pedoman operasional manajemen rantai pasokan...pedoman operasional manajemen rantai pasokan 03 1....

36
Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan Juni 2019 Pedoman tentang manajemen rantai pasokan yang efektif untuk membantu memastikan kepatuhan terhadap komitmen, termasuk melalui penilaian risiko, ketertelusuran, identifikasi ketidakpatuhan pemasok, dan implementasi rencana untuk mendorong pemasok kepada kepatuhan Accountability Framework = Kerangka Akuntabilitas

Upload: others

Post on 27-Oct-2020

19 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

Page 1: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

1

Pedoman OperasionalManajemen Rantai Pasokan

Juni 2019

Pedoman tentang manajemen rantai pasokan yang efektif untuk membantu memastikan kepatuhan terhadap komitmen, termasuk melalui penilaian risiko, ketertelusuran, identifikasi ketidakpatuhan pemasok, dan implementasi rencana untuk mendorong pemasok kepada kepatuhan

Accountability Framework = Kerangka Akuntabilitas

Page 2: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

© 2019 Accountability Framework initiative. Hak cipta dilindungi oleh undang-undang.

DISKLAIMER: Produk kerja ini dimaksudkan sebagai imbauan saja dan bukan sebagai opini atau nasihat hukum tentang persoalan yang ditangani. Pembaca disarankan untuk melibatkan penasihat hukum sejauh yang diperlukan.

Accountability Framework dibuat melalui proses konsultasi dengan berbagai pemangku kepentingan termasuk perusahaan, LSM, dan pemerintah, serta mengikuti praktik-praktik yang baik dan berlaku untuk inisiatif multi pihak.

Dokumen ini adalah bagian dari Accountability Framework versi 1.0 (dirilis pada Juni 2019), yang mewakili konsensus anggota Kelompok Pengarah Accountability Framework initiative (AFi) yang berpartisipasi dalam pengembangannya:

Untuk informasi lebih lanjut tentang AFi dan proses pengembangan Framework, silakan kunjungi www.accountability-framework.org

AFi didanai oleh:

Tim utama AFi (sekretariat) dipimpin bersama oleh Rainforest Alliance dan Meridian Institute.

Pakar independent

Inisiatif Kerangka Akuntabilitas bertanggung jawab atas isi dokumen ini, yang mungkin tidak mewakili pandangan para penyandang dana AFi.

Page 3: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

i

Daftar Isi

Tujuan & ringkasan 01

1. Sistem manajemen pemasok 03

2. Pemetaan rantai pasokan dan ketertelusuran 09

3. Penilaian risiko 12

4. Mengelola ketidakpatuhan pemasok 16

4.1 Mengidentifikasi ketidakpatuhan pemasok 17

4.2 Mengatasi ketidakpatuhan pemasok 18

5. Terlibat dengan pemasok yang tidak patuh 27

5.1 Rencana implementasi pemasok 28

5.2 Rencana pelibatan pemasok oleh pembeli 29

6. Peran pembeli untuk mendorong praktik bertanggung jawab dalam pembangunan lokasi 30

Page 5: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

01Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan

Tujuan & ringkasanPedoman Operasional ini menguraikan Prinsip Inti 4, 5, dan 6 untuk memberikan pedoman kepada pembeli (pada setiap tahap rantai pasokan) tentang pendekatan manajemen rantai pasokan yang efektif guna membantu memenuhi komitmen perusahaan terkait deforestasi, konversi ekosistem, dan hak asasi manusia.

Perusahaan bertanggung jawab memastikan seluruh basis pasokan mereka mematuhi komitmen perusahaan, termasuk pasokan dari operasional mereka sendiri dan yang dibeli dari entitas lain. Pedoman Operasional ini berfokus pada pembelian perusahaan dari entitas lain, menangani proses dimana pembeli dapat mengidentifikasi asal usul bahan yang mereka beli, menilai risiko, mengidentifikasi kejadian-kejadian ketidakpatuhan pemasok dengan komitmen perusahaan, dan secara konstruktif melibatkan pemasok dalam proses perbaikan menuju kepatuhan penuh terhadap komitmen.

Pedoman ini dimaksudkan untuk digunakan oleh semua pembeli dalam rantai pasokan, termasuk pengolah dan pedagang yang membeli langsung dari produsen, serta pedagang dan perusahaan hilir yang membeli bahan baku, olahan, atau produk jadi pada berbagai tahap rantai pasokan. Perusahaan yang bekerja untuk memenuhi komitmen terkait bahan yang dihasilkan sendiri juga dapat memanfaatkan bagian-bagian tertentu dari Pedoman Operasional ini.

Topik-topik yang dibahas adalah:

1) Pengembangan sistem manajemen pemasok yang menetapkan kebijakan, prosedur, ekspektasi pemasok, dan strategi pelibatan pemasok di tingkat perusahaan pembeli komoditas atau rantai pasokannya.

2) Pemetaan rantai pasokan dan ketertelusuran untuk mengidentifikasi pelaku rantai pasokan dan asal-usul pasokan.

3) Penilaian terhadap risiko lingkungan, sosial, dan hukum yang terdapat pada asal usul pasokan—termasuk risiko bahwa komitmen perusahaan tidak terpenuhi—dan memprioritaskan kegiatan pelibatan pemasok di area yang tidak diidentifikasi sebagai risiko rendah.

Page 6: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

02 Accountability Framework

4) Pelibatan pemasok yang tidak patuh ketika risiko lingkungan dan sosial serta dampak negatif dan/atau ketidakpatuhan terhadap komitmen perusahaan terdeteksi; hal ini juga termasuk pengembangan rencana implementasi pemasok untuk mengatasi masalah tersebut.

5) Tindakan pembeli untuk mendorong praktik yang bertanggung jawab dalam pembangunan lokasi.

Pedoman Operasional ini juga menguraikan bagaimana proses ini saling berhubungan satu sama lain dan juga dengan fungsi monitoring dan verifikasi, sebagai bagian dari pendekatan progresif dan terkadang berulang untuk penilaian, implementasi, peningkatan, dan pembelajaran.

Manajemen rantai pasokan yang efektif dapat memperoleh banyak manfaat dari kolaborasi pra-kompetitif di antara perusahaan-perusahaan yang melakukan pembelian dan pengadaan dari wilayah atau kelompok pemasok yang sama, misalnya, dengan berbagi informasi terkait penilaian risiko dan ketidakpatuhan pemasok dan dengan bekerja sama dalam kegiatan pengembangan kapasitas yang mendukung kepatuhan pemasok. Pendekatan kolaboratif ini dijelaskan lebih rinci dalam Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi.

Page 7: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

03Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan

1. Sistem manajemen pemasok

Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem manajemen pemasok1 untuk semua rantai pasokan yang tercakup dalam komitmen rantai pasokan etis, jika tidak maka cenderung terpengaruh risiko lingkungan atau sosial. Hal ini berkaitan dengan semua pembeli—pengolah, pedagang, dan pembeli hilir—baik yang membeli dari produsen utama, perantara, atau pun dari perusahaan hilir.

Sistem manajemen pemasok menetapkan kebijakan dan prosedur operasional perusahaan itu sendiri serta harapan dan strategi keterlibatannya terhadap pemasok di seluruh rantai pasokan. Tujuan dari sistem ini adalah untuk menyelaraskan strategi pembelian danpengadaan dengan komitmen rantai pasokan, agar secara proaktif meminimalkan terjadinya ketidakpatuhan, dan untuk mengatasi ketidakpatuhan secara sistematis, efisien, dan diprioritaskan. Fitur dan karakteristik utama dari sistem manajemen pemasok oleh pembeli seharusnya mencakup:

y Kebijakan pembelian dan pengadaan yang berfungsi untuk menjalankan komitmen rantai pasokan etis perusahaan. Pada intinya, kebijakan ini harus menetapkan persyaratan atau parameter mengenai pemasok yang melakukan bisnis dengan perusahaanserta pertimbangan yang menentukan kapan perusahaan dapat atau harus menambah, menunda, mengecualikan, atau menyesuaikan syarat pembelian dengan pemasok atau calon pemasok yang ada saat ini. Kebijakan seharusnya dapat mengatasi risiko sosial dan lingkungan dalam rantai pasokan perusahaan secara memadai dan sebaiknya mencerminkan tingkat pengaruh perusahaan terhadap pemasoknya, serta masalah lain yang relevan dengan rantai pasokan dan konteks bisnis perusahaan. Kebijakan seperti itu seharusnya juga mempertimbangkan hukum yang berlaku serta harapan terkait inisiatif sektoral atau wilayah geografis, tempat mereka terlibat.

+ Perusahaan harus berkomunikasi dengan jelas kepada pemasoknya bahwa hanya akan menerima bahan yang diproduksi sesuai kebijakan pembelian dan pengadaan perusahaan. Ketika pembelian diatur oleh kontrak, maka umumnya persyaratan kebijakan pembelian dan pengadaan disarankan untuk dimasukkan dalam klausa kontrak.

1 Sistem manajemen pemasok juga dikenal sebagai (atau dapat menggabungkan) sistem manajemen mutu, sistem jaminan kualitas, sistem manajemen risiko, rencana pengadaan berkelanjutan, sistem kontrol pembelian, dan istilah serupa lainnya. Sistem manajemen pemasok dapat dikembangkan di tingkat perusahaan atau untuk rantai pasokan komoditas tertentu, asal usul pembelian dan pengadaan, atau unit bisnis.

