makalah print kgk 2 isu 1 al

80
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Dengan berkembangnya berbagai ilmu pengetahuan serta penelitian, ilmu dan cara pembuatan gigi-geligi tiruan terus berkembang sampai mencapai tahap yang sekarang kita saksikan (Gunadi, dkk, 1995). Protesa lengkap maupun sebagian, seperti yang dijumpai pada masa kini tidak tercatat secara pasti dari zaman awalnya masing-masing dan hanya diketahui secara lebih mendetail pada abad-abad akhir ini saja. Begitu pula sejarah perkembangan geligi tiruan cekat (fixed) atau lepasan (removable) dapat dikatakan berjalan sejajar dan amat suka rmengatakan dengan tepat atau menarik garis pemisah yang jelas antara keduannya. Dari data-data yang ada, ternyata bahwa penggantian - penggantian yang dahulu di buat sebenarnya lebih tepat disebut sebagai macam-macam pekerjaan pembuatan mahkota jembatan (Gunadi, dkk, 1995). Pada mulanya alat tiruan ini hanyalah merupakan pemasangan kembali gigi yang sudah tanggal ketempatnya semula Setelah itu digunakan bahan-bahan lain yang diikatkan kepada gigi yang masih ada dengan bantuan benang atau kawat logam (Gunadi,dkk, 1995). Dalam hal ini, alat tiruannya sendiri disebut geligi tiruan (atau protesa, prostesis, restorasi,

Upload: tri-sakti-sunda-romdhoni

Post on 16-Dec-2015

118 views

Category:

Documents


14 download

DESCRIPTION

unduh

TRANSCRIPT

51

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LatarBelakang

Dengan berkembangnya berbagai ilmu pengetahuan serta penelitian, ilmu dan cara pembuatan gigi-geligi tiruan terus berkembang sampai mencapai tahap yang sekarang kita saksikan (Gunadi, dkk, 1995).

Protesa lengkap maupun sebagian, seperti yang dijumpai pada masa kini tidak tercatat secara pasti dari zaman awalnya masing-masing dan hanya diketahui secara lebih mendetail pada abad-abad akhir ini saja. Begitu pula sejarah perkembangan geligi tiruan cekat (fixed) atau lepasan (removable) dapat dikatakan berjalan sejajar dan amat suka rmengatakan dengan tepat atau menarik garis pemisah yang jelas antara keduannya. Dari data-data yang ada, ternyata bahwa penggantian - penggantian yang dahulu di buat sebenarnya lebih tepat disebut sebagai macam-macam pekerjaan pembuatan mahkota jembatan (Gunadi, dkk, 1995).

Pada mulanya alat tiruan ini hanyalah merupakan pemasangan kembali gigi yang sudah tanggal ketempatnya semula Setelah itu digunakan bahan-bahan lain yang diikatkan kepada gigi yang masih ada dengan bantuan benang atau kawat logam (Gunadi,dkk, 1995).

Dalam hal ini, alat tiruannya sendiri disebut geligi tiruan (atau protesa, prostesis, restorasi, denture). Jadi dapat dikatakan bahwa geligi tiruan adalah protesa yang menggantikan gigi yang hilang serta jaringan sekitarnya (Gunadi, dkk, 1995).

Prostodonsia secara garis besar dibagi dalam tiga cabang ilmu, yaitu: prostodonsia lepasan (ilmu geligi tiruan lepasan = removable prostodontic), prostodonsia cekat (ilmugeligitiruancekat = fixed prosthodontics), prostetic maksilofasial (maxillo facial prosthetics = prostetik yang mengenai wajah dan tulang rahang)(Gunadi, dkk, 1995).

1.2 RumusanMasalah

1. Macam-macam klasifikasi dalam pembuatan gigi tiruan yang sering digunakan?2. Macam-macam gigi tiruan dan desainnya?3. Pemeriksaan yang dibutuhkan dalam perawatan gigi tiruan?4. Hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan gigi tiruan?5. Tindakan pra-perawatan dan pasca-perawatan kepada pasien pemasangan gigi tiruan?6. Prosedur penatalaksanaan perawatan gigi tiruan?1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam klasifikasi dalam pembuatan gigi tiruan yang sering digunakan2. Untuk mengetahui dan memahami macam-macam gigi tiruan dan desainnya.3. Untuk mengetahui pemeriksaan yang dibutuhkan dalam perawatan gigi tiruan4. Untuk mengetahui hal yang perlu diperhatikan dalam perawatan gigi tiruan5. Untuk mengetahui dan memahami tindakan pra-perawatan dan pasca-pencabutan kepada pasien6. Untuk mengetahui dan memahami prosedur penatalaksanaan perawatan gigi tiruanBAB II

SKENARIO

2.1 Skenario

Seorang pembaca berita wanita terkenal berusia 26 tahun disalah satu stasiun TV swasta terjatuh saat berebut mewawancarai artis korea yang datang ke Indonesia. Kedua gigi atas yang paling depan (11 dan 21) patah hingga berdarah, terasa sangat nglu jika terkena angin dan menyisakan hanya 1/3 mahkota di bagian servikal. Wanita tersebut ingin segera dibuatkan gigi tiruan agar penampilannya kembali seperti semula, dan tidak memiliki waktu luang untuk melakukan perawatan saluran akar. Dari anamnesis dikathui bahwa penderita tidak memiliki penyakit sistemik, pada pemeriksaan ektraoral tidak ada kelainan, pemeriksaan intra oral ada kegoyangan pada gigi 11 dan 21, tidak didapatkan kalkulus. Selanjutnya untuk menyingkat waktu dalam pemeriksaan dilakukan rontgen foto. dapatkah anda memberikan solusi perwatan apa yang tepat bagi wanita tersebut?2.2 Keyword

Wanita terkenal usia 26 tahun. Jatuh gigi 11 dan 21 patah hingga berdarah menyisakan 1/3 servikal. Tidak memimiliki waktu untuk perwatan saluran akar. Terasa sangat nglu jika terkena angin. Tidak memiliki penyakit sistemik. Tidak ada kelainan ekstraoral. Ada kegoyangan gigi 11 dan 21, tidak terdapat kalkulus.2.3 Learning issue

Menjelaskan mengenai komponen GTC Prosedur Persiapan perawatan GTC, Prosedur pembuatan GTC, Pemasangan GTC, Prognosa GTC, Tipe GTC, Kegegalan GTC dan Perawatannya, cara Preparas GTC. Diagnosa klinis kasus GTC dan rencana perawatan.

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

3.1 Akibat Kehilalangan Gigi

Akibat kehilangan gigi antara lain (Abu Bakar, 2012) :

1. Migrasi dan rotasiHilangnya kesinambungan lengkungan gigi dapat menyebabakan pergeseran yaitu miring atau berputarnya gigi sehingga tidak kuat menahan beban misalnya, beban penguyahan, hal ini dapat merusak struktur periodontal dan gigi mudah karies.

2. Erupsi berlebih dari gigi antagonisPada gigi yang tertinggal akan mengalami erupsi berlebih kearah daerah gigi yang hilang.

3. Ganguan pada TMJ Kehilangan gigi terutama pada posterior dapat menyebabakan berubahnya kondisi TMJ.

4. Terganggunya kebersihan mulutPada kehilangan gigi terdapat celah antar gigi sehingga makanan dapat masuk, lama-lama menimbulkan plak dan akhirnya karies.

5. Beban berlebih pada jaringan pendukungPada kasus kehilangan gigi, maka jumlah gigi akan berkurang dan menyebabkan berkurannya daya tahan terhadap tekanan dan oleh karena itu jaringan pendukung bebannya menjadi bertambah, hal ini menyebabkan kerusakan membrane periodontal yang pada akhirnya menyebabakan gigi-gigi tersebut menjadi goyah.

6. Kelainan berbicaraLabio dental adalah huruf yang diucapkan antara lidah dengan gigi depan atas. Apabila kehilangan gigi depan maka beberapa huruf, seperti huruf F, V, PH tidak dapat terucap dengan baik, demikian juga huruf linguo-dental.

7. Menurunnya relasi mandibula dan maksila serta terjadinya angular chelitis. Hal ini biasanya terjadi pada pasien dengan edentulous. Di mana pasien tersebut kehilangan gigi secara menyeluruh dan berakibat pada menurunya realsi mandibula dan maksila serta terlipatnya daerah commisura yang menyebabkan mudahnya bakteri dan jamur melakukan infeksi dan mengakibatkan terjadinya angular cheilitis

3.2 Pemeriksaan

Tujuan diagnosa dan perawatan pendahuluan mempunyai arti yang penting terhadap suksesnya pembuatan gigi tiruan untuk kebutuhan pasien. Diagnosa dan perawatan pendahuluan pada pembuatan gigitiruan mempunyai beberapa pertimbangan :1. Membentuk kesehatan jaringan periodontal.2. Pemulihan gigi pasien.3. Pemulihan dan mengahrmoniskan hubungan oklusal.

4. Penggantian dari gigi yang hilang.Jika pasien langsung dirawat tanpa melakukan diagnosa dan perawatan pendahuluan, maka kegagalanlah yang akan dihadapi. Selain diagnosa dan perawatan pendahuluan, ada hal-hal yang sama pentingnya, yaitu:1. Penjelasan kepada pasien mengenai gigi tiruan yang akan dibuat, sehingga pasien mengerti akan kegunaan gigitiruan tersebut.2. Memastikan kebutuhan gigi tiruan untuk pasien.3. Keinginan pasien yang berhubungan dengan kebutuhannya.4. Hubungan rencana perawatannya dengan kebutuhannya.5. Mendiagnosa pasien berarti melakukan anamnese dan pemeriksaan terhadap pasien. Anamnese yaitu menanyakan kepada pasien mengenai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gigitiruan yang akan dipakainya.1. Pemeriksaan subjektif. Penyakit sistemik, misalnya: hipertensi, diabetes mellitus. Kebiasaan jelek, misalnya: mengunyah di satu sisi, bruxism, dsb. Apakah pernah memakai gigitiruan, jika pernah bagaimana keluhan- keluhan gigi tiruan yang lama.

2. Pemeriksaan objektif. Pada pemeriksaan objektif ini, pemeriksaan dapat dilakukan dengan melihat Palpasi Perkusi Sonde Termis Rontgen fotoPemeriksaan ektra oral

1) Bentuk muka/wajaha. Dilihat dari arah depan (oval/ovoid, persegi/square, lonjong/tapering)b. Dilihat dari arah samping (cembung, lurus, cekung)

2) Bentuk bibir (panjang, pendek, normal, tebal, tipis, tegang, kendor (flabby). Tebal tipis bibir akan mempengaruhi retensi gigitiruan yang akan dibuat, dimana bibir yang tebal akan memberi retensi yang lebih baik.

3) Sendi rahang (mengeletuk, kripitasi, sakit).

