manajemen rantai pasokan

41
Manajemen Rantai Pasokan/ SCM Manajemen Rantai Pasokan atau disebut Supply Chain Management merupakan pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari para supplier, ke kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi sampai kepada konsumen. Istilah supply chain management pertama kali dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982. Supply chain adalah jaringan fisiknya, yakni perusahaan–perusahaan yang terlibat dalam memasok bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir, supply chain management adalah metode, alat, atau pendekatan pengelolaannya. Definisi Supply Chain Management juga diberikan oleh James A. dan Mona J. Fitzsimmons, yang menyatakan bahwa supply chain management adalah sebuah sistem pendekatan total untuk mengantarkan produk ke konsumen akhir dengan menggunakan teknologi informasi untuk mengkoordinasikan semua elemen supply chain dari mulai pemasok ke pengecer, lalu mencapai tingkat berikutnya yang merupakan keunggulan kompetitif yang tidak tersedia di sistem logistik tradisional. Sedangkan definisi Supply Chain Management menurut Chase, Aquilano, Jacobs adalah sistem untuk menerapkan pendekatan secara total untuk mengelola seluruh aliran informasi, bahan, dan jasa dari bahan

Upload: firman-sayogi

Post on 01-Jan-2016

44 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Manajemen Rantai Pasokan

Manajemen Rantai Pasokan/ SCM

        Manajemen Rantai Pasokan atau disebut Supply Chain Management

merupakan pengelolaan rantai siklus yang lengkap mulai bahan mentah dari

para supplier, ke kegiatan operasional di perusahaan, berlanjut ke distribusi

sampai kepada konsumen. Istilah supply chain management pertama kali

dikemukakan oleh Oliver dan Weber pada tahun 1982. Supply chain adalah

jaringan fisiknya, yakni perusahaan–perusahaan yang terlibat dalam memasok

bahan baku, memproduksi barang, maupun mengirimkannya ke pemakai akhir,

supply chain management adalah metode, alat, atau pendekatan

pengelolaannya. Definisi Supply Chain Management juga diberikan oleh James

A. dan Mona J. Fitzsimmons, yang menyatakan bahwa supply chain

management adalah sebuah sistem pendekatan total untuk mengantarkan

produk ke konsumen akhir dengan menggunakan teknologi informasi untuk

mengkoordinasikan semua elemen supply chain dari mulai pemasok ke

pengecer, lalu mencapai tingkat berikutnya yang merupakan keunggulan

kompetitif yang tidak tersedia di sistem logistik tradisional. Sedangkan definisi

Supply Chain Management menurut Chase, Aquilano, Jacobs adalah sistem

untuk menerapkan pendekatan secara total untuk mengelola seluruh aliran

informasi, bahan, dan jasa dari bahan baku melalui pabrik dan gudang ke

konsumen akhir. Oleh Robert J. Vokurka, Gail M. Zank dan Carl M. Lund III

supply chain management didefinisikan sebagai, “all the activities involved in

delivering a product from raw material through the customer including sourcing

raw material and parts, manufacturing and assembly, warehousing and

inventory tracking, order entry and order management, distribution across all

channels, delivery to the customer, and the information system necessary to

monitor all of the activities” . Stevenson mendefinisikan supply chain

management sebagai suatu koordinasi strategis dari rantai pasokan dengan

tujuan untuk mengintegrasikan manajemen penawaran dan permintaan. Russell

dan Taylor mendefinisikan bahwa supply chain management adalah mengelola

arus informasi, produk dan pelayanan di seluruh jaringan baik itu pelanggan,

Page 2: Manajemen Rantai Pasokan

perusahaan hingga pemasok .

        Dengan demikian, berdasarkan berbagai definisi supply chain management

sebagaimana telah disampaikan, dapat ditarik hal umum bahwa supply chain

management adalah semua kegiatan yang terkait dengan aliran material, informasi

dan uang di sepanjang supply chain. Lebih jauh cakupan supply chain management

akan meliputi hal-hal berikut:

Bagian Cakupan kegiatan antara lain

Pengembangan

produk

Melakukan riset pasar, merancang produk baru,

melibatkan supplier dalam perancangan produk baru

Pengadaan Memilih supplier, mengavaluasi kinerja supplier,

melakukan pembelian bahan baku dan komponen,

memonitor supply risk, membina dan memelihara

hubungan dengan supplier

Perencanaan &

Pengendalian

Demand planning, peramalan permintaan, perencanaan

kapasitas, perancanaan produksi dan persediaan

Operasi /

Produksi

Eksekusi produksi, pengendalian kualitas

Pengiriman /

Distribusi

Perencanaan jaringan distribusi, penjadwalan

pengiriman, mencari dan memelihara hubungan

dengan perusahaan jasa pengiriman,

memonitor service level di tiap pusat distribusi

Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)

Hal penting yang menjadi dasar pemikiran pada konsep ini adalah focus pada

pengurangan kesia-siaan dan mengoptimalkan nilai pada rantai pasokan yang

berkaitan.  Dengan demikian Manajemen Rantai Pasokan atau Supply Chain

Management dapat didefinisikan sebagai  pengelolaan berbagai kegiatan dalam

rangka memperoleh bahan mentah, dilanjutkan kegiatan transformasi sehingga

Page 3: Manajemen Rantai Pasokan

menjadi produk dalam proses, kemudian menjadi produk jadi dan diteruskan

dengan pengiriman kepada konsumen melalui sistim distribusi. Kegiatan-

kegiatan yang dilakukan mencakup pembelian secara tradisional dan berbagai

kegiatan penting lainnya yang berhubungan dengan supplier dan distributor.

Supply Chain Management  meliputi penetapan: 

Pengangkutan.

pembayaran secara tunai atau kredit (proses transfer)

supplier

distributor dan pihak yang membantu transaksi seperti Bank

Hutang maupun piutang

Pergudangan

Pemenuhan pesanan

Informasi mengenai ramalan permintaan, produksi maupun

pengendalian persediaan.

