146666002 makalah isu isu kurikulum 2013

25
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini dibuktikan bahwa indekspengembangan manusia Indonesia makin menurun. Kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Indonesia memiliki daya saing yang rendah Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53 negara di dunia. Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan. Baik pendidikan formal maupun informal. Pendidikan memang telah menjadi penopang dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Setelah kita amati, nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang. 1.2. Rumusan Masalah 1

Upload: friyant-legacy

Post on 31-Dec-2015

148 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

makalah

TRANSCRIPT

Page 1: 146666002 Makalah Isu Isu Kurikulum 2013

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kualitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Ini

dibuktikan bahwa indekspengembangan manusia Indonesia makin menurun.

Kualitas pendidikan di Indonesia berada pada urutan ke-12 dari 12 negara di Asia. Indonesia

memiliki daya saing yang rendah Dan masih menurut survai dari lembaga yang sama

Indonesia hanya berpredikat sebagai follower bukan sebagai pemimpin teknologi dari 53

negara di dunia.

Yang kita rasakan sekarang adalah adanya ketertinggalan didalam mutu pendidikan.

Baik pendidikan formal maupun informal. Pendidikan memang telah menjadi penopang

dalam meningkatkan sumber daya manusia Indonesia untuk pembangunan bangsa. Oleh

karena itu, kita seharusnya dapat meningkatkan sumber daya manusia Indonesia yang tidak

kalah bersaing dengan sumber daya manusia di negara-negara lain. Setelah kita amati,

nampak jelas bahwa masalah yang serius dalam peningkatan mutu pendidikan di Indonesia

adalah rendahnya mutu pendidikan di berbagai jenjang pendidikan, baik pendidikan formal

maupun informal. Dan hal itulah yang menyebabkan rendahnya mutu pendidikan yang

menghambat penyediaan sumber daya menusia yang mempunyai keahlian dan keterampilan

untuk memenuhi pembangunan bangsa di berbagai bidang.

1.2. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah ini adalah apa saja isu-isu aktual tentang

kurikulum 2013 dan isu-isu tentang pendidikan di indonesia.

1.3. Tujuan

Adapun tujuan disusunnya makalah ini adalah untuk mengetahui isu-isu aktual

tentang kurikulum 2013 dan isu-isu tentang pendidikan di indonesia.

1

Page 2: 146666002 Makalah Isu Isu Kurikulum 2013

BAB II

ISI/PEMBAHASAN

GURU DAN IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013

Sebuah pertemuan menarik dilaksanakan di kantor Wakil Presiden Republik

Indonesia, bersama Komite Pendidikan Nasional, Rabo,  23 Januari 2013. Pertemuan ini

menarik karena dihadiri oleh Wapres, Prof. Dr. Boediono, menteri Dalam Negeri, Gamawan

Fauzi, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Mohammad Nuh, menteri Agama, Suryadharma

Ali, Menteri Pemuda dan Olah raga, Roy Suryo, ketua UKP4, Kuntoro dan para pejabat

eselon I dari beberapa kementerian. 

Pertemuan ini menarik tentu saja karena membahas isu terakhir terkait dengan

perubahan kurikulum 2013. Pertemuan untuk membahas tentang kurikulum selalu menarik

sebab selalu terjadi perdebatan yang hangat tentang bagaimana implementasi kurikulum ini di

tahun 2013. Adakah kemungkinan kurikulum ini diberlakukan tahun ini atau harus tahun

Depan. Perbincangan itu tentu terkait dengan kesiapan anggaran pada tahun berjalan, sebab

anggaran tahun ini tentu saja sudah direncanakan setahun sebelumnya sebagai konsekuensi

anggaran berbasis kinerja. 

Pertemuan yang dipimpin langsung oleh Wapres ini menjadi menarik sebab

membahas Tentang isu bagi bangsa Indonesia ke Depan terutama terkait dengan pendidikan

yang tetap dianggap sebagai instrumen penting dan esensial bagi pengembangan manusia

Indonesia di dalam menghadapi globalisasi dan juga tahun emas Indonesia tahun 2045. 

Isu anggaran tentu saja sudah merupakan isu klasik di dalam konteks

pembangunannya nasional. Anggaran selalu menjadi hambatan bagi pengembangan program.

Selalu saja bahwa untuk melakukan perubahan yang mendesak pastilah terhambat karena

program harus didukung oleh anggaran yang cukup, sementara anggaran sudah sulit diubah

karena sesuatu dan lain hal. 

Makanya, perjalanan perubahan kurikulum 2013 juga tampak tertatih-tatih terkait

dengan penganggarannya. Biaya perubahan kurikulum ini tentu tidak sedikit sebab terkait

dengan anggaran untuk penggandaan buku bagi seluruh siswa dari SD/MI sampai SMA/MA.

