efisiensi perkotaan dan pola rantai pasokan di pasar
TRANSCRIPT
429
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN
DI PASAR JALANAN TRADISIONAL
(Studi Pada Pasar Terong di Kota Makassar)
Oleh
Syahril Idris 1) dan Syamsuddin Mustafa 2)
Email: [email protected]
Dosen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bosowa
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kecenderungan dijalan
terong sebagai aktifitas perdagangan pasar jalanan tradisionaldan untuk mengetahui
pola rantai pasokan (Supply Chain) khususnya antara pemasok, pedagang tradisional
dan pembeli di Pasar Terong Kota Makassar yang selama ini berlangsung serta untuk
mengetahuipola rantai pasokan tetap mendukung terjadinya efisiensi perkotaan.
Penelitian ini menggunakan analisis data secara induktif yang berarti proses
pengambil suatu kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus menjadi kesimpulan yang
bersifat umum, analisis ini juga digunakan untuk memperoleh gambaran secara
mendalam dan obyektif mengenai pola rantai pasokan (supply chain). Tujuan
penggunaan analisis ini adalah untuk menggambarkan proses suatu keadaan yang
sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan mengetahui sebab-sebab dari
suatu gejala tertentu.
Hasil analisis ini disajikan dalam bentuk kata-kata tertulis yang sederhana
berdasarkan informasi yang ada untuk menggambarkan keadaan pasar dan aliran pola
rantai pasokan barang.
Kata kunci : Efisiensi dan Pola Rantai PasokanPasar Jalanan Tradisional.
ABSTRACT
This study aims to determine how the road inclination eggplant as traditional street
market trading activity and to determine the pattern of the supply chain (Supply Chain),
especially among suppliers, traditional traders and buyers in Makassar City Eggplant
Market that is held as well as to determine the pattern of supply chain remains
supportive the urban efficiency.
This study uses inductive data analysis means the process of making a conclusion of the
things that are special into a general conclusion, this analysis was also used to obtain
in-depth and objective picture of the pattern of the supply chain (supply chain). The
purpose of this analysis is use to describe the process of a state that while running at
the time the research is done and determine the causes of a particular symptom.
The results of this analysis are presented in the form of written words are simple based
on the information available to describe the state of the market and the flow pattern of
the supply chain of goods.
Keywords: Supply Chain Efficiency and Pattern Traditional Market Streets.
430
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
A. PENDAHULUAN
Pengembangan kota apabila dilihat
dalam konteks yang luas dapat
memberikan manfaat yang baik dan hal –
hal yang positf baik dari segi sosial,
ekonomi maupun politik.Kegiatan
ekonomi yang semakin kuat pada suatu
bagian kota cenderung akan merubah
bentukan kota yang ada. Hal ini
disebabkan karena sebagai pelaku
kegiatan ekonomi, orang cenderung
memilih area yang strategis.
Perkembangan Pasar Terong yang
merupakan salah pasar yang terbesar di
Kota Makassar yang berada di bagian
pusat kota yang merupakan kawasan
perdagangan dengan layanan skala lokal
dan regional ini disebabkan faktor
penunjang keberadaan lokasi tersebut,
antara lain kedekatan (proximity),
kemudahan (accessibility), ketersediaan
(availability) dan faktor kenyamanan
(amenity), selain itu ditentukan pula oleh
meningkatnya jumlah penduduk disekitar
kawasan serta peningkatan pendapatan
perkapita masyarakat dan adanya fasilitas-
fasilitas yang menunjang kawasan
tersebut.Pasar ini, sebelum mengalami
revitalisasi tahap satu di era pemerintahan
Daeng Patompo pada tahun 1972
menyusul tahap kedua di masa Malik B.
Masri tahun 1994 adalah pasar rakyat.
Pasar ini didirikan secara alamiah oleh
masyarakat berdasarkan kebutuhan
masyarakat setempat yang mulai ramai di
awal tahun 1950-an.
Salah satu faktor pendorong (push
factor) terjadinya migrasi dari desa adalah
maraknya aksi gerombolan Qahhar
Mudzakkar di desa dan daya tarik (pull
factor) kota yang menyediakan lapangan
kerja yang mudah. Contoh lain seperti
pasar Cidu, yang hingga kini masih masih
berfungsi sebagai area jual-beli bagi
komunitas kampung Tabaringan dan
sekitarnya jauh sebelum tahun1950.
Fungsi dasarnya tidak pernah terganggu,
walau pada persoalan kebersihan dan
drainase yang buruk tetap masih menjadi
kelemahan pasar ini yang seharusnya
diperhatikan oleh pemerintah. Pasar Cidu,
bila dibentangkan hanya memiliki panjang
kurang lebih seratus meter dengan bentuk
huruf ‘L’. Selalu ramai sejak pukul 06.00
hingga pukul 12.00 siang dan akan
berlanjut di jalan Tinumbu pada sore
harinya khususnya bagi pembeli yang
melintas sepulang kerja dari pelabuhan
atau area industri di sekitarnya.
Perkembangan Pasar Terong diduga
menjadi pemicu tumbuhnya aktivitas
perdagangan yang diikuti dengan
perubahan fungsi bangunan di sepanjang
jalan ditengah pasar. Hal ini dikuatkan
pula dengan tumbuhnya pasar tumpah
yang menempati ruas jalan bahkan
431
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
kendaraan kesulitan untuk melewati Jalan
Terong yang menghubungkan antara Jalan
Gunung Bawakaraeng dengan Jalan
Mesjid Raya.
Bahkan beberapa ruas jalan di
sekitar jalan tersebut dipergunakan untuk
perluasan areal perdagangan, antara lain
Jalan Gunung Bawakaraeng dan Jalan
Mesjid Raya. Kondisi lalu lintas di daerah
Pasar Terong sering terjadi kemacetan
khususnya pada jam-jam terpadat pasar
pada Jalan Mesjid Raya dan Jalan Gunung
Bawakaraeng.
Terjadinya perubahan fungsi jalan
sebagai jalan penghubung sekitar kawasan
Pasar Terong sebagai kawasan pasar
berubah menjadi kawasan aktifitas
pedagang yakni Pasar Jalan Tradisional
dan dipengaruhi oleh adanya
perkembangan kebutuhan masyarakat
serta pertambahan jumlah Pedagang
termasuk pedangang kaki Lima (PKL).
Namun dalam hal ini perlu diteliti
kemungkinan perubahan tersebut
dipengaruhi oleh perkembangan fasilitas
bangunan perdagangan (Pasar Terong)
yang menjadi pusat perdagangan di Kota
Makassar.
1. Tujuan
Tujuan penelitian adalah
teridentifikasi masalah-masalah sehinggah
dapat mengetahui bagaimana
kecenderungan dijalan terong sebagai
aktifitas perdagangan pasar jalanan
tradisional.
2. Manfaat Penelitian
a. Penelitian ini dapat menjadi acuan
atau wadah bagi masyarakat sebagai
informasi bagi para penentu kebijakan
dalam hal penataan pasar khususnya
perencanaan Pasar Terong di Kota
Makassar sebagai pasar yang
mempunyai aktifitas yang tinggi. Hal
ini dimaksudkan agar perkembangan
pasar dapat ditangani secara baik
sehingga tercipta pasar sebagai
tempat perdagangan yang lebih
dinamis dan teratur.
b. Terhadap ilmu pengetahuan terutama
dalam hal perencanaan pasar,
memberikan masukan secara teoritis
berkaitan dengan keberadaan pasar
dan aktifitas pemasok, penyalur,
pembeli dan pedagang pasar
tradisional.
3. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk memperjelas arah dari
rumusan masalah yang telah dikemukakan
di atas adapun lingkup batasan dalam
penelitian ini hanya difokuskan pada salah
satu mata rantai pasokan yang merupakan
bagian dari pola rantai pasokan yang
terjadi disalah satu kabupaten yaitu pola
rantai pasokan yang terjadi dari
Kabupaten Gowa Kecamatan Tompubulu
Kelurahan Malakaji ke Kota Makassar
432
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
sebagai tempat tujuan pasokan barang ke
pedagang Pasar Terong.
B. TINJAUAN PUSTAKA
1. Efisien Perkotaan
Efisiensi menurut Hasibuan
(1984;233-4) yang mengutip pernyataan
H. Emerson adalah “Efisiensi adalah
perbandingan yang terbaik antara input
(masukan) dan output (hasil antara
keuntungan dengan sumber-sumber yang
dipergunakan), seperti halnya juga hasil
optimal yang dicapai dengan penggunaan
sumber yang terbatas. Dengan kata lain
hubungan antara apa yang telah
diselesaikan.
Efisiensi perkotaan adalah ketepatan
cara (usaha, kerja) dalam menjalankan
sesuatu (dengan tidak membuang waktu,
tenaga, biaya); kedayagunaan; ketepat
gunaan dan kemampuan menjalankan
tugas dengan baik dan tepat pada areal
yang memiliki suasana penghidupan dan
kehidupan modern. Fenomena yang
terjadi di Pasar Terong dengan efisiensi
perkotaan adalah dimana para pemasok
dalam mendistribusikan kepada para
pedangang tidak mengeluarkan banyak
biayanya karena jarak yang terjadi antara
pemasok dan pedagang sangat dekat.
2. Konsep Penghematan Skala
Menurut Chopra and Meindl
(2007:20), rantai pasok memiliki sifat
yang dinamis namun melibatkan tiga
aliran yang konstan, yaitu aliran
informasi, produk dan uang.Disamping
itu, Chopra and Meindl juga menjelaskan
bahwa tujuan utama dari setiap rantai
pasok adalah untuk memenuhi kebutuhan
konsumen dan menghasilkan keuntungan.
Pasar Terong terdapat fenomena dalam
Konsep Manajemen Rantai Pasok atau
Supply Chain yang terjadi di Pasar Terong
yaitu bukan pada manajemennya akan
tetapi pola yang terjadi pada Pasar Terong
dimana rantai pasokan ke pedagang dan
ke pembeli telah terjadi efisiensi dalam
hal biaya sehingga dalam prosesnya
terjadi efisiensi perkotaan.
Dalam lingkup perkotaan
penghematan skala berarti penghematan
waktu dan energi untuk melakukan
produksi – produksi barang dan jasa
perkotaan. Semakin hemat waktu dan
energi yang diperlukan dalam melakukan
produksi - produksi tersebut , maka
produktifitas perkotaan menjadi efisien.
penghematan skala yang dikemukakan
oleh Mills dan mengambil contoh toko
besar dengan keragaman barang – barang
konsumen maka Pasar Terong juga
demikian dimana pemasok dari berbagai
daerah datang ke Pasar Terong untuk
memasok barangnya dengan berbagai
macam barang konsumen yang kemudian
para pedagan menjual berbagai barang
sehingga pembeli tidak lagi kemana –
433
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
mana apabila ingin mencari barang
keinginannya karena diPasar Terong
sudah tersedia, sehngga terjadi
penghematan skala yang secara tidak
langsung telah terjadi efisiensi perkotaan
wlaupun dalam skala yang lebih kecil
akan tetapi memberi konstribusi dalam hal
efisiensi perkotaan.
3. Teori Rantai Pasokan (Supply
Chain)
a. Teori Marshall
Salah satu teori ekonomi skala
adalah teori yang dikemukakan oleh
Marshall yang dikenal dengan Teori
Marshall. Adapun yang dikemukakan oleh
Marshall adalah dengan mendefinisikan
penghematan skala eksternal (external
scale economies) sebagai biaya yang
dapat di hemat oleh perusahaan karena
ukuran atau pertumbuhan output dalam
industri yang bersangkutan secara umum.
Melihat teori Mashall yang
mengatakan bahwa salah satu teori
ekonomi skala adalah dengan
mendefinisikan penghematan skala
eksternal sebagai biaya yang dapat di
hemat oleh perusahaan karena ukuran atau
pertumbuhan output dalam industri yang
bersangkutan secara umum, maka Pasar
Terong dapat dikatakan sebagai lokasi
penelitian yang tepat dengan teori
marshall sebagai jawaban empiris, hal ini
karena pola pergerakan yang terjadi di
Pasar Terong menggambarkan keadaan
seperti yng dikatakan oleh teori Marshall
dalam hal penghematan skala. Dimana
dalam hal pendistribusian barang – barang
ke para pedagang terjadi pola rantai
pasokan.
b. Teori Lokasi dan Ekonomi Spasial
Teori Lokasi menjadi sangat penting
karena dalam menganalisis pemilihan
lokasi kegiatan ekonomi agar
mendapatkan lokasi kegiatan ekonomi
yang tepat dan memberikan penghematan
yang cukup besar dan hal biaya angkut
atau transfortasi dan biaya produksi
sehingga mendorong terjadinya efisiensi
baik dalam bidang produksi maupun
pemasaran.
Demikian pula dengan Pasar Terong
yang letaknya sangat strategis yaitu
berada di dua jalan utama di Kota
Makassar yaitu Jalan Gunung
Bawakaraeng dengan Jalan Mesjid Raya.
Hal tersebut memudahkan para pemasok
barang ke Pasar Terong untuk
menurungkan barang dan memasok ke
para pedagang dengan cara para pedagang
yang datang mengambil barang di
pamasok. Dengan demikian maka harga
angkut barang dari lokasi pengambilan
barang yaitu pemasok ke para pedagang
Pasar Terong dapat lebih murah.
c. Teori Ruang
434
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
Menurut Henry Lefebvre ruang
adalah ruang yang “tidak nyata” mereka
kaum miskin yang tergusur oleh adanya
dominasi ruang maka ditempat yang baru
mereka membentuk sendiri ruang yang
tidak teratur tampa mereka sadari. Ruang
yang terbentuk bukan hasil perencana kota
atau arsitek akan tetapi ruang tersebut
terbentuk tampa disengaja sehingga dapat
dikatakan ruang “tidak nyata” karena
bukan hasil perencana kota yang didesain
sejak semula.
Demikian pula dengan Pasar Terong
yang didesain berdsarkan perencanaan
arsitek yang membentuk ruang sehingga
menjadi pasar modern yang permanen,
tetapi dalam perencanaannya para
perencana tidak dapat mengakomodasi
dan memahami keinginan para pedagang
sehingga lambat laun para pedagang
meninggalkan pasar yang permanen untuk
keluar disekitar pasar yaitu sepanjang
Jalan Terong untuk menjual maka
terbentuklah ruang yang tidak
direncanakan sebelumnya.
4. Pasar Tradisional Dan Pasar
Tradisional Jalanan
Pasar tradisional merupakan tempat
bertemunya penjual dan pembeli serta
ditandai dengan adanya transaksi penjual
pembeli secara langsung dan biasanya ada
proses tawar-menawar, bangunan
biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai,
los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh
penjual maupun suatu pengelola pasar.
Pasar seperti ini masih banyak ditemukan
di Indonesia, untuk pasar di kota
Makassar pada umumnya terletak dekat
kawasan perumahan agar memudahkan
pembeli untuk mencapai pasar. Beberapa
pasar tradisional yang "legendaris" antara
lain adalah pasar Terong, pasar Cidu,
pasar Kalimbu.
