laporan kasus tumor buli-buli

30
BAB I LAPORAN KASUS Identitas Pasien Nama : Tn. R No. RM : 30 39 36 Umur : 48 tahun Jenis Kelamin : Laki - Laki Agama : Islam Pekerjaan : Wiraswasta Ruangan : Lantai 3, Kamar 4 Anamnesis Tipe anamnesis : Autoanamnesis Keluhan utama : Susah buang air kecil Riwayat penyakit sekarang : Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan susah buang air kecil sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Pasien sebelumnya didiagnosa ruptur uretra dan dilakukan pemasangan cateter cyctostomi. Riwayat penyakit dahulu : (-) Riwayat penyakit keluarga : (-) tidak ada yang mengalami hal serupa 1

Upload: fardimayanti

Post on 09-Dec-2015

297 views

Category:

Documents


44 download

DESCRIPTION

Tumor Buli-buli

TRANSCRIPT

Page 1: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

BAB I

LAPORAN KASUS

Identitas Pasien

• Nama : Tn. R

• No. RM : 30 39 36

• Umur : 48 tahun

• Jenis Kelamin : Laki - Laki

• Agama : Islam

• Pekerjaan : Wiraswasta

• Ruangan : Lantai 3, Kamar 4

Anamnesis

• Tipe anamnesis : Autoanamnesis

• Keluhan utama : Susah buang air kecil

• Riwayat penyakit sekarang : Pasien masuk rumah sakit dengan keluhan

susah buang air kecil sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Pasien

sebelumnya didiagnosa ruptur uretra dan dilakukan pemasangan cateter

cyctostomi.

• Riwayat penyakit dahulu : (-)

• Riwayat penyakit keluarga : (-) tidak ada yang mengalami hal serupa

1

Page 2: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

Pemeriksaan Fisik

Kepala Normosefali, tidak ada tanda trauma atau benjolan, ubun-ubun besar

menutup, muka simetris, rambut putih, lurus dan tidak mudah dicabut.

Mata Konjunctiva kanan dan kiri tidak anemis, sclera tidak ikterik pada

kedua mata, refleks cahaya +/+, strabismus -/- dan cekung -/-.

Telinga Bentuk normal, tidak ada sekret, cairan, luka maupun perdarahan,

fungsi pendengaran masih baik.

Hidung Bentuk normal, septum nasi ditengah, tidak ada deviasi, mukosa tidak

hiperemis, tidak ada edema concha. Tidak terdapat secret pada kedua

lubang hidung, epistaksis (-), pernapasan cuping hidung (-).

Tenggorokan Hiperemis (-), trachea ditengah.

Gigi dan

mulut

Bibir kering, tidak ada sianosis dan tidak ada stomatitis. Lidah kotor(-)

dan tonsil T1-T1 hiperemis (-).

Leher Tidak tampak adanya luka maupun benjolan. Tidak teraba adanya

pembesaran kelenjar getah bening dan tidak ada kaku kuduk.

Thoraks Inspeksi : pada keadaan statis dada terlihat simetris kanan dan kiri,

pada keadaan dinamis pergerakan dinding dada terlihat simetris kanan

dan kiri, tidak ada yang tertinggal, tidak terdapat retraksi atau

penggunaan otot pernapasan tambahan. Pulsasi ictus cordis tidak

terlihat.

Palpasi : Massa tumor (-), krepitasi (-), nyeri tekan (-), ictus cordis

tidak teraba.

Perkusi : Pada lapangan paru didapatkan bunyi sonor kanan dan kiri,

batas paru-hepar di intercostal VI, tasbeh (-).

Batas jantung :

Batas kiri : Linea medioclavicularis kiri

Batas kanan : Linea parasternalis kanan

Batas atas : ICS III

Auscultasi : bunyi pernapasan vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-,

bunyi jantung I/II murni reguler, souffle (-), thrill (-).

Abdomen Inspeksi : Tampak perut cembung, turgor baik, dinding abdomen

2

Page 3: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

simetris serta mengikuti gerak napas.

Auskultasi : Peristaltik (+), kesan normal.

Palpasi : Hepar dan lien tidak teraba. Nyeri tekan (+) pada regio

epigastrium dan hipokondriaka dextra

Perkusi : Tympani.

Punggung Tampak normal, tidak terlihat kelainan bentuk tulang belakang,

scoliosis (-) dan gibbus (-).

