analisis rumusan strategi rantai pasokan minyak

93
ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT Oleh AGUNG CAHYA NUGRAHA H24070049 DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2011

Upload: dangdiep

Post on 18-Jan-2017

237 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

Oleh

AGUNG CAHYA NUGRAHA

H24070049

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 2: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

RINGKASAN

AGUNG CAHYA NUGRAHA. H24070049. Analisis Rumusan Strategi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Di bawah bimbinganHETI MULYATI dan ALIM SETIAWAN S.

Salah satu cara peningkatkan daya saing minyak akar wangi dan kesejahteraan petani yaitu dengan menerapkan strategi rantai pasok yang berkesinambungan dan mampu mengefisiensikan sistem rantai pasok minyak akar wangi. Oleh karena itu dibutuhkan rumusan strategi rantai pasok yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing minyak akar wangi. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis rantai pasok minyak akar wangi, menganalisis faktor internal dan eksternal rantai pasok minyak akar wangi dan merumuskan strategi rantai pasok minyak akar wangi.

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan kuesioner kepada para petani, pengumpul akar, pengumpul minyak dan penyuling minyak akar wangi yang berada di Kab. Garut. Hal ini dilakukan untuk mengetahui konsidisi sitem rantai pasok minyak akar wangi dengan analisis deskriptif. Faktor internal dan eksternal rantai pasok dianalisis menggunakan analisis IFE dan EFE. Perumusan strategi dilakukan dengan analisis SWOT dari faktor internal dan eksternal yang didapat. Proses pemilihan strategi rantai pasok menggunakan Analytical Hierarchy Process (AHP).

Anggota sistem rantai pasok terdiri dari petani akar wangi, pengumpul akar, penyuling dan pengumpul minyak akar wangi. Beberapa petani menjual akar hasil panen mereka langsung kepada pengumpul akar, petani lainnya tidak menjual dalam bentuk akar, mereka akan melakukan proses penyulingan sendiri dengan menyewa alat penyulingan kemudian menjual sendiri minyak hasil penyulingan kepada pengumpul minyak.

Faktor internal yang paling dominan dan direspon secara sangat baik oleh rantai pasok yang dijadikan sebagai faktor kekuatan adalah potensi wilayah penanaman masih cukup luas dengan skor 0,917, faktor kelemahan utama dari rantai pasok minyak akar wangi adalah sistem produksi belum rapi dimana integrasi seluruh elemen belum terjadi secara optimal dengan nilai skor 0,300. Faktor eksternal yang menjadi peluang utama adalah permintan akan minyak akar wangi yang lebih besar dari pasokan dengan skor 0.830 dan ancaman utama yaitu tumbuhnya negara pesaing yang mampu memproduksi tanaman penghasil minyak akar wangi dengan produktivitas, mutu dan efisiensi yang lebih baik (0.822).

Alternatif strategi yang berhasil di bangkitkan dari matriks SWOT dan hasil pembobotan menggunakan AHP adalah peningkatan mutu minyak akar wangi (0.285), peningkatan kualtas SDM (0.189), penguatan aspek financial (0.174), peningkatan kemitraan diantara stakeholder (0.138), meningkatkan produktivitas akar wangi dengan peralatan dan teknologi baru (0.123) dan fasilitasi pemerintah (0.087).

Page 3: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

AKAR WANGI DI KABUPATEN GARUT, JAWA BARAT

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA EKONOMI

pada Departemen Manajemen

Fakultas Ekonomi dan Manajemen

Institut Pertanian Bogor

OLEH

AGUNG CAHYA NUGRAHA

H24070049

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2011

Page 4: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

Judul Skripsi : Analisis Rumusan Strategi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi Di Kabupaten Garut, Jawa Barat

Nama : Agung Cahya Nugraha

NIM : H24070049

Menyetujui,

Pembimbing I Pembimbing II

(Heti Mulyati, S. TP, MT) (Alim Setiawan S, S. TP, M. Si)NIP.19770812 200501 2 001 NIP. 19820227 200912 1 001

Mengetahui : Ketua Departemen,

(Dr. Ir. Jono M. Munandar, M.Sc.) NIP : 19610123 198601 1 002

Tanggal Lulus :

Page 5: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

iii

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bogor pada tanggal 11 Mei 1989. Penulis

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Juaeni, S.Pd dan

Siti Hasanah, S.Pd.A. Riwayat pendidikan penulis adalah Taman Kanak-

Kanak (TK) Tarbiyatunnisa', Sekolah Dasar Negeri (SDN) Bojong 1

Kemang, Sekolah Lanjut Tingkat Pertama Negeri (SLTPN) 6 Bogor dan

Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 5 Bogor.

Penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas

Ekonomi dan Majamen, Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur

Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama masa perkuliahan,

penulis aktif berorganisasi di dalam dan di luar kampus. Aktivitas di

dalam kampus, penulis mengikuti Himpunan Profesi Centre of

Management (COM@) dan dipercaya menjadi Director of Human

Resources COM@ dari tahun 2009-2010, selain itu penulis pernah

mengikuti kompetisi marketing debate yang diselenggarakan oleh IPB,

Program Kreatifitas Mahasiswa (PKM) bidang kewirausahaan dan

pengabdian masyarakat dan seleksi Mahasiswa Berprestasi (Mapres)

tingkat departemen. Di luar kampus, penulis aktif mengikuti organisasi

Kerohanian Islam dan menjadi staf pengajar pada lembaga bimbingan

belajar Bintang Pelajar di Bogor.

Selama penyusunan skripsi, penulis pernah tergabung dalam

tim akreditasi Program Studi Ilmu Manajemen Sekolah Pascasarjana (S2)

IPB, Asisten Dosen mata kuliah Manajemen Keuangan dan Manajemen

Produksi dan Operasi dan bekerja sebagai staff pengajar di Bintang

Pelajar (BP), menjadi Tim Akreditasi Program Studi Ilmu Manajemen

Sekolah Pascasarjana IPB dan menjadi tim olah data Proyek Kementrian

Pendidikan Nasional Indonesia yaitu Pemetaan Politeknik se-Indonesia.

Page 6: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

iv

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang telah memberikan

Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya yang begitu besar kepada penulis

sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun

sebagai syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut

Pertanian Bogor.

Judul skripsi “Analisis Rumusan Strategi Rantai Pasokan

Minyak Akar Wangi Di Kabupaten Garut, Jawa Barat” merupakan

sebuah proses analisis mengenai keadaan sistem rantai pasok dan analisis

strategi rantai pasok minyak akar wangi Indonesia, khususnya di

Kabupaten Garut, Jawa Barat. Perumusan strategi ini merupakan hal

yang penting untuk dilakukan karena hingga saat ini belum ada rumusan

strategi rantai pasok yang bisa menjadi referensi untuk diterapkan.

Strategi rantai pasok ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing

minyak akar wangi dan menjaga kesinambungan rantai pasok minyak

akar wangi.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini sangat jauh dari

sempurna. Oleh karena itu, penulis sangat terbuka kepada semua pihak

yang ingin memberikan kritik dan saran yang membangun demi

perbaikan penelitian kelak. Akhirnya, penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat khususnya bagi penulis pribadi dan pembaca pada umumnya.

Bogor, Agustus 2011

Penulis

Page 7: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

v

UCAPAN TERIMA KASIH

Penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai

pihak baik moriil maupun materiil. Oleh karena itu, penulis

mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ibu Heti Mulyati, S.TP, M.T selaku dosen pembimbing pertama atas

segala bimbingan, masukan, kesabaran dan motivasinya yang tidak

ternilai dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Alim Setiawan, S. TP, M.Si. selaku dosen pembimbing kedua

dan juga sebagai moderator dalam seminar hasil, atas segala

motivasi, kesabaran dan ilmu-ilmu tentang rantai pasok yang tak

ternilai selama proses penyelesaian skripsi ini.

3. Dr. Ir. Muhammad Syamsun, M.Sc. sebagai dosen penguji yang

telah memberikan masukan terhadap perbaikan skripsi ini.

4. Bapak Ede Kadarusman (Ketua koperasi Usar Akar Wangi), Bapak

Hj. Abdullah (Sekretaris Koperasi Usar Akar Wangi), Bapak Hari

Wardana (Dinas Perkebunan Kabupaten Garut), Bapak Ir.

Haeruman, M.P (Kepala Bina Produksi Dinas Perkebunan

Kabupaten Garut), Bapak Hj. Tjutju Ruhiat, M.Si. (Kepala bagian

Perindustrian Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

Kabupaten Garut) dan Pak Wawan (Kepala Cabang Jasulawangi

Garut) yang telah banyak membantu memberi penjelasan dan data

dalam proses penulisan skripsi ini.

5. Ibu dan Bapak (Siti Hasanah dan Juaeni), adik-adikku (Dwi Asriani

Nugraha dan Sayyid Fajrin Nugraha), kepada Keluarga besar atas

motivasi, doa dan kebijaksanaannya dalam penyelesaian skripsi ini.

6. Sahabat-sahabat terbaik (Elis L, Dini, Reni MF, Isni S, Irma O,

Mursaliena NL, Intania S, Nola, Rony JW, Syaeful R, Gerry FS, A

Mukhlis, Anasril, Randy J, M Azwar, Arif M, A Duta E, Gazali R),

adik-adik di Arroja dan 'Ithri SMAN 5 Bogor, semua sahabat di

Manajemen 44 dan com@ dan adik-adik les ku (Nana, Raisa, Nadia,

Mira, Lana, Ziyyah, Wulan, Dika, Syifa, Dere) dan adik kelas di

SMAN 5 Bogor atas semangat, nasihat dan kenangan indah selama

sekolah, kuliah dan berorganisasi.

Page 8: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

vi

7. Seluruh staf pengajar dan karyawan/wati Departemen Manajemen

FEM IPB.

8. Semua pihak yang terlibat dalam penulisan skripsi ini. Semoga Allah

memberikan balasan atas kebaikan saudara/i.

Page 9: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

vii

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASANRIWAYAT HIDUP .....................................................................................iiiKATA PENGANTAR .................................................................................ivUCAPAN TERIMA KASIH ......................................................................vDAFTAR ISI ...............................................................................................viiDAFTAR TABEL .......................................................................................ixDAFTAR GAMBAR ...................................................................................x1. PENDAHULUAN....................................................................................1

1.1. Latar Belakang .................................................................................11.2. Perumusan Masalah ...........................................................................31.3. Tujuan Penelitian...............................................................................31.4. Manfaat .............................................................................................31.5. Ruang Lingkup Penelitian..................................................................4

II. TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................52.1. Strategi dan Manajemen Strategi........................................................52.2. Rantai Pasok dan Manajemen Rantai Pasok .......................................62.3. Strategi Manajemen Rantai Pasok......................................................82.4. Lingkungan Organisasi ......................................................................9

2.4.1 Lingkungan Jauh ........................................................................102.4.2 Lingkungan Industri ...................................................................112.4.3 Lingkungan Internal ...................................................................12

2.5. Analisis Internal dan Eksternal...........................................................132.6. Analisis SWOT..................................................................................132.7. Metode Analytical Hierarchy Process (AHP) .....................................142.8. Penelitian Terdahulu..........................................................................16

III. METODE PENELITIAN.....................................................................173.1. Kerangka Pemikiran ..........................................................................173.2. Tahapan Penelitian ............................................................................203.3. Lokasi dan Waktu Penelitian..............................................................223.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data.................................................223.5. Teknik Pengambilan Sampel..............................................................253.6. Pegolahan dan Analisis ......................................................................26

3.6.1 Analisis Deskriptif......................................................................273.6.2 Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE-EFE) ......................273.6.3 Analisis SWOT ..........................................................................303.6.4 Analitical Hierarchy Process......................................................31

IV. PEMBAHASAN....................................................................................374.1. Karakteristik Tanaman Akar Wangi...................................................374.2. Industri Akar Wangi Kabupaten Garut...............................................384.3. Identifikasi Rantai Pasok Minyak Akar Wangi..................................40

4.3.1 Aktivitas Petani Akar Wangi .......................................................454.3.2 Aktivitas Pengumpul Akar Wangi ...............................................494.3.3 Aktivitas Penyuling Akar Wangi .................................................504.3.4 Aktivitas Pengumpul Minyak Akar Wangi ..................................53

Page 10: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

viii

4.4. Analisis Faktor Internal dan Eksternal................................................544.5. Pemilihan Faktor Internal dan Eksternal.............................................574.6. Perumusan Alternatif Startegi ...........................................................594.7. Prioritas Strategi Pengembangan Minyak Akar Wangi.......................66

4.7.1 Ultimate Goal.............................................................................674.7.2 Faktor ........................................................................................674.7.3 Aktor ........................................................................................684.7.4 Tujuan........................................................................................694.7.5 Alternatif Strategi.......................................................................69

4.8. Analisis Hubungan Antar Elemen Hierarki ........................................714.9. Analisis Pemilihan Strategi Rantai Pasok...........................................734.11. Implikasi Manajerial ........................................................................76

KESIMPULAN DAN SARAN....................................................................781. Kesimpulan ..........................................................................................782. Saran ....................................................................................................79

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................80

Page 11: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

ix

DAFTAR TABEL

No Halaman

1. Data nilai ekspor dan impor minyak akar wangi indonesia ..................... 22. Jenis dan metode mengumpulan data berdasarkan tujuan penelitian ........ 243. Sebaran responden identifikasi rantai pasok minyak akar wangi.............. 264. Tabel model matriks EFE........................................................................ 275. Tabel model matriks IFE......................................................................... 296. Tabel model SWOT ................................................................................ 317. Nilai skala banding berpasangan ............................................................. 328. Matriks pendapat individu....................................................................... 349. Matriks pendapat gabungan..................................................................... 3410. Indeks acak ............................................................................................. 3611. Sentra produksi akar wangi di Indonesia ................................................. 3812. Luas areal dan produksi akar wangi di Kabupaten Garut ......................... 3913. Volume dan nilai ekspor minyak akar wangi tahun 2009-2010................ 4014. Perbandingan mutu minyak akar wangi penyulingan rakyat

dengan standar mutu nasional dan internasional ...................................... 5315. Matriks IFE............................................................................................. 5516. Matriks EFE............................................................................................ 5617. Faktor internal dan eksternal dengan skor tertinggi.................................. 5818. Matriks SWOT........................................................................................ 5919. Hubungan faktor dan Ultimete Goal........................................................ 7120. Hubungan faktor dan aktor...................................................................... 7221. Hubungan aktor dan tujuan ..................................................................... 7222. Hubungan tujuan dan alternatif strategi ................................................... 7323. Bobot faktor terhadap UG ....................................................................... 7424. Bobot aktor terhadap UG ........................................................................ 7425. Bobot tujuan terhadap UG....................................................................... 7526. Bobot alternatif terhadap UG .................................................................. 76

Page 12: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

x

DAFTAR GAMBAR

No Halaman

1. Struktur manajemen rantai pasokan ......................................................... 72. Kerangka penelitian ................................................................................. 193. Tahapan penelitian................................................................................... 204. Tanaman akar wangi ................................................................................ 375. Rantai pasok minyak akar wangi.............................................................. 406. Pola aliran rantai pasokan minyak akar wangi .......................................... 417. Sistem kerjasama inti plasma ................................................................... 448. Jenis kelompok tani di kabupaten garut .................................................... 459. Umur usaha akar wangi............................................................................ 4610. Kepemilikan lahan budidaya tanaman akar wangi .................................... 4711. Sebaran jenis alat penyulingan yang digunakan........................................ 5112. Struktur hierarki AHP .............................................................................. 70

Page 13: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

1

1. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Minyak akar wangi (Vetiveria zizanoides Stapt) merupakan

komoditas ekspor penghasil devisa yang penting bagi Indonesia.

Indonesia merupakan penghasil utama minyak akar wangi terbesar pada

perdagangan internasional setelah Haiti dan Bourbon (Mulyati dkk,

2009).

Volume ekspor minyak akar wangi Indonesia cenderung

mengalami fluktuasi setiap tahunnya. Jumlah ekspor terbesar terjadi

pada tahun 2001 sebesar 1,5 ribu ton. Namun kemudian terjadi

penurunan yang cukup drastis pada tahun selanjutnya. Nilai ekspor rata-

rata mengalami penurunan sebesar 0,6 persen per tahun. Begitu pula

dengan nilai impor yang juga mengalami penurunan namun nilainya

lebih kecil yaitu sebesar 0,4 persen per tahun.

Sentra budidaya tanaman dan produksi minyak akar wangi di

Indonesia berada di Kabupaten Garut, Jawa Barat. Sentra tersebut

tersebar di Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu, Pasirwangi

dan Leles. Produksi minyak akar wangi di Garut sebagian besar

dilakukan oleh industri kecil dengan menggunakan teknologi yang

sederhana/konvensional. Hal tersebut seringkali menyebabkan minyak

yang dihasilkan tidak memenuhi persyaratan mutu yang telah

ditetapkan eksportir maupun konsumen. Persepsi petani maupun

penyuling minyak akar wangi yang belum berorientasi mutu

menyebabkan sebagian besar pelaku usaha tidak menerapkan Good

Agricultural Process (GAP) dan Good Manufacturing Process (GMP).

Hal tersebut mengakibatkan mutu minyak yang dihasilkan menjadi

rendah sehingga menurunkan daya saing minyak akar wangi Indonesia.

Pasar luar negeri yang menyerap produk minyak akar wangi antara lain

negara Jepang, China, Singapura, India, Hongkong, Amerika Serikat,

Inggris, Perancis, Jerman, Belgia, Swiss, dan Italia (BPS 2005 dalam

Page 14: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

2

Tutuarima). Tabel 1 menyajikan volume dan nilai ekspor dan impor

minyak akar wangi.

Tabel 1. Data nilai ekspor dan impor minyak akar wangi Indonesia

TahunEkspor

Volume (Kg) Nilai (US $)2001 1.583.798 1.759.241 2002 79.714 1.973.4512003 45.821 1.428.6822004 58.444 2.445.7442005 74.210 1.544.6182006 75.199 2.085.458

Sumber: Biro Pusat Statistik (BPS) dalam Tutuarima (2009)

Selain masalah daya saing, sistem rantai pasok minyak akar

wangi yang terlalu panjang dan pemerataan pendapatan dalam rantai

pasok minyak akar wangi yang masih rendah merupakan masalah yang

harus segera dibenahi. Eksportir merupakan pihak yang memperoleh

keuntungan paling tinggi dalam jaringan rantai pasok minyak akar

wangi dibandingkan para petani yang belum mencapai kesejahteraan

yang seharusnya.

Rantai pasok merupakan jaringan dari berbagai organisasi yang

saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu

menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut (Indrajit

dan Pranoto, 2002). Salah satu cara untuk meningkatkan daya saing

minyak akar wangi dan kesejahteraan petani yaitu dengan menerapkan

strategi rantai pasok yang berkesinambungan dan mampu

mengefisiensikan sistem rantai pasok minyak akar wangi sehingga

pemerataan pendapatan diantara anggota jaringan rantai pasoknya dapat

tercapai. Rumusan strategi rantai pasok dianggap penting karena akan

dijadikan sebagai acuan oleh anggota rantai pasok dalam melakukan

aktifitas mereka. Adanya strategi rantai pasok menjadikan setiap

anggota rantai pasok mengetahui apa yang harus dilakukan untuk

membangun sistem rantai pasok yang lebih baik.

Saat ini belum terdapat strategi rantai pasok yang komprehensif

yang mampu mengakomodasi kepentingan semua pihak dalam rantai

Page 15: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

3

pasok minyak akar wangi. Oleh karena itu, dibutuhkan rumusan strategi

rantai pasok yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing minyak

akar wangi dan membentuk sistem rantai pasok minyak akar wangi

yang berkesinambungan.

1.2. Perumusan Masalah

Kondisi rantai pasok minyak akar wangi di kabupaten Garut saat

ini masih belum terintegrasi dengan baik. Hal ini berakibat pada

pemerataan pendapatan di antara anggota rantai pasok menjadi rendah

dan kualitas minyak akar wangi yang dihasilkan rendah. Permasalahan

ini menunjukan betapa pentingnya strategi rantai pasok yang

komprehensif yang mampu menunjang kesinambungan, efisiensi dan

daya saing minyak akar wangi.

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah :

1. Bagaimana kondisi rantai pasok minyak akar wangi saat ini?

2. Apa saja faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi rantai

pasok minyak akar wangi?

3. Rumusan strategi rantai pasok apa yang dapat direkomendasikan

untuk meningkatkan daya saing minyak akar wangi?

1.3. Tujuan Penelitian

1. Menganalisis rantai pasok minyak akar wangi

2. Menganalisis faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi

rantai pasok minyak akar wangi.

3. Mengusulkan alternatif rekomendasi strategi rantai pasok minyak

akar wangi untuk meningkatkan daya saing minyak akar wangi.

1.4. Manfaat

1. Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi bagi

Pemerintah pusat maupun pemerintah khususnya Kementrian

Perindustrian, Kementrian Pertanian dan Pemerintah Daerah

Kabupaten Garut dalam rangka mengembangkan minyak akar wangi.

Page 16: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

4

2. Peneliti dan Akademisi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai referensi bagi peneliti lain

yang berminat untuk melakukan penelitian di bidang yang sama

ataupun penelitian lanjutan.

