95319204 karsinoma sel transitional buli print

10
 1 Karsinoma sel transitional buli-buli Tujuan Praktikum Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus karsinoma sel transitional buli-buli ditinjau dari ilmu patologi anatomi Petunjuk Praktikum 1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar 2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario 3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario. 4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati 5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan Dasar teori Karsinoma transisional buli Karsinoma transisional buli-buli yang masih dini merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama kelamaan akan mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot dan lemak vesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya. Disamping itu tumor dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen. Penyebaran limfogen menuju kelenjar limfe perivesika, obturator, iliaka eksterna dan iliaka komunis; sedangkan  penyebaran hematogen pali ng sering ke hepar, paru-paru dan tu lang. Gambaran Klinik Jika seorang pasien datang dengan keluhan hematuri yang bersifat : (1) tanpa disertai rasa nyeri (painless), (2) kambuhan (intermittent), dan terjadi pada seluruh proses miksi (total). Meskipun seringkali karsinoma buli-buli tanpa disertai gejala disuria, tetapi pada karsinoma in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas tidak jarang menunjukkan gejala iritasi buli-  buli,antara lain : disuria, polakisuri, frekwensi dan urgensi. Hematuri dapat menimbulkan keluhan retensi bekuan darah. Keluhan akibat penyakit yang lebih lanjut berupa : gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau adanya edema tungkai. Edema tungkai ini disebabkan karena adanya  penekanan aliran li mfe oleh massa tumor atau oleh kelenjar li mfe yang membesar di daerah pelvis. Derajat Invasi Tumor (Stadium) Penentuan derajat invasi Tumor berdasarkan sistem TNM atau berdasarkan  penentuan stadium dari Marshall . -------------------------------------------------------------------------- TNM Marshall Uraian Tis 0 Karsinoma in situ Ta 0 Tumor papilari non invasif T1 A Invasi sub mukosa T2 B1 Invasi otot superfisial T3a B2 Invasi otot propunda T3b C Invasi jaringan lemak prevesika T4 D1 Invasi ke organ sekitar  N1-3 D1 Metastasis ke limfoudi regioanal M1 D2 Metastasis hematogen --------------------------------------------------------------------------- Palpasi Bimanual Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli-buli relaks) pada saat sebelum dan sesudah tindakan TUR Buli-buli. Laboratorium Selain pemeriksaan laboratorium rutin, diperiksa pula :  Sitologi urine yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine.  Cell surface Antigen study  Flow cytometri yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel urotelium. Pencitraan Pemeriksaan PIV dapat mendeteksi adanya tumor buli-buli berupa filling defect dan mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum. Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter. CT scan atau MRI berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya. Terapi Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli-buli adalah reseksi buli-buli transuretra atau TUR Buli-buli. Terapi selanjutnya tergantung pada stadiumnya, antara lain :  Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang ketat atau wait and see.  Instilasi intra vesika dengan obat : Mitomisin C, BCG, 5-Fluoro Uracil,Siklofosfamid, Doksorubisin atau dengan Interferon.  Sistektomi radikal, parsial atau total.  Radiasi eksterna  Terapi ajuvan dengan kemoterafi sistemik antara lain regimen Sisplatinum- Sisklofofamid dan Adriamisin (Cis C A).

Upload: rudi-jazz-regobiz

Post on 21-Jul-2015

182 views

Category:

Documents


3 download

TRANSCRIPT

Karsinoma sel transitional buli-buli

Tujuan Praktikum Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus karsinoma sel transitional buli-buli ditinjau dari ilmu patologi anatomi Petunjuk Praktikum 1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar 2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario 3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario. 4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati 5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

-------------------------------------------------------------------------TNM Marshall Uraian Tis 0 Ta 0 T1 A T2 B1 T3a B2 T3b C T4 D1 N1-3 D1 regioanal M1 D2 ---------------------------------------------------------------------------

Karsinoma in situ Tumor papilari non invasif Invasi sub mukosa Invasi otot superfisial Invasi otot propunda Invasi jaringan lemak prevesika Invasi ke organ sekitar Metastasis ke limfoudi Metastasis hematogen

Dasar teori Karsinoma transisional buli Karsinoma transisional buli-buli yang masih dini merupakan tumor superfisial. Tumor ini lama kelamaan akan mengadakan infiltrasi ke lamina propria, otot dan lemak vesika yang kemudian menyebar langsung ke jaringan sekitarnya. Disamping itu tumor dapat menyebar secara limfogen maupun hematogen. Penyebaran limfogen menuju kelenjar limfe perivesika, obturator, iliaka eksterna dan iliaka komunis; sedangkan penyebaran hematogen paling sering ke hepar, paru-paru dan tulang.