Pasar Tradisional jalan merupakan
pasar yang memiliki keunggulan bersaing
alamiah yang tidak dimiliki secara
langsung oleh pasar lainnya. Lokasi yang
strategis, area penjualan yang luas,
keragaman barang yang lengkap, harga
yang rendah, sistem tawar menawar yang
menunjukkan keakraban antara penjual
dan pembeli merupakan keunggulan yang
dimiliki oleh pasar tradisional.
C. GAMBARAN UMUM LOKASI
1. Kondisi Geografi
Letak administrasi Pasar terong
berada di Kelurahan Tompo Balang
Kecamatan Bontoala.Letak geografis
Pasar Terong di Kelurahan Tompo Balang
antara 5008’04,34”S dan 119025’20,09”
E. Sedangkan kelurahan Tompo Balang
dan berbatasan dengan
- Sebelah utara berbatasan dengan
Kelurahan Kalukuang
- Sebelah selatan berbatasan dengan
Kelurahan Maccini Gusung
435
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
- Sebelah barat berbatasan dengan
Kelurahan Wajo Baru
- Sebelah timur berbatasan dengan
Kelurahan Malimongan Baru
2. Kondisi Penduduk
Perkembangan penduduk
menunjukkan jumlah penduduk laki laki
1.408 jiwa dan perempuan 1.482 jiwa.
Tabel1.Perkembangan Jumlah Penduduk
Dirinci Berdasarkan JenisnyaTahun 2013
N
o Tahun
Jenis Kelamin (jiwa)
Laki-laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
1 2013 1.408 1.482
2 2012 1.319 1.279
3 Presentase
perkembangan 6,3 % 13,6 %
Sumber :Kantor Kelurahan Tompo
Balang, 2015
Jumlah angkatan kerja di Kelurahan
Tompo Balang pada tahun 2012 sebanyak
2.203 jiwa. Dengan demikian untuk
jumlah angkatan kerja yang paling tinggi
adalah jumlah penduduk yang berusia 18-
56 tahun dan yang paling rendah jumlah
angkatan kerja adalah jumlah penduduk
yang berusia 18-56 tahun.
Tabel 2. Banyaknya Angkatan Kerja Dirinci Berdasarkan JenisnyaTahun 2013
No Jumlah Angkatan Kerja Total
1 Jumlah angkatan kerja (usia 18-56 tahun) 1.026 (jiwa)
2 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang masi sekolah dan tidak
bekerja 184 (jiwa)
3 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang menjadi Iburumah
tangga 223 (jiwa)
4 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja penuh 627 (jiwa)
5 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja tidak tentu 143 (jiwa)
6 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan tidak bekerja -
7 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan bekerja -
Sumber :Kantor Kelurahan Tompo Balang, 2015
Tenaga kerja dalam suatu perkotaan
merupakan pendorong tumbuhnya
aktivitas berkembang, sehingga perlu
penyediaan lapangan kerja yang cukup
bagi penduduk yang mencari pekerjaan
untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Berdasarkan hasil penilitian menunjukkan
bahwa jumlah mata pencarian pokok pada
tahun 2012 secara keseluruhan di
Kelurahan Tompo Balang sebanyak 1.653
jiwa, yang diantaranya mata pencarian
pokok paling tinggi adalah pedangan
dengan jumlah 1.460 jiwa dan yang paling
436
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
terendah mata pencariannya adalah
Penjahit
Tabel 3. Banyaknya Mata Pencarian
Pokok Dirinci Berdasarkan
Jenis Pekerjaan Tahun 2013
No Jenis Pekerjaan
Laki-
laki
(jiwa)
Perempuan
(jiwa)
1 Petani - - 2 Buruh tani - - 3 Buru migran
perempuan - -
4 Tukang dan buruh 95 12 5 Pegawai Negeri
Sipil 26 45
6 Pengrajin Industri rumah tangga
- -
7 Pedagang 835 625 8 Penjahit 2 1 9
10 11 12 13 14 15 16 17 18
Bidan swasta Perawat swasta Pembantu rumah tangga TNI POLRI Pensiunan PNS/TNI/POLRI Pengusaha kecil dan menengah Pengacara NotarisKaryawan Perusahaan Swasta
- - - - - - - - - 8
- - - - - - - - - 4
Jumlah Total Penduduk 323
Sumber :Kantor Kelurahan Tompo
Balang, 2013
Tabel 4. Banyaknya Usaha Perdagangan
Dan Jasa Dirinci Menurut
JenisnyaTahun 2015
No
Usaha
perdagangan
dan Jasa
Jumlah
(unit)
Jenis
produk yg
diperdagan
gkan
umum,sayu
ran,barang
dan jasa,
Jumlahten
aga kerja
1
Pasar Hasil
Bumi/
Tradisional/Hari
an
1 Umum 63 orang
2 Paasar
Mingguan - - -
3 Pasar Bulanan - - -
4 Pasar Khusus
(mis.PsrTernak,) - - -
5 Toko/Kios 46 Umum 25 orang
Sumber :Kantor Kelurahan Tompo Balang, 2015
3. Gambaran Lokasi Penelitian dan
Karakteristik Pedagang Pasar
TradisionalPasar Terong
a. Kondisi Pasar Terong Pada Malam
Hari
Pasar Terong terletak di Jalan
Terong yang menhubungkan antara Jalan
Gunung Bawakaraeng dengan Jalan
Mesjid Raya. Di sepanjang bahu dan
badan Jalan Terong terlihat para
pedagang pasar jalanan atau biasa dikenal
pedagang kaki lima. Letak Jalan Terong
inilah yang menjadi lokasi penelitian.
Jalan Terong merupakan jalan yang
berbatasan antara dua kelurahan yaitu
Kelurahan Wajo Baru dan Kelurahan
Tompo Balang. Jika masuk dari Jalan
Bawakaraeng maka Jalan Terong sisi
kanan atau sebelah barat merupakan
Kelurahan Wajo Baru sedangkan sisi
sebelah kiri merupakan Kelurahan Tompo
Balang. Aktifitas di Pasar Terong dimulai
jam 23.00 malam dimana para pemasok
barang untuk Pasar Terong sudah mulai
berdatangan. Puncak aktifitas pemasok di
Pasar Terong antara pukul 02.00 sampai
pukul 04.00
Gambar 1. Aktiitas Para Pemasok Pasar
Terong Di Malam Hari
437
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
b. Kondisi Pasar Terong Pada Pagi Hari
Transaksi antara penjual dan
pembeli mulai terjadi aktifitas pukul 05.00
akan tetapi puncak aktifitas terjadi antara
penjual dan pembeli yakni pukul 06.00
sampai dengan pukul 09.00 pagi.
Berdasarkan hasil pengamatan terhadap
kondisi eksisting pada lokasi penelitian
maka hasil pengamatan pada lapangan
yaitu pada pagi hari di sekitar lokasi
Pasar Terong yang terletak di sepanjang
Jalan Terong maka terlihat tingginya
aktivitas masyarakat yang berdatangan
untuk berbelanja kebutuhannya.
Hasil pengamatan pada pagi hari
tersebut dapat terlihat kemacetan terjadi di
sekitar Pasar Terong Ini disebabkan oleh
tidak adanya lahan parkir yang tersedia,
sehingga para pembeli dengan
sewenangnya memarkir kendaraannya
dengan mengambil sebagian badan jalan,
baik itu di Jalan Gunung Bawakaraeng
maupun di Jalan Mesjid Raya, maka ruas
jalan semakin sempit untuk dilalui para
pengguna jalan. Demikian pula dengan
Jalan Terong para pembeli berhenti
smabil berbelanja karena tidak tersedianya
lahan parkir.