3. Pelaku Usaha Minyak Akar Wangi

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai masukan dan panduan bagi

para pelaku usaha seperti petani minyak akar wangi, pengumpul

akar, penyuling, pengumpul minyak dan eksportir dalam

menjalankan kegiatan usahanya untuk membangun sistem yang

berkesinambungan dan menguntungkan semua pihak.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini membahas mengenai perumusan strategi rantai

pasok minyak akar wangi dan membahas elemen rantai pasok minyak

akar wangi yaitu petani, penyuling, pengumpul minyak dan pengumpul

akar wangi di Kabupaten Garut Jawa Barat, terutama di Kecamatan

Samarang, Bayongbong, Cilawu dan Leles. Rantai pasok yang dibahas

hanya terbatas dari petani sampai pengumpul minyak akar wangi.

Page 17: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Strategi dan Manajemen Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani kuno yang berarti "seni

berperang". Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk

mencapai sasaran yang dituju. Jadi, pada dasarnya strategi merupakan alat

untuk mencapai tujuan (Umar, 2008).

Menurut Siagian (2004), istilah strategi semula bersumber dari

kalangan militer dan secara populer sering dinyatakan sebagai kiat yang

digunakan oleh para jenderal untuk memenangkan peperangan. Menurut

David (2006), strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka panjang.

Strategi merupakan tindakan potensial yang membutuhkan keputusan

manajemen tingkat atas dan sumberdaya perusahaan dalam jumlah yang

besar.

Mulyadi (2001) mengatakan bahwa strategi adalah pola tindakan

utama yang dipilih untuk mewujudkan visi organisasi melalui misi. Dengan

tindakan berpola perusahaan dapat mengerahkan seluruh sumberdaya secara

efektif ke perwujudan visi organisasi. Strategi juga didefinisikan sebagai

sekumpulan tindakan terintegrasi yang konsisten dengan visi jangka panjang

organisasi yang memberikan nilai kepada pelanggan dengan suatu struktur

biaya yang memungkinkan pencapaian keunggulan hasil yang

berkelanjutan. Definisi lainnya, strategi merupakan tindakan yang bersifat

incremental (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan

berdasarkan sudut pandang tentang apa yang diharapkan oleh para

pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai

dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan

perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti. Perusahaan perlu

mencari kompetensi inti didalam bisnis yang dilakukan (Hamel dan

Prahalad dalam Umar, 2008)

Manajemen Strategik dapat didefinisikan sebagai seni dan

pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan, dan serta

mengevaluasi keputusan-keputusan lintas fungsional yang memampukan

Page 18: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

6

sebuah organisasi mencapai tujuannya. Manajemen strategis berfokus pada

usaha untuk mengintegrasikan manajemen, pemasaran, keuangan/akuntansi,

produksi/operasi, penelitian dan pengembangan, serta sistem informasi

komputer untuk mencapai keberhasilan organisasional (David, 2003).

2.2. Rantai Pasok dan Manajemen Rantai Pasok

Menurut Indrajit dan Pranoto (2002), rantai pasokan adalah suatu

sistem tempat organisasi menyalurkan barang produksi dan jasanya kepada

para pelanggannya. Rantai ini juga merupakan jaringan dari berbagai

organisasi yang saling berhubungan yang mempunyai tujuan yang sama,

yaitu menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang tersebut. Model

rantai pasokan yaitu suatu gambaran mengenai hubungan mata rantai dari

pelaku-pelaku tersebut yang dapat membentuk seperti mata rantai yang

terhubung satu dengan yang lain. Salah satu faktor kunci untuk

mengoptimalkan rantai pasok adalah dengan menciptakan alur informasi

yang bergerak secara mudah dan akurat diantara jaringan atau mata rantai

tersebut, dan pergerakan barang yang efektif dan efisien yang menghasilkan

kepuasan maksimal pada para pelanggan.

Manajemen rantai pasokan merupakan strategi alternatif yang

memberikan solusi dalam menghadapi ketidakpastian lingkungan untuk

mencapai keunggulan kompetitif melalui pengurangan biaya operasi dan

perbaikan pelayanan konsumen dan kepuasan konsumen. Manajemen rantai

pasokan menawarkan suatu mekanisme yang mengatur proses bisnis,

meningkatkan produktivitas dan mengurangi biaya operasional perusahaan

(Annatan dan Ellitan, 2008).

Menurut Heizer dan Render (2010), manajemen rantai pasokan

merupakan integrasi aktivitas pengadaan bahan dan pelayanaan,

pengubahan barang setengah jadi dan produk akhir, serta pengiriman kepada

pelanggan. Seluruh aktivitas ini mencakup aktivitas pembelian dan

pengalihdayaan, ditambah fungsi lain yang penting bagi hubungan pemasok

dengan distributor. Tujuan dari seluruh aktivitas rantai pasokan adalah

membangun sebuah rantai pemasok yang memusatkan perhatian untuk

memaksimalkan nilai bagi pelanggan.

Page 19: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

7

Ruang lingkup manajemen rantai pasok meliputi:

1. Rantai pasokan yang mencakup seluruh kegiatan arus dan

transformasi barang mulai dari bahan mentah, sampai penyaluran

ketangan konsumen termasuk aliran informasinya. Bahan baku

dan aliran informasi adalah rangkaian dari rantai pasokan.

2. Rantai pasokan sebagai suatu sistem tempat organisasinya

menyalurkan barang produksi dan jasa kepada para pelanggannya

(Siagian, 2005).

Gambar 1 menyajikan struktur manajemen rantai pasokan:

Gambar 1. Struktur manajemen rantai pasokan

Prinsip manajemen rantai pasok pada dasarnya merupakan

singkronisasi dan koordinasi aktivitas-aktivitaas yang terkait dengan aliran

bahan baku atau produk, baik yang ada dalam suatu organisasi maupun

antar organisasi. Sebuah rantai pasokan sederhana memiliki komponen –

komponen yang disebut channel yang terdiri atas pemasok, manufaktur,

distribution centre, wholesaler dan retailer yang semuanya bekerja menuju

proses akhir. Sebuah rantai pasok bisa saja melibatkan sejumlah industri

manufaktur dalam suatu rantai hulu ke hilir. Tidak selamanya sebuah rantai

pasok berupa rantai lurus (Anatan dan Elitan, 2008).

- Informasi penjadwalan

- Arus kas

Pemasok Persediaan Perusahaan Distribusi Konsumen

- Arus kredit

- Arus bahan baku

Page 20: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

8

2.3. Strategi Manajemen Rantai Pasokan

Strategi manajemen rantai pasokan meliputi tidak hanya hal-hal yang

berkaitan dengan internal perusahaan, tetapi juga berkaitan dengan hal-hal

eksternal perusahaan diantaranya mencakup keputusan strategis mengenai

jaringan pasokan, yang mencakup keputusan mengenai pemasok mana yang

akan dipilih, pemasok utama mana yang akan dijadikan mitra kerja jangka

panjang dimana akan didirikan lokasi gudang dan pabrik, apakah akan

melaksanakan sendiri kegiatan logistik dan sebagainya.

Pujawan (2005) mendefinisikan strategi rantai pasok sebagai

kumpulan kegiatan dan aksi strategis di sepanjang rantai pasok yang

menciptakan rekonsiliasi antara apa yang dibutuhkan pelanggan akhir

dengan kemampuan sumberdaya yang ada pada rantai pasok tersebut.

Tujuan strategis rantai pasok adalah menghasilkan produk yang murah,

berkualitas, tepat waktu, dan bervariasi.

Dalam prosesnya strategi manajemen rantai pasok memiliki tiga

tujuan, yaitu :

1. Menurunkan biaya, strategi manajemen rantai pasok yang

diterapkan harus mampu menurunkan biaya logistik yang terjadi.

2. Menurunkan modal, strategi ditujukan untuk meminimalisasi

tingkat investasi dalam strategi logistik.

3. Meningkatkan pelayanan, startegi manajemen rantai pasok harus

secara proaktif dijalankan salah satunya yaitu perbaikan

pelayanan.

Menurut Sisilian dan Satir dalam Siagian (2005), unsur-unsur

pembuat strategi manajemen rantai pasok adalah:

1. Faktor Primer

a. Keunggulan Bersaing

Secara umum keunggulan bersaing dapat diperoleh melalui

diferensiasi produk, kepeloporan biaya, dan respon yang cepat

yang ditandai dengan sifat fleksibel, reliabel, cepat tanggap

terhadap perubahan.

Page 21: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

9

b. Fleksibilitas Permintaan

Fleksibilitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu produk,

campuran produk, volume, dan tipe pengantaran. Pengukuran

dan fleksibilitas dapat dilihat dari ketepatan pengantaran,

peramalan permintaan yang tepat dan lain sebagainya.

2. Faktor Sekunder

a. Proses

Faktor kapabilitas sangat berkaitan dengan sejauh mana

perusahaan dapat menjalankan aktivitas-aktivitas yang

dibutuhkan dan sangat tergantung pada tipe kegiatan.

b. Kematangan Proses

Faktor kematangan proses sangat berkaitan dengan tingkat

kinerja proses, bagaimana proses ini dapat tanggap dan

memenuhi penawaran pasar.

c. Risiko Strategi

Risiko yang dimaksud disini adalah adanya penyebaran risiko,

yaitu risiko yang diterima perusahaan akibat adanya kebocoran

informasi tentang produk dan layanannya, baik itu yang

diterima atau diberikan pemasok, sehingga persaing dapat

mengetahui strategi-strategi perusahaan.

2.4. Lingkungan Organisasi

Menurut Umar (2008), lingkungan dapat dibagi atas dua lingkungan,

yaitu lingkungan eksternal dan lingkungan internal. Lingkungan eksternal

dibagi ke dalam dua kategori, yaitu lingkungan jauh dan lingkungan

industri, sedangkan lingkungan internal merupakan aspek-aspek yang ada di

dalam perusahaan. Lingkungan jauh dapat dikaji melalui faktor-faktor

Politik, Ekonomi, Sosial, dan Teknologi (PEST), sedangkan lingkungan

industri dapat dikaji dengan menggunakan aspek-aspek yang terdapat dalam

Konsep Strategi Bersaing dari Michael R. Porter. Lingkungan internal dapat

dikaji dengan beberapa pendekatan, salah satunya adalah pendekatan

fungsional.

Page 22: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

10

2.4.1 Lingkungan Jauh

Lingkungan jauh terdiri dari faktor-faktor yang pada dasarnya

di luar dan terlepas dari perusahaan. Lingkungan jauh memberikan

kesempatan besar bagi perusahaan untuk maju, sekaligus dapat

memberikan hambatan dan ancaman untuk maju (Umar, 2008).

Faktor-faktor yang dikaji adalah :

1. Faktor Politik

Arah, kebijakan dan stabilitas politik pemerintah menjadi faktor

penting bagi para pengusaha untuk berusaha. Situasi politik

yang tidak kondusif akan berdampak negatif bagi dunia usaha,

demikian pula sebaliknya.

2. Faktor Ekonomi

Kondisi ekonomi suatu daerah atau negara dapat mempengaruhi

iklim berbisnis suatu perusahaan. Semakin buruk kondisi

ekonomi, semakin buruk pula iklim berbisnis. Beberapa faktor

kunci yang perlu diperhatikan adalah siklus bisnis, ketersediaan

energi, inflasi, suku bunga, investasi, harga-harga produk dan

jasa, produktivitas, dan tenaga kerja.

3. Faktor Sosial

Perusahaan dituntut untuk dapat mengantisipasi perubahan-

perubahan sosial yang terjadi. Aspek yang dapat diperhatikan

adalah sikap, gaya hidup, adat istiadat dan kebiasaan orang-

orang di lingkungan eksternal perusahaan, sebagai yang

dikembangkan misalnya dari kondisi kultural, ekologis,

demografi, religius, pendidikan dan etnis.

4. Faktor Teknologi

Teknologi tidak hanya mencakup penemuan-penemuan yang

baru saja, tetapi juga meliputi cara pelaksanaan dan metode-

metode baru dalam mengerjakan suatu gambaran yang luas,

yaitu meliputi: desain, proses produksi, dan mendistribusikan.

Page 23: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

11

2.4.2 Lingkungan Industri

Aspek lingkungan industri lebih mengarah pada aspek

persaingan di mana bisnis perusahaan berada (Umar, 2008).

Michael R. Porter mengemukakan konsep Competitive Strategy

yang menganalisis persaingan bisnis berdasarkan lima aspek utama

yang disebut Lima Kekuatan Bersaing, yaitu :

1. Ancaman masuk pendatang baru

Masuknya perusahaan baru akan menimbulkan sejumlah

implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas

menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, serta

perebutan sumber daya produksi. Ada beberapa faktor yang

menghambat masuknya pendatang baru ke dalam industri, yaitu

skala ekonomi, diferensiasi produk, kecukupan modal, biaya

peralihan, akses ke saluran distribusi, ketidakunggulan biaya

indenpenden, dan peraturan pemerintah.

2. Persaingan sesama perusahaan dalam industri

Persaingan dalam industri akan mempengaruhi kebijakan dan

kinerja perusahaan. Menurut Porter, tingkat persaingan

dipengaruhi beberapa faktor, yaitu jumlah kompetitor, tingkat

pertumbuhan industri, karakteristik produk, biaya tetap yang

besar, kapasitas, dan hambatan keluar.

3. Ancaman dari produk pengganti

Perusahaan yang berada dalam suatu industri tertentu akan

bersaing pula dengan produk pengganti. Walaupun

karakteristiknya berbeda, barang subtitusi dapat memberikan

fungsi yang sama.

4. Kekuatan tawar menawar pembeli

Para pembeli, dengan kekuatan yang mereka miliki, mampu

mempengaruhi perusahaan untuk menurunkan harga,

meningkatkan mutu dan pelayanan, serta berkompetisi dengan

pesaingnya.

Page 24: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

12

5. Kekuatan tawar menawar pemasok

Pemasok dapat mempengaruhi industri lewat kemampuan

mereka menaikkan harga atau mengurangi kualitas produk atau

pelayanan.

2.4.3 Lingkungan Internal

Lingkungan internal dapat dianalisis dengan menggunakan

beberapa pendekatan fungsional. Aspek yang diperhatikan adalah:

1. Aspek Keuangan

Faktor-faktor yang perlu diperhitungkan adalah kemampuan

memupuk modal jangka pendek dan jangka panjang, beban yang

harus dipikul, hubungan baik dengan penanam modal dan

pemegang saham, pengelolaan keuangan, struktur modal kerja,

harga jual produk, pemantauan penyebab inefisiensi dan sistem

akunting yang handal.

2. Aspek Pemasaran

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah pangsa pasar,

pelayanan purna jual, kepemilikan informasi tentang pasar,

pengendalian distributor, kondisi satuan kerja pemasaran,

kegiatan, promosi, harga jual produk, komitmen manajemen

puncak, loyalitas pelanggan dan kebijakan produk baru.

3. Aspek Operasi

Kegiatan operasi dapat dilihat dari keteguhan dalam prinsip

efisiensi, efektivitas, dan produktivitas. Oleh karena itu, faktor-

faktor yang perlu diperhatikan adalah hubungan baik dengan

pemasok, lokasi fasilitas yang tepat, pemanfaatan teknologi

yang tepat, organisasi yang memiliki kesatuan kerja yang bulat,

pembiayaan, pendekatan inovatif dan proaktif, kemungkinan

terjadinya terobosan dalam proses operasi, dan pengendalian

mutu.

4. Aspek Sumber Daya Manusia

Manusia adalah sumber daya terpenting bagi perusahaan.

Faktor-faktor yang diperhatikan adalah langkah-langkah yang

Page 25: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

13

jelas mengenai manajemen SDM, keterampilan dan motivasi

kerja, produktivitas, dan sistem imbalan.

2.5. Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Tahapan dalam melakukan audit internal dan eksternal adalah

memasukan data dan informasi dari lingkungan yang dianalisis ke dalam

Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE).

Matriks IFE dan EFE merupakan salah satu teknik perumusan strategi yang

penting dan merupakan langkah awal dari kerangka kerja perumusan yang

disebut tahapan input (Input Stage), yaitu tahap meringkas informasi dasar

yang diperlukan untuk merumuskan strategi. Matriks ini berisi pernyataan

misi dan menyediakan informasi dasar yang diperlukan untuk merumuskan

strategi pemasaran secara sukses dengan syarat alat ini harus disertai

dengan penilaian kualitatif (dalam hal ini intuitif) yang baik (David, 2009).

2.6. Analisis SWOT

Matriks Strengths Weaknesses Opportunities Threats (SWOT)

merupakan matching tool yang penting untuk membantu para manajer

mengembangkan empat strategi (David, 2009). Keempat strategi yang

dimaksud adalah sebagai berikut :

a. Strategi SO (Strengths - Opportunities)

Strategi ini menggunakan kekuatan internal perusahaan untuk meraih

peluang-peluang yang ada di luar perusahaan. Pada umumnya,

perusahaan berusaha melaksanakan strategi WO, ST, atau WT untuk

menerapkan strategi SO. Oleh karena itu, jika perusahaan memiliki

banyak kelemahan, mau tidak mau perusahaan harus mengatasi

kelemahan itu agar menjadi kuat.

b. Strategi WO (Weaknesses - Opportunities)

Strategi ini bertujuan untuk memperkecil kelemahan-kelemahan

internal perusahaan dengan memanfaatkan peluang-peluang eksternal.

c. Strategi ST (Strengths - Threats)

Melalui strategi ini perusahaan berusaha menghindari atau mengurangi

dampak dari ancaman-ancaman eksternal.

Page 26: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

14

d. Strategi WT (Weaknesses - Threats)

Strategi ini merupakan taktik untuk bertahan dengan cara mengurangi

kelemahan internal serta menghindari ancaman. Suatu perusahaan yang

dihadapkan pada sejumlah kelemahan internal dan ancaman eksternal

pada dasarnya berada pada posisi yang berbahaya. Beberapa strategi

yang bisa dilakukan antara lain : merger, declared bankcrupty, retrench

atau liquidation

2.7. Metode Analytical Hierarchy Process

Analytical Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu metode yang

pertama kali dikembangkan oleh Thomas L. Saaty, ahli matematika dari

Universitas of Pisburgh, Amerika Serikat pada awal tahun 1970-an. Pada

penerapan metode AHP yang diutamakan adalah kualitas data dari

responden, tidak tergantung pada kuantitasnya (Saaty, 1991). Dalam metode

ini, ada tiga prinsip dalam memecahkan persoalan dengan analisa logis

eksplisit, yaitu:

1. Penyusunan Hirarki

Dalam menyusun hirarki, terlebih dahulu didefinisikan persoalan,

dan dekomposisi, yaitu memecah persoalan yang utuh menjadi unsur –

unsurnya. Apabila perusahaan akan merencanakan startegi promosi,

maka perlu diketahui tujuan utama dari kegiatan promosi dan faktor –

faktor apa yang dipertimbangkan dalam menyusun startegi promosinya.

Analisis terhadap faktor – faktor tersebut dalam AHP dilakukan dengan

membuat struktur hirarki. Hirarki yang dihasilkan dapat berupa hirarki

lengkap dan tidak lengkap.

Jika ingin mendapatkan hasil yang akurat, pemecahan dilakukan

terhadap unsur – unsur pada level maupun yang dipilih sampai tidak

mungkin dilakukan pemecahan lebih lanjut, sehingga didapatkan

beberapa tingkatan dari persoalan tadi. Proses analisis ini dinamakan

hirarki. Dalam struktur hirarki lengkap, jumlah tingkatan faktor–faktor

tergantung pada pemilihan peneliti, secara umum, unsur yang digunakan

pada hirarki adalah faktor, aktor, tujuan, dan alternatif.

Page 27: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

15

2. Penerapan Prioritas

Prinsip ini membuat penilaian tentang kepentingan relatif dua unsur

pada suatu tingkat tertentu dalam kaitannya dengan tingkat diatasnya.

Penilaian ini merupakan inti dari AHP, karena akan berpengaruh

terhadap prioritas unsur – unsurnya. Hasil penilaian ini lebih sesuai jika

disajikan dalam bentuk matriks perbandingan berpasangan. Pertanyaan

yang diajukan dalam penyusunan skala kepentingan adalah (a) unsur

mana yang lebih (penting/disukai/mungkin/....) ? dan (b) berapa kali

lebih ( penting / disukai / mungkin/...) ?

Agar diperoleh skala yang bermanfaat ketika membandingkan dua

unsur, seseorang yang akan memberikan jawaban perlu pengertian

menyeluruh tentang unsur – unsur yang dibandingkan dan relevansinya

terhadap kriteria atau tujuan yang dipelajari. Hasil dari penilaian ini akan

disajikan dalam bentuk matriks Pairwise Comparison.

3. Konsistensi Logis

Konsistensi memiliki dua makna. Pertama adalah bahwa obyek –

obyek serupa dapat dikelompokkan sesuai dengan keseragaman dan

relevansi. Serta yang kedua adalah menyangkut tingkat hubungan antar

obyek –obyek yang didasarkan pada kriteria tertentu.

Sistem hierarki keputusan memiliki bentuk yang saling berkaitan,

yang tersusun dari fokus, turun ke tujuan–tujuan, kemudian ke pelaku–

pelaku, komponen sistem hirarki keputusan dalam AHP tidak memiliki

prosedur yang pasti, sehingga sistem tidak harus terbentuk secara mutlak

dari komponen–komponen seperti yang telah disebutkan. Fokus dalam tahap

ini adalah komponen–komponen sistem yang dipilih dan digunakan dalam

bentuk sistem hirarki yang ada. Hal ini diidentifikasikan berdasarkan

kemampuan analisis dalam menemukan unsur–unsur tersebut tergantung

dari penguasaan para analis terhadap persoalan.

Metode AHP diperlukan untuk penentuan bobot bagi elemen di satu

level yang akan berpengaruh terhadap bobot elemen pada level dibawahnya.