Palpasi Bimanual Palpasi bimanual dikerjakan dengan narkose umum (supaya otot buli-buli relaks) pada saat sebelum dan sesudah tindakan TUR Buli-buli.

Laboratorium Selain pemeriksaan laboratorium rutin, diperiksa pula : Sitologi urine yaitu pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine. Cell surface Antigen study Flow cytometri yaitu mendeteksi adanya kelainan kromosom sel-sel urotelium.

Gambaran Klinik Jika seorang pasien datang dengan keluhan hematuri yang bersifat : (1) tanpa disertai rasa nyeri (painless), (2) kambuhan (intermittent), dan terjadi pada seluruh proses miksi (total). Meskipun seringkali karsinoma buli-buli tanpa disertai gejala disuria, tetapi pada karsinoma in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan infiltrasi luas tidak jarang menunjukkan gejala iritasi bulibuli,antara lain : disuria, polakisuri, frekwensi dan urgensi. Hematuri dapat menimbulkan keluhan retensi bekuan darah. Keluhan akibat penyakit yang lebih lanjut berupa : gejala obstruksi saluran kemih bagian atas atau adanya edema tungkai. Edema tungkai ini disebabkan karena adanya penekanan aliran limfe oleh massa tumor atau oleh kelenjar limfe yang membesar di daerah pelvis.

Pencitraan Pemeriksaan PIV dapat mendeteksi adanya tumor buli-buli berupa filling defect dan mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum. Didapatkannya hidroureter atau hidronefrosis merupakan salah satu tanda adanya infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter. CT scan atau MRI berguna untuk menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya. Terapi Tindakan yang pertama kali dilakukan pada pasien karsinoma buli-buli adalah reseksi buli-buli transuretra atau TUR Buli-buli. Terapi selanjutnya tergantung pada stadiumnya, antara lain : Tidak perlu terapi lanjutan akan tetapi selalu mendapat pengawasan yang ketat atau wait and see. Instilasi intra vesika dengan obat : Mitomisin C, BCG, 5-Fluoro Uracil,Siklofosfamid, Doksorubisin atau dengan Interferon. Sistektomi radikal, parsial atau total. Radiasi eksterna Terapi ajuvan dengan kemoterafi sistemik antara lain regimen Sisplatinum- Sisklofofamid dan Adriamisin (Cis C A).

Derajat Invasi Tumor (Stadium) Penentuan derajat invasi Tumor berdasarkan sistem TNM atau berdasarkan penentuan stadium dari Marshall.

1

Alternatif terapi setelah TUR Buli-buli -------------------------------------------------------------Stadium Tindakan Superfisial (stadium 0-A) Instilasi intravesika Invasif (stadium B-C-D1) TUR Buli/fulgurasi

TUR Buli Sistektomi atau radiasi

Metastasis Ajuvativus kemoterapi (stadium D2) Radiasi paliatif ----------------------------------------------------------------

Diversi Urine Sistektomi radikal adalah pengangkatan buli-buli dan jaringan sekitarnya dan selanjutnya aliran urine dari ureter dialirkan melalui beberapa cara diversi urine, antara lain :

Gambar 1. Hasil pemeriksaan sitologi urine pasien karsinoma sel transisional

Makroskopis Diterima sebuah jaringan buli-buli ukuran 12x10x10 cm. Pada lamilasi pada permukaan dalam tampak massa seperti bunga kol, rapuh.

Uretrosigmoidostomi : yaitu membuat anastomosis kedua ureter ke sigmoid. Konduit usus : yaitu mengganti buli-buli dengan ileum sebagai penampung urine, sedangkan untuk mengeluarkan urine dipasang kateter menetap melalui sebuah stoma. Diversi urine kontinen : yaitu mengganti buli-buli dengan segmen ileum dengan membuat stoma yang kontinen (dapat menahan urine pada volume tertentu. Urine kemudian dikeluarkan melalui stoma dengan melakukan kateterisasi mandiri secara berkala.

