referat full konsul 3

53
REFERAT ETIKOLEGAL DONOR ORGAN DARI PENDONOR HIDUP PEMBIMBING: dr. H. Nurtjahjo, Sp.F, SH Oleh : DM UNEJ KELOMPOK IV 1. Rika Ainun Tikha 072011101048 2. Rizka Arifani 072011101050 3. Rizqi Daniar 072011101054 4. Wilis Nurkumala 072011101056 5. Ida Bagus M. 072011101062 6. Mirandasari 072011101063

Upload: sergius-stanley

Post on 12-Aug-2015

63 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

Page 1: Referat Full Konsul 3

REFERAT

ETIKOLEGAL DONOR ORGANDARI PENDONOR HIDUP

PEMBIMBING:

dr. H. Nurtjahjo, Sp.F, SH

Oleh :

DM UNEJ KELOMPOK IV

1. Rika Ainun Tikha 072011101048

2. Rizka Arifani 072011101050

3. Rizqi Daniar 072011101054

4. Wilis Nurkumala072011101056

5. Ida Bagus M. 072011101062

6. Mirandasari 072011101063

DEPARTEMEN ILMU KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGALFAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

RSUD DR. SOETOMO SURABAYA

2012

Page 2: Referat Full Konsul 3

PENGESAHAN

Referat berjudul Etikolegal Donor Organ dari Pendonor Hidup telah

disetujui dan disahkan oleh Departemen/Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik dan

Medikolegal – RSUD dr. Soetomo pada:

Hari :

Tanggal :

Tempat : Departemen/Instalasi Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal

Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga – RSUD dr. Soetomo

Penyusun : DM UNEJ KELOMPOK IV

(Periode 30 Juli – 9 September 2012)

1. Rika Ainun Tikha 072011101048

2. Rizka Arifani 072011101050

3. Rizqi Daniar 072011101054

4. Wilis Nurkumala 072011101056

5. Ida Bagus M. 072011101062

6. Mirandasari 072011101063

Surabaya, 2012 Pembimbing Koordinator Pendidikan

dr. H. Nurtjahjo Sp.F, S.H drg. Wieke Lutviandari, DFMNIP. NIP.19600913 198711 2 001

Page 3: Referat Full Konsul 3

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan YME atas segala rahmat

dan kemudahan, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas referat dengan judul

“ETIKOLEGAL DONOR ORGAN DARI PENDONOR HIDUP”, sebagai salah

satu tugas akademis dalam kepaniteraan klinik di laboratorium Ilmu Kedokteran

Forensik dan Medikolegal RSUD dr. Soetomo Surabaya.

Dalam rangka selesainya referat ini, kami mengucapkan terima kasih

kepada :

1. dr. H. Hoediyanto, Sp.F (K), Ketua SMF Kedokteran Forensik dan

Medikolegal RSUD dr. Soetomo Surabaya.

2. Dr. dr. Ahmad Yudianto, Sp.F, SH, M.Kes, Kepala Instalasi Kedokteran

Forensik dan Medikolegal RSUD dr. Soetomo Surabaya.

3. dr. Wieke Lutviandari DFM, Koordinator Pendidikan S1 Kedokteran

Forensik dan Medikolegal di Departemen IKFM – FKUA / RSUD dr.

Soetomo Surabaya

4. dr. H. Nurtjahjo, Sp.F, SH, Pembimbing referat kami.

5. Dokter - Dokter PPDS di Laboratorium IKFM – FKUA/ RSUD dr.

Soetomo Surabaya.

6. Rekan – Rekan Dokter Muda di Laboratorium IKFM – FKUA/ RSUD dr.

Soetomo Surabaya.

Kami menyadari bahwa penulisan referat ini masih belum sempurna, maka

kami mengharapkan segala kritik dan saran yang dapat pembaca berikan.

Penulis

Page 4: Referat Full Konsul 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...............................................................................................i

LEMBAR PENGESAHAN .....................................................................................ii

DAFTAR ISI ............................................................................................................iii

BAB I. PENDAHULUAN ........................................................................................ 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................................2

1.3 Tujuan .................................................................................................................3

1.4 Manfaat ................................................................................................................3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 4

2.1 Etikolegal Kedokteran ........................................................................................4

2.2 Donor Organ .......................................................................................................6

2.2.1 Definisi Donor Organ ........................................................................................6

2.2.2 Sejarah Transplantasi..........................................................................................7

2.2.3 Perkembangan Donor Organ di Indonesia.......................................................10

2.2.4 Syarat-Syarat Donor Organ...............................................................................12

2.2.5 Tata Cara Donor ..............................................................................................16

2.2.6 Contoh Kasus Donor Organ .............................................................................18

2.3 Pembahasan Etikolegal Donor Organ ............................................................20

2.3.1 Dasar Etik Kedokteran terkait Donor Organ ...................................................20

2.3.2 Dasar Hukum terkait Donor Organ ................................................................20

2.3.3 Pandangan Agama terkait Donor Organ .........................................................22

BAB III. PENUTUP ...............................................................................................26

3.1 Kesimpulan .......................................................................................................26

3.2 Saran ...................................................................................................................26

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................27

LAMPIRAN .............................................................................................................29

Page 5: Referat Full Konsul 3

BAB 1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan kesehatan perorangan ditujukan untuk meningkatkan

kesadaran, kenyamanan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang dalam

rangka mewujudkan derajat kesehatan yang optimal sebagai salah satu unsur

kesejahteraan umum sebagaimana yang diamanatkan di dalam pembukaan

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (UU RI Nomor

29 Tahun 2004).

Dokter sebagai salah satu komponen pemberi pelayanan kesehatan kepada

masyarakat mempunyai peranan yang sangat penting karena terkait langsung

dengan mutu pelayanan. Selain itu seiring dengan perkembangan ilmu

pengetahuan dan teknologi kedokteran, banyak ditemukan inovasi baru demi

meningkatkan derajat kesehatan pasien, salah satunya adalah metode pengobatan

yang semakin beragam. Salah satu dari sekian banyak metode pengobatan terkini

adalah dengan donor organ (KODEKI, 2002).

Donor organ menjadi penting seiring dengan berkembangnya variasi jenis

penyakit, jumlah pasien, dan permintaan donor organ yang semakin lama semakin

meningkat (Huml, 2009). Di Indonesia, keterbatasan donor menjadi salah satu

penyebab transplantasi sulit dilakukan.  Jumlah donor di Indonesia masih sangat

kecil, hanya 15 donor ginjal per tahunnya, dibandingkan dengan 2.000 kasus baru

penyakit ginjal kronik tahap akhir per tahunnya. Timpangnya jumlah permintaan

organ tubuh dibandingkan dengan jumlah pasien inilah yang kemudian

menyuburkan praktek illegal jual-beli organ tubuh manusia (Wijaya, 2010). Minat

orang menjual organ tubuhnya demi mendapatkan uang semakin meningkat dan

terbuka. Salah satu organ yang paling sering diperjualbelikan adalah ginjal.

Penawaran organ dilakukan melalui surat elektronik (e-mail), surat tertulis ke

pihak Rumah Sakit (RS), surat pembaca di media cetak, serta mendatangi

organisasi kesehatan yang menaungi pasien dengan penyakit tertentu (Gayatri,

2007).

Page 6: Referat Full Konsul 3

Hal ini membutuhkan perhatian khusus utamanya dari penyedia layanan

kesehatan, dalam hal ini institusi kesehatan maupun paramedis, untuk tetap

memberikan standar pelayanan yang tertinggi kepada pasien. Harus terdapat

sinergi yang baik pula antara aturan, pelaku kesehatan (dokter), dan pasien untuk

menyukseskan proses donor organ. Oleh karena itu untuk menjaga agar dalam

pelaksanaanya proses donor ogan bisa bejalan dengan baik dibutuhkan sebuah

aturan, yang berlandaskan ideologi di negara masing masing. Di Indonesia setidak

nya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan yakni nilai etik (KODEKI dan

LSDI), nilai hukum (UU kesehatan, UU praktek kedokteran, PP, dan KUH

pidana/ perdata), dan kajian keagamaan yang akan menjaga pelaksanaan praktek

kedokteran khususnya dalam hal donor organ (Gayatri,2007).