Page 8: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

04 Accountability Framework

+ Perusahaan didorong menggunakan pengaruhnya dalam memberi insentif serta mendukung pemasok hulu agar mengembangkan sistem implementasi yang setara dan kuat, yang berlaku untuk seluruh ruang lingkup bisnis mereka.

y Target-target yang terkait dengan kepatuhan rantai pasokan terhadap komitmen perusahaan, yang spesifik untuk tiap komoditas dan wilayah geografis, bersifat kuantitatif serta dapat dimonitor dan diverifikasi secara objektif. Hal ini seharusnya berasal dari keseluruhan target terikat waktu perusahaan (lihat Prinsip Inti 3.2) dan dapat mencakup tolok ukur terikat waktu sementara di wilayah geografis dan rantai pasokan tertentu untuk memudahkan pemantauan kemajuan (lihat Kotak 1 untuk contoh target dan tolok ukur).

y Strategi dan metodologi untuk menilai risiko rantai pasokan, jika perusahaan menggunakan penilaian risiko untuk mengidentifikasi dan memprioritaskan intervensi. Penilaian risiko sebaiknya mengikuti praktik yang baik untuk kredibilitas, transparansi, dan karakterisasi risiko yang akurat (lihat Bagian 3 di bawah).

y Strategi dan prosedur untuk memastikan bahwa pemasok langsung telah mematuhi komitmen.

y Strategi dan prosedur untuk memastikan bahwa pemasok tidak langsung telah mematuhi komitmen perusahaan (lihat Kotak 2 di bawah).

y Prosedur untuk melibatkan pemasok dalam situasi dengan risiko lingkungan dan sosial, dampak negatif, dan/atau ketidakpatuhan yang perlu ditangani. Prosedur ini termasuk protokol untuk mengelola ketidakpatuhan pemasok (lihat Bagian 4), dan protokol rencana implementasi pemasok (lihat Bagian 5) untuk menyelesaikan ketidakpatuhan secara cepat.

y Strategi untuk memastikan bahwa ketika pemasok langsung atau tidak langsung mengambil tindakan untuk memperoleh, mengembangkan, atau memperluas operasional produksi atau pengolahan, kegiatan baru tersebut tidak akan berjalan tanpa proses uji tuntas, perencanaan, atau konsultasi pemangku kepentingan yang efektif, dan bahwa rencana serta kegiatan yang dihasilkan tersebut sepenuhnya mematuhi komitmen pembeli. Hal ini akan membantu meminimalkan kebutuhan di masa mendatang untuk mengatasi ketidakpatuhan yang terjadi pada saat pembangunan lokasi (lihat Bagian 6, serta Pedoman Operasional Prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan dan Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Setempat untuk uraian lebih lanjut).

y Mekanisme pengaduan yang memungkinkan penyampaian keluhan terkait manajemen rantai pasokan dan operasional pemasok serta mencakup prosedur untuk perbaikan apabila diperlukan.

Page 9: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

05Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan

y Persyaratan bagi pemasok untuk melaporkan kepatuhannya pada (atau kemajuan terhadap) kebijakan pembelian dan pengadaan yang etis serta komitmen rantai pasokan dari pembeli. Hal ini dapat disampaikan melalui komunikasi perusahaan kepada pemasok, ketentuan kontrak dan subkontrak, pelatihan, atau cara lainnya.

y Kegiatan yang membangun dan memperkuat kapasitas pemasok untuk menerapkan komitmen rantai pasokan secara efektif, seperti program pelatihan, pertukaran rekanan, dan dukungan ketika tindakan perbaikan diperlukan. Hal ini sangat relevan untuk perusahaan yang memelihara hubungan pembelian jangka panjang dan berulang dengan pemasoknya. Dukungan sebaiknya memprioritaskan pelibatan petani kecil dan pihak lain yang memerlukan lebih banyak bantuan (untuk penjabaran lebih lanjut lihat Pedoman Operasional Penyertaan Petani Kecil dalam Rantai Pasokan yang Etis).

y Sistem dan praktik untuk monitoring dan verifikasi tindakan kontrol, sistem manajemen, dan kinerja pemasok relatif terhadap komitmen pembeli (termasuk bagaimana ketidakpatuhan akan ditangani).

+ Klausul kontrak pemasok sebaiknya digunakan untuk membantu memastikan bahwa monitoring dan verifikasi dilaksanakan dengan tepat oleh pemasok hulu—pada akhirnya mencapai tingkat basis pasokan—dan bahwa perusahaan memiliki hak untuk memeriksa kepatuhan (baik itu sendiri atau melalui kontraktor atau pihak ketiga) yang diperlukan untuk tujuan jaminan. Verifikasi tersebut termasuk akses ke informasi tentang lokasi unit produksi (misalnya, lahan pertanian, perkebunan, atau batas konsesi dan koordinat fasilitas pengolahan) serta termasuk sumber data lain yang diperlukan untuk menentukan kepatuhan.

y Pembentukan tanggung jawab tingkat manajemen senior untuk menerapkan kebijakan pembelian dan pengadaan perusahaan dan elemen lainnya dari sistem manajemen pemasok untuk membantu mencapai komitmen rantai pasokan perusahaan.

Page 10: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

06 Accountability Framework

KoTaK 1. Contoh target dan tolok ukur untuk memenuhi komitmen

Target terikat waktu untuk mencapai setiap komitmen (per komoditas dan wilayah geografis pembelian dan pengadaan)

Pada Desember 2019: y 100% minyak sawit yang berasal dari Malaysia akan bebas deforestasi

y Mekanisme pengaduan dan rencana perbaikan akan diberlakukan untuk 100% kayu yang berasal dari Republik Demokratik Kongo (DRC)

Tolok ukur sementara (kemajuan) yang harus dicapai relatif untuk setiap target

Pada Desember 2017: y 100% minyak sawit yang berasal dari Malaysia akan dapat dilacak ke

perkebunan, dengan peta area produksi, dan 70% dari minyak sawit ini akan diverifikasi sebagai bebas deforestasi

y Mekanisme pengaduan akan diterapkan untuk 80% kayu yang berasal dari DRC

Lihat Pedoman Operasional Tanggal Batas Akhir untuk contoh tambahan tentang target dan tentang bagaimana hal ini terkait dengan tanggal batas akhir.

Informasi tentang elemen sebelumnya dari sistem manajemen pemasok harus tersedia untuk membantu mendukung penilaian kepatuhan dan transparansi. Terutama:

y Informasi tentang elemen-elemen utama dari sistem perlu diungkapkan kepada publik mengikuti Pedoman Operasional Pelaporan, Pengungkapan Informasi, dan Klaim.

y Jika pemasok menjual produk kepada pembeli yang mengandalkan manajemen dan sistem kontrol pemasok untuk menilai dan memastikan kepatuhan, maka informasi tentang sistem manajemen pemasok perlu tersedia untuk pembeli dan auditor guna menilai kecukupan sistem untuk mencapai tujuan.

Page 11: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

07Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan

KoTaK 2. Mekanisme kontrol pemasok: perangkat utama untuk meneruskan komitmen perusahaan ke dalam rantai pasokan

Perusahaan hilir—khususnya mereka yang memiliki rantai pasokan yang melibatkan pemasok tidak langsung serta visibilitas yang terbatas ke tingkat basis pasokan—menghadapi tantangan dalam memastikan bahwa semua pembelian dan pengadaan sesuai dengan komitmen. Untungnya, pentingnya masalah ini telah mengilhami pengembangan berbagai perangkat dan strategi, yang banyak di antaranya khusus untuk konteks wilayah geografis dan komoditas tertentu. Pada tingkatan global, strategi inti melibatkan penilaian sistem manajemen (atau kontrol) pemasok oleh masing-masing pelaku dalam rantai pasokan, di mana:

y Pembeli menilai sistem kontrol dari pemasok langsung untuk memastikan kapasitas sistemnya dalam menjamin kepatuhan di tingkat basis pasokan atau di tingkat pemasok hulu berikutnya (yaitu, pemasok tidak langsung). Bagian 2.3 dari Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi menguraikan karakteristik utama dari sistem kontrol pemasok yang efektif.

y Pemasok langsung memonitor kinerja lingkungan dan sosial serta hasil di tingkat basis pasokan (lihat Bagian 1.1 dari Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi) atau menilai sistem kontrol pemasoknya. Proses yang mengalir ke hulu ini terus berlanjut sampai penilaian di tingkat basis pasokan dimungkinkan.

y Jika pemasok langsung dan/atau pemasok tidak langsung tidak memiliki mekanisme kontrol atau pemantauan yang efektif di tingkat basis pasokan, maka pembeli tidak dapat diyakinkan bahwa rantai pasokannya telah mematuhi komitmen.

Dengan menggunakan pendekatan ini, perusahaan hilir bekerja sama dengan pemasok langsungnya untuk mendorong komitmen, pemantauan, dan mendorong kegiatan pelibatan pemasok di tingkat hulu ke semua pemasok tidak langsung dan spot market.

Page 12: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

08 Accountability Framework

Jika memungkinkan, perusahaan sebaiknya terlibat dengan pemasoknya secara aktif untuk mendukung pemenuhan komitmen (atau untuk menetapkan komitmen yang sesuai pada seluruh bisnis pemasok, sesuai Accountability Framework, apabila pemasok belum melakukannya). Dukungan tersebut dapat mencakup bantuan teknis atau insentif seperti dukungan pembiayaan terkait peningkatan kinerja, sharing cost untuk kegiatan tertentu, akses pasar, peningkatan volume pembelian, kontrak jangka panjang, dan pengurangan persyaratan monitoring dan verifikasi (M&V) berdasarkan kinerja.

Perusahaan juga didorong untuk berkolaborasi dengan perusahaan lain dan/atau dengan berbagai pemangku kepentingan serta upaya sektoral untuk mempercepat kemajuan pemasok (khususnya pemasok tidak langsung) dalam menetapkan komitmen yang ketat serta mengambil langkah-langkah efektif untuk memenuhinya.

Page 13: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

09Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan

2. Pemetaan rantai pasokan dan ketertelusuran

Seperti yang dinyatakan dalam Prinsip Inti 5, asal-usul bahan dalam rantai pasokan diharapkan dapat diketahui atau dikendalikan sampai batas yang memadai untuk memastikan bahwa asal usul bahan unit produksi dan pengolahan telah mematuhi komitmen, atau untuk menentukan tingkat dan sifat permasalahan yang harus diselesaikan. Kegiatan pemetaan rantai pasokan dan ketertelusuran dapat membantu memenuhi persyaratan ini (lihat Kotak 3).

