14. bab ii -...
TRANSCRIPT
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. TINJAUAN TEORI
1. Postpartum (nifas)
a. Pengertian
Masa nifas (postpartum/puerperium) berasal dari bahasa
latin yaitu dari kata “puer” yang artinya bayi dan “porous” yang
berarti melahirkan. Yaitu masa pulih kembali mulai dari persalinan
selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama
masa nifas berkisar 6-8 minggu. (Sujiatini, Nurjannah,Ana Kurniati,
2010).
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembali mulai
persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu.(Bahiyatun, 2009).
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan
berakhir ketika alat- alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari,
namun secara keseluruhan akan pulih dalam waktu 3
bulan.(Anggraini, 2010)
Masa nifas (puerperium) adalah masa pulih kembli, mulai
dari persalinan selesai sampai alat-alat kembali seperti sebelum hamil.
(Mochtar, 1998)
8
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti sebelum
hamil. Masa nifas berlangsung kira-kira 6 minggu. ( Sarwono, 2006)
b. Tahapan masa nifas
Menurut (Suheni, Widyasih, & Rahmawati, 2009)
1) Puerperium dini adalah masa kepulihan yakni seorang ibu di
perbolehkan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial adalah masa kepulihan menyeluruh dari
organ-organ genetalia kira-kira 6-8 minggu.
3) Remote Puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih
dan sehat sempurna apabila ibu selama hamil (persalinan
mempunyai komplikasi), berlangsung 3 bulan.
c. Perubahan fisik dan psikologis masa nifas
1) Perubahan fisik masa nifas
a) Perubahan uterus
Ukuran uterus mengecil kembali (setelah 2 hari pasca
persalinan, setinggi umbilicus, setelah 4 minggu masuk panggul,
setelah 2 minggu kembali pada ukuran sebelum hamil)
(Suherni, Widyasih, & Rahmawati, 2009).
b) Lochea
Ada beberapa jenis lochea, yakni (Suherni, Widyasih,
& Rahmawati, 2009) :
9
(1) Lochea Rubra ( Cruenta)
Lochea ini berisi darah segar dan sisa-sisa selaput
ketuban, selsel darah desidua (Desidua yakni selaput tenar
rahim dalam keadaan hamil), venix caseosa (yakni palit
bayi, zat seperti salep terdiri atas palit atau semacam noda
dan sel-sel epitel yang menyelimuti kulit janin), lanugo
(yakni bulu halus pada anak yang baru lahir), dan mekonium
(yakni isi usus janin cukup bulan yang terdiri atas getah
kelenjar usus dan air ketuban berwarna hijau)
(2) Lochea Sanguinolenta
Warnanya merah kuning berisi darah dan lendir.
Ini terjadi pada hari ke 3-7 setelah persalinan.
(3). Lochea Serosa
Berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah
lagi, pada hari ke 7-14 setelah persalinan.
(4) Lochea Alba
Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2
minggu setelah persalinan.
c) Perubahan vagina dan perinium
(1) Vagina
Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul
vugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali.
10
(2) Perlukaan vagina
Perlukaan vagina yang tidak berhubungan dengan
perineum tidak sering dijumpai. Mungkin ditemukan
setelah persalinan biasa, tetapi lebih sering terjadi akibat
ekstrasi dengan cunam, terlebih apabila kepala janin harus
diputar, robekan terdapat pada dinding lateral dan baru
terlihat pada pemeriksaan speculum.
d) Perubahan pada perineum
Terjadi robekan perineum hampir pada semua
persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan
berikutnya. Robekan perineum umumnya terjadi di garis
tengah dan bisa menjadi luas apabila kepala janin lahir terlalu
cepat, sudut arkus pubis lebih kecil daripada biasa, kepala
janin melewati pintu bawah panggul dengan ukuran yang lebih
besar dan pada sirkumfarensia suboksipito bregmatika. Bila
ada laserasi jalan lahir atau luka bekas episiotomi (penyayatan
mulut serambi kemaluan untuk mempermudah kelahiran bayi)
lakukanlah penjahitan dan perawatan dengan baik (Suherni,
Widyasih, & Rahmawati, 2009).
e) Perubahan pada sistem pencernaan
Biasanya ibu mengalami konstipasi setelah
melahirkan anak. Hal ini disebabkan karena pada waktu
11
melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang
menyebabkan kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang
berlebihan pada waktu persalinan (dehidrasi), kurang makan,
hemorroid, dan laserasi jalan lahir. Supaya buang air besar
kembali teratur dapat diberikan diit atau makanan yang
mengandung serat dan pemberian cairan yang cukup. Bila
usaha ini tidak berhasil dalam waktu 2 atau 3 hari dapat
ditolong dengan pemberian huknah atau gliserin spuit atau
diberikan obat laksan yang lain (Suherni, Widyasih,
Rahmawati, 2009)
f) Perubahan sistem perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2
sampai 8 minggu, tergantung pada 1) keadaan/status sebelum
persalinan 2) Lamanya partus kalla II yang dilalui 3)
Bersarnya tekanan kepala yang menekan pada saat persalinan
(Suherni, Widyasih, & Rahmawati, 2009).
g) Perubahan tanda-tanda vital
(1) Suhu badan
Sekitar hari ke 4 setelah persalinan suhu tubuh
mungkin naik sedikit, antara 37,2ºC-37,5°C.
Kemungkinan di sebabkan karena ikutan dari aktivitas
payudara. Bila kenaikan mencapai 38°C pada hari ke dua
12
sampai hari-hari berikutnya, harus di waspadai infeksi
atau sepsis nifas.