Pemeriksaan intra oral1) Pemeriksaan terhadap gigia. Gigi yang hilangb. Keadaan gigi yang tinggal (gigi yang mudah terkena karies, banyaknya tambalan pada gigi, mobility gigi, elongasi, malposisi, atrisi. Jika dijumpai ada kelainan gigi yang mengganggu pada pembuatan gigi tiruan, maka sebaiknya gigi tersebut dicabut.c. Oklusi : diperhatikan hubungan oklusi gigi atas dengan gigi bawah yang ada. Angle klas I, II, dan III.d. Adanya ovrclosed occlusion pada gigi depan, dapat disebabkan, antara lain karena : (angular cheilosis, disfungsi dari TMJ, spasme otot-otot kunyah, Spasme otot-otot kunyah dapat diperbaiki dengan menambah dimensi vertical pada pembuatan Gigi tiruan sebagian lepasan. Selain deep overbite, harus diketahui juga ukuran over jet dari gigi depan. Dalam keadaan normal, ukuran over bite dan over jet ini berkisar antara 2 mm.e. Warna gigiWarna gigi pasien harus dicatat sewaktu akan membuat gigitiruan sebagian lepasan terutama pada pembuatan gigitiruan di daerah anterior untuk kepentingan estetis.

f. Oral hygiene (adanya karang gigi, adanya akar gigi, adanya gigi yang karies, adanya peradangan pada jaringan lunak, misalnya : gingivitis

g. Rontgen fotoDengan rontgen foto dapat diketahui adanya:

kualitas tulang pendukung dari gigi penyangga

gigi-gigi yang terpendam, sisa-sisa akar kista, kelainan periapikal resorbsi tulang sclerosis (penebalan tulang)h. Resesi gingivali. Vitalitas gigi2. Pemeriksaan terhadap mukosaInflamasi, pada keadaan ini mukosa harus disembuhkan terlebih dahulu sebelum dicetak. (bergerak/tidak bergerak, keras/lunak).3. Pemeriksaan terhadap bentuk tulang alveolarBentuk U, V, datar, sempit, luas, undercut4. Ruang antar rahang- Besar, dapat disebabkan karena pencabutan yang sudah terlalu lama- Kecil, dapat disebabkan karena elongasi- Cukup, minimal jaraknya 5 mm5. Adanya torus- Pada palatum disebut torus palatinus- Pada mandibula disebut torus mandibula Torus ini bila keadaan mengganggu pada pembuatan gigitiruan, harus dibuang

6. Pemeriksaan jaringan pendukung gigi7. Pemeriksaan terhadap frenulum

Apakah perlekatannya tinggi atau rendah sampai puncak alveolar, dimana jika perlekatan yang rendah akan mengganggu gigitiruan yang dibuat, sehingga perlu dilakukan pembebasan.Setelah dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan terhadap pasien, dapat diketahui apakah masih perlu dilakukan perawatan pendahuluan sebagai persiapan perawatan prostodonti

3.3 Perawatan Pre-Prostetik

Secara ideal seseorang akan menggunakan gigi geligi permanen seumur hidupnya. Akan tetapi, gigi dapat hilang/dicabut karena berbagai alasan, termasuk penyakit periodontal, karies gigi, kondisi patologis rahang dan trauma. Ilmu prosthodontia selain bertujuan untuk mengembalikan fungsi dan estetis gigi geligi karena adanya gigi yang hilang, tetapi juga bentuk muka secara estetis (Riawan, 2003). Perawatan preprostetik diantaranya adalah, Perbaikan Oral hygiene, dental health education, pembersihan karang gigi, perbaikan dan penyesuaian oklusi dan gigi yang ekstruksi, serta bedah preprostetik (Damayanti, 2009).Perawatan awal meliputi langkah-langkah untuk menghasilkan lingkungan mulut yang lebih bersih melalui profilaksis gigi geligi, scaling dan root planing, ekskavasi karies dan penempatan tumpatan sementara (terutama karies servikal), penghilangan iritasi gusi yang iatrogenik, eliminasi adanya trauma yang disebabkan gigi tiruan yang tidak baik dan instruksi prosedur oral higienis. Setelah plak penyebab gingivitis dapat diatasi, permukaan akar subgingival dibersihkan dan dipoles pada skaling dan root planing yang dalam. Epitel saku gusi dan jaringan penghubung subepitelial yang sudah terinfiltrasi diangkat melalui kuretase jaringan lunak secara tertutup. Setelah itu hasil dari langkah-langkah perawatan terdahulu dievaluasi. Kalkulus supragingiva dan deposit-deposit dihilangkan secara mekanik dengan alat ultrasonik dan scaler tangan. Permukaan gigi kemudian harus dipoles dengan karet dan pasta poles. Instruksi kebersihan mulut Pasien harus diinformasikan, dimotivasi dan diinstruksikan untuk mempertahankan kebersihan mulutnya denganmengikuti program oral higienis dengan bantuan alat-alat pembersih yang disesuaikan dengan kemampuan pasiennya (Damayanti, 2009).

Bedah preprostetikBedah preprostetik adalah bagian dari bedah mulut dan maksilofasial yang bertujuan untuk membentuk jaringan keras dan jaringan lunak yang seoptimal mungkin sebagai dasar dari suatu protesa. Meliputi teknik pencabutan sederhana dan persiapan mulut untuk pembuatan protesa sampai dengan pencangkokan tulang dan implan alloplastik (Riawan, 2003).

Bedah preprostetik lebih ditujukan untuk modifikasi bedah pada tulang alveolar dan jaringan sekitarnya untuk memudahkan pembuatan dental prothesa yang baik, nyaman dan estetis. Ketika gigi geligi asli hilang, perubahan akan terjadi pada alveolus dan jaringan lunak sekitarnya. Beberapa dari perubahan ini akan mengganggu kenyamanan pembuatan gigi tiruan. Evaluasi intra oral jaringan lunak yang mendukung gigi tiruan secara sistematis dan hati-hati sebaiknya dilakukan sebelum mencoba melakukan rehabilitasi pengunyahan dengan geligi tiruan (Riawan, 2003).

Meskipun dengan adanya kemajuan teknologi memungkinkan dilakukannya pemeliharaan terhadap gigi tiruan, masih diperlukan restorasi prostetik dan rehabilitasi sistem pengunyahan pada pasien yang tidak bergigi atau bergigi sebagian. Bedah preprostetik yang objektif adalah untuk membentuk jaringan pendukung yang baik untuk penempatan gigi tiruan. Karakteristik jaringan pendukung yang baik untuk gigi tiruan (Riawan, 2003). :

1. Tidak ada kondisi patologis pada intra oral dan ekstra oral.

2. Adanya hubungan/relasi rahang yang baik secara antero posterior, transversal dan dimensi vertikal.

3. Bentuk prosesus alveolar yang baik (bentuk yang ideal dari prosesus alveolar adalah bentuk daerah U yang luas, dengan komponen vertikal yang sejajar).

4. Tidak ada tonjolan tulang atau jaringan lunak atau undercut.

5. Mukosa yang baik pada daerah dukungan gigi tiruan.

6. Kedalaman vestibular yang cukup.

7. Bentuk alveolar dan jaringan lunak yang cukup untuk penempatan implant.

Tujuan Bedah Preprostetik

Tujuan dari bedah preprostetik adalah untuk menyiapkan jaringan lunak dan jaringan keras dari rahang untuk suatu protesa yang nyaman yang akan mengembalikan fungsi oral, bentuk wajah dan estetis. Tujuan dari bedah preprostetik membantu untuk (Riawan, 2003) :

1. Mengembalikan fungsi rahang (seperti fungsi pengunyahan, berbicara, menelan).

2. Memelihara atau memperbaiki struktur rahang

3. Memperbaiki rasa kenyamanan pasien

4. Memperbaiki estetis wajah

5. Mengurangi rasa sakit dan rasa tidak menyenangkan yang timbul dari pemasangan protesa yang menyakitkan dengan memodifikasi bedah pada daerah yang mendukung prothesa

6. Memulihkan daerah yang mendukung prothesa pada pasien dimana terdapat kehilangan tulang alveolar yang banyak.

7. Pilihan non bedah harus selalu dipertimbangkan (seperti pembuatan ulang gigi tiruan, penyesuaian tinggi muko-oklusal, memperluas pinggiran gigi tiruan) sebelum dilakukan bedah preprostetik.

Etiologi perubahan struktur anatomi pada jaringan lunak dan jaringan keras 1. Hilangnya tulang alveolar

Perubahan luas dapat terjadi pada morfologi rahang setelah gigi hilang. Tulang rahang terdiri dari tulang alveolar dan tulang basal. Tulang alveolar dan jaringan periodontal mendukung gigi, dan saat gigi hilang, tulang alveolar dan jaringan periodontal akan diresorbsi. Tulang alveolar berubah bentuk secara nyata saat gigi hilang, baik dalam bidang horizontal dan vertikal. Pada daerah posterior mandibula, tulang yang hilang kebanyakan dalam bidang vertikal. Setelah terjadi resorbsi secara fisiologis, struktur tulang rahang yang tinggal disebut dengan istilah residual ridge. Tulang yang ada setelah tulang alveolar mengalami resorbsi disebut dengan tulang basal. Tulang basal tidak berubah bentuk secara nyata kecuali ada pengaruh lokal. Struktur anatomi yang lain dapat menjadi lebih menonjol, genial tubercle dan perlekatan ototnya dapat menonjol pada pasien yang mengalami resorbsi alveolar mandibula yang luas (Riawan, 2003).

2. Perubahan pada profil dan bentuk muka

Profil muka seperti melipat (hidung dan dagu kelihatan saling berdekatan) setelah hilangnya gigi. Hilangnya perlekatan otot dan dukungan sekitar bibir dapat menyebabkan timbulnya kerutan pada wajah.

Penatalaksanaan sebelum operasi

Evaluasi yang seksama terhadap pasien adalah yang terpenting dalam menentukan apakah seseorang diindikasikan untuk pembedahan dan prosedur perawatan apa yang paling tepat (Riawan, 2003).

1. Kemampuan fisik dan psikologi pasien untuk bertoleransi terhadap protesa konvensional harus ditentukan sejak awal dalam proses evaluasi. Beberapa pasien tidak dapat beradaptasi dengan protesa konvensional bagaimanapun baiknya dan cekatnya protesa tersebut.

2. Konsultasi dengan seorang prostodonsia sangat penting dalam menentukan prosedur yang tepat menghadapi kebutuhan perawatan prostetik bagi setiap pasien. Pertimbangan lainnya adalah usia pasien, fisik, status kesehatan mental, keterbatasan keuangan, kondisi jaringan keras dan lunak dari tulang alveolar.

Prosedur perawatan yang sederhana

1. Ketidak cekatan protesa merupakan penyebab yang penting terjadinya resorbsi tulang alveolar dan problema jaringan lunak.

2. Kerusakan kecil pada tulang dan jaringan lunak dapat mencegah kecekatan protesa dan menyebabkan suatu protesa membutuhkan mayor rekonstruksi bedah preprostetik. Beberapa prosedur operasi tertentu dapat berlangsung dengan anestesi lokal untuk memperbaiki kecekatan protesa (Riawan, 2003).

Tahapan bedah preprostetik

Berbagai macam teknik dapat digunakan, baik sendiri atau dikombinasi, untuk mempertahankan dan memperbaiki daerah yang akan ditempati gigi tiruan. Secara

umum ada tiga golongan dari bedah preprostetik (Riawan, 2003) :

1. Bedah jaringan lunak yang mengalami hiperlpasia

2. Vestibuloplasy.

3. Tahapan pembentukan tulang .

1. Bedah Jaringan Lunak

Meliputi Papillary hyperplasia, fibrous hyperplasia dan flabby ridge. Papillary hyperplasia merupakan suatu kondisi yang terjadi pada daerah palatal yang tertutup oleh protesa, dimana kelihatan adanya papilla yang multipel dan mengalami peradangan. Fibrous hyperplasia dapat terjadi karena adanya trauma dari gigi tiruan dan adanya resorpsi tulang secara patologis atau fisiologis sehingga menyebabkan peradangan dan adanya jaringan fibrous diatas linggir tulang alveolar. Flabby ridge yaitu adanya jaringan lunak yang berlebih dimana terlihat jaringan lunak yang bergerak tanpa dukungan tulang yang memadai (Riawan, 2003).

2. Vestibuloplasty

Vestibuloplasty merupakan suatu tindakan bedah yang bertujuan untuk meninggikan sulkus vestibular dengan cara melakukan reposisi mukosa, ikatan otot dan otot yang melekat pada tulang yang dapat dilakukan baik pada maksila maupun pada mandibula dan akan menghasilkan sulkus vestibular yang dalam untuk menambah stabilisasi dan retensi protesa. Vestibulum dangkal dapat disebabkan resorbsi tulang alveolar, perlekatan otot terlalu tinggi, adanya infeksi atau trauma. Tidak semua keadaan sulkus vestibular dangkal dapat dilakukan vestibuloplasty tetapi harus ada dukungan tulang alveolar yang cukup untuk mereposisi N. Mentalis, M. Buccinatorius dan M. Mylohyiodeus. Banyak faktor yang harus diperhatikan pada tindakan ini antara lain : Letak foramen mentalis, Spina nasalis dan tulang malar pada maksila (Riawan, 2003).

