6. lap upd jiwa
DESCRIPTION
updTRANSCRIPT
BAB I
LATAR BELAKANG
Setiap manusia mestilah menghendaki hidup dan kehidupan yang tenang,
tentram dan bahagia, meskipun tidak selamanya kemauan dan keinginan tersebut
tercapai. Sebab sudah menjadi bagian bahwa berbagai masalah, kekalutan,
kegelisahan dan berbagai bentuk gangguan psikologis lainnya merupakan bagian
yang akan selalu menyertai kehidupan manusia. Para pakar kesehatan jiwa
menyatakan bahwa semakin modern dan industrial suatu masyarakat, semakin
besar pula stressor psikososialnya, yang pada gilirannya menyebabkan orang jatuh
sakit atau mengalami gangguan jiwa karena tidak mampu mengatasinya. Salah
satu penyakit itu adalah gangguan jiwa skizofrenia.
Istilah skizofrenia itu sendiri diperkenalkan oleh Eugen Bleuler (1857-
1939), untuk menggambarkan munculnya perpecahan antara pikiran, emosi dan
perilaku pada pasien yang mengalami gangguan ini. Bleuler mengindentifikasi
symptom dasar dari skizofrenia yang dikenal dengan 4A antara lain : Asosiasi,
Afek, Autisme dan Ambivalensi. Skizofrenia merupakan gangguan mental yang
kompleks dan banyak aspek tentang skizofrenia sampai saat ini belum dapat
dipahami sepenuhnya. Sebagai suatu sindrom, pendekatan skizofrenia harus
dilakukan secara holistik dengan melibatkan aspek psikososial, psikodinamik,
genetik, farmakologi, dan lain-lain.
Ekspresi dari manifestasi penyakit ini bervariasi diantara pasien tetapi
efeknya selalu berat dan bertahan dalam jangka waktu yang lama. Beberapa pola
interaksi keluarga dan faktor genetik diduga merupakan salah satu faktor
penyebab terjadinya skizofrenia. 75% penderita skizofrenia mulai mengidapnya
pada usia 16-25 tahun dan kebanyakan menetap sepanjang hidupnya. Usia remaja
dan dewasa muda memang beresiko tinggi karena tahap kehidupan ini penuh
stressor. Kondisi penderita sering terlambat disadari keluarga dan lingkungannya
karena dianggap sebagai bagian dari tahap penyesuaian diri.
Skizofrenia maupun gangguan jiwa lainnya ditemukan pada semua lapisan
masyarakat dan area geografis, prevalensi maupun insidensinya secara kasar sama
1
di seluruh dunia. Di Indonesia sendiri diketahui bahwa jumlah penderita gangguan
kesehatan jiwa di masyarakat sangat tinggi, yakni satu dari empat penduduk
Indonesia menderita kelainan jiwa rasa cemas, depresi, stress, penyalahgunaan
obat, kenakalan remaja sampai skizofrenia. Di era globalisasi gangguan kejiwaan
meningkat sebagai contoh penderita tidak hanya dari kalangan kelasa bawah,
sekarang kalangan pejabat dan masyarakat lapisan menengah ke atas juga terkena
gangguan jiwa. Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (RisKesDa) disebutkan, rata-
rata nasional gangguan mental emosional ringan, seperti cemas dan depresi pada
penduduk berusia 15 tahun ke atas mencapai 11,6%, sedangkan yang mengalami
gangguan mental berat, seperti psikotis, skizofrenia, dan gangguan depresi berat,
sebesar 0,46%. (Anonim, Depkes RI).
Dari beberapa studi didapatkan bahwa apabila penderita gangguan jiwa
tersebut, khususnya penderita gangguan jiwa berat seperti skizofrenia apabila
tidak terdeteksi dan tertatalaksana dengan baik, dapat menyebabkan timbulnya
disabilitas bagi penderitanya, baik secara fisik, psikologis, maupun sosial
okupasional, yang tentunya akan berpengaruh terhadap kehidupan khususnya
dalam hal kesehatan jiwa maupun raga, tidak hanya dirinya sendiri, melainkan
keluarga dan masyarakat yang tinggal disekitar penderita gangguan jiwa tersebut.