Diperlukan kesadaran dan pemahaman dari dokter dan pasien untuk

menaati persyaratan serta melaksanakan prosedur pendonoran organ dengan baik.

Terutama sebagai seorang dokter, juga harus lebih memperhatikan masalah

etikolegal donor organ di Indonesia, sebab saat ini masalah etikolegal pada

praktek-praktek pelayanan kesehatan sedang banyak disoroti oleh masyarakat.

Kerjasama dan hubungan yang baik antara dokter dan pasien sangat dibutuhkan

untuk memperkecil celah terjadinya pelanggaran etik maupun hukum, sehingga

tujuan peningkatan pelayanan kesehatan masyarakat pun dapat tercapai (Wijaya,

2010).

1.2 Rumusan Massalah

Berdasarkan uraian diatas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan

adalah sebagai berikut:

Bagaimanakah aspek etikolegal pada donor organ yang berasal dari orang hidup?

2

Page 7: Referat Full Konsul 3

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui segala sesuatu tentang aspek etikolegal donor organ

yang berasal dari orang hidup

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui definisi, tata cara, perkembangan dan kasus donasi

organ dari orang hidup.

2. Untuk mengetahui dasar etik kedokteran dan dasar hukum donasi

organ dari orang hidup

3. Untuk membahas kasus donasi organ dari orang hidup dari sudut

pandang etik, hukum, dan agama.

4. Untuk mengetahui peran profesi kedokteran dalam kasus-kasus donasi

organ.

1.4 Manfaat

1. Sebagai sarana untuk mengembangkan kemampuan penulisan karya

ilmiah.

2. Sebagai sarana menambah wawasan khususnya tentang donasi organ

dari orang hidup.

3. Sebagai wacana untuk membuka wawasan para dokter muda

mengenai donasi organ dari orang hidup.

4. Sebagai referensi penulisan karya ilmiah serupa dan koleksi

kepustakaan materi donasi organ, khususnya yang berasal dari orang

hidup.

5. Sebagai sarana referensi bagi pihak-pihak yang membutuhkan

informasi tentang donasi organ, khususnya yang berasal dari orang

hidup.

6. Sebagai media promosi kepada masyarakat untuk menjadi pendonor

organ.

3

Page 8: Referat Full Konsul 3

4

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Etikolegal Kedokteran

Istilah etik berasal dari kata ethos yang menyangkut norma kesopanan/

kesusilaan. Istilah ini muncul dari Aristoteles (seorang filsuf Yunani): ethos

yang berarti adat budi pekerti. Turunan kata Ethos dikenal dengan istilah Etik.

Menurut Banning (1949) istilah Etik menyangkut kelakuan / perbuatan manusia

untuk menimbang baik dan buruknya sesuatu. Dalam kode etik kedokteran 1980

(Suprapti Samil) mengatakan bahwa istilah etik terbentuk dari dua perkataan

yaitu “mores of a community” dan “ethos of the people” (kesopanan suatu

masyarakat dan akhlak manusia). Menurut istilah Latin, mores adalah adat-

istiadat, kelakuan, tabiat, watak, akhlak, sedangkan “ethica” berarti kesusilaan.

Hal ini mencerminkan hakekat perilaku seorang dokter yang harus selalu

mengacu pada adat istiadat masyarakat berakhlak serta kesusilaan/kesopanan,

dan bermoral dalam kehidupan dan tugasnya.

Menurut Martin (1993), etika didefinisikan sebagai “the discpline which can

act as the performance index or reference for our control system”. Dengan

demikian, etika akan memberikan semacam batasan maupun standar yang akan

mengatur pergaulan manusia di dalam kelompok sosialnya. Dalam pengertiannya

yang secara khusus dikaitkan dengan seni pergaulan manusia, etika ini kemudian

dirupakan dalam bentuk aturan (code) tertulis yang secara sistematik sengaja

dibuat berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat yang dibutuhkan

akan bisa difungsikan sebagai alat untuk menghakimi segala macam tindakan

yang secara logika-rasional umum (common sense) dinilai menyimpang dari kode

etik. Dengan demikian etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan “self

control”, karena segala sesuatunya dibuat dan diterapkan dari dan untuk

kepentingan kelompok sosial (profesi) itu sendiri.

Selanjutnya, karena kelompok profesional merupakan kelompok yang

berkeahlian dan berkemahiran yang diperoleh melalui proses pendidikan dan

pelatihan yang berkualitas dan berstandar tinggi yang dalam menerapkan semua

keahlian dan kemahirannya yang tinggi itu hanya dapat dikontrol dan dinilai dari

4

Page 9: Referat Full Konsul 3

5

dalam oleh rekan sejawat, sesama profesi sendiri. Kehadiran organisasi profesi

dengan perangkat “built-in mechanism” berupa kode etik profesi dalam hal ini

jelas akan diperlukan untuk menjaga martabat serta kehormatan profesi, dan

disisi lain melindungi masyarakat dari segala bentuk penyimpangan maupun

penyalah-gunaan keahlian (Wignjosoebroto, 1999).

Menurut UU No. 29/2004 tentang praktik kedokteran menjelaskan tentang

profesi kedokteran sebagai “Pekerjaan Kedokteran yang dilaksanakan berdasarkan

suatu keilmuan, kompetensi yang diperoleh melalui pendidikan yang berjenjang,

dan kode etik yang bersifat melayani masyarakat” berdasarkan definisi tersebut

terlihat bahwa kedokteran memenuhi semua kriteria diatas sehingga secara

otomatis mempunyai etik tersendiri yang kemudian dibakukan dalam Kode Etik

Kedokteran Indonesia (KODEKI). Dalam melaksanakan fungsinya, seorang

dokter selalu berpedoman pada sumpah dokter yang diucapkan saat mengucapkan

sumpah jabatan profesi. Tidak hanya itu, pelaksanaan profesi kedokteran juga

terkait oleh hukum, yaitu diatur dalam peraturan perundangan yang berlaku pada

suatu negara yang ditempatinya.

Indonesia adalah negara hukum, dimana segala pelaksanaan kegiatan,

termasuk pelaksanaan praktek profesi kedokteran, telah diatur dalam aturan

perundang-undangan. Sehingga, setiap warga negara Indonesia dalam hal ini

termasuk dokter juga dibatasi oleh hukum. Mulai dari Pancasila, Undang-undang

dasar 1945, Peraturan pemerintah, dan permenkes adalah koridor hukum yang

menjaga profesi kedokteran agar tetap berjalan dengan baik namun tidak

menyimpang dari aturan yang berlaku.

Pada hakekatnya etika dan hukum beranjak dari dasar yang sama yaitu

moral yang terdapat dalam bangsa kita, yaitu moral berakar pada Pancasila. Suatu

pelanggaran hukum oleh dokter pasti merupakan perbuatan yang tidak etis, sebab

menurut pandangan etik seseorang harus mematuhi hukum yang berlaku. Tetapi,

pelanggaran etik tidak selalu merupakan pelanggaran hukum. Walaupun terlihat

antara hukum dan etik mempunyai batasan sendiri-sendiri namun sebenarnya

antara etik dan hukum terjadi suatu tumpang-tindih. Hukum tidak terlepas dari

etik dan sebaliknya etik membutuhkan hukum untuk memperkuat kedudukannya

5

Page 10: Referat Full Konsul 3

6

dengan meminta bantuan hukum dalam hal sanksinya. Dalam hal sanksi etik

berbeda dengan hukum, dalam etik sanksi hanya berupa pengucilan atau bersifat

moral-psikologis, dan tindakan korektif seperti teguran dan bimbingan.

Sedangkan pada hukum sanksi bisa berupa pidana atau perdata, atau bersifat fisik

atau material.

Istilah etikolegal kedokteran dapat diartikan sebagai cara pandang terhadap

suatu pelaksanaan praktek kedokteran dari sudut etik dan hukum yang berlaku.

