2.bab i

12

Click here to load reader

Upload: gracia-angelia-masengi

Post on 26-Jul-2015

74 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2.BAB I

BAB I

PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Kehamilan dan persalinan pada primigravida dan atau wanita dengan

umur 35 tahun atau lebih, diberi prioritas bersalin di rumah sakit dan

diperlakukan pelayanan sama dengan wanita yang mengalami komplikasi

obstetrik (panggul sempit, preeklampsia dan eklampsia, kelainan letak,

kehamilan ganda), wanita dengan riwayat obstetrik jelek (perdarahan

postpartum, kematian janin sebelum lahir), wanita dengan penyakit umum

(penyakit jantung, diabetes), dan wanita dengan paritas 4 atau lebih

(Prawirohardjo dan Wiknjosastro, 2007).

Rochyati dkk memasukkan primigravida tua dan wanita hamil usia 35

tahun atau lebih, kedalam kehamilan risiko tinggi, sedangkan Daely (Medan)

menggolongkan faktor primigravida sebagai salah satu kriteria kehamilan

risiko tinggi dari segi paritas. Hal ini didasarkan pada adanya perkiraan akan

terjadi gangguan terhadap luaran maternal dan perinatal, sehingga

memerlukan pengawasan lebih intensif dan mungkin tindakan proaktif, dalam

rangka menurunkan kematian maternal dan perinatal (Mochtar, 1998;

Manuaba, 2002). Kemungkinan penyebabnya adalah faktor kekakuan jaringan

panggul pada primigravida yang belum pernah dipengaruhi oleh kehamilan

dan persalinan (Suswadi, 2000), faktor proses dilatasi serviks yang lambat,

disamping adanya perubahan yang terjadi karena proses menua jaringan

reproduksi dan jalan lahir oleh karena usia tua, seperti juga dikemukakan oleh

beberapa peneliti bahwa secara fisiologis terjadi kemunduran fungsi dan

efisiensi miometrium karena perubahan dalam miometrium pada umur tua

(Suswadi, 2000; Chigoziem, 2008; Flatt, 2010).

Berdasarkan uraian tersebut, timbul suatu pemikiran bahwa seorang

primigravida tua pada awalnya sudah diperhadapkan dengan penyulit

kehamilan dan persalinan yang sangat tinggi, berhubung ada 2 faktor risiko

tinggi yang berperan, yaitu faktor primigravida sendiri dan faktor umur tua

(kombinasi 2 faktor atau faktor ganda). Timbul pertanyaan berapa kejadian

1

Page 2: 2.BAB I

2

penyulit persalinan yang dapat terjadi pada seorang primigravida (berisiko

tinggi) dengan usia tua (berisiko tinggi).

Sesuai definisi primigravida tua atau elderly primigravida

(diperkenalkan pertama kali oleh FIGO tahun 1995) yaitu wanita yang

pertama kali hamil pada usia 35 tahun atau lebih. Pada umumnya rumah sakit

di Indonesia menggunakan definisi ini, antara lain di RSUP Manado

(Suparman dan Sembiring, 2002; Mareyke, 2003), di RS Dr Kariadi Semarang

(Suswadi, 2000) dan University Teaching Hospital (UTH) Nigeria

(Chigoziem, 2008).

Apabila kehamilan dan persalinan pertama kali (primigravida) terjadi

pada usia yang dinyatakan aman yaitu usia reproduksi sehat, maka dapat pula

terjadi penyulit persalinan, terutama dari faktor paritasnya (primigravida)

sebagai faktor risiko tinggi. Hal ini berarti kejadian penyulit pada kelompok

primigravida usia reproduksi sehat akan lebih rendah daripada bila terdapat

kombinasi 2 faktor risiko tinggi (umur tua dan primigravida). Jadi timbul

pertanyaan, berapa angka kejadian penyulit yang mungkin terjadi pada

primigravida dalam usia reproduksi sehat.

Dalam kurun reproduksi sehat dikenal bahwa usia aman dan optimal

untuk hamil dan melahirkan adalah 20-30 tahun. (Mochtar, 1998; Suswadi,

2000; Surjaningrat dan Saifuddin, 2007). Sesuai Pola Dasar Kebijakan

Program Keluarga Berencana (KB), hendaknya besar keluarga dicapai selama

dalam usia reproduksi sehat yaitu sewaktu umur ibu antara 20-30 tahun.