Secara khusus kementerian agama tentu mengalami kesulitan yang lebih besar sebab

ketersediaan anggaran yang sangat terbatas. Tentu berbeda dengan kementerian pendidikan

dan kebudayaan yang memiliki anggaran cukup, baik anggaran kementerian sendiri maupun

anggaran DAU dan DAK yang sudah digulirkan di daerah-daerah. Karena itu Mendikbud

sangat optimis bahwa kurikulum 2013 akan bisa dilaksanakan meskipun akan mengalami

2

Page 3: 146666002 Makalah Isu Isu Kurikulum 2013

kesulitan yang cukup berarti. Misalnya kendala revisi anggaran yang biasanya juga memakan

waktu yang tidak pendek. 

Tetapi problem yang tidak kalah penting adalah mengenai guru. Semua masih

sependapat bahwa kunci keberhasilan pendidikan terletak pada kualitas guru dan

profesionalitas guru. D negara manapun, meskipun teknologi sudah menjadi bagian tidak

terpisahkan bagi dunia pendidikan, akan tetapi peran guru di dalam proses pembelajaran

tetaplah menjadi kata kunci sukses pendidikan. 

Makanya di dalam diskusi di Komite Pendidikan Nasional ini, juga mempertanyakan

bagaimana penyiapan guru di dalam menghadapi perubahan kurikulum ini. Apakah guru

sudah siap menghadapi perubahan kurikulum. Jangan sampai kurikulumnya berubah tetapi

mindset guru tidak berubah. Sama saja antara kurikulum yang sebelumnya dengan kurikulum

yang baru. Karena menyangkut perubahan mindset guru, maka tentunya harus disiapkan

secara memadai tentang kesiapan guru ini. 

Guru tidak boleh berubah di dalam fungsinya sebagai transformer ilmu dan pamong

bagi para siswa. Selain itu juga contoh di dalam kehidupan masyarakat. Sebagai transformer

ilmu pengetahuan maka di dalam dirinya harus ada mindset untuk melakukan yang terbaik

bagi profesinya sebagai guru dan sebagai pamong maka dia akan membimbing ara siswanya

di dalam proses pencarian kebenaran yang berbasis pada ilmu pengetahuan. Demikian pula

guru adalah contoh bagi para siswa di dalam karakter dan tindakan. Di dalam konteks Jawa,

guru disebut kependekan dari kata digugu lan ditiru atau yang diikuti kata-katanya dan diikuti

tindakannya. 

Guru merupakan Garda Depan bagi proses pembelajaran dan pendidikan. Dialah yang

akan menentukan apakah pendidikan Indonesia berhasil atau tidak. Sebagai Garda Depan,

sesungguhnya para guru telah memperoleh penghargaan sebagai guru profesional, yaitu guru

yang telah memperoleh pengakuan sebagai pekerja profesional, sebagaimana dokter, ahli

teknik, ahli hukum dan sebagainya. Sebagai pekerja profesional yang diakui oleh undang-

undang, maka status guru tentu sangat dihormati. Tidak  hanya dari segi pendapatannya, akan

tetapi juga dari sisi penghargaan yang layak. Jika dulu para guru disebut sebagai pahlawan

tanpa tanda jasa disebabkan oleh kurangnya penghargaan terhadapnya, maka sekarang tentu

tidak bisa lagi disebut dengan sebutan tersebut. 

Kurikulum bagaimanapun baiknya tentu masih sangat tergantung kepada para guru. Oleh

karena itu perubahan mindset para guru tentu menjadi sangat penting sebagai prasyarat

keberhasilan implementasi kurikulum. Dengan demikian, keberhasilan penerapan kurikulum

3

Page 4: 146666002 Makalah Isu Isu Kurikulum 2013

2013 juga sangat tergantung kepada perubahan mindset para guru di dalam mendidik para

siswa. 

Kurikulum sebagai dokumen adalah variabel instrumen keberhasilan pendidikan.

Akan tetapi yang menjadi variabel substansialnya adalah para guru. Instrumen musik adalah

kumpulan  bunyi-bunyian yang akan bisa dinikmati dengan menyenangkan jika dimainkan

oleh para pemain musik profesional. Jadi pemain musik yang ahlilah yang akan menentukan

apakah sebuah sajian instrumen musik bisa dinikmati atau tidak. Demikian pula guru yang

berkualitas lah yang akan menentukan apakah pendidikan akan bisa menjadi wahana bagi

pengembangan kapasitas manusia atau tidak. 