(2) Denyut nadi
Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar
60 kali permenit, yakni pada waktu habis persalinan
karena ibu dalam keadaan istirahat penuh. Ini terjadi
utamanya pada minggu pertama postpartum.
(3) Tekanan darah
Tekanan darah <140/90 mmHg. Tekanan darah
tersebut bisa meningkat dari sebelum persalinan pada 1-3
hari postpartum.
(4) Respirasi
Pada umumnya respirasi lambat atau bahkan
normal. (Suherni, Widyasih, & Rahmawati, 2009)
2) Perubahan-perubahan psikis ibu nifas
Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang
harus dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi
yang baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya
merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani adaptasi
setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase sebagai berikut
(Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009)
13
a) Fase taking in
Yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai kedua setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.
b) Fase taking hold
Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah
melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa kawatir akan ketidak
mampuan dan tanggung jawab dalam merawat bayi. Ibu
mempunyai perasaan sangat sensitif mudah tersinggung dan
gampang marah.
c) Fase letting go
Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran
barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan. Ibu
sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan bayinya.
d. Asuhan pada masa nifas
1) Tujuan asuhan masa nifas
a) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologi.
b) Melaksanakan skrining yang komperhensif, mendeteksi
masalah, mengobati/merujuk bila terjadi komplikasi pada
ibu maupun bayinya.
14
c) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
sehat.
d) Memberikan pelayanan keluarga berencana (Suherni,
Widyasih, & Rahmawati, 2009)
2) Peran dan tanggung jawab bidan.
a) Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi
b) Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi,
sosial serta memberikan semangat pada ibu
c) Membantu ibu dalam menyusui bayinya
d) Membangun kepercayaan diri ibu dalam peranya sebagai ibu
e) Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan
dalam perannya sebagai orang tua
f) Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta
keluarga
g) Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan
meningkatkan rasa nyaman
h) Membuat kebijakan, perencanaan program kesehatan yang
berkaitan dengan ibu dan anak
i) Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan
j) Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai
cara mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya,
15
menjaga gizi yang baik, serta mempraktekkan kebersihan
yang aman
k) Melakukan menejemen asuhan dengan cara mengumpulkan
data, menetapkan diagnosa, dan rencana tindakan serta
melaksanakan untuk mempercepat proses pemulihan,
mencegah komplikasi dengan memenuhi kebutuhan ibu dan
bayi selama periode masa nifas dan memberikan asuhan
secara professional. (Anggraini, 2010)
e. Kebijakan program nasional masa nifas
1) 6-8 jam setelah persalinan
a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri
b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain akibat perdarahan, rujuk
apabila perdarahan berlanjut
c) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
d) Memberikan ASI (Air Susu Ibu) awal
e) Melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir
f) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi
2) 6 hari setelah persalinan
a) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus
berkontraksi, fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan
abnormal dan tidak ada bau
16
b) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan
abnormal
c) Memastikan ibu mendapatkan cukup makanan
d) Memastikan ibu menyusui dengan baik
e) Memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi dan
tali pusat, serta menjaga bayi agar tetap hangat dan merawat
bayi sehari-hari
3) 2 minggu setelah persalinan
Memastikan rahim sudah kembali normal dengan mengukur dan
meraba bagian rahim
4) 6 minggu setelh persalinan
a) Menanyakan pada ibu tentang penyulit-penyulit yang ia atau
bayi alami
b) Memberikan konseling untuk KB secara dini,
(Dewi&Sunarsih,2011)
f. Tanda bahaya masa nifas
1) Perdarahan masa nifas
Perdarahan masa nifas di definisikan sebagai kehilangan
darah lebih dari 500 ml pada saat kelahiran normal (sujiyatini,
Nurjanah, & Kurniati, 2010)
a) Perdarahan setelah persalinan primer
Perdarahan yang terjadi setelah bayi lahir dan dalam 24
jam pertama persalinan
17
Penyebab yang tersering :
(1) Atonia uteri
Pada atonia uteri, uterus gagal berkontraksi setelah
persalianan
(2) Robekan jalan lahir
Robekan jalan lahir merupakan penyebab kedua tersering dari
perdarahan setelah persalinan, robekan dapat terjadi bersama
dengan atonia uteri
(3) Retensio plasenta
Tertinggalnya sebagian plasenta
(4) Inversio uteri
Uterus dikatakan inversi jika bagian dalam menjadi diluar
saat melahirkan plasenta
(5) Ruptur uteri
Perdarahan intraabdominal atau vaginum, nyeri perut bawah.