Jenis tehnik vestibuloplasty diantaranya adalah vestibuloplaty submukosa, vestibuloplasty dengan cangkok kulit pada bagian bukal, vestibuloplasty dengan cangkok mukosa yang dapat diperoleh dari mukusa bukal atau palatal (Riawan, 2003).

3. Frenektomi.

Frenektomi, suatu tindakan bedah untuk merubah ikatan frenulum baik frenulum labialis atau frenulum lingualis. Frenulum merupakan lipatan mukosa yang terletak pada vestibulum mukosa bibir, pipi dan lidah (Riawan, 2003).

a. Frenulum labialis

Pada frenulum labialis yang terlalu tinggi akan terlihat daerah yang pucat pada saat bibir diangkat ke atas. Frenektomi pada frenulum labialis bertujuan untuk merubah posisi frenulum kalau diperlukan maka jaringan interdental dibuang. Pada frenulum yang menyebabkan diastema sebaiknya frenektomi dilakukan sebelum perawatan ortodonti (Riawan, 2003).

b. Frenulum lingualis yang terlalu pendek.

Pada pemeriksaan klinis akan terlihat : Gerakan lidah terbatas, Gangguan bicara, gangguan penelanan dan pengunyahan. Frenektomi frenulum lingualis pada anak-anak dianjurkan sedini mungkin karena akan membantu proses bicara, perkembangan rahang dan menghilangkan gangguan fungsi yang mungkin terjadi. Sedangkan pada orang dewasa dilakukan karena adanya oral hygiene yang buruk. Cara pembedahan dilakukan dengan insisi vertikal dan tindakannya lebih dikenal sebagai ankilotomi (Riawan, 2003).

4. Alveolplasty

Alveoloplasty adalah prosedur bedah yang biasanya dilakukan untuk mempersiapkan linggir alveolar karena adanya bentuk yang irreguler pada

tulang alveolar berkisar dari satu gigi sampai seluruh gigi dalam rahang, dapat dilakukan segera sesudah pencabutan atau dilakukan tersendiri sebagai prosedur korektif yang dilakukan kemudian (Riawan, 2003).

a. Simple alveolplasty/ Primary alveolplasty

Tindakan ini dilakukan bersamaan dengan pencabutan gigi, setelah pencabutan gigi sebaiknya dilakukan penekanan pada tulang alveolar soket gigi yang dicabut. Apabila setelah penekanan masih terdapat bentuk yang irreguler pada tulang alveolar maka dipertimbangkan untuk melakukan alveolplasty. Petama dibuat flap mukoperiosteal kemudian bentuk yang irreguler diratakan dengan bor , bone cutting forcep atau keduanya setelah itu dihaluskan dengan bone file. Setelah bentuk tulang alveolar baik dilakukan penutupan luka dengan penjahitan. Selain dengan cara recontouring tadi apabila diperlukan dapat disertai dengan tindakan interseptal alveolplasty yaitu pembuangan tulang interseptal, hal ini dilakukan biasanya pada multipel ekstraksi (Riawan, 2003).

b. Secondary alveolplasty.

Linggir alveolar mungkin membutuhkan recountouring setelah beberapa lama pecabutan gigi akibat adanya bentuk yang irreguler. Pembedahan dapat dilakukan dengan membuat flap mukoperiosteal dan bentuk yang irregular dihaluskan dengan bor, bone cutting forcep dan dihaluskan dengan bone file setelah bentuk irreguler halus luka bedah dihaluskan dengan penjahitan. Pada secundary alveolplasty satu rahang sebaiknya sebelum operasi dibuatkan dulu Surgical Guidance Yang berguna sebagai pedoman pembedahan (Riawan, 2003).

5. Alveolar augmentasi.

Pada keadaan resorbsi tulang yang hebat , maka diperlukan tindakan bedah

yang lebih sulit dengan tujuan : Menambah besar dan lebar tulang rahang, menambah kekuatan rahang, memperbaiki jaringan pendukung gigi tiruan.

Terdapat beberapa cara untuk menambah ketinggian linggir alveolar Yaitu (Riawan, 2003) :

a. Dengan cangkok tulang autogenous, tulang dapat diperoleh tulang iliak atau costae

b. Dengan melakukan osteotomi. Visor Osteotomi, sanndwich osteotomi

c. Penambahan dengan menggunakan Hydroxilapatit.

Hidroxilapatit merupakan suatu bahan alloplastik yang bersifat Biocompatible yang dapat digunakan untuk menambah ketinggian tulang alveolar.

6. Oral tori.

Oral tori merupakan tonjolan tulang yang dapat terjadi pada mandibula atau maksila. Oral tori merupakan lesi jinak, tumbuhnya lambat, tidak menimbulkan rasa sakit, pada palpasi terasa keras, terlokalisir dan berbatas

jelas, etiologi belum diketahui dengan pasti tetapi beberapa ahli menduga terjadi karena adanya proses inflamasi pada tulang. Pembedahan terhadap oral tori jarang dilakukan , kecuali pada keadaan terdapatnya gangguan pembuatan protesa yang tidak dapat diatasi sehingga harus dilakukan pembedahan. Terdapat 2 macam oral tori yaitu (Riawan, 2003). :

a. Torus mandibularis

Biasanya terdapat pada lingual rahang bawah didaerah kaninus atau premolar kiri dan kanan, bisa single atau mulriple. Bila diperlukan dapat dilakukan eksisi.

b. Torus palatinus.

Torus palatinus terdapat pada palatum sepanjang sutura palatinus media dan dapat meluas ke lateral kiri dan kanan. Ukurannya bervariasi pada torus palatinus berukuran besar dapat mengganggu fungsi bicara dan pengunyahan. Pembedahan dilakukan apabila terdapat gangguan fungsi bicara dan pengunyahan.

3.4 Gigi Tiruan Cekat (GTC)

Gigi tiruan cekat merupakan piranti prostetik permanen yang melekat pada gigi yang masih tersisa, yang menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi. Jenis restorasi ini telah lama disebut dengan gigi tiruan jembatan (Arifin, 2000).3.4.1 Komponen GTC

Gigi tiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik, retainer, konektor, dan abutment, yang dapat diuraikan sebagai berikut :A. Pontik, adalah gigi buatan pengganti dari gigi atau gigi-geligi yang hilang. Dapat dibuat dari porselen, akrilik atau logam, atau gabungan dari bahan-bahan ini. Tipe pontik dibedakan atas (Arifin, 2000):

a. Pontik yang berkontak dengan residual ridge :

1. Saddle pontic: merupakan pontik yang berkontak dengan bidang edentulous ridge. Pontik tipe ini tidak memiliki akses untuk dental floss sehingga tidak dapat dibersihkan dan menyebabkan akumulasi plak (Arifin, 2000).2. Modified ridge-lap pontic: merupakan kombinasi antara pontik tipe saddle dan hygienic. Memiliki permukaan fasial yang menutupi residual ridge dan bagian lingual tidak berkontak dengan ridge. Sehingga estetiknya bagus dan mudah dibersihkan. Pontik tipe ini diindikasikan untuk mengganti gigi hilang pada daerah yang tampak saat berfungsi (gigi anterior, premolar,dan molar pertama) (Arifin, 2000).3. Conical pontic: merupakan pontik yang hanya memiliki satu titik kontak pada titik tengah residualnya ridge, sehingga mudah dibersihkan. Diindikasikan untuk mengganti gigi hilang pada ridge yang pipih di daerah posterior (Arifin, 2000).4. Ovate pontic: merupakan pontik yang sangat elastis, dasar pontik membulat dan masuk kedalam cekungan residual ridge, sehingga mudah dibersihkan. Residual ridge cekung dapat dibentuk dengan cara penempatan GTJ sementara segera setelah ekstraksi, dengan memperluas pontik bagian servikal dan dimasukkan ke residual ridge atau juga dapat dibentuk dengan tindakan bedah. Diindikasikan untuk gigi dengan kebutuhan estetik yang optimal, misalnya pada kehilangan gigi insisif, kaninus, danpremolar rahang atas (Arifin, 2000).b. Pontik yang tidak berkontak dengan residual ridge (Arifin, 2000):1. Sanitary/hygienic pontic: merupakan pontik yang mudah dibersihkan karena tidak berkontak dengan edentulous ridge. Mesiodistal dan fasiolingualnya berbentuk cembung, serta dasar pontik berbentuk bulat tidak rata/flat untuk mencegah terjadinya retensi makanan. Pontik tipe ini diindikasikan untuk gigi posterior rahang bawah atau pasien dengan oral hygiene buruk.

2. Modified sanitary pontic/perelpontic: merupakan modifikasi sanitary pontik. Permukaan dasar pontik cekung/melengkung pada daerah mesiodistal dan fasiolingual. Konektor yang menghubungkan pontik ini dengan retainer dapat dibuat dengan ketebalan maksimal. Sehingga konektor lebih dapat menahan tekanan/stress. Desaign pontik ini lebih memungkinkan terjadinya self cleansing sehingga diindikasikan untuk gigi posterior rahang bawah bila oral hygiene pasien buruk.

B. Retainer, adalah restorasi tempat pontik dicekatkan. Retainer direkatkan dengan semen pada gigi penyangga yang telah dipersiapkan dan berfungsi sebagai stabilisasi dan retensi (Arifin, 2000). Retainer ekstrakorona : retainer yang retensinya berada dipermukaan luar mahkota gigi penyangga

i. Full-veneer Crown Retainer

Indikasi:

- Tekanan kunyah normal/ besar

- Gigi-gigi geligi yang pendek

- Intermediare abutment paska perawatan periodontal

- Untuk gigi tiruan jembatan yang pendek maupun panjang

Keuntungan:

- Indikasi luas

- Memberikan retensi dan resistensi yang terbaik

- Memberikan efek splinting yang terbaik

Kerugian:

- Jaringan gigi yang diasah lebih banyak

- Estetis kurang optimal (terutama bila terbuat dari all metal)

ii. Partial-veneer Crown Retainer

Indikasi:

- Gigi tiruan jembatan yang pendek

- Tekanan kunyah ringan / normal

- Bentuk dan besar gigi penyangga harus normal

- Salah satu gigi penyangga miring

Keuntungan:

- Pengambilan jaringan gigi lebih sedikit

- Estetis lebih baik daripada FVC retainer

Kerugian:

- Indikasi terbatas

- Kesejajaran preparasi antara gigi penyangga sulit

- Kemampuan dalam hal retensi dan resitensi kurang

- Pembuatannya sulit (dalam hal ketepatan)

Retainer intrakorona : retainer yang retensinya berada dibagian dalam mahkota gigi penyangga.Bentuk: Inlay MO/DO/MOD dan Onlay

Indikasi:

- Gigi tiruan jembatan yang pendek

- Tekanan kunyah ringan atau normal

- Gigi penyangga dengan karies klass II yang besar

- Gigi penyangga mempunyai bentuk/ besar yang normal

Keuntungan:

- Jaringan gigi yang diasah sedikit

- Preparasi lebih mudah

- Estetis cukup baik

Kerugian:

- Indikasi terbatas

- Kemampuan dalam hal retensi dan resistensi

- Mudah lepas/patah

Retainer dowel crown : retainer yang retensinya berupa pasak yang telah disemenkan ke saluran akar yang telah dirawat dengan sempurna.

