bab i pendahuluan 1.1. pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/bab i - bab iii.pdf · besi...

36
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluan Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani. Pada masa ini pula, wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk bekerja secara maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih, kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan lainnnya.Semua kebutuhan tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan. Penyakit ini terjadi akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung. Wanita hamil dengan anemia memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal. Masalah yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu tidak menyadari adanya peningkatan kebutuhan gizi selama hamil dan perilaku gizi yang salah sehingga tejadi ketidakseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan. Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa dampak terhadap terjadinya gangguan gizi, antara lain : anemia, pertambahan berat badan yang kurang pada ibu hamil, dan gangguan pertumbuhan janin(1). World Health Organiation (WHO) tahun 2015 telah melaporkan kejadian anemia berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11gr% sebagai dasarnya. Dari data WHO prevalensi anemia diseluruh dunia tertinggi terjadi pada anak yang belum sekolah yaitu 42,6% kemudian pada ibu hamil 38,2% dan wanita

Upload: others

Post on 18-Jan-2021

3 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Pendahuluan

Masa kehamilan merupakan masa dimana tubuh sangat membutuhkan

asupan makan yang maksimal baik untuk jasmani maupun rohani. Pada masa ini

pula, wanita hamil sangat rentan terhadap menurunnya kemampuan tubuh untuk

bekerja secara maksimal. Wanita hamil biasanya sering mengeluh sering letih,

kepala pusing, sesak nafas, wajah pucat dan berbagai macam keluhan

lainnnya.Semua kebutuhan tersebut merupakan indikasi bahwa wanita hamil

tersebut sedang menderita anemia pada masa kehamilan. Penyakit ini terjadi

akibat rendahnya kandungan hemoglobin dalam tubuh semasa mengandung.

Wanita hamil dengan anemia memiliki insiden komplikasi puerperal yang lebih

tinggi, seperti infeksi, daripada wanita hamil dengan nilai hematologi normal.

Masalah yang sering terjadi pada ibu hamil yaitu tidak menyadari adanya

peningkatan kebutuhan gizi selama hamil dan perilaku gizi yang salah sehingga

tejadi ketidakseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan. Pola makan yang salah

pada ibu hamil membawa dampak terhadap terjadinya gangguan gizi, antara lain :

anemia, pertambahan berat badan yang kurang pada ibu hamil, dan gangguan

pertumbuhan janin(1).

World Health Organiation (WHO) tahun 2015 telah melaporkan kejadian

anemia berkisar antara 20% sampai 89% dengan menetapkan Hb 11gr% sebagai

dasarnya. Dari data WHO prevalensi anemia diseluruh dunia tertinggi terjadi pada

anak yang belum sekolah yaitu 42,6% kemudian pada ibu hamil 38,2% dan wanita

Page 2: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

2

tidak hamil 29%, prevalensi anemia pada ibu hamil di Asia Tenggara sebanyak

48,2% Anemia juga merupakan salah satu penyebab perdarahan setelah

melahirkan yang mengakibatkan kematian ibu. Konsekuensi anemia pada wanita

hamil termasuk peningkatan risiko morbiditas dan mortalitas ibu. Juga, anemia

ibu dikaitkan dengan risiko yang lebih tinggi mengalami bayi dengan berat lahir

rendah, kelahiran prematur, kematian perinatal dan neonatal.(2)

Anemia pada ibu hamil disamping disebabkan karena kemiskinan dimana

asupan gizi sangat kurang, juga disebabkan karena ketimpangan gender dan

adanya ketidaktahuan tentang pola makan yang benar. Ibu hamil memerlukan

banyak zat gizi untuk memenuhi kebutuhan tubuh pada diri dan janinnya.

Kekurangan zat besi mengakibatkan kekurangan hemoglobin (Hb), dimana zat

besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3)

Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia tahun 2016 mendapatkan

anemia terjadi pada 37,1% ibu hamil di Indonesia, 36,4% ibu hamil diperkotaan

dan 37,8% ibu hamil diperdesaan. Untuk mencegah anemia setiap ibu hamil

diharapkan mendapatkan tablet tambah darah (TTD) minimal 90 tablet selama

kehamilan. Anemia pada ibu hamil dihubungkan dengan meningkatnya kelahiran

prematur, kematian ibu dan anak dan penyakit infeksi. Anemia defisiensi besi

pada ibu hamil dapat mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan janin/bayi

saat kehamilan maupun setelahnya.(4)

Menurut profil kesehatan Sumatera Utara tahun 2016 Cakupan ibu hamil

yang mendapat 90 tablet besi adalah 73,31%, hal ini menurun dibanding tahun

2015 sebesar 80,13% atau terdapat penurunan 6,82%. Dengan presentasi cakupan

Page 3: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

3

tersebut, maka cakupan pemberian tablet besi dalam masa kehamilan belum

mampu mencapai target nasional yaitu 80%.Cakupan pemberian tablet fe pada ibu

hamil di kota Medan mencapai 84,22 %. (5)

Puskesmas Sei Agul terletak di Medan barat yang terbagi menjadi 3

wilayah yaitu Glugur Kota, Pulo Brayan dan Sei Agul. Data yang diperoleh dari

Puskesmas Sei Agul pada tahun 2017 didapatkan jumlah kunjungan ibu hamil

yaitu 897 jiwa dengan cakupan Fe1 (30 tablet) 97,5% dan tablet Fe 3 (90 tablet)

88,4% . Dari data kunjungan di Puskesmas Sei Agul pada bulan Mei sebanyak 40

kunjungan ibu hamil, Juni sebanyak 32 kunjungan ibu hamil, Juli 38 kunjungan

ibu hamil, Agustus terdapat sebanyak 33 kunjungan ibu hamil jadi total 143

kunjungan ibu hamil selama 4 bulan. Data anemia pada Puskesmas Sei Agul pada

dari bulan Januari sampe Juli 2018 didapatkan 15 kasus anemia yang terdiri dari 2

anemia berat, 5 anemia sedang, dan 8 anemia ringan. Dari hasil dan cakupan Fe

dan angka kejadian anemia ibu hamil, terlihat bahwa cakupan Fe sudah tinggi

tetapi tidak diikuti dengan turunnya angka anemia ibu hamil.

