kanker buli buli

26
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN Jl. Halmahera No. 33 Kaliwungu- Jombang, Telp. 0321- 854916 PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS LAPORAN PENDAHULUAN CA Buli 1. Definisi Penyakit Tumor buli adalah tumor yang berbentuk papiler, noduler (infiltratif), atau campuran infiltratif dengan papiler yang ditemukan pada vesika urinaria atau buli- buli (Yuda,2010). Tumor buli-buli atau tumor vesika urinaria merupakan 2% dari seluruh keganasan, dan merupakan kedua terbanyak pada sistem urogenital setelah karsinoma prostat. Tumor buli berkembang dari sel epitel transisional dari saluran kemih (Brunner & Suddarth, 2002). 2. Etiologi a. Pekerjaan Pekerja-pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik korek api, tekstil, pabrik kulit, dan pekerja pada salon/pencukur rambut sering terpapar oleh

Upload: edoprima

Post on 05-Jan-2016

73 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

kankerkesehatanlaporan kesehatan

TRANSCRIPT

Page 1: Kanker Buli Buli

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN INSAN CENDEKIA MEDIKA JOMBANG

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

Jl. Halmahera No. 33 Kaliwungu- Jombang, Telp. 0321- 854916

PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI NERS

LAPORAN PENDAHULUAN

CA Buli

1. Definisi Penyakit

Tumor buli adalah tumor yang berbentuk papiler, noduler (infiltratif), atau campuran

infiltratif dengan papiler yang ditemukan pada vesika urinaria atau buli- buli (Yuda,2010).

Tumor buli-buli atau tumor vesika urinaria merupakan 2% dari seluruh

keganasan, dan merupakan kedua terbanyak pada sistem urogenital setelah karsinoma

prostat. Tumor buli berkembang dari sel epitel transisional dari saluran kemih (Brunner &

Suddarth, 2002).

2. Etiologi

a. Pekerjaan

Pekerja-pekerja di pabrik kimia (terutama pabrik cat), laboratorium, pabrik korek api,

tekstil, pabrik kulit, dan pekerja pada salon/pencukur rambut sering terpapar oleh

bahan karsinogen  berupa  senyawa amin aromatik (2-naftilamin,  bensidin,  dan 4-

aminobifamil).

b. Perokok

Resiko untuk mendapatkan karsinoma buli-buli pada perokok adalah 2-6 kali lebih

besar dibandingkan dengan bukan perokok. Rokok mengandung bahan karsinogen

berupa amin aromatik dan nitrosamin. Dari beberapa penelitian berhasil menemukan

adanya hubungan antara merokok dengan terjadinya tumor dan kanker buli-buli.

Hubungan tersebut terjadi secara dose respons yang berarti bertambahnya jumlah

Page 2: Kanker Buli Buli

rokok yang diisap akan meningkatkan resiko terjadinya kanker buli-buli 2-5 kali lebih

besar dibandingkan dengan bukan perokok. Pada perokok ditemukan adanya

peningkatan metabolit–metabolit triptopan yang berada dalam urinnya yang bersifat

karsinogenik. Selain itu iritasi jangka panjang pada selaput lendir kandung kencing

seperti yang terjadi pada infeksi kronis, pemakaian kateter yang menetap dan adanya

batu pada buli-buli, juga diduga sebagai faktor penyebab.

c. Infeksi saluran kemih

Telah diketahui bahwa kuman-kuman E.coli dan Proteus spp menghasilkan nitrosamin

yang merupakan zat karsinogen.

d. Kopi, pemanis buatan, dan obat-obatan

Kebiasaan mengkonsumsi kopi, pemanis buatan yang mengandung sakarin dan

siklamat.

e. Riwayat keluarga, orang-orang yang keluarganya ada yang menderita kanker kandung

kemih memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita kanker ini. Peneliti sedang

mempelajari adanya perubahan gen tertentu yang mungkin meningkatkan resiko

terjadinya kanker ini.

