bab i pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/222/2/bab i-iii.pdf · 2019. 2. 2. · bab i pendahuluan...

35
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri setiap wanita dimana pada masa kehamilan ini seorang wanita akan mengalami perubahan fisik dimana pada saat persalinan seorang ibu akan banyak mengeluarkan energi dan mengalami perubahan-perubahan pada tubuhnya. Kelahiran seorang bayi pada keluarga sangat diharapkan akan tetapi perlu kita ketahui bahwa dalam proses persalinan tersebut banyak yang akan terjadi pada seorang ibu baik dalam proses persalinan normal yang berpotensi tinggi mengancam keselamatan ibu. Teknik atau cara mengedan yang benar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran proses persalinan, sehingga seorang bidan harus terampil dalam memimpin jalannya proses persalinan serta mampumengajarkan ibu bagaimana teknik mengedan yang baik dan benar agar ibu tidak mengalami ruptur perineum. Pada saat pembukaan sudah lengkap disertai adanya dorongan yang kuat, ibu dibimbing untuk mengedan. Ibu hanya bisa mengedan jika adanya his atau kontraksi, mengedan dengan baik akan mendorong atau menekan uterus pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk mendorong janin keluar. Apabila teknik mengedan ibu salah maka akan menyebabkan terjadinya ruptur perineum atau robekan pada jalan lahir, selain itu disebabkan oleh faktor bayi besar. (1)

Upload: others

Post on 07-Mar-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri setiap

wanita dimana pada masa kehamilan ini seorang wanita akan mengalami

perubahan fisik dimana pada saat persalinan seorang ibu akan banyak

mengeluarkan energi dan mengalami perubahan-perubahan pada tubuhnya.

Kelahiran seorang bayi pada keluarga sangat diharapkan akan tetapi perlu kita

ketahui bahwa dalam proses persalinan tersebut banyak yang akan terjadi pada

seorang ibu baik dalam proses persalinan normal yang berpotensi tinggi

mengancam keselamatan ibu.

Teknik atau cara mengedan yang benar merupakan salah satu faktor yang

mempengaruhi kelancaran proses persalinan, sehingga seorang bidan harus

terampil dalam memimpin jalannya proses persalinan serta mampumengajarkan

ibu bagaimana teknik mengedan yang baik dan benar agar ibu tidak mengalami

ruptur perineum. Pada saat pembukaan sudah lengkap disertai adanya dorongan

yang kuat, ibu dibimbing untuk mengedan. Ibu hanya bisa mengedan jika adanya

his atau kontraksi, mengedan dengan baik akan mendorong atau menekan uterus

pada semua sisi dan menambah kekuatan untuk mendorong janin keluar. Apabila

teknik mengedan ibu salah maka akan menyebabkan terjadinya ruptur perineum

atau robekan pada jalan lahir, selain itu disebabkan oleh faktor bayi besar. (1)

Page 2: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

2

Ruptur perineum merupakan robekan yang terjadi sewaktu persalinan yang

disebabkan oleh beberapa faktor antara lain posisi persalinan, cara meneran,

pimpinan persalinan, dan berat badan bayi baru lahir. Ruptur perineum umumnya

terjadi di garis tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu

cepat.Dan adanya robekan perineum ini dibagi menjadi: robekan perineum derajat

I, robekan perineum derajat II, robekan perineum derajat III, dan robekan

perineum derajat IV.(2)

Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Ardiani dengan

judul “Hubungan Teknik Meneran dengan Kejadian Ruptur Perineum di BPM. N

Padang Panjang Pada Tahun 2015”, dengan total sampel sebanyak 32 responden.

Hasil uji statistik chi-square menunjukkan bahwa dalam penelitian iniada

hubungan teknik meneran dengan kejadian ruptur perineum. Dalam hal ini

kesalahan dalam teknik mengedan disebabkan oleh cara seseorang dalam

mengatur nafas saat mengedan, cara melakukan dorongan saat meneran, dan

mengangkat bokong saat mengedan. Teknik mengedan yang benar yaitu dengan

mengedan sesuai dorongan alamiah sesuai kontraksi.(3)

Dari hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Rusmiyati yang

berjudul “Pengaruh Teknik Meneran Terhadap Laserasi Jalan Lahir Pada Ibu

Inpartu Primigravida di Rumah Bersalin di Semarang Pada Tahun 2014”, dengan

total sampel sebanyak 34 responden. Hasil uji statistik chi-square menunjukkan

bahwa dalam penelitian ini ada hubungan teknik meneran terhadap laserasi jalan

lahir pada ibu inpartu primigravida. Dalam hal ini penyebab yang paling sering

terjadi pada ruptur perineum dikarenakan pimpinan persalinan yang salah seperti

Page 3: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

3

pembukaan belum lengkap sudah dilakukan pimpinan persalinan dan tindakan

mendorong kuat pada fundus uteri. Pada saat pembukaan sudah lengkap dan

adanya kontraksi ibu harus didukung untuk mengedan dengan benar.(4)

Dampak dari terjadinya ruptur perineum antara lain nyeri yang bertahan

selama beberapa minggu setelah melahirkan, dan infeksi pada luka perineum jika

tidak melakukan perawatan dengan baik, yang dapat merambat pada saluran

kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat sehingga dapat

menimbulkan komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi pada jalan lahir.

Selain itu juga dapat terjadi perdarahan karena terbukanya pembuluh darah yang

tidak menutup sempurna sehingga perdarahan terjadi terus menerus. Penanganan

komplikasi yang lambat dapat menyebabkan tejadinya kematian pada ibu

postpartum mengingat kondisi fisik ibu postpartum masih lemah.(2)

Dari hasil survei pendahuluan yang saya lakukan di Klinik Bidan Elparida

Ambarita Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan pada

tanggal 4 Juli 2018 jumlah ibu yang pernah bersalin normal pada bulan Juni

tahun 2018 terdapat 30 orang. Disamping itu juga peneliti melakukan wawancara

terhadap 10 orang Ibu yang pernah bersalin normal pada bulan Juni di klinik

tersebut terdapat 7 orang ibu yang mengalami ruptur perineum derajat dua dan 3

diantaranya mengalami ruptur perineum derajat satu. Mereka mengatakan

terjadinya ruptur perineum disebabkan karena teknik mengedan yang salah.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk melakukan

penelitian dengan judul “Hubungan Teknik Mengedan dengan Kejadian Ruptur

Page 4: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

4

Perineum di Klinik Bidan Elparida Ambarita Kecamatan Doloksanggul

Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2018”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan hasil survei yang telah dilakukan diatas,

maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada

Hubungan Teknik Mengedan dengan Kejadian Ruptur Perineum di Klinik Bidan

Elparida Ambarita Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan

tahun 2018”.