Kebutuhan Zat Besi pada saat kehamilan meningkat 200-300%. Beberapa

literatur mengatakan kebutuhan zat besi meningkat dua kali lipat dari kebutuhan

sebelum hamil. Sehingga perlu lebih banyak zat besi untuk membentuk

hemoglobin. Selain itu, pertumbuhan janin dan plasenta yang sangat pesat juga

memerlukan banyak zat besi. Comittee on maternal nutrition menganjurkan

pemberian zat besi dilakukan pada trimester II dan III. Dalam keadaan tidak

hamil, kebutuhan zat besi biasanya dapat dipenuhi dari menu makanan sehat dan

Page 4: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

4

seimbang. Tetapi dalam keadaan hamil, suplai zat besi dari makanan masih belum

mencukupi sehingga dibutuhkan suplemen berupa tablet besi.(6)

Kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet zat besi merupakan ketaatan ibu

hamil melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi tablet zat

besi. Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi diukur dari ketepatan jumlah tablet

yang di konsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi, frekuensi

konsumsi perhari. Suplementasi tablet zat besi atau pemberian tablet fe

merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia,

khususnya anemia kekurangan zat besi. Suplementasi tablet zat besi merupakan

cara efektif karena kandungan zat besinya yang dilengkapi asam folat yang dapat

mencegah anemia karena kekurangan asam folat. Ketidakpatuhan ibu hamil

meminum tablet zat besi dapat memiliki peluang lebih besar untuk terkena

anemia.(7)

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Natalia (2016) hasil

uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh ada hubungan antara

kepatuhan ibu hamil trimester III dalam mengkonsumsi tablet fe dengan kejadian

anemia di UPTD Puskesmas Sindangwangi Kabupaten Majalengka dengan nilai

p=0,004. Artinya semakin baik kepatuhan ibu dalam mengkonsmsi tablet fe maka

semakin rendah resiko ibu mengalami anemia. Anemia sangat berbahaya bagi ibu

hamil maupun bayi yang dikandungnya.(8)

Analisa penelitian terdahulu yang lain dilakukan oleh Fatimah (2017) hasil

uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh ada hubungan

kepatuhan minum tablet fe dengan anemia ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas

Page 5: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

5

GrabagII Kabupaten Banyumas dengan nilai p=0,000. Hasil penelitian ini

menunjukan meskipun ibu hamil patuh dalam minum tablet fe namun masih

mengalami anemia ringan. Hal ini dimungkinkan karena faktor lain, seperti ibu

tidak patuh dalam cara minum tablet fe, yaitu dengan cara minum fe

menggunakan air teh. Faktor lain juga dapat disebabkan karena faktor usia.(9)

Berdasarkan survei awal peneliti pada tanggal 27 Agustus 2018 di

Puskesmas Sei Agul Medan Barat. Hasil wawancara peneliti yang telah dilakukan

terhadap 10 ibu hamil diketahui bahwa 4 orang ibu hamil memahami tentang

pencegahan anemia dengan cara patuh mengkonsumsi tablet fe dan ditemukan

pada 6 orang ibu hamil yang tidak memahami tentang pencegahan anemia dan

tidak patuh mengkonsumsi tablet fe karena ibu lupa minum, merasa mual jika

minum tablet fe, dan ada yang mengatakan tidak perlu konsumsi tablet fe karena

mereka selama kehamilan sehat-sehat saja. ibu hamil juga mengatakan bahwa

mengkonsumsi tablet fe terlalu ribet, bau dan harus rutin. Berdasarkan wawancara

peneliti pada pegawai diruangan KIA tablet Fe mulai diberikan pada ibu hamil

trimester II.

Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe Selama Kehamilan Dengan Kejadian

Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2018”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang maka yang menjadi perumusan masalah adalah

“Apakah Ada Hubungan Kepatuhan Konsumsi Tablet Fe Selama Kehamilan

Page 6: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

6

Dengan Kejadian Anemia Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Sei Agul Medan Barat

Tahun 2018”.

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet

fe selama kehamilan di Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2018.

2. Untuk mengetahui distribusi frekuensi kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2018.

3. Untuk mengetahui hubungan kepatuhan konsumsi tablet fe selama

kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas Sei Agul

Medan Barat Tahun 2018.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Hasil penelitian ini dapat menambah sumber perpustakaan di Institut

Kesehatan Helvetia mengenai hubungan kepatuhan ibu mengkonsumsi

tablet fe selama kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di

Puskesmas Sei Agul Medan Barat yang dapat digunakan bagi penerapan

berpikir selanjutnya dan dijadikan sebagai bahan masukan untuk proses

penerapan berpikir alamiah dalam memahami dan menganalis suatu

masalah yang terjadi di lapangan serta untuk meningkatkan mutu

pendidikan dan referensi perpustakaan.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

7

1.4.2. Manfaat Praktik

1. Bagi Responden

Meningkatkan kesadaran pada ibu hamil tentang pentingnya tablet fe bagi

ibu hamil dengan patuh mengkonsumsi tablet fe 90 tablet selama

kehamilan

2. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan atau

informasi agar lebih patuh mengkonsumsi tablet fe.

3. Bagi Penelitian Selanjutnya

Sebagai referensi dan bahan acuan untuk penelitian selanjutnya tentang

hubungan kepatuhan ibu mengkonsumsi tablet fe selama kehamilan

dengan kejadian anemia pada ibu hamil.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Natalia (2016) yang

berjudul Hubungan Kepatuhan Ibu Hamil Trimester III Dalam Mengkonsumsi

Tablet Fe Dengan Kejadian Anemia Di UPTD Puskesmas Sindangwangi

Kabupaten Majalengka hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square

diperoleh ada hubungan antara kepatuhan ibu hamil trimester III dalam

mengkonsumsi tablet fe dengan kejadian anemia di UPTD Puskesmas

Sindangwangi Kabupaten Majalengka dengan nilai p=0,004. Artinya semakin

baik kepatuhan ibu dalam mengkonsumsi tablet fe maka semakin rendah resiko

ibu mengalami anemia. Anemia sangat berbahaya bagi ibu hamil maupun bayi

yang dikandungnya. Oleh karena itu ibu hamil hendaknya mencegah terjadinya

dengan melakukan perilaku hidup sehat.(8)

Terdahulu lainnya di lakukan oleh Fatimah (2017) hasil uji statistik

dengan menggunakan uji Chi-Square diperoleh ada hubungan kepatuhan minum

tablet fe dengan anemia ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Grabag II

Kabupaten Banyumas dengan nilai p=0,000. Hasil penelitian ini menunjukan

meskipun ibu hamil patuh dalam minum tablet fe namun masih mengalami

anemia ringan. Hal ini dimungkinkan karena faktor lain, seperti ibu tidak patuh

dalam cara minum tablet fe, yaitu dengan cara minum fe menggunakan air teh.