Skenario Seorang laki-laki usia 65 tahun dengan keluhan buang air kecil berdarah (hematuria) sejak beberapa bulan yang lalu. Saat ini keluhan tersebut semakin sering disertai lemas dan berat badan menurun. Pada pemeriksaan fisik penderita dinyatakan anemia. Pada pemeriksaan usg tampak massa dengan batas tidak tegas pada buli-buli. Pemeriksaan sitologi: ditemukan sel-sel bentuk bulat, oval, poligonal berkelompok menyusun pseudo palisade. Diputuskan operasi, hasil operasi dikirim ke patologi anotomi untuk kepentingan diagnosis.

Gambar 2. Sediaan gross hasil operasi pasien karsinoma sel transitional Mikroskopis Sediaan massa tumor terdiri dari sel-sel bulat sedang tersusun papilifer. Inti sel pleomorfi, hiperkromatis, mitosis ditemukan. Sebagian sel tumor telah menginvasi jaringan ikat sekitarnya.

2

Hiperplasia prostat Tujuan Praktikum Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus hyperplasia prostat ditinjau dari ilmu patologi anatomi Petunjuk Praktikum 1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar 2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario 3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario. 4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati 5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Gambar 3. Sediaan mikroskopis karsinoma sel transitional Kesimpulan Karsinoma sel transisional buli-buli

Dasar teori Hyperplasia prostat Tugas 1. 2. 3. Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah anda buat! Jelaskan tentang gradasi tumor buli! Jelaskan faktor predisposisi terjadinya karsinoma sel transisional buli-buli! Prostate Hyperplasia adalah hiperplasia epitel kelenjar periuretral prostat yang akan mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer.

HIPERPLASIA PROSTAT sering terjadi pada lobus lateralis dan lobus medialis karena mengandung banyak jaringan kelenjar, tetapi tidak mengalami pembesaran pada bagian posterior daripada lobus medius (lobus posterior) yang merupakan bagian tersering terjadinya perkembangan suatu keganasan prostat. Sedangkan lobus anterior kurang mengalami hiperplasi karena sedikit mengandung jaringan kelenjar. Secara histologis, prostat terdiri atas kelenjar-kelenjar yang dilapisi epitel thoraks selapis dan di bagian basal terdapat juga sel-sel kuboid, sehingga keseluruhan epitel tampak menyerupai epitel berlapis.

Fisiologi Prostat

3

Prostat adalah kelenjar sex sekunder pada laki-laki yang menghasilkan cairan dan plasma seminalis, dengan perbandingan cairan prostat 13-32% dan cairan vesikula seminalis 46-80% pada waktu ejakulasi. Kelenjar prostat dibawah pengaruh Androgen Bodies dan dapat dihentikan dengan pemberian Stilbestrol.

Seperti pada organ lain, prostat dalam hal ini kelenjar periuretral pada seorang dewasa berada dalam keadaan keseimbangan steady state, antara pertumbuhan sel dan sel yang mati, keseimbangan ini disebabkan adanya kadar testosteron tertentu dalam jaringan prostat yang dapat mempengaruhi sel stem sehingga dapat berproliferasi. Pada keadaan tertentu jumlah sel stem ini dapat bertambah sehingga terjadi proliferasi lebih cepat. Terjadinya proliferasi abnormal sel stem sehingga menyebabkan produksi atau proliferasi sel stroma dan sel epitel kelenjar periuretral prostat menjadi berlebihan. 5. Teori Dehidrotestosteron (DHT)

Etiologi Hyperplasia Prostat Hingga sekarang masih belum diketahui secara pasti penyebab terjadinya hiperplasia prostat, tetapi beberapa hipotesis menyebutkan bahwa hiperplasia prostat erat kaitannya dengan peningkatan kadar dehidrotestosteron (DHT) dan proses aging (menjadi tua). Beberapa teori atau hipotesis yang diduga sebagai penyebab timbulnya hiperplasia prostat adalah: 1. Teori Hormonal

