ablasi retina

Upload: akbar-pai

Post on 18-Jul-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangDengan dibuatnya makalah ini ,kami sebagai penyusun scenario 4 ( empat ) modul penglihata yang khususnya membahas tentang ablasi retina,katarak,glaucoma. Dalam scenario ada gambaran bagaimana ablasi retina dapat terjadi dan yang menyebabkan ablasi retina itu sendiri yang menjadi suatu pembahasan itu dikaji.Yang mana ada beberapa bagian dari ablasi yaitu : ablasi retina regmatogenosa,ablasi retina eksudatif dan ablasi retina tarikan. Dari makalah yang disusun ini sehingga kita dapat mengetahui bagaimana mendiagnosis penyakitnya dan pembahasan pembelajaran yang akan di pelajari,yang nantinya bias menjadi ilmu bagi para pembacanya.

SGD III ( TIGA )

Page 1

1.2 Tujuan pembahasan

Dalam pembahasan makalah ini tentu memiliki tujuan yang di harapkan berguna bagi para pembaca terutama para mahasiswa.tujuan pembahasan dalam makalah ini untuk merumuskan masalah dan mengidenfikasi dari permasalahan yang terdapat dalam scenario 4 berjudul buta mendadak.dalam scenario tersebut membahas atau mnegupas tentang ablasi retina secara keseluruhan. Demikian tujuan dari pembahasan makalah ini,semoga dapat berguna bagi para pembaca dan penulisnya dan juga menambah pengetahuan dan wawasan para pembacanya.

SGD III ( TIGA )

Page 2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 SkenarioDalam pembahasan makalah ini awalnya kami memulai dari sebuah scenario yang diberikan yaitu :

Modul 17 ( penglihatan ) Scenario 4

Buta mendadakPenderita dating kedokter dengan keluhan terlihatnya benda melayang-layang (floaters),kilatan cahaya ( photosia / light flashes).penglihatan sebagian seperti tertutup tirai dan semakin lama semakin berat.

SGD III ( TIGA )

Page 3

2.2 LEARNING OBJECTIVE Dan selanjutnya kami akan menuju kepada suatu proses pembelajaran,dimana dengan mencari learning objective,yang berguna bagi kami dalam menentukan dari permasalahan yang ada dalam scenario tersebut untuk dibahas secara tepat.Setelah kami melakukan diskusi selama 1 minggu dalam 2 kali pertemuan kami dapat menyimpulkan learning objective adalah sebagia berikut: 1. mengetahui dan memahami definisi ablasi retina,katarak dan glaucoma 2. mengetahui dan memahami klasifikasi ablasi retina,katarak dan glaucoma 3. mengetahui dan memahami etiologi ablasi retina,katarak dan glaucoma 4. mengetahui dan memahami tanda dan gejala ablasi retina,katarak dan glaucoma 5. mengetaui dan memahami patofisiologi ablasi retina.katarak,dan glaucoma 6. mengetahui dan memahami pemeriksaan ablasi retina,katarak dan glaucoma 7. mengetahui dan memahami penatalaksanan ablasi retina,katarak dan glaucoma 8. mengetahui dan memahami pemeriksaan ablasi retina,katarak dan glaucoma

SGD III ( TIGA )

Page 4

2.3 ABLASI RETINA Ablasi retina adalah suatu keadaan terpisahnya sel kerucut dan btang retina dari sel epitel pigmen retina.Pada keadaan ini sel pigmen masih melekat erat dengan membrane Bruch.Sesungguhnya antara sel kerucut dan sel batang tidak terdapat batang retina tidak terdapat suatu perlekatan structural dengan koroid atau pigmen epitel,sehingga merupakan titik lemah yang potensial untuk melepas secara embriologis. Lepasnya retina atau sel kerucut dan batang dari koroid atau sel pigmen epitel akan mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap. ABLASI RETINA REGMATOGENOSA Pada ablasi retina regmatogenosa dimana ablasi terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk kebelakang antara sel pigmen epitel dengan retina.Terjadi pendorongan oleh retina badan kaca air ( fluid vitreous ) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel pigmen koroid. Ablasi terjadi pada mata yang mempunyai factor predisposisi untuk terjadi ablasi retina.Trauma hanya merupakan factor pencetus untuk terjadinya ablasi retina pada mata yang berbakat. Mata yang berbakat untuk terjadi ablasi retina adalah mata dengan myopia tinggi,pasca retinitis dan retina yang memperlihatkan degenerasi di bagian perifer,50% ablasi yang timbul pada afakia terjadi pada tahun pertama.

