responsi batu buli-buli silvia suharja

54
RESPONSI ILMU BEDAH UROLOGI BATU SALURAN KEMIH Pembimbing : dr. Sakti Hoetama, SpU Penyusun : Silvia Suharja, S.Ked NIM : 2008.04.0.0058

Upload: jessicacete

Post on 22-Jun-2015

79 views

Category:

Documents


20 download

TRANSCRIPT

Page 1: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

RESPONSI

ILMU BEDAH UROLOGI

BATU SALURAN KEMIH

Pembimbing :

dr. Sakti Hoetama, SpU

Penyusun :

Silvia Suharja, S.Ked

NIM : 2008.04.0.0058

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS HANG TUAH SURABAYA

2014

Page 2: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

BAB I

TINJAUAN KASUS

I. IDENTITAS PENDERITA

Nama : Tn. Tri Santosa Budi

Umur : 45 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki

Alamat : Bomber no. 6 Auri Simogunung Surabaya

Pekerjaan : Guru

Golongan : Askes (non hankam)

Tgl MRS : 11 Mei 2014

Tgl Pemeriksaan : 11 Mei 2014

II. ANAMNESE

1. Keluhan Utama

Nyeri pada waktu buang air kecil

2. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang ke UGD dengan keluhan nyeri pada waktu

BAK, tidak menjalar. Nyeri dirasakan sejak 4 bulan yang lalu.

Selain itu pasien juga mengeluh BAK terasa tidak tuntas. Pada

akhir BAK, pasien BAK terputus, sehingga pasien mengejan dan

merubah posisi sedikit membungkuk untuk melanjutkan BAK.

Pancaran kencing pasien tetap kencang dan tidak ada kencing

yang menetes pada akhir BAK. Pasien mengatakan antara BAK

yang pertama dan selanjutnya berjarak lebih dari dua jam. Pasien

tidak sering terbangun malam hari untuk BAK. Pasien tidak

mengeluh demam, mual dan muntah. Pasien juga tidak mengeluh

nyeri atau kemeng pada daerah pinggang atau pegal-pegal saat

beraktivitas. Pasien tidak merasa anyang-anyangan. Pasien

mengatakan bahwa BAK dalam batas normal, jumlahnya cukup

Page 3: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

banyak, warna kuning, tidak ada rasa panas dan tidak ada keluar

batu atau pasir.

1 bulan yang lalu, pasien sempat berobat ke praktek sore di

poli RSAL dr. Ramelan Surabaya. Pasien diminta untuk melakukan

pemeriksaan foto dan USG. Hasilnya ditemukan adanya batu pada

saluran kemih pasien. Pasien juga diperiksa colok dubur oleh

dokter dan dikatakan ukuran prostat pasien dalam batas normal.

Pasien disarankan untuk operasi. Namun karena biaya operasi

mahal, pasien ingin mendaftar BPJS. Sambil mengantri, pasien

tetap kontrol seminggu sekali ke poli RSAL dr. Ramelan Surabaya

dan diresepkan obat. Pasien kontrol selama 3 minggu dan kontrol

terakhir, pasien dijadwalkan operasi tanggal 5 Mei 2014. Namun

tanggal 5 Mei, pasien tidak operasi karena menjaga UNAS.

Tanggal 9 Mei, pasien mengeluh BAK semakin susah dari

biasanya. Namun keesokan harinya, keluhannya berkurang. Dan

akhirnya pada tanggal 11 Mei 2014, pasien datang ke UGD RSAL

dr. Ramelan Surabaya untuk MRS dan dijadwalkan operasi

tanggal 12 Mei 2014.

Pasien bekerja sebagai guru. Pasien mengatakan jika sering

memakan sayuran hijau seperti bayam dan kangkung, juga

kebiasaan minum kopi 1 cangkir per hari. Pasien juga mengaku

jarang berolah raga, banyak duduk dan kurang minum air putih.

BAB pasien normal dan tidak ada keluhan.

3. Riwayat Penyakit Dahulu :

2 tahun yang lalu, pasien mengeluh nyeri perut sebelah kanan,

seperti ditusuk-tusuk dan tidak menjalar. Pasien ke UGD RSAL dr.

Ramelan Surabaya, kemudian dilakukan foto. Dokter mengatakan

ditemukan banyak kristal di saluran kemih pasien. Pasien

diresepkan obat selama seminggu dan keluhan tersebut

menghilang.

Riwayat kencing berwarna merah : (-)

Page 4: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Riwayat kencing batu / pasir : (-)

Diabetes mellitus : (-)

Hipertensi : (-)

4. Riwayat Penyakit Keluarga

Diabetes mellitus : (-)

Hipertensi : (-)

Tidak ada anggota keluarga pasien yang pernah sakit seperti

pasien.

5. Riwayat Alergi

Makanan : (-)

Obat : (-)

6. Riwayat Kebiasaan dan Pekerjaan

Pasien bekerja sebagai guru.

Pasien mengaku kurang minum air putih.

Pasien mengaku sering duduk dalam waktu yang lama.

Pasien mengaku jarang berolahraga.

Pasien mengaku sering mengkonsumsi sayuran hijau seperti

bayam dan kangkung.

Pasien juga kebiasaan untuk meminum kopi.

III. PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

Vital Sign : Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,3oC

RR : 24 x/menit

1. Status Generalis

Page 5: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Kepala : Anemis (-)

Icteric (-)

Cyanosis (-)

Dyspneu (-)

Leher : Pembesaran Thyroid (-)

Pembesaran KGB (-)

Thoraks :

o Cor :

Inspeksi : IC tidak tampak

Palpasi : IC tidak teraba

Perkusi : Bj.Ka : SL dextra ; Bj.Ki : ICS V

MCL sinistra

Auskultasi : S1 – S2 tunggal, Gallop (-),

Murmur(-)

o Pulmo :

Inspeksi : normochest, gerak nafas

simetris

Palpasi : sela iga tidak melebar

Perkusi : Sonor pada kedua lapang paru

Auskultasi : Suara nafas dasar vesikuler,

Rh (-), Wh(-)

Abdomen

o Inspeksi : cembung simetris, tidak ada jejas

o Palpasi : nyeri tekan(-), H/L/R tidak teraba

o Perkusi : timpani

o Auskultasi : Bising usus (+) N

Esktremitas : Akral hangat : (+)

Page 6: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Oedema : (-)

2. Status Urologis

Produksi Urin : (+)

Ginjal

Flank Pain : (-)

Flank Mass : (-)

Nyeri ketok CVA : (-) , bulging (-)

Vesika Urinari

Inspeksi : penonjolan suprapubik (-)

Palpasi : tidak teraba

nyeri tekan (-)

tidak teraba massa

Perkusi : timpani à redup

Genitalia eksterna

Penis : Sirkumsisi (+)

Orifisium uretra eksterna :

Discharge : (-)

Radang : (-)

Stenosis : (-)

Kateter : (-)

Skrotum : Radang (-)

RT :

Tonus Sphincter Ani : (+) baik

Volume : Grade 1 (sulcus medianus pole atas mudah dicapai)

Mukosa : licin

Permukaan : rata

Konsistensi : padat kenyal

Page 7: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Nyeri : (-)

Refleks Bulbocavernosa : (+)

Handschoen : Feses (+), darah (-), lendir (-)

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG

Pemeriksaan Radiologi (11/04/2014)

Hasil Foto BOF :

-Bayangan gas usus normal

-Bayangan hepar tampak baik

-Bayangan kedua ginjal tampak baik

-Tampak bayangan radioopaque di cavum pelvic terutama di sisi

kanan.