Dengan bertambahnya usia akan terjadi perubahan keseimbangan hormonal, yaitu antara hormon testosteron dan hormon estrogen. Karena produksi testosteron menurun dan terjadi konversi testosteron menjadi estrogen pada jaringan adiposa di perifer dengan pertolongan enzim aromatase, dimana sifat estrogen ini akan merangsang terjadinya hiperplasia pada stroma, sehingga timbul dugaan bahwa testosteron diperlukan untuk inisiasi terjadinya proliferasi sel tetapi kemudian estrogenlah yang berperan untuk perkembangan stroma. Kemungkinan lain ialah perubahan konsentrasi relatif testosteron dan estrogen akan menyebabkan produksi dan potensiasi faktor pertumbuhan lain yang dapat menyebabkan terjadinya pembesaran prostat. Pada keadaan normal hormon gonadotropin hipofise akan menyebabkan produksi hormon androgen testis yang akan mengontrol pertumbuhan prostat. Dengan makin bertambahnya usia, akan terjadi penurunan dari fungsi testikuler (spermatogenesis) yang akan menyebabkan penurunan yang progresif dari sekresi androgen. Hal ini mengakibatkan hormon gonadotropin akan sangat merangsang produksi hormon estrogen oleh sel sertoli. Dilihat dari fungsional histologis, prostat terdiri dari dua bagian yaitu sentral sekitar uretra yang bereaksi terhadap estrogen dan bagian perifer yang tidak bereaksi terhadap estrogen. 2. Teori Growth Factor (Faktor Pertumbuhan)

Testosteron yang dihasilkan oleh sel leydig pada testis (90%) dan sebagian dari kelenjar adrenal (10%) masuk dalam peredaran darah dan 98% akan terikat oleh globulin menjadi sex hormon binding globulin (SHBG). Sedang hanya 2% dalam keadaan testosteron bebas. Testosteron bebas inilah yang bisa masuk ke dalam target cell yaitu sel prostat melewati membran sel langsung masuk kedalam sitoplasma, di dalam sel, testosteron direduksi oleh enzim 5 alpha reductase menjadi 5 dehidrotestosteron yang kemudian bertemu dengan reseptor sitoplasma menjadi hormone receptor complex. Kemudian hormone receptor complex ini mengalami transformasi reseptor, menjadi nuclear receptor yang masuk kedalam inti yang kemudian melekat pada chromatin dan menyebabkan transkripsi m-RNA. RNA ini akan menyebabkan sintese protein menyebabkan terjadinya pertumbuhan kelenjar prostat.

Patofisiologi Hiperplasia prostat Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra pars prostatika dan akan menghambat aliran urine. Keadaan ini menyebabkan peningkatan tekanan intravesikal. Untuk dapat mengeluarkan urin, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan tahanan itu. Kontraksi yang terus-menerus ini menyebabkan perubahan anatomik dari buli-buli berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel buli-buli. Fase penebalan otot detrusor ini disebut fase kompensasi. Perubahan struktur pada buli-buli dirasakan oleh pasien sebagai keluhan pada saluran kemih sebelah bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) yang dahulu dikenal dengan gejala-gejala prostatismus. Dengan semakin meningkatnya resistensi uretra, otot detrusor masuk ke dalam fase dekompensasi dan akhirnya tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensi urin. Tekanan intravesikal yang semakin tinggi akan diteruskan ke seluruh bagian buli-buli tidak terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat menimbulkan aliran balik urin dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesico-ureter. Keadaan ini jika berlangsung terus akan mengakibatkan hidroureter, hidronefrosis, bahkan akhirnya dapat jatuh ke dalam gagal ginjal.

Peranan dari growth factor ini sebagai pemacu pertumbuhan stroma kelenjar prostat. Terdapat empat peptic growth factor yaitu: basic transforming growth factor, transforming growth factor 1, transforming growth factor 2, dan epidermal growth factor. 3. 4. Teori peningkatan lama hidup sel-sel prostat karena berkuramgnya sel yang mati Teori Sel Stem (stem cell hypothesis)

4

Pada HIPERPLASIA PROSTAT terdapat dua komponen yang berpengaruh untuk terjadinya gejala yaitu komponen mekanik dan komponen dinamik. Komponen mekanik ini berhubungan dengan adanya pembesaran kelenjar periuretra yang akan mendesak uretra pars prostatika sehingga terjadi gangguan aliran urine (obstruksi infra vesikal) sedangkan komponen dinamik meliputi tonus otot polos prostat dan kapsulnya, yang merupakan alpha adrenergik reseptor. Stimulasi pada alpha adrenergik reseptor akan menghasilkan kontraksi otot polos prostat ataupun kenaikan tonus. Komponen dinamik ini tergantung dari stimulasi syaraf simpatis, yang juga tergantung dari beratnya obstruksi oleh komponen mekanik.