SGD III ( TIGA )

Page 5

Ablasi retina akan memberikan gejala terdapatnya gangguan penglihatan yang kadangkadang terlihat sebagai tabir yang menutup.Terdapatnya adanya pijaran api ( fotopsia ) pada lapangan penglihatan. Ablasi retina yang berlokalisasi di daerah superotemporal sangat berbahaya karena dapat mengangkat macula.Penglihatan akan turun secara mendadak pada ablasi retina bila lepasnya retina mengenai macula lutea. Pada pemeriksaan funduskopi akan terlihat retina yag terangkat berwarna pucat dengan pembuluh darah diatas dan terlihat adanya robekan retina berwarna merah. Bila bola mata bergerak akan terlihat retina yang lepas ( ablasi ) bergoyang.Kadangkadang terdapat pigmen didalam badan kaca,pupil terlihat adanya efek aferen pupil akibat penglihatan menurun.Tekanan bola mata rendah dan dapat meninggi bila telah terjadi neovaskular glaucoma pada ablasi yang telah ada. Pengobatan pada ablasi retina adalah pembedahan.Sebelumnya pembedahan pasien dirawat dengan mata tertutup.Pembedahan dilakukan secepatnya mungkin dan sebaiknya anatara 1-2 hari. Pengobatan ditunjukan untuk melekatkan kembali bagian retina yang lepas dengan krioterapi atau laser.Krioterapi ini berupa : Krioterapi permukaan ( surface diathermy ) Krioterapi setengah tebal sclera ( partial penetrating diarermy )sesudah reseksi sclera.

SGD III ( TIGA )

Page 6

Hal ini dapat dilakukan dengan atau tanpa mengeluarkan cair subretina.Pengeluaran dilakukan di luar daerah reseksi dan terutama didaerah dimana ablasi paling tinggi. Berbagai teknik bedah lainnya : i. Retinopeksi pneumatic Udara atau gas yang disuntikkan kedalam vitreous dan mempertahankan retina pada posisinya. ii. Sclera buckling Mempertahankan retina diposisinya dengan melekukan sclera menggunakan eksplan yang dijahitkan pada daerah robekan retina. iii. Vitrektomi Pelepasan traksi vitreoretina,jika diperlukan penyuntikan perfluorocarbon atau cairan dan udara atau gas yang dapat mempertahankan posisinya,jika dibutuhkan tamponade retina lebih lama.

Prognosis pascabedah tergantung dari keadaan makulanya,jika sudah terlepas biasanya hasil tidak sempurna,tetapi jika macula masih melekat tindakan bedah harus segera dilakukan dan akan mendapatkan hasil yang lebih baik. ABLASI RETINA EKSUDATIF Ablasi retna eksudatif ablasi yang terjadi akibat tertimbunnya eksudatif di bawah retina dan mengangkat retina.Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cair dari pembuluh darah retina dan koroid ( ekstravasasi ).Hal ini disebabkan penyakit epitel pigmen retina,koroid.Kelainan ini dapat terjadi skleritis,koroiditis,tumor retrobulbar,radang

SGD III ( TIGA )

Page 7

uvea,idiopati,toksemia gravidarum.Cairan di bawah retina tidak dipengaruhi oleh posisi kepala.Permukaan retina yang terangkat terlihat cincin. Penglihatan dapat berkurang dari ringan sampai berat.Ablasi ini dapat hilang atau menetap bertahun-tahun setelah penyebabnya berkurang atau hilang. ABLASI RETINA TARIKAN ATAU TRAKSI Pada ablasi ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut pada badan kaca yang akan mengakibatkan ablasi retina dan penglihatan turun tanpa rasa sakit. Pada badan kaca terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan diabetes mellitus proliferative,trauma dan perdarahan badan kaca akibat bedah atau infeksi. Pengobatan ablasi akibat tarikan didalam kaca dilakukan dengan melepaskan tarikan jaringan parut atau fibrosis di dalam badan kaca dengan tindakan yang disebut sebagai vitrektomi.