2.2 Donor organ

2.2.1 Definisi Donor Organ

Donor organ adalah sebuah proses pemberian organ sehat dan atau

jaringan dari satu orang ke orang lainnya melalui sebuah proses yang disebut

transplantasi. Donor organ bertujuan untuk menggantikan organ yang sudah tidak

bisa bekerja lagi dengan optimal (Bioethics, 2009). Menurut South Carolina

AHEC Emergency & Disaster Medicine Summit tahun 2008, macam organ tubuh

yang dapat didonasikan antara lain jantung, paru-paru, hati, ginjal, pankreas, dan

usus halus. Sedangkan jaringan tubuh yang dapat didonasikan antara lain

kornea/sklera, katup jantung, perikardium, tulang panjang, jaringan konektif, kulit

dan darah.

Donor organ dan jaringan untuk transplantasi bisa didapatkan pada donor

hidup ataupun donor mati. Donor hidup adalah donor anggota tubuh manusia bagi

siapa saja yang membutuhkan pada saat pendonor masih hidup. Donor mati

adalah ketika seseorang dinyatakan telah didiagnosis meninggal dan keluarganya

mau mendonorkan organ orang tersebut untuk kepentingan kemanusiaan (Truog,

2005).

Transplantasi adalah rangkaian tindakan kedokteran untuk pemindahan alat

dan atau jaringan tubuh manusia yang berasal dari tubuh sendiri atau tubuh orang

lain dalam rangka pengobatan untuk menggantikan alat dan atau jaringan tubuh

yang tidak berfungsi dengan baik. Kini telah dikenal beberapa jenis transplantasi

atau pencangkokan, baik berupa sel, jaringan maupun organ tubuh yaitu sebagai

berikut (Huml, 2009):

6

Page 11: Referat Full Konsul 3

7

A. Transplantasi Autologus Yaitu perpindahan dari satu tempat ketempat lain

dalam tubuh itu sendiri, yang dikumpulkan sebelum pemberian kemoterapi,

B. Transplantasi Alogenik Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain

yang sama spesiesnya,baik dengan hubungan keluarga atau tanpa hubungan

keluarga,

C. Transplantasi Singenik Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain

yang identik,misalnya pada kembar identik,

D. Transplantasi Xenograft Yaitu perpindahan dari satu tubuh ketubuh lain

yang tidak sama spesiesnya.

2.2.2 Sejarah Transplantasi

Sejarah transplantasi dimulai tahun 600 SM di India, Susruta telah

melakukan transplantasi kulit transplantasi kulit dari seorang laki-laki untuk

membantu merenovasi hidung laki-laki lain. Semantara jaman Renaissance,

seorang ahli bedah dari Itali bernama Gaspare Tagliacozzi juga telah melakukan

hal yang sama. Diduga John Hunter (1728 – 1793) adalah pioneer bedah

eksperimental, termasuk bedah transplantasi. John Hunter mampu membuat

kriteria teknik bedah untuk menghasilkan suatu jaringan transplantasi yang

tumbuh di tempat baru. Akan tetapi sistim golongan darah dan sistim

histokompatibilitas yang erat hubungannya dengan reaksi terhadap transplantasi

belum ditemukan. Pada abad ke-20, Wiener dan Landsteiner menyokong

perkembangan transplantasi dengan menemukan golongan darah sistem ABO

dan sistem Rhesus. Eksperimen transplantasi paling penting dilakukan pada oleh

ahli bedah dari Perancis, Alexis Carrel. Dia mulai bereksperimen dengan

transplantasi pembuluh darah arteri dan vena. Usaha ini membuatnya berhasil

meraih hadial Nobel pada tahun 1912. Carrel juga orang pertama yang

mengidentifikasi masalah penolakan (rejection) transplantasi, dilema yang

menghadang banyak ilmuwan dan dokter. Melakukan eksperimen pada anjing,

Carrel mempelajari tubuh resipien yang paling sering menolak materi organ donor

(Huml, 2009). Perkembangan ilmu kekebalan tubuh makin berperan

dalam keberhasilan tindakan transplantasi.

7

Page 12: Referat Full Konsul 3

8

a. Sejarah Transplantasi Ginjal    

Ginjal buatan (mesin dialisis) ditemukan oleh Willem Kolff saat perang

dunia kedua dengan mesin pertama yang diuji coba pada tahun 1943. Karena rasa

kemanusiaan yang besar Kolff menolak mematenkan temuannya. Kolff dilahirkan

di Belanda namun pindah ke Amerika Serikat pada tahun 1950 dan setelah itu

mengerjakan pengembangan jantung manusia buatan di rumah barunya di

Cleveland Clinic Foundation.

Eksperimen awal transplantasi ginjal dimulai di Prancis pada tahun 1909,

dengan ginjal manusia yang sakit digantikan oleh ginjal hewan. Tidak ada yang

bertahan hidup. Sebelum kecocokan jaringan dan golongan darah, dan system

kekebalan manusia dipahami sepenuhnya, seluruh transplantasi ginjal manusia ke

manusia selalu gagal. Para peneliti mulai sadar bahwa tubuh akan menolak

apapun yang dianggapnya bukan miliknya, dan mereka mencari cara untuk

mencegah penolakan itu.

Tahun 1947, Charles Hufnagel, seorang dokter bedah muda yang bekerja

di Boston, dalam sebuah upaya terakhir untuk menyelamatkan nyawa seorang

pasien, mentransplantasikan ginjal seorang pasien yang sudah meninggal ke

dalam lengan bawah seorang perempuan muda yang ginjalnya sendiri sudah

begitu parah sehingga hanya punya beberapa jam untuk hidup. Ginjal tersebut

mulai berfungsi begitu terhubung ke aliran darah perempuan itu. Meskipun mati

setelah beberapa hari, organ yang dicangkokkan itu memberikan ruang bernapas

yang cukup bagi ginjal perempuan itu untuk memulihkan diri, dan perempuan itu

sembuh total.

Transplantasi ginjal pertama yang sukses dilakukan oleh Dr Josseph

Murray pada 23 desember 1954 di rumah sakit Peter Bent Brigham di Boston. Dia

mengambil salah satu ginjal Ronald Herrick dan mencangkokkannya ke ginjal

saudara kembar identiknya, Richard, sehingga Richard bisa hidup delapan tahun

lagi. Ronald masih hidup hingga saat ini (2007), begitu juga Dr Murray yang

dianugerahi penghargaan nobel fisiologi atau kedokteran pada tahun 1990.

Di Indonesia, transplantasi ginjal pertama kali dilakukan di RSCM tanggal

11 November 1977, yang dipimpin oleh Prof. Otta dari Tokyo dengan ginjal

8

Page 13: Referat Full Konsul 3

9

donor berasal dari adik pasien. DR. Dr. David Manuputty, SpB, SpU(K)

mengungkapkan Prof. Otta membantu cangkok ginjal pada 2 pasien pertama di

RSCM. Operasi ketiga sepenuhnya dilakukan oleh dokter dari Indonesia. Pasien

ketiga yang menerima transplantasi ginjal adalah seorang dokter yang bernama

Anom pada tahun 1978. Hingga saat ini dr. Anom masih hidup dan merupakan

pasien terlama yang mengalami cangkok ginjal. Tingkat keberhasilan operasi

ginjal lebih tinggi bila donor berasal dari seseorang yang memiliki pertalian darah

(related donor), tingkat keberhasilannya mencapai 90% (Sukarsih, 2009). Hal ini

membuktikan bahwa transplantasi ginjal merupakan terapi yang terbaik yang bisa

dilakukan untuk mengatasi gagal ginjal, sehingga tingkat penawaran maupun

permintaan organ ini menjadi paling tinggi (Wijaya, 2010).

b. Sejarah Transplantasi Organ Lain

Organ utama lain yang sering ditransplantasikan adalah paru-paru yang

dilakukan pertama kali pada tahun 1962 oleh James Hardy, dari Mississippi, AS.

Paru-paru diambil dari donor yang sudah meninggal dan dicangkokkan ke tubuh

pasien yang menderita kanker paru-paru. Resipien atau penerima donor bertahan

hidup selama 18 hari sebelum akhirnya gagal ginjal. Seorang dokter Colorado

juga berusaha melakukan transplantasi hati pada tahun yang sama, tapi harus

menunggu sampai 1967 untuk mencapai keberhasilan. Transplantasi jantung

pertama dilakukan pada tahun 1967 oleh Christian Barnard di Afrika Selatan,

namun penerima donor juga meninggal 18 hari kemudian.