Komponen Supply Chain Management

Komponen dari supply chain management menurut Turban (2004) terdiri dari

tiga komponen utama yaitu:

1. Upstream Supply Chain

Bagian upstream (hulu) supply chain meliputi aktivitas dari suatu perusahaan

manufacturing dengan para penyalurnya (yang mana dapat manufacturers,

assemblers, atau kedua-duanya) dan koneksi mereka kepada para penyalur

mereka (para penyalur second-tier). Hubungan para penyalur dapat diperluas

kepada beberapa strata, semua jalan dari asal material (contohnya bijih

tambang, pertumbuhan tanaman). Di dalam upstream supply chain, aktivitas

Page 4: Manajemen Rantai Pasokan

yang utama adalah pengadaan.

2. Internal Supply Chain

Bagian dari internal supply chain meliputi semua proses inhouse yang

digunakan dalam mentransformasikan masukan dari para penyalur ke dalam

keluaran organisasi itu. Hal ini meluas dari waktu masukan ke dalam

organisasi. Di dalam internal supply chain, perhatian yang utama adalah

manajemen produksi, pabrikasi dan pengendalian persediaan.

3. Downstream supply chain

Downstream (hilir) supply chain meliputi semua aktivitas yang melibatkan

pengiriman produk kepada pelanggan akhir. Di dalam downstream supply

chain, perhatian diarahkan pada distribusi, pergudangan transportasi dan after-

sale service.

Strategi Rantai Pasokan 

 

Terdapat lima strategi yang dapat dipilih perusahaan untuk melakukan

pembelian kepada supplier yaitu adalah sebagai berikut: 

 

1.  Banyak Pemasok (Many Supplier) 

Strategi ini memainkan antara pemasok yang satu dengan pemasok yang

lainnya dan membebankan pemasok untuk memenuhi permintaan pembeli. Para

pemasok saling bersaing secara agresif. Meskipun banyak pendekatan negosiasi

yang digunakan dalam strategi ini, tetapi hubungan jangka panjang bukan

menjadi tujuan. Dalam pendekatan ini, tanggung jawab dibebankan pada

pemasok untuk mempertahankan teknologi, keahlian, kemampuan ramalan,

biaya, kualitas dan pengiriman. 

 

2.  Sedikit Pemasok (Few Supplier) 

Dalam strategi ini, perusahaan mengadakan hubungan jangka panjang dengan

Page 5: Manajemen Rantai Pasokan

para pemasok yang komit. Karena dengan cara ini, pemasok cenderung lebih

memahami sasaran-sasaran luas dari perusahaan dan konsumen akhir.

Penggunaan hanya beberapa pemasok dapat menciptakan nilai

denganmemungkinkan pemasok mempunyai skala ekonomis dan kurva belajar

yang menghasilkan biaya transaksi dan biaya produksi yang lebih rendah. 

Dengan sedikit pemasok maka biaya mengganti partner besar, sehingga

pemasok dan pembeli menghadapi resiko akan menjadi tawanan yang lainnya.

Kinerja pemasok yang buruk merupakan salah satu resiko yang dihadapi

pembeli sehingga pembeli harus memperhatikan rahasia-rahasia dagang

pemasok yang berbisnis di luar bisnis bersama. 

3.  Vertical Integration 

Artinya pengembangan kemampuan memproduksi barang atau jasa yang

sebelumnya dibeli, atau dengan benar-benar membeli pemasok atau distributor.

Integrasi vertical dapat berupa: 

Integrasi ke belakang (Backward Integration) berarti

penguasaan kepada sumber daya, misalnya Perusahaan

Mobil mengakuisisi Pabrik  Baja. 

Integrasi kedepan (Forward Integration) berarti penguasaan

kepada     konsumennya, misalnya Perusahaan Mobil

mengakuisisi Dealer yang    semula sebagai distributornya. 

4.  Kairetsu Network. 

Kebanyakan perusahaan manufaktur mengambil jalan tengah antara membeli

dari sedikit pemasok dan integrasi vertical dengan cara misalnya mendukung

secara financial pemasok melalui kepemilikan atau pinjaman.  Pemasok

kemudian menjadi bagian dari koalisi perusahaan yang lebih dikenal dengan

kairetsu. Keanggotaannya dalam hubungan jangka panjang oleh sebab itu

diharapkan dapat berfungsi sebagai mitra, menularkan keahlian tehnis dan

kualitas produksi yang stabil kepada perusahaan manufaktur.  Para anggota

kairetsu dapat beroperasi sebagai subkontraktor rantai dari pemasok yang lebih

Page 6: Manajemen Rantai Pasokan

kecil. 

 

5.  Perusahaan Maya (Virtual Company) 

Perusahan Maya mengandalkan berbagai hubungan pemasok untuk

memberikan pelayanan pada saat diperlukan. Perusahaan maya mempunyai

batasan organisasi yang tidak tetap dan bergerak sehingga memungkinkan

terciptanya perusahaan yang unik agar dapat memenuhi permintaan pasar yang

cenderung berubah. Hubungan yang terbentuk dapat memberikan pelayanan

jasa diantaranya meliputi pembayaran gaji, pengangkatan karyawan, disain

produk atau distribusinya. Hubungan bisa bersifat jangka pendek maupun

jangka panjang, mitra sejati atau kolaborasi, pemasok atau subkontraktor.

Apapun bentuk hubungannya diharapkan akan menghasilkan kinerja kelas

dunia yang ramping.  Keuntungan yang bisa diperoleh diantaranya adalah:

keahlian manajemen yang terspesialisasi, investasi modal yang renadh,

fleksibilitas dan kecepatan. Hasil yang diharapkan adalah efisiensi. 

