zona koagulasi

13
1. Zona koagulasi Zona yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh panas 2. Zona statis Berada diluar zona koagulasi, terjadi kerusakan endotel pembuluh darah disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi no flow phenomena, diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamsai local. Berlangsung 12-24 jam pasca cedera, kemungkinan berakhir dengan nekrosis jaringan. 3. Zona hiperemi Diluar zona statis, reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi selular. Zona ini dapat sembuh spontan, berubah menjadi zona statis, bahkan zona koagulasi. Pemeriksaan Dalam Pada korban yang meninggal karena luka bakar, tidak ditemukan kelainan yang spesifik, dimana kelainan- kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan dalam juga bisa dijumpai pada keadaan-keadaan lain. Kelainan-kelainan tersebut hampir melingkupi semua organ: a) Sistem pernapasan

Upload: mustikadr

Post on 15-Feb-2015

35 views

Category:

Documents


8 download

TRANSCRIPT

Page 1: Zona Koagulasi

1. Zona koagulasi

Zona yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh

panas

2. Zona statis

Berada diluar zona koagulasi, terjadi kerusakan endotel pembuluh darah

disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi no

flow phenomena, diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamsai

local. Berlangsung 12-24 jam pasca cedera, kemungkinan berakhir dengan

nekrosis jaringan.

3. Zona hiperemi

Diluar zona statis, reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi

selular. Zona ini dapat sembuh spontan, berubah menjadi zona statis, bahkan

zona koagulasi.

Pemeriksaan Dalam

Pada korban yang meninggal karena luka bakar, tidak ditemukan kelainan

yang spesifik, dimana kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan

dalam juga bisa dijumpai pada keadaan-keadaan lain.

Kelainan-kelainan tersebut hampir melingkupi semua organ:

a) Sistem pernapasan

Pada pemeriksaan makroskopik, paru-paru menjadi lebih berat dan

mengalami konsolidasi. Kelainan yang tersering ditemukan antara lain:

Udem laringofaring

Tracheobronchitis

Pneumonia

Kongesti paru

Udem interstitial

Peteki pada pleura

Page 2: Zona Koagulasi

Adanya pigmen karbon melekat pada saluran napas

Adanya pigmen karbon ini menunjukkan bahwa korban telah menghirup asap dan masih

hidup pada saat terbakar.

b) Jantung

Udem interstitial dan fragmentasi myocardium dapat terjadi pada penderita dengan luka

bakar thermis, tetapi perubahan-perubahan ini tidak khas dan dapat ditemukan keadaan-

keadaan lain. Pada penderita dengan septicemia, ditemukan adanya metastase focus septic

pada myocardium dan endokardium. Perubahan lain berupa gambaran peteki pada

pericardium dan endokardium.

c) Hati

Pada korban yang meninggal karena luka bakar yang superficial, ditemukan adanya

perlemakan hati, bendungan, nekrosis, dan hepatomegali. Hal ini merupakan tanda yang

nonspesifik.

Perlemakan hati sering dihubungkan dengan nutrisi yang tidak optimal. Nekrosis hati

relative jarang ditemukan dan biasanya merupakan tipe perdarahan sentrilobuler. Keadaan

ini dapat dijumpai pada syok yang lama, hipoksemia, dan kegagalan jantung kongesti. Tipe

nekrosis ini lebih banyak disebabkan oleh bahan koagulasi yang dipakai dalam pengobatan

daripada karena luka bakar sendiri.

Beberapa sarjana melaporkan bahwa insidens dari kerusakan hati meningkat jika dalam

pengobatan. Digunakan bahan-bahan sepertiasam tarnat, perak nitrat, dan feriklorida.