KoTaK 3. Apa yang dimaksud dengan pemetaan rantai pasokan dan ketertelusuran?

Pemetaan rantai pasokan dan ketertelusuran adalah istilah yang saling berkaitan yang sering menyebabkan kebingungan dalam interpretasi dan penggunaannya. Definisi Accountability Framework mencerminkan makna paling umum dari istilah-istilah tersebut dalam konteks rantai pasokan soft commodity serta kepatuhan lingkungan dan sosial. Secara lebih spesifik:

y Pemetaan rantai pasokan adalah proses identifikasi para pelaku dalam rantai pasokan perusahaan dan hubungan di antara mereka.

y Ketertelusuran adalah kemampuan untuk menelusuri suatu produk atau komponennya melalui tahapan-tahapan rantai pasokan (misalnya, tahap produksi, pengolahan, manufaktur, dan distribusi).

Istilah-istilah ini dapat dibandingkan dan diterapkan sebagai berikut:

y Pemetaan rantai pasokan berkaitan dengan pelaku rantai pasokan (contohnya, pemasok dan perantara) sementara ketertelusuran berkaitan dengan kumpulan (batch) bahan-bahan.

Page 14: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

10 Accountability Framework

y Pemetaan rantai pasokan dan ketertelusuran dapat dilakukan untuk berbagai jangkauan dan tingkatan granularitas. Misalnya, pemetaan rantai pasokan mulanya dapat dilakukan pada pemasok tingkat pertama (langsung) dan kemudian ke pemasok tingkat kedua dan ketiga untuk mendapatkan informasi yang semakin komprehensif tentang jaringan pemasok perusahaan. Demikian pula, produk dapat ditelusuri kembali ke pemasok langsung atau tidak langsung yang ada (misalnya, penyulingan, pedagang, kelompok tani, atau pertanian individu) atau ke suatu wilayah (misalnya, negara, provinsi, atau kota).

y Pemetaan rantai pasokan dan ketertelusuran dapat memainkan peran penting dalam menilai dan mengelola kepatuhan. Pemetaan rantai pasokan dapat mencakup informasi atribut tentang pemasok yang berguna untuk menilai risiko dan kepatuhan, seperti lokasi pemasok, karakteristik tenaga kerja, sertifikasi yang dimiliki, tanggal dan hasil audit, dan status rencana perbaikan. Ketertelusuran menghubungkan volume produk ke pemasok tertentu sehingga dapat membantu perusahaan untuk melampirkan data atribut ini ke volume produk.

y Pemetaan rantai pasokan dan ketertelusuran dapat saling melengkapi, dan ketertelusuran menyeluruh hingga ke asal usul pasokan tidak selalu diperlukan untuk menunjukkan kepatuhan atau pengelolaan ketidakpatuhan yang memadai. Oleh karena itu, perusahaan disarankan untuk menentukan tujuan dan ruang lingkup kegiatan ini yang akan diperlukan untuk menunjukkan kepatuhan rantai pasokan tertentu secara memadai. Perusahaan juga sebaiknya mengidentifikasi perangkat dan proses yang akan digunakan untuk memetakan rantai pasokan dan mencapai ketertelusuran (contohnya, sertifikasi, layanan pemetaan rantai pasokan komersial, blockchain, dll.).

Ketertelusuran tidak harus disamakan dengan transparansi. Beberapa perusahaan menggunakan transparansi sebagai sinonim untuk pemetaan rantai pasokan—untuk merujuk pada informasi tentang jaringan pemasok perusahaan. Transparansi juga digunakan untuk merujuk pada pembagian atau pengungkapan informasi tentang bisnis, kebijakan, kegiatan, risiko, kinerja, dampak, atau atribut-atribut terkait lainnya dari perusahaan.

Page 15: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

11Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan

Untuk memenuhi persyaratan yang disebutkan di atas, bahwa asal-usul bahan dalam rantai pasokan diketahui atau dikendalikan secara memadai, pembeli pada setiap tahap rantai pasokan harus membentuk tingkat ketertelusuran yang memadai melalui satu atau lebih metode berikut:

1) menelusuri kembali material ke unit produksi atau pengolahan awal;

2) menelusuri kembali material ke pemasok perantara yang memiliki mekanisme kontrol efektif untuk memastikan bahwa pasokannya ditelusuri hingga ke unit produksi atau pengolahan awal, dan dapat memberikan bukti yang cukup tentang penelusuran ini kepada pembeli;

3) menggunakan sistem penjaminan yang kredibel (contohnya, sistem sertifikasi yang kredibel) yang mampu menghubungkan pasokan bahan baku dengan unit produksi yang memiliki kepatuhan khusus atau atribut kinerja; atau

4) menelusuri material ke yurisdiksi atau bentang alam yang menunjukkan kinerja terkait masalah sosial atau lingkungan tertentu yang memad.2

Pencapaian ketertelusuran yang memadai melalui satu atau lebih metode tersebut sebaiknya diverifikasi dan dilaporkan seperti yang ditentukan dalam Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi dan Pedoman Operasional Pelaporan, Pengungkapan Informasi, dan Klaim. Untuk mendukung verifikasi dan pelaporan tersebut, perusahaan semestinya mendokumentasikan aspek-aspek berikut ini dalam sistem ketertelusurannya:

y pendekatan atau metodologi (contohnya, satu atau lebih dari empat metode sebelumnya) yang digunakan untuk ketertelusuran;

y status ketertelusuran saat ini (contohnya, keseluruhan bagian rantai pasokan yang telah ditelusuri melalui salah satu dari empat metode, dan untuk bagian rantai pasokan yang lainnya, tahap rantai pasokan di mana pasokan telah ditelusuri), dipisahkan oleh faktor-faktor yang relevan seperti asal usul pembelian dan pengadaan; dan

y analisis tantangan untuk mencapai ketertelusuran yang memadai (seperti yang diuraikan di atas) untuk seluruh rantai pasokan serta langk

Pembuktian ketertelusuran yang memadai melalui metode selain ketertelusuran penuh ke asal usul bahan baku (opsi [a], di atas) memerlukan verifikasi pihak ketiga untuk mengesahkan keefektifan mekanisme kontrol yang dipilih serta kebenaran data ketertelusuran yang dikumpulkan dan dikelola dalam mekanisme kontrol tersebut (misalnya, dalam kasus opsi [b], di atas).

2 Pedoman lebih lanjut tentang pemanfaatan sistem yurisdiksi untuk memenuhi ketertelusuran rantai pasokan dan persyaratan M&V disediakan dalam Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi, yang membahas bagaimana perusahaan dapat menggunakan pendekatan yurisdiksi untuk mengelola rantai pasokan yang bertanggung jawab.

Page 16: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

12 Accountability Framework

3. Penilaian risiko

Berdasarkan Prinsip Inti 5.1, asal-usul material dalam rantai pasokan harus dinilai ketidakpatuhan atau risiko ketidakpatuhannya terhadap komitmen perusahaan. Banyak perusahaan melakukan penilaian risiko3 untuk mengidentifikasi risiko ketidakpatuhan terhadap komitmen perusahaan (atau elemen-elemen spesifiknya) di berbagai segmen basis pasokan. Saat ini terdapat variasi yang luas tentang bagaimana penilaian risiko tersebut dilakukan dan tentang karakterisasi risiko yang dihasilkan. Bagian ini menguraikan praktik-praktik yang baik untuk penilaian risiko dalam membantu memudahkan karakterisasi risiko yang akurat (misalnya, risiko rendah, sedang, atau tinggi) dan untuk meningkatkan keterbandingan hasil penilaian di seluruh perusahaan yang melakukan pembelian dan pengadaan dari wilayah yang sama.

Penilaian risiko sebaiknya dilakukan di seluruh basis pasokan perusahaan ketika sistem manajemen yang terkait dengan komitmen perusahaan sedang dijalankan. Penilaian risiko juga sebaiknya dilakukan ketika kegiatan operasional baru sedang dijalankan atau sumber pembelian dan pengadaan atau pemasok baru sedang dipertimbangkan. Penilaian risiko sebaiknya diperbarui secara berkala untuk memastikan bahwa karakterisasi risiko selalu diperbarui.

Penilaian risiko yang dapat dipercaya perlu memiliki fitur dan karakteristik di bawah ini, sehubungan dengan ruang lingkup, metodologi, dan praktik-praktik baik lainnya:

Ruang lingkup dan disagregasi (pemilahan) penilaian risiko

y Ruang lingkup: Penilaian risiko harus mempertimbangkan semua atribut risiko yang relevan dengan komoditas, lokasi, dan pemasok yang akan dinilai. Misalnya, jika perusahaan membeli kakao dari Pantai Gading, proses penilaian risiko yang dilakukan pertama-tama harus mengidentifikasi semua risiko lingkungan dan sosial yang diketahui terkait pembelian dan pengadaan komoditas di wilayah itu. Reputasi dan tindakan di masa lalu dari para pemasok dapat menjadi indikasi perilaku saat ini atau masa depan karena hal tersebut merupakan atribut risiko.

3 Dalam konteks Accountability Framework, istilah “penilaian risiko” mengacu pada penilaian risiko ketidakpatuhan terhadap komitmen perusahaan atau hukum yang berlaku terkait ruang lingkup Accountability Framework, serta dampak negatif terhadap hak asasi manusia yang diakui secara internasional. Hal ini berbeda dari penggunaan istilah dalam konteks bisnis umum, di mana hal tersebut merujuk pada penilaian risiko keuangan dan pendorong risiko tersebut (misalnya, risiko hukum, risiko kredit, risiko reputasi, dan lain-lain). Risiko dampak sosial dan lingkungan yang merugikan, termasuk ketidakpatuhan terhadap komitmen perusahaan, dapat menjadi elemen penting dari risiko bisnis yang lebih luas.

