efisiensi perkotaan dan pola rantai pasokan di pasar

23
429 Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober Desember 2016 EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR JALANAN TRADISIONAL (Studi Pada Pasar Terong di Kota Makassar) Oleh Syahril Idris 1) dan Syamsuddin Mustafa 2) Email: [email protected] Dosen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bosowa ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kecenderungan dijalan terong sebagai aktifitas perdagangan pasar jalanan tradisionaldan untuk mengetahui pola rantai pasokan (Supply Chain) khususnya antara pemasok, pedagang tradisional dan pembeli di Pasar Terong Kota Makassar yang selama ini berlangsung serta untuk mengetahuipola rantai pasokan tetap mendukung terjadinya efisiensi perkotaan. Penelitian ini menggunakan analisis data secara induktif yang berarti proses pengambil suatu kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus menjadi kesimpulan yang bersifat umum, analisis ini juga digunakan untuk memperoleh gambaran secara mendalam dan obyektif mengenai pola rantai pasokan (supply chain). Tujuan penggunaan analisis ini adalah untuk menggambarkan proses suatu keadaan yang sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan mengetahui sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Hasil analisis ini disajikan dalam bentuk kata-kata tertulis yang sederhana berdasarkan informasi yang ada untuk menggambarkan keadaan pasar dan aliran pola rantai pasokan barang. Kata kunci : Efisiensi dan Pola Rantai PasokanPasar Jalanan Tradisional. ABSTRACT This study aims to determine how the road inclination eggplant as traditional street market trading activity and to determine the pattern of the supply chain (Supply Chain), especially among suppliers, traditional traders and buyers in Makassar City Eggplant Market that is held as well as to determine the pattern of supply chain remains supportive the urban efficiency. This study uses inductive data analysis means the process of making a conclusion of the things that are special into a general conclusion, this analysis was also used to obtain in-depth and objective picture of the pattern of the supply chain (supply chain). The purpose of this analysis is use to describe the process of a state that while running at the time the research is done and determine the causes of a particular symptom. The results of this analysis are presented in the form of written words are simple based on the information available to describe the state of the market and the flow pattern of the supply chain of goods. Keywords: Supply Chain Efficiency and Pattern Traditional Market Streets.

Upload: others

Post on 18-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

429

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN

DI PASAR JALANAN TRADISIONAL

(Studi Pada Pasar Terong di Kota Makassar)

Oleh

Syahril Idris 1) dan Syamsuddin Mustafa 2)

Email: [email protected]

Dosen Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Bosowa

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana kecenderungan dijalan

terong sebagai aktifitas perdagangan pasar jalanan tradisionaldan untuk mengetahui

pola rantai pasokan (Supply Chain) khususnya antara pemasok, pedagang tradisional

dan pembeli di Pasar Terong Kota Makassar yang selama ini berlangsung serta untuk

mengetahuipola rantai pasokan tetap mendukung terjadinya efisiensi perkotaan.

Penelitian ini menggunakan analisis data secara induktif yang berarti proses

pengambil suatu kesimpulan dari hal-hal yang bersifat khusus menjadi kesimpulan yang

bersifat umum, analisis ini juga digunakan untuk memperoleh gambaran secara

mendalam dan obyektif mengenai pola rantai pasokan (supply chain). Tujuan

penggunaan analisis ini adalah untuk menggambarkan proses suatu keadaan yang

sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan dan mengetahui sebab-sebab dari

suatu gejala tertentu.

Hasil analisis ini disajikan dalam bentuk kata-kata tertulis yang sederhana

berdasarkan informasi yang ada untuk menggambarkan keadaan pasar dan aliran pola

rantai pasokan barang.

Kata kunci : Efisiensi dan Pola Rantai PasokanPasar Jalanan Tradisional.

ABSTRACT

This study aims to determine how the road inclination eggplant as traditional street

market trading activity and to determine the pattern of the supply chain (Supply Chain),

especially among suppliers, traditional traders and buyers in Makassar City Eggplant

Market that is held as well as to determine the pattern of supply chain remains

supportive the urban efficiency.

This study uses inductive data analysis means the process of making a conclusion of the

things that are special into a general conclusion, this analysis was also used to obtain

in-depth and objective picture of the pattern of the supply chain (supply chain). The

purpose of this analysis is use to describe the process of a state that while running at

the time the research is done and determine the causes of a particular symptom.

The results of this analysis are presented in the form of written words are simple based

on the information available to describe the state of the market and the flow pattern of

the supply chain of goods.

Keywords: Supply Chain Efficiency and Pattern Traditional Market Streets.

Page 2: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

430

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

A. PENDAHULUAN

Pengembangan kota apabila dilihat

dalam konteks yang luas dapat

memberikan manfaat yang baik dan hal –

hal yang positf baik dari segi sosial,

ekonomi maupun politik.Kegiatan

ekonomi yang semakin kuat pada suatu

bagian kota cenderung akan merubah

bentukan kota yang ada. Hal ini

disebabkan karena sebagai pelaku

kegiatan ekonomi, orang cenderung

memilih area yang strategis.

Perkembangan Pasar Terong yang

merupakan salah pasar yang terbesar di

Kota Makassar yang berada di bagian

pusat kota yang merupakan kawasan

perdagangan dengan layanan skala lokal

dan regional ini disebabkan faktor

penunjang keberadaan lokasi tersebut,

antara lain kedekatan (proximity),

kemudahan (accessibility), ketersediaan

(availability) dan faktor kenyamanan

(amenity), selain itu ditentukan pula oleh

meningkatnya jumlah penduduk disekitar

kawasan serta peningkatan pendapatan

perkapita masyarakat dan adanya fasilitas-

fasilitas yang menunjang kawasan

tersebut.Pasar ini, sebelum mengalami

revitalisasi tahap satu di era pemerintahan

Daeng Patompo pada tahun 1972

menyusul tahap kedua di masa Malik B.

Masri tahun 1994 adalah pasar rakyat.

Pasar ini didirikan secara alamiah oleh

masyarakat berdasarkan kebutuhan

masyarakat setempat yang mulai ramai di

awal tahun 1950-an.

Salah satu faktor pendorong (push

factor) terjadinya migrasi dari desa adalah

maraknya aksi gerombolan Qahhar

Mudzakkar di desa dan daya tarik (pull

factor) kota yang menyediakan lapangan

kerja yang mudah. Contoh lain seperti

pasar Cidu, yang hingga kini masih masih

berfungsi sebagai area jual-beli bagi

komunitas kampung Tabaringan dan

sekitarnya jauh sebelum tahun1950.

Fungsi dasarnya tidak pernah terganggu,

walau pada persoalan kebersihan dan

drainase yang buruk tetap masih menjadi

kelemahan pasar ini yang seharusnya

diperhatikan oleh pemerintah. Pasar Cidu,

bila dibentangkan hanya memiliki panjang

kurang lebih seratus meter dengan bentuk

huruf ‘L’. Selalu ramai sejak pukul 06.00

hingga pukul 12.00 siang dan akan

berlanjut di jalan Tinumbu pada sore

harinya khususnya bagi pembeli yang

melintas sepulang kerja dari pelabuhan

atau area industri di sekitarnya.

Perkembangan Pasar Terong diduga

menjadi pemicu tumbuhnya aktivitas

perdagangan yang diikuti dengan

perubahan fungsi bangunan di sepanjang

jalan ditengah pasar. Hal ini dikuatkan

pula dengan tumbuhnya pasar tumpah

yang menempati ruas jalan bahkan

Page 3: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

431

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

kendaraan kesulitan untuk melewati Jalan

Terong yang menghubungkan antara Jalan

Gunung Bawakaraeng dengan Jalan

Mesjid Raya.

Bahkan beberapa ruas jalan di

sekitar jalan tersebut dipergunakan untuk

perluasan areal perdagangan, antara lain

Jalan Gunung Bawakaraeng dan Jalan

Mesjid Raya. Kondisi lalu lintas di daerah

Pasar Terong sering terjadi kemacetan

khususnya pada jam-jam terpadat pasar

pada Jalan Mesjid Raya dan Jalan Gunung

Bawakaraeng.