3. Manifestasi Klinis

Perlu diwaspadai jika seorang pasien datang dengan mengeluh hematuria yang bersifat: (1)

tanpa disertai rasa nyeri (painless), (2) kekambuhan (intermittent), dan (3) terjadi pada

seluruh proses miksi (hematuria total). Meskipun seringkali karsinoma buli-buli tanpa

disertai gejala disuria, tetapi pada karsinoma in situ atau karsinoma yang sudah mengadakan

infiltrasi luas tidak jarang menunjukkan gejala iritasi buli-buli.Hematuria dapat menimbulkan

retensi bekuan darah sehingga pasien datang meminta pertolongan karena lidak dapat miksi.

Keluhan akibat penyakit yang telah lanjut berupa gejala obstruksi saluran kemih bagian atas

atau edema tungkai. Edema tungkai ini disebabkan karena adanya penekanan aliran limfe

oleh massa tumor atau oleh kelenjar limfe yang membesar di daerah pelvis.

Page 3: Kanker Buli Buli

Secara umum, manifestasi klinis tumor buli – buli adalah sebagai berikut :

1. Kencing campur darah yang intermitten

2. Merasa panas waktu kencing

3. Merasa ingin kencing

4. Sering kencing terutama malam hari dan pada fase selanjutnya sulit kencing

5. Nyeri suprapubik yang konstan

6. Panas badan dan merasa lemah

7. Nyeri pinggang karena tekanan saraf

8. Nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis.

Page 4: Kanker Buli Buli

4. Deskripsi Patofisiologi

Buli – buli (vesika urinaria)

Tumor Buli - Buli

Ulserasi Metastase Oklusi ureter/pelvic renal immobilisasi Karena penyakit

Invasi pada bladder Refluks kelemahan fisik

Sirkulasi darah Retensio urine: sulit kencing Hidronefrosis : menurun

1.Nyeri suprapubik Hipoksia 2.Nyeri pinggang jaringan

perifer

Ginjal membesar resiko perubahan

Penatalaksanaan struktur

Kulit akibat penekanan

Daerah menonjol Penatalaksanaan

Lesi kulit dan

- Faktor gen- Pekerjaan- Usia- ISK- Kopi, pemanis

buatan- Konsumsi obat

sering dan konsisten

Infeksi sekunder :

Panas saat

kencing

Merasa panas dan tubuh lemas

Hematuria

Nyeri Akut

Nyeri AKut

Page 5: Kanker Buli Buli

Diversi urin dengan Perubahan status kesehatan Kemoterapi perubahanTeknik vesicostomi Kurang paparan informasi akurat Efek kemoterapi pigmentasi kulit

Seputar prosedur pembedahan Iritasi GILuka insisi ulkus dekubitus

Takut, gelisah Rangsang vomiting center

Terputusnya kontinuitas jaringan Rangsang ujung syaraf Bebas di hipotalamus Nausea,

Port the entry mo Vomitus Pengeluaran zat = zat vasoaktif

Akumulasi mikroorganisme (prostaglandin, serotonin) Anoreksia

di area luka Rangsang cortex serebri untuk

persepsikan nyeri asupan makanan tidak adekuat

Perawatan area insisi yang

kurang steril BB menurun

Luka akibat pembedahan dan adanya vesicostomy Hiperalbumin akibat

Kehilangan cairan tubuh melalui luka, lumen buatan, kerusakan filtrasi

glomerulus

ataupun selang drainage renal

Asupan nutrisi dan cairan tidak adekuat tekanan koloid osmotik terganggu

Malnutrisi dehidrasi gangguan shift cairan (CES dan CIS)

Perpindahan shift cairan intravaskuler

Respon tubuh berupa konjungtiva anemis,

pucat ke interstitial

Volume cairan menurun Akumulasi cairan

Edema

Nyeri Akut

Resti Infeksi

Kerusakan Integritas

Kulit

Ketidakseimbangan nutrisis: kurang dari kebutuhan tubuh

Ansietas

Resiko Ketidakseimbangan

Volume Cairan

Kelebihan Volume Cairan

Page 6: Kanker Buli Buli

5. Bentuk Tumor Buli

Tumor buli-buli dapat berbentuk papiler, tumor non invasif (insitu), noduler (infiltratif) atau

campuran antara bentuk papiler dan infiltratif.