Faktor lain juga dapat disebabkan karena faktor usia.(9)

Page 9: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

9

2.2. Telaah Teori

2.2.1. Pengertian Anemia

Anemia adalah penyakit kurang darah yang ditandai dengan kadar

hemoglobin (Hb) dan sel darah merah (eritrosit) lebih rendah dibandingkan

normal. Pada pria dikatakan anemia jika kadar hemoglobinkurang dari 14%g/dl

dan eritrosit kurang dari 41%, sedangkan pada wanita jika kadar hemoglobin

kurang dari 12% g/dl dan eritrosit kurang dari 37%.(10)

Menurut WHO anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin

lebih rendah dari batas normal untuk kelompok orang yang bersangkutan. Kondisi

dimana berkurangnya sel darah merah (eritrosit) dalam sirkulasi darah atau massa

hemoglobin sehingga tidak mampu memenuhi oksigen keseluruh jaringan. Sel

darah merah (eritrosit) dan/jumlah hemoglobin yang terkandung didalamnya

diperlukan untuk transportasi dan pengiriman oksigen dari paru-paru ke seluruh

tubuh. Tanpa kecukupan pasokan oksigen, banyak jaringan atau organ seluruh

tubuh dapat terganggu. Anemia dapat ringan, sedang ataupun berat tergantung

pada sejauh mana kadar hemoglobin menurun.(11)

Anemia pada kehamilan adalah kondisi dimana sel darah merah menurun

atau menurunnya hemoglobin, sehingga kapasitas daya angkut oksigen untuk

kebutuhan organ-organ vital pada ibu dan janin menjadi berkurang. Selama

kehamilan indikasi anemia adalah jika konsentrasi hemoglobin kurang dari 10,5

sampai 11,0 gr/dl. Rendahnya kapasitas darah untuk membawa oksigen memicu

jantung meningkatkan curah jantung. Jantung yang terus menerus dipacu bekerja

keras dapat mengakibatkan gagal jantung dan komplikasi lain seperti preeklamsia.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

10

Anemia sering terjadi pada ibu hamil, angka kejadiannya kira-kira 20% sampai 60%

insiden ini bervariasi tergantung pada kondisi geografis, keadaan sosial ekonomi.

Pada ibu hamil anemia yang sering terjadi adalah anemia defisiensi zat besi.(12)

a. Kriteria Anemia

Kriteria anemia menurut WHO dalam tarwoto adalah :

1. Laki-laki dewasa : Hemoglobin <13gr%

2. Wanita dewasa tidak hamil : Hemoglobin <12 gr%

3. Wanita hamil : Hemoglobin <11 gr%

4. Anak Umur 6-14 tahun : Hemoglobin <12 gr%

5. Anak umur 6 bulan – 6 tahun : Hemoglobin <11 gr%

Sedangkan kriteria anemia pada kehamilan berdasarkan kadar hemoglobin

antara lain :

1. Ringan sekali : Hb 10gr%dl – batas normal

2. Ringan : Hb 8gr%dl – 9,9 gr%dl

3. Sedang : Hb 6 gr%dl – 7,9 gr%dl

4. Berat : Hb <6 gr%dl.(13)

b. Derajat Anemia

Menurut William hasil pemeriksaan Hb dapat digolongkan sebagai

berikut:

1. Tidak Anemia : Hb 11gr %

2. Anemia Ringan : Hb 9 gr % - 10 gr%

3. Anemia Sedang : Hb 7 gr % - 8 gr%

4. Anemia Berat : Hb < 7 gr%

Page 11: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

11

Departemen kesehatan menetapkan derajat anemia dalam Tarwoto sebagai

berikut:

1. Ringan Sekali : Hb 11 gr % - batas normal

2. Ringan : Hb 8 gr % - < 11 gr %

3. Sedang : Hb 5 gr % - 8 gr %

4. Berat : Hb < 5 gr %(14)

c. Klasifikasi Anemia

1. Anemia defisiensi besi

Untuk membuat sel darah merah diperlukan zat besi (Fe). Kebutuhan Fe

sekitar 20 mg/hari, dan hanya kira-kira 2 mg yang diserap. Jumlah total Fe dalam

tubuh berkisar 2-4 mg, kira-kira 50 mg/kg BB pada pria dan 35 mg/kg BB pada

wanita. Anemia ini umumnya disebabkan oleh perdarahan kronik. Di Indonesia

banyak disebabkan oleh infestasi cacing tambang (ankilostomiasis), inipun tidak

akan menyebabkan anemia bila tidak disertai malnutrisi. Anemia jenis ini dapat

pula disebabkan karena :

a. Diet yang tidak mencukupi

b. Absorpsi yang menurun

c. Kebutuhan yang meningkat pada wanita hamil dan menyusui

d. Perdarahan pada saluran cerna, menstruasi, donor darah

e. Hemoglobinuria

f. Penyimpanan besi yang berkurang, seperti pada hemosiderosis paru.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

12

Adapun gejala dan tanda pada anemia ini adalah :

a. Pucat

b. Sakit kepala

c. Mudah marah/tersinggung

Pada tingkat gejala yang lebih parah gejala dan tanda termasuk :

a. Sesak nafas

b. Detak jantung cepat

c. Rambut dan kuku rapuh

Biasanya pengobatan yang di lakukan berupa pemberian suplemen zat besi

dan penyesuaian pola dan kebiasaan makan (diet).

2. Anemia Kekurangan Asam Folat

Jenis anemia ini di tandai dengan kekurangan asam folat, salah satu dari

kelompok vitamin B (B9) di dalam darah. Anemia ini biasanya disebabkan oleh

asupan asam folat yang tidak cukup. Asam folat biasanya di temukan pada

sayuran. Sayangnya, asam folat bisa hilang atau luntur apabila sayuran dimasak

terlalu matang. Konsumsi alkohol juga bisa menjadi penyebab berkurangnya asam

folat.

Anemia jenis ini juga bisa terjadi pada masa kehamilan, dimana asam folat

lebih banyak didistribusikan untuk kebutuhan kandungan. gangguan atau kelainan

darah lain juga bisa menjadi penyebab berkurangnya kandungan asam folat di

dalam darah dan memicu anemia jenis ini. Adapun tanda dan gejala anemia jenis

ini :

Page 13: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

13

a. Lemah

b. Letih

c. Penyimpangan daya ingat / kehilangan ingatan

d. Mudah marah/tersinggung

Gangguan ini bisa di hindari dengan menambah asupan asam folat yang

cukup kedalam diet anda. Makanan yang kaya akan asam folat di antaranya adalah

hati sapi, asparagus, dan kacang merah.

