03011164 _purnamawatitjhin revisi2-2

68
HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN LAPTOP DAN KETAJAMAN PENGLIHATAN PADA SISWA SMA LABSCHOOL JAKARTA PROPOSAL SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran LATHIIFA HERLY HENDY 030.11.164 PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

Upload: lathifahendy

Post on 04-Sep-2015

229 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

revisi revisi revisi

TRANSCRIPT

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN LAPTOP DAN KETAJAMAN PENGLIHATAN PADA SISWA SMA LABSCHOOL JAKARTAPROPOSAL SKRIPSI

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan

Mencapai Derajat Sarjana KedokteranLATHIIFA HERLY HENDY030.11.164PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA, AGUSTUS, 2014Bidang Ilmu : KomunitasPROPOSAL SKRIPSIHUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN LAPTOP DAN KETAJAMAN PENGLIHATAN PADA SISWA SMA LABSCHOOL JAKARTA

Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Sarjana Kedokteran

LATHIIFA HERLY HENDY030.11.164

PROGRAM PENDIDIKAN SARJANA KEDOKTERAN

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS TRISAKTI

JAKARTA, AGUSTUS 2014PERSETUJUAN

Proposal Skripsi

Judul :

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN LAPTOP DAN KETAJAMAN PENGLIHATAN PADA SISWA SMA LABSCHOOL JAKARTALATHIIFA HERLY HENDY030.11.164Telah disetujui untuk diuji di hadapan

Tim Penguji Proposal Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Pada Hari Senin , Tanggal 4 Agustus 2014 Pembimbing Dr. Purnamawati Tjhin, M. Pd. Ked

PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSIJudul:

HUBUNGAN INTENSITAS PENGGUNAAN LAPTOP DAN KETAJAMAN PENGLIHATAN PADA SISWA SMA LABSCHOOL JAKARTANama Mahasiswi: Lathiifa Herly HendyNIM 030.11.164Telah diuji dan disahkan di hadapan Dewan Penguji Proposal Skripsi

Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti

Pada Hari Kamis, Tanggal 21 Agustus 2014

Ketua Tim Penguji

Nama

:

NIK

:

Anggota Penguji

Nama

:

NIK

:

Anggota Penguji

Nama

:

NIK

:

Jakarta, .2014

Dekan FK Trisakti

dr. Suriptiastuti, DAP&E, MS

NIKKATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabilalamin

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul Hubungan Intensitas Penggunaan Laptop dan Ketajaman Penglihatan pada Siswa SMA Labschool Jakarta. Shalawat serta salam selalu penulis panjatkan kepada kehadirat Nabi Muhammad SAW beserta keluarga and para sahabatnya.

Proposal skripsi ini juga penulis buat untuk menunjang pelaksanaan dan penulisan skripsi penulis selanjutnya, sehingga skripsi yang penulis buat dapat bermanfaat bagi banyak pihak khususnya di bidang kedokteran.

Dalam pengerjaan proposal skripsi ini penulis mengalami beberapa kesulitan yang tidak dapat diselesaikan tanpa bantuan dan dorongan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tidak terhingga kepada Allah SWT, orang tua dan keluarga tercinta, dosen pembimbing yaitu dr. Purnamawati Tjhin, M. Pd. Ked, seluruh dosen dan staf fakultas kedokteran Trisakti, teman-teman kuliah penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa proposal skripsi ini sangat jauh dari sempurna, dikarenakan keterbatasan yang dimiliki penulis. Oleh karena itu, penulis sangat mengharapkan komentar dan saran yang membangun dari semua pihak agar bermanfaat khususnya untuk skripsi yang akan penulis susun

Jakarta, 4 Agustus 2014

Lathiifa Herly Hendy

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama

: Lathiifa Herly Hendy

NIM

: 030.11.164

Program Studi

: Pendidikan Kedokteran

Alamat Korespondensi: Jalan Kayu Putih Timur 1 No. 53, Kayu Putih, Jakarta Timur

Telepon / mobile

: 085213577777

E-mail

: [email protected] Skripsi

: Hubungan Intensitas Penggunaan Laptop dan Ketajaman Penglihatan Pada Siswa SMA Labschool Jakarta

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah benar-benar merupakan hasil karya ilmiah saya sendiri. Skripsi ini belum pernah diajukan sebagai suatu karya ilmiah untuk memperoleh gelar keserjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai dengan SK Permendiknas No. 17 tahun 2010 tentang pencegahan dan penanggulangan plagiat di perguruan tinggi.

