repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · bab ii tinjauan pustaka...

21
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep yang cocok (Dirjen POM, 1995). Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat menggunakan salah satu dasar salep tersebut (Dirjen POM, 1995). Dasar salep hidrokarbon dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama (Dirjen POM, 1995). Dasar salep serap dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air dalam minyak (Parrafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat), dan kelompok kedua terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah larutan air tambahan (Lanolin). Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai emolien (Dirjen POM, 1995).

Upload: others

Post on 26-Feb-2020

1 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Salep

Salep adalah sediaan setengah padat yang mudah dioleskan dan digunakan

sebagai obat luar. Bahan obatnya larut atau terdispersi homogen dalam dasar salep

yang cocok (Dirjen POM, 1995).

Dasar salep yang digunakan sebagai pembawa dibagi dalam empat

kelompok yaitu dasar salep senyawa hidrokarbon, dasar salep serap, dasar salep

yang dapat dicuci dengan air, dasar salep larut dalam air. Setiap salep obat

menggunakan salah satu dasar salep tersebut (Dirjen POM, 1995).

Dasar salep hidrokarbon dikenal sebagai dasar salep berlemak antara lain

vaselin putih dan salep putih. Hanya sejumlah kecil komponen berair dapat

dicampurkan kedalamnya. Salep ini dimaksudkan untuk memperpanjang kontak

bahan obat dengan kulit dan bertindak sebagai pembalut penutup. Dasar salep

hidrokarbon digunakan terutama sebagai emolien, dan sukar dicuci. Tidak

mengering dan tidak tampak berubah dalam waktu lama (Dirjen POM, 1995).

Dasar salep serap dapat dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama

terdiri atas dasar salep yang dapat bercampur dengan air membentuk emulsi air

dalam minyak (Parrafin hidrofilik dan Lanolin anhidrat), dan kelompok kedua

terdiri atas emulsi air dalam minyak yang dapat bercampur dengan sejumlah

larutan air tambahan (Lanolin). Dasar salep serap juga bermanfaat sebagai

emolien (Dirjen POM, 1995).

Page 2: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

Dasar salep yang dapat dicuci dengan air adalah emulsi minyak dalam air

antara lain salep hidrofilik dan lebih tepat disebut “Krim”. Dasar ini dinyatakan

juga dapat dicuci dengan air karena mudah dicuci dari kulit dan dilap basah,

sehingga lebih dapat diterima untuk dasar kosmetik. Beberapa bahan obat dapat

menjadi lebih efektif menggunakan dasar salep ini daripada dasar salep

hidrokarbon. Keuntungan lain dari dasar salep ini adalah dapat diencerkan dengan

air dan mudah menyerap cairan yang terjadi pada kelainan termatologik (Dirjen

POM, 1995).

Dasar salep larut dalam air merupakan kelompok yang sering juga disebut

sebagai dasar salep tak berlemak dan terdiri dari konstituen larut air. Dasar salep

jenis ini memberikan banyak keuntungan seperti dasar salep yang dapat dicuci

dengan air dan tidak mengandung bahan tak larut dalam air seperti parafin, lanolin

anhidrat atau malam. Dasar salep ini lebih tepat disebut “gel” (Dirjen POM,

1995).

2.1.1 Penggolongan Salep

1. Menurut Konsistensinya salep dapat dibagi:

a. Unguenta adalah salep yang mempunyai konsistensinya seperti mentega,

tidak mencair pada suhu biasa, tetapi mudah dioleskan tanpa memakai

tenaga.

b. Cream (krim) adalah salep yang banyak mengandung air, mudah diserap

kulit, suatu tipe yang dapat dicuci dengan air.

Page 3: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

c. Pasta adalah salep yang mengandung lebih dari 50% zat padat (serbuk),

suatu salep tebal karena merupakan penutup atau pelindung bagian kulit

yang diolesi.

d. Cerata adalah salep lemak yang mengandung presentase lilin (wax) yang

tinggi sehingga konsistensinya lebih keras (ceratum labiale).

e. Gelones/spumae/jelly adalah salep yang lebih halus, umumnya cair dan

sedikit mengandung atau tanpa mukosa, sebagai pelicin atau basis,

biasanya terdiri atas campuran sederhana dari minyak dan lemak dengan

titik lebur rendah. Contoh: starch jellies (10% amilum dengan air

mendidih).