Sedangkan hepatomegali sering ditemukan dalam keadaan hipoalbuminemia.

d) Limpa dan Kelenjar getah bening

Kelainan-kelainan yang ditemukan adalah edema dan nekrosis dari germinal centre dan

infiltrasi makrofag. Peneliti lain yang melaporkan adanya eosinopenia dalam limpa yaitu

sebagai akibat adanya hiperaktifitas adrenal.

e) Ginjal

Organ ini tidak terpengaruh langsung pada luka bakar thermik. Perubahan yang terjadi

pada organ ini biasanya merupakan akibat dari komplikasi yang terjadi. Pada korban ynang

mengalami komplikasi berupa syok yang lama, dapat terjadi acute tubular necrosis pada

tubulus proksimal dan distal serta thrombosis vena. Acute tubular nekrosis in diduga

Page 3: Zona Koagulasi

disebabkan adanya heme cast pada medulla yang bisa ditemukan pada pemeriksaan

mikroskopik.

Pada korban yang mengalami luka bakar yang fatal, dapat ditemukan adanya

pembesaran ginjal. Traktus genitalis merupakan sumber infeksi yang potensial pada luka

bakar, terutama pada korban yang memakai dauer kateter, dimana populasi bakteri yang

ditemukan biasanya tidak berbeda dengan populasi yang terjadi, bakteri tersebut antara

lain: pseudomonas, aerobacter, staphylococcus, dan proteus.

f) Saluran pencernaan

Pada penderita luka bakar dapat dijumpai curling’s ulcer yang kadang-kadang

mengalami perforasi. Kelainan-kelainan ini dapat sebagai ancaman bagi penderita luka

bakar karena bisa terjadi perdarahan profuse dan perforasi dari mukosa saluran pencernaan

yang biasanya berakibat fatal.

g) Kelenjar endokrin

1) Thyroid

Berat dan aktifitas kelenjar thyroid meningkat pada penderita dengan luka bakar.

2) Thymus

Perubahan pada organ ini adalah terjadinya involusi yang diduga disebabkan oleh

hiperaktifitas kelenjar adrenal sebagai respons terhadap stress yang nonspesifik.

3) Adrenal

Kenaikan kadar steroid dalam darah dan urine pada penderita luka bakar termik diduga

karena peningkatan aktifitas dan ukuran kelenjar adrenal. Perubahan patologis yang

terjadi pada kelenjar adrenal setelah luka bakar thermik ialah penimbunan lemak dan

bendungan sinusoid-sinusoid pada cortex dan medulla. Perubahan-perubahan ini

bersama dengan autolysis dan dapat menyebabkan perdarahan fokal pada kelenjar.

h) Susunan saraf pusat

Dilaporkan adanya perubahan-perubahan pada susunan saraf pusat berupa edema,

kongesti, kenaikan tekanan intracranial dan herniasi dari tonsilla cerebellum melewati

forame magnum serta adanya perdarahan intracranial. Tetapi perubahan-perubahan ini

diduga terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan air dan elektrolit, karena kebanyakan

Page 4: Zona Koagulasi

pada pasien dengan luka bakar terjadi kenaikan temperature tubuh tidak lebih dari satu

derajat, jadi dengan demikian, otak tidak selalu terpengaruh oleh jejas thermik.

Sel-sel neuron tidak menunjukkan perubahan-perubahan abnormal kecuali sel-sel

purkinye yang menunjukkan perubahan degenerative. Pada penderita yang mengalami

komplikasi berupa sepsis, maka dapat ditemukan adanya mikroabses dan meningitis

hematogenous.

i) Sistem musculoskeletal

Otot-otot, tendo dan tulang, jarang sekali terpengaruh oleh luka bakar thermik, kecuali

pada kebakaran luas. Perubahan yang dapat terjadi adalah fraktur patologis yaitu pada

tulang kepala. Hal ini dapat disebabkanoleh karena kenaikan tekanan intracranial yang

mendadak, sedangkan pada anggota gerak disebabkan oleh karena pemendekan otot-otot

yang berlebihan sehingga terjadi tarikan yang berlebihan pada tendon dan tulang.

Ada 4 stadium gejala / tanda dari asfiksia, yaitu :

o Fase dispnu / sianosis

o Fase konvulsi

o Fase apnu

o Fase akhir / terminal / final

Fase dispnu / sianosis asfiksia berlangsung kira-kira 4 menit.