Gambar 2. Aktifitas Pasar Terong Di Pagi
Hari
c. Kondisi Pasar Terong Di Siang Hari
Kondisi Pasar Terong pada malam
hari dan pagi hari serta siang hari
sangatlah berbeda. Untuk siang hari
tingkat aktivitas masyarakat di sekitar
Pasar Terong sudah mulai sepi berbeda
pagi hari. Berdasarkan kondisi eksisting
pada pagi hari terlihat kepadatan
pengunjung untuk berbelanja sangat
tinggi. Bahkan kendaraan roda empat
tidak dapat melewati jalan tersebut yang
dapat lewat hanya kendaraan roda dua
yaitu motor dan becak roda tiga sehingga
kemacetan tidak dapat dihindari, hal ini di
karenakan para pembeli selain yang
berjalan kaki juga yang berkendaraan
motor berhenti karena ingin berbelanja.
Namun lain halnya kondisi kegiatan
masyrakat di Pasar Terong pada siang
hari, terlihat kurangnya aktivitas jual beli
dan pemilik kios/lapak terlihat
beristirahat tetapi tidak tutup, keadaan ini
berlangsung hingga sore hari.
Gambar 3. Aktifitas Pasar Terong Di
Siang Hari
Dengan kondisi demikian yaitu pada
siang hari sepi dari pembeli membuat
438
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
aktivitas masyarakat di sekitar pasar
terong agak sepi dalam melakukan
aktifitasnya, begitupun para pengguna
jalan yang tidak mengalami kemacetan di
sepanjang Jalan Terong karena kurangnya
kendaraan yang melalui jalan tersebut.
Aktifitas pasar mulai ramai kembali pada
pukul 16.00 sampi dengan pukul 18.00
akan tetapi kondisinya tidak sebanyak di
pagi hari. Melihat kondisi existing
dilokasi penelitian yaitu kondisi jalan
rusak yaitu sepanjang Jalan Terong
merupakan salah satu kondisi yang
membuat kemacetan maka sebaiknya
pemerintah memperbaiki infrastuktur baik
itu jalan maupun dranase agar para
pedagang dapat di tata lebih rapi dan lebih
bersih sehingga penataan pedagang pasar
jalanan tradisional dilaksanakan tampa
harus menggusur para pedagang yang
memiliki tempat dengan memakai badan
jalan, sehingga kemacetan disekitar Jalan
Terong tidak terjadi.
d. Karakteristik Pedagang
Pedagang pasar tradisional yang ada
di pasar terong adalah pedagang dengan
beragam suku, agama, pendidikan dan
latar balakang lainnya. Dengan beragam
karakteristik maka perlu diketahui
seberapa banyak keragaman para
pedagang pasar tradisional yang ada di
Pasar Terong
Tabel 5. Karateristik Suku Pedagang
Pasar Jalanan tradisional Pasar
Terong
Suku Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Bugis
Makassar
Mandar
Toraja
17
9
2
-
60,72
32,14
7,14
Jumlah 28 100,00
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015
Data tabel 5 diatas maka dapat
diketahui bahwa para pedagang yang ada
di Pasar Terong dengan latar belakang
berbagai suku maka diketahui suku bugis
dengan persentase 60,72%, sedangkan
suku makassar 32,14% dan suku mandar
sebanyak 7,14%. Dengan demikian maka
dapat dikatakan bahwa para pedagang
didominasi oleh suku bugis.
Sedangkan untuk karakteristik dari
agama adalah dengan melihat tabel
sebagai berikut:
Tabel 6. Karateristik Agama Pedagang
Pasar Jalanan tradisional Pasar
Terong
Agama Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Islam
Kristen
Hindu
Budha
28
-
-
-
100
-
-
-
Jumlah 28 100,00
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015
Tabel 6 diatas maka dapat diketahui
bahwa para pedagang yang berjualan di
Pasar Terong secara keseluruhan
beragama islam. Tidak tetutup adanya
pedagang yang beragama lain tetapi hasil
penelitian menunjukkan bahwa para
439
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
pedagang didominasi oleh beragama
islam.
Untuk tingkat pendidikan para
pedagang yang ada di Pasar Terong maka
dapat dilihat tabel sebagai berikut :
Tabel 7. Karateristik Pendidikan
Pedagang Pasar Jalanan tradisional
Tingkat
Pendidikan
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
SD
SMP
SMA
S1 / D3
2
3
19
4
7,14
10,72
67,86
14,28
Jumlah 28 100,00
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015
Data tabel 7 diatas maka dapat
diketahui bahwa untuk latar belakang
tingkat pendidikan para pedagang yang
ada di padar terong adalah untuk tingkat
Sekolah Dasar (SD) sebanyak 7,14%,
sedangkan untuk tingkat Sekolah
Menengah Pertama (SMP) adalah
10,72%. Untuk tingkat Sekolah menengah
Atas (SMA) adalah 67,86% dan Untuk
tingkat pendidikan Diploma (D3)dan
sarjana strata satu (S1) adalah 14,28%.
Dengan melihat persentase dari tingkat
pendidikan tersebut maka dapat dikatakan
bahwa para pedagang Pasar Terong
didominasi oleh pedagang yang tingkat
pendidikannya berlatar belakang SMA.
Selain karakteristik suku, agama dan
tingkat pendidikan ada juga karakteristik
umur para pedagang untuk mengetahui
seberapa banyak pedagang dengan usia
produktif yang berjualan di Pasar Terong.
Untuk lebih jelas lihat tabel berikut ini :
Tabel 8. Karakteristik Umur Pedagang
Pasar Jalanan tradisional Pasar
Terong
Umur Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
15-25
26-35
36-45
46-55
> 55
2
8
11
5
2
7,14
28,57
39,29
17,86
7,14
Jumlah 28 100,00
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015
Dengan melihat tabel diatas maka
dapat diketahui bahwa umur para
pedagang yang berjualan diPasar Terong
adalah pedagang yang berumur 15-25
tahun sebanyak 7,14%, untuk pedagang
yang berumur 26-35 tahun sebanyak
28,57%, pedagang yang berumur 36-45
tahun sebanyak 39.29%, sedangkan
pedagang yang berumur 46-55 tahun
adalah 17,86%, adapun yang berumur
lebih dari 55 tahun sebanyak 7,14%.
Dengan melihat persentase maka dapat
diketahui bahwa para pedagang yang
berjualan di Pasar Terong didominasi
pedagang yang berumur 36-45 tahun.
e. Kondisi Pedagang
Kondisi para pedangan yang ada di
pasar terong saat ini sangat tidak teratur
dimana para pedangan sudah memakai
badan jalan yang
440
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
Gambar 4. Kondisi Tempat Jualan
Terlalu jauh keluar dari bahu jalan
sehingga para pengguna jalan baik yang
berbelanja berkendaraan motor maupun
yang berjalan kaki terlebih lagi mobil
sudah tidak memungkinkan berjalan
lancar. Melihat kondisi tersebut maka
perlu adanya penataan yang lebih baik.
f. Kondisi Pemasok
Pemasok barang-barang yang ada di
pasar terong hampir semuanya beraktifitas
di malam hari hal ini dilakukan karena
pada siang hari pasar terong sangatlah
tidak memungkinkan untuk memasok
barang kepada para pedagang karena
kondisi pada pagi hari dan siang hari
sangatlah ramai.
Gambar 5. Kondisi Jalan Di Pasar Terong
pada Saat Pagi Hari
Selain ramai dengan pembeli lahan
tempat parkir untuk kendaraan para
pemasok juga tidak ada. Para pemasok
melakukan pembongkaran barang di pasar
terong di waktu malam tepat didepan
lapak-lapak atau warung para pedagang
sehingga memudahkan para pemasok
untuk mendistribusikan barang yang akan
diberikan kepada pedagang.
Gambar 6. Pemasok Dan Pedagang datang
Mengambil Barang
D. PEMBAHASAN
1. Analisis Kondisi Pasar Terong Pada
Malam Hari Kaitannya Dengan
Para Pemasok Barang.