2. Menurut sifat farmakologi/terapeutik dan penetrasinya, salep dapat dibagi:

a. Salep epidermis digunakan untuk melindungi kulit dan menghasilkan

efek lokal, tidak diabsorpsi, kadang-kadang ditambahkan antiseptik

anstrigensia untuk meredakan rangsangan atau anasteti lokal. Dasar salep

yang baik adalah dasar salep senyawa hidrokarbon.

b. Salep endodermis adalah salep yang bahan obatnya menembus ke dalam

kulit, tetapi tidak melalui kulit, terabsorpsi sebagian, digunakan untuk

melunakkan kulit atau selaput lendir. Dasar salep yang terbaik adalah

minyak lemak.

c. Salep diadermis adalah salep yang bahan obatnya menembus ke dalam

tubuh melalui kulit dan mencapai efek yang diinginkan, misalnya salep

yang mengandung senyawa merkuri iodida, beladona.

Page 4: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

3. Menurut dasar salepnya. Salep dapat dibagi:

a. Salep hidrofobik yaitu salep yang tidak suka air atau salep dengan dasar

salep berlemak (greasy bases) tidak dapat dicuci dengan air misalnya

campuran lemak-lemak dan minyak lemak.

b. Salep hidrofilik yaitu salep yang suka air atau kuat menarik air, biasanya

dasar tipe M/A (Syamsuni, 2006).

2.1.2 Kualitas Dasar Salep

Kualitas dasar salep yang ideal adalah:

a. Satabil selama masih dipakai mengobati. Maka salep harus bebas dari

inkompatibilitas, stabil pada suhu kamar dan kelembapan yang ada dalam

kamar.

b. Lunak yaitu semua zat dalam keadaan halus dan seluruh produk menjadi

lunak dan homogen, sebab salep digunakan untuk kulit yang teriritasi,

inflamasi dan ekskoriasi.

c. Mudah dipakai, umumnya salep tipe emulsi adalah yang apling mudah

dipakai dan dihilangkan dari kulit

d. Dasar salep yang cocok yaitu dasar salep harus kompatibel secara fisika

dan kimia dengan obat yang dikandungnya. Dasar salep tidak boleh

merusak atau menghambat aksi terapi dari obat yang mampu melepas

obatnya pada daerah yang diobati.

e. Terdistribusi merata, obat harus terdistribusi merata melalui dasar salep

padat atau cair pada pengobatan

Page 5: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

f. Lembut, mudah dioleskan serta mudah melepaskan zat aktif (Anief,

2007).

Pemilihan dasar salep tergantung pada beberapa faktor seperti khasiat yang

diinginkan, sifat obat yang dicampurkan, ketersediaan hayati, stabilitas dan

ketahanan sediaan jadi. Dalam beberapa hal perlu menggunakan dasar salep yang

kurang ideal untuk mendapatkan stabilitas yang diinginkan. Misalnya obat-obat

yang terhidrolisis, lebih stabil dalam dasar salep hidrokarbon dari pada dasar salep

yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam dasar

salep yang mengandung air, meskipun obat tersebut bekerja lebih efektif dalam

dasar salep yang mengandung air (Dirjen POM, 1995).

2.1.3 Persyaratan Salep

Berikut ini adalah persyaratan dari salep yang baik:

1. Pemerian: tidak boleh berbau tengik

2. Kadar: kecuali dinyatakan lain dan untuk salep yang mengandung obat

keras, kadar bahan obat adalah 10%.

3. Dasar salep (ds): kecuali dinyatakan lain, sebagai bahan dasar salep (basis

salep) digunakan vaselin putih (vaselin album). Tergantung dari sifat

bahan obat dan tujuan pemakaian salep.

4. Homogenitas: jika dioleskan pada sekeping kaca atau bahan transparan

lain yang cocok, harus menunjukkan susunan yang homogen.

5. Penandaan: pada etiket harus tertera “obat luar” (Syamsuni, 2006).

Page 6: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

2.2 Antibiotika

Antibiotika adalah zat-zat kimia yang dihasilkan oleh fungi dan bakteri,

yang memiliki khasiat mematikan atau menghambat pertumbuhan kuman

sedangkan toksisitasnya bagi manusia relatif kecil. Turunan zat-zat ini yang

dibuat secara semi-sintetis, juga termasuk kelompok ini, begitu pula semua

senyawa sintetis dengan khasiat antibakteri (Tjay dan Rahardja, 2007).