Dengan demikian, pelatihan yang dikemas untuk mengembangkan profesionalitas

guru adalah  jalan terbaik agar kurikulum 2013 akan bisa mengantarkan anak Indonesia ke

Depan lebih baik atau tidak. Jadi, fungsi guru di dalam diskusi apapun tentang peningkatan

pendidikan tetaplah menempati posisi yang sangat penting.

Tanpa guru yang baik dan berkualitas rasanya jangan pernah bermimpi bahwa

pendidikan Indonesia akan naik peringkat di dalam ranking kualitas pendidikan di dunia.

MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA

Masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya yaitu mengenai :

1. Rendahnya Mutu pendidikan yang berkaitan dengan kualitas/kompetensi para

pengajar atau guru.

2. Sulitnya Penyediaan guru berkompetensi di daerah-daerah pedesaan

3. Sistem pelaksanaan proses pendidikan yang kurang optimal

4. Minimnya fasilitas yang tersedia

5. Rendahnya kualitas siswa

6. Mahalnya biaya pendidikan

Namun dari permasalahan-permasalahan tersebut, dalam artikel ini menjelaskan

mengenai inti dari permasalahannya ialah terletak pada proses pelaksanaan sistem pendidikan

yang kurang optimal yang menyangkut terbatasnya fasilitas untuk pembelajaran baik bagi

pengajar dan pelajar terkait dengan terbatasnya dana pendidikan yang di sediakan

pemerintah. Selain itu kegiatan-kegiatan yang di lakukan depdiknas dalam upaya

meningkatkan kompetensi guru juga tidak membuahkan hasil. Hal ini semakin memperjelas

bahwa kesadaran tentang  komitmen pemerintah untuk memajukan mutu pendidikan di

indonesia kalau kenyataannya seperti yang tertera di artikel tersebut masih sebatas slogan

saja.

4

Page 5: 146666002 Makalah Isu Isu Kurikulum 2013

Masyarakat pada umumnya juga sering kali mengabaikan pentingnya pendidikan

sampai pada jenjang yang tinggi dengan alasan biaya pendidikan yang mahal, tentunya

dengan adanya biaya pendidikan yang mahal menyulitkan sebagian besar masyarakat

Indonesia yang kurang mampu untuk menyekolahkan anak-anak mereka sampai pada jenjang

perkuliahan atau lebih parahnya lagi bisa juga berakibat banyaknya anak-anak yang terancam

putus sekolah seperti yang di ungkapkan dalam artikel tersebut. Padahal mereka itulah

sebagai penerus dan harapan bangsa untuk meningkatkan sumber daya manusia, sebagai

pelaku pembangunan nasional di Indonesia agar semakin maju dan berkualitas. kalau hal itu

tidak segera di benahi, bagaimana mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia bisa maju dan

meningkat sejajar dengan negara-negara maju lainnya? otomatis mutu pendidikan di

Indonesia akan semakin sulit untuk di tingkatkan jika perkembangannya tetap begitu upaya

yang serius untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dunia pendidikan hingga kini.

Oleh sebab itu Pertama yang harus di benahi adalah mengenai sistem pendidikan di

indonesia yang kurang optimal mencakup masalah anggaran dana yang disediakan

pemerintah dan kedua masalah kulitas guru serta mahalnya biaya pendidikan.

Berbicara masalah kualitas guru, memang kualitas guru di indonesia masihlah rendah

dan belum memenuhi standart nasional yang menyebabkan kualitas murid juga kurang bagus.

Terbukti dalam buku yang berjudul Pendidikan Berbasis Realitas Sosial hal.104

karya Firdaus M.Yunus mengenai “kondisi pendidikan di Indonesia menduduki peringkat

terendah di antara negara-negara lain di Asia. Hal ini di ketahui dari hasil survei yang

dilakukan oleh political and Economic Risk Consultancy (PERC). Menurut survei tersebut

sistem pendidikan Indonesia terburuk dikawasan Asia karena 13 negara yang disurvei oleh

lembaga yang berkantor pusat di Hongkong itu, Korea Selatan  dinilai memiliki sistem

pendidikan terbaik, disusul Singapura, Jepang, dan Taiwan, India, Cina, serat Malaysia.

Indonesia menduduki urutan ke 12, setingkat dibawah Vietnam (Fadjar, Kompas,5 September

2001).” 