Indikasi:

- Gigi penyangga yang telah mengalami perawatan syaraf

- Gigi tiruan jembatan yang pendek

- Tekanan kunyah ringan

- Gigi penyangga perlu perbaikan posisi/inklinasi

Keuntungan: - Estetis baik

- Posisi dapat disesuaikan

Kerugian: - Sering terjadi fraktur akar

C. Konektor, adalah bagian yang mencekatkan pontik ke retainer. Konektor harus dapat mencegah distorsi atau fraktur selama gigi tiruan berfungsi (Arifin, 2000).a. Konektor rigid : konektor yang tidak memungkinkan terjadinya pergerakan pada komponen GTC. Merupakan konektor yang paling sering digunakan untuk GTC. Konektor rigid dapat dibuat dengan cara:

Pengecoran (casting) : penyatuan dua komponen GTC dengan satu kali proses tuang

Penyolderan (soldering) : penyatuan dua komponen GTC dengan penambahan logam campur (metal alloy) yang dipanaskan.

Pengelasan (welding) : penyatuan komponen GTC dengan pemanasan dan/atau tekanan.

b. Konektor nonrigid : konektor yang memungkinkan pergerakan terbatas pada komponen GTC. Diindikasikan bila terdapat pier/intermediate abutment untuk penggangti beberapa gigi yang hilang. Konektor nonrigid bertujuan untuk mempermudah pemasangan dan perbaikan (repair) GTC. Contohnya adalah dovetail dan male and female.

D. Abutment, adalah gigi penyangga dapat bervariasi dalam kemampuan untuk menahan gigi tiruan cekat dan tergantung pada faktor-faktor seperti daerah membran periodontal, panjang serta jumlah akar. Single abutment : hanya mempergunakan satu gigi penyangga.

Double abutment : bila memakai dua gigi penyangga.

Multiple abutment : bila memakai lebih dari dua gigi penyangga.

Terminal abutment : merupakan gigi penyangga paling ujung dari

diastema.

Intermediate / pier abutment : gigi penyangga yang terletak

diantara dua diastema (pontics).

Splinted abutment : penyatuan dua gigi penyangga pada satu sisi

diastema

Double splinted abutment : splinted abutment pada kedua sisi

Diastema (Arifin, 2000).3.4.2 Macam Desain GTC

Adapun 6 macam desain dari GTC yang perbedaannya terletak pada dukungan yang ada pada masing-masing ujung pontik. Kelima desain ini adalah:

a. Fixed-fixed bridgeSemua komponen digabungkan secara rigid, dengan cara penyolderan setiap unit individual bersama atau menggunakan satu kali pengecoran. Memiliki dua atau lebih gigi penyangga. GTC tipe ini menghasilkan kekuatan dan stabilitas yang sangat baik dan juga mendistribusikan tekanan lebih merata pada restorasi. Serta memberikan efek splinting yang sangat baik. Diindikasikan pada span pendek, atau untuk splinting pada gigi goyang dengan kondisi periodontal kurang baik.

Indikasi Penggantian 1 3 gigi yang saling bersebelahan; Pasien yang punya tekanan kunyah normal kuat; Gigi penyangga tidak terlalu besar.; Gigi penyangga derajat goyangnya 1 (normal).

Kontra-Indikasi Pontics/span yang terlalu panjang; Gigi penyangga memiliki kelainan periodontal atau karies esktensif; Pasien yang masih muda dengan ruang pulpa besar.

Keuntungan Memiliki indikasi terluas dari semua jenis GTJ; Punya efek splinting terbaik dan karenanya sering digunakan sebagai perawatan penunjang periodontal.

Kerugian Jika span terlalu panjang terjadi resiko adanya gaya ungkit/bent/efek flexural. Hal ini terjadi pada saat makan, bolus makanan berada baik di gigi penyangga atau berada di tengah span/pontik.

b. Semi fixed bridgePada jenis ini, gaya yang datang dibagi menjadi dua, menggunakan konektor rigid dan non rigid sehingga tekanan oklusi akan lebih disalurkan ke tulang dan tidak dipusatkan ke retainer. GTC tipe ini memungkinkan pergerakan terbatas pada konektor diantara pontik dan retainer. Konektor tersebut dapat memberikan dukungan penuh pada pontik untuk melawan gaya oklusal vertikal, dan memungkinkan gerakan terbatas pada respon terhadap gaya lateral. Hal ini mencegah gerakan gerakan satu retainer yang mentransmisikan gaya torsional secara langsung ke retainer lainnya sehingga dapat menyebabkan lepasnya retainer. Diindikasikan pada span panjang dan jika terdapat pier/intermediate abutment pada pengganti beberapa gigi yang hilang.

Syarat: Tekanan kunyah normal/ringan dan ukuran abutment normal.

Konstruksi: Non-rigid Connector di mesial diastema untuk mencegah tertariknya key karna gaya ACF.

Indikasi Salah satu abutment miring >20 atau intermediate abutment; Kehilangan 1 atau 2 gigi dengan salah satu gigi penyangga vital; Kehilangan 2 gigi dengan gigi penyangga intermediate.

Keuntungan Adanya konektor non-rigid mencegah terjadinya gaya ungkit sebagaimana yang terjadi pada GTJ rigid-fixed; Preparasi tidak terlalu ekstensif sehingga pasien yang ruang pulpanya besar tidak menjadi masalah; Prosedur sementasi bertahap sehingga jika terjadi kesalahan tidak semua unit harus diulang.

Kerugian Pembuatan relatif sulit, terutama keakuratan kedua unit retainer; Harganya relatif lebih mahal; Efek splinting kurang; Risiko fraktur pada kunci tinggi.

c. Cantilever bridge

Suatu gigitiruan yang didukung hanya pada satu sisi oleh satu atau lebih abutment. Pada cantilever bridge ini, gigi penyangga dapat mengatasi beban oklusal dari gigitiruan. GTC tipe ini tidak diindikasikan untuk daerah dengan beban oklusal besar. Apabila terkena gaya lateral, maka gigi penyangga akan tipping, rotasi, atau drifting. Tidak diindikasikan pula pada penggantian gigi dengan gigi penyangga nonvital sebagai terminal abutment. GTC tipe ini diindikasikan untuk pengganti satu gigi yang hilang.

Syarat: tekanan kunyah ringan, abutment sehat, dukungan tulang baik.

Keuntungan Desain sederhana, pembuatannya mudah namun hasil maksimal; Jaringan yang rusak tidak banyak; Estetika paling baik karena kesederhanaan desainnya serta menggunakan full-porcelain crown.

Indikasi Regio anterior, khususnya gigi I2 yang beban oklusal kecil.

Kontra-Indikasi Regio posterior, kecuali pada P2 bawah yang beban oklusalnya tidak terlalu besar.

Kerugian Punya daya mengungkit yang dapat merusak jaringan periodonsium (baik tulang maupun mukosa); Terjadi rotasi palato-labial, namun hal ini jarang terjadi karena adanya keseimbangan jaringan mukosa bibir, pipi, dan lidah; Indikasi sangat terbatas.

d. Spring cantilever bridgeSuatu gigitiruan yang didukung oleh sebuah bar yang dihubungkan ke gigi atau penyangga gigi. Loop atau bar tersebut menghubungkan retainer dan pontik dipermukaan palatal. Lengan dari bar yang berfungsi sebagai penghubung ini dapat dari berbagai panjang, tergantung pada posisi dari lengkung gigi penyangga dalam kaitannya dengan gigi yang hilang. Lengan dari bar mengikuti kontur dari palatum untuk memungkinkan adaptasi pasien. Jenis gigitiriruan ini digunakan pada pasien yang kehilangan gigi anterior dengan satu gigi yang hilang atau terdapat diastema di sekitar anterior gigi yang hilang.

Indikasi Dimana estetika merupakan hal utama, GTJ jenis ini menjadi pilihan terbaik karena letak gigi penyangga tidak tepat disebelah pontics sehingga tidak terlalu terlihat jika menggunakan logam; Gigi dalam 1 regio tidak memungkinkan untuk digunakan sebagai gigi penyangga, baik karena faktor anatomis (akar & periodontal) maupun karena faktor fisik retainernya; Jika diperlukan adanya diastema (umumnya faktor estetik).

Kontra-Indikasi Pasien muda yang mahkota klinisnya terlalu pendek sehingga kurang retentif untuk dijadikan penyangga; Pada gigi di mandibula; Bentuk palatal tidak memungkinkan, entah karena adanya torus atau bentuknya yang terlalu dangkal/dalam. Selain alasan fungsional, faktor estetik juga menjadi masalah; Gigi penyangga tidak memiliki kontak proksimal, menyebabkan gigi berisiko bergerak.

Keuntungan Mendapat hasil estetika yang sangat baik; Waktu kunjungan relatif lebih singkat; Desain umumnya disambut baik oleh pasien karena faktor estetika dan kekuatan yang tahan lama; Tingkat kegagalan rendah selama preparasi dan pembuatannya benar.

Kerugian Palatal bar dapat membengkok/patah suatu saat jika ada gaya yang cukup besar seperti trauma atau sering bergerak atau bahkan secara alami; Meskipun waktu kunjungan singkat, waktu pembuatan cukup lama dan kompleks serta butuh keahlian.

e. Compound bridgeIni merupakan gabungan atau kombinasi dari dua macam gigitiruan cekat dan bersatu menjadi suatu kesatuan. Diindikasikan pada pengganti gigi hilang yang membutuhkan gabungan beberapa tipe GTC.

f. Adhesive bridge/resin-bonded fixed partial denture/maryland bridge

Merupakan GTC yang sangat konservatif karena preparasi yang sangat minimal. Dilakukan preparasi gigi penyangga hanya sebatas email. GTC tipe ini terdiri dari satu atau dua beberapa pontik yang didukung retainer tipis yang direkatkan dengan semen dengan sistem etcing bonding ke email gigi penyangga di bagian lingual dan proksimal. Gigi penyangga harus memiliki mahkota klinis yang cukup lebar agar dapat memberikan retensi dan resistensiyang maksimal. Gigi tersebut juga tidak boleh goyang dan inklinasi mesiodistalnya harus kurang dari 15derajat. Retensinya berupa mikromekanik antara permukaan email dengan permukaan dalam retainer yang telah dietsa. Diindikasikan pada GTC span pendek, abutment yang tidak membutuhkan restorasi, dan penggantian kehilangan gigi anterior pada anak-anak, karena anak-anak masih memiliki ruang pulpa yang besar. Kontraindikasi GTC tipe ini adalah penggantian ggi anterior dengan deep over bite.

A. Faktor yang perlu diperhatikan dalam memilih Gigi tiruan cekat Terdapat beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam memilih tipe protesa yang tepat. Faktor-faktor yang penting tersebut adalah faktor biomekanis, keadaan periodontal, estetis, faktor financial, dan juga keinginan pasien.

a. Faktor BiomekanisPersyaratan Biologis menuntut gigi penyangga dan jaringan yang mendukungdapat dipelihara pada kondisi yang sehat. Restorasi harus dibuat dengan sedemikian rupa sehingga tidak mudah terjadinya pengumpulan plaque yaitu dengan cara dipolished. Selain itu, restorasi harus biokompatibel dan tidak mudah mengalami korosi.

