zona koagulasi
TRANSCRIPT
1. Zona koagulasi
Zona yang langsung mengalami kerusakan (koagulasi protein) akibat pengaruh
panas
2. Zona statis
Berada diluar zona koagulasi, terjadi kerusakan endotel pembuluh darah
disertai kerusakan trombosit dan leukosit, sehingga terjadi gangguan perfusi no
flow phenomena, diikuti perubahan permeabilitas kapiler dan respon inflamsai
local. Berlangsung 12-24 jam pasca cedera, kemungkinan berakhir dengan
nekrosis jaringan.
3. Zona hiperemi
Diluar zona statis, reaksi berupa vasodilatasi tanpa banyak melibatkan reaksi
selular. Zona ini dapat sembuh spontan, berubah menjadi zona statis, bahkan
zona koagulasi.
Pemeriksaan Dalam
Pada korban yang meninggal karena luka bakar, tidak ditemukan kelainan
yang spesifik, dimana kelainan-kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan
dalam juga bisa dijumpai pada keadaan-keadaan lain.
Kelainan-kelainan tersebut hampir melingkupi semua organ:
a) Sistem pernapasan
Pada pemeriksaan makroskopik, paru-paru menjadi lebih berat dan
mengalami konsolidasi. Kelainan yang tersering ditemukan antara lain:
Udem laringofaring
Tracheobronchitis
Pneumonia
Kongesti paru
Udem interstitial
Peteki pada pleura
Adanya pigmen karbon melekat pada saluran napas
Adanya pigmen karbon ini menunjukkan bahwa korban telah menghirup asap dan masih
hidup pada saat terbakar.
b) Jantung
Udem interstitial dan fragmentasi myocardium dapat terjadi pada penderita dengan luka
bakar thermis, tetapi perubahan-perubahan ini tidak khas dan dapat ditemukan keadaan-
keadaan lain. Pada penderita dengan septicemia, ditemukan adanya metastase focus septic
pada myocardium dan endokardium. Perubahan lain berupa gambaran peteki pada
pericardium dan endokardium.
c) Hati
Pada korban yang meninggal karena luka bakar yang superficial, ditemukan adanya
perlemakan hati, bendungan, nekrosis, dan hepatomegali. Hal ini merupakan tanda yang
nonspesifik.
Perlemakan hati sering dihubungkan dengan nutrisi yang tidak optimal. Nekrosis hati
relative jarang ditemukan dan biasanya merupakan tipe perdarahan sentrilobuler. Keadaan
ini dapat dijumpai pada syok yang lama, hipoksemia, dan kegagalan jantung kongesti. Tipe
nekrosis ini lebih banyak disebabkan oleh bahan koagulasi yang dipakai dalam pengobatan
daripada karena luka bakar sendiri.
Beberapa sarjana melaporkan bahwa insidens dari kerusakan hati meningkat jika dalam
pengobatan. Digunakan bahan-bahan sepertiasam tarnat, perak nitrat, dan feriklorida.
Sedangkan hepatomegali sering ditemukan dalam keadaan hipoalbuminemia.
d) Limpa dan Kelenjar getah bening
Kelainan-kelainan yang ditemukan adalah edema dan nekrosis dari germinal centre dan
infiltrasi makrofag. Peneliti lain yang melaporkan adanya eosinopenia dalam limpa yaitu
sebagai akibat adanya hiperaktifitas adrenal.
e) Ginjal
Organ ini tidak terpengaruh langsung pada luka bakar thermik. Perubahan yang terjadi
pada organ ini biasanya merupakan akibat dari komplikasi yang terjadi. Pada korban ynang
mengalami komplikasi berupa syok yang lama, dapat terjadi acute tubular necrosis pada
tubulus proksimal dan distal serta thrombosis vena. Acute tubular nekrosis in diduga
disebabkan adanya heme cast pada medulla yang bisa ditemukan pada pemeriksaan
mikroskopik.
Pada korban yang mengalami luka bakar yang fatal, dapat ditemukan adanya
pembesaran ginjal. Traktus genitalis merupakan sumber infeksi yang potensial pada luka
bakar, terutama pada korban yang memakai dauer kateter, dimana populasi bakteri yang
ditemukan biasanya tidak berbeda dengan populasi yang terjadi, bakteri tersebut antara
lain: pseudomonas, aerobacter, staphylococcus, dan proteus.
f) Saluran pencernaan
Pada penderita luka bakar dapat dijumpai curling’s ulcer yang kadang-kadang
mengalami perforasi. Kelainan-kelainan ini dapat sebagai ancaman bagi penderita luka
bakar karena bisa terjadi perdarahan profuse dan perforasi dari mukosa saluran pencernaan
yang biasanya berakibat fatal.
g) Kelenjar endokrin
1) Thyroid
Berat dan aktifitas kelenjar thyroid meningkat pada penderita dengan luka bakar.
2) Thymus
Perubahan pada organ ini adalah terjadinya involusi yang diduga disebabkan oleh
hiperaktifitas kelenjar adrenal sebagai respons terhadap stress yang nonspesifik.