Tentunya banyak faktor yang menyebabkan masih rendahnya mutu pendidikan di

Indonesia salah satunya hal itu disebabkan kesadaran masyarakat dan pemerintah yang

seolah-olah mengabaikan akan pentingnya pendidikan serta peran guru dalam membentuk

generasi mendatang. Selanjutnya kesejahteraan guru atau pengajar di indonesia juga masih

sangat rendah, sehingga untuk memenuhi kebutuhan hidup, masih banyak dari mereka

terpaksa mencari usaha sambilan. Dengan aktif mencari usaha sambilan di luar, otomatis

akan mengganggu konsentrasi mereka dalam melaksanakan tugas, yang menyebabkan guru

5

Page 6: 146666002 Makalah Isu Isu Kurikulum 2013

kehilangan gairah dalam mengajar. Semestinya, kalau mau menigkatkan kualitas pendidikan,

juga diimbangi dengan peningkatan kualitas dan kesejahteraan guru.

Akan tetapi menurut saya, sebenarnya komitmen pemerintah cukup kuat untuk

meningkatkan kualitas pendidikan. Pemerintah berupaya namun belum dapat mengangkat

totalitas kinerja dan peningkatan mutu pendidikan secara optimal, salah satu upaya

pemerintah saat ini pertama mulai ada upaya untuk meningkatkan kesejahteraan guru demi

meningkatkan mutu pendidikan, mengingat sejak berlakunya Undang-Undang No.14 Tahun

2005 mengenai Guru dan Dosen, tidak heran jika pemerintah baik pusat maupun daerah

sudah saatnya perlu memberi penghargaan, perhatian khusus dan meningkatkan kesejahteraan

guru dengan memberikan tujangan khusus kepada guru yang bertugas di daerah baik guru

yang sudah di angkat PNS maupun guru swasta denagn pemberian subsidi tunjangan

fungsional yang bersumber dari dana APBN dan dan insentif (dana perangsang guru) dari

APBD. Menurut H.A.R Tilaardalam buku (Standarisasi pendidikan Nasional, 2006:

hal.167) mengemukakan “Salah satu upaya dari UU No.14 tahun 2005 tersebut ialah

meningkatkan profesionalisme guru serta meningkatkan kualitas hidup ekonomi para guru.”

Seperti yang kita ketahui bahwa selama ini penghargaan ekonomi yang di berikan

kepada guru relatif kurang padahal profesi guru sangatlah mulia, mencerdaskan anak didik

guna peningkatan mutu sumber daya manusia. Kemudian masih menurut H.A.R

Tilaar bahwa “Undang-Undang No.14 tahun 2005 telah menggariskan upaya-upaya untuk

meningkatkan profesi guru sehingga dapat direkrut putera-putera terbaik bangsa untuk

menempati profesi yang sangat dihormati itu yaitu untuk mencerdaskan kehidupan rakyat.

Guru adalah prajurit terdepan didalam membuka cakrawala peserta didik memasuki dunia

ilmu pengetahuan dalam era global dewasa ini. Tidak mengherankan apabila salah satu

kualifikasi akademik guru profesional menurut UU No.14 Tahun 2005 mempunyai sekurang-

kurangnya ber ijazah S-1.” 

Dengan adanya perhatian pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan guru , di

yakini para guru tersebut juga akan menjalankan tugasnya dengan profesional karena

pendapatan atau gaji guru di tambah dengan bantuan intensif dan tunjangan fungsional

lainnya saat ini lebih baik jika di bandingkan pendapatan mereka (guru) beberapa tahun yang

lalu. Kedua kemampuan mengukur kinerja para pendidik dan terdidik dengan adanya

standarisasi nasional yang di berlakuakn oleh pemerintah, alasan dan tujuan perlunya

standarisasi nasional ini di jelaskan H.A.R Tilaar dalam buku (Standarisasi pendidikan

Nasional, 2006: hal.76-77) bahwa “ pertanyaan mengenai perlunya standarisasi nasional ,

jawabnya “Ya” dalam arti :

6

Page 7: 146666002 Makalah Isu Isu Kurikulum 2013

1. Standarisasi pendidikan nasional merupakan suatu tuntutan politik

2. Standarisasi pendidikan nasional merupakan suatu tuntutan globalisasi.

3. Standarisasi pendidikan nasional merupakan suatu tuntutan dari kemajuan (progess) 

Selanjutnya masalah dana pendidikan dalam artikel tersebut menyatakan “selama ini

kesan kuat bahwa pendidikan yang berkulitas mesti bermodal atau berbiaya besar. tapi oleh

pemerintah itu tidak ditanggapi,kita lihat saja anggaran pendidikan dalam APBN itu. Padahal

semua tahu bahwa pendidikan akan membaik jika pengajarnya berkompetensi baik dan cukup

dana untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran.” Saya sependapat dengan pernyataan itu

mengenai pendidikan yang berbiaya besar, tapi berbiaya besar maksudnya dalam artian

pemerintah harus benar-benar mengalokasi dana pendidikan minimal 20% dari total APBN

guna meningkatkan mutu dan maupun fasilitas belajar mengajar yang belum memadai.

