153914319-ptk

56
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan dari pendidikan secara keseluruhan. Proses pelaksanaan pendidikan di sekolah tidak akan sempurna, apabila di dalamnya tidak diajarkan pendidikan jasmani. Hal ini sesuai pendapat Agus Mahendra (2004: 9) bahwa, “Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan umum. Lewat program pendidikan jasmani dapat diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa pendidikan jasmani, proses pendidikan di sekolah akan pincang”. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang di dalamnya dikembangkan banyak aspek diantaranya kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, sosial, penalaran, stabilitas emosional dan lain sebagainya. Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani, maka dalam membelajarkan pendidikan jasmani harus dilakukan dengan baik dan benar. Pendidikan jasmani merupakan suatu pelajaran yang mengutamakan aktivitas gerak. Di dalam pendidikan jasmani terdapat beberapa macam cabang olahraga yang wajib diajarkan kepada siswa. Untuk mencapai kompetensi dasar pendidikan jasmani, maka materi pokok pendidikan jasmani harus diajarkan kepada siswa. Menurut Depdiknas (2004: 19-20) bahwa, “Materi pokok pendidikan jasmani dikelompokkan menjadi enam aspek yaitu: (1) permainan dan olahraga, (2) aktivitas pengembangan, (3) uji diri/senam, (4) aktivitas ritmik, (5) akuatik dan, (6) aktivitas luar sekolah”. Bola basket merupakan salah satu materi pokok dalam pendidikan jasmani. Upaya meningkatkan keterampilan bermain bola basket siswa sekolah, maka faktor yang mendasar siswa harus menguasai macam-macam teknik dasar bola basket. Adapun macam-macam teknik dasar permainan bola basket menurut Machfud Irsyada (1999/2000: 20) yaitu, “(1) Gerakan dasar menggiring bola, (2)

Upload: djewer-ghazali

Post on 02-Jan-2016

78 views

Category:

Documents


3 download

DESCRIPTION

PTK penjaskes

TRANSCRIPT

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang tidak dapat dipisahkan

dari pendidikan secara keseluruhan. Proses pelaksanaan pendidikan di sekolah

tidak akan sempurna, apabila di dalamnya tidak diajarkan pendidikan jasmani. Hal

ini sesuai pendapat Agus Mahendra (2004: 9) bahwa, “Pendidikan jasmani

merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan umum. Lewat

program pendidikan jasmani dapat diupayakan peranan pendidikan untuk

mengembangkan kepribadian individu. Tanpa pendidikan jasmani, proses

pendidikan di sekolah akan pincang”.

Pendidikan jasmani merupakan pendidikan yang di dalamnya

dikembangkan banyak aspek diantaranya kebugaran jasmani, keterampilan gerak,

keterampilan berfikir kritis, sosial, penalaran, stabilitas emosional dan lain

sebagainya. Untuk mencapai tujuan pendidikan jasmani, maka dalam

membelajarkan pendidikan jasmani harus dilakukan dengan baik dan benar.

Pendidikan jasmani merupakan suatu pelajaran yang mengutamakan

aktivitas gerak. Di dalam pendidikan jasmani terdapat beberapa macam cabang

olahraga yang wajib diajarkan kepada siswa. Untuk mencapai kompetensi dasar

pendidikan jasmani, maka materi pokok pendidikan jasmani harus diajarkan

kepada siswa. Menurut Depdiknas (2004: 19-20) bahwa, “Materi pokok

pendidikan jasmani dikelompokkan menjadi enam aspek yaitu: (1) permainan dan

olahraga, (2) aktivitas pengembangan, (3) uji diri/senam, (4) aktivitas ritmik, (5)

akuatik dan, (6) aktivitas luar sekolah”.

Bola basket merupakan salah satu materi pokok dalam pendidikan

jasmani. Upaya meningkatkan keterampilan bermain bola basket siswa sekolah,

maka faktor yang mendasar siswa harus menguasai macam-macam teknik dasar

bola basket. Adapun macam-macam teknik dasar permainan bola basket menurut

Machfud Irsyada (1999/2000: 20) yaitu, “(1) Gerakan dasar menggiring bola, (2)

2

Gerakan dasar mengoper dan menerima bola, (3) Gerakan dasar memasukkan

bola, (4) Gerakan dasar menangkap bola yang telah mengenai simpai keranjang”.

Mengoper dan menerima bola merupakan teknik dasar permainan bola

basket yang saling berkaitan. Mengoper bola atau disebut dengan istilah passing

merupakan salah satu teknik dasar bola basket yang memiliki kontribusi besar

dalam permainan bola basket. Pada prinsipnya passing dalam permainan bola

basket mempunyai tujuan untuk menghubungkan pemain satu dengan lainnya

dalam upaya menyerang pertahanan lawan. Passing dapat dilakukan berbagai cara

baik dengan satu tangan atau dua tangan. Berdasarkan arah bola, jenis passing

bola basket dapat dilakukan dari depan dada, dari atas kepala, dari samping badan

dan dipantulkan.

Upaya meningkatkan kemampuan passing dalam permainan bola basket

bagi siswa sekolah diperlukan cara belajar yang baik dan tepat. Pada umumnya

struktur kurikulum pendidikan jasmani di Indonesia mulai dari Sekolah Dasar

(SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA) atau

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) menekankan pada cabang olahraga yang isi

materinya selalu ditekankan pada pencapaian keterampilan teknik. Pembelajaran

pendidikan jasmani yang menekankan pada keterampilan teknik merupakan cara

belajar teknik suatu cabang olahraga yang dilakukan secara berulang-ulang

sampai terjadi otomatisasi gerakan yang efektif dan efisien. Pembelajaran teknik

difokuskan pada penguasaan unsur-unsur teknik secara terpisah-pisah.

Pembelajaran keterampilan teknik ini mempunyai tujuan untuk meningkatkan

penguasaan teknik suatu cabang olahraga, sehingga diharapkan siswa memiliki

keterampilan teknik untuk mendukung penampilannya dalam bertanding atau

bermain.

Berdasarkan cara belajar dengan pendekatan teknik menunjukkan bahwa,

penguasaan teknik merupakan unsur utama yang harus dikuasai siswa. Namun

disisi lain pendekatan ini kurang dapat memenuhi hasrat gerak siswa, karena pada

usia anak-anak kebebasan bergerak sangat dibutuhkan agar anak dapat merasakan

atau mengalami suana perlombaan atau pertandingan yang sebenarnya dari teknik

yang dipelajari. Di samping itu juga, siswa kurang senang dengan penjelasan dari

3

guru yang bertele-tele. Namun siswa lebih senang dan gembira jika dalam belajar

keterampilan olahraga hasrat gerak siswa tersalurkan dalam bentuk permainan,

meskipun kemampuan teknik yang dimiliki belum memadai. Dengan bermain

akan dapat merangsang kemampuan berpikir dan pemahaman terhadap konsep

gerakan dari cabang olahraga yang dipelajari. Melalui permainan siswa akan lebih

bersemangat dalam mengikuti tugas ajar, motivasi belajar meningkat. Dengan

motivasi belajar yang baik, diharapkan teknik yang dipelajari dapat dikuasai

dengan baik sesuai yang diharapkan.

Pembelajaran teknis dan taktis merupakan bentuk pembelajaran yang

dapat digunakan untuk meningkatkan hasil belajar passing dalam permainan bola

basket. Dari kedua bentuk pembelajaran tersebut masing-masing memiliki

kelebihan dan kelemahan, sehingga belum diketahui pembelajaran mana yang

labih efektif untuk meningkatkan hasil belajar passing bola basket. Untuk

mengetahui pengaruh pembelajaran teknis dan taktis terhadap hasil belajar

passing bola basket, maka perlu dikaji dan diteliti secara lebih mendalam baik

teori maupun praktek melalui penelitian eksperimen.

Siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun

pelajaran 2008/2009 adalah sampel yang akan digunakan dalam penelitian untuk

membuktikan menjawab permasalahan yang muncul dalam penelitian.

Sebenarnya pelaksanaan pembelajaran pendidikan jasmani telah berjalan dengan

baik termasuk pembelajaran passing bola basket. Dari pembelajaran yang telah

dilaksanakan tidak semua siswa memiliki kemampuan passing bola basket yang

baik, terlebih siswa perempuan. Kondisi semacam ini perlu ditelusuri faktor-faktor

penyebabnya. Seorang guru harus mampu mengevaluasi dari semua fakor baik

dari pihak guru sendiri maupun dari pihak siswa.

Upaya mengatasi permasalahan dalam pencapaian hasil belajar passing

bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun

pelajaran 2008/2009, hendaknya dalam proses pembelajaran memanfatkan

berbagai jenis pendekatan pembelajaran. Pendekatan pembelajaran pendidikan

jasmani yang diterapkan selama ini yaitu pendekatan konvensional. Namun

pendekatan pembelajaran konvensional yang diterapkan belum menunjukkan hasil

4

yang maksimal. Oleh karena itu perlu dicari pendekatan pembelajaran yang tepat

di antaranya pendekatan teknis dan taktis. Dengan perencanaan yang baik,

pemilihan pendekatan pembelajaran yang tepat, serta kemampuan menerapkan

berbagai macam pendekatan pembelajaran dalam situasi yang tepat, maka akan

diperoleh hasil belajar yang optimal. Mengingat kemampuan passing bola basket

siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronandi, maka perlu dilakukan

penelitian dengan judul, “Pengaruh Pembelajaran Teknis dan Taktis terhadap

Hasil Belajar Passing Bola Basket pada Siswa Putra Kelas VIII SMP Negeri I

Nguntoronadi Wonogiri Tahun Pelajaran 2008/2009”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,

masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:

1. Tidak semua siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri

tahun pelajaran 2008/2009 mampu melakukan passing bola basket dengan

baik dan benar.

2. Pembelajaran pendidikan jasmani yang diterapkan di SMP Negeri I

Nguntoronadi Wonogiri belum menunjukkan hasil belajar passing bola basket

secara maksimal.

3. Perlunya latihan secara sistematis dan kontinyu untuk meningkatkan

kemampuan passing siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi

Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.

4. Belum diketahui keefektifan pembelajaran teknis dan taktis terhadap

peningkatan hasil belajar passing bola basket.

5. Kemampuan passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I

Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 belum diketahui.

5

C. Pembatasan Masalah

Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian maka perlu dibatasi

agar tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam

penelitian ini sebagai berikut:

1. Keefektifan pembelajaran teknis dan taktis terhadap peningkatan hasil belajar

passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi

Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.

2. Kemampuan passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I

Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, dapat

dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Bagaiamana keefektifan pembelajaran teknis dan taktis trehadap hasil belajar

passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Nguntoronadi

Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 ?

2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara pembelajaran teknis dan taktis

terhadap hasil belajar passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I

Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan di atas, penelitian ini

mempunyai tujuan untuk :

1. Mendeskripsikan keefektifan pembelajaran teknis dan taktis dalam passing

bola basket siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri

tahun pelajaran 2008/2009.

6

2. Membandingkan hasil belajar passing bola basket siswa putra kelas VIII SMP

Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 antara

menggunakan pembelajaran teknis dan taktis.

F. Manfaat Penelitian

Berkaitan dengan permasalahan dan tujuan penelitian tersebut di atas,

diharapkan penelitian ini memberi manfaat antara lain:

1. Dapat meningkatkan kemampuan passing bola basket siswa putra kelas VIII

SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 yang

dijadikan objek penelitian.

2. Sebagai masukan untuk dijadikan pedoman guru Penjaskes SMP Negeri I

Nguntoronadi Wonogiri pentingnya pembelajaran yang tepat dan disesuaikan

dengan kondisi dan perkembangan siswa, sehingga akan diperoleh hasil

belajar yang optimal.

3. Bagi peneliti dapat menambah pengetahuan dan pengalaman dalam bidang

penelitian ilmiah untuk dapat dikembangkan lebih lanjut.