Demikian pernyataan ini dibuat dengan sebenarnya, agar dapat dimanfaatkan sebagaimana mestinya.

Jakarta, ...................2014

Lathiifa Herly Hendy030.11.164

DAFTAR ISI

HALAMAN

HALAMAN JUDUL.. iHALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING........ ii

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL SKRIPSI.iii

KATA PENGANTAR..iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI..vDAFTAR ISI... vi

DAFTAR TABEL ixDAFTAR GAMBAR...... x

DAFTAR LAMPIRAN.... xiBAB IPENDAHULUAN.. 11.1 Latar belakang... 11.2 Perumusan masalah.... 3

1.3 Tujuan.....31.3.1 Tujuan umum...... 31.3.2 Tujuan khusus...... 31.4 Hipotesis.. 4

1.5 Manfaat.... 4

1.5.1 Manfaat untuk peneliti.... 41.5.2 Manfaat untuk masyarakat...... 4

1.5.3 Manfaat untuk institusi pendidikan..... 41.5.4 Manfaat untuk ilmu pengetahuan.................................... 4BAB IITINJAUAN, RIGKASAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORI52.1 Mata.. 52.1.1 Komponen Optik Mata...52.1.2 Komponen Neural Mata.. ..62.1.3 Fisiologi Penglihatan..72.2 Penurunan Ketajaman Penglihatan.72.2.1 Klasifikasi Penurunan Ketajaman Penglihatan...........82.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Penurunan Ketajaman Penglihatan......................................................................92.2.3 Pemeriksaan Ketajaman Penglihatan..........................112.3 Intensitas Penggunaan Laptop.132.3.1 Definisi....132.3.2 Laptop.132.3.3 Gangguan Visual Akibat Penggunaan Laptop142.3.4 Mekanisme Penglihatan pada Layar Monitor.152.4 Ringkasan Pustaka..172.5 Kerangka Teori...18BAB IIIKERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL.... 193.1 Kerangka konsep....193.2 Variabel Penilitian..203.2.1 Variabel Tergantung203.2.2 Variabel Bebas.203.3 Definisi Operasional...21BAB IVMETODE.... 214.1 Desain Penelitian...214.2 Lokasi dan Waktu Penelitian.214.3 Populasi dan sampel penelitian...214.3.1 Populasi...214.3.2 Sampel.214.3.2.1 Besar sampel... ...214.3.2.2 Pemilihan Sampel...234.4 Bahan dan instrument penelitian...234.5 Analisis data......234.5.1 Analisis univariat....234.5.2 Analisis bivariat.234.6 Alur kerja penelitian.244.7 Etika penelitian.244.8 Penjadwalan penelitian.25DAFTAR PUSTAKA.26LAMPIRAN....29DAFTAR TABEL

Tabel 1 Intensitas Penggunaan Laptop

Table 2 Ringkasan PustakaTabel 3 Definisi Operasional

DAFTAR GAMBARGambar 1 Anatomi Mata

Gambar 2 Perbedaan Gambar dan PixelGambar 3 Resting Point of AccomodationGambar 4 Skema Kerangka TeoriGambar 5 Skema Kerangka KonsepGambar 6 Alur Kerja PenelitianDAFTAR LAMPIRAN