Bentuk tumor buli-buli

Sebagian besar (±90%) tumor buli-buli adalah karsinoma sel transisional. Tumor ini bersifat

multifokal yaitu dapat terjadi di saluran kemih yang epitelnya terdiri atas sel transisional

yaitu di pielum, ureter, atau uretra posterior; sedangkan jenis yang lainnya adalah karsinoma

sel skuamosa (±10%) dan adenokarsinoma (±2%)

a. Adenokarsinoma

Terdapat 3 grup adenokarsinoma pada buli-buli, di antaranya adalah: (1) Primer

terdapat di buli-buli, dan biasanya terdapat di dasar dan di fundus buli-buli. Pada

beberapa kasus sistitis glandularis kronis dan ekstrofia vesika pada perjalannya lebih

lanjut dapat mengalami degenerasi menjadi adenokarsinoma buli-buli; (2) Urakhus 

persisten  (yaitu  merupakan  sisa  duktus  urakhus)  yang  mengalami degenerasi

maligna menjadi adenokarsinoma; (3) Tumor sekunder yang berasal dari fokus

metastasis dari organ lain, diantaranya adalah: prostat, rektum, ovarium, lambung,

mamma, dan endometrium. Prognosis adenokarsinoma bulu-buli ini sangat jelek.

b. Karsinoma sel skuamosa

Karsinoma sel skuamosa terjadi karena rangsangan kronis pada buli-buli sehingga sel

epitelnya mengalami metaplasia berubah menjadi ganas. Rangsangan kronis itu dapat

terjadi karena infeksi saluran kemih kronis, batu buli-buli, kateter menetap yang

dipasang dalam jangka waktu lama, infestasi cacing Schistosomiasis pada buli-buli,

dan pemakaian obat-obatan sikiofosfamid secara intravesika.

Page 7: Kanker Buli Buli

6. Klasifikasi Tumor Buli

Penentuan deiajat invasi tumor berdasarkan sistem atau berdasarkan penentuan stadium

dari Marshall seperti terlihat pada gambar 2 :

Secara lengkap klasifikasi DUKE-MASINA, JEWTT dengan modifikasi STRONG-

MARSHAL untuk menentukan operasi atau observasi :

1. T = pembesaran lokal tumor primer, ditentukan melalui :

Pemeriksaan klinis, uroghrafy, cystoscopy, pemeriksaan bimanual di bawah anestesi umum

dan biopsy atau transurethral reseksi.

No Kode Keterangan

1 Tis Carcinoma insitu (pre invasive Ca)

2 Tx Cara pemeriksaan untuk menetapkan penyebaran tumor, tak

dapat dilakukan

3 To Tanda-tanda tumor primer tidak ada

4 T1 Pada pemeriksaan bimanual didapatkan masa yang bergerak

5 T2 Pada pemeriksaan bimanual ada indurasi daripada dinding

buli-buli.

6 T3 Pada pemeriksaan bimanual indurasi atau masa nodular yang

bergerak bebeas dapat diraba di buli-buli.