Gigi-gigi penyangga harus mendekati kesejajaran dan dapat direstorasi tanpa membahayakan pulpa. Preparasi gigi penyangga sebaiknya mencukupi untuk menyediakan kekuatan restorasi. Selain itu, gigi-gigi penyangga sebaiknya dipreparasi untuk menyediakan retensi yang adekuat untuk retainer, sehingga mencegah terlepasnya restorasi. Penting untuk diketahui bahwa gigi tiruan harus cukup kuat agar tidak mudah pecah, tidak mudah patah, dan mengalami distorsi.

b. Keadaan PeriodontalHarus dipastikan melalui hasil foto rontgen tidak ada kelainan pada jaringan periodontal. Indikasi khusus pada gigi penyangga yang vital dan non vital dengan perawatan saluran akar, aringan periodontal sehat, bentuk akar yang panjang, posisi dan inklinasi yang baik dalam lengkung rahang, bentuk dan besar anatomis gigi normal, mahkota gigi punya jaringan email dan dentin yang sehat.

c. EstetisPertimbangan estetis sebaiknya tidak mempengaruhi kekuatan Gigi Tiruan Cekat. Bagaimanapun, tampilan emas yang tidak penting sebaiknya dihindari. Pontik sebaiknya menggunakan warna, ukuran, dan bentuk yang tepat serta memiliki susunan dan karakteristik yang tepat.

d. Faktor Finansial

Keadaan social-ekonomi serta tingkat pendidikan yang rendah membuat pengetahuan mereka terbatas dalam hal pelayanan kesehatan gigi dan mulut sehingga mereka cenderung menggunakan gigi tiruan lepasan yang harganya relative murah dibandingkan dengan gigi tiruan cekat. Mereka beranggapan bahwa fungsi mastikasi merupakan hal yang utama untuk penggantian gigi yang hilang.

3.4.3 Bahan GTC

a) PontikPontik dapat terbuat dari metal-keramik, cast metal, dan yang sudah jarang dipakai adalah resin akrilik yang dilapisi metal. Semua bahan material pontik dapat toleran dengan jaringan gigi walaupun terkadang terjadi inflamasi pada jaringan gingival. Porselen mudah dibersihkan dan higienis, dan beberapa klinisi telah menganjurkan glazed porcelain yang harus menyentuh edentulous ridges. Karena sifat porus resin, dan kesulitan dalam pemeliharaan permukaan yang terpolis, resin tidak digunakan pada pontik dekat jaringan. Porselen yang terpolis baik dan emas dengan tampilan seperti kaca dianjurkan untuk kontak jaringan.

1. All porcelain bridgeBahan porselen adalah bahan yang sangat populer saat ini. Kelebihannya adalah pilihan gradasi warna yang sangat estetis dan permukaannya mengkilat. Bahan porselen sulit dibedakan dengan gigi yang asli. Kekuatannya lebih besar daripada akrilik tetapi tidak sekuat logam. Kekurangan dari bahan porselen ini bersifat rapuh dan sehingga tidak dapat diasah dan tidak dapat diletakkan pada permukaan kunyah gigi belakang. Biasaya juga digunakan untuk gigi yang memerlukan estetik tinggi. Bahan porselen ini tidak cocok digunakan pada pasien dengan kebiasaan buruk bruxism karena gesekan yang terus menerus dengan gigi antagonisnya akan menyebabkan porcelain cepat pecah.2. All metal bridgeGigi tiruan permanen yang terbuat dari logam atau emas mempunyai kekuatan yang sangat bagus bahkan dapat bertahan sampai bertahun-tahun, keuntungan yang lain adalah logam dan emas tidak korosif dan tidak berkarat. Tetapi gigi tiruan dari bahan logam dan emas tampilan warnanya sangat berbeda dengan gigi asli. Biasanya diindikasikan pada gigi posterior dan kontraindikasinya adalah gigi abutmen yang digunakan mempunyai ketebalan dentin yang kecil.

Keuntungan:> Metode simple karena struktur gigi yang dkurangin lebih minimal.> Lebih tahan lama pada saat tekanan berat seperti menggigit dan

mengunyah.> Mudah menyesuaikan sesuai daerah di mana gigi dan mahkota

memenuhi> Sehat lingkungan untuk jaringan gusi

Kerugian:> Estetik kurang karena warna gigi tidak seperti gigi asli.3. Kombinasi (porselen dan metal)Porcelain fuse to metal adalah jenis hibrida antara mahkota logam dan mahkota porselen. Mereka terutama dipilih untuk gigi depan tetapi tidak menutup kemungkinan juga digunakan pada gigi posterior. Porcelen fuse to metal ini lebih kuat daripada all porselen bridge. Meskipun porcelen fuse to metal dipilih untuk penampilan yang sangat baik karena keestetikannya, ada beberapa kelemahan utama yang terkait dengan logam menyatu di dalamnya. Berikut adalah beberapa kelemahan dicatat oleh pengguna dan dokter gigi mahkota ini:

Ketidaknyamanan-gigi mungkin sensitif setelah prosedur. Jika gigi dimahkotai masih mengandung beberapa saraf, saraf yang akan sensitif terhadap panas dan dingin.

Ada beberapa kasus di mana permukaan mahkota menciptakan keausan pada gigi antagonisnya. Hal ini kadang-kadang menjadi begitu menonjol sehingga tidak dapat diawasi. Bagian porselen bisa terkelupas mati dan logam yang mendasari dapat terlihat sebagai garis gelap.

4. In Ceram (keramik bridge)Terbuat dari porselen alumina yang sangat tangguh. Memiliki estetika yang sangat baik dan cukup kuat untuk dapat disemen dengan semen gigi tradisional.SPINELL - untuk kasus anterior unit tunggal yang memerlukan estetika unggul dan tembus.

ALUMINA - untuk posterior unit tunggal dan kasus anterior, dan sampai restorasi 3-unit jembatan.Zirkonia - untuk posterior unit tunggal dan kasus anterior, dan sampai restorasi 5-unit jembatan.b) Bahan Cetak

Pada istilah GTC, cetakan merupakan sebuah hasil cetak negatif dari satu atau beberapa gigi, dan struktur di sekitarnya, yang diperoleh dari insersi dari sebuah baki berisi (loaded tray) dengan bahan plastis pada mulut pasien yang akan diubah menjadi bahan elastis atau keras (hard material compound impression material) pada waktu yang tepat setelah setting (perubahan kimia atau fisika) yang jika dicampur dengan bahan die yang sesuai akan menghasilkan cetakan duplikat positif atau replika, sebuah model atau working cast yang disebut sebagai indirect technique wax pattern fabrication. Bahan cetak telah dikembangkan untuk memenuhi kebutuhan dokter gigi atas konstruksi pola malam indirek daripada teknik direk berkaitan dengan keterbatasan penggunaannya, dan beberapa keperluan penting lainnya yang harus ada pada bahan cetak untuk menghasilkan cetakan yang akurat.

Syarat Bahan Cetak Kemampuan menghasilkan detil yang baik

Stabilitas dimensi

Tanpa toksisitas baik sebelum ataupun sesudah setting baik pada operator maupun pasien Kompatibel dengan bahan die yang tersedia

Cukup elastis untuk dilepas dari undercut tanpa deformasi permanen dan robekan ( Warnanya sesuai

Waktu penyimpanannya sesuai

Mudah dimanipulasi dan dipreparasi

Terjangkau secara ekonomis

Klasifikasi Bahan Cetak yang digunakan pada Restorasi Cekat

Bahan termoplastis

Elastis

- Reversible & Irreversibel hydrocolloid

- Silicon (conventional condensations)

- Silicon new presentations (additional type)

- Polyether (hanya memiliki satu konsistensi)

Saat ini bahan cetak rubber elastis dipertimbangkan sebagai bahan cetak yang paling ideal jika dibandingkan dengan jenis lainnya karena memiliki persyaratan yang paling memenuhi sebagai bahan cetak. Kelebihan ini membuatnya menjadi yang terlarus dan akan dijelaskan jenis material rubber yang akan digunakan yakni rubber base dengan sedikit penjelasan mengenai hidrokoloid.3.4.4 Indikasi dan Kontraindikasi GTC

a) Pertimbangan Umum Sikap pasien terhadap kesehatan gigi dan jaringan pendukung miliknya serta keinginannya untuk bisa sembuh, dengan kata lain sabar dan mau bekerja sama dengan dokter gigi selama perawatan berlangsung. Mengingat dalam pembuatan GTJ perlu waktu yang cukup lama dan kunjungan berkala.

Pasien dari kalangan yang cukup mampu karena harga GTJ cukup mahal.

Memiliki OH yang tinggi. Pasien yang memiliki risiko karies tinggi menyebabkan GTJ tidak bertahan lama, khususnya pada retainer/abutment dari GTJ tersebut.

b) Indikasi Umum Secara psikologis, pasien (terutama yang mampu) menganggap GTL bukanlah bagian dari tubuh mereka sehingga mereka menganggap GTC (dalam hal ini GTJ) merupakan pilihan yang terbaik untuk menggantikan gigi mereka yang hilang. Selain itu segi estetika dan higiensi juga diperhatikan karena pandangan umum menganggap GTL membuat mulut menjadi bau dan dari segi estetik kurang.

Pada pasien yang punya penyakit sistemik, terutama yang menyebabkan sinkop/kolaps/ketidaksadaran, maka penggunaan GTL umumnya dikontraindikasikan karena berisiko lepas dan patah, sehingga untuk mengurangi rasa khawatir ini digunakan GTC sebagai alternatifnya.

Pasien pasca-perawatan ortodontik seringkali kehilangan giginya akibat faktor kebutuhan ruang. Seringkali kepercayaan diri pasien menjadi turun karena faktor ini dan karenanya perlu gigi pengganti. Penggunaan GTJ diindikasikan karena kestabilan dan ketahanannya untuk menjaga agar gigi tidak bergerak lagi.

Dalam pasien yang memerlukan perawatan periodontal, gigi-gigi yang goyang atau kurang stabil akan dirawat dengan splinting, disini penggunaan GTJ diindikasikan untuk splinting cekat sehingga pergerakan/kegoyangan gigi tidak makin parah dan gaya/tekanan mastikasi dapat tersebar secara merata. Namun penting untuk diingat bahwa GTH bukanlah sebagai perawatan utama namun sebagai penunjang karena gigi yang goyang bukanlah gigi yang baik untuk digunakan sebagai gigi abutment.

Dari aspek bicara, penggunaan GTL dirasa kurang nyaman karena sering bergerak sehingga mengganggu fungsi bicara. Penggunaan GTC dapat menghilangkan rasa tidak nyaman ini dan memperbaiki fungsi bicaranya.

Membuat kestabilan proses mastikasi & membantu menyebarkan beban oklusal secara merata ke jaringan periodonsium dan tulang rahang, dimana kedua faktor tersebut jarang dicapai di dalam GTL.

c) Kontra-Indikasi Umum Pasien yang tidak bisa diajak bekerjasama, seperti pada pasien anak-anak ataupun pasien yang lanjut usia karena sulit untuk bersabar serta komunikasi yang sulit. Selain itu, pada pasien yang secara medis mengalami penyakit seperti kejang-kejang mendadak atau gangguan otak juga dikontraindikasikan karena dapat mengganggu proses preparasi.

Pasien yang masih muda karena ruang pulpanya masih besar. Sama seperti dengan pembuatan mahkota tiruan, pembuatan GTJ perlu preparasi yang cukup ekstensif karena menggunakan bahan PFM.

Pasien yang tidak bisa diadministrasi anestesi lokal (e.g. hipertensi, gangguan jantung, dll.). Apabila masih memungkinkan gunakan obat yang tidak memakain epinefrin.

Pasien yang memiliki risiko karies tinggi serta penyakit periodontal.

Pasien yang memerlukan pontik gigi dalam jumlah besar, membuat length of span tinggi dan menyebabkan beban GTJ makin besar, terutama pada jaringan periodontal dan gigi penyangganya.

Pasien yang memiliki abutment teeth yang karies ekstensif dan merusak jaringan mahkota seluruhnya atau terlalu parah. Selain itu gigi yang mengalami deformitas kongenital juga tidak bisa digunakan.

Gigi penyangga mengalami rotasi/tilting tidak dalam satu bidang sejajar.