Page 17: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

13Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan

y Disagregasi: Penilaian risiko harus spesifik untuk setiap komitmen (yaitu, area risiko sosial atau lingkungan), setiap komoditas, dan setiap wilayah geografis. Karakterisasi risiko juga harus dipilah berdasarkan faktor kontekstual lainnya yang dapat memengaruhi risiko secara signifikan (contohnya, produksi petani kecil vs produksi perkebunan besar). Misalnya, tingkat risiko deforestasi dalam konteks tertentu dapat berbeda dari tingkat risiko kerja paksa atau pelanggaran hak asasi manusia lainnya dalam konteks yang sama. Demikian pula tingkat risiko deforestasi untuk satu wilayah di suatu negara dapat berbeda dari wilayah lain, dan risiko deforestasi terkait produksi kedelai dapat berbeda dari risiko terkait pemanenan kayu di wilayah yang sama.

Metodologi dan perangkat penilaian risiko

y Pengukuran: Penilaian risiko sebaiknya mengevaluasi risiko secara objektif berdasarkan metrik pengukuran yang ditetapkan dengan jelas yang berkaitan dengan masing-masing atribut risiko tersebut di atas, mencerminkan komitmen perusahaan, serta konsisten dengan Definisi dan Prinsip-Prinsip Inti Accountability Framework. Sebagai contoh, pengukuran untuk menilai risiko deforestasi perlu mengikuti definisi deforestasi Accountability Framework, sementara pengukuran terkait risiko pelanggaran hak atas lahan perlu mempertimbangkan elemen-elemen utama yang diperlukan untuk menjamin penghormatan terhadap hak-hak tersebut, sebagaimana diuraikan dalam Prinsip Inti 2.2 dan bagian lain dari Framework ini. Pengukuran penilaian risiko dapat serupa dengan yang digunakan untuk pemantauan komitmen perusahaan di tingkat wilayah (lihat Bagian 2.2 dari Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi).

y Perangkat dan proses penilaian risiko: Metode penilaian risiko harus terpercaya, terkini, serta dapat menyediakan data lingkungan dan sosial yang diperlukan untuk karakterisasi risiko. Berbagai pendekatan penilaian risiko dapat digunakan, termasuk, misalnya:

+ Jika sudah tersedia profil risiko atau penilaian risiko yang terkini dan kredibel untuk topik dan konteks subjek, maka perusahaan didorong untuk menggunakan atau mengacu padanya.

+ Jika profil risiko untuk pembelian dan pengadaan di wilayah tertentu tidak tersedia, maka perusahaan yang melakukan pembelian dan pengadaan dari yurisdiksi yang sama didorong untuk bekerja sama secara pra-kompetitif atau bersama dengan kelompok industri atau kelompok kolektif lain guna mengembangkan serta berbagi profil risiko dan data yang menjadi dasar mereka.

Page 18: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

14 Accountability Framework

+ Jika profil risiko atau penilaian risiko baru harus dibuat, maka dapat mengacu pada sumber data yang sudah ada maupun dengan melakukan pengumpulan data baru—misalnya, data penginderaan jauh atau data geospasial lainnya tentang wilayah pembelian dan pengadaan, informasi yang dikumpulkan melalui konsultasi dengan pemegang hak dan pemangku kepentingan lainnya, serta informasi yang disediakan melalui mekanisme pengaduan terkait jenis, jumlah, dan status pengaduan.

Praktik-praktik baik lainnya

y Keterbandingan dan skala karakterisasi risiko: Risiko sebaiknya dikarakterisasi relatif terhadap unit analisis yang sebanding; misalnya, risiko deforestasi dalam yurisdiksi tertentu sebaiknya dikarakterisasikan relatif terhadap yurisdiksi lain. Risiko di tingkat lokasi sebaiknya tidak dibandingkan dengan risiko di tingkat yurisdiksi atau nasional, begitu pula sebaliknya.

y Kualifikasi penilai: Penilaian risiko perlu dilakukan oleh individu atau organisasi yang memiliki keahlian pada topik maupun konteks yang menjadi fokus penilaian serta berpengalaman melakukan penilaian risiko pada topik-topik tersebut.

y Peninjauan independen: Peninjauan independen terhadap metodologi penilaian risiko yang dipilih dan hasil penilaian risiko perlu dipertimbangkan ketika pembelian dan pengadaan berasal dari wilayah yang umumnya tidak dianggap berisiko rendah. Peninjauan yang independen sebaiknya dilakukan oleh para ahli teknis yang tidak memiliki afiliasi dengan perusahaan dan tidak mempunyai konflik kepentingan lainnya.

Penilaian risiko dapat dilakukan secara berurutan, dimulai dengan analisis pada skala besar (coarse-scale) dan dilanjutkan ke penilaian yang lebih rinci berdasarkan temuan awal jika diperlukan. Secara paralel, proses ketertelusuran semestinya juga bergerak ke arah informasi dengan skala lebih detil (yaitu, menelusuri unit pasokan yang lebih kecil, lebih dekat ke sumber) ketika penilaian risiko menunjukkan bahwa hal ini diperlukan untuk mengidentifikasi level dan sifat ketidakpatuhan. Pendekatan secara berurutan ini biasanya mengikuti dua langkah berikut, yang dapat dibagi lagi berdasarkan skala:

y Penilaian risiko skala besar (coarse-grained): screening awal (umumnya dilakukan di semua wilayah geografis dan rantai pasokan) di mana risiko ketidakpatuhan dinilai pada skala nasional atau sub-nasional berdasarkan sifat komitmen dan informasi umum tentang wilayah pembelian. Penilaian risiko skala besar berfungsi untuk membantu memprioritaskan upaya penelusuran lebih lanjut, menentukan kebutuhan untuk penilaian risiko yang lebih rinci, dan memulai tindakan lebih lanjut yang perlu dilakukan perusahaan untuk menentukan apakah pemasoknya mematuhi komitmen perusahaan dan untuk melibatkan mereka secara tepat.

Page 19: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

15Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan

+ Penilaian risiko pada tingkat ini dapat dilakukan berdasarkan pemetaan awal rantai pasokan yang mengidentifikasi asal usul bahan baku ke tingkat nasional atau sub-nasional.4 Penilaian ini sering bergantung pada metodologi desk-based yang menggunakan perangkat evaluasi risiko yang ada serta data sekunder lainnya untuk menilai asal usul pembelian dan pengadaan yang teridentifikasi dari pemetaan awal rantai pasokan. Jika penilaian menunjukkan wilayah tersebut tidak berisiko rendah, maka penelusuran dan penilaian risiko denga skala yang lebih detil perlu dilakukan.

y Penilaian risiko yang lebih rinci (fine-grained): analisis yang lebih detil dengan menggunakan data tambahan tentang wilayah pembelian dan pengadaan, serta berdasarkan data perbatasan kawasan dan lokasi pemasok yang lebih tepat, dan/atau mempertimbangkan karakteristik pemasok lain yang dapat memengaruhi tingkat risiko. Data tambahan tentang wilayah pembelian dan pengadaan dapat mencakup citra satelit dengan resolusi yang lebih detil, perangkat profil risiko yang lebih disesuaikan, wawancara dengan pemangku kepentingan dan tenaga ahli lainnya, serta teknik-teknik di lapangan. Penilaian risiko pada tingkat ini mungkin perlu peninjauan yang lebih dari sebatas metode desk-based.

Catatan tentang karakterisasi risiko dalam konteks Accountability Framework:

Jenis-jenis komitmen rantai pasokan yang ditangani oleh Accountability Framework biasanya berfokus pada komoditas dan wilayah yang umumnya tidak berisiko rendah pada dampak lingkungan (misalnya, deforestasi) atau pada dampak negatif hak asasi manusia (misalnya, kerja paksa atau pelanggaran hak-hak masyarakat adat/masyarakat lokal). Konteks ini meliputi minyak kelapa sawit, kedelai, ternak, pulp dan kayu, kakao, karet, dan sistem produksi lainnya di daerah tropis atau sub-tropis. Dengan demikian, meskipun penilaian risiko dapat menjadi perangkat yang berguna agar perusahaan dapat memprioritaskan dan mengurutkan investasinya dalam rantai pasokan yang bertanggung jawab, penilaian risiko tersebut tidak memberikan pengganti jangka panjang untuk menjaga visibilitas tingkat tinggi dan kontrol terhadap basis pasokan perusahaan agar mampu menunjukkan pemenuhan komitmen dengan tingkat keyakinan yang tinggi. Seiring waktu, jika pendekatan bentang alam dan yurisdiksi memenuhi janjinya, maka lebih banyak konteks tropis dan sub-tropis dapat muncul sebagai wilayah yang berisiko lebih rendah untuk satu atau lebih aspek komitmen sosial atau lingkungan. Lihat Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi untuk informasi lebih lanjut tentang bagaimana sistem yurisdiksi dapat melengkapi kontrol rantai pasokan dalam membantu perusahaan memenuhi dan menunjukkan pencapaian komitmen mereka.

4 Untuk perusahaan yang membeli bahan yang berada satu atau beberapa tingkat sebelum sumbernya (misalnya, produk manufaktur atau bahan baku yang telah mengalami pengolahan sekunder atau tersier, seperti turunan minyak sawit), tingkat informasi seumum ini tentang asal bahan baku pun tidak selalu tersedia. Dalam hal ini, penilaian risiko skala besar sebaiknya didasarkan pada sumber informasi yang tersedia tentang asal usul bahan baku, termasuk informasi yang disediakan oleh pemasok. Jika asal usul bahan baku tidak dapat ditentukan dari informasi ini, maka diperlukan penyelidikan lebih lanjut oleh perusahaan itu sendiri atau melalui pemasoknya.

