analisis manajemen risiko rantai ... - repository.ipb.ac.id · analisis manajemen risiko rantai...

97
ANALIS PASOKAN IND (Studi Kasu D FAKUL IN SIS MANAJEMEN RISIKO RA N MINYAK AKAR WANGI BER DUSTRI KECIL MENENGAH us Penyulingan Minyak Akar Wangi Oleh RENI MEI FARIDA H24070102 DEPARTEMEN MANAJEMEN LTAS EKONOMI DAN MANAJEM NSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011 ANTAI RBASIS i Garut) MEN

Upload: phamtruc

Post on 11-Mar-2019

305 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOKAN MINYAK AKAR WANGI BERBASIS

INDUSTRI KECIL MENENGAH(Studi Kasus Penyulingan Minyak Akar Wangi Garut)

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOKAN MINYAK AKAR WANGI BERBASIS

INDUSTRI KECIL MENENGAH(Studi Kasus Penyulingan Minyak Akar Wangi Garut)

Oleh

RENI MEI FARIDA

H24070102

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI PASOKAN MINYAK AKAR WANGI BERBASIS

(Studi Kasus Penyulingan Minyak Akar Wangi Garut)

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

Page 2: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

RINGKASAN

RENI MEI FARIDA. Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan Minyak Akar Wangi Garut). Dibimbing oleh HETI MULYATI dan ALIM SETIAWAN S.

Manajemen risiko rantai pasokan dalam industri kecil menengah (IKM) minyak akar wangi sangat diperlukan untuk mendapatkan keunggulan bersaing. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam penyulingan minyak akar wangiadalah kegiatan operasional, pemasaran minyak akar wangi, dan keuangan. Aspek tersebut menjadi fokus penilaian risiko penyulingan minyak akar wangi. Aspek tersebut diharapkan mampu meningkatkan kualitas, jumlah produksi, dan harga jual minyak akar wangi. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui manajemen rantai pasokan minyak akar wangi, menganalisis manajemen risiko rantai pasokan minyak akar wangi pada penyuling, dan membuat rancangan awal sistem penunjang keputusan risiko rantai pasokan.

Penelitian dilakukan melalui tiga tahapan yaitu identifikasi rantai pasokan, identifikasi risiko, dan penilaian risiko. Penilaian risiko menggunakan teknik non numeric Multi Expert-Multi Criteria Decision Making (ME-MCDM), Ordered Weighteded Averaging (OWA) dan basis aturan. Jenis data adalah data primer dan sekunder dengan metode pengumpulan data melalui observasi, wawancara, kuesioner, dan studi literatur. Sampel dipilih secara probability dan non probability. Sampel probability diambil dengan teknik stratified sampling dengan membagi populasi berdasarkan wilayah dan jenis anggota rantai pasokan. Teknik yang digunakan untuk pengambilan sampel non probability adalah purposive sampling dan snowball sampling dengan mempertimbangkan status usaha dan keberlanjutan usaha. Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis risiko.

Rantai pasokan minyak akar wangi terdiri dari 5 (lima) anggota yaitu petani, pengumpul akar wangi, penyuling, pengumpul minyak akar wangi, dan eksportir. Anggota rantai pasokan dapat diklasifikasikan dalam petani, petani/penyuling (petani sekaligus penyuling atau sebaliknya), penyuling, penyuling/pengumpul minyak akar wangi (penyuling sekaligus pengumpul minyak akar wangi atau sebaliknya), pengumpul akar wangi, dan petani/penyuling/pengumpul akar wangi atau minyak akar wangi. Aliran barang dalam rantai pasokan minyak akar wangi yaitu akar wangi dari petani dijual ke pengumpul akar wangi atau penyuling untuk disuling menjadi minyak akar wangi. Selanjutnya, minyak akar wangi dijual ke pengumpul minyak atau eksportir minyak akar wangi. Aliran uang berlangsung dari eksportir ke pengumpul minyak akar wangi atau penyuling, dari penyuling ke petani. Aliran informasi berlangsung dua arah melalui jaringan telekomunikasi atau diskusi kelompok.

Risiko rantai pasokan disusun berdasarkan hirarki dengan dua level yaitu: aktivitas risiko dan pemicu risiko (peubah risiko). Hasil penilaian risiko menunjukkan bahwa risiko operasional tinggi (4), risiko pemasaran tinggi (4), dan risiko keuangan tinggi (4). Peubah yang sangat berpengaruh dalam risiko operasional adalah risiko tekanan penyulingan sangat tinggi (5). Berdasarkan hasil

Page 3: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

agregasi risiko operasional, pemasaran, dan keuangan didapatkan nilai risiko penyulingan adalah tinggi (4).

Penanganan risiko operasional berdasarkan tingkat risiko tinggi (4) dan sangat tinggi (5) adalah menjaga kualitas minyak akar wangi melalui pengadaan alat yang sesuai standar dan pengawasan ketat pada kondisi temperatur dan tekanan. Selain hal tersebut perlu adanya pembinaan dalam pengoperasian alat yang sesuai standar. Penanganan risiko pemasaran berdasarkan tingkat risiko tinggi (4) adalah kontrak kerjasama antara penyuling dan pengumpul/eksportir minyak akar wangi dalam pemasaran minyak akar wangi. Penanganan risiko keuangan berdasarkan tingkat risiko tinggi (4) adalah kontrak kerjasama antara penyuling dan pengumpul/eksportir minyak akar wangi berupa pinjaman modal, mengelola keuangan dengan cara mempersiapkan cadangan keuangan, dan memaksimalkan penyulingan saat panen raya.

Page 4: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

Judul Skripsi : Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan Minyak Akar Wangi Garut)

Nama : Reni Mei Farida

NIM : H24070102

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

Heti Mulyati, S.TP, MT Alim Setiawan S, S.TP, M.Si

NIP. 19770812 200501 2 001 NIP. 19820227 200912 1 001

Mengetahui

Ketua Departemen,

Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc

NIP. 196101231986011002

Tanggal Lulus:

Page 5: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

RIWAYAT HIDUP

Reni Mei Farida dilahirkan di Blitar pada tanggal 08 M e i 1987 yang

merupakan anak tunggal dari pasangan Dwi Irianto dan Sutriningsih. Penulis

memulai pendidikan dasar di Sekolah Dasar Negeri Minggirsari dari tahun

1994-2000, kemudian melanjutkan ke Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama Negeri

1 Blitar tahun 2000-2003. Sejak tahun 2003-2006 menyelesaikan pendidikan

di Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Blitar. P a d a t ahun 2006-2007, penulis

melanjutkan program Diploma 1 Pendidikan Aplikasi Bisnis dan Teknologi

Universitas Negeri Malang. Pada tahun 2007, penulis diterima di Institut

Pertanian Bogor (IPB) dengan memilih Departemen Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Manajemen melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru

(SPMB).

Selama masa studi penulis aktif di organisasi diantaranya Korps

Suka Rela Palang Merah Indonesia (KSR PMI) Unit 1 IPB periode

2007/2009 dan berbagai kegiatan kepanitiaan. Penulis juga menjadi Asisten

Dosen mata kuliah Manajemen Keuangan dan Manajemen Produksi Operasi

tahun ajaran 2010/2011.

iii

Page 6: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur dipanjatkan ke-hadirat Allah SWT yang telah

memberikan Rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis dalam menyusun

skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Manajemen risiko perlu diterapkan dalam setiap usaha, demikian halnya

dengan usaha minyak akar wangi. Minyak akar wangi yang berorientasi pasar

ekspor harus mempunyai keunggulan kompetitif dan mampu mempertahankan

eksistensinya dalam industri ekspor. Penelitian ini berjudul “Analisis

Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri

Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan Minyak Akar Wangi Garut)”.

Tidak ada kesempurnaan pada manusia. Penulis menyadari bahwa

penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan

saran sangat diharapkan penulis. Akhir kata, semoga penelitian ini berkontribusi

terhadap ilmu pengetahuan, khususnya Manajemen Produksi dan Operasi,

Manajemen Rantai Pasokan, dan Manajemen Risiko.

Bogor, Agustus 2011

Penulis

iv

Page 7: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan skripsi ini penulis mendapat banyak masukan dan

bimbingan dari berbagai pihak. Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada:

1. Ibu Heti Mulyati, S.TP, MT, dan Bapak Alim Setiawan S, S.TP, M.Si

sebagai dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu dengan penuh

kesabaran memberikan bimbingan, membagi ilmu, motivasi dan pengarahan

kepada penulis.

2. Bapak Ir. Pramono D Fewidarto, MS. yang telah bersedia meluangkan

waktunya untuk menjadi penguji dan memberi masukan dalam ujian sidang

skripsi ini.

3. Orang tuaku yang telah memberikan kasih sayang, doa dan dukungan yang

tak terbatas.

4. Saudara-saudaraku Eko Susilo, Wahyudi Dwi Susanto, Mera Anjayanti, dan

Margo Widodo yang tidak pernah berhenti memberikan semangat kepada

penulis.

5. Ketua Departemen Manajemen dan seluruh dosen Departemen Manajemen,

FEM IPB yang telah memberikan ilmu dan pengetahuan yang bermanfaat

bagi penulis.

6. Staf Departemen Manajemen atas bantuan selama penulis menyelesaikan

Perkuliahan.

7. Bapak H. Ede Kadarusman dan Bapak H. Abdullah selaku Ketua dan Wakil

Ketua Sentra Akar Wangi Kabupaten Garut, Bapak H. Ajah, Bapak Wawan,

Bapak Risham dan seluruh anggota rantai pasokan minyak akar wangi yang

tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu proses pengumpulan

data.

8. Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat (Kesbang dan

Linmas); Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi; dan Dinas

Perkebunan Kabupaten Garut, yang telah mengijinkan penulis untuk

melakukan penelitian di Kabupaten Garut.

v

Page 8: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

9. Rekan-rekan satu bimbingan: Intania Sudarwati, Mursaliena Noorlaela, Izni

Sorfina, Irma Oktavia, Agung Cahya Nugraha, dan Nola, untuk kerjasama

dan motivasi selama proses bimbingan dan penyusunan skripsi.

10. Sahabat-sahabatku Puji Widiastuti, Jeanne Mita Rumbayan, Eka Intina W,

Anne E, Setya Putri Larasati, Shoni Riyanti, Karlina, Trismawati Wahid,

Dewi Kurniati, Yanti Ambarwati A, Gustyanita Pratiwi, Slamet Riyadi,

Ronni Jaya Winangun, Wage Ratna Rohaeni, Sumiati, Karlina Syahrudin,

Armita, Peni Lestari, Tri Handayani, Riana Ekawati, Eka Ratnawati, Eka

Astriani, dan teman-teman riskiers Ekawati Nursiam, Lina Yanti, Afdoliatus

S, dan Evi yang selalu memberi dukungan dan nasihat kepada penulis.

11. Sahabat-sahabat terbaik Manajemen Angkatan 44 yang selalu bersama-sama

membuat kenangan dan persahabatan yang indah serta ilmu kehidupan yang

diberikan.

12. Semua pihak, yang tidak bisa disebutkan satu persatu.

vi

Page 9: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

DAFTAR ISI

HalamanRINGKASAN

RIWAYAT HIDUP ................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR ............................................................................................... iv

UCAPAN TERIMAKASIH....................................................................................... v

DAFTAR ISI............................................................................................................. vii

DAFTAR TABEL ..................................................................................................... ix

DAFTAR GAMBAR .................................................................................................. x

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................................ xi

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang .............................................................................................. 11.2. Permasalahan................................................................................................. 31.3. Tujuan ........................................................................................................... 41.4. Manfaat Penelitian ........................................................................................ 41.5. Ruang Lingkup Penelitian............................................................................. 5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Rantai Pasokan .......................................................................... 62.1.1 Definisi Rantai Pasokan................................................................... 62.1.2 Definisi Manajemen Rantai Pasokan............................................... 7

2.2. Manajemen Risiko Rantai Pasokan............................................................... 72.3. Analisis Manajemen Risiko ........................................................................ 10

2.4. Landasan Matematik Penilaian Risiko........................................................ 132.5. Penelitian Terdahulu ................................................................................... 15

III.METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual................................................................. 173.2. Tahapan Penelitian ...................................................................................... 193.3. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................... 213.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data ........................................................ 21

3.5. Teknik Pengambilan Sampel....................................................................... 26 3.6. Pengolahan dan Analisis Data..................................................................... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Rantai Pasok Minyak Akar Wangi................................ 314.1.1 Karakteristik Tanaman Akar Wangi dan Minyak Akar Wangi .... 314.1.2 Identifikasi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi ........................ 354.1.3 Aktivitas Petani Akar Wangi ........................................................ 394.1.4 Aktivitas Pengumpul Akar Wangi ................................................ 444.1.5 Aktivitas Penyuling Akar Wangi .................................................. 464.1.6 Aktivitas Pengumpul Minyak Akar Wangi .................................. 51

vii

Page 10: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

4.2. Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Pada Penyuling. 534.2.1 Identifikasi Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Pada

Penyuling ....................................................................................... 534.2.2 Pengukuran dan Pemetaan Risiko Operasional Rantai Pasokan

Minyak Akar Wangi Pada Penyuling ........................................... 564.2.3 Penilaian Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Pada

Penyuling ....................................................................................... 614.3. Rancangan Sistem Penunjang Keputusan Risiko Rantai Pasokan Minyak

Akar Wangi Pada Penyuling ....................................................................... 664.4. Implikasi Manajerial .................................................................................. 70

KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................................... 72

1. Kesimpulan ..................................................................................................... 722. Saran ............................................................................................................... 73

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... 74

LAMPIRAN ............................................................................................................. 76

viii

Page 11: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Metode pengumpulan data .................................................................................. 252. Jumlah responden penelitian ............................................................................... 273. Skala penilaian risiko .......................................................................................... 284. Sentra produksi akar wangi di Indonesia ............................................................ 335. Luas lahan dan produksi akar wangi tahun 2009 ................................................ 336. Perbandingan mutu minyak akar wangi penyulingan rakyat dengan standar

mutu nasional dan internasional.......................................................................... 357. Hasil agregasi penilaian risiko pada peubah risiko................................................63

ix

Page 12: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Rantai pasokan ...................................................................................................... 62. Ketidakpastian permintaan dan pasokan............................................................. 103. Diagram pemetaan risiko .................................................................................... 124. Kerangka pemikiran konseptual.......................................................................... 185. Tahapan penelitian .............................................................................................. 196. Diagram alir penilaian risiko rantai pasokan minyak akar wangi....................... 307. Pola aliran rantai pasokan minyak akar wangi.................................................... 368. Luas lahan budidaya petani akar wangi. ............................................................. 409. Lama usaha budidaya petani akar wangi ............................................................ 4010. Jumlah penyuling sesuai bentuk usaha ............................................................... 4611. Tahapan penyulingan sesuai standar GMP ......................................................... 4812. Peta risiko operasional rantai pasokan minyak akar wangi ................................ 5713. Struktur hirarki penilaian risiko rantai pasokan minyak akar wangi pada

penyuling............................................................................................................. 62

x

Page 13: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Data hasil penilaian pakar .................................................................................... 762. Data responden identifikasi risiko........................................................................ 773. Agregasi dampak risiko........................................................................................ 794. Agregasi frekuensi risiko ..................................................................................... 805. Agregasi risiko operasional.................................................................................. 816. Agregasi risiko pemasaran ................................................................................... 827. Agregasi risiko keuangan dan risiko keseluruhan................................................ 83

xi

Page 14: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Minyak akar wangi merupakan salah satu minyak atsiri yang bernilai

ekonomi tinggi yang dihasilkan dari akar wangi (Vetiveria zizanioides).

Minyak akar wangi banyak digunakan sebagai campuran pembuat parfum,

kosmetik, pewangi sabun dan obat-obatan serta dapat digunakan sebagai

pembasmi dan pencegah serangga (Sabini dalam Indrawanto, 2009).

Tanaman akar wangi hanya dapat tumbuh dengan baik di daerah dengan

tingkat kesuburan tanah yang tinggi. Tanah yang baik untuk pertumbuhan

akar wangi adalah tanah yang tidak gembur atau tanah yang berpasir seperti

tanah yang mengandung abu vulkanik.

Indonesia sebagai salah satu penghasil minyak akar wangi mampu

menyumbang 28 persen pasokan minyak akar wangi dunia (Mulyati dkk,

2009). Sentra akar wangi di Indonesia berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat

yang tersebar di lima kecamatan yaitu Kecamatan Samarang, Bayongbong,

Cilawu, Leles, dan Pasir Wangi. Hasil minyak akar wangi dari Kabupaten

Garut sekitar 90 persen diekspor ke beberapa negara. Negara – negara tujuan

ekspor terutama yaitu Swiss, Jerman, Prancis, dan Amerika Serikat

(Rahmawati, 2010).

Minyak akar wangi Kabupaten Garut dihasilkan oleh industri berskala

kecil menengah (IKM) dengan menggunakan alat suling yang masih

sederhana. Penyulingan akar wangi dilakukan di setiap daerah sentra akar

wangi, kecuali di Kecamatan Pasir Wangi. Sistem penyulingan yang

digunakan adalah sistem kukus dan uap terpisah/boiler, dimana sistem kukus

paling banyak digunakan. Penggunaan alat suling yang masih sederhana

tersebut tidak mampu memenuhi kualitas dan kuantitas yang diperlukan pasar

dunia. Kualitas yang rendah tersebut membuat harga jual minyak akar wangi

Indonesia jauh dibawah harga minyak akar wangi Haiti yang mampu

menembus harga jual Rp 1.800.000 per kg. Sedangkan Indonesia hanya

mampu menjual dengan harga Rp 1.100.000 per kg. Penyuling mampu

memproduksi 3-4 kg minyak dari 1,5 ton akar wangi dalam satu kali

Page 15: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

2

penyulingan. Selama satu tahun Indonesia mampu memproduksi rata-rata 50

ton minyak akar wangi, jumlah tersebut sangat jauh dari permintaan dunia

yang diperkirakan meningkat sebesar 250-300 ton (Tempointeraktif, 2010).

Permintaan minyak akar wangi dunia yang diperkirakan terus

meningkat harus diimbangi dengan peningkatan produksi dan kualitas minyak

akar wangi. Oleh karena itu, IKM akar wangi perlu dikembangkan lebih

lanjut melalui kerjasama dengan pemangku kepentingan khususnya petani

sebagai produsen, penyuling sebagai pengolah, koperasi atau badan swasta

sebagai pendamping, dan eksportir yang membeli minyak akarwangi dari

koperasi atau badan swasta yang kemudian dijual kepada pemakai akhir di

luar negeri (Indrawanto, 2009). Kerja sama tersebut membentuk sebuah rantai

yang dikenal sebagai rantai pasokan industri minyak akar wangi.

Rantai pasokan ini membutuhkan manajemen yang baik agar tercipta

rantai pasokan yang optimal. Rantai pasokan memberikan peluang besar

untuk mengurangi biaya dan meningkatkan keuntungan. Manajemen rantai

pasokan adalah integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanan,

pengubahan menjadi barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman

ke pelanggan (Heizer dan Render, 2010).

Proses rantai pasokan tidak menutup kemungkinan adanya risiko yang

dapat mempengaruhi aktivitas rantai pasok, sehingga aktivitas rantai

pasokantidak berjalan semestinya. Dalam rangka melakukan identifikasi dan

mengantisipasi risiko yang timbul pada aktivitas rantai pasokan diperlukan

suatu manajemen risiko yang baik dalam rantai pasok. Penerapan manajemen

risiko yang baik merupakan salah satu aspek penting dalam mempertahankan

eksistensi sebuah usaha dalam industri.

Risiko yang perlu dikaji dalam IKM minyak akar wangi adalah risiko

operasional, risiko pemasaran, dan keuangan. Risiko operasional yang dikaji

khususnya berkaitan dengan penurunan kualitas minyak akar wangi. Kualitas

adalah komponen penting dalam ekspor komoditas minyak akar wangi.

Kualitas minyak akar wangi sangat dipengaruhi oleh kualitas bahan baku dan

proses penyulingan. Industri yang dijalankan masih dalam skala kecil

Page 16: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

3

sehingga sebagian besar penyulingan masih menggunakan alat yang masih

sederhana yang belum mampu menghasilkan minyak dengan kualitas tinggi.

Selain risiko operasional, IKM akar wangi juga mempunyai

kemungkinan risiko pemasaran dan keuangan. Walaupun pasar akar wangi

terbuka lebar, namun kondisi krisis global akan sangat berpengaruh dalam

memasarkan minyak akar wangi yang berorientasi ekspor. Kebutuhan

keuangan dalam usaha minyak akar wangi juga perlu diperhatikan, karena

modal yang dibutuhkan untuk penyulingan akar wangi besar.

1.2. Permasalahan

Permintaan minyak akar wangi dunia yang belum terpenuhi menuntut

perkembangan kualitas dan kuantitas minyak akar wangi yang terus menerus.

Peningkatan permintaan minyak akar wangi tidak hanya dalam segi kuantitas

namun kualitas juga perlu diperhatikan. Kerjasama antar anggota rantai

pasokan merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung

pengembangan industri minyak akar wangi. Rantai pasokan yang tidak terlalu

panjang dan tidak adanya dominansi peranan akan membuat industri berjalan

lancar dan menguntungkan semua pihak.

Rantai pasokan yang efektif akan mengoptimalkan fungsi pemasaran

minyak akar wangi. Pasar minyak akar wangi yang masih terbuka lebar masih

memungkinkan terjadinya risiko pemasaran, menurunnya permintaan akibat

kualitas tidak sesuai standar mungkin saja terjadi. Apabila standar kualitas

sudah dapat dipenuhi, maka Indonesia mampu menjual minyak akar wangi

dengan standar harga yang tinggi.

Pengembangan IKM dapat dilakukan dengan meningkatkan rendemen

dan kualitas minyak akar wangi. Peningkatan rendemen dan kualitas minyak

akar wangi sangat dipengaruhi oleh proses penyulingan akar wangi. Proses

penyulingan yang baik adalah menggunakan standar Good Manufacturing

Process (GMP). Pada kasus IKM minyak akar wangi di Garut banyak

penyuling yang tidak melakukan penyulingan dengan standar GMP, sehingga

kemungkinan risiko penurunan kualitas sangat tinggi.

Proses penyulingan harus didukung sistem keuangan yang baik

sehingga proses penyulingan dapat terus menerus dilakukan tanpa terkendala

Page 17: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

4

modal atau biaya operasional yang meningkat. Apabila kualitas dan sistem

keuangan sudah terkelola dengan baik maka risiko rantai pasokan minyak

akar wangi dapat diantisipasi agar tidak terjadi kerugian yang besar.

