4.bab 1

13
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BPH (benign prostatic hyperplasia) atau hiperplasia prostat jinak adalah pertumbuhan tak ganas stroma dan kelenjar epitel prostat yang menyebabkan pembesaran kelenjar prostat (Stephen J McPhee, 2010). CKD (Chronic kidney disease) atau gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001). BPH yang tidak ditangani dalam waktu yang lama akan menyebabkan gagal ginjal kronik. Pada pasien BPH yang sudah mengalami pembedahan TURP secara umum mengalami perubahan KDM , diantara lain resiko perarahan, nyeri akut, disfungsi seksual, gangguan pola tidur, dan resiko infeksi, gangguan keseimbangan dan elektrolit, penurunan curah jantung, perubahan nutrisi, perubahan pola nafas,

Upload: nurul-fahmi-rizka-laily

Post on 11-Sep-2015

7 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

kti

TRANSCRIPT

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar BelakangBPH (benign prostatic hyperplasia) atau hiperplasia prostat jinak adalah pertumbuhan tak ganas stroma dan kelenjar epitel prostat yang menyebabkan pembesaran kelenjar prostat (Stephen J McPhee, 2010). CKD (Chronic kidney disease) atau gagal ginjal kronik adalah gangguan fungsi renal yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) (Brunner & Suddarth, 2001). BPH yang tidak ditangani dalam waktu yang lama akan menyebabkan gagal ginjal kronik. Pada pasien BPH yang sudah mengalami pembedahan TURP secara umum mengalami perubahan KDM , diantara lain resiko perarahan, nyeri akut, disfungsi seksual, gangguan pola tidur, dan resiko infeksi, gangguan keseimbangan dan elektrolit, penurunan curah jantung, perubahan nutrisi, perubahan pola nafas, kurang pengetahuan tentang kondisi, prognosis dan tindakan medis (hemodialisa), dan intoleransi aktivitas. Maka dari itu diperlukanlah peran perawat yang tepat pada pasien Post TURP dengan Chronic Kidney Disease dan Hidronephrosis dextra, namun peran perawat pada pasien ini di ICU Anestesi Rumah Sakit Angkatan Laut Dr Ramelan Surabaya belum efektif.Di Indonesia pada tahun 2005 penyakit pembesaran prostat menjadi urutan kedua setelah penyakit batu saluran kemih, jika dilihat secara umum diperkirakan hampir 50% pria di Indonesia yang berusia diatas 50 tahun mengalami penyakit pembesaran prostat (Bakri, 2005). Di ruang ICU Anestesi Rumah Sakit Angkatan Laut Dr Ramelan Surabaya terdapat 15 orang dari 227 pasien yang mengalami BPH dengan Post TUR P pada 3 bulan terakhir (Maret, April, Mei) tahun 2015.Sejalan dengan pertambahan umur, kelenjar prostat akan mengalami hiperplasia, jika prostat membesar akan meluas ke atas (bladder), di dalam mempersempit saluran uretra prostatica dan menyumbat aliran urine. Keadaan ini dapat meningkatkan tekanan intravesikal. Sebagai kompensasi terhadap tahanan uretra prostatika, maka otot detrusor dan buli-buli berkontraksi lebih kuat untuk dapat memompa urine keluar. Lama kelamaan kemampuan kompensasi menjadi berkurang dan pola serta kualitas miksi berubah, kekuatan serta lamanya kontraksi dari muskulus destrusor menjadi tidak adekuat sehingga tersisalah urine di dalam buli-buli saat proses miksi berakhir. Seringkali Prostat Hyperplasia menambah kompensasi ini dengan jalan meningkatkan tekanan intra abdominal (mengejan) sehingga tidak jarang disertai timbulnya hernia dan haemorhoid puncak dari kegagalan kompensasi adalah tidak berhasilnya melakukan ekspulsi urine dan terjadinya retensi urine, keadaan ini disebut sebagai Prostat Hyperplasia Dekompensata. Fase Dekompensasi yang masih akut menimbulkan rasa nyeri dan dalam beberapa hari menjadi kronis dan terjadilah inkontinensia urine secara berkala akan mengalir sendiri tanpa dapat dikendalikan, sedangkan buli-buli tetap penuh. Ini terjadi oleh karena buli-buli tidak sanggup menampung atau dilatasi lagi. Puncak dari kegagalan kompensasi adalah ketidak mampuan otot detrusor memompa urine dan menjadi retensi urine(Brunner & Suddarth, 2001). Pada pasien dengan BPH yang mengalami retensi urine kronis, akan menyebabkan sumbatan aliran kemih. Untuk mengatasi resistensi uretra yang meningkat, mula-mula otot-otot detrusor mengalami kompensasi dengan terjadinya hipertrofi. Lama-lama mengalami dekompensasi sehingga tonus otot menurun dan terbentuk divertikel. Hal ini mengakibatkan terjadinya hipersensitivitas pasca fungsional, ketidakseimbangan neurotransmiter, dan penurunan input sensorik, sehingga