4.4. analisis rantai pasokan kelapa

22
ANALISIS RANTAI PASOKAN Struktur Rantai Pasokan Agroindustri Kelapa Terpadu Analisis terhadap rantai pasokan agroindustri kelapa dilakukan secara kualitatif. Hasil yang diperoleh dari analisis ini adalah gambaran umum struktur rantai pasokan yang dirinci berdasarkan aspek- aspek rantai nilai dan performa rantai pasokan. Sejumlah permasalahan yang dihadapi pelaku rantai pasokan agroindustri kelapa yaitu pemasok, agroindustri pengolah kelapa dan distributor merupakan komponen dalam analisis kebutuhan pendukung yang digunakan dalam perancangan model rantai pasokan. Secara skematis dapat dilihat pada gambar di bawah ini : Strukt ur Manajem en Proses Bisnis Rantai Sumberday a rantai pasokan Kinerja rantai pasokan Tujuan rantai pasoka n Siapa pelaku dan proses apa yang terjadi dan bagaimana integrasi setiap proses Siapa anggota rantai dan apa peran masing- masing Bagaimana konfigurasi jaringannya Manajemen struktur yang digunakan Peran pemerintah Sumberdaya yang digunakan dalam rantai pasokan

Upload: dhannesiswantyginting

Post on 16-Jan-2016

105 views

Category:

Documents


10 download

DESCRIPTION

analisa terhadap bentuk rantai pasokan dari sebuah kelapa

TRANSCRIPT

Page 1: 4.4. Analisis Rantai Pasokan Kelapa

ANALISIS RANTAI PASOKAN

Struktur Rantai Pasokan Agroindustri Kelapa Terpadu

Analisis terhadap rantai pasokan agroindustri kelapa dilakukan secara

kualitatif. Hasil yang diperoleh dari analisis ini adalah gambaran umum struktur

rantai pasokan yang dirinci berdasarkan aspek-aspek rantai nilai dan performa

rantai pasokan. Sejumlah permasalahan yang dihadapi pelaku rantai pasokan

agroindustri kelapa yaitu pemasok, agroindustri pengolah kelapa dan distributor

merupakan komponen dalam analisis kebutuhan pendukung yang digunakan

dalam perancangan model rantai pasokan. Secara skematis dapat dilihat pada

gambar di bawah ini :

Gambar 15. Tinjauan Struktur Rantai Pasokan (Van der Vorst 2005)

Tanda panah pada gambar di atas menunjukkan adanya keterkaitan aliran

informasi sebagai dasar analisis dalam kerangka proses untuk pembahasan metode

pengembangan secara deskriptif.

Struktur Jaringa

Manajemen rantai pasokan

Proses Bisnis Rantai

Sumberdaya rantai pasokan

Kinerja rantai pasokan

Tujuan rantai pasokan

Siapa pelaku dan proses apa yang terjadi dan bagaimana integrasi setiap proses

Siapa anggota rantai dan apa peran masing-masing

Bagaimana konfigurasi jaringannya

Manajemen struktur yang digunakan

Peran pemerintah

Sumberdaya yang digunakan dalam rantai pasokan

Page 2: 4.4. Analisis Rantai Pasokan Kelapa

Tinjauan terhadap struktur rantai pasokan dimulai dari rantai pasokan

kelapa butiran untuk bahan baku agroindustri pengolah daging buah kelapa, yang

diintegrasikan dengan unit pengolah air kelapa, dan unit pengolah sabut kelapa

serta unit pengolah tempurung kelapa. Unit pengolahan untuk produk yang dipilih

merupakan hasil pemilihan produk prospektif dengan beberapa kriteria. Penerapan

unit pengolahan tersebut di tingkat petani kelapa diharapkan dapat meningkatkan

taraf hidup petani kelapa di suatu kawasan terutama kawasan sentra penghasil

kelapa. Masing-masing industri ini memiliki struktur rantai yang relatif serupa.