1. Informed Consent2. Formulir Persetujuan3. Kuesioner

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mata adalah salah satu indera yang paling penting bagi manusia. Fungsi mata sebagai indera penglihatan menyebabkan kelainan apapun yang terjadi di mata dapat sangat mengganggu aktivitas hidup sehari-hari. Seorang siswa tanpa penglihatan yang baik akan sulit menyerap dan memahami pelajaran yang diberikan oleh gurunya dalam proses kegiatan belajar mengajar. Penurunan tajam penglihatan yang minimal mungkin tidak disadari oleh siswa tersebut karena kemampuan pemahaman siswa tersebut terhadap proses yang terjadi pada dirinya belum maksimal. Penurunan tajam penglihatan atau visus jika dibiarkan dapat mengakibatkan semakin parahnya kerusakan mata yang terjadi dan menurunnya prestasi belajar siswa.(1)Indonesia memiliki prevalensi tertinggi kedua kebutaan dan penglihatan dari negara manapun di dunia, di belakang hanya Ethiopia.(2) Menurut data terakhir yang tersedia mengenai kebutaan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia), pada tahun 2000 tingkat kebutaan di Indonesia adalah 1,5%, dan merupakan tingkat tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara; tingkat kebutaan di Bangladesh adalah 1,0%, di India 0,7%, dan di Thailand 0,3%. Tapi, belum ada data yang tepat pada penurunan ketajaman penglihatan dan kebutaan pada anak-anak di Indonesia.(3) Sebuah survei tahun 2003 di Sumatera ditemukan bahwa 2,2 persen orang yang buta bilateral dan 5,8 persen memiliki bilateral rendah vision.(4)

Ciner dkk tahun 1998 menyatakan, kelainan refraksi berada di urutan ke empat kelainan terbanyak pada anak, dan merupakan penyebab utama kecacatan pada anak. Di Indonesia, gangguan penglihatan akibat kelainan refraksi dengan prevalensi sebesar 22,1% juga menjadi masalah yang cukup serius mengingat kelainan refraksi merupakan penyebab penurunan ketajaman penglihatan mata.(5)Kecendrungan bekerja di dalam ruangan akan memicu kerja mata untuk melihat sangat dekat, misalnya ketika bekerja menggunakan komputer, bermain play station, juga menyaksikan acara televisi. Dalam hal ini gangguan pada mata disebabkan adanya kejadian berulang yang menyebabkan bayangan tidak jatuh pada retina sehingga mengakibatkan seseorang mengalami penurunan ketajaman penglihatan.(6)Secara global, komputer pribadi adalah salah satu perangkat yang paling umum. Hampir semua lembaga, perguruan tinggi, universitas, sekolah dan rumah saat ini menggunakan komputer secara teratur. Menggunakan komputer telah menjadi kebutuhan abad ke-21. Penggunaan komputer untuk menjelajahi internet dan video game juga meningkat; akibatnya, sebagian besar orang menghabiskan sebagian besar waktu mereka di depan komputer, terlebih sejak ditemukannya teknologi baru berupa komputer portable yang disebut komputer jinjing atau laptop.(7) Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, laptop adalah komputer pribadi yang agak kecil, dapat dipangku penggunaannya, dan dibawa kemana-mana. Bila dilihat dari segi penggunaannya, laptop semakin menjadi primadona dibandingkan dengan komputer. Hal ini dikarenakan harga laptop yang semakin terjangkau dibandingkan harga computer dan lebih fleksibel karena mudah dibawa kemana-mana.(8) Menurut penelitian yang diterbitkan dalam penelitian Younger Americans library habits and expectations, 91% dari siswa SMA berusia 16-17 tahun memiliki komputer dan laptop, mengalahkan kelompok umur yang lain. Usia 30-49 tahun merupakan kelompok umur tertinggi kedua, yaitu 85%. Orang Amerika berusia 18 sampai 24 dan mereka yang berusia 25 sampai 29 dilaporkan sebanyak 82% sedangkan antara 50- 64 taun sebanyak 75%. Dan kepemilikan komputer dan laptop di usia 65 tahun keatas adalah 57%.(9)

Penelitian di University of South Carolina mengkategorikan penggunaan komputer menjadi tiga kategori yaitu ringan (kurang dari 2 jam), sedang (2-4 jam), dan berat (lebih dari 4 jam) per hari. Penelitian Sen et al (2007) menunjukkan hampir setengah dari pengguna komputer menggunakan komputer secara terus menerus tanpa istirahat lebih dari 2 jam per harinya. Penelitian Hoesin et al (2007) di 16 kota di Indonesia menunjukkan rata-rata penggunaan komputer di Indonesia kurang dari 5 jam per hari. Berdasarkan penelitian Indriawati et al (2008), di Bantul, 7 % pengguna komputer menggunakan komputer dalam intensitas yang rendah, 3 % dengan intensitas sedang, 83 % dengan intensitas tinggi.(8)