Karena salah satu faktor yang menjadi penentu utama bagi perkembangan dan kemajuan

pendidikan nasional kita, tidak lain adalah faktor alokasi anggaran di bidang pendidikan.

Sesuai ketentuan mengenai anggaran pendidikan telah di amanatkan secara langsung oleh

UUD negara RI tahun 1945 dalam pasal 31 ayat (4) yang berbunyi “Negara memprioritaskan

anggaran pendidikan sekurang-kurangnya dua puluh persen dari anggaran pendapatan dan

belanja daerah untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional”.

“Bahkan terhadap pengalokasian anggaran tersebut telah ditegaskan kembali pada

pasal 49 ayat (1) Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

(UU Sisdiknas) yang berbunyi “Dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya pendidikan

kedinasan dialokasikan minimal 20% dari anggaran pendapatan dan belanja Negara (APBN)

pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari anggaran pendapatan dan belanja daearah

(APBD)”.dengan demikian ketentuan tersebut berarti telah menggariskan bahwa anggaran

20% harus benar-banar murni di luar gaji guru dan biaya pendidikan kedinasan lainnya.

Namun demikian, berdasarkan realitas yang terjadi di lapangan tidak sejalan dengan apa yang

telah di amanatkan  oleh UUD 1945 dan UU Sisdiknas. Angggaran sebesar itu tidaklah cukup

untuk menunjang pendidikan di masa kini, yang mana masih banyak problema-problema

pendidikan yang di hadapi, sarana dan prasarana yang kurang memadai serta fasilitas-fasilitas

yang kurang terpenuhi.”

Disitulah letak kurang optimalnya pelaksanaan pendidikan. Kita lihat saja biaya

pendidikan di indonesia masihlah mahal sementara mutu pendidikan juga belum cukup

meningkat, lantas bagaimana dengan nasib masyarakat miskin atau kurang mampu yang ingin

memperoleh pendidikan? pastilah menyulitkan mereka. padahal, undang-undang dasar negara

kita menggariskan bahwa semua warga negara berhak memperoleh pendidikan yang layak.

7

Page 8: 146666002 Makalah Isu Isu Kurikulum 2013

contoh lainnya setiap menjelang tahun ajaran baru, dapat kita saksikan penerimaan siswa

baru dari tingkat TK hingga SMU,dan bahkan perguruan tinggi, orang tua dan atau bersama

anaknya akan berebut/bersiang untuk bisa di terima di sekolah favorit dengan biaya yang

cukup besar. Pada saat seperti itu, melihat kenyataan bahwa ketika anak yang berasal dari

keluarga kaya antri di sekolah-sekolah elite,anak dari keluarga miskin menghadapi banyak

kesulitan. Berbekal nilai yang rendah dan dana yang sangat terbatas, merekapun tidak

mempunyai pilihan , bahkan sekalipun nilai memadai untuk melanjutkan ke sekolah bermutu,

mereka tidak akan pernah bisa masuk dengan persyaratan yang rumit serta dana yang mahal

kecuali  jika mereka memperoleh beasiswa itupun biasanya juga hanya berlaku untuk

sebagian anak yang beruntung dan memiliki prestasi tinggi.

Di tinjau dari upaya pemerintah dalam mengatasi hal tersebut, Memang benar ada

upaya pemerintah yang kini mulai di wujudkan dengan adanya program pemerintah berupa

bantuan BOS (Biaya Operasional Sekolah) yang sangat membantu meringankan beban bagi

mereka yang kurang mampu untuk bersekolah sesuai dengan aturan wajib belajar 9 tahun

yaitu mulai dari tingkat SD-SMP. Serta membantu kelancaran proses belajar mengajar dan

perbaikan fasilitas-fasilitas sekolah. Namun di perguruan tinggi, hendaknya

pemerintah  mengevaluasi kembali kebijakan PTN yang mematok biaya tinggi dalam

penerimaan mahasiswa baru melalui seleksi mandiri khususnya . kebijakan tersebut di nilai

tidak adil karena todak membuka kesempatan  bagi orang miskin untuk mendapatkan hak

pendidikan di bangku kuliah.

Kemudian peran orang tua asuh dalam rangka wajib belajar 9 tahun, di harapkan

semua orang yang mampu bersedia menjadi orangtua asuh karena syarat utamanya ialah

kemanusiaan, keikhlasan, dan rasa kasih sayang kepada anak yang kurang mampu. Progam

orang tua asuh bagi anak yang kurang mampu usia 7-12 tahun ini bertujuan untuk

mensukseskan wajib beljar, suatu upaya bersama dengan dilandasi kemanusiaan,keikhlasan

dan kasih sayang untuk anak-anak yang kurang mampu agar dapat belajar dengan baik.