Kesan :Suspect batu buli

Page 8: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

USG

Page 9: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Hasil USG Urologi:

Ginjal kanan : besar normal; batu (-); echo cortex normal; batas

echo cortex dan medulla tegas, tampak localized calli ectasis di

pole tengah dengan kalsifikasi di tepinya dengan shadow ringan.

Ginjal kiri : besar normal; batu (-); echo cortex normal; batas echo

cortex dan medulla tegas, tampak kista pole bawah ukuran 1,2 cm.

Buli : Mukosa normal, batu ukuran 2 cm.

Page 10: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Prostat : ukuran membesar, volume 41,05 cm3 , tak tampak massa

Kesan :

-Localized calli ectasis di pole tengah dengan kalsifikasi di tepinya

dengan shadow ringan.

-Kista pole bawah ginjal kiri

-Batu buli

-BPH

Laboratorium (23-04-2014)

- Darah lengkap : Hb :14,9 g/dl

Hct : 43,1%

WBC : 5400/mm3

PLT : 245.000/ mm3

- Kimia klinik : GDA : 92 mg/dl

Na : 139,6 mmol/L

K : 3,83 mmol/L

Cl : 107,3 mmol/L

- Faal Hemostasis : Masa Perdarahan : 3’3”

Masa Pembekuan : 13’

Laboratorium (11/05/2014)

-Sedimen :

Eritrosit 0-1 lpb, leukosit 0-2 lpb, epitel 0-2 lpb, bakteri (-), kristal (-)

-Kimia Klinik :

BUN : 14 mg/dl

Kreatinin :1,4 mg/dl

-Faal Hemostasis :

PT : 13’8”

APT : 32’2”

Page 11: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

V. RESUME

Anamnese

Laki-laki usia 45 tahun.

Nyeri pada waktu BAK, tidak menjalar. Nyeri dirasakan sejak 4

bulan yang lalu. Selain itu pasien juga mengeluh BAK terasa tidak

tuntas, sempat berobat ke poli tetapi tidak membaik dan pasien

disarankan untuk operasi.

Sering memakan sayuran hijau seperti bayam dan kangkung, juga

kebiasaan minum kopi 1 cangkir per hari. Pasien jarang

berolahraga, banyak duduk dan kurang minum air putih.

Pemeriksaan Fisik

Vital Sign : Tensi : 120/80 mmHg

Nadi : 80 x/menit

Suhu : 36,3oC

RR : 24 x/menit

Pemeriksaan penunjang

Darah lengkap, urine lengkap, kimia klinik dan faal hemostasis

dalam batas normal

Radiologis :

BOF : Tampak bayangan radioopaque di cavum pelvic terutama di

sisi kanan. Kesan :Suspect batu buli.

USG : Buli : Mukosa normal, batu ukuran 2 cm. Kesan : batu buli.

VI. DIAGNOSA

Batu Buli-Buli + BPH grade I

VII. PLANNING

Planning edukasi

Banyak minum 2 liter perhari dan berolahraga

Page 12: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Planning terapi

Pro litotripsi

Persiapan operasi (Ro thorax dbn, faal hemostasis dbn, RFT dbn)

Planning monitoring

Produksi urin

Vital sign

Keluhan pasien

VIII. FOLLOW UP

12 Mei 2014

S: nyeri saat BAK

O: Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

GCS : 4 5 6

Vital sign : Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 82 x/mnt

Suhu Axiler : 36,3 ºC

RR : 20 x/menit

Status umum :

Kepala, leher, thorax, abdomen : dbn

Extremitas :

Akral hangat (+)

Oedema (-)

Status urologi :

Produksi urine : 1500cc/ 24 jam

Vesica urinari :

Inspeksi : penonjolan suprapubic (-)

Palpasi : tidak teraba

nyeri tekan (-)

Page 13: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

tidak teraba massa

Perkusi : tympani à redup

Genitalia : dbn

Rectal Touchae : tidak ada indikasi

A: Pro litotripsi hari ini

P: Planning post operasi :

Infus D5NS 1500cc/24jam

Inj. Ceftriazone 2x1g

Inj As. Tranexamat 3x500mg

Inj Antrain 3x1g

Pertahankan DK 16 fr sampai dengan jernih

Analisa batu, Hasil :

Bahan : Batu buli-buli

Makroskopis : Warna : Coklat

Ukuran : (0.6x0.5x0.5)cm : 8 biji

(0.4x0.2x0.4)cm : 2 biji

(0.6x0.3x0.5)cm : 1 biji

Bentuk : seperti batu kerikil

Kimia : Ca oksalat (+)

Uric acid (+)

13 Mei 2014

S: Nyeri pada saat BAK

O: Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

GCS : 4 5 6

Vital sign : Tekanan darah : 110 /70 mmHg

Nadi : 72 x/mnt

Suhu Axiler : 36,8 ºC

RR : 20 x/menit

Status umum :

Page 14: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Kepala, leher, thorax, abdomen : dbn

Extremitas :

Akral hangat (+)

Oedema (-)

Status urologi :

Produksi urine : 1500cc/ 24 jam

Vesica urinari :

Inspeksi : tidak tampak penuh

Palpasi : tidak teraba

nyeri tekan (-)

tidak teraba massa

Perkusi : tympani à tympani

Genitalia : terpasang kateter

Rectal Touchae : tidak ada indikasi

A: Post litotripsi batu buli hari I

P: Cefixime tab 2x1

Nadic tab 2x1

Harnal oral 1x1 (0-0-1)

Aff infus

Aff kateter

Diet Bebas

Mobilisasi duduk

KIE minum 3L perhari

14 Mei 2014

S: Mobilisasi (+), setelah kateter dilepas merasa BAK tidak tuntas

O: Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak sakit ringan

Kesadaran : Compos mentis

GCS : 4 5 6

Vital sign : Tekanan darah : 110/70 mmHg

Nadi : 80 x/mnt

Page 15: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Suhu Axiler : 36,3 ºC

RR : 20 x/menit

Status umum :

