2.batuan piroklastik

7
Modul Pengenalan Batuan 19 BATUAN PIROKLASTIK A. PENGERTIAN Piroklastik berasal dari kata pyro (Bahasa Yunani yang berarti api) dan clastic yang berarti fragmen atau pecahan. Menurut McPhie (1993), batuan piroklastik adalah batuan yang tersusun oleh material-material yang berasal dari hasil erupsi gunung api yang eksplosif, dan diendapkan dengan proses-proses vulkanik primer. McPhie (1993) memasukkan batuan piroklastik ke dalam kelompok batuan vulkaniklastik, yaitu batuan klastika hasil erupsi gunung api, bersama dengan batuan autoklastik dan batuan sedimen vulkanogenik. Batuan piroklastik juga masuk ke dalam kelompok batuan beku fragmental bersama kelompok hialoklastik dan autoklastik menurut Fisher & Schmincke (1984), karena batuan ini sering terbentuk dari pembekuan magma secara cepat dan tiba-tiba, yang menyebabkan terjadinya fragmentasi magma, pada fase eksplosif gunung api. Kelompok batuan ini menjadi penting untuk dipelajari mengingat kondisi geologi Indonesia yang banyak dijumpai gunung api, membuat keberadaan batuan ini sangat umum dijumpai di Indonesia, khususnya pada daerah-daerah vulkanik aktif. B. TERMINOLOGI PADA BATUAN PIROKLASTIK Piroklas (pyroclast) merupakan fragmen-fragmen material vulkanik yang terbentuk dari hasil proses vulkanisme. Endapan piroklastik merupakan kumpulan dari piroklas baik yang terkonsolidasi maupun belum terkonsolidasi. Tephra merupakan kumpulan dari piroklas yang belum terkonsolidasi. Welding merupakan deformasi plastis dari piroklas yang bersifat panas (umumnya pumis, skoria atau gelas vulkanik), sehingga mengalami pemadatan dan pengerasan. Piroklas dan batuan piroklastik dikelompokkan berdasarkan ukuran butirnya, yaitu : Ukuran butir Piroklas Batuan piroklastik > 64 mm Bombs Blocks Agglomerate Pyroclastic Breccia 64 2 mm Lapili Lapili tuff / Lapili stone < 2 mm Ash grain Tuff / Ash tuff

Upload: fuadauliabahri

Post on 01-Oct-2015

547 views

Category:

Documents


38 download

DESCRIPTION

batuan piroklastik

TRANSCRIPT

  • Modul Pengenalan Batuan

    19

    BATUAN PIROKLASTIK

    A. PENGERTIAN

    Piroklastik berasal dari kata pyro (Bahasa Yunani yang berarti api) dan clastic yang

    berarti fragmen atau pecahan. Menurut McPhie (1993), batuan piroklastik adalah batuan yang

    tersusun oleh material-material yang berasal dari hasil erupsi gunung api yang eksplosif, dan

    diendapkan dengan proses-proses vulkanik primer. McPhie (1993) memasukkan batuan

    piroklastik ke dalam kelompok batuan vulkaniklastik, yaitu batuan klastika hasil erupsi gunung

    api, bersama dengan batuan autoklastik dan batuan sedimen vulkanogenik.

    Batuan piroklastik juga masuk ke dalam kelompok batuan beku fragmental bersama

    kelompok hialoklastik dan autoklastik menurut Fisher & Schmincke (1984), karena batuan ini

    sering terbentuk dari pembekuan magma secara cepat dan tiba-tiba, yang menyebabkan

    terjadinya fragmentasi magma, pada fase eksplosif gunung api. Kelompok batuan ini menjadi

    penting untuk dipelajari mengingat kondisi geologi Indonesia yang banyak dijumpai gunung

    api, membuat keberadaan batuan ini sangat umum dijumpai di Indonesia, khususnya pada

    daerah-daerah vulkanik aktif.

    B. TERMINOLOGI PADA BATUAN PIROKLASTIK

    Piroklas (pyroclast) merupakan fragmen-fragmen material vulkanik yang terbentuk dari

    hasil proses vulkanisme.