1.3. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Teknik Mengedan dengan

Kejadian Ruptur Perineum di Klinik Bidan Elparida Ambarita

Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun

2018.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi Ruptur Perineum di Klinik

Bidan Elparida Ambarita Kecamatan Doloksanggul Kabupaten

Humbang Hasundutan Tahun 2018.

3. Untuk mengetahui Hubungan Teknik Mengedan dengan Kejadian

Ruptur Perineum di Klinik Bidan Elparida Ambarita Kecamatan

Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2018.

Page 5: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

5

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Hasil penelilitian ini dapat menambah sumber perpustakaan di Institut

Kesehatan Helvetia mengenai hubungan teknik mengedan dengan kejadian

Ruptur Perineum yang dapat digunkan bagi penelitian selanjutnya dan dijadikan

bahan masukan untuk proses penerapan berpikir alamiah dan memahami dan

menganalisis suatu masalah yang terjadi dilapangan serta untuk meningkatkan

mutu pendidikan dan referensi perpustakaan.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi Responden

Sebagai bahan masukan bagi ibu agar lebih meningkatkan

kesadaran terhadap perlunya teknik mengedan yang benar dan waktu yang

tepat untuk mengedan pada saat persalinan. Dengan demikian diharapkan

kasus-kasus Obstetri seperti Perdarahan, Robekan Jalan Lahir, Odema

pada Vagina dan kehabisan tenaga sebelum waktunya tidak terjadi lagi.

2. Bagi Bidan

Sebagai bahan masukan bagi bidan yang berada di Doloksanggul

untuk melakukan tindakan promotif seperti penyuluhan, pelatihan-

pelatihan yang bermuatanilmu kesehatanpendidikan kesehatan atau

Komunikasi Informasi Edukasi (KIE) kepada ibu-ibu hamil agar lebih

meningkatkan ilmu pengetahuannya. Dengan demikian, diharapkan dapat

Page 6: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

6

mempermudah pendeteksian kasus Obstetri secara benar dan persalinan

dapat berjalan dengan lancar.

3. Bagi Penulis

Sebagai salah satu tugas dan syarat untuk menyelesaikan

Pendidikan D4 Kebidanan. Sebagai bahan kajian karya ilmiah tentang

hubungan tehnik mengedan ibu yang pernah bersalin

normaldengankejadian ruptur perineum, sehingga dengan penelitian ini

menambah pengetahuan dan wawasan bagi peneliti dalam melakukan

penelitian.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Dengan penelitian ini diharapkan dapat menjadikan sumber ilmu

pengetahuan khususnya untuk pengembangan ilmu tentang hubungan

tentang teknik mengedan ibu yang pernah bersalin normal terhadap

pencegahan laserasi jalan lahir, sehingga dapat dipakai oleh pengguna

sebagai tambahan sumber informasi dan referensi untuk memperkaya ilmu

di institusi pendidikan terutama dalam bidang perpustakaan.

Page 7: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Peneliti Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Ardiani dengan

judul penelitian “Hubungan Teknik Meneran dengan Kejadian Ruptur Perineum

di BPM. N Padang Panjang Pada Tahun 2015” menyatakan bahwa mayoritas ibu

bersalin melakukan teknik meneran yang salah yang berpotensi terjadinya ruptur

perineum antara lain seperti mengangkat bokong dan mengedan sebelum

pembukaan lengkap. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode

penelitian survey analitik yaitu penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan

mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Dimana dari penelitian tersebut dapat

diketahui bahwa dari 32 responden terdapat 9 responden yang meneran dengan

benar didapatkan 21,9% yang tidak mengalami ruptur perineum sedangkan 23

responden yang meneran tidak benar didapatkan 71,9% yang mengalami kejadian

ruptur perineum. Hasil uji statistic chi-square dengan diperoleh nilai p=

0,000(p<0,005). Dari nilai p tersebut dapat dijelaskan bahwa Ho ditolak artinya

ada hubungan yang signifikan antara teknik meneran dengan kejadian rupture

perineum di BPM. N Padang Panjang Pada Tahun 2015.(3)

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Rusmiyati yang

berjudul “Pengaruh Teknik Meneran Terhadap Laserasi Jalan Lahir Pada Ibu

Inpartu Primigravida di Rumah Bersalin di Semarang Pada Tahun 2014”. Dalam

penelitian ini metode yang digunakan adalah metode penelitian Eksperimen,

Page 8: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

8

jumlah sampel yang digunakan adalah sebanyak 34 responden dengan teknik yang

digunakan adalah total sampling. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukkan

bahwa hasil penelitian ini menunjukkan terdapat hubungan, berdasarkan uji

statistik Chi-Square diketahui p value 0,005 < α (0,05), dapat disimpulkan bahwa

Ha diterima dan Ho ditolak, berarti ada hubungan teknik meneran terhadap

laserasi jalan lahir pada ibu inpartu primigravida. Diketahui bahwa dari 34

responden, 17 (50%) mengalami laserasi perineum derajat I dan 17 (50%)

mengalami laserasi perineum derajat II. Berdasarkan responden yang melakukan

teknik meneran adalah sebagian besar teknik meneran salah sebesar 21 (61,8 %),

dan sisanya teknik meneran benar sebesar 13 (38,2 %).(4)

2.2. Telaah Teoritis

2.2.1. Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang

telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau

melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri). Proses

ini dimulai dengan adanya kontraksi persalinan sejati, yang ditandai dengan

perubahan serviks secara progresif dan diakhiri dengan kelahiran plasenta. (5)

Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi yang

dapat hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia luar. Proses tersebut dapat

dikatakan normal atau spontan jika bayi dilahirkan berada pada posisi letak

belakang kepala dan berlangsung tanpa batuan alat-alat atau pertolongan, serta

Page 9: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

9

tidak melukai ibu dan bayi. Pada umumnya proses ini berlangsung dalam waktu

kurang dari 24 jam.(6)

Persalinan adalah dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari

uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan

cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. (7)

2.2.2 Tahapan Persalinan

Tahapan dalam persalinan terdiri atas kala I (kala pembukaan), kala II (kala

pengeluaran janin), kala III (pengeluaran plasenta), dan kala IV (kala

pengawasan/observasi/penyuluhan).