2.4 GLAUKOMA Glaucoma berasal dari kata yunani glaukos yang berate hijau kebiruan,yang memberikan kesan warna tersebut pada pupil penderita glaucoma. Kelainan mata glaucoma ditandai dengan meningkatnya tekanan bola mata,atrofi papil saraf optic,dan menciutnya lapang pandang. Penyakit yang ditandai dengan peninggian tekanan intraocular ini,disebabkan :

SGD III ( TIGA )

Page 8

Bertambahnya produksi cairan mata oleh badan siliar Berkurangnya pengeluaran cairan air mata di daerah sudut bilik mata atau diselah pupil ( glaucoma hambatan pupil ).

Pada galukoma akan terdapat melemahnya fungsi mata dengan terjadinya cacat lapang pandang dan kerusakan anatomi berupa ekskavasi ( penggaungan ) serta degenerasi papil saraf optic,yang dapat berakhir dengan kebutaan. Ekskavasi glaukomatosa,penggaungan atau ceruk papil saraf optic akibat glaucoma pada saraf optic.Luas atau dalamnya ceruk ini pada glaucoma congenital dipakai sebagai indicator progresivitas glaucoma. KLASIFIKASI GLAUKOMA Klasifikasi Vaughen untuk glaucoma adalah sebaagai berikut: 1. Glaucoma primer Glaucoma sudut terbuka (glaucoma simpleks ) Glaucoma sudut sempit

2. Glaucoma congenital Primer atau infantile Menyertai kelainan congenital lainnya

3. Glaucoma sekunder Perubahan lensa Kelainan uvea

SGD III ( TIGA )

Page 9

Trauma Bedah Rubeosis Steroid dan lainnya

4. Glaucoma absolute

Dari pembagian diatas dapat dikenal glaucoma dengan bentuk-bentuk I. Glaucoma sudut sempit primer dan sekunder, dengan blockade pupil atau tanpa blockade pupil ) II. III. Glaucoma sudut terbuka primer dan sekunder Kelainan pertumbuhan,primer ( congenital,infantile,juvenile ),sekunder kelainan pertumbuhan lain pada mata.

GLAUKOMA PRIMER Glaucoma dengan etiologi tidak pasti,dimana tidak didapatkan kelainan yang merupakan penyebab glaucoma. Glaucoma ini didapatkan pada orang yang telah memiliki bakat bawaan glaucoma,seperti: a) Bakat dapat berupa gangguan fasilitas pengeluaran cairan mata atau susunan anatomis bilik mata yang menyempit b) Mungkin disebabkan kelainan pertumbuhan pada sudut bilik mata depan

SGD III ( TIGA )

Page 10

( goniodisgenesis ),berupa trubekulodisgenesis,iriodisgenesis dan korneadisgenesis dan yang paling sering berupa trabekulodisgenesis dan goniodisgenesis. Trabekulodisgenesis adalah : Barkan menemukan membrane yang persisten menutupi permukaan trabekula Iris dapat berinsersi pada permukaan trabekula tepat pada sclera spur atau agak lebih ke depan. Goniodisgenesis Glaucoma primer bersifar bilateral,yang tidak sesuai simetris dengan sudut bilik mata terbuka ataupun tertutup,pengelompokan ini berguna untuk penatalaksanaan dan penelitian.Untuk setiap glaucoma di perlukan pemeriksaan gonioskopi. GLAUKOMA SIMPLEKS Glaucoma simpleks adalah glaucoma yang penyebab tidak diketahui.Merupakan suatu glaucoma primer yang di tandai dengan sudut bilik mata terbuka.Glaukoma simpleks ini diagnosisnya dibuat bila ditemukan glaucoma pada kedua mata pada pemeriksaan pertama,tanpa ditemukan kelainan yang dapat merupakan penyebab. Pada umumnya glaucoma simpleks ditemukan pada usia lebih dari 40 tahun,walaupin penyakit ini kadang-kadang ditemukan pada usia muda.Diduga glaucoma simpleks diturunkan secara dominan atau resesif pada kira-kira 50% penderita,secara genetic penderitanya adaolah homozigot.Terdapat pada 99% penderita glaucoma primer dengan hambatan pengeluaran cairan mata ( akous humor ) pada jalinan trabekulum dank anal schlemm.Terdapat factor resiko pada

SGD III ( TIGA )