Pelayanan primer seperti Puskesmas merupakan lini terdepan petugas kesehatan
yang akan menangani gangguan-gangguan jiwa pertama kali dan menatalaksana
selanjutnya penderita gangguan jiwa saat dikembalikan ke wilayah kerjanya.
Dengan demikian, peran puskesmas sangat besar dalam melakukan penapisan dan
deteksi dini gangguan jiwa serta menatalaksana pasien tersebut dan menggugah
kesadaran masyarakat tentang kesehatan jiwa.
2
BAB II
PERMASALAHAN
Permasalahan yang penulis jumpai adalah penderita gangguan jiwa skizofrenia
I. DATA PRIBADI
IDENTITAS
A. Identitas Penderita
Nama : Tn. SM
Jenis Kelamin : Laki-laki
Usia : 32 tahun
Agama : Islam
Pendidikan : Tamat SLBG
Suku/Warga Negara : Jawa/Indonesia
Alamat : Lingkungan Projo Madureso Temanggung
Status Perkawinan : Belum Menikah
Pekerjaan : Tidak bekerja
Tanggal Pemeriksaan : 15 Juli 2014
II. RIWAYAT PSIKIATRI
Alloanamnesis diperoleh dari ayah kandung penderita
Nama Tn.
Umur 54 th
Alamat Lingkungan Projo
Madureso Temanggung
Pekerjaan Petani
Pendidikan Tamat SD
Hubungan Ayah Kandung
Kandung
Lama Kenal ± 32 th
3
Sifat Perkenalan Sangat dekat
A. Sebab Dibawa ke Rumah Sakit
Keluhan keluarga : Penderita suka marah tanpa alasan
Keluhan penderita : Kepala pusing
B. Riwayat Penyakit Sekarang
± 2 bulan sebelum masuk rumah sakit (Tahun 2004), Penderita
menjadi sering ngalamun setelah lulus SLBG. Makan, minum dan mandi
dilakukan atas inisiatif sendiri, waktu luang digunakan untuk membantu
ayahnya mencari rumput. Penderita tidak mengalami gangguan tidur.
Hubungan dengan keluarga dan tetangga baik. (GAF 70)
± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit ( Tahun 2004), Penderita
terlihat mudah marah tanpa sebab yang jelas dan berdiam diri di dalam
kamar dalam waktu lama. Makan, minum dilakukan atas inisiatif sendiri,
penderita masih mau mandi. Penderita sering membanting pintu jika akan
keluar dan terlihat mulai sering keluyuran, namun penderita masih dapat
pulang kembali. Hubungan dengan keluarga dan tetangga merenggang.
(GAF 50)
Penderita masuk RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang untuk pertama
kali ( Tahun 2004) dengan gejala sering marah tanpa sebab, sebelumnya
penderita membanting kaca meja ruang tamu tanpa alasan yang jelas.
Makan, minum dan mandi bisa sendiri, waktu luang digunakan untuk
keluyuran keluar rumah tanpa arah tujuan. Hubungan dengan keluarga dan
tetangga renggang. (GAF 30).