Kepala, leher, thorax, abdomen : dbn

Extremitas :

Akral hangat (+)

Oedema (-)

Status urologi :

Produksi urine : 1500cc/ 24 jam, jernih

Vesica urinari :

Inspeksi : tidak tampak penuh

Palpasi : tidak teraba

nyeri tekan (-)

tidak teraba massa

Perkusi : tympani à redup

Genitalia : dbn

Rectal Touchae : tidak ada indikasi

A: Post litotripsi batu buli hari II

P: Cefixime tab 2x1

Nadic tab 2x1

Harnal oral 1x1 (0-0-1)

Diet Bebas

Mobilisasi

Monitoring miksi spontan

KRS hari ini

Page 16: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ANATOMI

A. Ginjal

Ginjal merupakan sepasang organ saluran kemih yang terletak di

rongga retroperitoneal bagian atas. Bentuknya menyerupai kacang

dengan sisi cekungnya menghadap ke medial. Cekungan ini disebut

sebagai hilus renalis, yang di dalamnya terdapat apeks pelvis renalis dan

struktur lain yang menyuplai ginjal, yakni pembuluh darah, sistem limfatik

dan sistem saraf. Berat ginjal sekitar 120-170 gram, atau kurang lebih

0,4% dari berat badan. Pada umumnya, ukuran ginjal 11,5 cm (panjang),

6 cm (lebar), dan 3 cm (tebal). Posisi dari hepar mengakibatkan letak

ginjal kanan lebih rendah 1-2 cm daripada ginjal kiri. Ginjal kanan terletak

antara L1-L3, sedangkan ginjal kiri terletak antara Th 12-L3. Ginjal

disokong oleh jaringan lemak perirenal, pedicules vascular renalis,

muskulus abdominalis dan visceral abdomen. Pada potongan

longitudinal, ginjal dibentuk oleh korteks, medulla, calyx, dan pelvis

renalis. Penampakan korteks ginjal adalah homogeni. Bagian dari korteks

kearah pelvis renalis di antara papilla renalis dan forniks dinamakan

kolom dari bertin. Medulla terdiri dari banyak piramid yang terbentuk dari

tubulus-tubulus ginjal yang mengarah ke calyx minor pada ujung dari

papilla renalis. Ujung dari calyx minor menempel pada piramid. Calyx ini

bersatu membentuk 2-3 calyx mayor, dimana akan bergabung

membentuk pelvis renalis. Pelvis renalis, bisa terletak intrarenal

seluruhnya atau hanya sebagian intrarenal dan lainnya ekstrarenal. Pada

bagian interomedial, renal pelvis membentuk ureter(1,2,3,6).

Page 17: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Gambar di ambil dari Clinical Anatomy by Region, edisi 8

Vaskularisasi ginjal berasal dari arteri dan vena. Biasanya ada

satu arteri renalis cabang dari aorta yang memasuki hilus ginjal yang

letaknya di posterior dan satu vena renalis. Arteri renalis terbagi menjadi

2 yaitu cabang anterior dan posterior. Cabang anterior menyuplai pole

atas dan bawah serta permukaan anterior. Cabang posterior menyuplai

mid segmen dari permukaan posterior. Semua arteri renalis merupakan

end artery. Arteri renalis selanjutnya terbagi menjadi arteri interlobaris

yang baik dalam kolom dari Bertin, kemudian melengkung sepanjang

dasar piramid (arteri arcuata), kemudian naik lagi sebagai arteri

interlobularis. Inervasi ginjal dari plexus renalis. Aliran limfe ginjal

mengalir ke nodus limfatikus lumbar(1,2,3,6).

B. Ureter

Ureter adalah organ berbentuk tabung kecil yang berfungsi

mengalirkan urine dari pielum ginjal ke dalam buli-buli. Panjang ureter

orang dewasa sekitar 30 cm, bervariasi tergantung tinggi badan

seseorang. Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh sel

Page 18: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

transisional, otot polos sirkuler, dan otot polos longitudinal. Ureter

mempunyai bentuk kurva S. Bagian yang menyempit ditemukan pada

perbatasan antara pelvis renalis dengan ureter (ureteropelvic junction),

saat ureter menyilang di atas pembuluh darah iliaca, dan perbatasan

antara ureter dengan vesica urinaria (ureterovesico junction). Ureter

mendapat aliran darah dari arteri renalis. Bagian tengah ureter mendapat

vaskularisasi dari arteri interna spermatika atau arteri ovarika sedangkan

bagian bawah ureter mendapat vaskularisasi dari arteri iliaca communis,

arteri iliaca internal (arteri hipogastrica), dan arteri vesicalis. Pembuluh

darah baliknya berpasangan dengan arterinya. Aliran limfe ureter bagian

atas berasal dari nodus limfatikus lumbar. Bagian tengah ureter berasal

dari nodus limfatikus iliaca interna dan iliaca communis. Sedangkan

ureter bagian bawah berasal dari nodus limfatikus vesikalis dan

hipogastrikus(1,2,3,6).

C. Vesica Urinaria

Buli-buli atau vesika urinaria merupakan organ berongga yang

terdiri atas 3 lapis otot detrusor yang saling beranyaman, yakni terletak

paling dalam adalah otot longitudinal, tengah merupakan otot sirkuler,

dan paling luar merupakan otot longitudinal. Vesica urinaria adalah organ

muskular yang berfungsi untuk reservoir/menampung urine. Kapasitas

vesica urinaria normal pada dewasa adalah 400-500 ml. Saat kosong

kandung kemih berada di belakang simfisis pubis, dan sebagian besar

organ pelvis. Pada bayi dan anak, letaknya lebih tinggi. Saat penuh,

kandung kemih akan tampak di atas simfisis, membesar ke rongga

abdomen, dan dapat diraba atau diperkusi. Bila overdistensi, seperti pada

retensi urine, dapat menyebabkan bagian bawah abdomen tampak

sangat menonjol. Kedua ureter masuk ke kandung kemih di bagian

posteroinferior secara oblique. Pada dasar verica urinaria kedua muara

ureter dan meatus uretra internus membentuk suatu segitiga yang

disebut trigonum(1,2,3).

Mukosa kandung kemih tersusun dari epitel transisional. Di

bawahnya adalah lapisan submukosa yang tumbuh baik, yang sebagian

besar terbentuk dari jaringan ikat. Di bawah submukosa adalah otot

Page 19: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

detrusor yang terbentuk dari jalinan serat otot polos yang tersusun acak

secara longitudinal, sirkuler, dan spiral, kecuali di bagian yang dekat

meatus internus, dimana otot detrusor tersusun dari 3 bagian yang pasti,

longitudinal pada lapisan luar dan dalam, serta sirkuler pada bagian

tengah(1,2,3).