Rasio keberhasilan transplantasi moderen dapat dikaitkan dengan

cyclosporine, salah satu obat imunosupresan. Dirancang untuk mengurangi sistem

kekebalan tubuh, cyclosporine membantu tubuh beradaptasi dengan jaringan baru

hasil transplantasi. Pada tahun 1980, FDA (BPPOM Amerika), menyetujui

penggunaan obat yang dinamakan Viaspan untuk membantu orang dengan

transplantasi hati agar dapat hidup lebih lama. Pada tahun 1992, transplantasi dari

baboon ke manusia berhasil dilakukan. FDA sedang menguji obat yang

dinamakan Cylex, yang dapat mengurangi infeksi pada pasien pasca operasi

(Homer, 2007).

9

Page 14: Referat Full Konsul 3

10

Perkembangan teknologi kedokteran terus meningkat searah dengan

perkembangan teknik transplantasi. Ilmu transplantasi modern makin berkembang

dengan ditemukannya metode-metode pencangkokan, seperti :

a) Pencangkokkan arteria mammaria interna di dalam operasi lintas koroner

olah Dr.George E. Green.

b) Pencangkokan jantung, dari jantungkera kepada manusia oleh dr. Cristian

Benhard, walaupun resipiennya kemudian meninggal dalam waktu 18 hari

c) Pencakokkan sel – sel substansia nigra dari bayi yang meninggal ke

penderita Parkinson oleh Dr. Andreas Bjornklund.

d) Pencangkokan hati, ginjal, sumsum tulang, dan pancreas.

2.2.5 Perkembangan Donor Organ

Data World Health Organitation 2005 menyebutkan jumlah tranplantasi

organ di dunia mencapai 66000 untuk ginjal, 21000 untuk hati, dan 6000 untuk

jantung. Seiring dengan semakin tingkat keberhasilan transplantasi organ, saat ini

terjadi ketidaksesuaian antara jumlah pendonor dan jumlah pasien yang

membutuhkan donor organ.

Berdasarkan data yang didapat dari Emergency and disaster medicine

Summit pada tahun 2008 di Amerika Serikat setiap tahunnya lebih dari 99.000

warga masuk dalam antrian donor organ dan 18 orang setiap hari meninggal

karena terlambat dalam menemukan donor organ yang sesuai (Geraghty, 2008).

Di Amerika Serikat, jumlah pendonor hidup terbatas pada angka 85 donor di

tahun 2004 dan 79 donor di tahun 2005.

10

Page 15: Referat Full Konsul 3

11

Menurut United Network for Organ Sharing, 2012, disebutkan lebih dari

114.000 pasien membutuhkan transplantasi organ. Terdapat tambahan 1 orang

baru yang membutuhkan transplantasi setiap 10 menit. Berdasar data Organ

Procurement and Transplantation Network, jumlah penerima donor yang berada

dalam daftar tunggu 112.706 pasien, yang meliputi ginjal 90.564 pasien, hati

16.067, dan hati 3.113 pasien.

Perkembangan transplantasi terpesat terjadi di China. Pada tahun 1999

tercatat hanya 24 transplantasi hati, namun tahun 2000 jumlahnya mencapai 78.

Sedangkan tahun 2003 angkanya bertambah hingga 356. Jumlah tersebut semakin

meningkat pada tahun 2004 yaitu 507 kali transplantasi. Tidak hanya hati, jumlah

transplantasi keseluruhan organ di China memang meningkat sangat drastis.

Setidaknya telah terjadi tiga kali lipat melebihi Amerika Serikat.

Jumlah donor di Indonesia masih sangat kecil, yaitu hanya 15 donor ginjal

per tahunnya, dibandingkan dengan 2.000 kasus baru penyakit ginjal kronik

stadium akhir per tahunnya. Sedangkan berdasarkan data dari The Triennial

Conference of The Asian Society of Transplantion (CAST) tahun 2005, bahwa

dari kebutuhan 73.000 ginjal di negara berkembang hanya terpenuhi 36%.

Sedangkan kebutuhan negara dunia ketiga akan 350.000 ginjal hanya terpenuhi

sebanyak 1,6 % (Wijaya, 2010)

11

Page 16: Referat Full Konsul 3

12

Timpangnya jumlah permintaan organ tubuh dibandingkan dengan jumlah

pendonor menyuburkan praktek ilegal jual-beli organ tubuh manusia

(Rachmawati, 2008). Seperti yang diungkapkan oleh Voluntary Health

Association of India, ada sekitar 2000 bangsa India menjual ginjalnya di setiap

tahun.

Pendonor hidup yang memberikan organnya pada resipien yang spesifik

tidak melanggar hukum selama tidak ada pembayaran untuk organ tersebut.

Namun karena donor hidup ini biasanya sering melanggar etik dan prakteknya

terkadang ilegal maka pusat kesehatan dan pelayanan administrasi menunjuk

secara langsung UNOS (United Network for Organ Sharing) untuk

mengembangkan panduan untuk alokasi organ dari donor hidup (Truog, 2005).

Untuk mengatasi permasalahan diatas sebagai contoh di Amerika serikat

terdapat undang-undang transplantasi, asuransi, dan pemberian insentif berupa

sebuah penghargaan terhadap pendonor yang dengan sukarela mendonorkan

organnya. Undang –undang transplantasi akan melindungi hak dan privasi dari

seorang pendonor, sedangkan pemberian asuransi akan menjamin kesehatan dan

financial pendonor pasca donor organ. Dari terobosan terobosan diatas secara

tidak langsung hal ini akan meningkatkan minat seseorang untuk mendonorkan

organnya (Geraghty, 2008).

2.2.4 Syarat-syarat Donor Organ

A. Donor Hidup

Syarat utama dari donor hidup adalah pendonoran tersebut tidak

mengakibatkan kematian bagi si pendonor. Organ dan atau jaringan yang dapat

diambil dari donor hidup antara lain ginjal, hati, kulit, sumsum tulang dan darah

(transfusi darah). Adapun persyaratan secara umum untuk menjadi pendonor

hidup di Indonesia antara lain :

a) Tanpa paksaan (volunteerism)

b) Dalam keadaan sehat

c) Organ yang akan didonorkan berfungsi dengan baik

12

Page 17: Referat Full Konsul 3

13

d) Golongan darah A, B, O sama dengan pasien

e) Test darah silang negatif

f) Indentifikasi Human Leucocyte Antigen (HLA) kelas satu dan dua.

g) Umur 21-65 tahun

h) Tidak mengidap hipertensi, penyakit diabetes, kanker, penyakit jantung,

atau penyakit autoimun.

i) Tidak menderita hepatitis B,C, ataupun HIV.

Karena melibatkan hak orang lain maka sudah tentu diperlukan izin

(consent) dari yang bersangkutan agar dokter dapat mengambil organ atau

jaringan untuk dimanfaatkan bagi kepentingan orang lain yang memerlukannya

(resipien). Izin tersebut harus diberikan secara bebas tanpa unsure paksaan

(force), tipu daya (fraud) atau menciptakan ketakutan (fear) sesudah yang

bersangkutan diberikan informasi secukupnya dan telah memahami sepenuhnya.

Izin seperti itu lebih dikenal dengan Informed consent. Dari pendonor hidup

diperlukan informed consent yang diberikan di atas kertas bermaterai dengan

disaksikan oleh 2 orang saksi (pasal 13 PP No. 18 tahun 1981). Adapun yang

disebut saksi dalam KUHAP adalah orang yang dapat memberikan keterangan

guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara

pidana yang ia dengar sendiri, ia Iihat sendiri dan ia alami sendiri. Namun, tidak

ada yang menyebutkan mengenai persyaratan khusus bagi orang yang boleh

menjadi saksi, khususnya yang menjadi saksi dalam informed consent donor

organ dan atau jaringan.