Tujuan Strategis Supply Chain Management

        Rantai pasokan bagaikan darah dari setiap organisasi bisnis karena

menghubungkan pemasok, produsen, dan pelanggan akhir di jaringan yang

sangat penting untuk penciptaan dan pengiriman barang dan jasa. Dalam

mengelola rantai pasokan memerlukan suatu proses yaitu, proses perencanaan,

pelaksanaan, dan pengendalian operasi rantai pasokan. Tujuan manajemen

rantai pasokan adalah dengan menyelaraskan permintaan dan penawaran

seefektif dan seefisien mungkin. Masalah-masalah utama dalam rantai pasokan

terkait dengan (Stevenson, 2009):

1.    Menentukan tingkat outsourcing yang tepat

2.    Mengelola pembelian / pengadaan suatu barang

3.    Mengelola pemasok

Page 7: Manajemen Rantai Pasokan

4.    Mengelola hubungan terhadap pelanggan

5.    Mengidentifikasi masalah dan merespon masalah dengan cepat

6.    Mengelola risiko

Sedangkan menurut I Nyoman Pujawan, supply chain memiliki tujuan strategis

yang perlu dicapai untuk membuat supply chain menang atau setidaknya

bertahan dalam persaingan. Untuk bisa memenangkan persaingan pasar maka

supply chain harus bisa menyediakan produk yang,

1.    Murah

2.    Berkualitas

3.    Tepat waktu

4.    Bervariasi

Menurut Hitt, Ireland dan Hoskisson (2001), semua tindakan yang diambil oleh

perusahaan ini dimaksudkan untuk membantu perusahaan mencapai daya saing

strategisnya dan menghasilkan laba di atas rata-rata. Daya saing strategis

dicapai ketika sebuah perusahaan berhasil memformulasikan dan menerapkan

strategi penciptaan nilai. Ketika perusahaan mengimplementasikan suatu

strategi yang tidak dapat ditiru oleh perusahaan lain atau terlalu mahal untuk

menirunya, perusahaan ini memiliki keunggulan persaingan bertahan atau dapat

bertahan (sustained atau sustainable competitive advantage, selanjutnya disebut

sebagai keunggulan persaingan). Setelah perusahaan mendapatkan daya saing

strategis dan sukses mengeksploitasi keunggulan persaingannya, suatu

perusahaan mampu mencapai tujuan utamanya: mendapatkan laba diatas rata-

rata, yaitu kelebihan penghasilan yang diharapkan oleh seorang investor dari

investasi.

Proses Supply Chain Management

Page 8: Manajemen Rantai Pasokan

        Proses supply chain management adalah proses saat produk masih

berbahan mentah, produk setengah jadi dan produk jadi diperoleh, diubah dan

dijual melalui berbagai fasilitas yang terhubung oleh rantai sepanjang arus

produk dan material. Bila digambarkan dalam bentuk bagan akan nampak

sebagaio berikut:

Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)

        Bagan di atas menunjukkan bahwa supply chain management adalah

koordinasi dari material, informasi dan arus keuangan diantara perusahaan yang

berpartisipasi.

Arus material melibatkan arus produk fisik dari pemasok sampai

konsumen melalui rantai, sama baiknya dengan arus balik dari retur

produk, layanan, daur ulang dan pembuangan

Arus informasi meliputi ramalan permintaan, transmisi pesanan dan

laporan status pesanan

Arus keuangan meliputi informasi kartu kredit, syarat-syarat kredit,

jadwal pembayaran, penetapan kepemilikan dan pengiriman

        Salah satu faktor kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan

menciptakan alur informasi yang bergerak secara mudah dan akurat diantara

jaringan atau mata rantai tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan

efisien yang menghasilkan kepuasan maksimal pada para pelanggan (Indrajit

dan Djokopranoto, 2003). Dengan tercapainya koordinasi dari rantai supply

Page 9: Manajemen Rantai Pasokan

perusahaan, maka tiap channel dari rantai supply perusahaan tidak akan

mengalami kekurangan barang juga tidak kelebihan barang terlalu banyak.

Model Supply Chain Management

        Indrajit dan Djokopranoto (2002) menjelaskan mengenai pelaku utama

yang mempunyai kepentingan didalam arus barang dapat dikembangkan suatu

model supply chain, yaitu suatu gambaran plastis mengenai hubungan mata

rantai dari pelaku-pelaku tersebut yang dapat berbentuk seperti mata rantai yang

terhubung satu dengan yang lain. Supplier’s suppliers telah dimasukkan untuk

menunjukan hubungan yang lengkap dari sejumlah perusahaan atau organisasi

yang bersama-sama mengumpulkan atau mencari, mengubah, dan

mendistribusikan barang dan jasa kepada pelanggan terakhir. Salah satu faktor

kunci untuk mengoptimalkan supply chain adalah dengan menciptakan alur

informasi yang bergerak secara mudah dan akurat antara jaringan atau mata

rantai tersebut dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang

menghasilkan kepuasan maksimal. Secara ringkas dapat digambarkan sebagai

berikut:

Sumber: Indrajit dan Djokopranoto (2002)

Sedangkan menurut James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006), bentuk fisik

dari suatu barang dalam supply chain dapat dilihat sebagai tahapan jaringan

nilai tambah bahan pengolahan yang masing-masing didefinisikan dengan

pasokan input, transformasi material dan output permintaan. Berikut diberikan

Page 10: Manajemen Rantai Pasokan

bagan Supply chain untuk produk barang

Sumber: James A. dan Mona J. Fitzsimmons (2006)

Supplier, manufacturing, distribution, retailing, dan recycling/remanufacturing

yang terhubung dengan tanda panah menggambarkan aliran material dengan

saham persediaan antara tiap tahap. Pengiriman informasi ke arah yang

berlawanan ditampilkan sebagai garis putus-putus dan termasuk kegiatan yang

dilakukan oleh supplier, proses desain produk, dan layanan pelanggan. Tahap

pada manufacturing mewakili operasi tradisional yang dimana bahan baku tiba

dari pemasok eksternal; material berubah dalam beberapa cara untuk menambah

nilai, menciptakan persediaan barang jadi. Tahap pada bagian hilir lainnya

seperti distribusi dan ritel juga menambah suatu nilai terhadap material.