Page 11

seseorang untuk mendapatkan glaucoma seoerti diabetes mellitus,dan hipertensi,kulit berwarna dan myopia. Bila pengaliran cairan air mata ( akous humor ) keluar disudut bilik mata normal maka disebut glaucoma hipersekresi. Ekskavasi papil,degenerasi papil dan gangguan lapang pandang dapat disebabkan langsung atau tidak langsung oleh tekanan bola mata pada papil saraf optic dan retina atau pembuluh darah yang memperdarahinya. Mulai timbulnya gejala glaucoma simpleks ini agak lambat yang kadang-kadang tidak di sadari oleh penderita sampai akhirnya berlanjut dengan kebutaan.Pada keadaan ini glaucoma simpleks tersebut berakhir dengan glaucoma absolute. Pada galukoma simpleks tekanan bola mata sehari-hari tinggi atau lebih dari 20 mmHg.Mata tidak merah atau tidk terdapat keluhan,yang mengakibatkan terdapatnya gangguan susunan anatomis dan fungsi tanpa di sadari oleh penderita.Akibat tekanan tinggi akan terbentuk atrofi papil disertai dengan ekskavasio glaukomatosa. Gangguan saraf oprik akan terlihat sebagai gangguan fungsinya berupa penciutan lapang pandang.Pada waktu pengukuran bila didapatkan tekanan bola mata normal sedang terlihat gejala gangguan fungsi saraf optic seperti glaucoma mungkin hal ini akibat adanya variasi diural.Patut dipikirkan kemungkinan pengukuran tekanan dilakukan dalam kurva rendah daripada variasi diural.Dalam keadaan ini maka dilakukan uji provokasi minuman air,pilokarpin,uji variasi diural provokasi steroid.

SGD III ( TIGA )

Page 12

Glaucoma primer yang kronis da berjalan lambat sering tidak ketahui bila mulainnya,karena keluhan pasien amat sedikit atau samar.Misalnya mata sebelah terasa berat,kepala pening sebelah,kadang-kadang penglihatan kabur dengan anamnesa tidak khas.Pasien tidak mengeluh adanya halo dan memerlukan kaca mata koreksi untuk presbiopia lebih kuat dibandingkan usianya.Kadang-kadang tajam penglihatan tetap normal sampai keadaan glaukomanya sudah berat. Bila diagnosis sudah dibuat maka penderita sudah harus memakai obat seumur hidup untuk mencegah kebutaan.Tujuan pengobatan pada glaucoma simpleks adalah untuk memperlancar pengeluaran cairan mata ( akous humor ) atau usaha untuk memperlancar mengurangi produksi cairan mata ( akous humor ). Diberikan pilokarpin tetes mata 1-4% dan bila perlu dapat ditambah dengan asetazolamid 3 kali satu hari.Bila dengan pengonbatan tekanan bola mata masih belum terkontrol atau kerusakan papil saraf optic berjalan terus disertai dengan penciutan kampus progresif maka dilakukan pembedahan. Pemeriksaan glaucoma simpleks : Bila tekanan 21 mmHg,sebaiknya dikontrol rasio C/D,periksa lapang pandang sentral,temukan titik buta yang meluas dan skotoma sekitar titik fiksasi. Bila tensi 24-30 mmHG,control lebih ketat dan lakukan pemeriksaan di atas bila masih dalam batas-batas normal mungkin satu hipertensi okuli.

SGD III ( TIGA )

Page 13

Bila sudah dibuat diagnosis glaucoma dimana tekanan mata diatas 21 mmHG dan terdapat kelainan pada lapng pandangan dan papil maka berikan pilokarpin 2% 3 kali sehari.Bila pada control tidak terdapat perbaikan ditambahkan timolol 0.25% 1-2 dd sampai 0.5%.asetazolamida 3 kali 250 mg atau epinefrin 1-2% 2 dd.Obat ini dapt diberikan dalam bentuk kombinasi untuk mendapatkan hasil yang efektif. Bila pengobatan tidak berhasil maka dilakukan trabekulektomi laser atau pembedahan trabekulektomi. Prognosis sangat tergantung pada penemuan dan pengobatan dini.Pembedahan tidak seluruhnya menjamin kesembuhan mata. Tindakan pembedahan merupakan tindakan untuk membuat filtrasi cairan air mata ( akous humor ) keluar bilik mata dengan operasi scheie,trabekulektomi dan iridenkleisis.Bila gagal maka akan buta total. Pada galukoma simpleks ditemukan perjalanan penyakit yang lama akan tetapi berjalan terus sampai berakhir dengan kebutaan yang disebut sebagai glaucoma absolute.Karena perjalanan pentakit demikian maka glaucoma simpleks disebut sebagai maling penglihatan. GLAUKOMA ABSOLUT Glaucoma absolute merupakan stadium akhir glaucoma ( sempit atau terbuka ) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaucoma absolute kornea terlihat keruh,bilik mata dangkal,papil atrofi dengan ekskavasi glaukomatosa,mata keras seperti batu dan dengan rasa sakit.