Vaskularisasi vesica urinaria oleh arteri vesikuler superior, medius

dan inferior, ruang keluar dari cabang anterior arteri iliaka internal

(hipogastrik), serta oleh cabang-cabang yang lebih kecil dari arteri

obturator dan arteri glutea inferior. Pada perempuan, arteri vaginalis dan

uterine juga memiliki cabang ke kandung kemih(1,2,3).

Pleksus vena yang mengelilingi kandung kemih, pleksus vesikalis

dan pleksus vena prostatika (pada laki-laki) akan mengalirkan darah

menuju vena iliaka interna (hipogastrik)(1,2,3,6).

D. Uretra

Uretra merupakan tabung yang menyalurkan urine ke luar dari

buli-buli melalui proses miksi. Secara anatomis uretra dibagi menjadi 2

bagian yaitu uretra posterior dan uretra anterior. Uretra posterior terdiri

atas uretra pars prostatica yaitu bagian uretra yang terdapat pada

prostat, dan uretra pars membranacea yaitu bagian uretra yang

berdekatan dengan membran diafragmatika urogenital. Sedangkan uretra

anterior terdiri atas uretra pars bulbosa yang merupakan bagian uretra

yang dikelilingi oleh muskulus bulbocavernosa, uretra pars pendulare

merupakan bagian uretra yang dapat bergerak bebas, serta uretra pars

naviculare. Uretra laki-laki mempunyai diameter 8-9 mm dan panjang

kira-kira 23-25 cm, sedangkan uretra perempuan memiliki diameter 4-8

mm dan panjang kira-kira 3-5 cm. Uretra laki-laki mendapat suplai darah

dari arteri pudendal interna. Sedangkan uretra perempuan mendapat

suplai darah dari arteri vesical, arteri vaginal, dan arteri pudendal

interna(1,2,3,6).

Page 20: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

2.2 BATU SALURAN KEMIH

II.II BATU SALURAN KEMIH

Batu saluran kemih paling banyak frekuensinya dan secara prinsip

harus dikeluarkan. Batu pada salurah kemih perlu penanganan yang baik

karena banyak menimbulkan akibat, bahkan bisa fatal (penderita bisa

meninggal) karena bisa menyebabkan komplikasi. Komplikasi yang

utama yaitu obstruksi dan infeksi(5).

Komplikasi batu saluran kemih dapat menyebabkan kerusakan

ginjal, yang membutuhkan transplantasi ginjal. Dari referensi di seluruh

dunia, batu saluran kemih :

60-70% mengandung bakteri

40-50% bisa relaps/reccurent/kambuh

Pada batu saluran kemih tidak memberikan keluhan yang khas,

hanya memberikan keluhan bila terjadi komplikasi. Gejala-gejala yang

muncul pada batu saluran kemih antara lain(5) :

Nyeri – kalau ada obstruksi

Hematuria

Infeksi

Demam

Mual

Muntah

Macam waktu operasi pada Batu Saluran Kemih(5)

Kalau ada obstruksi disertai dengan infeksi maka merupakan

suatu keadaan darurat urologi.

Batu saluran kemih masuk dalam kasus gawat darurat apabila terjadi :

1. Anuria

2. Kolik yang terus menerus, khususnya bila disertai dengan :

Peningkatan suhu

Ileus paralitik

3. Infeksi

Kalau hanya terdapat obstruksi tanpa infeksi, maka operasinya bisa

secara elektif.

Page 21: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

A. Faktor Resiko(2,5)

Yang termasuk faktor resiko munculnya batu pada saluran kemih

adalah :

1. Riwayat kristaluria

Penderita terutama yang memiliki batu kalsium oksalat, sering

mengekspresikan lebih banyak kristal kalsium oksalat, dan

biasanya kristal berukuran lebih besar daripada normal (>12mm).

Kristal cysteine dan struvite selalu dianggap abnormal apabila

ditemukan didalam urine dan memerlukan pemeriksaan lebih

lanjut. Sedangkan kristal yang lain sering ditemukan dalam urinalis

yang normal.

2. Faktor sosio-ekonomi

Batu ginjal lebih sering ditemukan pada negara industri. Imigran

dari negara industri, kejadian batu meningkat secara perlahan dan

hampir sama dengan populasi negara tersebut. Pemakaian air

yang mengandung sedikit atau tidak mengandung garam mineral

(kalsium, magnesium) tidak menurunkan insiden batu saluran

kemih.

3. Faktor pendidikan

4. Faktor lingkungan

5. Kebiasaan

Diet

Peningkatan konsumsi asam lemak jenuh dan tidak jenuh,

protein hewani dan gula, serta penurunan konsumsi serat,

protein nabati, dan unrefined carbohydrate menyebabkan

terjadinya peningkatan insidensi dari batu traktus urinarius.

Asupan kalium yang tinggi akan menyebabkan peningkatan

kalium, kalsium, dan pH urine, serta penurunan sekresi sitrat

dalam urine, yang akan meningkatkan kemungkinan terjadinya

kristalisasi garam kalsium.

Konsumsi air minum

Konsumsi cairan yang rendah (<1200 ml/hari) menjadi faktor

terbentuknya batu.

Olahraga

Page 22: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

6. Pekerjaan

Pekerjaan yang menetap menjadi faktor terbentuknya batu

dibandingkan dengan pekerjaan yang banyak aktivitas.

7. Iklim

Seseorang yang hidup di daerah beriklim panas lebih mudah

terserang dehidrasi, sehingga pada akhirnya akan meningkatkan

insidensi dari batu saluran kemih, khususnya batu asam urat.

Selain itu iklim yang panas biasanya membuat orang terpapar

lebih lama dengan sinar ultraviolet, maka akan meningkatkan

produksi vitamin D3, diikuti oleh peningkatan sekresi kalsium dan

oksalat dalam urine.

8. Riwayat keluarga

Individu dengan riwayat batu pada keluarga memiliki kemungkinan

lebih besar menderita penyakit yang sama. Mungkin ini

berhubungan dengan faktor makanan atau lingkungan.

9. Obat-obatan yang dikonsumsi

Obat-obat seperti triamterene atau dyazide telah dihubungkan

dengan peningkatan frekuensi dari batu saluran kemih.

Penggunaan jangka panjang antasida dapat menyebabkan

timbulnya batu silika. Selain itu carbonic anhydrase juga

meningkatkan insidensi.

B. Faktor Predisposisi(5)

1. Benda asing

2. Obstruksi/stasis urine

BPH, Stricture, Stenosis UPJ (ureteropelvic Junction) / UVJ

(Ureterovesical Junction).