Menunda perkawinan dan kehamilan sekurang-kurangnya sampai berusia 20

tahun dan mengakhiri kesuburan pada usia sesudah 30-35 tahun (Mochtar,

1998).

Memang hal ini masih belum terdapat persesuaian paham batasan umur

mana yang digolongkan pada kurun reproduksi sehat atau usia aman untuk

hamil dan melahirkan dari faktor umur, akan tetapi berdasarkan batasan kurun

reproduksi sehat pola dasar kebijakan program KB, maka umur 20-30 tahun

merupakan batas umur yang dinyatakan aman, sedangkan lebih 30-34 tahun

sudah dianggap kurang aman dan dianjurkan mengakhiri kesuburan pada

umur tersebut (Mochtar, 1998). Kehamilan dan persalinan umur 35 tahun atau

Page 3: 2.BAB I

3

lebih dibuktikan telah berisiko tinggi atau berbahaya (Mochtar, 1998,

Manuaba, 2002). Permasalahan ini menarik untuk diteliti terutama kombinasi

dengan faktor primigravida. Apabila hanya dilihat dari faktor umur saja

mungkin sepaham bila dikatakan risiko lebih tinggi pada usia tua karena

kepustakaan banyak melaporkan tentang hal itu; tetapi bagaimana kalau

terjadi pada primigravida. Penelitian ini belum banyak dilaporkan dalam

kepustakaan, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian untuk membandingkan

kejadian penyulit pada primigravida pada 2 kelompok umur yaitu umur tua 35

tahun atau lebih dan usia reproduksi sehat (20-30 tahun).

Berdasarkan laporan kepustakaan bahwa dari tahun ke tahun ada

kecenderungan terjadi peningkatan kehamilan dan persalinan pertama pada

usia tua (Suparman dan Sembiring, 2002; Chigoziem, 2008). Penelitian Martin

et al (2006) bahwa terjadi peningkatan 6 kali kejadian primigravida tua sejak

1980-2004 yaitu 1,3% menjadi 8,3% (Luke dan Brown, 2007). Angka

kejadian primigravida tua 1,17%, di RSUP Manado (Suparman dan

Sembiring, 2002) dan di UTH Nigeria ditemukan 2,6% dari jumlah kelahiran

(Chigoziem, 2008). Di RSUP Kariadi Semarang ditemukan 13,8% persalinan

usia tua dimana pada kelompok usia tua 89,4% adalah multipara dan pada

kelompok 20-34 tahun 55,5% adalah primipara (Suswadi, 2000).

Menurut beberapa peneliti, bahwa ada kecenderungan peningkatan

angka kejadian primigravida tua, oleh karena adanya sejumlah faktor yang

mempengaruhinya, seperti tingkat pendidikan (umumnya strata pendidikan

tinggi), terlambat menikah, faktor infertilitas apalagi dengan penanganan

teknologi reproduksi buatan yang membutuhkan waktu panjang. Peneliti lain

menambahkan faktor kemapanan dari segi ekonomi dan penundaan untuk

mendapatkan anak dilihat dari kemapanan keuangan dan kematangan secara

psikologik untuk berkeluarga. (Chigoziem, 2008; Goldman et al, 2005;

Rajaee, Amirzadeh, Mirblook dan Soltani, 2010).

Kejadian penyulit kehamilan dan persalinan pada primigravida tua lebih

tinggi dari usia aman 20-25 tahun (Chigoziem, 2008). Terdapat perbedaan

hasil penelitian oleh beberapa peneliti mengenai risiko penyulit persalinan

pada wanita usia tua, karena akan dipengaruhi oleh faktor paritas dan faktor

Page 4: 2.BAB I

4

lainnya seperti status sosial ekonomi, kesehatan dan akses pelayanan

kesehatan. Paritas juga mempengaruhi penyulit persalinan pada wanita usia

tua 35 tahun atau lebih seperti pada primipara dimana kejadian kelainan

persalinan lebih sering ditemukan (Cunningham et al, 2006).