SGD III ( TIGA )

Page 14

Sering mata dengan buta ini mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris,keadaan ini menimbulkan penyulit berupa neovaskularisasi pada iris.keadaan ini memberikan rasa sakit sekali akibat timbulnya glaucoma hemoragik Pengobatan glaucoma absolute dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar untuk menekan fungsi badan siliar,alcohol retrobulbar atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi dan memberikan rasa sakit.

2.5 KATARAK

Katarak adalah sejenis kerusakan mata yang menyebabkan lensa mata berselaput dan rabun. Lensa mata menjadi keruh dan cahaya tidak dapat menembusinya, bervariasi sesuai tingkatannya dari sedikit sampai keburaman total dan menghalangi jalan cahaya. dalam perkembangan katarak yang terkait dengan usia penderita dapat menyebabkan penguatan lensa, menyebabkan penderita menderita miopi, menguning secara bertahap dan keburaman lensa dapat mengurangi persepsi akan warna biru. Katarak biasanya berlangsung perlahan-lahan menyebabkan kehilangan penglihatan dan berpotensi membutakan jika tidak diobati. Kondisi ini biasanya memengaruhi kedua mata, tapi hampir selalu satu mata dipengaruhi lebih awal dari yang lain. Sebuah katarak senilis, yang terjadi pada usia lanjut, pertama kali akan terjadi keburaman dalam lensa, kemudian pembengkakan lensa dan penyusutan akhir dengan kehilangan transparasi seluruhnya. Selain itu, seiring waktu lapisan luar katarak akan mencair dan membentuk cairan putih susu, yang dapat menyebabkan peradangan berat jika pecah kapsul lensa dan terjadi kebocoran. bila tidak diobati, katarak dapat menyebabkan glaukoma.

SGD III ( TIGA )

Page 15

EpidemiologiKatarak yang terjadi akibat usia lanjut bertanggung jawab atas 48% kebutaan yang terjadi di dunia, yang mewakili 18 juta jiwa, menurut WHO. kelayakan bedah katarak di beberapa negara belum memadahi sehingga katarak tetap menjadi penyebab utama kebutaan. Bahkan di mana ada layanan bedah yang tersedia, pengelihatan rendah yang terkait dengan katarak masih dapat dijumpai, sebagai hasil dari lamanya menunggu untuk operasi dan hambatan untuk dioperasi, seperti biaya, kurangnya informasi dan masalah transportasi. Di Amerika Serikat, katarak yang terjadi akibat usia lanjut dilaporkan mencapai 42% dari orang-orang antara usia 52 sampai 64, 60% dari orang-orang antara usia 65 dan 74, dan 91% dari mereka antara usia 75 dan 85 tahun.

Klasifikasi katarakBerdasarkan usia katarak dapat diklasifikasikan dalam : 1. Katarak congenital,katarak yang sudah terlihat pada usia dibawah 1 tahun. 2. Katarak juvenile,katarak yang sudah sesudah usia dibawah 1 tahun. 3. Katarak sensil,katarak setelah usia 50 tahun. 4. KATARAK KONGENITAL Katarak congenital adalah katarak yang mulai terjadi sebelum atau segera setelah lahir dan bayi berusia kurang 1 tahun. Katarak congenital merupakan penyebab kebutaan bayi yang cukup berarti terutama akibat penanganannya yang kurang tepat. Katarak congenital digolongkan dalam katarak : 1. Kapsulolentikular dimana pada golongan ini termasuk katarak kapsular dan katarak Polaris. 2. Katarak lentikular termasuk dalam golongan ini katarak yang mengenai korteks atau nucleus lensa saja.

SGD III ( TIGA )

Page 16

Pemeriksaan darah pada katarak congenital perlu dilakukan karena ada hubungan katarak congenital dengan diabetes mellitus ,kalsium dan fosfor.hampir 50 % dari katarak congenital adalah sparodik dan tidak diketahui penyebabnya. Penanganan tergantung pada unilateral dan bilateral,adanya kelainan mata lain,dan saat terjadinya katarak.katarak congenital prognosisnya kurang memuaskan karena tergantung pada bentuk katarak dan mungkin sekali pada mata tersebut telah terjadi ambliopia.bila terdapat nistagmus maka keadaan ini menunjukkan hal yang buruk pada katarak congenital. Dikenal bentuk-bentuk katarak congenital : Katarak piramidalis atau poralis anterior Katarak piramidalis atau poralis posterior Katarak zonularis atau lamelaris Katarak pungtata dan lain-lain.