Mengenai tata cara penyerahan bantuan dan hak orangtua asuh, sebagaimana dijelaskan

dalam buku berjudul Kebijakan-Kebijakan Pendidikan,1995 ; hal.124 karya Drs. Ary H.

Gunawan yaitu “orang tua asuh menyerahkan bantuan yang telah disanggupinya kepada

anak asuh melalui Kepala Sekolah atau Lembaga Pendidikan Dasar atau melalui Kelompok

Kerja Wajib Belajar atau melalui Lembaga sosial yang telah di tentukan. Hak

yang  miliki [5]oleh orang tua asuh yaitu salah satunya untuk menentukan besarnya bantuan

yang diberikan secara jangka waktu pemberian bantuan (satu tahun atau lebih). Serta berhak

mengetahui proses pemberian bantuan dan penggunaannya oleh anak asuh. Pancanangan

8

Page 9: 146666002 Makalah Isu Isu Kurikulum 2013

program Orangtua Asuh bagi anak kurang mampu dalam rangka Wajib belajar ini Telah

dilakukan oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Prof. Dr. Nugroho

Notosusanto di kompleks SD Pujokusuman Yogyakarta pada hari Senin tanggal 23 juli

1984.”

PENYEBAB RENDAHNYA MUTU PENDIDIKAN

Penyebab rendahnya mutu pendidikan di Indonesia antara lain adalah masalah

efektifitas, efisiensi dan standardisasi pengajaran. Hal tersebut masih menjadi masalah

pendidikan di Indonesia pada umumnya. Adapun permasalahan khusus dalam dunia

pendidikan yaitu:

1) Rendahnya sarana fisik,

2) Rendahnya kualitas guru,

3) Rendahnya kesejahteraan guru,

4) Rendahnya prestasi siswa,

5) Rendahnya kesempatan pemerataan pendidikan,

6) Mahalnya biaya pendidikan.

Rendahnya Kualitas Sarana Fisik

Untuk sarana fisik misalnya, banyak sekali sekolah dan perguruan tinggi kita yang

gedungnya rusak, kepemilikan dan penggunaan media belajar rendah, buku perpustakaan

tidak lengkap. Sementara laboratorium tidak standar, pemakaian teknologi informasi

tidak memadai dan sebagainya. Bahkan masih banyak sekolah yang tidak memiliki

gedung sendiri, tidak memiliki perpustakaan, tidak memiliki laboratorium dan

sebagainya.

Rendahnya Kualitas Guru

Keadaan guru di Indonesia juga amat memprihatinkan. Kebanyakan guru belum memiliki

profesionalisme yang memadai untuk menjalankan tugasny. Bukan itu saja, sebagian guru

di Indonesia bahkan dinyatakan tidak layak mengajar. Kelayakan mengajar itu jelas

berhubungan dengan tingkat pendidikan guru itu sendiri. Data Balitbang Depdiknas

(1998) menunjukkan dari sekitar 1,2 juta guru SD/MI hanya 13,8% yang berpendidikan

diploma D2-Kependidikan ke atas. Selain itu, dari sekitar 680.000 guru SLTP/MTs baru

38,8% yang berpendidikan diploma D3-Kependidikan ke atas. Di tingkat sekolah

menengah, dari 337.503 guru, baru 57,8% yang memiliki pendidikan S1 ke atas. Di

tingkat pendidikan tinggi, dari 181.544 dosen, baru 18,86% yang berpendidikan S2 ke

atas (3,48% berpendidikan S3). Walaupun guru dan pengajar bukan satu-satunya faktor

9

Page 10: 146666002 Makalah Isu Isu Kurikulum 2013

penentu keberhasilan pendidikan tetapi, pengajaran merupakan titik sentral pendidikan

dan kualifikasi, sebagai cermin kualitas, tenaga pengajar memberikan andil sangatbesar

pada kualitas pendidikan yang menjadi tanggung jawabnya.

Rendahnya Kesejahteraan Guru

Rendahnya kesejahteraan guru mempunyai peran dalam membuat rendahnya kualitas

pendidikan Indonesia. idealnya seorang guru menerima gaji bulanan serbesar Rp 3 juta

rupiah. Sekarang, pendapatan rata-rata guru PNS per bulan sebesar Rp 1,5 juta. guru

bantu Rp, 460 ribu, dan guru honorer di sekolah swasta rata-rata Rp 10 ribu per jam.