otot detrusor tidak stabil. Karena fungsi otot vesika tidak normal, maka terjadi peningkatan volume residu urin yang menyebabkan hidronefrosis. Hidronefrosis yang berkepanjangan dapat menyebabkan kegagalan ginjal Pada penyakit GGK terdapat 3 stadium yaitu: stadium 1: penurunan cadangan ginjal; stadium 2: insufiensi ginjal; stadium 3 gagal ginjal stadium akhir (uremia). Adapun tanda dan gejala pada pasien dengan GGK yakni: anoreksia, mual disertai muntah, nafas dangkal atau sesak nafas baik waktu ada kegiatan atau tidak, pruritis, hipertensi, gagal jantung kongestif dan udem pulmoner, krekel, nafas dangkal, kusmaull, dan lain-lain. Gagal ginjal kronik yang tidak ditatalaksana dengan baik akan mengarah ke penyakit ginjal stadium akhir atau ESRD (End Stage Renal Disease). (Brunner & Suddarth 2001; Suyono, 2001). Pada pasien dengan Post TURP dengan gagal ginjal kronik umumnya dapat mengalami sindrom TURP yaitu disorientasi, gangguan kesadaran, gangguan pengelihatan, mual dan muntah, gangguan pola nafas, abnormalitas nilai Capillary Refill Time, hiponatremia, anemia, nyeri kepala, hipertensi, gangguan frekuensi nadi, suara paru ronchi, gangguan kadar kalium, kadar ureum dan kreatinin yang tinggi dan edema kaki. (Hawary, 2009)Pasien dengan BPH memiliki terapi yang efektif yaitu dengan pembedahan. Dalam hal ini perawat memegang peranan penting dalam proses penyembuhan pasien BPH, khusunya post TUR P dengan gagal ginjal kronik, perawat perlu memantau adanya retensi urine dan perdarahan ulang pasca operasi, menghimbau pasien untuk melakukan hemodialisa secara rutin, memberikan pengetahuan mengenai hal-hal yang dapat mengurangi perdarahan, menganjurkan untuk makan makanan yang mengandung cukup serat untuk memulihkan kondisi tubuh pasca operasi. Kemampuan dan ketrampilan memberikan asuhan keperawatan yang mencakup promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif, melalui tahap proses keperawatan diperlukan agar Post TURP dengan Chronic Kidney Disease dan Hidronephrosis dextra dapat melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri dan optimal. 1.2 Rumusan MasalahBerdasarkan latar belakang masalah, maka penulis menyusun rumusan masalah Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien Tn S dengan Post TURP dengan Chronic Kidney Disease dan Hidronephrosis dextra di Ruang ICU Anestesi Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya?1.3 Tujuan Penelitian1.3.1Tujuan UmumMenggambarkan asuhan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan pada pasien Tn S dengan Post TURP dengan Chronic Kidney Disease dan Hidronephrosis dextra di Ruang ICU Anestesi Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya.1.3.2 Tujuan Khusus1. Menggambarkan pengkajian pada pasien dengan Post TURP dengan Chronic Kidney Disease dan Hidronephrosis dextra di Ruang ICU Anestesi Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya.2. Menggambarkan analisis masalah, prioritas masalah dan menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien dengan Post TURP dengan Chronic Kidney Disease dan Hidronephrosis dextra di Ruang ICU Anestesi Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya.3. Menggambarkan rencana Asuhan Keperawatan pada masing-masing diagnosa keperawatan pasien dengan Post TURP dengan Chronic Kidney Disease dan Hidronephrosis dextra di Ruang ICU Anestesi Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya.4. Menggambarkan tindakan Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Post TURP dengan Chronic Kidney Disease dan Hidronephrosis dextra di Ruang ICU Anestesi Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya.5. Menggambarkan evaluasi Asuhan Keperawatan pada pasien dengan Post TURP dengan Chronic Kidney Disease dan Hidronephrosis dextra di Ruang ICU Anestesi Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya. 1.4 Manfaat PenelitianBerdasarkan tujuan umum maupun tujuan khusus maka karya tulis ilmiah ini diharapkan bisa memberikan manfaat baik bagi kepentingan pengembangan program maupun bagi kepentingan ilmu pengetahuan, adapun manfaat-manfaat dari karya tulis ilmiah secara teoritis maupun praktis seperti tersebut dibawah ini :1.4.1 Secara TeoritisSarana pengetahuan dan pemahaman yang benar tentang asuhan keperawatan pada pasien Tn S dengan Post TURP dengan Chronic Kidney Disease dan Hidronephrosis dextra di Ruang ICU Anestesi Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya.