Pada akhirnya metode AHP dapat digunakan untuk menghitung bobot pada

setiap level untuk penilaian dan preferensi secara ringkas dan padat. Proses

Page 28: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

16

ini dengan jelas menunjukkan bahwa demi pengambilan keputusan yang

sehat dalam situasi kompleks diperlukan prioritas dan perimbangan (trade

off ).

2.8. Penelitian Terdahulu

Penelitian ini sebenarnya merupakan penelitian lanjutan dari

penelitian yang berjudul "Rancang Bangun Sistem Manajemen Rantai

Pasokan dan Risiko Minyak Akar Wangi Berbasis IKM di Indonesia" yang

merupakan penelitian hibah bersaing yang dilakukan oleh Mulyati dkk

(2009). Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi peta potensi

minyak akar wangi di Indonesia, memberi gambaran mengenai rantai pasokan

dan risiko minyak akar wangi berbasis IKM di Indonesia dan

mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi usaha

minyak akar wangi.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif

dan analisis SWOT. Hasil penelitian ini membahas mengenai peta potensi

minyak akar wangi di Indonesia, baik dari perkembangan ekpor maupun

sebaran dan potensi akar wangi dan juga perkembangan industri minyak akar

wangi. Menjelaskan mengenai gambaran umum mengenai sistem rantai pasok

juga risiko minyak akar wangi dan mengidentifikasi faktor internal (kekuatan

dan kelemahan) dan kekuatan eksternal (peluang dan ancaman) yang

mempengaruhi usaha minyak akar wangi.

Page 29: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

17

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Indonesia memiliki potensi yang sangat tinggi untuk

mengembangkan industri akar wangi. Akar wangi sangat potensial

untuk dikembangkan di Indonesia karena indonesia memiliki tanah

dan iklim yang sangat cocok untuk budidaya tanaman akar wangi.

Faktor pendukung lainnya adalah minyak akar wangi yang dihasilkan

Indonesia telah dikenal di pasar internasional dan minyak akar wangi

telah menjadi salah satu komoditi penghasil devisa andalan Indonesia.

Namun, pada beberapa tahun terakhir terjadi fluktuasi nilai

ekspor minyak akar wangi Indonesia. Permasalahan utama dalam

mengembangkan industri minyak akar wangi Indonesia sehingga nilai

ekspor berfluktuasi adalah masalah mutu dan produktivitas. Mutu

minyak akar wangi Indonesia tidak sesuai dengan permintaan pasar

yaitu tidak seragam dan mutu rendah. Salah satu penyebab mutu dan

produktivitas yang masih rendah antara lain disebabkan oleh belum

efisiennya sistem rantai pasokan minyak akar wangi di Indonesia.

Idealnya, rantai pasok suatu komoditi harus berfungsi secara

efisien. Salah satu ciri rantai pasok yang efisien adalah pendapatan

terbagi secara merata kepada seluruh pelaku didalam sistem rantai

pasok. Pada kenyataanya terdapat kelompok yang dominan

pendapatannya yaitu pengumpul minyak dan eksportir. Rendahnya

pemerataan pendapatan ini menunjukan bahwa rantai pasok minyak

akar wangi masih belum efisien.

Distribusi pendapatan yang tidak merata dalam rantai pasok

minyak akar wangi menjadikan petani memiliki pola pikir yang tidak

berorientasi pada mutu. Mereka lebih mementingkan modal untuk bisa

kembali dari pada melakukan usaha untuk meningkatkan mutu akar

wangi yang ditanam. Pola pikir ini yang menyebabkan para petani

tidak menerapkan Good Agricultural Process (GAP) dan Good

Page 30: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

18

Manufacturing Process (GMP) yang berakibat menurunkan kualitas

dan produktivitas minyak akar wangi.

Strategi rantai pasok yang komprehensif yang mengakomodasi

seluruh kepentingan pelaku industri minyak akar wangi dibutuhkan

untuk mengatasi permasalahan ini. Hal tersebut diharapkan dapat

meningkatkan daya saing minyak akar wangi dan menciptakan sistem

rantai pasok minyak akar wangi yang berkesinambungan. Gambar 2.

menyajikan kerangka pemikiran penelitian ini.

Page 31: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

19

Gambar 2. Kerangka penelitian

Page 32: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

20

3.2. Tahapan Penelitian

Tahapan penelitian yang telah dilakukan disajikan pada Gambar 3.

Gambar 3. Tahapan Penelitian

Page 33: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

21

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis rantai pasok minyak

akar wangi, menganalisis faktor internal dan eksternal rantai pasok

minyak akar wangi dan memberikan rekomendasi alternatif strategi

terbaik untuk diterapkan dalam rantai pasok minyak akar wangi.

Berikut adalah tahapan penelitian yang dilakukan:

1. Tahap pertama adalah pra survey yaitu melakukan kajian pustaka

terhadap literatur dan penelitian terdahulu yang berkaitan dengan

rantai pasok minyak akar wangi. Kajian pustaka dilakukan untuk

mendapatkan informasi awal. Setelah itu menentukan topik dan judul

penelitian yaitu "Analisis Rumusan Strategi Rantai Pasok Minyak

Akar Wangi di Kabupaten Garut, Jawa Barat". Setelah itu penulis

mengidentifikasi rumusan masalah dan tujuan penelitian. Hal

tersebut menjadi dasar dalam merancang jenis, sumber, metode

pengumpulan data dan alat analisis data yang diperlukan.

2. Tahap kedua yaitu tahap pengumpulan data dan pengolahan data.

Data yang diperlukan adalah data primer dan sekunder. Data primer

didapatkan melalui observasi, wawancara, dan pengisian kuesioner.

Sedangkan data sekunder didapatkan melalui studi literatur, jurnal,

laporan Dinas Perkebunan Kabupaten Garut, Jawa Barat dan Dinas

Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut, Jawa

Barat. Pengolahan dan analisis data untuk identifikasi rantai pasokan

minyak akar wangi menggunakan analisis deskriptif dengan software

Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) versi 16.0.

Analisis IFE dan EFE juga AHP menggunakan bantuan software

Microsoft Excell 2007.

Faktor internal dan eksternal industri minyak akar wangi merupakan

hasil dari penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Mulyati dkk

dalam "Rancang Bangun Sistem Manajemen Rantai Pasok Dan

Risiko Minyak Akar Wangi Berbasis IKM Di Indonesia". Pada

penelitian terdahulu, faktor internal dan ekssternal merupakan hasil

dari focus group discussion (FGD) yang melibatkan stakeholder

industri minyak akar wangi.

Page 34: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

22

Analisis IFE dan EFE dilakukan terhadap faktor internal dan

eksternal tesebut untuk mengetahui faktor-faktor yang paling

dominan mempengaruhi industri minyak akar wangi, setelah itu

dilakukan screening terhadap faktor internal dan eksternal untuk

membatasi faktor internal dan eksternal yang akan digunakan dalam

analisis SWOT. Faktor internal dan eksternal yang digunakan dalam

analisis SWOT adalah faktor dengan nilai skor lima tertinggi.

Setelah mendapatkan alternatif strategi dari matriks SWOT, disusun

struktur hirarki. Setelah itu melakukan wawancara mendalam kepada

para pakar. Pakar merupakan stakeholder industri minyak akar

wangi yaitu anggota rantai pasok (petani, pengumpul akar, penyuling

dan pengumpul minyak), Pemda Kabupaten Garut (Dinas

Perkebunan dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi).

Data dari pakar dianalisis menggunakan AHP.

3. Tahap ketiga merupakan tahapan terakhir berupa pembahasan,

kesimpulan dan saran mengenai indentifikasi rantai pasokan minyak

akar wangi, analisis faktor internal dan ekstenal industri minyak akar

wangi, serta rekomendasi alternatif strategi rantai pasok minyak akar

wangi.

3.3. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Garut Jawa Barat,

khususnya Kecamatan Samarang, Leles, Cilawu dan Bayongbong.

Waktu penelitian dimulai dari bulan Maret 2011 sampai dengan bulan

Juni 2011.

3.4. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi data primer

dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari

sumber pertama. Sedangkan data sekunder adalah data yang sudah

tersedia baik dari penelitian terdahulu, internet maupun sumber lain

yang terkait. Data primer diperoleh dari wawancara kepada petani

akar wangi, pengumpul akar wangi, penyuling minyak akar wangi,

Page 35: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

23

pengumpul minyak akar wangi, akademisi (dosen), Dinas Perkebunan

Kabupaten Garut dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

Kabupaten Garut. Data sekunder diperoleh dari data statistik yang

dimiliki Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian Garut, artikel,

literatur, penelitian terdahulu dan informasi lainnya yang terkait.

Metode pengumpulan data meliputi:

a) Studi Kepustakaan

Studi kepustakaan dilakukan dengan mengumpulkan data dari

internet, skripsi maupun penelitian terdahulu, jurnal, artikel dan

literatur ilmiah.

b) Wawancara

Wawancara dilakukan melalui tanya jawab secara langsung

dengan berbagai pihak dalam rantai pasok minyak akar wangi

untuk memperoleh gambaran mengenai sistem rantai pasok

minyak akar wangi. Selain itu, wawancara dilakukan dengan

menanyakan sudut pandang masing-masing pakar untuk

menyusun strategi rantai pasok minyak akar wangi. Pihak-pihak

yang diwawancara yaitu petani akar wangi, penyuling minyak

akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, akademisi (dosen),

Dinas Perkebunan Kabupaten Garut dan Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut. Kuesioner yang

digunakan terdiri dari tiga jenis yaitu kuesioner yang diisi oleh

anggota rantai pasok yaitu petani, penyuling, pengumpul akar,

dan pengumpul minyak untuk mengidentifikasi rantai pasok

minyak akar wangi. Kuesioner kedua dan ketiga diisi oleh pakar

yaitu penyuling, petani, pengumpul minyak, Pemda Kabupaten

Garut dan dosen IPB untuk menganalisis faktor internal dan

eksternal dan pemilihan alternatif strategi.

Kuesioner yang digunakan untuk mengidentifikasi rantai pasok

beisikan pertanyaan yang berkaitan dengan identitas pelaku

rantai pasok meliputi nama, umur, pendidikandan alamat, aspek

budidaya meliputi keikutsertaan dengan koperasi atau kelompok

Page 36: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

24

tani, umur usaha, penggunaan pupuk, dan kepemilikan lahan,

aspek pasca panen meliputi, aspek penyulingan meliputi mesin

penyulingan yang digunakan, aspek pemasaran meliputi pola

penjualan akar wangi atau minyak akar wangi, aspek keuangan

meliputi semua biaya produksi, penyulingan dan harga jual dan

aspek kemitraan dalam rantai pasok.

Kuesioner yang digunakan untuk mengidentifikasi faktor internal

dan eksternal berisikan pertanyaan untuk mengetahui mengetahui

bobot dan skor tiap faktor dengan cara membandingkan tingkat

kepentingan relatif masing-masing faktor internal yaitu kekuatan

dan kelemahan maupun faktor eksternal yaitu peluang dan

ancaman dengan menggunakan pairwise comparison.

Kuesioner yang digunakan untuk pemilihan alternatif strategi

rantai pasok berisi pertanyaan untuk mengetahui bobot relatif

masing-masing elemen dalam hiararki AHP yang telah disususn

sehingga dapat diketahui agregat bobot alternatif terhadap

Ultimate Goal melalui jaringan hirarki yang ada.

Tabel 2 menyajikan jenis, sumber dan metode pengumpulan data

berdasarkan tujuan penelitian.

Tabel 2. Jenis dan metode pengumpulan data berdasarkan tujuan penelitian

No.Tujuan

PenelitianJenis data

Metode pengumpulan

dataSumber data

1. Menganalisisrantai pasok minyak akar wangi

Data Primer dan sekunder

Wawancara responden, studi pustaka

Dinas perkebunan dan Perindustrian, buku, jurnal, penelitian terdahulu, anggotarantai pasok minyak akar wangi

2. Menganalisis faktor Internal dan eksternal rantai pasokminyak akar wangi.

Data Primer dan sekunder

Studi Pustaka, wawancara pakar

Penelitian terdahulu, petani akar wangi, penyuling minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, akademisi (dosen), Dinas Perkebunan Garut dan Dinas Perindustrian Garut

3. Menentukan rumusan strategi rantai pasok minyak akar wangi

Primer Wawancarapakar

Petani akar wangi, penyuling minyak akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, akademisi (dosen), Dinas Perkebunan Garut dan Dinas Perindustrian Garut

Page 37: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

25

3.5. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel untuk mengidentifikasi rantai pasok minyak

akar wangi dilakukan dengan non probabilitas sampling dan

probabilitas sampling. Non probabilitas sampling adalah teknik

pengambilan sampel dimana setiap elemen populasi tidak mempunyai

kemungkinan yang sama untuk dijadikan sampel, namun menetapkan

kriteria tartentu yang menjadi syarat anggota populasi tersebut

menjadi sampel. Kriteria tersebut yaitu mereka harus berprofesi

sebagai petani akar wangi, penyuling minyak akar wangi, pengumpul

minyak akar wangi dan pengumpul minyak akar wangi. Probability

sampling adalah cara pengambilan sampel yang memberikan

kesempatan yang sama untuk diambil kepada setiap elemen populasi.

Pengambilan sampel dengan non probabilitas sampling dilakukan

melalui dua cara yaitu snowball sampling dan purposive sampling.

Snowball sampling yaitu mewawancarai responden yang

berjumlahnya sedikit, kemudian mewawancarai responden lainnya

berdasarkan rekomendasi atau informasi dari responden awal, terus-

menerus sehingga jumlahnya bertambah banyak hingga informasi

yang diperoleh dirasa cukup. Snowball sampling digunakan untuk

mengumpulkan informasi yang dibutuhkan dalam menganalisis rantai

pasok minyak akar wangi.

Pengambilan sampel untuk dijadikan sebagai pakar untuk

mengisi kuesioner analisis faktor internal dan eksternal dan kuesioner

AHP dilakukan dengan purposive sampling. Purposive sampling

adalah cara pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan

persyaratan yang ditentukan, yaitu sampel ini memahami keadaan

rantai pasok minyak akar wangi dengan baik. Sampel yang di ambil

berasal dari tiga elemen yaitu akademisi (dosen), pemerintah daerah

(Dinas Perkebunan Kabupaten Garut dan Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Garut) dan pelaku usaha

minyak akar wangi (petani, penyuling dan pengumpul minyak akar

wangi).

Page 38: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

26

Terdapat tujuh orang pakar yang mengisi kuisisoner analisi IFE

EFE dan AHP yaitu petani, penyuling, pengumpul minyak, Pemda

Kabupaten Garut (Dinas Perkebunan dan Dinas Perindustrian,

Perdagangan dan Koperasi) dan akademisi (dosen IPB). Responden

yang mengisi kuesioner untuk mengidentifiasi rantai pasok minyak

akar wangi disajikan dalam Tabel 3.

Tabel 3. Sebaran Responden Identifikasi Rantai Pasok Minyak Akar Wangi

Pekerjaan/Kecamatan Samarang Bayongbong Cilawu Leles JumlahPetani Akar Wangi 8 7 7 2 24Penyuling 5 4 2 1 12Pengumpul AkarWangi

- 2 - - 2

Pengumpul MinyakAkar Wangi

2 1 - - 3

Total 15 14 9 3

Probabilitas sampling dilakukan secara stratified random

sampling yaitu metode pemilihan sampel dengan cara membagi

populasi ke dalam kelompok-kelompok yang homogen yang disebut

strata, dan kemudian sampel diambil secara acak dari tiap strata

tersebut, dalam penelitian ini strata tersebut adalah wilayah kecamatan

yaitu Kecamatan Samarang, Bayongbong, Cilawu, dan Leles.

3.6. Pengolahan dan Analisis

Pengolahan dan analisis data yang dipergunakan dalam penelitian

ini dianalisis secara deskriptif dan kualitatif. Analisa deskriptif

digunakan untuk mengidentifikasi sistem rantai pasok minyak akar

wangi. Analisis kualitatif digunakan untuk mengetahui faktor internal

dan eksternal yang dominan mempengaruhi industri minyak akar

wangi serta pembobotan untuk memilih alternatif strategi rantai pasok

minyak akar wangi.

Penjelasan metode–metode tersebut adalah sebagai berikut :

1. Analisis Deskriptif

Analisis ini merupakan metode statistik yang bertujuan untuk

mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang

Page 39: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

27

diteliti melalui data sampel atau populasi sebagaimana adanya, tanpa

menarik kesimpulan yang berlaku secara umum.

Data yang telah terkumpul dianalisis untuk mengetahui keadaan

industri minyak akar wangi, mengidentifikasi rantai pasok minyak

akar wangi, mengidentifikasi aktifitas yang dilakukan tiap pelaku

dalam sistem rantai pasok minyak akar wangi. Data disajikan dalam

bentuk chart.

2. Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal (IFE – EFE)

a. Analisis Eksternal (Matriks Evaluasi Faktor Eksternal)

Analisis eksternal yang mempengaruhi kinerja rantai pasok

minyak akar wangi dilakukan dengan melakukan analisis terhadap

faktor politik, ekonomi, sosial, dan teknologi serta digunakan pula

model lima kekuatan Porter untuk menganalisis kondisi persaingan

dalam industri yang sejenis. Hal ini bertujuan untuk

mengidentifikasi peluang dan ancaman bagi rantai pasok serta

untuk melihat kemampuan rantai pasok dalam menghadapi

perubahan lingkungan eksternalnya. Hasil dari analisis eksternal

tersebut kemudian dituangkan ke dalam bentuk matriks yaitu

matriks EFE, seperti yang terlihat pada Tabel 4.

Tabel 4. Tabel Model matriks EFE

Critical Success Factors Bobot Rating SkorPeluang( Opportunities )1.2.Ancaman ( Threats )Total

Sumber : David ( 2003 )

Tahapan membuat matriks EFE adalah sebagai berikut :

1. Membuat daftar critical success factors (faktor – faktor

utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan

atau kegagalan usaha) untuk aspek eksternal yang

mencakup peluang (opportunities) dan ancaman (threats)

Page 40: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

28

2. Menentukan bobot (weight) dari critical success factors.

Penentuan bobot dilakukan melalui pairwise comparison

dengan skala Saaty 1 hingga 9. Bobot menunjukkan

kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam

indusri tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan

pada faktor harus sama dengan 1,0.

3. Memberikan peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap

faktor eksternal utama untuk menunjukkan seberapa

efektif kinerja rantai pasok saat ini dalam merespon faktor

tersebut dimana skala yang digunakan adalah :

4 = responnya sangat bagus

3 = responnya diatas rata – rata

2 = responnya rata – rata

1 = respon dibawah rata – rata

4. Mengalikan bobot setiap faktor dengan pringkatnya untuk

menentukan skor bobot

5. Menjumlahkan skor rata – rata untuk setiap variabel guna

menentukan skor bobot total.

b. Analisis Internal ( Matriks Evaluasi Faktor Internal )

Analisis Internal industri minyak akar wangi dilakukan dengan

menganalisis faktor internal industri minyak akar wangi yang

mencakup kondisi keuangan, kegiatan operasional, pemasaran, dan

sumber daya manusia dalam sistem rantai pasok. Hal tersebut

dilakukan untuk mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan industri

minyak akar wangi. Hasil dari analisis internal tersebut kemudian

dituangkan ke dalam bentuk matriks yaitu matriks IFE seperti yang

terlihat pada Tabel 5.

Page 41: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

29

Tabel 5. Tabel model matriks IFE

Critical Success Factors Bobot Rating SkorKekuatan(Strengths)1.2.Kelemahan( Weaknesses )1.2.Total

Sumber : David ( 2009 )

Tahapan membuat matriks IFE adalah sebagai berikut :

1. Membuat daftar critical success factors (faktor–faktor

utama yang mempunyai dampak penting pada kesuksesan

atau kegagalan) untuk aspek eksternal yang mencakup

perihal kekuatan (strength ) dan kelemahan (weakness)

2. Menentukan bobot (weight) dari critical success factors.

Penentuan bobot dilakukan melalui pairwise comparison

dengan skala Saaty 1 hingga 9. Bobot menunjukkan

kepentingan relatif dari faktor tersebut agar berhasil dalam

indusri tersebut. Jumlah seluruh bobot yang diberikan

pada faktor harus sama dengan 1,0

3. Memberikan peringkat antara 1 sampai 4 pada setiap

faktor internal utama untuk menunjukkan seberapa efektif

kinerja rantai pasok saat ini dalam merespon faktor

tersebut dimana skala yang digunakan adalah :

4= responnya sangat bagus

3 = responnya diatas rata – rata

2= responnya rata – rata

1 = respon dibawah rata – rata

Untuk kelemahan harus diwakili oleh skor 1 atau 2, dan

untuk kekuatan harus diwakili skor 3 atau 4.

4. Kalikan bobot setiap faktor dengan pringkatnya untuk

menentukan skor bobot

Page 42: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

30

5. Jumlahkan skor rata–rata untuk setiap variabel guna

menentukan skor bobot total untuk setiap organisasi.

3. Analisis SWOT (Strength, Weakness, Oppurtunities, Threats)

Rangkuti (1997) menerangkan bahwa analisis SWOT adalah

identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan

strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat

memaksimalkan kekuatan (strength) dan peluang (opportunity),

namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan

(weakness) dan ancaman (threat). Proses pengambilan keputusan

strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan,

strategi, dan kebijaksanaan perusahaan. Dengan demikian perencana

strategis harus menganalisis faktor–faktor strategis perusahaan

dalam kondisi yang ada saat ini. Hal ini disebut dengan analisis

situasi.

