analisis rantai pasokan buah kelapa (studi kasus rantai ... · (studi kasus rantai pasokan buah...

110
ANALISIS RANTAI PASOKAN BUAH KELAPA (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) Oleh HANI F34102101 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Upload: nguyenlien

Post on 06-Mar-2019

266 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

Page 1: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

ANALISIS RANTAI PASOKAN BUAH KELAPA

(Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor)

Oleh

HANI

F34102101

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 2: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

2

ANALISIS RANTAI PASOKAN BUAH KELAPA

(Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

HANI

F34102101

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 3: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

3

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

ANALISIS RANTAI PASOKAN BUAH KELAPA

(Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Pada Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh

HANI

F34102101

Dilahirkan pada tanggal 2 November 1983

Di Kotamadya Bogor

Tanggal lulus : 26 Januari 2007

Disetujui,

Bogor, Maret 2007

Dr. Ir. Sukardi, MM Pembimbing Akademik

Page 4: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

4

Hani. F34102101. Supply Chain Analysis for Coconut (Case Study in Bogor Regency, Indonesia). Supervised by : Sukardi.

SUMMARY

Coconut has many benefit derived from almost of its parts which are able

to be processed into various products. Coconut are available in large amount in Indonesia. Indonesia’s coconut production (copra equal) in 2004 reach the amount of 3.301.942 tons. So far Bogor is unable to fulfill its needs of coconut so that the coconut supply must be sent from other areas. Coconut for direct use and industry in Bogor supplied from traditional markets. This research is intended for the managers of the traditional markets and members of the supply chain to provide more efficient supply chain system. The research objectives are to analyze coconut supply chain management in Bogor and to analyze the efficiency of the supply chain. Coconut supply chain investigated in this research is the ripe coconut supply chain. Coconut supply chain management analysis is limited only on descriptive analysis of logistic network configuration, inventory control and supply chain integration. Supply chain efficiency analysis consist of marketing margin analysis and efficiency analysis of coconut supply allocation.

Primary members of the coconut supply chain in Bogor are the interregion traders (IT), whole sellers, retailers and consumers including industries. The secondary members are transportation service company, the packaging sellers, the sellers of coconut scrapping and (milk) pressing machine, and the machinary fuel sellers. The IT that periodically supply coconut to Bogor come from three regions which are Banten, Tasikmalaya-Ciamis and Lampung. They supply coconut to the whole sellers at Pasar Baru Bogor, Pasar Kebon Kembang, Pasar Sukasari, Pasar Merdeka and Pasar Jambu Dua.

Coconut transported to Bogor with trucks and pick ups. Coconut carried by IT received by the whole sellers. There are some whole sellers, who accept the coconut from IT, which sell it directly to consumer. Some other sell the coconut also to the retailer in the same market or from different market. Based on interview result during the research, total amount of coconut entering Bogor is 1.195.500 nuts per month which most are from Banten. Coconut are accepted from IT and stored in the form of coconut that almost of their fiber is husked. Whole seller store coconuts in masonry wall warehouse, wooden warehouse, or in the market kiosk.

Coconut supply chain in Bogor implements the pull strategy, although not the pure one. IT only supply coconut based on the whole seller’s demand. The flexibility of the relationship between IT and whole sellers in coconut supply chain also performed by the risk sharing system. This system is about exchanging the rotten coconut from the whole seller’s storage with the new fruit carried by IT. The partnership between them can in terms of coconut payment system to the IT that can be take place after the fruits get delivered by the whole sellers.

Marketing channel No. 1 is the most efficient channel among channels that involve retailer, because the functional cost is the lowest and occur more fair profit distribution to the cost that each member spent. This marketing channel consist of IT from Banten, whole seller and retailer from Pasar Kebon Kembang-Merdeka. For the channel that not involve retailer, marketing channel No. 5 is the

Page 5: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

5

most efficient channel because it needs the lowest functional cost and occur more fair profit distribution to the cost that each member spent. Marketing channel No. 5 consist of IT from Tasikmalaya-Ciamis and whole seller from Pasar Baru Bogor.

Transportation model result is coconut allocation that minimize the coconut transportastion cost to traditional markets in Bogor. The transportation cost is minimum if the supply of coconut in Pasar Baru Bogor received from IT from Tasikmalaya-Ciamis (165.500 nuts) and from IT from Lampung (172.000 nuts), the coconut supply for Pasar Kebon Kembang-Merdeka received from IT from Banten (499.000 nuts) and from IT from Tasikmalaya-Ciamis (179.000 nuts), and the coconut supply for Pasar Jambu Dua received from IT from Tasikmalaya-Ciamis (176.000 nuts). Coconut supply with such allocation is more efficient because its reduce transportation cost as much as Rp. 13.311.680,00 per month.

Page 6: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

6

Hani. F34102101. Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Tua Di Kotamadya Bogor). Di bawah bimbingan : Sukardi.

RINGKASAN

Buah kelapa memiliki banyak manfaat di mana hampir seluruh bagian

buah tersebut dapat diolah menjadi berbagai macam produk. Buah kelapa tersedia dalam jumlah yang cukup melimpah di Indonesia. Produksi kelapa Indonesia (setara kopra) mencapai 3.301.942 ton pada tahun 2004. Kota Bogor tidak mampu memenuhi kebutuhan kelapanya secara mandiri sehingga penyediaannya memerlukan pasokan dari daerah lain. Buah kelapa untuk kebutuhan penduduk dan industri di Kota Bogor diperoleh dari pasar-pasar tradisional. Penelitian ini diharapkan dapat djadikan pertimbangan oleh pihak pengelola pasar dan anggota-anggpta rantai pasokan untuk mengadakan sistem pemasokan yang lebih efisien. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengelolaan rantai pasokan buah kelapa tua di Kota Bogor serta menganalisis efisiensi rantai pasokan buah kelapa tua di Kota Bogor. Rantai pasokan buah kelapa yang diteliti pada penelitian ini adalah rantai pasokan buah kelapa tua. Analisis pengelolaan rantai pasokan kelapa terbatas pada analisis deskriptif untuk konfigurasi jaringan logistik, pengendalian inventori dan integrasi rantai pasokan. Analisis efisiensi rantai pasokan terdiri dari analisis marjin pemasaran dan analisis efisiensi alokasi pasokan kelapa.

Anggota primer rantai pasokan buah kelapa tua di Kota Bogor yaitu Pedagang Antar Wilayah (PAW), pedagang besar, pedagang eceran dan konsumen termasuk industri. Anggota sekundernya yaitu lembaga jasa transportasi, pedagang kemasan, pedagang mesin pemarut dan pemerasan santan, serta penyedia bahan bakar mesin-mesin tersebut. Seluruh aliran rantai pasokan di Kota Bogor memperoleh kelapa dari PAW. PAW yang memasok buah kelapa ke Kota Bogor secara rutin berasal dari tiga wilayah yaitu Banten, Tasikmalaya-Ciamis dan Lampung. Mereka memasok buah kelapa ke pedagang besar di Pasar Baru Bogor, Pasar Kebon Kembang, Pasar Sukasari, Pasar Merdeka dan Pasar Jambu Dua.

Kelapa diangkut dari daerah-daerah penghasil kelapa ke Kota Bogor dengan menggunakan truk-truk jenis colt diesel serta kendaraan jenis pick up. Kelapa-kelapa dari PAW diterima oleh para pedagang besar. Pedagang besar tersebut ada yang langsung menjual kelapa kepada konsumen, adapula yang menjualnya lagi kepada pedagang-pedagang pengecer baik dalam satu pasar maupun berlainan pasar. Berdasarkan hasil wawancara selama penelitian, total jumlah kelapa yang masuk ke Kota Bogor berjumlah 1.195.500 butir per bulan yang sebagian besar berasal dari Banten. Kelapa diterima dari PAW dan disimpan dalam bentuk kelapa yang sebagian besar sabutnya telah dikupas. Pedagang besar menyimpan kelapa dalam gudang tembok, gudang kayu ataupun dalam kios pasar.

Rantai pasokan kelapa di Kota Bogor menggunakan strategi pull. PAW hanya memasok kelapa jika diminta oleh pedagang besar. Fleksibilitas hubungan antara PAW dan pedagang besar dalam rantai pasokan kelapa ke Kota Bogor juga terwujud dalam sistem pembagian resiko antara keduanya. Sistem tersebut berupa penukaran kelapa yang busuk di tempat penyimpanan pedagang besar dengan kelapa baru yang dibawa oleh PAW. Kemitraan antara beberapa PAW dan

Page 7: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

7

pedagang besar juga terlihat dengan adanya sistem pembayaran kelapa kepada pihak PAW dilakukan setelah kelapa tersebut telah laku terjual kepada konsumen ataupun pedagang pengecer.

Saluran pemasaran ke-1 adalah saluran yang paling efisien di antara saluran yang melibatkan pedagang pengecer, karena biaya fungsionalnya paling rendah dan terjadi distribusi keuntungan yang lebih adil terhadap biaya yang dikeluarkan masing-masing anggota saluran. Saluran pemasaran tersebut terdiri dari PAW dari Banten serta pedagang besar dan pedagang pengecer dari Pasar Kebon Kembang-Merdeka. Untuk saluran yang tidak melibatkan pedagang pengecer, saluran ke-5 adalah saluran yang paling efisien karena memerlukan biaya fungsional paling rendah dan terjadi distribusi keuntungan yang lebih adil terhadap biaya yang dikeluarkan masing-masing anggota saluran. Saluran pemasaran ke-5 terdiri dari PAW dari Tasikmalaya-Ciamis serta pedagang besar dari Pasar Baru Bogor.

Model transportasi menghasilkan alokasi kelapa yang meminimalkan biaya transportasi kelapa ke pasar-pasar di Kota Bogor. Biaya transportasi minimal jika Pasar Baru Bogor mendapat pasokan kelapa dari Tasikmalaya-Ciamis (165.500 butir) dan Lampung (172.000 butir), Pasar Kebon Kembang-Merdeka mendapat pasokan kelapa dari Banten (499.000 butir) dan Tasikmalaya-Ciamis (179.000 butir), serta Pasar Jambu Dua memperoleh seluruh pasokan kelapa dari Banten (176.000 butir). Pemasokan kelapa dengan alokasi tersebut lebih efisien karena mengurangi biaya transportasi sebesar Rp. 13.311.680,00 per bulan.

Page 8: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

8

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul

“Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah

Kelapa Di Kotamadya Bogor)” adalah hasil karya asli saya sendiri, dengan

arahan dosen pembimbing akademik, kecuali yang dengan jelas ditujukan

rujukannya.

Bogor, 20 Januari 2007

Yang Membuat Pernyataan

Hani

F34102101

Page 9: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

9

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Bogor Jawa Barat pada tanggal

2 November 1983 dari pasangan Abdul Aziz Harran dan Ratu

Erna Darmiasih. Penulis adalah anak terakhir dari empat

bersaudara. Pada tahun 1988 penulis masuk Taman Kanak-kanak

Al Irsyad Bogor dan lulus pada tahun 1990, kemudian

melanjutkan ke Sekolah Dasar Al Irsyad Bogor dan lulus pada tahun 1996.

Tahun 1996 penulis melanjutkan sekolah ke SLTP Negeri 1 Bogor dan lulus

tahun 1999. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan ke SMU

Negeri 1 Bogor dan lulus pada tahun 2002.

Tahun 2002 penulis diterima di Departemen Teknologi Industri

Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru. Penulis pernah menjadi asisten praktikum

MK. Penerapan Komputer Tahun 2005. Penulis melaksanakan Praktek

Lapangan di PERUM BULOG pada Unit Pengolahan Gabah Beras dan Gudang

BULOG BARU yang terletak di Binong, Subang. Sebagai salah satu syarat

untuk memperoleh gelar sarjana, penulis menyusun skripsi yang berjudul

Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai Pasokan Kelapa Di

Kotamadya Bogor).

Page 10: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

i

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena hanya

dengan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi

yang berjudul “Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai

Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor)”. Tulisan ini adalah salah satu

persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian di Fakultas

Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis telah mendapatkan banyak

bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini

penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Dr. Ir. Sukardi, MM selaku dosen pembimbing akademik atas petunjuk, saran

dan bimbingannya selama penulis menjadi mahasiswa S1 serta dalam

penelitian.

2. Ir. Muslich, MS dan Dr. Ir. Yandra Arkeman M.Eng atas kesediaannya

menjadi penguji serta atas arahan dan bimbingannya.

3. Pihak Kantor Kesbang-Linmas dan Dinas Perindagkop Kotamadya Bogor,

para staf Unit Pengelola Teknis Dinas Pasar Baru Bogor, Pasar Merdeka,

Pasar Kebon Kembang, Pasar Jambu Dua, Pasar Sukasari, Pasar Gunung Batu,

Pasar Padasuka, serta para pedagang kelapa atas kesediaanya untuk membantu

penulis dalam pelaksanaan penelitian.

4. Ayahanda Abdul Aziz Harran, ibunda Ratu Erna Darmiasih serta para kerabat

yang telah memberikan semangat, dorongan dan doa yang tulus bagi penulis

selama menempuh kuliah dan menyelesaikan penelitian.

5. Teman dan kakak sebimbingan (Novi, Euis, Asep, Mbak Wati dan Mas Rio)

atas bantuan dan kebersamaannya.

6. Seluruh mahasiswa TIN 39 dan semua pihak yang telah memberikan bantuan

dan dukungannya selama penulis menyelesaikan kuliah dan penulisan skripsi

yang tidak dapat disebutkan satu per satu.

Page 11: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

ii

Semoga Allah SWT memberikan balasan atas semua bantuan dan

dorongan yang telah diberikan. Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh

dari sempurna sehingga penulis sangat terbuka terhadap kritik dan saran yang

bersifat membangun. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi perkembangan

ilmu pengetahuan.

Bogor, Februari 2007

Penulis

Page 12: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................... i DAFTAR TABEL ............................................................................................ iv DAFTAR GAMBAR ........................................................................................ v DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... vi

I. PENDAHULUAN ..................................................................................... 1

A. Latar Belakang ....................................................................................... 1 B. Tujuan ..................................................................................................... 4 C. Ruang Lingkup ....................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................ 5

A. Kelapa (Cocos nucifera L.) .................................................................... 5 B. Buah Kelapa ........................................................................................... 9 C. Kondisi Perkelapaan Indonesia .............................................................. 14 D. Supply Chain Management .................................................................... 18 E. Metode Penelitian ................................................................................... 21 F. Efisiensi Pemasaran ................................................................................ 22 G. Programa Linier ...................................................................................... 23 H. Model Transportasi ................................................................................ 26 I. LINDO ................................................................................................... 27 J. Hasil Penelitian Terdahulu ..................................................................... 27

III. METODOLOGI ........................................................................................ 31

A. Kerangka Pemikiran ............................................................................... 31 B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 31 C. Jenis dan Sumber Data ........................................................................... 31 D. Metode Penelitian .................................................................................. 32 D.1. Metode Pengumpulan Data ............................................................. 33 D.2. Metode Analisis Data ...................................................................... 34

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................................. 38

A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian ......................................................... 38 B. Konsumsi dan Kebutuhan Buah Kelapa ................................................. 41 C. Identifikasi Anggota Rantai Pasokan ..................................................... 42 D. Konfigurasi Jaringan Logistik ................................................................ 45 E. Pengendalian Inventori ........................................................................... 52 F. Integrasi Rantai Pasokan ........................................................................ 55 G. Marjin Pemasaran ................................................................................... 57 H. Model Transportasi ................................................................................ 61 V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................................... 68

A. Kesimpulan ............................................................................................ 68 B. Saran ....................................................................................................... 69

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 70 LAMPIRAN ...................................................................................................... 73

Page 13: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

iv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Komposisi daging kelapa pada berbagai tingkat umur ....................... 10

Tabel 2. Komposisi asam amino dalam protein daging kelapa ........................ 11

Tabel 3. Komposisi kimia air buah kelapa ....................................................... 12

Tabel 4. Produk-produk pangan menurut jenis kelapa .................................... 14

Tabel 5. Luas lahan perkebunan kelapa nasional menurut status pengusahaan........................................................................................ 15

Tabel 6. Produksi perkebunan kelapa nasional menurut status pengusahaan .. 15

Tabel 7. Penggunaan domestik berbagai produk kelapa di Indonesia ............. 16

Tabel 8. Volume ekspor ekspor beberapa produk kelapa Indonesia ............... 17

Tabel 9. Impor Indonesia untuk beberapa produk kelapa ................................ 18

Tabel 10. Jumlah penduduk Kotamadya Bogor Tahun 2000-2004 ................... 39

Tabel 11. Aktivitas anggota primer rantai pasokan kelapa di Kota Bogor ........ 44

Tabel 12. Harga rata-rata buah kelapa di tingkat pedagang besar ..................... 47

Tabel 13. Biaya transportasi kelapa dari setiap daerah asal ke setiap pasar ....... 48

Tabel 14. Kebutuhan buah kelapa industri pengolahnya di Kotamadya Bogor .................................................................................................. 50

Tabel 15. Biaya, keuntungan dan marjin pemasaran ......................................... 59

Tabel 16. Rasio keuntungan terhadap biaya total .............................................. 60

Tabel 17. Variabel keputusan yang dicari ......................................................... 62

Tabel 18. Biaya transportasi dari tiap sumber ke tiap tujuan ............................ 64

Tabel 19. Matriks persoalan transportasi pasokan kelapa ................................. 65

Tabel 20. Nilai optimal variabel keputusan ....................................................... 66

Tabel 21. Batas-batas perubahan biaya transportasi ........................................... 67

Tabel 22. Batas-batas perubahan ruas kanan persamaan kendala ..................... 67

Page 14: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

v

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Buah dan pohon kelapa dalam Tenga ........................................... 5

Gambar 2. Buah dan pohon kelapa Malayan Red Dwarf ............................... 6

Gambar 3. Buah dan pohon kelapa Hibrida PB-121 ...................................... 7

Gambar 4. Diagram tahapan penelitian rantai pasokan buah kelapa di Kotamadya Bogor ......................................................................... 32

Gambar 5. Tahapan analisis model transportasi buah kelapa ke Kotamadya Bogor ............................................................................................ 37

Gambar 6. Lokasi pasar-pasar tradisional di Kotamadya Bogor ..................... 40

Gambar 7. Pola aliran pasokan kelapa ............................................................ 45

Gambar 8. Sumber dan penyebaran pasokan kelapa per bulan di Kota Bogor ............................................................................................ 49

Gambar 9. Penyebaran pasokan buah kelapa per bulan di pasar tradisional Kota Bogor ..................................................................................... 51

Gambar 10. Sumber dan pusat permintaan kelapa ........................................... 61

Page 15: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

vi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pohon Industri Kelapa ................................................................ 73

Lampiran 2. Deskripsi Beberapa Jenis Kelapa ............................................... 74

Lampiran 3. Deskripsi Kelapa Hibrida PB-121 .............................................. 76

Lampiran 4. Jumlah Pasokan Pedagang Besar Kelapa di Kota Bogor ............ 77

Lampiran 5. Perhitungan Harga Beli Rata-rata Buah Kelapa Di Tingkat Pedagang Besar .......................................................................... 78

Lampiran 6. Perhitungan Biaya Penyimpanan Kelapa ................................... 79

Lampiran 7. Perhitungan Marjin Pemasaran ................................................... 80

Lampiran 8. Model Persamaan Matematik dalam Program LINDO .............. 83

Lampiran 9. Solusi Model Keluaran Program LINDO ................................... 84

Lampiran 10. Analisis Sensitivitas Model Keluaran Program LINDO ............ 85

Lampiran 11. Perhitungan Biaya Transportasi Alokasi Optimal dan Alokasi Selama Ini ................................................................................... 86

Lampiran 12. Daftar Pertanyaan untuk Pedagang Besar dan Pedagang Pengecer ...................................................................................... 87

Lampiran 13. Contoh Daftar Pertanyaan untuk Pedagang Besar dan Pedagang Pengecer yang Telah Diisi ........................................................... 89

Lampiran 14. Daftar Pertanyaan untuk Pedagang Antar Wilayah ..................... 91

Lampiran 15. Contoh Daftar Pertanyaan untuk Pedagang Antar Wilayah yang Telah Diisi ................................................................................... 93

Page 16: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Seperti halnya negara-negara di Samudra Pasifik, Indonesia

merupakan penghasil kelapa utama di dunia. Pertanaman kelapa di Indonesia

adalah yang terluas di dunia yaitu 31,2% dari total luas areal kelapa dunia.

Peringkat kedua diduduki Filipina (25,8%), disusul India (16,0%), Sri Langka

(3,7%) dan Thailand (3,1%). Namun demikian, dari segi produksi ternyata

Indonesia hanya menduduki posisi kedua setelah Philipina. Ragam produk dan

devisa yang dihasilkan Indonesia juga di bawah India dan Sri Langka.

Perolehan devisa dari produk kelapa Indonesia mencapai US$ 229 juta atau

11% dari ekspor produk kelapa dunia pada tahun 2003 (Allorerung et al.,

2005).

Kelapa merupakan tanaman perkebunan yang cukup besar

kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia. Perkebunan kelapa memiliki

luasan kedua terbesar di Indonesia setelah perkebunan kelapa sawit. Data dari

Dirjen Perkebunan menunjukkan bahwa pada tahun 2004 perkebunan ini telah

mencapai luasan 3,4 juta hektar dengan produksi kopra sebesar 3,2 juta ton.

Arti penting kelapa bagi masyarakat juga tercermin dari luasnya areal

perkebunan rakyat yang mencapai 98% dari 3,74 juta hektar dan melibatkan

lebih dari tiga juta rumah tangga petani (Allorerung et al., 2005). Sebagian

besar produksi kelapa Indonesia dimanfaatkan untuk konsumsi dan industri

dalam negeri.

Kelapa adalah tanaman dengan banyak manfaat. Tanaman ini dapat

menyediakan makanan, minuman, pakaian dan tempat tinggal, juga sebagai

sumber pendapatan dari produk-produk olahannya (Foale, 2003). Empat

produk berikut yaitu kopra, minyak kelapa, bungkil dan gula merah adalah

produk tradisional. Minyak kelapa adalah salah satu sumber minyak nabati

yang juga menjadi bahan baku penting dalam industri makanan dan non

makanan seperti sabun, kimia dan kosmetika (Amrizal dan Hasni, 1994).

Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang lebih tinggi dari

pada minyak sawit dan minyak inti sawit. Dua pertiga bagian asam lemak

jenuh pada minyak kelapa dan minyak inti sawit adalah asam laurat. Oleh

Page 17: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

2

karena minyak laurat memiliki kestabilan yang tinggi, maka jenis minyak ini

banyak digunakan pada produk-produk pangan yang membutuhkan daya

simpan yang lama (Barlina, 1993). Buah kelapa juga dapat diolah menjadi

produk-produk lain yang bernilai ekonomis. Alternatif produk yang dapat

dikembangkan antara lain virgin coconut oil (VCO), oleokimia, kelapa parut

kering, coconut cream/milk, arang tempurung, karbon aktif dan serat kelapa.

Pelaku agribisnis produk-produk tersebut mampu meningkatkan

pendapatannya 5-10 kali lipat dibandingkan dengan bila hanya menjual kopra

(Allorerung et al., 2005).

Tersedianya buah kelapa dalam jumlah yang cukup melimpah di

Indonesia membuat pendirian industri berbasis komoditas ini cukup

prospektif. Apalagi jika industri tersebut menerapkan teknologi pengolahan

secara terpadu sehingga dari bahan baku kelapa dapat dibuat berbagai macam

produk olahan secara sekaligus. Hal demikian akan semakin memberikan nilai

tambah bagi kelapa karena hampir tidak ada bagian buah kelapa yang terbuang

percuma. Menurut Allorerung et al. (2005), daya saing produk kelapa pada

saat ini terletak pada industri hilirnya di mana nilai tambah yang dapat tercipta

pada produk hilir jauh lebih besar daripada produk primernya. Usaha produk

hilir saat ini terus berkembang dan memiliki kelayakan yang baik untuk usaha

kecil, menengah maupun besar. Kota Bogor tidak mampu memenuhi

kebutuhan kelapanya secara mandiri sehingga penyediaannya memerlukan

pasokan dari daerah lain. Karenanya, untuk mendirikan atau mengembangkan

industri berbasis kelapa di Kota Bogor, diperlukan pertimbangan yang cermat

dari segi sistem dan ketersediaan pasokan kelapa.

Menurut Prakosa (2002), permasalahan yang dihadapi oleh

agribisnis perkelapaan cukup kompleks. Peran kelapa sebagai bahan baku

minyak goreng pada saat ini sudah tergeser oleh kelapa sawit yang harganya

relatif lebih murah. Ketergantungan para petani selama ini pada produk utama

berupa kopra sangat tidak mendukung tingkat perolehan pendapatan yang

layak karena harga kopra cenderung menurun. Upaya penganekaragaman

produk belum berkembang sesuai dengan harapan sehingga kurang memberi

peluang untuk memperoleh tambahan pendapatan ataupun nilai tambah dari

Page 18: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

3

hasil usaha. Keterkaitan subsistem on-farm dengan off-farm masih jauh dari

keterpaduan. Akibatnya, peluang menciptakan efisiensi dan nilai tambah tidak

dapat diraih secara optimal.