Tantangan Dalam Mengelola Supply Chain Management

Menurut I Nyoman Pujawan (2005), terdapat tantangan yang harus dihadapi

dalam mengelola suppy chain, yaitu:

1. Kompleksitas struktur supply chain

Melibatkan banyak pihak dengan kepentingan yang berbeda-beda

Perbedaan bahasa, zona waktu dan budaya antar perusahaan

2. Ketidakpastiaan

Page 11: Manajemen Rantai Pasokan

Ketidakpastian permintaan

Ketidakpastian pasokan: lead time pengiriman, harga dan kualitas bahan

baku, dll.

Ketidakpastian internal: kerusakan mesin, kinerja mesin yang tidak

sempurna, ketidakpastian kualitas produksi dll.

Gambaran mengenai ketidak pastian dalam supply chain adalah sebagai berikut:

Sumber: I Nyoman Pujawan (2005)

Untuk menghadapi masalah ketidakpastian pemesanan dalam rantai pasokan

atau bullwhip effect, diperlukan sharing informasi di sepanjang rantai pasokan,

optimalisasi tingkat persediaan, penciptaan tim rantai pasokan, pengukuran

kinerja rantai pasokan, maupun membangun koordinasi dan kolaborasi di antara

mitra bisnis sehingga proses pengiriman produk dari pemasok ke perusahaan

dan ke konsumen dapat berjalan lancar dan memungkinkan perusahaan untuk

mencapai biaya persediaan yang rendah. Sedangkan menurut James A. dan

Mona J. Fitzsimmons (2006), tantangan dalam supply chain management

adalah untuk menyeimbangkan kebutuhan pengiriman pelanggan secara tepat

dengan mendorong biaya produksi dan biaya persediaan. Pemodelan rantai

supply chain management memungkinkan manajer untuk mengevaluasi pilihan

yang akan memberikan peningkatan terbesar dalam kepuasan pelanggan dengan

biaya yang terjangkau.

Page 12: Manajemen Rantai Pasokan

Mengukur Performa Supply Chain Management

Dikatakan oleh Schroeder bahwa mengukur performa supply chain adalah

langkah pertama menuju perbaikan. Sebuah tahapan awal yang perlu ditetapkan

dan ditentukan untuk dapat mencapai tujuan perbaikan tersebut. Schroeder

mengemukakan bahwa pada umumnya ada lima poin penting yang dapat diukur

dalam performa supply chain management, yaitu (Shcroeder, 2007):

1. Pengiriman

Mengacu pada ketepatan waktu pengiriman: persentase pesanan dikirimkan

secara lengkap dan tidak melewati pada tanggal yang diminta oleh pelanggan. 

2. Kualitas

Ukuran langsung dari kualitas adalah kepuasan pelanggan dan dapat diukur

melalui beberapa cara. Salah satunya, dapat diukur terhadap apa yang

pelanggan harapkan. Pengukuran ini erat kaitannya dengan loyalitas pelanggan.

3. Waktu

Waktu pengisian total dapat dihitung langsung dari tingkat persediaan. Jika kita

mengasumsikan ada tingkat penggunaan konstan dari persediaan, maka waktu

dalam persediaan hanya tingkat persediaan dibagi dengan tingkat penggunaan.

4. Fleksibilitas

Fleksibilitas adalah waktu yang dibutuhkan untuk mengubah volume atau

bauran produk dengan persentase tertentu atau jumlah.

5. Biaya

Ada dua cara untuk mengukur biaya. Pertama, perusahaan dapat mengukur total

biaya pengiriman, termasuk manufacture, distribusi, biaya persediaan tercatat,

dan biaya rekening membawa piutang.

Penggerak Supply Chain

Supply chain memiliki penggerak yang sangat berpengaruh terhadap performa

Page 13: Manajemen Rantai Pasokan

supply chain itu sendiri. Menurut Chopra dan Meindl (2004) penggerak supply

chain adalah sebagai berikut:

1. Inventory

Adalah semua bahan mentah, dalam proses dan barang-barang yang telah

diselesaikan. Inventory merupakan salah satu penggerak supply chain yang

penting karena perubahan kebijakan inventory dapat mengubah secara drastis

tingkat responsivitas dan efisiensi supply chain. Komponen dari keputusan

mengenai inventory adalah (Chopra dan Meindl, 2004):

a. Cycle inventory

Cycle inventory adalah jumlah rata-rata dari inventory yang digunakan untuk

memenuhi permintaan dalam suatu waktu. Misalnya dalam sebulan

memerlukan 10 buah truk bahan baku, perusahaan bisa saja memesan 10 truk

bahan baku dalam sekali pesan atau bisa memesan 1 truk bahan baku yang

dipesan tiap 3 hari. Ini tergantung dari strategi supply chain apa yang mereka

terapkan (responsif atau efisiensi) dengan memperhitungkan ordering cost

(biaya pesan) dan holding cost (biaya penyimpanan).

b. Safety Inventory

Safety inventory adalah inventory yang dibuat untuk berjaga-jaga terhadap

perkiraan akan kelebihan permintaan. Ini digunakan untuk mengatasi

ketidakpastian atas permintaan yang tinggi.

c. Seasonal Inventory

Seasonal inventory adalah inventory yang dibuat untuk mengatasi keragaman

yang dapat diprediksi dalam permintaan. Perusahaan yang menggunakan

seasonal inventory akan membangun persediaan mereka pada periode

permintaan barang rendah dan menyimpannya untuk periode permintaan barang

menjadi tinggi, dimana pada saat permintaan tinggi mereka tidak dapat

memproduksi semua barang untuk memenuhi permintaan.