Keserupaan ini terkait dengan struktur jaringan, pelaku dan pola aliran pasokan.

Gambaran struktur rantai pasokan pada masing-masing agroindustri kelapa secara

parsial ini akan digunakan sebagai dasar untuk menggambarkan skenario pasokan

bahan baku untuk agroindustri kelapa yang diusahakan secara terpadu. Sejumlah

permasalahan yang dihadapi pelaku rantai pasokan agroindustri kelapa yaitu

petani, pedagang pengumpul, pedagang perantara dan agroindustri pengolah

kelapa. Gambaran rantai pasokan secara skematis untuk buah kelapa butiran dari

petani, unit pengolah hingga ke konsumen dapat dilihat pada gambar 16 di bawah

ini.

Petani menjual hasil kebunnya masih dalam bentuk produk primer, yaitu

kelapa butir dan kopra serta yang dilakukan secara sendiri-sendiri sebelum

diusahakan secara terpadu. Harga produk tersebut sangat berfluktuasi dan

harganya sering ditentukan secara sepihak oleh pembeli, karena tidak ada pilihan

lain petani tetap menjual hasil kelapanya walaupun berada pada posisi tawar yang

lemah. Petani kelapa menjual kelapa hasil panen secara maksimal, buah kelapa

yang muda dan buah kelapa yang tua seringkali tidak dibedakan, sehingga apabila

ada pedagang yang menginginkan akan dijual. Penjualan dilakukan langsung pada

saat kelapa masih di pohon belum dipetik dan pemetikan tidak memperhatikan

umur kelapa. Permasalahan petani on farm yaitu tingkat harga kelapa yang

berfluktuasi, produktivitas yang rendah dalam kisaran 1 ton/hektar

Petani/pekebun ini menjual kelapa butiran langsung kepada petani

pengolah kopra ataupun petani pengolah minyak kelapa, pedagang pengumpul

desa maupun pedagang perantara yang merupakan pedagang di tingkat

75

Page 3: 4.4. Analisis Rantai Pasokan Kelapa

kecamatan. Distribusi kelapa butiran ini selnjutnya dilakukan kepada pedagang

pengumpul kabupaten atau wilayah hingga pedagang antar pulau. Distibusi

selanjutnya dilakukan kepada konsumen domestik dan eksportir.

Gambar 16. Skema Struktur Jaringan Rantai Pasokan Buah Kelapa Butiran

Hubungan yang ada antara pembeli dan penjual semata-mata hanya

hubungan jual beli komoditas belum ada unsur pembinaan bagi petani, pekebun

baik pada budidaya maupun pada pengolahan dan pemasaran atau belum

76

Petani/Pekebun

Pedagang pengumpul kecamatan

Pedagang pengumpul desa

Petani pengolah

Pedagang Pengumpul Kabupaten/wilayah

Pengolah

Pialang/makelar

Eksportir

Konsumen Domestik

Konsumen Luar negeri

Pedagang antar pulau

Page 4: 4.4. Analisis Rantai Pasokan Kelapa

terintegrasi antara kegiatan budi daya dengan kegiatan pengolahan dan

pemasaran.

Pedagang pengumpul membayar langsung tunai, kelapa tidak disortasi dan

seiring dengan kebutuhan yang mendesak sehingga menginginkan proses

sesingkat mungkin. Pedagang perantara yang merupakan pedagang di tingkat

wilayah yang melakukan sortasi dengan melihat volume kelapa dan kadar air.

Pedagang juga menginginkan persediaan seminimal mungkin dan seringkali

melakukan spekulasi harga. Unit pengolah melakukan sortasi terkait dengan

volume, kadar air kelapa dan menimbun persediaan untuk pasar selanjutnya

(forward market).