Penderita menjalani rawat jalan di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
dan diberikan terapi obat yang diminum adalah Chlorpromazine,
haloperidol dan Trihexylphenydil. Selama minum obat pasien tidak ada
keluhan seperti berdebar-debar, gelisah, mual. Penderita selalu tidur
4
setelah minum obat. Penderita terlihat jarang jengkel ataupun marah-
marah. Penderita dapat menggunakan waktu luang untuk membantu
ayahnya mencari rumput, makan dan minum inisiatif sendiri serta
hubungan dengan keluarga dan tetangga membaik. Penderita dapat
beraktivitas membantu tetangga untuk mengerjakan pekerjaan seperti
membawa pasir, memotong ayam, namun penderita dapat marah/jengkel
kembali ketika pulang kerja akibat diberikan upah berbeda dengan pekerja
lainnya dan akan melampiaskan di rumah dengan memarahi orang yang
ada di rumah. (GAF 60)
Pada tahun 2008 penderita sempat berhenti mengkonsumsi obat
selama 2 tahun karena orang tua merasa penderita sudah sembuh. Namun,
sekitar 1 bulan setelah berhenti minum obat, penderita mulai kembali
mudah jengkel, memutar radio tape keras-keras. Orang tua penderita
kemudian membawa berobat kembali ke RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang
dan PKM Dharmarini untuk kembali menjalani pengobatan. Setelah
kembali mengkonsumsi obat, penderita mulai jarang jengkel, mulai dapat
kembali bersosialisasi dengan keluarga.
Dari tahun 2008-2014 pasien rutin meminum obat dari RSJ Prof.
Dr. Soerojo Magelang dan PKM Dharmarini. Selama minum obat pasien
tidak ada keluhan seperti berdebar-debar, gelisah, mual. Penderita
menggunakan waktu luang untuk tidur sambil menunggu kambing milik
keluarga, membantu ayah mencari rumput, mandi, makan dan minum atas
inisiatif sendiri serta hubungan dengan keluarga cukup baik. (GAF 60)
C. Riwayat Sebelumnya
1. Riwayat Psikiatrik
Penderita pernah dirawat di RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang pada
tahun 2004 didiagnosis F.20.0 Skizofrenia Paranoid
5
2. Riwayat penyakit medis umum
Riwayat kejang demam : disangkal
Riwayat epilepsi : disangkal
Riwayat trauma kepala : disangkal
Riwayat hipertensi : disangkal
Riwayat diabetes mellitus : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat alergi : disangkal
Riwayat nyeri ulu hati / sakit maag : disangkal
Riwayat nyeri dada/sakit jantung : disangkal
Riwayat pingsan/kehilangan kesadaran : disangkal
3. Penggunaan Obat-obatan dan NAPZA
Penderita tidak pernah minum alkohol dan menggunakan NAPZA.
D. Riwayat Pramorbid
1.Masa Prenatal dan Perinatal
Penderita dilahirkan pada tahun 1979 secara spontan dengan bantuan
dukun, cukup bulan, tidak langsung menangis selama beberapa menit,
tampak kebiruan, baru setelah beberapa menit kemudian bayi mulai
menangis. Riwayat selama kehamilan, ibu penderita lupa. Penderita
merupakan anak ke dua dari tiga bersaudara. Penderita merupakan anak
yang diharapkan.
2. Masa Kanak Awal (Sampai usia 3 Tahun)
Penderita diasuh oleh kedua orang tuanya. Pertumbuhan dan
perkembangan sesuai dengan usianya. Riwayat kejang saat panas tinggi
disangkal. Riwayat trauma kepala tidak ada.
6
3. Masa anak-anak pertengahan (3 – 7 Tahun)
Penderita sering bermain dengan teman-teman sebayanya didekat
rumah. Penderita mempunyai banyak teman dan sering bermain di
dalam rumah bersama saudara-saudaranya. Penderita disekolahkan oleh
orang tua di sekolah biasa, namun penderita terlihat mengalami kesulitan
dalam mengikuti pelajaran dibanding teman – temannya, dan sering
tinggal kelas. Penderita tidak memiliki masalah dengan tidurnya.
4. Masa anak akhir dan remaja (7 – 11 tahun)
Semasa usia penderita 7-11 tahun, penderita bersekolah khusus SD.
Penderita memiliki banyak teman bermain, baik di sekolah maupun di
lingkungan rumahnya. Penderita merupakan anak yang baik dan
penurut.
