2011-2-00375-ak ringkasan003

10
ANALISIS PERLAKUAN PAJAK PARKIR DAN PAJAK AIR TANAH DI DINAS PELAYANAN PAJAK PROPINSI DKI JAKARTA Ananda Marsha Aprelia Jl.Chairil anwar no 39 Kreo Larangan Tangerang 15156 [email protected] Hanggoro Pamungkas Drs, M.Sc ABSTRAK Pajak daerah merupakan bagian dari Penerimaan Asli Daerah. Pajak daerah terdiri dari beberapa pajak diantaranya pajak parkir dan pajak air tanah. Meningkatnya jumlah kendaraan baik mobil atau motor serta banyaknya pembangunan gedung-gedung perkantoran, mall, dan apartemen seharusnya meningkatkan penerimaan pajak dari sektor pajak parkir. namun kenyataannya penerimaan dari pajak parkir selalu tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Begitu juga halnya dengan pajak parkir, pajak air tanah juga tidak dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis prosedur perlakuan pajak parkir dan pajak air tanah dalam hal ini mengetahui bagaimana prosedur pemungutan, penyetoran, dan pelaporan pajaknya, mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat penerimaan pajak parkir dan pajak air tanah, serta tingkat pertumbuhan pajak parkir dan pajak air tanah selama kurun waktu 3 tahun terakhir yaitu tahun 2008 s/d 2010. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Data yang digunakan adalah data penerimaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Penerimaan Asli Daerah (PAD) serta data penerimaan pajak parkir dan pajak air tanah itu sendiri. Penulis juga menggunakan metode pengumpulan data diantaranya observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan penerimaan pajak parkir selama 3 tahun selalu tidak mencapai target yang diharapkan. Ini terbukti tingkat pencapaian tahun 2008 hanya 90,81%, tahun 2009 hanya 99,05% dan tahun 2010 hanya 86,27%. Rata-rata tingkat pertumbuhan pajak parkir juga hanya sekitar 14,42%. Sama halnya dengan pajak parkir, pajak air tanah juga tidak dapat mencapai penerimaan sesuai target yang telah ditetapkan. Untuk tahun 2008 penerimaannya hanya sebesar 75,75%, namun untuk tahun 2009 penerimaan pajak air tanah berhasil mencapai target yang diharapkan yaitu berhasil mencapai target sebesar 158,06% dan begitu juga untuk tahun 2010 tingkat pencapaiannya sebesar 104,46%. Untuk meningkatkan penerimaan pajak parkir dan pajak air tanah pemerintah Propinsi DKI Jakarta khusunya Dinas Pelayanan Pajak harus melakukan upaya ekstensifikasi dan intensifikasi secara optimal agar penerimaan dari pajak parkir dan pajak air tanah dapat mencapai target yang diharapkan. Kata Kunci: Penerimaan Asli Daerah (PAD), Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Perlakuan, Pertumbuhan

Upload: imot2

Post on 29-Dec-2015

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: 2011-2-00375-AK Ringkasan003

ANALISIS PERLAKUAN PAJAK PARKIR DAN PAJAK AIR TANAH DI DINAS

PELAYANAN PAJAK PROPINSI DKI JAKARTA

Ananda Marsha Aprelia Jl.Chairil anwar no 39 Kreo Larangan Tangerang 15156

[email protected]