SWOT menggambarkan empat kuadran. Kuadran 1

menggambarkan organisasi memiliki peluang dan kekuatan sehingga

dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus

diterapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan

pertumbuhan yang agresif.

Kuadran 2 menggambarkan dimana organisasi masih memiliki

kekuatan dari segi internal meskipun menghadapi berbagai ancaman.

Strategi yang harus diterapkan adalah menggunakan kekuatan untuk

memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi

diversifikasi,

Kuadran 3 menggambarkan organisasi menghadapi peluang

pasar yang sangat besar, tapi di lain pihak, ia menghadapi beberapa

kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah

meminimalkan masalah – masalah internal perusahaan sehingga

dapat merebut peluang pasar yang lebih baik.

Kuadran 4 merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan

organisasi tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan

internal. Ke empat kuadran tersebut digambarkan pada Tabel 6.

Page 43: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

31

Tabel 6. Tabel Model SWOT

Internal

Eksternal

Kekuatan ( Strengths )1.2.

Kelemahan (Weaknesses)1.2.

Peluang (Opportunities)1.2.

Strategi S-O Strategi W-O

Ancaman (Threats)1.2.

Strategi S-T Strategi W- T

Sumber: Rangkuti (1997)

Alternatif strategi diperoleh melalui matriks SWOT maka

seanjutnya dilakuakan pembobotan untuk memilih strategi mana

yang akan diterapkan.

4. Analitical Hierarchy Process

Berikut ini adalah langkah-langkah pemilihan strategi

menggunakan AHP:

1. Mendefinisikan persoalan dan merinci pemecahan yang

diinginkan.

Hal pertama yang harus dilakukan yaitu mengidentifikasikan

persoalan dengan melakukan analisa atau pemahaman yang

mendalam terhadap persoalan. Proses selanjutnya adalah

pengidentifikasian dan pemilihan elemen-elemen yang akan masuk

komponen sistem seperti focus, forces, actors, objectives, dan

scenario dalam struktur AHP nantinya. Dalam AHP sendiri tidak

terdapat prosedur yang pasti untuk mengidentifikasi komponen-

komponen sistem. Komponen-komponen sistem dapat

diidentifikasi berdasarkan kemampuan pada analisa untuk

menemukan unsur yang dapat dilibatkan dalam suatu sistem.

2. Membuat struktur hirarki sudut pandang manajerial secara

menyeluruh.

Hirarki merupakan suatu abstraksi struktur suatu sistem yang

mempelajari fungsi interaksi antar komponen dan dampaknya

terhadap sistem. Struktur hirarki disusun berdasarkan jenis

keputusan yang akan diambil berdasarkan sudut pandang dari

Page 44: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

32

tingkat puncak sampai ke tingkat dimana dimungkinkan campur

tangan untuk memecahkan persoalan tersebut.

3. Menyusun matriks perbandingan berpasangan

Matriks perbandingan berpasangan berfungsi untuk mengetahui

kontribusi dan pengaruh setiap elemen yang relevan atas setiap

kriteria yang berpengaruh yang berada setingkat di atasnya. Pada

matriks ini, pasangan-pasangan elemen dibandingkan berkenaan

suatu kriteria di tingkat yang lebih tinggi. Dalam membandingkan

dua elemen, biasanya memberi suatu pertimbangan yang

menunjukkan dominasi sebagai bilangan bulat. Matriks ini

memiliki satu tempat untuk memasukkan bilangan itu dan satu

tempat lain untuk memasukkan nilai resiprokalnya. Tabel 7.

menyajikan nilai skala banding berpasangan.

Tabel 7. Nilai skala banding berpasangan

Intensitas pentingnya

Definisi Penjelasan

1 Kedua elemen sama pentingnya

Dua elemen menyumbang sama besar pada sifat itu.

3 Elemen yang satu sedikit lebih penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan sedikit menyokong satu elemen atas elemen yang lainnya

5 Elemen yang satu sangat penting daripada elemen yang lainnya

Pengalaman dan pertimbangan dengan kuat menyokong satu elemen atas elemenyang lainnya

7 Satu elemen jelas lebih penting daripada elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan

9 Satu elemen mutlak lebih penting daripada elemen yang lainnya

Bukti yang menyokong elemen yang satu atas yang lainnya memiliki tingkat penegasan yang tertinggi yang mungkin menguatkan

2, 4, 6, 8 Nilai-nilai diantara dua pertimbangan yang berdekatan

Kompromi diperhatikan diantara dua pertimbangan

Kebalikan Jika untuk aktivitas i mendapat satu angka dibandingkan dengan aktivitas j, maka j memiliki nilai kebalikannya bila dibandingkan dengan i

Sumber: Saaty, 1991

4. Mendapatkan semua pertimbangan yang diperlukan untuk

mengembangkan perangkat matriks dilangkah tiga.

Page 45: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

33

Setelah matriks banding berpasangan antar elemen dibuat,

dilakukan penilaian antar setiap elemen pada kolom ke-i dengan

setiap elemen pada baris ke-j. Penilaian antar elemen tersebut

dilakukan dengan pertanyaan seberapa kuat elemen baris ke-i

didominasi atau dipengaruhi, dipenuhi, diuntungkan oleh fokus di

puncak hirarki, dibandingkan dengan kolom ke-j. Untuk mengisi

matriks banding berpasangan, digunakan skala banding yang

tertera pada Tabel 7. Angka-angka yang tertera menggambarkan

relatif pentingnya suatu elemen dibandingkan dengan elemen

lainnya sehubungan dengan sifat kriteria tertentu. Pengisian

matriks hanya dilakukan untuk bagian di atas garis diagonal dari

kiri ke kanan bawah.

5. Memasukkan nilai-nilai kebalikannya beserta bilangan 1 sepanjang

diagonal utama. Angka 1 sampai 9 digunakan apabila Fi lebih

mendominasi atau mempengaruhi sifat fokus puncak hirarki (x)

dibandingkan dengan Fj, namun bila Fi kurang mendominasi atau

kurang mempengaruhi sifat X dibandingkan Fj, maka digunakan

angka kebalikannya. Matriks di bawah garis diagonal utama diisi

dengan nilai-nilai kebalikannya. Contoh, bila elemen F24 memiliki

nilai 7, maka elemen F42 adalah 1/7.

6. Melaksanakan langkah 3, 4 dan 5 untuk semua tingkat dan gugusan

dalam hirarki tersebut. Perbandingan dilanjutkan untuk semua

elemen pada setiap tingkat keputusan yang terdapat pada hirarki,

berkenaan dengan kriteria elemen di atasnya. Matriks

perbandingan dalam AHP dibedakan menjadi dua yaitu: Matriks

Pendapat Individu (MPI) dan Matriks Pendapat Gabungan (MPG).

a. Matriks Pendapat Individu (MPI)

MPI adalah matriks hasil perbandingan yang dilakukan

individu. MPI memiliki elemen yang disimbolkan dengan aij ,

yaitu elemen matriks pada baris kolom ke-i dan kolom ke-j.

MPI dapat dilihat pada Tabel 8.

Page 46: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

34

Tabel 8. Matriks pendapat individu

X A1 A2 A3 … An

A1 a11 a12 a13 … a1n

A2 a21 a22 a23 … a2n

A3 a31 a32 a33 … a3n

… … … … … …

An an1 an2 an3 … ann

b. Matriks Pendapat Gabungan (MPG)

MPG adalah susunan matriks baru yang elemen (gij) berasal

dari rata-rata geometrik pendapat-pendapat individu yang rasio

inkonsistensinya lebih kecil atau sama dengan 10 persen dan

setiap elemen pada baris dan kolom yang sama dari MPI yang

satu dengan MPI yang lain tidak terjadi konflik.

Tabel 9. Matriks pendapat gabungan

X G1 G2 G3 … Gn

G1 g11 g12 g13 … g1n

G2 g21 g22 g23 … g2n

G3 g31 g32 g33 … g3n

… … … … … …

Gn gn1 gn2 gn3 … gnn

Rumus rataan geometrik adalah sebagai berikut:

Gij= ∏ ( )..........................................................(1)

dengan : n = jumlah responden (pakar)

aij(k) = sel penilaian setiap pakar

c. Menggunakan komposisi secara hirarki untuk membobotkan

vektor-vektor prioritas itu dengan bobot kriteria-kriteria dan

menjumlahkan semua nilai prioritas terbobot yang

bersangkutan dengan nilai prioritas dari tingkat bawah

berikutnya dan seterusnya. Adapun vektor prioritas dapat

dihitung dengan rumus :

VP (vektor Prioritas) = ∑ ∏ ………………………….(2)

dimana: VE (Vector Eigen) = ∏ …………..………..(3)

Page 47: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

35

dengan :

aij = elemen MPI pada baris ke-i dan kolom ke-j

n = jumlah elemen yang diperbandingkan

d. Mengevaluasi inkonsistensi untuk seluruh hirarki

Pengukuran konsistensi ini diperlukan untuk mengetahui

konsistensi jawaban yang berpengaruh terhadap kesahihan

hasil. Langkah yang digunakan yaitu dengan mengalikan setiap

indeks konsistensi dengan prioritas kriteria bersangkutan dan

menjumlahkan hasil kalinya. Hasil ini dibagi dengan

pernyataan sejenis yang menggunakan indeks konsistensi acak,

yang sesuai dengan dimensi matriks. Dengan cara yang sama

setiap indeks konsistensi acak juga dibobot berdasarkan

prioritas kriteria yang bersangkutan dan hasilnya dijumlahkan.

Rumus untuk perhitungan konsistensi adalah sebagai berikut :

CI (Indeks Konsistensi)

CI=

….………………………....(4)

dengan : CI = Indeks Konsistensi

max = eigen value maksimum

n = jumlah elemen yang dibandingkan

dimana:

max= ∑

…………………………...…..(5)

VB(Nilai Eigen) =

….…...…………..(6)

VA (Vektor Antara) = aij X VP .....…..…(7)

Lebih lanjut ingin diketahui apakah CI dengan besaran cukup

baik atau tidak, maka perlu diketahui rasio konsistensinya

(CR) yaitu:

CR (Rasio Konsistensi)

CR= ..….….............………………….(8)

Rasio yang dianggap baik yaitu apabila CR≤0,1. RI adalah

indeks acak yang dikeluarkan oleh Oak Ridge Laboratory, dari

Page 48: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

36

matriks berorde 1 -15 dengan menggunakan sampel berukuran

100.

Tabel 10. Indeks acak

N 1 2 3 4 5 6 7

RI 0,00 0,00 0,58 0,90 1,12 1,24 1,32

N 8 9 10 11 12 13 14

RI 1,41 1,45 1,49 1,51 1,48 1,56 1,57

Sumber : Fewidarto (1996)

e. Merevisi judgement

Menurut Fewidarto (1996), apabila index konsistensi cukup

tinggi dapat dilakukan revisi judgement yaitu dengan mencari

deviasi maksimal RMS (Root Mean Square) dari barisan aij

dan merevisi judgement pada baris yang mempunyai nilai

terbesar.

Maxi ∑ − ……….…………………………(9)

Dari hasil perhitungan rumus di atas, dipilih elemen matriks

yang memiliki selisih absolut terbesar dengan perbandingan

bobotnya dan elemen aij tersebut diganti dengan wi/wj.

Penggunaan revisi judgement ini sangat terbatas, mengingat

akan terjadinya distorsi pada jawaban sebenarnya.

Hasil penilaian struktur oleh pakar akan diolah dengan metode

AHP untuk diketahui pembobotan pada setiap elemen

hirarkinya. Hasil dari pengolahan tersebut adalah konsistensi

dari jawaban responden dengan batas inkonsitensi ditetapkan

10 persen. Apabila ada penilaian pakar yang tidak konsisten

maka harus direvisi dengan mencari deviasi RMS (Root Mean

Square). Setelah Matriks Pendapat Individu (MPI) dinyatakan

konsisten, akan dilakukan penggabungan matriks yang

kemudian diukur kembali dengan pengolahan horisontal dan

vertikal sesuai dengan mekanisme AHP.

Page 49: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

37

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan dibahas mengenai karakteristik tanaman akar wangi,

keadaan usaha akar wangi di Indonesia, keadaan rantai pasok minyak akar wangi,

analisis faktor internal dan eksternal usaha minyak akar wangi, perumusan dan

rumusan strategi rantai pasok minyak akar wangi.

4.1. Karakteristik Tanaman Akar Wangi

Akar wangi (Vetiveria zizanoides Stapt) termasuk famili Gramine

atau rumput-rumputan. Memiliki bau yang sangat wangi, tumbuh merumpun

lebat, akar tinggal bercabang banyak berwarna merah tua. Tangkai daun

tersembul dari akar tinggal sampai mencapai 200 cm. Daun akar wangi

berwarna kelabu, tampak kaku, panjangnya mencapai 100 cm dan tidak

mengandung minyak. Bunganya

berwarna hijau atau ungu. Cara

memperbanyak dengan biji,

memisahkan anak rumpun atau

memecah akar tinggal yang telah

bertunas (Mulyati dkk, 2009).

Tanaman akar wangi dapat ditanam dengan sistem monokultur

maupun tumpang sari. Tanaman ini tumbuh dengan baik pada tanah yang

memiliki ketinggian antara 500-1500 m diatas permukaan laut. Curah hujan

yang cocok berkisar antara 1500-2500 mm setiap tahun, dengan suhu

lingkungan 17-270C, dan derajat keasaman tanah (pH) sekitar 6-7. Tanaman

ini cocok tumbuh di tanah berpasir (antsol) atau tanah abu vulkanik yang

berada di lereng-lereng bukit. Pada jenis tanah tersebut akar akan menjadi

panjang juga lebat, selain itu akar akan mudah dicabut tanpa ada yang

tertinggal. Sebaliknya pada tanah yang padat dan berat akan mengakibatkan

akar sulit dicabut dengan sempurna dan rendemen yang dihasilkan akan

rendah. Tanaman akar wangi dapat ditanam sepanjang tahun, namun waktu

terbaik adalah musim penghujan.

Gambar 4. Tanaman akar wangi

Page 50: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

38

4.2. Industri Akar Wangi Kabupaten Garut

Minyak akar wangi dari Indonesia telah dikenal di pasar dunia dengan

nama Java vetiver oil. Minyak akar wangi indonesia memiliki potensi untuk

dikembangkan karena memiliki banyak faktor penunjang. Faktor penunjang

tersebut diantaranya adalah tanah dan iklim Indonesia yang cocok untuk

pengembangan akar wangi, ketersediaan areal potensial, terbukanya peluang

pasar lokal dan pasar ekspor, serta didukung oleh lembaga penelitian yang

menyiapkan teknologi untuk peningkatan produktivitas, pengolahan hasil dan

peningkatan mutu. Faktor-faktor penunjang ini menjadikan industri minyak

akar wangi sangat prospektif untuk dikembangkan agar mampu menembus

pangsa pasar domestik maupun luar negeri.

Minyak akar wangi merupakan bahan baku kosmetik, pewangi sabun,

pembuatan parfum, dan obat-obatan. Tanaman akar wangi (vetiveria

zizaniodes) berasal dari India, Birma, dan Srilangka. Tetapi tidak diketahui

secara pasti sejak kapan tanaman akar wangi dibudidayakan di Indonesia.

Sentra produksi bahan baku akar wangi di Indonesia tersaji pada Tabel 11.

Tabel 11. Sentra produksi akar wangi di Indonesia

No Propinsi Jumlah Kabupaten Luas (Ha)1 Jawa Barat 1 25002 Jawa Tengah 2 293 DI Yogyakarta 3 11

Jumlah 6 2540

Sumber : Direktorat Jenderal Perkebunan dalam Mulyati dkk (2009)

Tiga provinsi yang menjadi sentra produksi akar wangi di Indonesia.

Sentra produksi yang berada di Jawa Tengah dan DI Yogyakarta kurang

mengalami perkembangan. Budidaya akar wangi di Jawa Tengah dan DI

Yogyakarta tidak difokuskan untuk menghasilkan minyak akar wangi, namun

difokuskan untuk bahan kerajinan, sedangkan akar wangi di Jawa Barat

difokuskan sebagai penghasil minyak akar wangi. Jawa Barat merupakan

daerah penghasil akar wangi dengan luas lahan terluas di Indonesia yaitu

2400 Ha, sentra produksi akar wangi di Jawa Barat tepatnya di Kabupaten

Garut.

Keputusan Bupati Kabupaten Garut Nomor : 520/SK. 196-HUK/96

tanggal 6 Agustus 1996 menetapkan luas areal perkebunan akar wangi dan

Page 51: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

39

pengembangannya oleh masyarakat yaitu seluas 2.400 Ha. Namun, pada

kenyataannya saat ini hanya 2.318 Ha areal perkebunana akar wangi yang

tersebar di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Samarang seluas 1.141 Ha,

Kecamatan Bayongbong seluas 112 Ha, Kecamatan Cilawu seluas 240 Ha,

dan Kecamatan Leles seluas 750 Ha. Dalam setahun tercatat 2.318 Ha luas

garapan perkebunan akar wangi yang memproduksi minyak sebanyak 75 ton,

dengan rincian pada tabel 12:

Tabel 12. Luas lahan dan produksi akar wangi di Kabupaten Garut

Kecamatan Luas (Ha) Produksi (Ton)Cilawu 240 8,0

Bayongbong 112 3,7Samarang 1.141 37,4Pasirwangi 75 2,5

Leles 750 23,4Jumlah 2.318 75,0

Sumber : Dinas Perkebunan Kabupaten Garut dalam Mulyati dkk (2009)

Berdasarkan data Dinas Perkebunan Kabupaten Garut (2010),

kegiatan pengembangan akar wangi melibatkan 1.203 orang sebagai pemilik

(Kepala Keluarga) dan 52.717 orang tenaga kerja. Mereka tergabung dalam

33 kelompok tani. Terdapat 9 kelompok tani di Kecamatan Samarang, 12

kelompok tani di Leles, 10 kelompok tani di Cilawu dan 2 kelompok tani di

Bayongbong. Jumlah pengolah atau penyuling sebanyak 30 unit usaha yang

tersebar di Kecamatan Samarang dan Pasirwangi (11 unit usaha), Leles (12

unit usaha), Bayongbong (5 unit usaha), dan Cilawu (2 unit usaha).

Jepang, Singapura, Inggris, Amerika Serikat, Swiss, Italia, Jerman,

Hongkong, dan India merupakan pasar luar negeri yang menyerap produk

minyak akar wangi dari Garut (Mulyati dkk., 2009). Peluang ekspor untuk

pemasaran minyak akar wangi juga masih cukup terbuka khususnya ekspor

untuk kawasan Asia Selatan dan Asia Timur, Eropa Timur dan Amerika

Selatan. Saat ini hanya negara Tahitti dan Borbon juga sebagai pesaing utama

minyak akar wangi Indonesia, yang mengembangkan jenis komoditas yang

sama. Hasil produksi minyak akar wangi asal Kabupaten Garut termasuk

mendominasi di pasar dunia tetapi produksinya masih sangat terbatas baik

dalam teknologi maupun permodalannya. Pada tahun terakhir nilai penjualan

ekspor komoditas minyak akar wangi adalah sebesar 25.750 kg senilai

Page 52: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

40

1.416.250,00 US$. Volume nilai ekspor dan kapasitas produksi minyak akar

wangi tidak berubah secara signifikan dari tahun sebelumnya.

Tabel 13. Volume dan nilai ekspor minyak akar wangi tahun 2009-2010

Komoditas2009 2010

Negara TujuanVolume

Nilai (US$)

Volume Nilai (US$)

Minyak Akar Wangi

23.510 Kg 1.364.587 25.750 Kg 1.416.250

Jepang, Singapura, Inggris, USA, Swiss, Italia,

Jerman, Hongkong, India

Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Perkoperasian Kabupaten Garut, 2011

4.3. Identifikasi Rantai Pasokan Minyak Akar Wangi

Rantai pasokan terdiri dari rangkaian kegiatan produktif yang

terhubung antara aktifitas nilai yang satu dengan yang lain membentuk rantai

nilai industri. Anggota utama rantai pasokan minyak akar wangi terdiri dari

petani akar wangi sebagai pemasok bahan baku, pengumpul akar wangi,

penyuling akar wangi, pengumpul minyak akar wangi, dan eksporti minyak

akar wangi. Setiap anggota rantai pasokan melakukan aktivitas yang

berhubungan dengan kegiatan operasional untuk menghasilkan minyak akar

wangi. Rantai pasokan minyak akar wangi disajikan pada Gambar 5.

Gambar 5. Rantai pasok minyak akar wangi di Indonesia

Petani sebagai mata rantai di bagian hulu melakukan kegiatan

budidaya tanaman akar wangi, mulai dari penggarapan tanah, penanaman,

pemupukan, penyiangan hingga pemanenan. Pengumpul akar wangi

melakukan kegiatan penampungan dan pengumpulan akar, biasanya para

Page 53: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

41

pengumpul akar memiliki tempat penyulingan masing-masing. Namun, ada

juga yang hanya melakukan pengumpulan akar saja. Penyuling melakukan

kegiatan penyulingan. Pengumpul minyak akar wangi mengumpulkan minyak

akar wangi untuk di salurkan kepada eksportir.

Petani terkadang menjual hasil panennya berupa akar kepada

pengumpul akar. Ada pula yang melakukan penyulingan sendiri dengan cara

menyewa alat penyuling yang dimiliki oleh penyuling (biasanya alat suling

yang disewa adalah alat suling milik kelompok tani atau koperasi) kemudian

menjual sendiri minyak hasil proses penyulingan langsung kepada

pengumpul minyak.