3. Infeksi oleh karena urea splitter

4. Gangguan metabolisme

5. Kurang minum / dehidrasi

Untuk predisposisi atau etiologi batu buli-buli(6) :

1. Gangguan miksi (BPH, striktur uretra, divertikel buli, buli neurogenik)

2. Benda asing di buli (kateter lama, dll)

3. Batu ginjal atau ureter yang turun ke buli

Page 23: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

4. Batu endemik (anak yang kurang gizi, sering diare dan dehidrasi)

C. Komposisi Batu(2,5)

1. Batu Kalsium

80%-85% dari semua batu saluran kemih mengandung

kalsium. Batu kalsium paling sering disebabkan oleh tingginya kadar

kalsium, asam urat, oksalat dalam urin, atau menurunnya konsentrasi

sitrat urin.

Mekanisme pembentukan:

- Nephrolithiasis absorptive hypercalciuric

Adalah penyerapan kalsium meningkat sekunder dari usus kecil,

terutama dari jejunum

- Nephrolithiasis resorptive hypercalciuric

Karena adanya peningkatan resorpsi kalsium tulang, pada

hiperparatiroidisme primer atau pada tumor paratiroid

- Nephrolithiasis renal induced hypercalciuric

Karena gangguan kemampuan reabsorpsi kalsium melalui tubulus

ginjal

- Nephrolithiasis hyperuricosuric calcium

Karena asupan makanan yang berlebihan purin atau peningkatan

produksi asam urat endogen dimana asam urat menyerap dan

mengikat inhibitor batu dan memfasilitasi nukleasi heterogen

- Nephrolithiasis hyperoxaluric calcium

Peningkatan sekunder kadar oksalat urine, ditemukan pada pasien

dengan gangguan usus seperti infeksi usus dan diare kronis atau

sehabis mengalami pembedahan usus, serta pada pasien yang

mengkonsumsi makanan kaya oksalat (teh, soft drink, kopi instan,

kokoa, dll)

- Nephrolithiasis hypocitraturic calcium

Sitrat merupakan inhibitor penting dari penyakit batu saluran kemih.

Sitrat menghambat ikatan kalsium dengan oksalat atau fosfat.

Hipositraturi terjadi pada penyakit asidosis tubular ginjal dan sindrom

malabsorbsi.

- Nephrolithiasis hypomagnesiuric calcium

Page 24: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Magnesium sebagai inhibitor batu kalsium. Berikatan dengan oksalat

mencegah ikatan kalsium oksalat. Penyebab tersering

hipomagnesium yaitu inflammatory bowel disease yang diikuti

gangguan malabsorbsi

2. Struvite

Batu struvite terdiri dari magnesium, amonium dan fosfat (MAP). Batu

struvite adalah infeksi batu terkait dengan organisme yang membelah

urea, termasuk proteus, pseudomonas, providencia, klebsiella,

staphylococcus, dan mycoplasma

3. Uric acid

Merupakan 5-10% dari seluruh batu saluran kemih. Terutama pasien

dengan gout, penyakit myeloproliferatif, atau pasien yang terapi

antikanker, menggunakan obat urikosurik, kegemukan, peminum

alkohol, karena asupan purin berlebihan dan dehidrasi

4. Cystine

Sekunder karena kesalahan metabolisme bawaan akibat penyerapan

mukosa usus yang abnormal (usus halus) dan penyerapan tubular

ginjal untuk asam amino dibasic, termasuk cystine, ornithine, lisin,

dan arginin

5. Xanthine

Akibat bawaan kekurangan xanthine oxidase

6. Kasus jarang

Batu silikat

Batu triamterene.

D. Macam-macam Batu(5)

1. Berdasarkan lokasi anatomisnya

a. Batu ginjal terdapat pada (dari perifer ke sentral)

Calyx, pembagian : minor, mayor, superior, medius,

interior.

Pyelum/pelvis renalis

b. Batu ureter, terdiri dari :

1/3 proximal / atas : sebelah proximal dari pelvis renalis

sampai dengan batas atas sakrum.

Page 25: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

1/3 medial / tengah : batas atas sakrum sampai dengan

batas bawah sakrum.

1/3 distal / bawah : batas bawah sakrum sampai dengan

buli-buli.

c. Batu buli-buli (BBB) / vesika urinaria

Selain di buli-buli – divertikel (kantung) dan bladder neck.

d. Batu uretra

2. Berdasarkan etiologis(5)

a. Batu oleh karena endemik

Endemik : suatu penyakit yang banyak dijumpai di suatu

wilayah, biasanya didapatkan pada daerah yang sosial

ekonominya kurang dan gizinya kurang.

Pada 60-70% kasus, ada rekurensi dalam 5 tahun.

Untuk mencegah kekambuhan, harus dilakukan tindakan,

pemeriksaan fisik lengkap dan terapi secara lengkap.

Batu yang diambil melalui tindakan operatif merupakan

tindakan awal, harus ditambah dengan kontrol teratur dan

pengaturan diet.

Batu asam urat lebih sering rekuren, contohnya :

Pada anak-anak banyak ditemukan batu buli-buli

(BBB) terbentuk secara primer.

Pada orang dewasa banyak ditemukan batu ginjal.

Terapi : harus memperbaiki sosial ekonomi dan gizi

masyarakat supaya insiden batu saluran kemih berkurang.

b. Batu oleh karena infeksi

Terjadi oleh karena bakteriuria. Bakteri akan memecah

urea (yang ada dalam urine) menjadi amoniak, amoniak

akan menyebabkan suasana / pH menjadi basa / alkalis.

Suasana basa akan mempermudah terbentuknya endapan

campuran : Magnesium, Amonium, dan Phosphat (MAP),

dikenal sebagai batu struvit pada foto akan tampak inti di

tengah dan berlapis-lapis (ada lapisan di luar inti).

Page 26: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Batu struvit yang menjadi besar disebut batu staghorn yaitu

batu yang mengisi seluruh sistem pelvicocalyceal sehingga

secara radiologis tampak seperti tanduk rusa.

Kuman yang memecah urea yaitu proteus vulgaris (>>),

klebsiella, pseudomonas, dan mycoplasma. Terapinya

berupa harus mengeluarkan batu dan memberantas kuman

sampai nol (supaya tidak relaps lagi).

c. Batu oleh karena gangguan metabolisme

Terjadi terutama pada gangguan metabolisme dari oksalat,

asam urat, cystin, calcium, dan xanthin. Bila zat-zat tersebut

terdapat dalam urine, maka akan diendapkan dan menjadi inti

pembentukan batu lebih lanjut.

d. Batu oleh karena faktor lain

Imobilisasi yang lama

Misalnya : pada penderita fraktur, trauma / cedera vertebra,

dan lumpuh. Pada imobilisasi yang lama terjadi gangguan

urinasi (urine tidak dapat keluar dengan lancar) terjadi

pengendapan, selanjutnya endapan menjadi inti

pembentukan batu.