Kondisi yang kurang menguntungkan dalam agroindustri yang

mempersulit perdagangan untuk pasar ekspor yaitu permasalahan logistik yang

terkait dengan jarak. Jarak tempuh sangat menentukan waktu dan volume

transaksi. Waktu akan menunjukkan biaya apabila dikaitkan dengan

ketidakpastian dan resiko yang harus dipertimbangkan ke dalam harga. Volume

transaksi menentukan kelayakan transportasi (feasibility of transport). Demikian

pula kualitas dapat menurun apabila tidak adanya sarana pengangkutan dan

kurangnya fasilitas pengangkutan.

Kelembagaan ekonomi belum berperan dengan baik dalam bidang

pengolahan dan pemasaran. Pengembangan unit pengolahan dilakukan untuk

agroindustri kelapa terpadu, maka keseluruhan bagian dari kelapa yang selama ini

terbuang diolah menjadi produk samping yang mempunyai nilai ekonomi

sehingga dapat menimbulkan nilai tambah bagi keseluruhan jaringan rantai

pasokan. Hal yang diharapkan adalah adanya suatu unit pengolahan kelapa

terpadu yang mampu memberdayakan petani/pekebun dan petani pengolah yang

terwadahi dalam kelompok tani dan kelembagaan unit pengolah hasil yang

mampu mengoperasikan unit tersebut secara kontinyu dan berkesinambungan.

Petani/pekebun maupun petani pengolah tidak harus terlibat dalam manajemen

pengelolaan usaha, namun setidaknya memiliki peran dan arti penting demi

peningkatan taraf hidupnya.

77

Page 5: 4.4. Analisis Rantai Pasokan Kelapa

Struktur Jaringan Rantai Pasokan Pengolahan Daging Buah Kelapa

Industri pengolahan daging buah kelapa yang menjadi pilihan yaitu

industri minyak kelapa. Perkembangan penawaran dan permintaan minyak kelapa

cukup baik. Pasar yang berkembang untuk produk tersebut telah menciptakan

peluang ekspor bagi negara-negara penghasil kelapa.

Anggota rantai pasokan untuk unit pengolahan daging buah kelapa ini

yaitu terdiri dari: petani pemasok kelapa butiran, pedagang pengumpul dan atau

pedagang perantara, agroindustri pengolah dan distribusi ke konsumen. Pemasok

bahan baku bukan hanya dari petani pemasok kelapa butiran namun juga dari

pedagang pengumpul dan atau pedagang perantara untuk unit pengolah daging

buah kelapa.

Petani penghasil kelapa butiran selaku pemasok bahan baku utama berupa

kelapa butiran dapat melakukan pemasokan langsung ke unit pengolahan daging

buah kelapa berupa unit pengolahan minyak kelapa. Kelapa butiran yang

dihasilkan dari petani dapat langsung didistribusikan ke unit pengolahan untuk

memenuhi kapasitas unit pengolah. Petani atau kelompok tani berfungsi sebagai

pemasok utama, kekurangan bahan untuk kapasitas olah dipenuhi dari pedagang

pengumpul dan atau pedagang perantara dari luar wilayah sentra tersebut.

Agroindustri pengolah merupakan unit yang mentransformasikan bahan

baku menjadi produk-produk yang diinginkan. Agroindusri kelapa terpadu yang

dikembangkan ini dengan unit pengolah buah kelapa yang menghasilkan minyak

kelapa. Buah kelapa butiran yang dipasok dari petani akan langsung diolah

ataupun disimpan terlebih dahulu dalam gudang penyimpanan bahan baku

sebelum dilakukan proses transformasi. Produk minyak kelapa yang dihasilkan

selanjutnya disimpan terlebih dahulu dalam gudang penyimpanan produk

sebelum didistribusikan ke konsumen. Hasil samping pemrosesan berupa air

kelapa, sabut kelapa dan tempurung kelapa, masing-masing akan ditampung

dalam gudang penyimpanan untuk selanjutnya didistribusikan ke unit pengolahan

yang lain.