Pengumpul akar biasanya membeli akar melalui sistem ijon, yaitu

menentukan harga tertentu untuk sekian hektar lahan sebelum lahan tersebut

dipanen. Kemudian setelah itu mereka akan mengumpulkan akar hasil panen

tersebut ke tempat penyulingan baik milik sendiri maupun penyulingan milik

orang lain.

Terdapat tiga aliran yang harus dikelola dalam suatu rantai pasokan.

Pertama, aliran barang yang mengalir dari hulu (upstream) ke hilir

(downstream). Kedua, aliran uang (finansial) yang mengalir dari hilir ke hulu.

Ketiga, aliran informasi yang bisa mengalir dari hulu ke hilir atau sebaliknya.

Pola aliran dalam rantai pasokan minyak akar wangi disajikan Gambar 6.

Gambar 6. Pola Aliran rantai pasokan minyak akar wangi

1

2

2

2

3

3

4 5 6 7

Page 54: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

42

Aliran barang dalam rantai pasokan minyak akar wangi dimulai dari

petani sebagai penghasil bahan baku minyak akar wangi. Hasil panen dari

petani akan dibeli oleh pengumpul atau penyuling akar wangi. Pengumpul

akar wangi menjual akar wangi ke penyuling. Harga akar wangi dari petani

berkisar antara Rp 2.000 sampai Rp 3.000 per Kg. Harga akar wangi

dipengaruhi oleh kualitas dan kuantitas akar wangi. Ketika panen raya dan

musim hujan harga akar wangi di tingkat petani cenderung turun. Hal ini

terjadi karena pada saat panen raya terjadi, penawaran bahan baku minyak

akar wangi akan meningkat pesat sehingga menurunkan tingkat harga.

Ditambah lagi kondisi musim hujan yang membuat kandungan air dalam akar

menjadi tinggi, sehingga akar menjadi lebih berat dan menurunkan kuantitas

rendemen hasil penyulingan. Kedua faktor ini mengakibatkan bahan baku

dibeli dengan harga di bawah harga standar yaitu hingga mencapai Rp 1.200

per kg.

Mekanisme pembelian akar wangi dilakukan dengan cara, antara lain

(1) petani langsung mengantarkan akar wangi ke pengumpul atau penyuling,

(2) pengumpul atau penyuling langsung membeli akar wangi yang masih

berada di lahan (sistem ijon). Alat transportasi yang digunakan oleh petani

untuk mengantarkan akar wangi kepada penyuling adalah dengan

menggunakan truk.

Akar wangi yang telah didapat dari petani kamudian disuling oleh

penyuling atau pengumpul yang memiliki alat penyulingan. Minyak akar

wangi hasil penyulingan kemudian dijual ke pengumpul minyak akar wangi

atau eksportir yang berada di luar wilayah Kabupaten Garut. Eksportir

minyak akar wangi paling banyak berada di wilayah Bogor dan Jakarta.

Minyak akar wangi diekspor ke beberapa negara yaitu Jepang, Singapura,

Inggris, Amerika Serikat, Swiss, Italia, Jerman, Hongkong, dan India. Harga

beli minyak akar wangi oleh pengumpul atau eksportir berkisar antara

Rp 1.000.000 sampai Rp 1.400.000 bergantung pada kualitas yang dihasilkan.

Semakin baik kualitas minyak akar wangi, maka semakin mahal harga

minyak akar wangi tersebut.

Page 55: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

43

Petani terkadang menjual langsung akar wangi hasil panen kepada

pengumpul akar atau penyuling, biasanya petani ini menjual akar hasil panen

meraka kepada pihak yang memberi mereka pinjaman modal. Beberapa

petani yang lain tidak mau menjual dalam bentuk akar, petani jenis ini

menyewa peyulingan untuk menyuling hasil panen mereka kemudian menjual

sendiri minyak hasil penyulingan tersebut kepada pengumpul minyak akar

wangi.

Aliran finansial pada rantai pasokan minyak akar wangi terjadi dari

konsumen, pengekspor minyak akar wangi, pengumpul minyak atau langsung

ke penyuling, pengumpul akar wangi atau langsung ke petani dan petani akar

wangi. Mekanisme pembayaran minyak akar wangi dari konsumen luar

negeri kepada eksportir adalah dengan pembayaran tunai. Sistem pembayaran

penyuling atau pengumpul minyak akar wangi juga dilakukan dengan sistem

pembayaran tunai setelah minyak dikirim.

Beberapa pengumpul ada yang melakukan sistem kontrak kepada para

petani. Sistem kontrak yang dimaksud adalah sebuah sistem dimana

konsumen tetap luar negeri akan mengirim uang untuk para pengumpul

minyak tertentu, bahkan sebelum minyaknya dikirim. Hal ini dilakukan agar

pengumpul dapat membeli minyak akar wangi tanpa hambatan keuangan.

Sebagai gantinya pengumpul harus mampu memenuhi sejumlah pesanan yang

diinginkan oleh konsumen dari luar negeri dalam jangka waktu tertentu. Para

pengumpul jenis ini biasanya telah memiliki pembeli tetap dari luar negeri

seperti dari Jerman dan Prancis.

Salah satu cara agar pengumpul mampu memenuhi permintaan

konsumen tetap luar negeri mereka yaitu dengan memberikan pinjaman

modal kepada petani, penyuling bahkan kepada pengumpul akar. Ada pula

mekanisme di mana penyuling atau pengumpul akar mendapat pinjaman dari

pengumpul minyak, kemudian penyuling dan pengumpul menggunakan dana

tersebut untuk dipinjamkan lagi ke pihak petani yang tidak memiliki modal.

Pinjaman ini diberikan sebagai pengikat agar petani, pengumpul dan

penyuling yang telah dipinjami modal usaha tidak menjual minyak akar

wangi mereka kepada pengumpul lain. Hal ini dilakukan untuk memenuhi

Page 56: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

44

jumlah permintaan pembeli luar negeri tersebut. Namun terkadang dalam

sistem ini (sistem kontrak), harga minyak akar wangi biasanya dibeli dengan

harga dibawah harga pasar. Secara tidak langsung sistem yang terjadi antara

anggota rantai pasok membentuk sistem kerjasama inti-plasma. Pengumpul

minyak akar wangi merupakan inti sedangkan petani merupakan plasma.

Penyuling akar wangi dan pengumpul akar wangi merupakan perpanjangan

tangan dari pengumpul minyak akar wangi. Gambar 7 menyajikan

mekanisme kerjasama inti plasma.

Gambar 7. Sistem kerjasama inti plasma

Aliran informasi terjadi pada konsumen, pengekspor minyak akar

wangi, pengumpul minyak akar wangi atau langsung ke penyuling akar

wangi, pengumpul akar wangi atau langsung ke petani, dan petani akar wangi

atau sebaliknya. Informasi dari konsumen ke pengekspor berhubungan

dengan harga bahan baku, harga bahan bakar, status pengiriman, berapa

pesanan minyak akar wangi yang harus dikirim ke konsumen, tanggal

pengiriman dan tanggal minyak akar wangi sampai di konsumen dan

informasi lainnya yang berguna untuk perkembangan industri minyak akar

wangi.

Komunikasi antara pengekspor dengan penyuling menggunakan

telepon untuk menentukan harga dan tanggal pengiriman minyak akar wangi.

Komunikasi antara penyuling dengan petani akar wangi adalah untuk

mengetahui harga akar wangi, tanggal panen, dan kapasitas pengiriman akar

wangi kepada penyuling. Komunikasi antara anggota rantai pasok terjadi

Page 57: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

melalui interaksi bisnis dan kegiatan koperasi atau

rapat bulanan Koperasi dan

4.3.1 Aktivitas Petani Akar Wangi

Petani akar wangi di Kabupaten Garut tersebar di

kecamatan, yaitu di Kecamatan

dan Pasir Wangi. Sebesar 72 persen petani telah tergabung dalam

kelompok tani. Sebesar

dalam kelompok tani, mengkuti bentuk

berbadan hukum dan

tani yang berbadan hukum.

12 persen yang

Alasan utama kenapa petani mau bergabung dengan kelompok tani

adalah mendapatkan bantuan modal dari ketua

Gambar 8 men

Garut.

Gambar

Kelompok

memiliki jumlah anggota tani

kelompok tani diketuai oleh seorang penyuling yang berperan sebagai

pemberi modal dan

tidak berbadan hukum

50%

melalui interaksi bisnis dan kegiatan koperasi atau kelompok tani sep

Koperasi dan rapat akhir tahun koperasi.

.1 Aktivitas Petani Akar Wangi

Petani akar wangi di Kabupaten Garut tersebar di

kecamatan, yaitu di Kecamatan Bayongbong, Samarang, Cilawu, Leles,

dan Pasir Wangi. Sebesar 72 persen petani telah tergabung dalam

kelompok tani. Sebesar 50 persen dari 72 persen petani yang

kelompok tani, mengkuti bentuk kelompok tani yang

berbadan hukum dan 50 persen lainnya tergabung dengan kelompok

badan hukum. Kelompok tani berbadan hukum

yang berbentuk koperasi, dan 38 persen berbentuk

Alasan utama kenapa petani mau bergabung dengan kelompok tani

adalah mendapatkan bantuan modal dari ketua kelompok tani tersebut.

menyajikan jenis kelompok tani yang terdapat di Kabupaten

Gambar 8. Jenis kelompok tani di Kabupaten Garut

elompok Tani Sinar Wangi adalah kelompok tani yang

memiliki jumlah anggota tani paling banyak yaitu 200 anggota. Satu

kelompok tani diketuai oleh seorang penyuling yang berperan sebagai

pemberi modal dan pembina teknik budidaya bagi anggotanya. Anggota

38%

koperasi12%

45

kelompok tani seperti

Petani akar wangi di Kabupaten Garut tersebar di lima

Bayongbong, Samarang, Cilawu, Leles,

dan Pasir Wangi. Sebesar 72 persen petani telah tergabung dalam

yang tergabung

yang tidak

tergabung dengan kelompok

Kelompok tani berbadan hukum terdiri dari

berbentuk CV.

Alasan utama kenapa petani mau bergabung dengan kelompok tani

kelompok tani tersebut.

jenis kelompok tani yang terdapat di Kabupaten

arut

adalah kelompok tani yang

yaitu 200 anggota. Satu

kelompok tani diketuai oleh seorang penyuling yang berperan sebagai

teknik budidaya bagi anggotanya. Anggota

cv38%

Page 58: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

kelompok tani menyediakan sarana produksi tanaman seperti pupuk,

bibit, dan tenaga kerja. Kesepakatan

adalah petani harus menjual hasilnya kepada pemberi modal

(penyuling). N

kepada anggotanya untuk menjual hasil panen kepada penyuling atau

pengumpul akar wangi

modal yang diberikan.

akar wangi di Kabupaten Garut merupakan petani dengan modal

terbatas.

Pertanian akar wangi

Mayoritas petani akar wangi telah memulai usahanya sejak sepuluh

sampai dua puluh tahun yang lalu

menunjukan bahwa

mampu menghidupi petani sehingga tidak sedikit yang masih bertahan

menjalankan usaha ini

budidaya akar wangi.

Kebanyakan petani akar wangi di Kabupaten Garut merupakan

petani dengan lahan

Hal ini manunjukan bahwa modal yang dimiliki petanai akar wangi

masih rendah, dengan lahan yang sedikit sulit untuk meningkatkan

produktivitas.

20-30 tahun32%

30

kelompok tani menyediakan sarana produksi tanaman seperti pupuk,

bibit, dan tenaga kerja. Kesepakatan umum antara petani dan penyuling

adalah petani harus menjual hasilnya kepada pemberi modal

(penyuling). Namun, ada beberapa penyuling yang memberi kebebasan

kepada anggotanya untuk menjual hasil panen kepada penyuling atau

akar wangi lain, asalkan petani dapat membayar pinjaman

modal yang diberikan. Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar petani

r wangi di Kabupaten Garut merupakan petani dengan modal

Pertanian akar wangi di Garut dimulai pada tahun 1918

Mayoritas petani akar wangi telah memulai usahanya sejak sepuluh

puluh tahun yang lalu, yaitu sebesar empat puluh persen.

menunjukan bahwa usaha akar wangi ini cukup menjanjikan dan

mampu menghidupi petani sehingga tidak sedikit yang masih bertahan

menjalankan usaha ini. Gambar 9 menyajikan sebaran lama usaha

budidaya akar wangi.

Gambar 9. Umur usaha akar wangi

ebanyakan petani akar wangi di Kabupaten Garut merupakan

petani dengan lahan yang terbatas yaitu lima sampai sepuluh hektar

Hal ini manunjukan bahwa modal yang dimiliki petanai akar wangi

masih rendah, dengan lahan yang sedikit sulit untuk meningkatkan

oduktivitas. Para petani tidak meminjam modal kepada lembaga

<10 tahun12%

10-

30-40 tahun12%

>40 tahun4%

46

kelompok tani menyediakan sarana produksi tanaman seperti pupuk,

antara petani dan penyuling

adalah petani harus menjual hasilnya kepada pemberi modal

ada beberapa penyuling yang memberi kebebasan

kepada anggotanya untuk menjual hasil panen kepada penyuling atau

petani dapat membayar pinjaman

Hal ini menunjukan bahwa sebagian besar petani

r wangi di Kabupaten Garut merupakan petani dengan modal

dimulai pada tahun 1918.

Mayoritas petani akar wangi telah memulai usahanya sejak sepuluh

, yaitu sebesar empat puluh persen. Ini

usaha akar wangi ini cukup menjanjikan dan

mampu menghidupi petani sehingga tidak sedikit yang masih bertahan

sebaran lama usaha

ebanyakan petani akar wangi di Kabupaten Garut merupakan

lima sampai sepuluh hektar.

Hal ini manunjukan bahwa modal yang dimiliki petanai akar wangi

masih rendah, dengan lahan yang sedikit sulit untuk meningkatkan

Para petani tidak meminjam modal kepada lembaga

-20 tahun40%

Page 59: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

keuangan se

memberatkan

Budidaya akar wangi dimulai dengan pembibitan,

pencangkulan, penanaman, penyiangan, pemberian pupuk dan

pemanenan. Bibit akar wangi diperoleh dengan

dan akar. S

Permasalahan yang muncul adalah cuaca yang tidak menentu yang

mengakibatkan rendemen berkurang

hama. Hama tidak

menyerang lahan

kepemilikan lahan budidaya tanaman akar wangi.

Gambar 10

Budidaya tanaman akar wangi

biasanya dilaku

Sebagian besar

dengan tanaman

dan singkong.

untuk memenuhi kebutuhan harian petani

tumpang sari, selain itu tidak ada penurunan kualitas akar wangi

walaupun lahan ditanami lebih dari satu jenis tanaman.

5-10 ha40%

>10%24%

keuangan seperti bank karena mekanismenya yang

dan berbelit-belit.

Budidaya akar wangi dimulai dengan pembibitan,

pencangkulan, penanaman, penyiangan, pemberian pupuk dan

. Bibit akar wangi diperoleh dengan cara memisahkan daun

. Setelah itu diambil bonggol akarnya untuk ditanam.

Permasalahan yang muncul adalah cuaca yang tidak menentu yang

mengakibatkan rendemen berkurang adalah curah hujan yang

Hama tidak menyerang seluruh area lahan tanam, tetapi hanya

lahan-lahan tertentu. Gambar 10 menunjukan sebaran

kepemilikan lahan budidaya tanaman akar wangi.

10. Kepemilikan lahan budidaya tanaman akar

Budidaya tanaman akar wangi yang diterapkan para petani

dilakukan dengan sistem monokultur dan tumpang sari.

Sebagian besar petani (84%) melakukan sistem budidaya tumpang sari

tanaman hortikultura seperti kol, tomat, kentang, kubis, cabai,

dan singkong. Umur panen akar wangi adalah satu tahun, sehingga

untuk memenuhi kebutuhan harian petani, mereka melakukan pola

tumpang sari, selain itu tidak ada penurunan kualitas akar wangi

lahan ditanami lebih dari satu jenis tanaman.

<5 ha36%

10 ha

47

dianggap

Budidaya akar wangi dimulai dengan pembibitan,

pencangkulan, penanaman, penyiangan, pemberian pupuk dan

cara memisahkan daun

ggol akarnya untuk ditanam.

Permasalahan yang muncul adalah cuaca yang tidak menentu yang

yang tinggi dan

seluruh area lahan tanam, tetapi hanya

menunjukan sebaran

kar wangi

yang diterapkan para petani

tumpang sari.

tumpang sari

hortikultura seperti kol, tomat, kentang, kubis, cabai,

Umur panen akar wangi adalah satu tahun, sehingga

mereka melakukan pola

tumpang sari, selain itu tidak ada penurunan kualitas akar wangi

<5 ha36%

Page 60: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

48

Jumlah petani yang tidak melakukan pemupukan sebesar 12

persen. Hal tersebut terjadi karena tidak sesuainya harga beli dan biaya

operasional yang dikeluarkan. Pada sistem tanam monokultur, petani

berpendapat jika tanaman akar wangi akan lebih bagus jika tidak diberi

pupuk. Untuk sistem tanam tumpang sari pemupukan diutamakan untuk

tanaman tumpangnya daripada tanaman akar wangi. Petani lain

menggunakan pupuk organik dan anorganik. Jenis pupuk anorganik

yang digunakan adalah ZA, TSP, NPK, KCL, kecuali pupuk UREA.

Sedangkan pupuk organik yang digunakan adalah pupuk kandang.

Petani menjual akar wangi langsung kepada penyuling atau

kepada pengumpul akar wangi yang berada di daerah sekitarnya. Ada

pula petani yang berperan sebagia penyuling. Petani penyuling ini akan

melakukan kegiatan penyulingan akar wangi yang telah dipanennya

sendiri. Petani umumnya menyuling akar wangi di tempat penyulingan

milik penyuling dengan ketentuan bahwa produk yang dihasilkan dijual

ke pemilik alat suling. Selain itu, ada pula petani yang melakukan

penyulingan dengan sistem sewa alat suling dan menyuling akar

wanginya di tempat penyulingan milik penyuling, Namun, minyak akar

wangi yang dihasilkannya tidak dijual kepada pemilik alat penyulingan

melainkan langsung dijual ke pengumpul besar.

Pemasaran akar wangi tidak mempunyai kendala yang

signifikan. Semua hasil panen pasti terserap pasar. Hal tersebut terjadi

karena permintaan minyak akar wangi lebih besar dari pada hasil

produksinya. Harga akar untuk wangi basah berkisar antara Rp 1200 –

Rp 3000 per kilogram. Pada praktiknya semua akar wangi dijual dalam

keadaan basah. Harga akar wangi cenderung menurun akibat cuaca saat

ini yang tidak menentu sehingga kualitas tidak sebagus musim

kemarau. Sebagian besar petani menjual akar wangi dengan harga Rp

2.000 per kilogram.

Modal petani dalam usaha budidaya akar wangi ini kebanyakan

adalah modal sendiri atau mendapat modal pinjaman dari saudara. Bagi

petani yang tergabung dalam kelompok tani biasanya mendapat

Page 61: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

49

pinjaman modal dari ketua kelompoknya. Investasi dalam budidaya

akar wangi per hektar selama satu periode penanaman kurang dari Rp

25.000.000. Kendala modal sering dihadapi oleh petani karena lamanya

masa tanam, sehingga terkadang petani menjual akar wangi dengan

sistem ijon saat tanaman masih berumur delapan bulan dan siap dipanen

setelah berumur 12 bulan. Sebagian besar petani tidak memanfaatkan

fasilitas kredit lembaga keuangan karena persyaratan yang dirasa terlalu

memberatkan dan berbelit-belit. Oleh karena itu diharapkan peran

pemerintah dalam bantuan permodalan atau meringankan persyaratan

pinjaman bagi lembaga keuangan.

4.3.2 Aktivitas Pengumpul Akar Wangi

Pengumpul akar wangi membeli akar wangi langsung dari

petani setelah panen atau membeli dengan sistem ijon saat akar wangi

masih di lahan. Pengumpul akan menjual akar wangi kepada penyuling

atau pengumpul lain yang melakukan penyulingan. Pengumpul

biasanya mendapat modal dari penyuling untuk mencari akar wangi.

Para pengumpul terkadang mencari akar wangi sampai ke luar wilayah

untuk memenuhi kekurangan pasokan akar wangi. Pengumpul akar

wangi terkadang juga melakukan penyulingan sendiri dengan menyewa

alat suling kepada penyuling dan membayarnya dengan minyak akar

wangi.

Pengumpul akar wangi dalam sehari mampu mengumpulkan 4-5

ton akar wangi dengan harga berkisar antara Rp 2.000 - Rp 3.000 per

kilogram. Sistem pemesanan dilakukan secara langsung dengan

mekanisme bayar cash and carry. Jumlah pengumpul tidak banyak

untuk setiap wilayah, hanya ada satu atau dua pengumpul dalam satu

wilayah desa atau kecamatan. Pengumpul bekerja sendiri karena tidak

adanya kelompok pengumpul dan cenderung bersaing antar pengumpul.

Kendala yang dialami pengumpul adalah ketersediaan akar wangi yang

tidak konsisten dan mutu yang tidak sesuai dengan yang diharapkan.