Rantai pasokan adalah suatu sistem tempat organisasi menyalurkan

barang produksi dan jasanya kepada para pelanggannya. Rantai ini merupakan

jaringan dari berbagai organisasi yang mempunyai tujuan yang sama, yaitu

sebaik mungkin menyelenggarakan pengadaan atau penyaluran barang

tersebut (Indrajit dan Djokopranoto, 2003). Rantai pasokan berkaitan dengan

siklus lengkap bahan baku dari pemasok sampai ke konsumen. Eltram (1991)

mendefinisikan Supply Chain Management (SCM) sebagai pendekatan

integratif dalam menangani masalah perencanaan dan pengawasan aliran

material dari pemasok sampai ke pengguna akhir. Pendekatan ini ditujukan

untuk pengelolaan dan pengawasan hubungan saluran distribusi secara

kooperatif untuk kepentingan semua pihak yang terlibat, untuk

mengefisienkan penggunaan sumberdaya dalam mencapai tujuan kepuasan

konsumen rantai pasokan.

Pertimbangan rancangan supply chain meliputi rancangan

pengelolaan bagian hulu dan hilir rantai pasokan. Bagian hulu rantai pasokan

terdiri dari proses-proses yang berlangsung antara pemasok dan pihak pabrik.

Pertimbangan rancangan hulu rantai pasokan perlu memperhatikan dukungan

pasokan bahan baku. Analisis rantai pasokan kelapa di Kota Bogor diharapkan

dapat memberikan gambaran ketersediaan pasokan kelapa sebagai

pertimbangan pengelolaan supply chain bagi industri pengolah kelapa.

Penyediaan buah kelapa di Kota Bogor baik untuk konsumen rumah tangga

maupun untuk industri selama ini dilakukan di pasar-pasar tradisional.

Penelitian ini juga diharapkan dapat djadikan pertimbangan oleh pihak

pengelola pasar untuk mengadakan sistem pemasokan yang lebih efisien.

Sehubungan dengan hal ini, maka permasalahan yang akan dibahas dalam

penelitian ini adalah :

1. Bagaimana rantai pasokan buah kelapa tua selama ini dikelola di Kota

Bogor.

2. Bagaimana efisiensi rantai pasokan buah kelapa tua di Kota Bogor.

Page 19: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

4

B. Tujuan

Tujuan penelitian ini yaitu :

1. Menganalisis pengelolaan rantai pasokan buah kelapa tua di Kota Bogor.

2. Menganalisis efisiensi rantai pasokan buah kelapa tua di Kota Bogor.

C. Ruang Lingkup

Penelitian ini membahas rantai pasokan buah kelapa tua/matang

yang masuk ke Kotamadya Bogor. Aspek rantai pasokan yang dianalisis

dalam penelitian ini terbatas pada jaringan konfigurasi logistik, pengendalian

inventori, integrasi rantai pasokan dan efisiensi rantai pasokan pada sebagian

level anggota rantai pasokan.

Page 20: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

5

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelapa (Cocos nucifera L.)

Kelapa adalah salah satu jenis tanaman palem yang tersebar di

hampir semua negara tropis, terutama di daerah dekat pantai. Hal ini

merupakan petunjuk bahwa tanaman kelapa berasal dari daerah tropis,

walaupun sulit menentukan negara mana tepatnya. Kelapa dikenal sebagai

tanaman serba guna karena seluruh bagian tanaman ini bermanfaat bagi

kehidupan manusia (Palungkun, 1998). Pemanfaatan bagian-bagian tanaman

kelapa dapat dilihat pada pohon industri kelapa di Lampiran 1.

Palungkun (1998) menyatakan bahwa pada mulanya hanya ada dua

varietas kelapa yang dikenal, yaitu varietas dalam (tall variety) dan varietas

genjah (dwarf variety). Setiap tipe kelapa baik kelapa dalam maupun kelapa

genjah terdiri atas beberapa kultivar. Kelapa dalam Mapanget, kelapa dalam

Tenga, kelapa dalam Palu dan kelapa dalam Bali adalah kultivar-kultivar

kelapa dalam unggul (Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, 2005).

Deskripsi lebih lanjut mengenai jenis-jenis kelapa unggul terdapat pada

Lampiran 2. Gambar 1 menunjukkan tampilan buah dan pohon kelapa dalam

Tenga dan Gambar 2 menunjukkan tampilan buah dan pohon kelapa Malayan

Red Dwarf.

Gambar 1. Buah dan pohon kelapa dalam Tenga (Batugal et al., 2005)

Page 21: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

6

Gambar 2. Buah dan pohon kelapa Malayan Red Dwarf (Batugal et al., 2005)

Kelapa varietas dalam terdapat di berbagai negara produsen kelapa.

Varietas ini berbatang tinggi dan besar, tingginya mencapai tiga puluh meter

atau lebih. Umurnya dapat mencapai lebih dari seratus tahun. Keunggulan

varietas ini adalah (Palungkun, 1998) :

produksi kopranya lebih tinggi, yaitu sekitar satu ton kopra/ha/tahun pada

umur sepuluh tahun,

daging buah tebal dan keras dengan kadar minyak yang tinggi, dan

lebih tahan terhadap hama penyakit

Kekurangan dari kelapa varietas dalam adalah :

lambat berbuah (6-7 tahun setelah tanam),

produksi tandan buah sedikit, yaitu sekitar 11 tandan/pohon/tahun,

produktivitas sekitar 90 butir/pohon/tahun, dan

habitus tanaman lebih tinggi, yaitu sekitar 20 meter pada umur 50 tahun.

Tanaman kelapa varietas genjah berbatang ramping, tinggi batang

mencapai 5 meter atau lebih, masa berbuah 3-4 tahun setelah tanam, dan dapat

mencapai umur 50 tahun. Kelebihan kelapa varietas genjah yaitu lebih cepat

berbuah, produksi tandan buah lebih banyak (sekitar 18 tandan/pohon/tahun),

habitus tanaman pendek dan produktivitas sekitar 140 butir/pohon/tahun.

Kekurangan dari kelapa varietas genjah yaitu produksi kopra rendah (sekitar

Page 22: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

7

0,5 ton/ha/tahun pada umur 10 tahun), daging buah tebal, rapuh dan

kandungan minyaknya rendah, serta peka terhadap gangguan hama dan

penyakit (Palungkun, 1998). Kelapa genjah kultivar unggul yaitu kelapa

genjah Salak dan kelapa genjah Raja (Pusat Penelitian dan Pengembangan

Perkebunan, 2005).

Kelapa hibrida adalah hasil silangan antar dua kultivar berbeda dari

kedua tipe kelapa (dalam dan genjah) atau antar tipe yang sama (Hengky,

1994). Menurut Baudouin (1999), kelapa hibrida komersial adalah hasil

persilangan antara tipe genjah dan dalam yang lebih mudah diproduksi dan

memungkinkan penggabungan sifat kelapa genjah yang cepat berbuah. Selain

Khina-1, Khina-2, dan Khina-3, telah ditemukan 4 hibrida baru yang bisa

diterima petani karena low input yaitu Genjah Raja x Dalam Mapanget,

Genjah Kuning Bali x Dalam Mapanget, Genjah Kuning Nias x Dalam Tenga,

dan Genjah Kuning Bali x Dalam Tenga (Pusat Penelitian dan Pengembangan

Pertanian Departemen Pertanian, 2006). Salah satu jenis kelapa hibrida yang

pernah ditanam di Indonesia yaitu kelapa PB-121, hasil persilangan antara

kelapa Malayan Yellow Dwarf dan West African Tall (Batugal et al., 2005).

Gambar 3 menunjukkan tampilan buah dan pohon kelapa PB-121. Deskripsi

lebih lanjut mengenai kelapa PB-121 terdapat pada Lampiran 3.

Gambar 3. Buah dan pohon kelapa hibrida PB-121 (Batugal et al., 2005)

Page 23: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

8

Palungkun (1998) menyatakan bahwa salah satu hasil persilangan

adalah kombinasi sifat-sifat yang baik dari kedua jenis kelapa asalnya. Sifat-

sifat unggul yang dimiliki oleh kelapa hibrida adalah :

lebih cepat berbuah, sekitar 3-4 tahun setelah tanam,

produksi kopra tinggi, sekitar 6-7 ton/hektar/tahun, pada umur 10 tahun,

produktivitas lebih besar, sekitar 140 butir/pohon/tahun,

daging buah tebal, keras dan kandungan minyaknya tinggi,

habitus tanaman sedang,

lebih tahan terhadap gangguan hama dan penyakit.

Tanaman kelapa membutuhkan lingkungan hidup yang sesuai

untuk pertumbuhan dan produksinya. Kelapa tergolong tanaman yang

menyenangi sinar matahari dan pertumbuhannya akan terhambat jika

kekurangan sinar matahari. Lama penyinaran yang dikehendaki adalah 2.000

jam per tahun atau minimal 120 jam per bulan. Pada bulan Mei hingga

Agustus, jumlah lama penyinaran per bulan lebih tinggi dari rata-rata

penyinaran pada bulan Oktober hingga Maret. Karenanya, pada bulan Mei

hingga Agustus jumlah bunga betina lebih banyak dibanding pada bulan

Oktober hingga Maret.

Suhu rendah tidak cocok untuk pertumbuhan tanaman kelapa.

Karenanya, penyebaran tanaman kelapa terbatas pada daerah tropik. Tanaman

kelapa dapat tumbuh pada ketinggian 0-900 m dpl. Suhu optimum yang

dibutuhkan untuk pertumbuhannya adalah 27-28°C. Bila temperatur udara

rata-ratanya 15°C, maka akan mengakibatkan perubahan morfologis tanaman.

Tanaman kelapa dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah, namun yang terbaik

untuk tanaman ini adalah tanah aluvial. Derajat kemasaman (pH) tanah yang

terbaik untuk pertumbuhan kelapa adalah 6,5-7,5. Namun kelapa masih dapat

tumbuh pada tanah yang mempunyai pH 5-8.

Tanaman kelapa juga menyukai udara yang lembab. Namun udara

yang lembab dalam waktu lama juga tidak baik untuk pertumbuhan tanaman

karena akan mengurangi penguapan dan penyerapan unsur hara serta

mengundang penyakit akibat cendawan. Lokasi yang cocok untuk tanaman

kelapa adalah daerah yang mempunyai curah hujan rata-rata 1200-2500 mm

Page 24: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

9

per tahun dengan penyebaran merata sepanjang tahun. Bila terjadi kekeringan

selama tiga bulan, maka tanaman akan kritis. Sebaliknya jika rata-rata curah

hujannya terlalu tinggi, tanaman juga sulit melakukan penyerbukan

(Palungkun, 1998).

B. Buah Kelapa

Secara umum, buah kelapa mempunyai komposisi 35% sabut, 12%

tempurung, 28% daging biji, dan 25% air kelapa. Namun komposisi ini sangat

bervariasi menurut jenis kelapa. Buah kelapa umumnya dapat dipanen setelah

11-12 bulan sejak bunga betina diserbuki (Samosir, 1992). Buah kelapa yang

normal terdiri dari beberapa bagian, yaitu kulit luar (epicarp), sabut

(mesocarp), tempurung (endocarp), kulit daging buah (testa), daging buah

(endosperm), air kelapa dan lembaga (Palungkun, 1998).

a. Kulit luar

Bagian buah kelapa yang paling luar ini berwarna hijau, kuning

atau jingga. Permukaannya licin dan keras, tebalnya sekitar 0,14 mm.

b. Sabut

Sekitar 35% dari total berat buah kelapa merupakan berat sabut

kelapa. Bagian yang berserabut ini merupakan kulit buah dari buah kelapa

dan dapat dijadikan sebagai bahan baku aneka industri, seperti karpet,

sikat, keset, bahan pengisi jok mobil, tali, dan lain-lain. Sabut kelapa juga

dapat dimanfaatkan sebagai pupuk dengan cara dibakar. Sabut dari

100.000 buah kelapa akan menghasilkan sekitar 2.000 kg abu yang

mengandung unsur kalium yang ekivalen dengan satu ton ZK. Abu sabut

kelapa juga mengandung unsur fosfor sekitar 2% dari berat abu

(Palungkun, 1998).

c. Tempurung

Tempurung terletak di bagian dalam kelapa setelah sabut.

Tempurung merupakan lapisan yang keras dengan ketebalan 3-5 mm. Sifat

kerasnya disebabkan oleh banyaknya kandungan silikat di tempurung

tersebut. Berat tempurung kelapa sebesar 15-19% dari total berat buah

kelapa. Tempurung kelapa dimanfaatkan untuk berbagai industri seperti

Page 25: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

10

arang tempurung dan karbon aktif yang berfungsi untuk mengabsorpsi gas

dan uap (Palungkun, 1998).

d. Kulit daging buah

Kulit daging buah akan terlihat setelah tempurung dikupas. Kulit

tersebut berwarna cokelat dan membungkus seluruh daging buah kelapa.

Kulit tipis ini biasanya dibuang ketika daging buah akan diolah. Kalau

diikutkan dalam pengolahan minyak, maka akan menyebabkan minyak

berwarna coklat. Namun, kulit ini dapat diolah menjadi minyak goreng

kualitas nomor dua (Palungkun, 1998).

e. Daging buah

Daging buah adalah jaringan yang berasal dari inti lembaga

yang dibuahi sel kelamin jantan dan membelah diri. Daging buah kelapa

berwarna putih, lunak, dan tebalnya 8-10 mm. Daging buah ini merupakan

sumber protein yang penting dan mudah dicerna. Jumlah protein terbesar

terdapat pada kelapa yang setengah tua, sedangkan kandungan kalorinya

mencapai maksimal ketika buah sudah tua, demikian pula kandungan

lemaknya. Dengan demikian jumlah zat dan gizi kelapa tergantung pada

umur buah, seperti tercantum pada Tabel 1.

Tabel 1. Komposisi daging kelapa pada berbagai tingkat umur (per 100 gr)

Analisis Satuan Buah Muda Buah

Setengah Tua

Buah Tua

Kalori kal 68 180 359Protein g 1 4 3,4Lemak g 0,9 13,0 34,7Karbohidrat g 14 10 14Kalsium mg 17 8 21Fosfor mg 30 35 21Besi mg 1 1,3 2Vitamin A IU 0,0 10,0 0,0Thiamin mg 0,0 0,5 0,1Asam askorbat mg 4,0 4,0 2,0Air g 83,3 70 46,9

Sumber : Ketaren (1986) dalam Palungkun (1998)

Page 26: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

11

Daging buah kelapa juga mengandung asam-asam amino

esensial seperti tercantum pada Tabel 2.

Tabel 2. Komposisi asam amino dalam protein daging kelapa Asam Amino Jumlah (%) Asam Amino Jumlah (%)

Lisin 5,80 Tirosin 3,18Methionin 1,43 Cistin 1,44Fenilalanin 2,05 Arginin 15,92Triptofan 1,25 Prolin 5,54Valin 3,57 Serin 1,76Leusin 5,9 Asam aspartat 5,12Histidin 2,42 Asam glutamat 19,07

Sumber : Ketaren (1986) dalam Palungkun (1998)

Lengkapnya kandungan zat gizi pada daging buah kelapa

menyebabkan buah kelapa dapat diolah menjadi berbagai produk

kebutuhan rumah tangga seperti bumbu dapur, santan, kopra, minyak

kelapa dan kelapa parut kering. Minyak kelapa memiliki banyak kegunaan

antara lain sebagai minyak masak dan shortening, losion rambut dan

badan, untuk obat lecet dan kulit terbakar, sebagai bahan bakar, serta

sebagai bahan pembuatan sabun dan deterjen. Akhir-akhir ini juga terdapat

kenaikan permintaan akan virgin coconut oil sebagai bahan masakan

berkualitas, sebagai makanan sehat serta untuk pengobatan (Foale, 2003).

f. Air kelapa

Buah kelapa yang terlalu muda belum memiliki daging buah,

yang ada hanya air yang disebut air degan. Air kelapa muda ini rasanya

manis, mengandung mineral 4%, gula 2%, abu dan air. Bila buah makin

tua, maka kemanisan airnya semakin berkurang. Jumlah air kelapa dari

jenis kelapa dalam lebih banyak daripada jenis hibrida. Air dari jenis

kelapa dalam rata-rata 300 cc, sedangkan jenis hibrida rata-rata hanya 230

cc. Berat jenis air kelapa umumnya sekitar 1,02 dengan pH sekitar 5,6. Air

kelapa dari buah tua mengandung asam amino bebas sebanyak 4,135

g/100g sisa alkohol tidak terlarut. Air kelapa selain diolah menjadi produk

nata de coco juga dapat diolah menjadi berbagai macam produk, antara

lain kecap (Palungkun, 1998). Perbandingan komposisi kimia air kelapa

muda dan kelapa tua dapat dilihat pada Tabel 3.

Page 27: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

12

Tabel 3. Komposisi kimia air buah kelapa (per 100 gr) Analisis Satuan Air Kelapa Muda Air Kelapa Tua

Kalori kal 17,0 - Protein g 0,2 0,14 Lemak g 1,0 1,50 Karbohidrat g 3,8 4,60 Kalsium g 15,0 - Fosfor g 8,0 0,50 Besi mg 0,2 - Asam askorbat mg 1,0 - Air g 95,5 91,5

Sumber : Ketaren (1986) dalam Palungkun (1998)

g. Lembaga

Lembaga buah akan tumbuh menjadi bakal tanaman setelah

buah tua. Selain lembaga juga tumbuh alat penghisap makanan yang

disebut kentos. Kentos berfungsi sebagai penghubung antara tempat

cadangan makanan dengan bakal tanaman. Kentos akan membesar seiring

dengan pertumbuhan lembaga. Sedang daging buahnya akan semakin

lunak, berair, dan akhirnya habis terserap oleh kentos. Proses penyusutan

daging buah ini terjadi bersamaan dengan tumbuhnya tunas dan daun

(Palungkun, 1998).

Rumokoi et al. (1994) menyatakan bahwa jenis kelapa dan lama

penyimpanan buah kelapa mempengaruhi kualitas produk-produk kelapa

seperti kopra, minyak kelapa, santan dan kelapa parut kering. Hal tersebut di

dasarkan pada hasil penelitian pengaruh perlakuan penyimpanan buah kelapa

terhadap kualitas kopra, minyak kelapa, santan dan kelapa parut kering dari

kelapa Dalam Tenga (DTA), kelapa Genjah Kuning Nias (GKN) dan kelapa

hibrida Khina-1. Pengaruh lama penyimpanan buah dan jenis kelapa untuk

setiap produk adalah sebagai berikut.

a. Kopra

Kadar lemak kopra menurun dengan semakin lama

penyimpanan buah. Kadar lemak dari buah yang disimpan lebih dari 4

minggu kurang dari 60 persen. Pada penyimpanan buah 2 minggu, kadar

lemak tertinggi diperoleh dari Khina-1 (67,34%) diikuti oleh Dalam Tenga

(65,14%) dan Genjah Kuning Nias (59,81%). Pada penyimpanan buah 4

Page 28: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

13

minggu mulai terjadi penurunan kadar lemak yaitu menjadi 63,21%

(Khina-1), 63,43% (Dalam Tenga) dan 58,62% (Genjah Kuning Nias).

b. Minyak kelapa

Bilangan asam, bilangan penyabunan dan kadar asam lemak

bebas minyak dari kelapa DTA, GKN dan Khina-1 meningkat selama

penyimpanan buah. Tidak terdapat perbedaan berarti pada sifat-sifat fisik

dan kimia minyak kelapa antar jenis kelapa. Berdasarkan kadar asam

lemak bebas, minyak kelapa yang dihasilkan dari buah yang disimpan

lebih dari 4 minggu tidak memenuhi syarat untuk dikonsumsi karena kadar

asam lemak bebas lebih dari 0,3%.

c. Santan

Kekentalan dan stabilitas emulsi santan menurun dengan makin

lama penyimpanan buah. Kekentalan tertinggi diperoleh pada santan dari

DTA dan GKN, dan terendah pada Khina-1. Sedangkan stabilitas emulsi

santan tertinggi pada Khina-1 dan terendah GKN.

d. Kelapa parut kering

Lama penyimpanan buah tidak mempengaruhi kadar air kelapa

parut kering untuk semua jenis kelapa tetapi mempengaruhi kadar lemak.

Sesuai dengan SII bahwa kadar lemak kelapa parut kering minimal 65%

maka kelapa parut kering yang memenuhi syarat adalah dari kelapa DTA

dan Khina-1 pada penyimpanan buah selama 2 minggu.

Kelapa dengan kadar lemak tinggi dan asam lemak bebas rendah

adalah bahan baku yang baik untuk industri minyak kelapa dan kelapa parut

kering. Sedangkan untuk pembuatan konsentrat protein dibutuhkan kelapa

dengan kadar protein tinggi. Menurut Djatmiko (1991), rubber copra adalah

kopra yang memiliki sifat elastis dan sukar dipatahkan. Semakin tinggi jumlah

rubber copra, semakin tinggi tekanan yang dibutuhkan untuk mengeluarkan

minyak dari bahan. Galaktomanan merupakan salah satu penyebab sifat

rubbery pada kopra. Sifat ini akan menurun sejalan dengan menurunnya kadar

galaktomanan. Kadar galaktomanan akan menurun dengan semakin

meningkatnya umur buah.

Page 29: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

14

Kelapa dengan kadar fosfolipid yang tinggi tidak diinginkan karena

berhubungan dengan warna produk olahan kelapa selama penyimpanan.

Semakin tinggi kadar fosfolipid, semakin cepat terjadi perubahan warna

produk dari putih menjadi kuning. Kelapa parut kering memerlukan daging

kelapa yang mengandung kadar fosfolipid rendah. Prasetyanti (1991) dalam

Rumokoi et al. (1994) menyatakan bahwa warna kuning atau coklat pada

kelapa parut kering dapat disebabkan oleh oksidasi terhadap fosfolipid. Tabel

4 menunjukkan kesesuaian beberapa jenis kelapa untuk diolah menjadi kopra,

minyak kelapa, kelapa parut kering dan konsentrat protein.

Tabel 4. Produk-produk pangan menurut jenis kelapa Jenis Produk Jenis Kelapa

1. Minyak/santan DTA, Dalam Palu , Genjah Salak, Khina-1, PB-121

2. Kopra tidak rubbery DTA, Khina-3 3. Kelapa parut kering Khina-2 (buah umur 12 bulan), Khina-3 (buah

umur 12 bulan), DTA (buah umr 12 bulan), Khina-1, PB-121

4. Konsentrat protein DTA, GKN, Khina-2, PB-121 Sumber : Rumokoi, et al. (1994).

Bahan baku kelapa yang biasa digunakan untuk pembuatan VCO

biasanya kelapa dalam seperti kelapa dalam Mapanget, DMT-3283, Tenga,

Bali, Suwarna, Palu, dan Riau. Kelapa-kelapa tersebut umumnya

menghasilkan VCO dengan kualitas baik. Sebenarnya kelapa hibrida juga

dapat digunakan sebagai bahan baku VCO. Namun, kelapa hibrida adalah

hasil mutasi gen/persilangan yang membutuhkan kondisi tertentu dan

penggunaan pestisida dan pupuk kimia dalam pembudidayaannya. Hal ini

menimbulkan kekhawatiran bahwa pada VCO yang dihasilkan terdapat residu

bahan kimia sehingga tidak benar-benar murni (Sutarmi dan Rozaline, 2006).

C. Kondisi Perkelapaan Indonesia

Kelapa diusahakan di seluruh propinsi di Indonesia. Bentuk dan

skala usaha taninya berbeda-beda, tergantung ketersediaan sumber daya dan

permintaan pasar. Selama lebih dari 25 tahun terakhir areal kelapa sudah

berkembang lebih dari dua ratus persen. Di tahun 1969 luas areal kelapa hanya

sebesar 1.680.536 Ha. Namun pada tahun 1997 luasnya sudah menjadi

Page 30: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

15

3.668.233 Ha sehingga Indonesia merupakan negara dengan areal kelapa

terluas di dunia. Ditinjau dari produksinya, mulai Pelita I-V tampak terus

meningkat, kecuali pada Pelita III. Di Jawa dan Bali, produksi cukup tinggi

pada Pelita I-III, tetapi tersaingi oleh Sumatera pada Pelita IV dan V. Ini

disebabkan antara lain di Sumatera digunakan kelapa hibrida dan pesatnya

perluasan areal, terutama di lahan pasang surut (Sukamto, 2001).