Adanya kelainan atau penyakit tulang

Contohnya : metastase tumor ke tulang, paget’s disease

dan myeloma. Pada kelainan / penyakit tulang, ekskresi

kalsium dalam urine meningkat sehingga terjadi

pembentukan batu.

Adanya benda asing dalam saluran kemih

Benda asing menjadi inti batu

Adanya kelainan anatomi saluran kencing

Kongenital : stenosis pada Uretero Pelvic Junction (UPJ),

horse shoe kidney, Reflux Vesico-Urethral (VUR), double

system, divertikel, katub uretra.

Page 27: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Acquired : bladder neck kontraktur, ureteritis, stricture

uretra, tekanan tumor dari luar, rusaknya ginjal karena

sebab lain, obstruksi ureter, kelainan kelenjar prostat.

3. Berdasarkan radiologis(5)

a. Opaque : terlihat saat difoto, densitas tinggi

Contoh : kalsium fosfat

b. Semi opaque : terlihat samar-samar saat di foto

Contoh : kalsium oksalat, cystin, silikat, struvit, sulfur (kan-

dungan tinggi).

c. Non Opaque : tidak terlihat saat difoto

Contoh : asam urat, xanthin, sulfur (kandungan rendah).

4. Berdasarkan asal terbentuknya batu(5)

a. Batu Primer

Sejak awal memang berada di lokasi tersebut. Contoh : batu

endemis (batu buli-buli pada anak-anak)

b. Batu sekunder

Batu berasal dari ginjal kemudian turun ke bawah.

Contoh : pada orang dewasa dengan batu buli-buli.

5. Berdasarkan jenis batunya(5)

Batu simple : jumlahnya tunggal (single), ukuran tidak besar

(<2cm), tidak ada komplikasi (obstruksi/infeksi)

Batu complicated : jumlahnya multipel, ada 1 yang besar dan

ada yang kecil, ukurannya > 2 cm, ada komplikasi obstruksi

atau infeksi atau keduanya, komplikasinya progresif

mengakibatkan gagal ginjal dan urosepsis.

E. Gejala Klinik(2)

1. Nyeri

Nyeri dari ginjal dapat berupa nyeri kolik maupun non kolik. Kolik

ginjal biasanya disebabkan karena peregangan pada duktus

kolektikus atau ureter. Sedangkan nyeri non kolik biasanya

Page 28: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

disebabkan karena peregangan pada kapsula ginjal. Obstruksi traktus

urinarius adalah penyebab utama dari kolik ginjal. Mekanisme lokal

seperti peradangan, edema, hiperperistaltik, dan iritasi mukosa dapat

menyebabkan persepsi nyeri pasien dengan batu ginjal. Pada ureter,

nyeri lokal dijalarkan oleh nervus ileoinguinal dan cabang genital dari

genitofemoralis, dimana nyeri dan obstruksi dijalarkan pada area yang

sama dari batu sistem kolektikus (punggung dan CVA).

a. Batu pada calyx renal

Batu atau benda lain pada calyces dapat menyebabkan obstruksi

dan kolik ginjal. Sedangkan batu yang tidak menyumbat hanya

menyebabkan nyeri yang periodik. Nyeri terasa dalam dan tumpul

pada pinggang dan berintensitas sedang sampai berat.

b. Batu pada pelvis renal

Batu pada pelvis renal yang berukuran > 1 cm sering menyumbat

ureteropelvic junction dan menyebabkan nyeri hebat pada CVA,

lateral dari kuskulus sakrospinalis dan tepat di bawah kosta ke XII.

nyeri dapat bervariasi dari tumpul ke tajam. Nyeri juga dirasakan

pada pinggang dan dapat juga pada abdomen bagian atas yang

ipsilateral. Hal ini sering sulit dibedakan dengan kolik bilier atau

kolesistitis. Staghorn calculi dapat lengkap atau parsial. Dan belum

tentu menyebabkan obstruksi. Jika belum terjadi obstruksi maka

gejala yang muncul hanya gejala ringan seperti nyeri pada

punggung.

c. Batu pada ureter bagian atas dan tengah

Nyeri yang dihasilkan biasanya tajam dan berat, disertai nyeri pada

pinggang. Nyeri dapat semakin berat dan intermiten apabila batu

bergerak ke bawah. Batu yang berhenti pada tempat tertentu

biasanya lebih tidak sakit, apalagi jika obstruksinya tidak lengkap.

Nyeri pada batu ureter bagian atas dapat menjalar ke daerah

lumbal dan pinggang. Batu pada ureter bagian tengah

menyebabkan nyeri yang menjalar ke kaudal dan anterior

abdomen bagian bawah dan tengah.

d. Batu pada ureter bagian distal

Page 29: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Batu pada bagian distal dari ureter dapat menyebabkan nyeri yang

menjalar ke testis dan skrotum pada pria, dan labia mayor pada

wanita. Diagnosa kadang sulit dibedakan dengan epididimitis dan

torsio testis.

Gambar 2.5 Kemungkinan Letak Batu Ureter(2).

e. Batu buli-buli(6)

Gejalanya khas :

1. Disuria sampai dengan stranguria

2. Perasaan tidak enak waktu kencing

3. Kencing tiba-tiba berhenti kemudian lancar dengan perubahan

posisi tubuh

4. Referred pain (ujung penis, skrotum, perineum, pinggang

sampai dengan kaki

5. Anak : enuresis nocturna, sering menarik-narik penis atau

menggosok-gosok vulva

2. Hematuria Makros

Urinalisis yang lengkap dapat membantu menegakkan diagnosa

dengan memeriksa hematuria, kristaluria dan pH. Pasien sering

Page 30: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

mengalami hematuria macros yang intermiten atau urine berwarna

merah seperti kebanyakan pasien akan mengalami sekurang-

kurangnya mikro-hematuria. Hanya pada 10-15 % kasus tidak

ditemukan hematuria.

3. Infeksi

Batu magnesium, ammonium dan fosfat (struvit) adalah sinonim dari

batu yang terinfeksi. Sering disebabkan oleh proteus, pseudomonas,

providencia, klebsilla dan stafilokokus. Batu kalsium dapat

memberikan kontribusi terhadap peristaltik ureter dengan

menghasilkan eksotoksin dan endotoksin. Peradangan lokal dari

infeksi dapat menyebabkan aktivitas kemoreseptor dan timbulnya nyeri

lokal yang berhubungan dengan referred pain.

4. Demam

Terdapatnya demam pada batu saluran kemih merupakan keadaaan

gawat darurat. Gejala dari sepsis secara klinik bervariasi dan termasuk

demam, takikardi, hipotensi dan vasodilatasi periffer.

5. Mual dan Muntah

Obstruksi traktus urinarius bagian atas sering menyebabkan mual dan

muntah. Cairan intravena diperlukan untuk mengembalikan ke

keadaan euvolemik. Cairan intravena tidak dapat digunakan untuk

menyebabkan timbulnya diuresis atau menekan batu ke bawah(2).