2. Transportation

Transportasi adalah memindahkan persediaan dari titik ke titik dalam supply

Page 14: Manajemen Rantai Pasokan

chain. Transportasi terdiri atas banyak kombinasi dari model dan bentuk yang

memiliki keunggulan masing-masing. Pemilihan transportasi juga mempunyai

dampak besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain. Komponen

dari keputusan mengenai transportasi menurut Chopra dan Meindl (2004)

adalah sebagai berikut :

a. Modes of transportation

Modes of transportation adalah cara-cara dimana sebuah produk dipindahkan

dari saru lokasi dalam jaringan supply chain ke tempat lainnya. Terdapat 5 cara

dasar transportasi yang dapat dipilih yaitu:

Pesawat Udara. Udara merupakan cara transportasi yang paling

cepat, tetapi memiliki biaya yang mahal.

Truk . Truk adalah cara yang relatif cepat dan murah dengan

fleksibilitas tinggi.

Kereta. Kereta cara yang mudah yang digunakan untuk jumlah

barang yang besar.

Kapal laut. Kapal cara yang paling lambat tetapi sering menjadi

pilihan yang paling ekonomis untuk pengiriman dalam jumlah yang

besar ke luar negeri.

Pipa saluran. Pipa saluran biasanya digunakan untuk menyalurkan

minyak dan gas.

b. Route and network selection

Route adalah jalur jalan dimana sebuah produk dikirimkan dan network adalah

sebuah kumpulan lokasi dan rute kemana produk dapat dikirimkan. Perusahaan

membuat beberapa keputusan mengenai rute pada tahap desain supply chain.

c. In house or outsource

Secara tradisional, banyak fungsi transportasi dilakukan oleh perusahaan

sendiri, namun pada saat ini banyak yang telah dilimpahkan ke perusahaan lain

(outsourced).

Page 15: Manajemen Rantai Pasokan

3. Fasilitas

Fasilitas adalah tempat-tempat dalam jaringan supply chain dimana inventory

disimpan, dirakit, atau diproduksi. Dua jenis umum dari fasilitas adalah tempat

produksi dan tempat penyimpanan. Bila perusahaan memilih tingkat efisiensi

tinggi, maka memiliki lebih sedikit gudang. Jadi penentuan fasilitas mempunyai

dampak yang besar dalam tingkat responsifitas dan efisiensi supply chain.

Komponen dari keputusan mengenai fasilitas menurut Chopra dan Meindl

(2004, p55-56) adalah sebagai berikut :

a. Location

Penentuan keputusan dimana suatu perusahaan menentukan lokasi fasilitasnya

merupakan bagian yang sangat besar dalam langkah desain supply chain.

Penentuan lokasi secara ekonomis, sedangkan penentuan lokasi secara

desentralisasi akan menjadi lebih responsif dalam permintaan konsumen.

b. Capacity

Perusahaan juga harus menentukan seberapa kapasitas dari fasilitas yang

dimiliki oleh perusahaan tersebut. Sejumlah besar kapasitas akan menjadikan

perusahaan tersebut menjadi lebih responsif, demikian pula sebaliknya.

c. Operation methodology

Disini digambarkan bagaimana metode perusahaan dalam memproduksi barang,

apakah mesin yang dipakai untuk membuat produk itu bersifat fleksibel

maksudnya adalah mesin tersebut juga dapat pula digunakan untuk membuat

produk lain yang biasanya mesin itu relatif mahal atau menggunakan mesin

yang dapat membuat satu macam produk saja (efisien).

d. Warehouse methodology

Stock Keeping Unit (SKU) Storage. Gudang tradisional yang

menyimpan segala macam produk dalam suatu tempat.

Job Lot Storage. Yaitu suatu metode penyimpanan persediaan dimana

semua produk-produk yang berbeda dibutuhkan untuk suatu pekerjaan

khusus atau memuaskan konsumen tipe khusus, disimpan bersama-sama.

Page 16: Manajemen Rantai Pasokan

Crossdocking. Yaitu sebuah metode, dimana barang sebenarnya tidak

disimpan dalam fasilitas (gudang) perusahaan. Truk dari pemasok barang,

tiap-tiap hari truk tersebut membawa jenis-jenis yang berbeda dari barang

yang dipesan diangkut menuju fasilitas perusahan, kemudian dari sana

dipecah menjadi bagian-bagian kecil dan dengan cepat diangkut ke

retailer menggunakan truk-truk yang berisi barang-barang yang beragam

dari truk-truk sebelumnya.

4. Information

Informasi terdiri dari data dan analisis yang berkaitan dengan inventory,

transportasi, fasilitas dan pelanggan diseluruh supply chain. Informasi

menyajikan pihak manajemen kesempatan untuk membuat supply chain lebih

responsif dan efisien. Informasi secara potensial adalah penggerak terbesar

performa supply chain. Komponen dari keputusan mengenai informasi adalah

(Chopra dan Meindl, 2004):

a. Push versus Pull

Sistem push biasanya menggunakan MRP untuk jadwal produksi, jadwal

kepada pemasoknya untuk menentukan kapan, jenis dan banyak barang yang

dikirimkan ke perusahaan, sedangkan tipe pull menggunakan informasi atas

permintaan aktual konsumen, sehingga perusahaan dapat dengan tepat

memenuhi permintaan tersebut.

b. Cordinating and Information sharing

Koordinasi dari supply chain terjadi ketika semua tingkatan dari supply chain

bekerja menuju tujuan yang memaksimalkan keuntungan total supply chain

dibandingkan dengan bekerja sendiri-sendiri. Kekurangan koordinasi

berpengaruh pada kerugian yang besar atau keuntungan supply chain. Ini bisa

dilakukan dengan pertukaran data antara tiap-tiap bagian dalam supply chain itu

sendiri.

c. Forecasting and Aggregate Planning

Peramalan adalah ilmu pengetahuan dan seni untuk membuat rencana mengenai

kebutuhan masa depan dan kondisinya. Peramalan digunakan dalam

Page 17: Manajemen Rantai Pasokan

pengambilan keputusan. Setelah menciptakan peramalan, maka perusahaan

mengubah menjadi rencana aktivitas untuk memenuhi permintaan yang telah

diperhitungkan.

d. Enabling Technologies

Untuk mencapai komunikasi yang terintregasi dalam supply chain, maka

terdapat teknologi-teknologi yang digunakan yaitu:

Electronic Data Interchange (EDI). EDI memungkinkan

perusahaan menjadi lebih efisien, juga menurunkan waktu yang

dibutuhkan produk untuk sampai ke konsumen, transaksi menjadi

lebih akurat dan lebih cepat dibandingkan tanpa EDI.