1) Kala I (Kala Pembukaan)

Kala I dimulai dari saat persalinan dimulai (pembukaan nol) sampai

pembukaan lengkap (10 cm). proses ini terbagi dalam 2 fase, yaitu :

Fase laten : berlangsung selama 8 jam, serviks membuka sampai 3 cm.

Fase aktif : berlangsung selam 7 jam, serviks membuka sampai 4 cm

sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering, dibagi dalam 3 fase :

(1) Fase akselerasi : dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm

(2) Fase dilatasi maksimal : dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung

sangat cepat dari 4 cm menjadi 9 cm

(3) Fase deselerasi : pembukaan menjadi lambat sekali, dalam waktu 2 jam

pembukaan 9 cm menjadi lengkap.

Proses di atas terjadi pada primigravida ataupun multigravida, tetapi pada

multigravida memiliki jangka waktu yang lebih pendek. Pada primigravida, kala I

berlangsung ±12 jam, sedangkan pada multigravida ±8 jam.

Page 10: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

10

1) Kala II( Kala Pengeluaran Janin)

Gejala utama Kala II adalah sebagai berikut :

(1) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit, dengan durasi 50

sampai 100 detik

(2) Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai dengan

pengeluaran cairan secara mendadak.

(3) Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan

mengedan akibat tertekannya pleksus Frankenhauser.

(4) Kedua kekuatan his dan mengedan lebih mendorong kepala bayi

sehingga terjadi kepala membuka pintu dan Subocciput bertindak

sebagai hipomoglion, kemudian secara berturut-turut lahirlah ubun-

ubun besar, dahi hidung, muka serta seluruk kepala.

(5) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar, yaitu

penyesuaian kepala pada punggung.

(6) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong

dengan cara : kepala dipegang pada os occiput dan dibagian dagu,

kemudian ditarik dengan menggunakan cunam ke bawah untuk

melakirkan bahu depan dan ke atas untuk melahirkan bahu belakang,

setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan sisa badan

bayi, kemudian bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban,

(7) Lamanya kala II untuk primigravida 1,5-2 jam dan multigravida 1,5-1

jam.

2) Kala III (Kala Pelepasan Plasenta)

Page 11: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

11

Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta,

yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Proses pelepasan plasenta dapat

diperkirakan dengan mempertahankan tanda-tanda seperti : uterus menjadi

globular, tali pusat bertambah panjang, terjadi semburan darah tiba-tiba.

3) Kala IV (Kala Pengawasan/Observasi/Pemulihan)

Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam

postpartum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan observasi karena

perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Darah yang

keluar selama persalinan harus ditakar sebaik baiknya. Kehilangan darah

selama persalinan biasanya disebabkan oleh luka pada saat pelepasan

plasenta dan robekan pada serviks dan perineum. Rata-rata jumlah

perdarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc, biasanya 100-300cc. jika

perdarahan lebih dari 500 cc, maka sudah dianggap abnormal, dengan

demikian harus dicari penyebabnya. (7)

Observasi yang dilakukan 2 jam pertama adalah : tingkat kesadaran

pasien, pemeriksaan tanda-tanda vital, kontraksi uterus, jumlah perdarahan.

2.2.3 Mengedan

2.2.3.1 Pengertian Mengedan

Mengedan adalah tahapan saat pembukaan atau dilatasi mulut rahim yang

mencapai puncaknya yaitu 10 cm pada saat itu kontraksi terasa semakin kuat dan

akan dirasakan dorongan yang semakin kuat untuk mengedan yang mendorong

Page 12: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

12

bayi keluar, sehingga dengan tehnik mengedan yang benar bayi bisa didorong

keluar tanpa menguras tenaga.

Power merupakan tenaga yang dikeluarkan untuk melahirkan janin, yaitu

kontraksi uterus atau his dari tenaga ibu. Untuk menghasilkan suatu persalinan

normal, maka tenaga yang dikeluarkan ibu juga harus normal. Sementara itu,

definisi dari his adalah kontraksi otot-otot rahim pada persalinan. Jadi, ketika his

normal, maka tenaga ibu juga harus normal. Hal ini berarti ibu dapat mengedan

dengan kuat dan baik sehingga tenaga betul-betul dapat dimanfaatkan. Tenaga

yang dimiliki ibu tidak untuk berteriak karena kesakitan saat mengedan atau tidak

digunakan karena merasa takut untuk mengedan.

Tenaga mengedan adalah tenaga yang terjadi dalam proses persalinan

setelah pembukaan lengkap dan setelah ketuban pecah. Tenaga yang menolong

janin keluar selain dari his, terutama adalah kontraksi otot-otot dinding perut yang

mengakibatkan peningkatan tekanan intra abdominal. Tenaga ini serupa dengan

tenaga mengedan saat buang air besar, tetapi jauh lebih kuat lagi. Ketika kepala

sampai dasar panggul, timbul suatu refleks yang mengakibatkan pasien menutup

glotisnya, mengontraksikan otot-otot perutnya, dan menekan diafragma ke bawah.

Tenaga mengedan ini dapat jika pembukaan sudah lengkap dan efektif ketika

rahim berkontraksi. Tanpa menggunakan tenaga mengedan, bayi tidak akan lahir,

misalnya pada penerita yang otot-otot perutnya mengalami kelumpuhan sehingga

persalinan harus dibantu dengan forcep. Selain itu, tenaga mengedan juga

melahirkan plasenta setelah lepas dari dinding rahim.