5. Masa remaja (12 – 18 tahun )
Pada usia 12-18 tahun, penderita ikut melanjutkan sekolah di sekolah
anak – anak berkebutuhan khusus sampai penderita lulus. Riwayat
minum alkohol dan konsumsi obat-obatan terlarang saat remaja
disangkal.
6. Masa Dewasa
a. Riwayat Pendidikan
Penderita sekolah di sekolah anak – anak berkebutuhan khusus.
Penderita tidak memiliki prestasi khusus yang pernah dicapai.
b. Riwayat Pekerjaan
Penderita pernah bekerja sebagai buruh kerja serabutan mulai dari
kerja bangunan, kerja di tempat pemotongan ayam, dan sekarang
penderita tidak bekerja, hanya tinggal di rumah untuk menjaga
kambing. Terkadang penderita diminta oleh ayah penderita untuk
mencari rumput, ataupun ikut membersihkan rumput di ladang.
7
c. Riwayat Keagamaan
Penderita beragama Islam. Penderita termasuk taat beribadah.
Namun terkadang harus diingatkan oleh orang tua agar
menjalankan sholat.
d. Riwayat Perkawinan
Penderita belum menikah
e. Riwayat Kemiliteran :
Penderita belum pernah melihat atau terlibat dalam suatu
peperangan maupun mengikuti kegiatan militer.
f. Riwayat Pelanggaran Hukum
Penderita tidak pernah terlibat masalah pelanggaran hukum.
g. Riwayat Sosial
Sebelum sakit, penderita memiliki hubungan sosial yang kurang
baik dengan tetangga karena tetangga sering mengejek penderita.
Penderita lebih suka tinggal di kamar mendengarkan radiotape.
h. Riwayat Hidup Sekarang
Penderita tinggal serumah dengan ibu, bapak dan adiknya
Pembiayaan hidup keluarga di tanggung oleh ayah dan ibu
penderita. Biaya pengobatan dengan BPJS. Penderita saat ini tidak
bekerja. Kesan : sosial ekonomi cukup.
6. Riwayat Psikoseksual
Penderita tidak pernah mengalami kekerasan seksual dan tidak pernah
mengalami penyimpangan seksual. Berpakaian laki-laki sejak kecil.
Penderita bergaul baik dengan lawan jenis maupun sesama pria.
8
7. Riwayat keluarga
Penderita adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Penderita tinggal
bersama ayah, ibu dan adiknya. Tidak ada keluarga penderita yang
memiliki riwayat gangguan jiwa .
8. Mimpi, Fantasi dan Nilai-nilai
Penderita ingin dapat membantu ayahnya dalam menjaga kambing
peliharaan sampai penderita minta dibuatkan kamar tidur yang menjadi satu
dengan kambing pelihataannya, memiliki uang yang cukup, hidup bahagia.
III. STATUS MENTAL
Autoanamnesis dilakukan pada tanggal 16 Juli 2014 pukul 10.00 di Rumah
Penderita
A. Deskripsi Umum
1. Penampilan :
Seorang laki-laki, tampak sesuai dengan umurnya. Kulit sawo matang.
Pada saat pemeriksaan kebersihan dan kerapian kurang.