Page 20: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

16 Accountability Framework

4. Mengelola ketidakpatuhan pemasok

Sebagaimana dinyatakan dalam Prinsip Inti 6, perusahaan diharapkan untuk mengelola ketidakpatuhan dalam rantai pasokan perusahaan—termasuk operasional mereka sendiri dan pasokan yang dibeli dari pihak lain—untuk menyelesaikan masalah tersebut secara cepat dan efektif. Khusus untuk hubungan pembeli-pemasok, Prinsip Inti 6.3 menghendaki pembeli untuk menangguhkan atau mengecualikan pemasok ketika hal ini didukung oleh tingkat keparahan dari ketidakpatuhan pemasok serta faktor-faktor lain (sebagaimana diuraikan di bawah). Ketika pemasok yang tidak patuh dipertahankan, atau ketika pembelian ditangguhkan seraya menunggu resolusi ketidakpatuhan, pembeli diharapkan untuk melibatkan pemasok dalam pengembangan dan implementasi rencana terikat waktu guna mencapai kepatuhan. Bagian ini menyediakan pedoman tentang tanggapan yang sesuai pada ketidakpatuhan pemasok.

KoTaK 4. Tindakan terhadap ketidakpatuhan pemasok: melibatkan, mempertahankan, menangguhkan, atau mengecualikan

Istilah-istilah berikut menjelaskan berbagai tindakan yang dapat diambil oleh perusahaan sebagai tanggapan atas ketidakpatuhan pemasok:

y Melibatkan: Pembeli bekerja dengan pemasok yang dipertahankan atau ditangguhkan untuk membantu menyelesaikan ketidakpatuhan.

y Mempertahankan: Pembeli terus membeli produk sambil melibatkan pemasok untuk menyelesaikan ketidakpatuhan.

y Menangguhkan: Pembeli menghentikan sementara pembelian dari pemasok, tetapi terus melibatkan pemasok tersebut untuk menyelesaikan ketidakpatuhannya.

Page 21: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

17Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan

y Mengecualikan: Pembeli mengakhiri hubungan pembelian dengan pemasok (dalam kasus hubungan sebelumnya atau yang sedang berlangsung) atau menghindari pembelian dari pemasok (dalam kasus spot market atau kurangnya hubungan pembelian yang berkelanjutan). Jalur tindakan ini menyiratkan bahwa tidak ada pembelian berikutnya hingga ketidakpatuhan yang nyata dan faktor sistemik yang mendasarinya telah sebagian besar atau sepenuhnya diselesaikan. Sebagai praktik yang baik, pembeli sebaiknya memberi tahu pemasok tentang pengecualian dan alasannya serta mendorong pemasok agar mengambil langkah-langkah untuk menyelesaikan ketidakpatuhan dan mulai melakukan remediasi yang diperlukan.

4.1 Mengidentifikasi ketidakpatuhan pemasokTerdapat beberapa cara suatu perusahaan dapat menemukan ketidakpatuhan pemasok, termasuk, tetapi tidak terbatas pada contoh-contoh berikut:

y Hasil dari proses penilaian risiko yang dijelaskan di bagian sebelumnya dapat menunjukkan bahwa wilayah pembelian dan pengadaan bukan merupakan wilayah dengan risiko rendah. Dalam situasi ini, penilaian kesenjangan (atau penilaian dasar/baseline) kinerja aktual pemasok sebaiknya dilakukan untuk mengidentifikasi kesenjangan kepatuhan serta tingkat dan sifat tertentu dari setiap ketidakpatuhan. Jika perusahaan memiliki visibilitas ke unit produksi (misalnya, unit manajemen pertanian atau hutan), maka data geospasial resolusi tinggi dan teknik berbasis lapangan dapat digunakan untuk penilaian ini. Jika perusahaan tidak memiliki tingkat visibilitas tersebut, perusahaan perlu meminta dan meninjau informasi kepatuhan dari pemasoknya. Hal ini dapat mencakup, misalnya, informasi tentang dan mekanisme jaminan dan kontrol pemasok, sistem manajemen, dan data relevan apa pun yang tersedia di tingkat basis pasokan. Lihat metodologi monitoring yang dirinci dalam Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi, yang juga bermanfaat untuk keperluan penilaian kesenjangan.

y Proses berkesinambungan yang digunakan perusahaan untuk monitoring dan verifikasi kinerja pemasok dapat mengidentifikasi ketidakpatuhan (lihat Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi).

Page 22: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

18 Accountability Framework

y Mekanisme pengaduan dapat memberikan bukti ketidakpatuhan pemasok, seperti platform urun daya (crowdsourcing), media surat kabar, laporan LSM atau masyarakat, pernyataan dan pengamatan lembaga hak asasi manusia, dan saluran pelaporan publik lainnya.

y Sinyal dan sistem peringatan dini berbasis satelit dapat mengidentifikasi lokasi yang berpotensi mengalami perubahan penggunaan lahan dan secara rutin memberikan informasi terbaru kepada pengguna sistem.5 Sistem ini sudah tersedia di banyak wilayah penghasil komoditas dan ketersediaannya terus bertambah. Perusahaan sangat dianjurkan untuk menggunakan sistem ini apabila tersedia.

Perusahaan diharapkan untuk mengambil tindakan yang sesuai ketika ketidakpatuhan teridentifikasi, sebagaimana dirinci dalam sub-bagian berikut ini. Perusahaan juga patut mengambil tindakan yang sesuai ketika terdapat potensi ketidakpatuhan tingkat sedang atau tinggi, misalnya, karena kondisi di sekitar operasional pemasok yang dapat menimbulkan risiko bagi kinerja, atau sebagai akibat dari kapasitas pemasok untuk mengimplementasikan sistem menejemennya.

4.2 Mengatasi ketidakpatuhan pemasokPendekatan inklusif untuk manajemen rantai pasokan yang menggunakan pengaruh (leverage) pembeli untuk membantu mengatasi tantangan di lapangan menyiratkan toleransi terhadap ketidakpatuhan, namun dengan batasan dan konsekuensi yang tergantung pada tingkat keparahan ketidakpatuhan serta tingkat pertanggungjawaban pemasok dan juga komitmen serta kemampuan pemasok untuk bergerak menuju kepatuhan.

Dalam beberapa kasus, respon yang sesuai terhadap ketidakpatuhan dapat berupa penangguhan pembelian dari pemasok, penghentian atau tidak memperpanjang kontrak pembelian, atau pengecualian pemasok secara keseluruhan. Dalam banyak kasus, bagian penting dari resolusi adalah menawarkan pada pemasok untuk kembali menuju kepatuhan dan menghargai itikad baik serta upaya efektif pemasok untuk mereformasi dan berupaya memenuhi komitmen perusahaan.

Perusahaan diharapkan memiliki kebijakan dan prosedur yang jelas tentang bagaimana ketidakpatuhan pemasok ditangani, termasuk kriteria dan ambang batas untuk menentukan tingkat keparahan ketidakpatuhan dan tindakan yang sesuai. Informasi ini harus didokumentasikan dalam sistem manajemen pemasok perusahaan dan diberitahukan kepada seluruh pemasok.

Dalam kasus perusahaan melakukan pembelian dan pengadaan dari produsen petani kecil, pendekatan yang lebih kontekstual untuk menilai dan mengelola ketidakpatuhan mungkin diperlukan dan disediakan dalam Pedoman Operasional Penyertaan Petani Kecil dalam Rantai Pasokan yang Etis.

5 Contohnya termasuk peringatan GLAD, Forma, JJ Fast, Terra-i, dan beberapa sistem peringatan nasional seperti IDEAM di Kolombia, PNCB di Amazon Peru, dan DETER-B di Amazon Brasil

Page 23: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

19Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan

KoTaK 5. Memprioritaskan tindakan untuk membimbing pemasok kepada kepatuhan

AFi mengakui bahwa perjalanan menuju pemenuhan komitmen rantai pasokan dapat memakan waktu, terutama untuk rantai pasokan yang panjang dan kompleks. Di mana pun posisi perusahaan dalam perjalanan ini, sangat penting bagi perusahaan untuk mengambil tindakan terhadap ketidakpatuhan pemasok, memprioritaskan upaya, dan berupaya menuju perbaikan yang kontinu. Ketika perusahaan mengembangkan target, tolok ukur, strategi, dan rencana pelibatan untuk membantu memastikan pemasoknya dapat memenuhi komitmen pembeli, maka tindakan-tindakan yang menjadi prioritas sebaiknya mempertimbangkan:

y Di mana risiko dalam rantai pasokan merupakan yang terbesar dan dampak negatifnya cenderung paling signifikan. Dalam kasus ini, pembeli sebaiknya memprioritaskan tindakan yang cepat untuk bekerja bersama pemasok dalam menghentikan ketidakpatuhan dan menyediakan remediasi yang diperlukan.

y Di mana perusahaan memiliki leverage atau pengaruh terbesar terhadap pelaku rantai pasokan dan hasil yang relevan. Hal ini bisa dikarenakan volume bahan baku yang dibeli atau aspek lain dalam hubungan bisnis.

y Di mana potensi dampak positif paling tinggi. Hal ini dikarenakan kemampuan pembeli untuk membantu meningkatkan kondisi sosial dan lingkungan melalui investasi tertentu, dukungan, atau intervensi lain, atau dengan berpartisipasi dalam inisiatif sektoral, yurisdiksi, atau inisiatif multi pihak lain yang efektif dan dapat mendorong perubahan positif yang lebih luas melalui upaya kolaboratif.

4.2.1 Menilai tingkat keparahan ketidakpatuhan dan jalur tindakan yang sesuai

Perusahaan dapat menghadapi berbagai skenario ketidakpatuhan pemasok yang berbeda, dan dalam setiap kasus harus ditentukan jalur tindakan yang sesuai. Dalam beberapa kasus, keputusan ini mungkin mudah diambil karena ketidakpatuhannya jelas sangat kecil

Page 24: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

20 Accountability Framework

(menunjukkan bahwa pemasok sebaiknya dipertahankan dan dilibatkan) atau jelas sangat parah (dalam hal ini penangguhan atau pengecualian mungkin dibenarkan). Namun, dalam berbagai skenario tingkat menengah, tindakan yang sesuai mungkin tidak terlalu jelas, dan keputusan yang tepat dapat diambil dengan mempertimbangkan berbagai faktor.