Terjadinya perubahan fungsi jalan

sebagai jalan penghubung sekitar kawasan

Pasar Terong sebagai kawasan pasar

berubah menjadi kawasan aktifitas

pedagang yakni Pasar Jalan Tradisional

dan dipengaruhi oleh adanya

perkembangan kebutuhan masyarakat

serta pertambahan jumlah Pedagang

termasuk pedangang kaki Lima (PKL).

Namun dalam hal ini perlu diteliti

kemungkinan perubahan tersebut

dipengaruhi oleh perkembangan fasilitas

bangunan perdagangan (Pasar Terong)

yang menjadi pusat perdagangan di Kota

Makassar.

1. Tujuan

Tujuan penelitian adalah

teridentifikasi masalah-masalah sehinggah

dapat mengetahui bagaimana

kecenderungan dijalan terong sebagai

aktifitas perdagangan pasar jalanan

tradisional.

2. Manfaat Penelitian

a. Penelitian ini dapat menjadi acuan

atau wadah bagi masyarakat sebagai

informasi bagi para penentu kebijakan

dalam hal penataan pasar khususnya

perencanaan Pasar Terong di Kota

Makassar sebagai pasar yang

mempunyai aktifitas yang tinggi. Hal

ini dimaksudkan agar perkembangan

pasar dapat ditangani secara baik

sehingga tercipta pasar sebagai

tempat perdagangan yang lebih

dinamis dan teratur.

b. Terhadap ilmu pengetahuan terutama

dalam hal perencanaan pasar,

memberikan masukan secara teoritis

berkaitan dengan keberadaan pasar

dan aktifitas pemasok, penyalur,

pembeli dan pedagang pasar

tradisional.

3. Ruang Lingkup Penelitian

Untuk memperjelas arah dari

rumusan masalah yang telah dikemukakan

di atas adapun lingkup batasan dalam

penelitian ini hanya difokuskan pada salah

satu mata rantai pasokan yang merupakan

bagian dari pola rantai pasokan yang

terjadi disalah satu kabupaten yaitu pola

rantai pasokan yang terjadi dari

Kabupaten Gowa Kecamatan Tompubulu

Kelurahan Malakaji ke Kota Makassar

Page 4: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

432

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

sebagai tempat tujuan pasokan barang ke

pedagang Pasar Terong.

B. TINJAUAN PUSTAKA

1. Efisien Perkotaan

Efisiensi menurut Hasibuan

(1984;233-4) yang mengutip pernyataan

H. Emerson adalah “Efisiensi adalah

perbandingan yang terbaik antara input

(masukan) dan output (hasil antara

keuntungan dengan sumber-sumber yang

dipergunakan), seperti halnya juga hasil

optimal yang dicapai dengan penggunaan

sumber yang terbatas. Dengan kata lain

hubungan antara apa yang telah

diselesaikan.

Efisiensi perkotaan adalah ketepatan

cara (usaha, kerja) dalam menjalankan

sesuatu (dengan tidak membuang waktu,

tenaga, biaya); kedayagunaan; ketepat

gunaan dan kemampuan menjalankan

tugas dengan baik dan tepat pada areal

yang memiliki suasana penghidupan dan

kehidupan modern. Fenomena yang

terjadi di Pasar Terong dengan efisiensi

perkotaan adalah dimana para pemasok

dalam mendistribusikan kepada para

pedangang tidak mengeluarkan banyak

biayanya karena jarak yang terjadi antara

pemasok dan pedagang sangat dekat.

2. Konsep Penghematan Skala

Menurut Chopra and Meindl

(2007:20), rantai pasok memiliki sifat

yang dinamis namun melibatkan tiga

aliran yang konstan, yaitu aliran

informasi, produk dan uang.Disamping

itu, Chopra and Meindl juga menjelaskan

bahwa tujuan utama dari setiap rantai

pasok adalah untuk memenuhi kebutuhan

konsumen dan menghasilkan keuntungan.

Pasar Terong terdapat fenomena dalam

Konsep Manajemen Rantai Pasok atau

Supply Chain yang terjadi di Pasar Terong

yaitu bukan pada manajemennya akan

tetapi pola yang terjadi pada Pasar Terong

dimana rantai pasokan ke pedagang dan

ke pembeli telah terjadi efisiensi dalam

hal biaya sehingga dalam prosesnya

terjadi efisiensi perkotaan.

Dalam lingkup perkotaan

penghematan skala berarti penghematan

waktu dan energi untuk melakukan

produksi – produksi barang dan jasa

perkotaan. Semakin hemat waktu dan

energi yang diperlukan dalam melakukan

produksi - produksi tersebut , maka

produktifitas perkotaan menjadi efisien.

penghematan skala yang dikemukakan

oleh Mills dan mengambil contoh toko

besar dengan keragaman barang – barang

konsumen maka Pasar Terong juga

demikian dimana pemasok dari berbagai

daerah datang ke Pasar Terong untuk

memasok barangnya dengan berbagai

macam barang konsumen yang kemudian

para pedagan menjual berbagai barang

sehingga pembeli tidak lagi kemana –

Page 5: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

433

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

mana apabila ingin mencari barang

keinginannya karena diPasar Terong

sudah tersedia, sehngga terjadi

penghematan skala yang secara tidak

langsung telah terjadi efisiensi perkotaan

wlaupun dalam skala yang lebih kecil

akan tetapi memberi konstribusi dalam hal

efisiensi perkotaan.

3. Teori Rantai Pasokan (Supply

Chain)

a. Teori Marshall

Salah satu teori ekonomi skala

adalah teori yang dikemukakan oleh

Marshall yang dikenal dengan Teori

Marshall. Adapun yang dikemukakan oleh

Marshall adalah dengan mendefinisikan

penghematan skala eksternal (external

scale economies) sebagai biaya yang

dapat di hemat oleh perusahaan karena

ukuran atau pertumbuhan output dalam

industri yang bersangkutan secara umum.

Melihat teori Mashall yang

mengatakan bahwa salah satu teori

ekonomi skala adalah dengan

mendefinisikan penghematan skala

eksternal sebagai biaya yang dapat di

hemat oleh perusahaan karena ukuran atau

pertumbuhan output dalam industri yang

bersangkutan secara umum, maka Pasar

Terong dapat dikatakan sebagai lokasi

penelitian yang tepat dengan teori

marshall sebagai jawaban empiris, hal ini

karena pola pergerakan yang terjadi di

Pasar Terong menggambarkan keadaan

seperti yng dikatakan oleh teori Marshall

dalam hal penghematan skala. Dimana

dalam hal pendistribusian barang – barang

ke para pedagang terjadi pola rantai

pasokan.

b. Teori Lokasi dan Ekonomi Spasial

Teori Lokasi menjadi sangat penting

karena dalam menganalisis pemilihan

lokasi kegiatan ekonomi agar

mendapatkan lokasi kegiatan ekonomi

yang tepat dan memberikan penghematan

yang cukup besar dan hal biaya angkut

atau transfortasi dan biaya produksi

sehingga mendorong terjadinya efisiensi

baik dalam bidang produksi maupun

pemasaran.

Demikian pula dengan Pasar Terong

yang letaknya sangat strategis yaitu

berada di dua jalan utama di Kota

Makassar yaitu Jalan Gunung

Bawakaraeng dengan Jalan Mesjid Raya.

Hal tersebut memudahkan para pemasok

barang ke Pasar Terong untuk

menurungkan barang dan memasok ke

para pedagang dengan cara para pedagang

yang datang mengambil barang di

pamasok. Dengan demikian maka harga

angkut barang dari lokasi pengambilan

barang yaitu pemasok ke para pedagang

Pasar Terong dapat lebih murah.

c. Teori Ruang

Page 6: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

434

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

Menurut Henry Lefebvre ruang

adalah ruang yang “tidak nyata” mereka

kaum miskin yang tergusur oleh adanya

dominasi ruang maka ditempat yang baru

mereka membentuk sendiri ruang yang

tidak teratur tampa mereka sadari. Ruang

yang terbentuk bukan hasil perencana kota

atau arsitek akan tetapi ruang tersebut

terbentuk tampa disengaja sehingga dapat

dikatakan ruang “tidak nyata” karena

bukan hasil perencana kota yang didesain

sejak semula.