7 T3a Invasi otot yang lebih dalam

8 T3b Perluasan lewat dinding buli-buli

9 T4 Tumor sudah melewati struktur sebelahnya

Page 8: Kanker Buli Buli

10 T4a Tumor mengadakan invasi ke dalam prostate, uterus vagina

11 T4b Tumor sudah melekat pada dinding pelvis atau infiltrasi ke

dalam abdomen

2. N = Pembesaran secara klinis untuk pemebesaran kelenjar limfe pemeriksaan

kinis, lympgraphy, urography, operative

No Kode Keterangan

1 Nx Minimal yang ditetapkan kel. Lymfe regional tidak dapat

ditemukan

2 No Tanpa tanda-tanda pemebsaran kelenjar lymfe regional

3 N1 Pembesaran tunggal kelenjar lymfe regional yang

homolateral

4 N2 Pembesaran kontralateral atau bilateral atau kelenjar lymfe

regional yang multiple

5 N3 Masa yang melekat pada dinding pelvis dengan rongga yang

bebeas antaranya dan tumor

6 N4 Pemebesaran kelenjar lymfe juxta regional

3. M = metastase jauh termasuk pemebesaran kelenjar limfe yang jauh.

Pemeriksaan klinis, thorax foto, dan test biokimia

No KODE KET

1 Mx Kebutuhan cara pemeriksaan minimal untuk menetapkan

adanya metastase jauh, tak dapat dilaksanakan

Page 9: Kanker Buli Buli

2 M1 Adanya metastase jauh

3 M1a Adanya metastase yang tersembunyi pada test-test

biokimia

4 M1b Metastase tunggal dalam satu organ yang tunggal

5 M1c Metastase multiple dalam satu terdapat organ yang

multiple

6 M1d Metastase dalam organ yang multiple

Sedangkan, tipe tumor didasarkan pada type selnya, tingkat anaplasia dan invasi.

1 Efidermoid Ca Kira-kira 5% neoplasma buli-buli –squamosa cell,

anaplastik, invasi yang dalam dan cepat

metastasenya

2 Adeno Ca Sangat jarang dan sering muncul pada bekas

urachus

3 Rhabdomyo sarcoma Sering terjadi pada anak-anak laki-laki (adolescent),

infiltasi, metastase cepat dan biasanya fatal

4 Primary Malignant

lymphoma

Neurofibroma dan pheochromacytoma, dapat

menimbulkan serangan hipertensi selama kencing

5 Ca dari pada kulit,

melanoma, lambung,

paru dan mammae

Mungkin mengadakan metastase ke buli-buli, invasi

ke buli-buli oleh endometriosis dapat terjadi

7. Komplikasi

Page 10: Kanker Buli Buli

1) Hematuria yang terus menerus akan menyebabkan terjadinya anemia pada pasien

2) Apabila terjadi penyumbatan atau obstruksi,maka akan menyebabkan terjadinya refluks

vesiko-ureter, hidronefrosis.

3) Jika terjadi infeksi, akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada ginjal, yang lama

kelamaan mengakibatkan gagal ginjal.

8. Pemeriksaan Diagnostik

a. Pemeriksaan Hb

Hb menurun oleh karena kehilangan darah, infeksi, uremia, gros atau micros

hematuria

b. Pemeriksaan Leukosit

- Leukositosis bila terjadi infeksi sekunder dan terdapat pus dan bakteri dalam urine

- Acid phospatase meningkat; kanker prostat metastase,

- Alkaline phosphatase meningkat; kanker tulang atau metastase ke tulang, kanker

hati, lymphoma, leukemia.

- Calsium meningkat; metastase tulang, kanker mamae, leukemia, lymphoma,

multiple myeloma, kanker; paru, ginjal, bladder, hati, paratiroid.

- LDH meningkat; kanker hati, metastase ke hati, lymphoma, leukemia akut

- SGPT (AST), SGOT (ALT) meningkat; kanker metastase ke hati.

- Testosteron meningkat; kanker adrenal, ovarium

Selain pemeriksaan laboratorium rutin, diperiksa pula: (1) sitologi urine yaitu

pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urine, (2) antigen permukaan sel

(cell surface antigen), dan flow cytometri yaitu mendeteksi adanya kelainan

kromosom sel-sel urotelium.

9. Pemeriksaan Penunjang

a. Radiologi

- excretory urogram biasanya normal, tapi mungkin dapat menunjukkan tumornya.