Hanggoro Pamungkas Drs, M.Sc

ABSTRAK

Pajak daerah merupakan bagian dari Penerimaan Asli Daerah. Pajak daerah terdiri dari beberapa pajak diantaranya pajak parkir dan pajak air tanah. Meningkatnya jumlah kendaraan baik mobil atau motor serta banyaknya pembangunan gedung-gedung perkantoran, mall, dan apartemen seharusnya meningkatkan penerimaan pajak dari sektor pajak parkir. namun kenyataannya penerimaan dari pajak parkir selalu tidak sesuai dengan target yang diharapkan. Begitu juga halnya dengan pajak parkir, pajak air tanah juga tidak dapat mencapai target yang telah ditetapkan. Tujuan dari penelitian ini yaitu menganalisis prosedur perlakuan pajak parkir dan pajak air tanah dalam hal ini mengetahui bagaimana prosedur pemungutan, penyetoran, dan pelaporan pajaknya, mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat penerimaan pajak parkir dan pajak air tanah, serta tingkat pertumbuhan pajak parkir dan pajak air tanah selama kurun waktu 3 tahun terakhir yaitu tahun 2008 s/d 2010. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Data yang digunakan adalah data penerimaan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD), Penerimaan Asli Daerah (PAD) serta data penerimaan pajak parkir dan pajak air tanah itu sendiri. Penulis juga menggunakan metode pengumpulan data diantaranya observasi, dokumentasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan penerimaan pajak parkir selama 3 tahun selalu tidak mencapai target yang diharapkan. Ini terbukti tingkat pencapaian tahun 2008 hanya 90,81%, tahun 2009 hanya 99,05% dan tahun 2010 hanya 86,27%. Rata-rata tingkat pertumbuhan pajak parkir juga hanya sekitar 14,42%. Sama halnya dengan pajak parkir, pajak air tanah juga tidak dapat mencapai penerimaan sesuai target yang telah ditetapkan. Untuk tahun 2008 penerimaannya hanya sebesar 75,75%, namun untuk tahun 2009 penerimaan pajak air tanah berhasil mencapai target yang diharapkan yaitu berhasil mencapai target sebesar 158,06% dan begitu juga untuk tahun 2010 tingkat pencapaiannya sebesar 104,46%. Untuk meningkatkan penerimaan pajak parkir dan pajak air tanah pemerintah Propinsi DKI Jakarta khusunya Dinas Pelayanan Pajak harus melakukan upaya ekstensifikasi dan intensifikasi secara optimal agar penerimaan dari pajak parkir dan pajak air tanah dapat mencapai target yang diharapkan.

Kata Kunci: Penerimaan Asli Daerah (PAD), Pajak Parkir, Pajak Air Tanah, Perlakuan, Pertumbuhan

Page 2: 2011-2-00375-AK Ringkasan003

Analysis of the tax treatment of parking and forund water taxes in the tax service office of DKI Jakarta

Local tax revenue is part of the PAD. Local taxes consist of several taxes including tax and parking tax groundwater. The increasing number of vehicles either car or motorcycle, and many build office buildings, malls, and apartments should increase tax revenue from parking tax sector. but in fact the parking tax revenue does not always correspond to the expected target. So it is with the parking tax, groundwater tax is also not able to achieve the set targets. The purpose of this study is to analyze the procedures parking tax and the tax treatment of ground water in this case to know how voting procedures, deposit, and tax reporting, know what factors that can inhibit the parking tax revenue and tax groundwater, as well as the growth rate parking tax and ground water tax during the period of 3 years ie 2008, s / d 2010. In this study the authors used qualitative research methods. The data used is the data reception Revenue Budget Expenditure (Budget), Revenue (PAD) as well as data and the parking tax receipts taxes groundwater itself. The author also uses the data collection methods including observation, documentation and interviews. The results showed parking tax receipts for 3 years do not always reach their intended target. It's proven level of achievement in 2008 was just 90.81%, in 2009 only 99.05% and 86.27% in 2010 only. Average growth rate parking tax is also only about 14.42%. Similarly, the parking tax, groundwater tax is also not appropriate to achieve the revenue target has been set. For 2008 revenues amounted to only 75.75%, but for 2009 the groundwater tax revenues reached their intended target is successfully hit the target at 158.06% and for 2010 as well as the achievement level of 104.46%. To increase the parking tax revenue and tax groundwater DKI Jakarta Provincial Government especially the Tax Office should conduct extensive and intensifying efforts to best effect to the tax revenue from parking and ground water tax can achieve the expected target. Keywords: the reception of native of a region ( pad ) parking tax, ground water tax, the treatment, growth

PENDAHULUAN

Pajak parkir dan pajak air tanah merupakan salah satu penyumbang penerimaan pajak daerah. Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor di Propinsi DKI Jakarta, adanya pertumbuhan pembangunan apartemen, mall, gedung-gedung perkantoran harusnya mendorong penerimaan daerah dari sisi pajak parkir menjadi meningkat meningkat, namun kenyataannya pajak parkir menurun beberapa tahun belakangan ini. Seperti halnya pajak parkir, pajak air tanah merupakan salah satu sumber penerimaan pajak daerah yang terdapat di DKI Jakarta, namun terbatasnya lahan di DKI Jakarta menyebabkan semakin kecilnya daerah serapan air, dan meningkatnya penduduk di daerah DKI Jakarta yang memanfaatkan pemakaian air bawah tanah menyebabkan pemakaian air bawah tanah sudah mencapai ambang batas maksimal. Penyebab lainnya dikarenakan maraknya kasus pengambilan air bawah tanah secara ilegal belakangan ini menyebabkan turunnya penerimaan daerah yang bersumber dari pajak air tanah. Dalam hal ini penulis membatasi ruang lingkup pada :