(sujiyatini, Nurjanah, & Kurniati, 2010)
b) Perdarahan setelah persalinan sekunder
Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama persalinan
(sujiyatini, Nurjanah, & Kurniati, 2010)
2) Infeksi masa nifas
Infeksi masa nifas adalah infeksi peradangan pada semua
alat genetalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan
meningkatnya suhu badan melebihi 38 ˚C tanpa menghitung hari
18
pertama dan berturut-turut selama dua hari pada 10 hari pertama
masa nifas (sujiyatini, Nurjanah, & Kurniati, 2010)
3) Sakit kepala, nyeri epigastrik, dan penglihatan kabur
Ibu dalam 48 jam sesudah persalinan yang mengeluh nyeri
kepala hebat, penglihatan kabur dan nyeri epigastrik perlu dicurigai
adanya pre eklamsi berat dan eklamsi setelah persalinan. Pre
eklamsia dapat ditegakkan diagnosis jika ada gejala tekanan diastolik
≥110 mmhg dan protein urine ≥ +++, kadang disertai gejala hiper
refleksia, nyeri kepala hebat dan penglihatan kabur. Jika ibu
mengalami kejang disertai tekanan diastolik ≥ 90 mmhg dan protein
urine ≥ ++, nyeri kepala hebat, dan penglihatan kabur kemungkinan
eklamsia (sujiyatini, Nurjanah, & Kurniati, 2010)
4) Pembengkakan di wajah atau ekstremitas
Ibu nifas yang mengalami bengkak pada kaki perlu di
periksa adanya varises, kemungkinan tromboplebitis dan perhatikan
adanya edema puting, jika ada pembengkakan diwajah atau tangan
perlu diwaspadai gejala lain yang mengarah pre eklamsia berat atau
eklamsia setelah persalinan (sujiyatini, Nurjanah, & Kurniati, 2010)
5) Demam, muntah, dan rasa sakit saat berkemih
Ibu yang mengalami masa nifas yang disuria, sering
kencing dan nyeri perut kadang ibu sampai muntah dan demam perlu
di curigai infeksi saluran kemih. Pencegahandengan minum yang
19
banyak minimal 3 liter dan menjaga kebersihan daerah genetalia
(sujiyatini, Nurjanah, & Kurniati, 2010)
6) Payudara yang berubah menjadi merah, panas dan terasa sakit
Perubahan payudara yang menjadi merah, panas dan terasa
sakit pada ibu nifas perlu dipertimbangkan adanya infeksi pada
payudara (sujiyatini, Nurjanah, & Kurniati, 2010)
7) Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
Dapat disebabkan karena ibu menglami kelelahan, sehingga
ibu nifas perlu dijaga istirahatnya (sujiyatini, Nurjanah, & Kurniati,
2010)
8) Rasa sakit, merah, dan pembengkakan di kaki
Jika ibu mengalami demam tinggi pada pengobatan
antibiotika dan adanya gejala nyeri otot, merah dan pembengkakan
di kaki perlu dipikirkan adanya kemungkinan diagnosa trombosis
vena, pencegahan yang bisa dilakukan dengan ambulasi dini atau
senam nifas (sujiyatini, Nurjanah, & Kurniati, 2010)
9) Merasa sedih atau tidak mampu mengasuh bayinya sendiri dan diri
sendiri.
Ibu nifas yang mersa sedih atau tidak mampu mengasuh
sendiri bayinya dan diri sendiri perlu pengkajian psikologis yang
lebih dalam, kemungkinan mengalami masalah dalam psikologis
masa nifas (sujiyatini, Nurjanah, & Kurniati, 2010)
20
2. Senam nifas
a. Pengertian
Senam nifas adalah senam yang dilakukan oleh ibu-ibu setelah
melahirkan setelah keadaan tubuhnya pulih kembali. (Anggraini, 2010).
Senam nifas adalah latihan jasmani yang dilakukan oleh ibu-
ibu setelah keadaan tubuhnya pulih. (widianti & proverawati, 2010).
Gerakan senam nifas dilakukan dari gerakan yang paling sederhana
hingga yang tersulit, sebaiknya dilakukan secara bertahap dan terus
menerus (continue), (Dewi&Sunarsih,2011).
b. Tujuan senam nifas
1) Mengurangi rasa sakit pada otot
2) Memperbaiki peredaran darah
3) Mengencangkan otot-otot perut dan perineum
4) Melancarkan pengeluaran lokia
5) Mempercepat involusi
6) Menghindari kelainan (misalnya emboli,thrombosis dan lain-lain)
7) Untuk mempercepat penyambuhan, mencegah komplikasi, dan
meningkatkan otot-otot punggung, pelvis, dan abdomen.
(Bahiyatun,2009).
8) Memperlancar ASI (Air Susu Ibu) dalam hal ini, membantu fungsi
payudara dan memulihkan ketegangan karena lelah merawat bayi.
9) Mencegah kesulitan buang air besar dan buang air kecil.
(Maryunani& Sukaryati, 2011)
21
c. Manfaaat senam nifas
1) Mengencangkan otot perut, liang senggama, otot-otot sekitar
panggul maupun otot-otot sekitar vagina, di samping melancarkan
sirkulasi darah.
2) Kondisi umum ibu jadi lebih baik.
3) Rehabilitas atau pemulihan jadi bisa lebih cepat.
4) Menumbuhkan atau memperbaiki nafsu makan hingga asupan
makanannya bisa mencukupi kebutuhanya. Ibu tak terlihat lesu
ataupun emosional. (Sujiyanti, Nurjannah, Kurniati, 2010).
5) Membuat jahitan lebih merapat. (Ambarwati & Wulandari, 2010)
d. Kontra indikasi
Senam nifas sebaiknya tidak dilakukan oleh ibu yang
menderita anemia atau yang mempunyai riwayat penyakit jantung dan
paru-paru. (widianti & proverawati, 2010)
e. Kerugian tidak melekukan senam nifas
1) Infeksi karena infolusi uterus yang tidak baik sehingga sisa darah
tidak dapat dikeluarkan.
2) Perdarahan yang abnormal kontrasi uterus baik sehingga resiko
perdarahan yang abnormal dapat dihindari.
3) Trombosisi vena (sumbatan vena oleh bekuan darah).
4) Timbul varises.(Maryunani&Sukaryati, 2011)
f. Tahapan senam nifas
1) Latihan tahap pertama (24 jam setelah bersalin)
22
a) Latihan kegel (latihan perineal)
Latihan ini dapat dilakukan di mana saja, bahkan saat
ibu berbaring setelah melahirkan di kamar pemulihan.