- Fractionated cystogram adanya invasi tumor dalam dinding buli-buli

-Angography untuk mengetahui adanya metastase lewat pembuluh lymphe

Page 11: Kanker Buli Buli

b. Cystocopy dan biopsy

Cystoscopy hampir selalu menghasilkan tumor. Biopsi dari pada lesi selalu dikerjakan

secara rutin.

c. Cystologi

Pengecatan pada sedimen urine terdapat transionil cel daripada tumor

e. Ultrasonografi

Untuk mendeteksi metastasis di luar kandung kemih, membedakan tumor dari kista.

f. Arteriografi Pelvik

Pemeriksaan untuk memastikan invasi tumor ke dalam dinding kandung kemih

g. Urografi Ekskretori

Untuk mengenali tumor stadium dini yang besar atau tumor yang sedang berinfiltrasi.

h. Sistografi Retrograd

Untuk mengetahui perubahan pada struktur kandung kemih dan keutuhan dindingnya

i. Pencitraan

Magnetic resonance imaging (MRI) merupakan suatu pemeriksaan imaging yang cukup

akurat dan non-invasif dalam mendiagnosis tumor buli, terutama dalam mengevaluasi

perluasan tumor. MRI dapat mendeteksi tumor dengan ukuran 1,5 cm. Walaupun

dikatakan bahwa MRI konvensional kurang akurat dalam mendeteksi suatu karsinoma

insitu dan membedakan antara invasi mukosa, submukosa clan muskularis superfisial.

Hal ini dapat diatasi dengan pemberian kontras (gadolinium-enhanceddynamic MRI).

Akurasi MRI dalam mengevaluasi staging dari karsinoma buli sekitar kurang lebih 85%.

MRI dikatakan lebih unggul daripada CT-Scan dan Ultrasonografi (USG). MRI dapat

memperlihatkan tumor intramural, meskipun buli tidak terdistensi maksimal. Hal ini tidak

bisa dievaluasi dengan CT-Scan dan USG. Selain itu MRI dapat memperlihatkan adanya

pembesaran kelenjar limfe.

Tavqes NJ dkk (1990) melaporkan bahwa MRI dalam mendeteksi karsinoma buli yang

invasif ke muskularis mempunyai sensitivitas 97%, spesifisitas 83% dan akurasi 94%.

Penggunaan MRI untuk deteksi karsinoma buli yang ekstensi ke ekstravesikal didapatkan

Page 12: Kanker Buli Buli

sensitivitas 95%, spesifisitas 100% dan akurasi 97%. USG transabdominal dengan

menggunakan tranducer 3,5-5,O mHz dapat mengevaluasi dinding buli pada keadaan buli

terisi penuh (distended). USG berguna dalam menentukan tumor buli dan dapat

menunjukkan perluasan ke ruang perivesikal atau organ yang berdekatan.

Pemeriksaan PIV dapat mendeteksi adanya tumor buli-buli berupa filling defect dan

mendeteksi adanya tumor sel transisional yang berada di ureter atau pielum.

Didapatkannya hidroureter atau hidroneftosis merupakan salah satu tanda adanya

infiltrasi tumor ke ureter atau muara ureter. CT scan atau MRI berguna untuk

menentukan ekstensi tumor ke organ sekitarnya.

10. Penatalaksanaan Medis/Operatif

1. Diversi Urine

Prosedur diversi urin dilakukan untuk mengalihkan aliran urin dari kandung kemih ke

tempat keluar yang baru, biasanya melalui lubang yang dibuat lewat pembedahan pada

kulit (stoma). Terdapat dua kategori diversi urin yaitu :

a) Diversi Ureteroenterokutaneus (bagian dari intestinum digunakan untuk membuat

tempat penampungan urin yang baru)

Saluran Konvensional

Ureter dicangkok pada suatu bagian ileum terminalis yang diisolir (ileal conduit)

dan kemudian salah satu ujung lintasan dihubungkan dengan dinding abdomen.

Ureter juga dapat dicangkok pada kolon sigmoid yang melintang (colon conduit),

atau pada jejenum pars proksimal (jejunal conduit).

Continent Ileal Urinary Reservoir (Kock Pouch)

Ureter dicangkokkan pada suatu segmen ileum yang sudah diisolir (katong ;

pouch) dengan katup satu arah yang bentuknya menyerupai puting sus, urin

dialirkan keluar melalui kateter.