3) Adrenal
Kenaikan kadar steroid dalam darah dan urine pada penderita luka bakar termik diduga
karena peningkatan aktifitas dan ukuran kelenjar adrenal. Perubahan patologis yang
terjadi pada kelenjar adrenal setelah luka bakar thermik ialah penimbunan lemak dan
bendungan sinusoid-sinusoid pada cortex dan medulla. Perubahan-perubahan ini
bersama dengan autolysis dan dapat menyebabkan perdarahan fokal pada kelenjar.
h) Susunan saraf pusat
Dilaporkan adanya perubahan-perubahan pada susunan saraf pusat berupa edema,
kongesti, kenaikan tekanan intracranial dan herniasi dari tonsilla cerebellum melewati
forame magnum serta adanya perdarahan intracranial. Tetapi perubahan-perubahan ini
diduga terjadi akibat adanya gangguan keseimbangan air dan elektrolit, karena kebanyakan
pada pasien dengan luka bakar terjadi kenaikan temperature tubuh tidak lebih dari satu
derajat, jadi dengan demikian, otak tidak selalu terpengaruh oleh jejas thermik.
Sel-sel neuron tidak menunjukkan perubahan-perubahan abnormal kecuali sel-sel
purkinye yang menunjukkan perubahan degenerative. Pada penderita yang mengalami
komplikasi berupa sepsis, maka dapat ditemukan adanya mikroabses dan meningitis
hematogenous.
i) Sistem musculoskeletal
Otot-otot, tendo dan tulang, jarang sekali terpengaruh oleh luka bakar thermik, kecuali
pada kebakaran luas. Perubahan yang dapat terjadi adalah fraktur patologis yaitu pada
tulang kepala. Hal ini dapat disebabkanoleh karena kenaikan tekanan intracranial yang
mendadak, sedangkan pada anggota gerak disebabkan oleh karena pemendekan otot-otot
yang berlebihan sehingga terjadi tarikan yang berlebihan pada tendon dan tulang.
Ada 4 stadium gejala / tanda dari asfiksia, yaitu :
o Fase dispnu / sianosis
o Fase konvulsi
o Fase apnu
o Fase akhir / terminal / final
Fase dispnu / sianosis asfiksia berlangsung kira-kira 4 menit.
Fase ini terjadi akibat rendahnya kadar oksigen dan tingginya kadar karbon dioksida. Tingginya
kadar karbon dioksida akan merangsang medulla oblongata sehingga terjadi perubahan pada
pernapasan, nadi dan tekanan darah. Pernapasan terlihat cepat, berat, dan sukar. Nadi teraba
cepat. Tekanan darah terukur meningkat.
Fase konvulsi asfiksia terjadi kira-kira 2 menit.
Awalnya berupa kejang klonik lalu kejang tonik kemudian opistotonik. Kesadaran mulai hilang,
pupil dilatasi, denyut jantung lambat, dan tekanan
darah turun.
Fase apnu asfiksia berlangsung kira-kira 1 menit.
Fase ini dapat kita amati berupa adanya depresi pusat pernapasan (napas lemah), kesadaran
menurun sampai hilang dan relaksasi spingter.
Fase akhir asfiksia ditandai oleh adanya paralisis pusat pernapasan lengkap. Denyut jantung
beberapa saat masih ada lalu napas terhenti kemudian mati.
TRAUMA DINGIN
TRAUMA DINGIN: EFEK PADA JARINGAN LOKAL
Berat ringan trauma dingin bergantung pada suhu, lamanya kontak, keadaan lingkungan,
pelindung seperti pakaian.
Jenis trauma dingin
1. Frostnip
Bentuk paling ringan trauma dingin ditandai dengan nyeri pucat dan kesemutan pada daerah
yg terkena.keadaan ini dengan penghangatan dapat pulih sempurna.
2. Frostbite
Pembekuan jaringan karena pembekuan es interseluler dan bendungan mikrovaskuler
sehingga terjadi anoxia jaringan. Kerusakan jaringan juga terjadi akibat reperfusion injury
pada waktu tubuh dihangatkan
Pembagian derajat frostbite
a. Derajat pertama: hiperemi dan edem tanpa nekrosis kulit
b. Derajat dua: pembentukan vesikel/bulla disertai hiperemi dan edem
c. Derajat tiga: nekrosis seluruh lapisan kulit dan jaringan subcutan
d. Derajat empat: nekrosis seluruh kulit dan gangrene otot tulang
Bagian tubuh yang terkena frostbite mula-mula keras, dingin, berwarna putih, dan matirasa
yang kemudian dengan pemberian terapi berangsur-angsur berubah membaik. Pembagian
derajat seperti di atas sering tidak dapat di pakai untuk menentukan prognosis, karenanya
terapi penghangatan (rewarming) harus segera di lakukan pada semua derajat frostbite.
Beberapa ahli bahkan hanya membagi frostbite menjadi frostbite permukaan dan frostbite
dalam.