Risiko rantai pasokan dapat diukur pada setiap aktivitas rantai

pasokan. Aktivitas rantai pasokan minyak akar wangi meliputi pertanian,

pengumpulan bahan baku, penyulingan, pengumpulan minyak akar wangi,

dan ekspor minyak akar wangi. Pada penelitian ini akan dikaji risiko rantai

pasokan pada aktivitas penyulingan, yang meliputi risiko operasional, risiko

pemasaran, dan risiko keuangan.

Berdasarkan hal tersebut maka rumusan masalah yang perlu dikaji

adalah:

1. Bagaimana rantai pasokan minyak akar wangi?

2. Bagaimana manajemen risiko rantai pasokan minyak akar wangi khusunya

pada aktivitas penyulingan?

3. Bagaimana rancangan awal sistem penunjang keputusan manajemen risiko

rantai pasokan minyak akar wangi pada aktivitas penyulingan dalam

bentuk rule base?

1.3 Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Menganalisis rantai pasokan minyak akar wangi.

2. Menganalisis manajemen risiko rantai pasokan minyak akar wangi pada

aktivitas penyulingan.

3. Membuat rancangan awal sistem penunjang keputusan untuk manajemen

risiko rantai pasokan minyak akar wangi pada aktivitas penyulingan dalam

bentuk rule base.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat:

1. Menjadi bahan referensi untuk para peneliti dan civitas akademika untuk

penelitian manajemen rantai pasokan dan manajemen risiko selanjutnya.

2. Menjadi acuan bagi pemangku kepentingan yang terkait dengan

pengembangan usaha minyak akar wangi.

Page 18: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

5

3. Menjadi acuan bagi pemangku kepentingan yang terkait dalam mengelola

risiko usaha minyak akar wangi khususnya dan minyak atsiri umumnya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian adalah manajemen rantai pasokan dan

penilaian risiko pada industri minyak akar wangi. Batasan penelitian ini

sebagai berikut:

1. Pelaku usaha minyak akar wangi yang diteliti adalah Kecamatan

Samarang, Bayongbong, Cilawu, dan Leles.

2. Anggota rantai pasokan meliputi petani, pengumpul akar wangi,

penyuling, pengumpul minyak akar wangi, dan eksportir.

3. Manajemen risiko difokuskan pada risiko operasional yang berkaitan

dengan kualitas minyak akar wangi, risiko pemasaran, dan risiko

keuangan.

4. Risiko operasional dibatasi pada risiko internal (proses), risiko sumber

daya manusia, dan risiko sistem.

5. Penilaian risiko didasarkan pada aktivitas penyulingan.

Page 19: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Manajemen Rantai Pasokan 2.1.1 Definisi Rantai Pasokan

Pujawan (2005) mendefinisikan rantai pasokan adalah jaringan

perusahaan-perusahaan yang secara bersama-sama bekerja untuk

menciptakan dan menghantarkan suatu produk ke tangan pemakai

akhir. Siagian (2007) meyatakan bahwa rantai pasokan mencakup

keseluruhan interaksi antara pemasok, perusahaan manufaktur,

distributor, dan konsumen. Interaksi ini juga berkaitan dengan

transportasi, informasi, penjadwalan, transfer kredit maupun tunai, serta

transfer bahan baku antara pihak-pihak yang terlibat. Rantai pasokan

menurut Siagian (2007) digambarkan pada Gambar 1:

Gambar 1. Rantai pasokan (Siagian 2007)

Menurut Chopra dalam Tunggal (2009), rantai pasokan terdiri

dari semua tahapan yang terlibat baik secara langsung maupun tidak

langsung dalam pemenuhan permintaan pelanggan. Menurut Aitken

dalam Tunggal (2009), rantai pasokan merupakan sebuah jaringan yang

terhubung dan organisasi independen yang bekerja sama untuk

mengontrol, mengelola, dan meningkatkan aliran material dan

informasi dari pemasok ke pengguna akhir.

- Informasi penjadwalan- Arus kas- Arus pesanan

Pemasok Persediaan Perusahaan Distribusi Konsumen

- Arus kredit- Arus bahan baku

Page 20: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

7

2.1.2 Definisi Manajemen Rantai Pasokan

Jonnsson (2008) mendefinisikan manajemen rantai pasokan

meliputi perencanaan dan pengelolaan semua kegiatan yang terlibat

dalam konversi sumber dan pengadaan, dan semua kegiatan

pengelolaan logistik. Manajemen rantai pasokan juga meliputi

koordinasi dan kolaborasi dengan mitra saluran, yang dapat berupa

pemasok, perantara, pihak ketiga penyedia layanan, dan pelanggan.

Menurut Stanford Supply Chain Forum (1999) yang dicetuskan

oleh Kepala Forum Hau Lee dalam Tunggal (2009), manajemen rantai

pasokan berhubungan erat dengan aliran manajemen bahan, informasi

dan finansial dalam suatu jaringan yang terdiri dari pemasok,

perusahaan, distributor, dan pelanggan. Menurut Marimin dan

Maghfiroh (2010) sistem manajemen rantai pasokan dapat didefinisikan

sebagai satu kesatuan sistem pemasaran terpadu, yang mencakup

keterpaduan produk dan pelaku, guna memberikan kepuasan pada

pelanggan.

Menurut Pujawan (2005) manajemen rantai pasokan adalah

metode atau pendekatan integratif untuk mengelola aliran produk,

informasi, dan uang secara terintegrasi yang melibatkan pihak-pihak

mulai dari hulu ke hilir yang terdiri dari supplier, pabrik, jaringan

distribusi maupun jasa-jasa logistik. Siagian (2007) menyatakan ruang

lingkup Manajemen Rantai Pasokan meliputi:

1. Rantai pasokan mencakup seluruh kegiatan arus dan transformasi

barang mulai dari bahan mentah, sampai penyaluran ke tangan

konsumen termasuk aliran informasinya. Bahan baku dan aliran

informasi adalah rangkaian dari rantai pasokan.

2. Rantai pasokan sebagai suatu sistem tempat organisasi menyalurkan

barang produksi dan jasa kepada para pelanggannya.

2.2. Manajemen Risiko Rantai Pasokan

Risiko dapat didefinisikan sebagai ketidakpastian tentang suatu

keadaan yang akan terjadi nantinya dengan keputusan yang diambil

berdasarkan berbagai pertimbangan pada saat ini (Fahmi, 2010). Menurut

Page 21: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

8

Djohanputro (2004), risiko bisa diartikan sebagai ketidakpastian yang telah

diketahui tingkat probabilitas kejadiannya. Risiko adalah ketidakpastian yang

bisa dikuantitaskan yang dapat menyebabkan kerugian atau kehilangan.

Menurut Kountur (2008), risiko merupakan kemungkinan kejadian yang

merugikan.

Risiko rantai pasokan dapat didefinisikan sebagai kerugian yang

dikaji dari sisi kemungkinan terjadinya, sisi kemungkinan penyebabnya, dan

sisi akibatnya dalam rantai pasokan sebuah perusahaan dan lingkungannya.

Jika salah satu pelaku mengalami masalah dalam rantai pasok, maka akan

berpengaruh baik secara langsung atau tidak langsung kepada mitra dalam

jaringan rantai pasokannya (Marimin dan Maghfiroh, 2010).

Manajemen risiko rantai pasokan adalah kerjasama dengan mitra

kerja rantai pasokan dengan menerapkan alat-alat yang diperlukan dalam

proses manajemen risiko sehingga mampu mengatasi risiko dan

ketidakpastian yang muncul dari aktivitas atau sumber-sumber logistik

(Norrman dan Jansson dalam Hadiguna, 2010). Menurut Cavinato dalam

Hadiguna (2010), pada dasarnya terdapat lima aliran yang bisa dianalisa

dalam manajemen risiko rantai pasok, yaitu: risiko operasional, risiko

finasial, risiko informasi, risiko relasional, dan risiko inovasional. Manajemen

risiko rantai pasokan pada umumnya fokus pada risiko operasional. Misalnya,

risiko dalam penerimaan pesanan, risiko dalam pembelian barang, risiko

dalam persediaan, risiko dalam produksi, risiko dalam perencanaan, risiko

dalam hubungan antara agen serta prinsipal dan beberapa kejadian lain yang

sangat banyak dalam sebuah proses bisnis suatu perusahaan.

Menurut Hadiguna (2010), risiko rantai pasokan merupakan

kemungkinan dan efek dari ketidaksesuaian antara pasokan dan permintaan.

Selanjutnya, konsekuensi risiko dapat diasosiasikan dengan keluaran spesifik

rantai pasokan seperti biaya atau kualitas. Risiko rantai pasokan terdiri dari

perbedaan dalam hal informasi, aliran bahan dan produk, yang berasal dari

pemasok awal sampai dengan pengiriman kepada pengguna akhir (Gaonkar

dan Viswanadham dalam Hadiguna, 2010).

Page 22: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

9

Menurut Pujawan (2005), ketidakpastian suatu rantai pasokan

diklasifikasikan menjadi berdasarkan sumber utamanya, yaitu:

1. Ketidakpastian permintaan

Sebuah ritel tidak akan mempunyai informasi yang pasti berapa suatu

produk tertentu akan terjual pada minggu atau hari tertentu.

Ketidakpastian tersebut disebabkan oleh kesalahan administrasi

persediaan, syarat jumlah pengiriman minimum, dan keharusan ritel

untuk mengakomodasikan ketidakpastian pelanggan mereka.

2. Ketidakpastian dari pemasok

Ketidakpastian dari pemasok dapat berupa ketidakpastian pada waktu

tunggu pengiriman, harga bahan baku atau komponen, ketidakpastian

kualitas, serta kuantitas material yang dikirim.

3. Ketidakpastian internal

Ketidakpastian internal dapat terjadi akibat kerusakan mesin, kinerja

mesin yang tidak sempurna, ketidakhadiran tenaga kerja, serta

ketidakpastian waktu maupun kualitas produksi.

Menurut Austin dalam Hadiguna (2010), risiko kualitas dapat

diminimisasi dengan memenuhi spesifikasi bahan baku yang diisyaratkan

melalui pengembangan standar spesifikasi bahan baku yang dibutuhkan,

penentuan kapasitas produksi bahan baku dan penyediaan insentif bagi

produsen yang mampu memenuhi standar produksi dan pengiriman. Tingkat

risiko rantai pasokan agroindustri akan tergantung dari jenis komoditasnya.

Komoditas yang mempunyai diversifikasi yang sangat tinggi akan berisiko

tinggi dari sisi pasokan dan sebaliknya (Zsidin, 2003). Menurut Lee dalam

Hadiguna (2010), ketidakpastian dalam rantai pasokan bersumber dari dua

sisi yaitu permintaan dan pasokan. Hubungan antara ketidakpastian

permintaan dan pasokan dapat dilihat pada Gambar 2.

Page 23: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

10

Ketidakpastian PermintaanRendah

(Produk fungsional)Tinggi

(Produk inovatif)

Ara

h S

trat

egi p

engu

rang

anke

tida

kpas

tian

Pas

okan

Ket

idak

past

ian

Pas

okan Rendah

(Proses stabil)

Tinggi(Proses

berkembang)

Pangan, pakaian, pertanian, minyak dan

gas

Pembangkit listrik hidro, pangan dan

pertanian

Telekomunikasi, semikonduktor,

komputer canggih

Pakaian, Komputer

Arah strategi pengurangan ketidakpastian permintaan

Gambar 2. Ketidakpastian permintaan dan pasokan (Lee dalam Hadiguna 2010)

Proses manajemen risiko rantai pasokan adalah mengidentifikasikan

sumber-sumber risiko. Menurut Norrman dan Jansson dalam Hadiguna

(2010), langkah-langkah dalam penanganan risiko yaitu identifikasi dan

analisis risiko untuk mencari deviasi dari sebuah kejadian kemudian mencari

konsekuensi dari deviasi tersebut termasuk penyebab deviasinya. Kedua,

penilaian risiko adalah melakukan penilaian risiko untuk membuat prioritas

dari daftar risiko tersebut sehingga dapat diketahui risiko yang lebih prioritas.

Penilaian risiko umumnya dilakukan dengan cara melakukan sebuah

perhitungan terhadap kerugian yang muncul sebagai konsekuensi terjadinya

risiko tersebut. Ketiga, mengelola risiko dengan cara berupa transfer risiko,

menanggung bersama risiko, didiamkan saja, dihapus kegiatannya. Keempat,

pemantauan risiko yaitu mengikuti pelaksanaan penanganan risiko apakah

sudah sesuai dengan biaya yang diperkirakan, jadwal yang direncanakan

sehingga diyakini penanganan sudah sesuai rencana.

2.3. Analisis Manajemen Risiko

Menurut Djohanputro (2004) siklus manajemen risiko terdiri dari

lima tahapan yaitu identifikasi risiko, pengukuran risiko, pemetaan risiko,

model pengelolaan risiko, monitor, dan pengendalian.

Page 24: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

11

1. Identifikasi Risiko

Pada tahap ini analisis berusaha mengidentifikasi apa saja risiko

yang dihadapi oleh perusahaan. Perusahaan tidak selalu menghadapi

seluruh risiko. Risiko ada yang dominan dan ada risiko yang minor.

Langkah pertama adalah dengan melakukan analisis kepada pihak

berkepentingan yaitu pemegang saham, kreditur, pemasok, karyawan,

pemain lain dalam industri, pemerintah, manajemen itu sendiri,

masyarakat, dan pihak lain yang terpengaruh oleh adanya perusahaan.

Langkah kedua, analis dapat menggunakan 7S dari McKenzie yaitu shared

value, strategy, structure, staff, skills, system, dan style.

Pada tahap pertaman ini dapat diidentifikasi nilai kerugian (loss

exposures). Metode untuk mengidentifikasi risiko beragam, misalnya

menggunakan checklist untuk hal-hal yang dapat diidentifikasi dapat

menimbulkan risiko. Identifikasi risiko dapat juga dilakukan dengan

analisis kinerja keuangan perusahaan, focus group discussion dengan para

manajer, survey terhadap karyawan, diskusi dengan perusahaan asuransi

dan konsultan manajemen risiko (Mulyati dkk, 2009).

2. Pengukuran Risiko

Pengukuran risiko mengacu kepada dua hal yaitu kuantitas dan

kualitas risiko. Kuantitas terkait dengan berapa banyak nilai, atau eksposur

yang rentan terhadap risiko. Kualitas risiko terkait dengan kemungkinan

suatu risiko muncul. Semakin tinggi kemungkinan risiko terjadi, maka

semakin tinggi pula risikonya. Data historis merupakan salah satu sumber

identifikasi risiko sekaligus sumber untuk mengukur besarnya risiko.

Kemungkinan terjadinya risiko dapat ditentukan walaupun tidak ada data

historis dari masa sebelumnya. Metode yang digunakan untuk mengetahui

kemungkinan terjadinya risiko adalah dengan metode aproksimasi.

Menurut Kountur (2008), pengumpulan informasi pada metode

aproksimasi dapat dilakukan melalui tiga cara, yaitu: Expert Opinion,

Concensus, atau Delphy.

Expert Opinion adalah cara pengumpulan informasi dimana

seseorang dianggap yang dianggap ahli diwawancarai untuk mendapatkan

Page 25: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

12

informasi tentang berapa besar probabilitas dan berapa besar dampak yang

terjadi dari suatu risiko. Concensus adalah cara dimana beberapa orang

dikumpulkan untuk diminta pendapatnya tentang besarnya probabilitas dan

dampak dari suatu daftar risiko. Beberapa orang tersebut harus membuat

kesepakatan besarnya risiko yang akan digunakan dalam membuat peta

risiko dan status risiko. Delphy adalah suatu cara dimana beberapa orang

yang dianggap ahli untuk memberikan pendapat. Hal tersebut dilakukan

dengan jalan mengirimkan formulir atau pertanyaan untuk diisi secara

tertulis dan dijawab dengan tertulis. Masing-masing ahli tidak boleh saling

mengetahui. Selanjutnya pendapat mereka disebarkan ke ahli yang lain

untuk diberi pendapat revisi (Kountur, 2008).

3. Pemetaan Risiko

Sebuah manajemen akan mampu menilai risiko dengan adanya

pengelompokan terhadap risiko. Pemetaan risiko pada prinsipnya

merupakan penyusunan risiko berdasarkan kelompok-kelompok tertentu

sehingga manajemen dapat mengidentifikasi karakter dari masing-masing

risiko dan menetapkan tindakan yang sesuai terhadap masing-masing

risiko (Djohanputro, 2004). Peta risiko dapat dilihat pada Gambar 3.

Risiko II Risiko IRisiko berbahaya yang jarang terjadi

Mengancam pencapaian tujuan perusahaan

Risiko IV Risiko IIIRisiko tidak berbahaya

Risiko yang terjadi secara rutin

Gambar 3. Diagram Pemetaan Risiko (Djohanputro, 2004)

Tahap pemetaan menurut Scandizzo (2005) adalah 1) identifikasi

kegiatan kunci, 2) analisis pemicu risiko (people, process, system dan

external); 3) analisis faktor-faktor risiko (kuantitas, kualitas, kondisi kritis,

failure); 4) identifikasi risiko; 5) identifikasi dan analisis kerugian; dan 6)

identifikasi dan analisis Key Risk Indicators (KRIs).

ProbabilitasRendah Tinggi

Tin

ggi

Ren

dah

Page 26: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

13

Berdasarkan peta risiko maka dapat diketahui strategi penanganan

risiko. Dua strategi penanganan risiko adalah preventif dan mitigasi.

Preventif dilakukan apabila probabilitas besar dan mitigasi dilakukan

dengan tujuan memperkecil dampak risiko. Tindakan preventif dapat

dilakukan dengan membuat atau memperbaiki prosedur, mengembangkan

sumber daya mausia, dan memasang atau memperbaiki fasilitas fisik.

Beberapa cara mitigasi adalah dengan diversifikasi, penggabungan, dan

pengalihan risiko (Kountur, 2008).

4. Model Pengelolaan Risiko

Pengelolaan risiko bisa dilakukan secara konvensional, penetapan modal

risiko dan struktur organisasi pengelolaan risiko.

5. Monitoring dan Pengendalian Risiko

Monitoring dan pengendalian risiko bertujuan untuk memastikan

bahwa pelaksanaan pengelolaan risiko berjalan sesuai dengan rencana,

cukup efektif, dan untuk memantau perkembangan terhadap

kecenderungan-kecenderungan berubahnya profil risiko. Perubahan ini

berdampak pada pergeseran peta risiko yang otomatis merubah prioritas

risiko.

2.4 Landasan Matematik Penilaian Risiko

Proses pengambilan keputusan yang melibatkan pendapat berbagai

pakar menjadi sangat rumit jika setiap pendapat didasarkan pada kriteria

jamak (Hadiguna, 2010). Pengambilan keputusan tersebut dikenal dengan

istilah Multi-Expert (Person) Multi Criteria Decision Making atau ME-

MCDM. Teknik ME-MCDM akan didukung oleh proses agregasi rating dan

preferensi serta penggabungan pendapat dari setiap pakar sehingga

penyelesaian yang dihasilkan adalah yang paling diterima oleh kelompok

secara keseluruhan (Hadiguna, 2010).

Operasi agregasi kriteria adalah metode Order Weighted Average

(OWA). Operator OWA merupakan operator yang dapat dengan mudah

menyesuaikan atau mengagregasikan operator “dan” dan operator “atau”

dalam persoalan ME-MCDM (Yager, 1988). Operasi agregasi kriteria

dirumuskan oleh Yager dalam Santoso (2005) yaitu:

Page 27: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

14

Pik = Min [Neg I(qj) ˅ Pik(qj)]....................................................................(1)

dimana:

Pik = Nilai agregasi risiko dari penilai

I(qj) = Nilai kemungkinan terjadinya risiko

Neg I(qj) = Nilai negasi I(qj)

Pik(qj) = nilai tingkat kekerasan risiko dari pendapat penilai

˅ = notasi maksimum

Formulasi tersebut menunjukkan bahwa kriteria yang tingkat

kepentingannya rendah mempunyai pengaruh yang kecil terhadap skor

keseluruhan. Formulasi agregasi tersebut memenuhi kondisi Pareto

optimalitas, kebebasan terhadap alternatif tidak relevan, asosiasi yang positif

bagi skor individual terhadap skor keseluruhan, non-dictatorship dan simetri

yang harus dipenuhi untuk agregasi kriteria jamak (Hadiguna, 2010).

Bobot faktor nilai pengambil keputusan (pakar) dengan formula:

QA (k) =Sb(k)

b(k) = Int [1 + k* (q-1)/r ]................................................................................(2)

dimana:

QA = bobot rata-rata penilai pada skala k

q = jumlah skala penilaian risiko

r = jumlah penilai (pakar)

Agregasi keputusan ahli dengan menggunakan operator Ordered Weighted

Averaging (OWA) dirumuskan sebagai berikut:

Pi = Max j...r [Qj ∧ Bj]....................................................................................(3)

dimana:

Pi = Nilai agregasi risiko

Qj = bobot kelompok penilai

Bj = pengurutan nilai dari besar ke kecil

∧ = notasi minimum

Page 28: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

15

2.5 Penelitian Terdahulu

Mulyati dkk (2009) meneliti “Rancang Bangun Sistem Manajemen

Rantai Pasokan dan Risiko Minyak Akar Wangi Berbasis IKM di Indonesia”.

Hasil penelitian ini adalah teridentifikasi peta potensi minyak akar wangi di

Indonesia, gambaran rantai pasokan minyak akar wangi berbasis IKM di

Indonesia, dan teridentifikasi faktor internal dan eksternal yang

mempengaruhi usaha minyak akar wangi. Potensi pengembangan minyak

atsiri masih terbuka karena tanah dan iklim Indonesia cocok untuk

pengembangan atsiri, didukung oleh ketersediaan areal potensial, terbukanya

peluang pasar baik lokal maupun ekspor, serta adanya dukungan lembaga

penelitian yang menyiapkan teknologi untuk peningkatan mutu. Gambaran

rantai pasokan minyak akar wangi tidak berbeda jauh secara umum dengan

rantai pasokan minyak atsiri. Penelitian ini menjadi bahan masukan untuk

mengkaji manajemen rantai pasokan minyak akar wangi dan risiko minyak

akar wangi.