3.5 Prosedur Perawatan GTC

3.5.1 Tahap-Tahap Pembuatan GTC

a) Tahapan Klinik I (Preparasi & Pembuatan GTJ)

Pemeriksaan, diagnosis, rencana perawatan, prognosis Preparasi gigi abutment

Preparasi merupakan suatu tindakan pengerindaan atau pengasahan gigi untuk tujuan menyediakan tempat bagi bahan restorasi mahkota tiruan atau sebagian pegangan gigi tiruan jembatan (Smith dan Howe, 2007).

Persyaratan preparasi:

1. Kemiringan dinding-dinding aksialPreparasi dinding aksial yang saling sejajar terhadap poros gigi sulit untuk menentukan arah pemasangan. Disamping itu, semen juga sulit keluar dari tepi retainer sehingga jembatan tidak bisa duduk sempurna pada tempatnya. Untuk itu, dibuat kemiringan yang sedikit konus ke arah oklusal. Craige (1978) mengatakan bahwa kemiringan dinding aksial optimal berkisar 10-15 derajat. Sementara menurut Martanto (1981), menyatakan bahwa kemiringan maksimum dinding aksial preparasi 7 derajat. Sedangkan Prayitno HR (1991) memandang kemiiringan dinding aksial preparasi 5-6 derajat sebagai kemiringan yang paling ideal. Kemiringan yang lebih kecil sulit diperoleh karena dapat menyebabkan daerah gerong yang tidak terlihat dan menyebabkan retainer tidak merapat ke permukaan gigi. Retensi sangat berkurang jika derajat kemiringan dinding aksial preparasi meningkat. Kegagalan pembuatan jembatan akibat hilangnya retensi sering terjadi bila kemiringan dinding aksial preparasi melebihi 30 derajat. Preparasi gigi yang terlalu konus mengakibatkan terlalu banyak jaringan gigi yang dibuang sehingga dapat menyebabkan terganggunya vitalitas pulpa seperti hipersensitifitas, pulpitis, dan bahkan nekrose pulpa. Kebanyakan literatur mengatakan kemiringan dinding aksial preparasi berkisar 5-7 derajat, namun kenyataaannya sulit dlicapai karena faktor keterbatasan secara intra oral (Prajitno, 1994).

2. Ketebalan preparasiJaringan gigi hendaklah diambil seperlunya karena dalam melakukan preparasi kita harus mengambil jaringan gigi seminimal mungkin. Ketebalan preparasi berbeda sesuai dengan kebutuhan dan bahan yang digunakan sebagai retainer maka ketebalan pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1-1,5 mm sedangkan jika menggunakan logam porselen pengambilan jaringan gigi berkisar antara 1,5 2 mm. Pengambilan jaringan gigi yang terlaluy berlebihan dapat menyebakan terganggu vitalitas pulpa seperti hipersensitivitas pulpa, pulpitis, dan nekrosis pulpa. Pengamnbilan jaringan yang terlalu sedikit dapat mengurangi retensi retainer sehingga menyebabkan perubahan bentuk akibat daya kunyah (Prajitno, 1994).

3. Kesejajaran preparasiPreparsi harus membentuk arah pemasangan dan pelepasan yang sama antara satu gigi penyangga dengan gigi penyangga lainnya. Arah pemasangan harus dipilih yang paling sedikit mengorbankan jaringan keras gigi, tetapi dapat menyebabkan jembatan duduk sempurna pada tempatnya (Prajitno, 1994).

Prinsip kesejajaran ini sangat memengaruhi kestabilan dari kedudukan GTJ nantinya, kecuali pada GTJ yang sifatnya konektor non-rigid, cantilever bridge, atau telescopic bridge. Sedangkan prinsip pengambilan jaringan berhubungan dengan kemampuan memegang retainer dan kemampuan gigi dalam menerima beban kunyah tambahan (distribusi tekanan dari pontik). Pada keadaan tertentu:a) Pada gigi yang pendek, untuk memperoleh retensi optimal dan mendapatkan kekuatan untuk menahan beban, maka pengambilan oklusal pada daerah supporting cusp lebih banyak. Bila perlu dengan tambahan groove sebagai penambah kemampuan resistensi.

b) Pada diasteme yang sempit, pengambilan proksimal harus lebih banyak, agar konektor bisa lebih tebal dan kuat.

c) Pada span yang panjang, preparasi servikal sebaiknya mempunyai ketebalan optimal, misalnya minimal dengan bentuk chamfer.

Ada beberapa tindakan khusus berupa modifikasi preparasi abutment untuk mendapatkan kesejajaran, antara lain:

a) Jika salah satu terminal abutment miring

Penyesuaian dengan kurva oklusal, mengharuskan pengambilan lebih banyak pada distooklusal. Analisa arah pemasukan dengan dental suveyor atau garis khayal, berupa garis sejajar dengan garis bagi sudut yang terbentuk yang terbentuk oleh kedua sumbu kedua gigi penyangga.

b) Terminal abutment dan gigi tetangganya miring

Kemungkinan jaringan mahkota gigi tetangga bagian mesial harus diambil sedikit agar tidak menghalangi insersi bridge.

c) Setiap terminal abutment miring dengan kedua sumbu konvergen

Sisi yang berhadapan dengan diastema dipreparasi sejajar garis bagi sudut yang dibentuk oleh kedua sumbu gigi. Sedang disisi lain dipreparasi sesuai dengan sumbu gigi masing-masing. Tetapi bila kedua sumbu gigi divergen tidak bisa ditolerir dengan pengasahan, sehingga harus dilakukan dulu perbaikan posisi / inklinasinya atau dibuat non-vital (merupakan terapi pendahuluan).

d) Posisi gigi diluar lengkung karena sedikit rotasi

Pada keadaan demikian perlu pengambilan jaringan yang lebih banyak. Daerah yang keluar dari lengkung lebih banyak dipreparasi.

e) Salah satu abutment sedikit palatoversi/labioversi

Pada keadaan gigi penyangga miring ke lingual maka lebih banyak terjadi pengambilan di daerah lingual, pada gigi penyangga yang protrusi maka lebih banyak terjadi pengambilan di daerah labial.

4. Preparasi mengikuti anatomi gigiPreparasi yang tidak mengikuti anatomi gigi dapat membahayakan vitalitas pulpa juga dapat mengurangi retensi retainer gigi tiruan jembatan tersebut. Preparasi pada oklusal harus disesuaikan dengan morfologi oklusal. Apabila preparasi tidak mengukuti morfologi gigi maka pulpa dapat terkena sehingga menimbulkan reaksi negatif pada pulpa (Prajitno, 1994).

5. Pembulatan sudut-sudut preparasiPreparasi yang dilakukan akan menciptakan sudut-sudut yang merupakan pertemuan dua bidang preparasi. Sudut-sudut ini harus dibulatkan karena sudut yang tajam dapat menimbulkan tegangan atau stress pada restorasi dan sulit dalam pemasangan jembatan (Prajitno, 1994).

Tahap-tahap preparasi gigi penyangga:

1. Pembuatan galur

Untuk gigi anterior, galur proksimal dapat dibuat dengan baik bila gigi bagian labiopalatal cukup tebal. Galur berguna untuk mencegah pergeseran ke lingual atau labial dan berguna untuk mendapatkan ketebalan preparasi di daerah tersebut. Galur pada gigi anterior dapat dibuat dengan bur intan berbentuk silinder (Prajitno, 1994).

2. Preparasi bagian proksimal

Tujuannya untuk membuat bidang mesial dan distal preparasi sesuai dengan arah pasang jembatannya. Selain itu untuk mengurangi kecembungan permukaan proksimal yang menghalangi pemasangan jembatan. Preparasi bagian proksimal dilakukan dengan menggunakan bur intan berbentuk kerucut. Pengurangan bagian proksimal membentuk konus dengan kemiringan 5-10 derajat (Prajitno, 1994).

3. Preparasi permukaan insisal atau oklusal

Pengurangan permukaan oklusal harus disesuaikan dengan bentuk tonjolnya. Preparasi permukaan oklusal untuk memberi tempat logam bagian oklusal pemautnya, yang menyatu dengan bagian oklusal pemaut. Dengan demikian, gigi terlindungi dari karies, iritasi, serta fraktur (Prajitno, 1994).

4. Preparasi permukaan bukal atau labial dan lingual

Pengurangan permukaan bukal menggunakan bur intan berbentuk silinder. Preparasi permukaan bukal bertujuan untuk memperoleh ruangan yang cukup untuk logam pemaut yang memberi kekuatan pada pemaut dan supaya beban kunyah dapat disamaratakan (Prajitno, 1994).

5. Pembulatan sudut preparasi bidang aksial

6. Pembentukan tepi servikal

Batas servikal harus rapi dan jelas batasnya untuk memudahkan

pembuatan pola malamnya nanti. Ada beberapa bentuk servikal:

a. Tepi demarkasi (feater edge)

b. Tepi pisau (knife edge)

c. Tepi lereng (bevel)

d. Tepi bahu liku (chamfer )

e. Tepi bahu (shoulder) (Prajitno, 1994).

Dalam setiap preparasi, selalu ingat mengenai prinsip dan syarat preparasi seperti yang sudah dibahas pada pemicu sebelumnya. Alat-alat seperti bur, handpiece, dan alat standar secara umum sama seperti preparasi mahkota tiruan penuh, perbedaan hanya terletak pada prinsip utama pembuatan GTJ, yaitu prinsip kesejajaran pada gigi penyangganya. Berbeda dengan full crown, preparasi gigi abutment tetap harus mengingat fungsi utamanya dalam GTJ, sehingga harus memenuhi prinsip:

Kesejajaran antar gigi penyangga dan arah insersi Pengambilan jaringan seoptimal mungkin

Retraksi gingiva Tindakan ini merupakan tindakan yang mendahului tahap pencetakan gigi. Merupakan tindakan penarikan/pemisahan sementara free gingiva dari gigi yang dipreparasi dengan tujuan mendapatkan tepi preparasi servikal yang jelas saat pencetakan serta menghindari luka pada gusi saat preparasi gigi di sulkus gingiva. Sebelum diretraksi, dilakukan pemeriksaan gigi tetangga apakah karies atau drifting sehingga harus diperbaiki serta dilanjutkan dengan pembersihan debris. Ada 4 cara retraksi gingiva, yaitu:

Mekanis (benang surgical silk 0,3 mm atau copper band atau MTS) Kimia (larutan kimia hemostatik dan tidak ada vasokonstriktor)

Kombinasi (Benang yang mengandung larutan kimia)

Bedah elektrosurgikal

Kesalahan pada retraksi gingiva dapat menyebabkan resesi gusi, atrofi gusi, ekspos akar gigi, atau shock tekanan darah jika retraction cord mengandung vasokonstriktor (adrenalin).

Pencetakan dan pembuatan die model Setelah dilakukan retraksi, maka pencetakan dan pembuatan die model dapat dimulai. Pilih jenis (stock/individual) dan ukuran sendok cetak sesuai dengan ukuran rahang dan material cetak apa yang akan digunakan. Untuk pembuatan GTJ umumnya material yang digunakan bersifat elastomer dengan tujuan mendapatkan detail yang akurat. Ingat selalu bahwa sebelum dicetak, gigi harus dalam keadaan kering dan bebas dari cairan saliva.

Pembuatan catatan gigit Tahap ini ditujukan untuk mendapatkan hubungan dari model RA & RB sebagaimana hubungan tersebut didapat di dalam mulut pasien, sehingga didapatkan GTC yang stabil oklusinya (oklusi sentris). Umumnya catatan gigit dibuat menggunakan bite registration paste/bitewax.

Penentuan warna (shade) Penentuan warna GTC dilakukan untuk mendapat warna gigi yang sesuai dengan warna gigi-gigi tetangganya. Umumnya cara yang paling banyak dipakai saat ini adalah dengan menggunakan shade guide dari pabrik yang mengeluarkan bahan GTC yang kita gunakan. Kesamaan pabrik antara shade guide dengan material yang kita gunakan di labroatorium sangat penting karena tiap-tiap pabrik memiliki warna yang berbeda untuk satu kode yang sama (Contoh: untuk kode A1 antara pabrik A dan pabrik B bisa ada perbedaan warna). Dalam penentuan warna gigi harus:

Dalam keadaan basah (sehari-hari gigi itu berada nantinya) Pencahayaan terang dari lampu neon (bukan lampu DU) dan tidak boleh tertutupi oleh bayangan.

