3. laporan kasus luka bakar

20
1 BAB I ILUSTRASI KASUS IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. NA Usia : 32 tahun Alamat : Taeng Agama : Islam Pekerjaan : Usaha warung Pendidikan : - Status : Menikah Masuk RS : ANAMNESIS Keluhan utama Kulit wajah, kedua lengan, dan kaki kiri melepuh karena terkena api sejak delapan jam sebelum masuk rumah sakit. Riwayat penyakit sekarang Delapan jam SMRS, pasien sedang melayani pembeli di warungnya. Tiba-tiba kompor minyak tanah dari dalam warung meledak dan menyambar bensin yang juga dijual di warung tersebut. Pada saat api mulai menyambar warung, pasien berusaha keluar warung sambil berlari. Namun pasien tetap tersambar api walaupun sangat sebentar. Terkurung dalam ruangan (-), menghirup asap (-), sesak nafas (-), terbentur di kepala (-), pingsan (-), pusing (-), mual (-), muntah (-) Riwayat penyakit dahulu Alergi obat, hipertensi, DM, dan asma disangkal. Riwayat penyakit keluarga Alergi obat, hipertensi, DM, dan asma disangkal.

Upload: wahyudimen

Post on 22-Dec-2015

902 views

Category:

Documents


134 download

DESCRIPTION

laporan kasus luka bakar

TRANSCRIPT

Page 1: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

1

BAB I

ILUSTRASI KASUS

IDENTITAS PASIEN

Nama : Ny. NA

Usia : 32 tahun

Alamat : Taeng

Agama : Islam

Pekerjaan : Usaha warung

Pendidikan : -

Status : Menikah

Masuk RS :

ANAMNESIS

Keluhan utama

Kulit wajah, kedua lengan, dan kaki kiri melepuh karena terkena api sejak delapan

jam sebelum masuk rumah sakit.

Riwayat penyakit sekarang

Delapan jam SMRS, pasien sedang melayani pembeli di warungnya. Tiba-tiba

kompor minyak tanah dari dalam warung meledak dan menyambar bensin yang

juga dijual di warung tersebut. Pada saat api mulai menyambar warung, pasien

berusaha keluar warung sambil berlari. Namun pasien tetap tersambar api

walaupun sangat sebentar. Terkurung dalam ruangan (-), menghirup asap (-),

sesak nafas (-), terbentur di kepala (-), pingsan (-), pusing (-), mual (-), muntah (-)

Riwayat penyakit dahulu

Alergi obat, hipertensi, DM, dan asma disangkal.

Riwayat penyakit keluarga

Alergi obat, hipertensi, DM, dan asma disangkal.

Page 2: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

2

PEMERIKSAAN FISIK

Kesadaran compos mentis

Primary survey

A : Bebas, bulu hidung tidak terbakar

B : Spontan, frekuensi nafas 20x/menit, reguler, kedalaman cukup

C : Akral hangat, CRT < 2”, tekanan darah 100/80 mmHg, frekuensi nadi

112x/menit,

suhu afebris

D : GCS 15, E4M6V5

Secondary survey

Kepala&wajah: deformitas (-), tampak bula pada sisi kiri wajah, bibir edema (+)

Mata : kelopak atas mata kiri edema (+) dan tidak dapat dibuka,

konjungtiva tidak

pucat, sklera tidak ikterik

Leher : pembesaran KGB (-)

THT : sekret (-)

Dada : simetris dalam diam dan pergerakan

Jantung : BJ I & II normal, murmur (-), gallop (-)