Mulailah berlatih walaupun belum dapat merasakan apapun di
daerah perineal, laukan juga latihan kegel saat berkemih,
menyusui atau disetiap posisi nyaman. Caranya lakukan
gerakan seperti menahan buang air kecil, tahan kontraksi 8-10
detik, lepaskan ulangi beberapa kali.
Gambar 2.1.Latihan kegel
b) Latihan pernafasan diafragma yang dalam.
Ambil posisi dasar berbaring terlentang, lutut ditekuk
dan saling terpisah dengan jarak 30 cm. Telapak kaki menjejak
lantai, kepala dan bahu didukung bantal. Letakkan tangan di
perut sehingga anda bisa merasakannya terangkat saat menarik
nafas perlahan melalui hidung. Kencangkan otot-otot perut saat
anda menghembuskan nafas perlahan melalui mulut, lakukan
2-3 kali pernafasan dalam setiap latihan.
23
Gambar 2.2. latihan pernafasan diafragma yang dalam
2) Latihan tahap kedua (tiga hari pasca persalinan)
Anda sudah bisa melakukan latihan lebih serius, tetapi
pastikan anda tidak mengalami kasus diastasis atau pemisahan
sepasang otot vertikal di dinding perut (disebut otot recti
abdominis).
a) Latihan mengangkat pinggul
Ambil posisi dasar, hirup nafas sementara anda
menekan pinggul kelantai, selanjutnya hembuskan nafas dan
lemaskan, sebagai permulaan ulangi 3-4 kali secara bertahap
latihan dapat ditambah hingga 12 kali, lalu 24 kali.
Gambar 2.3. latihan mengangkat pinggul
24
b) Latihan mengangkat kepala
Ambil posisi dasar, tarik nafas dalam-dalam, angkat
kepala sedikit sambil menghembuskan nafas, angkat kepala
sedikit setiap hari dan secara bertahap usahakan mengangkat
pundak.
Gambar 2.4. latihan mengangkat kepala
c) Latihan meluncurkan kaki
Ambil posisi dasar, secara perlahan julurkan kedua
tungkai kaki hingga rata dengan lantai geserkan telapak kaki
kanan dengan tetap menjejak lantai kebelakang kearah bokong,
pertahankan pinggul tetap menekan lantai geserkan tungkai
kaki kembali kebawah, ulangi untuk kaki kiri mulailah dengan
3-4 geseran setiap kaki, lalu secara bertahap tambah sampai
anda bisa melakukanya 12 kali atau lebih dengan nyaman.
25
Gambar 2.5. latihan meluncurkan kaki
3) Latihan tahap ketiga
Lakukan latihan setiap hari selama tiga bulan. Setelah
tubuh benar-benar kuat, lakukan latihan lanjutan yang memerlukan
energi lebih besar. (Dewi&Sunarsih,2011)
a) Latihan mengencangkan otot perut
Posisi datar letakkan tangan di perut, kencangkan otot
dan kendurkan lagi, gerakan harus kearah dalam, dada tidak
boleh ikut bergerak
b) Latihan untuk merapatkan otot perut
Posisi datar, tahan otot perut dengan tangan, angkat
kepala dan pundak dari bantal seolah anda hendak duduk, ulangi
lima kali
c) Latihan untuk mengencangkan atas panggul
Tekan pinggang kebawah, tarik otot perut kedalam dan
kencangkan, seolah- olah menahan buang air kecil
d) Latihan untuk merampingkan pinggang kembali
26
Letakkan tangan dipinggang dan tekan keras-keras
seolah-olah sedang mengencangkan ikat pinggang, kendurkan
dan ulangi lima kali
4) Latihan lanjutan
Berbaring terlentang ditempat tidur. Kencangkan otot-
otot perut. Kedua tangan dilipat di dada, angkat kepala dan pundak
perlahan-lahan selanjutnya angkat kaki lurus-lurus, letakkan
kembali perlahan-lahan pula. (Dewi&Sunarsih,2011)
Gambar 2.6. latihan lanjutan
g. Jenis senam postpartum setelah bersalin normal. (Brayshaw, 2007)
1) Senam sirkulasi
Jenis senam ini harus dilakukan sesering mungkin setelah
persalinan, senam bertujuan mempertahankan dan meningkatkan
sirkulasi ibu pada masa paska persalinan, senam dapat dilakukan
beberapa kali setiap bangun tidur dan harus dilanjutkan sampai ibu
mampu mobilisasi total dan tidak ada edema pergelangan kaki.
(a) Senam kaki
Duduk atau berbaring dengan posisi lutut lurus, tekuk
lalu regangkan secara perlahan sedikitnya 12 kali, putar kedua
27
kaki seolah membentuk lingkaran sebesar mungkin, pertahankan
lutut tetap diam, ulangi 12 kali pada setiap arah.
Gambar 2.7. Senam kaki
(b) Senam Mengencangkan kaki
Duduk atau berbaring dengan kaki lurus, tarik kedua kaki
ke atas pada pergelangan kaki dan tekankan pada bagian belakang
lutut ketempat tidur tahan posisi ini dalam hitungan 5, bernafas
secara normal, ulangi gerakan sebanyak 10 kali.
(c)Nafas dalam
Dalam posisi apapun, tarik nafas dalam sebanyak 3 atau
4 kali (tidak boleh lebih) untuk memungkinkan ventilasi penuh
paru-paru.
2) Senam dasar panggul
Senam dasar panggul menguatkan otot-otot dasar panggul,
tujuanya untuk melatih dan menguatkan otot-otot serta
meningkatkan proses pemulihan.namun kontraksi dan relaksasi otot-
otot ini juga membantu meredakan ketidaknyamanan pada perinium,
rasa ini mungkin timbul akibat persalinan, dan tujuan pemulihan
dengan meningkatkan sirkulasi lokal dan mengeluarkan edema.