Pada tahun 1920, ilmuwan Inggris Alexander Fleming menemukan enzim

lisozim pada air mata manusia. Enzim tersebut dapat melisis sel bakteri. Enzim

pada air mata manusia ini merupakan contoh agen antimikroba yang pertama kali

ditemukan pada manusia. Seperti, Pyocyanase, lisozim juga terbukti dapat

membunuh sel bakteri. Penemuan Fleming yang kedua terjadi secara tidak sengaja

pada tahun 1928, saat ia menemukan bahwa koloni Staphylococcus yang ia

tumbuhkan dengan metode streak (gores silang) pada media agar di cawan petri

mengalami lisis disekitar pertumbuhan koloni kapang tersebut merupakan

Penicilium sp (Pratiwi, 2008).

Antibiotika merupakan obat yang sangat penting dan dipakai untuk

memberantas berbagai penyakit infeksi, misalnya radang paru-paru, tifus, luka

yang berat dan sebagainya. Pemakaian antibiotika harus di bawah pengawasan

seorang dokter, karena obat ini dapat menimbulkan kerja ikutan yang tidak

dikehendaki dan dapat mendatangkan kerugian yang cukup besar bila

pemakaiannya tidak dikontrol dengan betul (Widjajanti, 1998).

Lazimnya antibiotika dibuat secara mikrobiologi, yaitu fungi dibiakkan

dalam tangki-tangki besar bersama zat-zat gizi khusus. Oksigen atau udara steril

Page 7: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

disalurkan kedalam cairan pembiakkan guna mempercepat pertumbuhan fungi dan

meningkatkan produksi antibiotikumnya. Setelah diisolasi dari cairan kultur,

antibiotiukum dimurnikan dan aktivitasnya ditentukan (Tjay dan Rahardja, 2007).

Antibiotika digunakan untuk mengobati berbagai jenis infeksi akibat

kuman atau juga untuk prevensi infeksi, misalnya pada pembedahan besar. Secara

profilaktis juga diberikan pada pasien dengan sendi dan klep jantung buatan, juga

sebelum cabut gigi (Tjay dan Rahardja, 2007).

Pengujian terhadap antibiotik meliputi penguji secara kimia, biologi,

mikrobiologi, atau ketiga-tiganya. Pengujian harus dilakukan secara hati-hati dan

tidak boleh terjadi perubahan selama proses pengujiannya terhadap antibiotik

tersebut. Sampel harus diletakkan ditempat yang berudara kering, bebas dari debu,

kontaminasi bahan kimia dan mikroba yang ada diudara, dan pembukaan harus

sesedikit mungkin. Perhatian khusus harus diberikan pada pengujian potensi

bahan baku antibiotik (Lachman, dkk., 1994).

Antibiotik dapat diklasifikasikan berdasarkan spektrum atau kisaran kerja,

mekanisme aksi, strain penghasil, cara biosintesis maupun berdasarkan struktur

biokimianya. Berdasarkan spektrum atau kisaran kerjanya antibiotik dapat

dibedakan mennjadi 2 golongan yaitu:

a. Antibiotik dengan kegiatan sempit (Narrow spectrum)

Hanya mampu menghambat segolongan jenis bakteri saja, contohnya

hanya mampu menghambat atau membunuh bakteri Gram negatif atau

Gram positif saja.

b. Antibiotik dengan kegiatan luas (Broad spectrum)

Page 8: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

Dapat menghambat atau membunuh bakteri dari golongan Gram positif

dan Gram negatif (Pratiwi, 2008).

Berdasarkan mekanisme aksinya, antibiotik dibedakan menjadi lima, yaitu

antibiotik dengan mekanisme penghambatan sintesis dinding sel, perusakan

membran sel, penghambatan sintesis protein, penghambatan sintesis asam nukleat,

dan penghambatan sintesis metabolit esensial (Pratiwi, 2008).

2.2.1 Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel

Antibiotik ini adalah antibiotik yang merusak lapisan peptidoglikan yang

menyusun dinding sel bakteri Gram positif maupun Gram negatif, contohnya

penisilin, monobaktam, sefalosporin, karbapenem, basitrasin, vankomisin, dan

isoniazid (INH) (Pratiwi, 2008).

2.2.2 Antibiotika yang merusak membran plasma

Membran plasma bersifat semipermiabel dan mengendalikan transpor

berbagai metabolit ke dalam dan ke luar sel. Adanya gangguan atau kerusakan

struktur pada membran plasma dapat menghambat atau merusak kemampuan

membran plasma sebagai penghalang (barrier) osmosis dan mengganggu

sejumlah proses biosintesisnya yang diperlukan dalam membran (Pratiwi, 2008).