Page 13: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

13

Mengedan dengan tenaga yang terlalu kuat merupakan cara mengedan

yang salah. Untuk mengurangi daya mengedan, pemimpin persalinan harus

memberikan instruksi agar ibu menarik nafas panjang. Dengan usaha tersebut,

otomatis ibu tidak dapat mengedan terlalu kuat. Cara mengedan dengan tehnik

yang salah dapat menyebabkan proses pengeluaran bayi tidak lancar dan dapat

mengakibatkan luka pada jalan lahir, misalnya robekan pada perineum.(1)

2.2.3.2. Pengaruh Tenaga Mengedan Terhadap Proses Persalinan

Mengedan/meneran memberikan pengaruh yang kuat dalam proses

kelahiran. Waktu yang tepat bagi ibu untuk mengedan adalah sampai perineum

teregang oleh kepala anak dan ibu merasakan adanya keinginan kuat untuk

mengedan. Kepala janin dikatakan sudah engage (masuk panggul) bila pada

perabaan perlimaan menunjukkan angak 1/5. Tarik nafas dalam beberapa kali,

sementara kontraksi terjadi; tarik nafas sekali lagi dan tahan, saat kontraksi

mencapai puncaknya (terasa nyeri hebat dan ada refleks untuk mengedan),

mengedanlah sekuat mungkin. Saat mengedan, lemaskan seluruh tubuh karena

ketegangan akan melawan usaha mengedan.

Beberapa pengaruh dari tenaga mengedan terhadap proses persalinan

adalah sebagai berikut:

1) Refleks mengedan dapat mempercepat proses persalinan karena adanya

pengeluaran oksitosin yang terjadi secara pulsatif. Oksitosin yang

dikeluarkan memiliki konsentrasi yang lebih tinggi dan frekuensi lebih

sering sehingga kala II persalinan dapat berlangsung lebih cepat.

Page 14: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

14

2) Tanpa tenaga ini, bayi tidak bisa lahir, misalnya pada penderita yang otot-

otot perutnya lumpuh, persalinan harus dibantu dengan forcep. Tenaga ini

juga membantu untuk melahirkan plasenta setelah lepas dari dinding

rahim.

3) Ketika memasuki kala II (kelahiran), ibu akan mulai mengedan. Dengan

demikian, ibu menambah kekuatan uterus yang sudah optimum tersebut

dengan melakukan kontraksi diafragma dan otot-otot dinding abdomen.

Kekuatan-kekuatan yang dihasilkan oleh ibu akan lebih efisien jika badan

ibu dalam keadaan fleksi. Dagu ibu berada di dadanya, badan dalam

keadaan fleksi dan kedua tangannya menarik pahanya dekat pada lutut.

Dengan demikian, kepala janin didorong membukan diafragma pelvis dan

vulva, dan lahir dalam presentasi belakang kepala. Selain his, tenaga

mengedan ini tetap ada untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.

4) Tekanan ini merupakan bantuan yang penting untuk kontraksi uterus

dalam kala II persalinan, tetapi pada kala I hanya memberikan manfaat

yang sedikit kecuali untuk ibu yang lelah. Tekanan intra abdomen juga

mungkin penting pada kala III persalinan, khususnya jika ibu yang sedang

melahirkan tidak dibimbing. Setelah plasenta terlepas, ekspulsi spontan

dibantu dengan usaha ibu, yaitu dengan meningkatkan tekanan intra

abdomen.

Bila tanda pasti kala II telah diperoleh, tunggu sampai ibu merasakan

adanya dorongan spontan untuk meneran. Ada beberapa cara tehnik mengedan

pada saat persalinan yaitu:

Page 15: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

15

(1) Anjurkan ibu untuk meneran mengikuti dorongan alamiahnya selama

kontraksi.

(2) Beritahukan ibu untuk tidak menahan nafas saat meneran.

(3) Minta untuk berhenti meneran dan istirahat diantara kontraksi.

(4) Jika ibu berbaring miring atau setengah duduk, ibu mungkin merasa lebih

mudah untuk meneran jika ibu menarik lutut kearah dada dan menempel

dagu ke dada.

(5) Tidak menutup mata dan berteriak pada saat meneran

(6) Anjurkan ibu untuk tidak mengangkat bokong saat mengedan

(7) Tidak diperbolehkan untuk mendorong fundus untuk membantu kelahiran

bayi. Dorongan pada fundus meningkatkan resiko distosia bahu dan ruptur

uteri. Peringatkan anggota keluarga ibu untuk tidak mendorong fundus bila

mereka mencoba melakukan itu.(8)

Pada saat ingin mengedan ada juga beberapa hal yang harus diperhatikan ibu

saat yaitu:

1) Mengedan hanya diperbolehkan sewaktu ada his dan pembukaan sudah

lengkap.

2) Ibu tidur terlentang, kedua kaki difleksikan, kedua tangan memegang kaki

atau tepi tempat tidur sebelah atas, bila kondisi janin kurang baik, ibu

mengedan dalam posisi miring.

3) Pada permulaan his, ibu disuruh menarik nafas dalam, tutup mulut,

mengedan sekuat-kuatnya dan selama mungkin, bila his masih kuat,

menarik nafas dapat diulangi kembali. Bila his tidak ada ibu segera

Page 16: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

16

istirahat, menunggu datangnya his kembali, kaki ibu dilemaskan dan tidak

tegang. (9)

2.2.3.3. Posisi Mengedan

Pada proses persalinan, terdapat beberapa posisi mengedan yang dapat

dianjurkan dan lazim untuk digunakan. Selain dapat membantu ibu dalam

mengedan, dukungan dari keluarga khususnya suami juga akan menambah

semangat ibu untuk melahirkan bayinya. Dalam prosesnya juga memberikan ibu

waktu yang cukup untuk beristirahat sehingga dapat menyimpan tenaga untuk

mengedan.

1. Posisi duduk atau setengah duduk

Membantu penurunan janin dengan bantuan gravitasi bumi ke dalam

panggul dan terus turun ke dasar panggul.

2. Posisi jongkok atau posisi berdiri

Posisi jongkok akan memaksimalkan sudut dalam lengkungan Carrus,

yang akan memungkinkan bahu besar dapat turun ke rongga panggul dan

tidak terhalang di atas simpisis pubis.

1) Posisi jongkok atau berdiri memudahkan ibu mengosongkan

kandung kemihnya. Hal ini diperlukan karena kandung kemih yang

penuh akan dapat memperlambat penurunan bagian bawah janin.

2) Memudahkan penurunan kepala janin

3) Memperluas panggul sebesar 28% lebih besar pada pintu bawah

panggul.