3. Anemia Pernisiosa

Anemia pernisiosa biasanya di alami oleh penderia berusia antara 50 – 60

tahun yang disebabkan oleh kekurangan vitamin B12. Penyakit ini biasanya

bersifat turunan tetapi beberapa kasus lainnya menunjukkan bahwa anemia

pernisiosa juga di sebabkan oleh penyakit autoimun (autoimmune diseases), yaitu

gangguan dimana sistem kekebalan tubuh justru menyerang dan merusak jaringan

tubuh yang sehat secara tidak sengaja. Itulah mengapa penderita gangguan

autoimun memiliki resiko tinggi mengalami anemia pernisiosa. Adapun tanda dan

gejalanya anemia jenis ini :

a. Keletihan

b. Sesak nafas

c. Jantung berdebar

d. Mati rasa/kesemutan biasanya pada kaki.(12)

4. Anemia Aplastik

Anemia aplastik disebabkan oleh hilangnya atau berkurangnya sel darah

merah. Masalah ini bisa terjadi karena cedera tertentu sehingga darah yang

Page 14: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

14

membentuk jaringan di dalam sumsum tulang hancur. Oleh karena itu, penderita

akan kesulitan melawan infeksi dan mudah mengalami perdarahan. Adapun tanda

dan gejala anemia jenis ini :

a. Lesu

b. Pucat

c. Purpura, warna/bercak keunguan atau kemerahan pada kulit di sebabkan oleh

perdarahan di bawah kulit

d. Perdarahan

e. Jantung berdetak cepat

f. Terjadinya infeksi

g. Gagal jantung kongestif, jantung tidak mampu memompa cukup darah untuk

memenuhi kebutuhan tubuh

Sampai saat ini penyebab pastinya belum di ketahui tetapi anemia aplastik

di duga di sebabkan oleh paparan racun tertentu dan virus hepatitis.

5. Anemia sel sabit

Anemia jenis ini pada hakikatnya bersifat turunan dan di sebabkan oleh

kondisi sel darah merah yang tidak normal. Anemia sel sabit (sickle cell anemia)

adalah penyakit anemia yang tidak dapat di cegah dan bisa mengancam jiwa

penderitanya. Adapun tanda dan gejala anemia jenis ini :

a. Serangan nyeri pada bagian lengan, kaki dan perut

b. Penyakit kuning yang tampak pada bagian putih mata

c. Demam

d. Keletihan kronis

Page 15: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

15

e. Jantung berdetak cepat

f. Pucat

Komplikasi anemia ini meliputi borok (ulkus) pada kaki, syok, perdarahan

otak, dan gangguan tulang.(13)

d. Anemia Dalam Kehamilan

Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu dengan kadar hemoglobin

dibawah 11gr% pada trimester I dan III atau kadar < 10,5 gr% pada trimester II.

Anemia dalam kehamilan dapat mengakibatkan dampak yang membahayakan

bagi ibu dan janin. Anemia pada ibu hamil dapat mengakibatkan resiko terjadinya

perdarahan postpartum. Bila anemia terjadi sejak awal kehamilan dapat

menyebabkan terjadinya persalinan prematur.(15)

e. Tanda dan Gejala Anemia Zat Besi pada Kehamilan

1. Ibu mengeluh cepat lelah, sering pusing, mata berkunang-kunang

2. Nafsu makan turun (anoreksia), mual muntah

3. Konsentrasi hilang

4. Nafas pendek (pada anemia parah)

5. Keluhan mual muntah lebih hebat pada ibu hamil muda

6. Keletihan, malaise, mudah mengantuk

7. Pusing atau kelemahan

8. Sakit kepala

9. Lesi pada mulut dan lidah

10. Kulit pucat

11. Mukosa membrane atau konjungtiva pucat

Page 16: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

16

12. Dasar kuku pucat

13. Takikardi

14. Perubahan jaringan epitel kuku, gangguan sistem neuromuskular

15. Disphagia atau pembesaran kalenjar limpa.(12)

f. Pengaruh Anemia Pada Kehamilan Dan Janin

1. Pengaruh anemia pada kehamilan

a. Bahaya dalam kehamilan : dapat terjadi abortus, persalinan prematuritas,

hambatan tumbuh kembang janin dalam rahim, mudah terjadi infeksi,

ancaman dekompensasi kordis (Hb < 6 gr %), molahidatidosa, hiperemisis

gravidarum, pendarahan antepartum, ketuban pecah dini (KPD).

b. Bahaya saat persalinan : gangguan his, kurangnya kekuatan mengejan,

kala pertama dapat berlangsung lama sehingga terjadi partus terlantar, kala

dua berlangsung lama sehingga dapat melelahkan dan sering memerlukan

tindakan operasi kebidanan, kala uri dapat di ikuti retensio plasenta dan

perdarahan postpartum karena atonia uteri, kala empat dapat terjadi

perdarahan postpartum sekunder dan atonia uteri.

c. Pada kala nifas : terjadi sub involusio uteri menimbulkan perdarahan

postpartum, memudahkan infeksi puerpurium, pengeluaran ASI yang

berkurang, terjadi dekompensasi kordis mendadaksetelah persalinan

anemia kala nifas.

2. Bahaya anemia terhadap janin

Sekalipun tampaknya janin mampu menyerap berbagai kebutuhan dari ibunya,

tetapi dengan anemia pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim akan

Page 17: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

17

terganggu. Akibat anemia dapat terjadi gangguan dalam bentuk abortus,

kematian intra uterin, persalinan prematuritas tinggi, berat badan lahir rendah,

kelahiran dengan anemia, dapat terjadi cacat bawaan, bayi mudah mendapat

infeksi sampai kematian perinatal, dan intelegensia rendah.

g. Patofisiologi Anemia pada Kehamilan

Perubahan hematologi pada kehamilan di sebabkan oleh perubahan

sirkulasi yang makin meningkat pada plasenta dan payudara. Volume plasma

meningkat sebesar 45-65 % pada trimester kedua kehamilan, puncak terjadi pada

bulan ke 9 dengan peningkatan sebesar 1000 ml, lalu sedikit menurun menjelang

aterm, dan kemudian kembali normal pada tiga bulan setelah partus. Stimulasi

yang meningkatkan volume plasma, seperti laktogen plasenta, menyebabkan

peningkatan sekresi aldesteron.