28
Senam dasar panggul harus dimulai sesegera mungkin setelah
persalinan untuk mencegah hilangnya kendali kortikal pada otot-otot
karena nyeri perineum dan cemas tentang kerusakan jahitan. Ibu
yang baru saja menjalani episiotomi setelah terlebih dahulu di beri
anastesi epidural, mungkin akan merasakan nyeri tiba-tiba yang
amat sakit, pada persalinan yang tidak terasa nyeri. Seluruh ibu harus
di motivasi untuk menggerakan otot dasar panggul dini.
(a) Latihan dasar panggul
Kencangkan anus seperti menahan defekasi, kerutkan
uretra dan vagina juga seperti menahan berkemih, kemudian
lepaskan. Tahan dengan kuat sampai 10 detik, bernafas normal
istirahan 3 detik dan ulangi maksimal 10 kali.
Ulangi senam dengan mengencangkan dan
mengendurkan, gerakan lebih cepat sampai 10 kali tanpa
menahan kontraksi. Jumlah penggulangan akan bertambah secara
bertahap bila ibu hanya menyanggupi beberapa kali melakukan
senam ini pada awalnya, namun ibu tahu bahwa hal ini normal
3) Senam abdomen
Selama kehamilan korset abdomen mengalami peregangan
mencapai kira-kira dua kali lipat dari panjang semula pada akhir
minggu masa kehamilan. Memperkuat otot abdomen dan mencapai
fungsi yang sempurna korset otot alami. Seluruh otot abdomen
memerlukan latihan untuk mencapi panjang dan kekuatan semula,
29
namun otot yang terpenting karena peranya dalam menjaga ke
stabilan panggul ialah otot transversus. Latihan transversus dapat
dimulai kapanpun ibu merasa mampu dan harus dilakukan sering
sambil ibu melakukan aktivitasnya bersama bayi
(a) Senam transversus.
Berbaring dan kedua lutut ditekuk dan kaki datar
menapak di tempat tidur, letakkan kedua tangan di abdomen
bawah didepan paha, tarik nafas dan pada saat akhir hembuskan
nafas, kencangkan bagian bawah abdomen di bawah umbilikus,
dan tahan dalam hitungan 10 , lanjutkan dengan bernafas normal,
dan ulangi 10 kali.
Gambar 2.8. senam transversus
(b) Senam dasar panggul dan transversus
Kerja otot dasar panggul dan tarnsversus akan akan
bertambah dengan menkombinasikan kedua latihan tersebut,
aktivitas bersama ini terutama bermanfaat pada masa setelah
persalinan khususnya bila otot dasar panggul sulit dimulai
30
caranya ibu dapat mengontraksikan transversus terlebih dahulu
lalu otot dasar panggul atau sebaliknya.
(c) Senam mengangkat panggul
Senam mengangkat panggul dapat dilakukan pada awal
setelah persalinan, dan khususnya bermanfaat apabila ibu
memiliki riwayat nyeri punggung. Berbaring terlentang dan
kedua lutut ditekuk dan kaki di tapakkan ke lantai, kencangkan
otot-otot abdomen, kencangkan juga otot panggul dan tekan
sedikit area belakang ke lantai tahan posisi sampai hitungan
kelima lalu bernafas dengan irama normal kemudian relaks
seperti biasa ulangi gerakan ini 5 kali, tingkatkan hingga
mencapai hitungan 10 kali atau lebih pada minggu-minggu
selanjutnya. Latihan ini dapat di lakukan dengan berbagai posisi
misalnya posisi duduk dan berdiri lebih nyaman di bandingkan
berbaring apabila ibu tinggal di rumah dan sibuk.
Gambar 2.9. senam mengangkat panggul
31
4) Senam stabilitas batang tubuh
Untuk memicu transversus demi menstabilkan panggul
sambil menggerakan tungkai bawah, senam berikut mulai dapat
dilakukan kira-kira 10 hari setelah persalinan normal bila tidak ada
masalah muskuloskeletal panggul.
Dengan posisi duduk dan kaki datar di atas lantai serta
tangan diatas abdomen bawah, tarik otot dasar panggul dan
transversus serta naikkan satu lutut sehingga kaki beberapa inci di
atas lantai, tahan selama lima detik dengan bagian panggul dan
tulang belakang tetap pada posisinya, ulangi gerakan sebanyak lima
kali untuk setiap kaki, secara bertahap tingkatkan pengulangan,
sehingga ibu mampu menahan gerakan tersebut di atas, sampai 10
detik dan ulangi sebanyak 10 kali.
Gambar 2.10. senam stabilitas batang tubuh
(a)Senam stabilitas batang tubuh menaikkan lutut
Dengan berbaring miring, tekuk kedua lutut ke arah
atas-depan tarik otot transversus dan dasar otot transversus dan
dasar panggl serta angkat lutut atas, dengan cara memutar paha
32
ke arah luar, sementara tumit tetap saling berdekatan, tahan
selam lima detik, pastikan bahwa posisi panggul atau tulang
tidak turut berotasi, ulangi lima kali untuk masing-masing kaki.