Page 62: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

50

4.3.3 Aktivitas Penyuling Akar Wangi

Penyuling akar wangi tersebar di empat kecamatan yaitu

Samarang, Bayongbong, Cilawu, dan Leles. Sebanyak 75 persen

penyuling bergabung dalam Koperasi Usaha Rakyat (USAR) yang

diketuai oleh Bapak H.Ede Kadarusman, koperasi ini baru berdiri tahun

2010. Sebagian besar penyuling (58%) bertindak sebagai petani yang

disebut juga petani-penyuling. Penyuling yang tidak menanam akar

wangi memenuhi kebutuhan akar wangi dengan membeli langsung dari

petani/kelompok tani dan pengumpul akar wangi. Rata-rata penyuling

diberi pinjaman modal oleh eksportir atau pengumpul minyak dengan

syarat mereka harus membayar pinjaman modal tersebut dengan

minyak. Pengiriman minyak dilakukan setelah minyak terkumpul

selama 10 hari dengan jumlah rata-rata sebanyak 40 kg. Namun, pada

musim kemarau penyuling dapat memproduksi minyak lebih banyak

dengan jumlah 50 kg selama satu minggu.

Produk minyak akar wangi yang diperdagangkan berupa

minyak akar wangi kasar. Penyulingan dilakukan dengan menggunakan

ketel stainless steel dengan sistem kukus (46%). Penyulingan yang

menggunakan sistem boiler atau sistem uap terpisah sebesar 45 persen.

Penyuling yang masih menggunakan sistem rebus yaitu sebesar 9

persen. Bahan bakar yang digunakan saat ini didominasi oleh minyak

solar dan oli bekas. Namun masih ada juga yang menggunakan kayu

bakar. Gambar 11. menyajikan alat penyuling yang digunakan

penyuling.

Page 63: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

Gambar

Pemakaian solar lebih ramah lingkungan namun lebih mahal

jika dibandingkan

sedangan harga oli bekas Rp 2

tanah membuat biaya operasional meningkat

bahan bakar memperburuk kondisi penyulingan. Banyak usaha

penyulingan yang tidak berproduksi karena

mencukupi biaya operasional. Hal tersebut juga berdampak pada hasil

panen akar wangi yang tidak diolah, sehingga membuat para petani

membakar hasil panen mereka. Ketentuan mengenai harga jual BBM

industri kecil yang diberlakukan tidak sama dengan harga jual ke

industri besar

tersebut tidak dilaksanakan, dan penyuling diharuskan membeli BBM

dengan harga industri.

Mutu minyak akar wangi ditentukan

digunakan dalam proses penyulingan

penyuling menaikkan tekanan pada 5 bar yang sebelumnya dijaga pada

3 bar dengan suhu sekitar 140°C

menghemat waktu sekitar 5 jam. Apabila meng

terpisah atau

selama 20 jam. Tekanan yang rendah membuat mutu minyak lebih

bagus dibanding tekanan tinggi yang dapat membuat minyak gosong.

uap langsung, 45%

11. Sebaran jenis alat penyulingan yang digunakan

Pemakaian solar lebih ramah lingkungan namun lebih mahal

jika dibandingkan dengan oli bekas. Harga solar yaitu Rp 4.500 per liter

sedangan harga oli bekas Rp 2.500 per liter. Kenaikan harga minyak

uat biaya operasional meningkat. Selain itu kelangkaan

bahan bakar memperburuk kondisi penyulingan. Banyak usaha

yang tidak berproduksi karena harga jual minyak

biaya operasional. Hal tersebut juga berdampak pada hasil

panen akar wangi yang tidak diolah, sehingga membuat para petani

membakar hasil panen mereka. Ketentuan mengenai harga jual BBM

industri kecil yang diberlakukan tidak sama dengan harga jual ke

esar, akan tetapi untuk kasus di kabupaten Garut ketentuan

tersebut tidak dilaksanakan, dan penyuling diharuskan membeli BBM

dengan harga industri.

Mutu minyak akar wangi ditentukan oleh suhu dan tekanan yang

dalam proses penyulingan. Pada sistem kukus, para

penyuling menaikkan tekanan pada 5 bar yang sebelumnya dijaga pada

3 bar dengan suhu sekitar 140°C-160°C. Hal tersebut mampu

menghemat waktu sekitar 5 jam. Apabila menggunakan sistem uap

terpisah atau boiler, suhu dijaga pada 120°C dengan tekanan 2

selama 20 jam. Tekanan yang rendah membuat mutu minyak lebih

bagus dibanding tekanan tinggi yang dapat membuat minyak gosong.

rebus, 9%

51

igunakan

Pemakaian solar lebih ramah lingkungan namun lebih mahal

500 per liter

Kenaikan harga minyak

elain itu kelangkaan

bahan bakar memperburuk kondisi penyulingan. Banyak usaha

harga jual minyak tidak

biaya operasional. Hal tersebut juga berdampak pada hasil

panen akar wangi yang tidak diolah, sehingga membuat para petani

membakar hasil panen mereka. Ketentuan mengenai harga jual BBM

industri kecil yang diberlakukan tidak sama dengan harga jual ke

kan tetapi untuk kasus di kabupaten Garut ketentuan

tersebut tidak dilaksanakan, dan penyuling diharuskan membeli BBM

oleh suhu dan tekanan yang

. Pada sistem kukus, para

penyuling menaikkan tekanan pada 5 bar yang sebelumnya dijaga pada

160°C. Hal tersebut mampu

gunakan sistem uap

, suhu dijaga pada 120°C dengan tekanan 2-3 bar

selama 20 jam. Tekanan yang rendah membuat mutu minyak lebih

bagus dibanding tekanan tinggi yang dapat membuat minyak gosong.

kukus, 46%

Page 64: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

52

Penyuling membutuhkan waktu 12 jam dalam satu kali proses

penyulingan yaitu 10 jam untuk pengukusan dan 2 jam untuk

memasukkan dan membongkar akar wangi dalam tungku. Sehingga alat

suling hanya mampu melakukan penyulingan maksimal sebanyak dua

kali sehari. Kapasitas tungku per penyulingan sebesar 1,2-2 ton. Minyak

akar wangi yang dihasilkan sebesar 4-8 kg per satu suling dengan

catatan kondisi akar wangi yang digunakan tersebut bagus. Saat ini

rendemen rata-rata yang dihasilkan adalah 0,4-0,5 persen. Hasil minyak

akar wangi kemudian dijual ke pengumpul minyak akar wangi atau

langsung dijual ke eksportir.

Permasalahan yang sering dihadapi oleh penyuling adalah

ketersediaan bahan baku yang tidak konsisten, mutu bahan baku,

penggunaan peralatan yang belum terstandar, rendahnya kualitas bahan

bakar, pola pikir yang tidak mementingkan mutu. Peralatan yang belum

terstandar, sepeti alat pemisah air dan minyak yang masih sederhana,

sehingga menurunkan mutu dan menurunkan jumlah rendemen akibat

tingginya penyusutan. Kualitas bahan bakar juga menjadi permasalahan

yang mempengaruhi mutu, terutama ketika pembakaran dilakukan

dengan menggunakan oli bekas karena terlalu banyak bahan campuran

lain pada oli bekas sehingga proses pembakaran tidak optimal.

Salah satu bentuk pola pikir yang belum berorientasi pada mutu

adalah tidak diterapkannya proses penyulingan berdasarkan ketentuan

yang baku (good manufacturing process). Pencucian akar wangi hanya

dilakukan apabila musim hujan dan terdapat banyak tanah yang

menempel. Penjemuran hanya dilakukan pada pagi hari dan tidak ada

proses perajangan. Semua itu dilakukan untuk mempercepat proses

produksi dan menghemat biaya operasional. Pemisahan air dan minyak

menggunakan kertas saring yang tidak tembus air. Sehingga ketika

disaring air akan berada di atas dan minyak mengalir ke dalam wadah

penampungan. Hal ini mencerminkan kesadaran dan kemauan yang

rendah untuk memproses dengan ketentuan yang baku membuat mutu

dan rendemen minyak tidak optimal dan tidak sesuai standar.

Page 65: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

53

Perbandingan mutu hasil penyulingan rakyat dibandingkan dengan

beberapa standar mutu nasional dan internasional dapat dilihat pada

Tabel 14.

Tabel 14. Perbandingan mutu minyak akar wangi penyulingan rakyat dengan standar mutu Nasional dan InternasionalParameter Penyulingan

RakyatStandar Mutu

Indonesia Reunion HaitiWarna Coklat tua/gelap Kuning muda-

coklat kemerahan

Coklat-merah kecoklatan

Coklat-merah kecoklatan

Bobot Jenis 20/20°C

0.9882-0.9870 0.980-1.003 0.9900-1.1015 0.9860-0.9980

Indeks Bias pada 20°C

1.5178-15221 1.520-1.530 1.5220-1.5300 1.521-1.526

Bilangan asam 26.82-51.17 10-35 Maks 35 Maks 14Kelarutan dalam etanol 80% pada 20°C

1 : 1 1 : 1 Maks 1 : 2 Maks 1 : 2

Bilangan ester 3.17-17.82 5-26 5-16 5-16Vetiverol total (asetilasi)

- Min 50 - -

Kadar vetiverol 4.44-6.31 - - -

Sumber : Tutuarima (2009)

Kasus penjualan produk minyak akar wangi mempunyai

beberapa keragaman. Penyuling dengan modal besar dapat menjual

minyak akar wangi kepada pengumpul atau eksportir yang memberi

harga yang lebih menguntungkan. Hal tersebut tidak berlaku bagi

sebagian besar penyuling yang kesulitan modal. Mereka bergantung

pada pinjaman modal dari pengumpul atau eksportir sehingga harus

mengembalikan pinjaman modal tersebut dengan minyak yang mereka

hasilkan. Dalam perdagangan minyak akar wangi di Garut terdapat

kasus yaitu adanya satu pengumpul minyak yang dominan sehingga

hampir seluruh penyuling memiliki hubungan keterkaitan dengan

pengumpul minyak tersebut. Konsekuensi dari kondisi tersebut adalah

harga beli minyak akar wangi relatif lebih murah dari harga yang

berlaku.

4.3.4 Aktivitas Pengumpul Minyak Akar Wangi

Pengumpul minyak di daerah Garut tidak banyak, salah satu dari

mereka merupakan perwakilan eksportir dari PT. Djasula Wangi

Page 66: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

54

Jakarta. Saat panen raya pengumpul minyak mampu mengumpulkan

100 kg – 400 kg minyak akar wangi dalam satu minggu, sedangkan saat

musim paceklik hanya mampu mengumpulkan 200 kg dalam waktu 10

hari. Minyak yang telah terkumpul langsung dikirim ke eksportir yang

berada di luar wilayah Garut yaitu Jakarta dan Bogor. Harga ekspor

minyak tidak diketahui secara pasti oleh para pengumpul, mereka hanya

menerima harga yang sudah ditetapkan eksportir. Risiko yang dihadapi

oleh pengumpul minyak sangatlah tinggi apabila mutu minyak tidak

sesuai dengan standar yang ditentukan oleh eksportir. Jika mutu tidak

sesuai standar, maka minyak tidak akan diterima oleh eksportir. Oleh

karena itu, dibutuhkan pengalaman untuk mengetahui mutu minyak

akar wangi sebelum diuji di laboratorium milik eksportir.

4.4. Analisis Faktor Internal dan Eksternal

Penilaian faktor internal dan eksternal dilakukan untuk mengetahui

bagaimana pengaruh dan respon industri minyak akar wangi terhadap faktor

internal dan eksternal tersebut. Penilaian faktor internal dan eksternal

dilakukan dengan menggunakan analisis Internal Faktor Evaluation (IFE)

dan Eksternal Faktor Evaluation (EFE).

Penilaian faktor internal digunakan untuk mengetahui pengaruh dari

faktor internal yaitu kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh industri

minyak akar wangi terhadap keberlangsungan industri minyak akar wangi.

Penilaian faktor eksternal dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon

industri minyak akar wangi terhadap faktor eksternal industri minyak akar

wangi yaitu peluang dan ancaman.

Setelah mengetahui pengaruh dan respon dari industri minyak akar

wangi terhadap faktor internal dan eksternal tersebut penyusunan alternatif

strategi dapat dilakukan dengan lebih baik dan tetap sasaran. Berdasarkan

analisis faktor internal dan eksternal ini maka alternatif strategi yang

dihasilkan akan sesuai dengan keadaan internal dan eksternal industri minyak

akar wangi sehingga diharapkan dapat menghasilkan alternatif-alternatif

strategi rantai pasok yang efektif dan efisien yang mampu meningkatkan daya

saing minyak akar wangi dan membangun sistem rantai pasok yang

Page 67: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

55

berkesinambungan. Hasil analisis Matriks Internal Faktor Evaluation (IFE)

ditunjukan dengan Tabel 15.

Tabel 15. Matriks IFE

Faktor Internal Industri Minyak Akar Wangi

No Kekuatan Bobot RatingSkor

Bobot x Rating

1 Indonesia merupakan pemasok utama dalam perdagangan minyak akar wangi dunia.

0,233 3,40 0,794

2 Minyak akar wangi Indonesia sudah dikenal di pasar dunia karena aromanya yang khas atau sudah memiliki brand image "java vetiver oil".

0,227 3,40 0,772

3 Potensi wilayah penanaman masih cukup luas 0,279 3,28 0,9174 Adanya industri yang sudah mampu memproduksi

produk turunan minyak akar wangi dengan niai tambah yang lebih tinggi.

0,057 2,63 0,150

5 Kesadaran dan tekad bersama para pemangku kepentingan untuk memajukan dan meningkatkan daya saing produk minyak akar wangi.

0,204 3,53 0,718

No. Kelemahan Bobot RatingSkor

Bobot x Rating

1 Sistem produksi belum rapi dimana integrasi seluruh elemen belum terjadi secara optimal. Kontinuitas rendah dan margin keuntungan belum terbagi secara merata. Kegiatan produksi masih belum berorientasi pada mutu. Selain itu belum ada nilai tambah karena hanya mampu menghasilkan minyak akar wangi kasar.

0,289 1,036 0,300

2. Kepemilikan lahan usaha tani yang masih kecil sehingga tidak memungkinkan menjalankan skala usaha yang mampu menghasilkan produktivitas dan efisiensi yang memadai

0,070 1,509 0,105

3 Usaha budidaya yang sebagian besar merupakan usaha sampingan, lokasi yang sangat tersebar dan dengan skala usaha yang yang relative kecil

0,080 1,260 0,101

4 Terjadi degradasi kualitas tanah, serta penurunanareal penanaman karena masalah ketidaksesuaian biaya budidaya dan biaya pasca panen dengan harga jual termal.

0,036 1,630 0,059

5 Alat penyulingan sederhana 0,109 1,264 0,1386 Sebagian besar petani, penyuling maupun

pedagang memiliki modal kerja yang sangat terbatas.

0,185 1,148 0,213

7 Pada aspek pasar, pola pemasaran dicirikan oleh rantai pemasaran yang relatif cukup panjang.

0,087 1,136 0,099

8 Tidak adanya insentif harga yang memadai terhadap mutu produk yang lebih baik, sehingga menghambat peningkatan mutu.

0,049 1,381 0,068

9 Fungsi supporting institution yang belum optimal 0,093 1,262 0,118

Dari Tabel 15. dapat diketahui bahwa kekuatan utama industri minyak

akar wangi adalah potensi wilayah penanaman yang cukup luas dengan skor

Page 68: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

56

0.917. Kelemahan utama industri minyak akar wangi yaitu sistem produksi

belum rapi dimana integrasi seluruh elemen belum terjadi secara optimal,

kontinuitas rendah dan margin keuntungan belum terbagi secara merata.

Kegiatan produksi masih belum berorientasi pada mutu. Selain itu belum ada

nilai tambah karena hanya mampu menghasilkan minyak akar wangi kasar

(0,300). Sehingga hendaklah stakeholder yang ada mampu memanfaatkan

potensi wilayah penanaman ini dengan maksimal dan mengintergrasikan

kegiatan produksi agar mampu meningkatkan kualitas dan kualitas minyak

akar wangi.

Tabel 16. menunjukan analisis faktor eksternal melalui matriks

Eksternal Faktor Evaluation (EFE).

Tabel 16. Matriks EFE

Faktor Eksternal Industri Minyak Akar Wangi

No. Peluang Bobot RatingSkor Bobot

x Rating

1Permintan akan minyak akar wangi yang lebih besar dari pasokan 0,285 2,911 0,830

2Tumbuhnya industri pangan, kosmetik dan lain-lain yang menggunakan produk minyak akar wangi dan turunannya yang selama ini masih di impor.

0,245 2,531 0,619

3Kemampuan sumber daya manusia dan IPTEK untuk menghasilkan produk minyak akar wangi dengan nilai tambah yang lebih tinggi.

0,213 3,027 0,645

4Dukungan pemerintah dalam memajukan dan meningkatkan daya saing minyak akar wangi Indonesia.

0,257 2,907 0,748

No. Ancaman Bobot RatingSkor Bobot

x Rating1 Globalisasi perdagangan dunia, serta isu-isu non

tariff barier, seperti isu lingkungan.0,281 2,660 0,749

2Tumbuhnya negara pesaing yang mampu memproduksi tanaman penghasil minyak akar wangi dengan produktivitas, mutu dan efisiensi yang lebih baik.

0,282 2,910 0,822

3Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap valuta asing 0,058 2,507 0,144

4Kesadaran sebagai eksportir yang tidak profesional dalam melaksanakan usahanya

0,110 2,389 0,262

5Program yang dilakukan oleh berbagai instansi pemerintah dalam mengembangkan IKM minyak akar wangi yang masih belum optimal

0,213 3,027 0,643

6 Munculnya produk substitusi sintetik 0,056 1,882 0,106

Page 69: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

57

Dari Tabel 16. dapat diketahui bahwa peluang utama industri minyak

akar wangi adalah permintan akan minyak akar wangi yang lebih besar dari

pasokan dengan skor 0.830. Ancaman utama industri minyak akar wangi

adalah tumbuhnya negara pesaing yang mampu memproduksi tanaman

penghasil minyak akar wangi dengan produktivitas, mutu dan efisiensi yang

lebih baik dengan skor 0.822. Peluang dan ancaman ini menunjukan bahwa

ketika Indonesia mampu menghasilkan minyak dengan mutu yang diterima

pasar dunia, maka industri minyak akar wangi nasional akan berkembang

dengan baik, namun jika mutunya rendah, maka akan sulit bersaing dengan

negara-negara pesaing yang mampu menghasilkan minyak dengan mutu yang

lebih baik.

4.5. Pemilihan Faktor Internal dan Eksternal

Formulasi strategi dilakukan dengan menggunakan analisis SWOT,

namun sebelum masuk pada tahap tersebut, faktor internal dan eksternal yang

ada dipilih lima skor teratas. Hal ini dilakukan untuk mempersempit

kemungkinan terbentuknya strategi yang tidak sesuai dengan keadaan internal

dan eksternal. Tabel 17 menunjukan faktor internal dan eksternal yang telah

dipilih dan kemudian dimasukan kedalam matriks SWOT.

Page 70: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

58

Tabel 17. Faktor Internal dan Eksternal dengan Skor Tertinggi

No Kekuatan Bobot RatingSkor Bobot

x Rating1 Indonesia merupakan pemasok utama dalam perdagangan

minyak akar wangi dunia.0,233 3,40 0,794

2 Minyak akar wangi Indonesia sudah dikenal di pasar dunia karena aromanya yang khas atau sudah memiliki brand image "java vetiver oil".

0,227 3,40 0,772

3 Potensi wilayah penanaman masih cukup luas 0,279 3,28 0,9174 Adanya industri yang sudah mampu memproduksi produk

turunan minyak akar wangi dengan niai tambah yang lebih tinggi.

0,057 2,63 0,150

5 Kesadaran dan tekad bersama para pemangku kepentingan untuk memajukan dan meningkatkan daya saing produk minyak akar wangi.

0,204 3,53 0,718

No. Kelemahan Bobot RatingSkor Bobot

x Rating1 Sistem produksi belum rapi dimana integrasi seluruh

elemen belum terjadi secara optimal. Kontinuitas rendah dan margin keuntungan belum terbagi secara merata. Kegiatan produksi masih belum berorientasi pada mutu. Selain itu belum ada nilai tambah karena hanya mampu menghasilkan minyak akar wangi kasar.

0,289 1,036 0,300

2 Alat penyulingan sederhana 0,109 1,264 0,1383 Sebagian besar petani, penyuling maupun pedagang

memiliki modal kerja yang sangat terbatas.0,185 1,148 0,213

4 Fungsi supporting institution yang belum optimal 0,093 1,262 0,1185 Kepemilikan lahan usaha tani yang masih kecil sehingga

tidak memungkinkan menjalankan skala usaha yang mampu menghasilkan produktivitas dan efisiensi yang memadai

0,070 1,509 0,105

No. Peluang Bobot RatingSkor Bobot

x Rating

1Permintan akan minyak akar wangi yang lebih besar dari pasokan

0,285 2,911 0,830

2 Kemampuan sumber daya manusia dan IPTEK untuk menghasilkan produk minyak akar wangi dengan nilai tambah yang lebih tinggi.

0,213 3,027 0,645

3 Dukungan pemerintah dalam memajukan dan meningkatkan daya saing minyak akar wangi Indonesia.

0,257 2,907 0,748

4 Tumbuhnya industri pangan, kosmetik dan lain-lain yang menggunakan produk minyak akar wangi dan turunannya yang selama ini masih di impor.

