2.9 perbandingan antara varietas srikandi kuning...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia
yang terpenting nomor tiga setelah gandum dan padi. Beberapa penduduk di
daerah Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan
jagung sebagai pangan pokok yang mengandung karbohidrat dan mengandung
nilai gizi lain yaitu kalori, protein, lemak, kalsium, fosfor, ferum, vitamin A dan
B1.
Tanaman jagung merupakan salah satu jenis tanaman pangan biji-
bijian dari keluarga rumput-rumputan. Berasal dari Amerika yang tersebar ke
Asia dan Afrika melalui kegiatan bisnis orang-orang Eropa ke Amerika. Sekitar
abad ke-16 orang Portugal menyebarluaskannya ke Asia termasuk Indonesia.
Jagung merupakan tanaman semusim yang dapat beradaptasi di
berbagai lingkungan di Indonesia, biasanya jagung tumbuh dengan baik pada awal
musim hujan dan menjelang musim kemarau, dengan kebutuhan curah hujan ideal
sekitar 85-200 mm/bulan dan harus merata, serta kebutuhan suhu optimum antara
230 C - 300 C, jagung pada dasarnya tidak membutuhkan jenis tanah yang khusus,
namun gembur, subur dan kaya humus dengan Ph antara 5,6-7,5.
Seperti yang diketahui, jagung cukup rentan terhadap hama dan
penyakit, terutama pada penyakit bulai yang disebabkan oleh beberapa jamur yang
salah satunya adalah jamur Peronosclerospora maydis. Selain itu, kebutuhan akan
protein juga sangat penting untuk tubuh manusia. Maka dari itu, dilakukan
pemuliaan tanaman jagung untuk mendapatkan varietas baru dengan persilangan
tetua varietas Srikandi Kuning-1 yang memiliki kandungan protein tinggi dengan
varietas BISI 12 yang memiliki sifat sangat tahan penyakit bulai. Untuk menguji
hasil persilangan tersebut, kami menggunakan tempat sebagai lahan tanam di
daerah Gondang Legi, Kepanjen, dan Jatikerto. Daerah tersebut merupakan
dataran rendah dan dipilih sebagai tempat pengujian uji multilokasi. Harapannya
agar menghasilkan jagung yang tahan penyakit bulai, dan berprotein tinggi.
1.2 Tujuan
Menciptakan varietas baru yang tahan terhadap serangan penyakit
bulai
Menciptakan varietas jagung baru yang mempunyai kandungan
protein tinggi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sejarah Jagung
Tanaman jagung, yang dalam bahasa ilmiahnya Zea mays L., adalah
salah satu jenis tanaman biji-bijian dari keluarga rumput-rumputan (Graminaceae)
yang sudah populer di seluruh dunia. Menurut sejarahnya, tanaman jagung berasal
dari Amerika.
Pada waktu orang-orang Eropa datang ke Amerika dan melihat orang-
orang Indian menanam jagung, cukup banyak terkesima karena ada sejenis
rerumputan yang buahnya (bijinya) cukup besar. Pada waktu itu, orang-orang
Eropa yang datang ke Amerika berpendapat bahwa yang namanya rumput-
rumputan bijinya mesti kecil-kecil.
Karena kekagumannya, orang0orang Eropa tersebut sewaktu pulang
banyak yang membawa benih (biji) jagung untuk ditanam di daerah asalnya.
Dengan melalui Eropa, tanaman jagung terus menyebar ke Asia dan
Afrika. Penyebaran tanaman jagung tersebut pada umumnya melalui kegiaatan
dagang(bisnis).
Barulah sekitar abad ke-16 tanaman jagung ini oleh orang-orang Portugis
yang gemar melancong dibawa ke Pakistan, Tiongkok (Cina), dan daerah-daerah
lain di Asia (termasuk Indonesia). Orang Belanda menamakan tanaman jagung ini
mais dan orang-orang Inggris menyebutnya corn. (Warisno, 2009)
2.2 Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Plantae (tumbuh-tumbuhan)
Divisio : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)
Classis : Monocotyledone (berkeping satu)
Ordo : Poales
Famili : Poaceae
Genus : Zea
Spesies : Zea mays L.