Gejala iritatif disebabkan oleh karena pengosongan vesica urinaria yang tidak sempurna pada saat miksi atau disebabkan oleh hipersensitifitas otot detrusor karena pembesaran prostat menyebabkan rangsangan pada vesica, sehingga vesica sering berkontraksi meskipun belum penuh. Gejalanya ialah : 1. 2. 3. 4. Bertambahnya frekuensi miksi (Frequency) Nokturia Miksi sulit ditahan (Urgency) Disuria (Nyeri pada waktu miksi)

Gambaran Klinis Gejala hiperplasia prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di luar saluran kemih. 1. Gejala pada saluran kemih bagian bawah Keluhan pada saluran kemih sebelah bawah (LUTS) terdiri atas gejala obstruktif dan gejala iritatif. Gejala obstruktif disebabkan oleh karena penyempitan uretara pars prostatika karena didesak oleh prostat yang membesar dan kegagalan otot detrusor untuk berkontraksi cukup kuat dan atau cukup lama sehingga kontraksi terputus-putus. Gejalanya ialah : 1. 2. 3. 4. 5. Harus menunggu pada permulaan miksi (Hesistancy) Pancaran miksi yang lemah (weak stream) Miksi terputus (Intermittency) Menetes pada akhir miksi (Terminal dribbling) Rasa belum puas sehabis miksi (Sensation of incomplete bladder emptying).

Gejala-gejala tersebut diatas sering disebut sindroma prostatismus. Secara klinis derajat berat gejala prostatismus itu dibagi menjadi : Grade I : Gejala prostatismus + sisa kencing Grade II : Gejala prostatismus + sisa kencing > 50 ml Grade III: Retensi urin dengan sudah ada gangguan saluran kemih bagian atas + sisa urin > 150 ml. 2. Gejala pada saluran kemih bagian atas Keluhan akibat penyulit hiperplasi prostat pada saluran kemih bagian atas berupa gejala obstruksi antara lain nyeri pinggang, benjolan di pinggang (yang merupakan tanda dari hidronefrosis)., atau demam yang merupakan tanda dari infeksi atau urosepsis. 3. Gejala di luar saluran kemih Tidak jarang pasien berobat ke dokter karena mengeluh adanya hernia inguinalis atau hemoroid. Timbulnya kedua penyakit ini karena sering mengejan pada saat miksi sehingga mengakibatkan peningkatan tekanan intraabdominal.

Manifestasi klinis berupa obstruksi pada penderita hipeplasia prostat masih tergantung tiga faktor, yaitu : 1. 2. 3. Volume kelenjar periuretral Elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat Kekuatan kontraksi otot detrusor

Diagnosis a. Anamnesis : gejala obstruktif dan gejala iritatif b. Pemeriksaan Fisik

Tidak semua prostat yang membesar akan menimbulkan gejala obstruksi, sehingga meskipun volume kelenjar periurethral sudah membesar dan elastisitas leher vesika, otot polos prostat dan kapsul prostat menurun, tetapi apabila masih dikompensasi dengan kenaikan daya kontraksi otot detrusor maka gejala obstruksi belum dirasakan.

5

Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan gambaran tentang keadaan tonus spingter ani, reflek bulbo cavernosus, mukosa rektum, adanya kelainan lain seperti benjolan di dalam rektum dan tentu saja teraba prostat. Pada perabaan prostat harus diperhatikan : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Konsistensi prostat (pada hiperplasia prostat konsistensinya kenyal) Adakah asimetris Adakah nodul pada prostate Apakah batas atas dapat diraba Sulcus medianus prostate Adakah krepitasi

2.

