iai-kasp - draft etika revisi2

29
EXPOSURE DRAFT ATURAN ETIKA IKATAN AKUNTAN INDONESIA KOMPARTEMEN AKUNTAN SEKTOR PUBLIK JANUARI 2007

Upload: frans-e-totti

Post on 25-Nov-2015

73 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

EtIKA IAI KASP

TRANSCRIPT

SOPP - Ethics

EXPOSURE DRAFTATURAN ETIKA

IKATAN AKUNTAN INDONESIA

KOMPARTEMEN AKUNTAN SEKTOR PUBLIK

JANUARI 2007

DAFTAR ISI

PENGANTAR1PENDAHULUAN2KEPENTINGAN masyarakat3TUJUAN MENYELURUH4PRINSIP-PRINSIP DASAR5PENERAPAN ATURAN ETIKALampiran A Pedoman Penerapan Aturan Etika Lampiran B Studi KasusLampiran C Peraturan Perundangan Terkait AtURAN ETIKA IKATAN AKUNTAN INDONESIA

KOMPARTEMEN AKUNTAN SEKTOR PUBLIK pENGANTAR Akuntan yang bekerja pada sektor publik banyak mendapat sorotan masyarakat. Apakah itu sebagai pimpinan lembaga, kepala biro keuangan, kepala bagian atau pegawai biasa, masyarakat banyak menaruh perhatian kepadanya. Akuntan yang bekerja pada sektor publik memiliki tanggung jawab kepada masyarakat, profesi, lembaga profesi, instansi tempat ia bekerja, dan kepada diri pribadi bahwa ia bertindak sesuai dengan aturan sehingga masyarakat menaruh hormat kepadanya.Oleh karena itu etika menjadi penting dalam kehidupan sektor publik. Etika berkaitan dengan perilaku dan tindakan manusia yang tepat. Setiap orang diharapkan bertindak etis, terlebih lagi bagi para profesional. Namun demikian, kompleksitas jenis dan sifat tugas pada sektor publik, harapan masyarakat yang tinggi, serta meningkatnya tuntutan reformasi di segala bidang kehidupan bermasyarakat dan bernegara, semuanya mempengaruhi cara kita berperilaku dan beragamnya permasalahan yang harus dihadapi dalam merumuskan aturan etika yang tepat pada sektor publik.

Kompartemen Akuntan Sektor Publik, salah satu kompartemen Ikatan Akuntan Indonesia, berkewajiban menyusun Aturan Etika ini sesuai tugas yang diberikan Ikatan Akuntan Indonesia. Aturan Etika ini disusun dalam kerangka Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia. Kerangka Kode Etik Ikatan Akuntan Indonesia mencakup :

Kode Etik Umum Akuntan Indonesia

Aturan Etika

Interpretasi Aturan Etika

Aturan Etika dan Interpretasi Aturan Etika merupakan kewajiban setiap kompartemen untuk menyusunnya. Penyusunan Aturan Etika ini merupakan realisasi atas salah satu kewajiban tersebut. Secara spesifik, substansi yang terkandung dalam Aturan Etika ini mengacu pada Standard of Professional Practice on Ethics yang merupakan standar etika yang diadopsi untuk akuntan sektor publik oleh the Chartered Institute of Public Finance and Accountancy (CIPFA) dari Code of Ethics for Professional Accountants yang diterbitkan oleh the International Federation of Accountants (IFAC), melalui beberapa modifikasi sesuai dengan situasi dan kondisi di Indonesia.

1PENDAHULUAN

1.1Aturan Etika ini harus diterapkan oleh anggota Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI KASP) dan staf profesional (baik anggota IAI KASP maupun bukan anggota IAI KASP) yang bekerja untuk dan atas nama akuntan pada lembaga sektor publik. 1.2Seorang profesional memiliki karakteristik tertentu mencakup :

Menguasai keahlian intelektual tertentu, yang diperoleh melalui pendidikan dan pelatihan;

Melakukan tugas untuk klien, , instansi tempat ia bekerja, dan masyarakat secara luas;

Mempunyai, memahami, dan patuh terhadap kode etik dan standar teknis profesi;

Memiliki pandangan obyektif; Memiliki integritas yang tinggi;