Jenis jagung dapat dikelompokkan menurut umur dan bentuk biji.
a) Menurut umur, dibagi menjadi 3 golongan:
1. Berumur pendek (genjah): 75-90 hari, contoh: Genjah Warangan, Genjah
Kertas, Abimanyu dan Arjuna.
2. Berumur sedang (tengahan): 90-120 hari, contoh: Hibrida C 1, Hibrida CP
1 dan CPI 2, Hibrida IPB 4, Hibrida Pioneer 2, Malin,Metro dan Pandu.
3. Berumur panjang: lebih dari 120 hari, contoh: Kania Putih, Bastar, Kuning,
Bima dan Harapan.
b) Menurut bentuk biji, dibagi menjadi 7 golongan:
1. Dent Corn
2. Flint Corn
3. Sweet Corn
4. Pop Corn
5. Flour Corn
6. Pod Corn
7. Waxy Corn
Varietas unggul mempunyai sifat: berproduksi tinggi, umur pendek, tahan
serangan penyakit utama dan sifat-sifat lain yang menguntungkan. Varietas
unggul ini dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: jagung hibrida dan varietas jagung
bersari bebas. Nama beberapa varietas jagung yang dikenal antara lain: Abimanyu,
Arjuna, Bromo, Bastar Kuning, Bima, Genjah Kertas, Harapan, Harapan Baru,
Hibrida C 1 (Hibrida Cargil 1), Hibrida IPB 4, Kalingga, Kania Putih, Malin,
Metro, Nakula, Pandu, Parikesit, Permadi, Sadewa, Wiyasa, Bogor Composite-2.
(Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi MIG Crop, 2012)
2.3 Manfaat Tanaman Jagung
Tanaman jagung sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia dan hewan.
Di Indonesia, jagung merupakan komoditi tanaman pangan kedua terpenting
setelah padi. Berdasarkan urutan bahan makanan pokok di dunia, jagung
menduduki urutan ke 3 setelah gandum dan padi. Di Daerah Madura, jagung
banyak dimanfaatkan sebagai makanan pokok. Akhir-akhir ini tanaman jagung
semakin meningkat penggunaannya. Tanaman jagung banyak sekali gunanya,
sebab hampir seluruh bagian tanaman dapat dimanfaatkan untuk berbagai macam
keperluan antara lain:
a) Batang dan daun muda: pakan ternak
b) Batang dan daun tua (setelah panen): pupuk hijau atau kompos
c) Batang dan daun kering: kayu bakar
d) Batang jagung: lanjaran (turus)
e) Batang jagung: pulp (bahan kertas)
f) Buah jagung muda (putren, Jw): sayuran, bergedel, bakwan, sambel
goreng
g) Biji jagung tua: pengganti nasi, marning, brondong, roti jagung, tepung,
bihun, bahan campuran kopi bubuk, biskuit, kue kering, pakan ternak,
bahan baku industri bir, industri farmasi, dextrin, perekat, industri textil.
(Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi MIG Crop, 2012)
2.4 SYARAT PERTUMBUHAN
Tanaman jagung berasal dari daerah tropis yang dapat menyesuaikan diri
denganlingkungan di luar daerah tersebut. Jagung tidak menuntut persyaratan
lingkungan yang terlalu ketat, dapat tumbuh pada berbagai macam tanah bahkan
pada kondisi tanah yang agak kering. Tetapi untuk pertumbuhan optimalnya,
jagung menghendaki beberapa persyaratan.
A. Iklim
a) Iklim yang dikehendaki oleh sebagian besar tanaman jagung adalah
daerahdaerah beriklim sedang hingga daerah beriklim
sub-tropis/tropis yang basah. Jagung dapat tumbuh di daerah yang
terletak antara 0-50 derajat LU hingga 0-40 derajat LS.
b) Pada lahan yang tidak beririgasi, pertumbuhan tanaman ini
memerlukan curah hujan ideal sekitar 85-200 mm/bulan dan harus
merata. Pada fase pembungaan dan pengisian biji tanaman jagung
perlu mendapatkan cukup air. Sebaiknya jagung ditanam diawal
musim hujan, dan menjelang musim kemarau.
c) Pertumbuhan tanaman jagung sangat membutuhkan sinar matahari.