Dengan pendapatan seperti itu, terang saja, banyak guru terpaksa melakukan pekerjaan

sampingan. Ada yang mengajar lagi di sekolah lain, memberi les pada sore hari, menjadi

tukang ojek, pedagang mie rebus, pedagang buku/LKS, pedagang pulsa ponsel.

Rendahnya Prestasi Siswa

Dengan keadaan yang demikian itu (rendahnya sarana fisik, kualitas guru, dan

kesejahteraan guru) pencapaian prestasi siswa pun menjadi tidak memuaskan. Sebagai

misal pencapaian prestasi fisika dan matematika siswa Indonesia di dunia internasional

sangat rendah.Anak-anak Indonesia ternyata hanya mampu menguasai 30% dari materi

bacaan dan ternyata mereka sulit sekali menjawab soal-soal berbentuk uraian yang

memerlukan penalaran. Hal ini mungkin karena mereka sangat terbiasa menghafal dan

mengerjakan soal pilihan ganda. 

Kurangnya Pemerataan Kesempatan Pendidikan

Sementara itu layanan pendidikan usia dini masih sangat terbatas. Kegagalan pembinaan

dalam usia dini nantinya tentu akan menghambat pengembangan sumber daya manusia

secara keseluruhan. Oleh karena itu diperlukan kebijakan dan strategi pemerataan

pendidikan yang tepat untuk mengatasi masalah ketidakmerataan tersebut.

Mahalnya Biaya Pendidikan

Pendidikan bermutu itu mahal. Kalimat ini sering muncul untuk menjustifikasi mahalnya

biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan.

Mahalnya biaya pendidikan dari Taman Kanak-Kanak (TK) hingga Perguruan Tinggi

(PT) membuat masyarakat miskin tidak memiliki pilihan lain kecuali tidak bersekolah.

Orang miskin tidak boleh sekolah.Pendidikan berkualitas memang tidak mungkin murah,

atau tepatnya, tidak harus murah atau gratis. Tetapi persoalannya siapa yang seharusnya

membayarnya? Pemerintahlah sebenarnya yang berkewajiban untuk menjamin setiap

warganya memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat bawah untuk

mendapatkan pendidikan bermutu. Akan tetapi, kenyataannya Pemerintah justru ingin

10

Page 11: 146666002 Makalah Isu Isu Kurikulum 2013

berkilah dari tanggung jawab. Padahal keterbatasan dana tidak dapat dijadikan alasan bagi

Pemerintah untuk ‘cuci tangan’.

Ini ada tujuh penyebab kenapa mutu pendidikan di Indonesia rendah :

1. Pembelajaran hanya pada buku paket

Di indonesia telah berganti beberapa kurikulum dari KBK menjadi KTSP. Hampir

setiap menteri mengganti kurikulum lama dengan kurikulum yang baru. Namun adakah yang

berbeda dari kondisi pembelajaran di sekolah-sekolah? Tidak, karena pembelajaran di

sekolah sejak zaman dulu masih memakai kurikulum buku paket. Sejak era 60-70an,

pembelajaran di kelas tidak jauh berbeda dengan sebelumnya. Apapun kurikulumnya, guru

hanya mengenal buku paket. Materi dalam buku paketlah yang menjadi acuan dan guru tidak

mencari sumber referensi lain.

2. Mengajar Satu Arah

Metode pembelajaran yang menjadi favorit guru mungkin hanya satu, yaitu metode

berceramah satu arah. Karena berceramah itu mudah dan ringan, tanpa modal, tanpa tenaga,

tanpa persiapan yang rumit.  Metode ceramah menjadi metode terbanyak yang dipakai guru

karena memang hanya itulah metode yang benar-benar dikuasai sebagain besar guru.

Pernahkah guru mengajak anak berkeliling sekolahnya untuk belajar ? Pernahkah guru

membawa siswanya melakukan percobaan di alam lingkungan sekitar ? Atau pernahkah guru

membawa seorang ilmuwan langsung datang di kelas untuk menjelaskan profesinya?

3. Kurangnya Sarana Belajar

Sebenarnya, perhatian pemerintah itu sudah cukup, namun masih kurang cukup.

Masih banyak sarana belajar di beberapa sekolah khususnya daerah, tertinggal jauh

dibandingkan sarana belajar di sekolah-sekolah yang berada di kota.

4. Aturan yang Mengikat

Ini tentang Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Sekolah seharusnya

memiliki kurikulum sendiri sesuai dengan karakteristiknya.