Demikian pula dengan Pasar Terong

yang didesain berdsarkan perencanaan

arsitek yang membentuk ruang sehingga

menjadi pasar modern yang permanen,

tetapi dalam perencanaannya para

perencana tidak dapat mengakomodasi

dan memahami keinginan para pedagang

sehingga lambat laun para pedagang

meninggalkan pasar yang permanen untuk

keluar disekitar pasar yaitu sepanjang

Jalan Terong untuk menjual maka

terbentuklah ruang yang tidak

direncanakan sebelumnya.

4. Pasar Tradisional Dan Pasar

Tradisional Jalanan

Pasar tradisional merupakan tempat

bertemunya penjual dan pembeli serta

ditandai dengan adanya transaksi penjual

pembeli secara langsung dan biasanya ada

proses tawar-menawar, bangunan

biasanya terdiri dari kios-kios atau gerai,

los dan dasaran terbuka yang dibuka oleh

penjual maupun suatu pengelola pasar.

Pasar seperti ini masih banyak ditemukan

di Indonesia, untuk pasar di kota

Makassar pada umumnya terletak dekat

kawasan perumahan agar memudahkan

pembeli untuk mencapai pasar. Beberapa

pasar tradisional yang "legendaris" antara

lain adalah pasar Terong, pasar Cidu,

pasar Kalimbu.

Pasar Tradisional jalan merupakan

pasar yang memiliki keunggulan bersaing

alamiah yang tidak dimiliki secara

langsung oleh pasar lainnya. Lokasi yang

strategis, area penjualan yang luas,

keragaman barang yang lengkap, harga

yang rendah, sistem tawar menawar yang

menunjukkan keakraban antara penjual

dan pembeli merupakan keunggulan yang

dimiliki oleh pasar tradisional.

C. GAMBARAN UMUM LOKASI

1. Kondisi Geografi

Letak administrasi Pasar terong

berada di Kelurahan Tompo Balang

Kecamatan Bontoala.Letak geografis

Pasar Terong di Kelurahan Tompo Balang

antara 5008’04,34”S dan 119025’20,09”

E. Sedangkan kelurahan Tompo Balang

dan berbatasan dengan

- Sebelah utara berbatasan dengan

Kelurahan Kalukuang

- Sebelah selatan berbatasan dengan

Kelurahan Maccini Gusung

Page 7: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

435

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

- Sebelah barat berbatasan dengan

Kelurahan Wajo Baru

- Sebelah timur berbatasan dengan

Kelurahan Malimongan Baru

2. Kondisi Penduduk

Perkembangan penduduk

menunjukkan jumlah penduduk laki laki

1.408 jiwa dan perempuan 1.482 jiwa.

Tabel1.Perkembangan Jumlah Penduduk

Dirinci Berdasarkan JenisnyaTahun 2013

N

o Tahun

Jenis Kelamin (jiwa)

Laki-laki

(jiwa)

Perempuan

(jiwa)

1 2013 1.408 1.482

2 2012 1.319 1.279

3 Presentase

perkembangan 6,3 % 13,6 %

Sumber :Kantor Kelurahan Tompo

Balang, 2015

Jumlah angkatan kerja di Kelurahan

Tompo Balang pada tahun 2012 sebanyak

2.203 jiwa. Dengan demikian untuk

jumlah angkatan kerja yang paling tinggi

adalah jumlah penduduk yang berusia 18-

56 tahun dan yang paling rendah jumlah

angkatan kerja adalah jumlah penduduk

yang berusia 18-56 tahun.

Tabel 2. Banyaknya Angkatan Kerja Dirinci Berdasarkan JenisnyaTahun 2013

No Jumlah Angkatan Kerja Total

1 Jumlah angkatan kerja (usia 18-56 tahun) 1.026 (jiwa)

2 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang masi sekolah dan tidak

bekerja 184 (jiwa)

3 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang menjadi Iburumah

tangga 223 (jiwa)

4 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja penuh 627 (jiwa)

5 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang bekerja tidak tentu 143 (jiwa)

6 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan tidak bekerja -

7 Jumlah penduduk usia 18-56 tahun yang cacat dan bekerja -

Sumber :Kantor Kelurahan Tompo Balang, 2015

Tenaga kerja dalam suatu perkotaan

merupakan pendorong tumbuhnya

aktivitas berkembang, sehingga perlu

penyediaan lapangan kerja yang cukup

bagi penduduk yang mencari pekerjaan

untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Berdasarkan hasil penilitian menunjukkan

bahwa jumlah mata pencarian pokok pada

tahun 2012 secara keseluruhan di

Kelurahan Tompo Balang sebanyak 1.653

jiwa, yang diantaranya mata pencarian

pokok paling tinggi adalah pedangan

dengan jumlah 1.460 jiwa dan yang paling

Page 8: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

436

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

terendah mata pencariannya adalah

Penjahit

Tabel 3. Banyaknya Mata Pencarian

Pokok Dirinci Berdasarkan

Jenis Pekerjaan Tahun 2013

No Jenis Pekerjaan

Laki-

laki

(jiwa)

Perempuan

(jiwa)

1 Petani - - 2 Buruh tani - - 3 Buru migran

perempuan - -

4 Tukang dan buruh 95 12 5 Pegawai Negeri

Sipil 26 45

6 Pengrajin Industri rumah tangga

- -

7 Pedagang 835 625 8 Penjahit 2 1 9

10 11 12 13 14 15 16 17 18

Bidan swasta Perawat swasta Pembantu rumah tangga TNI POLRI Pensiunan PNS/TNI/POLRI Pengusaha kecil dan menengah Pengacara NotarisKaryawan Perusahaan Swasta

- - - - - - - - - 8

- - - - - - - - - 4

Jumlah Total Penduduk 323

Sumber :Kantor Kelurahan Tompo

Balang, 2013

Tabel 4. Banyaknya Usaha Perdagangan

Dan Jasa Dirinci Menurut

JenisnyaTahun 2015

No

Usaha

perdagangan

dan Jasa

Jumlah

(unit)

Jenis

produk yg

diperdagan

gkan

umum,sayu

ran,barang

dan jasa,

Jumlahten

aga kerja

1

Pasar Hasil

Bumi/

Tradisional/Hari

an

1 Umum 63 orang

2 Paasar

Mingguan - - -

3 Pasar Bulanan - - -

4 Pasar Khusus

(mis.PsrTernak,) - - -

5 Toko/Kios 46 Umum 25 orang

Sumber :Kantor Kelurahan Tompo Balang, 2015

3. Gambaran Lokasi Penelitian dan

Karakteristik Pedagang Pasar

TradisionalPasar Terong

a. Kondisi Pasar Terong Pada Malam

Hari

Pasar Terong terletak di Jalan

Terong yang menhubungkan antara Jalan

Gunung Bawakaraeng dengan Jalan

Mesjid Raya. Di sepanjang bahu dan

badan Jalan Terong terlihat para

pedagang pasar jalanan atau biasa dikenal

pedagang kaki lima. Letak Jalan Terong

inilah yang menjadi lokasi penelitian.

Jalan Terong merupakan jalan yang

berbatasan antara dua kelurahan yaitu

Kelurahan Wajo Baru dan Kelurahan

Tompo Balang. Jika masuk dari Jalan

Bawakaraeng maka Jalan Terong sisi

kanan atau sebelah barat merupakan

Kelurahan Wajo Baru sedangkan sisi

sebelah kiri merupakan Kelurahan Tompo

Balang. Aktifitas di Pasar Terong dimulai

jam 23.00 malam dimana para pemasok

barang untuk Pasar Terong sudah mulai

berdatangan. Puncak aktifitas pemasok di

Pasar Terong antara pukul 02.00 sampai

pukul 04.00

Gambar 1. Aktiitas Para Pemasok Pasar

Terong Di Malam Hari

Page 9: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

437

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

b. Kondisi Pasar Terong Pada Pagi Hari

Transaksi antara penjual dan

pembeli mulai terjadi aktifitas pukul 05.00

akan tetapi puncak aktifitas terjadi antara

penjual dan pembeli yakni pukul 06.00

sampai dengan pukul 09.00 pagi.