Tanaman jagung yang ternaungi, pertumbuhannya akan terhambat/
merana, dan memberikan hasil biji yang kurang baik bahkan tidak
dapat membentuk buah.
d) Suhu yang dikehendaki tanaman jagung antara 21-34O C, akan
tetapi bagi pertumbuhan tanaman yang ideal memerlukan suhu
optimum antara 23-27O C. Pada proses perkecambahan benih
jagung memerlukan suhu yang cocok sekitar 30O C.
e) Saat panen jagung yang jatuh pada musim kemarau akan lebih baik
daripada musim hujan, karena berpengaruh terhadap waktu
pemasakan biji dan pengeringan hasil.
B. Media Tanam
a) Jagung tidak memerlukan persyaratan tanah yang khusus. Agar
supaya dapat tumbuh optimal tanah harus gembur, subur dan kaya
humus.
b) Jenis tanah yang dapat ditanami jagung antara lain: andosol
(berasal dari gunung berapi), latosol, grumosol, tanah berpasir.
Pada tanah-tanah dengan tekstur berat (grumosol) masih dapat
ditanami jagung dengan hasil yang baik dengan pengolahan tanah
secara baik. Sedangkan untuk tanah dengan tekstur lempung/liat
(latosol) berdebu adalah yang terbaik untuk pertumbuhannya.
c) Keasaman tanah erat hubungannya dengan ketersediaan unsur-
unsur hara tanaman. Keasaman tanah yang baik bagi pertumbuhan
tanaman jagung adalah pH antara 5,6 - 7,5.
d) Tanaman jagung membutuhkan tanah dengan aerasi dan
ketersediaan air dalam kondisi baik.
C. Ketinggian Tempat
Jagung dapat ditanam di Indonesia mulai dari dataran rendah sampai di
daerah pegunungan yang memiliki ketinggian antara 1000-1800 m dpl. Daerah
dengan ketinggian optimum antara 0-600 m dpl merupakan ketinggian yang baik
bagi pertumbuhan tanaman jagung.
(Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu
Pengetahuan, 2012)
2.5 Landasan Genetik Jagung
1. Pada dasarnya tanaman penyerbuk silang adalah heterozigot dan
heterogenus, begitupun dengan jagung.
2. Genetik satu individu-individu jagung berbeda.
3. Keragaman genetik dalam populasi sangat besar.
4. Terjadi silang dalam, depresi silang dalam, heterosis.
5. Mengurangi frekuensi alel-alel resesif yang merugikan.
6. Mengembangkan genotip potensial.
(Rukmana, 1995)
2.6 Jagung Varietas Srikandi Kuning-1
Soemartono (1995) mengatakan bahwa untuk memperbaiki atau
mengembangkan genotip tanaman agar tahan terhadap lingkungan yang kurang
menguntungkan dapat dilakukan dengan introduksi tanaman budidaya baru atau
mengembangkan varietas tahan.
Jagung Srikandi Kuning-1 merupakan salah satu varietas unggul baru
(VUB) nasional yang dilepas tahun 2004 oleh Badan Litbang Pertanian lewat
Puslitbang tanaman pangan dan dikembangkan di Balai Penelitian Tanaman
Serealia (Baliserealia) Maros. Jagung Srikandi Kuning merupakan jagung dengan
mutu protein yag tinggi karena di introduksi dari jagung QPM (Quality Protei
Maize) yang berasal dari Meksiko.
Kandungan protein biji jagung pada umumnya 8-11%, dengan kandungan
asam amino lisin 0,05% dan triptofan 0,225%. Angka ini kurang dari separuh
konsentrasi yang dianjurkan oleh WHO/FAO (1985, dalam Widowati et al. 2005),
bahwa jagung QPM mengandung lisin 0,11% dan triptofan 0,475%. Jagung
srikandi kuning-1 memiliki kandungan protein yang tinggi, yaitu sebesar 10,38%.