Gambar 2.11. senam stabilitas batang tubuh-menaikkan lutut
(b) Abduksi paha dalam posisi miring
Dalam posisi berbaring miring dan lutut kaki yang
bawah ditekuk ke arah yang belakang, tarik abdomen bagian
bawah dan naikkan kaki yang atas ke arah atap sejajar dengan
tubuh, tahan gerakan ini selama 5 detik namun tetap pastikan
agar posisi punggung dan panggul tidak berotasi, ulangi lima
kali pada masing-masing kaki, secara perlahan tingkatkan
kemampuan menahan gerakan tersebut sampai 10 detik dan
ulangi gerakan sebanyak 10 kali, beberapa minggu kemudian
tingkatkan untuk mengendalikan panggul dan tulang belakang
sambil mengangkat kaki ke arah atap dengan paha di rotasi ke
luar.
Gambar 2.12. senam abduksi dalam posisi miring
33
(c) Memutar lutut ke arah luar sambil mempertahankan tetap diam
Dengan posisi berbaring terlentang, tekuk kedua lutut
ke atas dan kaki datar diatas lantai. Letakkan tangan diatas
abdomen depan paha, tarik abdomen bawah dan biarkan lutut
kanan sedikit ke arah luar dengan sedikit mengendalikan untuk
memastikan bahwa pevis tetap pada posisinya dan punggung
tetap datar, secara perlahan kembalikan lutut pada posisi semula
yakni pada posisi tegak lurus, ulangi gerakan 5 kali pada lutut
yang lain, secara bertahap tingkatkan gerakan pengulangan
tersebut sampai sebanyak 10 kali, dan beberapa minggu
kemudian tingkatkan gerakan pengendalian panggul dengan
posisi lutut lebih rendah lagi.
Gambar 2.13. memutar lutut ke arah luar sambil mempertahankan
tetap diam
34
(d)Mengencangkan satu kaki sambil mempertahankan panggul
punggung tetap diam.
Dengna posisi terlentang tekuk kedua lutut keatas dan
kaki datar di atas lantai. Letakkan tangan di atas abdomen depan
paha, tarik abdomen bawah dan secara perlahan luruskan tumit
salah satu kaki dengan tetap mempertahankan punggung datar
setinggi panggul, hentikan bila panggul mulai bergerak, secara
perlahan kembalikan posisi lutut menekuk, ulangi gerakan 5 kali
tiap kali secara bergantian. Secara bertahap tingkatkan
pengulangan hingga 10 kali, beberapa minggu kemudian
tingkatkan pengendalian panggul untuk tujuan menguatkan kaki.
Gambar 2.14. mengencangkan satu kaki sambil mempertahankan
panggul dan punggung tetap diam
3. Pendidikan kesehatan
35
a. Pengertian
Menurut (Notoatmodjo, 2003,) pendidikan kesehatan pada
hakikatnya adalah suatu kegiatan atau usaha menyampaikan pesan
kesehatan kepada masyarakat, kelompok, atau individu dengan
adannya maka diharapkan masyarakat, kelompok, atau individu dapat
memperoleh pengetahuan tentang kesehatan yang lebih baik.
Pengetahuan tersebut akhirnya dapat diharapkan berpengaruh terhadap
perilaku. Dengan kata lain, adanya pendidikan tersebut diharapkan
dapat membawa akibat terhadap perubahan perilaku sasaran.
b. Faktor- faktor yang mempengaruhi perilaku
Menurut teori Lawrence green dalam (Notoatmodjo,2003)
adapun faktor- faktor yang merupakan penyebab terbentuknya (faktor
yang mempengaruhi) perilaku di bedakan menjadi tiga jenis : faktor
predisposisi (predisposing), faktor pemungkin (enabling), faktor
penguat (reinforsing) masing- masing faktor mempunyai pengaruh
berbeda terhadap perilaku.
1) Faktor predisposisi
Merupakan faktor antaseden terhadap perilaku yang
menjadi dasar motivasi terhadap perilaku. Termasuk kedalam
faktor ini adalah pengetahuan, sikap, keyakinan dan nilai serta
persepsi. Berkenaan dengan motifasi seseorang atau kelompok
untuk bertindak.
2) Faktor pemungkin
36
Adalah faktor anteseden terhadap perilaku yang
memungkinkan suatu motivasi atau aspirasi terlaksana. Termasuk
di dalam faktor pemungkin adalah ketrampilan dan sumber daya
pribadi dan komuniti. Seperti tersedianya pelayanan kesehatan,
keterjangkauan, kebijakan, dan peraturan perundang-undangan.
3) Faktor penguat
Adalah faktor penyerta (yang datang sesudah) perilaku
yang memberikan ganjaran, insentif atau hukuman atas perilaku
dan berperan sebagai penentap atau lenyapnya perilaku itu
termasuk kedalam faktor ini adalah manfaat sosial dan jasmani dan
ganjaran nyata ataupun tidak nyata yang pernah diterima pihak lain.
c. Proses pendidikan kesehatan
Menurut (Notoatmodjo, 2003) di dalam kegiatan belajar
terdapat tiga proses pendidikan kesehatan yakni:
1) Masukkan (input)
Persoalan masih menyangkut subjek atau sasaran
belajar itu sendiri dengan berbagai latar belakangnya.
2) Proses
Persediaan proses adalah mekanisme atau proses
terjadinya perubahan kemampuan pada diri subyek belajar,
pengajar atau fasilitator belajar metode yang digunakan alat
bantu belajar dan materi atau bahan yang dipelajari .
3) Keluaran (output)
37
Keluaran merupakan hasil belajar itu sendiri yang
terdiri dari kemampuan baru atau perubahan baru pada diri
subjek belajar.
d. Sasaran pendidikan kesehatan
Menurut (Notoatmodjo, 2003) sasaran pendidikan kesehatan di
bagi menjadi tiga kelompok yaitu:
1) Sasaran primer ( primery target)
Masyarakat pada umumnya menjadi sasaran langsung
segala upaya pendidikan tau promosi kesehatan. Sesuai dengan
permasalahan kesehatan, maka sasaran ini dapat dikelompokkan
menjadi, kepala keluarga untuk masalah kesehatan umum.