Kematian maternal oleh karena penyulit kehamilan dan persalinan lebih

tinggi pada usia diatas 30-35 tahun dibandingkan dengan usia 20-29 tahun,

demikian juga paritas 1 lebih tinggi dari paritas 2-3 (Surjaningrat dan

Saifuddin, 2007). Selanjutnya akan dipaparkan beberapa penyulit persalinan

yang dapat terjadi dimana penyulit-penyulit ini memiliki beberapa faktor

risiko atau predisposisi yang sama seperti inersia uteri, persalinan lama,

perdarahan pasca persalinan dan seksio sesarea. Beberapa peneliti antara lain

memasukkan seksio sesarea sebagai salah satu penyulit dalam persalinan

(Suswadi, 2000).

Di RSUP Manado, kejadian inersia uteri pada primigravida tua tahun

1997-2001 pada primigravida tua 3,75% (Suparman dan Sembiring, 2002)

sedangkan pada tahun 2001 2,62% dan tahun 2002 2,88% (Mareyke, 2003)

pada wanita usia 35 tahun atau lebih tanpa menjabarkan paritas. Data tersebut

lebih tinggi dari yang ditemukan di RSUP Dr Kariadi Semarang yaitu 1,9%

pada kelompok usia tua dan 2,2% pada kelompok pembanding 20-34 tahun,

tetapi perbedaan ini tidak bermakna (Suswadi, 2000).

Di POF Hospital, Wah Cantt Pakistan ditemukan 30,76% primigravida

tua (elderly primigravida) melahirkan dengan seksio sesarea dibandingkan

dengan 16,02% pada kelompok primigravida usia muda (young group).

Perbedaan ini secara statistik bermakna p<0,05. Disimpulkannya bahwa

komplikasi yang terjadi pada primigravida tua dapat diatasi dengan diagnosis

akurat, tepat dan cepat. Penanganan yang tepat akan memberikan luaran

obstetri yang memuaskan. Tingginya angka seksio sesarea pada primigravida

tua terutama disebabkan karena tingginya komplikasi obstetrik (Naqvi dan

Naseem, 2004). Peneliti lain menyimpulkan bahwa kelompok wanita usia tua

mengalami penyulit persalinan bedah Caesar dan perdarahan postpartum lebih

tinggi dari usia 20-34 tahun dan perbedaan ini sangat bermakna (Suswadi,

2000). Seperti yang dilaporkan bahwa perdarahan postpartum dan bedah

Page 5: 2.BAB I

5

Caesar lebih tinggi pada primigravida tua, perbedaan ini bermakna

dibandingkan dengan usia 20-25 tahun dan perdarahan pasca persalinan tidak

ditemukan pada usia 20-25 tahun. Dikatakannya bahwa kejadian primigravida

tua di senternya cukup tinggi, tetapi mayoritas ibu bersalin aterm dan

memuaskan. Dibutuhkan petugas terlatih dan fasilitas darurat obstetrik selama

persalinan dan tindakan (Chigoziem, 2008).

Pada primipara dimana belum pernah teruji untuk masuk dalam proses

kehamilan dan persalinan, maka penyulit persalinan seperti kelainan his

mungkin terjadi (Kusumawati, 2006). Umur ibu mempengaruhi intensitas his

yang menyebabkan meningkatnya seksio sesarea oleh karena tidak ada

kemajuan persalinan (Rajaee, Amirzadeh, Mirblook, dan Soltani, 2010).

Beberapa peneliti antara lain Wong dan Hoo (1998) menyatakan bahwa

terdapat perbedaan tidak bermakna secara statistik tentang penyulit persalinan

(pemakaian oksitosin, kala II lama, perdarahan postpartum) pada kelompok

usia tua (35 tahun atau lebih) dan kelompok usia 20-34 tahun. Persalinan kala

II lama pada kelompok usia tua 45 menit lebih lama dari usia 20-29 tahun

(Suswadi, 2000).