Hadiguna (2010) meneliti “Perancangan Sistem Penunjang

Keputusan Rantai Pasokan dan Penilaian Risiko Mutu Pada Agroindustri

Minyak Sawit Kasar”. Penelitian ini bertujuan untuk merumuskan cara

penilaian risiko operasional, merumuskan model matematik manajemen

panen-angkut-olah dan menghasilkan rancang bangun sistem penunjang

keputusan yang berfungsi untuk pengelolaan risiko penurunan dan optimasi

rantai pasokan minyak sawit kasar. Rancangan sistem penunjang keputusan

yang dihasilkan bernama SIRPO yang berguna untuk menganalisis risiko

penurunan mutu dan optimasi rantai pasok. SPK dirancang dengan dengan

mengintegrasikan teknik optimasi dan mekanisme protokol atau rule base

sehingga mampu memberikan keluaran sesuai kebutuhan pengambil

keputusan. Rancangan ini dimaksudkan untuk mengintegrasikan pengelolaan

mutu dan optimasi rantai pasok. Teknik yang digunakan dalam penelitian ini

adalah penilaian risiko mutu menggunakan teknik Non-Numeric Multi-Expert

Multi Criteria Decision Making (ME-MCDM) dengan agregasi penilaian

menggunakan teknik Ordered Weighted Averaging (OWA).

Page 29: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

16

Santoso (2005) meneliti “Rekayasa Model Manajemen Risiko Untuk

Pengembangan Agroindustri Buah-buahan Secara Berkelanjutan”. Penelitian

ini membahas secara komprehensif manajemen risiko agroindustri buah-

buahan khususnya mangga dengan mengkombinasikan berbagai teknik

pengambilan keputusan kriteria majemuk. Hasil penelitian ini adalah sistem

penunjang keputusan M-RISK, yang terdiri dari lima model utama yang

membatu pengambil keputusan dalam pengembangan agroindustri buah-

buahan.Model M-RISK dapat digunakan untuk menentukan prioritas produk

agroindustri unggulan, menganalisis risiko dan merumuskan strategi

manajemen risiko pengadaan bahan baku, pengolahan dan pemasaran produk

agroindustri, merumuskan manajemen kelembagaan dan menganalisis

kelayakan usaha agroindustri dengan berbagai skenario. Risiko yang tertinggi

dari penelitian tersebut adalah aspek pengadaan bahan baku. Kaitan penelitian

ini adalah sebagai referensi proses manajemen risiko dan teknik yang

digunakan.

Kusnandar dan Marimin (2003) meneliti “Pengembangan Produk

Agroindustri Jamu dan Analisis Struktur Kelembagaannya”. Penelitian

tersebut menghasilkan bahwa produk jamu serbuk merupakan alternatif

terbaik dengan kategori tinggi (T) dengan pendekatan fuzzy non numeric

decision making. Kaitannya dengan penelitian ini adalah sebagai referensi

metode agregasi OWA dan pengambilan keputusan dengan pendekatan fuzzy

non numeric.

Santoso dan Marimin (2001) meneliti “Produk Olahan Apel

Unggulan Menggunakan Teknik Fuzzy Non Numerik dan Analisis Struktur

Serta Pola Pembinaan Kelembagaannya”. Hasil penelitian tersebut adalah

kategori tinggi (T) untuk dodol apel, sari buah dan keripik kategori sedang

(M), dan ketegori rendah (R) untuk produk lainnya. Kaitan penelitian ini

adalah sebagai referensi penentuan keputusan menggunakan pendekatan fuzzy

non numeric.

Page 30: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran Konseptual

Permintaan minyak akar wangi dunia diperkirakan terus meningkat.

Hal tersebut merupakan salah satu kesempatan bagi Indonesia untuk

mengembangkan industri minyak akar wangi. Pengembangan industri

minyak akar wangi harus didukung oleh suatu sistem yang mampu

mengoptimalkan produktivitasnya. Sistem tersebut adalah manajemen rantai

pasokan yang terdiri dari petani, pengumpul akar wangi, penyuling,

pengumpul minyak akar wangi, dan eksportir.

Sistem rantai pasokan yang panjang tidak menguntungkan bagi

usaha. Selain itu, peranan anggota rantai pasokan yang tidak seimbang juga

menyebabkan tidak optimalnya suatu produksi, sehingga hanya dapat

menguntungkan pihak-pihak tertentu. Dalam hal ini eksportir sangat

dominan dalam menentukan harga minyak akar wangi.

Manajemen rantai pasokan minyak akar wangi tidak menutup

kemungkinan adanya ketidakpastian kualitas dan kuantitas, penjualan, dan

permodalan usaha. Ketidakpastian tersebut dapat menjadi risiko yang

mengakibatkan kerugian usaha. Risiko yang dikaji adalah risiko

operasional, risiko pemasaran, dan risiko keuangan. Risiko tersebut dinilai

dan dibentuk rancangan sistem penunjang keputusan risiko rantai pasokan

minyak akar wangi.

Risiko perlu dikelola untuk keberlanjutan suatu usaha. Risiko yang

dikelola dengan baik akan menciptakan keunggulan kompetitif bagi usaha.

Keunggulan kompetitif yang dimaksud adalah keunggulan dalam hal mutu

dan biaya. Keunggulan kompetitif mampu menciptakan ketahanan dan

keberlanjutan usaha. Ketahanan usaha minyak akar wangi tersebut menjadi

rumusan kerangka pemikiran penelitian ini. Diagram kerangka pemikiran

dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 4.

Page 31: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

18

Gambar 4. Kerangka pemikiran konseptual

Rancangan Model Sistem Penunjang Keputusan

Permintaan minyak akar wangi yang terus meningkat

Pengembangan industri minyak akar wangi

Kesempatan pasar yang luas

Ketidakpastian kualitas dan kuantitas, penjualan, permodalan usaha

Manajemen risiko operasional, pemasaran, dan keuangan

Manajemen rantai pasokan minyak akar wangi

Risiko rantai pasokan minyak akar wangi

Keunggulan kompetitif

Ketahanan Usaha

Page 32: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

19

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian merupakan rincian dari langkah-langkah yang

dilakukan berdasarkan dari awal sampai akhir penelitian. Tahapan

Penelitian dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Tahapan penelitian

Kesimpulan dan saran

Analisis rantai pasokan minyak

akar wangi

Analisis deskriptif

Identifikasi rantai pasokan

Input data identifikasi rantai pasok

Pra

Pen

elit

ian

Identifikasi risiko dan penanganan risiko

operasional, pemsaran, dan keuangan

Pengukuran probabilitas dan dampak risiko

Pemetaan risiko

Analisis deskriptif risiko

Input data identifikasi risiko

Analisis risiko

Studi pustaka

Ijin dan penjajakan penelitian

Proposal penelitian

Pengumpulan data

Rancangan awal sistem penunjang keputusan

1.Penilaian pakar (Non Numeric MCDM)

2. Teknik Agregasi OWA

3. Pembuatan rule base

Page 33: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

20

Berdasarkan Gambar 5. tahapan penelitian secara rinci terdiri dari:

1. Studi pustaka dilakukan sebagai landasan sistem nyata yang dipelajari.

Pustaka yang dipelajari adalah pustaka yang berhubungan dengan

manajemen rantai pasokan dan manajemen risiko rantai pasokan.

Pustaka lain yang dipelajari adalah metode yang bisa digunakan dalam

menyelesaikan model risiko rantai pasokan.

2. Pembuatan proposal penelitian yang meliputi latar belakang, rumusan

masalah, tujuan penelitian dan rancangan pengumpulan data.

Rancangan pengumpulan data meliputi 1) identifikasi kebutuhan data,

2) metode pengumpulan data, 3) metode pengambilan sampel, dan 4)

pemilihan teknik analisis pengolahan data.

3. Pra survey yang dilakukan melalui wawancara dengan ketua sentra akar

wangi sebagai tahap awal penjajakan penelitian. Penjajakan dilakukan

untuk memperoleh gambaran umum rantai pasokan dan risiko akar

wangi serta kondisi geografis objek penelitian. Pengajuan ijin penelitian

ke Badan Kesatuan Pembangunan dan Perlindungan Masyarakat

(Kesbag dan Linmas) Kabupaten Garut dan kantor desa Sukakarya

tempat responden petani dan penyuling.

4. Pengumpulan data primer dan sekunder. Pengumpulan data primer

melalui wawancara dengan anggota rantai pasokan (petani, pengumpul

minyak akar wangi, penyuling, dan pengumpul minyak akar wangi)

minyak akar wangi dalam bentuk kuesioner untuk mengidentifikasi

rantai pasokan minyak akar wangi. Wawancara dengan penyuling

minyak akar wangi untuk mengidentifikasi risiko operasional,

pemasaran, dan keuangan serta penanganannya pada aktivitas

penyulingan. Pengumpulan data sekunder ke Dinas Perindustrian,

Perdagangan, dan Koperasi dan Dinas Perkebunan Kabupaten Garut.

5. Input data ke program Statistical Product and Service Solutions (SPSS)

versi 16.0.

6. Pengolahan data primer dan sekunder untuk identifikasi rantai pasokan

dengan analisis deskriptif.

Page 34: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

21

7. Pengolahan data primer identifikasi risiko penyuling dengan analisis

deskriptif berdasarkan proses manajemen risiko (identifikasi risiko,

pengukuran risiko, pemetaan risiko, dan penanganan risiko).

8. Merumuskan faktor-faktor risiko dan peubah penentu yang dibutuhkan

dalam penilaian risiko rantai pasok. Prosedur yang dilakukan melalui

wawancara dan studi pustaka hasil-hasil penelitian terkait. Faktor risiko

yang diperoleh akan distrukturisasi secara hirarki sehingga

mendeskripsikan keterkaitan antar faktor.

9. Merumuskan basis aturan untuk menterjemahkan hasil penilaian risiko

sehingga rekomendasi dapat dikeluarkan oleh model pengambil

keputusan. Rekomendasi merupakan akuisisi pengetahuan para ahli

yang terdiri dari akademisi dan pelaku usaha (penyuling).

3.3. Waktu dan Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Garut, dengan objek penelitian

adalah industri kecil menengah (IKM) minyak akar wangi. Pemilihan lokasi

ini dilakukan secara sengaja dengan pertimbangan IKM akar wangi

merupakan salah satu minyak atsiri yang mempunyai nilai ekonomi tinggi.

IKM akar wangi bersentra di Kabupaten Garut yang tersebar di lima

kecamatan yaitu Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu, Leles, dan

Pasir Wangi. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret sampai Juli 2011.

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer

dan data sekunder. Data primer diperoleh dari observasi, kuesioner, dan

wawancara langsung dengan anggota rantai pasokan minyak akar wangi.

Data sekunder berupa studi literatur dan data lain yang berkaitan dengan

topik penelitian ini yang diperoleh dari jurnal, surat kabar, Dinas

Perkebunan Garut, Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Koperasi

Kabupaten Garut.

Page 35: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

22

Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini

adalah:

1. Observasi, yaitu pengamatan langsung obyek penelitian dengan tujuan

untuk memahami kondisi rantai pasokan yang sebenarnya. Obyek yang

diamati adalah lahan akar wangi, akar wangi, kondisi penyulingan, dan

proses penyulingan.

2. Wawancara, dilakukan kepada petani akar wangi, pengumpul akar wangi.

penyuling akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, dan akademisi.

Wawancara mengenai aktivitas masing-masing anggota rantai pasokan

dengan alat bantu kuesioner.

3. Kuesioner, berisi daftar pertanyaan yang ditujukan kepada pihak-pihak

terkait dengan topik penelitian, yaitu kepada petani akar wangi,

pengumpul akar wangi, penyuling akar wangi, pengumpul minyak akar

wangi, dan akademisi. Kuesioner dibagi menjadi tiga jenis, yaitu i)

kuesioner untuk mengidentifikasi rantai pasokan minyak akar wangi. ii)

kuesioner untuk megidentifikasi risiko rantai pasokan pada penyuling,

dan iii) kuesioner untuk penilaian risiko rantai pasokan.

i) Kuesioner Identifikasi Rantai Pasokan

Kuesioner untuk petani berisi daftar pertanyaan mengenai identitas

usaha, aspek budidaya dan pasca panen, aspek pemasaran, aspek

keuangan, dan aspek kemitraan.

Identitas usaha petani bertujuan untuk mengidentifikasi karakteristik

dari petani yaitu status usaha petani, kegiatan petani, jumlah

produksi, kepemilikan lahan, dan awal mulai usaha bertani akar

wangi. Aspek budidaya dan pasca panen berisi daftar pertanyaan

mengenai pola tanam akar wangi, proses budidaya akar wangi yang

sesuai Good Agricultural Process (GAP) dari pembibitan sampai

panen, masa tanam, kebutuhan input pertanian dan pemasok,

permasalahan dan kendala budidaya akar wangi serta solusi yang

diterapkan.

Aspek pemasaran pada petani akar wangi berisi pertanyaan

mengenai cara penjualan, kerjasama penjualan yang dilakukan,

Page 36: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

23

wilayah penjualan, harga jual, mekanisme pembayaran, dan

permasalahan serta solusinya. Aspek keuangan bertujuan untuk

mengetahui permodalan dalam budidaya akar wangi, investasi yang

dibutuhkan, dan masalah permodalan yang dihadapi serta solusinya.

Aspek kemitraan bertujuan untuk mengetahui bentuk kemitraan dan

pihak-pihak yang menjadi mitra usaha petani.

Kuesioner untuk penyuling berisi pertanyaan mengenai identitas

usaha, aspek penyulingan akar wangi, aspek pemasaran, aspek

keuangan, dan aspek kemitraan. Identitas usaha penyuling bertujuan

untuk mengidentifikasi karakteristik dari penyuling yaitu status dan

bentuk usaha penyuling, kegiatan penyuling, jumlah produksi

minyak akar wangi, dan awal mulai usaha penyulingan akar wangi.

Aspek penyulingan akar wangi berisi daftar pertanyaan mengenai

karakteristik input penyulingan akar wangi, proses penyulingan akar

wangi, dan output yang dihasilkan. Jenis kendala dan permasalahan

selama proses penyulingan akar wangi serta solusi yang diterapkan.

Aspek pemasaran pada penyuling berisi pertanyaan mengenai cara

penjualan minyak akar wangi, kerjasama penjualan yang dilakukan,

wilayah penjualan minyak akar wangi, harga jual minyak akar

wangi, mekanisme pembayaran, dan permasalahan serta solusinya.

Aspek keuangan bertujuan untuk mengetahui permodalan dalam

proses penyulingan akar wangi, investasi yang dibutuhkan, dan

masalah permodalan yang dihadapi serta solusinya. Aspek kemitraan

bertujuan untuk mengetahui bentuk kemitraan dan pihak-pihak yang

menjadi mitra usaha penyuling.

Kuesioner untuk pengumpul akar wangi dan pengumpul minyak akar

wangi berisi garis besar pertanyaan yang sama yaitu identitas usaha,

aspek pemasaran, aspek keuangan, dan aspek kemitraan. Idetitas

usaha untuk pengumpul akar wangi/minyak akar wangi berisis

pertanyaan mengenai karakteristik pengumpul akar wangi/ minyak

akar wangi, status usaha, bentuk usaha, sistem pemesanan,

mekanisme pembayaran, dan permasalahan serta solusinya. Aspek

Page 37: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

24

Pemasaran berisi pertanyaan mengenai cara penjualan akar

wangi/minyak akar wangi, kerjasama penjualan yang dilakukan,

wilayah penjualan akar wangi/minyak akar wangi, harga jual akar

wangi/minyak akar wangi, dan permasalahan serta solusinya.

Aspek keuangan bertujuan untuk mengetahui permodalan dalam

proses pengumpulan akar wangi/minyak akar wangi, investasi yang

dibutuhkan, dan masalah permodalan yang dihadapi serta solusinya.

Aspek kemitraan bertujuan untuk mengetahui bentuk kemitraan dan

pihak-pihak yang menjadi mitra usaha pengumpul akar

wangi/minyak akar wangi.

ii) Kuesioner Identifikasi Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi

Kuesioner identifikasi risiko ditujukan untuk penyuling minyak akar

wangi yang terdiri dari 3 (tiga) risiko utama yaitu operasional,

pemasaran, dan keuangan. Masing-masing risiko terdapat variabel

atau pemicu risiko. Risiko operasional terdiri dari 3 (tiga) pemicu

utama yaitu internal, Sumber Daya Manusia (SDM), dan sistem.

Masing-masing variabel dan pemicu risiko tersebut diberi penilaian

oleh responden berdasarkan frekuensi dan dampak dengan skala ST

(5), T (4), S (3), R (2), dan SR (1). Kuesioner berikutnya berisi

upaya penanganan risiko, pihak-pihak yang dapat membantu serta

peran yang diharapkan dari pihak-pihak tersebut untuk menangani

risiko.

iii) Kuesioner Penilaian Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi

Kuesioner penilaian rantai pasokan berisi daftar pertanyaan hasil

reduksi dari kuesioner identifikasi rantai pasokan yang telah

disetujui oleh pakar. Kuesioner ini ditujukan kepada pakar untuk

mengetahui nilai agregasi risiko operasional, pemasaran, keuangan,

dan risiko penyulingan. Penilaian pakar didasarkan pada tingkat

frekuensi dan dampak risiko sesuai skala ST (5), T (4), S (3), R (2),

dan SR (1). Jenis dan metode pengumpulan data secara rinci dapat

dilihat pada Tabel 1.

Page 38: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

25

Tabel 1. Jenis dan metode pengumpulan data

No Tujuan Jenis Data Metode Pengumpulan

Data

Sumber Data Alat Analisis

1 Menganalisis rantai pasokan minyak akar wangi

Primer Sekunder

Wawancara dan KuesionerStudi Literatur

Anggota rantai pasokan minyak akar wangiBahan Pustaka,

surat kabar, Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Garut.

Analisis Deskriptif

2 Menganalisis manajemen risiko rantai pasokan minyak akar wangi pada aktivitas penyulingan

Primer Sekunder

Wawancara dan Kuesioner Studi Literatur

Anggota rantai pasokan minyak akar wangi (penyuling).Bahan Pustaka,

surat kabar, Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian Garut. Pakar akademisi

dan pelaku usaha (penyuling)

Analisis risikoAnalisis

DeskriptifME-

MCDM Teknik

Agregasi OWA

3 Membuat rancangan awal sistem penunjangkeputusan untuk manajemen risiko rantai pasokan minyak akar wangi pada aktivitas penyulingan

Primer Sekunder

Wawancara Pakar akademisi dan pelaku usaha (penyuling)Hasil dari

tujuan 2

Rule Basedengan Logika IF-THEN

Page 39: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

26

3.5. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel berdasarkan probability sampling dan

non probability sampling. Pengambilan sampel non probability dilakukan

secara purposive sampling dan snowball sampling. Pengambilan sampel

probability dilakukan secara stratified random sampling. Stratified random

sampling merupakan pengambilan sampel dengan membagi populasi

menjadi subpopulasi. Populasi penelitian ini adalah pelaku industri minyak

akar wangi dan wilayah Kabupaten Garut. Pelaku industri minyak akar

wangi dikelompokkan ke dalam empat kelompok yaitu petani, penyuling,

pengumpul akar wangi, dan pengumpul minyak akar wangi. Wilayah

industri minyak akar wangi Kabupaten Garut dikelompokkan ke dalam

empat kelompok kecamatan yaitu Kecamatan Samarang, Bayongbong,

Cilawu, dan Leles. Purposive sampling merupakan pengambilan sampel

yang disesuaikan oleh tujuan atau maksud peneliti dengan

mempertimbangkan kriteria tertentu. Kriteria dari sampel yang dipilih

adalah lokasi usaha, status usaha, dan keberlanjutan usaha pelaku industri

minyak akar wangi. Snowball sampling dilakukan dengan mencari referensi

responden berikutnya dari responden pertama. Hal tersebut terus dilakukan

sehingga jumlah responden semakin banyak.

Responden identifikasi rantai pasokan minyak akar wangi terdiri

dari petani, penyuling, pemgumpul akar wangi, dan pengumpul minyak akar

wangi. Responden penyuling juga menunjukkan sebagai responden

identifikasi risiko rantai pasokan minyak akar wangi. Responden ahli terdiri

dari satu orang ahli akademisi, dua orang pelaku usaha yaitu penyuling dan

pengumpul minyak akar wangi. Jumlah populasi petani tidak teridentifikasi

secara jelas sehingga jumlah pengambilan sampel disesuaikan dengan

kecukupan data sampel homogen. Hasil responden untuk identifikasi rantai

pasokan minyak akar wangi dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 40: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

27

Tabel 2. Jumlah responden penelitian

No Kecamatan Responden untuk Identifikasi Rantai Pasok Responden untuk Penilaian Risiko

Rantai Pasok

Petani Penyuling Pengumpul Akar Wangi

Pengumpul Minyak

Akar Wangi

Penyuling Ahli

1 Samarang 10 5 2 - 5 12 Bayongbong 7 4 1 1 4 -

3 Cilawu 7 2 - - 2 -

4 Leles 1 1 - - 1 -

5 Garut Kota - - - 1 - 1

6 Dramaga - - - - - 1Total 25 12 3 2 12 3

3.6. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan software

Statistical Product and Service Solutions (SPSS) 16.0 dan Excel 2007.

Sedangkan analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Analisis deskriptif

Analisis ini merupakan metode statistik yang digunakan untuk

menggambarkan data yang telah dikumpulkan. Analisis data secara

deskriptif dilakukan untuk menggambarkan karakteristik responden, dan

keadaan umum rantai pasokan minyak akar wangi. Selain itu analisis

deskriptif juga menggambarkan aspek-aspek risiko minyak akar wangi.

Data disajikan dalam bentuk tabulasi, charts dan diagram.

2. Analisis risiko

Analisis risiko secara deskriptif berdasarkan analisis manajemen

risiko yaitu identifikasi risiko dengan teknik Non-Numeric Multi-Expert

Multi Criteria Decision Making. Pengukuran risiko rata-rata skor

pendapat responden menggunakan modus yang selanjutnya dipetakan

pada peta risiko. Selanjutnya analisis risiko untuk mendapatkan model

risiko menggunakan teknik ME-MCDM untuk penilaian risiko dari

responden ahli. Teknik agregasi risiko menggunakan metode Ordered

Weighted Averaging (OWA). Hasil penilaian risiko akan menjadi

masukan dalam penentuan rekomendasi. Tingkatan risiko tersebut

dihubungkan dengan basis pengetahuan menggunakan basis aturan.

Page 41: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

28

Formulasi hubungan ini menggunakan logika IF-THEN dengan format

umum sebagai berikut IF (tingkat risiko) THEN (rekomendasi 1,

rekomendasi 2,...).