Di Indonesia tanaman kelapa diusahakan dalam tiga bentuk

pengusahaan yaitu Perkebunan Rakyat, Perkebunan Besar Negara dan

Perkebunan Besar Swasta. Lebih dari 90% lahan perkebunan kelapa di

Indonesia adalah perkebunan rakyat. Hasil produksi kelapa sebagian besar

berasal dari perkebunan rakyat. Sejak tahun 2001 sampai tahun 2004, luas

lahan perkebunan kelapa terus menurun, sedangkan hasil produksinya pada

periode tersebut terus meningkat. Tabel 5 dan Tabel 6 memperlihatkan

perkembangan luas lahan dan produksi kelapa selama lima tahun terakhir

(2001-2005) untuk tiap bentuk pengusahaan. Data tahun 2005 masih

merupakan angka sementara yang telah dihimpun oleh Direktorat Jendral

Perkebunan.

Tabel 5. Luas lahan perkebunan kelapa nasional menurut status pengusahaan (hektar)

Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 Perkebunan rakyat 3.818.946 3.806.032 3.785.343 3.759.736 3.786.063Perkebunan negara 11.661 9.764 5.838 5.452 5.462Perkebunan swasta 121.023 123.766 121.949 106.893 106.893Total 3.951.630 3.939.562 3.913.130 3.872.081 3.898.418Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2006)

Tabel 6. Produksi perkebunan kelapa nasional menurut status pengusahaan (ton kopra)

Tahun 2001 2002 2003 2004 2005 Perkebunan rakyat 3.068.727 3.010.894 3.136.360 3.191.126 3.176.575Perkebunan negara 14.685 7.755 2.629 3.923 3.071Perkebunan swasta 153.711 147.229 115.865 106.893 111.335Total 3.237.123 3.165.878 3.254.854 3.301.942 3.290.981Produktivitas (Ton/Ha) 0,819 0,803 0,831 0,852 0,844Sumber : Direktorat Jendral Perkebunan (2006) Keterangan : Produktivitas total dihitung dengan cara membagi total produksi

kelapa setara kopra (ton) dengan total luas areal kelapa (hektar).

Page 31: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

16

Sebagian besar usaha perkebunan kelapa masih dilakukan secara

tradisional, umumnya pada lahan pekarangan atau kebun rumah. Dari tahun

2002 sampai tahun 2004, terjadi peningkatan produktivitas kopra. Walaupun

demikian, kegiatan pemeliharaan dan pembaruan tanaman kelapa tetap perlu

dilakukan karena tanaman kelapa yang semakin tua akan mengalami

penurunan produktivitas. Peremajaan kelapa sudah harus dimulai sejak

tanaman berumur 60 tahun (Sukamto, 2001). Menurut Allorerung et al.

(2005), produktivitas tanaman kelapa di Indonesia masih dapat ditingkatkan

menjadi 1,5 ton kopra/hektar. Sentra produksi kelapa Indonesia antara lain

Propinsi Riau, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur,

Kalimantan Barat, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, serta Bali, NTB dan

NTT.

Secara tradisional, penggunaan produk kelapa adalah untuk

konsumsi segar, dibuat kopra atau minyak kelapa. Namun seiring dengan

perkembangan pasar dan teknologi, permintaan berbagai produk turunan

kelapa semakin meningkat seperti dalam bentuk desiccated coconut (DC),

serat sabut, arang tempurung dan arang aktif. Dalam sepuluh tahun terakhir

(1993-2002), penggunaan domestik kopra dan kelapa butiran masih meningkat

namun dengan laju pertumbuhan yang sangat kecil. Penggunaan DC

meningkat dengan laju 2,19% per tahun. Sebaliknya penggunaan domestik

minyak kelapa cenderung berkurang. Tabel 7 menunjukan penggunaan

domestik berbagai produk kelapa di Indonesia.

Tabel 7. Penggunaan domestik berbagai produk kelapa di Indonesia (ribu ton)

Tahun Kopra CCO DC Butir CF CCL AC 1993 1.039 454 0,0 11.947 0,0 0,0 0,01996 973 364 0,0 13.276 0,0 0,0 0,01999 1.212 231 0,0 14.935 0,0 0,1 0,02000 1.264 163 0,1 15.114 0,1 0,0 0,02001 1.276 334 0,1 15.160 0,1 0,0 0,02002 1.202 263 0,0 15.973 0,0 0,0 0,0

Laju (%/th) 2,7 -9,1 - 3,1 - - - Sumber : Allorerung et al. (2005) Keterangan : CCO : Coconut Crude Oil DC : Desiccated Coconut CF : Coconut Fiber CCL : Coconut Charcoal AC : Activated Carbon

Page 32: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

17

Penggunaan minyak kelapa di dalam negeri yang semakin

berkurang diduga terkait dengan perubahan preferensi konsumen yang lebih

menyukai penggunaan minyak kelapa sawit karena harganya lebih murah.

Produksi arang aktif, arang tempurung dan serat sabut selama ini lebih

ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pasar luar negeri. Pada tahun 2002

penggunaan domestik kopra mencapai 1,2 juta ton, sedangkan CCO sebesar

263 ribu ton. Penggunaan domestik kelapa pada tahun yang sama mencapai

15,9 juta ton. Penggunaan tepung kelapa dan serat sabut dalam negeri justru

berasal dari impor karena produksi dalam negeri seluruhnya diekspor.

Selama periode tahun 1993-2002 ekspor berbagai produk kelapa

Indonesia cenderung meningkat kecuali kelapa butir dan serat sabut. Produk

olahan CCO, DC, dan bungkil kopra adalah produk ekspor dominan. Tujuan

ekspor produk kelapa Indonesia selama ini meliputi banyak negara di Eropa,

Amerika maupun Asia dan Pasifik. Perolehan ekspor produk kelapa Indonesia

masih lebih rendah dibandingkan dengan perolehan negara pesaing utama

(Philipina). Hal ini diperkirakan dipengaruhi oleh faktor perbedaan kualitas

produk, tingginya biaya tranportasi serta kompleksitas prosedur ekspor

(Allorerung et al., 2005). Tabel 8 menunjukkan volume ekspor beberapa

produk kelapa Indonesia selama periode tahun 1993-2002.

Tabel 8. Volume ekspor ekspor beberapa produk kelapa Indonesia (ton)

Tahun Kopra CCO DC Butir CF CCL AC 1993 8.744 258.400 19.596 19.522 88 12.362 7.1631996 0 378.800 24.150 2.264 866 15.855 12.3251999 42.169 349.600 23.533 38.136 59 17.742 11.2832000 34.579 734.600 31.373 5.334 102 26.735 10.2052001 23.884 395.100 34.820 507 191 23.452 12.1042002 40.045 446.300 48.550 8.694 191 29.493 11.553Laju

(%/th) 12,11 6,29 7,76 -11,34 -10,23 8,95 4,72

Sumber : Allorerung et al. (2005)

Volume impor produk kelapa ke Indonesia masih jauh lebih rendah

dibandingkan dengan volume ekspornya. Secara implisit berarti Indonesia

masih menjadi pengekspor neto produk-produk kelapa. Selama periode tahun

1993-2002, volume impor kopra dan kelapa butiran berfluktuasi dengan

Page 33: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

18

kecenderungan menurun. Impor DC baru terjadi sejak tahun 1997 hingga 2001

dengan laju kenaikan yang positif. Impor produk terbesar adalah berupa

minyak kelapa (CCO) dengan volume bervariasi antara 5000-90.000 ton.

Tabel 9 menunjukkan impor Indonesia untuk beberapa produk kelapa selama

periode tahun 1993-2002.

Tabel 9. Impor Indonesia untuk beberapa produk kelapa (ton)

Tahun Kopra CCO DC Butir CF CCL AC1993 0 33.500 0 82 0 - - 1994 5 46.000 0 40 0 - - 1995 1.911 26.000 0 48 0 - - 1996 3.124 43.600 0 625 0 - - 1997 0 20.000 30 157 0 - - 1998 25 5.000 94 0 0 - - 1999 90 90.000 31 0 31 - - 2000 2 60.000 128 20 128 - - 2001 27 35.000 67 7 67 - - 2002 1.657 18.000 0 0 0 - -

Laju (%/th) -3,15 1,17 21,92 -19,44 32,23 - - Sumber : Allorerung et al. (2005)

D. Supply Chain Management

Eltram (1991) mendefinisikan Supply Chain Management (SCM)

sebagai pendekatan integratif dalam menangani masalah perencanaan dan

pengawasan aliran material dari pemasok sampai ke pengguna akhir.

Pendekatan ini ditujukan untuk pengelolaan dan pengawasan hubungan

saluran distribusi secara kooperatif untuk kepentingan semua pihak yang

terlibat, untuk mengefisienkan penggunaan sumberdaya dalam mencapai

tujuan kepuasan konsumen rantai pasokan. Penggunaan istilah rantai dalam

SCM benar-benar menunjukkan sebuah jaringan kerja perusahaan-perusahaan

yang saling berinteraksi untuk mengantarkan produk/jasa ke konsumen akhir,

mengaitkan aliran dari bahan mentah sampai penyampaian akhir.

Perspektif SCM mirip dengan saluran pemasaran yang

teradministrasi atau terkontrak di mana pendekatan-pendekatan ini

membutuhkan kerjasama sukarela ataupun kerjasama berdasarkan kontrak dari

anggota-anggota saluran untuk mencapai tujuan umum. Pendekatan SCM

berbeda dengan perspektif saluran pemasaran tradisional dalam 2 hal.

Page 34: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

19

Pertama, SCM mempunyai tujuan yang lebih luas : mengelola inventory dan

hubungan untuk mencapai pelayan konsumen tingkat tinggi daripada

pencapaian tujuan-tujuan pemasaran spesifik. Kedua, pendekatan SCM

mencoba untuk mengelola baik aktivitas hulu maupun aktivitas hilir dalam

rantai persediaan. Saluran pemasaran cenderung untuk fokus pada aktivitas

hilir (Eltram, 1991).

Manajemen rantai pasokan merupakan serangkaian pendekatan

yang diterapkan untuk mengintegrasikan pemasok, pengusaha, gudang dan

tempat penyimpanan lainnya secara efisien sehingga produk dihasilkan dan

didistribusikan dengan kuantitas yang tepat, lokasi tepat dan waktu tepat untuk

memperkecil biaya dan memuaskan kebutuhan pelanggan. Merancang dan

mengimplementasikan rantai pasokan yang optimal secara global cukup sulit

karena kedinamisannya serta terjadinya konflik tujuan antar fasilitas dan

partner (Simchi-Levi et al., 2003).

Anggota rantai pasokan meliputi semua perusahaan dan organisasi

yang berhubungan langsung dengan perusahaan baik secara langsung maupun

tidak langsung melalui pemasok atau pelanggannya dari point of origin hingga

point of consumption. Anggota primer adalah semua unit bisnis strategik yang

benar-benar-benar menjalankan aktivitas operasional dan manajerial dalam

proses bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi

pelanggan atau pasar. Anggota sekunder adalah perusahaan-perusahaan yang

menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi anggota

primer. Melalui definisi anggota primer dan anggota sekunder diperolah

pengertian bahwa the point of origin adalah titik dimana tidak ada pemasok

primernya, sedangkan point of consumption adalah titik di mana tidak ada

pelanggan utama (Miranda dan Amin, 2005).

Tujuan dari SCM adalah membuat seluruh sistem menjadi efisien

dan efektif ; minimasi biaya sistem total, dari transportasi dan distribusi

sampai inventori bahan mentah, bahan dalam proses dan produk jadi.

Penekanannya tidak hanya sebatas meminimalkan biaya transportasi atau

mengurangi inventori, tetapi lebih kepada melakukan pendekatan sistem untuk

SCM. SCM bergerak di sekitar integrasi pemasok, pabrik, gudang dan toko-

Page 35: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

20

toko secara efisien, mencakup aktivitas-aktivitas perusahaan dari level

strategis, taktis sampai operasional (Simchi-Levi et al., 2003).

Simchi-Levi et al. (2003) menyatakan bahwa strategi SC tradisonal

umumnya dikategorikan sebagai sistem push atau pull. Dalam SC dengan

sistem push, kebijakan produksi dan distribusi didasarkan pada peramalan

jangka panjang. Biasanya, perusahaan mengambil dasar peramalan permintaan

berupa data order yang diterima dari gudang-gudang ritel. Karenanya SC

dengan sistem ini perlu waktu lebih lama untuk bereaksi terhadap perubahan

pasar. Kondisi ini dapat mengarah kepada ketidakmampuan untuk

menyesuaikan pola perubahan permintaan, keusangan inventori SC pada saat

permintaan untuk produk tertentu hilang serta timbulnya efek bullwhip dimana

variabilitas permintaan yang diterima dari ritel lebih besar dari variabilitas

permintaan pelanggan sehingga terjadi kelebihan inventori akibat kebutuhan

safety stock yang besar.

Dalam SC dengan sistem pull, produksi dan distribusi digerakkan

oleh permintaan sehingga sistem ini berkoordinasi sesuai dengan permintaan

nyata dari pelanggan daripada ramalan permintaan. Dalam sistem pull murni,

perusahaan tidak menyimpan inventori sama sekali dan hanya merespon

permintaan spesifik. Hal ini dimungkinkan dengan mekanisme aliran

informasi yang cepat untuk mentransfer informasi mengenai permintaan

pelanggan kepada berbagai partisipan SC. Dalam rantai dengan dasar sistem

pull, umumnya dilihat pengurangan inventori yang signifikan dalam sistem,

peningkatan kemampuan untuk mengelola sumber daya, serta pengurangan

biaya sistem saat dibandingkan dengan sistem push yang ekivalen. Di sisi lain,

sistem pull seringkali sulit untuk diterapkan saat lead time sangat panjang

sehingga tidak praktis untuk bereaksi atas informasi permintaan. Dalam sistem

pull, seringkali sulit untuk memperoleh manfaat dari skala ekonomi dalam

pabrikasi dan transportasi karena sistem tidak disiapkan untuk jangka panjang.

Kelebihan dan kekurangan sistem pull maupun sistem push telah

membawa perusahaan-perusahaan untuk mencari strategi SC baru yang

mengambil keuntungan dari kedua sistem, yang umumnya berupa strategi

push-pull. Dalam strategi ini, beberapa tahap SC, biasanya tahap awal,

Page 36: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

21

dioperasikan secara push-based sementara tahap selanjutnya menggunakan

strategi pull-based. Interface antara tahap push-based dan pull-based dikenal

sebagai push-pull boundary. Postponement, atau penundaan diferensiasi dalam

disain produk, adalah salah satu contoh strategi push-pull. Perusahaan

mendesain produk dan proses produksi sehingga kebijakan mengenai produk

spesifik yang diproduksi dapat ditunda selama mungkin. Proses pabrik dimulai

dengan memproduksi produk generik yang kemudian didiferensiasikan

menjadi produk akhir saat permintaan muncul.

E. Metode Penelitian

Menurut Nasution (2003), studi kasus adalah bentuk penelitian

yang mendalam tentang suatu aspek lingkungan sosial termasuk manusia di

dalamnya. Studi kasus dapat dilakukan terhadap seorang individu (misal suatu

keluarga), segolongan manusia, lingkungan hidup manusia atau lembaga

sosial. Studi kasus dapat mengenai perkembangan sesuatu, dapat pula

memberi gambaran tentang suatu keadaan. Dalam studi kasus dapat digunakan

berbagai cara pengumpulan seperti observasi, wawancara, angket, studi

dokumenter dan alat pengumpulan data lainnya.

Wawancara adalah suatu bentuk komunikasi verbal yang bertujuan

untuk memperoleh informasi. Dengan wawancara, peneliti bertujuan untuk

memperoleh data yang dapat diolah untuk memperoleh generalisasi yang

menunjukkan kesamaan dengan situasi-situasi lain. Wawancara dapat

berfungsi deskriptif, yaitu melukiskan kenyataan seperti dialami orang lain

sehingga peneliti dapat memperoleh gambaran yang lebih obyektif tentang

masalah yang diselidikinya. Wawancara dapat juga berfungsi eksploratif,

yakni bila masalah yang dihadapi masih samar-samar karena belum pernah

diteliti secara mendalam oleh orang lain. Secara umum, dapat dibedakan dua

jenis wawancara yakni berstruktur dan tak berstruktur. Wawancara berstruktur

dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan dengan maksud dapat mengontrol

dan mengatur berbagai dimensi pertanyaan ataupun jawabannnya. Wawancara

tak berstruktur dilakukan secara spontan tanpa dipersiapkan daftar pertanyaan

sebelumnya (Nasution, 2003).

Page 37: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

22

F. Efisiensi Pemasaran

Menurut Sudiyono (2002), pemasaran sebagai kegiatan produktif

mampu meningkatkan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu. Dalam

menciptakan guna tempat, guna bentuk dan guna waktu ini diperlukan biaya

pemasaran. Biaya pemasaran ini diperlukan untuk melakukan fungsi-fungsi

pemasaran oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses

pemasaran dan produsen sampai kepada konsumen akhir. Pengukuran kinerja

pemasaran ini memerlukan ukuran efisiensi pemasaran. Secara sederhana

konsep efisiensi ini didekati dengan rasio output-input. Suatu Proses

pemasaran dikatakan efisien apabila :

1). Output tetap dicapai dengan input yang lebih sedikit

2). Output meningkat sedangkan input yang digunakan tetap

3). Output dan input sama-sama mengalami kenaikan, tetapi laju kenaikan

output lebih cepat daripada laju input

4). Output dan input sama-sama mengalami penurunan, tetapi laju

penurunan output lebih lambat daripada laju penurunan input

Output pemasaran ini berupa kepuasan konsumen akibat

pertambahan utiliti terhadap output-output pertanian yang dikonsumsi

tersebut. Biaya pemasaran seringkali digunakan untuk mendekati input

pemasaran. Penilaian efisiensi pemasaran dengan menggunakan rasio output-

input ini sulit dilakukan, terutama dalam pengukuran output pemasaran yang

berupa kepuasan konsumen. Pengukuran rasio output-input dapat didekati

dengan sudut pandang efisiensi operasional dan efisiensi penetapan harga.

Efisiensi penetapan harga berhubungan dengan keefektifan

pemasaran sehingga harga dapat digunakan untuk menilai hasil kinerja proses

pemasaran dalam menyampaikan output pertanian dari daerah produsen ke

daerah konsumen. Efisiensi operasional diukur dengan membandingkan output

pemasaran terhadap input pemasaran. Dalam menetapkan efisiensi operasional

ini diasumsikan sifat utama output tidak mengalami perubahan atau efisiensi

ini lebih berkaitan dengan kegiatan fisik pemasaran dengan penekanan

ditujukan pada usaha mengurangi input untuk menghasilkan output pemasaran

atau menaikan rasio output-input pemasaran.

Page 38: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

23

Indikator-indikator yang lebih jelas dan lebih mudah digunakan

untuk menentukan efisiensi pemasaran adalah marjin pemasaran, tersedianya

fasilitas fisik pemasaran dan intensitas persaingan pasar. Marjin pemasaran

merupakan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan harga yang

diterima petani. Sementara ini ada anggapan bahwa semakin besar marjin

pemasaran, semakin tidak efisien suatu proses pemasaran. Anggapan ini tidak

selamanya benar, sebab marjin pemasaran ini pada hakekatnya terdiri dari

biaya-biaya untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran dan keuntungan

lembaga-lembaga pemasaran. Anggapan tersebut dapat dibenarkan jika

dibutuhkan biaya yang relatif kecil untuk melakukan fungsi-fungsi pemasaran.

Penyediaan fasilitas fisik untuk pengangkutan, penyimpanan dan

pengolahan dianggap dapat digunakan untuk melihat efisiensi pemasaran.

Kurang tersediaanya fasilitas fisik, terutama pengangkutan diidentikkan

dengan ketidakefisienan proses pemasaran. Intensitas persaingan pasar juga

seringkali digunakan untuk menilai efisiensi pemasaran. Struktur pasar

persaingan sempurna dianggap lebih efisien dibanding struktur pasar

oligopolistik maupun monopolistik.

G. Programa Linier

Menurut Dimyati dan Dimyati (2003), programa linier adalah suatu

cara untuk menyelesaikan persoalan pengalokasian sumber-sumber yang

terbatas di antara beberapa aktivitas yang bersaing, dengan cara terbaik yang

mungkin dilakukan. Programa linier menggunakan model matematis untuk

menjelaskan persoalan yang dihadapinya. Dalam membangun model dari

formulasi persoalan digunakan karakteristik-karakteristik yang biasa

digunakan dalam persoalan programa linier, yaitu :

a. Variabel keputusan

Variabel keputusan adalah variabel yang menguraikan secara lengkap

keputusan-keputusan yang akan dibuat

b. Fungsi tujuan

Fungsi tujuan merupakan fungsi dari variabel keputusan yang akan

dimaksimumkan (untuk pendapatan atau keuntungan) atau diminimumkan

(untuk ongkos).

Page 39: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

24

c. Pembatas

Pembatas merupakan kendala yang dihadapi sehingga kita tidak bisa

menentukan harga-harga variabel keputusan secara sembarang.

Bentuk standar dari persoalan programa linier tersaji di bawah ini.

Setiap situasi yang formulasi matematisnya memenuhi model ini adalah

persoalan programa linier.

Maksimumkan z = c1x1 + c2x2 + … + cnxn (fungsi tujuan)

berdasarkan pembatas :

a11x11 + a12x2 + … + a1nxn < b1 a21x11 + a22x2 + … + a2nxn < b2 . . . am1x11 + am2x2 + … + amnxn < bm

dan x1 > 0, x2 > 0, …, xn > 0

Selain model programa linier dengan bentuk seperti yang telah

diformulasikan di atas, ada pula model programa linier dengan bentuk yang

agak lain seperti :

1. Fungsi tujuan bukan memaksimumkan, melainkan meminimumkan.

2. Beberapa pembatas fungsionalnya mempunyai ketidaksamaan dalam

bentuk lebih besar atau sama dengan.

3. Beberapa pembatas fungsionalnya mempunyai bentuk persamaan.

4. Menghilangkan pembatas nonnegatif untuk beberapa variabel keputusan.

Dalam menggunakan model programa linier, diperlukan beberapa

asumsi sebagai berikut :

1. Asumsi kesembandingan (proportionality)

Kontribusi setiap variabel keputusan terhadap fungsi tujuan adalah

sebanding dengan nilai variabel keputusan. Kontribusi suatu variabel

terhadap ruas kiri dari setiap pembatas juga sebanding dengan nilai

variabel keputusan itu.

2. Asumsi penambahan (aditivity)

Kontribusi setiap variabel keputusan terhadap fungsi tujuan bersifat

tidak tergantung pada nilai variabel keputusan yang lain. Kontribusi

pembatas teknologis

Page 40: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

25

suatu variabel terhadap ruas kiri dari setiap pembatas bersifat tidak

tergantung pada nilai variabel keputusan yang lain.

3. Asumsi pembagian (divisibility)

Dalam persoalan programa linier, variabel keputusan boleh

diasumsikan berupa bilangan pecahan.

4. Asumsi kepastian (certainty)

Setiap parameter, yaitu koefisien fungsi tujuan, ruas kanan, dan

koefisien teknologis, diasumsikan dapat diketahui secara pasti.

Menurut Nasendi dan Anwar (1985), sistematika dari analisis-

analisis dalam proses pengambilan keputusan yang memakai progam linier

dan variasinya mempunyai lima tahap sebagai berikut :

1. Identifikasi persoalan

Identifikasi persoalan terdiri dari kegiatan penentuan dan

perumusan tujuan, identifikasi peubah serta pengumpulan data tentang

kendala-kendala yang menjadi syarat ikatan terhadap peubah-peubah

dalam fungsi tujuan sistem model yang dipelajari.

2. Penyusunan model

Kegiatan penyusunan model terdiri dari empat hal, yaitu :

(1) memilih model yang cocok sesuai dengan permasalahannya

(2) merumuskan segala macam faktor yang terkait di dalam model yang

bersangkutan secara simbolik ke dalam rumusan model matematika

(3) menentukan peubah-peubah beserta kaitannya satu sama lain

(4) menetapkan fungsi tujuan dan kendala-kendalanya dengan nilai-nilai

dan parameter yang jelas

3. Analisis model

Model yang dipilih untuk dapat dianalisis dengan teknik

program linier dan variasinya akan memberikan hasil-hasil yang optimal.

Hasil analisis tersebut perlu diuji kepekaannya guna melihat sampai

seberapa jauh parameter dari peubah-peubah yang ditetapkan dapat

bertahan apabila terjadi perubahan pada sistem.

Page 41: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

26

4. Pengesahan model

Analisis pengesahan model menyangkut penilaian terhadap

model dengan cara mencocokkannya dengan keadaan dan data nyata.

5. Implementasi

Hasil-hasil yang diperoleh dapat dipakai dalam perumusan-

perumusan rencana kegiatan yang sewaktu-waktu dapat dinilai.

Implementasi hasil ini juga menyangkut sistem dokumentasi model dan

dokumentasi hasil analisis yang baik.