Ekstremitas

atas dan

bawah

Kulit kering. Tidak tampak edema. Peteki (-), ekimosis (-).

Genitalia

Eksterna

Penis

Inspeksi : Tampak penis sudah disirkum dengan muara Orificium

Urethra Externum terleak pada ujung pening, massa tumor tidak

tampak.

Palpas : Nyeri tekan tidak ada, massa tumor tidak teraba

Scrotum

Inspeksi : Tampak warna kulit leuh gelap dari sekitarnya, edema tidak

ada, hematom tidak ada.

Palpasi : Teraba dua buah testis ukuran sama besar, nyeri tekan tidak

ada, bentuk dan ukuran normal.

Perineum

Inspeksi : Tampak warna lebih gelap dari sekitarnya, tampak fistel,

tidak tampak massa tumor, udaem, dan hematom tidak ada.

Palpasi : Massa tumor tidak teraba dan nyeri tekan tidak ada.

3

Page 4: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

Pemeriksaan Penunjang

1. Pemeriksaan laboratorium, tanggal 24 Juli 2015

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

RBC 4.40 l6/mm3 4,50-6,50 x106/mm3

HGB 13.4 l g/dl 13-17 g/dl

HCT 40.0 l % 40-54 %

Index eritrosit :

MCV

MCH

MCHC

RDW

91 µm3

30.5 pg

33.5 gr/dL

11.5 l %

80-100 µm3

27-32 pg

32-36 gr/dL

11.5-14.5

Leukosit 9.0x103/mm3 4,0-10,0x103/mm3

Trombosit 372.000 µL 150-500 µL

Netrofil segmen 67.4 2,00-7,50

Limfosit 26.6 1,00-4,00

Monosit 1.5 0,20-1,00

Eosinofil 3.9 0,00-0,50

Basofil 0,6 0,00-0,20

Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Glukosa Sewaktu 131 mg/dl <140 mg/dl

Ureum 16 g/dl 10-50 g/dl

Kreatinin 1.01 mg/dlL: 0.7 – 1.3 P: 0.6 – 1.1

mg/dl

Asam Urat 4.7 mg/dl L: 3.7 – 7.0 P: 2.4 – 5.7

mg/dl

4

Page 5: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

2. Pemeriksaan foto Cysto-Uretrocystograf pada tanggal 4 Agustus 2015

- Buli-buli terisi kontras

- Tampak penyempitan pada bagian posterior ureter

- Kesan : Striktur posterior uretra

3. Pemeriksaan USG abdomen pada tanggal 27 Juli 2015

- Prostat dalam batas normal

- Tampak massa tumor di vesica urinaria ukuran 5.27 x 6.75 cm

- Tidak tampak hydronefrosis

- Hepar, GB, dan pankreas dalam batas normal

Kesan :

- Tumor Buli-buli

- Prostat normal

5

Page 6: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

Follow up

TANGGAL KELUHAN TERAPI

24/7/2015 S : Pasien MRS dengan keluhan sush buang

air kecil sejak kurang lebih 1 mingu yang lalu.

O : TD 120/90, N 80 x/m, P 20x/m, S 36.5 0c

A : Susp. Tumor Buli-buli

P : Cek Lab Lengkap, EKG

IVFD RL 20 tpm

Inj. Rantidin 1 amp/12j/iv

Inj. Ceftriaxon 1 amp/12j/iv

Inj. Ketorolac 1 amp/12j/iv

Paraccetamol tab 3 x 1

Levofloxacin 1 x 1

25/7/2015 S : Susah buang air kecil, demam (-) nyeri

abdomen (+)

O : TD 120/90, N 87 x/m, P 20x/m, S 36.5 0c

A : Susp. Tumor Buli-buli

P : Rencana Cysto-uretrografi

IVFD RL 20 tpm

Inj. Rantidin 1 amp/12j/iv

Inj. Ceftriaxon 1 amp/12j/iv

Inj. Ketorolac 1 amp/12j/iv

Paraccetamol tab 3 x 1

Levofloxacin 1 x 1

26/7/2015 S : Susah buang air kecil, demam (-) nyeri

abdomen (+)