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Bola Basket

a. Permainan Bola Basket

Permainan bola basket merupakan salah satu cabang olahraga yang

berkembang cukup pesat di dunia. Permainan bola basket ditemukan pada bulan

Desember 1981 oleh A. James Naismith. Permainan bola basket merupakan

olahraga tim. Dalam pelaksanaan permainannya masing-masing tim terdiri lima

orang pemain. Maksud dan tujuan masing-masing tim yaitu, berusaha

memasukkan bola ke keranjang lawan sebanyak-banyaknya dan mencegah lawan

berbuat hal yang sama terhadap timnya. Dalam pelaksanaan permainan bola

basket, setiap pemain dapat memainkan bola dengan satu tangan atau dua tangan

dengan cara bola dioper, dilempar sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang

berlaku. Hal ini sesuai pendapat Hal Wissel (2000: 2) bahwa:

Bola basket dimainkan oleh dua tim dengan 5 pemain per tim. Tujuannya adalah mendapatkan nilai (skor) dengan memasukkan bola ke keranjang dan mencegah tim lain melakukan hal serupa. Bola dapat diberikan hanya dengan passing (operan) dengan tangan atau dengan men-dribble-nya (batting, pushing atau tapping) beberapa kali pada lantai tanpa menyentuhnya dengan dua tangan secara bersamaan. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, permainan bola basket dimainkan

dengan cara memantulkan bola dengan telapak tangan terbuka, melemparkan,

menggelindingkan atau menggiring bola ke segala arah dalam lapangan

permainan. Ditinjau dari cara memainkan bola dalam permainan bola basket

bahwa shooting atau menembakkan ke dalam keranjang lawan yang merupakan

strategi permainan bola basket untuk memperoleh kemenangan. Untuk mencapai

kualitas permainan yang baik, maka setiap pemain harus menguasai macam-

macam teknik dasar bola basket dan mampu menjalin kerjasama yang kompak

8

dalam satu tim. Tanpa didukung hal tersebut akan sulit memenangkan

pertandingan.

b. Pentingnya Menguasai Teknik Dasar Bola Basket

Teknik dasar permainan bola basket merupakan komponen-komponen

yang fundamental dan harus dikuasai oleh setiap pemain. Hal Wissel (2000: 15)

menyatakan, “Meskipun bola basket adalah permainan tim, namun penguasaan

teknik dasar individual sangatlah penting sebelum bermain di dalam tim”. Hal

senada dikemukakan A. Sarumpaet, Zulfar Djazet, Parno dan Imam Sadikun

(1992: 223) bahwa, “Keterampilan bermain bola basket dapat dicapai sampai

tingkat tinggi apabila gerak dasarnya baik. Oleh karena itu teknik dasar perlu

dilakukan dengan cara-cara yang benar agar keterampilannya dapat ditingkatkan”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, menguasai teknik

dasar bola basket secara individu merupakan kemampuan yang harus dimiliki

setiap pemain bola basket. Penguasaan teknik dasar bola basket yang baik akan

dapat mendukung penampilan seorang pemain baik secara individu maupun

secara tim. Menurut Soebagio Hartoko (1993: 22-25) teknik dasar permainan

bola basket terdiri dari: "(1) Operan, (2) Menangkap, (3) Menembak, (4)

Menggiring, (5) Olah kaki, (6) Gerakan berporos, (7) Melompat/meloncat, (8)

Gerak tipu". Hal senada dikemukakan Hal Wissel (2000: 15) bahwa, “Shooting,

passing, dribbling, rebounding, defending bergerak dengan bola dan bergerak

tanpa bola adalah teknik dasar yang harus dikuasai”

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, teknik dasar

permainan bola basket terdiri dua macam yaitu teknik dasar tanpa bola dan teknik

dasar dengan bola. Kedua teknik dasar tersebut merupakan komponen-komponen

dalam permainan bola basket yang saling mendukung terhadap keterampilan

bermain bola basket. Teknik-teknik tersebut di atas harus dikuasai oleh setiap

pemain agar dapat mendukung penampilannya dalam bertanding. Dengan

menguasai macam-macam teknik dasar bermain bola basket dengan baik memberi

peluang untuk dapat memenangkan pertandingan.

9

2. Teknik Dasar Passing Bola Basket

a. Pengertian Passing

Passing atau operan merupakan teknik dasar permainan bola baket yang

paling sering dilakukan dalam permainan bola basket. Passing saling berkaitan

dengan tangkapan, sehingga kedua teknik ini tidak dapat dipisahkan dan

merupakan salah satu keindahan dalam permainan bola basket. Seperti

dikemukakan Hal Wissel (2000: 71) bahwa, “Operan dan tangkapan yang baik

penting bagi permainan tim, dan keahlian seperti itulah yang membuat bola basket

menjadi permainan tim yang indah”.

Passing atau operan pada dasarnya merupakan upaya seorang pemain

untuk memberikan atau mengumpan bola kepada teman seregunya untuk menjalin

kerjasama yang pada akhirnya ditembakan ke ring lawan. Hal ini seperti

diungkapkan Soebagio Hartoko (1993: 25) bahwa, “… untuk melakukan

tembakan, diperlukan usaha mendekati basket. Hal itu hanya mungkin bisa

dicapai dengan dua jalan yaitu oper-mengoper atau menggiring bola”.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, upaya seorang pemain atau tim

mendekati ring lawan untuk memasukkan bola akan lebih cepat jika dilakukan

dengan passing atau operan daripada men-dribble bola. Seperti dikemukakan Hal

Wissel (2000: 71) bahwa, “Operan lebih cepat memindahkan bola dari pada

dribble”. Melalui operan yang cepat dan tepat akan lebih mudah untuk menyerang

pertahanan lawan, karena lawan tidak mempunyai kesempatan untuk bertahan

atau memperketat penjagaan. Di samping itu juga, dari men-dribble bola pada

akhirnya dilakukan passing jika tidak mampu menerobos pertahanan lawan.

Pentingnya peranan passing, maka setiap pemain bola basket harus

menguasi teknik passing dan tangkapan yang benar. Sebuah tim yang mampu

mengontrol bola dengan operan dan tangkapan yang baik punya kesempatan luas

mencetak angka. Kemampuan seorang pemain menguasai passing dengan baik

mengetahui kapan dan dimana harus mengoper bola, tidak hanya memberikan

kesempatan untuk mencetak angka, tetapi juga mencegah kehilangan bola dari

intersepsi musuh yang seringkali memudahkan lawan mendapat angka.

10

b. Kegunaan Passing Bola Basket

Passing dalam permainan bola basaket merupakan upaya seorang pemain

melemparkan bola untuk diberikan kepada teman seregunya untuk ditangkap dan

selanjutnya bola dimainkan sesuai dengan situasi dan kondisi yang diingkan.

Melalui operan-operan inilah permainan bola basket lebih menarik dan nilai atau

angka tercipta melalui passing yang cermat dan akurat. Menurut Hal Wissel

(2002: 71) kegunaan khusus operan adalah:

1) Mengalihkan bola dari daerah padat pemain (contoh setelah rebound atau dijaga ketat).

2) Menggerakan bola dengan cepat pada fast break. 3) Membangun permainan yang ofensif. 4) Mengoper bola ke rekan yang sedang terbuka (tanpa dijaga lawan)

untuk penembakan dan, 5) Mengoper dan memotong untuk melakukan tembakan sendiri.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, passing mempunyai kegunaan

yang cukup luas yaitu: sebagai upaya mengalihkan bola dari permainan yang

cukup padat, dapat dijadikan sebagai serangan yang cepat dan, sebagai umpan

untuk mencetak angka. Agar passing dapat dilakukan dengan baik, maka harus

menguasai teknik passing yang baik dan benar.

c. Prinsip-Prinsip Pokok Passing

Memahami prinsip-prinsip pokok passing akan meningkatkan penilaian,

antisipasi, timing, tipuan, ketepatan, kekuatan yang kesemuanya akan

mempengaruhi kemampuan operan seorang pemain. Hal Wissel (2000: 72)

memberikan tips prinsip-prinsip operan untuk segala tingkat permainan sebagai

berikut:

1) Melihat lingkaran ring. Prinsip ini memungkinkan menggunakan sudut mata mengontrol lapangan termasuk rekan yang bebas penjagaan, dan apakah lawan menjaga anda melakukan operan, menembak atau menggiring bola.

2) Mengoper sebelum mendribble. Operan bergerak beberapa kali lebih cepat dari dribble.

3) Ketahuilah kekuatan dan kelemahan rekan-rekan tim anda. Ketahui posisi yang dituju rekan tim dan gerakan mereka berikutnya atau mengira-ira gerakan selanjutnya. Operan bola ke rekan anda ketika dan dimana ia dapat berbuat sesuatu untuk mencetak skor.

11

4) Time lead passes (waktu operan dipercepat). Antisipiasi kecepatan rekan anda yang sedang memotong ke arah ring dan berikan operan jenis ini sedikit di depan rekan anda itu pada ruangan terbuka.

5) Gunakan tipuan. Lihatlah sasaran anda tanpa melihat rekan yang akan menerima operan. Gunakan unsur kejutan.

6) Draw and kick (tarik perhatian dan serang). Tarik perhatian musuh dengan tembakan atau dribble sebelum mengoper. Jangan coba mengoper di depan penjaga yang lincah yang dapat dengan cepat mengagalkan operan.

7) Operlah dengan cepat dan tepat. Hilangkan gerakan tidak berguna. Jangan berputar untuk mengoper atau mengoper di belakang bidang tubuh.

8) Perkirakan kekuatan operan anda. Operlah sepenuh tenaga supaya jaraknya lebih jauh dan gunakan sentuhan kecil ketika dekat dengan penerimanya.

9) Yakinlah dengan operan anda. Lebih baik tidak mengoper daripada tidak yakin dapat menyelesaikan operan itu. Suatu operan yang baik harus dapat diterima jangan mengoper ke ruang yang padat pemain atau tidak terbebas dari penjagaan lawan.

10) Mengoper jauh dari penjaga. Ketika satu tim anda dijaga ketat, oper bola ke sisi lain dari pemain lawan. Ketika anda menerima operan tapi tidak pada posisi menembak, pertahankan tangan anda di atas pinggang, terima operan dan tangkap bola dengan rileks, dalam posisi siap menembus operan lainnya.

11) Mengoper ke rekan penembak yang bebas. Ketika teman anda bebas dan pada posisi siap menembak, oper bola ke tangan penembak. Penembak sebaiknya tidak menggerakkan tangannya atau mengubah posisi tubuh karena operan tersebut ke luar target. Ketika anda berada pada posisi untuk menembak dan menerima operan, bahkan bola datang kepada anda. Lompat di belakang bola, tangkap dengan tangan rileks pada posisi block and tuck, siaplah untuk menembak.

Prinsip-prinsip pokok passing tersebut penting untuk dipahami dan

dimengerti oleh setiap pemain bola basket. Kesalahan operan akan sangat

merugikan timnya, bola dapat rebut oleh lawan dan siap untuk melakukan

serangan balik. Serangan balik yang cepat akan sulit dipatahkan, karena belum

siap melakukan pertahanan. Oleh karena itu, dalam melakukan passing harus

cermat dan tepat pada sasaran yang diinginkan, sehingga bola dapat dimainkan

menurut kebutuhannya.

12

d. Teknik Pelaksanaan Passing dari Depan Dada

Memahami prinsip-prinsip pokok passing atau operan akan meningkatkan

penilaian, antisipasi, timing, tipuan, ketepatan, kekuatan kesemuanya tersebut

akan mempengaruhi kemampuan passing seorang pemain bola basket.

Berdasarkan cara pelaksanaannya passing bola basket dapat dilakukan dengan

empat cara, salah satunya dari depan dada. Kaitannya dengan penelitian ini, teknik

passing yang diuraikan dalam penelitian ini yaitu passing dari depan dada.

Menurut Hal Wissel (2000: 74) teknik pelaksanaan passing dari depan dada

sebagai berikut:

1) Fase persiapan: a) Lihat target. b) Sikap berdiri yang seimbang. c) Tangan sedikit di belakang bola. d) Posisi pergelangan tangan yang rileks e) Bola di depan dada f) Siku masuk/rapat

2) Fase pelaksanaan: a) Lihat target. b) Pandangan jauh atau mengecoh sebelum operan. c) Melangkah pada arah operan. d) Rentangkan lutut, punggung dan lengan. e) Perkuat pergelangan dan jari-jari melalui bola. f) Perkuat tangan yang lemah melalui bola. g) Lepaskan bola dan jemari tangan pertama dan kedua berurutan.

3) Fase follow-through: a) Lihat target b) Lengan direntangkan. c) Telapak tangan menghadap ke bawah. d) Jari-jari menunjuk pada target.

Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, teknik paasing dari dengan dada

dalam permainan bola basket terdiri dari tiga tahapan atau fase yaitu, persiapan,

pelaksanaan dan followthrought. Dari ketiga fase tersebut dalam pelaksanaannya

harus dirangkaikan secara harmonis luwes dan lancar. Kualitas passing akan

tercermin dari penguasaan teknik yang baik dan benar. Berikut ini disajikan

ilustrasi gambar teknik pelaksanaan passing dari depan dada sebagai berikut:

13

Gambar 1. Rangkaian Gerakan Passing dari Depan Dada (Hal Wissel, 2000: 74)

e. Kesalahan yang Sering Dilakukan dalam Passing dari Depan Dada

Passing bola basket merupakan teknik dasar permainan bola basket yang

sederhana, jika dibandingkan dengan teknik dasar lainnya. Namun tidak menutup

kemungkinan para siswa sekolah sering kali melakukan kesalahan. Kesalahan

dalam melakukan passing akan merugikan, yaitu bola akan mudah direbut oleh

lawan. Menurut Imam Sadikun (1992: 79) kesalahan dalam melakukan passing

bola basket antara lain:

1) Sikap berdiri pada umumnya kurang rileks. 2) Bola yang seharusnya dipegang dengan jari-jari, biasanya dipegang

dengan telapak tangan saja atau dengan telapak jari saja (telapak tangan tidak menyentuh bola).