Antibiotik yang bersifat merusak menbran plasma umum terdapat pada

antibiotik golongan polipeptida yang bekerja dengan mengubah permeabilitas

membran plasma sel bakteri. Contohnya adalah polimiksin B yang melekat pada

fosfolipid membran, amfoterisin B, mikonazol, dan ketokenazol yang ketiganya

merupakan antifungi yang bekerja dengan cara berkombinasi dengan sterol pada

membran plasma fungi (Pratiwi, 2008).

Page 9: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

2.2.3 Antibiotik yang menghambat sintesis protein

Aminoglikosida merupakan kelompok antibiotik yang gula aminonya

tergabung dalam ikatan glikosida. Antibiotik ini memiliki spektrum luas dan

bersifat bakterisidal dengan mekanisme penghambatan pada sintesis protein

(Pratiwi, 2008).

Aminoglikosid merupakan kelompok antibiotika yang mempunyai

hubungan struktur kimia, kemampuan membunuh bakteri, mekanisme kerja, sifat-

sifat farmakologi dan farmakodinetik yang hampir sama. Struktur kimianya

mempunyai gugusan aminoglukosa yang membentuk rantai glikosid. Obat-oabt

ini punya peranan yang amat penting dalam pengobatan infeksi yang disebabkan

bakteri Gram negatif (Munaf, 1994).

Aminoglikosid adalah obat-obat utama untuk pengobatan infeksi Gram

negatif. Contoh antibiotik dari golongan aminoglikosid adalah gentamisin,

streptomisin, tobramisin, dan amikasin. Aminiglikosid bersifat bakterisid dengan

menghambat sintesis protein secara reversibel, namun demikian mekanisme kerja

sebenarnya dari obat ini tidak diketahui (Munaf, 1994).

Semua aminoglikosid larut dalam air, tidak diabsorpsi pada pemberian per

oral, penetrasi ke jaringan terbatas dan tidak mempunyai metabolisme khusus.

Aminoglikosid terutama dikeluarkan melalui filtrasi glomeruler dalam ginjal

(Munaf, 1994).

2.2.4 Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat (DNA/RNA)

Penghambatan pada sintesa nukleat berupa penghambatan terhadap

transkripsi dan replikasi mikroorganisme. Yang termasuk antibiotik penghambat

Page 10: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

sintesis asam nukleat ini adalah antibiotik golongan kuinolon seperti asam

nalidiksat dan rifampin (Pratiwi, 2008).

2.2.5 Antibiotika menghambat sintesis metabolit esensial

Penghambatan terhadap sintetsis metabolit esensial antara lain dengan

adanya kompetitor berupa antimetabolit, yaitu substansi yang secara kompetitif

menghambat metabolit mikroorganisme, karena memiliki struktur yang mirip

dengan substrat normal bagi enzim metabolisme. Contohnya adalah antimetabolit

sulfanilamid (sulfa drug) dan para amino benzoic acid (PABA) (Pratiwi, 2008).

2.3 Gentamisin Sulfat

Gentamisin sulfat adalah garam sulfat atau campuran garamnya dari

antibiotik yang dihasilkan oleh pembiakan Micromonosporae purpurae. Potensi

setara dengan tidak kurang dari 590 mcg per mg gentamisin, dihitung terhadap zat

yang telah dikeringkan (Ditjen POM, 1995).

Gambar 2.1 Struktur Gentamisin

Menurut Dirjen POM (1995), gentamisin sulfat memiliki informasi yaitu:

Rumus molekul : C21H34N5O7 H2SO4

Page 11: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

Berat molekul : 575,5954

Pemerian : Serbuk, putih sampai kekuning-kuningan.

Kelarutan : Larut dalam air, tidak larut dalam etanol, dalam aseton, dalam

kloroform, dalam eter dan dalam benzena.

pH : Antara 3,5 dan 5,5.

Persyaratan : Pada sediaan salep kulit gentamisin sulfat mengandung tidak

kurang dari 90,0% dan tidak lebih dari 135,0% gentamisin dari

jumlah yang tertera pada etiket.

Gentamisin sulfat adalah antibiotika golongan aminoglikosida yang

mempunyai potensi tinggi dan berspektrum luas terhadap bakteri Gram poitif dan

Gram negatif dengan sifat bakterisid. Gentamisin sulfat mempunyai rentang terapi

sempit (Rolanda, 2012).

Gentamisin sulfat dengan kadar 2-10 mcg/mL menghambat banyak galur

stafilokokus, koliform, dan bakteri Gram negatif lainnya in vitro. Obat ini aktif

bila digunakan sendiri tetapi juga memiliki efek sinergisti dengan antibiotik β-

laktam terhadap Pseudomonas, Proteus, Enterobacter, Klebsiella, serratia,

stenotrophomonas dan bakteri batang Gram negatif lainnya yang resisten terhadap

berbagai antibiotik lain. Seperti semua aminoglikosida, gentamisin tidak memiliki

aktivitas antimikroba terhadap bakteri anaerob (Katzung, 2010).