H. Model Transportasi

Menurut Russel dan Taylor (2003), metode transportasi adalah

suatu teknik kuantitatif yang digunakan untuk menentukan cara

menyelenggarakan transportasi dengan biaya seminimal mungkin. Persoalan

transportasi melibatkan pengangkutan barang dari berbagai sumber dengan

jumlah penawaran tetap ke tujuan-tujuan tertentu dengan jumlah permintaan

yang tetap pula dengan biaya serendah mungkin. Dimyati dan Dimyati (2003)

menyatakan bahwa model transportasi merupakan salah satu bentuk khusus

atau variasi dari program linier yang dikembangkan khusus untuk

memecahkan masalah-masalah yang berhubungan dengan transportasi dan

distribusi produk dari berbagai sumber (pusat pengadaan atau titik suplai) ke

berbagai tujuan (titik permintaan). Ciri khusus dari suatu persoalan

transportasi ini adalah :

1. Terdapat sejumlah sumber dan sejumlah tujuan tertentu.

2. Kuantitas komoditas atau barang yang didistribusikan dari setiap sumber

dan yang diminta oleh setiap tujuan, besarnya tertentu.

3. Komoditas yang dikirim atau diangkut dari suatu sumber ke suatu tujuan

besarnya sesuai dengan permintaan dan atau kapasitas sumber.

4. Ongkos pengangkutan komoditas dari suatu sumber ke suatu tujuan,

besarnya tertentu.

Misalkan ada m buah sumber dan n buah tujuan. Masing-masing

sumber mempunyai kapasitas ai, dengan i = 1, 2, …, m. Masing-masing

tujuan membutuhkan komoditas sebanyak bj, dengan j = 1, 2, …, n. Jumlah

Page 42: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

27

satuan yang dikirimkan dari sumber i ke tujuan j adalah sebanyak Xij dengan

ongkos pengiriman per unit adalah Cij. Dengan demikian, maka formulasi

programa liniernya adalah sebagai berikut.

Meminimumkan ∑∑= =

=m

i

n

jijij XCZ

1 1

berdasarkan pembatas :

i

n

jij aX =∑

=1

; i = 1, 2, ..., m j

n

iij bX =∑

=1

; j = 1, 2, ..., n

dan 0≥ijX untuk seluruh i dan j.

I. LINDO

LINDO (Linear Interactive and Discrete Optimizer) ialah suatu

paket program interaktif programming linier, kuadratik dan integer yang

dirancang agar dapat digunakan oleh berbagai kalangan pemakai. Lindo

disusun sedemikian rupa sehingga sangat mudah digunakan karena persoalan

Linear Programming yang telah dinyatakan dalam fungsi tujuan dan kendala-

kendala tidak perlu dipindahkan ke dalam format-format tertentu yang

menyulitkan, akan tetapi secara langsung dapat dimasukkan sesuai dengan

bentuk aslinya (Pusat Pengolahan Data dan Statistik Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, 1985).

LINDO telah digunakan pada ribuan badan usaha, perguruan

tinggi, universitas dan badan pemerintahan di seluruh dunia. LINDO versi

Windows menyediakan menu pull-down dan toolbar yang mudah digunakan

serta editor model yang lengkap. Persoalan dapat diekspresikan dalam gaya

persamaan lurus yang sederhana. LINDO juga mempunyai kapasitas untuk

menyelesaikan model linier dan integer berskala besar dengan cepat. LINDO

juga mempunyai semua fitur yang dibutuhkan untuk input model, editing,

tampilan solusi, penyelidikan kelogisan data, penanganan file dan analisis

sensitivitas (LINDO Sytems Inc, 2006).

J. Hasil Penelitian Terdahulu

Ritonga (2005) melakukan analisis pemasaran komoditas kentang

dengan pendekatan konsep SCM di Semarang, dimana analisis difokuskan

Page 43: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

28

pada pola rantai pasokan serta analisis marjin pemasaran dan farmer share

(bagian petani). Penelitian tersebut menggunakan data primer yang diperoleh

melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan anggota mata rantai

pasokan komoditas kentang baik melalui hipermarket maupun pasar

tradisional. Anggota rantai pasokan yang terlibat dalam rantai pasokan

kentang di Semarang yaitu petani, pedagang pengumpul, pedagang grosir,

pemasok, pedagang pengecer termasuk hipermarket serta konsumen.

Petani di lokasi penelitian menjual komoditas kentang yang

dipanen untuk pasar Kota Semarang melalui dua pasar induk, yaitu Pasar

Johar dan Pasar Bandungan. Secara umum pola rantai pasokan komoditas

kentang dari lokasi penelitian adalah dari petani kentang dijual ke pedagang

pengumpul, kemudian pedagang pengumpul menjual kepada pedagang grosir

yang terdapat di pasar grosir Johar dan pasar grosir Bandungan. Terdapat tiga

pola rantai pasokan komoditas kentang, yaitu :

1. Pola rantai pasokan 1 : Petani → Pedagang pengumpul → Pedagang besar

Pasar Johar Semarang → Pedagang pengecer

pasar tradisional → Konsumen rumah tangga

2. Pola rantai pasokan 2 : Petani → Pedagang pengumpul → Pedagang besar

Pasar Bandungan Semarang → Pedagang

pengecer pasar tradisional → Konsumen rumah

tangga

3. Pola rantai pasokan 3 : Petani → Pedagang pengumpul → Pedagang besar

Pasar Johar Semarang → Pemasok → Makro

Cash and Carry → Konsumen rumah tangga

Perhitungan marjin, sebaran marjin dan farmer share dilakukan

berdasarkan tiga kelas mutu komoditas kentang yaitu AB Super, AB dan

ABC. Pola rantai pasokan 3 memiliki total marjin pemasaran yang lebih besar

dibandingkan pola 1 dan pola 2. Penyebaran marjin belum merata di antara

ketiga rantai pasokan. Pedagang grosir memperoleh marjin pemasaran

terendah diantara anggota rantai pasokan lain karena sedikitnya aktivitas

pedagang grosir yang membutuhkan biaya dan sedikitnya keuntungan yang

Page 44: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

29

diambil. Bagian petani (farmer’s share) adalah bagian yang diterima petani

sebagai balas jasa atas kegiatan usaha tani kentang. Bagian petani terbesar

diperoleh pada pola rantai 1 karena pada pola ini harga jual komoditas di

tingkat konsumen lebih rendah.

Perolehan marjin tertinggi rantai pasokan kentang mutu kelas AB

super pada pola 1 dan pola 2 terdapat pada tingkat pengecer, sedangkan marjin

tertinggi pada rantai pasokan 3 terdapat pada tingkat pemasok. Keuntungan

lebih besar kontribusinya dalam marjin-marjin tersebut daripada biaya yang

dikeluarkan. Marjin total untuk komoditas kentang mutu kelas AB dan ABC

pada pola 1 dan 2 cenderung rendah. Kedua komoditas tersebut dijual dengan

harga murah dan terkadang pedagang tidak mengambil keuntungan karena

hanya mengharapkan keuntungan yang besar dari kentang untuk mutu AB

super.

Persentase biaya terbesar yang dikeluarkan masing-masing anggota

rantai pasokan adalah biaya penyusutan. Pada pola rantai 1, biaya pemasaran

terbesar untuk setiap kelas mutu ditanggung oleh pengecer karena banyaknya

aktivitas yang memerlukan biaya. Untuk pola rantai 1 biaya pemasaran

terbesar untuk kentang kelas AB super ditanggung oleh pedagang pengumpul

karena besarnya biaya angkut ke pasar grosir. Untuk kelas mutu lainnya, biaya

pemasaran terbesar untuk setiap kelas mutu ditanggung oleh pengecer seperti

pada pola pertama. Pada rantai pasokan ke 3, biaya pemasaran terbesar

ditanggung oleh pemasok ke pasar modern karena tingginya biaya seperti

biaya pengemasan, pengangkutan dan resiko kerusakan komoditas di

supermarket.

Susiyana (2005) melakukan analisis rantai persediaan komoditas

jeruk Medan dengan metode studi kasus di Pasar Induk Kramat Jati dan

Carrefour Cempaka Mas Jakarta. Data primer penelitian ini diperoleh dari

hasil wawancara dengan 7 pedagang eceran serta beberapa pedagang grosir di

Cililitan dan Pasar Induk Kramat Jati (PIKJ). Data sekunder diperoleh dari

BPS, Pasar Induk Kramat Jati, Departemen Pertanian dan instansi-instansi

lain.

Page 45: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

30

Anggota primer SC jeruk Medan adalah pedagang antar pulau

(PAP), pedagang grosir, pedagang eceran, perusahaan pemasok dan swalayan.

Anggota sekunder SC ini yaitu distributor dan supermarket collector. Marjin

pemasaran dihitung berdasarkan ketiga saluran pemasaran yang terjadi yaitu :

1. Petani - PAP - Grosir PIKJ - Pengecer

2. Petani - PAP - Grosir Cililitan - Perusahaan Pemasok- Pengecer

3. Petani - PAP - Grosir Cililitan - Perusahaan Pemasok- Swalayan

Pola saluran 3 memiliki marjin pemasaran yang paling besar.

Saluran pemasaran 1 memperoleh total keuntungan yang terbesar. Pola saluran

pemasaran 1 juga yang paling efisien karena memiliki total biaya, keuntungan

dan marjin pemasaran yang terendah serta rasio keuntungan dan biaya

tertinggi. Pola saluran pemasaran 1 dapat memberikan nilai lebih bagi petani

karena menghasilkan farmer’s share yang tinggi.

Page 46: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

31

III. METODOLOGI

A. Kerangka Pemikiran

Penelitian tentang Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa ini

meninjau anggota, aktivitas, pengelolaan, biaya dan efisiensi rantai pemasokan

kelapa di Kota Bogor. Aliran rantai pasokan buah kelapa yang dimaksud yaitu

aliran pasokan buah kelapa tua dari daerah-daerah penghasil kelapa ke pasar-

pasar di Kota Bogor. Rantai pasokan terdiri dari anggota-anggota rantai

pasokan dengan aktivitas-aktivitas yang mereka lakukan.

Menurut Simchi-Levi et al. (2003), masalah kunci dalam

pengelolaan rantai pasokan terdiri dari konfigurasi jaringan distribusi,

pengendalian inventori, kontrak pemasokan, strategi distribusi, integrasi rantai

pasokan dan kemitraan strategis, strategi procurement dan outsourcing, desain

produk, teknologi informasi dan sistem penunjang keputusan serta penilaian

pelanggan. Pengelolaan rantai pasokan tidak hanya dilakukan agar seluruh

bagian sistem memberikan kinerja keseluruhan sistem yang efektif, tetapi juga

efisien. Analisis pengelolaan rantai pasokan kelapa pada penelitian ini terbatas

pada analisis konfigurasi jaringan logistik, metode pengendalian inventori,

integrasi rantai pasokan dan efisiensi rantai pasokan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian lapang dilakukan terhitung mulai Mei sampai September

2006. Untuk data pasokan kelapa di Kota Bogor, diperoleh dari data

kebutuhan pedagang besar dan data kebutuhan industri pengolah kelapa. Kota

Bogor memiliki tujuh buah pasar yang dikelola oleh pemerintah yaitu Pasar

Gunung Batu, Pasar Kebon Kembang, Pasar Baru Bogor, Pasar Jambu Dua,

Pasar Merdeka, Pasar Sukasari dan Pasar Padasuka.

C. Jenis dan Sumber Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data primer dan

data sekunder. Untuk data primer, jenis data yang diperoleh antara lain data

harga pembelian dan penjualan, data jumlah pasokan harian, data biaya

pemasokan serta data lainnya yang terkait dengan penelitian. Data sekunder

diperoleh dari informasi statistik dari situs BPS, situs Departemen Pertanian,

Page 47: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

32

serta data dari Direktorat Jendral Perkebunan. Data industri pengolah kelapa

diperoleh dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kotamadya

Bogor.

D. Metode Penelitian

Penelitian diawali dengan tahap eksplorasi awal rantai pasokan

buah kelapa sehingga teridentifikasi anggota-anggota primer dan sekunder

rantai pasokan. Selanjutnya dilakukan tahap pengumpulan dan analisis data.

Gambar 4 menunjukkan tahap-tahap penelitian rantai pasokan buah kelapa di

Kota Bogor.

Gambar 4. Diagram tahapan penelitian rantai pasokan buah kelapa di Kotamadya Bogor

Analisis pengendalian inventori

Analisis konfigurasi jaringan logistik

Selesai

Analisis efisiensi rantai pasokan

Mulai

Identifikasi anggota rantai pasokan

Pembuatan daftar pertanyaan untuk pedagang

Wawancara dengan pedagang dan industri

Data lengkap?

ya tidak

analisis deskriptif

a. analisis marjin pemasaran b. analisis efisiensi alokasi kelapa

Analisis integrasi rantai pasokan

Page 48: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

33

D.1. Metode Pengumpulan Data

Data-data primer dalam penelitian ini diperoleh dengan cara

wawancara. Sistem pengelolaan rantai pasokan kelapa di Kota Bogor

diteliti lebih lanjut dengan cara mewawancarai berbagai level anggota

primer rantai pasokan. Teknik wawancara yang dipakai antara lain yaitu

wawancara berstruktur yang dilakukan berdasarkan daftar pertanyaan

dengan maksud dapat mengontrol dan mengatur berbagai dimensi

pertanyaan ataupun jawabannya. Kecuali wawancara dengan industri

pengolah kelapa yang dilakukan secara tidak berstruktur yaitu tidak

menggunakan daftar pertanyan. Wawancara dengan pihak industri

dilakukan untuk mengetahui jumlah kebutuhan kelapa.

Identifikasi sistem pemasokan kelapa untuk tingkat

pedagang besar dilakukan dengan cara sensus pedagang besar kelapa

yang ada di tiap pasar di Kota Bogor. Pedagang besar yang dimaksud di

sini yaitu pedagang kelapa baik grosir/bandar maupun eceran yang

memperoleh pasokan kelapa langsung dari wilayah produsen kelapa.

Sensus adalah cara pengumpulan data dengan mengambil elemen atau

anggota populasi secara keseluruhan untuk diselidiki (Hasan, 2002).

Tidak semua pasar memiliki pedagang besar. Pasar-pasar yang

memilikinya yaitu Pasar Baru Bogor, Pasar Kebon Kembang, Pasar

Jambu Dua, Pasar Merdeka dan Pasar Sukasari. Pasar Gunung Batu

memperoleh kelapanya dari grosir di Pasar Kebon Kembang, sedangkan

Pasar Padasuka memperoleh kelapanya dari Pasar Jambu Dua.

Identifikasi sistem pemasokan kelapa untuk tingkat

Pedagang Antar Wilayah (PAW) dan pedagang pengecer dilakukan

dengan cara wawancara dengan perwakilan masing-masing level.

Pedagang Antar Wilayah yaitu pihak pemasok yang membawa kelapa

dari daerah sentra kelapa kepada para pedagang besar. Untuk level PAW,

peneliti mewawancarai seorang PAW dari Tasikmalaya dan seorang

PAW dari Lampung. Keduanya adalah PAW yang dapat ditemui peneliti

di Pasar Baru Bogor. Untuk data biaya dan keuntungan PAW Banten,

peneliti memperoleh informasi dari grosir kelapa Banten di wilayah Pasar

Page 49: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

34

Kebon Kembang. Hal ini dilakukan karena PAW dari Banten berada di

Kota Bogor hanya pada malam hari sehingga peneliti sulit

mewawancarainya. Identifikasi sistem pemasokan kelapa untuk tingkat

pedagang pengecer diperoleh dari hasil wawancara dengan seorang

pedagang pengecer yang mewakili pengecer kelapa asal Banten,

Lampung dan Tasikmalaya-Ciamis sesuai aliran pasokannya masing-

masing. Sebagian data biaya transportasi kelapa dari tiap sumber ke tiap

pasar diperoleh dari hasil wawancara dengan pedagang besar.

D.2. Metode Analisis Data

D.2.1 Analisis Deskriptif

Analisis deskriptif merupakan suatu metode analisis yang

digunakan dengan tujuan memperoleh gambaran secara mendalam

dan obyektif mengenai obyek penelitian. Tujuan penggunaan

analisis ini adalah untuk menggambarkan sifat suatu keadaan yang

sementara berjalan pada saat penelitian dilakukan, dan memeriksa

sebab-sebab dari gejala tertentu (Ritonga, 2005). Hasil analisis ini

disajikan dalam bentuk tabulasi maupun gambar-gambar sesuai

kebutuhan. Data primer dan sekunder yang diperoleh dianalisis

secara deskriptif tabulasi dan statistik sederhana untuk

menggambarkan keadaan pasar dan aliran rantai pasokan kelapa.

D.2.2 Analisis Efisiensi Rantai Pasokan

Menurut Sudiyono (2002), efisiensi pemasaran dapat

didekati dengan efisiensi operasional yang diukur dengan

membandingkan output pemasaran terhadap input pemasaran.

Dalam menetapkan efisiensi operasional ini diasumsikan sifat

utama output tidak mengalami perubahan, dengan penekanan

ditujukan pada usaha mengurangi input untuk menghasilkan output

pemasaran atau menaikan rasio output-input pemasaran. Input

pemasaran berupa biaya tenaga kerja, modal dan manajemen untuk

melaksanakan fungsi-fungsi pemasaran relatif lebih mudah diukur

daripada output pemasaran berupa kepuasan konsumen. Mubyarto

Page 50: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

35

dalam Susiyana (2005) menjelaskan bahwa kegiatan pemasaran

dikatakan efisien apabila :

1). Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada

konsumen dengan biaya semurah-murahnya.

2). Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan

biaya yang dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang

ikut dalam kegiatan produksi dan pemasaran barang tersebut.

Dengan demikian jika output pemasaran diasumsikan tetap,

proses pemasaran dikatakan efisien jika :

1). Biaya fungsional pemasaran rendah

2). Adanya pembagian keuntungan yang adil bagi setiap lembaga

pemasaran yang terlibat sesuai besarnya biaya yang

dikeluarkannya.

Analisis efisiensi rantai pasokan untuk beberapa saluran

pemasaran spesifik dilakukan dengan analisis marjin pemasaran.

Marjin pemasaran terdiri dari terdiri dari biaya fungsional

pemasaran dan keuntungan lembaga pemasaran. Parameter

pengukuran efisiensi yang digunakan yaitu biaya fungsional

pemasaran dan rasio keuntungan terhadap biaya. Marjin pemasaran

secara matematis dapat ditulis sebagai berikut :

Mi = Pri - Pfi Mi = Ci + πi dimana

Mi : marjin pemasaran pada tingkat lembaga ke-i

Pri : harga jual pada tingkat lembaga ke-i

Pfi : harga beli pada tingkat lembaga ke-i

Ci : biaya pemasaran pada tingkat lembaga ke-i

πi : keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i

Total marjin yaitu penjumlahan marjin di setiap lembaga

pemasaran yang terlibat. Total marjin dirumuskan sebagai berikut :

Total Marjin (MT) = ∑=

n

iiM

1dengan n jumlah lembaga pemasaran

Page 51: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

36

Rasio keuntungan terhadap biaya dihitung dengan membagi

keuntungan dengan biaya total yang dikeluarkan setiap lembaga

pemasaran.

Rasio keuntungan-biaya (%) = {πI / (PfI + CI)}*100% dimana

Pfi : harga beli pada tingkat lembaga ke-i

Ci : biaya pemasaran pada tingkat lembaga ke-i

πi : keuntungan lembaga pemasaran tingkat ke-i

Analisis efisiensi rantai pasokan juga dilakukan pada

efisiensi alokasi distribusi kelapa dari berbagai daerah ke pasar-

pasar di Kotamadya Bogor. Efisiensi diukur dengan cara

membandingkan biaya total transportasi berdasarkan alokasi

kelapa saat ini dengan biaya total transportasi berdasarkan alokasi

optimal. Alokasi optimal yaitu alokasi yang memberikan biaya

transportasi minimal.

Penentuan alokasi optimal dilakukan dengan cara

mengembangkan model transportasi dengan teknik programa linier

berdasarkan data yang telah diperoleh. Gambar 5 menunjukkan

tahapan analisis model transportasi buah kelapa ke Kotamadya

Bogor. Dalam penelitian ini, analisis model tersebut dilakukan

dengan tahap-tahap sebagai berikut.

1. Identifikasi persoalan

Identifikasi persoalan terdiri dari kegiatan penentuan dan

perumusan tujuan, identifikasi peubah serta pengumpulan data

tentang kendala-kendala dalam fungsi tujuan sistem model yang

dipelajari.

2. Penyusunan model

Penyusunan model terdiri dari kegiatan :

(1) memilih model yang cocok sesuai dengan permasalahan

(2) merumuskan segala macam faktor yang terkait di dalam

model yang bersangkutan secara simbolik ke dalam

rumusan model matematika

(3) menentukan peubah-peubah dan kaitannya satu sama lain

Page 52: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

37

(4) menetapkan fungsi tujuan dan kendala-kendalanya dengan

nilai-nilai dan parameter yang jelas

3. Analisis model

Untuk memperoleh penyelesaian model, proses

perhitungan dilakukan dengan bantuan perangkat komputer agar

diperoleh penyelesaian yang cepat dan memiliki ketelitian yang

tinggi. Perangkat yang digunakan adalah LINDO. LINDO juga

digunakan dalam analisis sensitivitas dari hasil perhitungan.

Gambar 5. Tahapan analisis model transportasi buah kelapa ke Kotamadya Bogor

Mulai

Identifikasi persoalan

Penyusunan model

Analisis model Bantuan perangkat LINDO

Selesai

Page 53: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

38

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Keadaan Umum Lokasi Penelitian

Kota Bogor terletak di antara 106°43’30” - 106°51’00”BT dan

30’30”LS - 6°41’00”LS serta mempunyai ketinggian rata-rata minimal 190

meter, maksimal 350 meter dengan jarak dari ibukota kurang lebih 60 Km.

Jenis tanah hampir di seluruh wilayah adalah latosil coklat kemerahan dan

sebagian besar mengandung tanah liat serta bahan-bahan yang berasal dari

letusan gunung merapi sehingga mengandung batu-batuan dan pasir. Curah

hujan rata-rata kota Bogor sebesar 310 mm dengan rata-rata 10 hari hujan per

bulan.

Kota Bogor terdiri dari enam kecamatan yaitu Kecamatan Bogor

Tengah, Kecamatan Bogor Barat, Kecamatan Bogor Utara, Kecamatan Bogor

Timur, Kecamatan Bogor Selatan dan Kecamatan Tanah Sareal. Kota ini

mempunyai luas 118,50 Km2 yang memiliki batas-batas wilayah sebagai

berikut.

1. Selatan : berbatasan dengan Kecamatan Cijeruk dan Kecamatan Caringin

Kabupaten Bogor

2. Timur : berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja dan Kecamatan Ciawi

Kabupaten Bogor

3. Utara : berbatasan dengan Kecamatan Sukaraja, Kecamatan Bojong Gede

dan Kecamatan Kemang Kabupaten Bogor

4. Barat : berbatasan dengan Kecamatan Kemang dan Kecamatan Dramaga

Kabupaten Bogor.

Data BPS menunjukkan bahwa pada tahun 2004 jumlah penduduk

Bogor mencapai 831.571 orang. Kepadatan penduduk Kota Bogor mencapai

7.017 jiwa per Km2. Jumlah penduduk Kota Bogor terus bertambah setiap

tahunnya. Tabel 10 menunjukkan pertumbuhan jumlah penduduk Kota Bogor

selama tahun 2001-2004.

Page 54: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

39

Tabel 10. Jumlah penduduk Kotamadya Bogor Tahun 2000-2004

Jenis Kelamin 2000 2001 2002 2003 2004

Laki-laki 360.942 382.896 397.820 419.252 424.819

Perempuan 353.769 377.391 391.603 401.455 406.752

Total 714.711 760.287 789.423 820.707 831.571

Sumber : Badan Pusat Statistik (2005)

Secara umum keadaan ekonomi Kota Bogor sudah relatif stabil

dengan pertumbuhannya yang cukup baik, namun masih memerlukan

perhatian yang lebih baik untuk sektor-sektor perekonomiannya.

Perekonomian Kota Bogor didominasi oleh sektor perdagangan, hotel dan

restoran 31% dan sektor industri pengolahan sebesar 28% dimana kedua

sektor tersebut sangat dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan daya beli

masyarakat. Jumlah perusahaan perdagangan nasional di Kota Bogor pada

tahun 2004 adalah 6.574 buah. Terdapat peningkatan dibandingkan dengan

tahun sebelumnya sebesar 6%. Perusahaan perdagangan nasional didominasi

oleh perdagangan kecil dengan jumlah 5.434 buah.