Metode penilaian risiko merujuk pada Santoso (2005). Jika

dampak risiko sangat tinggi dan kemungkinan risiko sangat tinggi maka

tingkat risiko pada suatu bagian akan menjadi sangat tinggi. Skala

penilaian penurunan mutu ditentukan berdasarkan lima tingkatan yaitu

sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, dan sangat rendah. Skala penilaian

secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Skala penilaian risiko

No Arti Nilai Nilai1 Berisiko sangat tinggi ST2 Berisiko tinggi T3 Berisiko sedang S4 Berisiko rendah R5 Berisiko sangat rendah SR

3. Tahapan penilaian Risiko

Tahapan penilaian risiko diawali dengan penilaian risiko oleh

pakar. Setelah penilaian pakar tentukan Bj sebagai urutan nilai terbesar

hingga terkecil. Jumlah pakar yang ditetapkan dalam penilaian adalah

tiga orang dengan batasan risiko merujuk formulasi Yager dalam

Hadiguna (2010) sebagai berikut:

QA(p) = Int [1+4/3k], dimana k = 1,2,3...................................................(4)

Perbandingan secara bebas dilakukan antara nilai aktual dengan

preferensi pengambil keputusan dengan cara menghitung nilai tingkat

kepentingan setiap peubah penentu menggunakan rumus 3 yaitu: Pi =

Max j...r [Qj ∧ Bj]. Nilai agregasi risiko merupakan hubungan antara

kemungkinan terjadinya risiko dan dampak risiko.

Tujuan sebuah manajemen risiko rantai pasokan minyak akar

wangi adalah mendapatkan tindakan manajerial untuk mengatasi dampak

risiko tersebut. Tindakan manajerial diperoleh melalui pengetahuan para

praktisi di lapang. Rangkuman tindakan manajerial tersebut dapat diolah

menjadi basis pengetahuan. Hubungan antara tingkat risiko dan

Page 42: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

29

kumpulan tindakan-tindakan manajerial akan menghasilkan tindakan-

tindakan manajerial yang sesuai dengan tingkat risiko. Agregasi

tingkatan risiko yang diperoleh akan dihubungkan dengan basis

pengetahuan menggunakan rule base. Prosedur penilaian risiko

dilakukan secara bertahap sebagai berikut:

1. Memasukan hasil penilaian kemungkinan risiko dan dampak risiko

untuk setiap elemen. Penilaian berdasarkan skala penilaian Tabel 3.

Data penilaian diperoleh berdasarkan pendapat tiga orang ahli.

2. Melakukan perhitungan untuk mendapatkan nilai risiko dari setiap

faktor risiko untuk setipa pengambil keputusan ke-j (Vij) pada semua

variabel (peubah) risiko. Rumus yang digunakan dalam perhitungan

Yager dalam Santoso (2005) adalah: Pik = Min [Neg I(qj) V Pjk(qj)].

3. Menentukan bobot faktor nilai pengambil keputusan (pakar) dengan

formula: b(k) = Int [1 + k* (q-1)/r ]

4. Menentukan nilai gabungan dari seluruh nilai pakar dengan metode

OWA: Pi = Max j...r [Qj ∧ Bj].

5. Melakukan proses perhitungan dari 2 sampai 4 dilakukan secara

berulang sampai didapat agregasi secara total.

Prosedur yang dijelaskan diatas dapat dilihat pada Gambar 6.

Output dari penilaian risiko rantai pasokan minyak akar wangi berupa

tingkat risiko dan rekomendasi penanganan risiko. Tingkat rsisiko

tersebut akan dijadikan parameter risiko rantai pasokan minyak akar

wangi pada penyulingan.

Page 43: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

30

Gambar 6. Diagram alir penilaian risiko rantai pasokan minyak akar wangi

Urutkan hasil penilaian para ahli secara descending

Operasi fungsi agregasi untuk semua i dan j yang sama untuk k = 1,2,3.Dapatkan QA (k) =Sb(k) ; b(k) = Int [1 + k* (q-1)/r ]Pi = Max j...r [Qj ∧ Bj]

Dapatkan skor risiko untuk semua i

Penentuan skor untuk risiko rantai pasokan dan risiko keseluruhan

Aturan pemberian rekomendasi penanganan risiko:Jika (ST) maka (A1,A2...An)Jika (T) maka (A1,A2...An)Jika (S) maka (A1,A2...An)Jika (R) maka (A1,A2...An)Jika (SR) maka (A1,A2...An)

Akuisisi pengetahuan:Penilaian ahli ke-k terhadap setiap faktor peubah risiko kegiatan ke-i dan risiko rantai pasokan-j

Jumlah dan nama faktor-faktor peubah kegiatan ke-i dari risiko

rantai pasokan-j

Hitung nilai risiko dari setiap faktor:Pik = Min [Neg I(qj) ˅ Pik(qj)]

Tingkat dampak risiko

Skor kegiatan risiko rantai pasokan Skor risiko keseluruhan

Basis pengetahuan penanganan

risiko

Mulai

Rekomendasi untuk risiko rantai pasokan dan risiko keseluruhan

Selesai

Page 44: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi

4.1.1 Karakteristik Tanaman Akar Wangi dan Minyak Akar Wangi

1. Karakteristik Tanaman Akar Wangi

Tanaman akar wangi (Vetiveria zizanioides) termasuk famili

Graminieae atau rumput-rumputan. Tanaman akar wangi memiliki

bau yang sangat wangi, berumpun lebat, akar tinggal bercabang

banyak, berwarna kuning pucat atau abu-abu sampai merah tua.

Tangkai daun tersembul dari akar tinggal yang dapat mencapai 2

(dua) meter. Daun akar wangi berwarna kelabu, tampak kaku,

panjangnya mencapai 100 cm dan tidak mengandung minyak. Daun

akar wangi banyak digunakan sebagai bahan baku kerajinan.

Bunganya berwarna hijau atau ungu pada pucuk tangkai daun

(Mulyati dkk, 2009).

Berdasarkan hasil survey akar wangi mempunyai tiga

tingkatan kualitas yaitu kualitas 1, kualitas 2, dan kualitas 3.

Tingkatan kualitas tersebut didasarkan pada umur tanaman,

karakteristik fisik akar, dan lokasi penanaman akar wangi. Akar

wangi kualitas 1 adalah akar wangi yang berusia lebih dari 12 bulan,

berukuran panjang dan keras, pahit jika digigit, bertekstur licin dan

berwarna kuning khas. Lokasi yang menghasilkan akar wangi

kualitas 1 adalah Pasir wangi, Cikurai, dan Samarang. Wilayah lain

lebih banyak menghasilkan akar wangi kualitas 2 dan 3. Akar wangi

kualitas 2 dan 3 mempunyai karakteristik berbeda dengan

karakteristik akar wangi kualitas 1. Warna akar wangi kualitas 2 dan

3 cenderung agak kemerahan, tekstur tidak terlalu licin. Warna akar

wangi bergantung pada jenis tanah, sedangkan panjang akar

bergantung pada usia tanaman.

Pola tanam akar wangi umumnya monokultur dan tumpang

sari. Tanaman akar wangi dapat tumbuh dengan baik pada

ketinggian antara 700‐1600 meter di atas permukaan laut. Curah

Page 45: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

32

hujan yang cocok berkisar antara 1500-2500 mm setiap tahun,

dengan suhu lingkungan 17-27°C, dan dengan derajat keasaman

tanah (pH) sekitar 6-7 (Garutkab, 2009).

Tanah yang baik untuk pertumbuhan akar wangi adalah tanah

yang tidak padat (gembur) atau tanah yang berpasir seperti tanah

yang mengandung abu vulkanik. Pada tanah yang demikian akar

wangi akan tumbuh dengan baik dan akar akan mudah dicabut pada

waktu panen, sehingga tidak meninggalkan sisa‐sisa akar di dalam

tanah. Akar wangi akan tumbuh dengan baik jika dilakukan

pemangkasan daun pada bulan kelima penanaman. Pemangkasan

dapat meningkatkan hasil sampai sekitar 10 persen (Garutkab, 2009).

Akar wangi merupakan tanaman yang tidak berhama dan

penyakit, sehingga tidak membutuhkan obat tanaman. Hama yang

sering ada berupa hama hidup yaitu kuuk atau beberapa binatang

hutan seperti ayam alas dan babi hutan yang merusak tanaman.

Sebagian besar petani tidak melakukan penanganan khusus dalam

menghadapi kuuk atau binatang hutan. Mereka hanya melakukan

pengawasan yang terus menerus untuk mengurangi kerusakan akibat

binatang hutan tersebut.

Pemanenan akar wangi dapat dilakukan setelah tanaman

berumur 8 (delapan) bulan pada musim kemarau. Namun, sebagian

besar petani akar wangi memanen setelah tanaman berumur 12

bulan. Akar wangi akan menghasilkan minyak dengan kuantitas dan

kualitas optimum apabila dipanen setelah tanaman berusia 15 bulan

dan maksimum tanaman berusia 18 bulan. Cara panen akar wangi

adalah dengan mencangkul tanah di sekeliling rumpun tanaman agar

longgar sehingga semua akar bisa diambil dan tidak ada yang putus.

Oleh karena itu, dibutuhkan alat bantu panen berupa traktor yang

dapat mencangkul lebih dalam, sehingga memudahkan pekerja

dalam memanen akar wangi. Sentra produksi bahan baku akar wangi

di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 4.

Page 46: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

33

Tabel 4. Sentra produksi akar wangi di Indonesia

No Propinsi Jumlah Kabupaten Luas (Ha)1 Jawa Barat 1 25002 Jawa Tengah 2 293 DI Yogyakarta 3 11

Jumlah 6 2540

Sumber: Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Mulyati dkk, (2009)

Tabel 4 memperlihatkan bahwa terdapat tiga propinsi yang

menjadi sentra produksi akar wangi. Luas daerah Jawa Tengah dan

DI Yogyakarta tidak seluas daerah Jawa Barat. Hal ini dikarenakan

sentra produksi akar wangi terletak di Kabupaten Garut Jawa Barat

telah ditetapkan untuk mempertahankan luas wilayah budidaya akar

wangi. Kabupaten Garut mampu memasok 90 persen lebih dari total

produksi minyak akar wangi Indonesia, yaitu sekitar 60-75 ton per

tahun (Sinar Tani, 2009).

Budidaya komoditas akar wangi di Kabupaten Garut

berdasarkan keputusan Bupati Kabupaten Garut Nomor: 520/SK.

196-HUK/96 tanggal 6 Agustus 1996, yang menetapkan luas areal

perkebunan akar wangi dan pengembangannya oleh masyarakat

seluas 2.400 Ha. Selama setahun tercatat 2.318 Ha luas garapan

perkebunan akar wangi yang memproduksi minyak sebanyak 75 ton,

dengan rincian pada Tabel 5.

Tabel 5. Luas lahan dan produksi akar wangi tahun 2009

Kecamatan Luas Lahan (Ha) Hasil (Ton)Cilawu 240,00 8,00

Bayongbong 112,00 3,70Samarang 1.141,00 37,40Pasirwangi 75,00 2,50

Leles 750,00 23,40Jumlah 2.318,00 75,00

Sumber: Dinas Perkebunan Kabupaten Garut (2010)

Page 47: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

34

2. Karakteristik Minyak Akar Wangi

Tahap setelah pemanenan adalah proses penyulingan akar

wangi untuk memperoleh minyak akar wangi kasar. Proses

penyiapan penyulingan akar wangi dimulai dengan pembersihan dan

pencucian akar wangi untuk menghilangkan tanah yang menempel

pada akar wangi. Apabila sebagian tanah ikut dalam proses

penyulingan maka dapat menurunkan rendemen dan mutu minyak

akar wangi. Setelah itu dilakukan pengeringan yang bertujuan untuk

menguapkan sebagian air dalam bahan, sehingga proses penyulingan

lebih mudah dan singkat. Pengeringan akar wangi sebaiknya

dilakukan selama 12 jam di bawah sinar matahari langsung atau pada

kadar air 15 persen sampai 25 persen. Sebelum penyulingan

sebaiknya akar wangi dirajang terlebih dahulu untuk memudahkan

penguapan akar wangi. Akar wangi yang sudah dikeringkan dan

dirajang dimasukkan dalam ketel yang tertutup rapat.

Prinsip kerja penyulingan tidak langsung adalah ketel

penyulingan diisi air sampai batas saringan. Akar wangi diletakkan

di atas saringan, sehingga tidak berhubungan langsung dengan air

yang mendidih, tetapi akan berhubungan dengan uap air. Pada fase

ini terjadi penguapan dalam ketel. Uap air yang bercampur dengan

partikel minyak akan dialirkan ke alat pendingin melalui pipa. Alat

pendingin yang dimaksud merupakan bak penampungan air dingin

yang permanen. Pada alat pendingin tersebut terjadi pengembunan

dan uap air yang bercampur minyak akan mencair kembali. Proses

selanjutnya adalah uap air yang mencair tersebut dialirkan ke alat

pemisah minyak akar wangi dan air. Berat jenis air lebih ringan

dibanding dengan akar wangi. Sehingga air akan berada di atas dan

minyak berada pada lapisan bawah. Selanjutnya minyak dialirkan

melalui lubang bawah alat pemisah ke alat pengumpul minyak.

Sebagian besar penyuling tidak menerapkan penyulingan

dengan ketentuan yang baku (good manufacturing process).

Pencucian akar wangi hanya dilakukan apabila musim hujan karena

Page 48: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

35

terlalu banyak tanah yang menempel. Penjemuran hanya dilakukan

pada pagi hari dan tidak ada proses perajangan. Semua itu dilakukan

untuk mempercepat proses produksi dan menghemat biaya

operasional. Pemisahan air dan minyak menggunakan kertas saring

yang tidak tembus air. Sehingga ketika disaring air akan berada di

atas dan minyak mengalir ke dalam wadah penampungan.

Kesadaran dan kemauan yang rendah untuk memproses

dengan ketentuan yang baku membuat mutu dan rendemen minyak

tidak optimal. Gambaran mutu hasil penyulingan rakyat

dibandingkan dengan beberapa standar mutu nasional dan

internasional dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Perbandingan mutu minyak akarwangi penyulingan rakyat dengan standar mutu Nasional dan Internasional

Parameter Penyulingan Rakyat

Standar MutuIndonesia Reunion Haiti

Warna Coklat tua/gelap

Kuning muda-coklat

kemerahan

Coklat-merah kecoklatan

Coklat-merah kecoklatan

Bobot Jenis 20/20°C

0.9882-0.9870 0.980-1.003 0.9900-1.1015 0.9860-0.9980

Indeks Bias pada 20°C

1.5178-15221 1.520-1.530 1.5220-1.5300 1.521-1.526

Bilangan asam 26.82-51.17 10-35 Maks 35 Maks 14Kelarutan dalam etanol 80% pada 20°C

1 : 1 1 : 1 Maks 1 : 2 Maks 1 : 2

Bilangan ester 3.17-17.82 5-26 5-16 5-16Vetiverol total (asetilasi)

- Min 50 - -

Kadar vetiverol 4.44-6.31 - - -Sumber: Tutuarima (2009)

4.1.2 Identifikasi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi

Rantai pasokan minyak akar wangi terdiri dari rangkaian

kegiatan produktif yang terhubung antara aktivitas nilai yang satu

dengan yang lain membentuk rantai nilai industri. Rantai pasokan juga

merupakan rantai keterkaitan dalam suatu kegiatan usaha sejak bahan

baku tanaman akar wangi sampai dengan konsumen industri, yaitu

industri pangan, kosmetik, parfum, toileteries, dan lain-lain. Rantai

pasokan minyak akar wangi di Indonesia sampai dengan eksportir.

Page 49: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

36

Selanjutnya eksportir mengekspor minyak akar wangi ke negara

Jepang, Singapura, Inggris, USA, Swiss, Italia, Jerman, Hongkong, dan

India (Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Perkoperasian Kabupaten

Garut, 2011)

Anggota utama rantai pasokan minyak akar wangi terdiri dari

petani akar wangi sebagai pemasok bahan baku, pengumpul akar wangi,

penyuling akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, dan eksportir

minyak akar wangi. Setiap anggota rantai pasokan melakukan aktivitas

berhubungan dengan kegiatan operasional untuk menghasilkan minyak

akar wangi yang berkualitas. Pola aliran rantai pasokan minyak akar

wangi dapat dilihat pada Gambar 7.

Cakupan rantai pasokan minyak akar wangi Indonesia

Gambar 7. Pola aliran rantai pasokan minyak akar wangi

Aliran rantai pasokan minyak akar wangi dimulai dari petani

sebagai penghasil akar wangi atau bahan baku minyak akar wangi.

Hasil panen dari petani akan dibeli oleh pengumpul akar wangi yang

kemudian dijual ke penyuling atau disuling sendiri dengan menyewa

alat suling. Hasil panen bisa dibeli langsung oleh penyuling. Harga akar

wangi dari petani sebesar Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per kg. Harga akar

wangi dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas akar wangi. Selain itu,

Page 50: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

37

kualitas akar wangi juga dipengaruhi oleh cuaca, karena cuaca hujan

terus maka terdapat akar wangi yang dijual di bawah harga standar

yaitu mencapai Rp 1.200 per kg.

Petani langsung mengantarkan akar wangi ke penyuling atau

pengumpul akar wangi. Selain itu, ada penyuling yang langsung

membeli akar wangi yang masih berada di lahan. Alat transportasi yang

digunakan oleh petani untuk mengantarkan akar wangi kepada

penyuling adalah truk pribadi atau truk sewa.

Penyuling melakukan penyulingan untuk menghasilkan minyak

akar wangi yang dijual langsung ke pengumpul minyak akar wangi atau

eksportir minyak akar wangi yang berada di luar wilayah Garut.

Eksportir paling banyak berada di Bogor dan Jakarta. Eksportir

mengekspor minyak akar wangi ke beberapa negara yaitu Jepang,

Singapura, Inggris, USA, Swiss, Italia, Jerman, Hongkong, dan India.

Harga beli oleh pengumpul atau eksportir minyak akar wangi sebesar

Rp 1.000.000 sampai Rp 1.400.000 per kg bergantung pada kualitas

yang dihasilkan. Semakin baik kualitas minyak akar wangi, maka

semakin mahal harga minyak akar wangi tersebut.

Aliran finansial pada rantai pasokan minyak akar wangi terjadi

dari pengekspor minyak akar wangi ke pengumpul minyak atau

langsung ke penyuling. Selanjutnya, aliran finansial dari penyuling ke

pengumpul akar wangi atau langsung ke petani. Eksportir membayar

minyak akar wangi dengan cara transfer setelah minyak dikirim dalam

jangka waktu 1 (satu) sampai 2 (dua) hari. Sistem pembayaran

penyuling atau pengumpul minyak akar wangi adalah sistem tunai

setelah minyak dikirim.

Sebagian besar eksportir atau pengumpul minyak memberikan

pinjaman modal sebelum penyulingan kepada penyuling sehingga

pemodal akan menerima bayaran berupa minyak setelah minyak

terkumpul selama lebih kurang 10 hari. Eksportir melakukan pinjaman

modal sekaligus pembinaan dimaksudkan untuk memperoleh mutu atau

jaminan mutu minyak yang lebih baik. Oleh karena adanya keterikatan

Page 51: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

38

antara pemberi modal (eksportir atau pengumpul minyak akar wangi)

dan penyuling, maka harga beli pemberi modal adalah di bawah harga

standar dengan selisih Rp 25.000 –Rp 75.000 per kg.

Hal tersebut juga dilakukan penyuling kepada petani, yaitu

penyuling memberikan pinjaman modal kepada petani untuk melakukan

budidaya akar wangi. Salah satu kasus dijumpai penyuling yang

memberikan bantuan modal (bibit, pupuk, dan biaya panen) kepada

petani yang membutuhkan, walaupun tidak bersifat rutin. Petani

mempunyai keterikatan untuk menjual hasil produksinya kepada

penyuling yang bersangkutan karena pemberian bantuan tersebut.

Sistem komunikasi sudah terintegrasi dengan baik antara

anggota primer dalam rantai pasokan akar wangi. Aliran informasi

terjadi dari pengekspor minyak akar wangi dan pengumpul minyak akar

wangi atau langsung ke penyuling akar wangi. Selanjutnya dari

penyuling ke pengumpul akar wangi atau langsung ke petani akar

wangi. Komunikasi mempunyai arus dua arah. Komunikasi antara

pengekspor dengan penyuling menggunakan telepon berupa informasi

harga yang berlaku dan tanggal pengiriman minyak akar wangi.

Komunikasi antara penyuling dengan petani akar wangi berupa

informasi harga akar wangi, tanggal panen, dan kapasitas pengiriman

akar wangi kepada penyuling.

Komunikasi antara penyuling, pengumpul akar wangi, dan

petani akar wangi juga dilakukan melalui rapat atau musyawarah. Rapat

atau musyawarah tersebut tidak dilakukan secara rutin dan berlangsung

informal. Masalah yang dibahas adalah masalah mengenai perijinan

bahan bakar, bantuan modal, penggunaan pupuk, pemilihan bibit dan

masalah lain yang perlu dibahas untuk mencapai kesepakatan. Perijinan

bahan bakar yang dimaksud adalah perijinan penggunaan oli bekas.

Rapat atau musyawarah tidak dilakukan dengan kelompok besar saja

namun dengan kelompok-kelompok kecil antara penyuling dan petani

binaan.

Page 52: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

39

4.1.3 Aktivitas Petani Akar Wangi

Petani akar wangi di Kabupaten Garut tersebar di Kecamatan

Bayongbong, Samarang, Cilawu, Leles, dan Pasir Wangi. Karakteristik

petani akar wangi dibagi menjadi 2 (dua) yaitu petani individu dan

petani kelompok. Petani ada yang bertindak sebagai penyuling yang

disebut petani/penyuling dan petani murni. Rata-rata petani hanya

bekerja sebagai petani saja, walaupun tidak hanya akar wangi yang

diusahakan. Ada beberapa petani yang juga melakukan budidaya

sayuran berupa kol, tomat, kentang, kubis, cabai, dan singkong.

Petani individu relatif lebih sedikit dibandingkan petani yang

berkelompok, petani kelompok sebesar 72 persen dan petani individu

sebesar 28 persen. Bentuk usaha dari 72 persen petani kelompok

tersebut adalah Persekutuan Komanditer (CV) sebesar 32 persen dan

40 persen tidak berbadan hukum. Jumlah kelompok tani yang tidak

berbadan hukum lebih besar daripada kelompok tani dengan bentuk

CV, hal tersebut menunjukkan bahwa struktur kelembagaan petani

masih belum tersusun secara rapi.