3) Tidak melangkahkan kaki ke depan. Pada sikap kaki sejajar, salah satu kakinya harus dilangkahkan ke muka. Bila sikap semula salah satu kaki berada di depan dari kaki yang lain, maka hanya kaki belakanglah yang harus dilangkahkan ke depan.

4) Pada waktu berada di atas, kedua kaki biasanya ke samping. Seharusnya kedua siku tetap menempel pada badan bagian samping.

Kesalahan-kesalahan passing tersebut harus diperhatikan dalam

pembelajaran bola basket. Setiap kesalahan yang dilakukan siswa harus segera

dibetulkan agar tidak terjadi pola gerakan passing yang salah. Kesalahan dalam

melakukan passing akan menyebabkan bola mudah direbut lawan.

14

3. Hakikat Pembelajaran

a. Hakikat Mengajar

Pembelajaran pada dasarnya merupakan suatu aktivitas atau perbuatan

mengajar yang dilakukan oleh guru. Dari kegiatan mengajar tersebut tentu ada

siswa yang belajar. Seperti diungkapkan HJ. Gino dkk. (1998: 30) bahwa, “Istilah

pembelajaran sama dengan instruction atau pengajaran. Pengajaran mempunyai

arti cara (perbuatan) mengajar atau mengajarkan. Bila pengajaran diartikan

sebagai perbuatan mengajar tentu ada yang mengajar yaitu guru dan ada yang

diajar atau yang belajar yaitu siswa”.

Mengajar merupakan suatu proses yang kompleks. Guru berperan tidak

hanya sekedar menyampaikan informasi kepada siswa, tetapi juga berusaha agar

siswa mau belajar. Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru

terlebih dahulu harus mempersiapakan bahan yang akan disajikan kepada siswa.

Upaya yang dilakukan guru tersebut agar tujuan yang telah dirumuskan dapat

dicapai. Berkaitan dengan mengajar Husdarta & Yudha M. Saputra (2000: 3)

menyatakan, “Mengajar adalah upaya guru dalam memberikan rangsangan,

bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar terjadi proses belajar.

Arah yang akan dituju dalam proses belajar adalah tujuan pembelajaran yang telah

dirumuskan guru dan diketahui oleh siswa”. Hal senada dikemukakan Rusli Lutan

(1988: 376) bahwa:

Mengajar merupakan seperangkat kegiatan sengaja dan berencana dari seseorang atau person (P) yang memiliki kelebihan pengetahuan atau keterampilan untuk disampaikan kepada orang lain sebagai sasaran atau obyek (O), yang belum berkembang pengetahuan, keterampilan atau bahkan sifat-sifat biologis tertentu, dan informasi atau keterampilan itu disampaikan melalui saluran atau metode tertentu, yang kemudian mendapat respon dari obyek sekaligus berperan sebagai subyek. Berdasarkan pengertian mengajar yang dikemukakan dua ahli tersebut

dapat disimpulkan bahwa, mengajar merupakan suatu kegiatan yang kompleks

yang di dalamnya terdapat beberapa komponen yang saling berkaitan yang

bertujuan untuk mempengaruhi atau meningkatkan pengetahuan atau

keterampilan siswa menjadi lebih baik.

15

b. Hakikat Belajar

Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai akibat

adanya interaksi antara individu dengan lingkungannya. Berkaitan dengan belajar,

Slameto (1995: 2) menyatakan bahwa, “Belajar ialah suatu proses usaha yang

dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru

secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan

lingkungannya”. Menurut Muhammad Ali (2004: 14) bahwa, “Belajar dapat

diartikan sebagai proses perubahan perilaku akibat interaksi dengan lingkungan”.

Berdasarkan batasan belajar yang dikemukakan dua ahli tersebut dapat

disimpulkan bahwa, kegiatan belajar merupakan suatu proses yang terjadi di

dalam diri masing-masing individu. Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu,

apabila terdapat perubahan-perubahan yang bersifat lebih baik daripada

sebelumnya. Perubahan tersebut antara lain keterampilan, pengetahuan,

kecakapan, kebiasaan dan sikap. Hasil belajar ini bersifat permanen, sehingga

tidak akan cepat hilang. Untuk mencapai hasil belajar yang maksimal, maka perlu

diterapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang tepat. Menurut Dimyati dan

Mudjiono (2006: 42) bahwa, “Prinsip-prinsip pembelajaran meliputi perhatian dan

motivasi, keaktifan siswa, keterlibatan langsung, pengulangan, tantangan, balikan

dan penguatan serta perbedaan individual”.

Prinsip-prinsip pembelajaran sangat penting untuk dipahami dan

dimengerti oleh setiap guru. Keberhasilan dalam kegaiatan belajar mengajar

sangat dipengaruhi dari prinsip-prinsip pembelajaran. Untuk mencapai hasil

belajar yang optimal, maka prinsip-prinsip pembelajaran tersebut harus diterapkan

dalam pembelajaran dengan baik dan benar.

c. Unsur yang Mendukung Pencapaian Tujuan Pembelajaran

Perencanaan merupakan bagian integral dari belajar mengajar yang efektif.

Efektivitas mengajar akibat adanya perencanaan yang jelas, jika guru ingin

menerapkan model-model atau materi mengajar yang tidak pernah diterapkan

sebelumnya atau pada saat dihadapkan dengan lingkungan belajar mengajar yang

serba terbatas. Untuk itu kemampuan membuat perencanaan merupakan bagian

16

integral dari upaya meningkatkan kemampuan guru dalam ketrampilan

mengajarnya.

Perencanaan merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari

pelaksanaan belajar mengajar untuk mengembangkan kreativitas pengajaran.

Seorang guru dihadapkan tugas untuk memadukan beberapa unsur penting dalam

mengajar. Perpaduan unsur penting itu memerlukan pemikiran dan keputusan

yang selanjutnya dituangkan ke dalam perencanaan. Sebagai contoh bagaimana

agar pelaksanaan tugas ajar siswa mendapat kesempatan atau giliran secara merata

dengan waktu, alat yang serba terbatas? Dalam hal ini seorang guru harus mampu

menerapkan cara mengajar, membagi waktu yang tersedia dan membuat formasi

belajar yang baik dan tepat agar semua siswa aktif mengikuti tugas ajar.

Proses belajar mengajar dikatakan sukses, apabila tujuan mengajar dapat

dicapai dengan baik. Tujuan mengajar berkaitan dengan beberapa bagian yang

saling menunjang dalam proses belajar mengajar. Berikut ini disajikan bagan

bagian-bagian yang mendukung pencapaian tujuan proses belajar mengajar

menurut Rusli Lutan (2000: 8) sebagai berikut:

Bagan tersebut menunjukkan bahwa, komponen-komponen yang

mendukung pencapaian tujuan mengajar meliputi: metode/gaya mengajar,

evaluasi, substansi tugas ajar dan proses belajar mengajar. Komponen-komponen

tersebut saling berkaitan satu sama lainnya untuk mencapai tujuan belajar

mengajar. Untuk mencapai tujuan tersebut seorang guru harus menjelaskan tujuan

belajar mengajar kepada siswa agar siswa mengerti dan memahami. Setelah siswa

Tujuan

Substansi Tugas-ajar

Proses belajar

Mengajar Metode/Gaya Mengajar

Evaluasi

17

mengerti dan memahami tujuan belajar mengajar, guru harus mampu

membelajarkan siswa secara merata. Semua siswa harus berpartisipasi atau

melakukan giliran tugas ajar secara merata, sehingga siswa menjadi lebih aktif

dalam melaksanakan tugas ajar. Jika siswa mampu melakukan tugas ajar secara

aktif, maka semakin besar kemungkinan tujuan belajar mengajar akan tercapai.

Salah satu hal yang tidak kalah pentingnya dalam kegiatan pembelajaran

selain bagan bagian-bagian yang mendukung pencapaian tujuan proses belajar

mengajar diatas yaitu perangkat pembelajaran.

Perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah berbagai alat

perlengkapan, sumber, bahan, panduan, petunjuk, lembar observasi,instrumen tes

untuk evaluasi dan sejenisnya yang akan digunakan dalam pelaksanaan proses

pembelajaran. Karena proses pembelajaran ditujukan untuk mengembangkan

semua potensi siswa, maka perangkat pembelajaran tersebut harus disusun

berdasarkan perencanaan yang seksama, komprehensif dan terukur. Perangkat

pembelajaran disusun atas dasar standar kompetensi, kompetensi dasar dan

indikator-indikatornya.

Dengan adanya perangkat pembelajaran kegiatan interaksi belajar

mengajar menjadi lebih optimal. Beberapa aspek penting yang harus diperhatikan

dalam menyusun perangkat pembelajaran adalah aspek format, bahasa, ilustrasi,

materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran. Perangakat pembelajaran yang

disusun dalam penelitian ini adalah : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP),

Lembar Observasi (LO), dan Instrumen Evaluasi (IE).

RPP yang dimaksud adalah suatu rencana yang berisi langkah-langkah

kegiatan pembelajaran yang disusun secara sistematis sebagai pedoman bagi guru

dalam melaksanakan proses pembelajaran. RPP yang disusun dengan sistematis :

bagian pendahuluan, kegiatan inti dan kegiatan akhir.

Detail unsur Yang ada dalam RPP meliputi : (a) identitas : terdiri atas

Materi pelajaran, Aspek, sub aspek, kelas, semester dan alokasi waktu; (b)

Standar kompetensi dan kompetensi dasar : dalam hal ini guru harus memilih dari

kurikulum yang berlaku; (c) indikator : disusun oleh guru yang dijabarkan dari

kompetensi dasar; (d) tujuan pembelajaran : disesuaikan dengan pokok bahasan

18

dan sub pokok bahasan; (e) materi pelajaran : dipilih dari kurikulum serta

pembagian waktunya; (f) alat : disesuaikan dengan materi pelajaran; (g) skenario

pembelajaran : berisi tentang urutan kegiatan pembelajaran siswa; (h) evaluasi :

dilakukan secara klasikal atau perorangan kepada siswa.

Di sisi lain, LO berisi proses kegiatan pembelajaran. LO model ini

memberi peluang bagi siswa untuk mengembangkan kreatifitas atau

kemampuanya khususnya dalam passing Bola Basket, walaupun masih ada peran

guru dalam memberikan arahan. LO model apapun yang di susun harus mampu

memberikan panduan agar siswa dapat belajar dengan benar, baik dari proses

keilmuan.

LO dalam bertujuan untuk memberikan kemudahan, pertama bagi guru

dalam mengakomodasi tingkat kemampuan siswa yang berbeda-beda, dan kedua

bagi siswa untuk mempermudah pemahaman sesuai dengan program

pembelajaran yang diberikan dan bertujuan untuk mengembangkan kompetensi

siswa.

Adapun penyusunan IE dalam hal ini mendasarkan pada prinsip bahwa: (a)

IE harus mengukur apa yang dipelajari dalam proses pembelajaran sesuai dengan

tujuan instruksional dalam pembelajaran passing bola basket, (b) IE disusun

sesuai dengan materi yang dipelajari, (c)IE hendaknya disusun dengan tujuan

penggunaan instrument itu sendiri.

Untuk kepentingan penelitian khususnya, IE dapat dilaksanakan dalam

bentuk pretest dan postest. Pretest adalah tes yang diberikan sebelum

pembelajaran dimulai, bertujuan untuk mengetahui sejauh mana siswa telah

menguasai materi pokok khususnya passing bola basket yang akan diberikan.

Sedangkan postest adalah tes yang diberikan sesudah pembelajaran, tujuanya

adalah untuk mengetahui sejauh mana siswa telah menguasai materi pokok

passing bola basket yang telah diberikan. Jika proses belajar mengajar baik, maka

akan terdapat perbedaan antara hasil pretest dan postest.

19

d. Merumuskan Tujuan Pembelajaran

Dalam proses belajar mengajar seorang guru harus merumuskan tujuan

pengajaran yang hendak dicapai. Seorang guru harus memiliki kepandian dalam

merumuskan tujuan pembelajaran yang akan dilakukan. Sudjana (2001: 40)

merumuskan formula pembelajaran sebagai berikut, “Pb = fp (m s x y z). Formula

pembelajaran tersebut diartikan bahwa, pembelajaran (Pb) adalah fungsi (f),

pendidik (p), untuk membelajarkan (m), peserta didik (s), terhadap materi

pelajaran (x), untuk mencapai hasil belajar (y), yang menimbulkan pengaruh

belajar (z)”.