Berdasarkan hasil pengamatan terhadap

kondisi eksisting pada lokasi penelitian

maka hasil pengamatan pada lapangan

yaitu pada pagi hari di sekitar lokasi

Pasar Terong yang terletak di sepanjang

Jalan Terong maka terlihat tingginya

aktivitas masyarakat yang berdatangan

untuk berbelanja kebutuhannya.

Hasil pengamatan pada pagi hari

tersebut dapat terlihat kemacetan terjadi di

sekitar Pasar Terong Ini disebabkan oleh

tidak adanya lahan parkir yang tersedia,

sehingga para pembeli dengan

sewenangnya memarkir kendaraannya

dengan mengambil sebagian badan jalan,

baik itu di Jalan Gunung Bawakaraeng

maupun di Jalan Mesjid Raya, maka ruas

jalan semakin sempit untuk dilalui para

pengguna jalan. Demikian pula dengan

Jalan Terong para pembeli berhenti

smabil berbelanja karena tidak tersedianya

lahan parkir.

Gambar 2. Aktifitas Pasar Terong Di Pagi

Hari

c. Kondisi Pasar Terong Di Siang Hari

Kondisi Pasar Terong pada malam

hari dan pagi hari serta siang hari

sangatlah berbeda. Untuk siang hari

tingkat aktivitas masyarakat di sekitar

Pasar Terong sudah mulai sepi berbeda

pagi hari. Berdasarkan kondisi eksisting

pada pagi hari terlihat kepadatan

pengunjung untuk berbelanja sangat

tinggi. Bahkan kendaraan roda empat

tidak dapat melewati jalan tersebut yang

dapat lewat hanya kendaraan roda dua

yaitu motor dan becak roda tiga sehingga

kemacetan tidak dapat dihindari, hal ini di

karenakan para pembeli selain yang

berjalan kaki juga yang berkendaraan

motor berhenti karena ingin berbelanja.

Namun lain halnya kondisi kegiatan

masyrakat di Pasar Terong pada siang

hari, terlihat kurangnya aktivitas jual beli

dan pemilik kios/lapak terlihat

beristirahat tetapi tidak tutup, keadaan ini

berlangsung hingga sore hari.

Gambar 3. Aktifitas Pasar Terong Di

Siang Hari

Dengan kondisi demikian yaitu pada

siang hari sepi dari pembeli membuat

Page 10: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

438

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

aktivitas masyarakat di sekitar pasar

terong agak sepi dalam melakukan

aktifitasnya, begitupun para pengguna

jalan yang tidak mengalami kemacetan di

sepanjang Jalan Terong karena kurangnya

kendaraan yang melalui jalan tersebut.

Aktifitas pasar mulai ramai kembali pada

pukul 16.00 sampi dengan pukul 18.00

akan tetapi kondisinya tidak sebanyak di

pagi hari. Melihat kondisi existing

dilokasi penelitian yaitu kondisi jalan

rusak yaitu sepanjang Jalan Terong

merupakan salah satu kondisi yang

membuat kemacetan maka sebaiknya

pemerintah memperbaiki infrastuktur baik

itu jalan maupun dranase agar para

pedagang dapat di tata lebih rapi dan lebih

bersih sehingga penataan pedagang pasar

jalanan tradisional dilaksanakan tampa

harus menggusur para pedagang yang

memiliki tempat dengan memakai badan

jalan, sehingga kemacetan disekitar Jalan

Terong tidak terjadi.

d. Karakteristik Pedagang

Pedagang pasar tradisional yang ada

di pasar terong adalah pedagang dengan

beragam suku, agama, pendidikan dan

latar balakang lainnya. Dengan beragam

karakteristik maka perlu diketahui

seberapa banyak keragaman para

pedagang pasar tradisional yang ada di

Pasar Terong

Tabel 5. Karateristik Suku Pedagang

Pasar Jalanan tradisional Pasar

Terong

Suku Frekuensi

(f)

Prosentase

(%)

Bugis

Makassar

Mandar

Toraja

17

9

2

-

60,72

32,14

7,14

Jumlah 28 100,00

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015

Data tabel 5 diatas maka dapat

diketahui bahwa para pedagang yang ada

di Pasar Terong dengan latar belakang

berbagai suku maka diketahui suku bugis

dengan persentase 60,72%, sedangkan

suku makassar 32,14% dan suku mandar

sebanyak 7,14%. Dengan demikian maka

dapat dikatakan bahwa para pedagang

didominasi oleh suku bugis.

Sedangkan untuk karakteristik dari

agama adalah dengan melihat tabel

sebagai berikut:

Tabel 6. Karateristik Agama Pedagang

Pasar Jalanan tradisional Pasar

Terong

Agama Frekuensi

(f)

Prosentase

(%)

Islam

Kristen

Hindu

Budha

28

-

-

-

100

-

-

-

Jumlah 28 100,00

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015

Tabel 6 diatas maka dapat diketahui

bahwa para pedagang yang berjualan di

Pasar Terong secara keseluruhan

beragama islam. Tidak tetutup adanya

pedagang yang beragama lain tetapi hasil

penelitian menunjukkan bahwa para

Page 11: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

439

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

pedagang didominasi oleh beragama

islam.

Untuk tingkat pendidikan para

pedagang yang ada di Pasar Terong maka

dapat dilihat tabel sebagai berikut :

Tabel 7. Karateristik Pendidikan

Pedagang Pasar Jalanan tradisional

Tingkat

Pendidikan

Frekuensi

(f)

Prosentase

(%)

SD

SMP

SMA

S1 / D3

2

3

19

4

7,14

10,72

67,86

14,28

Jumlah 28 100,00

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015

Data tabel 7 diatas maka dapat

diketahui bahwa untuk latar belakang

tingkat pendidikan para pedagang yang

ada di padar terong adalah untuk tingkat

Sekolah Dasar (SD) sebanyak 7,14%,

sedangkan untuk tingkat Sekolah

Menengah Pertama (SMP) adalah

10,72%. Untuk tingkat Sekolah menengah

Atas (SMA) adalah 67,86% dan Untuk

tingkat pendidikan Diploma (D3)dan

sarjana strata satu (S1) adalah 14,28%.

Dengan melihat persentase dari tingkat

pendidikan tersebut maka dapat dikatakan

bahwa para pedagang Pasar Terong

didominasi oleh pedagang yang tingkat

pendidikannya berlatar belakang SMA.

Selain karakteristik suku, agama dan

tingkat pendidikan ada juga karakteristik

umur para pedagang untuk mengetahui

seberapa banyak pedagang dengan usia

produktif yang berjualan di Pasar Terong.

Untuk lebih jelas lihat tabel berikut ini :

Tabel 8. Karakteristik Umur Pedagang

Pasar Jalanan tradisional Pasar

Terong

Umur Frekuensi

(f)

Prosentase

(%)

15-25

26-35

36-45

46-55

> 55

2

8

11

5

2

7,14

28,57

39,29

17,86

7,14

Jumlah 28 100,00

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015

Dengan melihat tabel diatas maka

dapat diketahui bahwa umur para

pedagang yang berjualan diPasar Terong

adalah pedagang yang berumur 15-25

tahun sebanyak 7,14%, untuk pedagang

yang berumur 26-35 tahun sebanyak

28,57%, pedagang yang berumur 36-45

tahun sebanyak 39.29%, sedangkan

pedagang yang berumur 46-55 tahun

adalah 17,86%, adapun yang berumur

lebih dari 55 tahun sebanyak 7,14%.

Dengan melihat persentase maka dapat

diketahui bahwa para pedagang yang

berjualan di Pasar Terong didominasi

pedagang yang berumur 36-45 tahun.

e. Kondisi Pedagang

Kondisi para pedangan yang ada di

pasar terong saat ini sangat tidak teratur

dimana para pedangan sudah memakai

badan jalan yang

Page 12: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

440

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

Gambar 4. Kondisi Tempat Jualan

Terlalu jauh keluar dari bahu jalan

sehingga para pengguna jalan baik yang

berbelanja berkendaraan motor maupun

yang berjalan kaki terlebih lagi mobil

sudah tidak memungkinkan berjalan

lancar. Melihat kondisi tersebut maka

perlu adanya penataan yang lebih baik.

f. Kondisi Pemasok

Pemasok barang-barang yang ada di

pasar terong hampir semuanya beraktifitas

di malam hari hal ini dilakukan karena

pada siang hari pasar terong sangatlah

tidak memungkinkan untuk memasok

barang kepada para pedagang karena

kondisi pada pagi hari dan siang hari

sangatlah ramai.