    Endapan piroklastik merupakan kumpulan dari piroklas baik yang terkonsolidasi maupun

    belum terkonsolidasi.

    Tephra merupakan kumpulan dari piroklas yang belum terkonsolidasi.

    Welding merupakan deformasi plastis dari piroklas yang bersifat panas (umumnya pumis,

    skoria atau gelas vulkanik), sehingga mengalami pemadatan dan pengerasan.

    Piroklas dan batuan piroklastik dikelompokkan berdasarkan ukuran butirnya, yaitu :

    Ukuran butir Piroklas Batuan piroklastik

    > 64 mm Bombs

    Blocks

    Agglomerate

    Pyroclastic Breccia

    64 2 mm Lapili Lapili tuff / Lapili stone

    < 2 mm Ash grain Tuff / Ash tuff

  • Modul Pengenalan Batuan

    20

    Gambar 1. Bagan alir batuan beku volkaniklastik (McPhie, dkk., 1993)

  • Modul Pengenalan Batuan

    21

    Tabel 1. Jenis batuan fragmental yang dihasilkan oleh erupsi gunung api

    (McPhie, 1993)

    Major class Styles Name of Rocks

    Autoclastic Extrusive

    Intrusive

    Flow breccia

    Intrusion breccia

    Pyroclastic Subterranean Explosion breccias

    Intrusive breccias

    Surface Pyroclastic fall deposits :

    > 64 mm bombs

    2-64 mm lapili

    < 2 mm ash

    Pyroclastic flow deposits :

    Ignimbrite: pumice; ash; scoria and

    ash; vesicular andesite and ash;

    block and ash

    Pyroclastic surge deposits :

    Base surge

    Ground surge

    Ash cloud surge

    Submarine Pillow breccia and hyalotuffs

    Subaqueous pyroclastic flow

    Epiclastic Subaerial and subaqueous Volcanic sediments and lahars

    C. KLASIFIKASI BATUAN PIROKLASTIK

    Klasifikasi batuan piroklastik dibagi menjadi dua, yaitu klasifikasi secara deskriptif (non-

    genetis) dan klasifikasi secara genetis (McPhie, 1993). Klasifikasi batuan piroklastik secara

    deskriptif mengelompokkan batuan piroklastik berdasarkan karakteristik dan kenampakan umum

    yang dapat diketahui dari pengamatan langsung, contohnya ukuran butir dan komposisi.

    Sementara klasifikasi secara genetis membedakan endapan piroklastik berdasarkan mekanisme

    transportasi dan mekanisme pengendapannya selama proses erupsi berlangsung. Penentuan

    klasifikasi secara genetis umumnya harus melihat kenampakan endapan piroklastik dan

    geometrinya secara keseluruhan di lapangan, serta melihat deskripsi endapan secara rinci

    sebelum dapat ditentukan jenis endapan piroklastiknya.

  • Modul Pengenalan Batuan

    22

    1. Klasifikasi Deskriptif

    Gambar 2. Klasifikasi non-genetis batuan piroklastik yang didasarkan pada : (a) komposisi batuan, dan

    (b) Ukuran material penyusunnya (Fisher, 1966)

    2. Klasifikasi Genetis

    Klasifikasi batuan piroklastik secara genetis dibagi menjadi 3 yang dibedakan

    berdasarkan mekanisme transportasi serta pengendapannya, yaitu :

    a. Pyroclastic fall deposits

    b. Pyroclastic flow deposits

    c. Pyroclastic surge deposits

    a. Pyroclatic Fall Deposits

    Merupakan endapan material piroklastik yang terbentuk dari hasil jatuhan material

    erupsi yang terlontar dari pusat erupsi. Endapan pyroclastic fall (piroklastik jatuhan)

    mempunyai ciri-ciri antara lain :

    - Mempunyai sortasi yang baik.

    - Ukuran butir dan ketebalan bergradasi secara lateral. Semakin jauh dari pusat erupsi

    ukuran butir semakin halus, ketebalan endapan semakin tipis.