Selama kehamilan, volume darah mengalami peningkatan yang disebut

dengan hiperemia atau hipervolumia. Kondisi ini menyebabkan pengenceran darah

karena pertambahan plasma darah. Secara fisiologi, pengenceran darah ini

bertujuan membantu meringankan kerja jantung. Secara umum, perbandingan

pertambahan volume darah :

1. Plasma darah bertambah : 30%

2. Sel-sel darah bertambah : 18%

3. Hemoglobin bertambah : 19%

Selain akibat pengenceran volume darah, anemia defisiensi besi juga dapat

disebabkan oleh sejumlah hal, yakni :

Page 18: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

18

1. Kurangnya zat besi dalam makanan

2. Kebutuhan zat besi meningkat

3. Gangguan pencernaan dan absorbsi

4. Kehilangan darah dalam jumlah banyak

5. Penyakit – penyakit kronik.(16)

2.2.2. Tablet Fe/Zat Besi

a. Definisi Tablet Zat Besi

Zat besi merupakan mineral yang diperlukan dalam proses biologi didalam

tubuh. Besi merupakan unsur esensial untuk sintesis hemoglobin, produksi panas

dan sebagai komponen enzim-enzim tertentu yang digunakan untuk porses

produksi adenosi netrifosfat yang terlibat dalam respirasi sel. Zat besi atau Ferum

(Fe) disimpan dalam hepar, lien dan sumsum tulang belakang. Sekitar 70% zat

besi yang ada di dalam tubuh berada dalam hemoglobin dan sisanya berfungsi

sebagai simpanan oksigen intramuskuler.(17)

b. Manfaat Tablet Zat Besi

Zat besi atau Ferum (Fe) merupakan mineral mikro yang banyak ditemui

dalam tubuh, yaitu di dalam tubuh manusia dewasa terdapat 3-5gram. Zat besi

sangat berpengaruh saat aktivitas kerjanya. Zat besi juga berperan sebagai alat

angkut oksigen dari paru-paru ke jaringan, alat angkut electron pada metabolism

energi serta bagian dari enzim pembentuk kekebalan tubuh dan pelarut pada obat-

obatan. Makanan yang mengandung zat besi biasanya dapat memenuhi kecukupan

vitamin A.

Page 19: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

19

c. Sumber Zat Besi

Dalam memenuhi kebutuhan zat besi dapat diperoleh melalui konsumsi

makanan. Berikut ini makanan yang baik sumber zat besi antara lain daging,

ayam, ikan, telur, sereal tumbuk, kacang- kacangan, sayuran hijau dan pisang

ambon. Zat besi yang berasal yang berasal dari makanan hewani lebih mudah

diserap oleh tubuh dari pada zat besi yang berasal dari makanan.

d. Kebutuhan Zat Besi

Menurut Jordan (2004), kebutuhan zat besi pada kehamilan dengan janin

tunggal:

1. 200-600 mg untuk memenuhi peningkatan masa sel darah merah.

2. 200-370 mg untuk janin yang bergantung pada berat lahirnya.

3. 150-200 mg untuk kehilangan eksternal.

4. 30-170 mg untuk talipusat dan plasenta.

5. 90-310 mg untuk menggantikan darah yang hilang saat melahirkan.

Kebutuhan zat besi pada ibu hamil menurut usia kehamilan :

1. Trimester I (umur kehamilan 0-12 minggu): kebutuhan zat besi relative ± 50

mg/hari

2. Trimester II (umur kehamilan 13-24 minggu): kebutuhan zat besi ±50 mg/hari

3. Trimester III (umur kehamilan 25-40 minggu): kebutuhan zat besi ±60

mg/hari

Dengan demikian, kebutuhan total zat besi pada kehamilan berkisar antara

540-1340 mg dan 440-1050 mg diantaranya akan hilang pada saat ibu melahirkan.

Secara umum anemia untuk wanita tidak hamil mempunyai kadar Hb kurang dari

Page 20: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

20

12,0 gram per 100 mililiter (12 gram/desiliter) dan untuk wanita hamil

mempunyai kadar Hb kurang dari10,0 gram per100 mililiter (10 gram/desiliter)

.(18)

e. Simpanan Zat Besi

Zat besi di simpan dalam bentuk feritin atau homosiderin yang terutama

terdapat dalam hati, dan sumsum tulang. Di dalam hati, zat besi disimpan dalam

sel–sel parenkim atau hepatosit, sementara dalam sumsum tulang dan limpa.

Simpanan zat besi, terutama berfungsi sebagai reservoir zat besi memasok

kebutuhan sel bagi keperluan produksi hemoglobin. Penting untuk diperhatikan

bahwa zat besi yang terikat dalam feritin lebih mudah dimobilisasi dari pada zat

besi yang terikat pada homosiderin, Jumlah total simpanan zat besi sangat

bervariasi tanpa adanya gangguan yang nyata pada berbagai fungsi tubuh.

Simpanan zat besi dapat mengalami deplesi total sebelum muncul anemia karena

defisiensi besi.(18)

f. Kebutuhan Fe Ibu hamil

Fe merupakan mineral mikro yang paling banyak terdapat dalam tubuh,

yaitu sebanyak 3–5 gram di dalam tubuh dewasa. Di dalam tubuh Fe berperan

sebagai alat angkut oksigen dari paru – paru ke jaringan, sebagai alat angkut

elektron pada metabolisme energi, sebagai bagian dari enzim pembentuk

kekebalan tubuh dan sebagai pelarut obat – obatan. Makanan sumber Fe yang baik

antara lain daging, ayam, ikan, telur, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan pisang

ambon. Fe yang berasal dari makanan hewani lebih mudah di serap oleh tubuh

Page 21: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

21

dari pada Fe yang berasal dari makanan nabati. Faktor- faktor yang

mempengaruhi absorpsi zat besi (Fe) yaitu :

1. Bentuk Fe

Besi yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat

dalam daging hewan dapat di serap dua kali lipat daripada besi – non hem

yang berasal dari makanan nabati.

2. Asam organik

Vitamin C dan asam sitrat sangat membantu penyerapan besi non hem dengan

merubah feri menjadi fero.

3. Asam filat, asam oksalat dan tanin

Ketiga jenis zat tersebut dapat mengikat Fe sehingga menghambat

penyerapannya. Namun pengaruh negatif ini dapat dikurangi dengan

mengkonsumsi vitamin C.

4. Tingkat keasaman lambung

Keasaman lambung dapat meningkatkan daya larut besi.

5. Kebutuhan tubuh

Jika tubuh kekuranga Fe atau kebutuhan meningkat maka penyerapannya akan

meningkat. Kebutuhan Fe untuk tenaga kerja laki – laki dewasa adalah 13

mg/hari.

Saat kehamilan zat besi yang dibutuhkan oleh tubuh lebih banyak

dibandingkan saat tidak hamil. Zat besi bagi wanita hamil dibutuhkan untuk

memenuhi kehilangan basal, juga untuk pembentukan sel – sel darah merah yang

semakin banyak serta janin dan plasentanya. Seiring dengan bertambahnya umur

Page 22: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

22

kehamilan, zat besi yang di butuhkan semkain banyak. Dengan demikian resiko

anemia zat besi semakin besar. Terdapat empat bentuk zat besi dalam tubuh yaitu:

1. Zat besi dalam hemoglobin

2. Zat besi dalam cadangan terutama sebagai feritin dan homosiderin

3. Zat besi yang ditransfor dalam transferin

4. Zat besi parenkim atau zat besi dalam jaringan seperti mioglobin dan beberapa

enzim antara lain sitokrom, katalase, peroksidase.