Paru : vesikuler, ronki -/-, wheezing -/-

Abdomen : datar, lemas, NT (-), tdk teraba massa, BU (+) normal, H/L ttb

Ekstremitas : lihat status lokalis

Status lokalis

Kepala dan leher : 4 %

Trunkus anterior : 0 %

Trunkus posterior : 0 %

Esktremitas atas kanan : 2 %

Ekstremitas atas kiri : 3 %

Ekstremitas bawah kanan : 0 %

Ekstremitas bawah kiri : 2 %

Genitalia : 0 % +

Total : 11 %

edema

bula

Page 3: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

3

PEMERIKSAAN PENUNJANG

RUTIN

Hemoglobin : 13,3 g/dL

Hematokrit : 40 %

Leukosit : 16700/L

Trombosit : 343.000/L

MCV : 79 fl

MCH : 27 pg

MCHC : 34 g/dL

Lactate : 2,7 mmol/L

PT : 10,8 detik

PT kontrol : 12 detik

APTT : 30,8 detik

APTT kontrol : 33,5 detik

URINALISIS

Sedimen

Sel epitel : +

Leukosit : 1-2

Eritrosit : 10-11

Silinder : -

Kristal : -

Bakteri : -

Berat jenis : 1.015

pH : 5

Protein : -

Glukosa : -

Keton : +

Darah/Hb : +

Bilirubin : -

Urobilinogen : 0,2

Nitrit : -

Esterase leukosit : -

KIMIA DARAH

Ureum : 23 mg/dL

Creatinin : 0,8 mg/dL

SGOT : 21 U/L

SGPT : 17 U/L

Albumin : 3,6 gr/dL

GDS : 105 mg/dL

Na : 144 meq/L

K : 4,3 meq/L

Cl : 108 meq/L

ANALISA GAS DARAH

pH : 7,35

pCO2 : 35,2 mmHg

pO2 : 103,8 mmHg

SO2% : 97

BE ect : -6,1 mmol/L

Beb : -4,6

SBC : 20,6

HCO3 : 19,7 mmol/L

TCO2 : 20,7 mmol/L

Page 4: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

4

DIAGNOSIS KERJA

Luka bakar grade II 11% ec. api

TATALAKSANA

- IVFD: Hes 6% 12 tts/menit

Nacl 3% 500 ml/24 jam

- Rawat luka dengan madu

- Pethidin 1 mg/kgBB/drip

PROGNOSIS

Quo ad Vitam : Bonam

Quo ad Functionam : Bonam

Quo ad Sanactionam : Bonam

Page 5: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

DEFINISI DAN ETIOLOGI

Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia,

listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan suatu jenis trauma dengan morbiditas

dan mortalitas tinggi yang memerlukan penatalaksanaan khusus sejak awal (fase

syok) sampai fase lanjut.

Luka bakar dapat disebabkan oleh paparan api, baik secara langsung

maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang banyak terjadi pada

kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu tinggi dari matahari, listrik

maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan luka bakar. Secara garis besar,

penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi menjadi:

Paparan api

o Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan api terbuka,

dan menyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat

membakar pakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat

alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat

sintetik cenderung meleleh atau menyala dan menimbulkan cedera

tambahan berupa cedera kontak.

o Benda panas (kontak): Terjadi akibat kontak langsung dengan

benda panas. Luka bakar yang dihasilkan terbatas pada area tubuh

yang mengalami kontak. Contohnya antara lain adalah luka bakar

akibat rokok dan alat-alat seperti solder besi atau peralatan masak.

Scalds (air panas)

Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan

semakin lama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan

ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat dibedakan

berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan, luka umumnya

menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain dipisahkan oleh kulit

Page 6: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

6

sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja, luka umumnya melibatkan

keseluruhan ekstremitas dalam pola sirkumferensial dengan garis yang

menandai permukaan cairan.

Uap panas

Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan radiator

mobil. Uap panas menimbulkan cedera luas akibat kapasitas panas yang

tinggi dari uap serta dispersi oleh uap bertekanan tinggi. Apabila terjadi

inhalasi, uap panas dapat menyebabkan cedera hingga ke saluran napas

distal di paru.

Gas panas

Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas dan

oklusi jalan nafas akibat edema.

Aliran listrik

Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan tubuh.

Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam. Listrik yang

menyebabkan percikan api dan membakar pakaian dapat menyebabkan

luka bakar tambahan.

Zat kimia (asam atau basa)

Radiasi

Sunburn sinar matahari, terapi radiasi.

KLASIFIKASI LUKA BAKAR

Kedalaman luka bakar ditentukan oleh tinggi suhu, lamanya pajanan suhu

tinggi, adekuasi resusitasi, dan adanya infeksi pada luka. Selain api yang langsung

menjilat tubuh, baju yang ikut terbakar juga memperdalam luka bakar. Bahan baju

yang paling aman adalah yang terbuat dari bulu domba (wol). Bahan sintetis

seperti nilon dan dakron, selain mudah terbakar juga mudah meleleh oleh suhu

tinggi, lalu menjadi lengket sehingga memperberat kedalaman luka bakar.