Menurut data Dinas Perkebunan (2010), kegiatan

pengembangan akar wangi melibatkan 1.203 orang sebagai pemilik

(Kepala Keluarga) dan 52.717 orang tenaga kerja. Mereka tergabung

dalam 33 kelompok tani yang tersebar di Kecamatan Samarang

sebanyak 9 (sembilan) kelompok tani, di Leles terdapat 12 kelompok

tani, di Cilawu terdapat 10 kelompok tani dan di Bayongbong terdapat

2 (dua) kelompok tani.

Jumlah anggota kelompok tani paling banyak adalah Sinar

Wangi yaitu sebanyak 200 anggota. Satu kelompok tani diketuai oleh

seorang penyuling yang berperan sebagai pemberi modal dan pembina

teknik budidaya bagi anggotanya. Anggota kelompok tani menyediakan

sarana produksi tanaman seperti pupuk, bibit, dan tenaga kerja.

Kesepakatan antara petani dan penyuling adalah petani harus menjual

hasilnya kepada pemberi modal (penyuling). Namun, ada beberapa

penyuling yang memberi kebebasan kepada anggotanya untuk menjual

Page 53: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

hasil panen kepada penyuling atau pengumpul lain, dengan ketentuan

petani dapat membayar pinjaman modal yang diberikan.

Status kepemilikan lahan

persen), sewa (4 persen), milik sendiri dan sewa (8 persen). Luas lahan

budidaya yang dimiliki petani bervariasi, 40 persen petani memiliki

luas lahan budidaya dibawah 5 Ha, 36 persen memiliki lahan budidaya

5 sampai 10

10 Ha (Gambar 8). Hal tersebut mengindikasikan bahwa rata

adalah petani berskala kecil. Satu hektar lahan rata

memproduksi 10

sebesar 3 (tiga) ton. Oleh karena itu satu hektar lahan memerlukan

panen lebih dari 3 (tiga) kali.

Gambar 8.

Rata

lebih dari 10 tahun. Lama usaha petani dapat dilihat secara rinci pada

Gambar 9. Para petani umumnya melakukan budidaya akar wangi

berdasarkan warisan dari orang tua mereka secara turun menurun.

Gambar 9. Lama usaha budidaya petani akar wangi (

Budidaya tanaman akar wangi dapat dilakukan dengan sistem

monokultur dan tumpang sari. Petani yang melakukan sistem tumpang

sari sebesar 84 persen dan 16 persen dengan sistem

hasil panen kepada penyuling atau pengumpul lain, dengan ketentuan

petani dapat membayar pinjaman modal yang diberikan.

Status kepemilikan lahan budidaya ada yang milik sendiri (88

persen), sewa (4 persen), milik sendiri dan sewa (8 persen). Luas lahan

budidaya yang dimiliki petani bervariasi, 40 persen petani memiliki

luas lahan budidaya dibawah 5 Ha, 36 persen memiliki lahan budidaya

5 sampai 10 Ha, dan hanya 24 persen yang memiliki luas lahan di atas

10 Ha (Gambar 8). Hal tersebut mengindikasikan bahwa rata

adalah petani berskala kecil. Satu hektar lahan rata

memproduksi 10 – 21 ton akar wangi dengan kapasitas satu kali pan

sebesar 3 (tiga) ton. Oleh karena itu satu hektar lahan memerlukan

panen lebih dari 3 (tiga) kali.

Gambar 8. Luas lahan budidaya petani akar wangi (Sumber: Data Primer, diolah)

Rata-rata petani menjalankan usaha budidaya akar wangi sudah

lebih dari 10 tahun. Lama usaha petani dapat dilihat secara rinci pada

Gambar 9. Para petani umumnya melakukan budidaya akar wangi

berdasarkan warisan dari orang tua mereka secara turun menurun.

Gambar 9. Lama usaha budidaya petani akar wangi (Primer, diolah)

Budidaya tanaman akar wangi dapat dilakukan dengan sistem

monokultur dan tumpang sari. Petani yang melakukan sistem tumpang

sari sebesar 84 persen dan 16 persen dengan sistem

40%36%24% <5 Ha

5 - 10 Ha

>10 Ha

12%

40%

32%12% 4%

< 10 tahun

10 - 20 tahun

20 - 30 tahun

30 - 40 tahun

> 40 tahun

40

hasil panen kepada penyuling atau pengumpul lain, dengan ketentuan

petani dapat membayar pinjaman modal yang diberikan.

budidaya ada yang milik sendiri (88

persen), sewa (4 persen), milik sendiri dan sewa (8 persen). Luas lahan

budidaya yang dimiliki petani bervariasi, 40 persen petani memiliki

luas lahan budidaya dibawah 5 Ha, 36 persen memiliki lahan budidaya

Ha, dan hanya 24 persen yang memiliki luas lahan di atas

10 Ha (Gambar 8). Hal tersebut mengindikasikan bahwa rata-rata petani

adalah petani berskala kecil. Satu hektar lahan rata-rata mampu

21 ton akar wangi dengan kapasitas satu kali panen

sebesar 3 (tiga) ton. Oleh karena itu satu hektar lahan memerlukan

etani akar wangi (Sumber: Data

rata petani menjalankan usaha budidaya akar wangi sudah

lebih dari 10 tahun. Lama usaha petani dapat dilihat secara rinci pada

Gambar 9. Para petani umumnya melakukan budidaya akar wangi

berdasarkan warisan dari orang tua mereka secara turun menurun.

Gambar 9. Lama usaha budidaya petani akar wangi (Sumber: Data

Budidaya tanaman akar wangi dapat dilakukan dengan sistem

monokultur dan tumpang sari. Petani yang melakukan sistem tumpang

sari sebesar 84 persen dan 16 persen dengan sistem monokultur.

20 tahun

30 tahun

40 tahun

Page 54: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

41

Budidaya akar wangi dimulai dengan pembibitan. Bibit akar wangi

diperoleh dengan cara memisahkan daun dan akar, setelah itu diambil

bonggol akarnya untuk ditanam. Bibit yang ditanam (bonggolnya)

adalah akar yang berasal dari tanaman yang tidak berbunga dengan

jarak tanaman biasanya antara 0,5m x 0,75m sehingga untuk 1 Ha lahan

diperlukan bibit sebanyak ± 10.000 rumpun. Setelah penyiapan bibit

maka dilanjutkan pencangkulan dengan proses manual.

Proses selanjutnya adalah proses penanaman. Setelah 5 bulan

penanaman sebaiknya dilkukan pemangkasan daun. Hal tersebut akan

meningkatkan pertumbuhan akar. Penyiangan dapat dilakukan sebanyak

3 kali selama musim tanam. Masa penyiangan pertama dilakukan pada

saat akar berusia antara 1-2 bulan. Masa penyiangan kedua dilakukan

antara usia 3-4 bulan dan masa penyiangan ketiga dilakukan antara usia

4-6 bulan. Penyiangan bertujuan untuk menghilangkan tanaman-

tanaman penganggu yang dapat mengurangi nutrisi bagi akar.

Penyiangan sangat berpengaruh pada jumlah rendemen minyak akar

wangi.

Pemupukan dilakukan hanya sekali dalam satu musim tanam.

Pemupukan dilakukan saat akar berusia 2-4 bulan. Walaupun demikian,

ada petani yang tidak melakukan pemupukan. Hal tersebut dikarenakan

tidak sesuainya harga beli dan biaya operasional yang dikeluarkan

dengan harga jual akar wangi. Menurut sebagian besar petani akar

wangi, tanaman akar wangi tetap tumbuh dengan baik walaupun tidak

diberi pupuk, terutama untuk sistem tanam monokultur. Sedangakan,

sistem tanam tumpang sari pemupukan diutamakan untuk tanaman

tumpangnya daripada tanaman akar wangi. Petani akar wangi

menggunakan pupuk organik dan anorganik. Jenis pupuk anorganik

yang digunakan adalah ZA, TSP, NPK, KCL, kecuali pupuk UREA.

Sedangkan pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang.

Setelah tanaman berusia 12 bulan maka tanaman siap dipanen.

Sebagian besar petani memanfaatkan tenaga kerja lebih untuk proses

pemupukan, penyiangan dan panen. Tenaga kerja yang digunakan

Page 55: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

42

biasanya adalah tenaga kerja harian atau borongan. Tenaga kerja harian

dibayar sebesar Rp 15.000 – Rp 20.000 per hari untuk tenaga kerja

wanita dan Rp 25.000 – Rp 35.000 per hari untuk tenaga kerja laki-laki.

Besar pembayaran untuk sistem borongan adalah Rp 150.000 – Rp

200.000 untuk satu pemborong dengan jumlah tenaga kerja tidak

ditentukan.

Setelah panen petani menjual akar wangi langsung kepada

penyuling atau kepada pengumpul akar wangi yang berada di daerah

sekitarnya. Petani terkadang mengantarkan hasil panen kepada pembeli

atau pembeli datang langsung ke petani atau ke lahan langsung. Apabila

petani tersebut tergabung dalam kelompok tani maka hasil tersebut

dikumpulkan terlebih dahulu di koperasi Usaha Rakyat (USAR).

Petani individu menjual bahan baku akar wangi kepada

penyuling atau pengumpul yang membeli dengan harga tinggi

dibandingkan pembeli lain. Petani yang mempunyai kelompok tani

akan menjual hasil panen ke penyuling yang memberikan modal

pinjaman untuk budidayanya. Sedangkan petani yang berperan sebagai

penyuling juga akan menyuling hasil panen mereka sendiri selain

membeli dari petani lain untuk disuling.

Menurut survey ada petani yang juga melakukan penyulingan

langsung walaupun tidak mempunyai alat suling. Petani tersebut

terkadang menyuling bahan baku dengan menumpang di tempat

penyulingan milik pengusaha penyuling dengan ketentuan bahwa

produk yang dihasilkan dijual ke pemilik alat suling. Selanjutnya

minyak akar wangi tersebut dijual lagi ke pengumpul minyak atau

eksportir.

Pemasaran akar wangi tidak mempunyai kendala yang

signifikan, karena semua hasil panen pasti terserap pasar. Kerjasama

antara petani, pengumpul, dan penyuling sangat berpengaruh dalam

pemasaran tersebut. Akar wangi dijual dengan harga berat basah yaitu

berkisar antara Rp 1.200 – Rp 3.000 per kg. Sebagian besar petani

menjual akar wanginya pada harga Rp 2.000 per kg.

Page 56: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

43

Modal petani kebanyakan adalah modal sendiri atau modal

pinjaman dari saudara. Selain itu, sebagian besar petani yang tergabung

dalam kelompok tani mendapat pinjaman modal dari ketua

kelompoknya. Modal yang dibutuhkan dalam budidaya akar wangi

selama satu periode penanaman kurang dari Rp 25.000.000 per hektar.

Kendala modal yang sering dihadapi oleh petani adalah lamanya masa

tanam, sehingga perputaran modalnya terlalu lama. Hal tersebut

membuat sebagian petani yang bermodal kecil menjual akar wangi

dengan sistem ijon saat tanaman berumur 8 bulan. Walaupun demikian

tanaman akar wangi tetap dipanen setelah berumur 12 bulan.

Petani jarang yang melakukan pinjaman kredit ke bank atau

lembaga keuangan lain. Hanya beberapa yang memanfaatkan

kesempatan tersebut. Persyaratan yang rumit dirasa memberatkan

petani dalam memperoleh pinjaman modal dari bank. Persyaratan

tersebut adalah bunga pinjaman yang harus dibayar dan sistem

administrasi yang rumit (misalnya harus menggunakan agunan

pinjaman). Menurut survey 84 persen petani mengharap bantuan dari

pemerintah, 8 (delapan) persen dari pihak perbankan, 8 (delapan)

persen yang lain mengharap bantuan dari kelompok tani dan sistem

bagi hasil dengan investor akar wangi.

Petani akar wangi yang melakukan kemitraan sebesar 76 persen

dan 24 persen lainnya tidak melakukan kemitraan. Mitra petani antara

lain adalah kelompok tani, penyuling, pengumpul bahan baku, dinas

perkebunan, dinas perindustrian, perdagangan, dan koperasi Kabupaten

Garut. Bentuk kemitraan yang dilakukan antara lain pembelian bibit,

pelatihan budidaya akar wangi, pemberian modal, dan pemasaran akar

wangi. Selama bermitra, petani memperoleh manfaat lebih. Salah satu

contohnya adalah adanya pembinaan budidaya tanaman akar wangi

yang mampu meningkatkan hasil budidaya.

Permasalahan yang sering muncul adalah ketersediaan bibit

yang tidak konsisten dan mutu bibit tidak sesuai dengan yang

diharapkan. Permasalahan lain yang muncul adalah cuaca yang tidak

Page 57: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

44

menentu yang mengakibatkan rendemen minyak akar wangi berkurang.

Cuaca yang tidak baik untuk tanaman akar wangi adalah ketika curah

hujan meningkat, sehingga kandungan air pada akar berlebih. Selain itu,

kosongnya pupuk dan keterampilan pekerja yang rendah juga menjadi

kendala dalam budidaya akar wangi.

Harapan petani berdasarkan hasil survey adalah meluasnya

pangsa pasar minyak akar wangi Indonesia di dunia dengan

meningkatkan kualitas dan kuantitas. Pangsa pasar diharapkan meluas

ke Indonesia. Peningkatan posisi harga, sehingga kesejahteraan petani

meningkat. Oleh karena itu, sangat diharapkan peran pemerintah yang

tepat guna dalam memberikan bantuan baik fasilitas maupun

permodalan.

4.1.4 Aktivitas Pengumpul Akar Wangi

Pengumpul akar wangi berperan sebagai pengumpul akar wangi

dari para petani. Pengumpul tidak mempunyai kelompok pengumpul

secara terpisah. Ada pengumpul yang berperan sekaligus menjadi petani

atau penyuling, sehingga mereka tergabung dalam kelompok petani

atau penyulingan. Antar pengumpul individu (hanya berperan sebagai

pengumpul) cenderung bekerja sendiri dan bersaing antar pengumpul.

Pengumpul menjalankan usaha rata-rata selama lebih dari 5

(lima) tahun. Usaha yang dijalankan merupakan usaha yang tidak

berbadan hukum. Jumlah pengumpul tidak banyak untuk setiap

wilayah, hanya ada satu atau dua pengumpul dalam satu wilayah desa

atau kecamatan. Sebagian besar pengumpul mempunyai usaha lain

berupa budidaya sayuran atau mempunyai toko kelontong.

Pengumpul akar wangi membeli akar wangi langsung dari

petani setelah panen. Pengumpul akan menjual akar wangi kepada

penyuling atau pengumpul yang melakukan penyulingan. Pengumpul

mendapat modal dari penyuling untuk mencari akar wangi. Para

pengumpul terkadang mencari akar wangi sampai ke luar wilayah untuk

memenuhi kekurangan pasokan akar wangi. Pengumpul akar wangi

terkadang juga melakukan penyulingan sendiri dengan menyewa alat

Page 58: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

45

suling kepada penyuling dan membayarnya berupa minyak akar wangi

kasar.

Rata-rata pengumpul akar wangi mampu mengumpulkan 4-5 ton

per hari dengan harga Rp 2.000 - Rp 3.000 per kg. Sistem pemesanan

dilakukan secara langsung dengan mekanisme bayar cash and carry.

Penjualan akar wangi tidak ada kesulitan, karena 100 persen akar wangi

pasti terjual walaupun kualitas akar wangi berbeda-beda. Kualitas baik

akan dihargai lebih tinggi daripada kualitas tidak baik.

Permodalan pengumpul selama ini diperoleh dari modal sendiri

dan pinjaman dari penyuling. Penyuling memberi modal kepada

pengumpul untuk mengumpulkan akar wangi ke beberapa daerah.

Modal yang dibutuhkan dalam investasi awal usaha adalah kurang dari

Rp. 25.000.000 untuk pengumpul berskala kecil dan Rp 25.000.000 –

Rp 50.000.000 untuk pengumpul berskala besar. Menurut survey 100

persen pengumpul tidak melakukan pinjaman kredit, persyaratan kredit

yang rumit menjadi kendala peminjaman modal. Salah satu cara

mengatasi permodalan adalah bermitra dengan penyuling. Bantuan

modal dari penyuling lebih mudah daripada harus meminjam di bank.

Walaupun bentuk utama kegiatan kemitraan adalah pemasaran bahan

baku akar wangi.

Selain modal dan pemasaran, informasi juga tersampaikan

secara baik melalui kemitraan. Para pengumpul yang mempunyai

peranan lain (sebagai petani dan penyuling) selalu mengetahui

informasi budidaya dan penyulingan terutama tentang bahan bakar.

Informasi tersebut diperoleh melalui kegiatan rapat atau musyawarah.

Kendala yang dialami pengumpul adalah ketersediaan akar

wangi yang tidak konsisten dan mutu yang tidak sesuai dengan yang

diharapkan, dan kendala permodalan. Kendala tersebut mengakibatkan

harga jual yang berbeda-beda. Keadaan cuaca sangat mempengaruhi

kualitas akar wangi yang dihasilkan. Harapan ke depan para pengumpul

adalah semoga industri minyak akar wangi lebih baik.

Page 59: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

4.1.5 Aktivitas Penyuling Akar Wangi

Produk minyak akar wangi berupa minyak akar wangi kasar.

Penyuling akar wangi tersebar di empat kecamatan yaitu Kecamatan

Samarang, Bayongbong, Cilawu, dan Leles.

dalam kelompok penyuling Usaha Raky

dan 25 persen merupakan penyuling individu

merupakan k

tahun 2010 yang berlokasi di Kecamatan Samarang. Koperasi USAR

diharapkan mampu meningkatkan indust

Bentuk usaha penyuling akar wangi adalah tidak berbadan

hukum, Persekutuan Komanditer (CV), dan koperasi. Presentase jumlah

penyuling sesuai bentuk usaha dapat dilihat pada Gambar 10. Lama

penyuling menjalankan usaha lebih 20 tahun se

persen penyuling menjalankan usaha 10

penyuling menjalankan usaha kurang dari 10 tahun.

Gambar 10. Jumlah

Penyuling ada yang bertindak sebagai petani yang disebut

petani/penyuling. Penyuling yang tidak menanam akar wangi

memenuhi kebutuhan akar wangi dengan membeli langsung dari

petani/kelompok tani dan pengumpul akar wangi. Rata

diberi pinjaman

syarat mereka harus membayar pinjaman modal dengan minyak.

Pengiriman minyak dilakukan setelah minyak terkumpul selama 10 hari

dengan jumlah rata

bulan Juli

banyak dengan jumlah 50 kg selama satu minggu.

Aktivitas Penyuling Akar Wangi

Produk minyak akar wangi berupa minyak akar wangi kasar.

Penyuling akar wangi tersebar di empat kecamatan yaitu Kecamatan

Samarang, Bayongbong, Cilawu, dan Leles. Penyuling yang tergabung

kelompok penyuling Usaha Rakyat (USAR) sebanyak 75 persen

dan 25 persen merupakan penyuling individu. Usaha Rakyat (USAR)

merupakan koperasi penyuling akar wangi Garut yang baru berdiri

tahun 2010 yang berlokasi di Kecamatan Samarang. Koperasi USAR

diharapkan mampu meningkatkan industri minyak akar wangi.

Bentuk usaha penyuling akar wangi adalah tidak berbadan

hukum, Persekutuan Komanditer (CV), dan koperasi. Presentase jumlah

penyuling sesuai bentuk usaha dapat dilihat pada Gambar 10. Lama

penyuling menjalankan usaha lebih 20 tahun sebesar 75 persen, 16,67

persen penyuling menjalankan usaha 10 – 20 tahun, dan 8,3 persen

penyuling menjalankan usaha kurang dari 10 tahun.

Gambar 10. Jumlah penyuling sesuai bentuk usaha (SPrimer, diolah)

Penyuling ada yang bertindak sebagai petani yang disebut

petani/penyuling. Penyuling yang tidak menanam akar wangi

memenuhi kebutuhan akar wangi dengan membeli langsung dari

petani/kelompok tani dan pengumpul akar wangi. Rata

diberi pinjaman modal oleh eksportir atau pengumpul minyak dengan

syarat mereka harus membayar pinjaman modal dengan minyak.

Pengiriman minyak dilakukan setelah minyak terkumpul selama 10 hari

dengan jumlah rata-rata sebanyak 40 kg. Saat musim kemarau, sekitar

– September penyuling dapat memproduksi minyak lebih

banyak dengan jumlah 50 kg selama satu minggu.

66,70%

8,30%25,00% Tidak Berbadan Hukum

Persekutuan KomanditerKoperasi

46

Produk minyak akar wangi berupa minyak akar wangi kasar.

Penyuling akar wangi tersebar di empat kecamatan yaitu Kecamatan

Penyuling yang tergabung

ebanyak 75 persen

Usaha Rakyat (USAR)

penyuling akar wangi Garut yang baru berdiri

tahun 2010 yang berlokasi di Kecamatan Samarang. Koperasi USAR

ri minyak akar wangi.

Bentuk usaha penyuling akar wangi adalah tidak berbadan

hukum, Persekutuan Komanditer (CV), dan koperasi. Presentase jumlah

penyuling sesuai bentuk usaha dapat dilihat pada Gambar 10. Lama

besar 75 persen, 16,67

20 tahun, dan 8,3 persen

penyuling sesuai bentuk usaha (Sumber: Data

Penyuling ada yang bertindak sebagai petani yang disebut

petani/penyuling. Penyuling yang tidak menanam akar wangi

memenuhi kebutuhan akar wangi dengan membeli langsung dari

petani/kelompok tani dan pengumpul akar wangi. Rata-rata penyuling

modal oleh eksportir atau pengumpul minyak dengan

syarat mereka harus membayar pinjaman modal dengan minyak.

Pengiriman minyak dilakukan setelah minyak terkumpul selama 10 hari

rata sebanyak 40 kg. Saat musim kemarau, sekitar

September penyuling dapat memproduksi minyak lebih

Tidak Berbadan HukumPersekutuan Komanditer

Page 60: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

47

Penyulingan dilakukan menggunakan ketel stainless steel

dengan sistem kukus atau uap langsung sebesar 50 persen. Penyulingan

yang menggunakan sistem boiler atau sistem uap terpisah sebesar 33,4

persen dan 8,3 persen menggunakan sistem rebus, dan 8,3 yang lain

menggunaknan sistem uap langsung dan sistem boiler. Bahan bakar

yang digunakan saat ini didominasi oleh minyak solar dan oli bekas.