Tingginya intensitas penggunaan komputer dan laptop dapat menimbulkan gangguan penglihatan. Sejumlah penelitian telah menunjukkan bahwa gejala penglihatan muncul pada 75%-90% pengguna komputer. Bausch dan Lomb melaporkan bahwa 60 juta orang menderita masalah mata atau penglihatan karena pekerjaan yang menggunakan komputer dan satu juta kasus baru dilaporkan tiap tahunnya.(9) Gejala yang dilaporkan sering dialami oleh pengguna komputer adalah lelah mata, iritasi, mata merah, diplopia, dan penurunan tajam penglihatan atau mata kabur.(10) Grace dkk melaporkan hasil penelitiannya bahwa ada hubungan signifikan antara waktu penggunaan laptop dengan keluhan penglihatan pada mata pada mahasiswa Universitas Sam Ratulangi Makassar.(8)

Maka dari itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai ketajaman penglihatan mata, khususnya hubungan antara intensitas penggunaan laptop dan ketajaman penglihatan mata agar dapat dilakukan upaya antisipasi dan mencegah terjadinya penurunan tajam penglihatan mata.

1.2 Perumusan masalah

Apakah ada hubungan antara intensitas penggunaan laptop dan ketajaman penglihatan siswa SMA Labschool Jakarta?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara intensitas penggunaan laptop dan ketajaman penglihatan siswa SMA Labschool Jakarta.

1.3.2 Tujuan Khusus

a. Mengetahui prevalensi ketajaman penglihatan pada siswa SMA Labschool di Jakarta

b. Mengetahui intensitas penggunaan laptop dalam satu hari pada siswa SMA Labschool Jakarta.

c. Mengetahui hubungan antara intensitas penggunaan laptop dan ketajaman penglihatan pada siswa SMA Labschool Jakarta.1.4 Hipotesis

Intensitas penggunaan laptop berhubungan dengan penurunan visus siswa SMA Labschool Jakarta.

1.5 Manfaat

1.5.1 Peneliti

Sebagai pengalaman dan pembelajaran dalam menyusun sebuah penelitian serta sebagai syarat kelulusan Sarjana Kedokteran.

1.5.2 Masyarakat

Sebagai masukan informasi mengenai dampak penggunaan laptop berlebihan terhadap penurunan visus mata.1.5.3 Institusi Pendidikan

Sebagai referensi Perpustakaan Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti serta bahan informasi untuk penelitian selanjutnya.1.5.4 Ilmu Pengetahuan

Memperkaya pengetahuan mengenai tajam penglihatan serta hubungannya dengan intensitas penggunaan laptop.BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mata

Mata merupakan organ penglihatan yang berbentuk bola dengan diamater sekitar 2,5 cm, terletak dalam rongga orbita dan diselimuti bantalan lemak untuk meredam goncangan. Supaya dapat menjalankan fungsi penglihatan, mata terdiri dari komponen optik dan komponen neural dan dapat bekerja secara efektif menerima cahaya dengan rentang intensitas sekitar 10 milyar cahaya.(11,12) 2.1.1 Komponen Optik Mata

Komponen optik mata adalah elemen transparan dari mata yang tembus cahaya serta mampu membelokkan cahaya (refraksi) dan memfokuskannya pada retina. Bagian-bagian ini mencakup kornea, aqueous humor, lensa, dan badan vitreus.(12)Kornea merupakan selaput bening mata yang tembus cahaya dan avaskuler, berfungsi untuk memfokuskan bayangan dengan cara membiaskan atau membelokkan berkas cahaya. Biasan cahaya terutama terjadi di permukaan anterior dari kornea. Perubahan bentuk dan kejernihan kornea akan mengganggu pembentukan bayangan normal di retina. Karena itu, kelainan sekecil apapun yang terjadi di kornea dapat menimbulkan gangguan penglihatan yang hebat.(11)Aqueous humor merupakan cairan serosa yang disekresi oleh badan siliar ke kamera okuli posterior (ruang antara iris dan lensa). Cairan ini mengalir melalui pupil menuju kamera okuli anterior yaitu ruang antara kornea dan iris. Dari area ini, cairan yang disekresikan akan direabsorbsi kembali oleh pembuluh darah yang disebut kanalis Schlemm.(11)Gambar 1. Anatomi Mata(6)