O : TD 120/90, N 85 x/m, P 20x/m, S 36.5 0c

A : Susp. Tumor Buli-buli

P : Rencana Cysto-uretrografi

IVFD RL 20 tpm

Inj. Rantidin 1 amp/12j/iv

Inj. Ceftriaxon 1 amp/12j/iv

Inj. Ketorolac 1 amp/12j/iv

Paraccetamol tab 3 x 1

Levofloxacin 1 x 1

27/7/2015 S : Susah buang air kecil, demam (-) nyeri

abdomen (+)

O : TD 120/90, N 80 x/m, P 20x/m, S 37 0c

A : Susp. Tumor Buli-buli

P : Rencana Cysto-uretrografi

IVFD RL 20 tpm

Inj. Rantidin 1 amp/12j/iv

Inj. Ceftriaxon 1 amp/12j/iv

Inj. Ketorolac 1 amp/12j/iv

Paraccetamol tab 3 x 1

Levofloxacin 1 x 1

28/7/2015 S : Susah buang air kecil, demam (-) nyeri

abdomen (+)

O : TD 120/90, N 80 x/m, P 20x/m, S 36.5 0c

A : Susp. Tumor Buli-buli

P : Rencana Cysto-uretrografi, Rencana OP

hari Kamis

IVFD RL 20 tpm

Inj. Rantidin 1 amp/12j/iv

Inj. Ceftriaxon 1 amp/12j/iv

Inj. Ketorolac 1 amp/12j/iv

Paraccetamol tab 3 x 1

Levofloxacin 2 x 1

29/7/2015 S : Susah buang air kecil, demam (-) nyeri

abdomen (+)

O : TD 120/80, N 78 x/m, P 20x/m, S 36.5 0c

A : Susp. Tumor Buli-buli, Fistel Uretrokutan

IVFD RL 20 tpm

Inj. Rantidin 1 amp/12j/iv

Inj. Ceftriaxon 1 amp/12j/iv

Inj. Ketorolac 1 amp/12j/iv

6

Page 7: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

P : Rencana Cysto-uretrografi, Rencana OP

besok, Endoskopi, Fistelektomi

Paracetamol tab 3 x 1

Levofloxacin 2 x 1

Persetujuan operasi

Lapor OK

Konsul anastesi

Puasa jam 24.00

30/7/2015 S : Demam (-) nyeri abdomen (+)

O : TD 100/80, N 78 x/m, P 19x/m, S 36.5 0c

A : Susp. Tumor Buli-buli, Fistel Uretrokutan

P : Rencana Cysto-uretrografi, Rencana OP

hari ini, Endoskopi, Fistelektomi

Konsul Jantung sebelum OP

Pukul 12.00 Konsul dr. Hafid

Saran :

- EKG ulang

- Operasi ditunda

IVFD RL 20 tpm

Inj. Rantidin 1 amp/12j/iv

Inj. Ceftriaxon 1 amp/12j/iv

Inj. Ketorolac 1 amp/12j/iv

Paraccetamol tab 3 x 1

Levofloxacin 2 x 1

Tambahan Obat dari dr. Hafid

31/7/2015 S : BAK (lancer) Demam (-)

O : TD 110/70, N 80 x/m, P 20x/m, S 36.5 0c

A : Susp. Tumor Buli-buli, Fistel Uretrokutan

P : Rencana Cysto-uretrografi (3/8/2015),

Endoskopi, Fistelektomi, AFF infus

Paraccetamol tab 3 x 1

Levofloxacin 2 x 1

Obat Jantung (lanjut)

1/8/2015 S : Nyri abdomen (+) demam (-)

O : TD 120/80, N 80x/m, P 22x/m, S 37 0C

A : Susp. Tumor Buli-buli, Fistel Uretrokutan

P : Rencana Cysto-uretrografi (3/8/2015),

Fistelektomi

Paraccetamol tab 3 x 1

Levofloxacin 2 x 1

Obat Jantung (lanjut)

2/8/2015 S : Nyeri pinggang (+) demam (-)

O : TD 120/80, N 80x/m, P 22x/m, S 37 0C

A : Susp. Tumor Buli-buli, Fistel Uretrokutan

P : Rencana Cysto-uretrografi (3/8/2015),

Fistelektomi

Paraccetamol tab 3 x 1

Levofloxacin 2 x 1

Obat Jantung (lanjut)

7

Page 8: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

3/8/2015 S : Nyeri pinggang (+) demam (-)