Walaupun demikian masih ada yang menggunakan kayu bakar.

Pemakaian solar lebih ramah lingkungan daripada pemakaian

oli, namun harga beli solar lebih mahal. Harga solar Rp 4.500 per liter,

sedangkan oli bekas sekitar Rp 2.200 – Rp 2.500 per liter. Sebelumnya,

penyuling menggunakan minyak tanah untuk proses penyulingan,

namun kenaikan harga minyak tanah membuat biaya operasional

meningkat dan mereka beralih ke bahan bakar lain. Keadaan lebih

diperburuk lagi karena kelangkaan bahan bakar, sehingga banyak usaha

penyulingan yang tidak berproduksi.

Tahun 2011 sedang dilakukan perijinan untuk menggunakan oli

bekas sebagai bahan bakar minyak akar wangi. Hal tersebut dilakukan

untuk mengurangi biaya operasional terkait dengan penggunaan solar

yang lebih mahal. Walupun demikian, mutu minyak akar wangi yang

dihasilkan dengan pembakaran solar lebih baik daripada penggunaan oli

bekas. Pasokan bahan bakar berasal dari dalam Garut dan luar Garut.

Pemasok tersebut merupakan pemasok dengan skala usaha kecil (58,3

persen), skala menengah (16,7 persen), dan skala besar (25 persen).

Mutu minyak akar wangi ditentukan oleh temperatur dan

tekanan yang digunakan. Tekanan yang rendah membuat mutu minyak

lebih bagus dibanding tekanan tinggi yang dapat membuat minyak

gosong. Kasus IKM akar wangi di Garut yang terjadi adalah penyuling

menaikkan tekanan pada 5 bar yang sebelumnya dijaga pada 3 bar

dengan suhu sekitar 140°C-160°C pada sistem kukus. Hal tersebut

dilakukan untuk menghemat waktu pengukusan sekitar 5 jam, sehingga

bahan bakar dapat dihemat. Namun, mutu minyak akar wangi yang

dihasilkan tidak sesuai standar. Sistem yang mampu menjaga mutu

Page 61: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

48

adalah sistem uap terpisah atau boiler. Sistem uap terpisah

menggunakan suhu dan tekanan yang relatif lebih rendah daripada

sistem kukus yaitu 120°C dengan tekanan 2-3 bar selama 20 jam.

Proses penyulingan yang sesuai standar menurut Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian dapat dilihat pada

Gambar 11.

Gambar 11. Tahapan penyulingan sesuai standar GMP (Balitbang Deptan, 2011)

Sistem boiler memerlukan waktu lebih lama, sehingga

kebutuhan biaya operasionalnya juga lebih besar. Harga jual minyaknya

pun lebih tinggi dibandingkan sistem kukus. Sebagian besar penyuling

tetap melakukan proses suling dengan sistem kukus karena margin

minyak premium (sistem boiler) dan minyak reguler (sistem kukus)

tidak berbeda jauh tetapi biaya operasionalnya berbeda jauh.Penyuling

membutuhkan waktu 12 jam dalam satu kali proses penyulingan yaitu

Penyulingan uap

Akar wangi (panen)

Pencucian akar

Penyulingan

Pemisahan minyak dengan “oil separator”

Pengisian Ketel (Kepadatan: 0,09-0,1)

Perajangan (15-20 cm)

Pengeringan (2 hari) Ka: 25-30%

Penampungan minyak

Pengemasan

Dibersihkan dari tanah dan kotoran lainnya

Laju dest: 0,6-0,7 kg uap/jam. kg bahan

Jirigen atau botol gelas berwarna gelap

Page 62: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

49

10 jam untuk pengukusan dan 2 jam untuk memasukkan dan

membongkar akar wangi dalam tungku. Sehingga, satu alat suling

mampu menyuling maksimal sebanyak dua kali sehari. Kapasitas

tungku per penyulingan sebesar 1,2-2 ton. Minyak akar wangi yang

dihasilkan sebesar 4-8 kg per satu suling dalam kondisi akar wangi

yang bagus. Pada saat penelitian rendemen rata-rata yang dihasilkan

adalah 0,4 - 0,5 persen.

Penyuling akar wangi tidak mempunyai kesulitan dalam

memasarkan minyak akar wangi. Pemasaran dilakukan dalam wilayah

Garut, yaitu 75 persen penyuling menjual minyak di wilayah Garut dan

25 persen menjual kepada eksportir di Jakarta atau Bogor. Penyuling

yang menjual ke agen pengumpul sebesar 50 persen, sedangkan 50

persen yang lain menjual ke eksportir dan kadang-kadang menjual ke

pengumpul. Penyuling melakukan penjualan minyak secara individu ke

pengumpul atau eksportir. Pengumpul biasanya mendatangi tempat

penyulingan atau penyuling mengirim langsung minyak ke pengumpul

atau eksportir tersebut.

Modal awal penyulingan minyak akar wangi yang dibutuhkan

adalah lebih dari Rp 100.000.000. Permodalan yang besar tersebut

membuat beberapa penyuling tidak mampu untuk memenuhi

permodalan awal penyulingan. Presentase penggunaan modal adalah 50

persen penyuling menggunakan modal sendiri untuk penyulingan. Lima

puluh persen penyuling yang lain menggunakan modal dari eksportir,

pengumpul minyak, atau gabungan modal pengumpul dan modal

sendiri. Hanya sedikit penyuling yang menggunakan jasa kredit

lembaga keuangan untuk pemenuhan modal. Penyuling yang

menggunakan jasa kredit Bank Umum sebesar 8,33 persen, 16,67

persen jasa kredit dari Kementrian UKM dan 75 persen tidak

menggunkan jasa kredit. Permasalahan kredit yang dirasakan penyuling

sama dengan permasalahan kredit para petani akar wangi, yaitu

persyaratan bunga pinjaman yang berat dan administrasi yang rumit.

Page 63: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

50

Kerjasama terbentuk antara petani, penyuling, dan pengumpul

atau eksportir. Kerjasama yang lain adalah antara penyuling dan

pemasok bahan bakar serta penyuling dan pemasok alat atau mesin

penyulingan. Kerjasama yang dibentuk antara penyuling dan pemasok

bahan bakar berupa dagang umum dengan hubungan jangka pendek.

Sedangkan kerjasama antara penyuling, petani, dan pengumpul atau

eksportir merupakan hubungan sub kontrak jangka panjang. Kerjasama

yang dibentuk memudahkan penyuling untuk melakukan usaha

penyulingan.

Penyuling yang bermitra akan mempunyai informasi yang lebih

efektif. Informasi tersebut berupa proses penyulingan, harga dan mutu

minyak akar wangi atau bahan bakar, dan pemasok atau agen

pengumpul akar wangi dan minyak akar wangi. Selain dengan bermitra

informasi dapat diperoleh melalui internet, buku dan Dinas

Perindustrian Perdagangan dan Koperasi.

Permasalahan yang dihadapi oleh penyuling adalah ketersediaan

bahan baku yang tidak konsisten, mutu bahan baku yang tidak sesuai

standar, alat suling yang tidak sesuai standar dan modal yang tidak

mencukupi. Alat pemisah air dan minyak yang masih sederhana,

sehingga membuat rendahnya rendemen akibat tingginya penyusutan.

Kasus penjualan produk minyak akar wangi mempunyai beberapa

keragaman. Penyuling dengan modal besar dapat menjual minyak akar

wangi kepada pengumpul atau eksportir yang memberi harga yang lebih

menguntungkan. Hal tersebut tidak berlaku bagi sebagian besar

penyuling yang kesulitan modal. Mereka bergantung pada pinjaman

modal dari pengumpul atau eksportir sehingga harus mengembalikan

pinjaman modal tersebut berupa minyak. Minyak akar wangi di Garut

mempunyai kasus yaitu terdapat satu pengumpul yang dominan

sehingga hampir seluruh penyuling memiliki hubungan keterkaitan

dengan pedagang pengumpul tersebut. Konsekuensi dari hal tersebut

adalah harga minyak akar wangi dibeli oleh pedagang yang

bersangkutan dengan harga relatif lebih murah dari harga yang berlaku.

Page 64: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

51

4.1.6 Aktivitas Pengumpul Minyak Akar Wangi

Pengumpul minyak akar wangi berperan sebagai pengumpul

minyak akar wangi dan menjualnya ke eksportir. Jumlah pengumpul

minyak di daerah Garut tidak banyak hanya ada 2 (dua) yang

merupakan perwakilan dari eksportir di Jakarta dan Bogor. Salah satu

pengumpul minyak akar wangi adalah perwakilan eksportir PT. Djasula

Wangi Jakarta. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan ekspor

impor minyak atsiri yang didirikan pada tahun 1962.

Bentuk usaha pengumpul minyak berupa Perseroan Terbatas

(PT) dan tidak berbadan hukum. Pengumpul yang berbentuk PT tidak

diijinkan melakukan penyulingan. Hal tersebut dilakukan untuk

menghindari monopoli usaha, karena melihat modal sebuah PT yang

besar.

Berdasarkan survey, pengumpul minyak akar wangi di Garut

berjumlah dua pengumpul minyak berskala besar yang mempunyai

karakteristik berbeda. Salah satu pengumpul minyak akar wangi selalu

memperhatikan mutu minyak yang dibeli, sedangkan pengumpul yang

lainnya tidak memperhatikan mutu minyak akar wangi. Adanya satu

pengumpul minyak akar wangi yang mau menerima minyak akar wangi

tanpa memperhatikan mutu minyak menyebabkan para penyuling

beranggapan bahwa semua minyak akar wangi pasti terjual walaupun

mutunya rendah. Keadaan yang demikian membuat daya saing

Indonesia dalam ekspor minyak akar wangi menurun. Harga jual

minyak akar wangi Indonesia tidak mampu bersaing dengan harga

minyak akar wangi yang berkualitas bagus.

Lama usaha yang dijalankan adalah lebih dari 10 tahun. Usaha

pengumpulan minyak membutuhkan modal yang besar yaitu lebih dari

Rp 100.000.000. Eksportir atau pengumpul minyak akar wangi

terkadang memberi modal terlebih dahulu kepada penyuling atau

petani/penyuling. Pengumpul minyak mendapatkan modal tersebut dari

eksportir.

Page 65: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

52

Pasokan minyak akar wangi berasal dari penyuling yang

tersebar di Garut. Mekanisme pembayaran berupa cash and carry dan

modal di awal. Pengumpul minyak mampu mengumpulkan 100 – 400

kg minyak akar wangi dalam satu minggu saat panen raya (Juli –

September). Sedangkan saat musim paceklik yang terjadi pada bulan

Maret – Juni hanya mampu mengumpulkan rata-rata 200 kg dalam

waktu 10 hari. Pengumpulan minyak dilakukan sesuai kontrak yang

terikat dengan pemberian modal terlebih dahulu.

Ikatan keluarga dan jarak penyulingan yang berdekatan juga

mempengaruhi proses pengumpulan minyak akar wangi. Penyuling

tersebut akan mengumpulkan minyak melalui satu perwakilan tanpa ada

ikatan kontrak. Minyak akar wangi yang terkumpul tersebut langsung

dikirim ke eksportir yang berada di luar wilayah Garut yaitu Jakarta dan

Bogor.

Harga ekspor minyak tidak diketahui secara pasti oleh para

pengumpul. Pengumpul berperan sebagai penerima harga dari eksportir.

Sistem pembayaran eksportir ke pengumpul berupa sistem pembayaran

langsung, maksimal dua hari setelah pengiriman melalui transfer.

Permasalahan yang sering muncul adalah ketersediaan minyak

yang tidak konsisten dan mutu minyak akar wangi tidak sesuai yang

diharapkan. Kalau mutu tidak sesuai, maka minyak tidak akan diterima

oleh eksportir. Oleh karena itu dibutuhkan pengalaman untuk menguji

standar mutu sebelum diuji oleh laboratorium eksportir.

Bantuan modal dan pembelian minyak merupakan salah satu

bentuk kemitraan yang dibentuk oleh penyuling, pengumpul, dan

eksportir minyak akar wangi. Kemitraan tersebut sangat bermanfaat

bagi usaha minyak akar wangi yaitu kepastian pemasaran dan informasi

penting. Informasi penting tersebut berupa pemasok minyak akar

wangi, pengembangan mutu minyak akar wangi, dan proses

penyulingan yang baik. Menurut survey, harapan para pengumpul

minyak akar wangi adalah keberlanjutan industri minyak akar wangi,

dan peningkatan mutu melalui pembinaan dari pemerintah.

Page 66: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

53

4.2. Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Pada Penyuling

4.2.1 Identifikasi Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Pada Penyuling

1. Risiko Operasional

Operasional merupakan kegiatan yang mempengaruhi mutu

yang dihasilkan selama proses penyulingan. Risiko operasional yang

dikaji terdiri dari risiko proses selama penyulingan, risiko sumber

daya manusia, dan risiko sistem. Identifikasi risiko operasional

meliputi:

A. Risiko Proses Penyulingan

Risiko proses penyulingan minyak akar wangi yang dapat

diidentifikasi adalah:

1. Kelangkaan bahan baku yaitu bahan baku akar wangi sulit

diperoleh karena beberapa faktor antara lain faktor cuaca,

gagal panen.

2. Bahan baku terlambat, keterlambatan bahan baku terkait

dengan waktu dan jumlah pengiriman.

3. Mutu bahan baku tidak sesuai, hal ini dikarenkan mutu akar

wangi berbeda-beda setiap wilayah dan mempunyai tiga

tingkatan mutu yaitu mutu 1, 2, dan 3. Minyak akar wangi

mutu 1 akan menghasilkan mutu minyak yang paling baik

dan jumlah rendemen lebih banyak daripada yang lain.

4. Kelangkaan bahan bakar akibat krisis dan pasokan berkurang.

5. Kondisi temperatur terlalu tinggi (lebih dari 120°) dapat

mengakibatkan minyak gosong, sehingga mutu minyak akar

wangi menurun.

6. Kondisi tekanan terlalu tinggi (lebih dari 5 bar) dapat

mengakibatkan minyak gosong, sehingga mutu minyak akar

wangi menurun. Selain itu, tekanan terlalu tinggi dapat

mengakibatkan ledakan dan kebakaran.

7. Waktu memasukkan akar wangi dan mengeluarkannya lebih

dari 2 (dua) jam sehingga akan mempengaruhi waktu siklus

proses penyulingan.

Page 67: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

54

8. Waktu perebusan akar wangi terlalu lama sehingga akan

mempengaruhi waktu siklus penyulingan

9. Belum menjalankan proses penyulingan sesuai Good

Manufacturing Process (GMP) akan mempengaruhi mutu

minyak yang dihasilkan.

10. Mutu minyak akar wangi tidak sesuai standar merupakan

output yang menentukan harga jual minyak akar wangi.

11. Jumlah produksi tidak sesuai target merupakan output yang

menentukan jumlah penerimaan penyuling.

12. Penggunaan alat penyulingan tidak sesuai standar akan

mengakibatkan mutu minyak akar wangi yang dihasilkan

tidak sesuai standar.

B. Risiko Sumber Daya Manusia

Risiko Sumber Daya Manusia yang diidentifikasi adalah:

1. Ketidakterampilan pekerja dalam memasukkan dan

membongkar akar wangi sangat berpengaruh terhadap waktu

siklus penyulingan berikutnya dan kondisi selama proses

penyulingan berlangsung.

2. Ketidakterampilan pekerja dalam mengatur temperatur dan

tekanan. Kondisi temperatur dan tekanan harus selalu

dikontrol agar tetap stabil, sehingga diperlukan pekerja yang

terampil.

3. Kesalahan pekerja (human error), kesalahan-kesalahan

mungkin terjadi selama proses pencucian, pengeringan dan

pengaturan tekanan dan temperatur.

4. Pekerja tidak menggunakan alat pengaman diri selama proses

penyulingan. Proses penyulingan yang mempunyai

kemungkinan risiko seperti kebakaran, kondisi tempat

penyulingan yang bertemperatur tinggi mungkin dapat

membahayakan keselamatan pekerja.

5. Kinerja karyawan rendah sangat berpengaruh terhadap waktu

siklus penyulingan berikutnya.

Page 68: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

55

C. Risiko Sistem

Risiko sistem yang diidentifikasi adalah:

1. Teknologi alat penyulingan tidak sesuai standar akan

menurunkan mutu minyak akar wangi.

2. Distorsi informasi sangat berpengaruh dalam mendukung

proses penyulingan.

2. Risiko Pemasaran

Risiko pemasaran merupakan risiko yang berhubungan

dengan penjualan minyak akar wangi kepada pengumpul atau

eksportir minyak akar wangi. Identifikasi risiko pemasaran adalah:

1. Jumlah permintaan minyak akar wangi turun. Jumlah permintaan

dikhawatirkan menurun akibat mutu yang tidak sesuai standar.

2. Harga minyak akar wangi turun akibat mutu yang dihasilkan tidak

sesuai standar.

3. Pembayaran tidak sesuai kontrak antara penyuling dan

pengumpul atau eksportir minyak akar wangi. Kontrak yang

terjadi merupakan kontrak terikat dengan pemberian modal

terlebih dahulu dan membayar modal dengan minyak akar wangi.

4. Pengembalian minyak akar wangi akibat mutu tidak sesuai

standar.

5. Konsumen beralih ke produsen lain untuk mencari mutu yang

sesuai standar.

6. Gagal dalam pengiriman produk akibat mutu tidak sesuai standar

atau faktor eksternal seperti ketersediaan alat transportasi dan

cuaca.

7. Fluktuasi harga minyak akar wangi karena pengaruh krisis global.

3. Risiko Keuangan

Risiko keuangan sangat berkaitan dengan modal usaha.

Risiko keuangan yang diidentifikasi adalah:

1. Biaya operasional meningkat akibat kenaikan harga input (bahan

baku akar wangi, bahan bakar, dan peralatan).

Page 69: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

56

2. Permodalan tidak mencukupi untuk proses penyulingan, modal

penyulingan cukup tinggi dan penjualan minyak dilakukan setelah

minyak terkumpul. Sehingga, selama proses pengumpulan

membutuhkan modal untuk terus menyuling.

3. Penerimaan menurun akibat penjualan menurun. Jumlah

rendemen yang tidak dapat dipastikan membuat penerimaan

penyuling juga tidak pasti. Sehingga, ketika jumlah rendemen

tinggi maka penerimaan penyuling akan tinggi, demikian

sebaliknya.

4. Peningkatan pajak/retribusi dari pemda. Pajak dan retribusi

mungkin sangat mempengaruhi keuangan penyuing terkait

dengan peningkatan biaya selain operasional. Namun, penyuling

belum melaksanakan manajemen keuangan yang tersusun secara

rapi, sehingga kebutuhan biaya kurang terdefinisi dengan pasti.

5. Penerimaan kerugian akibat mutu tidak sesuai standar. Mutu yang

tidak sesuai standar merupakan akan menrunkan harga minyak

akar wangi sehingga dapat mengakibatkan kerugian bagi

penyuling.

Risiko-risiko tersebut terkait dengan aliran barang, finansial,

dan informasi. Apabila terjadi salah satu risiko pada aliran tersebut

maka dapat mengganggu kinerja rantai pasokan minyak akar wangi

secara keseluruhan.

4.2.2 Pengukuran dan Pemetaan Risiko Operasional Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Pada Penyuling

Proses pengukuran risiko dilakukan dengan menentukan

frekuensi dan dampak dari masing-masing peubah risiko. Pengukuran

risiko berdasarkan nilai modus frekuensi dan dampak risiko dari

responden. Masing-masing nilai modus peubah risiko dipetakan pada

peta risiko yang terdiri dari empat kuadran. Kuadran Risiko I

merupakan kuadran risiko dengan frekuensi tinggi dan dampak tinggi.

Kuadran Risiko II merupakan kuadran risiko dengan frekuensi rendah

dan dampak tinggi. Kuadran III merupakan kuadran risiko dengan

Page 70: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

57

frekuensi tinggi dan dampak rendah. Kuadran IV merupakan kuadran

risiko frekuensi rendah dan dampak rendah. Peta risiko operasional

ditunjukkan oleh Gambar 12.

Keterangan:

1. Kelangkaan bahan baku2. Bahan baku terlambat3. Mutu bahan baku tidak

sesuai4. Kelangkaan bahan bakar5. Kondisi temperatur terlalu

tinggi6. Kondisi tekanan terlalu

tinggi7. Waktu memasukkan akar

wangi dan mengeluarkan dari ketel terlalu lama

8. Waktu perebusan akar wangi terlalu lama

9. Belum menjalankan proses penyulingan yang sesuai

GMP (Good Manufacturing Process)

10. Mutu minyak akar wangi tidak sesuai standar

11. Jumlah produksi tidak sesuai standar

12. Menggunakan alat penyulingan tidak sesuai standar

13. Ketidakterampilan pekerja dalam memasukkan dan membongkar akar wangi

14. Ketidakterampilan pekerja dalam mengatur temperatur dan tekanan selama penyulingan

15. Ketidakterampilan pekerja dalam mengekstraksi minyak dan air (jika dilakukan dengan manual)

16. Kesalahan pekerja (Human Error)

17. Pekerja tidak menggunakan alat pengaman diri dalam proses penyulingan

18. Kinerja/produktivitas karyawan rendah

19. Penerapan teknologi tidak sesuai standar

20. Distorsi informasi (tidak ada akses untuk memperoleh informasi)

Gambar 12. Peta risiko operasional rantai pasokan minyak akar wangi

Pengukuran dilakukan terhadap risiko operasional, pemasaran,

dan keuangan. Sedangkan pemetaan dilakukan pada risiko operasional

untuk mengetahui posisi pada kuadran dan tindakan yang harus

dilakukan. Hal tersebut dilakukan karena faktor-faktor yang memicu

risiko operasional cukup banyak dibandingkan dengan risiko

pemasaran dan keuangan. Risiko yang berada pada garis tengah

Page 71: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

58

(tingkat sedang) dapat diklasifikasikan pada kuadran tertentu

bergantung kondisi saat penelitian dan prioritas penanganan risiko.