Ureterosigmoidostomi

Page 13: Kanker Buli Buli

Merupakan implantasi ureter ke dalam kolon sigmoid, dimana ureter dimasukkan

ke dalam sigmoid dan dengan demikian urin dapat mengalir lewat kolon serta

keluar dari rektum.

b) Diversi Kutaneus (urin dialirkan lewat sebuah lubang yang dibuat pada dinding

abdomen serta kulit)

Ureterostomi Kutaneus

Ureter yang dipotong didekatkan pada dinding abdomen dan dihubungkan

dengan lubang pada kulit

Vesikostomi

Tindakan ini dengan cara kandung kemih dijahit pada dinding abdomen dan

dibuat lubang (stoma) lewat dinding abdomen serta kandung kemih untuk

pengaliran ke luar (drainase) urin.

Nefrostomi

Kateter disisipkan ke dalam pelvis renis lewat luka insisi pada pinggang atau

dengan pemasangan kateter perkutan ke dalam ginjal.

2. Diversi urine Orthotopic

Teknik membuat neobladder dan segmen usus yang kemudian dilakukan anastomosis

dengan uretra. Teknik ini dirasa lebih fisiologis untuk pasien, karena berkemih melalui

uretra dan tidak memakai stoma yang dipasang di abdomen. Teknik ini pertama kali

diperkenalkan oleh Camey dengan berbagai  kekurangannya  dan  kemudian 

disempurnakan  oleh  Studer  dan Hautmann.

11. Penatalaksanaan Keperawatan

a. Pengkajian

Page 14: Kanker Buli Buli

a) Identitas

Yang paling sering dijangkiti kanker dari alat perkemihan adalah buli-buli.

Kanker Buli-buli terjadi tiga kali lebih banyak pada pria dibandingkan pada

wanita, dan tumor-tumor multipel juga lebih sering, kira-kira 25% klien

mempunyai lebih dari satu lesi pada satu kali dibuat diagnosa.

b) Riwayat keperawatan

Keluhan penderita yang utama adalah mengeluh kencing darah yang intermitten,

merasa panas waktu kening. Merasa ingin kencing, sering kencing terutama

malam hari dan pada fase selanjutnya sukar kencing, nyeri suprapubik yang

konstan, panas badan dan merasa lemah, nyeri pinggang karena tekanan saraf, dan

nyeri pada satu sisi karena hydronephrosis.

c) Pengkajian Fokus

1. Aktivitas dan Istirahat

Gejala : merasa lemah dan lelah

Tanda : perubahan kesadaran

2. Sirkulasi

Gejala : Perubahan tekanan darah atau normal

Tanda : tekanan darah meningkat, bradikardia atau takikardia

3. Integritas Ego

Gejala : Perubahan tingkah laku

Tanda : cemas, mudah tersinggung

4. Eliminasi

Gejala : Perubahan saat BAK

Tanda : Nyeri saat BAK, hematuria

5. Makanan dan Cairan

Gejala : Mual, muntah

Tanda : mual

6. Nyeri/keamanan

Gejala : Sakit pada area abdomen

Tanda : wajah menyeringai, respon menarik diri dari stimulus nyeri

7. Interaksi sosial

Page 15: Kanker Buli Buli

Gejala :Perubahan interaksi dengan orang lain

Tanda :Rasa tak berdaya, menolak anak ini

8. Keamanan

Gejala : Trauma baru

Tanda : Terjadi kekambuhan baru

d) Pemeriksaan fisik dan klinis

Inspeksi , tampak warna kencing campur darah, pembesaran suprapubic bila

tumor sudah besar. Palpasi, teraba tumor masa suprapubic, pemeriksaan bimanual

teraba tumor pada dasar buli-buli dengan bantuan general anestesi baik waktu VT

atau RT

Lakukan inspeksiabdomen bagian bawah, kandung kemih adalah organ berongga

yang mampu membesar u/ mengumpulkan dan mengeluarkan urin yang dibuat

ginjal, selanjutnya perkusi dengan cara pasien dalam posisi terlentang, perkusi

dilakukan dari arah depan, lakukan pengetukan pada daerah kandung kemih,

daerah suprapubik. Kemudian lakukan palpasi kandung kemih pada.

daerah suprapubis dimana normalnya kandung kemih terletak di bawah simfibis

pubis tetapi setelah membesar meregang ini dapat terlihat distensi pada area

suprapubis. Bila kandung kemih penuh akan terdengar dullness atau redup. Pada

kondisi yang berarti urin dapat dikeluarkan secara lengkap pada kandung kemih.