1. Prosedur perlakuan pajak parkir dan pajak air tanah di Dinas Pelayanan Pajak Propinsi DKI Jakarta.

2. Faktor-faktor yang dapat menghambat penerimaan atas pajak parkir dan pajak air tanah di Dinas Pelayanan Pajak serta upaya-upaya yang dapat dilakukan.

3. Pertumbuhan pajak parkir dan pajak air tanah selama kurun waktu 3 tahun terakhir yaitu dari tahun 2008 s/d 2010.

Dan tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui prosedur perlakuan pajak parkir dan pajak air tanah di Dinas Pelayanan Pajak Propinsi DKI Jakarta.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang dapat menghambat penerimaan pajak parkir dan pajak air tanah di Dinas pelayanan Pajak serta upaya-upaya yang dapat dilakukan.

3. Untuk mengetahui tingkat pertumbuhan pajak parkir dan pajak air tanah selama kurun waktu 3 tahun terakhir yaitu tahun 2008 s/d 2010.

Page 3: 2011-2-00375-AK Ringkasan003

METODE PENELITIAN

Dalam melakukan penelitian atas pajak parkir dan pajak air tanah, penulis menggunakan metode penelitian kualitatif. Metode kualitatif diartikan sebagai metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek yang alamiah dimana peneliti sebagai instrumen kunci, yang menggunakan metode pengumpulan data dilakukan secara gabungan, analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono:2011:13). Sedangkan dalam teknik pengumpulan data penulis menggunakan metode :

1. Studi Pustaka Dilakukan dengan cara mencari informasi yang berkaitan erat dan memiliki referensi

yang relevan dengan topik skripsi dari buku-buku serta literatur ataupun media elektronik seperti internet agar lebih mendalami isi dari skripsi itu sendiri.

2. Studi Lapangan Yaitu kegiatan pengumpulan data dengan cara datang langsung ke intansi yang

berkaitan dengan topik yang penulis ambil agar dapat memperoleh data yang lebih aktual dalam mengetahui lebih rinci aspek-aspek yang berpengaruh pada pendapatan daerah tersebut. Dalam hal ini penulis datang langsung ke kantor Dinas Pelayanan Pajak Propinsi DKI Jakarta yang beralamat di Jl. Abdul Muis No 66 Jakarta Pusat.

Kegiatan studi lapangan terdiri dari:

a. Observasi Merupakan pengamatan dan pencatatan langsung kejadian-kejadian atau

informasi-informasi yang berkaitan dengan topik skripsi. Kegiatan observasi ini dilakukan dengan mendatangi langsung dan mencari informasi ke pihak-pihak yang terkait di Dinas Pelayanan Pajak.

b. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data serta seluruh dokumen yang berkaitan dengan topik skripsi yang penulis ambil, dalam hal ini data-data yang diperlukan yaitu data-data hasil penerimaan pajak seperti diantaranya data APBD, data PAD, serta data penerimaan pajak daerah khususnya pajak parkir dan pajak air tanah dalam kurun waktu 3 tahun terakhir serta data atau dokumen lain yang berkaitan.

c. Wawancara Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan cara menanyakan langsung

kepada pihak-pihak yang berwenang terkait dengan topik skripsi penulis.

Page 4: 2011-2-00375-AK Ringkasan003

HASIL DAN BAHASAN

Analisis target dan realisasi penerimaan pajak parkir

2008 2009 2010

target penerimaan 125.000.000.000 140.000.000.000 150.000.000.000

realisasi penerimaan 113.517.192.051 138.675.783.768 129.407.192.946

0

20.000.000.000

40.000.000.000

60.000.000.000

80.000.000.000

100.000.000.000

120.000.000.000

140.000.000.000

160.000.000.000

Berdasarkan grafik diatas terlihat jelas penerimaan pajak parkir tidak dapat mencapai target. Langkah-langkah yang telah ditempuh oleh Dinas Pelayanan Pajak untuk mencapai target penerimaan pajak parkir diantaranya :

1. Peningkatan pembinaan kepada wajib pajak atas perlakuan perpajakan dengan sistem Self Asessment melalui sosialisasi dan penyuluhan, sehingga tingkat kesadaran wajib pajak dalam pemenuhan kewajiban perpajakannya mengalami peningkatan.