2.3.1 Mekanisme kerja gentamisin sulfat

Mekanisme kerja antibiotik gentamisin ama eperti mekanisme kerja

antibiotik golongan aminoglikosida lainnya yaitu menghambat sintesis protein

bakteri. Dalam hal ini, antibiotik golongan aminoglikosida terikat pada sub unit

Page 12: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

30 S ribosom yang akan mengakibatkjan kode genetika mRNA tidak terbca

dengan baik sehingga tidak terbentuk sub unit 70 S, akibatnya biosintesis protein

bakteri dikacaukan. Efek ini terjadi tidak hanya pada fase pertumbuhan bakteri

melainkan bila bakteri tidak membelah diri. Semua aminoglikosida terikat pada

sub unit 30 S dari ribosom secara selektif (Wattimena, 1987; Tjay, 2002).

2.3.2 Penggunaan gentamisin sulfat

Penggunaan kllinis gentamisin sulfat dilakukan dengan beberapa cara

pemberian yaitu:

a. Pemberian secara intravena

Gentamisin digunakan terutama pada infeksi berat yang disebabkan oleh

bakteri gram-negatif yang mungkin telah resisten terhadap obat-obat lain

terutama Pseudomonas, Enterobacter, Serratia, Proteus, Acinotobacter, dan

Klebsiella. Gentamisin sebanyak 5-6 mg/kg/hari biasanya diberikan secara

intravena dengan tiga kali pemberian dengan jumlah setara tetapi pemberian

sekali sehari sama efektifnya untuk beberapa organisme dan bersifat kurang

toksik (Katzung, 2004).

b. Pemberian topikal

Krim, salep, atau larutan yang mengandung 0,1- 0,3% gentamisin sulfat

digunakan pada luka bakar, luka, atau lesi kulit yang terinfeksi dan sebagai

pencegahan infeksi pada pemasangan kateter intravena. Gentamisin topikal

sebagian diinaktifkan oleh eksudat yang purulen. Sepuluh miligram

gentamisin dapat disuntikkan secara subkongjungtiva untuk mengobati

infeksi mata (Katzung, 2004).

Page 13: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

c. Pemberian Intratekal

Meningitis yang disebabkan oleh bakteri gram-negatif diobati dengan

suntikan intratekal gentamisin sulfat sebanyak 1-10 mg/hari. Akan tetapi,

baik pemberian gentamisin secara intratekal maupun intraventrikel tidak

bermanfaat untuk meningitis pada neonatus, dan gentamisin intraventrikel

bersifat toksik sehingga memunculkan pertanyaan mengenai kegunaan terapi

dengan cara tersebut. Selain itu, ketersediaan sefalosporin generasi ketiga

untuk mengobati meningitis akibat bakteri gram-negatif menyebabkan terapi

aminoglikosida intratekal tidak berguna pada sebagian besar kasus (Katzung,

2004).

2.3.3 Efek samping dan indikasi

Efek samping gentamisin yaitu dapat menyebabkan kerusakan pada mata

dan berkurangnya pendengaran untuk nada tinggi, juga nefrotoksisitas serta

blokade neuromuskular (Wattimena dkk, 1991).

Indikasi dari gentamisin sulfat yaitu digunakan pada infeksi oleh bakteri

Gram negatif meliputi infeksi intra-abdomen, jaringan halus, tulang dan sendi,

luka, saluran kemih, pneumonia dan menigitis atau digunakan secara topikal pada

infeksi luka bakar dan infeksi pada mata. Sering diperlukan terapi kombinasi

dengan penisilin sebagai antipseudomonas (Wattimena, dkk., 1991).

2.4 Pengujian Mutu Salep Gentamisin

Mutu adalah totalitas keseluruhan suatu barang yang menyatakan

kemampuannya memenuhi persyaratan yang ditetapkan dan diberlakukan. Mutu

Page 14: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

obat yang baik telah tercapai apabila semua sediaan obat yang digunakan oleh

manusia dapat memulihkan atau memberikan efek terapi (Ditjen POM, 2012).

Pengawasan dan pemeriksaan mutu secara menyeluruh menyatakan bahwa

setiap bahan baku dan setiap batch obat jadi sesuai dengan standar. Berarti bahan

baku tersebut dapat diproduksi menjadi obat jadi sedangkan obat jadi tersebut

dapat dilanjutkan ke proses pengemasan (Lachman, dkk., 1994).