Gambar 5. Kondisi Jalan Di Pasar Terong

pada Saat Pagi Hari

Selain ramai dengan pembeli lahan

tempat parkir untuk kendaraan para

pemasok juga tidak ada. Para pemasok

melakukan pembongkaran barang di pasar

terong di waktu malam tepat didepan

lapak-lapak atau warung para pedagang

sehingga memudahkan para pemasok

untuk mendistribusikan barang yang akan

diberikan kepada pedagang.

Gambar 6. Pemasok Dan Pedagang datang

Mengambil Barang

D. PEMBAHASAN

1. Analisis Kondisi Pasar Terong Pada

Malam Hari Kaitannya Dengan

Para Pemasok Barang.

Kondisi pasar terong sebagai pasar

jalanan tradisional yaitu para pedagang

yang berada pada bahu jalan pada jalan

terong sebagai jalan penghubung antara

Jalan Gunung Bawakaraeng dengan Jalan

Mesjid Raya.

Pasar Terong pada malam hari

terlihat sepi karena para pedagang yang

berjualan sudah tutup. Para pedagang

tersebut hanya berjualan sampai sampai

sore hari yaitu pukul 18.00, sehingga

pasar terong pada malam hari terlihat sepi.

Setelah pukul 21.00 maka pasar terong

mulai terlihat beberapa pemasok barang

seperti sayur mayur dan beberapa

Page 13: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

441

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

kebutuhan lainnya dari beberapa daerah

kabupaten membongkar barang

bawaannya untuk diberikan ke para

pedagang yang akan menjual.

Para pemasok sewaktu membongkar

barang bawaannya di jalan terong para

pemasok hanya memarkir kendaraannya

tidak teratur ini disebabkan karena lapak-

lapak milik para pedagang terlalu keluar

dari bahu jalan dan berserakan di bahu

jalan sehingga para pemasok lainnya

terkadang terhalangi untuk jalan,

ditambah lagi bongkaran barang para

pemasok terkadang menutupi jalan.

Dengan demikian maka perlunya penataan

lapak – lapak yang lebih teratur, baik

sewktu berjualan maupun setelah

berjualan dengan merapikan lapak-lapak

mereka agar para pemasok yang datang

pada malam hari tidak terhalangi untuk

memasok barang bawaanya.

Dengan demikian maka pasokan

barang yang datang dimalam hari mulai

pukul 21.00 sampai pukul 5.00 dini hari

dapat berjalan lancar sehingga dapat

tercaoai efisiensi waktu dalam hal

memasok barang.

2. Analisis Kondisi Pasar Terong Pada

Pagi Hari Kaitannya Dengan Para

Pedagang dan Pembeli.

Pada pagi hari pasar terong tidak

seperti pada malam hari. Kondisi pasar

terong pada pagi hari sangatlah ramai hal

ini disebabkan oleh para pedagang dan

pembeli saling berinteraksi dalam hal

transaksi sesuai dengan kebutuhan

pembeli. Dengan banyaknya pembeli

mengakibatkan banyaknya transaksi yang

menyebabkan kemacetan, hal ini

diakibatkan oleh adanya beberapa pembeli

yang menggunakan kendaraan roda dua

tampa turun dari kendaraan mereka

membeli kebutuhannya sehingga pasar

tersebut sangat padat. Jalan terong sebagai

tempat pasar jalanan tradisional

merupakan jalan satu jalur yang mana

kendaraan masuk dari jalan gunung

bawakaraeng sampai jalan mesjid raya.

Hal yang menimbulkan kemacetan

adalah adanya beberapa kendaraan roda

dua maupun roda empat milik pedangan

setempat yang datang dari jalan mesjid

raya sehingga menimbulkan kemacetan.

Dengan adanya kemacetan tersebut maka

barang-barang para pedagang yang

mereka ambil dari pemasok mengalami

keterlambatan penjualan dan pembeli juga

mengalami ketidakyamanan dalam

berbelanja, dengan demikian maka

efisiensi waktu tidak tercapai.

Dengan melihat persoalan diatas

maka sebaiknya paara pedangan juga

ditata ulang untuk lebih teratur dan para

pengguna kendaraan baik roda dua

maupun roda empat agar lebih dipertegas

mengenai penggunaan jalan satu jalur,

Page 14: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

442

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

dengan demikian maka barang –barang

para pedagang dapat lebih cepat terjual

dan kenyamanan para pembeli dapat

tercapai seperti waktu yang diluangkan

untuk membeli dapat lebih cepat sehingga

efisiensi waktu dapat tercapai.

3. Analisis Pemasok Terhadap

Pedagang Sekitar Pasar.

Lingkungan pasar adalah tempat

dimana para pemasok memasukkan

barangnya ke pada para pedagang untuk

di perjual belikan. Lingkungan pasar

terong dari para pelaku yaitu pemasok,

pedagang dan pembeli dimana mereka

berinteraksi satu sama lainnya untuk

bertransaksi. Dengan mengetahui

lingkungan pasar maka pemasok dapat

mengetahui dan memenuhi kebutuhan

pedagang tampa harus menaikkan harga.

Lingkungan pasar terong dibedakan

menjadi dua yaitu lingkungan pemasok

pada malam hari dan lingkungan

pedagang dan pembeli pada pagi hari.

Lingkungan pemasok pada malam hari

adalah para pemasok memasukkan

barangnnya kepada pedagang, hal ini

dilakukan pada malam hari karena waktu

terjadi pada proses supply chain atau pola

pasokan yang terjadi selama ini

merupakan situasi yang tidak dapat

dihindari karena prosesnya mulai dari

petani sampai ke pemasok kemudian

pemasok sampai ke pasar sudah tidak

dapat dihindari. Sedangkan lingkungan

pedagang dan pembeli pada pagi hari

adalah lingkungan yang sangat pesat hal

ini terjadi karena pedagang dan pembeli

sudah saling berinteraksi untuk

melakukan transaksi jual beli barang-

barang yang telah dipasok ke pedagang

oleh pemasok di malam harinya.

4. Analisis Pemasok Terhadap

Bangunan Permanen Pasar

Yang Ada di Jalan Terong.

Pasar terong ini didirikan secara

alamiah oleh masyarakat sekitar jalan

terong berdasarkan kebutuhan masyarakat

setempat yang mulai ramai di awal tahun

1950-an. Beberapa tahun kemudian pasar

ini mengalami perubahan yaitu

pemerintah daerah kota makassar

merevitalisasi pasar tersebut agar

kondisinya lebih baik. Revitalisasi pasar

tersebut merupakan revitalisasi yang dapat

dikatakan tahap satu, revitalisasi ini

dilakukan pada masa pemerintahan

walikota H. M. Daeng Patompo pada

tahun 1972. Setelah itu 22 tahun

kemudian walikota Malik B. Masri

tepatnya tahun 1994 pemeritah melakukan

revitalisasi secara permanen dengan

membuat bangunan yang permanen

berlantai agar para pedagang dapat

ditempatkan pada bangunan pasar tersebut

sehingga pasar terong lebih tertata baik.

Page 15: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

443

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

Pasar terong adalah pasar rakyat

yang sifatnya tradisional, dengan sifat

atau karakteristik pasar tersebut sangat

mempengaruhi minat pembeli.

5. Analisis Pola Rantai Pemasokan

(Supply Chain) Terhadap Pasar

Terong.

Hasil pengamatan di saat

wawancara diketahui bahwa para

pedagang yang datang mengambil hasil

kebun dengan berbagai alat transfortasi

beruapa sepeda motor, sepeda, becak,

gerobak dorong, gerobak motor dan

mobil. Selain itu diketahui pula bahwa

para pedagang yang datang bukan saja

berasal dari para pedagang Pasar Terong

akan tetapi ada juga berasal dari Maros,

Takalar dan Sungguminasa Ada juga dari

Pasar Pabambaeng.