2. Pemeriksaan terhadap wajib pajak yang belum sepenuhnya mematuhi kewajiban pembayaran dan pelaporan jumlah pajak terutang.

3. Law enforcement melalui tindakan penerapan sanksi adminsitrasi bagi wajib pajak yang tidak memenuhi ketentuan perpajakan.

Analisis pertumbuhan pajak parkir

2008 2009 2010

Realisasi penerimaan

pajak parkir113.517.192.051 138.675.783.768 129.407.192.946

113.517.192.051138.675.783.768129.407.192.946

0

50.000.000.000

100.000.000.000

150.000.000.000

Realisasi penerimaan pajak parkir

Page 5: 2011-2-00375-AK Ringkasan003

Analisis target dan realisasi penerimaan pajak air tanah

2008 2009 2010

target penerimaan 80.000.000. 80.000.000. 150.000.000

realisasi penerimaan 60.597.213. 126.446.931 156.690.521

0

20.000.000.000

40.000.000.000

60.000.000.000

80.000.000.000

100.000.000.000

120.000.000.000

140.000.000.000

160.000.000.000

180.000.000.000

Axis

Tit

le

Penerimaan pajak air tanah setiap tahun mencapai target yang berbeda-beda. Seperti pada tahun 2008, pemerintah Propinsi DKI Jakarta menargetkan penerimaan pajak air tanah sebesar 80.000.000.000 namun kenyataannya yang berhasil terealisasi hanya sebesar 60.597.213.743 atau sebesar 75,75 persen. Ketidakpencapaian penerimaan pajak air tanah ini disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya:

a).Adanya pembatasan terhadap pemakaian/pemanfaatan air bawah tanah kepada masyarakat sesuai dengan ijin uang diberikan oleh Dinas Pertambangan.

b). Adanya pemakaian/pemanfaatan air bawah tanah secara ilegal karena belum terjaring sebagai pelanggan air bawah tanah yang dapat dijadikan objek pajak seperti tempat-tempt pencucian kendaraan bermotor yang belum diikuti dengan ditetapkannya peraturan yang menjadi kebijakan Pemerintah Daerah tentang pemungutan pajak.

c).Adanya permasalahan teknis dilapangan seperti meteran air rusak. Sedangkan untuk tahun 2009, pemerintah Propinsi DKI Jakarta menargetkan penerimaan pajak air

tanah sebesar 80.000.000.000 berhasil mencapai target yang diharapkan yaitu sebesar 126.446.931.536 atau sebesar 158,06 persen. Beberapa indikator yang dapat menunjang tingkat pencapaian penerimaan pajak air tanah diantaranya pemungutan pajak air tanah bersifat regulasi sehingga pemungutan pajaknya lebih diarahkan sebagai pengaturan dan pengendalian atas pemakaian/pemanfaatan air bawah tanah oleh masyarakat serta adanya kenaikan nilai perolehan air sebagai dasar pengenaan Pajak Pemanfaatan Air Bawah Tanah (PABT) berdasarkan Peraturan Gubernur Nomor 37 Tahun 2009, dalam rangka pengembalian dan pemanfaatan air bawah tanah serta dalam upaya pengendalian dampak lingkungan untuk menjaga kuantitas dan kualitas air bawah tanah. Agar lebih jelasnya berikut disajikan grafik perkembangan realisasi penerimaan pajak air tanah.

Page 6: 2011-2-00375-AK Ringkasan003

Analisis pertumbuhan pajak air tanah

2008 2009 2010

Realisasi penerimaan

pajak air tanah60.597.213.743 126.446.931.536 156.690.521.376

60.597.213.743

126.446.931.536

156.690.521.376

0

50.000.000.000

100.000.000.000

150.000.000.000

200.000.000.000

Realisasi penerimaan pajak air tanah

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan pembahasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Prosedur perlakuan pajak parkir dan pajak parkir dan pajak air tanah sudah sesuai dengan

peraturan daerahnya. Ini dapat terlihat dari bab sebelumnya bahwa seseorang yang memiliki usaha perparkiran dan usaha-usaha yang menggunakan air tanah harus mendaftarkan usahanya ke Dinas Pelayanan Pajak. Untuk pajak parkir menggunakan SPOPD, setelah mendapat izin dan dikukuhkan sebagai wajib pajak, wajib pajak mendapat NPWP dan melaporkan pajaknya menggunakan SPTPD kemudian membayar pajaknya menggunakan SSPD. Namun berbeda dengan pajak parkir, karena pajak air tanah ditetapkan dengan sistem “official assessment” maka penentuan besarnya pajak hanya menggunakan SKPD.