Bermacam-macam pemeriksaan yang harus dijalankan oleh suatu obat

seperti diuraikan di bawah ini:

1. Pemeriksaan secara fisika dan kimia

Meliputi pemeriksaan bentuk, warna, bau, identitas, rotasi optik, berat

jenis,waktu hancur, bau, identitas, rotasi optik, berat jenis, pH, kelarutan,

kekentalan, kekerasan tablet, susut pengeringan, berat rata-rata atau

volume per unit, keseragaman bobot atau volume, bentuk kristal, ukuran

partikel, kadar air, kadar zat aktif, pengotoran dan atau produk yang

hancur.

2. Pemeriksaan secara biologi dan mikrobiologi

Meliputi pemeriksaan kadar, potensi, keamanan, toksisitas, adanya

pirogen, histamin, pemeriksaan sterlitas, koefesien fenol, daya antiseptik

dan daya preservatif (Lachman, dkk., 1994).

2.4.1 Pemerian

Pemerian memuat paparan mengenai sifat zat yang diuraikan secara umum

meliputi wujud, rupa, warna rasa, bau dan untuk beberapa hal dilengkapi dengan

sifat kimia atau sifat fisiknya, dimaksudkan untuk dijadikan petunjuk dalam

Page 15: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

pembuatan, peracikan dan penggunaan, disamping juga berguna untuk membantu

pemeriksaan pendahuluan dalam pengujian (Ditjen POM, 1984).

2.4.2 Pengujian pH

Harga pH adalah harga yang diberikan oleh alat potensiometrik (pH meter)

yang sesuai, yang telah dibakukan sebagaimana mestinya, yang mampu mengukur

harga pH sampai 0,02 unit pH menggunakan elektrode indikator yang peka

terhadap aktivitas ion hidrogen, elektrode kaca, dan elektrode pembanding yang

sesuai seperti elektrode kalomel atau elektrode perak-perak klorida (Ditjen POM,

1995).

2.4.3 Homogenitas

Homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan salep pada sekeping

kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus menunjukkan sususan yang

homogen (Syamsuni, 2006).

2.4.4 Uji Keseragaman Sediaan

Keseragaman sediaan dapat ditetapkan dengan salah satu dari dua metode,

yaitu keseragaman bobot atau keseragaman kandungan. Persyaratan ini digunakan

untuk sediaan yang mengandung satu zat aktif dan sediaan mengandung dua atau

lebih zat aktif. Untuk penetapan keseragaman sediaan dengan cara keseragaman

bobot dilakukan untuk sediaan yang dimaksud (dari satuan uji dapat diambil dari

bets yang sama untuk penetapan kadar (Ditjen, 1995).

Standar deviasi merupakan akar jumlah kuadrat deviasi masing-masing

hasil penetapan terhadap mean dibagi dengan derajat kebebasannya (degrees of

freedom). Standar deviasi (SD) lebih banyak digunakan sebagai ukuran kuantitatif

Page 16: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

ketetapan atau ukuran presisi, terutama apabiladibutuhkan untuk membandingkan

ketepatan suatu hasil (metode) dengan hasil (metode) lain. Semakin kecil nilai SD

dari sserangkaian pengukuran, maka metode yang digunakan semakin tepat

(Rohman, 2007).

2.4.5 Standar Deviasi Relatif (RSD)

Standar deviasi relatif (Relative standart deviation, RSD) yang juga

dikenal dengan koefesien variasi merupakan ukuran ketepatan relatif dan

umumnya dinyatakan dalam persen. Semakin kecil nilai RSD dari serangkaian

pengukuran maka metode yang digunakan semakin tepat (Rohman, 2007).

2.4.6 Uji Potensi

Aktivitas (potensi) antibiotika dapat ditunjukkan pada kondisi yang sesuai

dengan efek daya hambatnya terhadap mikroba. Suatu penurunan aktivitas

antimikroba juga akan dapat menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat

ditunjukkan oleh metode kimia, sehingga pengujian secara mikrobiologi atau

biologi biasanya merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang

kemungkinan hilangnya aktivitas (Ditjen POM, 1995).

Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada antimikroba yang menghambat

pertumbuhan mikroba dikenal sebagai aktivitas bakteriostatik, dan ada yang

bersifat membunuh mikroba dikenal sebagai aktivitas bakterisid. Kadar hambat

minimal (KHM) antibakteri adalah kadar minimal dari antibakteri yang

diperlukan untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Kadar bunuh minimal

(KBM) antibakteri adalah kadar minimal dari antibakteri yang diperlukan untuk

membunuh bakteri. Antibakteri dapat meningkat aktivitasnya dari bakteriostatik

Page 17: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

menjadui bakterisid, apabila kadar antibakteri tersebut ditingkatkan lebih besar

dari KHM (Rolanda, 2012).