Urin : - Kultur urin + sensitifitas test Urinalisis dan pemeriksaan mikroskopik Sedimen

HISTOPATOLOGI Pemeriksaan pasca bedah untuk memastikan diagnosis hiperplasia prostat

Colok dubur pada hiperplasia prostat menunjukkan prostat teraba membesar, konsistensi prostat kenyal seperti meraba ujung hidung, permukaan rata, lobus kanan dan kiri simetris, tidak didapatkan nodul, dan menonjol ke dalam rektum. Semakin berat derajat hiperplasia prostat, batas atas semakin sulit untuk diraba. Sedangkan pada carcinoma prostat, konsistensi prostat keras dan atau teraba nodul dan diantara lobus prostat tidak simetris. Sedangkan pada batu prostat akan teraba krepitasi. Pemeriksaan fisik apabila sudah terjadi kelainan pada traktus urinaria bagian atas kadangkadang ginjal dapat teraba dan apabila sudah terjadi pielonefritis akan disertai sakit pinggang dan nyeri ketok pada pinggang. Vesica urinaria dapat teraba apabila sudah terjadi retensi total, daerah inguinal harus mulai diperhatikan untuk mengetahui adanya hernia. Genitalia eksterna harus pula diperiksa untuk melihat adanya kemungkinan sebab yang lain yang dapat menyebabkan gangguan miksi seperti batu di fossa navikularis atau uretra anterior, fibrosis daerah uretra, fimosis, condiloma di daerah meatus. Pada pemeriksaan abdomen ditemukan kandung kencing yang terisi penuh dan teraba masa kistus di daerah supra simfisis akibat retensio urin dan kadang terdapat nyeri tekan supra simfisis.

Pemeriksaan pencitraan Foto polos abdomen (BNO) Pielografi Intravena (IVP) Sistogram retrograd USG secara transrektal (Transrectal Ultrasonography = TURS) Pemeriksaan Sistografi MRI atau CT jarang dilakukan

Pemeriksaan Laboratorium Pemeriksaan laboratorium berperan dalam menentukan ada tidaknya komplikasi. 1. Darah : - Ureum dan Kreatinin Elektrolit Blood urea nitrogen Prostate Specific Antigen (PSA) Gula darah

Komplikasi Dilihat dari sudut pandang perjalanan penyakitnya, hiperplasia prostat dapat menimbulkan komplikasi sebagai berikut : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Inkontinensia Paradoks Batu Kandung Kemih Hematuria Sistitis Pielonefritis Retensi Urin Akut Atau Kronik Refluks Vesiko-Ureter

6

8. Hidroureter 9. Hidronefrosis 10. Gagal Ginjal

Derajat empat tindakan pertama yang harus segera dikerjakan ialah membebaskan penderita dari retensi urin total, dengan jalan memasang kateter atau memasang sistostomi setelah itu baru dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk melengkapi diagnostik, kemudian terapi definitif dapat dengan TURP atau operasi terbuka.

Penatalaksanaan Hiperplasi prostat yang telah memberikan keluhan klinik biasanya akan menyebabkan penderita datang kepada dokter. Derajat berat gejala klinik dibagi menjadi empat gradasi berdasarkan penemuan pada colok dubur dan sisa volume urin, yaitu: - Derajat satu, apabila ditemukan keluhan prostatismus, pada colok dubur ditemukan penonjolan prostat, batas atas mudah diraba dan sisa urin kurang dari 50 ml. - Derajat dua, apabila ditemukan tanda dan gejala sama seperti pada derajat satu, prostat lebih menonjol, batas atas masih dapat teraba dan sisa urin lebih dari 50 ml tetapi kurang dari 100 ml. - Derajat tiga, seperti derajat dua, hanya batas atas prostat tidak teraba lagi dan sisa urin lebih dari 100 ml - Derajat empat, apabila sudah terjadi retensi urin total. Organisasi kesehatan dunia (WHO) menganjurkan klasifikasi untuk menentukan berat gangguan miksi yang disebut WHO PSS (WHO Prostate Symptom Score). Skor ini berdasarkan jawaban penderita atas delapan pertanyaan mengenai miksi. Terapi non bedah dianjurkan bila WHO PSS tetap dibawah 15. Untuk itu dianjurkan melakukan kontrol dengan menentukan WHO PSS. Terapi bedah dianjurkan bila WHO PSS 25 ke atas atau bila timbul obstruksi.3,11 Pembagian derajat beratnya hiperplasia prostat derajat I-IV digunakan untuk menentukan cara penanganan. Skenario Seorang laki-laki umur 60 tahun mengeluh kesakitan karena seharian tidak bisa buang air kecil. Sebelumnya penderita juga mengeluh sering kencing sedikit-sedikt, tidak puas, habis kencing menetes, pancaran kencing melemah. Setelah dilakukan pemeriksaan ternyata blast pasien penuh. Diputuskan untuk pemasangan kateter. Hasil pemeriksaan colok dubur: pembesaran prostat. Disimpulkan: retensio urine diakibatkan oleh pembesaran kelenjar prostat. Diputuskan untuk dilakukan operasi, hasil operasi dikirim ke laboratorium patologi untuk kepastian diagnosis. Makroskopis Diterima 2 buah jaringan masing-masing ukuran 4x3x3 cm dan 3x3x3 cm, kenyal, warna kemerahan. Pada lamelasi massa padat putih kekuningan.