Rumus formula pembelajaran tersebut, jika dikaitan dengan tujuan

pembelajaran maka mencapai hasil belajar (y) merupakan tujuan yang hendak

dicapai dalam pembelajaran. Hasil belajar (y) dapat mencakup perubahan perilaku

peserta didik dalam ranah kognitif, afektif, dan atau psikomotorik.

Ranah kognitif merupakan tujuan pendidikan yang berkenaan dengan

aktivitas berfikir yang meliputi ingatan, pengenalan pengetahuan serta

perkembangan kemampuan dan kecakapan intelektual. Ranah afektif merupakan

tujuan pendidikan yang berkenaan dengan perilaku, perasaan dan emosi. Perilaku

afektif bisa diklasifikasi ke dalam kategori-kategori dari sifat yang sederhana

sampai yang sifatnya kompleks. Sedangkan ranah psikomotorik merupakan tujuan

pendidikan yang berkenaan dengan gerakan atau keterampilan. Aktivitas

psikomotor terutama berorientasi pada gerakan dan menekankan respon-respon

fisik yang nampak.

Berkaitan dengan perubahan perilaku siswa dalam belajar keterampilan,

maka perubahan psikomotorik merupakan tujuan utama yang akan dicapai dalam

belajar keterampilan. Melalui belajar yang teratur dengan diterapkan pendekatan

pembelajaran yang baik, maka suatu keterampilan dapat dikuasai oleh siswa

dengan baik. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal, maka seorang

guru harus mampu merumuskan tujuan pembelajaran yang baik dan tepat,

sehingga akan diperoleh hasil belajar yang optimal.

20

e. Penilaian Hasil Belajar

Tujuan akhir dari kegiatan belajar mengajar yaitu terjadinya perubahan

pada diri siswa. Setiap proses belajar mengajar keberhasilannya diukur dari

seberapa jauh hasil belajar yang dicapai siswa, di samping diukur dari segi

prosesnya. Hal ini maksudnya, seberapa jauh hasil belajar dimiliki siswa. Hasil

belajar ini harus nampak dalam tujuan pengajaran (tujuan instruksional), sebab

tujuan itulah yang akan dicapai dalam proses belajar mengajar.

Perubahan pada diri siswa akibat dari belajar dapat diketahui melalui

evaluasi atau penilaian. Syaiful Sagala (2005: 56) berpendapat, “Maksud dan

tujuan dari evaluasi adalah menentukan hasil yang dicapai siswa”.

Berdasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, evaluasi

merupakan salah satu bagian yang penting dalam kegiatan belajar mengajar.

Melalui evaluasi atau penilaian akan diketahui apakah materi yang diberikan

dapat dikuasi dengan baik ataukah sebaliknya. Adapun yang dimaksud dengan

penilaian menurut Nana Sudjana (2005: 111) yaitu:

Penilaian atau evaluasi pada dasarnya adalah memberikan pertimbangan atau harga atau nilai berdasarkan kriteria tertentu. Proses belajar dan mengajar adalah proses yang bertujuan. Tujuan tersebut dinyatakan dalam rumusan tingkah laku yang diharapkan dimiliki siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajar. Hasil yang diperoleh dari penilaian dinyatakan dalam bentuk hasil belajar. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, penilaian merupakan suatu bentuk

hasil belajar yang didasarkan pada kriteria tertentu. Melalui penilaian tersebut

akan diketahui sejauh mana hasil belajar yang dicapai siswa. Lebih lanjut Nana

Sudjana (2005: 111) menyatakan penilaian yang dilakukan terhadap proses belajar

mengajar memiliki fungsi yaitu: “(1) untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan

pengajaran, (2) untuk mengetahui keefektifan proses belajar mengajar yang telah

dilakukan guru”.

Hasil belajar yang dicapai oleh siswa menggambarkan cerminan dari guru

dan siswa. Hal ini maksudnya, hasil belajar yang dicapai siswa menandakan siswa

dapat menguasai materi yang diterimanya. Sedangkan bagi guru, hasil belajar

yang dicapai siswa dapat diketahui tujuan pengajaran tercapai atau tidak atau

efektif tidaknya pengajaran yang telah dilakukan. Seperti yang di kemukakan

21

Danu Hoedaya (2001:105) bahwa guru perlu mengetahui sejauh mana efektifitas

hasil pengajaran yang diterapkan. Artinya, guru harus senantiasa mengevaluasi

kemajuan hasil belajar para siswa dengan mengacu kepada rambu-rambu

penilaian tertentu yang sudah ditetapkan sebelumnya. Jadi, penilaian hendaknya

keperluan umpan balik dalam mendeteksi kekuatan dan kelemahan/kekurangan,

baik pada diri siswa maupun pada instruksi guru dan program pengajaran.

Oleh karena itu penilaian harus mencakup semua aspek yang menunjang

penampilan baik itu untuk pembelajaran taktis maupun untuk pembelajaran teknis.

Bahwa penilaian penampilan bermain tidak hanya ditentukan oleh

ketrampilan gerak motorik dan ketrampilan mengolah bola saja, tetapi juga oleh

aspek lainya yaitu kemampuan membuat keputusan dengan cepat dan tepat,

kemudian bertindak dengan cepat melaksanakan keputusan itu, selain pergerakan

pemain tanpa bola di lapangan permainan.

Sedangkan para guru pendidikan jasmani pada umumnya mengandalkan

penilaian yang mengacu kepada pengetesan ketrampilan teknis seperti

kemampuan dalam passing ( Misalnya chest pass ke tembok). Pemasalahanya

adalah bahwa tes seperti ini tidak bisa dijadikan acuan untuk memperkirakan

tingkat kemampuan bermain siswa, jadi hasil tesnya kurang mencerminkan hal-

hal yang berkaitan dengan penampilan sisiwa di dalam permainan bola basket

sebenarnya.

Kekurangannya terutama tampak pada rendahnya kemampuan mengambil

keputusan tentang apa yang harus dilakukan dengan teknik yang diajarkan yang

berhubungan dengan situasi permainan yang dihadapi.

4. Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan Teknis

a. Pengertian Pembelajaran Teknis

Pelaksanaan pelajaran pendidikan jasmani pada umumnya masih

cenderung menggunakan konsep pendekatan pembelajaran yang sifatnya

tradisional. Artinya, konsep tersebut masih menekankan pada penguasaan teknik

suatu cabang olahraga tertentu, dan berorientasi pada keterampilan teknik yang

22

berbasis ke cabang olahraga tertentu. Pendekatan teknik merupakan cara belajar,

suatu teknik cabang olahraga dilakukan secara berulang-ulang hingga menguasai

gerakan teknik cabang olahraga secara otomatis dan reflektif. Berkaitan dengan

pembelajaran teknis Wahjoedi dalam Jurnal Iptek (1999: 122) menyatakan,

“Pendekatan pembelajaran teknik adalah cara pembelajaran teknik yang dilakukan

secara berulang-ulang dalam bentuk tata urutan pelaksanaan yang tetap sesuai

dengan yang telah ditentukan sebelumnya”. Sedangkan Amung Ma’mun & Toto

Subroto (2001: 7) berpendapat, “Pendekatan tradisional atau teknik adalah cara

belajar yang lebih menekankan komponen-komponen teknik”. Hal senada

dikemukakan Beltasar Tarigan (2001: 15) bahwa, “Pembelajaran dengan

pendekatan teknik menekankan pada penguasaan keterampilan atau teknik dasar

suatu cabang olahraga”.

Pendekatan pembelajaran yang sifatnya tradisional seringkali

menyudutkan pengajar ke dalam situasi dilematis yaitu, apakah pembelajaran

menekankan pada keterampilan penguasaan teknik gerakan atau pada kemampuan

bermain suatu cabang olahraga atau kedua-duanya. Pada umumnya pembelajaran

keterampilan teknis passing bola basket tergolong ke dalam pembelajaran yang

sifatnya tradisional. Pembelajaran teknis ini menekankan pengajaran pada

penguasaan keterampilan teknik passing bola basket. Hasil akhir dari pengajaran

yang bersifat tradisional diharapkan menjawab pertanyaan tentang bagaimana cara

melakukan teknik passing bola basket yang baik dan benar.

Dalam kegiatan pembelajaran teknis, organisasi pembelajaran diatur

sedemikian rupa oleh guru. Tugas siswa adalah memahami dan menguasai serta

melakukan tugas gerak sesuai instruksi dari guru. Pendektan teknik ini

mempunyai pengertian yang sama dengan pendekatan drill. Dalam hal ini

Sugiyanto (1996: 72) berpendapat, “Pendekatan drill yaitu pendekatan

pembelajaran dimana guru menciptakan situasi tertentu untuk memacu pelajar

berfikir dan berbuat sesuai dengan yang diinstruksikan oleh guru. Gurulah yang

menetapkan tujuan dan apa yang harus dilakukan pelajar untuk mencapai tujuan.

Pelajar melakukan gerakan-gerakan sesuai dengan apa yang diinstruksikan guru,

dan melakukannya berulang-ulang”.

23

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan empat ahli tersebut dapat

disimpulkan bahwa, pembelajaran teknik merupakan cara belajar suatu teknik

cabang olahraga (passsing bola basket) yang dilakukan secara berulang-ulang.

Teknik passing bola basket yang terdiri dari sikap siap melakukan passing,

gerakan pelaksanaan dan gerak lanjut dipelajari secara seksama dan dilakukan

secara berulang-ulang. Dengan melakukan gerakan secara berulang-ulang tersebut

dimaksudkan agar masing-masing teknik passing bola basket dikuasai dengan

baik dan benar. Dengan menguasai teknik passing, maka gerakan passing bola

basket dapat dilakukan dengan benar dan diaharapkan akan mendukung

penampilannya dalam bermain bola basket.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan

Teknis

Bertolak dari pengertian pembelajaran teknis, maka pembelajaran passing

bola basket yaitu cara belajar teknik-teknik passing yang terdiri dari sikap

permulaan gerakan passing, gerakan pelaksanaan passing dan gerak lanjut

dipelajari atau dilakukan secara berulang-ulang. Pembelajaran teknis ini

diharapkan siswa memahami kosep gerakan passing yang baik dan benar. Untuk

mencapai hal guru telah merencanakan program pembelajaran yang akan

disajikan. Susunan materi pembelajaran passing bola basket dapat dilakukan dari

cara yang lebih mudah yaitu, gerakan passing tanpa bola, kemudian ditingkatkan

secara bertahap. Pada tahap awal guru menjelaskan teknik passing bola basket

dari sikap permulaan passing yang baik dan benar, gerakan pelaksanaan passing,

dan gerak lanjut. Setelah tekni-teknik tersebut dijelaskan, guru memberikan

contoh dari bagian-bagian teknik passing bola basket. Setelah guru memberikan

contoh, guru mengorganisasi pembelajaran agar semua siswa terlibat dalam

pembelajaran, dan siswa belajar bagian-bagian teknik passing bola basket sesuai

instruksi dari guru. Setelah bagian-bagian teknik passing bola basket dikuasai,

kemudian dilanjutkan dengan menggabungkan keseluruhan teknik passing bola

basket tersebut. Untuk selanjutnya pembelajaran passing dapat dilakukan dengan

lempar tangkap di tempat, dilakukan dengan berjalan atau berlari dan lain-lain

sesuai inisiatif dan kreativitas dari guru.

24

Untuk mencapai hasil belajar yang optimal, maka dalam pembelajaran

teknis siswa harus aktif melakasanakan tugas ajar. Hal ini sesuai pendapat Rusli

Lutan (1988: 399) bahwa, “Keaktifan sendiri dari pihak siswa merupakan kunci

utama penguasaan dan pemantapan gerak. Kelangsungan proses latihan pada

tahap berikutnya ialah penguasaan teknik yang ideal. Hal ini tergantung pada

inisiatif dan self-activity dari pihak siswa itu sendiri”. Sedangkan Sugiyanto

(1996: 72) berpendapat, “Setiap pelaksanaan drill perlu selalu mengoreksi agar

perhatian tertuju pada kebenaran gerak”.

Berdasarkan dua pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa, suatu teknik

akan dapat dikuasai siswa dengan baik apabila siswa melakukannya secara terus

menerus dan berulang-ulang. Keaktifan siswa belajar sangat dituntut dalam

pembelajaran teknis. Sedangkan guru bertugas mengarahkan penguasaan gerak,

melakukan koreksi dan evaluasi setiap terjadi kesalahan teknik. Koreksi ini sangat

penting dalam pembelajaran teknis. Kesalahan teknik yang dibiarkan akan terjadi

pola gerakan teknik yang salah. Jika hal ini dibiarkan siswa tidak akan tahu teknik

gerakan yang baik dan benar. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi

pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan teknis sebagai berikut:

Guru

X X X X X O X X X X X X

X X X X X O X X X X X X

X X X X X O X X X X X X

Siswa Siswa Gambar 2. Ilustrasi Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan Teknis

c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Passing Bola Basket dengan

Pendekatan Teknis

Pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan teknis pada

prinsipnya merupakan bentuk pembelajaran yang menekankan pada penguasaan

25

unsur-unsur teknik passing bola basket. Dalam pelaksanaan pembelajaran passing

bola basket dengan pendekatan teknis yaitu, mempelajari teknik-teknik passing

bola basket yang terdiri dari: sikap siap gerakan passing, gerakan pelaksanaan

passing dan gerak lanjut. Format pembelajaran teknis ini memiliki efektifitas

terhadap peningkatan penguasaan teknik passing bola basket yang baik dan benar.