Pembuatan Mahkota Sementara gigi abutment dan pontik sementara Mahkota Sementara

Pembuatannya bisa secara direct atau indirect. Jika secara direct, maka saat sebelum dipreparasi, jika gigi mengalami karies/fraktur, ditutupi dengan malam membentuk kontur anatomis normal, kemudian dilakukan pencetakan. Setelah dipreparasi, cetakan negatif (alginat) pada gigi itu diisi dengan resin akrilik kemudian dipasangkan di gigi hasil preparasi yang sudah diberi vaselin agar tidak menempel di gigi. Setelah mengeras sedikit, resin akrilik dirapikan seperlunya (dipotong bagian yang berlebih) dan setelah full setting cetakan dilepas dan MTS dipoles. Jika secara indirect, maka tahap-tahap tersebut dilakukan pada model gigi dan kemudian setelah jadi MTS dicobakan di gigi pasien.

Cara diatas merupakan pembuatan mahkota sementara secara fabricated. Cara lain adalah dengan menggunakan mahkota sementara prefabricated. Berbeda dengan cara fabricated, ada beberapa macam bahan mahkota sementara digunakan, seperti aluminium, akrilik, dan seluloid. Prosedur pemakaiannya: o Pemilihan mahkota sementara, untuk gigi depan harus diperhatikan warna, bentuk dan besar yang sesuai. o Adaptasi bagian servikal dan bagian dalam mahkota. Bagian servikal setiap mahkota sementara tidak boleh menekan bagian gingival untuk mencegah resesi.

Pontik Sementara Pembuatan pontik sementara dilakukan sebelum pencetakan untuk pembuatan GTJS pada retainernya. Disini pontik dibuat dengan menggunakan wax (biasanya inlay wax) dan kemudian baru dilakukan pencetakan untuk pembuatan MTS di gigi abutment.

b) Tahapan Klinik II (Evaluasi GTJ)

Setelah GTJ selesai difabrikasi dari laboratorium (belum jadi sepenuhnya baru backing logam), sebelum dipasangkan pada pasien GTJ ini perlu dievaluasi terlebih dahulu, terutama pada kualitas backing logam dan facing porcelainnya (pada tipe PFM), namun jika tidak menggunakan bahan ini maka tidak perlu dievaluasi. Disini dievaluasi kecekatan GTC, ketepatan marginal, kontak proksimal, ruang untuk facing, kontak oklusal dan artikulasi. Jika evaluasinya baik, maka backing logam ini dikembalikan lagi ke laboratorium untuk dibuatkan facing porselennya. Setelah jadi sepenuhnya, kembali dilakukan evaluasi pemeriksaan di gigi pasien namun belum disementasi secara permanen. Evaluasi ini meliputi:

Kecekatan (fitness/self retention) GTC harus memiliki kecekatan yang maksudnya saat dipasangkan bisa pas dan tidak jatuh saat dipasang di gigi hasil preparasi dan mampu melawan gaya-gaya ringan yang berlawanan dengan arah insersi tanpa sementasi.

Marginal fitness & integrity Diperiksa pada bagian tepi servikal restorasi menggunakan sonde halfmoon; apakah ada bagian yang terlalu pendek atau terbuka serta dilakukan pemeriksaan mengelilingi servikal. Kemudian dilihat juga kondisi gusi, apakah mengalami kepucatan (menandakan tepi servikal yang terlalu panjang sehingga menekan gusi). Disini perlu dilakukan pengurangan panjang namun jangan sampai terlalu pendek yang dapat berakibat terbukanya tepi restorasi.

Kontak proksimal Kontak tidak boleh terlalu menekan, overhanging, atau overkontur (terlalu ke labial atau lingual atau oklusal). Perhatikan juga efek dari ACF karena gaya ini sangat berpengaruh terhadap kondisi inklinasi gigi. Pengecekan dilakukan dengan menggunakan benang gigi dan dilewatkan di proksimal gigi tetangga ataupun antar GTC. Disini benang harus mengalami hambatan ringan namun tidak sampai merobek benang.

Stabilitas dan adaptasi ke mukosa gingiva Merupakan kedudukan pada gigi penyangga harus tetap dan tepat, sehingga tidak goyang, memutar, ataupun terungkit meskipun tidak diberi gaya. Untuk masalah faktor ungkit umumnya diperiksa dengan menekan salah satu gigi penyangga. Adaptasi mukosa tentu perlu karena nantinya GTJ akan menekan gusi meskipun ringan namun tetap tidak boleh membuat perubahan warna pada gusi yang dapat berujung pada resesi serta untuk memaksimalkan efek self cleansing pada daerah embrasurnya.

Penyesuaian oklusal Pemeriksaan dilakukan menggunakan kertas artikulasi dan diletakan di titik kontak dan titi oklusi dan suruh pasien menggigit kertas tersebut dalam kondisi oklusi sentris. Hasil yang baik adalah tidak adanya tanda pada hasil restorasi yang menandakan bahwa oklusi sudah nyaman dan tidak ada yang mengganjal atau ketidaknyamanan saat beroklusi. Hal ini perlu karena ketidaknyamanan ini dapat berujung pada gangguan sistem mastikasi.

Estetika Syarat estetis selalu menjadi poin utama dalam setiap restorasi, khususnya pada masa kini dimana pasien menginginkan restorasinya sewarna gigi dan seideal mungkin, maka pada bagian yang terlihat saat tersenyum (anterior dan sebagian kecil posterior) maka restorasi harus sewarna gigi tetangganya dan harus mengikuti kontur, anatomi, dan bentuk normal gigi tersebut.

c) Tahapan Klinik III (Sementasi dan Insersi)

Tahap pemasangan dilakukan dengan cara melakukan sementasi dari retainer pada GTJ ke gigi penyangga menggunakan semen permanen yang tidak larut dalam cairan mulut sehingga GTJ dapat berfungsi penuh. Pemasangan dapat bersifat sementara ataupun permanen namun umumnya bahan yang digunakan sama hanya berbeda tujuannya. Pemilihan bahan sementasi didasarkan pada:

Besar beban kunyah Jika tekanan kunyah besar maka memerlukan bahan yang memiliki compressive strength tinggi untuk mencegah terjadinya retak dikemudian hari dan dapat menyebabkan lepasnya GTJ. Jika tekanan kunyah berisiko menimbulakn gaya ungkit makan bond strength ke gigi juga harus baik.

Jumlah gigi penyangga Jika jumlah gigi penyangga cukup banyak (GTJ long span) maka bahan semennya perlu memiliki working time panjang dan flow tinggi untuk mencegah terjadinya pengerasan yang terlalu awal sebelum gigi dipasangkan mengingat jumlah retainer yang akan disemen banyak.

Keadaan gigi penyangga Pada gigi penyangga yang mengalami hiperemia namun masih vital maka sementasi dilakukan dengan bahan yang pH tinggi (basa). Jika gigi kurang retentif semen perlu punya bond strength & film thickness tinggi. Apabila sifat gigi penyangga merupakan MT pasak logam maka perlu menggunakan bahan semen yang dapat berikatan dengan baik dengan logam.

Desain dan bahan gigi tiruan Desain dan bahan gigi tiruan berpengaruh pada estetika dan fungsional GTC nantinya. Jika bahan gigi tiruan adalah akrilik yang translusen maka tentunya semen harus memiliki warna yang sebisa mungkin mirip dengan warna gigi, sedangkan untuk desain tertentu maka semen harus punya tingkat kelarutan yang rendah.

Penyemenan jembatan berarti melekatkan jembatan dengan semen pada gigi penyangga di dalam mulut. Persiapan gigi penyangga sebelum penyemenan perlu dilakukan dengan sebaik-baiknya untuk mencegah perubahan relasi oklusal dan tepi gingiva, yang mungkin juga disebabkan tekanan hidrolik yang mengganggu pulpa. Hal tersebut harus dihindari oleh operator (Smith dan Howe, 2007).

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan diatas bahan semen yang umum digunakan antara lain GIC, Semen Resin, Zinc-Polikarbonat, dan Zinc-Fosfat.

Glass-Ionomer Cement Merupakan bahan semen yang paling banyak dipakai karena kemampuan biokompatibilitas ke jaringan dan restorasi yang baik melalui ikatan kimia. Terdiri atas bubuk dan liquid yang mengandung fluor sebagai proteksi dari karies. Saat pemasangan pastikan gigi tidak terkontaminasi oleh saliva karena sifat semen yang water-based. Apabila material yang digunakan adalah logam logam tersebut dilapisi dengan opaquer terlebih dahulu. Sayangnya karena daya larut yang rendah risiko kebocoran tepi servikal tinggi.

Resin Cement (Zinc Siloco Phosphate Cement) Semen ini sudah tidak banyak dipakai karena sifatnya yang asam sehingga restorasi tidak tahan lama dan mengiritasi jaringan. Namun semen ini karena memiliki komposisi resin maka sifat translusensinya sangat baik. Biasanya semen ini digunakan pada retainer yang menggunakan material akrilik atau porselen serta gigi penyangga yang non-vital (dowell crown).

Zinc Poly-Carboxylate Cement Merupakan bahan semen jenis akrilik dengan paduan antara bubuk dan liquidnya akan menurunkan pH serta meningkatkan bond strength karena reaksi dengan kalsium gigi dan kandungan fluornya. Sifat adhesif ke logam tinggi sehingga banyak dipakai untuk sementasi Pasak-Inti. Kekurangannya adalah setting time yang cepat sehingga tidak cocok untuk GTJ dengan span panjang atau multiple abutment bridge. Tingkat kekerasannya juga masih dibawah semen zinc-fosfat.

Zinc Phosphate Cement Merupakan bahan semen yang paling pertama dikeluarkan tetapi masih menjadi pilihan utama karena memiliki tingkat kekerasan, film thickness dan setting time yang memadai. Semen ini juga punya pilihan warna sehingga tidak terlalu mencolok. Sayngnya pH semen ini rendah sehingga berisiko mengiritasi pulpa saat belum mengeras. Oleh karena itu biasanya diberikan pelaps untuk proteksi pulpa dengan cavity varnish.

Prosedur sementasi adalah sebagai berikut: Pembersihan bagian dalam retainer dari debris atau lemak dengan alkohol lalu keringkan dengan air spray. Lakukan hal yang sama pada gigi penyanggan namun menggunakan larutan antiseptik (jika alkohol dapat dehidrasi jaringan). Jika semen yang digunakan bersifat asam, gig penyangga dapat terlebih dahulu dilapisi dengan cavity varnish di daerah dekat pulpa atau diaplikasikan kalsium hidroksida.

Blokir semua daerah insersi dengan gulungan kapas untuk mencegah terjadinya kontaminasi oleh saliva serta gunakan saliva ejector. Berikan separator oil di dasar pontik dan interdental untuk memudahkan pengambilan sisa semen yang berlebih.

Lakukan manipulasi semen sesuai petunjuk pabrik lalu oleskan semen di bagian dalam retainer dan di gigi penyangga, lalu pasang sesuai dengan arah dan posisi yang benar. Tekan secara bertahap masing-masing retainer untuk membuat semen mengalir dengan baik dan mencegah adanya jebakan udara.