Page 7: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

7

Kedalaman luka bakar dideskripsikan dalam derajat luka bakar, yaitu luka

bakar derajat I, II, atau III:

Derajat I

Pajanan hanya merusak epidermis sehingga masih menyisakan banyak

jaringan untuk dapat melakukan regenerasi. Luka bakar derajat I biasanya

sembuh dalam 5-7 hari dan dapat sembuh secara sempurna. Luka biasanya

tampak sebagai eritema dan timbul dengan keluhan nyeri dan atau

hipersensitivitas lokal. Contoh luka bakar derajat I adalah sunburn.

Derajat II

Lesi melibatkan epidermis dan mencapai kedalaman dermis namun masih

terdapat epitel vital yang bisa menjadi dasar regenerasi dan epitelisasi.

Jaringan tersebut misalnya sel epitel basal, kelenjar sebasea, kelenjar

keringat, dan pangkal rambut. Dengan adanya jaringan yang masih “sehat”

tersebut, luka dapat sembuh dalam 2-3 minggu. Gambaran luka bakar

berupa gelembung atau bula yang berisi cairan eksudat dari pembuluh

darah karena perubahan permeabilitas dindingnya, disertai rasa nyeri.

Apabila luka bakar derajat II yang dalam tidak ditangani dengan baik,

dapat timbul edema dan penurunan aliran darah di jaringan, sehingga

cedera berkembang menjadi full-thickness burn atau luka bakar derajat III.

Page 8: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

8

Derajat III

Mengenai seluruh lapisan kulit, dari subkutis hingga mungkin organ atau

jaringan yang lebih dalam. Pada keadaan ini tidak tersisa jaringan epitel

yang dapat menjadi dasar regenerasi sel spontan, sehingga untuk

menumbuhkan kembali jaringan kulit harus dilakukan cangkok kulit.

Gejala yang menyertai justru tanpa nyeri maupun bula, karena pada

dasarnya seluruh jaringan kulit yang memiliki persarafan sudah tidak

intak.

Page 9: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

9

BERAT DAN LUAS LUKA BAKAR

Berat luka bakar bergantung pada dalam, luas, dan letak luka. Usia dan

kesehatan pasien sebelumnya akan sangat mempengaruhi prognosis. Adanya

trauma inhalasi juga akan mempengaruhi berat luka bakar.

Jaringan lunak tubuh akan terbakar bila terpapar pada suhu di atas 46oC.

Luasnya kerusakan akan ditentukan oleh suhu permukaan dan lamanya kontak.

Luka bakar menyebabkan koagulasi jaringan lunak. Seiring dengan peningkatan

suhu jaringan lunak, permeabilitas kapiler juga meningkat, terjadi kehilangan

cairan, dan viskositas plasma meningkat dengan resultan pembentukan

mikrotrombus. Hilangnya cairan dapat menyebabkan hipovolemi dan syok,

tergantung banyaknya cairan yang hilang dan respon terhadap resusitasi. Luka

bakar juga menyebabkan peningkatan laju metabolik dan energi metabolisme.

Semakin luas permukaan tubuh yang terlibat, morbiditas dan mortalitasnya

meningkat, dan penanganannya juga akan semakin kompleks. Luas luka bakar

dinyatakan dalam persen terhadap luas seluruh tubuh. Ada beberapa metode cepat

untuk menentukan luas luka bakar, yaitu:

Estimasi luas luka bakar menggunakan luas permukaan palmar pasien.

Luas telapak tangan individu mewakili 1% luas permukaan tubuh. Luas

luka bakar hanya dihitung pada pasien dengan derajat luka II atau III.

Rumus 9 atau rule of nine untuk orang dewasa

Pada dewasa digunakan ‘rumus 9’, yaitu luas kepala dan leher, dada,

punggung, pinggang dan bokong, ekstremitas atas kanan, ekstremitas atas

kiri, paha kanan, paha kiri, tungkai dan kaki kanan, serta tungkai dan kaki

kiri masing-masing 9%. Sisanya 1% adalah daerah genitalia. Rumus ini

membantu menaksir luasnya permukaan tubuh yang terbakar pada orang

dewasa.

