ablasi pada jantung bar konsul i

16
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular sekarang merupakan penyebab kematian paling umum di seluruh dunia. Penyakit kardiovaskular menyumbang hampir mendekati 40% kematian di negara maju dan sekitar 28% di negara miskin dan berkembang (Gaziano, 2008). Salah satunya adalah dekompensasi kordis atau gagal jantung. Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smelter, Suzanne,2002). Saat ini gagal jantung menjadi masalah kesehatan yang utama di negara maju dan berkembang. Prevalensi meningkat seiring meningkatnya populasi usia lanjut. Diagnosis dini dan identifikasi etiologi dari pasien gagal jantung sangat diperlukan karena banyak kondisi yang menyerupai sindroma gagal jantung ini pada usia lanjut maupun usia dewasa. Resiko gagal jantung diperkuat dengan adanya aritmia jantung. Aritmia jantung atau gangguan irama jantung, merupakan kondisi denyut jantung

Upload: arief-hidayat

Post on 13-Nov-2015

37 views

Category:

Documents


12 download

DESCRIPTION

ablasi jantung

TRANSCRIPT

BAB 1PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penyakit kardiovaskular sekarang merupakan penyebab kematian paling umum di seluruh dunia. Penyakit kardiovaskular menyumbang hampir mendekati 40% kematian di negara maju dan sekitar 28% di negara miskin dan berkembang (Gaziano, 2008). Salah satunya adalah dekompensasi kordis atau gagal jantung. Gagal jantung adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah yang adekuat untuk memenuhi kebutuhan jaringan akan oksigen dan nutrisi (Smelter, Suzanne,2002). Saat ini gagal jantung menjadi masalah kesehatan yang utama di negara maju dan berkembang. Prevalensi meningkat seiring meningkatnya populasi usia lanjut. Diagnosis dini dan identifikasi etiologi dari pasien gagal jantung sangat diperlukan karena banyak kondisi yang menyerupai sindroma gagal jantung ini pada usia lanjut maupun usia dewasa.Resiko gagal jantung diperkuat dengan adanya aritmia jantung. Aritmia jantung atau gangguan irama jantung, merupakan kondisi denyut jantung yang tidak menentu dan atau tidak teratur (menjadi terlalu cepat atau terlalu lambat). Aritmia akan membuat denyut jantung menjadi cepat atau lambat sehingga kerja jantung akan terganggu dan hal tersebut akan meningkatkan resiko gagal jantung. Penatalaksanaan aritmia dapat dilakukan dengan tindakan invasif maupun non infasiv. Salah satu tindakan non invasif untuk aritmia jantung adalah teknik ablasi pada jantung. Teknik ablasi jantung bekerja dengan cara menghancurkan jaringan parut yang ada didalam jantung yang memicu irama jantung yang abnormal.

BAB IIKAJIAN LITERATUR

1. PENGERTIAN Ablasi pada jantung adalah suatu tindakan yang digunakan untuk menghancurkan atau membakar satu atau beberapa area kecil di jantung yang menjadi sumber timbulnya masalah irama jantung. Ablasi adalah suatu tindakan untuk mengatasi gangguan irama jantung (aritmia) dengan menggunakan kateter yang dimasukkan ke dalam ruang dalam jantung, dan kateter dihubungkan dengan mesin khusus yang memberikan energi listrik untuk memutus (membakar) jalur konduksi tambahan ataupun fokus-fokus aritmia yang menyebabkan ketidaknormalan irama jantung.Ablasi kateter merupakan teknik non-bedah dimana kateter elektroda tipis (khususnya kawat listrik terinsulasi) digunakan untuk melokalisasi tempat abnormal pada jantung yang menyebabkan aritmia (gangguan listrik jantung). Energi radiofrekuensi kemudian dihantarkan lewat kateter untuk mengablasinya (atau menghancurkannya). Itu merupakan perluasan studi elektrofisiologi (EPS).