Varietas Srikandi Kuning-1
Asal : Materi introduksi asal CIMMYT Mexico, dibentuk dari
saling silang 8 galur murni yang memiliki daya gabung
baik. Galur pembentuk sintetik tersebut berasal dari F2
dari kelompok heterotik A dan B. Selama pembentukan
galur telah diseleksi untuk sifat posisi tongkol rendah dan
telah tahan penyakit daun
Umur : Berbunga jantan : 54 - 56 hari
Berbunga betina : 56 - 58 hari
Masak fisiologis : 105 - 110 hari
Batang : Tegap
Warna batang : Hijau
Tinggi tanaman : + 185 cm
Daun : Panjang dan sedang
Warna daun : Hijau
Warna malai : Kemerahan tua
Warna rambut : Kemerahan tua
Keragaman tanaman : Seragam (96 - 98%)
Tongkol : Sedang dan silindris
Kelobot : Menutup baik (95 - 97%)
Tipe biji : Semi mutiara, (semi flint) modified hard endosperm
Warna biji : Kuning
Baris biji : Lurus dan rapat
Jumlah baris/tongkol : 12 - 14 baris
Bobot 1000 biji : + 275 g
Endosperm : Protein : 10,38%; Lisin : 0,477%; Triptofan : 0,093%
Rata-rata hasil : 5,40 t/ha pipilan kering (ka. 15%):
Potensi hasil : 7,92 t/ha pipilan kering (ka. 15%)
Ketahanan penyakit : Tahan hawar daun H. maydis dan karat daun Puccinia sp,
Ketahanan hama : Tahan hama penggerek batang O.furnacalis
Keterangan : Dianjurkan ditanam di dataran rendah diutamakan pada
musim penghujan
(Adnan, dkk., 2010)
2.7 Jagung Varietas Bisi 12
Tanaman jagung selama pertumbuhannya tidak terlepas dari organisme
pengganggu tanaman, baik hama maupun penyakit, termasuk penyakit yang
disebabkan oleh virus. Menurut Bos (1983), virus mempunyai pengaruh yang
bermacam-macam terhadap tanaman, karena virus mempunyai daya tular yang
tinggi sehingga infeksinya pada tanaman budi daya berlangsung cepat dan dapat
mencapai tingkat epidemi. Sampai saat ini telah ditemukan 24 jenis virus yang
menyerang tanaman jagung (Brunt et al., 1990), tiga di antaranya ditemukan di
Indonesia yaitu Maize Dwarf Mosaic Virus (MDMV), Cucumber Mosaic Virus
(CMV), dan Sugarcane Mosaic Virus (SCMV) (Saleh et al., 1989; Semangun,
2004), selain itu juga ada Penyakit bulai atau Peronosclerospora maydis Rac
(Shaw)
Terdapat banyak varietas jagung yang diciptakan untuk memenuhi
kepuasan para petani demi mendapatkan kualitas yang bagus dan mendapatkan
hasil yang maksimal. Diantara varietas-varietas yang ada, varietas Bisi-12
memiliki keunggulan yang hampir sempurna diantara varietas yang lain. Varietas
BISI 12 memiliki ketahanan yang sangat tahan terhadap penyakit bulai dan tahan
terhadap penyakit karat daun. (Anonymous,2012)
Varietas BISI 12
Asal : F1 silang tunggal antara galur murni FS 17 sebagai induk
betina dan galur murni FS 10 sebagai induk jantan. FS 17
dan FS 10 dikembangkan oleh Charoen Seeds Co., Ltd.
Thailand
Umur : 50% keluar rambut : 57 hari
Masak fisiologis : 99 hari
Batang : Besar, kokoh, tegap
Warna batang : Hijau
Tinggi tanaman : + 196 cm
Daun : Lebar, bergelombang, dan agak tegak
Warna daun : Hijau gelap
Keragaman tanaman : Seragam
Perakaran : Baik
Kerebahan : Tahan rebah
Bentuk malai : Terbuka dan agak terkulai
Warna sekam : Ungu kehijauan
Warna anthera : Ungu kekuningan
Warna rambut : Ungu
Tinggi tongkol : + 95 cm
Kelobot : Menutup tongkol dengan baik
Tipe bijii : Semi mutiara
Warna biji : Kuning oranye
Jumlah baris/tongkol : 12 - 14 baris
Bobot 1000 biji : + 318,9 g
Rata-rata hasil : 8,0 t/ha pipilan kering
Potensi hasil : 12,4 t/ha pipilan kering
Ketahanan : Sangat tahan terhadap penyakit bulai, dan tahan terhadap
penyakit karat daun
Daerah pengembangan : Sumatera Utara, Jawa Timur, Jawa Tengah (MK).