Kondisi pasar terong sebagai pasar
jalanan tradisional yaitu para pedagang
yang berada pada bahu jalan pada jalan
terong sebagai jalan penghubung antara
Jalan Gunung Bawakaraeng dengan Jalan
Mesjid Raya.
Pasar Terong pada malam hari
terlihat sepi karena para pedagang yang
berjualan sudah tutup. Para pedagang
tersebut hanya berjualan sampai sampai
sore hari yaitu pukul 18.00, sehingga
pasar terong pada malam hari terlihat sepi.
Setelah pukul 21.00 maka pasar terong
mulai terlihat beberapa pemasok barang
seperti sayur mayur dan beberapa
441
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
kebutuhan lainnya dari beberapa daerah
kabupaten membongkar barang
bawaannya untuk diberikan ke para
pedagang yang akan menjual.
Para pemasok sewaktu membongkar
barang bawaannya di jalan terong para
pemasok hanya memarkir kendaraannya
tidak teratur ini disebabkan karena lapak-
lapak milik para pedagang terlalu keluar
dari bahu jalan dan berserakan di bahu
jalan sehingga para pemasok lainnya
terkadang terhalangi untuk jalan,
ditambah lagi bongkaran barang para
pemasok terkadang menutupi jalan.
Dengan demikian maka perlunya penataan
lapak – lapak yang lebih teratur, baik
sewktu berjualan maupun setelah
berjualan dengan merapikan lapak-lapak
mereka agar para pemasok yang datang
pada malam hari tidak terhalangi untuk
memasok barang bawaanya.
Dengan demikian maka pasokan
barang yang datang dimalam hari mulai
pukul 21.00 sampai pukul 5.00 dini hari
dapat berjalan lancar sehingga dapat
tercaoai efisiensi waktu dalam hal
memasok barang.
2. Analisis Kondisi Pasar Terong Pada
Pagi Hari Kaitannya Dengan Para
Pedagang dan Pembeli.
Pada pagi hari pasar terong tidak
seperti pada malam hari. Kondisi pasar
terong pada pagi hari sangatlah ramai hal
ini disebabkan oleh para pedagang dan
pembeli saling berinteraksi dalam hal
transaksi sesuai dengan kebutuhan
pembeli. Dengan banyaknya pembeli
mengakibatkan banyaknya transaksi yang
menyebabkan kemacetan, hal ini
diakibatkan oleh adanya beberapa pembeli
yang menggunakan kendaraan roda dua
tampa turun dari kendaraan mereka
membeli kebutuhannya sehingga pasar
tersebut sangat padat. Jalan terong sebagai
tempat pasar jalanan tradisional
merupakan jalan satu jalur yang mana
kendaraan masuk dari jalan gunung
bawakaraeng sampai jalan mesjid raya.
Hal yang menimbulkan kemacetan
adalah adanya beberapa kendaraan roda
dua maupun roda empat milik pedangan
setempat yang datang dari jalan mesjid
raya sehingga menimbulkan kemacetan.
Dengan adanya kemacetan tersebut maka
barang-barang para pedagang yang
mereka ambil dari pemasok mengalami
keterlambatan penjualan dan pembeli juga
mengalami ketidakyamanan dalam
berbelanja, dengan demikian maka
efisiensi waktu tidak tercapai.
Dengan melihat persoalan diatas
maka sebaiknya paara pedangan juga
ditata ulang untuk lebih teratur dan para
pengguna kendaraan baik roda dua
maupun roda empat agar lebih dipertegas
mengenai penggunaan jalan satu jalur,
442
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
dengan demikian maka barang –barang
para pedagang dapat lebih cepat terjual
dan kenyamanan para pembeli dapat
tercapai seperti waktu yang diluangkan
untuk membeli dapat lebih cepat sehingga
efisiensi waktu dapat tercapai.
3. Analisis Pemasok Terhadap
Pedagang Sekitar Pasar.
Lingkungan pasar adalah tempat
dimana para pemasok memasukkan
barangnya ke pada para pedagang untuk
di perjual belikan. Lingkungan pasar
terong dari para pelaku yaitu pemasok,
pedagang dan pembeli dimana mereka
berinteraksi satu sama lainnya untuk
bertransaksi. Dengan mengetahui
lingkungan pasar maka pemasok dapat
mengetahui dan memenuhi kebutuhan
pedagang tampa harus menaikkan harga.
Lingkungan pasar terong dibedakan
menjadi dua yaitu lingkungan pemasok
pada malam hari dan lingkungan
pedagang dan pembeli pada pagi hari.
Lingkungan pemasok pada malam hari
adalah para pemasok memasukkan
barangnnya kepada pedagang, hal ini
dilakukan pada malam hari karena waktu
terjadi pada proses supply chain atau pola
pasokan yang terjadi selama ini
merupakan situasi yang tidak dapat
dihindari karena prosesnya mulai dari
petani sampai ke pemasok kemudian
pemasok sampai ke pasar sudah tidak
dapat dihindari. Sedangkan lingkungan
pedagang dan pembeli pada pagi hari
adalah lingkungan yang sangat pesat hal
ini terjadi karena pedagang dan pembeli
sudah saling berinteraksi untuk
melakukan transaksi jual beli barang-
barang yang telah dipasok ke pedagang
oleh pemasok di malam harinya.
4. Analisis Pemasok Terhadap
Bangunan Permanen Pasar
Yang Ada di Jalan Terong.
Pasar terong ini didirikan secara
alamiah oleh masyarakat sekitar jalan
terong berdasarkan kebutuhan masyarakat
setempat yang mulai ramai di awal tahun
1950-an. Beberapa tahun kemudian pasar
ini mengalami perubahan yaitu
pemerintah daerah kota makassar
merevitalisasi pasar tersebut agar
kondisinya lebih baik. Revitalisasi pasar
tersebut merupakan revitalisasi yang dapat
dikatakan tahap satu, revitalisasi ini
dilakukan pada masa pemerintahan
walikota H. M. Daeng Patompo pada
tahun 1972. Setelah itu 22 tahun
kemudian walikota Malik B. Masri
tepatnya tahun 1994 pemeritah melakukan
revitalisasi secara permanen dengan
membuat bangunan yang permanen
berlantai agar para pedagang dapat
ditempatkan pada bangunan pasar tersebut
sehingga pasar terong lebih tertata baik.
443
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
Pasar terong adalah pasar rakyat
yang sifatnya tradisional, dengan sifat
atau karakteristik pasar tersebut sangat
mempengaruhi minat pembeli.
5. Analisis Pola Rantai Pemasokan
(Supply Chain) Terhadap Pasar
Terong.
Hasil pengamatan di saat
wawancara diketahui bahwa para
pedagang yang datang mengambil hasil
kebun dengan berbagai alat transfortasi
beruapa sepeda motor, sepeda, becak,
gerobak dorong, gerobak motor dan
mobil. Selain itu diketahui pula bahwa
para pedagang yang datang bukan saja
berasal dari para pedagang Pasar Terong
akan tetapi ada juga berasal dari Maros,
Takalar dan Sungguminasa Ada juga dari
Pasar Pabambaeng.
Gambar 7. Pola Rantai Pasokan (Supply
Chen)
Untuk pedagang lokal berasal dari
Pasar Kalimbu yang berbatasan dengan
Pasar Terong dan pedagang dari pasar
sekitarnya seperti Pasar yang terdapat di
Kelurahan Tompo Balang. dari hasil
wawancara timbul pertayaan mengapa
aktifitas pemasok harus di malam hari,
maka diketahui bahwa para petani kebun
dalam memetik hasil kebunnya dilakukan
pada pagi hari disaat matahari mulai
menyinari hasil kebun, hal ini dilakukan
karena para petani tidak ingin memetik
hasil kebun pada saat masih ada embun
pada buah karena hasil kebun tidak dapat
bertahan lama dan akan cepat rusak hasil
kebun. Inilah gambaran mengenai proses
pola rantai pasokan (Supply Chain) yang
ada di Pasar Terong dengan pola yang
berbeda antara pemasok lansung dengan
penyalur.
