

Penggunaan umpan: Tempatkan dedaunan yang menarik perhatian keong agar membuat pemungutan keong lebih mudah (tanaman yang memungkinkan adalah: pisang dan pepaya).

Pengelolaan air: Keong bersifat aktif pada air yang menggenang/diam dan karenanya, perataan tanah dan pengeringan sawah yang baik dapat membantu mengurangi kerusakan. Saluransaluran kecil (misalnya, lebar 15-25 cm dan dalam 5 cm) juga dapat dibuat, setelah persiapan lahan tahap akhir. Buat saluran-saluran kecil dengan menarik kantung berisi benda berat dengan interval 10-15 m atau di sekitar sudut-sudut sawah. Saluran-saluran kecil ini memudahkan pengeringan dan bertindak sebagai titik focus untuk mengumpulkan keong atau membunuh keong secara manual dengan lebih mudah. Apabila pengendalian air baik, pengeringan dan pengaliran air ke sawah dilakukan hingga stadia anakan (misalnya, 15 hari pertama untuk tanam pindah dan 21 hari pertama untuk tabela).

Pengunaan tanaman beracun: Tempatkan tanaman beracun (misalnya daun Monochoriavaginalis, daun tembakau, dan daun Kalamansi pada bidang-bidang sawah atau di saluran-saluran kecil.

Pencegahan masuk ke sawah: Tempatkan penyaring dari kawat atau anyaman bambu padasaluran keluar dan masuk irigasi utama untuk mencegah masuknya keong. Bagaimanapun, manfaat dari tindakan ini agak terbatas karena kebanyakan keong mengubur dirinya sendiri dan hibernasi di sawah ketika tanah mengering.

Tanam pindah: Tanam bibit-bibit yang sehat dengan anakan yang sehat. Terkadang, tanam pindah dapat ditunda (misalnya bibit berumur 25- 30 versus 12-15 hari), atau tanam bibit ganda per rumpun.

Pengendalian secara kimia seperti pestisida yang berbahan aktif niclos amida dan deris mungkin dibutuhkan bila praktek-praktek lainnya gagal. Cek produk-produk yang tersedia secara lokal yang memiliki kadar racun rendah terhadap manusia dan lingkungan. Pertimbangkan untuk menggunakan produk-produk untuk tempattempat rendah dan kanal-kanal kecil, bukan ke seluruh bidang sawah. Selalu pastikan penggunaan yang aman.

7. Telur Keong Mas

Telur keong mas menempel pada batang padi. Telur ini berbentuk kumpulan butir berwarna merah jambu. Perkembangan populasi keong sangat cepat karena telur yang diletakkan keong dewasa di batang padi atau tanaman lain menetas setelah masa inkubasi selama 7-14 hari. Sekitar 15-25 hari kemudian, anak keong mulai memakan padi hingga fase dewasa. Masa reproduksinya berlangsung hingga 3 tahun. Oleh karena itu, memberantas telur juga penting. Sebagai umpan untuk menarik keong dewasa bertelur, tempatkan batang bambu di pinggir-pinggir pematang sawah. Daun pisang dan daun pepaya juga bisa dipakai sebagai umpan. Untuk mencegah keong masuk persawahan, tempatkan penyaring kawat atau anyaman bambu pada saluran masuk air. Jika pengendalian tidak berhasil, alternatif terakhir, gunakan molusida.

8. Laba-laba Laba-laba adalah predator serangga dan makhluk lain. Biasanya mereka hanya menangkap mangsa lebih kecil dari atau sama dengan ukuran mereka sendiri. Manusia terlalu besar, bahkan untuk laba-laba yang paling ambisius. Banyak laba-laba kecil dan memiliki bagian mulut kecil.Dari hasil pengamatan dan perhitungan didapatkan hasil yaitu pada tanaman padi intensitas serangan untuk pengamatan mutlak sebesar 18% pada gejala sundep. Intensitas kerusakan yang ditimbulkan oleh hama adalah ringan, sehingga tidak perlu untuk dilakukannya pengendalian karena belum mencapai ambang ekonomi. Intensitas serangan (IS) yang ditimbulkan tergolong ringan, sehingga petani boleh / bisa saja tidak perlu melakukan pengendalian. Pengendalian hama pada tanaman dilakukan apabila intensitas serangan hama telah mencapai ambang ekonomi. Namun, bukan berarti tidak dilakukan tindakan sama sekali atas hama yang ada. Tindakan yang dilakukan dapat berupa pengamatan secara berkala sehingga dapat mengantisipasi apabila terjadi ledakan populasi hama. Pengendalian yang lainnya dapat secara bercocok tanam, yaitu dengan rotasi tanaman, pengelolaan air, pengaturan waktu tanam dan penghancuran singgang. Selain itu bisa juga digunakan varietas tahan hama ataupun pengendalian secara hayati yaitu dengan musuh alaminya. Pilihan terakhir dapat dilakukan pengendalian secara kimia yaitu dengan insektisida bila telah melampaui ambang ekonomi.