Lensa terletak di belakang pupil dan digantung oleh ligamentum suspensorius ke badan siliaris. Tegangan dari ligamentum suspensorius memipihkan lensa sehingga mencapai ketebalan 3,6 mm dengan diameter 9,0 mm.(11) Badan vitreusmerupakan suatu jeli transparan yang mengisi ruangan besar di belakang lensa untuk mempertahankan bentuk bola mata yang sferis.(11)2.1.2 Komponen Neural Mata

Komponen neural mata terdiri dari retina dan nervus optikus. Retina merupakan suatu membran tipis dan transparan yang terfiksasi pada diskus optikus dan ora serrata. Diskus optikus merupakan lokasi dimana nervus optikus meninggalkan bagian belakang (fundus) bola mata. Karena tidak mengandung reseptor penglihatan, bagian ini sering disebut sebagai bintik buta. Ora serrata merupakan tepi anterior dari retina. Retina tertahan ke bagian belakang dari bola mata oleh tekanan yang diberikan oleh badan vitreus. Pada bagian posterior dari titik tengah lensa, pada aksis visual mata, terdapat sekelompok sel yang disebut makula lutea dengan diameter kira-kira 3 mm. Pada bagian tengahdari makula lutea terdapat satu celah kecil yang disebutfovea centralis. Fovea centralis menghasilkan gambar/visual yang tajam.(11,12)2.1.3 Fisiologi Penglihatan

Proses kerja mata diawali dengan masuknya cahaya melalui kornea, kemudian dibiaskan oleh aqueous humour ke arah pupil. Pada bagian pupil, jumlah cahaya yang masuk dikontrol secara otomatis. Bila jumlah cahaya yang masuk banyak ukuran pupil akan mengecil, sedangkan bila jumlah cahaya yang masuk sedikit ukuran pupil akan melebar. Ketika dilatasi maksimal, pupil dapat dilalui cahaya sebanyak lima kali lebih banyak dibandingkan ketika sedang konstriksi maksimal. Diameter pupil ini sendiri diatur oleh dua elemen kontraktil pada iris yaitu papillary constrictor yang terdiri dari otot-otot sirkuler dan papillary dilator yang terdiri dari sel-sel epitelial kontraktil yang telah termodifikasi. Sel-sel tersebut dikenal juga sebagai myoepithelial cells.(12,14)Pada tahap selanjutnya, setelah cahaya memasuki mata, pembentukan bayangan pada retina bergantung pada kemampuan refraksi mata. Kornea merefraksi cahaya lebih banyak dibandingkan lensa. Lensa hanya berfungsi untuk menajamkan bayangan yang ditangkap saat mata terfokus pada benda yang dekat dan jauh. Setelah cahaya mengalami refraksi, melewati pupil dan mencapai retina, cahaya maupun objek yang telah difokuskan pada retina, merangsang sel saraf batang dan kerucut untuk bekerja kemudian akan diteruskan ke serat saraf optik, ke otak dan kemudian otak bekerja untuk memberi tanggapan sehingga menghasilkan penglihatan. Sel saraf batang bekerja untuk penglihatan dalam suasana kurang cahaya, misal malam hari. Sedangkan sel saraf kerucut bekerja untuk penglihatan suasana terang, misal siang hari.(12,14)2.2 Penurunan Ketajaman PenglihatanKetajam penglihatan adalah kemampuan untuk membedakan antara dua titik yang berbeda pada jarak tertentu. Bila pandangan diarahkan ke suatu titik yang jaraknya kurang dari 6 meter, mekanisme pemfokusan mata untuk menambah kekuatan fokus mata dan mendapatkan bayangan yang jelas di retina harus diaktifkan. Kemampuan mata untuk merubah daya fokusnya disebut akomodasi, yang berubah tergantung usia. Tajam penglihatan normal rata-rata bervariasai antara 6/4 hingga 6/6. Penglihatan yang optimal hanya dapat dicapai bila terdapat suatu jalur saraf visual yang utuh, stuktur mata yang sehat serta kemampuan fokus mata yang tepat.(15)2.2.1 Klasifikasi Penurunan Visus

Penurunan ketajaman penglihatan dapat diklasifikasikan berdasarkan hasil pengukuran menggunakan Snellen chart Optotipe, sebagai berikut(12):

1. Tajam penglihatan normal

Pada tahap ini penglihatan mata normal dan sehat. Yang termasuk tajam penglihatan normal adalah visus dengan pengukuran optotipe snellen yang berjarak 6 meter didapatkan visus 6/3, 6/5, 6/6, dan 6/7,5.