Fase ini terjadi akibat rendahnya kadar oksigen dan tingginya kadar karbon dioksida. Tingginya

kadar karbon dioksida akan merangsang medulla oblongata sehingga terjadi perubahan pada

pernapasan, nadi dan tekanan darah. Pernapasan terlihat cepat, berat, dan sukar. Nadi teraba

cepat. Tekanan darah terukur meningkat.

Fase konvulsi asfiksia terjadi kira-kira 2 menit.

Awalnya berupa kejang klonik lalu kejang tonik kemudian opistotonik. Kesadaran mulai hilang,

pupil dilatasi, denyut jantung lambat, dan tekanan

darah turun.

Fase apnu asfiksia berlangsung kira-kira 1 menit.

Fase ini dapat kita amati berupa adanya depresi pusat pernapasan (napas lemah), kesadaran

menurun sampai hilang dan relaksasi spingter.

Fase akhir asfiksia ditandai oleh adanya paralisis pusat pernapasan lengkap. Denyut jantung

Page 5: Zona Koagulasi

beberapa saat masih ada lalu napas terhenti kemudian mati.

TRAUMA DINGIN

TRAUMA DINGIN: EFEK PADA JARINGAN LOKAL

Berat ringan trauma dingin bergantung pada suhu, lamanya kontak, keadaan lingkungan,

pelindung seperti pakaian.

Jenis trauma dingin

1. Frostnip

Bentuk paling ringan trauma dingin ditandai dengan nyeri pucat dan kesemutan pada daerah

yg terkena.keadaan ini dengan penghangatan dapat pulih sempurna.

2. Frostbite

Pembekuan jaringan karena pembekuan es interseluler dan bendungan mikrovaskuler

sehingga terjadi anoxia jaringan. Kerusakan jaringan juga terjadi akibat reperfusion injury

pada waktu tubuh dihangatkan

Pembagian derajat frostbite

a. Derajat pertama: hiperemi dan edem tanpa nekrosis kulit

b. Derajat dua: pembentukan vesikel/bulla disertai hiperemi dan edem

c. Derajat tiga: nekrosis seluruh lapisan kulit dan jaringan subcutan

d. Derajat empat: nekrosis seluruh kulit dan gangrene otot tulang

Bagian tubuh yang terkena frostbite mula-mula keras, dingin, berwarna putih, dan matirasa

yang kemudian dengan pemberian terapi berangsur-angsur berubah membaik. Pembagian

derajat seperti di atas sering tidak dapat di pakai untuk menentukan prognosis, karenanya

terapi penghangatan (rewarming) harus segera di lakukan pada semua derajat frostbite.

Beberapa ahli bahkan hanya membagi frostbite menjadi frostbite permukaan dan frostbite

dalam.

3. Non freezing injury

1. Disebabkan karena kerusakan endotel makrovaskular, stasis dan sumbatan vascular.

Trench foot adalah contoh nonfreezing injury tangan dan kaki akibat udara basah yg

Page 6: Zona Koagulasi

suhunya 1,60C sampai 100C, biasanya di derita oleh tentara, pelaut atau nelayan.

Vasospasme dan vasodilatasi arteri yang terjadi silih berganti mengakibatkan jaringan

yang dingin dan matirasa, berubah menjadi hiperemi dalam waktu 24 sampai 48 jam.

Hiperemi menimbulkan rasa nyeri hebat dan adanya kerusakan jaringan ditandai dengan

edema, bulla, kemerahan, ekimosis dan ulserasi. Akibatnya bisa timbul komplikasi lebih

jauh berupa ifeksi local, selulitis, limfangitis atau gangrene. Mencegah terjadinya trauma

seperti ini bisa dilakukan dengan memperhatikan hygiene kaki.