Berikut ini adalah lima parameter umum untuk membantu menentukan jalur tindakan yang tepat setelah terdeteksi ketidakpatuhan pemasok.

y Tiga parameter pertama (A sampai C) membahas tingkat keparahan ketidakpatuhan dan berhubungan dengan efek ketidakpatuhan terhadap masyarakat dan lingkungan.

y Dua parameter terakhir (D dan E) berhubungan dengan apakah pemasok berada dalam posisi yang dapat mengendalikan terjadinya ketidakpatuhan, dan kemungkinan bahwa pemasok akan dapat menerapkan tindakan korektif yang diperlukan untuk menghentikan dan memperbaiki ketidakpatuhan seraya memastikan hal tersebut tidak terjadi lagi.

Perusahaan sebaiknya menerapkan dan menafsirkan parameter-parameter ini dengan itikad baik agar sesuai dengan konteks di tempat mereka beroperasi.

Untuk konsistensi pemahaman dan komunikasi, cara perusahaan mengatasi ketidakpatuhan pemasok sebaiknya perlu diformalkan dan dimasukkan dalam sistem manajemen pemasok perusahaan dan rencana terkait, serta dalam setiap pelaporan dan pengungkapan informasi yang berhubungan dengan ketidakpatuhan dan resolusinya. Sistem tersebut perlu mencakup pertimbangan untuk menentukan jalur tindakan apa yang harus diambil dalam hal berbagai jenis ketidakpatuhan serta proses yang digunakan untuk pengambilan keputusan, seperti lembaga internal dan eksternal untuk meninjau dan menindaklanjuti keluhan dan proses pembuatan keputusan internal lainnya.

Perusahaan yang terlibat dalam inisiatif sektoral atau lainnya yang mencakup aturan untuk menilai dan mengatasi ketidakpatuhan pemasok (misalnya, perjanjian ternak federal dan sukarela di Amazon Brasil6), setidaknya harus mematuhi peraturan tersebut.

A. Intensitas

Titik awal untuk menilai tingkat keparahan ketidakpatuhan dan menentukan jalur tindakan yang sesuai adalah dengan mengkarakterisasi intensitas dari setiap kejadian ketidakpatuhan yang ada, termasuk tingkat kerusakan dan dampaknya terhadap lingkungan atau orang-orang yang terkena pengaruh. Tabel berikut memberikan beberapa contoh ilustrasi untuk memandu perusahaan dalam membuat penentuan ini.

6 Lihat http://www.zerodeforestationcattle.org untuk informasi lebih lanjut tentang perjanjian ini.

Page 25: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

21Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan

Tabel 1. Contoh tingkat intensitas

Tingkat Intensitas Contoh

Less intense • Monitoring yang tidak memadai terhadap hasil sosial atau lingkungan

• Dokumentasi atau pencatatan yang tidak memadai terkait perencanaan tata guna lahan, proses FPIC, atau pun mekanisme pengaduan, jika hal-hal tersebut juga tidak terkait dengan implementasi proses tersebut dan lainnya yang tidak memadai, maka terjadi ketidakpatuhan yang lebih parah.

• Suatu kejadian deforestasi atau konversi yang tidak memengaruhi secara signifikan pada ekosistem alami di mana hal tersebut terjadi, nilai-nilai konservasinya, atau orang-orang yang menggunakan atau mengambil manfaat dari ekosistem alami (namun perlu dicatat, contoh-contoh deforestasi atau konversi mungkin masih dianggap parah berdasarkan skala dan persistensinya, sebagaimana diuraikan dalam poin B dan C dalam menentukan tingkat keparahan secara keseluruhan)

Cukup intens atau intens

• Inisiasi kegiatan yang memengaruhi masyarakat adat dan masyarakat setempat tanpa FPIC yang tepat*

• Proses FPIC atau mekanisme pengaduan yang tidak memadai

• Pelanggaran hak-hak tertentu pekerja, seperti yang terkait dengan diskriminasi, kebebasan berserikat, atau jam kerja*

• Kejadian deforestasi atau konversi yang berdampak negatif pada ekosistem alami, nilai konservasinya, atau masyarakat yang menggunakan atau mengambil manfaat dari ekosistem alami

Sangat intens • Kerja paksa

• Tindakan kekerasan terhadap pembela lingkungan atau hak asasi manusia

• Perampasan lahan atau sumber daya pada skala yang signifikan

• Kejadian deforestasi atau konversi yang secara sangat negatif memengaruhi ekosistem alami (misalnya, invasi ke dalam Lanskap Hutan Utuh (Intact Forest Landscapes—ILF), konversi lahan gambut, atau fragmentasi besar), nilai-nilai konservasinya (misalnya, pemusnahan spesies lokal yang terancam punah), atau masyarakat yang menggunakan atau mengambil manfaat dari ekosistem alami (misalnya, penghilangan sumber daya alam lokal yang sangat penting bagi mata pencarian lokal)

* Namun, jenis ketidakpatuhan ini bisa sangat intens dalam skenario tertentu, tergantung pada konteks dan dampak negatifnya terhadap masyarakat adat, masyarakat setempat, atau pekerja yang terkena dampak.

Page 26: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

22 Accountability Framework

B. Skala

Khusus untuk ketidakpatuhan yang cukup intens, intens, dan sangat intens, keputusan apakah akan mengecualikan, menangguhkan, atau mempertahankan pemasok sebaiknya juga mempertimbangkan skala atau tingkat ketidakpatuhan. Hal ini merupakan fungsi dari faktor-faktor seperti:

y total area kumulatif dari lahan yang terkena dampak (contohnya, untuk deforestasi, konversi, atau perampasan lahan atau sumber daya tanpa FPIC yang tepat), baik secara absolut maupun relatif terhadap ukuran operasional yang dinilai

y proporsi unit produksi, petani kecil, kelompok petani kecil, pabrik penggilingan, pabrik, atau operasional lain di mana ketidakpatuhan terjadi, relatif terhadap seluruh ruang lingkup bisnis atau rantai pasokan tertentu7

y jumlah total pekerja yang terkena dampak negatif

y kepermanenan atau tidak dapat diperbaikinya dampak (faktor ini juga dapat menjadi bagian dari penilaian intensitas dan persistensi)

y jumlah total anggota masyarakat adat atau masyarakat setempat yang terkena dampak negatif

C. Persistensi

Demikian juga, keputusan sebaiknya mempertimbangkan apakah ketidakpatuhan terjadi sekali saja atau persisten, yaitu terjadi berulang kali atau terus menerus selama periode waktu yang signifikan. Ketidakpatuhan yang persisten biasanya menunjukkan bahwa pemasok tidak memiliki kebijakan, insentif, atau sistem kontrol yang tepat untuk mencegah ketidakpatuhan - atau mungkin memang menyetujui atau mendukung perilaku tidak patuh untuk alasan bisnis, dan karenanya ketidakpatuhan merupakan karakteristik yang sistemik. Dalam keadaan ini, merupakan hal yang wajar jika memperkirakan ketidakpatuhan akan terus terjadi atau bahkan memburuk jika tidak diambil tindakan untuk mengatasinya.

Intensitas, skala, dan persistensi secara bersama-sama menentukan tingkat keparahan dari suatu ketidakpatuhan atau serangkaian ketidakpatuhan yang terkait, yang memberikan indikasi umum kemungkinan jalur tindakan yang tepat (lihat Gambar 1).

7 Lihat Pedoman Operasional Penyertaan Petani Kecil dalam Rantai Pasokan yang Etis untuk diskusi lebih lanjut tentang bagaimana pedoman ini berlaku dalam konteks petani kecil dan kelompok petani kecil.

Page 27: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

23Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan

GaMbaR 1. Skema yang menunjukkan bagaimana faktor intensitas, skala, dan persistensi dapat dipertimbangkan secara bersama-sama untuk menilai tingkat keparahan menyeluruh dari suatu ketidakpatuhan atau serangkaian ketidakpatuhan yang terkait

Intensitas ditunjukkan pada sumbu vertikal sedangkan skala dan persistensi pada sumbu horizontal. Tingkat keparahan menyeluruh membantu pembeli untuk menentukan jalur tindakan yang sesuai (yaitu, apakah akan mempertahankan, menangguhkan, atau mengecualikan pemasok), seperti yang dijelaskan dalam teks naratif.

TINGGI

SKALA

PERSISTENSI

INTENSITAS

RENDAH

TERSEBAR LUAS DAN BERULANG

TERUS MENERUS

TERISOLIR

TERJADI SEKALI SAJA

Tingkat keparahan ketidakpatuhan sangat tinggi secara keseluruhan

Tingkat keparahan ketidakpatuhan menengah secara keseluruhan

Tingkat keparahan ketidakpatuhan rendah secara keseluruhan

Selain tingkat keparahan ketidakpatuhan secara keseluruhan seperti yang dibahas di atas, dua faktor tambahan perlu dipertimbangkan ketika menentukan jalur tindakan yang tepat, terutama dalam kasus ketika tingkat keparahan berada di ujung atas spektrum dan keputusan perlu dibuat apakah akan menangguhkan atau mengecualikan pemasok. Dua faktor ini adalah: i) tingkat kontrol atau pertanggungjawaban pemasok untuk ketidakpatuhannya; dan ii) komitmen dan kemampuan pemasok.