2. Tajam penglihatan hampir normal

Pada tahap ini penurunan visus tidak menimbulkan masalah gawat, akan tetapi perlu diketahui penyebab mungkin suatu penyakit yang dapat diperbaiki. Yang termasuk tajam penglihatan hampir normal adalah visus dengan pengukuran optotipe snellen yang berjarak 6 meter didapatkan visus 6/9, 5/9, 6/12, 6/15, 6/18, dan 6/21.

3. Gangguan penglihatan sedang

Pada tahap ini dengan kaca mata kuat atau kaca pembesar masih dapat membaca dengan cepat. Yang termasuk gangguan penglihatan sedang adalah visus dengan pengukuran optotipe snellen yang berjarak 6 meter didapatkan visus 6/24, 6/30, dan 6/38.4. Gangguan penglihatan berat

Pada tahap ini masih mungkin orientasi dan mobilitas umum akan tetapi mendapat kesukaran pada lalu lintas dan melihat nomor mobil. Untuk membaca diperlukan dengan kaca pembesar kuat. Yang termasuk gangguan penglihatan berat adalah visus dengan pengukuran optotipe snellen yang berjarak 6 meter didapatkan visus 6/60, 6/90, dan 6/120.

5. Gangguan penglihatan nyata

Pada tahap ini dengan penderita mulai bertambah masalah orientasi dan mobilisasinya. Yang termasuk gangguan penglihatan nyata adalah visus dengan dengan pengukuran optotipe snellen yang berjarak 6 meter didapatkan visus 6/240.

6. Hampir buta

Yang termasuk hampir buta adalah visus dengan penglihatan kurang dari 4 kaki untuk menghitung jari.

7. Buta total

Penderita tidak mengenal rangsang sama sekali.

Menurut data terakhir yang tersedia mengenai kebutaan (Departemen Kesehatan Republik Indonesia), pada tahun 2000 tingkat kebutaan di Indonesia adalah 1,5%, dan merupakan tingkat tertinggi di antara negara-negara Asia Tenggara; tingkat kebutaan di Bangladesh adalah 1,0%, di India 0,7%, dan di Thailand 0,3%. Tapi, belum ada data yang tepat pada penurunan tajam penglihatan dan kebutaan pada anak-anak di Indonesia.(17)Penurunan ketajaman penglihatan sering diikuti oleh penurunan kinerja manusia dalam menangani tugas yang dibebankan.(20,22)

2.2.2 Faktor yang Mempengaruhi Ketajaman Penglihatan1. Kuat penerangan atau pencahayaan

Menurut Amrita (2000), penelitiannya menunjukkan adanya pengaruh pencahayaan terhadap ketajaman penglihatan yang berkaitan dengan kecepatan dan ketelitian tenaga kerja bagian pengelasan di industry kecil Tabanan, Bali.(15) Apabila seseorang berada di tempat yang sangat terang untuk waktu yang lama, maka banyak sekali fotokimiawi yang terdapat didalam sel batang dan sel kerucut diubah menjadi retinal dan opsin. Selanjutnya sebagian besar retinal dalam sel batang dan sel kerucut akan banyak berkurang, akibatnya sensitivitas terhadap cahaya juga turut berkurang. Pencahayaan yang kurang memadai dapat menimbulkan kelelahan mata akibat kontraksi otot siliaris yang terus-menerus untuk mendapatkan penglihatan yang baik.(17) Hal ini dapat mengganggu kemampuan akomodasi mata yang berujung pada penurunan ketajaman penglihatan.(16)

2. Radiasi elektromagnetik

Pengaruh gelombang sinar yang dihasilkan layar monitor komputer dan laptop dapat mempengaruhi daya akomodasi mata. Hal ini dikarenakan sinar biru yang dihasilkan komputer paling bersifat miopigenik.(16)3. Intensitas penggunaan elektromagnetik

Mata sebenarnya tidak terlalu tepat untuk menatap layar monitor karena mata tidak dapat terlalu lama berusaha untuk memfokuskan pada titik-titik kecil atau pixel yang membentuk bayangan pada layar monitor.(4) Seorang pengguna laptop harus terus-menerus berusaha memfokuskan matanya untuk menjaga ketajaman gambar yang dilihatnya pada layar monitor. Proses tersebut mengakibatkan timbulnya stres yang berulang-ulang pada otot mata. Hal tersebut semakin diperberat dengan berkurangnya frekuensi berkedip sehingga mata menjadi kering dan terasa perih. Akibatnya kemampuan mata untuk memfokuskan diri menjadi berkurang dan penglihatan akan menjadi kabur.(5)4. Usia