Uji kepekaan antibiotika dilakukan terhadap setiap organisme yang

menjadi penyebab atau berperan di dalam proses peradangan dimana pengobatan

dengan antibiotika merupakan suatu keharusan. Uji kepekaan menjadi penting

dimana ada indikasi bahwa organisme penyebab infeksi merupakan bagian dari

kelompok kuman yang resisten terhadap antibiotika yang umum digunakan dalam

pengobatan (Lesmana, 2006).

Metode difusi cakram adalah metode yang rutin dilakukan dalam

mikrobiologi klinik dan cara ini didasarkan semata-mata pada atau tidaknya zona

hambatan. Dengan kuman-kuman standar, dibuat korelasi antara diameter zona

pada difusi cakram dengan hasil konsentrasi hambatan minimal (minimal

inhibition concentration). Dengan cara ini ditentukan diameter zona terttentu

termasuk dalam kategori sensitive, intermediate, atau resisntance (Lesmana,

2006).

Metode disc diffusion (tes Kirby &Bauer) untuk menentukan aktivitas

agen antimikroba. Piringan yang berisi agen antimikroba diletakkan pada media

Agar yang telah ditanami mikroorganisme yang akan berdifusi pada madia Agar

tersebut. Area jernih mengindikasikan adanya hambatan pertumbuhan

mikroorganisme oleh agen antimikroba pada permukaan media Agar (Pratiwi,

2008).

Ukuran “sensitif”resisten atau intermediate” disesuaikan dengan standar

yang telah ditetapkan. Pengujian secara dilusi (dilution methods) adalah metode

Page 18: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

uji kepekaan yang baku dan suatu teknik yang dapat diandalkan. Penentuan kadar

hambatan minimal dengan cara dilusi memberikan manfaat dalam membedakan

kuman-kuman yang berada dikategori resisten relatif dan intermediate. Berbeda

dengan cara difusi agar yang lebih banyak dilakukan secara rutin untuk

memberikan tuntunan didalam pengobatan, metode penentuan kadar hambatan

minimal tidak dikerjakan secara rutin tetapi lebih banyak sebagai acuan untuk

menilai ketepatan sistem uji kepekaan lainnya (Lesmana, 2006).

Ada dua metode umum yang dapat digunakan yaitu penetapan dengan

lempeng-silinder atau “lempeng” dan penetapan dengan cara “tabung” atau

tirbidimetri. Metode pertama berdasarkan difusi antibiotik dari silinder yang

dipasang gtegak lusrus pada lapisan agar padat dalam cawan Petri atau lempeng

sehingga mikroba yang ditambahkan dihambat pertumbuhannya pada daerah

berupa lingkaran atau “zona” di sekeliling silinder yang berisi larutan antibiotik.

Metode turbidimetri berdasarkan atas hambatan pertumbuhan biakan mikroba

dalam larutan serba sama antibiotik, dalam media cair yang dapat menumbuhkan

mikroba dengan cepat bila tidak terdapat antibiotik (Ditjen POM, 1995).

Metode dilusi untuk menguji kepekaan antibiotika digunakan untuk

menentukan konsentrasi minimal antibiotika yang menghambat atau membunuh

kuman.Konsentrasi hambatan minimal (KHM) dinyatakan dalam mikrogram (µg)

per mililiter (ml) (Lesmana, 2006).

Untuk penetapan cara lempeng gunakan cawan petri kaca atau plastik

(lebih kurang 20 mm x 100 mm). Yang mempunyai tutup dari bahan yang sesuai.

Untuk silinder, gunakan silinder besi tahan karat atau porselen dengan toleransi

Page 19: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

ukuran masing-masing lebih kurang 0,1 mm, diameter luar 8 mm, diameter dalam

6 mm, dan tinggi 10 mm (Ditjen POM, 1995).