Lampung dan Jawa Timur (MH)
Keunggulan : Potensi hasil tinggi, tahan terhadap karat daun, tahan
rebah, beradaptasi baik pada musim kemarau di daerah
yang cukup tersedia air, dan umur lebih genjah dari
BISI-2
Keterangan : Baik ditanam untuk dataran rendah
(Adnan, dkk., 2010)
2.8 Penyakit bulai
Kingdom : Fungi
Filum : Oomycota
Kelas : Oomycetes
Ordo : Sclerosoprales
Famili : Sclerosporaceae
Genus : Peronosclerospora
Spesies : Peronosclerospora maydis Rac (Shaw)
Gejala
1. Adanya garis-garis sejajar tulang daun pada permukaan daun berwarna putih
sampai kuning diikuti garis-garis klorotik sampai coklat pada infeksi lebih lanjut.
2. Tanaman kerdil dan tidak menghasilkan.
3. Bila terjadi infeksi terlambat, tanaman masih menghasilkan tetapi bulir-
bulirnya terinfeksi patogen.
Penyebab Penyakit
Jamur Peronosclerospora maydis (Racib) Show. Jamur memiliki
miselium yang berkembang dalam ruang antar sel. Konidiafora (penyangga
konodia) dibentuk pada mulut daun, dan memiliki percabangan dikotom. Konidia
berbentuk bulat, dibentuk diujung percabangan konidiafora.
Pembentukan konidiafora dan pelepasan konidia terjadi pada waktu malam
hari. Jamur penyebab penyakit bulai pada jagung tidak dapat diisolasi pada media
buatan.
Penularan
Penularan Jamur dapat melalui udara atau melalui benih. Infeksi melalui
udara ditandai dengan timbulnya gejala pada daun muda yang mengalami klorotik
sedangkan daun tua masih berwarna hijau. Tanda-tanda infeksi melalui benih
terlihat pada bibit muda yang memperlihatkan klorotik pada seluruh daun dan
tanaman cepat mati. Pada permukaan bawah daun yang terinfeksi banyak
terbentuk spora dan terlihat seperti tepung putih.
Daur Penyakit
Pada malam hari jamur membentuk konodiapora dan kemudian diikuti
pembentukan konidia secara serentak. Setelah beberapa saat konidia dilepaskan
dan konidia akan mengadakan penetrasi melalui mulut daun (stomata). Sejak
penetrasi sampai dengan timbulnya gejala (masa inkubasi) berkisar antara 9 – 11
hari.
Patogen dapat bertahan di dalam biji, tetapi sumber penularan primer
berasal daritanaman jagung yang terserang. Penyakit ini merugikan pada
pertanaman jagung di dataran rendah, dan tidak diterdapat pada ketinggian diatas
900 m diatas permukaan laut. Perkembangan penyakit sangat dibantu oleh kondisi
cuaca lembab dan panas. Pengendalian penyakit bulai dapat dilakukan dengan
cara sebagai berikut:
1. Penanaman secara serempak
2. Menanam varietas jagung yang tahan (resisten) terhadap penyakit bulai,
3. Perlakuan benih sebelum tanam dengan fungisida metalaksil,
4. Mencabut dan memusnahkan tanaman jagung yang sakit,
5. Melakukan perbaikan aerasi dan darinase tanah agar keadaan lahan tidak
lembab,
6. Pergiliran tanaman dengan yang bukan sefamili.
(Dinas pertanian, 2011)
2.9 Perbandingan antara Varietas Srikandi Kuning-1 dan Varietas BISI 12
Peningkatan produksi jagung dapat dilaksanakan melalui peningkatan
adopsi teknologi baru khususnya penggunaan varietas hybrida yang memiliki
daya hasil tinggi secara dibandingkan dengan varietas jagung lainnya. (Hadi,
Waluyo, dan Sugiarto, 1993).