Page 10: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

10

Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif permukaan

kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki lebih kecil.

Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil berbeda,

dikenal rumus 10 untuk bayi, dan rumus 10-15-20 untuk anak.

Page 11: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

11

Metode Lund dan Browder

Metode yang diperkenalkan untuk kompensasi besarnya porsi massa tubuh

di kepala pada anak. Metode ini digunakan untuk estimasi besarnya luas

permukaan pada anak. Apabila tidak tersedia tabel tersebut, perkiraan luas

permukaan tubuh pada anak dapat menggunakan ‘Rumus 9’ dan

disesuaikan dengan usia:

o Pada anak di bawah usia 1 tahun: kepala 18% dan tiap tungkai

14%. Torso dan lengan persentasenya sama dengan dewasa.

o Untuk tiap pertambahan usia 1 tahun, tambahkan 0.5% untuk tiap

tungkai dan turunkan persentasi kepala sebesar 1% hingga tercapai

nilai dewasa.

Lund and Browder chart illustrating the method for calculating the percentage of body surface

area affected by burns in children.

Page 12: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

12

PEMBAGIAN LUKA BAKAR

1. Luka bakar berat (major burn)

a. Derajat II-III > 20 % pada pasien berusia di bawah 10 tahun atau di atas

usia 50 tahun

b. Derajat II-III > 25 % pada kelompok usia selain disebutkan pada butir

pertama

c. Luka bakar pada muka, telinga, tangan, kaki, dan perineum

d. Adanya cedera pada jalan nafas (cedera inhalasi) tanpa memperhitungkan

luas luka bakar

e. Luka bakar listrik tegangan tinggi

f. Disertai trauma lainnya

g. Pasien-pasien dengan resiko tinggi

2. Luka bakar sedang (moderate burn)

a. Luka bakar dengan luas 15 – 25 % pada dewasa, dengan luka bakar derajat

III kurang dari 10 %

b. Luka bakar dengan luas 10 – 20 % pada anak usia < 10 tahun atau dewasa

> 40 tahun, dengan luka bakar derajat III kurang dari 10 %

c. Luka bakar dengan derajat III < 10 % pada anak maupun dewasa yang

tidak mengenai muka, tangan, kaki, dan perineum

3. Luka bakar ringan

a. Luka bakar dengan luas < 15 % pada dewasa

b. Luka bakar dengan luas < 10 % pada anak dan usia lanjut

c. Luka bakar dengan luas < 2 % pada segala usia (tidak mengenai muka,

tangan, kaki, dan perineum

PATOFISIOLOGI LUKA BAKAR

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.

Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan permeabilitas meninggi. Sel

darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi anemia.

Meningkatnya permeabilitas menyebabkan edema dan menimbulkan bula yang

mengandung banyak elektrolit. Hal itu menyebabkan berkurangnya volume cairan

Page 13: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

13

intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar menyebabkan kehilangan cairan

akibat penguapan yang berlebihan, masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada

luka bakar derajat II, dan pengeluaran cairan dari keropeng luka bakar derajat III.

Bila luas luka bakar kurang dari 20%, biasanya mekanisme kompensasi

tubuh masih bisa mengatasinya, tetapi bila lebih dari 20%, akan terjadi syok

hipovolemik dengan gejala yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat,

nadi kecil dan cepat, tekanan darah menurun dan produksi urin yang berkurang.

Pembengkakan terjadi pelan-pelan, maksimal terjadi setelah delapan jam. Pada

kebakaran ruang tertutup atau bila luka terjadi di wajah, dapat terjadi kerusakan

mukosa jalan napas karena gas, asap atau uap panas yang terisap. Edema laring

yang ditimbulkannya dapat menyebabkan hambatan jalan napas dengan gejala

sesak napas, takipnea, stridor, suara serak dan dahak berwarna gelap akibat jelaga.

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. CO akan

mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin tak mampu lagi

mengikat oksigen. Tanda keracunan ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual

dan muntah. Pada keracunan yang berat terjadi koma. Bila lebih dari 60%

hemoglobin terikat CO, penderita dapat meninggal.

Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan terjadi

mobilisasi serta penyerapan kembali cairan edema ke pembuluh darah. Ini

ditandai dengan meningkatnya diuresis.

PENATALAKSANAAN LUKA BAKAR

Pasien luka bakar harus dievaluasi secara sistematik. Prioritas utama

adalah mempertahankan jalan nafas tetap paten, ventilasi yang efektif dan

mendukung sirkulasi sistemik. Intubasi endotrakea dilakukan pada pasien yang

menderita luka bakar berat atau kecurigaan adanya jejas inhalasi atau luka bakar

di jalan nafas atas. Intubasi dapat tidak dilakukan bila telah terjadi edema luka

bakar atau pemberian cairan resusitasi yang terlampau banyak. Pada pasien luka

bakar, intubasi orotrakea dan nasotrakea lebih dipilih daripada trakeostomi.

Pasien dengan luka bakar saja biasanya hipertensi. Adanya hipotensi awal

yang tidak dapat dijelaskan atau adanya tanda-tanda hipovolemia sistemik pada

Page 14: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

14

pasien luka bakar menimbulkan kecurigaan adanya jejas ‘tersembunyi’. Oleh

karena itu, setelah mempertahankan ABC, prioritas berikutnya adalah

mendiagnosis dan menata laksana jejas lain (trauma tumpul atau tajam) yang

mengancam nyawa. Riwayat terjadinya luka bermanfaat untuk mencari trauma

terkait dan kemungkinan adanya jejas inhalasi. Informasi riwayat penyakit dahulu,

penggunaan obat, dan alergi juga penting dalam evaluasi awal.

Pakaian pasien dibuka semua, semua permukaan tubuh dinilai.

Pemeriksaan radiologik pada tulang belakang servikal, pelvis, dan torak dapat

membantu mengevaluasi adanya kemungkinan trauma tumpul.

Setelah mengeksklusi jejas signifikan lainnya, luka bakar dievaluasi.

Terlepas dari luasnya area jejas, dua hal yang harus dilakukan sebelum dilakukan

transfer pasien adalah mempertahankan ventilasi adekuat, dan jika diindikasikan,

melepas dari eskar yang mengkonstriksi.

Tatalaksana resusitasi luka bakar

a. Tatalaksana resusitasi jalan nafas:

1. Intubasi

Tindakan intubasi dikerjakan sebelum edema mukosa menimbulkan

manifestasi obstruksi. Tujuan intubasi mempertahankan jalan nafas dan

sebagai fasilitas pemelliharaan jalan nafas.

2. Krikotiroidotomi

Bertujuan sama dengan intubasi hanya saja dianggap terlalu agresif dan

menimbulkan morbiditas lebih besar dibanding intubasi. Krikotiroidotomi

memperkecil dead space, memperbesar tidal volume, lebih mudah

mengerjakan bilasan bronkoalveolar dan pasien dapat berbicara jika

dibanding dengan intubasi.

3. Pemberian oksigen 100%

Bertujuan untuk menyediakan kebutuhan oksigen jika terdapat patologi

jalan nafas yang menghalangi suplai oksigen. Hati-hati dalam pemberian

oksigen dosis besar karena dapat menimbulkan stress oksidatif, sehingga

akan terbentuk radikal bebas yang bersifat vasodilator dan modulator

Page 15: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

15

sepsis.

4. Perawatan jalan nafas

5. Penghisapan sekret (secara berkala)

6. Pemberian terapi inhalasi

Bertujuan mengupayakan suasana udara yang lebih baik didalam lumen

jalan nafas dan mencairkan sekret kental sehingga mudah dikeluarkan.