4) Dapat memperkuat dorongan mengedan

Page 17: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

17

5) Beresiko terjadinya laserasi

3. Posisi berbaring miring ke kiri

1) Dapat mengurangi penekanan pada vena cava inferior sehingga

dapat mengurangi kemungkinan terjadinya hipoksia karena suplai

oksigentidak terganggu.

2) Dapat memberikan suasana lebih rileks bagi ibu yang

mengalami kelelahan

3) Dapat mencegah terjadinya laserasi jalan lahir

4. Posisi merangkak

1) Meningkatkan oksigenisasi bagi bayi

2) Dapat mengurangi rasa sakit punggung pada ibu

3) Sangat cocok untuk persalinan dengan rasa sakit punggung

4) Mempermudah janin dalam melakukan rotasi, serta peregangan

pada perineum berkurang

5) Dapat membantu penurunan kepala janin lebih dalam ke

panggul.(7)

2.2.4. Laserasi Jalan Lahir

2.2.4.1. Pengertian Laserasi Jalan Lahir

Laserasi jalan lahir bersumber dari berbagai organ diantaranya vagina,

perineum, porsio, serviks dan uterus. Ciri khas dari robekan jalan lahir yaitu

kontraksi uterus kuat, keras dan mengecil, perdarahan terjadi langsung setelah

anak lahir. Perdarahan ini terus menerus setelah dilakukan masase atau pemberian

Page 18: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

18

uterotonika langsung mengeras tapi perdarahan tidak berkurang. Dalam keadaan

apapun, robekan jalan lahir harus dapat di minimalakan karena tak jarang

perdarahan terjadi karena robekan dan ini menimbulkan akibat yang fatal seperti

terjadinya syok. (10)

Robekan jalan lahir adalah trauma yang diakibatkan oleh kelahiran bayi

yang terjadi pada serviks, vagina, atau perineum. Robekan yang terjadi bisa ringan

(lecet, laserasi) luka episiotomi, robekan perineum spontan dari derajat ringan

sampai ruptur, robekan pada dinding vagina, forniks uteri serviks, daerah sekitar

klitoris dan uretra bahkan yang terberat seperti ruptur uteri.(11)

2.2.4.2 Pembagian Laserasi Jalan Lahir

1. Ruptur Perineum

Robekan perineum atau ruptur perineum terjadi pada hampir semua

persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Namun

hal ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan jalan menjaga jangan sampai

dasar panggul dilalui oleh kepala janin dengan cepat. Pada persalinan spontan

sering terjadi robekan perineum yang merupakan luka denggan pinggir yang

tidak teratur.

Bentuk ruptur perineum biasanya tidak teratur sehingga jaringan yang

robek susah untuk dilakukan penjahitan ruptur perineum terjadi akibat

dilaluinya jalan lahir yang terlalu cepat, untuk menghindari terjadinya ruptur

perineum ketika kepala janin sudah keluar minta ibu supaya jangan mengedan

terlalu kuat dengan irama yang pendek. Perineum merupakan kumpulan

berbagai jaringan yang membentuk perineum yang terletak antar vulva dan

Page 19: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

19

anus, jaringan yang terutama menopang perineum adalah diafragma pelvis dan

urogenital, dan perineum berbentuk jajaran genjang yang terletak dibawah

dasar panggul.

Dan adanya robekan perineum ini dibagi menjadi: robekan perineum

derajat I, robekan perineum derajat II, robekan perineum derajat III, dan

robekan perineum derajat IV.

1) Derajat I : mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum;

2) Derajat II : mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot

perineum;

3) Derajat III : mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot

perineum, otot spingter anieksterna;

4) Derajat IV : mukosa vagina, komisura posterior, kulit perineum, otot

perineum, otot spingter anieksterna dan dinding rectum anterior.

2. Robekan vagina

Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan luka perineum tidak

seberapa penting terdapat. Mungkin ditemuka sesudah persalinan biasa, tetapi

lebih sering sebagai akibat ekstraksi dengan cunam, lebih lebih kalau kepala

bayi harus diputar. Perlukaan vagina terdiri dari: kolpaporeksis dan fistula.

3. Robekan Serviks

Persalianan selalu mengakibatkan robekan serviks, sehingga serviks

seorang multipara berbeda dengan yang belum pernah melahirkan pervaginam.

Robekan serviks yang luas menimbulkan perdarahan dan dapat menjalar ke

segmen bawah uterus. Apabila ada robekan serviks perlu ditarik keluar dengan

Page 20: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

20

beberapa cunam ovum, supaya batas antara robekan dapat dilihat dengan

baik.(2)

2.2.4.3 Faktor-Faktor Terjadinya Ruptur Perineum

Faktor terjadinya ruptur perineum disebabkan oleh faktor ibu, faktor

janin dan faktor penolong persalinan diantaranya:

1. Faktor Ibu

1) Paritas

Paritas adalah jumlah kehamilan yang mampu menghasilkan janin

hidu diluar rahim (lebih dari 28 minggu). Paritas menunjukkan jumlah

kehamilan terdahulu yang telah mencapai batas viabilitas dan telah

dilahirkan, tanpa mengingat jumlah anaknya . Pada primipara atau

orang yang barupertama kali melahirkan biasanya perineum tidak

dapat menahan tegangan yang kuat sehingga robek pada pinggir

depannya. Luka-luka biasanya ringan tetapi kadang-kadang terjadi

juga luka yang luas dan berbahaya. Sebagai akibat persalinan terutama

pada seorang primipara, biasa timbul luka pada vulva disekitar

introitus vagina yang biasanya tidak dalam akan tetapi kadang-kadang

bisa timbul perdarahan banyak.