Kota Bogor mendapat pasokan buah kelapa butiran dari beberapa

wilayah di luar Kota Bogor melalui pasar-pasar tradisional. Penelitian

dilakukan di pasar-pasar tradisonal dimana kelapa dipasok dari daerah-daerah

luar Kota Bogor. Menurut Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi

(Perindagkop), Kota Bogor mempunyai tujuh buah pasar tradisonal. Pasar-

pasar tersebut yaitu Pasar Baru Bogor, Pasar Kebon Kembang, Pasar Jambu

Dua, Pasar Merdeka, Pasar Padasuka dan Pasar Sukasari. Gambar 6

menunjukkan lokasi pasar-pasar tersebut pada tingkat kelurahan di Kotamadya

Bogor. Pengelolaan pasar dilakukan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas

(UPTD) yang ada di masing-masing pasar. Setiap pasar memiliki berbagai

fasilitas seperti kios, gudang, MCK, mushola, tempat pembuangan sampah

serta alat pemadam kebakaran baik berupa hydrant patok maupun tabung

pemadam kebakaran.

Page 55: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

40

Gambar 6. Lokasi pasar-pasar tradisional di Kotamadya Bogor (modifikasi gambar dari BPS, 2005)

Kegiatan pengelolaan pasar antara lain yaitu pengelolaan jual beli

dan penyewaan kios dan gudang, pemeliharaan kebersihan, ketertiban dan

keamanan, penarikan retribusi serta pengawasan harga bahan makanan dan

komoditas pokok. Beberapa UPTD menyerahkan pengelolaaan sebagian

wilayah pasarnya kepada pihak swasta yang tetap bertanggung jawab kepada

SITUGEDE

BALUNGBANGJAYA

CURUG

CURUGMEKAR

SEMPLAK

BUBULAK

MARGAJAYA

SINDANGBARANG

CILENDEKBARAT

CILENDEKTIMUR

MENTENG

LOJI

GUNUNGBATU

PASIRMULYA

PASIRJAYA

PASIRKUDA

KAYUMANIS

MEKARWANGI

KENCANA

CIBADAK

SUKADAMAI

SUKARESMI

KEDUNGWARINGIN

KEDUNGJAYA KEDUNGBADAK

TANAHSAREAL

KEBONPEDES

CIPARAGI

KEDUNGHALANG

CIBULUH CILUAR

CIMAHPAR

TANAHBARU

BANTARJATI

TEGALGUNDIL

BABAKAN KEBONKALAPA

CIWARINGIN

CIBOGOR

PABATON SEMPUR

PELEDANG

TEGALEGA PANARAGAN

BABAKANPASAR

GUDANG BARANANGSIANG

SUKASARI

KATULAMPA

TAJUR

SINDANGRASA

SINDANGSARI

BONDONGAN

EMPANG CIKARET

MULYAHARJA

PAMOYANAN

RANGGAMEKAR

RANCAMAYA BOJONGKERTA

HARJASARI

KERTAMAYA

MUARASARI GENTENG

CIPAKU

PAKUAN

LAWANGGINTUNG

BATUTULIS

1

23

4

5

6

7

Keterangan : Batas Kotamadya

Batas Kecamatan 1. Pasar Baru Bogor 2. Pasar Kebon

Kembang 3. Pasar Merdeka 4. Pasar Jambu Dua 5. Pasar Sukasari 6. Pasar Padasuka 7. Pasar Gunung Batu

Page 56: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

41

UPTD tersebut. Penarikan retribusi dilakukan dengan cara penjualan karcis

kepada para pedagang baik yang menempati kios maupun para pedagang yang

menempati lapak serta wilayah pinggiran jalan pasar. Jumlah pedagang

khususnya yang menempati lapak/jalan bisa tidak sama setiap harinya.

B. Konsumsi dan Kebutuhan Buah Kelapa

Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan Departemen Pertanian

merumuskan suatu komposisi pangan yang seimbang untuk dikonsumsi guna

memenuhi kebutuhan gizi penduduk dalam bentuk Pola Pangan Harapan

(PPH). PPH mencerminkan susunan konsumsi pangan anjuran untuk hidup

sehat. Konsumsi buah/biji berminyak dalam bentuk daging kelapa menurut

PPH Nasional yaitu sebesar 10 gr per kapita per hari, dengan satu butir kelapa

diasumsikan setara dengan 252 gram daging kelapa (Pusat Pengembangan

Konsumsi Pangan Departemen Pertanian, 2004).

Data Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa penduduk Indonesia

pada tahun 2004 berjumlah 217.854.000 orang. Jika diperhitungkan dengan

angka PPH, maka kebutuhan daging kelapa penduduk Indonesia mencapai

795.167 ton selama tahun 2004. Angka tersebut jauh dibawah angka produksi

kelapa setara kopra tahun 2004. Produksi kopra pada tahun yang sama yaitu

sebesar 3.301.942 ton atau setara dengan 16.509.710 ton daging buah kelapa.

Hasil registrasi penduduk akhir tahun 2004 oleh Badan Pusat

Statistik menunjukkan bahwa jumlah penduduk Kota Bogor mencapai 831.571

jiwa. Jika diperhitungkan dengan standar PPH Nasional maka diharapkan

konsumsi daging kelapa penduduk Kota Bogor mencapai 8.315.710 gram per

hari atau sekitar 33.000 butir kelapa per hari. Dengan demikian, untuk

memenuhi kebutuhan kelapa sesuai anjuran PPH, Kota Bogor memerlukan

pasokan kelapa sebanyak 990.000 butir per bulan. Kota Bogor juga memiliki

beberapa industri kecil pengolah kelapa. Industri-industri tersebut yaitu empat

buah industri VCO dan sebuah industri minyak kelapa. Total kebutuhan

kelapa untuk kelima industri tersebut yaitu sebesar 36.600 butir per bulan.

Page 57: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

42

C. Identifikasi Anggota Rantai Pasokan

C.1. Anggota Rantai Pasokan

Anggota primer adalah semua unit bisnis strategik yang benar-

benar menjalankan aktivitas operasional dan manajerial dalam proses

bisnis yang dirancang untuk menghasilkan keluaran tertentu bagi

pelanggan atau pasar. Yang termasuk anggota primer dalam rantai

pasokan buah kelapa tua di Kota Bogor yaitu pedagang antar wilayah,

pedagang besar, pedagang eceran dan konsumen.

1. Pedagang Antar Wilayah

Pedagang Antar Wilayah (PAW) adalah satu-satunya anggota

rantai pasokan yang membawa kelapa butiran ke Kota Bogor. Para

PAW tidak memiliki kebun kelapa sendiri, mereka membeli kelapa

dari para petani dan/atau dari para pengumpul kelapa di daerah asal

masing-masing. Untuk mendapatkan kelapa sesuai jumlah yang

dibutuhkan, PAW perlu membeli kelapa dari beberapa

petani/pengumpul kelapa.

2. Pedagang Besar

Pedagang besar kelapa yaitu pedagang yang menjual kelapa

kepada konsumen rumah tangga, pedagang-pedagang eceran dan

industri. Pedagang besar memperoleh pasokannya dari PAW. Tidak

semua pedagang besar menjual kelapa kepada konsumen rumah

tangga, pedagang eceran maupun industri. Pedagang besar hanya

terdapat di Pasar Baru Bogor, Pasar Kebon Kembang, Pasar

Merdeka, Pasar Jambu Dua dan Pasar Sukasari.

3. Pedagang Pengecer

Pedagang pengecer yaitu pihak yang memperoleh kelapa dari

pedagang besar dan hanya menjualnya kepada konsumen rumah

tangga.

4. Konsumen

Konsumen rantai pasokan buah kelapa tua di Kota Bogor

antara lain yaitu penduduk secara umum untuk konsumsi makanan

Page 58: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

43

harian, serta industri pengolah buah kelapa tua yang ada di Kota

Bogor yaitu industri kecil VCO dan minyak kelapa.

Anggota sekunder adalah perusahaan-perusahaan yang

menyediakan sumber daya, pengetahuan, utilitas atau aset-aset bagi

anggota primer. Yang termasuk ke dalam anggota sekunder adalah

lembaga pengangkutan yaitu lembaga perantara pada rantai pasokan yang

bergerak di bidang jasa transportasi. Pihak lain yang juga menjadi

anggota sekunder rantai pasokan kelapa yaitu pedagang kemasan,

pedagang mesin pemarut dan pemerasan santan, serta penyedia bahan

bakar mesin-mesin tersebut.

C.2. Aktivitas Anggota Primer Rantai Pasokan

PAW membeli kelapa dari petani-petani atau para pengumpul

kelapa di daerahnya. Umumnya mereka membeli kelapa yang sebagian

besar sabutnya telah dikupas. Sortasi dilakukan sambil kelapa-kelapa

dimuat ke dalam truk oleh para pegawai petani/pengumpul kelapa.

Pemuatan kelapa dilakukan sejak pagi sampai siang hari, kemudian

dibawa ke Kota Bogor pada malam hari saat arus lalu lintas tidak ramai.

Grading dilakukan saat kelapa dijual/dialihkan kepada pedagang besar.

Grading dilakukan berdasarkan besar-kecilnya kelapa, semakin besar

kelapa semakin mahal harganya. Tingkatan grade kelapa tidak sama

untuk setiap pedagang besar. Tabel 11 memperlihatkan aktivitas-aktivitas

pemasokan yang dilakukan oleh anggota primer rantai pasokan.

Pedagang besar membeli kelapa dari PAW masih dalam bentuk

kelapa yang telah dikupas sebagian besar sabutnya, dan dijual kepada

pedagang pengecer tanpa mengalami proses pengolahan. Kelapa

dipindahkan dengan memakai keranjang bambu. Pedagang besar hanya

mengolah kelapanya menjadi kelapa kupas tanpa tempurung, kelapa

parut ataupun santan jika dijual kepada konsumen rumah tangga ataupun

industri.

Page 59: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

44

Tabel 11. Aktivitas anggota primer rantai pasokan kelapa di Kota Bogor

Aktivitas Anggota Primer Rantai Pasokan Kelapa

PAW Pedagang Besar Pengecer Industri

Pertukaran Penjualan Pembelian

√ √

√ √

√ √

√ √

Fisik Pengangkutan Pengemasan Penyimpanan

√ - -

√/- √/- √

√ √/- √

√ - -

Fasilitas Sortasi Grading Pengolahan

√/- √/- -

√/- √/- √/-

√ √ √/-

- - √

Keterangan : (√) dilakukan (-) tidak dilakukan (√/-) dilakukan oleh sebagian anggota

Beberapa pedagang besar menyimpan kelapanya di gudang-

gudang baik di dalam atau di luar wilayah pasar. Pedagang besar lainnya

menyimpan kelapanya di kios-kios tempat berjualan. Pedagang besar

yang melakukan pengolahan baik pengupasan, pemarutan ataupun

pemerasan santan, menjual hasil samping berupa tempurung dan air

kelapanya kepada penampung. Tempurung kelapa umumnya ditampung

oleh pembuat arang, sedangkan air kelapa umumnya ditampung oleh

pembuat nata de coco. Adapula seorang pedagang besar yang menjual

kerikan kelapanya kepada peternak unggas.

Pedagang eceran minimal akan mengupas dan memisahkan

daging kelapa dari tempurungnya sebelum dijual kepada konsumen.

Sebagian besar pedagang eceran dapat mengolah kelapanya menjadi

kelapa parut. Sebagian pedagang eceran juga menjual tempurung dan air

kelapanya kepada para penampung, sebagian lain membuangnya begitu

saja. Industri memperoleh kelapanya dalam bentuk butiran, parutan

ataupun santan.

Page 60: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

45

D. Konfigurasi Jaringan Logistik

D.1. Pola Aliran Rantai Pasokan

Pola aliran pasokan kelapa di Kota Bogor secara umum dapat

dilihat pada Gambar 7. Dengan demikian, maka terdapat 3 pola aliran

pasokan kelapa di Kota Bogor, yaitu :

1. Pola I : PAW →Pedagang Besar →Pedagang Eceran →Konsumen RT

2. Pola II : PAW → Pedagang Besar → Konsumen RT

3. Pola III : PAW → Pedagang Besar → Industri

Gambar 7. Pola aliran pasokan kelapa

Pemasokan kelapa di wilayah Kota Bogor dimulai dari

Pedagang Antar Wilayah (PAW) karena lembaga inilah yang memasok

kelapa ke pedagang besar langsung dari wilayah asal kelapa. Masing-

masing pedagang besar umumnya telah memiliki pemasok tetap yang

berbeda-beda antara satu dengan yang lain. Beberapa pedagang besar

menerima pasokan dari beberapa PAW. Jumlah kelapa yang dipasok oleh

PAW disesuaikan dengan situasi pasar saat itu, sesuai perkiraan

pedagang besar. Menjelang hari raya biasanya jumlah yang dipasok dapat

mencapai beberapa kali lipat. PAW yang memasok kelapa ke Kota

Bogor berasal dari tiga wilayah yaitu Banten, Tasikmalaya-Ciamis dan

Lampung.

Pola 1 : Pola 2 : Pola 3 :

PAW Pedagang

Besar Industri

PAW Pedagang

Besar Konsumen

RT

PAW Pedagang

Besar Pedagang

Eceran Konsumen

RT

Page 61: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

46

Pasar-pasar di Kota Bogor memperoleh pasokan kelapanya dari

18 orang pedagang besar. Jumlah pasokan kelapa ke masing-masing

pedagang besar dapat dilihat pada Lampiran 4. Pedagang besar membeli

kelapa dalam jumlah besar, rata-rata sebesar 66.146 butir per bulan.

Pemasok untuk setiap pedagang besar berbeda-beda satu sama lain.

Pemasok tersebut juga bisa lebih dari satu pemasok dari wilayah yang

berbeda-beda. Tidak semua pedagang besar menduduki wilayah pasar.

Beberapa pedagang besar berada di luar wilayah pasar namun lokasinya

tidak jauh dari pasar.

Pedagang-pedagang eceran membeli kelapa dagangannya dari

pedagang besar yang berada di sekitar pasar tempat mereka berjualan

ataupun dari pedagang besar dari pasar lain. Pedagang kelapa di pasar

yang tidak memiliki pedagang besar seperti Pasar Padasuka dan Pasar

Gunung Batu harus membeli kelapa dari pedagang besar di pasar lain.

Terkadang pedagang eceran dari pasar-pasar yang memiliki pedagang

besar juga terpaksa membeli kelapa dari pasar lain ketika stok kelapa di

pasar asal mereka habis.

Berdasarkan data dari Dinas Perindagkop, terdapat dua buah

industri pengolah buah kelapa tua di Kota Bogor, dimana keduanya

adalah produsen Virgin Coconut Oil. Kedua industri ini, PT. Bogor Agro

Lestari dan CV. Karya Adigi, mendapat pasokan kelapa dari Pasar Kebon

Kembang. PT. Bogor Agro Lestari memperoleh kelapa dalam bentuk

santan dengan harga Rp. 2.500,00 per butir kelapa, sedangkan CV. Karya

Adigi memperoleh bahan baku berupa kelapa kupas. Data hasil

wawancara kemudian menunjukkan bahwa terdapat dua buah industri

VCO lainnya serta sebuah industri kecil minyak kelapa yang memperoleh

pasokan kelapa dari pasar. Industri-industri tersebut tidak memperoleh

pasokannya langsung dari PAW karena kebutuhan kelapanya cukup

kecil.

Harga jual buah kelapa bervariasi dari setiap PAW dan daerah

asal pasokan kelapa. Harga pembelian rata-rata untuk buah kelapa di

tingkat pedagang besar yaitu Rp. 956 per butir untuk kelapa asal Banten,

Page 62: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

47

Rp. 975 untuk kelapa asal Lampung serta Rp. 1.022 untuk kelapa asal

Tasikmalaya-Ciamis. Tabel 12 menunjukkan harga rata-rata kelapa baik

harga beli, harga jual kepada pedagang pengecer serta harga jual kepada

konsumen di tingkat pedagang besar. Perhitungan harga tersebut dapat

dilihat pada Lampiran 5.

Tabel 12. Harga rata-rata buah kelapa di tingkat pedagang besar (rupiah)

Asal Kelapa Harga Pembelian

Harga Jual Kepada

Pedagang Pengecer

Harga Jual Kepada

Konsumen

Banten 956 1.086 1.450Tasikmalaya-Ciamis 1.022 1.186 1.491Lampung 975 1.075 1.200

Keterangan : Harga di tingkat konsumen adalah harga kelapa kupas tanpa tempurung.

D.2. Metode Transportasi dan Penyimpanan

Transportasi pada rantai pasokan kelapa di Kota Bogor terdiri

dari transportasi kelapa dari daerah asal kelapa ke pedagang besar di

Kota Bogor serta transportasi kelapa dari pedagang besar kelapa di satu

pasar ke pedagang pengecer di pasar lain. Transportasi kelapa dari daerah

asal kelapa ke pedagang besar di Kota Bogor dilakukan dengan

menggunakan truk-truk jenis colt diesel. Kendaraan ini dapat

mengangkut kelapa dalam jumlah 4000-7000 butir kelapa. Ada pula yang

mengirim kelapa dari Banten dengan pick up yang memasok kelapa ke

pasar Sukasari. Pengangkutan kelapa antar pasar di Kota Bogor

umumnya menggunakan pick up dengan kapasitas sekitar 2000 butir

kelapa. Pengangkutan kelapa dari pedagang besar ke pedagang pengecer

dalam satu pasar umumnya menggunakan jasa para pegawai pedagang

besar.

Biaya yang biasa dianggarkan untuk mentransfer kelapa dari

berbagai daerah berbeda-beda untuk setiap pasar tujuan. Biaya

transportasi dari Banten rata-rata sebesar Rp. 200,00 per butir kelapa,

sedangkan dari daerah Lampung memerlukan biaya rata-rata sebesar Rp.

Page 63: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

48

281,25. Biaya transfer rata-rata terendah yaitu biaya pengiriman dari

Tasikmalaya-Ciamis sebesar Rp. 195,24. Biaya-biaya tersebut telah

mencakup biaya bahan bakar dan oli, upah supir dan seorang

pedampingnya, serta biaya tol dan retribusi selama perjalanan. Tabel 13

menunjukkan data biaya transportasi kelapa dari setiap daerah ke setiap

pasar yang berhasil dihimpun oleh peneliti.

Tabel 13. Biaya transportasi kelapa dari setiap daerah asal ke setiap pasar

Asal Tujuan Sumber Data

Biaya Transportasi

(Rp.)

Jumlah kelapa per transfer

(butir)

Biaya (Rp./ butir)

Rata-rata (Rp./butir)

Banten

PBB Supriatno (pedagang besar)

1.000.000 4.000 250,00

200,00

PKKM

Abdul Latif (pedagang besar)

1.000.000 6.000 166,67

PJD Samsudin (pedagang besar)

800.000 6.000 133,33

PS Abu (pedagang besar)

500.000 2.000 250,00

Tasikmalaya-Ciamis

PBB Asep (PAW) 1.500.000 7.000 214,29

195,24PKKM

Anas (pedagang besar)

1.400.000 7.000 200,00

PJD Agus (pedagang besar)

1.200.000 7.000 171,43

PS - - - -

Lampung

PBB Sahrun Efendi (PAW)

1.400.000 7.000 200,00

281,25PKKM Anas (pedagang besar)

1.450.000 4.000 362,50

PJD - - - - PS - - - -

Kelapa yang diterima oleh pedagang-pedagang besar disimpan

dalam gudang permanen (tembok), gudang kayu, maupun di dalam kios-

kios tempat mereka berjualan. Perbedaan tempat penyimpanan tersebut

menyebabkan perbedaan biaya penyimpanan untuk setiap pedagang

besar. Pedagang besar yang menggunakan kios sebagai tempat

Page 64: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

49

penyimpanan mengeluarkan biaya retribusi pasar yang lebih besar dari

pada retribusi untuk pedagang pengecer karena penggunaan ruang pasar

yang lebih besar. Biaya penyimpanan kelapa berkisar antara Rp. 72.000

sd Rp. 540.000 per bulan. Perhitungan biaya penyimpanan tersebut dapat

dilihat di Lampiran 6.

D.3. Penyebaran Pasokan Kelapa

Pedagang-pedagang besar kelapa di Kota Bogor memperoleh

pasokan kelapa dari Tasikmalaya-Ciamis, Lampung serta wilayah

Banten. Total jumlah kelapa yang masuk ke Kota Bogor berjumlah

1.195.500 butir per bulan. Dari jumlah tersebut, yang dipasok ke pasar-

pasar Kota Bogor sebanyak 1.070.900 butir kelapa, dan 36.600 butir

dipasok untuk industri. Dengan demikian konsumsi kelapa penduduk

Kota Bogor telah melebihi konsumsi anjuran PPH untuk buah kelapa

yaitu sebesar 990.000 butir kelapa per bulan.

Sebagian besar pasokan kelapa yaitu sebesar 56,44% dari total

jumlah pasokan berasal dari Banten. Sisanya yaitu sebesar 29,26% dan

14,30% masing-masing dipasok PAW dari Tasikmalaya-Ciamis dan

Lampung. Gambar 8 menunjukkan sumber dan penyebaran pasokan

kelapa per bulan di Kota Bogor yang melalui Pasar Baru Bogor, Pasar

Kebon Kembang-Merdeka, Pasar Jambu Dua dan Pasar Sukasari.

Gambar 8. Sumber dan penyebaran pasokan kelapa per bulan di Kota Bogor

Kelapa yang beredar di pasar-pasar di Kotamadya Bogor

sebanyak 1.107.500 butir per bulan. Nilai tersebut terdiri dari 36.600

Tasikmalaya-Ciamis 344.500 butir

(28,82 %)

Banten 679.000 butir

(56,80%)

Lampung 172.000 butir

(14,39%)

Jumlah Pasokan Ke Kota Bogor :

1.195.500 butir kelapa

Luar Kota Bogor 88.000 butir

(7,36%)

Industri 36.600 butir

(3,06%)

Pasar di Kota Bogor 1.070.900 butir

(89,58%)

Page 65: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

50

butir kelapa untuk kebutuhan industri dan 1.070.900 butir kelapa untuk

kebutuhan pasar. Tabel 14 di bawah ini menunjukkan rincian kebutuhan

industri pengolah buah kelapa di Kotamadya Bogor.

Tabel 14. Kebutuhan buah kelapa industri pengolahnya di Kotamadya Bogor (butir per bulan). Industri Kebutuhan Sumber Buah Kelapa

PT. Bogor Agro Lestari 8.800 Ilyas (pedagang besar) CV. Karya Adigi 7.800 Pasar Kebon Kembang Pabrik VCO di Cikaret 8.800 Supriatno (pedagang besar) Pabrik VCO di Kebun Raya 10.400 Ilyas (pedagang besar) Pabrik minyak kelapa 800 Pasar Sukasari

Jumlah 36.600

Tidak semua kelapa yang diterima oleh pedagang besar dijual di

pasar-pasar di Kota Bogor. Sebanyak 88.000 butir kelapa per bulan

(7,36%) dipasok ke pasar-pasar di luar wilayah Kota Bogor, yaitu

wilayah Ciawi, Darmaga dan Cibinong. Sebanyak 3,06% kelapa atau

setara 36.600 butir kelapa setiap bulan dipasok ke industri pengolah

kelapa yang ada di Kota Bogor yaitu industri kecil VCO dan minyak

kelapa. Sisanya yaitu sebesar 89,58% dijual di pasar-pasar di Kota

Bogor. Pedagang-pedagang besar yaitu pedagang yang memperoleh

pasokan kelapa langsung dari PAW hanya terdapat di Pasar Baru Bogor,

Pasar Jambu Dua, Pasar Sukasari serta Pasar Kebon Kembang dan Pasar

Merdeka.

Setiap pasar memasok buah kelapa tua dalam jumlah yang

berbeda. Sebanyak 56,71% dari seluruh pasokan kelapa yang melalui ke

Kota Bogor disalurkan di Pasar Kebon Kembang dan Pasar Merdeka.

Jumlah pasokan ke masing-masing pasar ini sulit dipisahkan karena

kedekatan lokasinya sehingga pedagang di kedua pasar mengambil

pasokan kelapa dari pedagang-pedagang besar yang berada disekitar

kedua pasar tersebut. Pasar Baru Bogor menyediakan 337.500 butir

kelapa atau 28,23% dari total pasokan kelapa, sementara Pasar Jambu

Dua menyediakan 176.000 butir perbulan atau sebesar 14,72%.

Pedagang-pedagang besar kelapa di Pasar Sukasari hanya memasok

kelapa sebanyak 0,33% dari total jumlah pasokan kelapa yaitu 4.000

Page 66: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

51

butir per bulan. Hal ini selain disebabkan ukuran pasar yang relatif kecil

juga karena sebagian pedagang kelapa di pasar tersebut mengambil

pasokan kelapa dari pasar lain. Gambar 9 menunjukkan jumlah kelapa

yang dipasok ke pedagang besar di Pasar Baru Bogor, Pasar Kebon

Kembang-Merdeka, Pasar Jambu Dua dan Pasar Sukasari.