2. Dari pembahasan sebelumnya terlihat jelas bahwa penerimaan pajak parkir belum dapat dikatakan optimal, karena belum mencapai target yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Propinsi DKI Jakarta. Ketidakpencapaian tersebut dilatarbelakangi oleh beberapa hambatan, diantaranya :

a. Banyak terjadinya kebocoran pajak parkir yang menyebabkan target penerimaan pajak parkir terus mengalami penurunan beberapa tahun terakhir dan faktor-faktor lain diantaranya kacaunya pengaturan zona parkir, adanya “permainan” petugas di lapangan. Contohnya saat masyarakat memarkir kendaraannya secara on street (di pinggir jalan) jarang sekali petugas memberikan karcis sebagai bukti pembayaran yang akhirnya uang yang dibayar oleh si pemarkir tidak masuk ke kas daerah. Kebocoran pajak parkir juga disebabkan karena kelemahan isi Peraturan daerah tentang pajak parkir yang lama yang tidak menguntungkan DKI Jakarta dari sisi pajak. Salah satu isinya adalah pajak parkir offstreet yang dibebankan kepada operator swasta hanya 20% dari jumlah ruas kendaraan, bukan berdasarkan jumlah kendaraan yang masuk ke dalam gedung atau mall.

b. Dugaan kebocoran pajak dari sektor perpakiran juga disebabkan adanya laporan palsu dari operator parkir. Kelemahan sistem pemungutan pajak parkir yaitu sistem self assesment contract yang artinya besarnya pajak yang harus dibayar seluruhnya dihitung oleh para pengusaha parkir. Dengan sistem seperti itu, sangat mudah bagi para pengusaha parkir untuk “memanipulasi” data jumlah kendaraan parkir dan pajak yang harus dibayarkan ke Dinas Pelayanan Pajak. Dan alasan lain yaitu laporan pajaknya masih manual sehingga datanya dengan sangat mudah diolah oleh para pengusaha parkir.

Page 7: 2011-2-00375-AK Ringkasan003

c. Sistem transportasi kota yang semakin baik sehingga kendaraan umum menjadi pilihan utama masyarakat dalam menjalankan kegiatannya, yang membuat masyarakat lebih memilih menggunakan angkutan umum dengan alasan biaya yang jauh lebih murah yaitu contohnya dengan adanya Trans Jakarta.

d. Masih terbatasnya sumber daya manusia yang kompeten dalam hal penagihan pajak parkir sehingga penerimaan keduanya kurang maksimal.

e. Masih rendahanya tingkat kepatuhan dan kepedulian masyarakat sebagai wajib pajak untuk melakukan kewajibannya dan ketidakjujuran wajib pajak dalam melaporkan besarnya pajak.

Berbeda dengan pajak parkir, penerimaan pajak air tanah dapat dikatakan optimal walaupun ada yang tidak berhasil mencapai target. Ketidakpencapaian ini juga dilatarbelakangi oleh beberapa hambatan, diantaranya :

a. Pengeksploitasian air tanah secara berlebihan. Hal ini terjadi karena banyak industri-industri yang menggunakan air tanah secara ilegal dan dengan jumlah yang berlebihan.

b. Adanya pembatasan terhadap pemakaian/pemanfaatan air bawah tanah kepada masyarakat sesuai dengan izin yang diberikan oleh Dinas Pertambangan.