2. Perilaku dan aktivitas psikomotor :
Tingkah laku : normoaktif, cenderung hipoaktif Sikap: suspiciousness
Tingkah laku
Hiperaktif (-) Kleptomania (-)
Hipoaktif (-) Streotipi (-)
Normoaktif (+) Maniceren (-)
Stupor (-) Grimaseren (-)
Gelisah (-) Ambivalensi (-)
Agresif (-) Gerakan autochlon (-)
Befehls automatism(-) Gerakan impulsive (-)
Perseverasi (-) Gerakan kompulsif (-)
Verbigerasi (-) Gerakan automatism (-)
Echolalia (-) Pyromania (-)
Echopraxia (-)
9
Sikap
Indifferent (-) Curiga (-)
Apatis (-) Berubah-ubah (-)
Kooperatif (+) Tegang (-)
Negativisme pasif(-) Pasif (-)
Dependent (-) Aktif (-)
Infantile (-) Katalepsi (-)
Rigid (-) Bermusuhan (-)
3. Sikap tehadap pemeriksa : kooperatif, sedikit curiga
Kontak psikis : ada, dapat dipertahankan
4. Mood dan Afek
a. Mood
Disforik (-) Poikilothymi (-)
Euthymi (+) Parathymi (-)
Hiperthymi (-) Tension (-)
Hipothymi () Cemas (-)
Eksaltase (-) Panik (-)
Irritable (-) Euphoria (-)
Ambivalensi (-) Depresonalisasi (-)
b. Afek
Sesuai (+)
dengan isi pikirannya Datar (-)
Tidak sesuai (-) Tumpul (-)
Terbatas (-) Labil (-)
B. Pembicaraan
Kualitas : Miskin isi pembicaraan, Intonasi cukup, tidak berteriak,
artikulasi jelas
10
Kuantitas : Cukup, cenderung pendiam.
C. Gangguan Persepsi
1. Halusinasi
Halusinasi visual (-)
Halusinasi taktil (-)
Halusinasi akustik (-)
Halusinasi haptik (-)
Halusinasi olfaktorik (-)
Halusinasi kinestetik (-)
Halusinasi gustatorik (-)
Halusinasi autoskopi (-)
2. Ilusi
Ilusi visual (-) Ilusi gustatorik (-)
Ilusi akustik (-) Ilusi taktil (-)
Ilusi olfaktorik (-)
D. Pikiran
1. Bentuk pikir : realistik
2. Arus pikir
Flight of ideas (-) Retardasi (-)
Asosiasi longgar (-) Asosiasi bunyi (-)
Inkoherensi (-) Asosiasi pengertian (-)
Tangensial (-) Blocking (-)
Sirkumstansiality (-) Preserverasi (-)
Neologisme (-) Verbigerasi (-)
Jawaban irrelevant (-) Lancar (-)
3. Isi pikiran
Waham kebesaran (-)
Waham hipokondri (-)
Waham berdosa (-)
Waham magic mistic (-)
11
Waham kejar (-)
Waham sistematis (-)
Idea of reference (-)
Waham cemburu (-)
Waham somatic (-)
Waham nihilistic (-)
Waham referensi (-)
Fobia (-)
Preokupasi (-)
Obsesif kompulsif (+)
Gagasan bunuh diri (-)
Miskin bicara (-)
Thought echo (-)
Thought insertion (-)
Thought withdrawal (-)
Thought broadcasting (-)
Delusion of reference (-)
Delusion of control (-)
Delusion of influense (-)
Delusion of passivity (-)
Delusion of perception (-)
Over valued idea (-)
Depersonalisasi (-)
12
E. Sensorium dan Kognitif
1. Kesadaran : compos mentis
2. Orientasi
Tempat : baik
Waktu : baik
Personal : baik
Situasional : baik
3. Daya ingat
Segera : baik
Jangka pendek : baik
Jangka sedang : baik
Jangka panjang : kurang
4. Konsentrasi : kurang
5. Perhatian : hipovigilitas
6. Kemampuan baca dan tulis : cukup
7. Kemampuan visuospasial : cukup
8. Pikiran abstrak : cukup
F. Pengendalian Impuls : cukup
G. Tilikan
1. Penyangkalan penyakit sama sekali.
2. Agak menyadari bahwa dirinya sakit dan membutuhkan bantuan tapi
dalam waktu bersamaan menyangkal penyakitnya.
3. Sadar bahwa merasa sakit tapi melampiaskan pada orang lain, pada
faktor eksternal dan organik.
4. Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak
diketahui pada diri penderita.