Memberikan layanannya berdasarkan standar pelaksanaan tugas dan kinerja yang tinggi.1.3Hal-hal spesifik menyangkut profesi akuntan, seperti pengetahuan dan keahlian khusus, pelatihan dan pengalaman yang diperlukan bagi seorang akuntan yang profesional, serta sifat layanan yang diberikannya, dapat menimbulkan kesulitan bagi pengguna layanan yang menggantungkan diri pada para akuntan untuk menilai kualitas dan standar layanan profesional yang mereka terima.1.4Demi kepentingan masyarakat dan para akuntan itu sendiri maka aturan etika yang diterapkan oleh anggota profesi dinyatakan secara jelas dan dipahami oleh seluruh pihak yang berkepentingan. 2KEPENTINGAN MASYARAKAT2.1Keuangan merupakan aspek penting bagi pelaksanaan kegiatan bisnis maupun kegiatan kehidupan masyarakat. Integritas fungsi keuangan oleh karenanya merupakan hal penting apabila bisnis dan pemerintahan ingin berjalan secara baik. Integritas fungsi keuangan tersebut sebagian besar berada pada profesi akuntan.2.2Pihak-pihak yang berkepentingan dengan layanan profesi akuntan meliputi pembayar pajak, klien langsung, instansi tempat bekerja, karyawan, pemerintah, investor, debitur dan kreditur, dan pihak-pihak lain dalam komunitas bisnis dan layanan kemasyarakatan yang menyandarkan diri pada independensi dan integritas profesi akuntan dalam melaksanakan kewajiban prosesinya sebagai bahan untuk : Mengelola pinjaman dan investasi;

Memastikan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya; Menunjukkan pengendalian intern yang baik dalam organisasi;

Menciptakan penerapan yang meyakinkan dan wajar pada sistem keuangan;

Membantu dalam pembuatan keputusan manajemen yang baik;

Menunjukkan akuntabilitas.

Profesi akuntan bertanggungjawab untuk ikut memelihara kesejahteraan masyarakat dengan membantu memelihara pengelolaan keuangan yang baik . 2.3Peran penting akuntan dalam masyarakat hanya dapat dijalankan apabila akuntan menjalankan profesinya secara berkesinambungan dan menunjukkan bahwa layanannya diberikan dengan tingkat kinerja tinggi, sesuai dengan aturan etika yang dirancang untuk mempertahankan keyakinan masyarakat bahwa profesi akuntan akan selalu bertindak untuk kepentingan masyarakat dan tidak untuk kepentingannya sendiri.

3TUJUAN MENYELURUH3.1Tujuan profesi akuntan adalah bekerja berdasarkan standar profesi yang tinggi, mencapai tingkat kinerja tinggi dan secara umum memenuhi persyaratan kepentingan masyarakat yang diuraikan di atas. Tujuan tersebut menghendaki tiga kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi, yaitu :

Kredibilitas

Di dalam masyarakat terdapat kebutuhan akan kredibilitas dalam informasi dan sistem informasi, dengan artian dapat diyakini kewajarannya dan dapat dipercaya.

Kualitas Layanan

Terdapat kebutuhan untuk memperoleh keyakinan bahwa seluruh layanan yang diperoleh dari anggota profesi akuntan dilaksanakan berdasarkan standar kinerja yang tinggi.

Keyakinan

Pengguna layanan yang diberikan anggota profesi akuntan harus dapat merasa yakin bahwa terdapat kerangka etika profesional dan standar teknis yang mengatur persyaratan-persyaratan layanan dan persyaratan tersebut tidak dapat dikompromikan.4PRINSIP-PRINSIP DASAR

Untuk mencapai tujuan di atas anggota profesi akuntan sektor publik, selanjutnya disebut anggota profesi, harus memperhatikan dan berpegang pada prinsip-prinsip dasar. Prinsip-prinsip tersebut diuraikan di bawah ini. Panduan untuk menerapkan prinsip-prinsip tersebut diuraikan pada Lampiran A.4.1INTEGRITAS

Anggota profesi harus dapat dipercaya, menjunjung kebenaran dan kejujuran.