Internet. Internet sendiri mendukung penggunaan EDI. Dengan

internet maka akan menjadi sebuah faktor penting dalam supply

chain.

Entreprise Resources Planning (ERP). Sistem ERP ini

menyediakan pelacakan transaksi dan kemampuan melihat secara

keseluruhan atas informasi dari tiap-tiap bagian perusahaan dan

memungkinkan supply chain membuat keputusan yang ‘cerdas’.

Supply Chain Management (SCM) Software. Yaitu program yang

menyediakan dukungan terhadap analisis keputusan dalam

penambahan kemampuan melihat secara keseluruhan terhadap

informasi.

Keterkaitan Manajemen Rantai Pasokan dengan Strategi Bisnis 

Bagaimana keputusan mengenai rantai pasokan berdampak pada strategi

akan ditunjukkan pada table berikut:

  Strategi biaya

rendah

Strategi respon Strategi

diferensiasi

Page 18: Manajemen Rantai Pasokan

 

Tujuan

pemasok

Penuhi

permintaan

dengan biaya

serendah

mungkin

Tanggapi perubahan

kebutuhan/permintaaan

dengan cepat untuk

memin terjadinya

persedian habis

Penelitian

pangsa pasar,

bersama-sama

mengembangkan

produk dan

pilihan

Kriteria

pemilihan

utama

 

Pilih terutama

karena biaya

Pilih terutama karena

kapasitas, kecepatan

dan fleksibilitas

Pilih trtm krn

ketrampilan

pengembangan

produk

Karakteritik

proses

Mempertahankan

utilitas rata-rata

yang tinggi

Menanam modal pada

kapasitas berlebih dan

proses yang fleksibel

Proses moduler

yang menuju

mass

customization

Karakteristik

Persediaan

Meminimalkan

persedian di

seluruh rantai

untuk menekan

biaya

Kembangkan sistem

yang cept tanggap,

dengan persedian

cadangan untuk

memastikan pasokan

Mmin

persediaan

dalam rantai

untuk

menghindari

produk menjadi

usang

Karakteristik

Lead Time

Memendekkan

lead time

sepanjang tidak

meningkatkn

biaya

Menanamkan investasi

secara agresif untuk

mngurangi lead time

produksi

Menanamkan

investasi secara

agresif untuk

mengurangi lead

time

pengembangan

Karakteristik

desain

Maksimalkan

kinerja dan

Menggunakan desain

produk yang

Menggunakan

desain modular

Page 19: Manajemen Rantai Pasokan

produk minimisasi biaya mendorong waktu set

up yang rendah dan

produksi massal

untuk menunda

differensiasi

produk selama

mungkin.

Supply Chain Economics 

        Pedagang besar maupun eceran membeli semua yang akan dijual, tetapi

tidak demikian halnya untuk perusahaan manufaktur, karena banyak input yang

diperlukan perusahaan untuk menghasilkan output. Oleh karena itu agar

operasional berjalan secara efektif dan efisien maka adakalanya dihadapkan

pada keputusan untuk membuat atau membeli serta konsep Outsourcing 

1. Keputusan Membuat atau Membeli 

 

 Adapun berbagai pertimbangan yang ada dalam keputusan tersebut 

diantaranya dijabarkan pada tabel berikut:

   Alasan Membuat  Alasan Membeli

 1 Biaya produksi yang lebih rendah Biaya perolehan lebih rendah

 2 Pemasok kurang cocok. Menjaga komitmen pemasok

 3 Memastikan pemasok yang memadai 

dan manajemen

Mendapatkan keahlian tehnis

 4 Pemanfaatan tenaga kerja berlebih  Kapasitas tidak memadai

 5  Memperoleh kualitas yang diinginkan  Mengurangi biaya persediaan

 6  Menghilangkan kolusi pemasok  Memastikan ada sumber daya

alternatif

Page 20: Manajemen Rantai Pasokan

 7  Memperoleh item yang unik  Kapasitas di perusahaan tidak

mendukung

 8  Mempertahankan bakat yang ada  Pertukaran informasi

 9  Menjaga rancangan dan kualitas yang

memadai 

 Item terlindungi karena hak paten

 10  Mempertahankan dan meningkatkan

ukuran perusahaan

 Membebaskan manajemen

menangani bisnis utama

Sumber : Heizer (2004; 417) 

Hal-hal tersebut di atas dalam konsep pengambilan keputusan taktis yang

dikemukakan oleh Hansen Mowel menjadi bagian dari tahap pertimbangan

kualitatif dalam pengambilan keputusan taktis

2. Outsourcing 

Adalah memindahkan aktifitas perusahaan yang dimiliki dalam konsep

tradisional kepada supplier eksternal. Outsourcing merupakan tren yang

kontinyu yang mengarah pada efisiensi melalui konsep spesialisasi sehingga

perusahaan dapat berkonsentrasi pada core competencies yang dimiliki. Dengan

outsourcing tidak ada tangible product  dan transfer. Perusahaan kontraktor

biasanya menyediakan sumber daya yang dibutuhkan untuk menyempurnakan

aktifitasnya. Sumber daya ditransfer ke perusahaan pemasok yang meliputi:

fasilitas, orang dan peralatan. Pada saat sekarang, banyak perusahaan

melakukan outsourcing berbagai keperluan diantaranya: teknologi informasi,

pekerjaan akuntansi, fungsi hokum dan juga produk-produk perakitan.

Sebaliknya banyak perusahaan yang bergerak dibidang Teknologi informasi

maupun Prosesing data menyediakan outsourcing bagi berbagai jenis

perusahaan yang memerlukannya. 