Risiko pada kuadran I memerlukan perhatian khusus, namun

pihak manajemen tidak mampu mengendalikan beberapa risiko secara

operasional karena keterbatasan sumberdaya. Hal tersebut

dikarenakan risiko tingkat frekuensi yang tinggi dan dampak yang

tinggi. Sehingga, suatu usaha yang mempunyai kriteria risiko tersebut

akan mempunyai tingkat kerugian yang tinggi. Risiko kelangkaan

bahan baku merupakan risiko yang tidak dapat dikontrol oleh

penyuling. Kelangkaan bahan baku saat penelitian berlangsung

(existing) dikarenakan faktor cuaca yang tidak baik. Sehingga, petani

akar wangi menunda pemanenan yang membuat beberapa penyuling

tidak aktif menyuling. Faktor cuaca tersebut juga mengakibatkan mutu

bahan baku tidak baik dan jumlah rendemen minyak turun. Jumlah

rendemen turun sekitar 50 persen apabila akar wangi dipanen saat

musim hujan. Oleh karena itu, solusi yang dilakukan adalah berhenti

produksi.

Teknologi yang belum sesuai standar menunjukkan bahwa

penggunaan alat suling juga tidak sesuai standar. Sistem yang lebih

baik yang mampu menghasilkan kualitas minyak lebih baik adalah

sistem uap terpisah dengan alat boiler. Harga alat suling yang mahal

membuat penyuling belum mampu untuk membeli alat suling yang

baru dan penyuling belum mampu mengoperasikan alat tersebut.

Sehingga, penyuling masih mempertahankan alat yang ada. Apabila

penyuling mampu menyediakan alat suling yang sesuai standar, maka

risiko tersebut dapat digeser ke kuadaran II.

Kuadran II merupakan kuadran yang beranggotakan risiko

yang mampu dikelola penyuling dengan baik. Risiko input

penyulingan pada kuadran II berupa bahan baku terlambat dan

kelangkaan bahan bakar. Antisipasi agar bahan baku terlambat adalah

mencari bahan baku yang mempunyai jarak lebih dekat penyulingan

dan mempunyai alat transportasi yang mendukung pengangkutan akar

Page 72: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

59

wangi. Sedangkan kelangkaan bahan bakar dapat diantisipasi melalui

kemitraan dengan pemasok.

Risiko yang berkaitan dengan proses seperti, kondisi tekanan

dan temperatur dapat dikelola dengan menjaga kestabilannya pada

ukuran tertentu. Kestabilan temperatur dan tekanan akan

meningkatkan kualitas minyak akar wangi. Mutu minyak akar wangi

dapat dikelola dengan menjaga temperatur dan tekanan. Peningkatan

kinerja karyawan dan keterampilan dapat dilakukan dengan

pengawasan ekstra dan pembinaan mengenai proses penyulingan dan

pengoperasian alat penyulingan.

Risiko yang diidentifikasi pada kuadran III adalah penyuling

belum menjalankan proses penyulingan sesuai Good Manufacturing

Process (GMP) dengan frekuensi dan dampak sedang. Penyuling akar

wangi menghilangkan sebagian proses penyulingan seperti

pencacahan akar wangi menjadi bagian yang sama. Hasil survey

menunjukkan ada sebagian penyuling yang tidak melakukan

pencucian akar wangi. Proses-proses tersebut membutuhkan waktu

dan biaya yang lebih banyak. Dampak risiko cenderung sedang ke

rendah, sedangkan frekuensinya tinggi. Risiko ini dapat digeser ke

kuadran IV dengan menerapkan GMP setiap penyulingan. Risiko yang

mempunyai frekuensi dan dampak sedang yang lain adalah distorsi

informasi. Tidak ada akses untuk memperoleh informasi menjadi

sebuah risiko yang memerlukan penanganan khusus.

Risiko pada kuadran IV yang dapat diidentifikasi adalah risiko

yang terkait dengan waktu pekerja dan perebusan akar wangi, pekerja

sudah terbiasa dengan pekerjaannya dan mempunyai kontrol waktu

dalam bekerja. Waktu perebusan tidak berpengaruh signifikan karena

waktu perebusan mempunyai standar waktu minimal. Perebusan akar

wangi yang terlalu lama pun tidak akan menghasilkan minyak akar

wangi lagi akibat kandungan minyak akar wangi sudah habis disuling.

Risiko yang lain adalah ketidakterampilan pekerja dalam memasukkan

dan membongkar akar wangi, dan ketidakterampilan pekerja dalam

Page 73: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

60

mengekstraksi minyak dan air (jika dilakukan dengan manual). Hal-

hal tersebut jarang terjadi dan tidak berpengaruh signifikan terhadap

penurunan kualitas minyak akar wangi.

Risiko rantai pasokan penyulingan yang diukur adalah risiko

pemasaran dan risiko keuangan. Hasil perhitungan risiko pemasaran

berdasarkan modus jawaban responden adalah frekuensi risiko sangat

rendah dan dampak risiko tinggi adalah 1) jumlah permintaan turun,

2) harga minyak akar wangi turun, 3) pembayaran tidak sesuai

kontrak, 4) pengembalian minyak akar wangi, 5) gagal dalam

pengiriman produk, dan 6) fluktuasi harga minyak akar wangi karena

krisis global. Risiko tersebut dapat disimpulkan hampir tidak pernah

terjadi, namun jika terjadi maka dampaknya sangat merugikan.

Risiko pemasaran yang mempunyai frekuensi sangat rendah

dan berdampak sedang adalah konsumen beralih ke produsen lain.

Penyuling mampu mengatasi dengan menjual minyak akar wangi ke

pengumpul lain yang mau menerima minyak akar wangi dengan

semua tingkat kualitas. Hasil survey frekuensi risiko pemasaran yang

sangat rendah menunjukkan bahwa pasar minyak akar wangi jelas dan

masih terbuka lebar untuk dikembangkan.

Risiko keuangan yang mempunyai frekuensi dan dampak

tinggi adalah biaya operasional meningkat dan tingkat penerimaan

menurun akibat penjualan menurun. Risiko ini sangat berpengaruh

terhadap proses penyulingan. Frekuensi tinggi disebabkan harga bahan

bakar yang terus menigkat dan ketidakpastian kualitas bahan baku

yang menyebabkan rendahnya harga jual. Salah satu cara yang

dilakukan penyuling minyak akar wangi Garut adalah mengganti

bahan bakar solar dengan bahan bakar oli bekas. Harga oli bekas lebih

murah, namun hasil pembakarannya kurang bagus, sehingga kualitas

minyak akar wangi juga menurun.

Risiko keuangan yang mempunyai frekuensi rendah dan

berdampak tinggi berdasarkan nilai modus adalah permodalan tidak

mencukupi untuk proses penyulingan. Modal penyuling sering tidak

Page 74: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

61

cukup namun hal tersebut dapat diantisipasi dengan meminjam modal

kepada pengumpul atau eksportir minyak akar wangi. Sebagian

penyuling melakukan manajemen keuangan dengan menyiapkan

cadangan modal yang dapat digunakan untuk menutup kebutuhan

biaya operasional atau kebutuhan diluar operasional penyulingan.

Misalnya, biaya keluarga karyawan yang sakit dan peningkatan

pajak/retribusi dari Pemda. Peningkatan pajak/retribusi dari Pemda

terjadi secara kontinu.

Risiko menerima kerugian akibat mutu tidak standar juga

mempunyai frekuensi rendah dan dampak tinggi. Risiko tersebut

berfrekuensi rendah karena harga minyak yang cenderung meningkat.

Walaupun harga minyak akar wangi Indonesia dibawah harga minyak

akar wangi dari Haiti. Haiti mampu menjual minyak akar wangi

dengan harga Rp. 1.800.000 per kg dan Indonesia mampu menjual

minyak akar wangi dengan harga Rp. 1.100.000 per kg. Risiko yang

selalu terjadi adalah risiko peningkatan pajak/retribusi daerah. Namun

risiko tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap penyulingan

karena dampaknya rendah dan penyuling mampu mengatasinya.

Kondisi-kondisi risiko tersebut dapat berubah. Risiko tersebut

bergantung pada perubahan waktu dan kondisi-kondisi eksternal.

Risiko yang dianalisis merupakan risiko berdasarkan hasil survey

responden dengan kondisi penyulingan saat penelitian berlangsung

(existing).

4.2.3 Penilaian Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Pada Penyuling

1. Strukturisasi Risiko Rantai Pasokan

Penilaian risiko didasarkan pada penilaian pakar sesuai

peubah risiko yang sudah diidentifikasi. Peubah risiko yang sudah

diidentifikasi tersebut direduksi untuk memudahkan penilaian.

Reduksi peubah risiko dilakukan berdasarkan persetujuan pakar.

Peubah risiko operasional diakuisisi dengan pola pemikiran input,

proses, dan output, serta pendukung kegiatan operasional. Hubungan

antara risiko dan peubah dapat digambarkan dalam bentuk struktur

Page 75: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

62

hirarki untuk memudahkan penilaian risiko dan pengagregasian

risiko. Struktur hirarki penilaian risiko dapat dilihat pada Gambar 13.

Simbol KR menunjukkan Key Risk Indicators dengan nomor n.

Gambar 13. Struktur hirarki penilaian risiko rantai pasokan minyak akar wangi pada penyuling

Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi pada Penyuling

Operasional Pemasaran Keuangan

Kelangkaan Bahan Baku (KR1)

Mutu bahan baku tidak sesuai (KR2)

Kelangkaan Bahan Bakar (KR3)

Kondisi Suhu Penyulingan Terlalu

Tinggi (KR4)

Kondisi Tekanan PenyulinganTerlalu

Tinggi (KR5)

Teknologi alat penyulingan tidak

sesuai standar (KR7)

Ketidakterampilan Pekerja (KR8)

Distorsi Informasi (KR10)

Harga minyak akar wangi turun

(KR13)

Pembayaran tidak sesuai kontrak

(KR14)

Belum menjalankan proses penyulingan sesuai GMP (KR6)

Pengembalian minyak akar wangi

(KR15)

Konsumen beralih ke produsen lain

(KR16)

Gagal dalam pengiriman

produk (KR17)

Fluktuasi harga minyak akar wangi karena

pengaruh krisis global(KR18)

Biaya Operasional Meningkat

(KR19)

Permodalan tidak mencukupi

untuk proses penyulingan

(KR20)

Penerimaan menurun (KR21)

Mutu minyak tidak sesuai standar (KR11)

Jumlah produksi tidak sesuai target

(KR12)

Kinerja karyawan rendah (KR9)

Page 76: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

63

3. Hasil Penilaian Risiko

Penilaian risiko rantai pasokan minyak akar wangi

dimaksudkan untuk mengetahui nilai risiko setiap peubah risiko.

Hasil penilaian dampak setiap peubah risiko pakar dapat dilihat pada

Tabel 7. Risiko yang perlu mendapat perhatian lebih adalah kondisi

tekanan terlalu tinggi. Hal tersebut dikarenakan dampak yang

ditimbulkan sangat tinggi, kondisi tekanan terlalu tinggi akan

menurunkan kualitas minyak, kebakaran, dan ledakan ketel.

Tabel 7. Hasil agregasi penilaian risiko pada peubah risiko

KodePeubah Penentu/Faktor-Faktor

Peubah Risiko

Tingkat Dampak Risiko

Tingkat Frekuensi

RisikoOperasional

KR1 Kelangkaan bahan baku 4 2KR2 Mutu bahan baku tidak sesuai 4 3KR3 Kelangkaan bahan bakar 4 3

KR4Kondisi temperatur penyulingan terlalu tinggi

4 4

KR5Kondisi tekanan penyulingan terlalu tinggi

5 4

KR6Belum menjalankan proses penyulingan sesuai GMP

4 3

KR7Teknologi alat penyulingan tidak sesuai standar

4 3

KR8 Ketidakterampilan pekerja 4 2KR9 Kinerja karyawan rendah 3 2KR10 Distorsi Informasi 4 2KR11 Mutu minyak tidak sesuai standar 4 4KR12 Jumlah produksi tidak sesuai target 4 4

PemasaranKR13 Harga minyak akar wangi turun 4 4KR14 Pembayaran tidak sesuai kontrak 3 1KR15 Pengembalian minyak akar wangi 4 1KR16 Konsumen beralih ke produsen lain 4 2KR17 Gagal dalam pengiriman produk 4 2

KR18Fluktuasi harga minyak akar wangi karena pengaruh krisis global

4 3

KeuanganKR19 Biaya Operasional Meningkat 4 3

KR20Permodalan tidak mencukupi untuk proses penyulingan

4 4

KR21 Penerimaan menurun 4 4Keterangan: 5 (Sangat Tinggi), 4 (Tinggi), 3 (Sedang), 2 (Rendah), 1 (Sangat

Rendah).

Page 77: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

64

Kelangkaan bahan baku mempunyai dampak risiko yang

tinggi, bahan baku yang dimaksud adalah akar wangi. Apabila terjadi

kelangkaan bahan baku maka penyuling tidak dapat melakukan

penyulingan secara kontinu. Kelangkaan bahan baku terjadi saat

penelitian berlangsung (existing), kelangkaan tersebut diakibatkan

oleh cuaca yang tidak sesuai dengan perkiraan. Permasalahan cuaca

juga mengakibatkan rendahnya mutu akar wangi. Akar wangi

mempunyai tiga tingkatan kualitas, selain itu adanya musim hujan

terus menerus maka rendemen minyak juga berkurang.

Input proses penyulingan yang berisiko tinggi adalah

kelangkaan bahan bakar. Apabila terjadi kelangkaan bahan bakar

maka proses punyulingan tidak dapat dilaksanakan. Kelangkaan

bahan bakar paling parah adalah adanya program konversi minyak

tanah ke gas. Penyuling yang menggunakan bahan bakar minyak

tanah mengganti bahan bakar menjadi solar atau oli bekas.

Selama proses penyulingan, kondisi temperatur terlalu tinggi

perlu mendapat perhatian lebih. Kondisi temperatur yang tinggi

mengakibatkan tingkat kegosongan minyak yang tinggi. Hal tersebut

terjadi karena tidak didukung oleh teknologi yang sesuai standar.

Proses penyulingan yang tidak sesuai standar mengakibatkan

rendahnya mutu minyak dan berkurangnya rendemen.

Kegiatan operasional penyuling didukung oleh karyawan dan

informasi yang berhubungan dengan penyulingan. Karyawan yang

tidak terampil dalam mengatur suhu dan tekanan mempunyai tingkat

risiko tinggi. Walaupun demikian kinerja karyawan mempunyai

tingkat risiko sedang. Kesalahan informasi atau adanya distorsi

informasi mempunayai dampak risiko yang tinggi pula.

Output berupa minyak akar wangi kasar yang mempunyai

peubah risiko yaitu mutu dan jumlah rendemen minyak akar wangi.

Mutu minyak akar wangi yang tidak sesuai standar mempunyai

dampak risiko tinggi. Jumlah rendemen yang tidak sesuai target juga

Page 78: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

65

mempunyai risiko tinggi. Risiko pada output tersebut dikarenakan

input dan proses penyulingan yang kurang tepat.

Peubah risiko pemasaran yang mempunyai tingkat risiko

tinggi adalah harga minyak akar wangi turun. Penurunan harga

minyak akar wangi mengakibatkan kerugian keuangan. Penurunan

harga tersebut terjadi akibat penurunan mutu atau adanya keterikatan

kontrak modal yang terikat. Sehingga penyuling yang mempunyai

hutang modal akan menerima harga yang lebih rendah. Namun

demikian, risiko pembayaran tidak sesuai kontrak mempunyai

tingkat risiko sedang.

Peubah risiko pemasaran lain yang mempunyai tingkat risiko

tinggi adalah pengembalian minyak akar wangi, beralihnya

konsumen minyak akar wangi ke produsen lain, dan gagal dalam

pengiriman produk. Ketiga peubah tersebut akan mengakibatkan

total kerugian yang beasr. Fluktuasi harga minyak akar wangi akibat

krisis global mempunyai tingkat risiko yang tinggi. Peningkatan

harga tinggi yang tidak diimbangi oleh peningkatan permintaan luar

negeri akan mengakibatkan ekspor minyak akar wangi mengalami

kendala. Hal ini dikarenakan Indonesia belum mampu mengolah

minyak akar wangi menjadi produk jadi.

Risiko keuangan penyulingan mempunyai tiga peubah utama

yaitu peningkatan biaya operasional, kecukupan modal, dan

penerimaan yang menurun. Tiga peubah tersebut mempunyai tingkat

risiko yang tinggi. Biaya operasional meningkat dan modal yang

tidak cukup akan mengakibatkan berhentinya proses penyulingan

sehingga penerimaan penyuling menurun.

Risiko pada setiap kegiatan dalam penyulingan menunjukkan

bahwa kegiatan operasional, pemasaran , dan keuangan mempunyai

risiko tinggi. Hal tersebut menunjukkan bahwa dalam kegiatan

penyulingan integrasi antara operasional, pemasaran, dan keuangan

sangat diperlukan. Setiap kegiatan rantai pasokan harus didukung

oleh bagian satu dan yang lain. Sehingga, semua anggota atau

Page 79: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

66

aktivitas rantai pasokan harus saling mendukung agar tercipta rantai

pasokan yang efisien. Hasil agregasi risiko keseluruhan

menunjukkan bahwa risiko penyulingan adalah tinggi. Risiko tingkat

tinggi membutuhkan pengelolaan atau manajemen risiko yang baik.

Manajemen risiko yang baik tersebut dimaksudkan untuk menjaga

keberlanjutan usaha penyulingan akar wangi.

4.3. Rancangan Sistem Penunjang Keputusan Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Pada Penyuling

Rancangan model keputusan dalam penelitian ini untuk membantu

pengambil keputusan dalam memgelola risiko rantai pasokan minyak akar

wangi pada aktivitas penyuling. Model diposisikan sebagai media yang

membantu pengambil keputusan dalam menganalisis sitem nyata sehingga

langkah-langkah yang efektif dan terukur dapat dilakukan. Model disusun

berdasar basis aturan. Basis aturan tersebut disusun berdasar hasil agregasi

dan penanganan risiko yang diakuisisi pakar.

Hasil agregasi risiko keseluruhan menunjukkan bahwa risiko rantai

pasokan minyak akar wangi adalah tinggi. Hasil penilaian tersebut

berdasarkan hubungan antara nilai kemungkinan terjadinya risiko dan

dampak risiko. Setelah identifikasi para penyuling diminta untuk

mengumpulkan alternatif tindakan yang patut dilakukan sehingga

kemungkinan risiko terjadi dapat dikurangi. Hasil alternatif tindakan tersebut

diakuisisi oleh para ahli dan disimpan dalam basis pengetahuan model. Hasil

akuisisi tersebut harus konsisten dengan berbagai keadaan yang mungkin

terjadi. Hasil akuisisi pengetahuan ini disebut rekomendasi penanganan

penyuling.

Rekomendasi yang diakuisisi dari penyuling masih dimungkinkan

untuk diperkaya dan memodifikasi basis pengetahuan dan basis aturan untuk

mendapatkan rekomendasi yang lebih baik dan rasional. Mekanisme inferensi

yang digunakan adalah if nilai agregasi then rekomendasi. Aturan-aturan yang

dibentuk sesuai dengan penanganan hasil akuisisi pakar adalah sebagai

berikut:

Page 80: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

67

Aturan 1

Jika Risiko Operasional Penyulingan Sangat Tinggi, maka penanganan risiko

risiko rantai pasokan minyak akar wangi adalah:

Pengadaan alat suling dengan teknologi yang sesuai standar.

Menjaga kestabilan temperatur dan tekanan dengan pengawasan yang

lebih ketat.

Memperluas kepemilikan lahan atau memesan bahan baku akar wangi

lebih awal.

Melakukan kemitraan dengan pemasok bahan-bahan baku (petani,

pengumpul akar wangi, pemasok bahan bakar).

Pencampuran bahan baku dengan kualitas yang berbeda-beda.

Pembinaan pekerja dalam pengoperasian alat suling dan pengawasan

pekerja dalam menjaga temperatur dan tekanan.

Aturan 2

Jika Risiko Operasional Penyulingan Tinggi, maka penanganan risiko rantai

pasokan minyak akar wangi adalah:

Menjaga kestabilan temperatur dan tekanan dengan pengawasan yang

ketat.

Memperluas kepemilikan lahan atau memesan bahan baku akar wangi

lebih awal.

Melakukan kemitraan dengan pemasok bahan-bahan baku (petani,

pengumpul akar wangi, pemasok bahan bakar).

Pencampuran bahan baku dengan kualitas yang berbeda-beda.

Pembinaan pekerja dalam pengoperasian alat suling dan pengawasan

pekerja dalam menjaga temperatur dan tekanan.

Aturan 3

Jika Risiko Operasional Penyulingan Sedang, maka penanganan risiko rantai

pasokan minyak akar wangi adalah:

Menjaga kestabilan temperatur dan tekanan dengan pengawasan ekstra.

Memperluas kepemilikan lahan atau memesan bahan baku akar wangi

lebih awal.

Page 81: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

68

Melakukan kemitraan dengan pemasok bahan-bahan baku (petani,

pengumpul akar wangi, pemasok bahan bakar).

Pencampuran bahan baku dengan kualitas yang berbeda-beda.

Pembinaan pekerja dalam pengoperasian alat suling dan pengawasan

pekerja dalam menjaga temperatur dan tekanan.

Aturan 4

Jika Risiko Operasional Penyulingan Rendah, maka penanganan risiko rantai

pasokan minyak akar wangi adalah:

Memperluas kepemilikan lahan atau memesan bahan baku akar wangi

lebih awal.

Melakukan kemitraan dengan pemasok bahan-bahan baku (petani,

pengumpul akar wangi, pemasok bahan bakar).

Pencampuran bahan baku dengan kualitas yang berbeda-beda.

Pembinaan pekerja dalam pengoperasian alat suling dan pengawasan

pekerja dalam menjaga temperatur dan tekanan.

Aturan 5

Jika Risiko Operasional Penyuling Sangat Rendah, maka penanganan risiko

rantai pasokan minyak akar wangi adalah:

Melakukan kemitraan dengan pemasok bahan-bahan baku (petani,

pengumpul akar wangi, pemasok bahan bakar).

Pengawasan pekerja dalam menjaga temperatur dan tekanan.

Aturan 6

Jika Risiko Pemasaran Minyak Akar Wangi Sangat Tinggi, maka penanganan

risiko rantai pasokan minyak akar wangi adalah:

Melakukan kontrak dengan pengumpul minyak.

Mempertahankan mutu produksi.

Melakukan pengiriman dengan jumlah dan waktu yang tepat.

Promosi ekspor oleh pemerintah.

Aturan 7

Jika Risiko Pemasaran Minyak Akar Wangi Tinggi, maka penanganan risiko

rantai pasokan minyak akar wangi adalah:

Melakukan kontrak dengan pengumpul minyak.