Terapi inhalasi umumnya menggunakan cairan dasar natrium klorida 0,9%

ditambah dengan bronkodilator bila perlu. Selain itu bias ditambahkan zat-

zat dengan khasiat tertentu seperti atropin sulfat (menurunkan produksi

sekret), natrium bikarbonat (mengatasi asidosis seluler) dan steroid (masih

kontroversial)

7. Bilasan bronkoalveolar

8. Perawatan rehabilitatif untuk respirasi

9. Eskarotomi pada dinding torak yang bertujuan untuk memperbaiki

kompliansi paru

b. Tatalaksana resusitasi cairan

Resusitasi cairan diberikan dengan tujuan preservasi perfusi yang adekuat

dan seimbang di seluruh pembuluh darah vaskular regional, sehingga iskemia

jaringan tidak terjadi pada setiap organ sistemik. Selain itu cairan diberikan

agar dapat meminimalisasi dan eliminasi cairan bebas yang tidak diperlukan,

optimalisasi status volume dan komposisi intravaskular untuk menjamin

survival/maksimal dari seluruh sel, serta meminimalisasi respons inflamasi

dan hipermetabolik dengan menggunakan kelebihan dan keuntungan dari

berbagai macam cairan seperti kristaloid, hipertonik, koloid, dan sebagainya

pada waktu yang tepat. Dengan adanya resusitasi cairan yang tepat, kita dapat

mengupayakan stabilisasi pasien secepat mungkin kembali ke kondisi

fisiologik dalam persiapan menghadapi intervensi bedah seawal mungkin.

Resusitasi cairan dilakukan dengan memberikan cairan pengganti. Ada

beberapa cara untuk menghitung kebutuhan cairan ini:

Cara Evans

Page 16: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

16

1. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL NaCl per 24 jam

2. Luas luka bakar (%) x BB (kg) menjadi mL plasma per 24 jam

3. 2.000 cc glukosa 5% per 24 jam

Separuh dari jumlah 1+2+3 diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya

diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah

jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah

cairan hari kedua.

Cara Baxter

Luas luka bakar (%) x BB (kg) x 4 mL

Separuh dari jumlah cairan diberikan dalam 8 jam pertama. Sisanya

diberikan dalam 16 jam berikutnya. Pada hari kedua diberikan setengah

jumlah cairan hari pertama. Pada hari ketiga diberikan setengah jumlah

cairan hari kedua.

c. Resusitasi nutrisi

Pada pasien luka bakar, pemberian nutrisi secara enteral sebaiknya

dilakukan sejak dini dan pasien tidak perlu dipuasakan. Bila pasien tidak

sadar, maka pemberian nutrisi dapat melalui naso-gastric tube (NGT). Nutrisi

yang diberikan sebaiknya mengandung 10-15% protein, 50-60% karbohidrat

dan 25-30% lemak. Pemberian nutrisi sejak awal ini dapat meningkatkan

fungsi kekebalan tubuh dan mencegah terjadinya atrofi vili usus.

Perawatan luka bakar

Umumnya untuk menghilangkan rasa nyeri dari luka bakar digunakan

morfin dalam dosis kecil secara intravena (dosis dewasa awal : 0,1-0,2 mg/kg dan

‘maintenance’ 5-20 mg/70 kg setiap 4 jam, sedangkan dosis anak-anak 0,05-0,2

mg/kg setiap 4 jam). Tetapi ada juga yang menyatakan pemberian methadone (5-

10 mg dosis dewasa) setiap 8 jam merupakan terapi penghilang nyeri kronik yang

bagus untuk semua pasien luka bakar dewasa. Jika pasien masih merasakan nyeri

walau dengan pemberian morfin atau methadone, dapat juga diberikan

benzodiazepine sebagai tambahan.

Page 17: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

17

PROGNOSIS

Prognosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam dan

luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga penyembuhan.

Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia dan keadaan kesehatan penderita

juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.

Penyulit juga mempengaruhi progonosis pasien. Penyulit yang timbul pada

luka bakar antara lain gagal ginjal akut, edema paru, SIRS, infeksi dan sepsis,

serta parut hipertrofik dan kontraktur.

Page 18: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

18

BAB III

PEMBAHASAN KASUS

Ny. NA, usia 32 tahun datang dengan keluhan kulit wajah, kedua lengan,

dan kaki kiri melepuh karena terkena api sejak delapan jam sebelum masuk rumah

sakit. Kulit yang melepuh diakibatkan tersambar api dari kompor minyak tanah

yang tiba-tiba meledak dan menyambar bensin. Pasien tersambar api dalam jangka

waktu yang sangat sebentar. Pasien tidak terkurung dalam ruangan. Tidak ada

keluhan sesak nafas, pusing, mual, maupun muntah.