Agroindustri pengolahan kelapa terpadu ini dengan konsep

mendistribusikan langsung produk agroindustrinya. Jalur distribusi minyak kelapa

78

Page 6: 4.4. Analisis Rantai Pasokan Kelapa

dari sentra produksi kelapa yaitu meliputi minyak kelapa dari unit pengolahan

daging buah kelapa/ pengusaha didistribusikan ke pedagang di pasar tradisional

dan pedagang eceran dan selanjutnya dijual ke konsumen. Konsumen ini

merupakan konsumen pengguna langsung atau konsumen rumah tangga dan

konsumen industri. Oleh sebab itu model rantai pasokan untuk agroindustri kelapa

terpadu ini diharapkan dapat memberikan gambaran nilai tambah kepada petani

selaku pemasok bahan baku dan petani atau kelompok tani yang memungkinkan

untuk memiliki keterlibatan langsung dalam usaha ini meskipun bukan dari sisi

manajerial pengelolaan unit pengolahan.

Gambar 17 Skema Rantai Pasokan Minyak Kelapa (Hasil Olahan Data Primer)

Jalur distribusi pemasaran minyak kelapa ini ternyata cukup singkat. Jalur

pemasaran/distribusi tersebut dapat dijelaskan dengan gambar di atas. Jalur

distribusi minyak kelapa dari sentra produksi kelapa yaitu meliputi minyak kelapa

dari unit pengolahan daging buah kelapa/ pengusaha didistribusikan ke pedagang

di pasar tradisional dan pedagang eceran dan selanjutnya dijual ke konsumen.

Minyak kelapa ini juga dapat dijual kepada pedagang pengumpul yang

79

Pengolah minyak kelapa

Pengumpul Pedagang pasar tradisional

Pedagang eceran

Konsumen domestik

Eksportir

Page 7: 4.4. Analisis Rantai Pasokan Kelapa

selanjutnya didistribusikan ke konsumen domestik maupun eksportir. Konsumen

ini merupakan konsumen pengguna langsung atau konsumen rumah tangga dan

konsumen industri.

Jalur pemasaran minyak kelapa dari petani hingga ekportir tidak berbeda

dengan komoditi pertanian yang lain. Sarana transportasi yang tidak baik

menimbulkan beberapa pelaku pemasaran yang lain seperti pedagang desa,

kecamatan dan kabupaten serta pialang/makelar. Hal ini semakin memperpanjang

jalur minyak kelapa yang dapat memperkecil keuntungan petani atau produsen

menjadi semakin kecil. Keuntungan juga semakin kecil apabila petani kelapa tidak

melakukan sendiri kegiatan pengolahan minyak kelapa, hanya menjual hasil

panen buah kelapa butir. Secara umum jalur distribusi pemasaran minyak kelapa

dapat terjadi melalui jalur pendek hingga jalur panjang. Jalur terpendek terjadi

bila petani langsung mengolah sekaligus memasarkan ke konsumen lokal,

domestik atau eksportir. Besarnya penerimaan harga minyak kelapa sangat

tergantung pada panjangnya jalur distribusi rantai pasokan. Semakin pendek jalur

distribusi maka semakin tinggi penerimaan harga yang diperoleh petani, demikian

sebaliknya.

Struktur Jaringan Rantai Pasokan Pengolahan Air Kelapa

Kondisi saat ini menunjukkan bahwa apabila akan diusahakan suatu unit

pengolahan sari kelapa atau nata de coco di sentra-sentra penghasil kelapa, justru

lebih sulit untuk mendapatkan pasokan air kelapa kecuali dilakukan terintegrasi

dengan kegiatan unit pengolahan lain di sentra tersebut. Hal ini juga agar biaya

transportasi air kelapa menjadi semakin kecil, karena jarak yang ditempuh relatif

pendek.