O : TD 120/80, N 80x/m, P 22x/m, S 37 0C

A : Susp. Tumor Buli-buli, Fistel Uretrokutan

P : Rencana Cysto-uretrografi (hari ini)

Paraccetamol tab 3 x 1

Levofloxacin 2 x 1

Obat Jantung (lanjut)

4/8/2015 S : Nyeri pinggang (+) demam (-)

O : TD 120/80, N 80x/m, P 22x/m, S 37 0C

A : Susp. Tumor Buli-buli, Fistel Uretrokutan

P : Rencana Operasi (besok), Fistelektomi

RL 20 tpm

Inj Ceftriaxone 1 gr/iv/12J

Paracetamol tab 3 x 1

Levofloxacin 2 x 1

Persetujuan operasi

Lapor OK

Konsul anastesi

Puasa jam 24.00

5/8/2015 OPERASI

Laporan Operasi :

Posisi litotomi

Ditemukan striktur utertra bulbo membranosa

4f

Dengan guiding (kesan masuk buli)

dilakukan sachse jam 12, 3, dan 9

UK guiding lepas, striktur tidak jelas

Lepas kateter cystostomi, cystoscopy

melalui lubang cystostomi bladder neck

terbuka

Pasang bougi benick sebagai guiding

Dilakukan sache dengan tuntunan bougi

berhasil

Dilakukan sache jam 12, 3, dan 9

Evaluasi buli, trabekulasi berat

Batu-tumor negatif

Injeksi metilin blue pada muara fistel

sambil uretroscopy, muara fistel tidak jelas

Pasang kateter 16F dengan shet ½ bulat

Pasang kateter cystostomi

Diet bebas

RL 20 tpm

Inj Ceftriaxone 1 gr/iv/12J

Inj Torasic 1 amp/iv/12J

8

Page 9: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

Operasi selesai

Diagnosa Pre-Operatif : Striktur uretra –

Fistel kutan

Diagnosa Post_Operatif : Striktur Uretra

Bulbo Membranosa – Fistel kutan

6/8/2015 S : Nyeri post op (+)

O : TD 120/80, N 80x/m, P 22x/m, S 37 0C

A : Post OP tumor buli-buli

P : Evaluasi, obat lanjut

RL 20 tpm

Inj Ceftriaxone 1 gr/iv/12J

Inj Torasic 1 amp/iv/12J

7/8/2015 S : Nyeri post op (↓)

O : TD 120/80, N 80x/m, P 22x/m, S 37 0C

A : Post OP tumor buli-buli

P : Boleh keluar RS (kateter terpasang), obat

ganti oral

Inj Torasic 1 amp/iv/12J

Ciprofloxacin 2 x 1

Paracetamol 3 x 1

8/8/2015 S :Nyeri post op (↓)

O : TD 120/80, N 80x/m, P 22x/m, S 37 0C

A : Post OP tumor buli-buli

P : Keluar RS (kateter terpasang), obat ganti

oral

Ciprofloxacin 2 x 1

Paracetamol 3 x 1

9

Page 10: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

Analisis Kasus

1. DISKUSI

Berdasarkan kasus diatas bahwa pasien masuk rumah sakit dengan

keluhan susah buang air kecil sejak kurang lebih 1 minggu yang lalu. Pasien

sebelumnya didiagnosa ruptur uretra dan dilakukan pemasangan cateter

cystostomi. Pasien merupakan rujukan dari RS. Labuang Baji yang sebelumya

sudah melakukan operasi. Pada pemeriksaan tanda-tanda vital, didapatkan

hasil TD 120/90, N 80 x/m, P 20x/m, S 36.5 0c. BAB dalam batas normal.

Pada pemeriksaan fisik didapatkan nyeri tekan pada perut kuadran bawah.

Pada pemeriksaan USG abdomen menunjukkan adanya tumor buli-buli.

Setelah dilakukan operasi pada pasien maka didapatkan diagnose

Striktur Uretra Bulbo Membranosa.

10

Page 11: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Pendahuluan

Uretra merupakan bagian terpenting dari saluran kemih. Pada pria dan wanita,

uretra mempunyai fungsi utama untuk mengailrkan urin keluar dari tubuh. Saluran

uretra juga penting dalam proses ejakulasi semen dari saluran reproduksi pria . Uretra pria

berbentuk pipa yang menyerupai alat penyiram bunga.