2) Meneran

Secara fisiologis ibu merasakan dorongan untuk meneran bila

pembukaan sudah lengkap dan reflek ferguson telah terjadi. Ibu harus

didukung untuk meneran dengan benar pada saat ia merasakan

dorongan dan memang ingin mengedan. Ibu mungkin merasa dapat

Page 21: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

21

meneran secara lebih aktif pada posisi tertentu. Beberapa cara yang

dapat dilakukan dalam memimpin ibu bersalin untuk mengedan

supaya mencegah ruptur perineum, diantaranya: Menganjurkan ibu

untuk mengedan sesuai dengan dorongan alamiahnya selama

kontraksi, tidak menganjurkan ibu untuk menahan nafas pada saat

meneran, mungkin ibu akan merasa lebih mudah untuk meneran jika

ibu berbaring miring atau setengah duduk, menarik lutut kearah ibu,

dan menempelkan dagu ke dada, menganjurkan ibu untuk tidak

mengangkat bokong saat mengedan, tidak melakukan dorongan pada

fundus untuk membantu kelahiran bayi. Dorongan ini dapat

meningkatkan resiko distosia bahu dan ruptur uteri, pencegahan

ruptur perineum dapat dilakukan saat bayi dilahirkan terutama saat

kelahiran kepala dan bahu.(12)

2. Faktor Janin

1) Berat Badan Janin

Makrosomnia adalah berat janin pada waktu lahir lebih dari 4000

gram. Makrosomnia disertai dengan meningkatnya resiko trauma

persalinan melalui vagina seperti distosia bahu, kerusakan klavikula,

dan kerusakan jaringan lunak pada ibu seperti laserasi jalan lahir dan

robekan pada perineum.

2) Presentasi

Menurut Kamus Kedokteran, presentasi adalah letak hubungan subu

memanjang panggul ibu. Presentasi digunakan untuk menentukan

Page 22: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

22

bagian yang ada dibagian bawah rahim yang dijumpai pada palpasi

atau pada pemeriksaan dalam.

3. Faktor Penolong Persalinan

Penolong persalinan adalah seseorang yang mampu berwenang

dalam memberikan asuhan persalinan. Pimpinan persalinan yang salah

merupakan salah satu penyebab terjadinya ruptur perineum, sehingga

sangat diperlukan kerja sama dengan ibu dan penggunaan prasat manual

yang tepat dapat mengatur ekspulsi kepala, bahu dan seluruh tubuh bayi

untuk mencegah laserasi.

Kemampuan penolong juga sangat berpengaruh terhadap kejadian

ruptur perineum, walaupun dalam kriteria inklusi sudah disebutkan

bahwa penolong harus menggunakan teknik standar APN (Asuhan

Pesalinan Normal), namun bila posisi persalinan pasien seperti

disebutkan diatas maka kemungkinan besar akan terjadi robekan pada

perineum.(10)

2.2.4.4 Pencegahan Ruptur Perineum

Laserasi spontan pada prineum dapat terjadi saat bayi dilahirkan, terutama

saat kelahiran kepala dan bahu. Laserasi akan sangat meningkat jika bayi

dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali. Jalin kerjasama dengan ibu selama

persalinan dan gunkan manufer tangan untuk mengendalikan kelahira bayi serta

membantu mencegah terjadinya laserasi.

Kerja sama ini dibutuhkan terutama saat kepala bayi telah membuka vulva.

Kelahiran kepala yang terkendali dan perlahan memberikan waktu pada jaringan

Page 23: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

23

vagina dan perineum untuk melakukan penyesuaian dan akan mengurangi

kemungkinan terjadinya robekan. Saat kepala bayi mendorong vulva dengan

diameter 5-6 cm bimbing ibu untuk meneran dan berhenti untuk beristirahat atau

bernafas dengan cepat. Kerja sama ini dibutuhkan terutama saat kepala bayi telah

membuka vulva. Kelahiran kepala yang terkendali dan perlahan memberikan

waktu pada jaringan vagina dan perineum untuk melakukan penyesuaian dan akan

mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Saat kepala bayi mendorong vulva

dengan diameter 5-6 cm bimbing ibu untuk meneran dan berhenti untuk

beristirahat atau bernafas dengan cepat.(13)

2.2.4.5 Penanganan Ruptur Perineum

Pada umumnya ruptur perineum pada tingkat satu dapat sembuh sendiri

tidak perlu dijahit. Ruptur perineum yang melebihi derajat I harus dijahit. Hal ini

dapat dilakukan sebelum plasenta lahir tetapi apabila ada kemungkinan plasenta

harus dikeluarkan secara manual, lebih baik tindakan itu ditunda sampai

menunggu plasenta lahir. Dengan posisi berbaring secara litotomi dilakukan

pembersihan luka dengan cairan antiseptik dan luas robekan ditentukan dengan

seksama.

Pada ruptur perineum derajat II setelah diberi anastesi lokal otot-otot

diafragma urogenitalis dihubungkan digaris tengah dengan jahitan dan kemudian

luka pada vagina dan kulit perineum ditutup dengan mengikutsertakan jaringan-

jaringan bawahnya.

Ruptur perineum derajat III dapat mempunyai akibat yang lebih serius dan

dimanapun bila memungkinkan harus dijahit oleh obstetri dirumah sakit dengan

Page 24: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

24

peralatan yang lengkap dengan tujuan mencegah inkontinensia vekal dan atau

fistula fekal.

Ruptur perineum derajat IV harus dilakukan dengan teliti. Mula-mula

dinding depan rektum yang robek dijahit, kemudian fasia parektal ditutup, dan

muskulus sfingter ani aksternus yang robek dijahit. Selanjutnya dilakukan

penutupan robekan seperti pada ruptur perineum derajat II.(8)

2.2.4.6 Perawatan Luka Perineum

Perawatan adalah proses pemenuhan kebutuhan dasar manusia (biologis,

psikologis, sosial dan spritual) dalam rentang sakit sampai dengan sehat.

Perawatan perineum adalah pemenuhan kebutuhan untuk menyehatkan daerah

antara paha yang dibatasi vulva dan anus pada ibu yang dalam masa antar

kelahiran plasenta sampai dengan kembalinya organ genetik seperti ada waktu

sebelum hamil. Tujuan perawatan perineum adalah mencegah terjadinya infeksi

sehubungan dengan penyembuhan jaringan.

2.2.4.7 Waktu Perawatan Perineum

1.Saat Mandi

Pada saat mandi, ibu post partum melepas pembalit, setelah terbuka

kemungkinan terjadi kontaminasi bakteri pada cairan yang tertampung

pada pembalut , untuk itu maka perlu dilakukan penggantian pembalut,

demikian pula pada perineum ibu, untuk itu diperlukan pembersih

perineum.