Para pemasok pun dalam
membongkar barangnya tidak hanya di
Jalan Gunung Bawakareang dan Jalan
Mesjid Raya akan tetapi masuk ke Jalan
Terong dan membongkar barangnya di
depan lapak-lapak (Warung kecil)
pedagang sehingga tidak membutuhkan
waktu yang lama. Selain tidak
membutuhkan waktu yang lama untuk
membongkar muatannya juga tidak
memgeluarkan biaya tambahan untuk
mengangkut barang dari tempat dibongkar
ke tempat jaualan.
6. Analisis Pengaruh Pasar Terong
Terhadap Lalu Lintas di Sekitarnya
Pengaruh lalu lintas merupakan
salah satu tuntutan yang diperlukan untuk
PETANI PETANI PETANI
PENGUMPUL
PEMASOK PENYALUR
PEDAGANG
PASAR
TERONG
PEMBELI
444
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
setiap subyek dalam penelitian. Urgensi
aspek ini diteliti berdasarkan pada asumsi
bahwa dengan tingkat lalu lintas disekitar
Pasar Terong Makassar. Dengan
demikian, tinggi pengaruh keberadaan
PasarTerong terhadap tingkat lalu lintas
(kemacetan dan area parkir).
Berdasarkan pembahasan tersebut
dapatlah dinyatakan bahwa asumsi teoritis
yang dipahami selama ini cenderung
berlaku general pada semua kelompok
masyarakat dan segala kondisi bahwa
keberadaan PasarTerong dapat
memberikan pengaruh terhadap lalu lintas
terutama kemacetan dan area parker maka
perlu pembenahan dan perbaikan
penunjang terkait masalah kemacetan di
sekitar PasarTerong seperti area parker
dan penggunaan rambu-rambu lalu lintas
yang ada disekitar PasarTerong selain itu
juga perlu adanya dukungan masyarakat
dan pemerintah untuk mengatur sistem
lalu lintas yang selama ini sudah tidak
berjalan dengan baik.
7. Analisis Pengaruh Keberadaan
Pasar Terong Terhadap
Lingkungan.
Dalam menganalisis pengaruh
tingkat lingkungan terhadap kegiatan
Pasar Terong Makassar maka perlu
diperhatikan adalah mengkaji beberapa
variabel yang menjadi masalah di dalam
pada PasarTerong Makassar.
Pada bagian ini disajikan hasil
analisis data secara sistematis dianalisis
seberapa besar pengaruh sampah, estetika
dan keresahan masyarakat disekitar Pasar
Terong. Pengaruh lingkungan merupakan
salah satu tuntutan yang diperlukan untuk
setiap subyek dalam penelitian. Urgensi
aspek ini diteliti berdasarkan pada asumsi
bahwa dengan tingkat lingkungan
disekitar Pasar Terong Makassar. Dengan
demikian, tinggi pengaruh keberadaan
Pasar Terong terhadap tingkat lingkungan
(sampah dan estetika ).
Berdasarkan pembahasan tersebut
dapatlah dinyatakan bahwa asumsi teoritis
yang dipahami selama ini cenderung
berlaku general pada semua kelompok
masyarakat dan segala kondisi bahwa
keberadaan Pasar Terong dapat
memberikan pengaruh terhadap
lingkungan terutama sampah dan estetika
maka perlu pembenahan dan perbaikan
penunjang terkait masalah lingkungan
terutama masalah sampah, estetika dan
semrawut di sekitar PasarTerong seperti
tempat pembuangan sampah yang ada di
Pasar Terong tidak berfungsi dengan baik
karena sebagian pedagang masih
membuang sampahnya bukan pada tempat
yang telah disediakan selain itu juga perlu
adanya dukungan masyarakat dan
pemerintah untuk mengatur sistem
445
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
persampahan yang selama ini sudah tidak
berjalan dengan baik.
8. Analisis Pengaruh Keberadaan
Pasar Terong Terhadap Kawasan
Permukiman Di Sekitarnya
Pengaruh kawasan permukiman
merupakan salah satu tuntutan yang
diperlukan untuk setiap subyek dalam
penelitian. Urgensi aspek ini diteliti
berdasarkan pada asumsi bahwa dengan
tingkat lingkungan yang ada disekitar
Pasar Terong Makassar. Dengan
demikian, tinggi pengaruh keberadaan
Pasar Terong terhadap tingkat lingkungan
dalam hal ini kepadatan, kumuh dan
semrawut. Adapun hasil pengolahan data
tentang keberadaan Pasar Terong terhadap
kawasan permukiman penduduk disekitar
Pasar Terong Makassar.
Berdasarkan Pembahasan tersebut
maka dapat dinyatakan bahwa asumsi
teoritis yang dipahami selama ini
cenderung berlaku general pada semua
kelompok masyarakat dan segala kondisi
bahwa keberadaan Pasar Terong dapat
memberikan pengaruh terhadap kawasan
permukiman terutama tingkat kepadatan,
kumuh dan semrawut maka perlu
pembenahan dan perbaikan penunjang
yang terkait masalah kawasan
permukiman terutama masalah tingkat
kepadatan, kumuh dan semrawut di
sekitar Pasar Terong seperti pengaturan
lapak-lapak pedagang yang jualan dan
pengaturan los-los pedagang sehingga
pembeli merasa nyaman untuk
berbelanja, selain itu juga perlu adanya
dukungan masyarakat baik yang ada
disekitar Pasar Terong atau dari luar
lingkungang Pasar Terong dan pemerintah
untuk mengatur ruang di Pasar Terong
Makassar sebagai pasar tradisional.
9. Faktor yang Terpengaruh Dengan
Keberadaan Pasar Jalanan
Tradisional Terhadap Lalu Lintas
Kemacetan yang terjadi pada kedua
jalan yang disebabkan keberadaan pasar
jalanan tradisional dari hasil kuisioner
dimana dari 28 responden yang memberi
jawaban untuk opsi sangat berpengaruh
sebanyak 22 orang (78,57%), dan untuk
kategori opsi berpengaruh sebanyak 4
orang (14,28%) sedangkan pada kategori
opsi tidak tahu sebanyak 2 orang (7,15%)
untuk lebih jelas dapat dilihat pada
tabelberikut.