F. Pemeriksaan Fisik(5)

1. Ada flank pain atau tidak, didapatkan dari anamnesa

2. Ada flank mass atau tidak, dilakukan dengan cara bimanual palpasi

yaitu :

a. Penderita tidur terlentang

b. Pemeriksa berada disamping kanan penderita

c. Tungkai bawah penderita difleksikan pada sendi genu / lutut dan

coxae, dengan tujuan membuat otot abdomen relaksasi

d. Tangan kiri pemeriksa berada pada costovertebrata angle (CVA)

sedangkan tangan kanan pemeriksa berada di bawah arcus costa.

Page 31: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

e. Penderita diminta untuk inspirasi maksimal dengan tujuan membuat

paru-paru mengembang lalu akan mendorong diafragma, sehingga

akan mendorong ginjal

f. Ginjal yang normal tidak teraba, bila teraba yang bisa teraba adalah

bagian anterior dan inferior.

3. Nyeri ketok CVA atau tidak(5).

G.Laboratorium(5)

a. Sedimen urine : leukosituria, hematuria

b. Kultur urine : pertumbuhan kuman pemecah urea

c. Faal ginjal : kemungkinan penurunan faal ginjal dan persiapan pasien

menjalani pemeriksaan IVP(5).

H.Pemeriksaan Penunjang(5)

1. Foto polos abdomen

Melihat kemungkinan adanya batu radio opaque di saluran kemih

Syarat BOF layak baca :

1. Tampak arcus costa sampai simfisis pubis

2. Simetris

3. Psoas line terlihat

4. Bayangan gas usus minimal

Yang dideskripsikan apakah distribusi gas usus normal, apakah

susunan dan alignment tulang normal, apakah ginjal ukurannya

normal. Dan menyebutkan kelainan yang tampak. Contohnya :

tampak bayangan radioapaque dengan ukuran …….., lokasi di ………

dextra / sinistra.

2. IVP

Definisi : suatu pemeriksaan radiologis dengan jalan

memasukkan kontras secara intra venous untuk melihat :

Fungsi ekskresi ginjal dan anatomi saluran kemih

Mendeteksi adanya batu semi opaque, maupun non

opaque yang tidak terdeteksi oleh foto polos abdomen.

Page 32: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Syarat IVP :

Serum kreatinin < 1,5 mg/dl

Tidak ada reaksi alergi terhadap bahan kontras.

Indikasi : Gross hematuria, batu, tumor, obstruksi, trauma dan

kelainan kongenital.

Kontra indikasi :

Absolut : alergi terhadap bahan kontras

Relatif : serum kreatinin > 3 mg / dl

Cara deskripsi IVP

5 menit pertama : fungsi ekskresi ginjal terlihat atau

tidak

15 menit : kontras mengisi buli-buli atau tidak

30 menit : ada pelebaran pelvio caliceal system

atau tidak

60 menit : melihat keseluruhan anatomi saluran

kemih

Paska miksi : melihat sisa kontras (residual urine)

dan divertikel pada buli.

3. USG

Melihat adanya batu ginjal atau batu buli-buli

Didapatkan : echoic shadow, hidronefrosis, pionefrosis, pengerutan

ginjal.

4. CT Scan

CT scan kontras menjadi modalitas radiologi pilihan pada pasien

dengan kolik ginjal akut. Pemeriksaan ini cepat dan tidak terlalu mahal

dibandingkan IVP. Pemeriksaan ini dapat melihat struktur peritoneal

dan retroperitoneal.

5. Retrograde pyelography

Page 33: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Retrograde pyelography kadang-kadang dipikirkan untuk

menggambarkan anatomi traktus urinari bagian atas dan batu

radiolusen yang ada di lokasi tersebut.

I.Penatalaksanaan(5)

Prinsip terapi : mengeluarkan batu, jika batu tidak dikeluarkan akan

menimbulkan komplikasi.

Tujuan :

a. Menyelamatkan ginjal atau mengusahakan agar kerusakan

pada ginjal yang bersangkutan tidak menjadi lebih parah.

b. Mencegah atau mengatasi penyulit, khususnya bila terjadi

keadaan darurat. Dalam hal ini menyelamatkan jiwa penderita.

c. Kelainan struktur anatomi (baik primer maupun sekunder)

sekaligus dikoreksi bila memungkinkan.

d. Pencegahan timbulnya batu baru.

J. Tindakan pada BSK(5)

1. Konservatif (expectative)

Dilakukan apabila :

Ukuran batu < 5 mm dan single

Komplikasi (-)

Diuresis

Obat pelumas (calcurenal)

Exercise

2. Medikamentosa

Chemolisis / melarutkan batu asam urat

3. Operatif

Dengan indikasi :

Ukuran batu > 5 mm atau multipel

Bila terapi konservatif selama 1 – 2 bulan gagal

Bila terjadi komplikasi (obstruksi, infeksi)

Page 34: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Kalau batunya kecil tapi penderita febris lalu difoto tampak

hidronefrosis grade 2 maka tindakannya adalah operasi

Kalau batunya > 5 mm tapi tidak menimbulkan komplikasi

maka batunya harus tetap diambil.

K.Pencegahan(5)

1. Banyak minum, diuresis sampai dengan 2-2,5 liter / hari

2. Olah raga / aktivitas fisik yang cukup dan teratur

3. Cegah meningkatnya bahan – bahan pembentuk batu / meningkatnya

daya larut bahan tersebut.

a. Koreksi gangguan metabolisme dengan :

Allopurinol (untuk asam urat)

Diet rendah purin, thiazide (untuk kalsium)

Diet rendah kalsium

b. Buat bahan pembentuk batu agar mudah larut dengan magnesium

oxide.

c. Buat urine alkalis ( pada batu asam urat ) dengan natrium sitras

dan natrium bicarbonate.

d. Buat urine bereaksi asam bila terdapat kuman pemecah urea untuk

melarutkan garam fosfat dengan vitamin C, ammonium chloride.

L.Komplikasi BSK(5)

1. Infeksi

Bakterimia, yaitu bakteri berada di dalam darah, tetapi belum

mengeluarkan toxin.

Septikemia / sepsis, yaitu bakterimia yang lebih berat dan sudah

mengeluarkan toksin di dalam darah.

2. Obstruksi

Batu ginjal (paling sering batu pyelum)

Pada batu pyelum obstruksinya tidak total, artinya urine yang ada

turun atau urine yang ada tidak turun.

Batu di ureter

Page 35: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Unilateral, akan terjadi pelebaran dari sistem

pelvicocalyceal (hidronefrosis) dan pelebaran ureter

(hidrouretronefrosis).