Kontinyuitas produksi nata de coco ini sangat tergantung pada

kontinyuitas penyediaan bahan baku. Penyediaan bahan baku ini diharapkan akan

terjamin apabila agroindustri ini dekat dengan sumber pasokan bahan baku.

Namun, sumber pemasok utama bahan baku untuk agroindustri nata de coco ini

adalah pasar tradisional yang biasanya berada di wilayah pusat-pusat kecamatan

dalam suatu kabupaten. Kedekatan dengan sumber pasokan bahan baku ini

diharapkan memberikan implikasi biaya transportasi yang lebih murah. Pasar

80

Page 8: 4.4. Analisis Rantai Pasokan Kelapa

tradisional yang merupakan pusat pemasok air kelapa dapat digantikan perannya

oleh unit pengolahan kelapa yang lain yang memiliki hasil sisa berupa air kelapa.

Unit pengolahan ini sesuai dengan produk prospektif pilihan unit pengolahan

minyak kelapa dan dapat diusahakan di lokasi sentra penghasil kelapa.

Pengusahaan unit pengolahan di sentra penghasil kelapa diharapkan dapat

memperkecil biaya transportasi dan memperpendek rantai tata niaga, sehingga

diharapkan petani kelapa lebih diuntungkan. Petani kelapa ini juga sekaligus

sebagai pelaku agroindustri, sebagai pengolah air kelapa. Kesulitan yang dihadapi

berupa kontinyuitas penyediaan bahan baku dalam jumlah memadai. Pasokan air

kelapa dapat dipenuhi sebesar 700-800 liter air kelapa per hari dari 2000 butir

kelapa. Pasokan ini dapat dipenuhi dari kebun kelapa seluas 300 ha. Unit

pengolahan ini akan menghasilkan 140 – 160 kg sari kelapa per hari atau 4,2 ton

sampai dengan 4,8 ton/bulan.

Gambar 18 Skema Rantai Pasokan Nata de Coco (Hasil Olahan Data Primer)

81

Pengumpul Pedagang pasar tradisional

Pedagang eceran

Konsumen domestik

Eksportir

Pengolah Nata de Coco

Pengumpul Air KelapaUnit Pengolah Minyak kelapa

Page 9: 4.4. Analisis Rantai Pasokan Kelapa

Jalur distribusi pemasaran nata de coco ini ternyata cukup singkat. Jalur

pemasaran/distribusi tersebut dapat dijelaskan dengan gambar di atas. Jalur

distribusi nata de coco dari sentra produksi kelapa akan didistribusikan ke

pedagang di pasar tradisional dan pedagang eceran dan selanjutnya dijual ke

konsumen. Nata de coco ini juga dapat dijual kepada pedagang pengumpul yang

selanjutnya didistribusikan ke konsumen domestik maupun eksportir. Konsumen

ini merupakan konsumen pengguna langsung atau konsumen rumah tangga dan

konsumen industri.

Sistem pengangkutan akan berdampak pada biaya rantai pasokan dalam

struktur rantai pasokan air kelapa. Sistem pengangkutan yang tepat dan hemat

akan dapat memperkecil biaya dalam rantai pasokan ini. Semakin panjang jalur

pemasaran akan semakin memperkecil margin keuntungan di tingkat produsen.

Keuntungan yang diperoleh oleh petani juga semakin kecil apabila tidak terlibat

langsung dalam kegiatan pemasokan air kelapa. Secara umum jalur distribusi

pemasaran nata de coco dapat terjadi melalui jalur pendek hingga jalur panjang.

Jalur terpendek terjadi bila petani langsung mengolah sekaligus memasarkan ke

konsumen lokal, domestik atau eksportir. Besarnya penerimaan harga nata de

coco sangat tergantung pada panjangnya jalur distribusi rantai pasokan. Semakin

pendek jalur distribusi maka semakin tinggi penerimaan harga yang diperoleh

petani, demikian sebaliknya.