4.2OBYEKTIVITAS

Anggota profesi harus selalu mempertahankan obyektivitas profesinya. Ia harus adil dan tidak boleh bertindak atas dasar prasangka atau bias, pertentangan kepentingan, atau pengaruh dari pihak lain dalam mengambil keputusan atau tindakan.4.3KOMPETENSI DAN KEHATI-HATIAN

Anggota profesi harus menjalankan layanan profesinya dengan seksama, penuh kompetensi dan ketekunan, dan memiliki tugas yang berkelanjutan untuk mempertahankan pengetahuan dan keahlian profesinya pada tingkat yang diperlukan untuk meyakinkan bahwa instansi tempat ia bekerja atau kliennya menerima manfaat dari layanan profesinya berdasarkan pengembangan praktik, ketentuan, dan teknik-teknik yang mutakhir.4.4KERAHASIAAN

Walaupun dalam pelaksanaan seluruh kegiatan sedapat mungkin perlu dilakukan secara terbuka dan transparan, namun anggota profesi harus menjaga kerahasiaan informasi yang diperoleh selama pelaksanaan layanan profesinya. Anggota profesi tidak boleh mengungkap informasi tersebut tanpa persetujuan khusus kecuali terdapat hak hukum atau profesi atau kewajiban untuk mengungkapkannya.

4.5KETEPATAN BERTINDAK

Anggota profesi harus bertindak konsisten dalam mempertahankan reputasi profesi dan lembaga profesi akuntan sektor publik serta menahan diri dari setiap tindakan yang dapat mendiskreditkan lembaga profesi atau dirinya dalam kapasitas profesinya. 4.6STANDAR TEKNIS DAN PROFESIONAL

Anggota profesi harus mejalankan layanan profesinya sesuai dengan standar teknis dan profesional yang relevan.

5PENERAPAN ATURAN ETIKA5.1Tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dasar yang terkandung dalam Aturan Etika ini berlaku bagi seluruh anggota Ikatan Akuntan Indonesia Kompartemen Akuntan Sektor Publik (IAI KASP) dan staf profesional (baik anggota IAI KASP maupun bukan anggota IAI KASP) yang bekerja untuk dan atas nama akuntan pada lembaga sektor publik. dan pelanggaran terhadapnya merupakan dasar bagi pengambilan tindakan disiplin bagi pelakunya. Lampiran A menyajikan panduan mengenai penerapan tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dasar Aturan Etika.

5.2Anggota profesi dianjurkan untuk menggunakan pertimbangannya dalam menerapkan tujuan-tujuan dan prinsip-prinsip dasar Aturan Etika ini pada keadaan-keadaan tertentu sesuai dengan kondisi permasalahannya. 5.3Dalam hal anggota profesi tidak yakin mengenai bagaimana memecahkan permasalahan etika, ia harus mengkonsultasikannya kepada pihak yang berwenang yang ditunjuk untuk itu. 5.4Panduan mengenai penerapan Aturan Etika bagi anggota profesi yang bekerja diluar Indonesia diuraikan pada Lampiran A pada butir A.10 .

LAMPIRAN A : PANDUAN PENERAPAN ATURAN ETIKABAGIAN 1 : Penerapan Prinsip-prinsip Dasar Dalam menerapkan prinsi-prinsip dasar, anggota profesi harus menyadari bahwa untuk mempertahankan kepercayaan masyarakat ia harus menjalankan aktivitasnya sedemikian rupa sehingga ia dapat menunjukkan bahwa prinsip-prinsip dasar tersebut benar-benar diterapkan. A.1IntegritasA.1.1Adalah penting bagi anggota profesi untuk mempertahankan reputasi integritasnya. Pengertian integritas bukan hanya kejujuran tetapi juga sifat dapat dipercaya, bertindak adil dan berdasarkan keadaan yang sebenarnya. A.1.2Atribut-atribut tersebut berkaitan dengan masalah keunggulan personal yang muncul dari aktivitas profesional dan dari cara bagaimana pemberian layanan kepada instansi tempat ia bekerja dan klien dilaksanakan. Sebagai contoh, tantangan bagi integritas muncul dalam situasi adanya kesempatan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara, yang dapat menciptakan gambaran keuangan yang sama sekali berbeda-beda. Anggota profesi harus tahan terhadap setiap tekanan, apa pun alasannya, untuk memanipulasikan fakta-fakta. Apabila pertimbangan profesional dilakukan dalam situasi adanya tekanan tersebut, pertimbangan dan alasannya harus didokumentasikan. A.1.3Anggota profesi biasanya diharapkan untuk memberikan nasihat dan komentar atas masalah keuangan dan ia harus selalu waspada terhadap kemungkinan yang dapat mengganggu integritasnya. A.2ObyektivitasA.2.1Objektivitas dilakukan ketika anggota profesi membuat keputusan-keputusan berdasarkan seluruh bukti yang tersedia, tidak tergantung pada, atau dipengaruhi oleh, pendapat atau prasangka pribadi, atau oleh tekanan atau pengaruh yang tidak benar. A.2.2Anggota profesi mungkin dihadapkan pada situasi dimana ia mendapatkan tekanan yang dapat mengancam obyektivitasnya. Demikian pula, hubungan dengan pihak-pihak tertentu dapat menimbulkan prasangka, bias atau pengaruh yang mengancam obyektivitas. Adalah tidak mungkin untuk mendefinisikan dan menguraikan seluruh situasi dan keterkaitan dimana tekanan-tekanan terjadi. Anggota profesi harus tetap menunjukkan sikap rasional dalam mengidentifikasikan keadaan dan hubungan dengan pihak-pihak tertentu yang kemungkinan akan mengganggu obyektivitasnya. Ketidakmampuan menegakkan satu atau lebih dari prinsip-prinsip dasar Aturan Etika karena keadaan atau adanya hubungan dengan pihak-pihak tertentu mengindikasikan kurangnya obyektivitas.A.2.3Anggota profesi tidak boleh secara bersamaan memegang jabatan atau melakukan pekerjaan bisnis atau aktivitas lain yang mengganggu atau mungkin dianggap mengganggu kemampuannya melaksanakan peran layanannya kepada masyarakat dengan penuh integritas dan obyektivitas. Ia harus memberikan pertimbangan kepada instansi tempat ia bekerja atas seluruh kepentingan pihak luar, baik yang bersifat finansial maupun non finansial, yang berkaitan dengan tanggungjawab pekerjaannya. A.3Kompetensi dan Kehati-hatianA.3.1Anggota profesi tidak diperkenankan memberikan suatu layanan profesional jika ia tidak memiliki kompetensi untuk melakukannya, kecuali diperoleh bantuan dari tenaga ahli yang kompeten sehingga memungkinkan ia dapat melaksanakan tugas tersebut secara memuaskan.