0,245 2,531 0,619

No. Ancaman Bobot RatingSkor Bobot

x Rating1 Globalisasi perdagangan dunia, serta isu-asu non tariff

barier, seperti isu lingkungan.0,281 2,660 0,749

2 Tumbuhnya negara pesaing yang mampu memproduksi tanaman penghasil minyak akar wangi dengan produktivitas, mutu dan efisiensi yang lebih baik.

0,282 2,910 0,822

3 Program yang dilakukan oleh berbagai instansi pemerintah dalam mengembangkan IKM minyak akar wangi yang masih belum optimal

0,213 3,027 0,643

4 Fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap valuta asing 0,058 2,507 0,1445 Kesadaran sebagai eksportir yang tidak profesional

dalam melaksanakan usahanya0,110 2,389 0,262

Page 71: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

59

4.6. Perumusan Alternatif Strategi

Tabel 18 menyajikan matriks SWOT yang digunakan.

MATRIKSSWOT

Kekuatan (S) Kelemahan (W)1. Pemasok utama minyak akar wangi dunia 2. Minyak akar wangi Indonesia sudah

dikenal di dunia dengan nama java vetiver oil

3. Potensi wilayah penanaman masih cukup luas

4. Ada industri yang mampu memproduksi produk turunan minyak akar wangi

5. Tekad bersama untuk meningkatkan daya saing

1. Sistem produksi belum rapi dan belum berorientasi pada mutu

2. Kepemilikan lahan terbatas, sulit menigkatkan produktivitas

3. Alat penyulingan masih sederhana4. Modal kerja terbatas5. Fungsi supporting institution

(koperasi) belum optimal

Peluang (O)1. Permintaan lebih besar dari pasokan2. Tumbuhnya industri yang

membutuhkan pasokan minyak akar wangi

3. Tersedianya SDM dan IPTEK untuk mengembangkan industri minyak akar wangi

4. Dukungan pemerintah untuk mengembangkan industri minyak akar wangi

Strategi S-O1. Meningkatkan produktivitas minyak

akar wangi dengan peralatan dan teknologi baru (S3-O1,O3)

2. Fasilitasi pemerintah (S5-O4)

Strategi W-OPenguatan aspek finansial (W4-O4)

Ancaman (T)1. Globalisasi perdagangan dunia2. Pertumbuhan negara pesaing3. Fluktuasi nilai tukar rupiah4. Eksportir yang tidak profesional

(moral hazard)5. Program pemerintah belum optimal

Strategi S-T Peningkatan kualitas SDM pada level operasional (S1-T2,T4)

Strategi W-T1. Peningkatan kemitraan

diantara stakeholder (W5-T5)2. Peningkatan mutu minyak

akar wangi (W1-T1, T2)

Setelah dilakukan penilaian pengaruh dan respon industri minyak akar

wangi terhadap kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman industri minyak

akar wangi, langkah selanjutnya adalah tahap perumusan alternatif strategi

rantai pasok minyak akar wangi.

Kerangka kerja matriks SWOT berfungsi untuk memetakan berbagai

kemungkinan/alternatif strategi dengan membandingkan kekuatan dengan

peluang (S-O), kekuatan dengan ancaman (S-T), kelemahan dengan peluang

(W-T) serta kelemahan dengan ancaman (W-O), sehingga akan didapatkan

empat tipe strategi.

Berikut adalah rumusan alternatif strategi yang telah dibangkitkan dari

matriks SWOT.

Tabel 18. Matriks SWOT

Page 72: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

60

1. Strategi S-O

Strategi S-O merupakan strategi yang menggunakan kekuatan industri

minyak akar wangi dengan memanfaatkan peluang yang ada. Strategi S-O

terdiri dari:

a) Strategi Meningkatkan Produktivitas Minyak Akar Wangi

dengan Peralatan dan Teknologi Baru

Strategi tersebut merupakan formulasi dari faktor kekuatan

yaitu potensi wilayah penanaman yang masih sangat luas dan

faktor peluang yaitu tersedianya SDM dan IPTEK untuk

mengembangkan industri minyak akar wangi. Kabupaten

Garut merupakan daerah dengan karakteristik yang sangat

cocok untuk melakukan budidaya akar wangi, dengan luas

total wilayah yang diizinkan untuk membudidayakan tanaman

akar wangi adalah seluas 2.400 Ha yang tersebar di empat

kecamatan yaitu Kecamatan Samarang, Cilawu, Leles, dan

Boyongbong. Dalam satu tahun tercatat 2.318 Ha luas lahan

mampu menghasilkan minyak akar wangi sebanyak 75 ton.

Lembaga penelitian seperti Badan Penelitian Tanaman

Rempah dan Obat (Balitro) dan IPB melakukan penelitian

untuk meningkatkan produktivitas dan mutu minyak akar

wangi baik melalui aspek manajerial maupun aspek teknis

budidaya, pengolahan maupun teknologi.

Berdasarkan faktor tersebut maka dirumuskan strategi

meningkatkan produktivitas minyak akar wangi dengan

peralatan dan teknologi baru. Dengan demikian industri

minyak akar wangi akan mampu memanfaatkan SDM dan

IPTEK yang tersedia untuk meningkatkan produktivitas

minyak akar wangi. Pihak Pemerintah Daerah dapat menjalin

kerjasama dengan pihak Balitro maupun IPB untuk melakukan

penelitian-penelitan yang berkaitan dengan minyak akar wangi

terutama penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan

produktivitas produksi seperti penelitian untuk menemukan

Page 73: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

61

bibit unggul yang mampu menghasilkan kuantitas maupun

kualitas minyak yang lebih baik dari bibit yang ada sekarang

ini, menemukan alat atau sistem yang mampu meningkatkan

kualitas dan kualitas rendemen minyak akar wangi selain itu

menyelenggarakan pendampingan maupun pelatihan budidaya

dan pengolahan akar wangi kepada seluruh anggota rantai

pasok minyak akar wangi.

b) Strategi Fasilitasi Pemerintah.

Strategi tersebut merupakan formulasi dari faktor kekuatan

yaitu tekad bersama untuk meningkatkan daya saing dan

peluang yaitu dukungan pemerintah untuk mengembangkan

industri minyak akar wangi. Adanya kesadaran dan tekad

bersama dari para pemangku kepentingan untuk

mengembangkan dan meningkatkan daya saing minyak akar

wangi merupakan modal yang sangat berharga untuk

pengembangan industri minyak akar wangi, ditambah lagi

dengan dukungan penuh dari pemerintah yang membuat

kebijakan-kebijakan untuk mendukung berkembangnya

industri minyak akar wangi.

Fasilitasi dari pemerintah dinilai sangat penting untuk

mempercepat berkembangnya industri minyak akar wangi di

Kabupaten Garut. Salah satu bentuk kongkrit dari fasilitasi

pemerintah yaitu dibuatnya kebijakan-kebijakan yang

mendorong berkembangnya industri akar wangi di Kabupaten

Garut seperti kebijakan mengenai luas lahan yang

diperbolehkan untuk budidaya akar wangi, percepatan

birokrasi perizinan pendirian badan hukum kelompok tani,

perizinan penggunaan bahan bakar murah untuk proses

produksi, insentif investasi bagi para investor dan

penganggaran dana untuk kegiatan pengembangan industri

minyak akar wangi.

Page 74: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

62

2. Strategi W-O

Strategi W-O adalah untuk mengatasi kelemahan industri minyak

akar wangi dengan memanfaatkan peluang yang dimiliki. Berikut

adalah strategi W-O yang berhasil dipetakan dari matriks SWOT:

penguatan aspek finansial.

Strategi ini merupakan formulasi dari modal kerja yang terbatas

dan dukungan pemerintah untuk mengembangkan industri minyak

akar wangi. Kebanyakan petani minyak akar wangi di Kabupaten

Garut merupakan petani miskin yang sulit mengembangkan

usahanya karena terbentur faktor modal. Banyak pihak yang sudah

menawarkan bantuan modal namun dirasakan kurang menarik

pihak petani karena mekanisme pengembalian yang rumit dan

persyaratan seperti sistem agunan dan jaminan yang dianggap

memberatkan.

Pemerintah diharapkan mampu melobi dan membuat kebijakan

sehingga membuat pihak investor maupun pihak bank tertarik

meminjamkan dana dengan mekanisme yang memudahkan dan

menarik petani untuk bergabung. Bentuk lain dari penguatan aspek

finansial adalah melakukan pelatihan manajemen keuangan bagi

para petani agar para petani mampu mengelola keuangan mereka

dengan baik sehingga dana yang dipinjamkan dapat digunakan

untuk mengembangkan usaha akar wangi mereka.

3. Strategi S-T

Strategi S-T merupakan strategi yang memanfaatkan kekuatan yang

dimiliki industri minyak akar wangi untuk menghindari ancaman

eksternal. Strategi S-T yang berhasil dipetakan dari matriks SWOT

adalah peningkatan kualitas SDM pada level operasional.

Strategi peningkatan kualitas SDM pada level operasional

merupakan formulasi dari kekuatan industri minyak akar wangi

yaitu merupakan salah satu pemasok utama minyak akar wangi

dunia, tumbuhnya negara pesaing dan eksportir yang tidak

profesional (moral hazard). SDM merupakan aset utama sebuah

Page 75: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

63

perusahaan, begitu pula dalam industri minyak akar wangi, SDM

merupakan pelaku semua kegiatan industri minyak akar wangi.

SDM yang berkualitas akan menghasilkan output yang berkualitas

pula, begitu juga sebaliknya. Praktik moral hazard yang dilakukan

oleh eksportir maupun pengumpul minyak akar wangi yang

mencampur minyak akar wangi murni dengan bahan lain akan

merusak "nama baik" minyak akar wangi Indonesia di pasar

internasional. Praktik budidaya yang tidak mengikuti good

agricultural process (GAP) dan good manufactural process (GMP)

menunjukan masih rendahnya kesadaran pelaku rantai pasok akan

pentingnya mutu minyak akar wangi di pasar internasional. Bentuk

nyata dari strategi peningkatan kualitas SDM pada level

operasional adalah pelatihan berkesinambungan dan monitoring

bagi seluruh pelaku industri minyak akar wangi. Hal ini dilakukan

agar petani merasa diawasi sehingga menerapkan GAP dan GMP

dengan benar.

Good agricultural process (GAP) adalah serangkaian prosedur

budidaya tanaman minyak akar wangi yang baik dan benar

sehingga panen yang dihasilkan memiliki kualitas dan kuantitas

yang baik. Akar wangi tumbuh pada ketinggian 500 – 1.500 m dpl,

curah hujan 1.500 – 2.500 mm per tahun, suhu udara lingkungan 17

– 27o C . Membutuhkan sinar matahari yang cukup dan lahan

terbuka atau tidak terlindung oleh tanaman lain. Kondisi lahan

terbaik adalah tanah berpasir atau daerah aliran abu gunung berapi

pada lereng-lereng bukit karena akar tanaman akan mudah dicabut

pada saat panen sehingga akar tidak ada yang tertinggal. Bibit yang

ditanam (bonggolnya) adalah akar yang berasal dari tanaman yang

tidak berbunga dengan jarak tanaman antara 0,5m x 0,75m

sehingga untuk 1 Ha lahan diperlukan bibit sebanyak ± 10.000

rumpun.

Pada bulan pertama setelah penanaman, tanah di pupuk dengan

menggunakan pupuk kompos, kemudian pada bulan ke tiga

Page 76: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

64

dilakukan penggemburan tanah dan pemupukan kembali. Pupuk

yang digunakan adalah jenis pupuk urea, TSP, dan ZA dengan

dosis masing‐masing adalah 200 kg /Ha. Penyiangan dilakukan

minimal dua kali pada bulan ke lima dan ke delapan. Pemanenan

dapat dilakukan pada bulan ke dua belas setelah akar wangi benar-

benar matang.

Good manufacturing process (GMP) adalah serangkaian prosedur

pengolahan akar wangi menjadi minyak akar wangi yang baik dan

benar sehingga dihasilkan minyak yang berkualitas. Untuk

memperoleh hasil minyak akar wangi dapat ditempuh dengan

melelui 3 (tiga) cara penyulingan (destilasi) yakni destilasi dengan

air, dengan uap langsung dan destilasi dengan air dan uap

(dikukus). Cara yang sering digunakan yaitu dengan destilasi uap

(dikukus). Kebutuhan air umpan ketel untuk awal operasi

dibutuhkan sebanyak 3,5 m3 yang secara langsung dimasukan

kedalam ketel untuk selanjutnya air umpan ketel akan ditambah

setiap 2 jam sekali sebanyak kurang lebih 0,4 m3 secara otomatis,

dimana tekanan yang dibutuhkan untuk mengalirkan air ke ketel

diperoleh dari tekanan yang dihasilkan dari ketel. Akar yang akan

disuling terlebih dahulu dibersihkan dari kotoran tanah yang

menempel pada akar dengan cara dikibaskan,pembersihan tersebut

biasanya di lakukan pada saat terjadi transaksi jual beli. Kemudian

akar tersebut dilakukan pembersihan ulang pada saat setiap kali

operasi.

Adapun tahapan‐tahapan operasi dalam proses penyulingan adalah

sebagai berikut :

1. Masukan air umpan ketel kedalam ketel, tutup bagian tengah

ketel dengan flat besi yang berlubang‐lubang,tingginya 0,2 m

dari permukaan air dalam ketel ;

2. Nyalakan oven dengan laju aliran minyak tanah sebanyak

25‐28 liter/jam ;

Page 77: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

65

3. Masukan bahan baku akar ke dalam ketel sampai penuh di atas

plat besi yang berlubang lubang

4. Tutup bagian atas ketel dengan tutup yang tersedia, tutup ketel

dilengkapi dengan pipa stainless steel 2 inci untuk mengelirkan

uap destilat ;

5. Uap destilat yang dihasilkan mengalir melalui pipa dan

didinginkan dalam bak pendingin, minyak akar wangi yang

dihasilkan ditampung didalam bak penampung ;

6. Empat (4) jam pertama tambahkan air umpan ketel melalui

sarana yang tersedia, alirkan air umpan ketel yang diperoleh

dari tekenan uap air yang dihasilkan pada ketel. Untuk

selanjutnya dilakukan setiap 2 jam sekali

7. Lamanya pengukusan antara 12‐15 jam dengan tekanan sekitar

5 bar. Minyak akar wangi yang dihasilkan antara 6‐12 kg

untuk setiap 1.600 kg akar wangi.

4. Strategi W-T

Strategi W-T merupakan strategi yang dirumuskan berdasarkan

perbandingan kelemahan dan ancaman. Berikut adalah strategi

W-T yang berhasil dipetakan dari matriks SWOT:

a) Strategi Peningkatan Kemitraan Diantara Stakeholder.

Strategi tersebut merupakan formulasi dari faktor internal yaitu

Fungsi supporting institution (koperasi) belum optimal dan

faktor eksternal yaitu program pemerintah yang belum

terintegrasi dengan baik. Sistem rantai pasok minyak akar

wangi di Kabupaten Garut belum terintegrasi dengan baik, hal

ini terbukti dari adanya salah satu pelaku, eksportir, usaha

yang terlalu mendominasi rantai pasok dan mendapat share

yang terlalu tinggi dibanding palaku yang lain. Oleh karena itu

perlu ditingkatkannya kemitraan diantara stakeholder,

pemerintah dan pelaku usaha agar industri minyak akar wangi

bisa berkembang dan setiap pelaku usaha di dalam sitem rantai

pasok minyak akar wangi berkembang secara bersama-sama.

Page 78: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

66

Bentuk kongkrit dari strategi ini adalah pelatihan dan

pembimbingan juga penyediaan sarana dan modal yang

diberikan tidak hanya dari pemerintah tapi juga oleh eksportir

maupun penyuling kepada petani sehingga petani bisa

menghasilkan produk dengan kualitas dan kuantitas yang lebih

baik sehingga terjadi hubungan yang saling menguntungkan

diantara seluruh pelaku rantai pasok dan pihak pemerintah.

b) Strategi Peningkatan Mutu Minyak Akar Wangi

Strategi tersebut merupakan formulasi dari faktor kelemahan

yaitu sistem produksi yang masih belum berorientasi kepada

mutu dan faktor eksternal yaitu globalisasi perdagangan dunia

dan munculnya negara pesaing. Mutu merupakan modal utama

minyak akar wangi suatu negara diterima pasar dunia, jika

mutu minyak akar wangi Indonesia rendah, maka harga jual

menjadi rendah, oleh karena itu mutu merupakan hal yang

mutlak harus diperhatikan. Tumbuhnya negara pesaing yang

mampu menghasilkan minyak akar wangi dengan kualitas

lebih baik dari Indonesia akan menjadi tandingan di pasar

internasional. Kegitan kongkrit dari strategi ini adalah

pelatihan dari pemerintah, lembaga riset dan perguruan tinggi

maupun kelompok tani agar pola fikir petani berorientasi

mutu, tidak hanya berorientasi pada pengembalian modal saja.

4.7. Prioritas Strategi Pengembangan Minyak Akar Wangi

Pemilihan strategi merupakan tahap terakhir dari proses pengolahan

data dalam penelitian ini. Alat analisis yang digunakan untuk memilih strategi

dari beberapa alternatif strategi yang berhasil dibangkitkan yaitu dengan

menggunakan Analitycal Hierarchy Process (AHP). Penggunaan AHP

sebagai alat untuk pemilihan strategi karena AHP memiliki fleksibelitas yang

tinggi, kemampuan untuk mengakomodasi kompleksitas permasalahan yang

ada kedalam sebuah hierarki dan keandalannya mengakomodasi konflik

diantara para pakar yang memberikan pendapat.

Page 79: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

67

Identifikasi untuk tiap masing-masing elemen dalam hierarki AHP

dilakukan oleh tujuh orang ahli. Tujuh orang ahli ini mewakili masing-masing

elemen yang terdapat dalam sistem rantai pasok minyak akar wangi meliputi

elemen pelaku usaha yaitu petani akar wangi, penyuling akar wangi dan

pengumpul minyak akar wangi. Elemen pemerintahan diwakili oleh Dinas

Perkebunan Kabupaten Garut dan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan

Koperasi. Elemen akademisi diwakili oleh dosen IPB.

4.7.1 Ultimate Goal (UG)

Ultimate goal dari struktur hierarki ini adalah "meningkatkan

daya saing minyak akar wangi melalui rantai pasokan yang

berkeseinambungan". Daya saing minyak akar wangi dan rantai pasok

yang berkesinambungan dianggap penting karena persaingan yang

terjadi bukan lagi persaingan pada tingkat lokal maupun nasional,

namun pada tingkat internasional sehingga dibutuhkan daya saing yang

tinggi dalam hal ini adalah kualitas yang baik dan kuantitas yang stabil

agar minyak akar wangi Indonesia bisa bertahan dalam persaingan

pasar internasional.

4.7.2 Faktor

Faktor-faktor utama yang berpengaruh signifikan dalam industri

minyak akar wangi adalah sebagai berukut:

a. Kualitas Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia merupakan motor dari kegiatan

produksi minyak akar wangi, karena SDM merupak penggerak

utama kegiatan produksi, sehingga untuk menghasilkan minyak akar

wangi yang memiliki kualitas dan kuantitas yang tinggi maka

kegiatan produksi harus dilakukan oleh SDM yang berkualitas.

b. Modal

Modal diperlukan untuk menjalankan kegiatan produksi

minyak akar wangi. Modal merupakan masalah yang sering muncul

ketika suatu usaha ingin berkembang, karena dibutuhkan sejumlah

modal untuk melakukan kegiatan investasi. Demikian pula dalam

Page 80: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

68

usaha minyak akar wangi, modal merupakan hal yang sangat

dibutuhkan dalam kegiatan produksi, karena digunakan untuk

membiayai kegiatan operasional. Untuk meningkatkan kualitas dan

kuantitas, dibutuhkan modal yang tidak sedikit, karena alat

penyulingan yang mampu menghasilkan rendemen yang berkualitas

memiliki harga yang mahal.

c. Good agricultural and good manufacturing practice

Good agricultural processi (GAP) merupakan serangkaian

prosedur budidaya suatu komoditas dalam hal ini adalah akar wangi

yang sengaja disusun untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas

hasil panen. Good manufacturing process (GMP) merupakan

serangkaian prosedur kegiatan pengolahan komoditas dalam hal ini

adalah akar wangi mentah menjadi lebih bernilai yang disusun untuk

meningkatkan nilai tambah dari komoditas yang diolah.

d. Potensi pasar

Potensi pasar merupakan kemampuan pasar untuk menyerap

minyak akar wangi yang dihasilkan oleh pengrajin minyak akar

wangi. Makin tinggi potensi pasar maka akan makin mendorong

berkembangnya industri minyak akar wangi, karena banyak petani

yang tertarik untuk bergabung membudidayakan akar wangi.

e. Kualitas dan ketersediaan bahan baku

kualitas dan ketersediaan bahan baku merupakan faktor

penting yang mempengaruhi keberlangsungan industri minyak akar

wangi. Ketersediaan bahan baku merupakan faktor yang penting bagi

para eksportir, ketersediaan bahan baku yang tinggi akan

meningkatkan kerjasama antara petani/penyuling dan pengumpul

minyak/eksportir.