Gambar 9. Penyebaran pasokan buah kelapa per bulan di pasar tradisional Kota Bogor (modifikasi gambar dari BPS, 2005)

1

23

4

5

6

7 Pasar Jambu Dua 176.000 butir

(14,72%)

Pasar Sukasari 4.000 butir

(0,33%)

Pasar Baru Bogor 337.500 butir

(28,23%)

Pasar Kebon Kembang-Merdeka

591.000 butir (49,44%)

Pasar Kebon Kembang-Merdeka

678.000 butir (56,71%)

Page 67: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

52

E. Pengendalian Inventori

Inventori muncul dalam rantai pasokan kelapa terutama dalam

bentuk kelapa butiran. Inventori dalam bentuk kelapa kupas hanya sedikit,

disesuaikan dengan perkiraan jumlah penjualan ke konsumen rumah tangga

setiap harinya, demikian pula kelapa parut dan santan. Hal ini disebabkan

karena ketiga bentuk hasil olahan kelapa tersebut tidak tahan lama sehingga

akan rusak apabila tidak habis terjual pada hari itu.

Pengelolaan inventori baik oleh para PAW, pedagang besar

maupun pedagang pengecer dilakukan dengan cara yang masih sederhana.

PAW dari daerah Lampung yang diwawancarai oleh peneliti mengumpulkan

kelapa dari sekitar pukul sembilan pagi dan selesai sekitar pukul 3-4 sore.

Untuk mengirimkannya ke Kota Bogor, PAW tersebut memilih berangkat

sekitar pukul tujuh malam sehingga lalu lintas selama perjalanan tidak ramai.

Perjalanan memakan waktu sekitar 15 jam sehingga muatan tiba di Kota

Bogor pukul 9-10 pagi. Ada pula PAW yang tiba di pasar pada malam hari.

Dengan demikian, jika bukan pengiriman rutin, maka pesanan kelapa

memerlukan waktu minimal sekitar 24 jam jika dipesan pada pagi hari

sebelum jam delapan.

PAW dari Tasikmalaya-Ciamis yang memasok kelapa ke Pasar

Bogor biasa mengumpulkan kelapa sejak pukul tujuh pagi sampai siang hari.

PAW tersebut berangkat dari daerahnya sekitar pukul lima sore dan sampai di

Kota Bogor sekitar pukul tujuh pagi. Dengan demikian perjalanan memakan

waktu sekitar 15 jam. Di pasar lainnya, PAW dari Tasikmalaya-Ciamis

umumnya tiba di malam hari. Serupa dengan pengiriman pesanan kelapa dari

Lampung, jika bukan pengiriman rutin, maka pesanan kelapa memerlukan

waktu minimal sekitar 24 jam jika dipesan pada pagi hari. Pedagang besar

yang mendapat pasokan kelapa dari daerah Lampung maupun Tasikmalaya-

Ciamis umumnya memesan kelapa jika persediaan kelapa mereka diperkirakan

hanya cukup untuk 1-2 hari lagi. Peneliti tidak dapat mewawancarai PAW dari

daerah Banten yang biasa berada di daerah pasar di Kota Bogor pada pukul 12

sampai 3 pagi. Namun, berdasarkan informasi dari pedagang besar yang secara

Page 68: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

53

rutin mendapat pasokan kelapa dari PAW Banten, perjalanan dari Banten ke

Kota Bogor memakan waktu lima sampai enam jam.

Di pasar, kelapa disimpan dalam tempat penyimpanan berupa

gudang berdinding tembok, gudang berdinding kayu ataupun dalam kios-kios.

Buah-buahan dan sayuran serta hasil pertanian lainnya setelah dipanen masih

melakukan proses respirasi serta metabolisme lainnya sehingga terjadi

perubahan-perubahan yang akhirnya menyebabkan benda-benda tersebut

menjadi rusak. Apabila penanganan telah dilakukan dengan baik, maka

terjadinya kerusakan dan kebusukan pada bahan dapat dihambat atau

dikurangi semaksimal mungkin (Winarno dan Aman, 1981).

Hal-hal yang perlu diperhatikan pada tempat penyimpanan yang

berhubungan dengan keadaan bahan dalam simpanan yaitu temperatur dan

kelembaban serta sirkulasi udara. Meningkatnya temperatur tempat

penyimpanan dapat meningkatkan temperatur masa bahan yang berada di

dalamnya. Oleh karena itu, tempat penyimpanan yang baik adalah tempat

atau ruang yang keadaannya sejuk, kering dan terlindung dari pengaruh sinar

matahari langsung (Imdad dan Nawangsih, 1999).

Salah satu syarat penyimpanan kelapa yaitu terhindar dari pengaruh

sinar matahari langsung (Anonim, 2006). Menurut beberapa pedagang, buah

kelapa akan pecah jika terjemur. Hal ini mungkin disebabkan karena pada

saat dijemur, kelapa mengalami perubahan temperatur yang terlalu cepat atau

karena kadar air kelapa sudah sangat jauh berkurang (terlalu kering).

Perubahan temperatur secara cepat sebanyak 8°C dapat menyebabkan

pecahnya buah kelapa tanpa sabut. Selain itu, kelapa yang terlalu kering juga

akan pecah (Paul dan Ketsa, 2007).

Syarat lain dalam penyimpanan kelapa yaitu terhindar dari

kebocoran dan kehujanan (Anonim, 2006). Kapang permukaan akan tumbuh

pada buah kelapa yang basah (Paul dan Ketsa, 2007). Selain karena

kebocoran/kehujanan, kelapa juga bisa menjadi basah karena perpindahan uap

air. Pada setiap tempat penyimpanan produk pertanian, secara alamiah akan

terjadi peristiwa perpindahan uap air dari atau ke dalam tempat atau ruang

penyimpanan akibat perubahan temperatur di luar tempat penyimpanan.

Page 69: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

54

Untuk menghindari perubahan udara akibat lingkungan yang tidak stabil

dapat dilakukan dengan cara mengurangi timbulnya perbedaan temperatur di

luar dan di dalam gudang melalui pengaturan sirkulasi udara yang baik

(Imdad dan Nawangsih, 1999).

Sirkulasi udara (aerasi) dapat dipandang sebagai suatu proses

mendinginkan udara di dalam ruang penyimpanan sehingga keadaannya tetap

stabil dan terpelihara tanpa ada kerusakan yang berarti. Temperatur dalam

ruang penyimpanan juga dapat meningkat karena uap panas yang dihasilkan

pada proses respirasi. Cara paling mudah untuk menghindari timbulnya uap

panas masa bahan dalam simpanan adalah dengan menyimpan bahan secara

hamparan atau onggokan. Tinggi tumpukan perlu dipertimbangkan,

maksudnya agar udara segar dapat mengenai permukaan bahan sehingga

mengusir panas yang ada (Imdad dan Nawangsih, 1999). Untuk komoditas

kelapa, tinggi tumpukan sebaiknya tidak lebih dari 1 meter, dengan tumpukan

berbentuk piramida dan longgar (Anonim, 2006).

Tempat penyimpanan harus dilengkapi dengan jendela atau

ventilasi untuk masuknya udara segar dalam ruang penyimpanan. Jika

keadaan masa bahan tertutup, suhu udara dalam ruang menjadi naik dan

mengakibatkan bakteri dan cendawan perusak aktif tumbuh sehingga dapat

mendatangkan kerusakan. Sirkulasi udara yang jelek dapat menyebabkan

buah mudah berkeringat dan menimbulkan bau busuk karena jamur (Imdad

dan Nawangsih, 1999). Gudang-gudang tembok di pasar tidak memiliki ruang

ventilasi, sehingga sebaiknya pintu gudang sesering mungkin dibuka, atau

dibuat lubang angin untuk memperbaiki sirkulasi udara.

Dalam ruang penyimpanan modern, kelembaban dan temperatur

ruangan simpan dapat diatur sesuai dengan kehendak. Kondisi lingkungan

yang dingin menyebabkan patogen gudang tidak dapat berkembang sehingga

bahan aman dalam simpanan (Imdad dan Nawangsih, 1999). Penyimpanan

pada suhu 0-1,5°C dan kelembaban relatif 75-85% dapat mempertahankan

kualitas kelapa tua yang telah dikupas sabutnya selama 60 hari (Maliyar dan

Marar, 1963 dalam Paul dan Ketsa, 2007).

Page 70: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

55

Pemilihan tempat penyimpanan bahan segar tentu saja harus

diperhitungkan dari segi biaya, keamanan bahan, dan manfaatnya. Pengaturan

suhu dan kelembaban pada ruang penyimpanan akan membutuhkan biaya

yang tinggi (Imdad dan Nawangsih, 1999). Penyimpanan pada suhu kamar

dapat mempertahankan kualitas kelapa tua yang telah dikupas sabutnya

selama 2 minggu tanpa menimbulkan kerusakan yang serius (Duke, 1983).

Buah kelapa tua yang masih bersabut dapat disimpan pada suhu ruang selama

3-5 bulan sebelum air kelapanya menguap dan tempurungnya pecah karena

kekeringan atau perkecambahan (Paul dan Ketsa, 2007).

Buah kelapa tua umumnya dapat dipanen setelah 11-12 bulan sejak

bunga betina diserbuki (Samosir, 1992). Selain karena dipengaruhi kondisi

penyimpanan, kebusukan kelapa yang cepat terjadi juga dapat disebabkan

karena umur panen buah kelapa yang terlalu muda. Beberapa pedagang

menginformasikan bahwa PAW terkadang menyertakan buah-buah yang

masih belum tua benar. Mereka menyatakan bahwa buah kelapa tersebutlah

yang biasanya lebih cepat busuk hanya dalam 3 hari penyimpanan.

Kebusukan sebagian kelapa yang terjadi dengan cepat di penyimpanan

pedagang besar juga dapat disebabkan karena jangka waktu yang cukup

panjang sejak kelapa dipetik sampai diterima oleh pedagang besar.

Para pedagang sebenarnya dapat mendeteksi kelapa mana yang

benar-benar tua. Menurut para pedagang, pada buah kelapa tua sisa sabut

dekat pangkal buah berwarna hitam dan timbul suara nyaring jika kelapa

diguncang-guncang/diketuk-ketuk. Kelapa tua juga memiliki bobot yang

lebih ringan karena kadar air kelapanya telah berkurang. Walaupun demikian,

kelapa yang kurang tua tetap diterima pedagang besar.

F. Integrasi Rantai Pasokan

Strategi rantai pasokan tradisional sering dikategorikan sebagai

strategi push atau pull. Dalam rantai pasokan push-based, kebijakan produksi

dan distribusi didasarkan pada peramalan jangka panjang. Biasanya pengusaha

pabrik membuat peramalan permintaan dengan dasar data pemesanan yang

diterima dari gudang ritel. Karenanya rantai pasokan push-based memerlukan

waktu yang lebih lama untuk bereaksi terhadap perubahan pasar. Dalam rantai

Page 71: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

56

pasokan pull-based, produksi dan distribusi ditentukan oleh permintaan

sehingga rantai pasokan ini lebih dikendalikan oleh permintaan konsumen

nyata daripada peramalan permintaan. Dalam sistem pull murni, perusahaan

tidak menyimpan inventori sedikitpun dan hanya merespon pesanan spesifik.

Sistem ini dimungkinkan dengan adanya mekanisme aliran informasi yang

cepat untuk mentransfer informasi tentang permintaan konsumen ke seluruh

partisipan rantai pasokan (Simchi-Levi et al., 2003).

Kemitraan PAW dan pedagang besar sudah cukup fleksibel, antara

lain terlihat dalam strategi pemasokan yang diterapkan. Rantai pasokan kelapa

di Kota Bogor menggunakan strategi pull, walaupun bukan strategi pull murni.

PAW hanya memasok kelapa jika diminta oleh pedagang besar. Pedagang

besar memesan kelapa saat pasokan diperkirakan hanya cukup untuk

memenuhi kebutuhan selama beberapa hari lagi. Menurut Simci-Levi et al.

(2003), dalam rantai pasokan berbasis strategi pull, dapat terlihat pengurangan

level inventori, peningkatan kemampuan untuk mengelola sumber daya, dan

pengurangan biaya sistem jika dibandingkan dengan sistem push yang

sepadan. Namun rantai pasokan kelapa di Kota Bogor juga menggunakan

strategi push dimana PAW mengirim kelapa dalam jumlah yang tetap sesuai

kapasitas alat angkut untuk mengurangi biaya angkut per butir kelapa. Hal ini

menyebabkan pedagang besar selalu memiliki inventori yang cukup banyak

setelah menerima pasokan sehingga memerlukan ruang penyimpanan yang

sesuai.

Fleksibilitas hubungan antara PAW dan pedagang besar dalam

rantai pasokan kelapa ke Kota Bogor juga terwujud dalam sistem pembagian

resiko antara keduanya. Sistem tersebut berupa penukaran kelapa yang busuk

di tempat penyimpanan pedagang besar dengan kelapa baru yang dibawa oleh

PAW, jika kelapa yang busuk tersebut berasal dari PAW yang sama dan dalam

jumlah yang dinilai cukup besar. Jumlah kelapa yang busuk biasanya hanya

sedikit. Kelapa yang busuk tersebut biasanya kemudian dijual oleh PAW ke

pabrik-pabrik minyak kelapa yang berada di daerah asalnya masing-masing

dengan harga rendah.

Page 72: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

57

Kemitraan antara beberapa PAW dan pedagang besar juga terlihat

dengan adanya sistem pembayaran yang biasa disebut pedagang dengan

sistem “keluar-masuk”. Sistem ini muncul karena para pedagang besar tidak

selalu mempunyai modal yang cukup untuk membeli kelapa untuk dagangan

mereka. Dengan sistem ini, pembayaran kelapa kepada pihak PAW dilakukan

setelah kelapa tersebut telah laku terjual kepada konsumen ataupun pedagang

pengecer. Karena sistem ini harus didukung dengan kepercayaan antara pihak

PAW dengan pedagang besar, maka PAW hanya menerapkannya dengan

pedagang besar yang sebelumnya telah berkerjasama dengan mereka dalam

waktu yang cukup lama.

G. Marjin Pemasaran

Secara spesifik, efisiensi pemasaran masing-masing jalur

pemasaran berbeda-beda satu sama lainnya. Pembandingan efisiensi

pemasaran jalur-jalur pemasaran kelapa dilakukan dengan cara analisis marjin

pemasaran. Marjin pemasaran terdiri dari biaya pemasaran dan keuntungan

pemasaran. Parameter penilaian efisiensi yang digunakan yaitu biaya

fungsional dan rasio keuntungan terhadap biaya total. Untuk mempermudah

pembandingan marjin pemasaran, perhitungannya dilakukan dengan

menggunakan basis satu butir kelapa dengan grade tertinggi. Harga jual

kepada konsumen adalah harga jual kelapa yang telah dikupas tempurungnya,

tetapi belum diparut. Nilai marjin pemasaran terdiri dari biaya fungsional dan

keuntungan pemasaran. Keuntungan pemasaran per butir kelapa dihitung

dengan cara mengurangi nilai marjin pemasaran kelapa per butir dengan

biaya pemasaran kelapa per butir.

Dalam penelitian ini, biaya dan keuntungan pemasokan kelapa

dihitung berdasarkan saluran pemasaran dari PAW sampai ke ke tingkat

pedagang pengecer, dimana para pedagang pengecer berada tidak jauh dari

pedagang besar tempat pembelian kelapa sehingga biaya pemasokan ke

pedagang pengecer tidak diperhitungkan. Analisis marjin pemasaran

pemasokan kelapa dilihat dari jalur pasokan kelapa ke Kota Bogor, yaitu :

Page 73: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

58

1. PAW Banten - Pedagang Besar - Pedagang Pengecer - Konsumen

2. PAW Tasikmalaya-Ciamis - Pedagang Besar - Pedagang Pengecer -

Konsumen

3. PAW Lampung- Pedagang Besar - Pedagang Pengecer - Konsumen

4. PAW Banten - Pedagang Besar - Konsumen

5. PAW Tasikmalaya-Ciamis - Pedagang Besar - Konsumen

6. PAW Lampung - Pedagang Besar - Konsumen

Analisis marjin pemasaran saluran pasokan pertama dihitung

berdasarkan data aliran pasokan kelapa dari Banten kepada pedagang besar

yang memasok ke wilayah Pasar Kebon Kembang dan Pasar Merdeka.

Saluran pasokan ke-2 dan ke-5 diperhitungkan dari aliran pasokan kelapa

Tasikmalaya-Ciamis kepada pedagang besar yang memasok kelapa ke Pasar

Baru Bogor, sedangkan saluran pasokan ke-3 diperhitungkan dari aliran

pasokan kelapa Lampung kepada pedagang besar yang memasok kelapa juga

ke Pasar Baru Bogor. Saluran pasokan ke-4 diperhitungkan dari data aliran

pasokan kelapa Banten kepada pedagang besar yang memasok kelapa ke

Pasar Baru Bogor, sedangkan saluran ke-6 diperhitungkan dari data aliran

pasokan kelapa Lampung ke pedagang besar di Pasar Kebon Kembang-

Merdeka.

Biaya pemasaran kelapa di tingkat PAW yaitu biaya transportasi

per butir kelapa yang dihitung dengan cara membagi biaya total transportasi

kelapa dengan jumlah butir kelapa yang diangkut. Biaya pemasaran di tingkat

pedagang besar terdiri dari biaya sewa gudang, karcis retribusi, biaya listrik

dan air, biaya kebersihan, biaya keamanan, upah karyawan dan upah bongkar

muat. Sedangkan biaya pemasaran kelapa di tingkat pedagang pengecer

terdiri dari biaya kebersihan dan karcis retribusi. Masing-masing biaya

tersebut diperhitungkan dengan cara membagi biaya total per bulannya

dengan jumlah kelapa yang dipasok setiap bulan. Tabel 15 memperlihatkan

hasil perhitungan biaya, keuntungan dan total marjin pemasaran untuk setiap

saluran pemasaran. Rincian hasil perhitungan marjin pemasaran, biaya dan

keuntungan terurai pada Lampiran 7.

Page 74: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

59

Tabel 15. Biaya, keuntungan dan marjin pemasaran (rupiah per butir kelapa) Saluran ke- 1 2 3 4 5 6 Harga Beli Awal 600.00 600.00 700.00 600.00 600.00 550.00Harga Jual Akhir 1,500.00 1,500.00 1,500.00 1,500.00 1,500.00 1,200.00Jumlah Biaya Fungsional 212.70 298.40 290.55 293.25 278.40 381.90

Jumlah Keuntungan 687.30 601.60 509.45 606.75 621.60 268.10Total Marjin 900.00 900.00 800.00 900.00 900.00 650.00

Keterangan : Saluran pasokan ke 1 : PAW Banten - Pedagang Besar (Pasar Kebon

Kembang-Merdeka) - Pedagang Pengecer (Pasar Kebon Kembang-Merdeka) - Konsumen

Saluran pasokan ke 2 : PAW Tasikmalaya-Ciamis - Pedagang Besar (Pasar Baru Bogor) - Pedagang Pengecer (Pasar Baru Bogor) - Konsumen

Saluran pasokan ke 3 : PAW Lampung - Pedagang Besar (Pasar Baru Bogor) - Pedagang Pengecer (Pasar Baru Bogor) - Konsumen

Saluran pasokan ke 4 : PAW Banten - Pedagang Besar (Pasar Baru Bogor) - Konsumen

Saluran pasokan ke 5 : PAW Tasikmalaya-Ciamis - Pedagang Besar (Pasar Baru Bogor) - Konsumen

Saluran pasokan ke 6 : PAW Lampung - Pedagang Besar (Pasar Kebon Kembang-Merdeka) - Konsumen

Menurut Sudiyono (2002), efisiensi pemasaran dapat didekati

dengan efisiensi operasional yang diukur dengan membandingkan output

pemasaran terhadap input pemasaran, dengan penekanan ditujukan pada

usaha mengurangi input untuk menghasilkan output pemasaran atau

menaikan rasio output-input pemasaran. Mubyarto dalam Susiyana (2005)

menjelaskan bahwa kegiatan pemasaran dikatakan efisien apabila :

1). Mampu menyampaikan hasil-hasil dari petani produsen kepada

konsumen dengan biaya semurah-murahnya.

2). Mampu mengadakan pembagian yang adil dari keseluruhan biaya yang

dibayar konsumen akhir kepada semua pihak yang ikut dalam kegiatan

produksi dan pemasaran barang tersebut.

Dengan demikian kriteria pertama untuk menentukan saluran

pemasaran yang paling efisien adalah rendahnya biaya fungsional. Untuk

saluran dengan pedagang pengecer (saluran 1-3), saluran ke-1 adalah saluran

yang paling rendah biaya fungsionalnya yaitu sebesar Rp. 212,70 per butir

kelapa. Di antara saluran yang tidak melibatkan pedagang pengecer (saluran

Page 75: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

60

4-6), saluran dengan biaya fungsional terendah adalah saluran ke-5 yang

memerlukan biaya fungsional sebesar Rp. 278,40 per butir kelapa.

Kriteria lain dalam pengukuran efisiensi pemasaran yaitu adanya

pembagian yang adil dari keseluruhan biaya yang dibayar konsumen akhir

kepada semua pihak yang ikut dalam kegiatan produksi dan pemasaran

barang tersebut. Penilaian kriteria ini diukur dengan cara membandingkan

nilai rasio keuntungan terhadap biaya total (biaya fungsional dan harga beli

kelapa) tiap anggota saluran dalam salurannya masing-masing. Tabel 16

menunjukkan hasil perhitungan rasio keuntungan terhadap biaya total

masing-masing anggota saluran, dengan perhitungan seperti pada Lampiran 7.

Tabel 16. Rasio keuntungan terhadap biaya total (%) Saluran ke PAW Pedagang Besar Pedagang Pengecer

1 24% 13% 34% 2 35% 3% 23% 3 11% 3% 34% 4 18% 44% - 5 35% 29% - 6 4% 24% -

Terlihat dari Tabel 16, nilai rasio keuntungan terhadap biaya total

tiap anggota pada saluran ke-1 paling tidak berbeda jauh antara satu dengan

yang lain diantara saluran yang melibatkan pengecer. Dengan demikian, pada

saluran ini terjadi distribusi keuntungan yang lebih adil dibandingkan saluran

ke-2 dan saluran ke-3, sesuai dengan biaya yang dikeluarkannya. Untuk

saluran tanpa pedagang pengecer, saluran ke-5 adalah saluran dengan rasio

keuntungan terhadap biaya total untuk PAW paling tidak berbeda jauh

dengan rasio untuk pedagang besar. Pada saluran ini terjadi distribusi

keuntungan yang lebih adil dibandingkan saluran ke-4 dan saluran ke-6,

sesuai dengan biaya yang dikeluarkannya.

Berdasarkan hasil tersebut, maka diantara saluran yang melibatkan

pedagang pengecer, saluran ke-1 adalah saluran yang paling efisien karena

biaya fungsionalnya paling rendah dan terjadi distribusi keuntungan yang

lebih adil terhadap biaya yang dikeluarkan masing-masing anggota saluran.

Untuk saluran yang tidak melibatkan pedagang pengecer, saluran ke-5 adalah

saluran yang paling efisien karena memerlukan biaya fungsional paling

Page 76: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

61

rendah dan distribusi keuntungan yang lebih adil terhadap biaya yang

dikeluarkan masing-masing anggota saluran.

Perhitungan rasio keuntungan terhadap biaya menunjukkan bahwa

pada saluran-saluran yang melibatkan pedagang pengecer, pedagang besar di

tiap saluran memperoleh nilai rasio keuntungan-biaya yang rendah. Hal ini

disebabkan karena pedagang besar tidak mengambil keuntungan yang banyak

pada saat menjual kelapanya kepada pedagang pengecer. Rasio keuntungan

terhadap biaya total untuk pedagang besar pada saluran yang tidak melibatkan

pengecer lebih tinggi karena pedagang besar menjual sesuai harga konsumen.

H. Model Transportasi

H.1. Identifikasi persoalan

1. Identifikasi variabel keputusan

Pedagang besar di Pasar Baru Bogor, Pasar Kebon Kembang-

Merdeka, Pasar Jambu Dua dan Pasar Sukasari memperoleh kelapa

dari PAW asal Banten, Tasikmalaya-Ciamis dan Lampung. Variabel

keputusan yaitu jumlah alokasi kelapa dari tiap sumber pasokan

kelapa ke tiap pasar berdasarkan aliran pasokan kelapa di Kota Bogor.

Skema aliran pasokan kelapa dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Sumber dan pusat permintaan kelapa

Variabel keputusan model tersaji dalam Tabel 17. Pedagang

besar di Pasar Sukasari selama ini memperoleh kelapa hanya dari

Banten sehingga alokasinya tidak diubah dan tidak termasuk ke dalam

1

2

3

4

5

6

7

Keterangan : Tanda lingkaran menunjukkan daerah pusat penawaran dan permintaan kelapaa,dimana setiap nomor menunjukkan nama lokasi seperti di bawah ini. 1). Banten 2). Tasikmalaya-Ciamis 3). Lampung 4). P. Baru Bogor 5). P. Kebon Kembang-Merdeka 6). P. Jambu Dua 7). P. Sukasari

Page 77: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

62

variabel keputusan. Pedagang besar di Pasar Jambu Dua juga selama

ini hanya memperoleh pasokan dari Banten dan Tasikmalaya-Ciamis

sehingga yang menjadi variabel keputusan hanya alokasi kelapa dari

kedua daerah tersebut.