Pasien datang masih dalam fase akut luka bakar. Maka perlu diperhatikan

ABCD dari pasien. Dari pemeriksaan umum tidak ditemukan bulu hidung yang

terbakar. Hal ini dapat menyingkirkan adanya cedera inhalasi. Pernapasan normal

dan tidak ada eskar melingkar yang dapat menghalangi pergerakan pernapasan.

Tekanan darah pasien sedikit menurun yaitu 100/80 mmHg dengan frekuensi nadi

yang meningkat yaitu 112x/menit. Hal ini dapat menunjukkan adanya gangguan

pada sistem kardiovaskular akibat terjadinya hipovolemik yang diakibatkan

penguapan berlebih dan keluarnya cairan intravaskular.

Pada tubuh ditemukan luka bakar di wajah sebelah kiri (4%), lengan kanan

(2%), lengan kiri (3%), dan kaki kiri (2%). Luas luka ditentukan menurut diagram

rules of nine dari Wallace. Total luas luka bakar mencapai 11% dengan

kedalaman derajat II.

Dari pemeriksaan laboratorium darah tepi ditemukan peningkatan leukosit.

Peningkatan leukosit ini disebabkan oleh reaksi inflamasi pada fase akut luka

bakar. Pada pemeriksaan urin ditemukan banyak eritrosit. Ditemukan pula

peningkatan laktat. Hal ini perlu dipantau untuk deteksi dini, karena hal ini dapat

menyebabkan kerusakan tubulus ginjal yang permanen.

Penatalaksanaan yang dilakukan adalah resusitasi cairan. Dengan cara

Baxter dapat dihitung kebutuhan cairan pasien yaitu:

4 x BB x % luka bakar = 4 x 55 x 11 = 2.420 mL / 24 jam

Pada 8 jam pertama pasien diberikan 1.210 mL. Kemudian pada 16 jam kemudian

diberikan cairan sebanyak 1.210 mL. Pada hari kedua diberikan cairan sebanyak

Page 19: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

19

setengah cairan pertama yaitu 1.210 mL/24 jam. Pada hari ketiga jumlah cairan

kembali dikurangi setengahnya menjadi 605 mL/24 jam. Jumlah cairan dapat

dikurangi bahkan dihentikan bila diuresis pasien memuaskan dan pasien dapat

minum tanpa kesulitan.

Setelah itu dilakukan perawatan luka bakar. Luka bakar dibersihkan

dengan air hangat yang mengalir. Hal ini merupakan cara terbaik untuk

menurunkan suhu di daerah cedera, sehingga dapat menghentikan proses

kombusio pada jaringan. Untuk menutup luka, digunakan kasa lembab steril

menggunakan cairan RL atau salep untuk mencegah penguapan.

Prognosis ad vitam pada pasien ini adalah bonam karena penyakit ini

sudah didiagnosis dan saat ini tidak mengancam nyawa. Prognosis ad functionam

pada pasien ini adalah bonam karena sesuai dengan luas dan kedalaman luka,

penyembuhan dapat terjadi secara spontan dan telah dilakukan terapi pengobatan

yang adekuat terhadap luka bakar. Prognosis ad sanactionam pada pasien ini

adalah bonam karena faktor penyebab dapat dihindari dan tidak ada angka

rekurensi.

Page 20: 3. Laporan Kasus Luka Bakar

20

DAFTAR PUSTAKA

1. Ahmadsyah I, Prasetyono TOH. Luka. Dalam: Sjamsuhidajat R, de Jong W,

editor. Buku ajar ilmu bedah. Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

EGC; 2005. h. 73-5.

2. Moenadjat Y. Luka bakar. Edisi 2. Jakarta: Balai Penerbit FKUI; 2003.

3. Heimbach DM, Holmes JH. Burns. In: Brunicardi FC, Andersen DK, Billiar

TR, Dunn DL, Hunter JG, Pollock RE, editors. Schwartz’s principal surgery.

8th

ed. USA: The McGraw-Hill Companies; 2007.

4. Naradzay JFX, Alson R. Thermal burns. Dalam: Slapper D, Talavera F,

Hirshon JM, Halamka J, Adler J, editors. Diunduh dari:

http://www.emedicinehealth.com. 28 Oktober 2013.