Ketajaman penglihatan berkurang menurut bertambahnya usia. Pada tenaga kerja berusia lebih dari 40 tahun, visus jarang ditemukan 6/6, melainkan berkurang. Oleh karena itu kontras dan ukuran benda perlu lebih besar untuk melihat dengan ketajaman yang sama. Penurunan kemampuan akomodasi yang berkaitan dengan usia disebut presbiop. Presbiop timbul mulai umur kira-kira 40 tahun.(15) Bertambahnya umur mengakibatkan lensa bertambah besar dan lebih pipih, berwarna kekuningan dan menjadi lebih keras. Kondisi seperti ini mengakibatkan lensa kehilangan kekenyalan dan kapasitas untuk melengkung juga berkurang.(11)5. Herediter

Proporsi gangguan penglihatan pada kelompok yang memiliki keluarga berkacamata lebih tinggi dibandingkan yang tidak memiliki keluarga berkacamata. Dari penelitian yang dilakukan pada 479 siswa di Kabupaten Karangasem pada bulan Agustus 2008, 95% mengalami kebutaan dan 4,6% mengalami gangguan penglihatan parah. Dari data tersebut 35,9% penyebab kebutaan atau gangguan penglihatan parah terletak pada bola mata, 18,9% pada retina, 16,4% pada lensa, serta 16,1% pada kornea. Sebagian besar tidak diketahui penyebabnya, akan tetapi 31,9% disebabkan oleh faktor herediter.(16)2.2.3 Pemeriksaan Ketajaman PenglihatanPemeriksaan tajam penglihatan merupakan pemeriksaan fungsi mata. Gangguan penglihatan memerlukan pemeriksaan untuk mengetahui sebab kelainan mata yang mengakibatkan turunnya tajam penglihatan. Tajam penglihatan perlu dicatat pada setiap mata yang memberikan keluhan mata.(12)Untuk mengetahui tajam penglihatan seseorang dapat dilakukan dengan kartu Snellen menentukan jumlah jari (hitung jari), ataupun proyeksi sinar. Untuk besarnya kemampuan mata membedakan bentuk dan rincian benda ditentukan dengan kemampuan melihat benda terkecil yang masih dapat dilihat pada jarak tertentu.(12)Kemampuan mata melihat benda atau secara rinci sebuah objek secara kuantitatif ditentukan dengan 2 cara :

1. Sebanding dengan sudut resolusi minimum (dalam busur menit). Ini merupakan tajam penglihatan resolusi. Disebut juga resolusi minimum tajam penglihatan.

2. Dengan fraksi Snellen. Ini ditentukan dengan mempergunakan huruf atau cincin Landolt atau objek ekuivalen lainnya.

Biasanya pemeriksaan tajam penglihatan ditentukan dengan melihat kemampuan mata membaca huruf-huruf berbagai ukuran pada jarak baku untuk kartu. Hasilnya dinyatakan dengan angka pecahan seperti 20/20 untuk penglihatan normal. Pada keadaan ini mata dapat melihat huruf pada jarak 20 kaki yang seharusnya dapat dilihat pada jarak tersebut.(12)Dengan kartu Snellen standar dapat ditentukan tajam penglihatan atau kemampuan melihat seseorang, seperti:(12) Bila tajam penglihatan 6/6 maka berarti ia dapat melihat huruf pada jarak 6 meter, yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 6 meter

Bila pasien hanya dapat membaca pada huruf baris yang menunjukkan angka 30, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/30

Bila pasien hanya dapat membaca huruf pada baris yang menunjukkan angka 50, berarti tajam penglihatan pasien adalah 6/50

Bila tajam penglihatan adalah 6/60 berarti ia hanya dapat terlihat pada jarak 6 meter yang oleh orang normal huruf tersebut dapat dilihat pada jarak 60 meter

Bila pasien tidak dapat mengenal huruf terbesar pada kartu Snellen maka dilakukan uji hitung jari. Jari dapat dilihat terpisah oleh orang normal pada jarak 60 meter

Bila pasien hanya dapat melihat atau menentukan jumlah jari yang diperlihatkan pada jarak 3 meter, maka dinyatakan tajam 3/60. Dengan pengujian ini tajam penglihatan hanya dapat dinilai sampai 1/60, yang berarti hanya dapat menghitung jari pada jarak 1 meter.