Gambar 7. Pola Rantai Pasokan (Supply

Chen)

Untuk pedagang lokal berasal dari

Pasar Kalimbu yang berbatasan dengan

Pasar Terong dan pedagang dari pasar

sekitarnya seperti Pasar yang terdapat di

Kelurahan Tompo Balang. dari hasil

wawancara timbul pertayaan mengapa

aktifitas pemasok harus di malam hari,

maka diketahui bahwa para petani kebun

dalam memetik hasil kebunnya dilakukan

pada pagi hari disaat matahari mulai

menyinari hasil kebun, hal ini dilakukan

karena para petani tidak ingin memetik

hasil kebun pada saat masih ada embun

pada buah karena hasil kebun tidak dapat

bertahan lama dan akan cepat rusak hasil

kebun. Inilah gambaran mengenai proses

pola rantai pasokan (Supply Chain) yang

ada di Pasar Terong dengan pola yang

berbeda antara pemasok lansung dengan

penyalur.

Para pemasok pun dalam

membongkar barangnya tidak hanya di

Jalan Gunung Bawakareang dan Jalan

Mesjid Raya akan tetapi masuk ke Jalan

Terong dan membongkar barangnya di

depan lapak-lapak (Warung kecil)

pedagang sehingga tidak membutuhkan

waktu yang lama. Selain tidak

membutuhkan waktu yang lama untuk

membongkar muatannya juga tidak

memgeluarkan biaya tambahan untuk

mengangkut barang dari tempat dibongkar

ke tempat jaualan.

6. Analisis Pengaruh Pasar Terong

Terhadap Lalu Lintas di Sekitarnya

Pengaruh lalu lintas merupakan

salah satu tuntutan yang diperlukan untuk

PETANI PETANI PETANI

PENGUMPUL

PEMASOK PENYALUR

PEDAGANG

PASAR

TERONG

PEMBELI

Page 16: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

444

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

setiap subyek dalam penelitian. Urgensi

aspek ini diteliti berdasarkan pada asumsi

bahwa dengan tingkat lalu lintas disekitar

Pasar Terong Makassar. Dengan

demikian, tinggi pengaruh keberadaan

PasarTerong terhadap tingkat lalu lintas

(kemacetan dan area parkir).

Berdasarkan pembahasan tersebut

dapatlah dinyatakan bahwa asumsi teoritis

yang dipahami selama ini cenderung

berlaku general pada semua kelompok

masyarakat dan segala kondisi bahwa

keberadaan PasarTerong dapat

memberikan pengaruh terhadap lalu lintas

terutama kemacetan dan area parker maka

perlu pembenahan dan perbaikan

penunjang terkait masalah kemacetan di

sekitar PasarTerong seperti area parker

dan penggunaan rambu-rambu lalu lintas

yang ada disekitar PasarTerong selain itu

juga perlu adanya dukungan masyarakat

dan pemerintah untuk mengatur sistem

lalu lintas yang selama ini sudah tidak

berjalan dengan baik.

7. Analisis Pengaruh Keberadaan

Pasar Terong Terhadap

Lingkungan.

Dalam menganalisis pengaruh

tingkat lingkungan terhadap kegiatan

Pasar Terong Makassar maka perlu

diperhatikan adalah mengkaji beberapa

variabel yang menjadi masalah di dalam

pada PasarTerong Makassar.

Pada bagian ini disajikan hasil

analisis data secara sistematis dianalisis

seberapa besar pengaruh sampah, estetika

dan keresahan masyarakat disekitar Pasar

Terong. Pengaruh lingkungan merupakan

salah satu tuntutan yang diperlukan untuk

setiap subyek dalam penelitian. Urgensi

aspek ini diteliti berdasarkan pada asumsi

bahwa dengan tingkat lingkungan

disekitar Pasar Terong Makassar. Dengan

demikian, tinggi pengaruh keberadaan

Pasar Terong terhadap tingkat lingkungan

(sampah dan estetika ).

Berdasarkan pembahasan tersebut

dapatlah dinyatakan bahwa asumsi teoritis

yang dipahami selama ini cenderung

berlaku general pada semua kelompok

masyarakat dan segala kondisi bahwa

keberadaan Pasar Terong dapat

memberikan pengaruh terhadap

lingkungan terutama sampah dan estetika

maka perlu pembenahan dan perbaikan

penunjang terkait masalah lingkungan

terutama masalah sampah, estetika dan

semrawut di sekitar PasarTerong seperti

tempat pembuangan sampah yang ada di

Pasar Terong tidak berfungsi dengan baik

karena sebagian pedagang masih

membuang sampahnya bukan pada tempat

yang telah disediakan selain itu juga perlu

adanya dukungan masyarakat dan

pemerintah untuk mengatur sistem

Page 17: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

445

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

persampahan yang selama ini sudah tidak

berjalan dengan baik.

8. Analisis Pengaruh Keberadaan

Pasar Terong Terhadap Kawasan

Permukiman Di Sekitarnya

Pengaruh kawasan permukiman

merupakan salah satu tuntutan yang

diperlukan untuk setiap subyek dalam

penelitian. Urgensi aspek ini diteliti

berdasarkan pada asumsi bahwa dengan

tingkat lingkungan yang ada disekitar

Pasar Terong Makassar. Dengan

demikian, tinggi pengaruh keberadaan

Pasar Terong terhadap tingkat lingkungan

dalam hal ini kepadatan, kumuh dan

semrawut. Adapun hasil pengolahan data

tentang keberadaan Pasar Terong terhadap

kawasan permukiman penduduk disekitar

Pasar Terong Makassar.

Berdasarkan Pembahasan tersebut

maka dapat dinyatakan bahwa asumsi

teoritis yang dipahami selama ini

cenderung berlaku general pada semua

kelompok masyarakat dan segala kondisi

bahwa keberadaan Pasar Terong dapat

memberikan pengaruh terhadap kawasan

permukiman terutama tingkat kepadatan,

kumuh dan semrawut maka perlu

pembenahan dan perbaikan penunjang

yang terkait masalah kawasan

permukiman terutama masalah tingkat

kepadatan, kumuh dan semrawut di

sekitar Pasar Terong seperti pengaturan

lapak-lapak pedagang yang jualan dan

pengaturan los-los pedagang sehingga

pembeli merasa nyaman untuk

berbelanja, selain itu juga perlu adanya

dukungan masyarakat baik yang ada

disekitar Pasar Terong atau dari luar

lingkungang Pasar Terong dan pemerintah

untuk mengatur ruang di Pasar Terong

Makassar sebagai pasar tradisional.

9. Faktor yang Terpengaruh Dengan

Keberadaan Pasar Jalanan

Tradisional Terhadap Lalu Lintas

Kemacetan yang terjadi pada kedua

jalan yang disebabkan keberadaan pasar

jalanan tradisional dari hasil kuisioner

dimana dari 28 responden yang memberi

jawaban untuk opsi sangat berpengaruh

sebanyak 22 orang (78,57%), dan untuk

kategori opsi berpengaruh sebanyak 4

orang (14,28%) sedangkan pada kategori

opsi tidak tahu sebanyak 2 orang (7,15%)

untuk lebih jelas dapat dilihat pada

tabelberikut.