2. TEKNIK ABLASI JANTUNGTindakan ini menggunakan kateter khusus yang masuk ke dalam ruang jantung melalui pangkal paha, setelah sebelumnya dicari dulu area yang menimbulkan aritmia. Area bermasalah tersebut dapat ditandai dengan 3D mapping atau langsung dideteksi dengan sinyal elektroda yang ditempatkan di dalam jantung. Kateter ini kemudian ditempelkan pada area yang diinginkan dengan tujuan untuk menghilangkan penyebab gangguan irama jantung. Ablasi lain yang bisa dikerjakan selain aritmia yaitu mengecilkan otot jantung yang terlalu besar, yang menyebabkan sumbatan aliran pada pembuluh darah utama (aorta). Tindakan ini biasanya dilakukan pada daerah septal (batas otot jantung antara bilik kanan dan kiri). Ablasi ini dilakukan dengan menggunakan alkohol yang mematikan aliran pembuluh darah koroner yang memberi suplai pada area tersebut.

3. PERSIAPAN SEBELUM PROSEDURBeberapa obat, yang mungkin mempengaruhi EPS (elektrofisiologi), harus dihentikan 3-5 hari sebelumnya. Pasien harus puasa selama 6 jam sebelum prosedur. Penenang akan diberikan sebelum prosedur.

4. PROSEDUR ABLASIAblasi kateter radiofrekuensi dilakukan di lab katerisasi jantung. Staf menggunakan sarung tangan, baju, topi dan masker steril. Teknisi meletakkan beberapa elektroda EKG di dada untuk memantau detak dan irama jantung selama prosedur, dan bantalan jel di punggung. Manset tekanan darah akan diletakkan disekeliling lengan dan alat ukur saturasi oksigen ditempatkan disekeliling jari pasien. Selangkang dan dada kiri pasien dibilas dengan cairan antiseptik dan kain steril ditempatkan di tubuh pasien. Sebelum kateter dimasukkan (kawat elektrik khusus terinsulasi), injeksi intravena penenang diberikan. Mengikuti injeksi obat bius lokal, kateter biasanya dimasukkan lewat vena subklavian kiri (dekat bahu kiri) dan atau vena femoral (pada kedua selangkang). Kateter diletakkan dalam jantung oleh operator dengan bimbingan gambar x ray. Selama pengamatan, pasien akan merasa detak jantung bertambah cepat karena dipacu atau induksi takikardia. EPS memberikan gambar listrik jantung dan menentukan penyebab aritmia (kelainan listrik). Tempat yang pasti kemudian dilokalisasi dengan sinyal listrik yang diperoleh dari ujung kateter. Saat tempat abnormal secara tepat ditentukan, energi radiofrekuensi kemudian dihantarkan lewat ujung kateter untuk merusak atau membakar jaringan abnormal (suhu 60 hingga 70C saja). Ukuran bakar sangat kecil dan biasanya hanya berdiameter sekitar 5mm dan ketepatan lokasi sangat penting untuk kesuksesan. Biasanya energi radiofrekuensi dihantarkan untuk 30-60 detik, untuk ablasi fokus abnormal. Prosedur biasanya memakan waktu 1-2 jam. Setelah ablasi, pasien menunggu 15-30 menit lab untuk memastikan bahwa kejadian tidak berulang kembali.

5. SETELAH PROSEDURPasien akan diistirahatkan selama 8 hingga 12 jam. Pasien diperbolehkan untuk makan dan minum, saat kembali ke rawat inap. Detak jantung dan tekanan darah pasien akan dimonitor setiap jam selama 24 jam. Telemetri (alat monitor EKG) tetap dipasang jika perlu. Infus intravena dan obat minum akan diberikan saat kembali ke rawat inap. Selain itu perawat dan dokter juga akan memantau adanya perdarahan di selangkangan.

6. TINGKAT KESUKSESAN ABLASI JANTUNGPada pusat perawatan ternama, dan tergantung pada jenis aritmia, tingkat kesuksesan sekitar 95-98% dan tingkat berulang < 5%. Resiko prosedur dengan berbagai komplikasi serius