c. Dan alasan lain, yaitu dengan adanya Peraturan Gubernur no 37 tahun 2009 tentang Nilai Perolehan Air sebagai dasar pengenaan pajak pengambilan air bawah tanah dijelaskan bahwa jika kebutuhan air suatu wilayah telah tercukupi dengan PDAM, tidak diperkenankan lagi menggunakan air tanah. Dalam peraturan tersebut juga dijelaskan bahwa jika terdapat akibat yang ditimbulkan oleh pengambilan air bawah tanah tersebut, maka ada “kompensasi pemulihan kerusakan lingkungan” yang artinya ada biaya yang dipungut untuk upaya pemulihan kerusakan lingkungan yang telah maupun akan terjadi akibat pengambilan air bawah tanah tersebut. Biaya-biaya tersebut diantaranya biaya pemulihan yang diperlukan akibat terjadinya penurunan muka air bawah tanah, biaya pemulihan yang diperlukan akibat terjadinya penurunan muka tanah(land subsidence), serta biaya pemulihan yang diperlukan akibat terjadinya pencemaran air bawah tanah.

d. Adanya permasalahan teknis di lapangan seperti meteran rusak. 3. Pertumbuhan pajak parkir dalam kurun waktu 3 tahun yaitu dari tahun 2008 s/d 2010 rata-rata

pertumbuhannya sebesar 14,42%. Dari tahun 2008 sampai dengan 2009 tingkat pertumbuhannya sebesar 22%, namun dari tahun 2009 sampai dengan 2010 tingkat pertumbuhannya menurun yaitu sebesar 7%.

Saran Dari kesimpulan diatas, ada beberapa saran agar nantinya bermanfaat bagi pihak Dinas Pelayanan Pajak. Saran tersebut diantaranya yaitu upaya intensikasi dan ekstensifikasi pajak daerah khususnya pajak parkir dan pajak air tanah. Ekstensifikasi adalah upaya yang bertujuan untuk menambah jumlah wajib pajak terdaftar dan perluasan objek pajak dalam administrasi Direktorat Jenderal Pajak (DJP). Intensifikasi adalah upaya optimalisasi penggalian penerimaan pajak terhadap objek dan subjek pajak yang telah tercatat atau terdaftar. (Surat Edaran DJP No SE-06/PJ.9/2001). Berikut rincian langkah-langkahnya:

Untuk pajak parkir, ada beberapa langkah yang dapat dilakukan diantaranya sebagai berikut:

1. Peningkatan pengawasan terhadap para pengelola parkir dengan cara melakukan pembinaan kepada wajib pajak atas perlakuan sistem “self assesment” Hal lain juga pembaharuan peraturan daerah mengenai aturan tentang pajak parkir yang kini telah di perbaharui dari Peraturan Daerah No 6 Tahun 2002 menjadi Peraturan Daerah No 16 tahun 2010.

2. Melaksanakan gagasan/ide untuk membuat sistem pemungutan pajak dengan sistem “online” sesegera mungkin agar penerimaan pajak parkir dapat optimal sehingga dapat diketahui jumlah kendaraan baik motor atau mobil yang membayar parkir setiap bulannya dan berapa jumlah pajak yang seharusnya dibayar oleh perusahaan parkir.

3. Peningkatan kualitas aparat pajak, misalnya dengan diadakannya seminar-seminar tentang isu terbaru mengenai perpajakan, diadakannya penyuluhan atas peraturan-peraturan atau kebijakan baru yang ada, diadakannya pendidikan dan pelatihan sebulan sekali bagi pegawai Dinas Pelayanan Pajak untuk meningkatkan kinerjanya.

4. Pembentukan Tim Pemeriksaan Pajak Parkir dalam rangka melakukan kegiatan survei dan observasi di lapangan guna mendapat data atau informasi usaha wajib pajak untuk mengetahui seberapa efektif dan benar para pengelola pajak parkir melaporkan dan

Page 8: 2011-2-00375-AK Ringkasan003

membayar besarnya pajak yang terutang serta mengidentifikasi para pengelola parkir yang belum terdaftar sebagai wajib pajak parkir.

5. Peningkatan pelayanan administrasi perpajakan kepada masyarakat dalam pemenuhan kewajiban pembayaran dan pelaporan pajaknya serta peningkatan pengawasan yang lebih intensif terhadap pembayaran pajaknya.

6. Memberikan sanksi administrasi bagi wajib pajak yang tidak mematuhi ketentuan peraturan perpajakan.

a. Sama halnya dengan pajak parkir, ada beberapa saran yang dapat dilakukan dalam rangka menaikkan penerimaan pajak daerah khususnya pajak air tanah. Langkah-langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Peningkatan pengawasan pembayaran pajak dengan cara pemberian sanksi administrasi terutama

bagi wajib pajak yang tidak mematuhi ketentuan peraturan perundang-undangan. 2. Penyederhanaan prosedur administrasi agar masyarakat lebih mudah melakukan pembayaran

pajak air tanah. Karena selama ini prosedur pendaftaran sebagai wajib pajak air tanah sangat lama dan memakan waktu yang akhirnya banyak perusahaan yang malas untuk mendaftarkan dirinya sebagai wajib pajak air tanah.