Page 25: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

25

2. Setelah Buang Air Kecil

Pada saat buang air kecil, kemungkinan besar terjadi, kontaminasi air

seni pada rektum akibatnya dapat memicu pertumbuhan bakteri pada

perineum untuk itu diperlukan pembersih perineum.

3. Setelah Buang Air Besar

Pada saat buang air besar diperlukan pembersihan sisa-sisa kotoran

sekitar anus, untuk mencegah terjadinya kontaminasi bakteri dari anus

keperineum yang letaknya bersebelahan maka diperlukan proses

pembersihan anus dan perineum secara keseluruhan.(5)

2.2.4.8 Faktor yang Mempengaruhi Perawatan Perineum

1. Gizi

Faktor gizi terutama protein akan sangat mempengaruhi terhadap

proses penyembuhan luka pada perineum karena penggantian jaringan

sangat membutuhkan protein.

2. Obat-obatan

1) Steroid : dapat menyamarkan adanya infeksi dengan mengganggu

respon inflamasi normal

2) Antikoagulan : dapat menyebabkan hemoragi

3) Antibiotik spektrum luas/spesifik : efektif bila diberikan segera

sebelum pembedahan untuk patologi spesifik atau kontaminasi

bakteri. Jika diberikan setelah luka ditutup, tidak efektif karena

koagulasi intravaskular.(14)

Page 26: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

26

3. Keturunan

Sifat genetik seseorang akan mempengaruhi kemampuan dirinya dalam

penyembuhan luka. Salah satu sifat genetik yang mempengaruhi adalah

kemampuan dalam sekresi insulin dapat dihambat sehingga

menyebabkan glukosa darah meningkat dan dapat terjadi penipisan

protein dan kalori.

4. Sarana Prasarana

Kemampuan ibu dalam menyediakan sarana dan prasarana dalam

perawatan perineum akan sangat mempengaruhi penyembuhan

perineum, misalnya kemampuan ibu dalam menyediakan antiseptik.

5. Budaya dan Keyakinan

Budaya dan keyakinan akan mempengaruhi penyembuhan perineum,

misalnya kebiasaan tarak telur, ikan dan daging ayam, akan

mempengaruhi asupan gizi ibu yang akan sangat mempengaruhi

penyembuhan luka. (15)

2.2.4.9 Dampak Dari Perawatan Luka Perineum yang Tidak Benar

Perawatan perineum yang dilakukan dengan baik dapat menghindarkan

hal-hal berikut ini:

1. Infeksi

Kondisi perineum yang terkena lochea dan lembab akan sangat

menunjang perkembangbiakan bakteri yang dapat menyebabkan

timbulnya infeksi pada perineum.

Page 27: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

27

2. Komplikasi

Munculnya infeksi pada perineum dapat merambat pada saluran

kandung kemih ataupun pada jalan lahir yang dapat berakibat pada

munculnya komplikasi infeksi kandung kemih maupun infeksi jalan

lahir.

3. Kematian Ibu Post Partum

Penanganan komplikasi yang lambat dapat menyebabkan terjadinya

kematian pada ibu post partum mengingat kondisi fisik ibu pospartum

masih lemah.(16)

2.3. Hipotesis

Adapun hipotesis dari penelitian ini adalah:

Ada hubungan teknik mengedan dengan kejadian ruptur perineum di

Klinik Bidan Elparida Ambarita Kecamatan Doloksanggul Kabupaten

Humbang Hasundutan Tahun 2018.

Page 28: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

28

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalalah survey

analitik dengan menggunakan desain penelitian case control (kasus-kontrol)

yang bertujuan untuk meneliti Hubungan Teknik Mengedan dengan Kejadian

Ruptur Perineum di Klinik Bidan Elparida Ambarita Kecamatan Doloksanggul

Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2018.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di klinik bidan Elparida Ambarita Kecamatan

Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan karena adanya masalah yaitu

sering ditemukan adanya ruptur perineum pada ibu yang pernah bersalin normal

di klinik bidan Elparida Ambarita Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang

Hasundutan.

3.2.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Klinik Bidan Elparida Ambarita Kecamatan

Doloksanaggul Kabupaten Humbang Hasundutan. Waktu penelitian akan

dilaksanakan pada bulan Juni - September 2018.

Page 29: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

29

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang akan diteliti.

Populasi diartikan sebagai wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek atau

subyek yang mempunyai kualitas dan karateristik tertentu yang ditetapkan oleh

peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (17)

Pada penelitian ini yang menjadi populasi adalah semua ibu bersalin yang

akan mengalami proses persalinan normal (fisiologis) di Klinik Bidan Elparida

Ambarita yang berada di Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang

Hasundutan.

3.3.2. Sampel

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.(18) Sampel dalam

penelitian ini adalah ibu bersalin pada akhir bulan Agustus – September di Klinik

Bidan Elparida Ambarita dijadikan sampel dengan menggunakan Accidental

Sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan kebetulan bertemu

dengan peneliti dan dapat digunakan sebagai sampel yang berjumlah 20 orang ibu

bersalin yang terdiri atas 10 case dan 10 control.

3.4. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel-

variabel yang mempengaruhi dan dipengaruhi atau dengan kata lain dalam

kerangka konsep akan terlihat faktor-faktor yang terdapat dalam variable

penelitian. (19)

Page 30: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

30

Kerangka konsep penelitian.

Adapun kerangka konsep dalam penelitian ini tentang hubungan teknik

mengedan dengan kejadian ruptur perineum di Klinik Bidan Elparida Ambarita

Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2018.

Variabel Independent Variabel Dependent

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.5.Defenisi Operasional dan Aspek Pengukuran

3.5.1. Defenisi Operasional

Definisi operasional adalah batasan yang digunakan untuk mendefinisikan

variabel-variabel atau faktor-faktor yang diteliti. Defenisi operasional adalah

uraian-uraian tentang batasan yang digunakan untuk mendefenisikan variable-

variabel atau faktor-faktor yang mempengaruhi variabel tersebut. Aspek

pengukuran adalah aturan-aturan yang meliputi cara dan alat ukur (instrument),

hasil pengukuran, kategori dan skala ukur yang digunakan untuk menilai suatu

variable. (19)

Teknik Mengedan Ruptur Perineum

Page 31: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

31

Adapun defenisi operasional dalam penelitian ini, adalah sebagai berikut:

1. Teknik Mengedan

Dalam hal ini teknik mengedan diartikan sebagai teknik yang

dilakukan ibu untuk mengedan pada saat pembukaan sudah lengkap.