5. Tilikan intelektual : menerima bahwa penderita sakit dan bahwa gejala
atau kegagalan dalam penyesuaian sosial disebabkan oleh perasaan
irrasional atau gangguan tertentu dalam diri penderita sendiri tanpa
menerapkan pengetahuan tersebut untuk pengalaman masa depan.
13
6. Tilikan emosional sesungguhnya: kesadaran emosional tentang motif
dan perasaan didalam diri penderita dan orang yang dapat
menyebabkan perubahan dalam perilaku.
H. Daya nilai : cukup
I. Taraf Dapat Dipercaya : cukup dapat dipercaya
IV. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK LEBIH LANJUT
A. Status Internus
Keadaan umum : baik
Kesadaran : composmentis
Tekanan darah : 100 / 70 mmHg
Nadi : 80 kali/menit
RR : 20 kali/menit
Suhu : afebris
Status internum :
Kepala : Mesosefal,
Mata : Sklera ikterik (-/-), konjungtiva palpebra pucat (-/-)
Toraks : Cor : konfigurasi jantung dalam batas normal, SI-SII
reguler, suara tambahan (-), bising (-)
Pulmo : suara dasar vesikuler, suara tambahan (-), ronkhi (-),
wheezing (-)
Abdomen : Supel, nyeri tekan (-), bising usus (+) normal,
hepar dan lien tak membesar
Ekstremitas : superior inferior
Edema -/- -/-
Capilary refill <2”/<2” <2”/<2”
Nyeri sendi -/- -/-
Pembengkakan sendi -/- -/-
B. Status neurologis
GCS : E4M6V5
14
Nervus Cranialis I – XII : dalam batas normal
Motorik Extremitas Superior Inferior
Pergerakan : +N / +N +N / +N
Kekuatan : 5-5-5 / 5-5-5 5-5-5 / 5-5-5
Tonus : N / N N / N
Trofi : E / E E / E
Lateralisasi : tidak ada
Refleks Fisiologis : +N / +N +N / +N
Refleks Patologis : - / - - / -
Sensibilitas
Sensibilitas taktil : dalam batas normal
Nyeri : dalam batas normal
Koordinasi, GAIT, dan Keseimbangan
Cara berjalan : simetris
Gerakan-gerakan abnormal : (-)
Alat Vegetatif: dalam batas normal
Kesan : status neurologis dalam batas normal
V. IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA (FORMULASI DIAGNOSTIK)
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan status mental penderita,
ditemukan adanya riwayat pola perilaku psikologis yang secara khas
bermakna dengan gejala yang menimbulkan suatu hendaya fungsi peran ,
fungsi sosial, hendaya penggunaan waktu luang dan perawatan, sehingga
disimpulkan penderita menderita gangguan jiwa
Axis I: (F20.0) Skizofrenia Paranoid
(F.20.5) Skizofrenia Residual
Pada pemeriksaan fisik dan neurologis tidak ditemukan kelainan
yang mengindikasikan gangguan medis umum yang secara fisiologis
menimbulkan disfungsi otak serta mengakibatkan gangguan jiwa yang
diderita saat ini, sehingga gangguan mental organik dapat disingkirkan.
Pada penderita tidak ditemukan adanya ketergantungan penggunaan
15
NAPZA sehingga gangguan mental akibat penggunaan zat dapat
disingkirkan.