Pada striktur uretra terjadi penyempitan dari lumen uretra akibat terbentuknya

jaringan fibrotik pada dinding uretra. Striktur uretra menyebabkan gangguan dalam

berkemih, mulai dari aliran berkemih yang mengecil sampai sama sekali tidak dapat

mengailrkan urin keluar dari tubuh. Urin yang tidak dapat keluar dari tubuh dapat

menyebabkan banyak komplikasi, dengan komplikasi tersebut adalah gagal ginjal.

Striktur uretra masih merupakan masalah yang sering ditemukan pada bagian dunia

tertentu. Striktur uretra lebih sering terjadi pada pria daripada pada wanita, karena uretra

pada wanita lebih pendek dan jarang terkena infeksi. Segala sesuatu yang melukai uretra

dapat menyebabkan striktur. Orang dapat terlahir dengan striktur uretra, meskipun hal itu

jarang terjadi.

II.2 Anatomi Uretra.

Uretra adalah saluran yang dimulai dari orifisium uretra interna dibagian buli-buli

sampai orifisium uretra aeksterna glands penis, dengan panjang yang bervariasi. Uretra

pria dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian anterior dan bagian posterior. Uretra

posterior dibagi menjadi uretra pars prostatika dan uretra pars membranasea. Uretra

anterior dibagi menjadi meatus uretra, pendulare uretra dan bulus uretra. Dalam keadaan

normal, lumen uretra laki – laki 24 ch, dan wanita 30 ch. Kalau 1 ch = 0,3 mm, maka

lumen uretra laki – laki 7,2 mm, dan wanita 9 mm.

1. Uretra bagian anterior

Uretra anterior memiliki panjang 18-25 cm (9-10 inchi). Saluran ini dimulai dari

meatus uretra, pendulans uretra dan bulbus uretra. Uretra anterior ini berupa

11

Page 12: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

tabung yang lurus, terletak bebas diluar tubuh, sehingga kalau memerlukan

operasi atau reparasi relative mudah.

2. Uretra bagian posterior

Uretra posterior memiliki panjang 3-6 cm (1-2 inchi). Uretra yang

dikelilingi kelenjar prostat dinamakan uretra prostatika, Bagian selanjutnya

adalah uretra membranasea, yang memiliki panjang terpendek dari semua bagian

uretra, sukar untuk dilatasi pada bagian ini terdapat otot yang membentuk

sfingter. Sfingter ini bersifat volunteer, shingga kita dapat menahan kemih dan

berhenti pada waktu berkemih. Uretra membranasea terdapat dibawah dan

dibelakang simpisis pubis, sehingga trauma pada simpisis pubis dapat mencederai

uretra membranasea.

II.3 Etiologi

Striktur uretra dapat terjadi pada :

1. Kelainan Kongenital, misalnya kongenital meatus stenosis, klep ureter posterior

2. Operasi rekonstruksi dari kelainan kongenital seperti hipospadia, epispadia.

3. Trauma, misalnya fraktur tulang pelvis yang mengenai uretra pars membranasea ;

Trauma tumpul pada selangkangan (Struddle Injuries) yang mengenai pars uretra

bulbas, dapat terjadi pada anak yang naik sepeda dan kakinya terpeleset dari

pedal sepeda sehingga jauh dengan uretra pada bingkai sepeda pria : trauma

langsung pada penis; instrumentasitransuretra yang kurang hati – hati

(iatrogenic) seperti pemasangan kateter yang kasar, fiksasi kateter yang salah.

4. Post Operasi, beberapa operasi pada saluran kemih dapat menimbulkan striktu

uretra, seperti operasi prostat, operasi dengan alat endoskopi.

5. Infeksi, merupakan factor yang paling sering menimbulkan striktur uretra, seperti

infeksi oleh kuman gonokokus yang menyebabkan urethritis gonorhoikaatau non

gonorhoika telah menginfeksi uretra beberapa tahun sebelumnya namun sekarang

sudah jarang akibat pemakaian antibiotic, kebanyakan striktur ini terletak di pars

membranasea, walaupun juga terdapat pada tempat lain; Infeksi chiamida

sekarang merupakan penyebab utama, tapi dapat dicegah dengan menghindari

kontak dengan individu yang terinfeksi atau menggunakan kondom.

12

Page 13: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

II.4 Patofisiologis

Striktur uretra terdiri dari lapisan mukosa dan lapisan submukosa. Lapisan

mukosa pada uretra merupakan lanjutan dari mukosa buli-buli, ureter dan ginjal.