    - Membentuk perlapisan dengan geometri mengikuti topografi.

  • Modul Pengenalan Batuan

    23

    b. Pyroclastic Flow Deposit

    Merupakan endapan material piroklastik yang terbentuk dari hasil aliran material

    vulkanik. Endapan pyroclastic flow (piroklastik aliran) mempunyai ciri-ciri antara lain :

    - Umumnya masif (tidak membentuk perlapisan)

    - Memiliki sortasi yang buruk

    - Endapan material lebih banyak terkonsentrasi di lembah

    - Biasanya membentuk struktur welded

    - Bagian bawah endapan menggerus lapisan di bawahnya.

    MacDonald (1972) menyebutkan bahwa endapan piroklastik dapat terbentuk melalui

    beberapa mekanisme erupsi gunung api, antara lain :

    a) Lava-dome collapse (Merapi type)

    b) Explosive disruption of lava dome (Peleean type)

    c. Collapse from eruption column (Soufriere type)

    Gambar 3. Mekanisme pembentukan endapan pyroclastic flow (McDonald, 1972)

    c. Pyroclastic surge

    Merupakan endapan material piroklastik yang terbentuk dari hasil seruakan material

    vulkanik. Bagian dari piroklastik aliran yang banyak mengandung air (wet) sehingga

  • Modul Pengenalan Batuan

    24

    membentuk arus turbulen, densitas rendah. Endapan pyroclastic surge mempunyai ciri-ciri

    antara lain :

    - Membentuk perlapisan dengan struktur sedimen (cross-bedding, laminasi, paralel, wavy,

    dll.)

    - Sortasi sedang

    - Endapan material tidak terlalu terkonsentrasi di lembah

    - Bisa membentuk struktur welded, namun jarang dijumpai.

    Gambar 4. Perbedaan konsentrasi endapan pyroclastic fall, surge dan flow pada morfologi lembah dan puncak bukit.

    (McPhie, 1993)

  • Modul Pengenalan Batuan

    25

    D. DESKRIPSI BATUAN PIROKLASTIK

    Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam deskripsi batuan piroklastik antara lain :

    a. Warna

    Umumnya batuan piroklastik berwarna cerah apabila banyak mengandung abu vulkanik

    (ash grain) dan pumis, dan berwarna gelap apabila dominan fragmen-fragmen batuan

    gunung api.

    b. Tingkat konsolidasi

    Tingkat konsolidasi menggambarkan tingkat kekuatan ikatan antar butiran (antar fragmen

    dengan matriksnya)

    c. Struktur

    Batuan piroklastik dapat memiliki struktur sedimen, seperti perlapisan, dan laminasi, atau

    struktur khusus seperti kenampakan welded pada batuan.

    d. Tekstur

    Terdiri dari ukuran butir dan bentuk butir. Batuan piroklastik umum tersusun oleh fragmen

    dan matriks, sehingga deskripsi tekstur batuan dipisahkan antara fragmen dengan

    matriksnya.

    e. Komposisi

    Batuan piroklastik umumnya tersusun oleh 3 komponen utama, yaitu gelas, fragmen batuan,

    dan kristal (mineral) (Fisher, 1966). Gelas umumnya hadir dalam tuff, sebagai salah satu

    komponen abu vulkanik. Fragmen batuan berasal dari batuan gunung api di sekitar pusat

    erupsi, atau batuan dinding pada kawah gunung berapi, yang ikut terlontarkan bersama

    dengan material magma. Kristal-kristal mineral umumnya berasal dari magma yang telah

    mengalami kristalisasi sebagian.

    Deskripsi komposisi dilakukan pada setiap material dengan melihat jenis material tersebut,

    serta dipisahkan antara komposisi fragmen dan matriks.

    E. REFERENSI

    Fisher, R. V. & Schmincke H.-U., (1984) Pyroclastic Rocks, Berlin, Springer-Verlag.

    McPhie, J., Doyle, M., Allen, R., 1993, Volcanic Textures : A Guide to the Interpretation

    Textures in Volcanic Rocks., CODES Key Centre, University of Tasmania.