Kandung kemih tidak teraba. Bila ada obstruksi urin normal maka urin tidak dapat

dikeluarkan dari kandung kemih maka akan terkumpul. Hal ini mengakibatkan

distensi kandung kemih yang bias di palpasi di daerah suprapubis

e) Pemeriksaan pembantu

Tes buli-buli : dengan cara buli-buli dikosongkan dengan kateter, lalu dimasukkan

500 ml larutan garam faal yang sedikit melebihi kapasitas buli-buli, kemudian

kateter di klem sebentar, lalu dibuka kembali, bila selisihnya cukup besar

mungkin terdapat rupture buli-buli.

Page 16: Kanker Buli Buli

12. Analisa Data

a. Analisa Data Pre Operatif dan Post Operatif

Page 17: Kanker Buli Buli

Symptom Etiologi Problem

PRE OPERATIF

DO :a. Berat badan

meningkat pada waktu yang singkat

b. Asupan berlebihan dibanding output

c. Tekanan darah berubah, tekanan arteri pulmonalis berubah, peningkatan CVP

d. Distensi vena jugularis

e. Perubahan pada pola nafas, dyspnoe/sesak nafas, orthopnoe, suara nafas abnormal (Rales atau crakles), kongestikemacetan paru, pleural effusion

f. Hb dan hematokrit menurun, perubahan elektrolit, khususnya perubahan berat jenis

g. Suara jantung SIIIh. Reflek hepatojugular

positif i. Oliguria, azotemia Perubahan status mental,

kegelisahan, kecemasan

Hiperalbumin akibat kerusakan

filtrasi glomerulus

Tekanan koloid osmotik

terganggu

Gangguan shift cairan tubuh

Perpindahan shift cairan dari intravsakular ke interstitial

Akumulasi cairan

Edema

Kelebihan Volume Cairan

Kelebihan Volume

Cairan

DO :1. Laporan secara verbal

atau non verbal 2. Fakta dari observasi 3. Gerakan melindungi 4. Tingkah laku berhati-

hati5. Muka topeng 6. Gangguan tidur (mata

sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai).

7. Terfokus pada diri sendiri .

8. Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan interaksi dengan orang dan lingkungan).

9. Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui

Tumor Buli

Ulserasi Metastase Oklusi

Infeksi sekunder : Refluks- Panas saat - kencing

Merasa panas Hidronefrosisdan tubuh lemas

- HematuriaNyeri

suprapubik dan nyeri punggung

Nyeri Akut

Page 18: Kanker Buli Buli

13. Diagnosa Keperawatan Prioritas

Pre - Operatif

a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan terganggunya mekanisme regulasi di

renal

b. Nyeri (akut) berhubungan dengan proses penyakit, penekanan atau kerusakan

jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplai syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi

c. Ansietas berhubungan dengan situasi krisis (tumor), perubahan kesehatan, kurangnya

paparan informasi akurat seputar rencana tindakan pembedahan.

Post - Operatif

d. Nyeri (akut) berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat

pembedahan

e. Kerusakan integritas kulit b.d destruksi mekanis jaringan sekunder terhadap tekanan,

gesekan dan fraksi akibat immobilisasi

f. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan

hipermetabolik yang berhubungan dengan tumor, efek kemoterapi, radiasi,

pembedahan (anoreksia, iritasi lambung, kurangnya rasa pengecapan, nausea),

emotional distress, fatigue, ketidakmampuan mengontrol nyeri .

g. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan tidak adekuatnya pertahanan tubuh

sekunder dan sistem imun (efek kemoterapi atau radiasi), malnutrisi, prosedur invasif,

ketidakcukupan pengetahuan untuk menghindari paparan patogen, perawatan luka

pasca pembedahan yang kurang tepat.