4.7.3 Aktor

Aktor-aktor utama yang mempengaruhi industri minyak akar

wangi adalah sebagai berikut:

a. Pemerintah (Pemda)

Page 81: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

69

b. Koperasi/asosiasi petani penyuling minyak akar wangi

c. Eksportir

d. Lembaga riset dan perguruan tinggi

e. Perbankan

4.7.4 Tujuan

Tujuan keberlangsungan industri minyak akar wangi adalah:

a. Keberlangsungan usaha

b. Pemerataan pendapat

c. Memenuhi permintaan ekspor

4.7.5 Alternatif Strategi

Alternatif strategi rantai pasok minyak akar wangi yang

diperoleh dari analisis SWOT adalah sebagai berikut:

a. Meningkatkan produktivitas akar wangi dengan peralatan dan

teknologi baru

b. Penguatan aspek finansial

c. Peningkatan mutu minyak akar wangi

d. Peningkatan Kualitas SDM

e. Peningkatan kemitraan diantara stakeholder

f. Fasilitasi pemerintah

Struktur hierarki AHP yang digunakan dapat dilihat pada

Gambar 11. dibawah ini.

Page 82: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

70

Gambar 11. Struktur Hierarki AHP

Ultimate Goal

Faktor

Aktor

Tujuan

AlternatifStrategi

Meningkatkan produktivitas akar wangi

dengan peralatan dan teknologi baru

0,123

Fasilitasi pemerintah0,087

Meningkatkan daya saing minyak akar wangi melalui rantai pasokan

yang berkesinambungan

Kualitas SDM 0,341

Modal 0,138

Good Agricultural & Good Manufacturing Process

0,125

Potensi Pasar0,167

Ketersediaan dan kualitas bahan

baku 0,229

Pemerintah0.236

Perbankan0,091

Lembaga Riset dan Perguruan

Tinggi0,228

Koperasi /Asosiasi Petani dan Penyuling

0.313

Eskportir0,133

Keberlangsungan Usaha 0,499

Pemerataan Pendapatan

0,222

Memenuhi Permintaan Ekspor

0,279

Penguatan aspek finansial

0,174

Peningkatan mutu minyak akar wangi

0,285

Peningkatan kualitas SDM

0,189

Peningkatan kemitraan diantara

stakeholder0,138

Page 83: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

71

4.8. Analisis Hubungan Antar Elemen Hierarki.

a. Hubungan Faktor dan Ultimate Goal

Tabel 11. menunjukan hubungan antara faktor dan UG dalam struktur

hierarki AHP. Faktor yang paling dianggap penting terhadap peningkatan

daya saing minyak akar wangi melalui rantai pasokan yang

berkeseinambungan adalah kualitas SDM dengan bobot 0,341. Hal ini karena

SDM merupakan motor sebuah organisasi, sehingga kualitasnya akan sangat

mempengaruhi output dari kegiatan produksi.

Tabel 19. Hubungan Faktor dan Ultimete Goal

Faktor/UGMeningkatkan daya saing minyak akar wangi melalui rantai pasokan yang berkeseinambungan

Kualitas SDM 0,341

Ketersediaan dan Kualitas bahan Baku 0,138

Potensi Pasar 0,125

Modal 0,167

GAP dan GMP 0,229

b. Hubungan Faktor dan Aktor

Tabel 20. menunjukan hubungan antara faktor dan aktor dalam

struktur hierarki. Aktor yang paling mempengaruhi Kualitas SDM adalah

lembaga riset dan perguruan tinggi dengan bobot 0,359. Hal ini terjadi karena

Lembaga riset dan perguruan tinggi merupakan institusi yang melakukan

penelitian dan penemuan metode-metode budidaya terbaru, sehingga dinilai

sangat mempengaruhi kualitas SDM pengrajin minyak akar wangi.

Aktor yang paling mempengaruhi faktor modal adalah perbankan

dengan bobot 0,334. Perbankan dianggap sebagai investor yang mampu

membantu penguatan finansial di kalangan pengrajin minyak akar wangi.

Aktor yang paling mempengaruhi good agricultural and good manufacturing

process adalah lembaga riset dan perguruan tinggi dengan bobot 0,375.

Lembaga riset dan perguruan tinggi dianggap sebagai institusi yang paling

mengerti teknologi dan prosedur budidaya dan pengolahan terbaik sehingga

dianggap paling mempengaruhi good agricultural and good manufacturing

process.

Page 84: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

72

Aktor yang paling mempengaruhi faktor potensi pasar adalah eksportir

dengan bobot 0,359. Eksportir merupakan penghubung utama produsen minyak

akar wangi dalam negeri kepada konsumen internasional, sehingga dianggap

sebagai aktor yang paling mempengaruhi potensi pasar. Aktor yang

mempengaruhi faktor ketersediaan dan kualitas bahan baku adalah

koperasi/asosiasi petani dan penyuling dengan bobot 0,514. Ketersediaan dan

kualitas bahan baku dianggap paling dipengaruhi oleh koperasi/asosiasi petani

penyuling karena koperasi/asosiasi merupakan wadah yang paling dekat

kepada pengrajin minyak akar wangi, dan kebanyakan berfungsi sebagai

pengumpul akar maupun minyak akar wangi untuk disalurkan kepada

pengumpul minyak maupun eksportir.

Tabel 20. Hubungan faktor dan aktor

Aktor/FaktorKualitas

SDMModal

GAP dan GMP

Potensi PasarKetersediaan dan Kualitas bahan baku

Pemerintah 0,234 0,265 0,205 0,265 0,215Koperasi/Asosiasi Petani Penyuling

0,269 0,260 0,268 0,202 0,514

Eksportir 0,087 0,097 0,095 0,359 0,079Lembaga Riset dan Perguruan Tinggi 0,359 0,044 0,372 0,114 0,146

Perbankan 0,050 0,334 0,059 0,060 0,045

c. Hubungan Aktor dan Tujuan

Tabel 21. menunjukan hubungan antara aktor dan tujuan dalam

hierarki. Bagi aktor pemerintah, koperasi/asosiasi petani penyuling, lembaga

riset dan perguruan tinggi dan perbankan. Tujuan yang paling dianggap penting

adalah keberlangsungan usaha dengan bobot berturut-turut 0,597, 0,433, 0,502

dan 0,661. Eksportir menganggap memenuhi permintaan ekspor merupakan

tujuan yang paling dianggap penting dengan bobot 0,388.

Tabel 21. Hubungan aktor dan tujuan

Tujuan/Aktor PemerintahKoperasi/Asosiasi Petani Penyuling

Eksportir

Lembaga Riset dan Perguruan Tinggi

Perbankan

Keberlangsungan Usaha 0,597 0,433 0,363 0,502 0,661

Pemerataan Pendapatan

0,196 0,280 0,249 0,157 0,212

MemenuhiPermintaan Ekspor

0,207 0,287 0,388 0,341 0,126

Page 85: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

73

d. Hubungan Tujuan dan Alternatif Strategi

Tabel 22. menunjukan hubungan antara tujuan dan alternatif strategi

dalam struktur hierarki AHP. Alternatif peningkatan kualitas SDM dianggap

paling penting untuk mencapai tujuan keberlangsungan usaha yaitu dengan

bobot 0,223. Alternatif peningkatan mutu minyak akar wangi dianggap paling

penting untuk mencapai tujuan pemerataan pendapatan dan memenuhi

permintaan ekspor dengan bobot berturut-turut sebesar 0,282 dan 0, 408.

Tabel 22. Hubungan tujuan dan alternatif strategi

Alternatif

Strategi/Tujuan

Keberlangsungan

Usaha

Pemerataan

Pendapatan

Memenuhi

Permintaan Ekspor

Meningkatkan produktivitas akar wangi dengan peralatan dan teknologi baru

0,096 0,124 0,173

Penguatan aspek finansial

0,215 0,167 0,107

Peningkatan mutu

minyak akar wangi0,218 0,282 0,408

Peningkatan kualitas SDM 0,223 0,182 0,133

Peningkatan kemitraan diantara stakeholder

0,157 0,137 0,105

Fasilitasi pemerintah 0,091 0,093 0,074

4.9. Analisis Pemilihan Strategi Rantai Pasok

a. Faktor

Tabel 23. menunjukan bobot faktor terhadap ultimate goal yaitu

meningkatkan daya saing minyak akar wangi melalui rantai pasok yang

berkesinambungan. Kualitas SDM merupakan faktor utama yang paling

dipertimbangkan untuk meningkatkan daya saing minyak akar wangi melalui

rantai pasok yang berkesinambungan dengan bobot sebesar 0,341. Hal ini

menunjukan bahwa penguatan aspek SDM merupakan hal terpenting yang

harus dilakukan pertama kali agar sistem rantai pasok yang ada bisa berjalan

secara efisisen.

Page 86: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

74

Tabel 23. Bobot faktor terhadap UG

Faktor Bobot Prioritas

Kualitas SDM0,341

1

Ketersediaan dan Kualitas

bahan Baku 0,2292

Potensi Pasar0,167

3

Modal0,138

4

GAP dan GMP0,125

5

b. Aktor

Tabel 24. menunjukan bobot aktor terhadap ultimate goal yaitu

meningkatkan daya saing minyak akar wangi melalui rantai pasok yang

berkesinambungan. Aktor koperasi/asosiasi petani penyuling merupakan aktor

utama yang mempengaruhi UG dengan bobot 0,313. Hal ini menunjukan

bahwa koperasi/asosiasi petani penyuling merupakan pihak yang harus paling

mendapat perhatian dalam sistem rantai pasok minyak akar wangi untuk

meningkatkan daya saing dan membangun sistem rantai pasok yang

berkesinambungan. Aktor kedua yang paling mempengaruhi setelah

koperasi/asosiasi petani penyuling yaitu pemerintah, karena pemerintah

merupakan pihak yang memiliki wewenanng paling besar, terutama untuk

membuat kebijakan dan program yang mendukung pengembangan industri

minyak akar wangi.

Tabel 24. Bobot aktor terhadap UG

Aktor Bobot Prioritas

Koperasi/Asosiasi Petani Penyuling 0,313

1

Pemerintah 0,2362

Lembaga Riset dan Perguruan Tinggi

0,2283

Eksportir 0,1334

Perbankan 0,0915

Page 87: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

75

c. Tujuan

Tabel 25. Menunjukan bobot tujuan terhadap ultimate goal yaitu

meningkatkan daya saing minyak akar wangi melalui rantai pasok yang

berkesinambungan. Keberlangsungan usaha merupakan tujuan utama yang

paling mempengaruhi UG dengan bobot 0,499. Hal ini menunjukan bahwa

tujuan utama peningkatan daya saing minyak akar wangi melalui rantai pasok

yang berkesinambungan yaitu untuk mempertahankan keberlangsungan

industri minyak akar wangi. Tujuan dengan prioritas ke dua adalah memenuhi

permintaan ekspor dengan bobot 0,279 dan tujuan dengan bobot terendah

adalah pemerataan pendapatan denganbobot 0,222.

Tabel 25. Bobot tujuan terhadap UG

Tujuan Bobot Prioritas

Keberlangsungan Usaha 0,4991

Memenuhi Permintaan Ekspor 0,2792

Pemerataan Pendapatan 0,2223

d. Alternatif Strategi

Tabel 26. Menunjukan bobot alternatif strategi terhadap UG yaitu

meningkatkan daya saing minyak akar wangi melalui rantai pasok yang

berkesinambungan. Peningkatan mutu minyak akar wangi merupakan alternatif

dengan prioritas pertama dengan bobot 0,285, diikuti oleh peningkatan kualitas

SDM pada prioritas kedua dengan besar bobot 0,189. Hal ini menunjukan

bahwa mutu minyak akar wangi merupakan prioritas utama dalam membangun

sistem rantai pasok yang berkesinambungan, sehingga peningkatan mutu

merupakan strategi dengan prioritas paling tinggi.

Page 88: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

76

Tabel 26. Bobot alternatif terhadap UG

Alternatif Strrategi Bobot Prioritas

Peningkatan mutu minyak akar

wangi 0,2851

Peningkatan kualitas SDM 0,1892

Penguatan aspek financial 0,1743

Peningkatan kemitraan diantara stakeholder

0,1384

Meningkatkan produktivitas akar wangi dengan peralatan dan teknologi baru

0,1235

Fasilitasi pemerintah 0,0876

4.10. Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, alternatif strategi

yang paling baik untuk diterapkan adalah peningkatan mutu minyak akar

wangi. Peningkatan mutu minyak akar wangi merupakan formulasi dari faktor

kelemahan yaitu sistem produksi yang masih belum berorientasi kepada mutu

dan faktor eksternal yaitu globalisasi perdagangan dunia dan munculnya negara

pesaing. Mutu yang rendah menjadikan harga jual minyak akar wangi di

tingkat pengumpul menjadi rendah, sehingga petani sulit mendapatkan

pendapatan yang lebih baik, oleh karena itu mutu merupakan hal yang harus

diperhatikan, ditambah lagi telah munculnya dengan adanya globalisasi dan

bermunculannya negara pesaing yang menjadi kompetitor Indonesia di pasar

internasional.

Kegitan kongkrit dari strategi ini adalah kegiatan penyuluhan dan

pembimbingan dari kelompok tani yang disokong oleh pemerintah agar pola

fikir petani berorientasi mutu, tidak hanya berorientasi pada pengembalian

modal saja. Pemerintah juga hendaknya mengagendakan kegiatan yang

mendukung peningkatan mutu minyak akar wangi seperti pelatihan GAP dan

GMP yang berkesinambungan. Hal ini dilakukan agar petani memahami

dengan baik manfaat dari penerapan GAP dan GMP dan menerapkan GAP dan

GMP secara benar dan konsisten. Pada akhirnya petani akan merasakan

Page 89: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

77

manfaatnya yaitu hasil panen yang bermutu dengan harga jual yang lebih

tinggi.

Agar pelaksanaan strategi berjalan dengan efektif dan efisien,

hendaknya dilakukan pola planning, organizing, actuating dan controlling

(POAC). Planning yaitu merencanakan rumusan strategi dengan baik sesuai

kebutuhan di lapanga, selanjutnya diikuti pengorganisasian yang baik. Siapa

saja pihak yang akan terlibat dalam strategi ini, kemudian strategi yang telah

direncanakan dilaksanakan. Dalam proses pelaksanaannya harus ada kegiatan

controlling untuk menjaga agar strategi yang dilaksanakan sesuai dengan

rencana yang telah disusun.

Rantai pasok minyak akar wangi dapat diperpendek dengan cara

melewati mata rantai pengumpul akar. Hal ini dilakukan agar petani bisa

langsung menjual minyak yang diperoleh kepada penyuling atau menyuling

sendiri akar yang telah ditanam kemudian dijual kepada pengumpul akar.

Pemotongan mata rantai pasok ini akan membantu menghilangkan pembelian

akar dengan sistem ijon yang sering dilakukan oleh pengumpul akar. Sistem

ijon ini adalah penyebab utama kenapa petani sulit mendapatkan pendapatan

yang lebih baik, sehingga pada akhirnya ketika sistem ijon dihapuskan akan

membantu meningkatkan kesejahteraan petani.

Page 90: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

78

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Rantai pasok minyak akar wangi meliputi petani akar wangi, pengumpul

akar minyak wangi, penyuling, pengumpul minyak akar wangi dan

eksportir. Aliran barang terjadi melalui beberapa cara, ada petani yang

langsung menjual hasil panennya kepada pengumpul akar, ada juga petani

yang melakukan penyulingan terlebih dahulu baru kemudian menjual

minyak hasil penyulingan kepada pengumpul minyak akar wangi. Minyak

akar wangi yang terkumpul di pengumpul minyak akan disalurkan ke

eksportir yang berada di Bogor dan Jakarta.

b. Analisis faktor internal dan eksternal (IFE dan EFE) menunjukan bahwa

faktor kekuatan yang paling dominan adalah potensi wilayah penanaman

masih cukup luas (0,917). Faktor kelemahan yang paling dominan adalah

sistem produksi belum rapi dimana integrasi seluruh elemen belum terjadi

secara optimal. Kontinuitas rendah dan margin keuntungan belum terbagi

secara merata. Kegiatan produksi masih belum berorientasi pada mutu.

Selain itu belum ada nilai tambah karena hanya mampu menghasilkan

minyak akar wangi kasar (0,300). Faktor peluang yang paling dominan

adalah permintan akan minyak akar wangi yang lebih besar dari pasokan

(0,830). Faktor ancaman yang paling dominan adalah tumbuhnya negara

pesaing yang mampu memproduksi tanaman penghasil minyak akar wangi

dengan produktivitas, mutu dan efisiensi yang lebih baik (0,822).

c. Rumusan alternatif strategi rantai pasok minyak akar wangi adalah

meningkatkan produktivitas akar wangi dengan peralatan dan teknologi

baru (0,123), penguatan aspek finansial (0,174), peningkatan mutu minyak

akar wangi (0,285), peningkatan kualitas SDM (0,189), peningkatan

kemitraan diantara stakeholder (0,138) dan fasilitasi pemerintah (0,087).

Alternatif strategi yang direkomendasikan untuk diterapkan adalah

peningkatan mutu minyak akar wangi. Kegiatan kongkritnya bisa berupa

penyuluhan oleh kelompok tani untuk merubah pola fikir petani menjadi

berorientasi mutu. Pemerintah hendaknya mengagendakan kegiatan yang

Page 91: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

79

mendukung peningkatan mutu minyak akar wangi seperti pelatihan GAP

dan GMP yang berkesinambungan.

2. Saran

a. Peningkatkan daya saing minyak akar wangi membutuhkan sistem rantai

pasok yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Semua petani mulai dari proses

budidaya, proses penyulingan harus mengikuti GAP dan GMP secara

sehingga kualitas dan kuantitas minyak akar wangi yang dihasilkan bisa di

tingkatkan secara maksimal. Namun dalam penerapan GAP dan GMP

dibutuhkan modal usaha yang cukup besar, ditambah lagi beberapa

permasalahn seperti penjual akar wangi hasil panen yang masih

menggunakkan sistem ijon yang mengakibatkan pemerataan pendapatan

diantara para pelaku rantai pasok yang rendah. Selain itu bisa melakukan

benchmarking terhadap pola penerapan GAP dan GMP di negara lain

penghasil minyak akar wangi seperti Haiti.

b. Permasalahan-permasalahan yang ada ini tidak bisa diselesaikan oleh

hanya satu pihak semata. Dibutuhkan kerjasama semua pihak baik yang

berkecimpung langsung dalam sistem rantai pasok seperti petani,

pengumpul, penyuling dan asosiasi petani penyuling maupun pihak yang

tidak berkecimpung secara tidak langsung dalam sistem rantai pasok,

seperti pemerintah, lembaga riset dan perguruan tinggi dan perbankan

untuk secara bersama-sama menyelesaikan permasalahan yang ada.

Penguatan kelembagaan seperti koperasi dan Dewan Atsiri Daerah/

Nasional merupakan salah satu alternatif yang bisa diterapkan.

c. Penelitian lanjutan dapat dilakukan untuk mengevaluasi efektivitas dari

strategi yang diterapkan, sehingga akan ada lebih banyak masukan untuk

menjadikan industri minyak akar wangi berkembang lebih baik.

Page 92: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

80

sDAFTAR PUSTAKA

Dinas Perkebunan Kabupaten Garut, Jawa Barat. 2011. Data Lahan Minyak Akar Wangi. Dinas Perkebunan Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Kopersi Kabupaten Garut, Jawa Barat. 2011. Data Produksi Minyak Akar Wangi. Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Kopersi Kabupaten Garut, Jawa Barat.

Anatan, L. dan Ellitan, L. 2008. Supply Chain Management, Teori dan Aplikasi. Bandung : Alfabeta.

Biro Pusat Statistik. 2009. Statistika Perdagangan Luar Negeri Indonesia. BPS. Jakarta

David, F. 2003. Strategic Management Concepts and Cases Ninth Edition. Prentice Hall, New Jersey.

Fewidarto, P.D. 1996. Proses Hirarki Analitik (Analytical Hierarchy Process). Materi Kursus Singkat Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Institut Pertanian Bogor.Bogor.

Heizer, J. dan B. Render. 2010. Manajemen Operasi. Salemba Empat, Jakarta.

Indrajit, R.E, Djokopranoto R. 2002. Konsep Manajemen Supply Chain. PT Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.

Kotler P dan K K L. 2007. Manajemen Pemasaran jilid 2. Indeks, Jakarta.

Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Keputusan Kriteria Majemuk. PT. Gramedia. Jakarta.

Marimin dan N. Magfiroh. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keptusan dalam Manajemen Rantai Pasok. IPB Press, Bogor.

Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard Sebagai Alat Perumusan Strategi. PT. Indeks, Jakarta.

Mulyati H, M.S. Rusli, Setiawan A. 2009. Rancang Bangun Sistem Manajemen Rantai Pasokan dan Risiko Minyak Akar Wangi Berbasis IKM di Indonesia Laporan Penelitian Hibah Bersaing. Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat IPB.

Porter, M.E. 1995. Strategi Bersaing. Erlangga, Jakarta.

Pujawan, I.N. 2005. Supply Chain Management. Guna Widya, Surabaya.

Rangkuti, F. 1997. Analisis SWOT: Teknik Membedah Kasus Bisnis. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.

Saaty, T. L. 1991. Proses Hirarki Analitik untuk Pengambilan Keputusan dalam Situasi yang Kompleks (Terjemahan). PT Pustaka Binaman Pressindo. Jakarta.

Siagian Y.M. 2005. Aplikasi Suplply Chain Management Dalam Dunia Bisnis. Grasindo, Jakarta.

Siagian. 2004. Strategi Memenangkan Persaingan. Bina Rupa Aksara, Jakarta.

Page 93: ANALISIS RUMUSAN STRATEGI RANTAI PASOKAN MINYAK

81

Tutuarima, T. 2009. Rekayasa Proses Penyulingan Minyak Akar Wangi Dengan Peningkatan Tekanan Dan Laju Uap Bertahap. TesisPascasarjana IPB.

Umar, H. 2008. Management Strategic in Action. PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.