Apabila IS mencapai ambang ekonomi maka dilakukan pengendalian agar tidak terjadi kerusakan yang lebih parah serta didapatkan hasil panen yang memadai. Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah :

Menggunakan bibit tanaman yang sehat dan toleran tehadap hama, terutama hama penggerek batang.

Mengamati populasi hama penggerek batang dan musuh alaminya

Penambahan pupuk nitrogen untuk memacu pertumbuhan anakan

Apabila nilai IS mencapai ambang ekonomi perlu lakukan pengendalian baik secara kimiawi, hayati maupun terpadu pengendalian yang dapat dilakukan meliputi :

Pengendalian dengan musuh alami Tanah dibajak dalam keadaan basah, sehingga ulat-ulat yang bersembunyi dapat mati

Penyebaran benih dan penanaman bibit sebaiknya dilakukan serentak dalam suatu daerah yang luas.

Memperhitungkan waktu penanaman bibit sehingga saat padi berbunga tidak jatuh bersamaan dengan waktu kupu-kupu berterbangan Pengamatan Populasi Relatif

Pengamatan populasi relatif yaitu apabila hasil pengamatan dinyatakan dalam unit satuan usaha, misalnya oleh penggunaan jaring serangga dan penggunaan berbagai jenis perangkap. Hama yang menyerang untuk tanaman padi pada populasi relatif adalah wereng batang, wereng daun, hama lain (laba-laba, jangkrik). Pada umumnya hama menyerang merupakan hama pada daun, hal itu dikarenakan tanaman yang diamati merupakan lahan pesemaian benih padi sehingga pertumbuhannya vegetatif dan sangat disukai oleh hama-hama yang menyerang daun.

Dengan melihat kerusakan yang ditimbulkan oleh hama maka kita dapat mengetahui apakah keberadaan populasi hama yang ada apakah merugikan/menurunkan hasil usaha atau masih berada dalam batas toleransi ekonominya. Apabila masih berada dalam batas kisaran toleransi, tidak perlu dilakukan tindakan pengendalian/mengeluarkan biaya untuk pengendalian. Akibat dari serangan hama adalah produksi menurun, kualitas anjlok, harga produk merosot, biaya produksi meningkat, dan secara ekonomi rugi. Faktor-faktor yang mendorong peningkatan serangan dan kerusakan oleh hama antara lain karena penanaman monokultur sepanjang waktu dan tempat, penanaman jenis tanaman peka hama tetapi unggul produksi, penanaman jenis tanaman baru di suatu daerah sehingga belum ada musuh alami di lokasi baru (karantina gagal), penggunaan pupuk buatan, pestisida, hormon tumbuh, pengairan yang berlebihan, penggunaan pestisida kimia berspektrum lebar yang dilakukan secara tidak bijaksana, terus menerus dan berlebihan serta terjadinya penyimpangan cuaca dan iklim dan juga akibat migrasi hama.V. KESIMPULAN

1. Metode pengamatan populasi hama ada 3 macam yaitu pengamatan populasi mutlak, pengamatan populasi relatif, dan pengamatan indeks populasi2. Serangan dari hama dapat meyebabkan penurunan baik kuntitas maupun kualitas dari tanaman tersebut.3. Secara umum pengendalian hama dapat dilakukan secara:

Sanitasi

Mekanis/fisik

Kultur teknis

Hayati

Penggunaan varietas tahan

Pengendalian dengan peraturan

4. Nilai intensitas serangan (IS) Pada tanaman pangan (padi) pada populasi mutlak, nilai terbesarnya adalah 18% untuk gejala sundep. 5. Pada hasil pengamatan serangan yang diakibatkan oleh hama tersebut termasuk kerusakan ringan karena skor kerusakan < 25%.DAFTAR PUSTAKAAnonim, 2010. Hama. . Diakses tanggal 13 April 2010.Hessan, B.1996. Effects of pestiside to paddy. Pest and Plant 2 : 30-34.Harjaka, T., dan S. Sudjono. 2005. Petunjuk Praktikum Dasar-dasar Ilmu Hama Tanaman. Jurusan Perlindungan Tanaman, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.Yasin, M., Masmawati, dan D. Baco. 1996. Peranan parasitoid telur wereng coklat, Nilaparvata lugens (Stal.) di persawahan maros Sulawesi Selatan. Prosiding Seminar Nasional Pengendalian Hayati. 2 : 33-36.Mangoendiharjo, S. 1983. Hama-Hama Pasca panen. Sub Proyek Pengembangan Kemampuan Tenaga Pengajar. Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Otake, A. 197. natural enemies of the brown planthopper. In The Rice Brown Planthopper., ASPAC. 42-57 p.Putra, N.S. 1994. Serangga Disekitar Kita. Kanisius, Yogyakarta. Sudjono, S dan Tri, H. 2005. Petunjuk Praktikum Dasar-Dasar Ilmu Hama Tanaman. Jurusan Perlindungan Tanaman Fakulta Pertanian Universitas Gadjah mada, Yogyakarta.

Tengkono, W. dan S. Soejitno. 1993. Hasil-Hasil Utama Penelitian Tanaman Pangan. Balai Penelitian tanaman Pangan, Jakarta.

Triharso. 2004. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.PAGE 8