3. Non freezing injury
1. Disebabkan karena kerusakan endotel makrovaskular, stasis dan sumbatan vascular.
Trench foot adalah contoh nonfreezing injury tangan dan kaki akibat udara basah yg
suhunya 1,60C sampai 100C, biasanya di derita oleh tentara, pelaut atau nelayan.
Vasospasme dan vasodilatasi arteri yang terjadi silih berganti mengakibatkan jaringan
yang dingin dan matirasa, berubah menjadi hiperemi dalam waktu 24 sampai 48 jam.
Hiperemi menimbulkan rasa nyeri hebat dan adanya kerusakan jaringan ditandai dengan
edema, bulla, kemerahan, ekimosis dan ulserasi. Akibatnya bisa timbul komplikasi lebih
jauh berupa ifeksi local, selulitis, limfangitis atau gangrene. Mencegah terjadinya trauma
seperti ini bisa dilakukan dengan memperhatikan hygiene kaki.
Perasaan gatal akibat suhu dingin, atau pernio merupakan manifestasi kulit karena
terkena udara lembab dan dingin terus menerus seerti pada nelayan, atau karena terkena
udara kering dan dingin seperti yang terjadi pada pendaki gunung. Pernio terutama
dialami wajah, permukaan anterior tibia, bagian dorsal tangan dan kaki serta bagian tubuh
yang tidak terlindung dan terkena langsung udara. Yang dialami penderita adalah rasa
gatal, lesi kulit merah-ungu (papula, macula, plak atau nodul). Bila proses terus berlanjut,
timbul ulkus dan pendarahan yang pada akhirnya menjadi jaringan parut, fibrosis atau
atrofi sedangkan gatal digantikan dengan rasa nyeri. Keadaan ini tidak menimbulkan
kerusakan, namun sangat mengganggu penderita.
Penanganannya berupa memberikan perlindungan tubuh agar jauh dari udara dingin, serta
pemberian anti andrenergik dan calcium channel blocker, yang biasanya dapat menolong.
Penanganan frostbite dan trauma non freezing
Penanganan harus dilakukan segera untuk memperpendek berlangsungnya pembekuan
jaringan, meskipun demikian penghangatan jangan dilakukan bila penderita mempunyai resiko
terkena pembekuan ulang. Baju yang sempit dan basah ditanggalkan dan diganti dengan selimut
hangat, diberi minuman hangat melalui mulut bila penderita bisa minum.
Rendam bagian tubuh yang terkena dalam air hangat 400C (1040F) yang berputar, sampai
warna kulit menjadi merah dan perfusinya kembali normal (biasanya dicapai dalam waktu 20
sampai 30 menit). Terapi penghangatan ini sangat baik bila bila dilakukan dalam bejana besar,
seperti misalnya bak mandi whirlpool. Hindari penggunaan udara kering yang panas dan jangan
digosok atau diurut. Tindakan pemanasan bisa menimbulkan rasa nyeri hebat karenanya jangan
lupa berikan analgesic (narkotika intravena). Dianjurkan juga untuk memasang monitor EKG
pada saat pemanasan.
Perawatan luka frostbite
Tujuan penanganan luka frostbite adalah mencegah kerusakan jaringan dengan mencegah
terjadinya infeksi, mencegah pecahnya vesikel yang tidak terinfeksi, elevasi daerah luka serta
membiarkan jaringan yang luka terkena diudara terbuka. Luka dilindungi dengan kelambu dan
hindari penekanan pada jaringan.
Jarang frostbite yang diikuti dengan kehilangan massif cairan yang memerlukan resusitasi
intravena, meskipun kadang penderita bisa mengalami dehidrasi. Pemberian ATS profilaksis
tergantung pada status imunisasi sebelumnya. Antibiotika sistemik diberikan bila ada infeksi.
Luka hendaknya dijaga tetap bersih dan diusahakan agar bulla yang tidak terinfeksi tetap utuh
selama 7 sampai 10 hari sebagai pembalut biologis steril yang melindungi epitelialisasi
dibawahnya. Penderita jangan merokok dan mengkonsumsi zat vasokonstriksi lainnya. Berdiri
dan berjalan dilarang sampai edema hilang.
Beberapa tindakan telah dicoba sebagai usaha untuk memulihkan aliran darah ke jaringan
yang mengalami frostbite, namun kebanyakan tidak efektif. Simpatektomi, obat anti simpatis dan
obat vasodilatasia umumnya tidak mengubah perjalanan penyakit trauma dingin akut. Heparin,
obat trombolitik, oksigen hiperbarik juga tidak menunjukkan manfaat. Pada percobaan binatang
dekstran molekul rendah menunjukkan manfaat bersamaan dengan tindakan penghangatan.
Pada semua kasus trauma dingin, penentuan dalam dan luas kerusakan jaringan biasanya tidak
akurat sampai terbentuknya garis demarkasi, yang memerlukan waktu beberapa minggu sampai
beberapa bulan. Karenanya tindakan debridement atau amputasi jangan dilakukan terburu-buru,
kecuali memang ada infeksi dengan sepsis.