Berdasarkan uraian diatas, beberapa peneliti membuktikan penyulit

persalinan lebih banyak terjadi pada primigravida tua dibandingkan dengan

usia muda, akan tetapi terdapat batasan yang berbeda antara usia reproduksi

sehat yang dijadikan kelompok pembanding. Demikian pula laporan

kepustakaan mengenai kejadian jenis-jenis penyulit pada 2 kelompok tersebut

dimana hasilnya masih bervariasi dalam persentase dan kemaknaan secara

statistik. Kebanyakan peneliti mengambil subyek penelitian wanita hamil

umur tua (35 tahun atau lebih) tanpa meneliti secara khusus dari segi paritas.

Berdasarkan beberapa hal tersebut, menarik untuk diteliti perbandingan

beberapa jenis penyulit persalinan, khusus pada primigravida menurut

kelompok umur tua dan usia reproduksi sehat (20-30 tahun). Tujuannya untuk

mengetahui angka kejadian primigravida tua, dan apakah ada perbedaan

kejadian penyulit persalinan secara umum, dan jenis-jenis penyulit persalinan

seperti inersia uteri, persalinan lama, seksio sesarea dan perdarahan

Page 6: 2.BAB I

6

pascapersalinan pada primigravida khususnya yang tidak ada penyulit medik

obstetrik dalam kehamilan.

I.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan uraian latar belakang tersebut di atas, dapat dirumuskan

pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Berapakah angka kejadian primigravida tua di RSUP Prof. Dr. R.D.

Kandou Manado periode 2007-2009?

2. Apakah ada perbedaan kejadian penyulit persalinan pada primigravida

tua dengan primigravida usia reproduksi sehat ?

3. Apakah ada perbedaan kejadian kelainan his pada primigravida tua

dengan primigravida usia reproduksi sehat ?

4. Apakah ada perbedaan kejadian persalinan lama pada primigravida tua

dengan primigravida usia reproduksi sehat ?

5. Apakah ada perbedaan kejadian seksio sesarea pada primigravida tua

dengan primigravida usia reproduksi sehat ?

6. Apakah ada perbedaan kejadian perdarahan pascapersalinan pada

primigravida tua dengan primigravida usia reproduksi sehat ?

I.3 TUJUAN PENELITIAN

1. Tujuan Umum

Untuk membandingkan beberapa kejadian penyulit persalinan pada

primigravida tua (umur 35 tahun atau lebih) dan primigravida usia

reproduksi sehat (umur 20-30 tahun) di RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou

Manado 1 Januari 2007 sampai dengan 31 Desember 2009.

2. Tujuan Khusus

Untuk mengetahui angka kejadian primigravida tua dari semua ibu

bersalin

Untuk mengetahui angka kejadian kelainan his yang terjadi dan

apakah ada perbedaan bermakna pada kedua kelompok

primigravida ini

Page 7: 2.BAB I

7

Untuk mengetahui angka kejadian persalinan lama yang terjadi dan

apakah ada perbedaan bermakna pada kedua kelompok

primigravida ini

Untuk mengetahui angka kejadian seksio sesarea yang terjadi dan

apakah ada perbedaan bermakna pada kedua kelompok

primigravida ini

Untuk mengetahui angka kejadian perdarahan pascapersalinan

yang terjadi dan apakah ada perbedaan bermakna pada kedua

kelompok primigravida ini

I.4 MANFAAT PENELITIAN

1. Untuk pengembangan ilmu dan peningkatan informasi ilmiah

Sebagai informasi ilmiah yang dapat bermanfaat dalam usaha

pengembangan ilmu kebidanan

Sebagai bahan acuan kepustakaan dan untuk penelitian selanjutnya.

2. Untuk rumah sakit

Untuk preventif dalam rangka menurunkan kejadian penyulit

persalinan, morbiditas dan mortalitas maternal dan perinatal.

Sebagai masukan bagi para dokter dan paramedis dalam memberi

pelayanan kebidanan.

3. Untuk Peneliti

Peneliti mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian dan

memahami dasar penelitian sebagai peneliti pemula

Untuk meningkatkan minat dalam melakukan penelitian selanjutnya

4. Institusi Pendidikan

Meningkatkan jumlah dan kualitas penelitian institusi

Meningkatkan jumlah dan kualitas SDM dalam penelitian