Dengan uji lambaian tangan, makan dapat dinyatakan tajam penglihatan pasien yang lebih buruk daripada 1/60. Orang normal dapat melihat gerakan atau lambaian tangan pada jarak 300 meter. Bila mata hanya dapat melihat lambaian tangan pada jarak 1 meter, berarti tajam penglihatannya adalah 1/300.

Kadang-kadang mata hanya dapat mengenal adanya sinar saja dan tidak dapat melihat lambaian tangan. Keadaan ini disebut sebagai tajam penglihatan 1/~. Orang normal dapat melihat adanya sinar pada jarak tak terhingga.

Bila penglihatan sama sekali tidak mengenal adanya sinar, maka dikatakan penglihatannya adal 0 (nol) atau buta total.

2.3 Intensitas Penggunaan Laptop

2.3.1 Definisi

Intensitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keadaan tingkatan. Menurut John M. Echols, dalam Kamus Bahasa Inggris-Indonesia, kata intensitas berasal dari Bahasa Inggris yaitu intense yang berarti semangat, giat. Secara sederhana, intensitas dapat diartikan sebagai tingkatan usaha yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu tujuan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa intensitas penggunaan laptop adalah tingkatan usaha (seberapa sering) dan seberapa lama waktu seseorang dalam menggunakan laptop.

2.3.2 Laptop

Dimulai pada pertengahan tahun 1970-an, perakit komputer menawarkan produk komputer mereka ke masyarakat umum. Sejak itu komputer tidak hanya digunakan di lembaga-lembaga saja, komputer juga dapat dimiliki secara pribadi. Dengan bantuan perangkat komputer, pekerjaan yang dilakukan menjadi semakin cepat dengan akurasi yang cukup tinggi sehingga akan terjadi penghematan baik tenaga dan waktu.(18)Komputer kemudian berevolusi menuju ukuran yang lebih kecil, dari komputer yang digunakan di atas meja (desktop computer) menjadi komputer yang dapat dimasukkan ke dalam tas (laptop). Komputer dengan mobilitas lebih tinggi ini membuatnya lebih praktis bila disbanding dengan PC sehingga ia lebih banyak diminati berbagai kalangan masyarakat. Hal ini terlihat berdasarkan data Apkomindo (Asosiasi Pengusaha Komputer Indonesia), pada kuartal keempat tahun 2009, penjualan PC diyakini stagnan di level 300.000 unit, sedangkan penjualan laptop tembus hingga 450.000 unit.(18)Menurut Hedge, Direktur Human Factors and Ergonomics Laboratory di University Cornell, mengatakan bahwa dilihat dari desainnya, laptop tidak pernah dimaksudkan sebagai pengganti PC. Laptop seharusnya hanya sebagai pengguna sesekali, tidak untuk menjadi mesin yang digunakan saat bekerja selama 8 jam sehari, 52 minggu dalam setahun. Peran laptop yang sangat besar dewasa ini, ditambah penggunaan internet yang semakin popular menyebabkan kebanyakan orang menghabiskan waktu di depan laptop sedikitnya 3 jam sehari. The University of North Carolina at Asheville mengelompokkan beban kerja pekerja laptop atas dasar lama waktu kerja:(18)

1. Pekerja komputer/laptop dengan beban kerja berat adalah pekerja dengan lama waktu kerja 4 jam sehari secara terus-menerus.

2. Pekerja komputer/laptop dengan beban kerja sedang adalah pekerja dengan lama waktu kerja 2-4 jam sehari secara terus-menerus

3. Pekerja komputer/laptop dengan beban kerja ringan adalah pekerja dengan lama waktu kerja kurang dari 2 jam sehari secara terus-menerusTabel 1. Intensitas Penggunaan Laptop(18)Intensitas Penggunaan LaptopMingguBulanKeterangan

Pengguna Berat>10 jam40 jamTinggi

Pengguna Sedang2,5-10 jam10-40 jamSedang

Pengguna Ringan