Intisari pemeriksaan status mental
Kesadaran : compos mentis
Penampilan : kebersihan cukup, kerapian kurang
Sikap : kooperatif
Tingkah laku : normoaktif cenderung hipoaktif
Mood: euthym
Afek: serasi dengan isi fikiran
Pembicaraan : kuantitas cukup dan kualitas kurang
Gangguan persepsi : (-)
Gangguan bentuk pikir : realistik
Gangguan arus pikir : (-)
Isi pikir : waham (-)
Konsentrasi dan Perhatian : Penderita tidak dapat memusatkan dan
mempertahankan perhatian
Tilikan : 4
VI. DIAGNOSIS MULTI AXIAL
Menurut PPDGJ III
Aksis I : (F20.5) Skizofrenia Residual
Aksis II : tidak ada diagnosis
Aksis III : tidak ada diagnosis
Aksis IV : Ciri kepribadian introvert
Aksis V : GAF 1 tahun terakhir (paling baik) = 60
GAF saat diperiksa = 60
16
VII. PROGNOSIS
Prognosis arah baik Prognosis arah buruk
1. late onset
2. onset akut
3. faktor pencetus jelas
4. usia 15 – 25 tahun
5. gejala positif menonjol
6. riwayat seksual, sosial, premorbid baik
7. menikah
8. sistem sosial baik
9. status ekonomi baik
10. tidak ada kekambuhan
11. tidak ada riwayat keluarga yang sakit
seperti ini
√
√
√
√
√
√
1. onset usia muda
2. onset kronik
3. faktor pencetus tidak jelas
4. usia < 15 tahun atau > 25 tahun
5. gejala negatif menonjol
6. riwayat seksual, sosial, premorbid
buruk
7. belum menikah/telah bercerai
8. sistem pendukung sosial buruk
9. status ekonomi buruk
10. kekambuhan
11. ada keluarga yang sakit seperti ini
√
√
√
√
√
√
√
- Prognosis : Dubia ad malam
17
BAB III
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
Pada kasus ini pasien menderita gangguan jiwa Skizofrenia Residual.
Idealnya penegakan diagnosis Skizofrenia Residual dilakukan oleh dokter
spesialis kejiwaan dan beberapa pemeriksaan lanjut. Namun, pada kasus ini
penegakan diagnosis hanya dilakukan dari anamnesis dan pemeriksaan status
mental serta pemeriksaan fisik dan pengetahuan mengenai ilmu kejiwaan
pemeriksa. Penatalaksanaan yang direncanakan pada kasus ini meliputi kunjungan
rumah, tatalaksana medikamentosa dan nonmedikamentosa. Penatalaksanaan
medikamentosa berupa pemberian obat-obat anti psikotik yang masih harus
diminum untuk jangka lama. Sedangkan penatalaksanaan nonmedikamentosa
berupa edukasi tentang gangguan jiwa tersebut, perlunya pengobatan jangka
panjang dan menjelaskan perlunya kepatuhan dalam meminum obat. Juga
mengkoordinasikan hasil temuan dan anjuran penatalaksanaan lanjut dengan
bidan wilayah tersebut serta pemegang program.
18
BAB IV
PELAKSANAAN
Kunjungan rumah (Home visit) dilakukan pada tanggal 16 Juli 2014 di rumah
pasien. Selama home visit dilakukan wawancara, pemeriksaan, dan
penatalaksanaan medikamentosa dan nonmedikamentosa (edukasi) terhadap
penderita dan keluarga penderita.
Medikamentosa yang diberikan:
o Chlorpromazine 1x 100 mg (oral)
o Haloperidol 2 x 2,5 mg (oral)
o Trihexyphenidyl 2 x 2 mg (oral)
Chlorpromazine dan Haloperidol merupakan anti-psikosis tipikal yang bekerja
memblokade Dopamine pada reseptor pasca sinaptik neuron di otak, khususnya di
system limbic dan system ekstrapiramidal (dopamine D2 receptor antagonists).
Efektif untuk gejala positif. Pemberian THP ditujukan untuk mengurangi efek
samping penggunaan obat-obat anti psikotik.
Nonmedikamentosa ( edukasi ) yang diberikan :
- Keluarga Penderita:
Menjelaskan tentang gangguan jiwa yang dialami penderita, hal yang
perlu diwaspadai yang mengarah kekambuhan dan perlunya pnderita
meminum obat secara teratur
Memberi tahu keluarga agar tetap memberikan dukungan dan
pendampingan terhadap penderita.