A.3.2Kompetensi profesi dapat dibagi kedalam dua bagian terpisah namun berkaitan, yaitu : (a)Perolehan kompetensi melalui pendidikan

Kompetensi profesi diperoleh melalui pendidikan umum dengan standar tinggi diikuti dengan pendidikan khusus, pelatihan dan ujian mata pelajaran yang relevan dengan profesi, serta pengalaman kerja.

(b)Mempertahankan kompetensi

Untuk mempertahankan kompetensi diperlukan kesadaran untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan dalam profesi akuntansi termasuk penerbitan-penerbitan nasional dan internasional yang relevan dengan akunting, auditing dan peraturan dan persyaratan-persyaratan hukum lainnya.

A.3.3Anggota profesi juga harus waspada terhadap risiko bagi reputasi diri maupun lembaga berupa pelaksanaan tugas yang tidak kompeten. Anggota profesi harus meyakinkan bahwa ia memenuhi persyaratan hukum, standar akunting dan auditing. Apabila lembaga profesi telah mengeluarkan aturan pelaksanaan atau terdapat pedoman formal lainnya, aturan-aturan tersebut harus dipatuhi.A.4KerahasiaanA.4.1Anggota profesi berkewajiban menjaga kerahasiaan informasi mengenai urusan dan pekerjaan instansi tempat ia bekerja atau kliennya. Kewajiban tersebut berlanjut hingga periode setelah hubungan dengan instansi tempat ia bekerja atau klien tersebut berakhir.

A.4.2Anggota profesi harus senantiasa memperhatikan aspek kerahasiaan, kecuali adanya kewenangan khusus yang diberikan atau terdapat perintah yang sah atau secara profesi diharuskan untuk untuk mengungkapkan informasi tersebut. Anggota profesi berkewajiban meyakinkan bahwa seluruh staf dan personilnya menghormati prinsip kerahasiaan. Kerahasiaan bukan sekedar masalah pengungkapan informasi, tapi juga menghendaki bahwa anggota profesi yang memperoleh informasi selama pelaksanaan tugasnya tidak boleh menggunakan atau tampak menggunakan informasi tersebut untuk keuntungan pribadi atau pihak ketiga.A.4.3Anggota profesi yang mengungkapkan informasi rahasia, atau penggunaan informasi tersebut untuk maksud pribadi dapat dianggap bersalah telah melanggar prinsip kerahasaan yang dapat dikenai sanksi sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku.A.4.4Dalam keadaan tertentu pengungkapan informasi rahasia dapat dilakukan, apabila :

Pengungkapan diijinkan oleh pihak yang berwenang. Namun demikian, walaupun pengungkapan informasi rahasia diijinkan oleh instansi tempat ia bekerja atau klien, kepentingan seluruh pihak, termasuk pihak ketiga yang mungkin terkena dampak, harus dipertimbangkan;

Pengungkapan diharuskan oleh undang-undang, misalnya mengenai kasus pencucian uang.