Untuk menilai teknik mengedan ibu terhadap kejadian ruptur perineum

maka peneliti menggunakan alat pengumpulan data dengan menggunakan

lembar checklist dengan cara observasi yang dikategorikan sebagai

berikut:

a. Benar, jika seluruh langkah-langkah dalam format pengkajian teknik

mengedan dilakukan lengkap.

b. Salah,jika seluruh langkah-langkah dalam format pengkajian teknik

mengedan dilakukan tidak lengkap.

2. Ruptur Perineum

Ruptur perineum adalah perlukaan yang terjadi akibat persalinan pada

bagian perineum.Untuk melihat adanya ruptur pada perineum maka

peneliti menggunakan alat pengumpulan data dengan menggunakan

kategori sebagai berikut:

a. Ruptur, jika responden mengalami ruptur perineum

b. Tidak Ruptur, jika responden tidak mengalami ruptur pada perineum.

Page 32: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

32

3.5.2 Aspek Pengukuran

Tabel .3.1. Aspek Pengukuran Variabel Independen dan Dependen

N

O Variabel Alat

Ukur

Kategori Hasil Ukur Skala

Variabel Independen

1

Teknik

Mengedan

Observasi

(Checklist)

a.Benar

(Skor 1)

b.Salah

(Skor 0)

a. Benar, jika seluruh

langkah-langkah dalam

teknik mengedan

dilakukan lengkap.

b. Salah, jika seluruh

langkah-langkah dalam

teknik mengedan

dilakukan tidak lengkap.

Ordinal

Variabel Dependen

2 Ruptur

Perineum

Observasi

(Checklist)

a.Ruptur

(Skor 0)

b.Tidak

ruptur

(Skor 1)

a. Ruptur, jika responden

mengalami ruptur pada

perineum.

b. Tidak ruptur, jika

responden tidak

mengalami ruptur pada

perineum.

Ordinal

3.6. Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Jenis Data

Jenis data dalam penelitian ini ada 2, yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Data primer adalah data tentang ibu bersalin yang mengalami

kejadian ruptur perineum diperoleh melalui observasi langsung saat

persalinan berlangsung..

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari badan/institusi yang

mengumpulkan data. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari

Page 33: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

33

data rekam medik klinik Bidan Elparida Ambarita Kecamatan

Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan.

3.6.2 Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, adapun teknik pengumpulan data yang

dilakukan adalah dengan melakukan observasi dengan menggunakan

lembar checklist yang disusun sebelumnya berdasarkan teori ataupun

tinjauan pustaka mengenai penelitian (20), yakni tentang hubungan teknik

mengedan dengan kejadian ruptur perineum kepada ibu bersalin sebagai

responden penelitian di klinik bidan Elparida Ambarita.

3.7. Metode Pengolahan Data

Semua data yang terkumpul diolah dengan cara komputerisasi dengan

langkah-langkah sebagai berikut:

1. Collecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner angket maupun obervasi.

2. Checking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner atau lembar

observasi dengan tujuan agar data diolah secara benar sehingga pengolahan

data memberikan hasil yang valid dan realiabel dan terhindar dari bias.

3. Coding

Proses untuk memberikan code pada jawaban responden dan atau ukuran-

ukuran yang diperoleh dari unit analisis sesuai dengan rancangan awalnya.

Kode-kode demikian untuk memudahkan pengolahan data.

Page 34: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

34

4. Entering

Data entry yakni jawaban-jawaban dari masing-masing responden yang masih

dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) dimasukkan kedalam aplikasi SPSS.

5. Processing

Semua data yang telah di input kedalam aplikasi komputer akan diolah sesuai

dengan kebutuhan dari penelitian.(10)

3.8. Teknik Analisa Data

Untuk menganalisa data yang diperoleh semua data yang ada diolah

menggunakan komputer dengan program SPSS dengan Uji Statistic Chi-Square,

kemudian data disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Adapun teknik-

teknik dalam menganalisa data dilakukan secara:

3.8.1. Analisa Univariat

Analisa univarat adalah teknik analisa data dengan menyederhanakan atau

memudahkan interpretasi data kedalam bentuk penyajian baik tekstular maupun

tabular menurut variabel yang diteliti. Analisa data ini dilakukan untuk

memperoleh distribusi frekuensi dan presentase dari setiap variabel yang

diteliti.(19)

3.8.2. Analisa Bivariat

Setelah diketahui variabel, maka dilakukan analisa lebih lanjut berupa

analisa bivariat.(19) Data yang didapat dari kedua variabel merupakan data untuk

memperoleh distribusi frekuensi yang bertujuan untuk mengetahui hubungan

teknik mengedan dengan kejadian ruptur perineum di Klinik Bidan Elparida

Page 35: BAB I PENDAHULUANrepository.helvetia.ac.id/222/2/BAB I-III.pdf · 2019. 2. 2. · BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Persalinan dan kehamilan merupakan suatu kebanggan pada diri

35

Ambarita Kecamatan Doloksanggul Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun

2018.(21)

Untuk mengetahui hubungan teknik mengedan dengan kejadian ruptur

perineum dilakukan uji statistik chi-square (X²). Untuk pengambilan keputusan

dilakukan dengan perbandingan chi-square dengan menggunakan uji hitung dan

uji table sebagai berikut:

1) Jika chi-square hitung lebih besar dari pada chi-square tabel maka Ho

ditolak, Ha : diterima berarti ada hubungan teknik mengedan dengan

kejadian ruptur perineum. Dengan nilai P-Value > α = 0,05.

2) Jika chi-square hitung lebih kecil dari pada chi-square tabel maka Ho

diterima, Ha : ditolak berarti tidak ada hubungan teknik mengedan dengan

kejadian ruptur perineum. Dengan nilai P-Value < α =0,05.

Selain itu digunakan juga perhitungan Odds Ratio (OR) untuk

mengestimasi tingkat resiko antara variabel independen dengan dependen. Bila

OR= 1, artinya variabel independen bukan faktor resiko. Bila OR > 1, artinya

variabel independen sebagai faktor risiko. Bila OR < 1, artinya variabel

independen sebagai faktor protektif/perlindungan.(22)