Tabel 17. Variabel keputusan Variabel keputusan Simbol

Jumlah pasokan dari Banten ke Pasar Baru Bogor X14

Jumlah pasokan dari Banten ke Pasar Kebon Kembang-Merdeka X15

Jumlah pasokan dari Banten ke Pasar Jambu Dua X16 Jumlah pasokan dari Tasikmalaya-Ciamis ke Pasar Baru Bogor X24

Jumlah pasokan dari Tasikmalaya-Ciamis ke Pasar Kebon Kembang-Merdeka X25

Jumlah pasokan dari Tasikmalaya-Ciamis ke Pasar Jambu Dua X26 Jumlah pasokan dari Lampung ke Pasar Baru Bogor X34

Jumlah pasokan dari Lampung ke Pasar Kebon Kembang-Merdeka X35

2. Identifikasi kendala-kendala

Kendala-kendala dalam model yaitu jumlah pasokan kelapa

dari tiap daerah sentra kelapa dan jumlah kebutuhan kelapa tiap pasar.

Nilai-nilainya diasumsikan tetap, sesuai dengan hasil wawancara

dengan para pedagang. Kendala-kendala tersebut diformulasikan

sebagai berikut :

a. Kendala jumlah pasokan kelapa dari Banten

X14 + X15 + X16 = A

b. Kendala jumlah pasokan kelapa dari Tasikmalaya-Ciamis

X24 + X25 + X26 = B

c. Kendala jumlah pasokan kelapa dari Lampung

X34 + X35 = C

d. Kendala kebutuhan Pasar Baru Bogor

X14 + X24 + X34 = D

e. Kendala kebutuhan Pasar Kebon Kembang-Merdeka

X15 + X25 + X35 = E

f. Kendala kebutuhan Pasar Jambu Dua

X16 + X26 = F

Page 78: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

63

g. Kendala nilai positif (jumlah pasokan/kebutuhan kelapa > 0)

Xij > 0

Keterangan : A : jumlah pasokan kelapa dari Banten (butir) B : jumlah pasokan kelapa dari Tasikmalaya-Ciamis (butir) C : jumlah pasokan kelapa dari Lampung (butir) D : jumlah kebutuhan kelapa untuk konsumen di Pasar Baru Bogor

(butir) E : jumlah kebutuhan kelapa untuk konsumen di Pasar Kebon

Kembang-Merdeka (butir) F : jumlah kebutuhan kelapa untuk konsumen di Pasar Jambu Dua

(butir)

3. Perumusan fungsi tujuan

Tujuan pembuatan model adalah mencari alokasi optimal yang

meminimumkan biaya transportasi total pemasokan kelapa ke Kota

Bogor. Model alokasi optimal diformulasikan sebagai berikut.

Meminimumkan biaya transportasi total (Z)

= t14 X14 + t15 X15 + t16 X16 + t24 X24 + t25 X25 + t26 X26 + t34 X34

+ t35 X35 Keterangan : Z : total biaya transportasi tij : biaya transportasi per butir kelapa dari asal i ke tujuan j

H.2. Penyusunan model

1. Persamaan kendala

a. Kendala jumlah pasokan kelapa dari Banten

Jumlah pasokan dari Banten setelah dikurangi jumlah

pasokan ke Pasar Sukasari yaitu sebesar 675.000 butir kelapa.

X14 + X15 + X16 = 675.000

b. Kendala jumlah pasokan kelapa dari Tasikmalaya-Ciamis

X24 + X25 + X26 = 344.500

c. Kendala jumlah pasokan kelapa dari Lampung

X34 + X35 = 172.000

d. Kendala kebutuhan Pasar Baru Bogor

Para pedagang besar di Pasar Baru Bogor mendapat pasokan

kelapa sebanyak 337.500 butir per bulan.

X14 + X24 + X34 = 337.500

Page 79: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

64

e. Kendala kebutuhan Pasar Kebon Kembang-Merdeka

Para pedagang besar di Pasar Kebon Kembang-Merdeka

mendapat pasokan kelapa sebanyak 678.000 butir per bulan.

X15 + X25 + X35 = 678.000

f. Kendala kebutuhan Pasar Jambu Dua

Para pedagang besar di Pasar Jambu Dua mendapat pasokan

kelapa sebanyak 176.000 butir per bulan.

X16 + X26 = 176.000

2. Fungsi tujuan

Tujuan model yaitu meminimalkan biaya total transportasi

dengan pengaturan alokasi kelapa. Biaya transportasi dari tiap sumber

ke tiap tujuan tersaji pada Tabel 18. Biaya transportasi diperoleh dari

hasil perhitungan sesuai Tabel 13 sebelumnya.

Tabel 18. Biaya transportasi dari tiap sumber ke tiap tujuan (tij )

Asal Tujuan tij (Rp./butir)

Banten (i =1) PBB (j=4) 250,00 PKKM (j=5) 166,67 PJD (j=6) 133,33

Tasikmalaya (i=2) PBB (j=4) 214,29 PKKM (j=5) 200,00 PJD (j=6) 171,43

Lampung (i=3) PBB (j=4) 200,00 PKKM (j=5) 362,50

Keterangan : PBB : Pasar Baru Bogor PKKM : Pasar Kebon Kembang-Merdeka PJD : Pasar Jambu Dua

Model fungsi tujuan setelah dilengkapi dengan konstanta biaya

transportasi tersaji sebagai berikut.

Z = 250,00 X14 + 166,67 X15 + 133,33 X16 + 214,29 X24 +

200,00 X25 + 171,43 X26 + 200,00 X34 + 362,50 X35

Dengan demikian, dapat matriks persoalan transportasi dari

model tersusun seperti pada Tabel 19 di berikut ini.

Page 80: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

65

Tabel 19. Matriks persoalan transportasi pasokan kelapa

Daerah AsalTujuan

Suplai PBB PKKM PJD

Banten t14 = 250,00

X14 t15 = 166,67

X15 t16 = 133,33

X16 675.000

Tasikmlaya-

Ciamis

t24 = 214,29

X24 t25 = 200,00

X25 t26 = 171,73

X26 344.500

Lampung t34 = 200,00

X34 t35 = 362,50

X35 172.000

Permintaan 337.500 678.000 176.000 1.191.500

H.3. Analisis model

Untuk memperoleh penyelesaian model transportasi yang telah

dibuat, dilakukan proses perhitungan dilakukan dengan bantuan

perangkat LINDO. Tampilan model persamaan matematik dalam

program LINDO terdapat pada Lampiran 8. Hasil solving persamaan oleh

LINDO tidak menunjukkan adanya kesalahan struktur model dan

menghasilkan keluaran berupa nilai optimal dari variabel keputusan yang

dicari.

Tabel 20 menunjukkan nilai variabel-variabel keputusan hasil

optimasi. Berdasarkan hasil tersebut, biaya transportasi minimal jika

Pasar Baru Bogor mendapat pasokan kelapa dari Tasikmalaya-Ciamis

(165.500 butir) dan Lampung (172.000 butir), Pasar Kebon Kembang-

Merdeka mendapat pasokan kelapa dari Banten (499.000 butir) dan

Tasikmalaya-Ciamis (179.000 butir), serta Pasar Jambu Dua memperoleh

seluruh pasokan kelapa dari Banten (176.000 butir).

Alokasi kelapa perhitungan LINDO berbeda dengan alokasi kelapa

yang selama ini terjadi. Biaya transportasi untuk alokasi selama ini yaitu

sebesar Rp. 225.611.085,00, sementara biaya yang diperlukan untuk

alokasi hasil optimasi yaitu sebesar Rp. 212.299.405,00 perbulan.

Perhitungannya dapat dilihat seperti pada Lampiran 11. Dengan alokasi

kelapa sesuai dengan alokasi keluaran LINDO, secara keseluruhan

diperoleh minimasi biaya sebesar Rp. 13.311.680,00 perbulan. Dengan

Page 81: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

66

demikian, pemasokan kelapa dengan alokasi sesuai hasil perhitungan

LINDO akan lebih efisien karena akan mengurangi biaya transportasi.

Tabel 20. Nilai optimal variabel keputusan

Variabel keputusan Simbol Nilai (butir

kelapa) Jumlah pasokan dari Banten ke Pasar Baru Bogor X14 0Jumlah pasokan dari Banten ke Pasar Kebon Kembang-Merdeka X15 499.000

Jumlah pasokan dari Banten ke Pasar Jambu Dua X16 176.000Jumlah pasokan dari Tasikmalaya-Ciamis ke Pasar Baru Bogor X24 165.500

Jumlah pasokan dari Tasikmalaya-Ciamis ke Pasar Kebon Kembang-Merdeka X25 179.000

Jumlah pasokan dari Tasikmalaya-Ciamis ke Pasar Jambu Dua X26 0

Jumlah pasokan dari Lampung ke Pasar Baru Bogor X34 172.000Jumlah pasokan dari Lampung ke Pasar Kebon Kembang-Merdeka X35 0

Perhitungan alokasi optimal dilakukan berdasarkan asumsi-asumsi

peneliti berdasarkan data yang dapat diperoleh. Asumsi-asumsi tersebut

bisa berbeda dengan kenyataan, terlebih pada kondisi pasar yang terus

mengalami perubahan. Analisis sensitivitas merupakan suatu usaha untuk

mempelajari nilai-nilai dari peubah-peubah pengambilan keputusan

dalam suatu model matematika jika satu atau beberapa atau semua

parameter model tersebut berubah (Nasendi, 1985). Analisis sensitivitas

memiliki selang kepekaan yang dapat menunjukkan perubahan yang

terjadi pada hasil optimasi. Selang kepekaan tersebut terdiri dari batas

penurunan (allowable decrease) dan batas kenaikan (allowable increase).

Keluaran LINDO menghasilkan selang kepekaan untuk perubahan

koefisien fungsi tujuan serta untuk perubahan nilai ruas kanan dari

persamaan tujuan dan kendala-kendala. Koefisien-koefisien fungsi tujuan

menunjukkan biaya-biaya transportasi per butir kelapa. Selang penurunan

dan kenaikan nilai biaya-biaya tersebut tersaji pada Tabel 21 di bawah

ini. Hasil analisis sensitivitas tersebut menunjukkan sejauh mana

perubahan total biaya per butir kelapa dapat terjadi tanpa mengubah

alokasi kelapa yang meminimalkan biaya transportasi.

Page 82: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

67

Tabel 21. Batas-batas perubahan biaya transportasi (Rp./butir)

Variabel Current Coeficient Allowable Increase Allowable

Decrease t14 250,00 Tidak terbatas 69,04 t15 166,67 69,04 4,77 t16 133,33 4,76 Tidak terbatas t24 214,29 69,04 176,79 t25 200,00 4,76 69,04 t26 171,43 Tidak terbatas 4,77 t34 200,00 176,79 Tidak terbatas t35 362,50 Tidak terbatas 176,79

Analisis sensitivitas parameter nilai ruas kanan kendala

memberikan informasi mengenai sampai sejauh mana nilai ruas kanan

boleh berubah. Ruas kanan pada persamaan-persamaan kendala pada

model menunjukkan jumlah kelapa yang tersedia dari tiap daerah serta

jumlah kebutuhan kelapa setiap pasar. Hasil pengolahan LINDO

menunjukkan bahwa nilai variabel-variabel keputusan akan tetap

menghasilkan biaya minimal jika jumlah kebutuhan tiap pasar dan

jumlah kelapa yang tersedia dari tiap daerah tidak berubah. Hasil analisis

sensitivitas parameter ruas kanan keluaran program LINDO dapat dilihat

pada Tabel 22.

Tabel 22. Batas-batas perubahan ruas kanan persamaan kendala (butir kelapa)

Ruas kiri Ruas kanan Allowable Increase

Allowable Decrease

X14 + X15 + X16 675.000 0 0

X24 + X25 + X26 344.500 0 0

X34 + X35 172.000 0 0

X14 + X24 + X34 337.500 0 0

X15 + X25 + X35 678.000 0 0

X16 + X26 176.000 0 0

Page 83: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

68

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Anggota primer rantai pasokan buah kelapa tua di Kota Bogor yaitu

pedagang antar wilayah (PAW), pedagang besar, pedagang eceran dan

konsumen termasuk industri. Anggota sekundernya yaitu lembaga jasa

transportasi, pedagang kemasan, pedagang mesin pemarut dan pemerasan

santan, serta penyedia bahan bakar mesin-mesin tersebut. Para pedagang antar

wilayah memasok kelapa ke pedagang-pedagang besar yang ada di Pasar Baru

Bogor, Pasar Kebon Kembang, Pasar Sukasari, Pasar Merdeka dan Pasar

Jambu Dua.

Kelapa-kelapa dari PAW diterima oleh para pedagang besar.

Pedagang besar tersebut ada yang langsung menjual kelapa kepada konsumen,

adapula yang menjualnya lagi kepada pedagang-pedagang pengecer baik

dalam satu pasar maupun berlainan pasar. Para pedagang besar kelapa di Kota

Bogor memperoleh pasokan kelapa dari Tasikmalaya-Ciamis, Lampung serta

wilayah Banten. Total jumlah kelapa yang masuk ke Kota Bogor berjumlah

1.195.500 butir per bulan yang sebagian besar berasal dari Banten. Kelapa

diterima dari PAW dan disimpan dalam bentuk kelapa yang sebagian besar

sabutnya telah dikupas. Pedagang besar menyimpan kelapa dalam gudang

tembok, gudang kayu ataupun dalam kios pasar.

Rantai pasokan kelapa di Kota Bogor menggunakan strategi pull.

PAW hanya memasok kelapa jika diminta oleh pedagang besar. Fleksibilitas

hubungan antara PAW dan pedagang besar dalam rantai pasokan kelapa ke

Kota Bogor juga terwujud dalam sistem pembagian resiko antara keduanya.

Sistem tersebut berupa penukaran kelapa yang busuk di tempat penyimpanan

pedagang besar dengan kelapa baru yang dibawa oleh PAW. Kemitraan antara

beberapa PAW dan pedagang besar juga terlihat dengan adanya sistem

pembayaran kelapa kepada pihak PAW dilakukan setelah kelapa tersebut telah

laku terjual kepada konsumen ataupun pedagang pengecer.

Saluran pemasaran ke-1 adalah saluran yang paling efisien di

antara saluran yang melibatkan pedagang pengecer, karena biaya

fungsionalnya paling rendah dan terjadi distribusi keuntungan yang lebih adil

Page 84: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

69

terhadap biaya yang dikeluarkan masing-masing anggota saluran. Saluran

pemasaran ke-1 terdiri dari PAW dari Banten serta pedagang besar dan

pedagang pengecer dari Pasar Kebon Kembang-Merdeka. Untuk saluran yang

tidak melibatkan pedagang pengecer, saluran ke-5 adalah saluran yang paling

efisien karena memerlukan biaya fungsional paling rendah dan terjadi

distribusi keuntungan yang lebih adil terhadap biaya yang dikeluarkan masing-

masing anggota saluran. Saluran pemasaran ke-5 terdiri dari PAW dari

Tasikmalaya-Ciamis serta pedagang besar dari Pasar Baru Bogor.

Model transportasi menghasilkan alokasi kelapa yang

meminimalkan biaya transportasi kelapa ke pasar-pasar di Kota Bogor. Biaya

transportasi minimal jika Pasar Baru Bogor mendapat pasokan kelapa dari

Tasikmalaya-Ciamis (165.500 butir) dan Lampung (172.000 butir), Pasar

Kebon Kembang-Merdeka mendapat pasokan kelapa dari Banten (499.000

butir) dan Tasikmalaya-Ciamis (179.000 butir), serta Pasar Jambu Dua

memperoleh seluruh pasokan kelapa dari Banten (176.000 butir). Pemasokan

kelapa dengan alokasi tersebut akan lebih efisien karena akan mengurangi

biaya transportasi sebesar Rp. 13.311.680,00 per bulan.

B. Saran

Untuk keperluan lingkup yang lebih luas, sebaiknya dilakukan

penelitian mengenai pasokan kelapa di masing-masing daerah sentra produksi

kelapa dari segi produksi, karakteristik kelapa dan kemampuan memasok

dalam jangka panjang. Sebaiknya dilakukan pula penelitian tentang perilaku

konsumen dalam memilih buah kelapa tua.

Page 85: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

70

DAFTAR PUSTAKA

Allorerung, D., Z. Mahmud, A. Wahyudi, GS. Hardono, H. Novarianto, dan HT.

Luntungan. 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian, Jakarta.

Amrizal, MD dan H. Hasni. 1994. Agribisnis Kelapa Rakyat : Studi Kasus Di

Riau dan Sulawesi Tengah. Jurnal Penelitian Kelapa 7(1) : 37. Anonim. 2006. Kelapa. http://warintek.progressio.or.id/perkebunan/kelapa.htm.

[14 Februari 2006] Baudouin, L. 1999. Genetic Improvement of Coconut Palms. J. Current Plant

Science and Biotechnology in Agriculture, l35 : 46. Barlina, R. 1993. Kontroversi Isu Minyak Tropis. Buletin Balai Penelitian Kelapa

20 : 33. Batugal, P., D. Banigno dan J. Oliver. 2005. Eds. Coconut Hybrids for Small

Holders. CFC Technical Paper, 42. Biro Pusat Statistik. 2005. Kotamadya Bogor dalam Angka 2004-2005. Jakarta. Direktorat Jendral Perkebunan Departemen Pertanian. 2006. Statistik Perkebunan

Indonesia 2003-2005. Jakarta. Djatmiko, B. 1991. Karakteristik Daging Buah Beberapa Kultivar Kelapa. Jurnal

Penelitian Kelapa 5 : 1. Duke, JA. 1983. Handbook of Energy Crops. http://newcrop.hort.purdue.edu

/newcrop/duke_energy/Cocos_nucifera.html [9 Februari 2007] Eltram, LM. 1991. Supply Chain Management : The Industrial organisation

Perspective. International Journal of Physical Distribution & Logistics Management 21(1) : 13-22.

Foale, M. 2003. The Coconut Odyssey : The Bounteous Possibilities of The Tree

of Life. Australian Centre for International Agricultural Research, Canberra.

Hengky, N. 1994. Beberapa Metode Analisis Kemiripan Genetika Kelapa. Buletin

Balai Penelitian Kelapa, 21 : 16. Imdad, HP. dan AA. Nawangsih. 1999. Menyimpan Bahan Pangan. Penebar

Swadaya, Jakarta.

Page 86: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

71

Indrajit, RE. dan R. Djokopranoto. 2003. Konsep Manajemen Supply Chain : Cara Baru Memandang Mata Rantai Penyediaan Barang. PT Grasindo, Jakarta.

Hasan, I. 2002. Pokok-pokok Materi Statistik 1 : Statistik Deskriptif. Bumi

Aksara, Jakarta. LINDO Systems Inc. 2006. LINDO 6.1. http://www.lindo.com/lindof.html. [25

September 2006] Miranda dan WT. Amin. 2005. Manajemen Logistik dan Supply Chain

Management. Harvarindo, Jakarta. Nasution, S. 2003. Metode Research. Bumi Aksara, Jakarta. Nasendi, BD dan A. Anwar. 1985. Programa Linier dan Variasinya. PT Gramedia,

Jakarta Paul, RE. dan S. Ketsa. 2007. Coconut. http://72.14.235.104/search?q=cache:qn

lKC02yoh4J:usna.usda.gov/hb66/055coconut.pdf+%22husked+coconut%22&hl=id&ct=clnk&cd=1&gl=id. [21 Februari 2007]

Palungkun, R. 1998. Aneka Produk Olahan Kelapa. Penebar Swadaya, Jakarta. Prakosa, M. 2002. Arah Kebijakan dan Strategi Pembangunan Perkelapaan

Indonesia. Makalah pada Prosiding Hari Perkelapaan Keempat, 20-22 September 2002, Bandung.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan. 2005. Varietas Unggul Tanaman

Perkebunan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Bogor.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian. 2006.

Kelapa. http://perkebunan.litbang.deptan.go.id/index.php?option=com_ content&task=view&id=16&Itemid=3. [21 Desember 2006]

Pusat Pengembangan Konsumsi Pangan Departemen Pertanian. 2004. Pedoman

Umum Penyusunan Program Pengembangan Konsumsi Pangan. http://www.deptan.go.id/HomePageBBKP/PKP/pedoman_ umum.htm. [22 Juni 2006]

Pusat Pengolahan Data dan Statistik Badan Penelitian dan Pengembangan

Pertanian Departemen Pertanian. 1985. Buku Petunjuk Penggunaan Paket Program Lindo. Jakarta.

Ritonga, OS. 2005. Analisis Pemasaran Komoditas Kentang dengan Pendekatan

Konsep Supply Chain Management Di Kota Semarang Propinsi Jawa Tengah. Skripsi. Departemen Ilmu-ilmu Sosial Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Page 87: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

72

Rumokoi, MMM., R. Barlina dan A. Lay. 1994. Pengolahan Kelapa untuk Bahan Pangan dan Non Pangan. Makalah pada Prosiding Simposium II Hasil Penelitian dan Pengembangan Tanaman Industri, 21-23 November 1994, Bogor.

Russel, RS dan BW. Taylor. 2003. Operations Management. Prentice Hall, New

Jersey. Samosir, YMS. 1992. Asal Usul dan Botani Kelapa. Di dalam : Laporan

Penelitian Kelapa. Penerbit Asosiasi Penelitian dan Pengembangan Perkebunan Indonesia.

Simchi-Levi, D., P. Kaminsky dan E. Simchi-Levi. 2003. Designing, and

Managing The Supply Chain : Concepts, Strategies and Case Studies. McGraw-Hill, New York.

Sudiyono, A. 2002. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhammadiyah Malang,

Malang. Sukamto, ITN. 2001. Upaya Meningkatkan Produksi Kelapa. Penebar Swadaya,

Jakarta. Susiyana, AO. 2005. Analisis Rantai Persediaan (Supply Chain) Komoditas Jeruk

Medan. Skripsi. Program Studi Manajemen Agribisnis Departemen Ilmu-ilmu Sosial Fakultas Pertanian IPB, Bogor.

Sutarmi dan H. Rozaline. 2006. Taklukan Penyakit dengan VCO. Penebar

Swadaya, Jakarta. Winarno, FG. Dan M. Aman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya,

Jakarta.

Page 88: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

73

Lampiran 1. Pohon Industri Kelapa (Allorerung, 2005)

Air

Nata

Vinegar

Kecap

Minuman

Parut

Desicated

Cocomix

Concentrate

Skim Milk Coco Shake

VCO

Skim Milk

Kelapa

Batang

Lidi Kerajinan

Kayu Furnitur

Bangunan

Kulit

Kopra

Tepung

Arang

Buah Daging

Tempurung

SabutSerat

Cocopeat

Berkaret

Geotextile

Semi VCO

Coco Cake

Crude Oil

Bungkil

M. Goreng

Oleokimia

Pakan

Tepung

Aktif

73

Page 89: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

74

Lampiran 2. Deskripsi Beberapa Jenis Kelapa Unggul (Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Perkebunan, 2005)

Kultivar Silsilah Morfologi Tanaman Produksi

Kesesuaian Daerah

dan Iklim, Ketahanan

terhadap Hama

Kelapa dalam Mapanget

Hasil seleksi terhadap 100 pohon kelapa terpilih oleh Dr P.L.M. Tammes tahun 1926 terhadap populasi kelapa rakyat di Desa Mapanget, Sulawesi Utara. Seleksi menghasilkan 43 pohon terpilih baru yang dikenal sebagai kelapa dalam Mapanget.

Mulai berbuah pada umur 5 tahun; panjang pada 11 berkas daun 118 cm; warna buah coklat kemerahan, merah kekuningan, hijau kekuningan; bentuk buah bulat; bentuk buah tanpa sabut bulat dasar rata.

Jumlah buah per pohon per tahun 90 butir, jumlah buah per hektar per tahun 12.870 butir, berat kopra per hektar per tahun 3,3 ton, kadar minyak 62,95%.

Sesuai ditanam pada lahan kering iklim basah (curah hujan 2.500-3500 mm/tahun). Agak toleran terhadap kemarau panjang. Tahan terhadap Phytophthora.

Kelapa dalam Tenga

Ditemukan oleh Tim Survei FAO-UNDP yang dipimpin oleh Dr. D.V. Liyanage di Desa Tenga, Kabupaten Minahasa, Sulawesi Utara.