Pengungkapan untuk kepentingan masyarakat yang dilindungi oleh undang-undang.

A.4.5Apabila anggota profesi telah menentukan bahwa informasi rahasia harus diungkapkan, hal-hal berikut ini harus diperhatikan : Apakah fakta-fakta yang relevan telah diketahui dan didukung dengan bukti yang kuat; jika situasinya menyangkut fakta dan opini yang tidak kuat, pertimbangan profesional harus digunakan dalam menentukan jenis pengungkapan yang akan dilakukan, jika ada;

Luasnya komunikasi; dalam keadaan tertentu anggota profesi harus puas bahwa pihak-pihak kepada siapa komunikasi disampaikan adalah penerima informasi yang tepat dan memiliki tanggungjawab untuk bertindak atas dasar informasi tersebut;

Anggota profesi harus senantiasa memperoleh nasihat hukum yang profesional dan/atau berkonsultasi dengan organisasi yang tepat sebelum membuat pengungkapan.A.4.6Prinsip kerahasiaan tidak boleh digunakan secara salah oleh anggota profesi dalam melaksanakan pekerjaannya, sehingga menghalangi kepatuhan terhadap prinsip-prinsip dasar etika.

A5Perilaku yang Tepat A.5.1Anggota profesi tidak diperkenankan berperilaku yang akan mendiskreditkan, berprasangka kepada atau kemungkinan mengurangi keyakinan masyarakat terhadapnya dalam kapasitas profesionalnya, kapasitas profesi akuntansi maupun lembaga profesi. Anggota profesi harus mempromosikan prinsip-prinsip dasar etika melalui kepemimpinan dan keteladanan.A.5.2Seorang anggota profesi yang mengetahui adanya perilaku profesi yang tidak benar (misconduct) oleh anggota profesi lainnya harus mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk melindungi masyarakat, profesi, lembaga profesi, instansi tempat ia bekerja, dan anggota profesi lainnya. Sebelum mengambil tindakan, anggota profesi harus mengumpulkan bukti-bukti dan setiap laporan misconduct harus dibuat secara jujur dan dapat dipertahankan kebenarannya. Anggota profesi kemudian menginformasikannya kepada pihak yang berwenang, misalnya pihak yang ditunjuk sebagai wakil dari instansi tempat ia bekerja atau badan yang berwenang lainnya.A.5.3Apabila anggota profesi melanggar undang-undang, hal ini akan akan mengurangi keyakinan masyarakat. Jenis dan sifat pelanggaran harus diperhatikan oleh lembaga profesi dalam menentukan dampaknya terhadap profesi akuntansi atau lembaga profesi.A.5.4Pelaksanaan tugas yang baik mencakup juga perilaku. Anggota profesi harus berperilaku sopan dan penuh pertimbangan terhadap semua pihak dimana ia berhubungan selama pelaksanaan tugasnya.

A.6Standar Teknis dan Profesional A.6.1Dalam pelaksanaan kegiatan profesi, anggota profesi harus mematuhi standar-standar yang ditetapkan oleh Ikatan Akuntan Indonesia dan Pemerintah Republik Indonesia.A.6.2Anggota profesi juga harus mematuhi aturan perilaku yang ditetapkan oleh instansi tempat ia bekerja. A.6.3Dalam hal terjadi pertentangan diantara ketentuan-ketentuan yang ada pada standar dan aturan tersebut, maka permasalahannya dikembalikan kepada masing-masing lembaga penyusun standar dan aturan tersebut.

LAMPIRAN A : PANDUAN PENERAPAN ATURAN ETIKA (lanjutan)

BAGIAN 2 : Panduan Umum Lainnya

A.7Good Governance

A.7.1Anggota profesi diharapkan mendukung good governance dan penerapan prinsip-prinsip kehidupan masyarakat yang baik dalam organisasi tempat ia bekerja. Prinsip-prinsip tersebut antara lain : Tidak mementingkan diri sendiri Integritas Obyektivitas Akuntabilitas Keterbukaan Kejujuran

KepemimpinanA.7.2Struktur dan proses organisasi harus mencakup :

Akuntabilitas keberadaan organisasi

Akuntabilitas penggunaan dana publik

Komunikasi dengan stakeholders Peran dan tanggung jawab dan keseimbangan kekuasaan antara pihak pemilik dan pengelola.