1.4.2 Secara Praktis1. Bagi PasienSebagai informasi tentang bahaya dan pentingnya tindakan pencegahan Post TURP dengan Chronic Kidney Disease dan Hidronephrosis dextra pada pasien.2. Bagi PerawatHasil penelitian ini merupakan bagian riset keperawatan tentang studi kasus asuhan keperawatan pada pasien dengan diagnosa Post TURP dengan Chronic Kidney Disease dan Hidronephrosis dextra di Ruang ICU Anestesi Rumah Sakit Angkatan Laut Dr. Ramelan Surabaya, serta sebagai bahan masukan yang penting untuk di kembangkan pada karya tulis ilmiah selanjutnya.3. Bagi InstitusiInformasi tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi terjadinya penyakit Post TURP dengan Chronic Kidney Disease dan Hidronephrosis dextra pada masyarakat.1.5 Metoda Penulisan1.5.1 MetodaStudi kasus yaitu metoda yang memusatkan perhatian pada satu obyek tertentu yang diangkat sebagai sebuah kasus untuk dikaji secara mendalam sehingga mampu membongkar realitas di balik fenomena.

1.5.2 Tehnik Pengumpulan Data1. Wawancara Data diambil atau diperoleh melalui percakapan baik dengan pasien, keluarga pasien, maupun tim kesehatan lain.2. ObservasiData yang diambil melalui pengamatan secara langsung terhadap keadaan, reaksi, sikap, dan perilaku pasien yang dapat di amati.3. Pemeriksaan FisikData pemeriksaan fisik dan laboratorium serta pemeriksaan penunjang seperti endapan urin, urinalisis, pemeriksaan fungsi ginjal, pemeriksaan Prostate Specific Antigen, uroflometri, ultrasonografi (USG), dan histopatologi yang dapat menegakkan diagnosa dan penanganan selanjutnya.1.5.3 Sumber Data1. Data PrimerData primer adalah data yang diperoleh dari Tn S.2. Data SekunderData sekunder adalah data yang diperoleh dari keluarga atau orang terdekat dengan pasien, catatan medik, catatan perawat, hasil-hasil pemeriksaan dan tim kesehatan lain.3. Studi KepustakaanStudi kepustakaan adalah mempelajari buku-buku sumber, jurnal penelitian, hasil riset studi kasus yang berhubungan dengan judul karya tulis ilmiah dan masalah yang dibahas.1.6 Sistematika Penulisan Dalam studi kasus secara keseluruhan yang berhubungan dibagi dalam 3 bagian, yaitu :1. Bagian awal memuat halaman judul, abstrak penulisan, persetujuan komisi pembimbing, pengesahan, motto dan persembahan, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar dan daftar lampiran dan abstrak.2. Bagian inti meliputi lima bab, yang masing-masing bab terdiri dari sub bab berikut ini :BAB 1: Pendahuluan yang berisi tentang latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan manfaat penulisan, dan sistematika penulisan studi kasus.BAB 2: Tinjauan Pustaka yang berisi tentang konsep penyakit dari sudut medis dan asuhan keperawatan pasien dengan diagnosa medis Post TURP dengan Chronic Kidney Disease dan Hidronephrosis dextra. BAB 3: Hasil yang berisi tentang data hasil pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan keperawatan, pelaksanaan keperawatan, dan evaluasi dari pelaksanaan.BAB 4: Pembahasan kasus yang ditemukan yang berisi data, teori dan opini serta analisis. BAB 5: Simpulan dan Saran.3. Bagian AkhirTerdiri dari daftar pustaka dan lampiran-lampiran.