Berdasarkan pelaksanaan pembelajaran passing bola basket tersebut di atas dapat

diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan pembelajaran passing bola

basket dengan pendekatan teknis antara lain:

1) Siswa dapat mengerti dan menguasai teknik-teknik passing bola basket yang

baik dan benar.

2) Siswa dapat memperagakan teknik passing bola basket dengan benar.

3) Dapat meminimalkan kesalahan teknik passing bola basket, sehingga siswa

dapat terhindar dari pola gerakan teknik yang salah.

4) Kesalahan teknik dapat dikenali atau diketahui lebih dini, karena guru selalu

mengadakan koreksi.

5) Siswa akan memiliki kemampuan teknik passing bola basket yang baik.

Sedangkan kelemahan pembelajaran passing bola basket dengan

pendekatan teknis antara lain:

1) Hasrat gerak siswa tidak dapat terpenuhi sehingga siswa akan cepat bosan,

karena siswa mengulang-ulang gerakan yang sama secara terus menerus.

2) Pendekatan teknis ini kurang memberikan tantangan karena siswa tidak

mengalami penggunaan teknik yang dipelajari dalam situasi permainan atau

pertandingan yang sebenarnya.

3) Siswa kurang memahami relevasinya teknik yang dipelajarai dengan situasi

permainan atau pertandingan yang sesungguhnya.

5. Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan Taktis

a. Pengertian Pembelajaran Taktis

Pembelajaran taktis merupakan kebalikan dari pembelajaran teknis.

Pembelajaran taktis merupakan bentuk pembelajaran yang dikonsep dalam bentuk

26

permainan yang di dalamnya terkandung unsur belajar teknik passing bola basket.

Dalam pelaksanaan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis

tidak berarti menghilangkan unsur keseriusan, mengabaikan unsur disiplin, dan

menghilangkan subtansi pokok-pokok dalam gerakan passing bola basket. Tetapi

pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis berisi seperangkat

teknik passing bola basket yang disajikan dalam bentuk permainan yang

bervariasi, memperkaya perbendaharaan gerak dan membangkitkan gairah dalam

proses pembelajaran. Proses pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan

taktis berisi kegiatan eksplorasi siswa, tetapi tetap bertujuan hingga kemudian

teknik passing bola basket dikuasai siswa. Berkaitan dengan pendekatan taktis

Wahjoedi (199: 121) menyatakan, “Pendekatan taktis adalah pembelajaran yang

diberikan dalam bentuk atau situasi permainan”. Menurut Beltasar Tarigan (2001:

17) bahwa, “Pengajaran melalui pendekatan taktis adalah meningkatkan

penampilan bermain siswa, dengan melibatkan kombinasi dari kesadaran taktis

dan penerapan keterampilan teknik dasar ke dalam bentuk yang sebenarnya”.

Sedangkan menurut Kurikulum Penjaskes SMP (2004: 28) dijelaskan,

“Pendekatan permainan taktis merupakan pendekatan untuk mengajarkan

permainan agar anak memahami manfaat teknik permainan tertentu dengan cara

mengenalkan situasi permainan tertentu terlebih dahulu kepada anak”.

Berdasarkan pengertian pendekatan taktis yang dikemukakan empat ahli

tersebut dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran taktis merupakan bentuk

pembelajaran suatu teknik cabang olahraga yang dikonsep dalam bentuk

permainan. Dalam hal ini pembelajaran passing bola basket disusun dan dirancang

dalam bentuk permainan. Dalam pembelajaran taktis menuntut kemampuan siswa

untuk menerapkan teknik ke dalam permainan atau pertandingan yang

sesungguhnya. Suasana kegembiraan diperkuat oleh pemenuhan dorongan

berkompetisi sesuai dengan tingkat perkembangan anak, baik yang menyangkut

perkembangan kognitif, emosional, maupun perkembangan geraknya. Hal ini

sesuai pendapat Danu Hoedaya (2001: 14) bahwa, “Tujuan utama dalam

pengajaran suatu permainan adalah untuk kesenangan, keterlibatan aktif dan

27

peningkatan tampilan bermain siswa yang akan berdampak positif terhadap

perilaku hidupnya”.

Sudah selayaknya seorang guru memahami secara mendasar akan

pentingnya penyajian pembelajaran pendidikan jasmani termasuk passing bola

basket yang bernuansa pendidikan jasmani berupa permainan. Melalui permainan

hasrat gerak siswa akan terpenuhi, motivasi belajar siswa meningkat namun tetap

bertujuan terhadap metari pelajaran yang diberikan.

b. Pelaksanaan Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan

Taktis

Pembelajaran taktis merupakan bentuk pembelajaran pendidikan jasmani

yang dikonsep dalam bentuk permainan. Banyak manfaat yang diperoleh melalui

permainan. Seperti dikemukakan Rusli Lutan dan Adang Suherman (2000: 15-16)

bahwa beberapa keuntungan yang akan diperoleh melalui permainan di antaranya:

1) Menunjukkan kemampuan mengkombinasikan keterampilan menipulatif, lokomotor dan non lokomotor baik yang dilakukan secara perorangan maupun dengan orang lain.

2) Menunjukkan kemampuan pada aneka ragam bentuk aktivitas jasmani. 3) Menunjukkan penguasaan pada beberapa bentuk aktivitas jasmani.

Memiliki kemampuan tentang bagaimana caranya mempelajari keterampilan baru.

4) Menerapkan konsep-konsep dan prinsip-prinsip pengembangan keterampilan gerak.

5) Mengetahui aturan, strategi dan perilaku yang harus dipenuhi pada aktivitas jasmani yang dipilih.

6) Memahami bahwa aktivitas jasmani memberi peluang untuk mendapatkan kesenangan, menyatakan diri pribadi dan berkomunikasi.

7) Menghargai hubungan dengan orang lain yang diperoleh dari partisipasi dalam aktivitas jasmani.

Berdasarkan keuntungan dari pembelajaran taktis menunjukkan bahwa,

banyak manfaat yang diperoleh dari bermain di antaranya meningkatkan

kemampuan gerak manipulatif, lokomotor dan non lokomotor, meningkatkan

kebugaran jasmani, meningkatkan penguasaan keterampilan baru dan masih

banyak lainnya, seperti aspek sosial yaitu menghargai orang lain.

28

Bertolak dari pengertian pembelajaran taktis, pelaksanaan pembelajaran

passing bola basket dengan pendekatan taktis yaitu: seorang guru merancang

bentuk-bentuk permainan passing bola basket, misalnya permainan passing 3 on 3

separoh lapangan. Dari permainan yang telah dirancang, kemudian guru

memberikan contoh gerakan passing bola basket yang baik dan benar dari sikap

permulaan passing, gerakan pelaksanaan passing dan gerak lanjut. Untuk

memberikan variasi pembelajaran passing dapat dilakukan dengan satu tangan

atau dua tangan, passing dari depan dada, passing dari samping badan, passing

dari atas kepala atau passing dengan dipantulkan. Tetapi passing yang

diprioritaskan yaitu passing dari depan dada. Setelah siswa paham teknik passing

bola basket, selanjutnya siswa diberi kesempatan yang seluas-luasnya untuk

melakukan permainan passing yang telah dirancang oleh guru. Agar ada unsur

kompetetif (bersaing), maka pembelajaran dapat dibagi menjadi dua kelompok,

sehinga dari masing-masing kelompok saling berlomba untuk tampil lebih baik

atau memenangkan permainan. Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi

pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis sebagai berikut:

Gambar 3. Ilustrasi Pembelajaran Passing Bola Basket dengan Pendekatan Taktis

XO C X C X C

29

c. Kelebihan dan Kelemahan Pembelajaran Passing Bola Basket dengan

Pendekatan Taktis

Pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis merupakan

cara belajar yang menuntut kemandirian siswa. Dalam pembelajaran taktis siswa

dituntut memiliki kreativitas, inisiatif, kemampuan untuk berfikir dan memahami

teknik passing yang baik dan benar ke dalam konsep permainan. Berdasarkan

dari pelaksanaan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis,

pembelajaran ini mempunyai beberapa kelebihan antara lain:

1) Hasrat gerak siswa terpenuhi sehingga dapat menimbulkan rasa senang dan

gembira serta motivasi belajar meningkat.

2) Dengan bermain berarti siswa aktif bergerak sehingga dapat meningkatkan

kesegaran jasmani siswa.

3) Siswa dapat terlibat aktif dalam pembelajaran serta dapat meningkatkan

penampilan siswa dalam bermain.

4) Dapat meningkatkan rasa sosial saling menghargai sesama teman bermainnya

dan meningkatkan kerjasama.

5) Meningkatkan kemampuan siswa untuk menilai dirinya sendiri dan

kemampuannya selama proses pengajaran.

Selain kelebihan yang telah disebutkan di atas, pembelajaran passing bola

basket dengan pendekatan taktis juga memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan

pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis antara lain:

1) Siswa kurang memahami konsep gerakan teknik passing bola basket yang

baik dan benar, karena siswa langsung diaktualisasikan dalam bentuk

permainan.

2) Akan sering terjadi kesalahan teknik dan siswa tidak mampu mengenalinya.

3) Guru akan mengalami kesulitan untuk mengontrol kesalahan teknik yang

dilakukan siswa.

30

B. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah dikemukakan di atas dapat

dirumuskan kerangka pemikiran sebagai berikut:

1. pembelajaran taktis lebih efektif terhadap hasil belajar passing Bola

Basket daripada pembelajaran teknis.

Ditinjau dari proses bahwa Pembelajaran passing bola basket dengan

pendekatan teknis dan taktis memiliki karakteristik yang berbeda. Masing-masing

proses pembelajaran tersebut memiliki penekanan yang berbeda. Pembelajaran

passing bola basket dengan pendekatan teknis menekankan pada pembelajaran

teknik passing bola basket yang dilakukan secara berulang-ulang. Teknik passing

bola basket yang terdiri dari sikap permulaan passing, gerakan pelaksanaan

passing dan gerak lanjut passing dipelajari secara berulang-ulang, untuk

selanjutnya dirangkaikan. Dengan mempelajari teknik passing bola basket secara

berulang-ulang diharapkan terjadi otomatisasi gerakan atau keterampilan teknik

passing bola basket yang lebih baik.

Sedangkan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan taktis

merupakan cara belajar teknik passing bola basket yang dikonsep dalam bentuk

permainan. Teknik gerakan passing bola basket yang dipelajari dilakukan dalam

bentuk permainan atau pertandingan. Maksud dan tujuan pembelajaran passing

bola basket dengan pendekatan taktis yaitu untuk memenuhi hasrat gerak siswa,

untuk menimbulkan rasa senang dan gembira, meningkatkan motivasi belajar dan

meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Melalui permainan passing bola basket

siswa dituntut untuk menerapkan keterampilan teknik dan taktik yang telah

dimiliki dalam situasi permainan, sehingga hal ini akan merangsang kemampuan

berpikir dan memecahkan masalah yang menghadapi dalam permainan.

Kreativitas, inisiatip dan kemandirian siswa sangat dituntut dalam pendekatan

pembelajaran taktis.

Berdasarkan ciri-ciri dari masing-masing pembelajaran teknis dan taktis

menunjukkan bahwa, masing-masing memiliki perbedaan karakteristik atau

31

penekanan dalam proses pembelajaran. Perbedaan perlakuan yang diberikan

dalam proses belajar mengajar akan menimbulkan respon yang berbeda pada

kemampuan passing siswa. Dengan demikian diduga, proses pembelajaran taktis

lebih efektif daripada pembelajaran teknis terhahap peningkatan hasil belajaran

passing bola basket.

2. Pembelajaran Taktis Lebih Baik Pengaruhnya terhadap Hasil Belajar

Passing Bola Basket

Ditinjau pelaksanaan pembelajaran teknis dan taktis, kelebihan dan

kelemahan dari masing -masing pendekatan pembelajaran di atas menunjukkan

bahwa, pembelajaran taktis memiliki pengaruh yang lebih baik terhadap

peningkatan hasil belajar passing bola basket. Hal ini karena, pembelajaran taktis

didasarkan pada perkembangan anak, dimana pada usia sekolah (SMP) hasrat

gerak anak cukup besar, sehingga pembelajaran taktis relevan dengan

perkembangan anak. Disisi lain, pembelajaran passing bola basket dengan

pendekatan taktis, yaitu mempelajari teknik passing bola basket yang dikonsep

dalam bentuk permainan tetapi di dalamnya dikembangkan unsur kecepatan,

ketepatan, kerjasama dan pola gerakan passing dalam situasi permainan yang

sebenarnya. Dengan demikian siswa mengetahui relevansinya pembelajaran taktis

yang diterimanya dengan permainan bola basket yang sebenarnya.