Derajat satu biasanya belum memerlukan tindakan operatif, melainkan dapat diberikan pengobatan secara konservatif. Derajat dua sebenarnya sudah ada indikasi untuk melakukan intervensi operatif, dan yang sampai sekarang masih dianggap sebagai cara terpilih ialah trans uretral resection (TUR). Kadang-kadang derajat dua penderita masih belum mau dilakukan operasi, dalam keadaan seperti ini masih bisa dicoba dengan pengobatan konservatif. Derajat tiga, TUR masih dapat dikerjakan oleh ahli urologi yang cukup berpengalaman biasanya pada derajat tiga ini besar prostat sudah lebih dari 60 gram. Apabila diperkirakan prostat sudah cukup besar sehingga reseksi tidak akan selesai dalam satu jam maka sebaiknya dilakukan operasi terbuka.

Gambar 4. Gross hasil operasi penderita hiperplasia prostat Mikroskopis Sediaan prostat tampak stroma fibromuskuler hiperplastis. Diantaranya terdapat asini kelenjar yang proliferatif dengan lumen dilapisi sel-sel epitel torak yang hiperplastis. Sebagian lumen berisi masse eosinoiii amorf (corpora amliacea). Juga tompok sedikit kelompokan sel-sel limfosit di antara jaringan stroma. Tidak tampak tanda-tanda ganas.

7

Petunjuk Praktikum 1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar 2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario 3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario. 4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati 5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Skenario Seorang laki-laki umur 70 tahun sejak 3 tahun yang lalu sukar buang air kecil. Kalau mau buang air kecil harus mengedan dan kadang-kadang mengeluarkan darah. Dilakukan pemeriksaan colok dubur: prostat membesar, berdungkul dungkul, keras, dan padat. Diputuskan prostatektomi. Jaringan hasil operasi dikirimkan ke patologi anotomi untuk kepastion diagnosis. Makroskopis Diterima jaringan prostat 70 gram berdungkul-dungkul keras. Pada lamelasi masa putih padat bercak kecoklatan. Mikroskopis Sediaan jaringan prostat terdiri dari jaringan ikat fibrotik. Diantaranya tampak massa tumor terdiri dari sel-sel torak sampai oval tersusun padat. Sebagian membentuk struktur asini berukuran kecil dan besar. Inti sel pleomorfi, hiperkromatis, mitosis ditemukan.

Gambar 5. Mikroskopis hiperplasia prostat Kesimpulan Hiperplasia prostat Tugas 1. 2. 3.

Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah anda buat! Bagaimana hubungan antara hiperlasia prostat dengan karsinoma prostat? Jelaskan penyebab terjadinya hiperplasia prostat!

Gambar 4. Adenocarcinoma prostat Kesimpulan Adenokarsinoma prostate Adenokarsinoma prostat Tujuan Praktikum Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus adenokarsinoma prostat ditinjau dari ilmu patologi anatomi Tugas 1. 2.

Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah anda buat! Jelaskan tentang gleason score?

8

3.

Sebutkan beberapa organ yang paling sering menjadi tempat metastasis adenokarsinoma prostat! Presentation The average age of diagnosis is 40 years. This is about 5 to 10 years older than men with other germ cell tumors of the testes. In most cases, they produce masses that are readily felt on testicular selfexamination; however, in up to 11 percent of cases, there may be no mass able to be felt, or there may be testicular atrophy. Testicular pain is reported in up to one fifth of cases. Low back pain may occur after metastasis to the retroperitoneum. Some cases of seminoma can present as a primary tumour outside the testis. In the ovary, the tumor is called a dysgerminoma, and in non-gonadal sites, particularly the central nervous system, it is called a germinoma