Pembanding Varietas Srikandi
Kuning-1
Varietas BISI 12
Asal benih : Meksiko F1 silang tunggal antara
galur murni FS 17
sebagai induk betina dan
galur murni FS 10
sebagai induk jantan. FS
17 dan FS 10
dikembangkan oleh
Charoen Seeds Co., Ltd.
Thailand
Masak fisiologis ± 105-110 hari 99 hari
Tinggi tanaman ± 185 cm + 196 cm
Jumlah baris/tongkol 12-14 baris 12-14 baris
Potensi hasil 7,92 t/ha pipilan kering
(ka.15%)
12,4 t/ha pipilan kering
Ketahanan Sangat tahan terhadap
penyakit bulai, dan tahan
terhadap penyakit karat
daun
Tidak tahan penyakit
bulai, tahan hawar daun
H. maydis dan karat daun
Puccinia sp
Kandungan Protein Tinggi rendah
BAGAN PERSILANGAN
1. Metode backcross pertama:
X
Protein tinggi Protein rendahTidak tahan bulai Sangat tahan bulai
X 50%
X 75%
X 87,5%
x 93,75%
protein tinggitahan bulai
2. Metode backcross kedua
F1
F1 Srikandi Kuning-1
BC1 Srikandi Kuning-1
BC2
Srikandi Kuning-1 BISI 12
Srikandi Kuning-1
BC3 Srikandi Kuning-1
BC4
X
protein tinggi sangat tahan bulaitahan bulai
X 50%
75%
X 87,5%
X 93,75%
Protein tinggi dan sangat tahan bulai
DAFTAR PUSTAKA
BC4
BC5 BISI 12
BC6 BISI 12
BC7 BISI 12
BC8 BISI 12
BC9
BISI 12
Adnan, dkk. 2010. Deskripsi Varietas Unggul Jagung. Balai Penelitian Tanaman
Serealia: Kementerian Pertanian Pusat Penelitian Dan Pengembangan
Tanaman Pangan Balai Penelitian Tanaman Serealia
Anonymous. 2012. Jagung Varietas BISI 12. http://www.puslittan.bogor.net/index.php?bawaan=varietas/varietas_detail&komoditas=05022&id=Bisi12&pg=2&varietas=1. Diakses 17 Mei 2012.
Bos L, 1983. Introduction to plant virology. PUDOC, Wageningen, The
Netherlands, 226.
Brunt AA, Crabtree K, dan Gibbs AJ, 1990. Viruses of Tropical Plants. C.A.B.
International, Walling Ford, 707.
Dinas pertanian. 2011.PENYAKIT BULAI (DOWNY MILDEW) PADA JAGUNG. Jombang: Dinas Pertanaian
Hadi,P., Waluyo, dan Sugiarto. 1993. Penetilian Agribisnis Buku II. Laporan Teknis Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Bogor
Kantor Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi MIG Crop. 2012. Jagung. Malang
Rukmana, Rahmat. 1995. Budi daya Melon hibrida. Yogyakarta. Kanisius Saleh N, Baliadi Y, dan Cook AA, 1989. Identifikasi Virus Mosaik Kerdil Jagung
pada Tanaman Jagung di Indonesia. Risalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan Tahun 1989. Malang: Balai Penelitian Tanaman Pangan, 127–129.
Semangun, 2004. Penyakit Tanaman Pangan di Indonesia. Cetakan ketiga. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press
Soemartono, 1995. Cekaman Lingkungan, Tantangan Pemuliaan Tanaman Masa Depan. Jember: Prosiding Simposium Pemuliaan Tanaman III , 1–12.
Warisno. 2009. Jagung Hibrida.Yogyakarta: Kanisius
Widowati, S., B.A. S. Santosa, dan Suarni. 2005. Mutu gizi dan sifat fungsional jagung. Prosiding Seminar dan Lokakarya Nasional Jagung. Makassar: Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan, 29-30 September 2005. p. 343-350.