Perasaan gatal akibat suhu dingin, atau pernio merupakan manifestasi kulit karena

terkena udara lembab dan dingin terus menerus seerti pada nelayan, atau karena terkena

udara kering dan dingin seperti yang terjadi pada pendaki gunung. Pernio terutama

dialami wajah, permukaan anterior tibia, bagian dorsal tangan dan kaki serta bagian tubuh

yang tidak terlindung dan terkena langsung udara. Yang dialami penderita adalah rasa

gatal, lesi kulit merah-ungu (papula, macula, plak atau nodul). Bila proses terus berlanjut,

timbul ulkus dan pendarahan yang pada akhirnya menjadi jaringan parut, fibrosis atau

atrofi sedangkan gatal digantikan dengan rasa nyeri. Keadaan ini tidak menimbulkan

kerusakan, namun sangat mengganggu penderita.

Penanganannya berupa memberikan perlindungan tubuh agar jauh dari udara dingin, serta

pemberian anti andrenergik dan calcium channel blocker, yang biasanya dapat menolong.

Penanganan frostbite dan trauma non freezing

Penanganan harus dilakukan segera untuk memperpendek berlangsungnya pembekuan

jaringan, meskipun demikian penghangatan jangan dilakukan bila penderita mempunyai resiko

terkena pembekuan ulang. Baju yang sempit dan basah ditanggalkan dan diganti dengan selimut

hangat, diberi minuman hangat melalui mulut bila penderita bisa minum.

Rendam bagian tubuh yang terkena dalam air hangat 400C (1040F) yang berputar, sampai

warna kulit menjadi merah dan perfusinya kembali normal (biasanya dicapai dalam waktu 20

sampai 30 menit). Terapi penghangatan ini sangat baik bila bila dilakukan dalam bejana besar,

seperti misalnya bak mandi whirlpool. Hindari penggunaan udara kering yang panas dan jangan

digosok atau diurut. Tindakan pemanasan bisa menimbulkan rasa nyeri hebat karenanya jangan

lupa berikan analgesic (narkotika intravena). Dianjurkan juga untuk memasang monitor EKG

pada saat pemanasan.

Page 7: Zona Koagulasi

Perawatan luka frostbite

Tujuan penanganan luka frostbite adalah mencegah kerusakan jaringan dengan mencegah

terjadinya infeksi, mencegah pecahnya vesikel yang tidak terinfeksi, elevasi daerah luka serta

membiarkan jaringan yang luka terkena diudara terbuka. Luka dilindungi dengan kelambu dan

hindari penekanan pada jaringan.

Jarang frostbite yang diikuti dengan kehilangan massif cairan yang memerlukan resusitasi

intravena, meskipun kadang penderita bisa mengalami dehidrasi. Pemberian ATS profilaksis

tergantung pada status imunisasi sebelumnya. Antibiotika sistemik diberikan bila ada infeksi.

Luka hendaknya dijaga tetap bersih dan diusahakan agar bulla yang tidak terinfeksi tetap utuh

selama 7 sampai 10 hari sebagai pembalut biologis steril yang melindungi epitelialisasi

dibawahnya. Penderita jangan merokok dan mengkonsumsi zat vasokonstriksi lainnya. Berdiri

dan berjalan dilarang sampai edema hilang.

Beberapa tindakan telah dicoba sebagai usaha untuk memulihkan aliran darah ke jaringan

yang mengalami frostbite, namun kebanyakan tidak efektif. Simpatektomi, obat anti simpatis dan

obat vasodilatasia umumnya tidak mengubah perjalanan penyakit trauma dingin akut. Heparin,

obat trombolitik, oksigen hiperbarik juga tidak menunjukkan manfaat. Pada percobaan binatang

dekstran molekul rendah menunjukkan manfaat bersamaan dengan tindakan penghangatan.

Pada semua kasus trauma dingin, penentuan dalam dan luas kerusakan jaringan biasanya tidak

akurat sampai terbentuknya garis demarkasi, yang memerlukan waktu beberapa minggu sampai

beberapa bulan. Karenanya tindakan debridement atau amputasi jangan dilakukan terburu-buru,

kecuali memang ada infeksi dengan sepsis.

Page 8: Zona Koagulasi