Sedangkan pembelajaran passing bola basket dengan pendekatan teknis

merupakan bentuk pembelajaran teknik passing yang dilakukan secara berulang-

ulang. Bagian-bagian teknik dasar passing bola basket dipelajari secara terpisah-

pisah dan dilakukan secara berulang-ulang, untuk selanjutnya dirangkaikan dalam

pola gerakan passing bola basket yang benar. Dari bentuk pembelajaran teknis ini

siswa kurang memahami relevansinya teknik yang dipelajari dengan keterampilan

atau permainan yang sebenarnya. Dengan demikian diduga, pembelajaran taknis

lebih baik pengaruhnya terhadap hasil belajar passing bola basket.

Berdasarkan tinjuan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah

dikemukakan di atas dibuat bagan sebagai berikut:

32

Meningkatkan hasil belajar passing bola basket dengan pendekatan

pembelajaran taktis dan teknis.

Gambar 4 : Paradigma Penelitian Untuk Perbaikan Proses Pembelajaran

Pendidikan jasmani Aspek penjas : 1. Kebugaran jasmani 2. Ketrampilan gerak 3. Ketrampilan berfikir kritis 4. Sosial 5. Penalaran & stabilitas

emosional

Mengutamakan aktivitas gerak

Materi pokok penjas diantara permainan dan olahraga

Bola basket

Teknik dasar diantaranya adalah passing

Berhubungan dengan: 1. Kecepatan 2. Ketepatan 3. Kerja sama 4. Pola gerak

Pembelajaran penjas di sekolah

Pendekatan pembelajaran passing bola basket

Kinerja guru

Aktivitas murid

Kelompok belajar

Tujuan pembe-lajaran

Pembelajaran taktis

Efektivitas pembelajaran passing bola basket Program

Pembelajaran I, II, III …dst

Hasil belajar siswa

Kemampuan guru mengelola pembelajaran

· Observasi langsung terhadap siswa

· Ketuntasan belajar siswa

Metode, pendekatan

Perangkat pembelajaran

IBM

Dikonsep dalam bentuk

permainan

Pembelajaran teknis

Konsep pembelajaran

bersifat tradisional

Menekankan pada

pembelajaran teknik saja

33

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran yang telah

dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut:

1 Ditinjau dari proses, pembelajaran taktis lebih efektif terhadap hasil

belajar passing Bola Basket pada siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1

Nguntoronadi tahun Pelajaran 2008/2009.

2 Ditinjau dari produk, Pembelajaran taktis lebih baik pengaruhnya daripada

pembelajaran teknis terhadap hasil belajar passing bola basket pada siswa

putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran

2008/2009.

34

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat, Waktu dan Pelaksanaan Penelitian

a. Tempat Penelitian.

Penelitian Eksperimen Kuasi (PEK) ini dilaksanakan di lapangan bola

basket SMP Negeri 1 Nguntoronadi Wonogiri.

b. Waktu Penelitian.

Penelitian berlangsung dari bulan Februari hingga bulan Oktober 2009.

Detail jenis rincian kegiatan dan waktu pelaksanaan dapat dilihat sebagai

berikut :

No Kegiatan Bulan Ke ...... Tahun 2009

Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

1 Persiapan - Pengajuan

Judul

- Penyusunan Proposal

- Konsultasi Proposal 2 Pelaksanaan - Seminar - Konsultasi - Tes Awal - Treatment - Tes Akhir

3 Penyelesaian - Analisis Data - Penyusunan Skripsi - Konsultasi - Penyerahan Skripsi

c. Pelaksanaan Perlakuan ( treatment )

Perlakuan ( treatment ) dalam Penelitian Eksperimen Kuasi (PEK) ini

dilakukan oleh peneliti dibantu guru pengampu, untuk program dengan

pendekatan pembelajaran taktis dipegang oleh peneliti sedangkan program

pendekatan pembelajaran teknis dipegang oleh guru pengampu.

Pelaksanaannya menggunakan lembar observasi siswa dan dilaksanakan

selama pembelajaran berlangsung.

B. Jenis dan Rancangan Penelitian

35

Salah satu jenis penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran

(PPKP) adalah Penelitian Eksperimen Kuasi (PEK). PEK ini bersifat khas dalam

hal subjek penelitian, karena dalam PEK seluruh subjek kelompok belajar

digunakan untuk eksperimen dan bukan menggunakan subjek penelitian yang di

acak sebagaimana halnya dalam penelitian eksperimen murni. Itulah sebabnya,

mengapa hasil PEK tidak digeneralisasikan, kecuali hanya subjek penelitian itu di

kenakan. Oleh karena itu, PPKP ini diarahkan ke PEK yang menggunakan

pendekatan kuantitatif.

Berdasarkan masalah dan tujuan penelitian yang telah ditetapkan, PEK ini

dilaksanakan dengan desain Pretest-Posttest Non-Equivalent Control Group

(Aznam et al., 2006: 5-6). Desain ini terdiri atas satu kelompok eksperimen dan

satu kelompok kontrol. Kelompok yang digunakan merupakan intack group dan

variabel dependennya, yaitu sebelum dan sesudah eksperimen dilaksanakan.

Pretest dalam desain ini, selain digunakan untuk pengontrolan statistik juga

digunakan untuk melihat pengaruh perlakuan terhadap capaian skor (gain score).

Ilustrasi desain PEK yang dituju dapat dilihat sebagai berikut:

Intact Classes Pretest Treatment

(Experiment Variable)

Posttest

(Dependent Variable)

G1 Classes1 O1 Aproach (X1) O2

G2 Classes2 O3 Tradisional (-) O4

Keterangan :

X1 : Treatment dengan pendekatan taktis

(-) : Treatment dengan pendekatan teknis

O1 dan O3 : Pretest O2 dan O4 : Posttest

G1 Classes1 : Kelompok eksperimen

G2 Classes2 : Kelompok kontrol.

C. Variabel Penelitian

36

Dalam penelitian ini terdapat dua variabel bebas (independen) dan satu

variabel terikat (dependen) yaitu:

1. Variabel bebas (independen) yaitu variabel yang mempengaruhi variabel lain.

Variabel bebas (independen) dalam penelitian ini yaitu: pembelajaran teknis

dan pembelajaran taktis.

2. Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel lain. Variabel

terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan passing dalam permainan bola

basket.

3. Variabel kontrol

Variabel kontrol dalam PEK meliputi :

a) Peneliti

Peneliti yang memberi pembelajaran pada kelompok eksperimen dan

dibantu oleh guru penganmpu yang memberi pembelajaran pada kelompok

kontrol.

b) Materi Pembelajaran

Materi pembelajaran yang di berikan pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol adalah sama, yakni pembelajaran passing bola basket.

c) Waktu

Jumlah waktu yang digunakan dalam proses pembelajaran pada kelompok

eksperimen dan lelompok kontrol adalah sama.

d) Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang dipakai untuk kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol adalah sama.

4. Variabel tak terkontrol.

Variabel tak terkontrol dalam PEK ini adalah kondisi kesehatan siswa, cara

belajar siswa dan jarak tempat tinggal siswa dengan sekolah.

D. Subjek Penelitian

Subjek PEK ini adalah siswa putra kelas VIIIA dan VIIID SMP Negeri 1

Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009.

37

E. Teknik Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan tes

dan pengukuran kemampuan passing bola basket dari Barry L. Johnson dan Jack

K. Nelson (1986: 277-278).

Data kemampuan siswa dalam proses pembelajaran diperoleh melalui

observasi/pengamatan secara langsung di lapangan. Pada lembar observasi

aktivitas siswa, peneliti menuliskan kategori aktivitas siswa dalam pembelajaran

dalam selang waktu 2X40 menit. Menurut Danu Hoedaya (2001: 113) Kategori

dalam pembelajaran taktis meliputi 5 aspek yang dinilai yaitu:

1. Keterlibatan dalam permainan = jumlah keputusan yang tepat + jumlah

keputusan yang tidak tepat + jumlah pelaksanaan ketrampilan yang efisien +

jumlah pelaksanaan ketrampilan yang tidak efisien + jumlah tindakan dalam

memberikan dukungan yang tepat.

2. Standar mengambil keputusan ( SMK ) = jumlah mengambil keputusan yang

tepat : jumlah keputusan yang tidak tepat.

3. Standar ketrampilan ( SK ) = jumlah pelaksanaan ketrampilan yang efisien :

jumlah pelaksanaan ketrampilan yang tidak efisien.

4. Standar memberikan dukungan ( SMD ) = jumlah tindakan dalam

memberikan dukungan yang tepat: jumlah tindakan dalam memberikan

dukungan yang tidak tepat.

5. Penampilan bermain = (SMK + SK+ SMD) : 3.

Sedangkan kategori dalam pembelajaran teknis meliputi 5 aspek yang

dinilai yaitu:

1 Keterlibatan dalam pembelajaran teknik = jumlah sikap permulaan passing

yang tepat + jumlah sikap permulaan passing yang tidak tepat + jumlah gerak

pelaksanaan passing yang tepat + jumlah gerak pelaksanaan passing yang

tidak tepat + jumlah pelaksanaan gerak lanjut yang tepat.

2 Sikap permulaan passing = jumlah sikap permulaan passing yang tepat :

jumlah Sikap permulaan passing yang tidak tepat.

3 Gerak pelaksanaan passing = jumlah Gerak pelaksanaan passing yang tepat :

jumlah gerak pelaksanaan passing yang tidak tepat.

38

4 Pelaksanaan Gerak lanjut = jumlah Gerak pelaksanaan passing yang tepat :

jumlah pelaksanaan Gerak lanjut yang tidak tepat.

5 Penampilan dalam pembelajaran teknik (Sikap permulaan passing + Gerak

pelaksanaan passing + Pelaksanaan Gerak lanjut) : 3.

Hasil observasi di analisis dengan mencari norma. Pentunjuk pelaksanaan

tes terlampir.

F. Teknik Analisis Data

Untuk menjawab pertanyaan penelitian dan menguji hipotesis yang

diajukan, maka data yang diperoleh dianalisis dengan analisis statistik deskriptif

dan inferensial.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Data kemampuan siswa dalam mengikuti pembelajaran (treatment) baik

kelompok pendekatan teknis dan taktis dengan menggunakan skor rata-rata dari

masing-masing kelompok berdasarkan pertemuan atau perlakuan yang diberikan.

Data kegiatan siswa diperoleh melalui lembar observasi selama kegiatan

pembelajaran berlangsung. Aspek-aspek yang dinilai ada tiga macam yaitu: (1)

Keputusan yang diambil, (2) Melaksanakan keterampilan dan, (3) Memberi

dukungan.

Dari ketiga aspek yang dinilai pada lembar observasi tersebut, kemudian

diberikan nilai dari setiap pertemuan yang hasilnya dijumlahkan dan hasilnya

dibandingkan antara kelompok eksperimen dengan kelompok kontrol untuk

mengetahui kelompok mana yang lebih baik hasilnya antara pendekatan taktis dan

teknis terhadap hasil belajar passing dalam permainan bola basket.

Ketuntasan belajar. Data yang dianalisis untuk mendeskripsikan

ketuntasan belajar adalah hasil belajar passing bola basket yang ditunjukkan oleh

skor posttest, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol. Setiap

siswa dikatakan tuntas belajarnya ( tuntas secara individu ) jika skor yang

diperoleh siswa lebih dari atau sama dengan 75 % skor total. Selanjutnya suatu

kelompok dikatakan tuntas ( tuntas secara klasikal ) jika dalam kelompok tersebut

39

terdapat lebih dari atau sama dengan 80 % siswa tuntas belajarnya dari BSNP (

2006 : 10 ).