Page 28: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

24 Accountability Framework

D. Tingkat kontrol atau pertanggungjawaban

Pembeli perlu mempertimbangkan sejauh mana pemasok yang tidak patuh menyebabkan atau berkontribusi pada ketidakpatuhan tersebut dan berada dalam posisi untuk melakukan resolusi. Secara umum, jika tidak ada bukti yang secara jelas bertentangan, maka dapat diasumsikan bahwa pemasok bertanggung jawab sebagian atau sepenuhnya atas ketidakpatuhan sehingga juga bertanggung jawab atas penyelesaiannya. Namun, dalam situasi tertentu, pemasok mungkin memiliki sedikit kendali atas ketidakpatuhan, atau ketidakpatuhan terjadi meskipun telah ada upaya niat baik yang cukup dari pemasok. Dalam kasus-kasus demikian, keadaan seperti itu dapat menjadi pertimbangan untuk mempertahankan dan melibatkan pemasok tidak patuh yang melakukan upaya dengan niat baik untuk mengatasi ketidakpatuhan meskipun terdapat tantangan faktor kontekstual tertentu. Berikut ini adalah beberapa contoh bagaimana pertimbangan ini dapat diterapkan:

y Produsen dan pengolah primer dianggap bertanggung jawab atas ketidakpatuhan dalam operasional mereka. Namun, dalam beberapa situasi, penyebab ketidakpatuhan dapat benar-benar berada di luar kendali mereka. Misalnya, jika penduduk migran melanggar kawasan hutan yang memiliki Nilai Konservasi Tinggi yang dialokasikan pada areal perkebunan perusahaan tanpa izin atau dorongan perusahaan, dan pihak berwenang setempat tidak mengambil tindakan yang tepat untuk menyelesaikan situasi tersebut meskipun perusahaan dengan itikad baik telah meminta, maka perusahaan dapat dianggap memiliki kontrol dan tanggung jawab terbatas atas ketidakpatuhan tersebut.

y Pertanggungjawaban atas ketidakpatuhan produsen dan pengolah primer juga dapat meluas ke pembeli atau pemodalnya (misalnya, pabrik, pedagang, atau lembaga keuangan) sejauh pihak-pihak ini mendanai, mendukung, memberi mandat, mendorong, atau memfasilitasi tindakan ketidakpatuhan pemasok atau klien mereka, seperti konversi lahan baru atau jam kerja lembur berlebihan yang berkontribusi pada ketidakpatuhan terhadap hak-hak pekerja.

y Ketika pemilik lahan/manajer membeli atau memperoleh hak atas lahan atau sumber daya alam dari pihak lain, maka umumnya mereka dianggap mengambil tanggung jawab untuk mengatasi setiap ketidakpatuhan yang ada serta memulihkan kerusakan pada masa lalu yang berkaitan dengan area dan operasional tersebut (lihat Prinsip Inti 9.4).

E. Komitmen dan kemampuan pemasok

Pada akhirnya, pembeli perlu mempertimbangkan rekam jejak pemasok serta komitmen, praktik, dan kemampuan pemasok saat ini terhadap persyaratan pembelian dan pengadaan yang bertanggung jawab. Faktor-faktor tersebut dapat menjadi penting dalam memprediksi

Page 29: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

25Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan

kecenderungan bahwa pemasok akan mengambil tindakan yang diperlukan untuk memperbaiki ketidakpatuhan dan menghindari pengulangan di masa yang akan datang. Informasi tersebut bermanfaat bagi pembeli tidak hanya untuk membantu memastikan kepatuhan terhadap komitmennya tetapi juga untuk mengurangi risiko terkait pemasok yang telah atau sedang bertindak dengan itikad buruk atau tanpa tingkat komitmen atau sumber daya yang memadai dalam memenuhi komitmen pembeli. Faktor-faktor utama yang dipertimbangkan termasuk:

y Menunjukkan itikad baik bahwa pemasok akan membuat perubahan yang diperlukan untuk mencapai kepatuhan dan menangani setiap perbaikan yang diperlukan dalam jangka waktu yang wajar. Perusahaan sebaiknya mencari bukti, seperti:

+ Pernyataan publik yang jelas tentang kesediaan untuk mereformasi praktik dan memulihkan kerugian dalam jangka waktu yang wajar

+ Kesediaan untuk bekerja sama dengan pemerintah sebagai regulator dan memperlakukan klaim yang dibuat oleh masyarakat sipil dengan serius

+ Rencana implementasi yang jelas dan tersedia untuk publik dengan jadwal dan proses untuk kembali menuju kepatuhan dan untuk perbaikan jika diperlukan. Pembeli perlu bekerja sama dengan pemasoknya dalam mengembangkan dan mengimplementasikan rencana ini

y Rekam jejak pemasok, termasuk apakah ada riwayat ketidakpatuhan yang serupa, atau riwayat mengabaikan atau menghindari persyaratan pemerintah sebagai regulator, atau keluhan atau klaim resmi yang dibuat oleh para pemangku kepentingan atau masyarakat sipil. Jika terdapat riwayat seperti itu, maka akan bermanfaat untuk mengetahui apakah individu yang terkait dengan pelanggaran sebelumnya, terutama yang berada di posisi kepemimpinan atau manajemen, masih berada di posisinya. Jika riwayat pemasok demikian, maka akan lebih cenderung untuk ditangguhkan atau di kecualikan.

y Kapasitas pemasok untuk mengatasi ketidakpatuhan, termasuk perbaikan yang diperlukan, dalam jangka waktu yang ditentukan dalam rencana implementasi.

4.2.2 Menentukan ruang lingkup penangguhan atau pengecualian untuk pemasok yang tidak patuh

Jika pembeli mengidentifikasi ketidakpatuhan terkait unit bisnis pengolah, pedagang, atau pemasok multinasional tertentu (misalnya, untuk komoditas, produk, atau asal usul produk tertentu yang ditawarkan oleh pemasok) dan menentukan bahwa situasinya memerlukan

Page 30: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

26 Accountability Framework

penangguhan atau pengecualian, pembeli sebaiknya menentukan apakah penangguhan atau pengecualian ini berlaku untuk semua atau hanya sebagian dari entitas dan operasional yang terkait dengan pemasok tersebut. Pilihannya pada umumnya termasuk:

y Membatasi penangguhan/pengecualian hanya pada unit bisnis yang ketidakpatuhannya dapat ditindaklanjuti

y Penangguhan/pengecualian diperluas melampaui unit bisnis yang ketidakpatuhannya dapat ditindaklanjuti untuk mencakup segmen lain dari bisnis pemasok yang berhubungan dengan asosiasi fiskal atau manajerial, wilayah geografis, tempat terjadinya faktor risiko bersama, atau faktor relevan lainnya

y Penangguhan/pengecualian diperluas ke seluruh perusahaan pemasok

Ketika penangguhan dibenarkan, pembeli sebaiknya mulai menerapkan tindakan ini ke unit bisnis di mana terjadi ketidakpatuhan. Perusahaan perlu menjelaskan bahwa penangguhan dapat diperluas ke unit bisnis lain dari pemasok jika, misalnya:

y pemasok tidak mengalami kemajuan dalam rencana terikat waktu untuk memperbaiki ketidakpatuhan dan tidak ada justifikasi yang sah terhadap tidak adanya kemajuan tersebut

y kondisi yang menyebabkan ketidakpatuhan dalam suatu unit bisnis cenderung menyebabkan ketidakpatuhan pada unit bisnis lain yang menjadi sumber pembeli, apabila tidak ditangani

y terdapat indikasi ‘greenwashing’ yang disengaja oleh pihak pemasok—misalnya, jika pemasok mendapat untung dari perilaku yang sangat tidak patuh dalam satu segmen bisnisnya, sementara di lain pihak ia menjual ke rantai pasokan etis

Page 31: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

27Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan

5. Terlibat dengan pemasok yang tidak patuh

Ketika pembeli memutuskan tetap terlibat dengan pemasok yang tidak patuh (setelah keputusan dibuat untuk melanjutkan atau menangguhkan pembelian produk), pembeli perlu mendokumentasikan alasan pengambilan keputusan dan langkah-langkah yang diambil supaya pemasok dapat mencapai kepatuhan. Langkah-langkah tersebut umumnya termasuk tindakan yang diambil pemasok untuk menyelesaikan atau memperbaiki ketidakpatuhan serta tindakan yang diambil pembeli untuk mendukung, memonitor, dan mengawasi pemberlakuan tindakan korektif yang diperlukan pemasok dalam memenuhi kepatuhan. Tindakan-tindakan ini perlu dirinci dengan jelas dalam rencana implementasi dari pemasok dan dalam rencana pelibatan pemasok oleh pembeli yang menjelaskan bagaimana perusahaan akan memantau dan melibatkan pemasok, sebagaimana diperlukan, menuju kepatuhan dengan rencana implementasi. Elemen-elemen dari kedua rencana tersebut diuraikan di bawah ini.

Jika ketidakpatuhan tidak segera ditangani, maka retensi dan keterlibatan pemasok yang tidak patuh dapat membawa risiko bagi perusahaan dan masyarakat serta ekosistem yang terkena dampak negatif dari ketidakpatuhan tersebut. Transparansi menjadi hal yang sangat penting dalam mengurangi risiko tersebut dan menghindari greenwashing. Perusahaan perlu berbagi informasi yang relevan tentang sifat ketidakpatuhan dan langkah-langkah serta kemajuan untuk menyelesaikannya, seperti berikut ini:

y Untuk tujuan monitoring dan verifikasi: Pemasok yang tidak patuh sebaiknya berbagi informasi tentang rencana implementasi, tindakan yang akan diambil, dan kemajuan yang dicapai dengan pembelinya sehingga pembeli dapat melacak dan jika perlu, mengaudit informasi ini. Pembeli, setelah itu, perlu berbagi informasi yang serupa dengan pembeli hilir mereka untuk tujuan yang sama agar pembeli hilir dapat memonitor kemajuan menuju penyelesaian ketidakpatuhan dan mengambil tindakan berdasarkan informasi retensi, penangguhan, atau pengecualian. Lihat Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi untuk informasi lebih lanjut.

y Untuk tujuan pelaporan dan pengungkapan informasi: Informasi tertentu tentang ketidakpatuhan dan resolusinya diharapkan untuk diungkapkan kepada publik; lihat Pedoman Operasional Pelaporan, Pengungkapan Informasi, dan Klaim.