Tabel 9.Pengaruh Keberadaan Pasar

Jalanan tradisional Terhadap

Tingkat Kemacetan

Tingkat

Kemacetan

Frekuensi

(f)

Prosentase

(%)

Sangat

berpengaruh

Berpengaruh

Tidak Tahu

22

4

2

78,57

14,28

7,15

Jumlah 28 100,00

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015

Sarana jalan sebagai salah satu

infrastruktur yang tidak dapat digunakan

secara maksimal yang disebabkan

Page 18: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

446

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

keberadaan pasar jalanan tradisional dari

hasil kuisioner dimana dari 28 responden

yang memberi jawaban untuk opsi sangat

berpengaruh sebanyak 18 orang (64,28%),

dan untuk kategori opsi berpengaruh

sebanyak 5 orang (17,85%) sedangkan

pada kategori opsi tidak tahu sebanyak 5

orang (17,85%) untuk lebih jelas dapat

dilihat pada tabel berikut

Tabel10.Pengaruh Keberadaan Pasar

Terong Terhadap Sarana Parkir

Tingkat Sarana

Parkir

Frekuensi

(f)

Prosentase

(%)

Sangat Berpengaruh

Berpengaruh

Tidak Tahu

18

5

5

64,28

17,85

17,85

Jumlah 28 100,00

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 205

10. Faktor Yang Terpengaruh Dengan

Keberadaan Pasar Jalanan

Tradisional Terhadap Lingkungan

Masyarakat

a. Persampahan

Pengelolaan persampahan yang

disebabkan keberadaan Pasar jalanan

Tradisional dari hasil kuisioner dimana

dari 28 responden yang memberi jawaban

untuk opsi sangat berpengaruh sebanyak 8

orang (28,57%), dan untuk kategori opsi

berpengaruh sebanyak 12 orang (42,85%)

sedangkan pada kategori opsi tidak tahu

sebanyak 8 orang (28,57%) untuk lebih

jelas dapat dilihat pada table berikut

Tabel 11.Pengaruh Keberadaan Pasar

Jalanan Tradisional Terhadap

Sampah Tingkat Pengaruh

Terhadap Sampah

Frekuensi

(f)

Prosentase

(%)

Sangat Berpengaruh

Berpengaruh

Tidak tahu

8

12

8

28,57

43,85

28,57

Jumlah 28 100,00

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015

b. Nilai Estetika

Pada tingkat nilai estetika

lingkunganyang disebabkan keberadaan

PasarTerong dari hasil kuisioner dimana

dari 28 responden yang memberi jawaban

untuk opsi sangat berpengaruh sebanyak

10 orang (35,71%), dan untuk kategori

opsi berpengaruh sebanyak 9 orang

(32,14%) sedangkan pada kategori opsi

tidak berpengaruh sebanyak 9 orang

(32,14%) untuk lebih jelas dapat dilihat

pada tabelberikut

Tabel 12. Pengaruh Keberadaan Pasar

Jalanan Tradisional Terhadap

Estetika dan Kumuh

Lingkungan Tingkat Estetika

Lingkungan

Frekuensi

(f)

Prosentase

(%)

Sangat Berpengaruh

Berpengaruh

Tidak Tahu

10

9

9

35,71

32,14

32,14

Jumlah 28 100,00

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015

c. Aspek Efisien

Aspek efisiensi yang disebabkan

keberadaan Pasar Jalanan Tradisional dari

hasil kuisioner dimana dari 65 responden

yang memberi jawaban untuk opsi sangat

berpengaruh terjadinya efisiensi sebanyak

19 orang (67,85%), dan untuk kategori

Page 19: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

447

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

opsi berpengaruh sebanyak 7 orang (25%)

sedangkan pada kategori opsi tidak tahu

sebanyak 2 orang (7,14%) untuk lebih

jelas dapat dilihat pada tableberikut;

Tabel 13. Pengaruh Keberadaan Pasar

Jalanan Tradisional Terhadap

Efisiensi Pedagang dan Pembeli

Tingkat Efisiensi

Pedangan &

pembeli

Frekuensi

(f)

Prosentase

(%)

Sangat Berpengaruh

Berpengaruh

Tidak Tahu

19

7

2

67,85

25

7,14

Jumlah 28 100,00

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015

d. Nyaman

Kenyamanan bagi pedagang dalam

hal menjual didapat dari hasil kuisioner

dimana dari 28 responden yang memberi

jawaban untuk opsi sangat berpengaruh

sebanyak 18 orang (64,28%), dan untuk

kategori opsi berpengaruh sebanyak 7

orang (25%) sedangkan pada kategori

opsi tidak tahu sebanyak 3 orang

(10,71%) untuk lebih jelas dapat dilihat

pada tabelberikut:

Tabel 14. Pengaruh Keberadaan Pasar

Jalanan Tradisional Terhadap

Kenyamanan Tingkat

KenyamananPedagang

Frekuensi

(f)

Prosentase

(%)

Sangat Berpengaruh

Berpengaruh

Tidak Tahu

18

7

3

64,28

25,00

10,71

Jumlah 28 100,00

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015

e. Murah

Harga murah dalam hal penjualan

yang disebabkan pemasok langsung ke

penjual tampa biaya mengangkut ke

dalam pasar dari hasil kuisioner dimana

dari 28 responden yang memberi jawaban

untuk opsi sangat berpengaruh sebanyak

19 orang (67,85%), dan untuk kategori

opsi berpengaruh sebanyak 6 orang

(21,42%) sedangkan pada kategori opsi

tidak berpengaruh sebanyak 3 orang

(10,71%) untuk lebih jelas dapat dilihat

pada tableberikut ;

Tabel 15.Pengaruh Keberadaan Pasar

Jalanan Tradisional Terhadap

Harga Barang yang Murah Tingkat Haarga

Barang yang Murah

Frekuensi

(f)

Prosentase

(%)

Sangat Berpengaruh

Berpengaruh

TidakTahu

19

6

41

67,85

21,42

10,71

Jumlah 28 100,00

Sumber: Hasil Analisis, Tahun 2015

11. Pengaruh Efisiensidan PrilakuYang

MempengaruhiDengan Keberadaan

Pasar Jalanan TradisionalTerhadap

Pasar Terong Makassar

Melihat prilaku para petani kebun

yang hasil kebunnya di bawa ke

pengumpul setelah itu pengumpul

memberikan ke pemasok yang tidak lain

adalah orang yang akan membawa hasil

kebun tersebut ke Makassar dan akan

diberikan kepada penyalur atau pedagang,

dimana pedagang akan menjualnya pada

pagi hari saat para pembeli sudah banyak

yang datang. Dengan melihat proses

tersebut maka telah terjadi suatu proses

yang dikenal dengan pola rantai pasokan

(Supply Chain).

Page 20: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

448

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

Pola rantai pasokan (Supply Chain)

yang terjadi di Pasar Terong adalah pola

rantai pasokan (Supply Chain) yang

bersifat tradisional, dikatakan tradisional

karena manajemen yang digunakan adalah

masih menggunakan cara-cara tradisional,

misalnya penyaluran barang masih

menggunakan sepeda motor walaupun

dengan barang yang banyak. Demikian

pula dalam hal pengambilan oleh para

pedagang, dengan mengambil barang

tampa faktur atau nota hanya

mengandalkan kepercayaan dan ingatan

semata.

Proses yang dilakukan para

pemasok seperti pola rantai pasoka

(Supply Chain), maka tampa disadari oleh

pemasok, penyalur dan pedagang telah

terjadi efisiensi yang mana pengertian

Efisiensi adalah pertama ketepatan cara

(usaha, kerja) dalam menjalankan sesuatu

(dengan tidak membuang waktu, tenaga,

biaya); kedayagunaan dan ketepatgunaan.

Kedua adalah kemampuan menjalankan

tugas dengan baik dan tepat (dengan tidak

membuang waktu, tenaga, biaya).

Terjadinya efisiensi maka para

pedagang merasa di untungkan sehingga

barang-barang hasil kebun atau sayur

mayaur dan barang lainnya seperti

lombok, tomat, bawang dan kebutuhan

lainnya dapat di jual lebih murah hal ini

disebabkan penyaluran barang-barang

tersebut tidak membutuhkan biaya karena

proses penyaluran barang-barang tersebut

diadakan didepan los atau lapak-lapak

pedagang sehingga biaya pendistribusian

barang-barang tidak membutuhkan biaya.

Dengan demikian maka para pedagang

sudah merasa nyaman berjualan ditempat

yang ada sekarang yaitu di badan jalan.

12. Analisis Tata Letak Pasar Terong

Beberapa elemen ruang luar yang

perlu ditata yaitu :

a. Elemen lunak berupa taman, jalur hijau

yang dapat berfungsi sebagai

- Menciptakan suasana nyaman dan

teduh.

- Mengatur pola sirkulasi dan pedestrian

bagi pedestrian bagi para pejalan kaki

sehingga keduanya merasa aman dan

nyaman.

- Pelindung dan penyaring dari polusi

udara maupun kebisingan.

- Penciptaan udara yang bersih dan

sebagai tempat berteduh dari terik

matahari.

b. Elemen keras meliputi.