2. Mencari Reliabilitas

Untuk mengetahui tingkat keajegan hasil tes yang dilakukan dalam

penelitian, dilakukan uji reliabilitas dengan menggunakan korelasi interklas dari

Ismaryati (2006: 27), dengan rumus sebagai berikut :

MSs – MSw

R = MSs

Keterangan :

R = Koefisien reliabilitas

MSs = Jumlah rata-rata dalam kelompok

MSw = Jumlah rata-rata antar kelompok

3. Analisis Statistik Inferensial

Analisis statistik inferensial dalam penelitian ini meliputi beberapa

langkah sebagai berikut:

Untuk menguji hipotesis penelitian, maka data prestasi passing bola basket

dalam PEK ini dianalisis dengan Anakova. Data yang dianalisis adalah hasil skor

pretest dan skor posttest. Alasan menggunakan Anakova karena dengan PEK ini

memakai variabel kovariat sebagai variabel independen yang sulit untuk

dikontrol, tetapi dapat diukur bersamaan dengan variabel dependen. Desain

analisis data dideskripsikan seperti terlihat dalam gambar 4, dengan menempuh

prosedur Anakova, yakni: (a) menentukan model regresi, (b) uji keberartian

koefien X dalam model regresi, (c) uji linieritas model regresi (d)uji kesamaan

dua model regresi, dan (e) uji kesejajaran dua model regresi.

40

Gambar 5: Rancangan Analisis Kovarian dalam PEK

Langkah–langkah dalam analisis kovarian yang ditempuh dilaksanakan

sebagai berikut:

a. Menentukan Model Regresi

Model regresi linier dibutuhkan karena ingin melihat bentuk hubungan

antara dua variabel, yaitu dependen dan variabel independen.

Misalnya X = hasil awal passing bola basket siswa (variabel kovariat)

Y = hasil akhir passing bola basket siswa (variabel dependen)

N = banyaknya siswa

Maka model regresi linier Y atas X adalah Y = a + bX, dengan a dan b adalah

estimator untuk q1 dan q2 dalam persamaan Y =q1+q2 bX untuk mencari nilai a

dan b digunakan rumus (Netter & Wesermen, 1974 : 39).

a = n1

(SY1 – b S X1) Model regresi linier dilakukan untuk

kelompok ekperimen dan kelompok kontrol

b =

å

å åå

-

-

nX

X

n

XYYX

ii

ii

22

11

)(

Grup Eksperimen Grup Kontrol Pretest Posttest Pretest Posttest keterangan : (X1) (Y1) (X2) (Y2) X1 , X2 : skor hasil awal passing bola

basket siswa sebagai variabel kovariat pada kelompok ekperimen dan kontrol.

X11 Y11 X12 Y12 Y1 , Y2 : skor hasil akhir passing bola basket siswa sebagai variabel dependen pada kelompok ekperimen dan kontrol.

X21 Y21 X22 Y22 N1 , N2 : banyaknya subyek penelitian pada kelompok eksperimen dan kontrol.

X31 Y31 X32 Y32

. . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . .

XN1,1 YN1,1 XN2,2 YN2,2

41

b. Uji Keberartian Koefisien X dalam Model Regresi

Uji keberartian koefisien bertujuan untuk menguji apakah ada pengaruh

hasil awal passing bola basket siswa (skor prestest) terhadap hasil akhir passing

bola basket siswa (skor posttest) pada kelompok ekperimen dan kelompok

kontrol. Untuk menguji keberartian koefisien X dalam model regresi linier

dirumuskan hipotesis sebagai berikut :

Ho : q2 = 0 (koefisien regresi tidak berarti; artinya tidak ada pengaruh

skor pretest terhadap skor posttest.

HA : q2 ≠ 0 (koefisien regresi berarti; artinya ada pengaruh skor pretest

terhadap skor posttest.

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan analisis varians menggunakan

statistik – F, dengan rumus (Netter & Weserman).

F* = MSEMSR

Kriteria tolak Ho jika F* ≥ F ( 1 - a, 1, n – 2 ) dengan a = 5%

Keterangan :

MSR = regression mean square = SSR 1

SSR=

SSR = regression sum of square = ÷÷ø

öççè

æ-å å å

n

YXYXb ii

ii

SSTO = total sum of square = S Yi 2 –

( )n

Yi

SEE = error sum of square = SSTO – SSR

MSE = error mean square = 2 n

SSE-

c. Uji Linieritas Model Regresi

Untuk menguji hubungan secara linier antara hasil awal passing bola

basket siswa (skor pretest) terhadap hasil akhir passing bola basket siswa

(skor posttest), dilakukan uji linieritas model regresi pada kelompok

ekperimen dan kelompok kontrol dengan rumusan hipotesis :

42

Ho : model regresi linier

HA : model regresi tidak linier

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan analisa varians

menggunakan statistik – F, dengan rumusan (Netter & Wasermen, 1974 :

119).

F* = MSPEMSLF

Kriteria tolak Ho jika F* ≥ F (1 - a, c – 2; n – 2) dengan a =

5%

Keterangan :

MSLF = lack off fit mean square = 2 c

SSLF-

SSLF = lack of fit sum of square = SSE – SSPE

SSPE = pure error sum of square = å=

c

j 1å=

m

i 1

( Y ij - Y )2

MSPE = pure error mean square = c N

SSPE-

c = banyaknya data X yang berbeda

n = banyaknya siswa

d. Uji Kesamaan Model Regresi

Uji kesamaan dua model regresi bertujuan menguji kesamaan model

regresi kelompok eksperimen dan model regresi kelompok kontrol.

Regresi linier kelompok eksperimen : YE = q1 + q2 XE dan regresi linier

kelompok kontrol : YK = q3 + q4 XK. Untuk menguji kesamaan dua

model regresi dirumuskan hipotesis :

Ho : q1 = q3 dan q2 = q4 ( kedua model regresi sama )

HA : q1 ≠ q3 dan q2 ≠ q4 ( kedua model regresi tidak sama )

Untuk menguji hipotesa tersebut digunakan analisa varians

menggunakan statistik – F, dengan rumus (Netter & Waserman, 1974 :

119)

43

F* =

)4()(

)4()2(

)()(

-+

----+-

KE

KEKE

nnFSSE

nnnn

FSSERSSE

Kriteria tolak Ho jika F* ≥F ( 1 - a,2; nE + nK – 4) dengan a = 5%

Keterangan :

SSE = SSTO(R) – SSR(R)

SSTO(R) = S Yi 2 –

( )n

Yi

SSR(R) = ÷÷ø

öççè

æ-å å å

n

YXYXb ii

ii

SSE(F) = SSEE + SSEK

Dengan SSEE = error sum of square kelompok eksperimen

SSEK = error sum of square kelompok kontrol

nE = banyaknya siswa dikelompok eksperimen

nK = banyaknya siswa dikelompok kontrol

Jika dalam pengujian hipotesis nol diterima, maka kedua model

regresi adalah tidak berbeda, dengan kata lain kedua model regresi

adalah sama.

e. Uji Kesejajaran Dua Model Regresi

uji kesejajaran dua model regresi dilakukan apabila dalam pengujian

nilai butir disebelum hipotesis nol ditolak. Uji kesejajaran dua model

regresi bertujuan untuk menguji kesejajaran model regresi kelompok

eksperimen dan model regresi kelompok kontrol.

Untuk menguji kesejajaran dua model regresi dirumuskan hipotesis

sebagai berikut :

Ho : q2 = q4 (kedua model regresi sejajar)

HA : q2 = q4 ( kedua model regresi tidak sejajar)

Untuk menguji hipotesis tersebut digunakan analisis varians

menggunakan statistik – F, dengan rumus (Ferguson, 1989: 368).

44

F* =

)2(

)1(

knnA

k

AB

KE -+

--

Kriteria tolak Ho jika F* ³ F (1 - a, k-1; N – 2k) dengan a = 5%

Keterangan :

( )( )( )

( )å å

å

å= =

=

=

ïï

þ

ïï

ý

ü

ïï

î

ïï

í

ì

=-

úû

ùêë

é--

--=k

j

nj

iadjxnj

iij

nj

iijij

ij SSTXX

XXYY

YYA1 1

)(

1

2

2

12

( )x

y SSTSPT

SSTB2

-=

SPT = jumlah total produk

SSTx = jumlah kuadrat total X

SSTy = jumlah kuadrat total Y

k = banyaknya kelompok

N = banyaknya kelompok eksperimen dan kelompok kontrol

Jika kedua model regresi sejajar, maka dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan hasil belajar passing bola basket kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol.

45

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Dalam bab ini disajikan hasil penelitian dan interprestasinya. Sesuai

dengan rumusan masalah dan tujuan penelitian, maka sajian hasil penelitian yang

dikemukakan berkenaan dengan deskripsi keefektifan penerapan pendekatan

pembelajaran teknis dan taktis terhadap hasil belajar passing bola basket.

Penyajian hasil penelitian didasarkan hasil analisis statistik, baik secara deskriptif

maupun inferensial.

1. Analisis Statistik Deskriptif

PEK dalam PPKP ini berlangsung dari bulan Mei hingga Juni 2009. PEK

ini bertujuan untuk melihat keefektifan penerapan pendekatan pembelajaran teknis

dan taktis terhadap hasil belajar passing bola basket. Sebagai kelompok

eksperimen adalah siswa putra kelas VIII A SMP Negeri 1 Nguntoronadi

Wonogiri tahun pelajaran 2008/2009 dan kelompok kontrol adalah siswa putra

kelas VIII B.

a. Analisis data treatment / perlakuan terhadap siswa

Berikut ini disajikan hasil observasi atau pengamatan secara langsung

dalam kegiatan pembelajaran passing bola basket antara pendekatan pembelajaran

teknis dan taktis sebagai berikut:

Tabel 1. Hasil Rekapitulasi Proses Treatment pada Kelompok Pembelajaran

Taktis dan Teknis

Kelompok Jumlah Rerata SD Pembelajaran Taktis 182,19 9,109 1,784 Pembelajaran Teknis 139,59 6,980 1,349

Berdasarkan data tersebut menunjukkan bahwa, dari hasil pengamatan

secara langsung dalam kegiatan pembelajaran passing bola basket antara

pendekatan teknis dan taktis diketahui bahwa, pembelajaran taktis lebih efektif

46

terhadap hasil belajar passing bola basket dengan rerata 9,109 > dari rerata

pendekatan teknis yaitu 6,980.

b. Analisis perbandingan data hasil belajar passing bola basket.

Dari data hasil belajar passing siswa sesudah mendapat perlakuan, atas

dasar skor posttest, baik pada kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol

dapat di lihat pada perhitungan statistik deskriptif. Hasil perbandingannya secara

deskriptif hasil belajar passing bola basket siswa kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol disajikan pada tabel 2 berikut .

Tabel 2: Perbandingan Hasil belajar passing pada kelompok eksperimen dan

kelompok kontrol

Variabel Kelompok

eksperimen

Kelompok

Kontrol

Banyaknya siswa

Rata-rata Hasil Belajar Passing siswa

Banyaknya Siswa yang Tuntas Belajar

Persentase yang Tuntas Belajar

Ketuntasan Belajar Secara Klasikal

20

120

20

100

Tuntas

20

108

15

75

Tidak Tuntas

2. Mencari Reliabilitas

Tingkat reliabilitas hasil tes awal dan tes akhir kemampuan passing bola

basket diketahui melalui uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas tes awal dan tes akhir

kemampuan passing bola basket dalam penelitian sebagai berikut:

Tabel 3. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal

Hasil Tes Reliabilitas Kategori Data tes awal passing bola basket 0.981 Tinggi sekali

Berdasarkan hasil uji reliabilitas hasil tes awal passing bola basket yaitu

tinggi sekali dengan nilai reliabilitas 0.981.

47

Tabel 4. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Akhir

Hasil Tes Reliabilitas Kategori Data tes akhir passing bola basket 0.764 cukup

Berdasarkan hasil uji reliabilitas hasil tes akhir passing bola basket yaitu

cukup dengan nilai reliabilitas 0.764.

3. Analisis Statistik Inferensial

PEK dalam PPKP ini selain bertujuan untuk melihat keefektifan penerapan

model pembelajaran dari segi proses, juga bertujuan untuk membandingkan

kemampuan passing bola basket dari segi produk. Adapun data yang dianalisis

secara statistik inferensial secara berturut-turut disajikan sebagai berikut:

d. Rekapitulasi Hasil Tes Kemampuan Passing Bola Basket

Hasil rekapitulasi kemampuan passsing bola basket antara kelompok

pembelajaran taktis dan teknis disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 5. Diskripsi Data Hasil Tes Kemampuan Passing Bola Basket pada

Kelompok Pembelajaran Taktis dan Kelompok Pembelajaran Teknis

Kelompok Tes N Hasil Tertinggi

Hasil Terendah

Mean SD

Kelompok 1 (K1)

Awal 20 104 71 86.879 13.158

Akhir 20 129 105 119.683 8.810

Kelompok 2 (K2)

Awal 20 106 73 85.961 11.297

Ahkir 20 129 84 107.478 11.802

b. Model Regresi

Model regersi kelas/kelompok eksperimen adalah Ŷ = 89.740 + 0.346X

Model regresi kelas/kelompok kontrol adalah Ŷ = 35.980 + 0.833X

Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran

48

c. Uji Keberartian Koefisien X dalam Model Regresi /Uji

Independensi

Hasil analisis untuk keberartian X dalam model regresi pada kelompok

eksperimen disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 6. Hasil Anova untuk Uji Keberartian Koefisien Model Regresi pada

Kelompok Eksperimen

Source of Variance SS df MS F* F(0,95;1;16) Regression Error

391,928 1077,822

1 18

391,928 59,879

6,545 4,41

Total 1469,750 19

Untuk taraf signifikansi a = 5% diperoleh F(0,95;1;16) = 4,41. Dengan

demikian F* > F(0,95;1;16 , sehingga Ho di tolak. Ini berarti hasil passing Bola Basket

awal pada kelompok eksperimen mempengaruhi secara signifikan terhadap hasil

passing Bola Basket akhir.