Sebelum memberikan izin (menandatangani informed consent), calon

pendonor hidup harus diberitahu lebih dahulu mengenai sifat operasi, akibat, serta

resikonya. Dokter harus yakin benar bahwa calon pendonor telah menyadari

sepenuhnya arti dari pemberitahuan tadi. Oleh sebab itu pendonor hidup haruslah

orang yang sudah berhak melakukan perbuatan hukum, yaitu sudah cukup umur

dan sehat akalnya. Berdasarkan hukum perdata yang berlaku disini, cukup umur

adalah apabila telah mencapai umur 21 tahun atau sudah pernah menikah. Dengan

kata lain, orang yang belum cukup umur dengan sendirinya tidak dapat

13

Page 18: Referat Full Konsul 3

14

memberikan izin (informed consent) dan sekaligus tidak dapat menjadi pendonor

hidup.

Organ dan atau jaringan yang dapat disumbangkan oleh pendonor hidup,

tidak disebutkan dalam PP No. 18 tahun 1981. Namun, beberapa negara

membatasi hanya pada organ ginjal saja. Pertimbangannya bahwa ginjal

merupakan organ yang sangat vital, yang bagi penderita gagal ginjal stadium akhir

akan sangat berguna bagi penyelamatan jiwa. Organ yang tidak mempuyai fungsi

sebagai penyelamat jiwa resipien tidak dibenarkan diambil dari pendonor hidup,

meskipun orang yang bersangkutan bersedia. Kornea mata misalnya, tidak boleh

dari donor hidup sebab kornea dianggap bukan merupakan organ penting bagi

penyelamat jiwa. Disamping itu kornea tidak termasuk jaringan yang dapat pulih

kembali setelah diambil.

B. Donor Mati (Jenazah)

Pada donor mati (jenazah), organ dan atau jaringan diambil dari pendonor

yang telah meninggal. Definisi meninggal adalah telah terjadi kematian batang

otak. Organ dan atau jaringan yang dapat diambil dari jenazah adalah jantung,

hati, ginjal, kornea, pancreas, paru-paru dan sel otak. Pada donor mati (jenazah),

kewenangan dokter melakukan pengambilan organ dan atau jaringan dari

tubuhnya untuk kepentingan transplantasi diperoleh melalui 2 sistem yaitu :

1. Sistem persetujuan

Sistem ini sering disebut “opting in system” atau “contracting in system”, di

mana dokter baru boleh melakukan operasi pengambilan jika ada izin dari yang

bersangkutan sewaktu masih hidup. Biasanya izin tersebut ditulis di atas kartu

yang selalu berada dikantongnya sehingga dapat segera diketahaui oleh orang

yang menemukan kematiannya.

2. Sistem tidak berkeberatan

Sistem ini sering disebutkan “opting out system” atau “contracting out

system”. Dengan sistem ini dokter dapat mengambil organ atau jaringan dari

tubuhnya kecuali apabila ada keberatan dari yang bersangkutan sewaktu masih

hidup.

14

Page 19: Referat Full Konsul 3

15

Berdasarkan peraturan pemerintah No.18 tahun 1981, sistem yang dianut

disini adalah sistem perrsetujuan yang berlaku di Inggris, Belanda dan Amerika.

Sedangkan yang berlaku di Prancis adalah sistem tidak berkeberatan.

Secara umum persyaratan untuk menjadi pendonor jenazah di Indonesia ialah:

a) Izin tertulis dari donor sendiri atau keluarga

b) Usia antara 10-60 tahun

c) Tidak menderita penyakit infeksi atau keganasan

d) Organ yang akan didonorkan berfungsi dengan baik

e) Mati barang otak.

Penentuan kematian erat kaitannya dengan transplantasi organ. yang

menggunakan donor mati atau donor jenazah. Pada transplantasi dengan donor

mati, organ harus diambil pada saat donor sudah mati agar tidak menimbulkan

persoalan-persoalan seperti misalnya tuduhan dari keluarga jenazah bahwa tim

dokter pelaksana transplantasi berusaha mempercepat kematian keluarganya demi

mengejar organ yang ditransplantasikan. Secara tradisional seseorang dikatakan

mati jika berhentinya fungsi jantung dan paru secara permanent atau ireversibel.

Namun perlu dimengerti bahwa organ yang diambil pada saat jantung sudah

berhenti berdenyut mempunyai kesempatan hidup lebih kecil pada tubuh resipien

dibandingkan dengan organ yang diambil saat jantung masih berdenyut. Oleh

sebab itu jantung perlu dipertahankan tetap berdenyut agar proses oksigenasi tetap

berlangsung. Seiring dengan kemajuan ilmu kedokteran, hal ini tidak lagi menjadi

masalah. Namun sebagai akibatnya timbul masalah baru yaitu penentuan kematian

yang tidak lagi dapat menggunakan kriteria diagnosis yang lazim yaitu

berhentinya denyut jantung dan respirasi secara permanen.

Pada tahun 1974 Harvard Medical School merevisi kriteria diagnosis

kematian yang sudah pernah dibuat pada tahun 1968 yang kesemuanya masih

bertolak pada konsep “brain death is death”. Namun ternyata Bram Death itu

sendiri sebenarnya merupakan proses bertingkat sebagai akibat dari resistensi

yang berbeda-beda dan bagian-bagian otak terhadap kekurangan oksigen. Dari

semua bagian otak, diketahui bahwa batang otak (brain stem) yang mengatur

fungsi pernafasan memiliki resistensi yang paling baik terhadap kurangnya

15

Page 20: Referat Full Konsul 3

16

oksigenasi. Oleh karena itu saat ini konsep kematian telah bergeser dari “brain

death is death” menjadi “brain stem death is death”. Diagnosis dari kematian

batang otak menjadi penentu keberhasilan dari transplantasi organ. Diagnosis dini

dari organ pasien donor penting untuk keberhasilan dari transplantasiorgan. Untuk

diagnosis klinis didapatkan dari tanda-tanda apneu, hilangnya reflex batang otak,

dan koma. Untuk di Indonesia sendiri, pada tahun 1988 IDI telah mengeluarkan

fatwa tentang criteria mati dimana seseorang dikatakan telah meninggal jika telah

terjadi kematian batang otak.

Mengenai dokter yang boleh menentukan kematian donor di berbagai

negara memiliki peraturan yang berbeda. Di Indonesia terdapat syarat bahwa

kematian ditentukan oleh dua dokter yang berbeda yang kesemuanya tidak ada

sangkut pautnya dengan dokter yang melakukan transplantasi. Hal ini sesuai

dengan deklarasi Sidney tahun l968 dan deklarasi Venice tahun 1983 tentang

Kriteria mati dan Penyakit Terminal yang Dikaitkan Dengan Transplantasi Organ.

2.2.3 Tata Cara Donor

Tahapan klinis dari proses transplantasi, berlaku untuk donor hidup

maupun donor mati, adalah sebagai berikut (Gayatri, 2007):

1. Tahapan pra transplantasi, yaitu pemeriksaan donor dan resipien. Donor

sebagai pihak pemberi organ diperiksa terlebih dahulu, kemudian resipien

sebagai penerima organ. Upaya medis transplantasi organ tubuh lebih

mudah dilakukan apabila donor dan resipien mempunyai hubungan

keluarga (ada pertalian darah).

2. Tahap pelaksanaan transplantasi yang dilakukan oleh tim medis.

3. Tahap pasca transplantasi, yaitu tahapan pemeriksaan lebih lanjut setelah

transplantasi untuk mencegah terjadinya rejeksi (penolakan tubuh) dengan

melakukan pemberian obat dan kontrol.

Untuk dapat dilakukan eksplantasi organ tubuh baik terhadap donor hidup

maupun donor jenazah diperlukan adanya persetujuan terlebih dahulu. Hal ini

berarti tidak boleh dilakukan suatu pengambilan organ tubuh tanpa adanya izin

16

Page 21: Referat Full Konsul 3

17

yang jelas/nyata yang diberikan oleh pendonor. Berdasarkan PP Nomor 18 Tahun

1981, persetujuan pasien dalam upaya medis transplantasi organ tubuh,

persetujuan yang diberikan oleh seorang donor jenazah adalah ketika ia masih

hidup baik dengan maupun tanpa sepengetahuan keluarga terdekatnya atau adanya

persetujuan dari keluarga terdekatnya jika selama hidupnya donor tidak pernah

membuat persetujuan, menjadi suatu hal yang penting karena meskipun tubuh itu

sudah tidak bernyawa lagi, namun dalam hal ini kita masih harus tetap

menghormati hak integritas dari donor yang telah mati atas jasad yang

ditinggalkan.