3. Peningkatan pendataan di lapangan melalui koordinasi dengan BPLHD (Badan Pengelola Lingkungan Hidup Daerah) serta Dinas Pertambangan untuk menjaring wajib pajak baru yang belum terdaftar.

4. Peningkatan pelaksanaan pemantauan dalam rangka kegiatan pencatatan meter air atas pemakaian air bawah tanah.

Namun dalam rangka pengendalian lingkungan dan menghindari semakin menurunnya permukaan air tanah dan menipisnya cadangan air tanah, maka Pemerintah Propinsi DKI Jakarta bekerja sama dengan BPLHD menetapkan Peraturan Gubernur No 37 tahun 2009 tentang Nilai Perolehan Air sebagai Dasar Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah. Dalam peraturan ini dijelaskan bahwa adanya kenaikan harga dasar air bawah tanah dan kebijakan pembatasan pemakaian air bawah tanah serta upaya pengendalian lingkungan melalui konservasi air tanah, maka diharapkan tidak ada lagi pihak-pihak yang menggunakan air tanah dan beralih ke penggunaan air PDAM.

Page 9: 2011-2-00375-AK Ringkasan003

REFERENSI

Darwin(2010). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta : Mitra Wacana Media

Data Realisasi APBD Propinsi DKI Jakarta tahun 2008-2010

Data Realisasi PAD Propinsi DKI Jakarta tahun 2008-2010

Data Realisasi Penerimaan Pajak Daerah Propinsi DKI Jakarta tahun 2008-2010

Mardiasmo. (2011). Perpajakan Edisi Revisi 2011. Yogyakarta : CV. Andi Offset

Peraturan Daerah No 16 Tahun 2010 tentang Pajak Parkir

Peraturan Daerah No 17 Tahun 2010 tentang Pajak Air Tanah

Peraturan Gubernur No 37 Tahun 2009 tentang Nilai Perolehan Air sebagai Dasar Pengenaan Pajak Pengambilan dan Pemanfaatan Air Bawah Tanah

Peraturan Gubernur Nomor 34 Tahun 2009 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Pelayanan Pajak

Peraturan Pemerintah No 43 Tahun 2008 tentang Pajak Air Tanah

Siahaan, Marihot P.(2010). Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Edisi Revisi. Jakarta : Rajawali Pers

Sugiyono.(2011). Metode Penelitian Kombinasi(Mixed Methods). Bandung : AlfaBeta

Suryarini, Trisni., & Tarsis Tarmudji.(2011). Pajak di Indonesia. Semarang : Graha Ilmu

Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah beserta penjelasan, pajak daerah dan retribusi daerah untuk Pembangunan & Kesejahteraan. Jakarta : Visi Media

Wirawan.B., Ilyas & Richard Burton. (2010). Hukum Pajak (Edisi Revisi). Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

www.dpp.jakarta.go.id/214/jakarta-akan-berlakukan-pajak-parkir-secara-online/ Diakses tanggal 07 Mei 2012

www.indopos.co.id/index.php/arsip-berita-indopos/66-indopos/16191-pengelolaan-buruk-pajak-parkir-bocor.html.Diakses tanggal 16 Maret 2012

www.koran-jakarta.com/index.php/detail/view01/79866. Diakses tanggal 16 Maret 2012

www.metro.vivanews.com/news/read/276639-sistem-parkir-kacau--kebocoran-pajak-terjadi.Diakses tanggal 16 Maret 2012.

www.pajakonline.com/engine/artikel/art.php?artid=6347.Diakses 20 April 2012

www.rakyatmerdekaonline.com/news.php?id=15327 Diakses tanggal 20 April 2012

Zuraida, Ida.(2012). Teknik Penyusunan Peraturan Daerah tentang Pajak Daerah dan Retibusi Daerah. Jakarta : Sinar Grafika

Page 10: 2011-2-00375-AK Ringkasan003

RIWAYAT PENULIS

Nurul Octaviani lahir di kota Jakarta pada tanggal 01 April 1990. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Universitas Bina Nusantara dalam bidang Akuntansi pada 2012.