5. Guru tak Menanamkan Diskusi Dua Arah

Lihatlah pembelajaran di ruang kelas. Sepertinya sudah diseragamkan. Anak duduk

rapi, tangan dilipat di meja, mendengarkan guru menjelaskan. seolah-olah Anak “Dipaksa”

mendengar dan mendapatkan informasi sejak pagi sampai siang, belum lagi ada sekolah yang

menerapkan Full Days. Anak diajarkan cara menyimak dan mendengarkan penjelasan guru,

sementara kompetensi bertanya tak disentuh. Anak-anak dilatih sejak TK untuk diam saat

guru menerangkan, untuk mendengarkan guru. Akibatnya Siswa tidak dilatih untuk bertanya.

11

Page 12: 146666002 Makalah Isu Isu Kurikulum 2013

Siswa tidak dibiasakan bertanya, akibatnya siswa tidak berani bertanya. Selesai mengajar,

guru meminta anak untuk bertanya. Heninglah suasana kelas. Yang bertanya biasanya anak-

anak itu saja.

6. Metode Pertanyaan Terbuka tak Dipakai

Contoh negara yang menggunakan pertanyaan terbuka adalah Finlandia. Dalam setiap

ujian, siwa boleh menjawab soal dengan membaca buku. Guru Indonesia belum siap

menerapkan ini karena masih kesulitan membuat soal terbuka.

7. Budaya Mencontek

Siswa menyontek itu biasa terjadi. Tapi apakah kita tahu kalau “guru juga

menyontek” ? Ini lebih parah. Lihatlah tes-tes yang diikuti guru, tes pegawai negeri yang

diikuti guru, menyontek telah menjadi budaya sendiri.

12

Page 13: 146666002 Makalah Isu Isu Kurikulum 2013

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari makalah isu-isu aktual pendidikan ini

adalah sebagai berikut :

Isu anggaran yang merupakan isu klasik di dalam konteks pembangunannya nasional.

Anggaran selalu menjadi hambatan bagi pengembangan program. Selalu saja bahwa

untuk melakukan perubahan yang mendesak pastilah terhambat karena program harus

didukung oleh anggaran yang cukup, sementara anggaran sudah sulit diubah karena

sesuatu dan lain hal.

Masalah pendidikan di Indonesia pada umumnya yaitu mengenai :

a. Rendahnya Mutu pendidikan yang berkaitan dengan kualitas/ kompetensi para

pengajar atau guru.

b. Sulitnya Penyediaan guru berkompetensi di daerah-daerah pedesaan

c. Sistem pelaksanaan proses pendidikan yang kurang optimal

d. Minimnya fasilitas yang tersedia

e. Rendahnya kualitas siswa

f. Mahalnya biaya pendidikan

7 penyebab kenapa mutu pendidikan di Indonesia rendah :

1. Pembelajaran hanya pada buku paket

2. Mengajar satu arah

3. Kurangnya sarana belajar

4. Aturan yang mengikat

5. Guru tak menanamkan diskusi dua arah

6. Metode pertanyaan terbuka tak dipakai

7. Budaya menyontek

13

Page 14: 146666002 Makalah Isu Isu Kurikulum 2013

3.2. Saran

Adapun saran yang dapat diberikan adalah dengan mengetahui isu-isu pendidikan di

indonesia ini dapat membuat kita termotivasi agar bisa memperbaiki metode dalam

pembelajaran atau mengubah cara pikir kita tentang pendidikan agar pendidikan di indonesia

kualitasnya bisa meningkat.

14

Page 15: 146666002 Makalah Isu Isu Kurikulum 2013

DAFTAR PUSTAKA

Gunawan, H. Ary.2005 Kebijakan-Kebijakan Pendidikan. Jakarta : RINEKA CIPTA.

Irawan,Ade dkk. 2004. Mendagangakan sekolah. Jakarta Selatan: Indonesia Corruption Watch.

Syam, Nur. 2013. Guru dan Implementasi Kurikulum 2013. http://nursyam.sunan-ampel.ac.id (Diakses 6 mei 2013)

Tilaar, H.A.R.2006.Standarisasi Pendidikan Nasional. Suatu Tinjauan Kritis. Jakarta : RINEKA CIPTA.

Yunuf, M. Firdaus. 2005. Pendidikan Berbasis Realitas Sosial. Yogyakarta.Logung Pustaka.

Fauzan, Dede. 2012. Penyebab Kualitas Pendidikan Di Indonesia Rendah. http://sahabatyatim.org/artikel/7-penyebab-kualitas-pendidikan-di-indonesia-rendah/ (Diakses 30 November 2013)

15

Page 16: 146666002 Makalah Isu Isu Kurikulum 2013

ISU KURIKULUM 2013

Oleh :

Fitriyanto Satrio Widodo

(12650032)

Pendidikan Guru Sekolah DasarFakultas Bahasa dan Sains

Universitas Wijaya Kusuma Surabaya2013

16