Metode yang umum dipakai untuk menguji aktivitas antibakteri adalah:

a. Metode pengenceran agar (Teknik dilusi)

Pada metode ini, aktivitas zat antibakteri ditentukan sebagai kadar hambat

minimal (KHM), yaitu zat antibakteri dengan konsentrasi terendah yang masih

dapat menghambat pertumbuhan bakteri. Metode ini dapat berupa:

• Cara pengenceran serial dalam tabung

Pada cara ini zat antibakteri yang akan diuji aktivitasnya

diencerkan secara serial dengan pengenceran kelipatan dua dalam media

cair (contoh: kaldu nutrisi untuk bakteri dan sabouraud cair untuk jamur)

dan selanjutnya diinokulasikan dengan bakteri uji. Setelah itu

diinkubasikan pada suhu 37ºC selama 18 sampai 24 jam (untuk bakteri)

dan pada suhu kamar selama 1 sampai 2 minggu (untuk jamur).

• Cara penipisan lempeng agar

Pada cara ini zat antibakteri yang akan ditentukan aktivitas

antibakterinya diencerkan secara serial dengan metode pengenceran

kelipatan dua di dalam media agar yang masih dalam fase cair bersuhu

40ºC sampai 50ºC yang kemudian dituangkan ke dalam cawan petri.

Setelah lempeng agar membeku, ditanam inokulum bakteri dan kemudian

diinkubasi pada suhu dan jangka waktu yang sesuai dengan pertumbuhan

bakteri yang diuji (18-24 jam, 37ºC).

Page 20: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

b. Metode difusi agar

Metode difusi pada awalnya dikembangkan oleh bauer, sehingga metode

difusi sering disebut sebagai Kirby-Bauer test. Kemudian metode ini

dikembangkan oleh National Comiite for Clinical Laboratory Standars. Prinsip

dari metode ini adalah antimikroba dijenuhkan kedalam cakram kertas (Disc

blank) (Suwandi, 2012).

Pada metode ini zat antibakteri yang akan ditentukan aktivitas

antibakterinya berdifusi pada lempeng agar yang telah ditanam bakteri yang akan

diuji. Dasar pengamatannya terbentuk atau tidaknya zona hambatan disekeliling

cakram atau silinder yang berisi zat antibakteri. Metode difusi ini dapat dilakukan

dengan cara:

• Cara parit (ditch)

Pada media agar yang ditanami inokulum dibuat parit kemudian

diisi dengan zat antibakteri dan diinkubasikan pada suhu dan jangka

waktu yang sesuai untuk jenis bakterinya. Pengamatan dilakukan atas ada

atau tidaknya zona hambatan disekeliling parit.

• Cara lubang atau cawan (hole atau cup)

Pada media agar yang telah ditanami inokulum dibuat lubang

kemudian diisikan dengan zat antibakteri. Modifikasi dari cara ini adalah

meletakkan silinder pada media agar kemudian diisi dengan zat

antibakteri. Setelah diinkubasi pada suhu dan jangka waktu yang sesuai

dengan antibakteri, pengamatan dilakukan dengan melihat ada atau

tidaknya zona hambatan disekeliling lubang atau silinder.

Page 21: repository.usu.ac.id › bitstream › handle › 123456789 › 50514... · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep2015-09-21 · BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Salep Salep adalah sediaan

• Cara cakram (disc)

Kertas cakram yang mengandung zat antibakteri diletakkan di atas

lempeng agar yang ditanami inokulum kemudian diinkubasikan pada

suhu dan jangka waktu yang sesuai dengan jenis bakterinya (18-24 jam,

37ºC . Diameter zona hambat yaitu zona bening bisa dihitung dengan

penggaris atau jangka sorong (callliper) dalam satuan mm. Diameter

zona hambat merupakan pengukuran Kadar Hambat Minimum (KHM)

secara tidak langsung dari zat antibakteri terhadap mikroba. Ukuran dari

zona hambat dapat dipengaruhi oleh kepadatan atau viskositas dari media

biakan, kecepatan difusi zat antibakteri, konsentrasi zat antibakteri,

sensitivitas mikroorganisme terhadap zat antibakteri dan interaksi zat

antibakteri dengan media (Rolanda, 2012 ; Suwandi, 2012).

c. Turbidimetri

Pada metode ini, pengamatan aktivitas antibakteri didasarkan atas

kekeruhan yang terjadi pada media pembenihan. Pembunuhan bakteri juga dapat

ditentukan dari perubahan yang terjadi pada sebelum dan sesudah inkubasi, yang

dilakukan dengan mengukur serapannya secara spektrofotometri. Adanya

pertumbuhan bakteri ditandai dengan peningkatan jumlah sel bakteri yang

mengakibatkan meningkatnya kekeruhan. Kekeruhan yang terjadi umumnya

berbanding lurus dengan serapannya yang berarti semakin banyak jumlah sel

maka akan terlihat semakin keruh dan serapannya akan semakin besar (Rolanda,

2012).