Proses donor di RSUD dr Soetomo, calon pendonor dibagi menjadi dua:

1. Pendonor hidup

2. Pendonor mati (cadaver)

Untuk pendonor hidup, pertama kali orang tersebut mengajukan diri untuk

menjadi donor jaringan di bank jaringan RSUD dr. Soetomo. Calon pendonor

tersebut akan mendapatkan formulir (surat) pernyataan untuk menjadi calon donor

jaringan tubuh. Calon pendonor diharuskan untuk mengisi surat tersebut yang

kemudian ditanda tangani di atas materai senilai enam ribu rupiah disertai dengan

pas foto 2x3. Formulir ini juga harus ditanda tangani oleh dua orang saksi yaitu

saksi I berasal dari keluarga terdekat (suami, istri, paman, dll), dan saksi II berasal

dari pihak rumah sakit (dapat dokter, perawat, dll). Setelah mengisi surat

pernyataan untuk menjadi calon donor jaringan, calon pendonor ini akan melewati

serangkaian tes kesehatan, berupa tes HIV, VDRL (sifilis), HBV (hepatitis B).

Jika hasil tes ini menyatakan bahwa calon pendonor bersih dari infeksi penyakit di

atas, maka calon pendonor diterima dan didata di bank jaringan RSUD dr.

Soetomo. Bank jaringan akan melalukan pengambilan jaringan dari calon

pendonor yang bersangkutan jika calon tersebut dinyatakan telah meninggal

bukan pada saat pendonor masih hidup (Protap bank jaringan RSUD dr.Soetomo).

Untuk pendonor mati (kadaver), umumnya diambil pada jenazah mr. X yang

setelah di tes terhadap HIV, VDRL dan HBV negatif. Pengambilan jaringan

dilakukan di ruang otopsi RSUD dr. Soetomo dan pengambilan didasarkan pada

kebutuhan jaringan yang masih kurang di bank jaringan. Setelah jaringan diambil,

17

Page 22: Referat Full Konsul 3

18

jaringan disimpan di freezer dengan suhu -830C untuk menghancurkan antigen

jaringan, sehingga reaksi rejection (penolakan) dari sistem imun penerima donor

dapat diminimalisir. Jaringan disimpan kurang lebih selama enam bulan, dimana

setiap tiga bulannya akan dilakukan tes terhadap HIV, HBV dan VDRL lagi. Jika

pada tiga bulan kedua, hasil tes tetap negatif maka jaringan ini telah siap untuk

digunakan (Protap bank jaringan RSUD dr.Soetomo).

2.2.6 Contoh Kasus Donor Organ

Dua warga negara Indonesia (WNI) diadili di Singapura karena menjual

ginjalnya kepada warga negara tersebut. Kasus penjualan organ tubuh ini

merupakan yang pertama kalinya di Singapura. Kedua WNI yang menjual

ginjalnya itu adalah Toni (27) dan Sulaiman Damanik (26). Kasus ini bermula

ketika Toni menjual ginjalnya kepada WNI bernama Juliana Soh. Dia mengaku

sebagai anak angkat Juliana sejak berumur 10 tahun sehingga transplantasi ginjal

diperbolehkan. Setelah transplantasi di Singapura sukses pada Maret 2008, Toni

mudik ke Medan. Sekitar Rp186 juta mengalir ke rekeningnya. Pada Mei 2008,

Toni balik lagi ke Singapura. Kali ini dia membawa Sulaiman Damanik.

Rencananya Sulaiman akan menjual ginjalnya pada orang kaya setempat yaitu

Tang Wee Sung senilai Rp150 juta. Sulaiman juga mengaku masih punya

hubungan famili dengan Tang agar operasi ini berjalan mulus. Namun sebelum

operasi transplantasi digelar, Toni dan Sulaiman telah dicokok polisi setempat.

Di pengadilan, kedua terdakwa itu mengakui telah berbohong pada

komite etik Singapura dengan menyatakan bahwa mereka adalah kerabat

penerima ginjal dan mereka mendonorkan organ tubuh itu, alias tidak ada jual

beli. Ancaman hukuman yang dijatuhkan pada keduanya adalah 12 bulan penjara

atau denda hingga 10 ribu dolar Singapura. Menteri Kesehatan Singapura Khaw

Boon Wan menyatakan jual beli organ tubuh dilarang di Singapura untuk

menghindari eksploitasi pada orang miskin dan berpotensi melahirkan risiko

medis. "Jual beli organ manusia sering melibatkan eksploitasi atas orang-orang

miskin dan para donor yang tidak mampu memperoleh informasi dalam

mengambil keputusan dan berpotensi mengalami risiko medis (Harnowo,2012).

18

Page 23: Referat Full Konsul 3

19

Sebuah pengakuan oleh Jehuda Hiss, seorang mantan kepala institut

forensik Abu Kabir di Israel. Hiss mengaku para pekerja di institutnya panen

kulit, kornea, hati, dan tulang yang mereka peroleh dari rakyat sendiri, warga

Palestina, serta pekerja asing. Semua itu diperoleh tanpa izin si pemilik organ

alias secara ilegal. “Kami menggunakannya untuk kepentingan transplantasi dan

memenuhi kebutuhan masyarakat,” ujar Hiss, seperti dilansir Al Jazeera, Kamis

(24/12). Wawancara itu sebenarnya dilakukan pada 2000 silam. Namun baru bisa

dirilis saat ini karena kondisinya sudah kondusif untuk dibicarakan. Sementara

bagian kulit, lanjut Hiss, diserahkan kepada bank kulit yang didirikan oleh militer

Zionis itu. Kulit itu memang biasanya digunakan untuk kepentingan militer, misal

untuk serdadu yang mengalami luka bakar. Menurut Hiss, praktik ini berhenti

total pada tahun 2000.

Senada dengan Hiss, militer Israel juga mengatakan aktivitas ini telah

mereka hentikan sepuluh tahun lalu. Depkes Negeri Yahudi itu menyatakan, saat

penggunaan organ ilegal marak, tidak ada hukum yang mengatur mengenai

transplantasi organ tubuh. Namun demikian, mereka berani menyatakan institut

Abu Kabir bekerja sesuai etika dan hukum Yahudi. Pewawancara Hiss adalah

dosen antropologi di University of California-Berkeley, Nancy Scheper-Hughes.

Ia sengaja mempublikasikan wawancara ini setelah tudingan sebuah suratkabar

Swedia bahwa aktivitas transplantasi organ ini memang nyata bahkan ada pasar

gelap khusus perdagangan organ tubuh manusia. Surat kabar Aftonbladet memuat

berita itu pada Agustus lalu. Mereka menuding militer Israel berada di balik

aktivitas perdagangan organ ilegal ini. Sumber organ adalah warga Palestina yang

mereka culik dan bunuh. Pihak Israel tentu saja menyangkal tudingan ini dan

menyebabkan hubungan kedua pihak tegang karena media Swedia tak mau

meminta maaf. “Serdadu Israel menculik pemuda Palestina dari Tepi Barat dan

Jalur Gaza. Lalu mengembalikan mereka ke keluarga masing-masing setelah

mengambil organnya untuk dijual ke pasar gelap,” demikian kutipan artikel

bertajuk ‘They Plunder the Organs of Our Sons’ itu (Hutapea, 2009).

Di Bandung, Terkait keinginan seorang gadis asal Jakarta, Kania (20),

nama samaran, yang akan menjual ginjalnya, dinyatakan Direktur Medik dan

19

Page 24: Referat Full Konsul 3

20

Keperawatan RSHS Rizal Chaidir usia Kania belum cukup untuk menjadi donor.