Katarak congenital sering ditemukan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu-ibu yang menderita penyakit rubella,galaktosemia,homoseisteinuri,diabetes mellitus,hipoparatiroidism,homosisteinuri,toksoplasmosis, inklusi sitomegalik, dan histoplasmosis,penyakit lain yang nyertai katarak congenital biasanya merupakan penyakit-penyakit herediter seperti mikroftalmus,aniridia,koloboma iris,keratokonus,iris heterrokmia,lensa ektopik,dysplasia retina,dan megalo kornea. Kekeruhan pada katarak congenital dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan bagian morfologi. Tindakan pengobatan pada katarak congenital adalah operasi. Operasi katarak congenital dilakukan bila rafleks fundus tidak tampak. Biasanya bila katarak bersifat total, operasi dapat dilakukan pada usia 2 bulan atau lebih muda bila telah dapat dilakukan pembiusan.

-

Tindakan bedah pada katarak congenital yang umum dikenal adalah disisio lensa,ekstraksi liniar,ekstraksi dengan aspirasi.

Pengobatan katarak congenital bergantung pada: 1. Katarak total bilateral ,dimana sebaiknya dilakukan pembedahan secepatnya segera katarak terlihat. 2. Katarak total unilateral,dilakukan pembedahan 6 bulan sesudah terlihat atau segera sebelum terjadinya juling ; bila terlalu muda akan mudah terjadi ambliopia bila tidak

SGD III ( TIGA )

Page 17

dilakukan tindakan segera: perawatan untuk ambliopia sebaiknya dilakukaan sebaikbaiknya. 3. Katarak total atau congenital unilateral,mempunyai prognosis yang buruk,karena mudah sekali terjadinya ambliopia;karena itu sebaiknya dilakukan pembedahan secepat mungkin,diberikan kacamata segera dengan latihan bebat mata. 4. Katarak bilateral partial,biasanya pengobatan lebih konvertive sehingga sementara dapat dicoba dengan kacamata atau midriatika; bila terjadi kekeruhan yang progresif disertai dengan mulainya tanda-tanda juling dan ambliopia maka dilakukan pembedahan,biasanya mempunyai prognosis yang lebih baik.

KATARAK RUBELA

Rubela pada ibu dapat mengakibatkan katarak pada lensa fetus. Terdapat 2 bentuk kekeruhan sentral dengan perifer jernih seperti mutiara atau kekeruhan diluar nukleur yaitu kortek anterior dan posterior atau total.mekanisme terjadinya tidak jelas,akan tetapi diketahui bahwa rubel dapat dengan mudah melalui barier placenta.visus ini dapat masuk atau terjepit didalam vesikel lensa dan bertahan didalam lensa sampai 3 tahun.

KATARAK JUVENIL

Katarak yang lembek dan terdapat pada orang muda yang mulai terbentuknya pada usia kurang dari 9 tahun atau lebih dari 3 bulan.katarak juvenile biasanya merupakan kelanjutan katarak congenital. Katarak juvenile biasanya merupakan penyulit penyakit sistemik ataupun metabolic dan penyakit lainya seperti: 1. Katarak metabolic Katarak diabetek dan galaktosemik(gula) Katarak hipokalsemik(tetanik) Katarak defisiensi gizi Katarak aminoasiduria (termasuk sindrom lowed an homosistinuria) Penyakit Wilson Katarak berhubungan dengan kelainan metabolic lain.

SGD III ( TIGA )

Page 18

2. Otot - Distrofi miotonik (umur 20 tahun sampai 30 tahun) 3. Katarak traumatic 4. Katarak komplikata - Kelainan congenital dan herediter (siklopia,koloboma, mikroftalmia,aniridia,pembuluh hialoid persisten, heterokromia iridris) - Katarak degenerative (dengan myopia dan distrofi vitreotinal),seperti wagner dan renitis pigmentosa,dan neoplasma) - Katarak anoksik - Toksik (kartikosteroid sistemik atau topical,ergot,naftalein,dinitrofenol,triparanol (MER29),antikholinesterase,klorpromazin,miotik,klorpromozin,busulfan,dab besi) - Kelainan congenital,sindrom tertentu,disertai kelainan kulit (sindermatik),tulang (disostosis kraniofasial,osteogenesis inperfakta,dan kromosom. - Katarak radiasi.