Struktur Jaringan Rantai Pasokan Pengolahan Sabut Kelapa

Serat sabut kelapa, atau dalam perdagangan dunia dikenal sebagai Coco

fibre, Coir fibre, coir yarn, coir mats, dan rugs, merupakan produk hasil

pengolahan sabut kelapa. Secara tradisional serat sabut kelapa hanya

dimanfaatkan untuk bahan pembuat sapu, keset, tali dan alat-alat rumah tangga

lain. Perkembangan teknologi, sifat fisika-kimia serat, dan kesadaran konsumen

untuk kembali ke bahan alami, membuat serat sabut kelapa dimanfaatkan menjadi

bahan baku industri karpet, jok dan dashboard kendaraan, kasur, bantal, dan

hardboard. Serat sabut kelapa juga dimanfaatkan untuk pengendalian erosi. Serat

sabut kelapa diproses untuk dijadikan Coir fibre sheet yang digunakan untuk

lapisan kursi mobil, spring bed dan lain-lain.

82

Page 10: 4.4. Analisis Rantai Pasokan Kelapa

Serat sabut kelapa bagi negara-negara tetangga penghasil kelapa sudah

merupakan komoditi ekspor yang memasok kebutuhan dunia yang berkisar 75,7

ribu ton per tahun. Indonesia walaupun merupakan negara penghasil kelapa

terbesar di dunia, pangsa pasar serat sabut kelapa yang dimiliki masih sangat

kecil. Kecenderungan kebutuhan dunia terhadap serat kelapa yang meningkat dan

perkembangan jumlah dan keragaman industri di Indonesia yang berpotensi dalam

menggunakan serat sabut kelapa sebagai bahan baku / bahan pembantu,

merupakan potensi yang besar bagi pengembangan industri pengolahan serat sabut

kelapa. Karakteristik produk yang bersifat heat retardant dan biodegradable, serta

kecenderungan konsumen produk industri dalam penggunaan bahan alami

mendorong peningkatan permintaan terhadap serat sabut kelapa.

Kendala dan masalah yang dihadapi dalam pengembangan usaha

kecil/menengah industri pengolahan serat sabut kelapa adalah keterbatasan modal,

akses terhadap informasi pasar dan pasar yang terbatas, serta kualitas serat yang

dihasilkan masih belum memenuhi persyaratan. Oleh sebab itu dalam menunjang

pengembangan industri serat sabut kelapa yang potensial ini, diperlukan berbagai

kemudahan agar dapat diimplementasikan dalam pengembangan usaha serat sabut

kelapa. Usaha ini awalnya dapat berkembang sebagai wujud kemitraan.

Negara tujuan ekspor serat sabut kelapa Indonesia adalah Inggris, Jerman,

Belgia, Jepang, Taiwan, Korea Selatan, Singapura, Malaysia dan Australia.

Berdasarkan informasi yang diperoleh dari responden pengusaha sabut kelapa,

setiap bulan diperkirakan China membutuhkan sekitar 50.000 ton serat sabut

kelapa per bulan untuk memenuhi kebutuhan industrinya.

Kapasitas produksi setiap unit usaha dapat bervariasi berkisar antara 55

ton - 300 ton per tahun atau rata-rata sekitar 100 ton per tahun. Harga serat sabut

kelapa di tingkat produsen berkisar antara Rp. 500 - Rp.600 per kg sedangkan

harga di tingkat pembeli (Jakarta) berkisar antara Rp. 900 - Rp. 1200 per kg yang

tergantung kepada kualitas sabut yang dihasilkan. Harga serat sabut kelapa di

pasaran ekspor berdasarkan sebesar US $ 210 per ton (FOB), sedangkan harga

CIF di negara tujuan (Rotterdam) adalah sebesar US $ 360 per ton. Harga serat

sabut kelapa Indonesia di pasaran ekspor relatif lebih rendah dibandingkan dengan

serat sabut kelapa dari India, yang bernilai sekitar US $ 290 - 320 per ton (FOB),

83

Page 11: 4.4. Analisis Rantai Pasokan Kelapa

akan tetapi lebih tinggi dibandingkan dengan produksi Srilanka yaitu sebesar US$

220 - 270 per ton (FOB). Merujuk kepada perkembangan harga mattress fiber

produksi Srilanka, terdapat kecenderungan kenaikan harga yaitu rata-rata sebesar

3 persen per tahun.