Memberi tahu keluarga agar membawa penderita untuk kontrol di poli
jiwa RSJ Prof. Dr. Soerojo untuk berjaga-jaga apabila terapi harus
diganti dan diperlukan terapi lain seperti psikoterapi, terapi kelompok,
terapi okupasional, dll.
- Penderita :
Memberi edukasi penderita menengenai kondisinya dan memberikan
kesadaran bahwa dirinya mengalami gangguan jiwa dan perlu
pengobatan jangka panjang. Namun penderita menyangkal dirinya
19
mengalami gangguan jiwa maupun stress, akan tetapi mau untuk
meminum obat yang diberikan oleh puskesmas dengan alasan agar tidak
mudah jengkel.
Memberi edukasi penderita untuk rajin kontrol dan rutin minum obat
serta menyarankan agar mau diajak berobat ke poli jiwa bila diperlukan
pemeriksaan lanjut.
- Bidan Wilayah dan Pemegang Program :
Memberi edukasi terhadap masyarakat agar mendukung dan tidak
mengucilkan penderita dan keluarga.
Memberi edukasi masyarakat agar turut menjaga keselamatan diri
penderita.
Monitoring pemberian obat agar tetap rutin dan tidak terputus
Ikut serta memotivasi keluarga dan penderita untuk membawa penderita
kontrol ke poli jiwa RSJ Prof. Dr. Soerojo Magelang untuk melihat
apakah diperlukan perubahan terapi maupun terapi tambahan seperti
psikoterapi, dsb yang diperlukan.
20
BAB IV
MONITORING DAN EVALUASI
Monitoring dan evaluasi dilakukan dengan memberikan pertanyaan
balik kepada penderita dan keluarga penderita setelah diberikan edukasi dan
saran yang perlu dilakukan dalam menatalaksana penderita gangguan jiwa.
Pada kasus ini penderita kurang dapat menyerap informasi dikarenakan
penyangkalan akan dirinya mengalami gangguan jiwa, akan tetapi setelah
diberikan masukan penderita mau dan mengerti alasan harus mengkonsumsi
obat, dan bersedia mengkonsumsi obat rutin dengan alasan bagi dirinya agar
tidak mudah jengkel. Keluarga penderita cukup menyerap namun terdapat
kendala faktor usia dan tingkat pendidikan keluarga (ibu) penderita. Namun
secara garis besar keluarga penderita sudah mengerti perlunya penderita
meminum obat jangka lama dan secara rutin. Penyampaian hasil temuan dan
saran kepada bidan wilayah dan pemegang program dalam hal pengawasan
pemberian obat dan tatalaksana lainnya yang mungkin diperlukan untuk kasus
ini.
21
Komentar/Feedback
Temanggung, Juli 2014
Mengetahui,
Pendamping Dokter Internship Peserta
dr. Novelia Dian T. dr. Misbah Hari Cahyadi
NIP. 19621104 199010 2001
22
DAFTAR PUSTAKA
Kaplan H.I, Sadok B.J. Comprensive Textbook Of Psychiatry, William &
Walkins. 5th Edition, USA, 1998 : 128
Maslim R, Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa, Rujukan Ringkasan dari
PPGDJ-III, Jakarta, 2001 : 65
Pedoman Penggolongan Diagnostik Gangguan Jiwa (PPDGJ III), Direktorat
Kesehatan Jiwa Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 1993.
Maslim, R: Panduan Praktis Penggunaan Obat Psikotropika, edisi II, Jakarta, 2001
: 23 – 30.
23
LAPORAN KEGIATAN USAHA KESEHATAN MASYARAKAT (UKM)
F6. UPAYA PENGOBATAN DASAR
SKIZOFRENIA PARANOID
OLEH:
dr. Misbah Hari Cahyadi
DOKTER INTERNSHIP ANGKATAN XIII
PERIODE 16 APRIL – 15 AGUSTUS 2014
PUSKESMAS DHARMA RINI KABUPATEN TEMANGGUNG
24