KATARAK SENIL Katarak senile adalah semua kekeruhan lensa yang terdapat pada lanjut usia,yaitu usia di atas 50 tahun.penyebabnya sampai sekarang tidak diketahui secara pasti. Konsep penuaan: Teori putaran balik Jaringan embrio manusia dapat membelah diri 50 kali Iminologis Teori mutasi spontan Teori A free radical Teori Across-link

Katarak senile secara klinik dikenal dalam 4 stadium yaitu insipient,imatur,intumesen,matur,hipematur dan morgagni. Katarak insipien.pada stadium ini akan terlihat hal-hal berikut:

SGD III ( TIGA )

Page 19

Kekeruhan mulai dari tepi ekuator berbntuk jeriji menuju korteks anterior dan posterior (katarak kartikal) Katarak intumesen.kekeruhan lensa disertai pembengkakan lensa akibat lensa yang degenerative menyerap air.masuknya air kedalam celah lensa mengakibatkan lensa menjadi bengkak dan besar yang akan mendorong iris sehingga bilik mata menjadidangkal disbanding dengan kejadian normal. Katarak imatur.sebagian lensa keruh atau katarak.katarak yang belum mengenai seluruh lapis lensa.pada katarak imatur akan dapat bertambah volume lensa akibat mningkatnya tekanan osmotic bahan lensa yang degenerative. Katarak matur.pada katarak matur kekeruhan telah mengenai seluruh masa lensa.kekeruhan ini bisa jadi akibat deposisi ion ca yang menyeluruh. Katarak hipermatur.katarak yang mengalami proses degenerasi lanjut,dapat menjadi keras atau lembek dan mencair.masa lensa yang berdegenerasi keluar dari kapsul lensa sehingga lensa menjadi mengecil,berwarna kuning dan kering. Katarak morgagni. Proses katarak berjalan lanjut disertai dengan kapsul yang tebal maka korteks yang berdegenerasi dan cair tidak dapat keluar ,maka korteks akan memperlihatkan bentuk sebagai sekantong susu disertai dengan nucleus yang terbenam didalam korteks lensa karena lebih berat. Katarak brunesen.katarak yang bewarna coklat sampai hitam (katarak nigra) terutama pada lensa juga dapat terjadi pada katarak pasien diabetes miletus dan myopia tinggi. Pengobatan katarak senile yang dapat di pakai adalah: -iodium tetes salep,injeksi dan lontoforesis,tidak jelas efektif,sedang beberapa pasien puas -kalsium sistein -imunisasi dengan yang memperbaiki cacat metabolism lensa -dipakai lentokalin dan katarak tolisin dari lensa ikan -vitamin dosis tinggi juga di pergunakan Katarak diabetes Katarak diabetic merupakan katarak yang terjadi akibat adanya penyakit diabetes mellitus.

SGD III ( TIGA )

Page 20

Pasien dengan dehidrasi berat,asidosis dan hiperglikemia nyata,pada lensa akan terlihat kekeruhan berupa garis akibat kapsul lensa berkerut.Bila dehidrasi lama akan terjadi kekeruhan lensamkekeruhan akan hilang bila terjadi rehidrasi dan kadar gula normal kembali. Pasien diabetes juvenile dan tua tidak terkontrol,dimana terjadi katarak serentak pada kedua mata dalam 48 jam,bentuk dapat show flake atau bentuk piring subkapsular. Katarak pada pasien diabetes mellitus dewasa dimana gambaran secara histologik dan biokimia sama dengan katarak pasien nondiabetik.