Tabel 7. Hasil Anova untuk Uji Keberartian Koefisien Model Regresi pada Kelompok Kontrol

Source of Variance SS df MS F* F(0,95;1;16) Regression Error

1696,563 964,437

1 18

1696,563 53,580

31,664 4,41

Total 2661,000 19

Untuk taraf signifikansi a = 5% diperoleh F(0,95;1;16) = 4,41. Dengan

demikian F* > F(0,95;1;16 , sehingga Ho di tolak. Ini berarti hasil passing Bola Basket

awal pada kelompok kontrol mempengaruhi secara signifikan terhadap hasil

passing Bola Basket akhir.

d. Uji linieritas model regresi

Hasil analisis uji linieritas model regresi pada kelompok eksperimen di

sajikan pada tabel 8 berikut:

49

Tabel 8: Hasil Anova untuk Uji Linieritas Model Regresi pada Kelompok Eksperimen

Source of Variance SS df MS F* F(0,95;12;6) Lack of Fit Pure Error

663,267 414,556

12 6

55,272 69,093

0,800 4,41

Total 1077,822 18 Untuk taraf signifikansi a = 5% diperoleh F(0,95;12;6) = 4,41. Dengan demikian

F* < F(0,95;12;6) , sehingga Ho diterima. Ini berarti model regresi pada kelompok

esperimen adalah linier.

Hasil analisis uji linieritas model regresi pada kelompok komtrol di sajikan

pada tabel 9 berikut:

Tabel 9: Hasil Anova untuk Uji Linieritas Model Regresi pada Kelompok kontrol

Source of Variance SS df MS F* F(0,95;13;5) Lack of Fit Pure Error

416,798 547,639

13 5

32,061 109,528

0,293 4,64

Total 964,437 18

Untuk taraf signifikansi a = 5% diperoleh F(0,95;13;5) = 4,64. Dengan demikian

F* < F(0,95;13;5) , sehingga Ho diterima. Ini berarti model regresi pada kelompok

esperimen adalah linier.

e. Uji kesamaan dua model regresi linier

Hasil analisis uji kesamaan du model regresi linier pada kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol disajikan pada tabel 10 berikut.

Tabel 10 : Hasil Anova Untuk Uji Kesamaan Model Regresi Linier pada

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

a b SSR(R) SSTO(R) SSE(R) SSE(F) F* F(0,95;2,36)

64,058 0,574 1890,414 5631,375 3740,961 2042,259 20,654 4,42

50

Untuk taraf signifikansi a = 5% diperoleh F(0,95;2,36) = 4,42. Dengan

demikian F* > F(0,95;2,36) , sehingga Ho ditolak. Ini berarti kesamaan dua model

regresi linier pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah tidak sama.

f. Uji kesejajaran dua model regresi linier

Berdasarkan hasil pada sub- sub bab butir d, maka pengujian dilanjutkan

dengan menguji kesejajaran dua model regresi linier. Hasil analisis uji kesejajaran

pada kelompok eksperimen dan kelompok kontroldisajikan pada tabel 11 berikut.

Tabel 11: Hasil Anova untuk Uji kesejajaran Dua model Regresi linier pada

Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol.

A B F* F(0,95;1,36)

2042,26 2375,30 2,20 4,11

Dengan taraf signifikansi a = 5% diperoleh F(0,95;1,36) = 4,11. Fengan

demikian F* < F(0,95;1,36) , sehingga Ho diterima. Ini berarti kesejajaran dua model

regresi linier pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah sejajar

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Pembahasan hasil penelitian ini memberikan interprestasi lebih lanjut,

terutama mengenai hasil analsis data yang telah dikemukakan sebelumnya.

Pembahasannya sebatas dalam pengertian evaluasi dan tidak atau belum ke arah

verifikasi suatu teori. Karena itu, pendekatan pembahasannya lebih cenderung ke

deskripsi empiris.

Atas dasar hasil analisis statistik deskriptif dan inferensial diperoleh dua

informasi penting yakni, (1) dari segi proses penerapan pendekatan pembelajaran

taktis terhadap hasil belajar passing bola basket adalah lebih efektif dibandingkan

dengan pendekatan pembelajaran teknis, dan (2) dari segi produk perbandingan

kemampuan passing bola basket antara siswa yang mendapat perlakuan

pendekatan pembelajaran taktis lebih baik daripada siswa yang mendapat

perlakuan pendekatan pembelajaran teknis.

51

Keefektifan penerapan pendekatan pembelajaran taktis seperti ditunjukkan

oleh hasil-hasil analisis data bahwa, (1) proses pembelajaran passing bola basket

dengan pendekatan taktis adalah lebih efektif dengan rerata 9.109 lebih besar

daripada kelompok pendekatan pembelajaran teknik dengan rerata 6.980, dan (2)

dari hasil perbandingan secara deskriptif, ternyata siswa yang menggunakan

pembelajaran taktis adalah tuntas dalam belajar baik secara individu maupun

klasikal. Siswa dikatakan tuntas belajarnya secara individu bila skor yang

diperoleh siswa > 75 % skor total, sedang kelompok siswa dikatakan tuntas

belajarnya secara klasikal bila dalam kelompok tersebut terdapat lebih dari atau

sama dengan 80 % tuntas. Mengacu kriteria tentang keefektifan pembelajaran

taktis dalam pembelajaran passing bola basket pad bab III, maka dapat

disimpulkan bahwa penerapan pembelajaran passing dalam passing bola basket

siswa putra kelas VIII SMP Negeri 1 Nguntoronadi Wonogiri adalah efektif.

Dari segi produk atau peningkatan kemampuan passing bola basket juga

menunjukkan bahwa, dari uji hipotesis PEK ini teruji bahwa hasil belajar passing

Bola basket dengan pembelajaran taktis lebih baik daripada pembelajaran teknis.

Berdasarkan hasil uji kesamaan dan uji kesejajaran ternyata dua model regresi

linier tidak sama, namun sejajar. Oleh karena, dapat disimpulkan bahwa ada

perbedaan hasil belajar passing Bola basket antara pembelajaran teknis dan

pembelajaran taktis. Konstanta garis regresi kelompok eksperimen adalah 89,740.

Konstanta ini lebih besar dari konstanta garis regresi kelompok kontrol yaitu

35,980. Secara geometris garis regresi kelompok eksperimen di atas garis regresi

kelompok kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa hasil belajar passing bola basket

dengan pembelajaran taktis lebih baik dibanding hasil belajar passing Bola Basket

dengan pembelajaran teknis.

52

BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Simpulan

Sesuai dengan deskripsi sajian analisis data dan pembahasannya, maka

dapat ditarik simpulan penelitian sebagai berikut:

1. Secara proses bahwa pembelajaran taktis lebih efektif terhadap hasil belajar

passing bola basket daripada pembelajaran teknis. Hal ini dapat dilihat dari

rata-rata proses pembelajaran taktis yaitu 9.109 lebih besar dari rata-rata

pembelajaran teknis yaitu 6.980 dan ketuntasan belajar siswa secara klasikal

mencapai 100 %.

2. Dari segi produk pembelajaran taktis lebih baik pengaruhnya daripada

pembelajaran teknis terhadap hasil belajar passing bola basket pada siswa

putra kelas VIII SMP Negeri 1 Nguntoronadi Wonogiri Tahun pelajaran

2008/2009. Hasil penghitungan kemampuan passing bola basket siswa yang

mendapat perlakuan pembelajaran taktis adalah 120 sedangkan siswa yang

mendapat perlakuan pembelajaran passing dengan pendekatan teknis adalah

108.

B. Implikasi

Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa pendekatan

pembelajaran taktis memiliki pengaruh yang lebih baik dari pada pendekatan

pembelajaran teknis terhadap peningkatan hasil belajar passing bola basket pada

siswa putra kelas VIII SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri tahun pelajaran

2008/2009.

Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini bahwa, setiap pendekatan

pembelajaran memiliki efektifitas yang berbeda dalam meningkatkan kemampuan

passing dalam permainan bola basket. Oleh karena itu, dalam menerapkan

pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk mengembangkan atau

meningkatkan kemampuan passing dalam permainan bola basket harus

53

menerapkan pendekatan pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan kondisi

siswa. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

memilih dan menentukan pendekatan pembelajaran yang tepat, khususnya untuk

meningkatkan kemampuan passing dalam permainan bola basket.

C. Saran

Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang

ditimbulkan, maka kepada guru Penjas di SMP Negeri I Nguntoronadi Wonogiri,

disarankan hal-hal sebagai berikut:

1. Upaya meningkatkan kemampuan passing dalam permainan bola basket harus

diterapkan pendekatan pembelajaran yang baik agar diperoleh peningkatan

keterampilan optimal.

2. Untuk meningkatkan kemampuan passing bola basket dapat diterapkan

pendekatan pembelajaran taktis dan teknis.

54

DAFTAR PUSTAKA

Adang Suherman. 2000. Dasar-Dasar Penjaskes. Jakarta: Depdikbud. Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Amung Ma’mum dan Toto Subroto. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis

Dalam Permainan Bolavoli Konsep & Metode Pembelajaran. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerjasama Dengan Direktorat jenderal Olahraga.

A. Sarumpaet dkk.1992. Permainan Besar. Jakarta: Depdikbud

Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Aznam et al. 2006. Metodologi Penelitian untuk Peningkatan Kualitas

Pembelajaran: Penelitian Eksperimen Kuasi dalam PPKP. Kumpulan Makalah dalam Penelitian Metodologi Penelitian untuk Peningkatan Kualitas Pembelajaran (PPKP). Jakarta. Direktorat Ketenagaan Dirjendikti Depdiknas.

Barry L. Johnson dan Jack K. Nelson. 1986. Practical Mesurment for Evaluation

Pysical Education. Minesota USA: Publishing Company. Beltasar Tarigan. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran

Sepakbola. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerjasama Dengan Direktorat Jenderal Olahraga.

Badan Standar Nasional Pendidikan . 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Dasar dan Menengah. Jakarta. Danu Hoedaya. 2001. Pendekatan Ketrampilan Taktis dalam Pembelajaran Bola

Basket. Jakarta:Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerjasama Dengan direktorat Jenderal Olahraga.

Depdiknas. 2004. Kurikulum 2004 Sekolah Menengah Pertama (SMP). Pedoman

Khusus Pengembangan Silabus Berbasis Kompetensi Sekolah Menengah Pertama Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.

Dimyati dan Mudjiono. 2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Rineka

Cipta. Ferguson. 1989. Statical Analysis in Psychology and Education. New York: Mc

Graw Hill Companies, Inc.

55

Hal Wissel 2000. Bola Basket Dilengkapi dengan Program Pemahiran dan Teknik. Alih Bahasa. Bagus Pribadi. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada.

H.J. Gino, Suwarni, Suripto, Maryanto dan Sutijan. 1998. Belajar dan

Pembelajaran II. Surakarta: UNS Press. Husdarta & Yudha M. Saputra. 2000. Belajar dan Pembelajaran. Depdiknas.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Imam Sadikun. 1992. Olahraga Pilihan Bola Basket. Yogyakarta: IKIP

Yogyakarta. Machfud Irsyada. 1999/2000. Bola Basket. Jakarta: Depdikbud. Direktorat

Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-II.

Muhammad Ali. 2004. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algensindo. Nana Sudjana. 2005. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar

Baru Algensindo. Netter, J. and Waserman, W. 1974. Applied Linear Statistical Models. Illionis:

Richard D. Irwin Inc. Rusli Lutan. 1988. Belajar Ketrampilan Motorik Pengantar Teori dan Metode.

Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Rusli Lutan dan Adang Suherman. 2000. Perencanaan Pembelajaran Penjaskes.

Jakarta: Depdikbud. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.

Rineka Cipta. Sugiyanto. 1996. Belajar Gerak I. Surakarta: UNS Press. Syaiful Sagala. 2005. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabet. Soebagio Hartoko. 1993. Teori dan Praktek Bola Basket I. Surakarta: UNS Press. Wahjoedi. 1999. Jurnal Iptek Olahraga. Jakarta: Pusat Pengkajian dan

Pengembangan IPTEK (PPPITOR). Kantor Menteri Negara dan Olahraga.

56