Proses metabolisme zat besi digunakan untuk biosintesa hemoglobin,

dimana zat besi digunakan secara terus – menerus. Sebagian besar zat besi yang

bebas dalam tubuh akan di manfaatkan kembali, dan hanya sebagian kecil sekali

yang di ekkresikan melalui air kemih, feses, dan keringat.

Salah satu upaya yang telah di lakukan pemerintah untuk mengatasi

tingginya prevalensi ibu hamil yang menderita anemia zat besi adalah

suplementasi tablet zat besi pada ibu hamil. Namun ada masalah yang dihadapi

dalam suplementasi tablet besi ini yaitu ibu hamil sukar untuk mengkonsumsinya

setiap hari dengan alasan lupa, perut mual, enek, malas minum dan

sebagainya.(19)

g. Dosis Tablet Zat Besi Pada Ibu Hamil

Pemberian tablet zat besi selama kehamilan merupakan salah satu cara

yang paling cocok bagi ibu hamil untuk meningkatkan kadar Hb sampai tahap

yang di inginkan, karena sangat efektif dimana satu tablet mengandung 60 mg Fe.

Setiap tablet setara dengan 200mg ferrosulfat atau 1 tablet perhari. Selama

Page 23: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

23

kehamilan minimal di berikan 90 tablet sampai 42 minggu bisa dikonsumsi pada

trimester II hingga 90 hari kedepan. (13)

h. Cara Mengkonsumsi Tablet Fe

Ada beberapa hal yang harus di perhatikan dalam mengkonsumsi tablet fe

yaitu :

1. Minum tablet fe dengan air putih, jangan minum dengan teh, susu, atau kopi

karena daat menurunkan penyerapan zat besi dalam tubuh sehingga

manfaatnya berkurang.

2. Kadang – kadang terjadi gejala ringan yang tidak membahayakan seperti perut

terasa enek, mual, susah buang air besar dan tinja berwarna hitam.

3. Untuk mengurangi gejala sampingan minumlah tablet tambah darah setelah

makan malam menjelang tidur. Akan lebih baik jika setelah minum tablet Fe

disertai makan buah – buahan seperti pisang, pepaya, jeruk, dan lain-lain.

4. Simpanlah tablet fe ditempat yang kering terhindar dari sinar matahari

langsung, jauhkan dari jangkauan anak- anak dan setelah di buka harus di

tutup kembali dengan rapat, Tablet fe yang sudah berubah warna sebaiknya

tidak diminum (warna asli merah darah).

5. Tablet fe tidak menyebabkan tekanan darah tinggi atau kelebihan darah.(13)

2.2.3. Kepatuhan

a. Definisi Kepatuhan

Kepatuhan berasal dari kata “patuh: yang berarti taat, suka menuruti,

disiplin. Kepatuhan menurut Khairu Nisa adalah tingkat perilaku penderita dalam

mengambil suatu tindakan pengobatan misalnya dalam menentukan kebiasaan

Page 24: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

24

hidup sehat dan ketetapan berobat. Dalam pengobatan seseorang di katakan tidak

patuh apabila orang tersebut melalaikan kewajibannya berobat sehingga dapat

mengakibatkan terhalangnya kesembuhan.

Kepatuhan adalah suatu perubahan perilaku dari perilaku yang tidak

menaati peraturan ke perilaku yang menaati peraturan. Kepatuhan seseorang

melaksanakan suatu aturan dan perilaku yang disarankan. Kepatuhan ini

dibedakan menjadi dua yaitu kepatuhan penuh (total compliance) dimana pada

keadaan ini penderita tidak hanya berobat secara teratur sesuai batas waktu yang

ditetapkan melainkan juga patuh memakai obat secara teratur sesuai petunjuk dan

penderita yang tidak patuh (non compliacne) dimana penderita yang putus berobat

atau tidak menggunakan obat sama sekali.

Kepatuhan (compliance) dalam pengobatan diartikan sebagai perilaku

pasien yang menaati semua nasihat dan petunjuk yang dianjurkan oleh tenaga

medis seperti dokter dan apoteker mengenai segala sesuatu yang harus dilakukan

untuk mencapai tujuan pengobatan. Kepatuhan dalam meminum obat merupakan

syarat utama tercapainya keberhasilan pengobatan yang dilakukan.(20)

b. Faktor–faktor yang Mendukung Kepatuhan

Carpenito berpendapat bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi tingkat

kepatuhan adalah segala sesuatu yang dapat mendukung kepatuhan penderita

terhadap setiap perintah atau petunjuk medis yang dianjurkan petugas medis.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

25

Adapun faktot – faktor yang mendukung kepatuhan di antaranya :

1. Pemahaman tentang instruksi

Pemahaman seorang pasien terhadap instruksi yang diberikan petugas medis

sangat membantu mendukung kepatuhannya. Oleh karena itu, kegagalan

petugas kesehatan memberikan instruksi atau petunjuk lengkap, disertai

dengan manfaatnya, dapat memudahkan pasien untuk mematuhi instruksi atau

petunjuk medis tersebut.

2. Tingkat pendidikan

Pendidikan adalah suatu kegiatan, usaha manusia meningkatkan kepribadian

atau proses perubahan perilaku menuju kedewasaan dengan jalan membina

dan mengembangkan potensi kepribadiannya. Semakin tinggi pendidikan

seseorang, semakin dewasa pula pola pemikiran dan pemahamannya tentang

suatu medis serta manfaatnya sehingga semakin membantunya mematuhi

petunjuk medis tersebut.

3. Kesakitan dan pengobatan

Perilaku kepatuhan biasanya lebih rendah disaat menghadapi penyakit kronis

karena semakin hilangnya keyakinan akan sembuh. Sebaliknya, perilaku

kepatuhan semakin tinggi bersamaan dengan manfaat pengobatan terhadap

kesembuhan.

4. Keyakinan, sikap, dan kepribadian

Keyakinan, sikap, dan kepribadian sangat menentukan kepatuhan seseorang.

Orang yang tidak patuh biasanya mengalami depresi dan memiliki kekuatan

Page 26: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

26

ego yang lebih lemah. Orang yang patuh biasanya memiliki keyakinan, sikap,

dan kepribadian yang lebih tegar dibanding orang yang tidak patuh.