Tabel 9.Pengaruh Keberadaan Pasar
Jalanan tradisional Terhadap
Tingkat Kemacetan
Tingkat
Kemacetan
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Sangat
berpengaruh
Berpengaruh
Tidak Tahu
22
4
2
78,57
14,28
7,15
Jumlah 28 100,00
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015
Sarana jalan sebagai salah satu
infrastruktur yang tidak dapat digunakan
secara maksimal yang disebabkan
446
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
keberadaan pasar jalanan tradisional dari
hasil kuisioner dimana dari 28 responden
yang memberi jawaban untuk opsi sangat
berpengaruh sebanyak 18 orang (64,28%),
dan untuk kategori opsi berpengaruh
sebanyak 5 orang (17,85%) sedangkan
pada kategori opsi tidak tahu sebanyak 5
orang (17,85%) untuk lebih jelas dapat
dilihat pada tabel berikut
Tabel10.Pengaruh Keberadaan Pasar
Terong Terhadap Sarana Parkir
Tingkat Sarana
Parkir
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Sangat Berpengaruh
Berpengaruh
Tidak Tahu
18
5
5
64,28
17,85
17,85
Jumlah 28 100,00
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 205
10. Faktor Yang Terpengaruh Dengan
Keberadaan Pasar Jalanan
Tradisional Terhadap Lingkungan
Masyarakat
a. Persampahan
Pengelolaan persampahan yang
disebabkan keberadaan Pasar jalanan
Tradisional dari hasil kuisioner dimana
dari 28 responden yang memberi jawaban
untuk opsi sangat berpengaruh sebanyak 8
orang (28,57%), dan untuk kategori opsi
berpengaruh sebanyak 12 orang (42,85%)
sedangkan pada kategori opsi tidak tahu
sebanyak 8 orang (28,57%) untuk lebih
jelas dapat dilihat pada table berikut
Tabel 11.Pengaruh Keberadaan Pasar
Jalanan Tradisional Terhadap
Sampah Tingkat Pengaruh
Terhadap Sampah
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Sangat Berpengaruh
Berpengaruh
Tidak tahu
8
12
8
28,57
43,85
28,57
Jumlah 28 100,00
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015
b. Nilai Estetika
Pada tingkat nilai estetika
lingkunganyang disebabkan keberadaan
PasarTerong dari hasil kuisioner dimana
dari 28 responden yang memberi jawaban
untuk opsi sangat berpengaruh sebanyak
10 orang (35,71%), dan untuk kategori
opsi berpengaruh sebanyak 9 orang
(32,14%) sedangkan pada kategori opsi
tidak berpengaruh sebanyak 9 orang
(32,14%) untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabelberikut
Tabel 12. Pengaruh Keberadaan Pasar
Jalanan Tradisional Terhadap
Estetika dan Kumuh
Lingkungan Tingkat Estetika
Lingkungan
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Sangat Berpengaruh
Berpengaruh
Tidak Tahu
10
9
9
35,71
32,14
32,14
Jumlah 28 100,00
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015
c. Aspek Efisien
Aspek efisiensi yang disebabkan
keberadaan Pasar Jalanan Tradisional dari
hasil kuisioner dimana dari 65 responden
yang memberi jawaban untuk opsi sangat
berpengaruh terjadinya efisiensi sebanyak
19 orang (67,85%), dan untuk kategori
447
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
opsi berpengaruh sebanyak 7 orang (25%)
sedangkan pada kategori opsi tidak tahu
sebanyak 2 orang (7,14%) untuk lebih
jelas dapat dilihat pada tableberikut;
Tabel 13. Pengaruh Keberadaan Pasar
Jalanan Tradisional Terhadap
Efisiensi Pedagang dan Pembeli
Tingkat Efisiensi
Pedangan &
pembeli
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Sangat Berpengaruh
Berpengaruh
Tidak Tahu
19
7
2
67,85
25
7,14
Jumlah 28 100,00
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015
d. Nyaman
Kenyamanan bagi pedagang dalam
hal menjual didapat dari hasil kuisioner
dimana dari 28 responden yang memberi
jawaban untuk opsi sangat berpengaruh
sebanyak 18 orang (64,28%), dan untuk
kategori opsi berpengaruh sebanyak 7
orang (25%) sedangkan pada kategori
opsi tidak tahu sebanyak 3 orang
(10,71%) untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tabelberikut:
Tabel 14. Pengaruh Keberadaan Pasar
Jalanan Tradisional Terhadap
Kenyamanan Tingkat
KenyamananPedagang
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Sangat Berpengaruh
Berpengaruh
Tidak Tahu
18
7
3
64,28
25,00
10,71
Jumlah 28 100,00
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015
e. Murah
Harga murah dalam hal penjualan
yang disebabkan pemasok langsung ke
penjual tampa biaya mengangkut ke
dalam pasar dari hasil kuisioner dimana
dari 28 responden yang memberi jawaban
untuk opsi sangat berpengaruh sebanyak
19 orang (67,85%), dan untuk kategori
opsi berpengaruh sebanyak 6 orang
(21,42%) sedangkan pada kategori opsi
tidak berpengaruh sebanyak 3 orang
(10,71%) untuk lebih jelas dapat dilihat
pada tableberikut ;
Tabel 15.Pengaruh Keberadaan Pasar
Jalanan Tradisional Terhadap
Harga Barang yang Murah Tingkat Haarga
Barang yang Murah
Frekuensi
(f)
Prosentase
(%)
Sangat Berpengaruh
Berpengaruh
TidakTahu
19
6
41
67,85
21,42
10,71
Jumlah 28 100,00
Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015
11. Pengaruh Efisiensidan PrilakuYang
MempengaruhiDengan Keberadaan
Pasar Jalanan TradisionalTerhadap
Pasar Terong Makassar
Melihat prilaku para petani kebun
yang hasil kebunnya di bawa ke
pengumpul setelah itu pengumpul
memberikan ke pemasok yang tidak lain
adalah orang yang akan membawa hasil
kebun tersebut ke Makassar dan akan
diberikan kepada penyalur atau pedagang,
dimana pedagang akan menjualnya pada
pagi hari saat para pembeli sudah banyak
yang datang. Dengan melihat proses
tersebut maka telah terjadi suatu proses
yang dikenal dengan pola rantai pasokan
(Supply Chain).
448
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
Pola rantai pasokan (Supply Chain)
yang terjadi di Pasar Terong adalah pola
rantai pasokan (Supply Chain) yang
bersifat tradisional, dikatakan tradisional
karena manajemen yang digunakan adalah
masih menggunakan cara-cara tradisional,
misalnya penyaluran barang masih
menggunakan sepeda motor walaupun
dengan barang yang banyak. Demikian
pula dalam hal pengambilan oleh para
pedagang, dengan mengambil barang
tampa faktur atau nota hanya
mengandalkan kepercayaan dan ingatan
semata.
Proses yang dilakukan para
pemasok seperti pola rantai pasoka
(Supply Chain), maka tampa disadari oleh
pemasok, penyalur dan pedagang telah
terjadi efisiensi yang mana pengertian
Efisiensi adalah pertama ketepatan cara
(usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu
(dengan tidak membuang waktu, tenaga,
biaya); kedayagunaan dan ketepatgunaan.
Kedua adalah kemampuan menjalankan
tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak
membuang waktu, tenaga, biaya).
Terjadinya efisiensi maka para
pedagang merasa di untungkan sehingga
barang-barang hasil kebun atau sayur
mayaur dan barang lainnya seperti
lombok, tomat, bawang dan kebutuhan
lainnya dapat di jual lebih murah hal ini
disebabkan penyaluran barang-barang
tersebut tidak membutuhkan biaya karena
proses penyaluran barang-barang tersebut
diadakan didepan los atau lapak-lapak
pedagang sehingga biaya pendistribusian
barang-barang tidak membutuhkan biaya.
Dengan demikian maka para pedagang
sudah merasa nyaman berjualan ditempat
yang ada sekarang yaitu di badan jalan.
12. Analisis Tata Letak Pasar Terong
Beberapa elemen ruang luar yang
perlu ditata yaitu :
a. Elemen lunak berupa taman, jalur hijau
yang dapat berfungsi sebagai
- Menciptakan suasana nyaman dan
teduh.
- Mengatur pola sirkulasi dan pedestrian
bagi pedestrian bagi para pejalan kaki
sehingga keduanya merasa aman dan
nyaman.
- Pelindung dan penyaring dari polusi
udara maupun kebisingan.
- Penciptaan udara yang bersih dan
sebagai tempat berteduh dari terik
matahari.
b. Elemen keras meliputi.
- Tempat parkir kendaraan
- Sirkulasi bagi pejalan kaki yaitu
adanya trotoar kedua sisi jalan
sehingga tidak mengganggu jalan
kendaraan yang ada.