Page 82: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

69

Mempertahankan mutu produksi.

Melakukan pengiriman dengan jumlah dan waktu yang tepat.

Aturan 8

Jika Risiko Pemasaran Minyak Akar Wangi Sedang, maka penanganan risiko

rantai pasokan minyak akar wangi adalah:

Mempertahankan mutu produksi.

Melakukan pengiriman dengan jumlah dan waktu yang tepat.

Aturan 9

Jika Risiko Pemasaran Minyak Akar Wangi Rendah, maka penanganan risiko

rantai pasokan minyak akar wangi adalah:

Melakukan pengiriman dengan jumlah dan waktu yang tepat.

Aturan 10

Jika Risiko Pemasaran Minyak Akar Wangi Sangat Rendah, maka

penanganan risiko rantai pasokan minyak akar wangi adalah:

Menambah informasi pemasaran secara umum.

Aturan 11

Jika Risiko Keuangan Sangat Tinggi, maka penanganan risiko rantai pasokan

minyak akar wangi adalah:

Menyiapkan cadangan keuangan.

Subsidi bahan bakar.

Melakukan kerja sama dengan pengumpul atau eksportir dalam bentuk

kontrak pemberian modal atau mengajukan kredit pada lembaga

keuangan.

Meningkatkan penyulingan saat musim kemarau.

Pinjaman bunga rendah atau sistem syariah.

Aturan 12

Jika Risiko Keuangan Tinggi, maka penanganan risiko rantai pasokan minyak

akar wangi adalah:

Menyiapkan cadangan keuangan.

Subsidi bahan bakar.

Page 83: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

70

Melakukan kerja sama dengan pengumpul atau eksportir dalam bentuk

kontrak pemberian modal atau mengajukan kredit pada lembaga

keuangan.

Meningkatkan penyulingan saat panen raya.

Pinjaman bunga rendah atau sistem syariah.

Aturan 13

Jika Risiko Keuangan Sedang, maka penanganan risiko rantai pasokan

minyak akar wangi adalah:

Menyiapkan cadangan keuangan.

Subsidi bahan bakar.

Meningkatkan penyulingan saat panen raya.

Pinjaman bungan rendah atau sistem syariah.

Aturan 14

Jika Risiko Keuangan Rendah, maka penanganan risiko rantai pasokan

minyak akar wangi adalah:

Meningkatkan penyulingan saat panen raya.

Pinjaman bunga rendah atau sistem syariah.

Aturan 15

Jika Risiko Keuangan Sangat Rendah, maka penanganan risiko rantai

pasokan minyak akar wangi adalah:

Melakukan penanganan keuangan dengan baik.

Meningkatkan penyulingan saat panen raya.

4.4. Implikasi Manajerial

Implikasi manajerial dari manajemen risiko rantai pasokan minyak

akar wangi adalah pentingnya peningkatan koordinasi yang efektif antara

kegiatan operasional, pemasaran, dan keuangan pada penyuling. Kerjasama

dilakukan antara petani, penyuling, pengumpul akar wangi, pengumpul

minyak akar wangi, dan eksportir. Selain hal itu dukungan pemerintah sangat

dibutuhkan untuk meningkatkan industri minyak akar wangi melalui bantuan

peralatan budidaya dan penyulingan. Peningkatan industri melalui pembinaan

pengoperasian alat dan proses penyulingan serta proses budidaya. Hal

Page 84: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

71

tersebut dapat mengurangi adanya risiko pada rantai pasokan minyak akar

wangi. Adanya proses penilaian risiko yang menghasilkan tingkatan risiko

dan penanganannya dapat dijadikan kontrol proses rantai pasokan minyak

akar wangi. Sehingga penilaian risiko menjadi ukuran yang berguna dalam

meningkatkan efektivitas manajemen risiko rantai pasokan.

Page 85: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Rantai pasokan minyak akar wangi di Kabupaten Garut beranggotakan

petani akar wangi, pengumpul akar wangi, penyuling akar wangi, dan

pengumpul minyak akar wangi atau eksportir. Akar wangi yang telah

dipanen oleh petani dibeli oleh pengumpul akar wangi atau penyuling, dan

ada juga petani yang melakukan penyulingan sendiri. Minyak akar wangi

yang dihasilkan oleh penyuling langsung dijual dan dikirim kepada

pengumpul minyak akar wangi atau langsung ke eksportir. Harga akar

wangi ditentukan oleh penyuling atau kesepakatan petani dan penyuling.

Sedangkan harga minyak akar wangi ditentukan oleh pengumpul minyak

akar wangi atau eksportir. Harga akar wangi atau minyak akar wangi

bergantung pada tingkatan kualitasnya. Semakin tinggi kualitas maka

harganya semakin tinggi. Aliran informasi berupa komunikasi personal

dan kelompok antar anggota rantai pasokan yang berlangsung secara dua

arah.

b. Sumber-sumber risiko rantai pasokan minyak akar wangi pada penyuling

diidentifikasi berdasarkan kegiatan operasional, pemasaran, dan keuangan.

Hasil penilaian risiko adalah kegiatan operasional, pemasaran, dan

keuangan berisiko tinggi. Penanganan risiko operasional adalah pengadaan

alat yang sesuai standar, mengontrol kestabilan temperatur dan tekanan,

pembinaan dalam pengoperasian alat, dan kerjasama dengan pemasok

bahan baku akar wangi atau bahan bakar. Penanganan risiko pemasaran

adalah melakukan kontrak kerjasama dengan pengumpul minyak akar

wangi, menjaga kualitas minyak akar wangi, dan mengirim jumlah minyak

akar wangi sesuai permintaan. Penanganan risiko keuangan adalah

melakukan kontrak kerjasama dengan pengumpul minyak akar wangi atau

eksportir berupa pinjaman modal, mengelola keuangan dengan baik

dengan mempersiapkan cadangan keuangan. Penanganan yang lain untuk

risiko keuangan adalah memaksimalkan penyulingan saat panen raya.

Page 86: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

73

c. Penelitian ini menghasilkan rancangan awal sistem penunjang keputusan

dalam bentuk rule base penanganan risiko.

2. Saran

Beberapa saran berkaitan dengan aktivitas rantai pasokan dan

manajemen risiko rantai pasokan adalah:

a. Sebaiknya dilakukan pemberdayaan fungsi lembaga koperasi USAR lebih

efektif, agar mampu meningkatkan bargaining power minyak akar wangi.

b. Kualitas minyak akar wangi ditentukan oleh sistem yang digunakan,

kondisi temperatur, dan kondisi tekanan. Selain itu kondisi-kondisi

eksternal sangat mempengaruhi dalam risiko rantai pasokan secara umum.

Oleh karena itu, perlu dikaji manajemen risiko rantai pasokan akar wangi

yang dipengaruhi oleh faktor eksternal.

c. Penelitian lanjutan berupa pemodelan komputasi sebagai tindak lanjut

rancangan sistem penunjang keputusan risiko rantai pasokan minyak akar

wangi.

Page 87: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

74

DAFTAR PUSTAKA

Balitbang Deptan. 2011. Tahapan Penyulingan Sesuai Standar GMP. Arsip Penyuling, Garut.

Djohanputro, B. 2004. Manajemen Risiko Korporat Terintegrasi. PPM, Jakarta.

Fahmi, I. 2010. Manajemen Risiko: Teori, Kasus, dan Solusi. Alfabeta, Bandung.

Garutkab. 2009. Peluang Investasi Minyak Akar Wangi. http://www.garutkab.co.id. [4 Mei 2011]

Hadiguna, R.A. 2010. Perancangan Sistem Penunjang Keputusan Rantai Pasokan dan Penilaian Risiko Mutu pada Agroindustri Minyak Sawit Kasar Disertasi pada Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Heizer J, dan B. Render. 2010. Manajemen Operasi. Salemba Empat, Jakarta.

Indrawanto, C. 2009. Kajian Pengembangan Industri Akar Wangi (Vetiveria zizanoides L.) Menggunakan Interpretative Structural Modelling. Informatika Pertanian 18 (1): 1-18. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, Bogor.

Jonnson, P. 2008. Logistic and Supply Chain Management.McGraw-Hill Higher Education, United Kingdom.

Kountur, R. 2008. Mudah Memahami Manajemen Risiko Perusahaan. PPM, Jakarta.

Kusnandar dan Marimin. 2003. Pengembangan Produk Agroindustri Jamu dan Analisis Struktur Kelembagaannya. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 14(1): 40-45, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Marimin dan Maghfiroh. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB Press, Bogor.

Mulyati H, dkk. 2009. Rancang Bangun Sistem Manajemen Rantai Pasokan dan Risiko Minyak Akar Wangi Berbasis IKM di Indonesia. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Pujawan, I.N. 2005. Supply Chain Management. Guna Widya, Surabaya.

Rahmawati, W.T. 2010. Peluang Bisnis Minyak Akar Wangi.http//:www.lifestyle.kontan.co.id. [4 Mei 2011]

Santoso, I. 2005. Rekayasa Model Manajemen Risiko untuk Pengembangan Agroindustri Buah-buahan secara Berkelanjutan. Disertasi pada Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Santoso, I dan Marimin. 2001. Penentuan Produk Olahan Apel Unggulan Menggunakan Teknik Fuzzy Non Numerik dan Analisis Struktur Serta Pola Pembinaan Kelembagaannya. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan 12(2): 163-170. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Page 88: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

75

Scandizzo, S. 2005. Risk Mapping and Key Risk Indicators in Operational Risk Management. Economic Notes by Banca Monte dei Paschi di Siena SpA 34(2): 231-256. Blackwell Publishing Ltd, United Kingdom.

Siagian, Y.M. 2007. Aplikasi Suplply Chain Management Dalam Dunia Bisnis. Gramedia, Jakarta.

Sinar Tani. 2009. Akar Wangi Sebagai Penghasil Minyak Atsiri.http://www.sinartani.com. [20 Juni 2011]

Tempointeraktif. 2010. Permintaan Minyak Akar Wangi Meningkat, Pengusaha Kewalahan. http//:www.tempointeraktif.com. [20 Juni 2011]

Tunggal, A.W. 2009. Supply Chain Management (Manajemen Rantai Pasokan). Havarindo, Jakarta.

Tutuarima, T. 2009. Rekayasa Proses Penyulingan Minyak Akar Wangi Dengan Peningkatan Tekanan dan Laju Alir Uap Bertahap. Tesis pada Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Yager, R.R. 1988. On Ordered Weighted Aggregation Operators in Multicriteria Decision Making. IEEE Transaction on Systems, Man, and Cybernatics 18(1): 183-190. Iona Collage, New York.

Zsidisin, G.A. 2003. Managerial Perception of Supply Risk. Journal of Supply Chain Management 3: 14-24. Institut for Supply Chain Management Inc, Michigan.

Page 89: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

77

LAMPIRAN

Page 90: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

76

Lampiran 1. Data Hasil Penilaian Pakar

RisikoKode

VariabelFrekuensi Dampak

Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3

Operasional

KR1 SR T R ST T T

KR2 S T S T T T

KR3 S R T T T T

KR4 T T T ST T T

KR5 T T T ST ST ST

KR6 S S S ST S T

KR7 S T R ST T T

KR8 SR R R ST T T

KR9 R S SR T S S

KR10 R S R T S T

KR11 T T T ST S ST

KR12 T T T ST ST T

Pemasaran

KR13 S T T T ST T

KR14 SR SR SR T S S

KR15 SR SR SR T SR T

KR16 SR R SR T S T

KR17 R SR R T S T

KR18 S S T T S T

Keuangan

KR19 S T S T T T

KR20 T ST T T T T

KR21 T T S T T T

RisikoFrekuensi Risiko

Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3

Operasional S S S

Pemasaran R R R

Keuangan T T S

Page 91: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

77

Lampiran 2. Data Responden Identifikasi Risiko1. Risiko Operasional

No FrekuensiModus

DampakModus

B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12

1 3 4 5 4 4 5 3 1 1 4 3 4 4 4 4 4 5 5 4 3 4 3 4 4 4 4

2 1 3 4 3 3 3 1 1 2 3 1 4 3 3 3 4 4 4 3 3 3 2 3 3 4 3

3 1 4 5 4 4 4 4 1 3 4 1 4 4 3 4 4 3 3 3 4 1 4 4 4 4 4

4 1 2 5 3 3 3 1 1 2 1 4 5 1 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4

5 3 4 3 3 3 2 2 4 5 1 3 3 3 5 4 3 5 5 3 4 4 5 4 4 3 4

6 3 4 3 3 3 2 2 4 5 1 3 3 3 5 5 3 5 5 3 4 4 5 5 4 3 5

7 1 3 3 4 4 2 1 1 1 3 1 3 1 3 3 3 3 3 4 3 1 2 3 3 3 3

8 1 2 1 3 3 2 1 1 3 3 1 1 1 3 4 1 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3

9 1 3 4 3 3 2 1 3 3 3 1 4 3 4 3 4 3 3 3 1 3 3 3 4 4 3

10 1 4 1 3 3 3 1 1 4 3 1 3 1 4 3 1 3 3 4 3 1 4 3 4 4 4

11 1 4 4 5 5 4 4 4 5 4 1 4 4 4 5 4 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4

12 1 2 4 3 3 3 3 4 4 2 1 4 4 4 5 4 3 3 3 4 4 4 3 4 4 4

13 1 3 1 4 4 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 3 3 3 1 1 1 3 1 1 1

14 1 2 3 3 3 3 1 2 2 1 2 2 2 4 4 2 5 4 5 4 2 5 3 4 2 4

15 1 3 3 1 1 3 1 2 2 1 2 2 1 1 3 2 1 3 4 1 2 2 3 1 2 1

16 1 3 4 4 4 3 1 3 1 1 1 2 1 4 3 4 3 4 4 4 2 1 3 3 4 4

17 1 4 1 4 4 4 1 1 5 1 3 1 1 4 4 1 3 3 3 4 1 3 3 3 1 3

18 1 3 3 2 2 3 1 3 1 1 1 3 1 4 3 3 3 3 3 4 2 1 3 3 3 3

19 2 4 3 3 3 3 2 3 5 1 3 3 3 4 4 3 4 4 3 4 3 5 1 4 3 4

20 1 3 3 2 3 3 1 3 1 3 1 3 3 3 3 3 2 2 3 3 3 1 3 3 3 3

77

Page 92: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

78

Lanjutan lampiran 22. Risiko Pemasaran

No Frekuensi Modus DampakModusB1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12

1 1 3 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 4 3 5 4 4 3 4 5 1 3 4 4 4

2 1 4 1 2 2 4 1 1 2 3 1 1 1 4 5 4 4 4 4 4 4 2 3 4 4 4

3 1 1 2 2 2 2 1 2 1 1 1 2 1 3 3 4 4 4 4 3 4 1 3 4 3 4

4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 1 4 1 5 5 5 4 4 4 1 3 3 4 4

5 1 2 2 3 3 1 1 2 1 3 1 1 1 3 3 3 3 3 5 4 3 1 3 4 4 3

6 1 1 1 2 2 1 1 1 1 3 1 1 1 3 3 4 4 4 4 4 4 1 3 3 4 4

7 1 3 1 4 4 2 1 1 3 3 2 2 1 1 3 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4

3. Risiko Keuangan

No FrekuensiModus

DampakModus

B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12 B1 B2 B3 B4 B5 B6 B7 B8 B9 B10 B11 B12

1 4 4 1 2 2 3 4 1 3 3 4 4 4 4 4 4 5 5 3 4 4 3 3 4 4 4

2 2 5 4 2 2 3 2 4 4 3 4 2 2 3 4 4 2 2 3 3 4 4 3 4 3 3

3 1 4 3 4 4 2 1 3 4 3 1 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4

4 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 1 3

5 3 5 1 2 2 1 3 1 1 3 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 4 1 3 4 4 4

78

Page 93: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

79

Lampiran 3. Agregasi Dampak Risiko

Operasional Pemasaran KeuanganKR1 KR2 KR3 KR4 KR5 KR6 KR7 KR8 KR9 KR10 KR11 KR12 KR13 KR14 KR15 KR16 KR17 KR18 KR19 KR20 KR21

Pakar 1 5 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4Pakar 2 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4Pakar 3 4 4 4 4 5 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 3 3 3 4 4 4

Bobot Pakar = int[1+4/3k]1 2,33 22 3,67 43 5 5

Agregasi Nilai2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 25 4 4 5 5 5 5 5 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4

min 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 44 4 4 4 5 4 4 4 3 4 5 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4

min 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 54 4 4 4 5 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 3 3 3 4 4 4

min 4 4 4 4 5 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 3 3 3 4 4 4

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 44 4 4 4 5 3 4 4 3 3 3 4 4 3 1 3 3 3 4 4 4

Agregasi Dampak 4 4 4 4 5 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 79

Page 94: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

80

Lampiran 4. Agregasi Frekuensi Risiko

Operasional Pemasaran KeuanganKR1 KR2 KR3 KR4 KR5 KR6 KR7 KR8 KR9 KR10 KR11 KR12 KR13 KR14 KR15 KR16 KR17 KR18 KR19 KR20 KR21

Pakar 1 4 4 4 4 4 3 4 2 3 3 4 4 4 1 1 2 2 4 4 5 4Pakar 2 2 3 3 4 4 3 3 1 2 2 4 4 4 1 1 1 2 3 3 4 4Pakar 3 1 3 2 4 4 3 2 1 1 2 4 4 3 1 1 1 1 3 3 4 3

Bobot Pakar

12,3

3 2

23,6

7 43 5 5

Agregasi Nilai

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 24 4 4 4 4 3 4 2 3 3 4 4 4 1 1 2 2 4 4 5 4

Min 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2

4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 42 3 3 4 4 3 3 1 2 2 4 4 4 1 1 1 2 3 3 4 4

Min 2 3 3 4 4 3 3 1 2 2 4 4 4 1 1 1 2 3 3 4 4

5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 5 51 3 2 4 4 3 2 1 1 2 4 4 3 1 1 1 1 3 3 4 3

Min 1 3 2 4 4 3 2 1 1 2 4 4 3 1 1 1 1 3 3 4 3

2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 22 3 3 4 4 3 3 1 2 2 4 4 4 1 1 1 2 3 3 4 41 3 2 4 4 3 2 1 1 2 4 4 3 1 1 1 1 3 3 4 3

Agregasi frekuensi 2 3 3 4 4 3 3 2 2 2 4 4 4 1 1 2 2 3 3 4 4

80

Page 95: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

81

Lampiran 5. Agregasi Risiko Operasional

kode Frekuensi Dampak Negasi Frekuensi

Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 P1 P2 P3

KR1 1 4 2 5 4 4 5 2 4

KR2 3 4 3 4 4 4 3 2 3

KR3 3 2 4 4 4 4 3 4 2

KR4 4 4 4 5 4 4 2 2 2

KR5 4 4 4 5 5 5 2 2 2

KR6 3 3 3 5 3 4 3 3 3

KR7 3 4 2 5 4 4 3 2 4

KR8 1 2 2 5 4 4 5 4 4

KR9 2 3 1 4 3 3 4 3 5

KR10 2 3 2 4 3 4 4 3 4

KR11 4 4 4 5 3 5 2 2 2

KR12 4 4 4 5 5 4 2 2 2

DP=dampak pakarNF=Negasi Frekuensi Pakar

DP1 NF1 Maks1 DP2 NF2 Mak2 DP3 NF3 Mak3

5 5 5 4 2 4 4 4 4

4 3 4 4 2 4 4 3 4

4 3 4 4 4 4 4 2 4

5 2 5 4 2 4 4 2 4

5 2 5 5 2 5 5 2 5

5 3 5 3 3 3 4 3 4

5 3 5 4 2 4 4 4 4

5 5 5 4 4 4 4 4 4

4 4 4 3 3 3 3 5 5

4 4 4 3 3 3 4 4 4

5 2 5 3 2 3 5 2 5

5 2 5 5 2 5 4 2 4

min 4 min 3 min 4

Urutan B Bobot Pakar

4 2 2

4 4 4

3 5 3

Agregasi Max 4

Page 96: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

82

Lampiran 6. Agregasi Risiko Pemasaran

kode Frekuensi Dampak Negasi Frekuensi

Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 P1 P2 P3

KR13 3 4 4 4 5 4 3 2 2

KR14 1 1 1 4 3 3 5 5 5

KR15 1 1 1 4 1 4 5 5 5

KR16 1 2 1 4 3 4 5 4 5

KR17 2 1 2 4 3 4 4 5 4

KR18 3 3 4 4 3 4 3 3 2

DP1 NF1 Maks1 DP2 NF2 Mak2 DP3 NF3 Mak3

4 3 4 5 2 5 4 2 4

4 5 5 3 5 5 3 5 5

4 5 5 1 5 5 4 5 5

4 5 5 3 4 4 4 5 5

4 4 4 3 5 5 4 4 4

4 3 4 3 3 3 4 2 4

Min 4 Min 3 Min 4

Urutan B Bobot Pakar

4 2 2

4 4 4

3 5 3

Agregasi Max 4

Page 97: ANALISIS MANAJEMEN RISIKO RANTAI ... - repository.ipb.ac.id · Analisis Manajemen Risiko Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Berbasis Industri Kecil Menengah (Studi Kasus Penyulingan

83

Lampiran 7. Agregasi Risiko Keuangan dan Risiko Keseluruhan

kode

Frekuensi Dampak Negasi Frekuensi

Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 1 Pakar 2 Pakar

KR19 3 4 3 4 4 4 3 2 3

KR20 4 5 4 4 4 4 2 1 2

KR21 4 4 3 4 4 4 2 2 3

DP1 NF1 Maks1 DP2 NF2 Mak2 DP3 NF3 Mak3

4 3 4 4 2 4 4 3 4

4 2 4 4 1 4 4 2 4

4 2 4 4 2 4 4 3 4

Min 4 Min 4 Min 4

Urutan B Bobot Pakar

4 2 2

4 4 4

4 5 4

Max 4

Agregasi Risiko Keseluruhan

risiko Frekuensi Negasi Frekuensi

Pakar 1 Pakar 2 Pakar 3 Pakar 1 Pakar 2 Pakar 2

Operasional 4 3 3 3 3 3 3

Pemasaran 4 2 2 2 4 4 4

Keuangan 4 4 4 3 2 2 3

risiko NF1 Maks1 risiko NF2 Maks2 risiko NF3 Maks3

4 3 4 4 3 4 4 3 4

4 4 4 4 4 4 4 4 4

4 2 4 4 2 4 4 3 4

min 4 min 4 min 4

Urutan B Bobot Pakar

4 2 2

4 4 4

4 5 4

Agregasi max 4