Mukosanya terdiri dari epitel kolumnar, kecuali pada daerah dekat orifisium eksterna,

epitelnya skuamosa dan berlapis. Submukosanya terdiri dari lapisan erektil vascular.

Apabila terjadi perlukaan pada uretra, maka akan terjadi penyembuhan cara epimorfosis,

artinya jaringan yang rusak diganti oleh jaringan lain (jaringan ikat) yang tidak sama

dengan semula. Jaringan ikta ini menyebabkan hilangya elastisitas dan memperkecil

lumen uretra, sehingga terjadi striktur uretra.

II.5 Derajat Penyempitan

Sesuai dengan derajat penyempitan lumennya, striktur uretra dibagi menjadi tiga

tingkatan, yaitu derajat :

1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra.

2. Sedang : jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen uretra

3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra.

Pada penyempitan derajat berat kadang kala terarba jaringan keras di korpus spongiosum

yang dikenal dengan spongiofibrosis.

II.6 Gambaran Klinis

Gejala dari uretra yang khas adalah pancaran buang air seni kecil dan abercabang.

Gejala yang lain adalah iritasi dan infeksi seperti frekuensi, urgensi, dysuria,

inkontinensia, urin yang menetes, kadang-kadang dengan penis yang membengkak,

infiltrate, abses dan fistel. Gejala lebih lanjut adalah retensi urin.

1. Pemeriksaan Fisik

Anamnesa :

Untuk mencari gejala dan tanda adanya strikutr uretra dan juga mencari penyebab

striktur uretra.

Pemeriksaan Fisik dan Lokal :

13

Page 14: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

Untuk mengetahui keadaan penderita dan juga untuk meraba fibrosis di uretra,

infiltrate, abses atau fistula.

2. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium :

Urin dan Kultur urin untuk mengetahui adanya infeksi

Ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal

Uroflowmetri :

Uroflowmetri adalah pemeriksaan untuk menentukan kecepatan pancaran urin.

Volume urin yang dikeluarkan pada waktu miksi dibagi dengan lamanya proses

miksi. Kecepatan pancaran urin normal pada pria adalah 20 ml/detik dan pada

wanita 25 ml/detik. Bila kecepatan pancaran kurang dari harga normal,

menandakan ada obstruksi.

Radiologi :

Diagnosa pasti dibuat dengan uretrografi, untuk melihat letak penyempitan dan

besarnya penyempitan uretra. Untuk mengetahui lebih lengkap mengenai panjang

striktur adalah dengan ,membuat foto bipolar sistouretrigrafi dengan cara

dimasukkan bahan kontras secara antegrad dari buli-buli dan secara retrograde

dari uretra. Dengan pemeriksaan ini panjang striktur dapat diketahui sehingga

penting untuk perencanaan terapi atau operasi.

Instrumentasi

Pada pasien dengan striktur uretra dilakukan percobaan dengan memasukkan

kateter folley ukuran 24 ch, apabila ada hambatan dicoba dengan kateter dengan

ukuran lebih kecil sampai dapat masuk ke buli-buli. Apabila dengan kateter

ukuran kecil dapat masuk menandakan adanya penyempitan lumen uretra.

Uretroskopi

Untuk melihat secara langsung adanya striktur di uretra. Jika ditemukan adanya

striktur langsung diikuti dengan uretrotomi interna (sachse) yaitu memotong

jaringan fibrotic dengan memakai pisau sachse.

14

Page 15: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

II.7 Diagnosis

Diagnosis striktur uretra dari hasil anamnesa dan pemeriksaan fisik. Diagnosis

pasti striktur uretra didapat dari pemeriksaan radiologi, tentukan lokasi dan panjang

striktur serta derajat penyempitan dari lumen uretra.

II.8 Penatalaksanaan

Striktur uretra tidak dapat dihilangkan dengan jenis obat-obatan apapun. Pasien

yang datang dengan retensi urin, secepatnya dilakukan sistostomi suprapubik untuk

mengeluarkan urin , jika dijumpai abses periuretra dilakukan insisi dan pemberian

antibiotika. Pengobatan striktur uretra banyak pilihan dan bervariasi tergantung panjang

dan lokasi dari striktur, serta derajat penyempitan lumen uretra.

Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktur uretra adalah :

1. Bougie (Dilatasi)

Sebelum melakukan dilatasi, periksalah kadar hemoglobin pasien dan periksa

adanya glukosa dan aprotein dalam urin. Tersedia beberapa jenis bougie. Bougie

bengkok merupakan satu batang logam yang ditekuk sesuai dengan kelengkungan

uretra pria; bougie lurus, yang juga terbuat dari logam, mempunyai ujung yang

tumpul dan umumnya hanya sedikit melengkung; Bougie filiformis mempunyai

diameter yang lebih kecil dan terbuat dari bahan yang lebih lunak. Berikan

sedative ringan sebelum memulai prosedur dan mulailah pengobatan dengan

antibiotic, yang diteruskan selama 3 hari. Bersihkan glans penis dan meatus

uretra dengan cermat dan persiapkan kulit dengan antisepitk yang lembut.

Masukkan gel lidokain kedalam uretra dan dipertahankan selama 5 menit. Tutupi

pasien dengan sebuah duk lubang untuk mengisolasi penis. Apabila striktur

sangat tidak teratur, mulailah dengan memasukkan sebuah bougie filiformis,

biarkan bougie di dalam uretra dan teruskan memasukkan bougie filiformis lain

sampai bougie dapat melewati striktur tersebut. Kemudian lanjutkan dngan

dilatasi menggunakan bougie lurus. Apabila striktur sedikit tidak teratur,

mulailah dengan bougie bengkok atau lurus ukuran sedang dan secara bertahap

dinaikkan ukurannya.

Dilatasi dengan bougie logam yang dilakukan secara hati-hati. Tindakan yang

kasar tambah akan merusak uretra sehingga menimbulkan luka baru yang pada

15

Page 16: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

akhirnya menimbulkan striktur lagi yang lebih berat. Karena itu, setiap dokter

yang bertugas di pusat kesehatan yang terpencil harus dilatih dengan baik untuk

memasukkan bougie. Penyulit dapat mencakup trauma dengan perdarahan dan

bahkan dengan pembentukan jalan yang salah (false passage). Perkecil

kemungkinan terjadinya bakteremi, Septikemi, dan syok septic dengan tindakan

asepsis dan dengan penggunaan antibiotic.

2. Uretrotomi Interna

Tindakan ini dilakukan dengan mengunakan alat endoskopi yang memotong

jaringan sikatris uretra dengan pisau Otis atau dengan pisau sachse, laser atau

elektrokoter. Otis uretrotomi dikerjakan pada striktur uretra anterior terutama

bagian distal dari pendulans uretra dan fossa navicularis, Otis uretrotomi juga

dilakukan pada wanita dengan striktur uretra. Indikasi untuk melakukan bedah

endoskopi dengan laat sachse adalah striktur uretra anterior atau posterior masih

ada lumen walaupun kecil dan panjang tidak lebih dari 2 cm serta tidak ada fistel.

Kateter dipasang selama 2-3 hari pasca tindakan. Setelah pasien dipulangkan,

pasien harus control tiap minggu selama 1 bulan kemudian 2 minggu sekali

selama 6 bulan dan tiap 6 bulan sekali seumur hidup. Pada waktu control

dilakukan pemeriksaan uroflowmetri, bila pancaran urinnya < 10 ml.detik

dilakukan bouginasi.

3. Uretrotomi Eksterna

Tindakan operasi terbuka berupa pemotongan jaringan afibrosis kemudian

dilakukan anastomosis end to end diantara jaringan uretra yang masih sehat, cara

ini tidak dapat dilakukan bila daerah striktur lebih dari 1 cm. Cara Johansson;

dilakukan bila daerah striktur panjang dan banyak jaringan fibrotic. Stadium I,

daerah striktur disayat longitudinal dengan menyertakan sedikit jaringan sehat di

proksimal dan distanya, lalu jaringan fibrotic dieksisi. Mukosa dijahit ke penis

pendulans dan dipasang kateter selama 5-7 hari. Stadium II, beberapa bulan

kemudian bila daerah striktur telah melunak, dilakukan pembuatan uretra baru.