Kecenderungan permintaan dunia terhadap serat sabut kelapa yang

meningkat, serta kontribusi Indonesia yang masih sangat kecil dalam perdagangan

dunia, serat sabut kelapa Indonesia mempunyai keunggulan komparatif

(berdasarkan potensi produksi sabut kelapa) dan mempunyai peluang yang besar.

Peluang tersebut dapat diraih dengan syarat adanya perbaikan dan pengembangan

teknologi proses sehingga menghasilkan serat yang memenuhi persyaratan

kualitas yang diinginkan pasar.

Serat sabut kelapa Indonesia dihadapkan kepada negara-negara pesaing

yang lebih maju dalam hal teknologi produksi serat sabut kelapa dari segi

persaingan, sehingga mempunyai kualitas yang lebih unggul. Persaingan tersebut

juga dihadapi oleh karena perkembangan aplikasi teknologi yang lebih maju

dalam membuat produk industri dengan bahan baku serat sabut kelapa. Negara-

negara pesaing Indonesia tersebut antara lain adalah Srilanka, India, Thailand dan

Philipina.

Jalur distribusi pemasaran serat sabut kelapa dengan melihat uraian di atas

dapat digambarkan seperti pada skema rantai pasokandi bawah ini. Jalur distribusi

ini juga cukup singkat. Jalur distribusi serat sabut kelapa dari unit pengolahan

serat sabut di sentra produksi kelapa hampir lebih dari 95% didistribusikan ke

pedagang pengumpul dan selanjutnya ke eksportir. Serat sabut kelapa yang

didistribusikan untuk pasaran domestik hanya sedikit sekali. Konsumen untuk

pasar domestik ini merupakan konsumen perusahaan besar.

Biaya pada struktur rantai pasokan ini dipengaruhi oleh biaya transportasi

dan sistem pengangkutan. Sistem pengangkutan yang tepat dan hemat akan dapat

memperkecil biaya dalam rantai pasokan ini. Semakin panjang jalur pemasaran

akan semakin memperkecil margin keuntungan di tingkat produsen. Keuntungan

yang diperoleh oleh petani juga semakin kecil apabila tidak terlibat langsung

dalam kegiatan pemasokan sabut kelapa. Namun, sabut kelapa ini jelas tidak dapat

dipasok hanya dari petani saja namun juga dari pengumpul. Secara umum jalur

84

Page 12: 4.4. Analisis Rantai Pasokan Kelapa

distribusi pemasaran serat sabut merupakan jalur yang cukup singkat. Jalur ini

terjadi karena petani dapat langsung turut andil dalam kegiatan pengolahan dan

sekaligus memasarkan ke konsumen lokal, domestik atau eksportir. Besarnya

penerimaan harga serat sabut sangat tergantung pada panjangnya jalur distribusi

rantai pasokan. Semakin pendek jalur distribusi maka semakin tinggi penerimaan

harga yang diperoleh petani, demikian sebaliknya.