2) Sasaran sekunder (secondary target)
Para tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat dan
sebagainya. Disebut sasaran sekunder karena dengan memberikan
pendidikan kesehatan kepada kelompok ini akan memberikan
pendidikan kesehatan di masyarakat sekitarnya. Upaya promosi
kesehatan yang ditujukan kepada sasaran sekunder ini adalh sejalan
dengan strategi dukungan sosial
3) Sasaran tersier (tertiary target)
Para pembuat keputusan atau penentu kebijakan baik
ditingkat pusat, maupun daerah adalah sasaran tersier pendidikan
keshatan. Upaya promosi kesehatan yang ditunjukkan kepada
sasaran tersier ini sejalan dengan strategi advokasi.
38
e. Metode pendidikan kesehatan
Menurut (Notoatmodjo, 2003) metode pendidikan kesehatan
adalah suatu kombinasi atau cara-cara yang digunakan pada setiap
pelaksanaan pendidikn kesehatan. Berdasarkan sasaran dibedakan
menjadi tiga yaitu:
1) Metode pendidikan individual
Dalam promosi kesehatan yang bersifat individual ini
digunakan untuk membina perilaku baru atau membina seseorang
yang telah mulai tertarik pada suatu pembinaan perilaku atau
motivasi. Agar petugas kesehatan mengetahui dengan tepat serta
membantunya maka perlu menggunakan metode (cara) ini.
Bentuk pendekatan ini adalah antara lain:
a) Bimbingan dan penyuluhan (guidance and counceling)
Dengan cara ini kontak klien dan petugas lebih
intensif. Setiap masalah yang dihadapi klien akan dikorek dan
dibantu penyelesaiannya, akhirnya klien dapat sukarela
berdasarkan kesadaran dan penuh pengertian akan menerima
perilaku tersebut (mengubah perilaku).
b) Interview (wawancara)
Cara ini merupakan bagian dari bimbingan dan
penyuluhan. Wawancara antara petugas kesehatan dengan
klien untuk menggali informasi mengapa ia tidak atau
belum menerima perubahan.
39
2) Metode pendidikan kelompok
Dalam memilih metode pendidikan kelompok harus
menginggat besarnya kelompok sasaran serta tingkat pendidikan
formal dari sasaran. Efektifitas suatu metode akan tergantung
pula pada besarnya sasaran pendidikan.
a) Kelompok besar
Adalah apabila peserta penyuluhan lebih dari 15
orang, metode yang baik untuk kelompok besar ini adalah
ceramah dan seminar.
(1) Ceramah
Sebuah metode mengajar dengan
menyampaikan informasi pengetahuan secara lisan
kepada sejumlah siswa yang umumnya mengikuti
secara pasif.
(2) Seminar
Metode ini hanya cocok untuk sasaran
kelompok besar pada pendidikan menengah keatas.
Seminar adalah suatu penyajian (presentasi) dari
seorang ahli atau beberapa orang ahli tentang suatu
topik yang dianggap hangat di masyarakat.
b) Kelompok kecil
40
Apabila peserta kelompok kurang dari 15 orang.
Metode-metode yang cocok untuk kelompok kecil antara
lain:
(1) diskusi kolompok
(2) curah pendapat
(3) bola salju
(4) kelompok-kelompok kecil
(5) memainkan peranan
(6) permainan simulasi
3) Metode pendidikan kesehatan massa
Metode pendidikan kesehatan massa dipakai untuk
mengkomunikasikan pesan-pesan kesehatan yang ditujukan
kepada masyarakat yang sifatnya publik. Beberapa contoh
pendidikan kesehatan secara masa antara lain:
a) Ceramah umum
b) Pidato-pidato atau diskusi tentang kesehatan melalui media
elektronik, baik tv maupun radio, pada hakikatnya termasuk
pendidikan kesehatan secara massa
c) Simulasi, dialog-dialog antara pasien dengan dokter atau
petugas kesehatan yang lain tentang suatu penyakit atau
masalah kesehatan.
d) Tulisan–tulisan dimajalah atau koran
41
e) Biil board
f. Penggolongan media kesehatan
Menurut (Notoatmodjo, 2005), penggolongan media
kesehatan dapat ditinjau dari beberapa aspek, anara lain:
1) Berdasarkan bentuk umum penggunaanya, dibedakan menjadi:
a) Bahan bacaan : modul, buku rujukan/bacaan, folder, leaflet,
majalah, buletin dan sebagainya.
b) Bahan peragaan : poster tunggal, poster seri, slat, film dan
seterusnya.
2) Berdasarkan cara produksi, dibedakan menjadi:
a) Media cetak : bookleet, leaflet,selebaran, lembar balik, poster,
dan foto
b) Media elektronik : tv, radio,fidio dan sebagainya.
c) Media luar ruangan : papan reklame, pameran dan
sebangainya.
2. Pengetahuan
a. Pengertian pengetahuan
Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tahu dari manusia yang
sekedar menjadi jawaban pertanyaan “what”. pengetahuan juga
merupakan hasil tahu dari dan ini terjadisetelah seseorang melakukan
suatu pengindraan dari hasil obyek tertentu. Sebagian besar pengetahuan
yang diperoleh melalui mata dan telinga. (Notoatmodjo, 2005)
b. Tingkat pengetahuan
42
Pengukuran pengetahuan seseorang dapat dilakukan dengan
wawancara atau angket yang menyatakan tentang materi yang ingin diukur
dari suatu obyek. Tingkat pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2005),
sebagai berikut :
1) Tahu (know)
Diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelum kata kerja untuk mengukur bahwa orang yang tahu
tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, mendefinisikan
dan menanyakan.