Bilateral

a. Akan menyumbat aliran urine secara total, terjadi

keadaan gawat darurat anuria, bila anuria tidak segera

ditangani ginjal harus diambil karena anuria akan

menimbulkan kerusakan ginjal.

b. Terjadi refluks urine ke ginjal menekan sistem

pelvicocalyceal mendesak parenkim beserta isinya.

Jika vaskularisasi terjepit akan terjadi iskemia maka

akan terjadi Acute Tubular Necrosis (ATN) dan

terjadilah renal failure.

Batu buli-buli tidak terlalu menjadi masalah

Batu lebih ke bawah lagi akan masuk ke bladder neck

sehingga terjadi retensi urine.

M. Terapi BSK(5)

Berdasarkan lokasinya :

1. Batu Ginjal

a. Open :

Calycolithotomy : operasi pembedahan untuk mengambil batu

calyx

Pyelolithomy : operasi pembadahan untuk mengambil batu

pyelum.

Nephrolithotomy : operasi pembedahan untuk mengambil batu

ginjal.

Bivalve Nephrolithotomy : operasi pembedahan untuk

mengambil batu ginjal yang berukuran sangat besar (terutama

batu staghorn) Caranya : ginjal dibelah menjadi 2 untuk

mengambil batu ginjal.

b. Closed

ESWL (Extracorporeal Shock Wave Lithotripsy)

Page 36: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Extracorporeal berarti di luar tubuh, sedangkan lithotripsy

berarti penghancuran batu. Secara harfiah ESWL memiliki

arti penghancuran batu saluran kemih dengan

menggunakan gelombang listrik menjadi gelombang kejut

shock wave yang ditransmisi dari luar tubuh.

Syarat :

Diameter batu < 2 cm

Fungsi ginjal baik

Tidak ada infeksi aktif

URS (Uretrorenoscopy)

Mengambil / memecahkan batu dengan Uretrorenoscopy

yang di masukkan lewat muara uretra dengan bantuan

cystoscope.

Cara : alat dimasukkan ke dalam uretra – buli-buli – ureter

– ginjal – memecahkan batu.

PNL (Percutaneuous Nephro Litholapaxy) /Nephrostomy

Percutan (PNS).

Tindakan membuat lubang yang menghubungkan sistem

pelvicocalyceal dengan dunia luar.

Tujuannya untuk diversi urine bila sumbatan ureter tidak dapat

segera diatasi.

2. Batu Ureter

Terapi konservatif, bila ukuran batu < 5 mm, bisa keluar spontan

dengan cara(5) :

a. Diuresis harus cukup, kebutuhan cairan dewasa normal setiap hari

adalah 2 liter/hari.

b. Obat-obatan diuretika : furosemide acid.

c. Mengurangi hematuria dengan obat-obatan untuk lubrikasi :

batugin elixir.

d. Lakukan exercise skipping, supaya batu turun.

e. Beri obat simptomatis.

Page 37: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

f. Evaluasi 10 hari dengan melihat gejala klinis (masih nyeri atau

tidak) dan pemeriksaan penunjang (foto)

g. Bila dalam waktu 1-2 bulan batu tidak bergerak maka dilakukan

operasi.

Terapi operatif(5) :

a. Open

Ureterolithotomy : operasi pembedahan untuk mengambil batu

ureter.

b. Closed

ESWL

Litotripsi, mengeluarkan batu ureter ataupun batu buli secara

endoscopic dengan litotriptor.

URS

Laparoskopi

Ekstraksi dormia, mengeluarkan batu ureter dengan

menjaringnya melalu alat keranjang dormia.

PNS.

3. Batu Buli

Operatif(5):

a. Open

Vesicolithothomy, operasi pembedahan untuk mengeluarkan batu

dari buli-buli.

Indikasi :

Diameter batu 2 cm

Batu tidak dapat dipecah dengan lithotriptor

Batu multipel

b. Closed

ESWL

PNS

Lithotripsi

Cara : alat dimasukkan ke dalam uretera, batu buli-buli

dipegang kemudian batu diremas/dipecah.

Page 38: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

Trokar lithotripsy

Tindakan pengeluaran batu di buli-buli pada anak-anak yang

besarnya < 10 cm dengan kombinasi endoskopik dan trokar.

Laser

Ureterorenoscopy (URS)(5).

4. Batu Uretra

a. Konservatif(5)

Batu harus didorong masuk ke buli-buli dengan cara dilakukan

lubrikasi.

Cara lubrikasi pada orang dewasa :

Dengan spuit 50cc dengan jelly / pelumas sebanyak mungkin

dicampur obat anti nyeri / anestesi lokal dan ditambah dengan

sedikit PZ, semprotkan cairan ke dalam uretra melalui MUE.

Uretra pars anterior

Tutup MUE dan tahan bagian pangkal penis, maka terjadi aliran

turbulensi cairan pelumas sehingga batu akan terdorong keluar

lewat MUE.

Uretra pars posterior

Tutup MUE sehingga batu terdorong masuk ke buli-buli, pasang

kateter menetap sampai dapat dilakukan pembedahan untuk

mengambil batu. Tujuan pemasangan kateter adalah agar urine

tetap bisa keluar, dan batu tidak turun lagi.

b. Operatif(5)

Open

Tidak boleh dilakukan urethrolithotomy, karena sekali dibuka

uretra akan rusak.

Closed

Lithothripsy(5).

N. Prognosis

Batu pada ginjal menimbulkan rasa nyeri yang sangat bagi

penderita tetapi biasanya dapat dikeluarkan tanpa menimbulkan

Page 39: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

kerusakan yang permanen. Hal ini cenderung akan berulang terutama

bila penyebab dasarnya tidak ditemukan dan tidak diterapi(5).

Pada umumnya batu buli-buli mempunyai prognosis yang baik.

Karena sebagian besar batu kandung kemih dapat diambil tanpa

kerusakan permanen pada kandung kemih. Tetapi batu buli-buli

dapat terjadi kembali jika penyebabnya tidak dikoreksi.

Jika batu tidak diobati, dapat menyebabkan infeksi saluran

kemih berulang atau kerusakan permanen pada kandung kemih

atau ginjal(2).

DAFTAR PUSTAKA

Page 40: Responsi Batu Buli-Buli Silvia Suharja

1. Snell Richard S. Clinical Anatomy by Region, edition 8.

2. Tanogho,Emil A, Mc Aninch Jack W. 2008. Smith’s general

Urology, Edition, 17.

3. Reynard John, Brewster S, Briers Suzanne. 2006. Oxford

Handbook of Urology, 1st edition.

4. Wein, Kavoussi, Novick, Partin, Peters, 2007. Campbell-Walsh

Urology 9th edition.

5. Kumpulan kuliah urologi dr. Sri Hartono, Sp.B,Sp.U

6. Purnomo B. 2011.Dasar-dasar Urologi. Edisi ke 3.