"Untuk jadi pendonor organ, usia yang paling pas adalah 30 tahun," ujar pria yang

akrab dipanggil Deis ini saat ditemui di ruang kerjanya, Senin (19/10/2009). Jika

umurnya 20 tahun, ujar Deis, belum pas karena jaringannya belum matang. RSHS

sendiri, imbuh Deis, tidak mentolerir adanya jual beli organ tubuh baik ginjal, hati

dan lainnya. Kanis, gadis berusia 20 tahun ini berencana menjual ginjalnya dan

memasang iklan di internet. Ginjalnya dia jual dengan harga Rp 600 juta. Menurut

pengakuan gadis asal Jakarta tersebut, dia menjual ginjal untuk menutupi utang

ayahnya yang bangkrut sekaligus biaya adiknya yang sebentar lagi masuk

perguruan tinggi (Yulianti,2009).

2.3 Pembahasan Etikolegal Donor Organ

Untuk menjaga agar dalam pelaksanaanya proses donor ogan bisa bejalan

dengan baik dibutuhkan sebuah aturan, yang berlandaskan ideologi di negara

masing masing. Di Indonesia setidak nya terdapat tiga hal yang harus diperhatikan

yakni nilai etik (KODEKI dan LSDI), nilai hukum (UU kesehatan, UU praktek

kedokteran, PP, dan KUH pidana/ perdata), dan kajian keagamaan yang akan

menjaga pelaksanaan praktek kedokteran khususnya dalam hal donor organ

(Gayatri,2007).

2.3.1 Dasar – Dasar Etik Kedokteran terkait Donor Organ

Dari segi etik kedokteran, tindakan transplantasi terkait dengan donor

organ ini wajib dilakukan jika terdapat indikasi. Hal ini berlandaskan pada

beberapa pasal dalam KODEKI yaitu KODEKI pasal 2 dan 7d tentang profesi

kedokteran.

2.3.2 Dasar – Dasar Hukum terkait Donor Organ

Dalam aturan hukum yang berlaku di Indonesia, mengenai transplantasi

dan donor organ ini telah mendapat pengaturannya antara lain melalui :

20

Page 25: Referat Full Konsul 3

21

a. PP No. 18 Tahun 1981 tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat

anatomis serta transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia,

antara lain:

1.) Bab 1 Ketentuan umum Pasal 1

2.) Bab VI Pengambilan alat dan atau jaringan tubuh manusia korban

kecelakaan Pasal 14

3.) Bab VII donor pasal 15 dan 16

4.) Bab VIII perbuatan yang dilarang pasal 17, 18, dan 19

5.) Bab IX ketentuan pidana pasal 20

b. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, meliputi:

1.) Bab VI upaya kesehatan

- Bagian Kelima penyembuhan penyakit dan pemulihan

kesehatan Pasal 64, 65, 66, dan 67

- Bagian Kesebelas pelayanan darah pasal 86, 87, 88, dan 90

- Bagian Ketigabelas penanggulangan gangguan penglihatan dan

pendengaran pasal 95

- Bagian Kedelapan belas bedah mayat pasal 123

2.) Bab XX ketentuan pidana

- pasal 192 tentang perjualbelian organ atau jaringan tubuh

- pasal 195 tentang perjualbelian darah

- Pasal 201

c. UU No. 29 Tahun 2004 tentang Praktek Kedokteran

1.) Bab VII penyelenggaraan praktik kedokteran Bagian ketiga

pemberian pelayanan pasal 45

Menurut aturan-aturan tersebut di atas, pada dasarnya donor organ harus

dilakukan dengan sukarela untuk kemanusiaan tanpa mengharapkan imbalan

dalam bentuk apapun. Namun, adapula peraturan yang dapat mengecualikan hal

ini, yaitu :

21

Page 26: Referat Full Konsul 3

22

a. Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia Nomor: M.04-Hn.02.01 Tahun 2000 tentang Remisi

Tambahan Bagi Narapidana Dan Anak Pidana pasal 1, 3, dan 5.

Di Indonesia, dalam peraturan-peraturan yang berlaku saat ini, tidak ada satu

pasal pun yang dapat menjelaskan secara detail mengenai tindak pidana

perdagangan organ tubuh manusia sehingga menyebabkan kesulitan dalam

menindak kasus-kasus penyalahgunaan organ dan atau jaringan tubuh, terutama

praktek perdagangan organ dan atau jaringan tubuh manusia yang terjadi.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Murdhani (2009),

penegakan hukum terhadap tindak pidana perdagangan organ tubuh belum sesuai

dengan yang diharapkan karena baik di dalam KUHP, UU. No.36 tahun 2009

tentang Kesehatan maupun di dalam RKUHP tahun 2004, tidak ada satu pasal pun

yang formulasi isi pasalnya memberikan karakteristik mengenai tindakan apa saja

yang dikategorikan sebagai praktek jual-beli organ tubuh manusia. Di KUHP

sendiri yang tidak mengatur mengenai tindak pidana perdagangan organ tubuh

manusia, pelaku dapat dikenakan Pasal 359 KUHP, Pasal 360 ayat (1) KUHP, dan

Pasal 362 KUHP. Di dalam UU. No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, pelaku

tindak pidana perdagangan organ tubuh dapat dikenai Pasal 64, Pasal 65, dan

Pasal 192. RKUHP tahun 2004 yang belum disahkan sampai sekarang pelaku

tindak pidana perdagangan organ tubuh dapat dikenai Pasal 394 RKUHP tentang

transplantasi organ tubuh.

2.3.3 Pandangan Agama terkait Donor Organ

a.) Pandangan menurut agama Islam

Menurut Fatwa Muasyirah oleh Dr. Yusuf qardhawi, disebutkan

1. “... dan berikanlah kepada mereka sebagian dari harta Allah yang

dikaruniakan-Nya kepadamu ..." (an-Nur: 33)

Dengan penjelasan bahwa di dalam Alquran tidak disebutkan secara

tertulis bahwa seseorang boleh mendermakan tubuhnya, tapi yang tersurat

dalam An-nur : 33 bahwa Seorang islam boleh mendermakan sesuatu

22

Page 27: Referat Full Konsul 3

23

apabila itu adalah miliknya, termasuk tubuhnya. kebolehannya itu bersifat

muqayyad (bersyarat). Maka seseorang tidak boleh mendermakan sebagian

organ tubuhnya yang justru akan menimbulkan dharar (bahaya,

kemelaratan, dan kesengsaraan) bagi dirinya.

Oleh sebab itu, tidak diperkenankan seseorang mendermakan organ

tubuh yang cuma satu-satunya dalam tubuhnya, misalnya hati, jantung,

karena dia tidak mungkin dapat hidup tanpa adanya organ tersebut; dan

tidak diperkenankan menghilangkan dharar dari orang lain dengan

menimbulkan dharar pada dirinya.

Artinya Islam tidak membatasi sedekah pada harta semata-mata, bahkan

Islam menganggap semua kebaikan (al-ma'ruf) sebagai sedekah. Maka

mendermakan sebagian organ tubuh karena Allah Ta’ala termasuk kebaikan

(sedekah). Bahkan tidak diragukan lagi, hal ini termasuk jenis sedekah yang

paling tinggi dan paling utama, karena tubuh (anggota tubuh) itu lebih

utama daripada harta, sedangkan seseorang mungkin saja menggunakan

seluruh harta kekayaannya untuk menyelamatkan (mengobati) sebagian

anggota tubuhnya.

2. "Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebagian mereka

(adalah) menjadi penolong bagi sebagian yang lain ..." (atTaubah: 71)

3. "... Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat itu sebagiannya

lebih berhak terhadap sesamanya (daripada yang bukan kerabat) di dalam

kitab Allah ..." (al-Anfal: 75)

b.) Pandangan menurut agama Katolik

Menurut romo William P. Saunders, disebutkan:

1. Dalam ensiklik “Evangelium Vitae” (= Injil Kehidupan), Bapa Suci

Yohanes Paulus II menyatakan, “… ada kepahlawanan harian, yang terdiri

dari amal perbuatan berbagi sesuatu, besar atau kecil, yang menggalang

kebudayaan hidup yang otentik. Teladan amal perbuatan yang secara khas

layak dipuji seperti itu ialah pendermaan organ-organ, yang dilaksanakan

melalui cara yang dari sudut etika dapat diterima, dengan maksud

23

Page 28: Referat Full Konsul 3

24

menawarkan kemungkinan kesehatan dan bahkan hidup sendiri kepada

orang sakit, yang kadang sudah tidak mempunyai harapan lain lagi” (No.