Lihat kondisi oklusi sentris dan fitnessnya, jika masih salah lepas segera dan ulangi lagi. Jika sudah baik, GTJ ditekan dengan jari secara merata atau pasien dapat diminta untuk menggigit dengan alat khusus sampai semen mencapai setting time. Buang sisa kelebihan semen dengan sonde atau eksavator kecil dan menggunakan benang gigi di bagian interdental.

d) Pemeliharaan Gigi Tiruan Jembatan

Pemeliharaan kesehatan mulut untuk menunjang jesehatan gingiva disekitar gigi tiruan dan giginya sendiri. Pemeliharaan yang harus dilakukan oleh pasien terdiri dari 4 tindakan yang bertujuan untuk menghilangkan plak dan sisa makanan berupa:

Menghilangkan plak gigi berupa penyikatan dan penggunaan alat pembersih lainnya (brushing, flossing, dan irigasi) dengan disclosing solution sebagai kontrol plak. Sikat gigi : digunakan untuk daerah yang mudah terlihat,dengan tekanan yang ringan dan memakai sikat yang agak lunak pada permukaan gigi dan daerah gingival

Alat pembersih lainnya : pada daerah yang sukar / tidak terlihat seperti interdental atau dasar pontik, dapat dipakai :

- Dental floss : dengan alat bantu pengait berbentuj loop atau jarum.

Super floss yang mempunyai 3 bagian yaitu : ujung yang kaku untuk memudahkan pemasukan floss ke dasar pontik, spongy filamen brush yang berfungsi sebagai pembersih plak, perangsang peningkatan aliran darah, dan unwaxed floss untuk menarik sisa makanan dan plak keluar

- Hytrel : merupakan dental cleansing tape (bentuk pita) yang

berguna untuk membersihkan dasar pontik

- Oral irrigating device : merupakan penyemprot air bertekanan

yang dapat mengeluarkan sisa makanan

- Interdental cleaning device : merupakan alat yang berguna untuk

membersihkan area interdental

Mengurangi makanan/minuma yang asam dan kariogenik Penggunaan obat kumur dengan tujuan menghambat pertumbuhan plak, misalnya dengan chlorhexidine

Pemeriksaan ulang rutin setiap 3 6 bulan ke dokter giginya untuk pemeriksaan rutin gigi tiruan jemabatan dokter gigi harus melakukan pemeriksaan sebagai berikut:

Kemungkinan terjadinya karies pada gigi penyangga Umumnya yang terjadi adalah karies servikal, diperiksa secara klinis dengan sonde atau secara radiografis untuk melihat karies proksimal.

Vitalitas gigi penyangga Dilakukan dengan electric pulp tester. Nila perlu dengan pemeriksaan radiografis untuk melihat adanya kelainan di jaringan periapikal.

Kegagalan sementasi

Dengan cara menekan pada satu sisi retainer apakah ada gerakan dari gigi tiruan atau dengan menekan dan menarik keatas berulang-ulang. Bila terlihat gelembung udara didaerah marginal, berarti semennya larut atau tidak ada.

Kegoyangan dan adanya poket pada gigi penyanggaUmumnya karena beban kunyah yang lebih besar daripada kemampuan jaringan penyangga gigi dalam menahan beban (over loading), dapat terlihat jelas pada rontgen foto.

Perubahan gigitan Kemungkinan karena oklusi habitual, terlihat dengan adanya facet pada permukaan oklusal.

Peradangan gingival Terutama dibawah pontik.

Akibat pemakaian pada gigi tiruan

- Melengkungnya pontik (fleksi)

- Kerusakan seperti robek, retak, berlubang pada retainer / konektor

- Ausnya facing akrilik / pecahnya lapisan porselen

e) Masalah Paska-Insersi (Post-Insertion Problem)

Setelah gigi tiruan jembatan dipasang tetap, dapat terjadi reaksi pada struktur jaringan keras dan lunak gigi baik pada gigi tiruannya maupun daerah lainnya seperti pulpa, jaringan periodontal, mukosa pipi/lidah atau neuromuscular otot kunyah dan sendi rahang.

Sensitif / Peka Terhadap Suhu Sensitif baik pada rangsangan dingin/panas dapat berlangsung beberapa hari atau bulan setelah pemasangan. Penyebabnya: dekatnya dinding preparasi dengan pulpa, gigi tiruan jembatan sementara yang tidak melindungi secara sempurna, dan adanya kontak prematur. Rasa Tidak Enak Selama Berfungsi Penyebabnya: Terjadinya kontak premature atau hambatan gerak sentrik/lateral. Koreksi oklusal dapat menghilangkan gejala tersebut.

Timbulnya Peradangan Gusi Faktor predisposisi: Oral hygine yang buruk, edain yang salah, prosedur kerja yang kurang baik. Penyebab langsung: overkontur, embrasure sempit, trauma karena bur / alat pengasah, adanya sisa bahan cetak/semen sementara yang tertinggal didalam sulkus.

Retensi Sisa Makanan Retensi sisa makanan sering terjadi dibawah pontik konektor. Yang terpenting adalah cara pemeliharaan dan pembersihannya. Kontak yang berat pada gerak artikulasi yang menyebabkan pergerakan gigi penyangga, dapat menimbulkan retensi makanan didaerah kontak giginya.

Tergigitnya Pipi / Lidah Penyebab: overjet oklusal, gigi posterior terlalu kecil, atau kontaknya cusp to cusp. Tergigitnya pipi yang berlangsung sementar disebabkan karena belum adaptasinya otot kunyah.

Pergerakan Gigi Penyebab: karena kontak oklusal yang berat pada artikulasi yang dimulai dengan adanya rasa tidak nyaman selama berfungsi namun dibiarkan (tidak segera diatasi).

Gangguan Sistem Neuromuskular Gangguan ini menimbulkan rasa tidak nyaman yang harus segera ditanggulangi. Penyebab: tidak sesuainya gerak artikulasi gigi tiruan dengan gerak sendi rahang. Perubahan posisi sendi rahang akan menimbulkan sakit yang hebat pada otot kunyah dan sendi rahang.

Keluhan yang Tidak Jelas Keluhan ini antara lain disebabkan oleh:

Rasa tidak enak karena adanya beban tambahan pada gigi penyangga

Ada kontak premature ringan

Adanya gigi tiruan pada daerah yang dulunya tidak ada

Tidak menerima gigi tiruan secara psikologis karena tidak ada motivasi sejak awal (terpaksa)BAB IV

PETA KONSEP

BAB V

PEMBAHASAN

Akibat kehilangan gigi antara lain (Abu Bakar, 2012) : Migrasi dan rotasi, Erupsi berlebih, dari gigi antagonis, Ganguan pada TMJ, Terganggunya kebersihan mulut, Beban berlebih pada jaringan pendukung, Kelainan berbicara, Menurunnya relasi mandibula dan maksila serta terjadinya angular chelitis.Tujuan diagnosa dan perawatan pendahuluan mempunyai arti yang penting terhadap suksesnya pembuatan gigi tiruan untuk kebutuhan pasien. Mendiagnosa pasien berarti melakukan anamnese dan pemeriksaan terhadap pasien. Anamnese yaitu menanyakan kepada pasien mengenai segala sesuatu yang ada hubungannya dengan gigitiruan yang akan dipakainya. Setelah itu dilakukan pemerikasaan objektif dengan memeriksa keadaan eksra oral yang meliputi wajah, bibir, sendi rahang. Serta intra orla yang meliputi, pemeriksan terhadap gigi yang hilang, keadaan mukosa, jaringan periodontal, oral hygiene, warna gigi dll.

Perawatan awal sebelum pembuatan protesa adalah dengan perawatan preprostetik, meliputi langkah-langkah untuk menghasilkan lingkungan mulut yang lebih bersih melalui profilaksis gigi geligi, scaling dan root planing, ekskavasi karies dan penempatan tumpatan sementara (terutama karies servikal), penghilangan iritasi gusi yang iatrogenik, eliminasi adanya trauma yang disebabkan gigi tiruan yang tidak baik dan instruksi prosedur oral higienis. Setelah plak penyebab gingivitis dapat diatasi, permukaan akar subgingival dibersihkan dan dipoles pada skaling dan root planing yang dalam. Epitel saku gusi dan jaringan penghubung subepitelial yang sudah terinfiltrasi diangkat melalui kuretase jaringan lunak secara tertutup. Setelah itu hasil dari langkah-langkah perawatan terdahulu dievaluasi. Kalkulus supragingiva dan deposit-deposit dihilangkan secara mekanik dengan alat ultrasonik dan scaler tangan. Permukaan gigi kemudian harus dipoles dengan karet dan pasta poles. Instruksi kebersihan mulut Pasien harus diinformasikan, dimotivasi dan diinstruksikan untuk mempertahankan kebersihan mulutnya denganmengikuti program oral higienis dengan bantuan alat-alat pembersih yang disesuaikan dengan kemampuan pasiennya, dan yang terakhir adalah dengan melakukan bedah preprostetik jikalau didapatkan keadaan yang membutuhkan tindakan bedah seperti alveolar augmentasi, frenulektomi dan pembedahan torus (Damayanti, 2009).Gigi tiruan cekat merupakan piranti prostetik permanen yang melekat pada gigi yang masih tersisa, yang menggantikan satu atau lebih kehilangan gigi. Jenis restorasi ini telah lama disebut dengan gigi tiruan jembatan. Gigi tiruan cekat terdiri dari beberapa komponen, yaitu pontik, retainer, konektor, dan abutment. Terdapa beberapa jenis gigi tiruan cekat, yaitu gigi tiruan cekat tegar, setengah tegar, spring cantilever dan sebagainya. Bahan yang biasa digunakan adalah porcelain, metal, metal porcelain serta akrilik juga dapat digunakan.Prosedur perawatan gigi tiruan cekat dimulai dari proses pembuatan, thap pertama yang harus dilalui adalah tahapan preparasi dan pembuatan gigi tiruan jembatan. Preparasi disesuaikan dengan bahan yang akan dipilih nanti dan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi seperti resisten dan retensinya. Setelah dipreparasi lalu gigi dibuatkan mahkota sementara. Tahap selanjutnya adalah pembuatan di lab. Selanjutnya sementasi dan insersi.

Terdapat bebrapa keadaan yang mungkin terjadi setelah pemasangan gigi tiruan jembatan, diantaranya adalah, Sensitif / Peka Terhadap Suhu, Rasa Tidak Enak Selama Berfungsi, timbulnya Peradangan Gusi, Retensi Sisa Makanan, Tergigitnya Pipi / Lidah, Pergerakan Gigi, Gangguan Sistem Neuromuskular, serta Keluhan yang Tidak Jelas (Rasa tidak enak karena adanya beban tambahan pada gigi penyangga, Ada kontak premature ringan, Adanya gigi tiruan pada daerah yang dulunya tidak ada, Tidak menerima gigi tiruan secara psikologis karena tidak ada motivasi sejak awal).

BAB VI

PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pemakaian gigi tiruan mempunyai tujuan bukan hanya memperbaiki fungsi pengunyahan, fonetik, dan estetik saja, tetapi juga harus dapat mempertahankan kesehatan jaringan tersisa. Untuk tujuan terahir ini selain erat kaitannya dengan pemeliharaan kebersihan mulut, juga bagaimana mengatur agar gaya-gaya yang terjadi masih bersifat fungsional atau mengurangi besarnya gaya yang kemungkinan akan merusak gigi tiruan.

5.2 Saran

Disarankan kepada Mahasiswa kedokteran gigi Institut Ilmu kesehatan harus mampu mengetahui dan memahami Indikasi dan kontraindikasi dari macam-macam gigi tiruan sehingga mampu memberikan perawatan yang paling tepat. Beberapa hal yang perlu diperhatikan didalam menerapkan teknik pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada pengguna GTC dengan melakukan instruksi kusus pasca-perawatan yang tepat.

1

3

4

Pemeriksaan

Penunjang

Objectif

Subjectif

Diagnosa

Treatment planning

(GTC)

Bahan

Indikasi dan kontraindikasi

Pre-prostetik

Preparasi

Pembuatan di Lab

Penyemenan

Prognosa

Jelek

Baik

GTSL

50

53