Dalam kasus di mana beberapa perusahaan membeli dari satu pemasok yang tidak patuh, maka perusahan-perusahaan tersebut dianjurkan untuk bekerjasama, dalam basis pra-kompetitif, untuk melibatkan pemasok dan membuat satu kumpulan tindakan korektif yang disepakati serta tolok ukur kemajuan untuk mendorong pemasok kepada kepatuhan.

Page 32: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

28 Accountability Framework

5.1 Rencana implementasi pemasokBerdasarkan Prinsip Inti 6.2 dan 6.3, pemasok yang tidak patuh diharapkan untuk membuat, mengimplementasikan, dan memonitor rencana yang menentukan tindakan spesifik untuk memperbaiki ketidakpatuhan. Pembeli dapat memberikan masukan dan dukungan dalam pengembangan rencana tersebut untuk memastikan hal itu mencerminkan komitmen dan harapan pembeli secara memadai. Ketika ketidakpatuhan dikaitkan dengan pemasok tidak langsung di mana perusahaan tidak memiliki kendali atau pengaruh, maka perusahaan sebaiknya melibatkan pemasok langsungnya untuk mendukung pembuatan dan penerapan rencana oleh dan dengan pemasok tidak langsungnya.

Rencana-rencana ini perlu dibuat melalui konsultasi dengan para pemangku kepentingan dan menggunakan pendekatan penilaian yang kredibel dan dapat diandalkan secara teknis, jika perlu, untuk mengidentifikasi sifat dari kerugian lingkungan atau hak asasi manusia yang terjadi dan tindakan remediasi yang tepat. Contoh-contoh pendekatan tersebut termasuk Penilaian Dampak Hak Asasi Manusia (Human Rights Impact Assessments—HRIA), proses Prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan (Free, Prior, and Informed Consent—FPIC), Analisis Alih Guna Lahan RSPO, dan penilaian berbasis GIS untuk mengidentifikasi deforestasi atau konversi di masa lalu melalui penginderaan jauh. Jika penilaian Nilai Konservasi Tinggi (HCV) atau Pendekatan Stok Karbon Tinggi (HCSA) sebelumnya telah dilakukan, maka penilaian tersebut sebaiknya digunakan sebagai acuan untuk membantu menentukan ketidakpatuhan dan perbaikan yang diperlukan. Dampak sosial (misalnya, pekerja yang kehilangan pekerjaan secara permanen, ancaman terhadap mata pencaharian masyarakat) juga perlu dinilai dengan tujuan mengurangi semua dampak negatif.

analisis akar penyebab masalah, yang berfokus pada identifikasi penyebab masalah agar dapat diperbaiki secara efektif dan mencegahnya kembali terulang, dapat menjadi perangkat yang berguna untuk membuat rencana implementasi yang efektif.

Rencana implementasi biasanya mencakup:

y Deskripsi ketidakpatuhan termasuk sifat ketidakpatuhan, apakah itu terisolasi atau sistemik, dan informasi atau data apa yang digunakan untuk mengidentifikasi dan membuktikan ketidakpatuhan tersebut

y Analisis hubungan antara dampak lingkungan dan sosial dan ketidakpatuhan, karena yang satu dapat secara positif atau negatif memengaruhi yang lain

y Tindakan korektif untuk mengatasi setiap masalah secara efektif dan cepat

y Peran dan tanggung jawab dalam organisasi pemasok sendiri dan/atau melalui kontraktor atau pemasok hulu, untuk mengimplementasikan setiap tindakan korektif

Page 33: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

29Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan

y Target terikat waktu dan tolok ukur untuk setiap tindakan korektif. Jangka waktu khususnya perlu cepat ketika terdapat kemungkinan akan terjadi lagi kerusakan bila tanggapan tidak tepat waktu atau ketika keparahan dan kepermanenan ketidakpatuhan menentukan bahwa pembetulan dan perbaikan perlu segera dilakukan (misalnya, jika pemasok terlibat dalam kerja paksa atau siap untuk melakukan deforestasi atau konversi baru)

y Sarana untuk memonitor, memverifikasi, dan melaporkan perbaikan (lihat Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi)

5.2 Rencana pelibatan pemasok oleh pembeliPembeli sebaiknya juga memiliki rencana internal yang mencakup pemasok tertentu yang tidak patuh (atau sekelompok pemasok pada saat menangani ketidakpatuhan yang serupa). Rencana ini perlu merinci bagaimana pembeli akan memonitor, memverifikasi, dan memastikan pelaksanaan tindakan perbaikan yang diperlukan dan pemenuhan komitmen. Rencana-rencana ini biasanya mencakup:

y Definisi dan parameter yang jelas untuk menentukan ketidakpatuhan

y Tindakan terikat waktu yang akan dilakukan pembeli untuk mendukung, memberikan insentif, mengawasi, memonitor, atau melibatkan pemasok untuk mengatasi ketidakpatuhan

y Jalur tindakan yang akan diikuti jika terjadi ketidakpatuhan, seperti meningkatkan dukungan kepada pemasok, membatalkan atau menangguhkan kontrak atau pengaturan pembelian, atau memberlakukan sanksi lain

y Jika pembeli menangguhkan pembelian dari pemasok yang tidak patuh, maka perluasan kriteria dilakukan untuk menentukan kapan penangguhan dapat dicabut, misalnya, ketika tindakan perbaikan tertentu telah selesai atau sampai pemasok mencapai kepatuhan secara penuh. Harus ada pertimbangan bagaimana hal ini akan mendorong pemasok untuk terus maju dalam rencana implementasinya

y Monitoring, verifikasi, dan pelaporan tindakan dan kinerja, termasuk penggunaan mekanisme pengaduan atau proses pelibatan pemangku kepentingan lainnya untuk memverifikasi tindakan dan kinerja (lihat Pedoman Operasional Monitoring dan Verifikasi)

Page 34: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

30 Accountability Framework

6. Peran pembeli untuk mendorong praktik bertanggung jawab dalam pembangunan lokasi

Bagian sebelumnya berkaitan dengan ketidakpatuhan dalam basis pasokan pembeli yang sudah ada. Namun, pendekatan proaktif untuk pemenuhan komitmen perusahaan juga memerlukan keterlibatan pembeli dengan pemasok langsung atau tidak langsung yang memiliki atau mengelola lahan, sumber daya alam, dan fasilitas pengolahan primer untuk memastikan pemenuhan komitmen pada saat operasional baru sedang dibangun atau diperluas. Hal ini dapat dilakukan secara kontraktual (contohnya, melalui persyaratan kontrak atau kriteria kinerja pemasok) atau melalui cara lain (contohnya, melalui komunikasi reguler, pelatihan, dan praktik monitoring yang dilakukan sesuai dengan rencana manajemen pemasok). Melalui mekanisme pelibatan seperti itu, pembeli dapat membantu memastikan bahwa produk pemasok di masa depan kemungkinan akan mematuhi komitmen pembeli. Istilah “pembangunan lokasi” pada bagian ini mengacu pada akuisisi pemasok atas kepemilikan lahan atau sumber daya alam, pengembangan selanjutnya dari wilayah ini untuk operasional produksi atau pengolahan, dan perluasan yang sangat besar dari operasional produksi atau pengolahan yang sudah ada.

Untuk menghindari potensi terjadinya ketidakpatuhan saat pembangunan lokasi di masa yang akan datang, perusahaan perlu memastikan bahwa pemasok mengikuti praktik yang baik dalam uji tuntas, perencanaan, dan konsultasi pemangku kepentingan karena kegiatan ini direncanakan dan selanjutnya akan di implementasikan. Praktik yang baik tersebut diuraikan dalam bagian lain dari Accountability Framework, termasuk:

y Prinsip Inti 7, yang menggambarkan persyaratan keseluruhan untuk pembebasan lahan yang bertanggung jawab, perencanaan tata guna lahan, dan pembangunan lokasi

y Pedoman Operasional Prinsip Persetujuan Atas Dasar Informasi Awal Tanpa Paksaan

y Pedoman Operasional Penghormatan terhadap Hak-Hak Masyarakat Adat dan Masyarakat Setempat, yang menentukan langkah-langkah dan persyaratan tambahan untuk pembangunan lokasi guna memastikan penghormatan terhadap hak-hak tersebut

y Pedoman Operasional Remediasi dan Akses terhadap Perbaikan, yang mengharuskan pembentukan mekanisme pengaduan perusahaan

y Pedoman Operasional Pencapaian Komitmen Melalui Kolaborasi

Page 35: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

31Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan

Ketika praktik-praktik yang baik untuk perencanaan dan konsultasi seperti yang dijelaskan di bagian yang dirujuk di atas menghasilkan keputusan untuk melanjutkan kegiatan yang diusulkan, maka kegiatan tersebut perlu didokumentasikan dalam rencana pembangunan, manajemen, dan monitoring lokasi yang disetujui sebagaimana mestinya oleh perusahaan yang akan melakukan kegiatan dan pihak terkait lainnya, seperti pemerintah dan Masyarakat Adat atau Masyarakat Setempat (IP/LC), jika sesuai. Rencana ini perlu menetapkan tindakan yang terikat waktu yang disetujui atau terus menerus—seperti mekanisme perlindungan jangka panjang untuk areal conservation set-aside (lahan yang disisihkan untuk konservasi) atau manfaat tertentu yang disepakati untuk masyarakat adat dan masyarakat setempat atau pekerja—yang dapat dinilai melalui pemantauan untuk menentukan apakah lokasi tersebut sedang dibangun dan dikelola sesuai komitmen sosial dan lingkungan. Ketika pemasok mengikuti pendekatan perencanaan, implementasi, dan monitoring secara efektif—dengan dukungan, dorongan, atau mandat dari pembeli—pemasok cenderung untuk benar-benar patuh terhadap komitmen rantai pasokan dari pembeli tersebut.

Page 36: Pedoman Operasional Manajemen Rantai Pasokan...Pedoman operasional Manajemen Rantai Pasokan 03 1. Sistem manajemen pemasok Mengikuti Prinsip Inti 4, pembeli diharapkan memiliki sistem

32

www.accountability-framework.org