Mulai berbuah pada umur 5 tahun; panjang pada 11 berkas daun 109 cm; warna buah hijau, merah kekuningan, hijau kekuningan; bentuk buah hampir bulat; bentuk buah tanpa sabut bulat dasar rata.

Jumlah buah per pohon per tahun 75 butir, jumlah buah per hektar per tahun 16.725 butir, berat kopra per hektar per tahun 3,0 ton, kadar minyak 69,31%.

Sesuai ditanam pada lahan kering iklim basah (curah hujan <2.500m/tahun). Tahan terhadap kekeringan sampai 3 bulan. Tahan terhadap Phytophthora.

Kelapa dalam Palu

Ditemukan oleh Tim Survei FAO-UNDP yang dipimpin oleh Dr. D.V. Liyanage di Desa Bangga, Kabupaten Donggala, Sulawesi Tengah.

Mulai berbuah pada umur 5 tahun; panjang pada 11 berkas daun 125 cm; warna buah hijau, merah kecoklatan, hijau kekuningan; bentuk buah elips; bentuk buah tanpa sabut bulat dasar rata.

Jumlah buah per pohon per tahun 75 butir, jumlah buah per hektar per tahun 10.725 butir, berat kopra per hektar per tahun 2,8 ton, kadar minyak 69,28%.

Sesuai ditanam pada lahan kering iklim basah (curah hujan <1.500mm/tahun). Agak toleran terhadap kemarau panjang. Tahan terhadap Phytophthora.

74

Page 90: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

75

Kelapa dalam Bali

Ditemukan oleh Tim Survei FAO-UNDP yang dipimpin oleh Dr. D.V. Liyanage di Desa Celukkembawang, Bali.

Mulai berbuah pada umur 5 tahun; panjang pada 11 berkas daun 109 cm; warna buah hijau, merah kekuningan, hijau kekuningan; bentuk buah hampir bulat; bentuk buah tanpa sabut bulat dasar rata.

Jumlah buah per pohon per tahun 75 butir, jumlah buah per hektar per tahun 10.725 butir, berat kopra per hektar per tahun 3,0 ton, kadar minyak 65,52%.

Sesuai ditanam pada lahan kering iklim basah (curah hujan <2.500m/tahun). Tahan terhadap kekeringan sampai 3 bulan. Tahan terhadap Phytophthora.

Kelapa Genjah Salak

Kelapa genjah Salak adalah hasil seleksi dari populasi kelapa rakyat di Desa Pematang Panjang, Kecamatan Sungai Tabuk, Kalimantan Selatan.

Mulai berbuah pada umur 2 tahun; panjang pada 11 berkas daun 61,2 cm; warna buah hijau; bentuk buah lonjong.

Jumlah buah per pohon per tahun 80-120 butir, jumlah buah per hektar per tahun 20.500 butir, kadar gula air buah 2,09%.

Sesuai ditanam pada lahan kering iklim basah (curah hujan <2.500m/tahun). Agak tahan terhadap Phytophthora.

Kelapa Genjah Raja

Kelapa genjah Raja ditemukan pada survei plasma nutfah kelapa tahun 1980 di Tobelo, Halmahera, Maluku.

Mulai berbuah pada umur 40 bulan; panjang pada 11 berkas daun 41,4 cm; warna buah merah kecoklatan; bentuk buah bulat.

Jumlah buah per pohon per tahun 70-120 butir, jumlah buah per hektar per tahun 13.500 butir, kadar gula air buah 1,7%.

Sesuai ditanam pada lahan kering iklim basah (curah hujan <2.500m/tahun). Tahan terhadap Phytophthora.

75

Page 91: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

76

Lampiran 3. Deskripsi Kelapa Hibrida PB-121 (Batugal, 2005)

Kultivar : PB-121 atau MAWA (MYD x WAT)

Female parent : West African Tall (WAT)

Male parent : Malayan Yellow Dwarf (MYD)

Silsilah : Diciptakan di Côte d’Ivoire pada tahun 1962 dan telah menjadi varietas yang paling luas pemanfaatannya di

dunia. Kelapa ini telah ditanam di 40 negara pada tahun 1985.

Karakteristik buah : Ukuran buah medium, dengan bobot 900-1200 gram (rata-rata 990 gram). Bobot daging kelapa bervariasi

antara 320-380 gram. Berat kopra berkisar antara 190-240 gram dengan kadar minyak sekitar 65%. Warna

buah hijau kekuningan dan hijau kecoklatan. Buah umumnya berbentuk lonjong dengan bentuk kelapa tanpa

sabut bulat dengan daging yang tebal.

Produksi : Mulai menghasilkan buah pada umur 6 tahun. Pohon dewasa dapat menghasilkan 3,5-4,5 ton kopra (130-170

butir buah kelapa per pohon) per hektar per tahun pada kerapatan 160 pohon per hektar.

Adaptasi : PB-121 dapat beradaptasi baik pada berbagai kondisi perkebunan dan relatif tahan terhadap tekanan air.

Namun introduksi kelapa ini di Indonesia dan Philipina gagal karena serangan jamur Phythopthora dan

petani menganggapnya buahnya terlalu kecil. PB-121 kini terus dikembangkan dan telah dihasilkan kultur

yang tahan terhadap Phythopthora.

76

Page 92: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

77

Lampiran 4. Jumlah Pasokan Pedagang Besar Kelapa di Kota Bogor (butir per bulan)

No. Nama Lokasi Asal Pasokan Jumlah Pasokan

Alokasi Pasokan

Pasar Kota Bogor Industri

Luar Kota

Bogor

1 Usman PBB Tasikmalaya-Ciamis 52.500 52.500 0 0

2 Badrudin PBB Lampung 140.000 130.000 0 10.000

3 Kosidin PBB Tasikmalaya-Ciamis 30.000 24.000 0 6.000

4 Ugan PBB Tasikmalaya-Ciamis 8.000 8.000 0 0

5 Erik PBB Banten 75.000 75.000 0 06 Supriatno PBB Banten 32.000 23.200 8.800 0

7 Cecep PKKM Tasikmalaya-Ciamis 20.000 20.000 0 0

8 Dadang PKKM Banten 30.000 30.000 0 09 Madhari PKKM Banten 10.000 10.000 0 010 Aneng PKKM Banten 18.000 18.000 0 011 Abdul Latif PKKM Banten 180.000 135.000 0 45.000

12 Ilyas PKKM Tasikmalaya-Ciamis 40.000 20.800 19.200 0

13 Anas PKKM Lampung, Tasikmalaya-Ciamis

116.000 101.000 0 15.000

14 Gozali PKKM Banten, Tasikmalaya-Ciamis

236.000 236.000 0 0

15 Damanhuri PKKM Tasikmalaya-Ciamis 28.000 28.000 0 0

16 Agus PJD Tasikmalaya-Ciamis 56.000 44.000 0 12.000

17 Samsudin PJD Banten 120.000 120.000 0 018 Abu PS Banten 4.000 4.000 0 0

Total 1.195.500 1.079.500 28.000 88.000

Page 93: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

78

Lampiran 5. Perhitungan Harga Beli Rata-rata Buah Kelapa Di Tingkat Pedagang Besar (rupiah)

Pedagang Besar

Banten Tasikmalaya - Ciamis Lampung HB HJP HJK HB HJP HJK HB HJP HJK

Usman - - - 1.000,00 1.200,00 1.500,00 - - -Badrudin - - - - - - 1.000,00 1.100,00 -Kosidin - - - 800,00 1.200,00 - - - -Ugan - - - 1.100,00 - 1.250,00 - - -Erik 900,00 1.100,00 - - - - - - -Supriatno 1.000,00 1.150,00 1.500,00 - - - - - -Cecep - - - 1.100,00 - 2.000,00 - - -Dadang 900,00 1.000,00 1.500,00 - - - - - -Madhari 900,00 1.000,00 1.200,00 - - - - - -Aneng 800,00 - 1.500,00 - - - - - -A. Latif 950,00 1.100,00 - - - - - - -Ilyas - - - 1.200,00 1.300,00 1.500,00 - - -Anas - - - 950,00 1.050,00 1.200,00 950,00 1.050,00 1.200,00Gozali 950,00 1.050,00 - 950,00 1.050,00 - - - -Damanhuri - - - 1.200,00 1.300,00 1.500,00 - - -Agus - - - 900,00 1.200,00 - - - -Samsudin 1,000,00 1.200,00 1.500,00 - - - - - -Abu 1,200,00 - 1.500,00 - - - - - -Harga Rata-rata 955,56 1.085,71 1.450,00 1.022,22 1.185,71 1.491,67 975,00 1.075,00 1.200,00

Keterangan :

HB : Harga pembelian

HJ : Harga jual kepada pedagang besar

HK : Harga jual kepada konsumen

Page 94: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

79

Lampiran 6. Perhitungan Biaya Penyimpanan Kelapa

Pedagang Besar

Biaya Sewa Gudang(Rp./bulan)

Retribusi Kios (Rp./bulan)

Biaya Total Penyimpanan(Rp./bulan)

Usman 250.000,00 45.000,00 295.000,00Badrudin 250.000,00 0,00 250.000,00Kosidin 250.000,00 0,00 250.000,00Ugan 0,00 45.000,00 45.000,00Erik 180.000,00 0,00 180.000,00Supriatno 400.000,00 0,00 400.000,00Cecep 0,00 72.000,00 72.000,00Dadang 240.000,00 300.000,00 540.000,00Madhari 240.000,00 300.000,00 540.000,00Aneng 30.000,00 90.000,00 120.000,00Abdul Latif 583.333,33 0,00 583.333,33Ilyas 250.000,00 60.000,00 310.000,00Anas 70.833,33 0,00 70.833,33Gozali 141.666,67 0,00 141.666,67Damanhuri 250.000,00 60.000,00 310.000,00Agus 125.000,00 1.500,00 126.500,00Samsudin 250.000,00 3.500,00 253.500,00Abu 0,00 300.000,00 300.000,00

Keterangan :

Biaya total penyimpanan per bulan = biaya sewa gudang per bulan + biaya retribusi kios per bulan

Page 95: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Page 96: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

81

Lampiran 7. Perhitungan Marjin Pemasaran (per butir kelapa) Saluran ke- 1 2 3 4 5 6

Asal Pasokan Banten Tasikmalaya-Ciamis Lampung Banten Tasikmalaya-Ciamis Lampung Jumlah Kelapa Sekali Memasok 6.000 7.000 7.000 4.000 7.000 4.000Harga jual dari petani/pengumpul 600,00 600,00 700,00 600,00 600,00 550,00

Pedagang Antar Wilayah Harga beli (per butir) 600,00 600,00 700,00 600,00 600,00 550,00Biaya transfer 166,67 214,29 200,00 250,00 214,29 362,50Total biaya fungsional 166,67 214,29 200,00 250,00 214,29 362,50% total biaya fungsional 78,36% 71,81% 68,84% 85,25% 76,97% 94,92%Harga jual 950,00 1.100,00 1.000,00 1.000,00 1.100,00 950,00Keuntungan 183,33 285,71 100,00 150,00 285,71 37,50% Keuntungan 26,67% 47,49% 19,63% 24,72% 45,96% 13,99%Marjin pemasaran 350,00 500,00 300,00 400,00 500,00 400,00Sebaran marjin 38,89% 55,56% 37,50% 44,44% 55,56% 61,54%Rasio keuntungan/biaya total (%) 24% 35% 11% 18% 35% 4%

Pedagang Besar Abdul Latif Usman Badrudin Supriatno Usman Anas Harga beli 950,00 1.100,00 1.000,00 1.000,00 1.100,00 950,00Biaya listrik dan air 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,26Biaya sewa gudang 3,20 4,76 4,76 12,50 4,76 7,33Karcis retribusi 0,00 15,00 0,00 0,00 15,00 0,00Biaya kebersihan 0,33 0,07 0,07 0,75 0,07 0,52Biaya keamanan 0,00 1,43 1,43 0,00 1,43 0,00Upah karyawan 12,50 22,86 64,29 20,00 22,86 1,29Upah bongkar muat 10,00 20,00 0,00 10,00 20,00 10,00 80

Page 97: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

82

Saluran ke- 1 2 3 4 5 6 Asal Pasokan Banten Tasikmalaya-Ciamis Lampung Banten Tasikmalaya-Ciamis Lampung

Pedagang Besar Abdul Latif Usman Badrudin Supriatno Usman Anas Total biaya fungsional 26,03 64,12 70,55 43,25 64,12 19,40% total biaya fungsional 12,24% 21,49% 24,28% 14,75% 23,03% 5,08%Harga jual 1.100,00 1.200,00 1.100,00 1.500,00 1.500,00 1.200,00Keuntungan 123.97 35,88 29,45 456,75 335,88 230,60% Keuntungan 18,04% 5,96% 5,78% 75,28% 54,04% 86,01%Marjin pemasaran 150,00 100,00 100,00 500,00 400,00 250,00Sebaran marjin 16,67% 11,11% 12,50% 55,56% 44,44% 38,46%Rasio keuntungan/biaya total (%) 13% 3% 3% 44% 29% 24%Pedagang Pengecer Harga beli 1.100,00 1.200,00 1.100,00 Karcis retribusi 15,00 15,00 15,00 Biaya kebersihan 5,00 5,00 5,00 Total biaya fungsional 20,00 20,00 20,00 % total biaya fungsional 9,40% 6,70% 6,88% Harga jual 1.500,00 1.500,00 1.500,00 Keuntungan 380,00 280,00 380,00 % Keuntungan 55,29% 46,54% 74,59% Marjin pemasaran 400,00 300,00 400,00 Sebaran marjin 44,44% 33,33% 50,00% Rasio keuntungan/biaya total (%) 34% 23% 34% Konsumen Harga Beli 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.500,00 1.200,00 81

Page 98: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

83

Keterangan : 1) Biaya total saluran = biaya fungsional total + harga beli kelapa oleh PAW 2) Rasio keuntungan total terhadap biaya total setiap saluran Total biaya fungsional untuk PAW = biaya transportasi kelapa Total biaya fungsional untuk pedagang besar = biaya listrik dan air + biaya sewa gudang + biaya karcis retribusi + biaya kebersihan + biaya keamanan + upah karyawan + upah bongkar muat

Total biaya fungsional untuk pedagang pengecer = biaya kebersihan + biaya karcis retribusi

Total biaya fungsional saluran pasokan = biaya fungsional PAW + biaya fungsional pedagang besar + biaya fungsional pedagang pengecer

Anggota ke 1 saluran rantai pasokan : PAW Anggota ke 2 saluran rantai pasokan : pedagang besar Anggota ke 3 saluran rantai pasokan : pedagang pengecer

% biaya fungsional untuk setiap anggota saluran rantai pasokan ke i = biaya fungsional anggota ke i saluran rantai pasokan

total biaya fungsional

Marjin pemasaran untuk setiap anggota saluran rantai pasokan ke i (i = 1, 2, 3) = harga jual oleh anggota rantai pasokan ke i - harga beli oleh anggota rantai pasokan ke i

Total marjin pemasaran = marjin pemasaran PAW + marjin pemasaran pedagang besar + marjin pemasaran pedagang pengecer

% Marjin pemasaran untuk setiap anggota saluran rantai pasokan ke i = marjin pemasaran anggota ke i saluran rantai pasokan

total marjin pemasaran

Keuntungan untuk setiap anggota saluran rantai pasokan ke i (i = 1, 2, 3) = marjin pemasaran anggota ke i saluran rantai pasokan - biaya fungsional anggota rantai pasokan ke i

Total keuntungan = keuntungan PAW + keuntungan pedagang besar + keuntungan pedagang pengecer

% keuntungan untuk setiap anggota saluran rantai pasokan ke i = (keuntungan anggota ke i saluran rantai pasokan) / total keuntungan

82

Page 99: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

83

Lampiran 8. Model Persamaan Matematik dalam Program LINDO

Page 100: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

84

Lampiran 9. Solusi Model Keluaran Program LINDO

Page 101: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

85

Lampiran 10. Analisis Sensitivitas Model Keluaran Program LINDO

Page 102: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

86

Lampiran 11. Perhitungan Biaya Transportasi Alokasi Optimal dan Alokasi Selama Ini

i j tij (Rp./butir)

Alokasi Selama Ini Alokasi Optimal Xij

(butir) tij* Xij (Rp.)

Xij (butir)

tij* Xij (Rp.)

1 4 250,00 107.000 26.750.000,00 0 0,00 5 166,67 448.000 74.668.160,00 499.000 83.168.330,00 6 133,33 120.000 15.999.600,00 176.000 23.466.080,002 4 214,29 90.500 19.393.245,00 165.500 35.464.995,00 5 200,00 198.000 39.600.000,00 179.000 35.800.000,00 6 171,43 56.000 9.600.080,00 0 0,003 4 200,00 140.000 28.000.000,00 172.000 34.400.000,00

5 362,50 32.000 11.600.000,00 0 0,00 Subtotal (Rp) 225.611.085,00 Subtotal 212.299.405,00 Selisih (Rp) 13.311.680,00

Page 103: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

87

Lampiran 12. Daftar Pertanyaan untuk Pedagang Besar dan Pedagang Pengecer

Pedagang

Pasar :

Tanggal :

Nomor :

Nama pedagang :

Menempati )* : Kios / Lapak / Gudang

Kebutuhan stock kelapa rata-rata per hari/per minggu : … … … butir

Data Pemasok

Asal Kota Pemasok

Jumlah butir

kelapa/pembelian

Harga beli

Harga jual

Sistem pemesanan

(dipesan, ditawari,

sudah rutin)

Jika dipesan, waktu

sejak pesan sd

pesanan diterima

(jam) :

Pasokan ke luar Kota Bogor

Tujuan Pasokan

Jumlah

Harga Jual

Sistem pemasokan

Biaya pemasokan

Sistem pembayaran

Page 104: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

88

Pemasokan ke industri :

Biaya yang dikeluarkan untuk

1. Bongkar muat :

2. Retribusi pasar :

3. Kebersihan :

4. Sewa kios atau lapak perbulan :

5. Sewa gudang :

6. Tenaga kerja :

7. Listrik dan air :

8. Biaya lainnya :

Penanganan terhadap

1. Batok kelapa :

Dijual dengan harga Rp. ………… per ………

Dalam seminggu rata-rata dapat menjual batok kelapa sebanyak ………

Dijual kepada )* : konsumen rumah tangga/ industri/lainnya………

2. Air kelapa :

Dijual dengan harga Rp. ………… per ………

Dalam seminggu rata-rata dapat menjual air kelapa sebanyak ………

Dijual kepada )* : konsumen rumah tangga/ industri/lainnya………

3. Hasil lainnya :

Dijual dengan harga Rp. ………… per ………

Dalam seminggu rata-rata dapat menjual sebanyak ………

Dijual kepada )* : konsumen rumah tangga/ industri/lainnya………

Keterangan : )* coret yang tidak perlu

Page 105: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

89

Lampiran 13. Contoh Daftar Pertanyaan untuk Pedagang Besar dan Pedagang Pengecer yang Telah Diisi

Pedagang

Pasar : Baru Bogor

Tanggal : 3 Agustus 2006

Nomor : 5

Nama pedagang : Supriatno

Menempati )* : Kios / Lapak / Gudang

Kebutuhan stock kelapa rata-rata per hari/per minggu : 8.000 butir

Data Pemasok

Asal Kota Pemasok Tasikmalaya - -

Jumlah butir

kelapa/pembelian 4.000 butir dua kali seminggu - -

Harga beli (A, B, C) Rp. 1.000, 750, 550 - -

Harga jual (A, B, C) 1.100, 850, 650 (pedagang)

parut 2.000 tdk parut 1.500 (konsumen) - -

Sistem pemesanan

(dipesan, ditawari,

sudah rutin)

rutin - -

Jika dipesan, waktu

sejak pesan sd

pesanan diterima

(jam) :

Sehari (di jalan 6 jam) - -

Pasokan ke luar Kota Bogor

Tujuan Pasokan - - -

Jumlah

Harga Jual

Sistem pemasokan

Biaya pemasokan

Sistem pembayaran

Page 106: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

90

Pemasokan ke industri :

400 butir ke pabrik VCO di Cikaret (22 hari sebulan)

Biaya yang dikeluarkan untuk

1. Bongkar muat : Rp 10/ butir

2. Retribusi pasar : -

3. Kebersihan : Rp. 6.000 per minggu

4. Sewa kios atau lapak perbulan :

5. Sewa gudang :

6. Tenaga kerja : 2 orang @Rp. 320.000,00/bulan

7. Listrik dan air : -

8. Biaya lainnya : -

Penanganan terhadap

1. Batok kelapa :

Dijual dengan harga Rp. 3.000,00 per karung (800 butir kelapa)

Dalam seminggu rata-rata dapat menjual batok kelapa sebanyak -

Dijual kepada )* : konsumen rumah tangga/ industri/lainnya -

2. Air kelapa :

Dijual dengan harga Rp. 3.000,00 per jerigen (800 butir)

Dalam seminggu rata-rata dapat menjual air kelapa sebanyak -

Dijual kepada )* : konsumen rumah tangga/ industri/lainnya-

3. Hasil lainnya :

Dijual dengan harga Rp. 10.000,00 per karung (800-1600 butir kelapa)

Dalam seminggu rata-rata dapat menjual sebanyak -

Dijual kepada )* : konsumen rumah tangga/ industri/lainnya -

Keterangan : )* coret yang tidak perlu

Biaya pemasokan dari Banten Rp. 1.000.000,00

Rp. 400.000, 00/bulan

Page 107: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

91

Lampiran 14. Daftar Pertanyaan untuk Pedagang Antar Wilayah

Pemasok

Pemasok dari kota : Tanggal :

Nama pemasok :

Mendapat kelapa dari :

1. Petani kelapa

Memasok dari )* : satu petani/beberapa petani

Data Petani 1 2 3 4

Nama

Alamat

No. Telp

Harga beli

Harga jual

Jumlah

kelapa (butir)

Ambil Hari :

Pukul :

2. Pengumpul kelapa

Memasok dari )* : satu pengumpul/beberapa pengumpul

Data Petani 1 2 3 4

Nama

Alamat

No. Telp

Harga beli

Harga jual

Jumlah

kelapa (butir)

Ambil Hari :

Pukul :

Page 108: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

92

Biaya yang dikeluarkan untuk (selain biaya membeli kelapa)

1. Memuat kelapa : Rp. ………… per ………

2. Biaya angkut sekali pasok

- Sewa truk :

- Bahan bakar :

- Sewa sopir :

- Retribusi :

- Lainnya :

3. Lainnya :

Tujuan Pasokan

Pasar /

Industri

tujuan

pasokan di

Bogor

Memasok

secara

(mingguan,

harian, tidak

tetap sesuai

permintaan)

Jumlah

pasokan

(butir)

Harga jual

Tenggang waktu :

Mulai memuat pukul ……… sd pukul ………. Memulai perjalanan ke

Bogor pukul ………., sampai di Bogor pukul ………. Membongkar muatan pukul

………, selesai pukul ……….

Penyusutan :

Page 109: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

93

Lampiran 15. Contoh Daftar Pertanyaan untuk Pedagang Antar Wilayah yang Telah Diisi

Pemasok

Pemasok dari kota : Tanggal :

Nama pemasok : Asep

Mendapat kelapa dari :

1. Petani kelapa

Memasok dari )* : satu petani/beberapa petani

Data Petani 1 2 3 4

Nama

Alamat

No. Telp

Harga beli

Harga jual

Jumlah

kelapa (butir)

Ambil Hari :

Pukul :

2. Pengumpul kelapa

Memasok dari )* : satu pengumpul/beberapa pengumpul (5)

Data Petani 1 2 3 4

Nama Agus Hakim dll dll

Alamat - -

No. Telp - 08522311xxxx

Harga beli Rp. 575,00

Harga jual Rp. 800,00

Jumlah

kelapa (butir) Total 7000 butir

Ambil Hari :

Pukul : Mulai pukul 7, sore berangkat, sampai jam 3 subuh

Page 110: Analisis Rantai Pasokan Buah Kelapa (Studi Kasus Rantai ... · (Studi Kasus Rantai Pasokan Buah Kelapa Di Kotamadya Bogor) SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

94

Biaya yang dikeluarkan untuk (selain biaya membeli kelapa)

1. Memuat kelapa : Rp. ………… per ………

2. Biaya angkut sekali pasok

- Sewa truk :

- Bahan bakar :

- Sewa sopir :

- Retribusi :

- Lainnya :

3. Lainnya : kalau ke Bogor hanya ke Pasar Bogor

Tujuan Pasokan

Pasar /

Industri

tujuan

pasokan di

Bogor

Memasok

secara

(mingguan,

harian, tidak

tetap sesuai

permintaan)

Jumlah

pasokan

(butir)

Harga jual

Tenggang waktu :

Mulai memuat pukul 7 pagi sd pukul siang Memulai perjalanan ke Bogor

pukul 5 sore, sampai di Bogor pukul 3 pagi Membongkar muatan pukul 3 pagi,

selesai pukul 6 sore.

Penyusutan : -

Total Rp. 1.500.000,00