Page 21: Manajemen Rantai Pasokan

Integrasi Rantai Pasokan 

 

        Ada tiga isu yang terkait dengan pengembangan efisiensi, integrasi rantai

pasokan yaitu: 

a. Local Optimization 

Anggota rantai pasokan akan memfokuskan pada maksimisasi keuntungan local

atau minimisasai biaya yang didasarkan pada pengetahuan yang terbatas. 

b. Incentives 

Insentif mendorong munculnya perdagangan didalam rantai penjualan yang

sebelumnya tidak terjadi. Hal ini menimbulkan fluktuasi yang pada akhirnya

menjadikan kemahalan bagi semua anggota. Wujud insentif berupa insentif

penjualan, potongan kuantitas, kuota dan  promosi. 

c. Large lots 

Dalam hal ini seringkali terjadi bias yang mengarah pada large lots karena

cenderung mengurangi biaya per unit. Disatu sisi jika pengiriman dalam jumlah

yang banyak misalnya ukuran truk penuh akan mengurangi biaya per unit,

tetapi tidak merefleksikan nilai penjualan sebenarnya.  

        Ketiga isu tersebut biasanya memberikan kontribusi munculnya distorsi

informasi tentang apa yang sebenarnya terjadi dalam rantai pasokan. Oleh

karena itu diperlukan sistem yang didasarkan pada informasi yang akurat

tentang berapa banyak produk yang benar-benar ditarik melalui rantai pasokan.

Ketidakakuratan informasi bukan kesengajaan, tetapi menimbulkan distorsi dan

fluktuasi dalam rantai pasokan dan menyebabkan apa yang diketahui sebagai

bullwish effect. Bullwish effect adalah fluktuasi kenaikan dalam order yang

sering terjadi sebagai order yang bergerak melalui rantai pasokan yang

mengakibatkan kenaikan biaya seperti inventory, transportasi, pengiriman dan

penerimaan.  

 

        Sebagai manajer yang mengarah pada integrasi rantai pasokan, efisiensi

Page 22: Manajemen Rantai Pasokan

menjadi suatu substansi yang memungkinkan. Siklus material yang berasal dari

pemasok, ke produksi, ke pergudangan, ke distribusi, ke konsumen, merupakan

penempatan yang berbeda-beda dan seringkali berhubungan dengan organisasi

yang independen. Oleh karena itu agar semuanya dapat berhasil dimulai dengan

memperhatikan tiga hal yaitu:

1. Mutual Aggrement on Goal, 

suatu integrasi rantai pasokan mensyaratkan lebih dari kesepakatan dalam

kontrak hubungan jual beli, tetapi patner harus diapresiasikan tidak hanya

dalam uang tetapi pada rantai pasokan sampai dengan konsumen akhir. Hal  ini

dapat terwujud apabila adanya pengertian tentang misi, strategi, dan tujuan dari

organisasi yang berpartisipasi. Integrasi rantai pasokan adalah sesuatu yang

menambah nilai tambah ekonomi dan memaksimalkan total konten produk.

 

2. Trust, 

merupakan hal kritis bagi efektifitas dan efisiensi rantai pasokan. Anggota dari

rantai pasokan harus masuk kedalam hubungan yang membagi informasi dalam

rangka membangun kepercayaan. Hubungan diantara pemasok akan lebih

sekses jika resiko dan penghematan biaya dibagi dan aktifitas seperti riset

konsumen, analisa penjualan, peramalan, perencanaan produksi merupakan

aktifitas bersama. 

3. Compatible Organizational Cultures, 

budaya organisasi yang setara akan menjadikan hubungan yang positif  diantara

pembelian dan penawaran apabila hal tersebut terjadi, dan akan menjadi

keunggulan riel dalam pembuatan rantai pasokan.  

Berikut beberapa hal yang perlu diperhatikan dapat mengelola rantai pasokan

secara efektif yaitu: 

a. Accurate data, 

Untuk dapat meningkatkan akurasi data maka yang dapat dilakukan adalah

Page 23: Manajemen Rantai Pasokan

dengan melalui sharing: 1) POS (Point Of Sales) informasi, sehingga tiap

anggota rantai dapat  menjadwalkan secara efektif. 2) CAO (Computer-Assisted

Ordering). Dengan menggunakan keduanya maka pengumpulan data dan

kemudian menyesuaikan dengan:  factor pasar, persediaan, order yang ada, serta

mengirimkannya kepada supplier yang bertanggung jawab menjaga persediaan

barang akhir. 

b. Lot Size Reduction, 

ini dilakukan oleh manajemen yang agresif dengan cara: 1) Mengembangkan

pengiriman yang ekonomis . 2) Memberikan diskon yang didasarkan total

volume tahunan   daripada ukuran pengiriman individual. 3) Mengurangi biaya

order melalui teknik order yang ada dan variasi bentuk pembelian elektronik. 

c. Singe Stage Control of Replenishment, 

Supervisor bertanggung jawab secara tetap untuk memonitor dan mengelola

inventory untuk pengecer. Pendekatan ini mengarah pada distorsi informasi dan

peramalan multiple yang menciptakan bullwhip effect. 

d. Vendor Managed Inventory, 

Persediaan dikelola Vendor yang artinya supplier menjaga material bagi

pembeli, seringkali mengirimkan langsung ke pembeli menggunakan

departemen. 

e. Postponement, 

yaitu menunda modifikasi atau customization produk selama mungkin dalam

proses produksi. 

f. Channel Assembly, 

yaitu menunda perakitan akhir suatu produk sehingga jalur distribusi dapat

dipasang. 