- Tempat parkir kendaraan

- Sirkulasi bagi pejalan kaki yaitu

adanya trotoar kedua sisi jalan

sehingga tidak mengganggu jalan

kendaraan yang ada.

- Perkerasan (jalan/paving block)

Desain ruang luar diarahkan untuk

mampu menghadirkan kejelasan orientasi

Page 21: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

449

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

serta arah gerak dengan penerapan

elemen ruang luar berupa vegetasi dan

material yang digunakan.

a. Pedestrian

Sirkulasi pejalan kaki harus

memberikan rasa aman dan nyaman.

Material yang digunakan adalah paving

blok dengan permukaan yang rata dan

tidak licin.

b. Lampu taman

Lampu taman merupakan suatu

elemen ruang luar yang cukup penting

ditinjau dari segi fungsional maupun

estetisnya. Fungsi utama sebuah lampu

memang sebagai sarana penerangan luar

pada malam hari, namun disiang hari

berfungsi sebagai elemen estetik yang

menambah keindahan ruang luar.

c. Vegetasi

Vegetasi dapat berfungsi sebagai

peneduh /penyejuk saat terik matahari,

sebagai barier yang dapat memperkecil

kecepatan angin dan sebagai penyaring

kebisingan. Vegetasi yang dipilih untuk

ruang luar pada Pasar Sentral yaitu pohon

pelindung.

d. Elemen Bangunan

Selain ruang disekitar pasar terong

di tata maka para pedagang juga dapat

ditata kembali dengan membuatkan suatu

bangunan permanen yang sifatnya terbuka

yaitu bangunan tampa dinding pembatas

disekeliling bangunan seperti halnya

gudang besar dengan lokasi

mempergunakan lokasi Pasar terong yang

sudah tidak maksimal penggunaannya.

Sehingga para pedagang dapat

dipindahkan kedalam bangunan tersebut

dengan tidak merubah sistem supply chen

yang selama ini berlangsung. Dengan

demikian maka para pemasok yang

selama ini membongkar barangnya di

Jalan Gunung Bawakaraeng dan Jalan

Mesjid Raya tidak lagi membongkar di

jalan tersebut akan tetapi membongkar di

dalam bangunan pasar tepat di depan

lapak-lapak para pedangan. Dengan

demikian maka sistem Supply Chen yang

berlangsung selama ini tetap berjalan

hanya lokasi mensupply barang di

pindahkan ke dalam pasar, sehingga para

pedagang dapat menerima penataan yang

dilakukan.

E. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

a. Pola rantai pasokan atau Supply Chain

yang terjadi di Pasar Terong adalah

suatu pola tradisional yang sudah lama

berlangsung bahkan jauh sebelum

pasar terong menjadi sebuah pasar

yang dikenal sebagai pasar terong di

Makassar.

b. Supply Chain tersebut berlangsung

dengan urutan-urutan kegiatan yaitu :

- Petani memetik hasil kebun dipagi hari

antara jam 7.00 sampai jam 10.00.

Page 22: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

450

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

- Kemudian di bawa ke pengumpul

antara jam 10.00 sampai jam 13.00

- Setelah jam itu jam antara jam 14.00

sampai jam 17.00 pemgumpul

membawa ke tempat penjemputan

barang yakni lokasinya di pinggir jalan

raya.

- Antara jam 15.00 sampai jam 18.00

pemasok sudah mengambil hasil kebun

tersebut untuk kemudian dibawa ke

Kota Makassar.

- Hasil kebun tersebut dibawa ke Kota

Makassar antara jam antara jam 21.00

sampai jam 2.00 pagi hari.

- Pedagang datang mengambil hasil

kebun tersebut dari pemasok antara

jam 12.00 sampai jam 6.00

- Kemudian pedagang mulai menjual

antara jam 4.00 sampai jam 18.00

c. Dengan adaanya pola rantai dengan

cara tradisional yang sampai sekarang

tetap dilakukan dengan membongkar

barang kebutuhan para pedagang di

depan lapak-lapak (sejenis warung

dipinggir jalan) mereka membuat para

pedagang merasa nyaman dengan

keadaan selama ini berlangsung

sehingga para pedagang tersebut

cenderung menolak setiap perubahan

yang akan dilakukan di pasar terong

tetapi dianggap tidak sesuai dengan

kebiasaan mereka.

d. Pasar terong bisa tetap eksis sebagai

pasar jalan tradisional sampai sekarang

ini karena pola rantai pasokan

tradisional yang mendukung

eksistensinya sebagai pasar jalanan

tradisional juga masih eksis dan tetap

menjamin efektifitas dan efisiensi yang

dirasakan pemasok, penyalur,

pedagang dan pembeli.

e. Dengan sistem pasar jalanan

tradisional dan model supply chain

terus menerus mendukung efisiensi dan

eksistensi pasar terong sebagai pasar

jalan tradisional membuat pasar terong

tetap eksis sebagai pasar jalanan

tradisional dan sangat sulit untuk

mengarakan menjadi sebuah pasar

modern.

2. Saran

Menertibkan suatu pasar atau

mengarahkan suatu pasar khususnya

pasar terong untuk menjadi sebuah pasar

yang modern sesuai standar maka perlu

dipertimbangkan berbagai hal, bukan

hanya bagaimana melakukan perubahan

secara fisik pada pasar terong yang sudah

ada, akan tetapi dalam waktu yang

bersamaan juga harus diupayakan

pengganti model supply chain yang

tradisional pada pasar terong dengan suatu

model supply chain yang lebih modern

tetapi dapat tetap menjamin efisiensi.

Page 23: EFISIENSI PERKOTAAN DAN POLA RANTAI PASOKAN DI PASAR

451

Jurnal Ecosystem Volume 16 Nomor 3, Oktober – Desember 2016

Dengan mengantikannya supply

chain yang lebih modern dan dapat

menjamin efisiensi sehingga dapat

diterima oleh pemasok, penyalur dan

pedagang maka perubahan fisik dan

penataan yang dilakukan pada pasar

terong akan bermanfaat.

DAFTAR PUSTAKA

Darmawan, Edy, 2003, Teori dan Kajian

Ruang Publik Kota, Badan Penerbit

UNDIP Semarang.

Eisenring,T.S.S. dan B, Surya,

2011.“Articulation of urban Spasial

a Conceptualapproach toward

Sustainable urban Spasial for Third

World Cities” Tekstur Kota vol II,

Nomor 1. Januari – April 2011

Darmawan, Edy, 2003, Teori dan

Implementasi Perancangan Kota,

Badan Penerbit UNDIP Semarang.

Sjafrizal, 2012, Ekonomi wilayah Dan

Perkotaan, Alumni Bandung

Supriyono. 1997. Akuntansi Manajemen II

Komarudin, 1997, Menelusuri

Pembangunan Perumahan dan

Permukiman, Yayasan REI, PT.

Rakasindo.

Peraturan Menteri Dalam Negeri, Nomor

4 Tahun 1996, Tentang Pedoman

Perubahan Pemanfaatan Lahan

Perkotaan.

Rapoport, Amos, 1975, Pengantar

Sejarah Perencanaan Kota,

Intermatra, Bandung.

Rukayah, R. Siti, 2005, Simpang Lima

Semarang Lapangan Kota Dikepung

Ritel. Santo so, Singgih, 2003,

Mengatasi Berbagai Masalah

Statistik dengan SPSS versi11.5,

Kelompok Gramedia, Penerbit PT

Elex Media Komputindo, Jakarta.

Shirvani, Hamid, 1984, The Urban

Design Process, Van Nostrand

ReinholdCompany, New York –

USA.

Snyder James C., Catanase Anthony J.,

1979, Introduction to Architecture,

Mc. Graw-Hill.

Snyder James C., Catanase Anthony J.,

1989, Urban Planning, Mc.Graw-

Hill. Spreiregen Paul D., 1965, The

Architecture of Towns And Cities,

Mc.Graw-Hill. Sugiyono, Wibowo

Eri, 2004, Statistika Untuk

Penelitian, Alfab eta. Bandung.

Trancik, R., 1986, Finding Lost

Space : Theories of Urban Design,

Van NostrandReinhold, New York.

____ Kecamatan Bontoala Dalam Angka

____ Profil Kelurahan Tompo Balang