Gambar 19 Skema Rantai Pasokan Sabut Kelapa (Hasil Olahan Data Primer)

Struktur Jaringan Rantai Pasokan Pengolahan Tempurung Kelapa

Struktur jaringan rantai pasokan tempurung kelapa menunjukkan bahwa

bahan baku tempurung kelapa dapat diperoleh dari berbagai wilayah. Pedagang

pengumpul dapat ditemui dari pelosok Banyuwangi sampai ke ujung selatan

Pandeglang. Hal ini disebabkan terdapat limbah tempurung yang siap untuk

diolah langsung menjadi bahan baku arang tempurung. Petani kelapa menjual

kelapa dalam bentuk butiran dengan atau tanpa sabut kelapa. Limbah tempurung

85

Pedagang pasar tradisional

Pedagang eceran

Pengumpul

Konsumen domestik

Eksportir

Pengolah Serat sabut

Pengumpul Sabut Kelapa

Unit Pengolah Minyak kelapa

Page 13: 4.4. Analisis Rantai Pasokan Kelapa

akan terbawa di pasar-pasar kota dan ada yang menampung limbah tempurung di

lokasi-lokasi tersebut.

Struktur jaringan rantai pasokan menunjukkan bahwa bahan baku

tempurung diperoleh dari berbagai wilayah terutama dari pengumpul tempurung

di pasar-pasar tradisional dan juga dari petani pengolah minyak kelapa ataupun

petani pengolah kopra. Bahan baku tempurung ini juga diperoleh dari pedagang

antar pulau yang melakukan distribusi pasokan bahan baku tempurung.

Kontribusi harga tempurung semakin meningkat karena transportasi tempurung ke

lokasi tanur pengarangan yang semakin jauh.

Gambar 20 Skema Rantai Pasokan Tempurung Kelapa (Hasil Olahan Data

Primer)

Jalur distribusi pemasaran arang tempurung kelapa dengan melihat uraian

di atas dapat digambarkan seperti pada skema rantai pasokan di atas. Jalur

distribusi ini juga cukup singkat. Jalur distribusi arang tempurung dari unit

pengolahan arang tempurung di sentra produksi kelapa hampir lebih dari 85%

didistribusikan ke pedagang pengumpul dan selanjutnya ke eksportir. Arang

86

Pengumpul Pedagang pasar tradisional

Pedagang eceran

Konsumen domestik

Eksportir

Pengolah Arang Tempurung

Pengumpul Tempurung Kelapa

Unit Pengolah Minyak kelapa

Page 14: 4.4. Analisis Rantai Pasokan Kelapa

tempurung kelapa yang didistribusikan untuk pasaran domestik hanya sedikit

sekali. Konsumen untuk pasar domestik ini merupakan konsumen di pasar-pasar

tradisional. Arang tempurung yang dipasarkan di pasar tradisional ini juga

merupakan arang tempurung dengan kualitas yang kurang bagus dibandingkan

dengan arang tempurung yang dipasarkan ke pedagang pengumpul dan

selanjutnya ke perusahaan-perusahaan kosmetika, farmasi maupun eksportir luar

negeri.

Biaya pada struktur rantai pasokan ini dipengaruhi oleh biaya transportasi

dan sistem pengangkutan. Sistem pengangkutan yang tepat dan hemat akan dapat

memperkecil biaya dalam rantai pasokan ini. Semakin panjang jalur pemasaran

akan semakin memperkecil margin keuntungan di tingkat produsen. Keuntungan

yang diperoleh oleh petani juga semakin kecil apabila tidak terlibat langsung

dalam kegiatan pemasokan arang tempurung. Namun, arang tempurung kelapa ini

jelas tidak dapat dipasok hanya dari petani saja mengingat jumlah yang diperlukan

cukup banyak, namun juga dari pengumpul. Secara umum jalur distribusi

pemasaran arang tempurung merupakan jalur yang cukup singkat. Jalur ini terjadi

karena petani dapat ikut serta dalam kegiatan pengolahan dan sekaligus

memasarkan ke konsumen lokal, domestik atau eksportir. Besarnya penerimaan

harga arang tempurung juga sangat tergantung pada panjangnya jalur distribusi

rantai pasokan. Semakin pendek jalur distribusi maka semakin tinggi penerimaan

harga yang diperoleh petani, demikian sebaliknya.

87