86).

2. Katekismus Gereja Katolik: “Transplantasi sesuai dengan hukum susila

dan malahan dapat berjasa sekali, kalau bahaya dan resiko fisik dan psikis,

yang dipikul pemberi, sesuai dengan kegunaan yang diharapkan pada

penerima. Transplantasi organ tubuh tidak dapat diterima secara moral,

kalau pemberi atau yang bertanggung jawab untuk dia tidak memberikan

persetujuan dengan penuh kesadaran” (No. 2296)

c.) Pandangan menurut agama Hindu, disebutkan :

Tidak ada dasar hukum agama yang melarang seorang hindu untuk

nmendonorkan organ dan atau jaringannya. Mereka mempercayai bahwa

kehidupan setelah mati itu ada dan hal inilah yang mendasari dibolehkannya

donor organ. Didalam 10 niyamas pada Daan (poin ke3). Segala sesuatu yang

menjunjung tinggi dharma (kebaikan sesama manusia) dianjurkan dalam hindu.

d.) Pandangan menurut agama Budha, disebutkan :

Dalam Sutra of Golden Light chapter 18 menunjukan bahwa Budha

memberikan tubuhnya untuk menyelamatkan seekor harimau betina. Bagi

penganut agama Budha mendonorkan organ adalah perbuatan yang sangat positif

(Nanny, 2011).

Profesi dokter merupakan profesi yang sangat rentan akan terjadinya

pelanggaran etik maupun hukum. Terkait dengan penyelenggaraan kegiatan donor

organ dan atau jaringan tubuh, terkait pula dengan pelaksanaan transplantasi organ

dan atau jaringan tersebut, seorang dokter yang kurang atau bahkan tidak begitu

paham mengenai etik dan hukum yang mengatur kedua hal ini, secara tidak

sengaja dapat terjerumus ke dalam praktek-praktek yang menyimpang. Namun,

dapat pula terjadi, dimana seorang dokter yang sebenarnya telah mengetahui etika

24

Page 29: Referat Full Konsul 3

25

dan hukum ini secara sengaja melakukan praktek donor organ maupun

transplantasi yang bertentangan dengan aturan-aturan yang telah ditetapkan.

Sebagai contoh, seorang dokter yang telah melakukan suatu operasi transplantasi

(dan mungkin bersama dengan pendonornya) menerima imbalan dari resipien atas

jasa yang telah dilakukannya. Atau seorang dokter yang mungkin menjadi bandar

organ dan atau jaringan tubuh dimana dokter tersebut memberikan tawaran

kepada para pasiennya yang bersedia mendonorkan organ dan atau tubuhnya akan

diberikan imbalan yang cukup menggiurkan.

Menurut Soebaryo, organ tubuh yang dapat disumbangkan seseorang yang

masih hidup adalah sebelah ginjal, satu paru-paru, sebagian hati serta sebelah

kornea mata. Kendati memungkinkan seseorang menyumbangkan keempat organ

tubuhnya diatas sekaligus, namun hal itu jelas akan menurunkan kualitas hidup.

Oleh karena itu, secara etika, dokter akan menolak melakukan tindakan

pengangkatan pada lebih dari satu organ.

25

Page 30: Referat Full Konsul 3

26

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

1. Pelaksanaan donor organ di Indonesia telah diatur dalam KODEKI, lafal

sumpah dokter, dan PP No.18 tahun 1981, UU No.36 tahun 2009 tentang

kesehatan, dan UU No. 29 tahun 2009 tentang praktek kedokteran.

2. Tidak ada satu pasal pun yang dapat menjelaskan secara detail mengenai

praktek perdagangan organ tubuh manusia sehingga menyebabkan kesulitan

dalam menindak kasus-kasus perdagangan organ tubuh manusia yang terjadi.

3.2 Saran

Saran yang dapat diberikan penulis adalah faktor-faktor yang menjadi

kendala didalam hukum pidana yaitu rumusan pasal-pasal yang bisa diterapkan

terhadap pelaku tindak pidana perdagangan organ tubuh manusia jangan terlalu

universal, perlu adanya pengaturan secara khusus dalam undang-undang

khususnya untuk Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP)

harus ada batasan pengertian, hakikat, dan ruang lingkup tindak pidana

perdagangan organ tubuh manusia sehingga tidak menjadi bias di dalam

penerapannya. Terhadap kebijakan transplantasi organ tubuh manusia kedepannya

dapat lebih diperjelas lagi yaitu dengan adanya suatu undang-undang khusus

mengenai transplantasi organ yang formulasi pasalnya telah mengikuti standar

internasional sehingga dapat menjaring semua perbuatan yang dikategorikan

dalam tindak pidana perdagangan organ tubuh manusia.

26

Page 31: Referat Full Konsul 3

27

DAFTAR PUSTAKA

Douglas W, Hanto. 2007. Ethical Challenges Posed by the Solicitation of Deceased and Living Organ Donors. England : BMJ.

IDI, 2002. Kode etik kedokteran Indonesia (S.K. P.B. IDI No:221/PB/A.4/04/2002. Jakarta.

Geraghty, 2008. Emergency & disaster medicine summit. South Carolina: AHEC.

Knoepffler, N. 2008. Organ donation as an ethical imperative. University of Jena.

Santos, MD. 2002. Ethical incentives not payment for organ donation. N Engl J Med, 346 (25)

Truog, R. 2005. The Ethics of Organ Donation by Living Donors. England : BMJ.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA.1981.PP Republik Indonesia Nomor 18 tahun 1991tentang bedah mayat klinis dan bedah mayat anatomis serta transplantasi alat dan atau jaringan tubuh manusia.

Persi. 2003. Pusat data & Informasi-Perhimpunan rumah sakit seluruh Indonesia:

Keputusan Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia Nomor: M.04-Hn.02.01 Tahun 2000 tentang Remisi Tambahan Bagi Narapidana Dan Anak Pidana.

Komalawati. V, 1989. Hukum dan Etika Dalam Praktek Dokter, Pustaka Sinar Harapan: Jakarta. hlm 120.

Huml, Anne. 2009. Organ Transplantation.

Undang-Undang Dasar 1945 (Amandemen) Republik Indonesia.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang Praktik Kedokteran.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan.

Gayatri, Aprilia. Sekilas tentang Donor Organ dari Sudut Pandang Hukum Pidana.

Homer,T. 2007.The Book Of Origins.http://oketips.com/8380/tips-kesehatan-sejarah-perkembangan-transplantasi-organ/

Page 32: Referat Full Konsul 3

28

http://mirfat-rm.blogspot.com/2012/06/transplantasi-organ-tubuh-manusia.html

Wijaya, AM. 2010. Terapi Pengganti Ginjal atau Renal Replacement Terapy (RRT). http://www.infodokterku.com/index.php?option=com_content&view=article&id=68:terapi-pengganti-ginjal-atau-renal-replacement-therapy-rrt&catid=29:penyakit-tidak-menular&Itemid=18

Rachmawati, Evy. 2008. Waspadai Komplikasi pada Donor Hati. http://nasional.kompas.com/read/2008/09/11/15081237/Waspadai.Komplikasi.Pada.Donor.Hati.

Harnowo, PA.2012. Perdagangan Ogan Tubuh Ilegal, dari Kemiskinan Hingga Terpidana Mati. http://news.detik.com/read/2012/04/23/162030/1899428/10/perdagangan-organ-tubuh-ilegal-dari-kemiskinan-hingga-terpidana-mati

Hutapea,RU.2009.Israel Akui Ambil Organ Tubuh Warga Palestina Tanpa Izin. http://news.detik.com/read/2009/12/21/162520/1263781/10/israel-akui-ambil-organ-tubuh-warga-palestina-tanpa-izin?nd771108bcj

Yulianti TE.2009.Donor Organ Paling Pas Umur 30 Tahun. http://bandung.detik.com/read/2009/10/19/153757/1224283/486/donor-organ-paling-pas-umur-30-tahun

Nanny. 2011. Transplantasi organ dipandang dari kode etika, agama dan segi hokum di Indonesia.http://nanny-lintangamma.blogspot.com/2011/11/transplantasi-organ-di-pandang-dari.html