Seminoma Diagnosis Blood tests may detect the presence of placental alkaline phosphatase (PLAP) in fifty percent of cases. Human chorionic gonadotropin (hCG) may be elevated in some cases, but this correlates more to the presence of trophoblast cells within the tumour than to the stage of the tumour. Serum alpha fetoprotein is not elevated in classical seminoma. The cut surface of the tumour is fleshy and lobulated, and varies in colour from cream to tan to pink. The tumour tends to bulge from the cut surface, and small areas of haemorrhage may be seen. These areas of haemorrhage usually correspond to trophoblastic cell clusters within the tumour. Microscopic examination shows that seminomas are usually composed of either a sheet-like or lobular pattern of cells with a fibrous stromal network. The fibrous septa almost always contain focal lymphocyte inclusions, and granulomas are sometimes seen. The tumour cells themselves typically have abundant clear to pale pink cytoplasm containing abundant glycogen, which is demonstrable with a periodic acid-Schiff (PAS) stain. The nuclei are prominent and usually contain one or two large nucleoli, and have prominent nuclear membranes. Foci of syncytiotrophoblastic cells may be present in varied amounts. The adjacent testicular tissue commonly shows intratubular germ cell neoplasia, and may also show variable spermatocytic maturation arrest. Treatment In recent years, these tumors have been shown to have dramatic sensitivity to both radiotherapy and cytotoxic chemotherapy. The management of childhood seminoma is similar to that of adult seminoma. Inguinal orchiectomy is required in almost all cases.

Tujuan Praktikum Mahasiswa mampu memahami dan menganalisa kasus karsinoma sel transitional buli-buli ditinjau dari ilmu patologi anatomi Petunjuk Praktikum 1. Mahasiswa diberikan ilustrasi kasus disertai beberapa gambar 2. Mahasiswa mempersiapkan mikroskop dan preparat sesuai skenario 3. Mahasiswa mengamati, mengevaluasi, dan menganalisa preparat sesuai skenario. 4. Mahasiswa mengambar hasil mikroskopis yang telah diamati 5. Mahasiswa mengerjakan tugas-tugas pertanyaan yang telah disediakan

Dasar teori Seminoma (also known as pure seminoma or classical seminoma) is a germ cell tumor (cancer) of the testis. It is one of the most treatable and curable cancers, with survival >95% in the early stages.Treatment usually requires removal of one testis, but this does not affect fertility or other sexual functioning. Seminoma originates in the germinal epithelium of the seminiferous tubules. About half of germ cell tumors of the testis are seminomas.

9

Prognosis 5-year survival rate is approximately 90% as of 2008. A study of 31 men with metastatic germ cell tumor of the testis and delayed orchidectomy found that in men with pure seminoma, chemotherapy alone was sufficient to eliminate the cancer from the testis. The authors of this study suggest that treatment of pure seminoma may not require orchidectomy. Event-free survival of this group of men at an average followup of 4 years was 81.8%.[6]

Pada pemeriksaan tampak massa tumor terdiri dari sel-sel uniform, bentuk bulat, dengan inti polimorf, vesicular, anak inti jelas, mitosis ditemukan, sitoplasma jernih. Sel-sel tumbuh proliferatif tersusun memadat dan difus dipisahkan septa-septa tipis jaringan ikat dengan sebukan sel radang limfosit.

Skenario Seorang pria berumur 25 tahun mengeluh skrotum kiri membesar. Pembesaran ini dirasakan sejak kurang lebih 3 bulan yang lalu. Permukaan skrotum rata, nyeri tekan tidak ditemukan. Diputuskan operasi dengan mengangkat scrotum kiri, jaringan dikirim ke pa untuk konfirmasi diagnosis. Makroskopis Tampak jaringan tumor dengan ukuran 15 x 13 x 10 cm dengan permukaan rata, licin, kenyal. Pada penampang tampak massa tumor yang berwarna keabu-abuan dengan bagian-bagian nekrosis dan perdarahan dan sebagian seperti agar. Gambar 6. Mikroskopis seminoma Kesimpulan Seminoma testis tipe klasik Tugas 1. 2. 3.

Gambar atau buat foto mikroskopis, beri keterangan gambar yang telah anda buat! Sebutkan tipe-tipe seminoma! Buatlah skema perjalanan penyakit seminoma dihubungkan tumor embryonal lainnya!

Gambar 5. Gross seminoma Mikroskopis

10