5. Dukungan keluarga

Dukungan keluarga dapat menjadi faktor yang berpengaruh terhadap program

pengobatan yang akan mereka terima. Semakin jauh dari dukungan dan

pendampingan keluarga, semakin mengurangi kepatuhan seseorang terhadap

petunjuk medis tertentu.

6. Tingkat ekonomi

Tingkat ekonomi merupakan kemampuan finansial yang sangat diperlukan

untuk memenuhi kebutuhan hidup, termasuk kebutuhan kesehatan, oleh

karena itu semakin baik perekonomian seseorang semakin memudahkannya

untuk mematuhi segala petunjuk medis yang diberikan petugas kesehatan.

7. Dukungan sosial

Dukungan sosial berupa dukungan emosional dari anggota keluarga, teman,

waktu, dan uang merupakan faktor penting dalam menentukan kepatuhan

seseorang karena keluarga dan teman dapat membantu ansietas terhadap

penyakit tertentu sehingga semakin meningkatkan kepatuhan mereka terhadap

petunjuk medis.(21)

c. Kepatuhan Mengkonsumsi Tablet Besi

Kepatuhan dalam mengkosumsi tablet zat besi adalah ketaatan ibu hamil

melaksanakan anjuran petugas kesehatan untuk mengkonsumsi tablet zat besi.

Kepatuhan menurut Sackett pada pasien sebagai “sejauh mana perilaku individu

sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh profesional kesehatan”.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

27

Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi di ukur dari ketepatan jumlah

tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi tablet zat besi diminum

pada malam hari sesudah makan malam, frekuensi konsumsi perhari yaitu 1 tablet

perhari. Tablet Fe sebaiknya diminum dengan menggunakan air jeruk atau air

putih, karena membantu proses penyerapan zat besi dan hindari minum tablet besi

dengan menggunakan air teh, susu dan kopi, karena akan menghambat proses

arbsorsi zat besi. Suplemen besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu

upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia khususnya anemia

kekurangan besi. Suplemen besi merupakan cara efektif karena kandungan

besinya yang dilengkapi dengan asam folat yang sekaligus dapat mencegah

anemia karena kekurangan asam folat.

Kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet fe diukur menggunakan

Skala Guttman yaitu skala scalogram yang sangat baik untuk meyakinkan peneliti

tentang kesatuan dimensi dan sikap yang diteliti, yang sering disebut dengan

atribuut universal. Skala Guttman merupakan skala yang digunakan untuk

jawaban yang bersifat jelas dan konsisten, yaitu benar–salah, pernah–tidak pernah,

dan ya-tidak.

Kepatuhan mengkonsumsi tablet besi di definisikan perilaku ibu hamil

yang menaati semua petunjuk yang dianjurkan oleh petugas kesehatan dalam

mengkonsumsi tablet besi. Kepatuhan konsumsi tablet besi diperoleh melalui

perhitungan tablet yang tersisa, beratnya anemia yang terjadi dan kemampuan

populasi untuk menyerap preparat besi. Respon dari pemberian tablet zat besi

dapat di evaluasi dengan mengetahui peningkatan hemoglobin.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

28

Peningkatan hemoglobin dapat dilihat satu minggu setelah pemberian zat

besi di mulai. Preparat besi yang digunakan adalah ferrous sulfate. Gram fero ini

diserap tiga kali lebih baik dibandingkan dengan gram fero lainnya seperti

fumarat, suksinat, glukonat. Perbedaan daya serap ini disebabkan karena tiap-tiap

zat besi mengandung persentase besi yang berbeda hanya sebesar 18% besi yang

mampu diserap melalui usus. Bila populasi diberikan tablet zat besi sebesar 200

mg (2-3 mg/kg), maka hanya 35 mg yang akan diserap. oleh sebab itu, untuk

mencapai nilai hemoglobin yang diharapkan membutuhkan rata-rata waktu 1

hingga 2 bulan.

Untuk pengobatan anemia derajat berat, besi sukrose akan menjadi

pengobatan anemia dengan kehamilan atau penurunan cadangan besi. Untuk

membantu cadangan zat besi, beberapa peneliti menambahkan vitamin C pada

suplementasi besi dan terbukti efektif meningkatkan absorpsi besi serta memacu

sintesis hemoglobin.

Suplementasi zat besi dihubungkan dengan penurunan prevalensi anemia,

kondisi anemia dan perbaikan anemia. Kondisi anemia pada kehamilan dengan

suplementasi dosis kecil dan lama menjadi lebih efektif dibandingkan dengan

pemberian dalam waktu singkat. Meskipun demikian sering implementasi

program pemberian tablet zat besi belum berhasil menurunkan angka anemia

secara signifikan karena salah satunya adalah kepatuhan dalam mengkonsumsi

rablet zat besi yang belum terlaksanakan dengan baik.(22)

Page 29: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

29

2.3. Hipotesis Penelitian

Hipotesis penelitian sebagai berikut : Ada hubungan kepatuhan konsumsi

tablet fe selama kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu hamil di Puskesmas

Sei Agul Medan Barat tahun 2018.

Page 30: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

30

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah survey analitik dengan pendekatan cross

sectional yaitu suatu pendekatan untuk mempelajari dinamika kolerasi antara

faktor-faktor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach), artinya tiap

subjek penelitian dan pengukuran terhadap suatu karakter atau variabel subjek

pada saat pemeriksaan.(23)

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Lokasi yang dipilih menjadi tempat penelitian adalah di Puskesmas Sei

Agul Medan Barat Tahun 2018.

3.2.2. Waktu Penelitian

Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan penelitian ini yaitu pada

bulan Juli-September tahun 2018 dan dalam kurun waktu tersebut dengan

kegiatan mengumpulkan referensi, konsultasi pembimbing mengenai judul,

pembuatan proposal, studi pendahuluan, perbaikan, proposal, penelitian,

pengumpulan data, pengolahan dan analisis data, penulisan hasil penelitian,

konsultasi dan siding skripsi.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

31

3.3. Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang

mempunyai kuantitas dan karakteristik yang telah ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan. Populasi dalam penelitian ini adalah

seluruh ibu hamil dari usia kehamilan trimester II dan trimester III yang ANC di

Puskesmas sei Agul Medan Barat bulan April – Juli tahun 2018 . (24)

3.3.2. Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan di teliti atau sebagian

jumlah dari karakteristik yang dimilki oleh populasi. Pengambilan sampel dalam

penelitian ini adalah menggunakan sampel minimal yaitu bila ada pembagian

kategori dalam sampel dalam penelitian ini adalah 30.(25) Kriteria inklusi dalam

pengambilan sampel ini adalah seluruh ibu hamil trimester II dan trimester III

yang ANC di Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2018.