- Perkerasan (jalan/paving block)
Desain ruang luar diarahkan untuk
mampu menghadirkan kejelasan orientasi
449
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
serta arah gerak dengan penerapan
elemen ruang luar berupa vegetasi dan
material yang digunakan.
a. Pedestrian
Sirkulasi pejalan kaki harus
memberikan rasa aman dan nyaman.
Material yang digunakan adalah paving
blok dengan permukaan yang rata dan
tidak licin.
b. Lampu taman
Lampu taman merupakan suatu
elemen ruang luar yang cukup penting
ditinjau dari segi fungsional maupun
estetisnya. Fungsi utama sebuah lampu
memang sebagai sarana penerangan luar
pada malam hari, namun disiang hari
berfungsi sebagai elemen estetik yang
menambah keindahan ruang luar.
c. Vegetasi
Vegetasi dapat berfungsi sebagai
peneduh /penyejuk saat terik matahari,
sebagai barier yang dapat memperkecil
kecepatan angin dan sebagai penyaring
kebisingan. Vegetasi yang dipilih untuk
ruang luar pada Pasar Sentral yaitu pohon
pelindung.
d. Elemen Bangunan
Selain ruang disekitar pasar terong
di tata maka para pedagang juga dapat
ditata kembali dengan membuatkan suatu
bangunan permanen yang sifatnya terbuka
yaitu bangunan tampa dinding pembatas
disekeliling bangunan seperti halnya
gudang besar dengan lokasi
mempergunakan lokasi Pasar terong yang
sudah tidak maksimal penggunaannya.
Sehingga para pedagang dapat
dipindahkan kedalam bangunan tersebut
dengan tidak merubah sistem supply chen
yang selama ini berlangsung. Dengan
demikian maka para pemasok yang
selama ini membongkar barangnya di
Jalan Gunung Bawakaraeng dan Jalan
Mesjid Raya tidak lagi membongkar di
jalan tersebut akan tetapi membongkar di
dalam bangunan pasar tepat di depan
lapak-lapak para pedangan. Dengan
demikian maka sistem Supply Chen yang
berlangsung selama ini tetap berjalan
hanya lokasi mensupply barang di
pindahkan ke dalam pasar, sehingga para
pedagang dapat menerima penataan yang
dilakukan.
E. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
a. Pola rantai pasokan atau Supply Chain
yang terjadi di Pasar Terong adalah
suatu pola tradisional yang sudah lama
berlangsung bahkan jauh sebelum
pasar terong menjadi sebuah pasar
yang dikenal sebagai pasar terong di
Makassar.
b. Supply Chain tersebut berlangsung
dengan urutan-urutan kegiatan yaitu :
- Petani memetik hasil kebun dipagi hari
antara jam 7.00 sampai jam 10.00.
450
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
- Kemudian di bawa ke pengumpul
antara jam 10.00 sampai jam 13.00
- Setelah jam itu jam antara jam 14.00
sampai jam 17.00 pemgumpul
membawa ke tempat penjemputan
barang yakni lokasinya di pinggir jalan
raya.
- Antara jam 15.00 sampai jam 18.00
pemasok sudah mengambil hasil kebun
tersebut untuk kemudian dibawa ke
Kota Makassar.
- Hasil kebun tersebut dibawa ke Kota
Makassar antara jam antara jam 21.00
sampai jam 2.00 pagi hari.
- Pedagang datang mengambil hasil
kebun tersebut dari pemasok antara
jam 12.00 sampai jam 6.00
- Kemudian pedagang mulai menjual
antara jam 4.00 sampai jam 18.00
c. Dengan adaanya pola rantai dengan
cara tradisional yang sampai sekarang
tetap dilakukan dengan membongkar
barang kebutuhan para pedagang di
depan lapak-lapak (sejenis warung
dipinggir jalan) mereka membuat para
pedagang merasa nyaman dengan
keadaan selama ini berlangsung
sehingga para pedagang tersebut
cenderung menolak setiap perubahan
yang akan dilakukan di pasar terong
tetapi dianggap tidak sesuai dengan
kebiasaan mereka.
d. Pasar terong bisa tetap eksis sebagai
pasar jalan tradisional sampai sekarang
ini karena pola rantai pasokan
tradisional yang mendukung
eksistensinya sebagai pasar jalanan
tradisional juga masih eksis dan tetap
menjamin efektifitas dan efisiensi yang
dirasakan pemasok, penyalur,
pedagang dan pembeli.
e. Dengan sistem pasar jalanan
tradisional dan model supply chain
terus menerus mendukung efisiensi dan
eksistensi pasar terong sebagai pasar
jalan tradisional membuat pasar terong
tetap eksis sebagai pasar jalanan
tradisional dan sangat sulit untuk
mengarakan menjadi sebuah pasar
modern.
2. Saran
Menertibkan suatu pasar atau
mengarahkan suatu pasar khususnya
pasar terong untuk menjadi sebuah pasar
yang modern sesuai standar maka perlu
dipertimbangkan berbagai hal, bukan
hanya bagaimana melakukan perubahan
secara fisik pada pasar terong yang sudah
ada, akan tetapi dalam waktu yang
bersamaan juga harus diupayakan
pengganti model supply chain yang
tradisional pada pasar terong dengan suatu
model supply chain yang lebih modern
tetapi dapat tetap menjamin efisiensi.
451
Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016
Dengan mengantikannya supply
chain yang lebih modern dan dapat
menjamin efisiensi sehingga dapat
diterima oleh pemasok, penyalur dan
pedagang maka perubahan fisik dan
penataan yang dilakukan pada pasar
terong akan bermanfaat.
DAFTAR PUSTAKA
Darmawan, Edy, 2003, Teori dan Kajian
Ruang Publik Kota, Badan Penerbit
UNDIP Semarang.
Eisenring,T.S.S. dan B, Surya,
2011.“Articulation of urban Spasial
a Conceptualapproach toward
Sustainable urban Spasial for Third
World Cities” Tekstur Kota vol II,
Nomor 1. Januari – April 2011
Darmawan, Edy, 2003, Teori dan
Implementasi Perancangan Kota,
Badan Penerbit UNDIP Semarang.
Sjafrizal, 2012, Ekonomi wilayah Dan
Perkotaan, Alumni Bandung
Supriyono. 1997. Akuntansi Manajemen II
Komarudin, 1997, Menelusuri
Pembangunan Perumahan dan
Permukiman, Yayasan REI, PT.
Rakasindo.
Peraturan Menteri Dalam Negeri, Nomor
4 Tahun 1996, Tentang Pedoman
Perubahan Pemanfaatan Lahan
Perkotaan.
Rapoport, Amos, 1975, Pengantar
Sejarah Perencanaan Kota,
Intermatra, Bandung.
Rukayah, R. Siti, 2005, Simpang Lima
Semarang Lapangan Kota Dikepung
Ritel. Santo so, Singgih, 2003,
Mengatasi Berbagai Masalah
Statistik dengan SPSS versi11.5,
Kelompok Gramedia, Penerbit PT
Elex Media Komputindo, Jakarta.
Shirvani, Hamid, 1984, The Urban
Design Process, Van Nostrand
ReinholdCompany, New York –
USA.
Snyder James C., Catanase Anthony J.,
1979, Introduction to Architecture,
Mc. Graw-Hill.
Snyder James C., Catanase Anthony J.,
1989, Urban Planning, Mc.Graw-
Hill. Spreiregen Paul D., 1965, The
Architecture of Towns And Cities,
Mc.Graw-Hill. Sugiyono, Wibowo
Eri, 2004, Statistika Untuk
Penelitian, Alfab eta. Bandung.
Trancik, R., 1986, Finding Lost
Space : Theories of Urban Design,
Van NostrandReinhold, New York.
____ Kecamatan Bontoala Dalam Angka
____ Profil Kelurahan Tompo Balang