4. Uretroplasti.

Dilakukan pada penderita dengan panjang striktur uretra lebih dari 2 cm atau

dengan fistel uretro-kutan atau penderita residif striktur pasaca Uretrotomi

sachse. Operasi uretroplasty ini bermacam-macam, pada umumnya setelah daerah

striktur dieksisi, uretra diganti dengan kulit preputium atau kulit penis dan

16

Page 17: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

dengan free graft atau pedikel graft yaitu dibuat tabung uretra baru dari kulit

preputium/kulit penis dengan menyertakan pembuluh darahnya.

II.9 Komplikasi

1. Trabekulasi, Sakulasi dan divertikel

Pada striktur uretra kandung kencing harus berkontraksi lebih kuat, maka otot

kalau diberi beban akan berkontraksi lebih kuta, sampai pada suatu saat

kemudian akan melemah. Jadi pada striktur uretra otot buli-buli mula-mula akan

menebal terjadi trabekulasi pada fase kompensasi, setelah itu pada fase

dekompensasi timbul sakulasi dan diventrikel. Perbedaan antara sakulasi dan

diventrikel adalah penonjolan mukosa buli pada sakulasi masih didalam otot buli

sedangkan diventrikel mmenonjol diluar buli-buli, jadi diventrikel buli-buli

adalah tonjolan mukosa keluar buli-buli tanpa dinding otot.

2. Residu Urin

Pada fase kompensasi dimana otot buli-buli berkontraksi makin kuat akan timbul

residu. Pada fase dekompensasi akan timbul residu. Residu adalah keadaan

dimana setelah kencing masih ada urin dalam kandung kencing, dalam keadaan

normal, residu ini tidak ada.

3. Refluks Vesiko Uretral

Dalam keadaan Normal pada waktu buang air kecil, urin dikeluarkan buli-buli

melalui uretra. Pada striktur uretra dimana terdapat tekanan intraveiska yang

meninggi maka akan terjadi refluks, yaitu keadaan dimana urin dari buli-buli

akan masuk kembali ke uretra bahkan sampai ginjal.

4. Infeksi saluran kemih dan gagal ginjal

Dalam keadaan normal, buli-buli dalam keadaan steril. Salah satu cara tubuh

mempertahankan keadaan buli-buli dalam keadaan steril adalah dengan jalan

setiap saat mengosongkan buli-buli waktu buang air kecil. Dalam keadaan

dekompensasi maka akan timbul residu, akibatnya maka buli-buli mudah terkena

infeksi. Adanya kuman yang berkembangbiak di buli-buli dan timbul refluks,

maka akan timbul pyelonephritis akut maupun kronik yang akhirnya timbul gagal

ginjal dengan segala akibatnya.

5. Infiltrat urine, abses dan fistulasi

Adanya sumbatan pada uretra, tekanan intravesika yang meninggi, maka bisa

timbul inhibisi urin keluar buli-buli atau uretra priksimal dari striktur. Urin yang

17

Page 18: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

terinfeksi keluar dari buli-buli atau uretra menyebabkan timbulnya infiltrate

urin, kalau tidak diobati infiltrate urin akan timbul abses, Abses pecah akan

timbul fistula di suprapubis atau uretra proksimal dari striktur,

II.10 Prognosis

Striktur uretra kerapkali timbul sehingga pasien harus menjalani pemeriksaan yang teratur

oleh dokter. Penyakit ini dikatan sembuh jika setelah dilakukan observasi selama satu

tahun tidak menunjukkan tanda – tanda kekambuhan.

18

Page 19: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

DAFTAR PUSTAKA

1. Syamsuhidayat, R. Win de Jong.Buku Ajar Ilmu Bedah. EGC. Jakarta: 1997

2. Purnomo, Basuki.Dasar – Dasar Urologi Edisi ke 2. CV. Sagung Seto. Jakarta :

2003

3. Urethral Stricture Desease. http://www.urologyhealth.org/, diakses tanggal 28

Agustus 2015

4. Gousse, Angelo. Urethral Stricture, Male Workup.

http://www.emedicine.medscape.com, diakses tanggal 28 Agustus 2015

BAGIAN BEDAH Laporan Kasus

FAKULTAS KEDOKTERAN Agustus

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

19

Page 20: LAPORAN KASUS Tumor Buli-buli

TUMOR BULI-BULI

Oleh :

Fardimayanti Abidin

10542 0079 09

Pembimbing :

dr. A. Malik Yusuf, Sp.U

DIBAWAKAN DALAM RANGKA TUGAS KEPANITRAAN KLINIK FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAHMAKASSAR

2015

20