Cara pengambilan sampel dengan menggunakan Accidental sampling,

pengambilan sampel secara aksidental ini dilakukan dengan mengambil kasus

atau responden yang kebetulan ada atau tersedia disuatu tempat sesuai dengan

konteks penelitian.(26)

3.4. Kerangka Konsep

Kerangka konsep adalah alur penelitian yang memperlihatkan variabel -

variabel yang mempengaruhi dan yang dipengaruhi. Adapun kerangka konsep

penelitian adalah hubungan konsumsi tablet Fe selama kehamilan dengan kejadian

Page 32: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

32

anemia pada ibu hamil di Puskesmas Sei Agul Medan Barat tahun 2018 adalah

sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 3.1 Kerangka Konsep

3.5. Definisi Operasional dan Aspek Pengukuran

3.5.1. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah mendefinisikan variabel secara operasional

bedasarkan karakteristik yang diamati, memungkinkan peneliti untuk melakukan

observasi atau pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena.

1. Variabel terikat : kepatuhan konsumsi tablet fe selama kehamilan

Kepatuhan adalah keteraturan ibu hamil dalam mengkomsumsi tablet Fe

selama kehamilan sesuai dengan anjuran tentang ketepatan jumlah tablet yang

dikonsumsi 1 tablet perhari, ketepatan cara mengkonsumsi tablet Fe, frekuensi

konsumsi per hari dan waktu mengkonsumsi tablet Fe. Dengan skala

pengukuran patuh akan diberi skor 4 dan value 2 , sedangkan tidak patuh

dengan skor < 4 dan value 1.

2. Variabel bebas : kejadian anemia

Anemia adalah kejadian ibu hamil yang mengalami kadar hemoglobin kurang

dari normal, jika Hb normal adalah 11gr% value 4, Anemia ringan Hb 9-11

gr% value 3, Anemia sedang Hb 7-8 gr% value 3, dan Anemia berat Hb <7

gr% dengan nilai value 1.

Kepatuhan konsumsi

Tablet Fe selama

kehamilan

Kejadian Anemia

Page 33: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

33

3.5.2. Aspek Pengukuran

Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket atau

kuesioner yaitu angket tertutup. Angket tertutup merupakan angket yang

menghendaki jawaban pendek atau dengan memilih alternatif jawaban

menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden.(24)

Tabel 3.1. Aspek pengukuran Variabel Independen dan Dependen

No. Nama

Variabel

Jumlah

Pertanyaan

Cara dan

Alat Ukur

Skala

Pengukuran Value

Jenis

Skala

Ukur

1. Variabel X

Kepatuhan

konsumsi

Tablet Fe

selama

kehamilan

4 Kuesioner

(Skor

Max=4)

Ya : 1

Tidak :0

Patuh (4)

Tidak Patuh

(<4)

(2)

(1)

Ordinal

2. Variabel Y

Kejadian

Anemia

1 Hemoglobin

ometer(Hb

Digital)

Hb 11 gr %

Normal

Hb(9-10gr%)

Anemia Ringan

Hb (7-8 gr%)

Anemia Sedang

Hb (<7)

Anemia Berat

(4)

(3)

(2)

(1)

Ordinal

3.6. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

3.6.1. Jenis Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diambil langsung dari responden dimana cara

untuk memperoleh data tersebut adalah dengan menggunakan kuesioner yang

Page 34: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

34

berisi angket tertutup. Dalam penelitian ini langkah pengumpulan datanya yaitu

seluruh ibu hamil yang melakukan kunjungan ANC di Puskesmas Sei Agul

Medan Barat tahun 2018.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari penelitian orang lain atau

sumber yang telah di publikasikan sehingga data tersebut telah tersedia. Data

sekunder diperoleh dari dokumentasi pembukuan ANC di Puskesmas Sei Agul

Medan Barat tahun 2018.

3. Data Tertier

Data tertier adalah data yang diperoleh dari naskah yang sudah di

publikasikan. Dalam penelitian ini, data tertier diperoleh dari WHO, Profil

kesehatan Indonesia, Profil dinas kesehatan Sumatera Utara

3.6.2. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu data primer yang

diperoleh langsung dari responden dan dikumpulkan melalui pengisian

kuesioner/angket tertutup, dan data sekunder diperoleh dari rekapitulasi jumlah

seluruh data ANC di Puskesmas Sei Agul Medan Barat Tahun 2018.

3.7. Metode Pengolahan Data

Data yang terkumpul diolah dengan cara komputerisasi dengan langkah-

langkah sebagai berikut :

1. Colecting

Mengumpulkan data yang berasal dari kuesioner angket maupun observasi.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

35

2. Cheking

Dilakukan dengan memeriksa kelengkapan jawaban kuesioner dengan tujuan

agar data diolah secara benar sehingga pengolahan data memberikan hasilyang

valid, realiabel dan terhindar dari bias.

3. Coding

Pada langkah ini penulis melakukan pemberian kode pada variabel - variabel

yang diteliti.

4. Entering

Data entry yakni jawaban – jawaban dari masing – masing responden yang

masih dalam bentuk “kode” (angka atau huruf) di masukkan ke dalam

program komputer yang digunakan peneliti yaitu program SPSS for windows.

5. Data Processing

Semua data yang telah di input ke dalam aplikasi komputer akan di olah sesuai

dengan kebutuhan dari penelitian.

3.8. Analisa Data

Analisa data diolah dengan menggunakan komputer dengan perangkat

lunak dengan langkah-langkah analisis datanya adalah :

3.8.1. Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh distribusi kepatuhan ibu

mengkonsumsi tablet fe selama kehamilan dengan kejadian anemia pada ibu

hamil.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pendahuluanrepository.helvetia.ac.id/1161/2/BAB I - BAB III.pdf · besi sebagai salah satu unsur pembentuknya.(3) Berdasarkan data Profil Kesehatan Indonesia

36

3.8.2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan (kolerasi) antara

variabel bebas (independent variabel) dengan variabel terikat (dependent

variabel).

Untuk membuktikan adanya hubungan signifikan antara variabel bebas

dengan variabel terikat digunakan analisis Chi square, pada batas kemaknaan

perhitungan statistik p value (0,05). Apabila hasil perhitungan menujukkan nilai

p<p value (0,05) maka dikatakan (Ho) ditolak, artinya kedua variabel secara

statistik mempunyai hubungan yang signifikan. Kemudian untuk menjelaskan

adanya asosiasi (hubungan) antara variabel terikat dengan variabel bebas

digunakan analisis tabulasi silang.(27)