A.7.3Pelaporan keuangan dan pengendalian intern harus mencakup :

Pelaporan tahunan Manajemen risiko dan audit internal Komite audit Komite penelaah kinerja Audit eksternal.

A.7.4Standar perilaku mencakup :

Kepemimpinan Aturan perilakuA.8Pertentangan KepentinganA.8.1Anggota profesi harus waspada terhadap faktor-faktor yang dapat menimbulkan pertentangan kepentingan. Perbedaan pendapat yang jujur diantara para akuntan yang profesional bukan merupakan masalah etika.

A.8.2Namun demikian, dimungkinkan bahwa dalam keadaan tertentu tanggung jawab anggota profesi bertentangan dengan permintaan internal atau eksternal, dalam hal ini :

Adanya tekanan di tempat kerja dari atasan atau klien.

Adanya tekanan dari pihak luar, seperti keluarga atau relasi.

Adanya tuntutan untuk bertindak bertentangan dengan standar teknis dan/atau profesional.

Adanya tuntutan loyalitas kepada atasan yang bertentangan dengan tuntutan mematuhi standar profesi.

Adanya publikasi informasi yang menyesatkan yang menguntungkan pihak instansi tempat bekerja atau klien.

Anggota profesi dihadapkan pada peluang untuk memperoleh keuntungan personal atas beban instansi tempat bekerja atau klien.Dalam menghadapi kondisi seperti tersebut di atas, anggota profesi harus senantiasa berpegang teguh pada prinsip-prinsip dasar aturan etika.

A.9Fasilitas dan HadiahA.9.1Dalam praktik pelaksanaan tugas dimungkinkan adanya tawaran pemberian fasilitas atau hadiah dari pihak yang memiliki atau akan memiliki hubungan kontraktual dengan anggota profesi. A.9.2Dalam menghadapi kondisi seperti ini, anggota profesi harus mengacu dan memperhatikan seluruh peraturan perundang-undangan mengenai tindak pidana korupsi dan peraturan/pedoman lainnya yang berhubungan. A.9.4Sepanjang tidak diatur dalam peraturan perundang-undangan mengenai tindak pidana korupsi, keraguan mengenai ada atau tidaknya unsur tindakan korupsi dalam tawaran suatu pemberian fasilitas atau hadiah tersebut, anggota profesi harus melakukan tindakan sebagai berikut : (a)mempertimbangkan untuk menerima tawaran tersebut hanya jika anggota profesi mengganggap bahwa pemberian tersebut adalah normal dan masuk akal. Normal dan masuk akal diartikan sebagai hal yang sama akan dilakukan oleh instansi tempat ia bekerja pada situasi serupa. (b)meyakinkan diri bahwa level atau jenis penerimaan fasilitas/hadiah yang tidak mempengaruhi independensi/obyektivitas seorang anggota profesi. Anggota profesi harus bertanya pada diri sendiri bagaimana masyarakat berpersepsi terhadap penerimaan tersebut dan meneliti jawaban atas pertanyaan tersebut dengan mencari pandangan yang independen dari dalam instansi tempat ia bekerja. (c)mencatat seluruh tawaran pemberian fasilitas atau hadiah (terlepas apakah diterima, ditolak, atau dikembalikan) dan catatan ini dilaporkan.(d)menolak, apabila diragukan bahwa tawaran pemberian tersebut layak diterima.A.10Penerapan Aturan Etika bagi Anggota Profesi yang Bekerja di Luar Indonesia.A.10.1Apabila anggota profesi memberikan layanan di negara lain di luar Indonesia dan aturan etika yang diberlakukan di negara lain tersebut berbeda dengan aturan etika ini, maka kondisi berikut harus diterapkan :

Apabila aturan etika di negara lain lebih lunak dari aturan etika ini, anggota profesi harus menerapkan aturan etika ini.

Apabila aturan etika di negara lain lebih keras dari aturan etika ini, anggota profesi harus menerapkan aturan etika yang berlaku di negara lain tersebut.

STUDI KASUS 1

IKATAN AKUNTAN INDONESIA

KOMPARTEMEN AKUNTAN SEKTOR PUBLIK ( IAI KASP )

22