Beberapa pendapat menyatakan bahwa pada keadaan hiperglikemia terdapat penimbunan sorbital dan fruktosa didalam lensa. Pada mata telihat peningkatan incident maturasi katarak yang lebih pada pasien diabetes.Adalah jarang ditemukan true diabetic katarak.pada lensa akan terlihat kekeruhan tebaran salju subkapsular yang sebagai jernih dengan pengobatan.Diperlukan pemeriksaan tes urine dan pengukuran darah gula puasa. Galaktosemia pada bayi akan memperlihatkan kekeruhan anterior dan subkapsular posterior.bila dilakukan tes galaktosa akan terlihat meningkat didalam darah dan urine. Katarak sekunder Katarak sekunder terjadi akibat terbentuknya jaringan fibrosis pada sisa lensa yang tertinggal,paling cepat keadaan ini terlihat sesudah 2 hari EKEK.bentuk lain yang merupakan proliferasi epitel lensa pada katarak sekunder berupa mutiara Elsching dan

SGD III ( TIGA )

Page 21

cincin Soemmering.Katarak sekunder merupakan fibrin sesudah suatu operasi katarak ekterna kapsular atau sesudah trauma yang memecahkan lensa. Cincin Soemmering mungkin akan bertambah besar oleh karena daya regenerasi epitel yang terdapat di dalamnya.Cincin Soemmering terjadi akibat kapsul anterior yang pecah dan traksi kea rah pinggir-pinggir melekat pada kapsula posterior meninggalnya daerah yang jenih di tengah dan membentuk gambaran cincin.pada cincin ini tertimbun serabut lensa epitel yang berproliferasi. Mutiara Elshing adalah epitel subkapsular yang berproliferasi dan membesar sehingga tampak sebagai busa sabun atau telur kodok. Elsching pearl ini mungkin akan menghilangkan dalam beberapa tahun oleh karena pecah dindingnya. Pengobatan katarak seknder adalah pembedahan seperti disisio katarak sekunder,kapsulotomi,memberanektomi atau mengeluarkan seluruh membrane keruh. Pengobatan katarak senile terutama dalam pembedahan Beberapa pembedahan katarak yang dikenal adalah: Menekan lensa hingga jatuh ke dalam badan kaca ( couching ) Kemudian penggunakan midriatika Jarum penusuk dari emas ( tahun 1700 ) Aspirasi memakai jarum Memakai sendol daviel Pinset kapsul + zoline

SGD III ( TIGA )

Page 22

Erisofek ( erisiphake ) Memakai krio teknik kabon dioksid,Freon,termoelektrik Mengeluarkan nucleus lensa dan aspirasi korteks lensa Fako ( phacoemulsifiction )

Ekstraksi katarak adalah cara pembedahan dengan mengngkat lensa yang katarak.dpat melakukan dengan intrakapsular yaitu mengeluarkan lensa bersama dengan kapsular lensa atau ekstrakapsular yaitu mengeluarkan isi lensa ( korteks dan nucleus ) melalui kapsul anterior yang di robek ( kapsulotomi anterior ) dengan meninggalkan kapsul posterior.Tindakan bedah ini pada saat ini di anggap lebih baik karena mengurangi beberapa penyulit.

SGD III ( TIGA )

Page 23

BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan

Dari penyusunan makalah ini ditemukan kesimpulan ayng berkaitan dengan tujuan pembuatan dan judul dari makalah dan kesimpulan yaitu bahwa dikatakan kebutaan jika seseorang tidak bias melihat dengan jarak 20/60.banyak penyakit yang bias menyebabkan kebutaan tersebut yaitu ablasi retina,katarak dan glaucoma. 3.2 saran dalam penyelesai makalah ini kami memberikan saran bagi para pembaca dan mahasiswa yang akan melakukan pembuatan makalah berikutnya : 1.kombinasikan metode pembuatan makalah ini 2.pembahasan yang lebih mendalam disertai gambaran-gambaran gangguan ablasi,katarak dan glaucoma. 3.pembahasan secara langsung saran yang kami berikan apabila ada pihak-pihak yang ingin melanjutkan penelitian terhadap makalah ini,dan demikian makalah ini disusun serta besar harapan nanatinya makalah ini dapat berguna bagi pembaca khususnya mahasiswa fakultas kedokteran UISU semester V/2011 dalam penambahan wawasan dan ilmu pengetahuan.

SGD III ( TIGA )

Page 24

Daftar pustakaKuliah pakar dr.reni guspita Sp,M Ilyas,sidarta:ilmu penyakit mata.jakarta,2009,FK UI.

SGD III ( TIGA )

Page 25

NAMA PENYUSUN

KETUA SEKRETARIS ANGGOTA

:Nafratul muhayya :Deswina putri : Anes Fandiara Debut rival perdana Idham fahreza M.angga lukman Muchtar hutomo Febora gemadaulne Ratna willys Desy aramaya Desy primasuci Waode sartini Syifah nurlatifah

SGD III ( TIGA )

Page 26