Page 24: Manajemen Rantai Pasokan

g.  Drop Shipping and Special Packaging,  

Drop Shipping berarti pengiriman langsung dari supplier ke konsumen akhir

berarti hemat waktu dan biaya pengiriman kembali. Selain itu biasanya disertai

pengemasan yang khusus sesuai kebutuhan konsumen. 

h. Blanket Order, 

merupakan komitmen pembelian jangka panjang kepada supplier untuk item

yang dapat dikirim dalam jangka pendek, artinya ordernya kosong, diisi sesuai

kebutuhan saja. 

i. Standardization, 

yaitu pengurangan jumlah variasi material dan komponen sebagai bantuan

mengurangi biaya. 

j.  EDI (Electronic Data Interchange) 

merupakan standardisasi format transmisi data untuk komunikasi komputerisasi

diantara organisasi. Perluasan EDI adalah ASN (Advanced Shipping Notice)

yang mana notis pengiriman dikirim secara langsung dari vendor ke pembeli. 

k. Pemilihan Vendor 

Suatu perusahaan mungkin memiliki kemampuan di semua bidang manajemen,

walaupun demikian fungsi operasi memerlukan adanya hubungan dengan

vendor yang sempurna. Agar hubungan tersebut efektif maka perlu dilakukan

tiga proses yaitu: 

1.  Evaluasi Penjual 

Tahap ini mencakup kegiatan pencarian penjual potensial dan penentuan

kemungkinan penjual tersebut menjadi pemasok yang baik. Penilaian dilakukan

dengan mempertimbangkan berbagai variabel atau factor yang

dipertimbangakan untuk memilih penjual, yang mana tiap variabel diberi bobot

Page 25: Manajemen Rantai Pasokan

tergantung pada kebutuhan organisasi. Kemudian menentukan beberapa

alternative untuk diberi penilaian , setelah dianalisa maka bisa menentukan

mana yang dipilih. 

 

2.  Pengembangan Penjual 

Apabila perusahaan sudah memastikan akan menggunakan jasa penjual tertentu,

maka cara agar pemasok dapat diintegrasikan ke dalam system yang berlaku

adalah dengan memastikan bahwa penjual menghargai kebutuhan akan mutu,

dan kebijakan perolehan bahan baku. Pengembangan dimulai dari pelatihan

sampai membantu rekayasa dan produksi juga format transfer informasi

elektronik.  

 

3.   Negosiasi 

Strategi Negosiasi terdiri dari tiga jenis yaitu: 1) Model harga berdasarkan

biaya (Cost Based price model), yang mengharuskan  pemasok terbuka kepada

pembeli. 2) Model berdasarkan harga pasar (market Based price model), harga

didasarkan pada publikasi atau indeks. 3) Perebutan tender (competitive

bidding),terjadi pada kasus dimana pemasok tidak bersedia membahas biaya

dan tidak ada pasar yang mendekati sempurna. 

 

4. Internet Purchasing 

Kadang-kadang disebut sebagai e-procurement yaitu order dilakukan melalui

komunikasi atau menyetujui catalog vendor yang didapat melalui internet untuk

digunakan oleh karyawan dari perusahaan di bagian pembelian. 

l. Pembelian - Purchasing

Strategi pembelian yang efektif merupakan hal yang strategis dalam konsep

Supply Chain Management, bagaimanapun pembelian memberikan peluang

besar pengurangan biaya dan peningkatan marjin kontribusi, karena porsi

terbesar dari pendapatan digunakan untuk melakukan pembelian. Kebutuhan

Page 26: Manajemen Rantai Pasokan

akan strategi pembelian dan penerapan strategi itu mengarah pada pembentukan

fungsi pembelian. 

 

1. Tujuan Fungsi Pembelian

Pembelian berarti perolehan barang dan jasa, tujuan kegiatan pembelian

adalah: 

Membantu mengidentifisikasi produk barang dan jasa yang

dapat  diperoleh   secara eksternal.

Mengembangkan, mengevaluasi dan menentukan supplier,

harga dan pengiriman yang terbaik bagi produk barang dan

jasa tersebut. 

 2. Fokus Pembelian

Pembelian terjadi di lingkungan operasi produk barang maupun jasa.  

Dalam lingkungan operasi produk barang,

Fungsi pembelian biasanya dikelola oleh agen pembelian yang secara formal

memegang wewenagn untuk melaksanakan kontrak atas nama perusahaan. Di

perusahaan besar, agen pembelian ini dapat juga merupakan staf yang juga

pembeli dan ekspenditur. Pembeli mewakili perusahaan yang bersangkutan,

menjalankan semua kegiatan departemen pembelian kecuali penanda tanganan

kontrak. Ekspenditur membantu pembeli dalam menindaklanjuti pembelian

agar dapat dipastikan bahwa pengiriman tepat waktu.  Di perusahaan

manufaktur,  Fungsi pembelian didukung engineering drawing dan spesifikasi

dari produk- produk yang dibuat, dokumen-dokumen pengendalian mutu, dan

kegiatan-kegiatan pengujian yang    mengevaluasi ietm yang dibeli. 

Dalam lingkungan jasa,

Peranan pembelian agak tidak begitu penting karena produk utamanya

merupakan produk intelektual, contoh yang dapat dikemukakan misalnya di

organisasi hukum maupun kesehatan, item utama yang diperoleh adalah

Page 27: Manajemen Rantai Pasokan

fasilitas kantor, perabotan dan peralatan, mobil serta perlengkapan. 

        Pada waktu perusahaan sudah masuk dalam pasar global, maka perluasan

rantai pasokan yang dimiliki menjadi suatu tantangan strategis. Agar supaya

rencana strategi tentang manajemen rantai pasokan menjadi sukses, maka

beberapa karakteristik kapabilitas yang harus dimiliki antara lain: 1) Fleksibel

dalam arti cukup reaktif terhadap perubahan yang ada baik dari ketrersediaan

komponen, distribusi, jalur pengiriman, aturan impor dan nilai tukar. 2) Dapat

menggunakan teknologi mutahir untuk menjadwal dan mengelola pengiriman

komponen dan produk akhir.  3)Menetapkan staff yang mempunyai keahlian

secara local mengenai cara menyikapi peraturan, perdagangan, pengangkutan,

penanganan konsumen dan  isu politik. (Hendra Poerwanto G)

Sangat berterimakasih bila bersedia mencantumkan alamat link halaman

ini sebagai sumber