2) Memahami (comperhensif)
Diartikan sebagai suatu kemampuan yang menjelaskan
secara benar tentang suatu objek yang diketahui dan
mempresentasikan materi itu secara benar.
3) Aplikasi (application)
Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi
yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi yang sebenarnya.
4) Analisis (analysis)
Adalah kemampuan untuk menjabarkan materi atau obyek
komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu unsur organisasi dan
masih ada kaitanya satu sama yang lain.
5) Sintesyis (syntesis)
43
Diartikan suatu kemampuan untuk meletakkan atau
menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah kemampuan untuk
menyusun suatu formulasi baru dari formula yang ada
6) Evaluasi (evaluation)
Diartikan sebagai suatu kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.
c. Cara memperoleh pengetahuan
Cara memperoleh pengetahuan menurut (Notoatmodjo, 2005) dapat di
bagi menjadi :
1) Cara tradisional atau non alamiah.
a) Cara coba-salah (trial and error).
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila
kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang
lain. Apabila kemungkinan kedua ini gagal pula, maka dicoba
kembali dengan kemungkinan ketiga, dan apabila kemungkinan
ketiga gagal dicoba kemungkinan ke empat dan seterusnya,
sampai masalah tersebut dapat terpecahkan. Itulah sebabnya
maka cara ini disebut metode trial (coba) and error (gagal atau
salah) atau metode coba-salah atau coba-coba. Metode ini telah
digunakan orang dalam waktu yang cukup lama untuk
memecahkan berbagai masalah. Di samping itu pengalaman yang
44
diperoleh melalui penggunaan metode ini banyak membantu
perkembangan berpikir dan kebudayaan manusia ke arah yang
lebih sempurna.
b) Cara kekuasaan atau otoriter
Dalam kehidupan manusia sehari-hari, banyak
kebiasaan-kebiasaan dan tradisi yang dilakukan oleh orang,
tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan tersebut baik
atau tidak. Kebiasaan tersebut seolah-olah diterima dari
sumbernya sebagai kebenaran mutlak. Sumber pengetahuan
dapat berupa pemimpin-pemimpin masyarakat formal, ahli
agama, pemegang pemerintahan, dan sebagainya. Dengan kata
lain, pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan otoritas atau
kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas pemimpin
agama maupun ahli ilmu pengetahuan.
Bidang kesehatan otoritas pengetahuan bukan saja
berasal dari ahli-ahli kesehatan atau kedokteran, tetapi juga
berasal dari dukun apabila masyarakat menjumpai kesulitan-
kesulitan kesehatan mereka minta nasihat atau pengobatan
kepada ahli-ahli tersebut, termasuk dukun. Para pemegang
otoritas, baik pemimpin pemerintahan, tokoh agama, maupun
ahli ilmu pengetahuan yang pada prinsipnya mempunyai
mekanisme sama dalam penemuan pengetahuan. Prinsip ini
adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh
45
orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji
atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta
empiris maupun berdasarkan penalaran sendiri. Hal ini
disebabkan karena orang menerima pendapat tersebut
menganggap bahwa apa yang dikemukakannya adalah benar.
c) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi
pepatah. Pepatah ini mengandung maksud bahwa pengalaman
itu merupakan sumber pengetahuan atau pengalaman ini
merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran
pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat
digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
d) Melalui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umat
manusia, cara berpikir manusia pun ikut berkembang, Dari sini
manusia telah mampu menggunakan penalarannya dalam
memperoleh pengetahuannya. Dengan kata lain, dalam
memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun
deduksi.
2) Cara modern atau ilmiah
46
Pada dewasa ini lebih sistematis, logis dan ilmiah yang
disebut dengan metode penelitian ilmiah (Research Methodology).
Metode penelitian sebagai suatu cara untuk memperoleh kebenaran
ilmu pengetahuan atau pemecahan suatu masalah.
d. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan
Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut
(Notoatmodjo ,2003), yaitu :
1) Pengalaman
Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu
cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan dengan cara
mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam
memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu.
2) Pendidikan
Tugas dari pendidik adalah memberikan memberikan atau
meningkatkan pengetahuan, menimbulkan sifat positif memberikan
atau meningkatkan kemampuan masyarakat atau individu, tentang
aspek-aspek masyarakat sehingga dicapai suatu masyarakat yang
berkembang
3) Umur
Umur mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang
4) Faktor lingkungan
Faktor lingkungan adalah segala sesuatu yang disekitar
individu, baik,lingkungan fisik, biologis, maupun sosial.
47
A. Kerangka Teori
Gambar 2.15 Faktor – faktor pengikat pengetahuan
Sumber modifikasi teori Lawrence Green dalam Notoadmodjo (2003)
Pendidikan dan perilaku kesehatan
Proses perubahan
Faktor presdisposisi
1. Pengetahuan2. Kepercayaan
pada pengajar3. sikap
Faktor pemungkin
Ketersediaan sarana danprasarana / fasilitas
Training
Pendidikan kesehatan(promosi kesehatan)
Pemberdayaan masyarakatPemberdayaan sosialkomunikasi
Faktor penguat
Dukungan keluarga,pengetahuan, sikap darikeluarga, petugaskesehatan dan tokohmasyarakat
Perilaku