wrap up diare a1

Upload: steven-holmes

Post on 14-Apr-2018

226 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    1/26

    SASARAN BELAJAR

    L.I. 1. Memahami dan Mempelajari Keseimbangan Asam-Basa dalam Tubuh

    L.O. 1.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Keseimbangan Asam-Basa

    L.O. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Asam-Basa

    L.O. 1.3. Memahami dan Menjelaskan Aspek Biokimia dan Fisiologi Keseimbangan

    Asam-Basa

    L.I. 2. Memahami dan Mempelajari Gangguan Keseimbangan Asam-Basa

    L.O. 2.1. Klasifikasi Gangguan Keseimbangan Asam-Basa

    L.O. 2.2. Kasus Klinik Gangguan Keseimbangan Asam-Basa pada Kasus Diare (patologi,

    manifestasi, dll)

    L.I. 3. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan yang Diperlukan pada Gangguan

    Keseimbangan Asam-Basa

    L.O. 3.1. Pemeriksaan Fisik

    L.O. 3.2. Pemeriksaan Penunjang

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    2/26

    L.I. 1. Memahami dan Mempelajari Keseimbangan Asam-Basa dalam Tubuh

    L.O. 1.1. Memahami dan Menjelaskan Definisi Keseimbangan Asam-Basa

    Definisi asam-basa menurut Arrhenius

    Menurut Arrhenius pada tahun 1903, asam adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion

    hidrogen (atau ion hidronium, H3O+) sehingga dapat meningkatkan konsentrasi ion hidronium

    (H3O+).

    basa adalah zat yang dalam air dapat menghasilkan ion hidroksida sehingga dapat meningkatkan

    konsentrasi ion hidroksida.

    Reaksi keseluruhannya :

    Secara umum :

    Konsep asam basa Arrhenius terbatas hanya pada larutan air, sehingga tidak dapat diterapkanpada larutan non-air, fasa gas dan fasa padatan dimana tidak ada H

    +dan OH

    -.

    Definisi asam-basa menurut Bronsted-Lowry

    Pada tahun 1923, Bronsted dan Lowry mendefinisikan :

    Asam adalah suatu senyawa yang dapat memberikan proton (H+) Basa adalah suatu senyawa

    yang dapat berperan sebagai menerima proton (H+).

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    3/26

    Pada kedua contoh reaksi di atas, air dapat bertindak sebagai basa dalam larutan HCl dan sebagai

    asam dalam larutan amonia. Senyawa yang dapat bertindak sebagai asam dan basa disebutsebagai senyawa amfoter. Contoh lain senyawa yang bersifat amfoter yaitu Al 2O3. Reaksi di atas

    menunjukkan pasangan asam-basa konjugasi. Pada reaksi kebalikannya, ion Cl-menerima proton

    dari ion oksonium (H3O+). Ion Cl

    -disebut sebagai basa dan ion oksonium (H3O

    +) disebut sebagai

    asam, sehingga HCl merupakan pasangan asam-basa konjugasi dari Cl-

    dan H2O merupakanpasangan asam-basa konjugasi dari ion oksonium (H3O

    +).

    Definisi asam-basa menurut Lux-Flood

    Sistem asam-basa Lux-Flood merupakan sistem asam-basa dalam larutan nonprotik yang tidakdapat menggunakan definisi Bronsted-Lowry. Contohnya, pada temperatur leleh suatu senyawa

    anorganik yang cukup tinggi reaksinya sebagai berikut:

    basa (CaO) adalah pemberi oksida

    asam (SiO2) adalah penerima oksida

    Sistem Lux-Flood terbatas pada sistem lelehan oksida, namun merupakan aspek anhidrida asam-

    basa dari kimia asam- basa yang sering diabaikan.

    Basa Lux-flood adalah suatu anhidrida basa.

    Sedangkan asam Lux-Flood adalah suatu anhidrida asam.

    Karakterisasi oksida logam dan non logam menggunakan sistem tersebut bermanfaat dalam

    industri pembuatan logam.

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    4/26

    Secara umum :

    Perbandingan reaksi netralisasi asam-basa menurut Arrhenius, Bronsted-Lowry dan sistem

    pelarut.

    L.O. 1.2. Memahami dan Menjelaskan Klasifikasi Asam-Basa

    Berdasarkan KekuatannyaKlasifikasi asam basa ini digolongkan berdasarkan kekuatannya dan ukuran

    terionisasi, dibagi menjadi 2 , yaitu:

    1.Asam kuat adalah senyawa yang terurai secara keseluruhan saat di larutkan dalam airdan menghasilkan jumlah ion semaksimum mungkin. Contoh HCL, HN, S,HCl

    Basa kuat adalah senyawa yang terurai secara keseluruhan saat dilarutkan dalam air

    dan bereaksi dengan asam. Contoh NaOH, KOH, Ba(OH

    2. Asam lemah adalah senyawa yang hanya sedikit terurai saat dilarutkan didalam air

    kurang bereaksi kuat dengan asam. Contoh H3PO4, H2SO3, HNO2, CH3COOH

    Basa lemah adalah senyawa yang hanya sedikit terurai saat dilarutkan dalam air.

    Contoh NaHCO3, NOH

    Berdasarkan Bentuk Ion Asam anion adalah asam yang mempunyai muatan negatif.

    Contoh : SO3-

    Asam kation adalah asam yang mempunyai muatan positif.Contoh : N

    +

    Basa anion adalah basa yang mempunyai muatan negatif.Contoh : Cl, C

    Basa kation adalah basa yang mempunyai muatan positif.Contoh : Na

    +

    Berdasarkan kemampuan ionisasi asam dan basa

    Asam dan basa monoprotik adalah asam dan basa yang dapat melepaskan satuion Hatau ion OH (dikenal juga dengan ionisasi primer)

    Contoh : asam monoprotik [HCl, HN, CCOOH]

    basa monoprotik [NaOH, KOH]

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    5/26

    Asam dan basa diprotik adalah asam dan basa yang dapat melepaskan 2 ion Hatau ion OH (dikenal dengan ionisasi sekunder)

    Contoh : asam diprotik [S H2S]

    basa diprotik [Mg(OH, Ca(OH)2, Ba(OH)2]

    Asam dan basa poliprotik adalah asam dan basa yang dapat melepaskan 3 ataulebih ion Hatau ion OH (dikenal juga dengan ionisasi tersier)

    Contoh : asam poliprotik [P]

    basa poliprotik [Al(OH)3]

    Asam-asam yang berasal dari proses metabolisme

    Asam volatil adalah asam yang mudah menguap, dapat berubah bentuk menjadibentuk cair maupun gas. Asam volatil merupakan hasil akhir dari metabolismeasam amino, lemak dan karbohidrat.

    Contoh : karbondioksida, asam karbonat

    Asam nonvolatil adalah asam yang tidak mudah menguap, tidak dapat berubahbentuk menjadi gas untuk diekskresi oleh paru-paru, tapi harus dieksresikan olehginjal.

    Contoh : asam organik, asam non-organik

    L.O. 1.3. Memahami dan Menjelaskan Aspek Biokimia dan Fisiologi Keseimbangan

    Asam-Basa

    Keseimbangan asam basa adalah keseimbangan ion hidrogen, keseimbangan antara ion []bebas dan [HC

    ] dalam cairan tubuh sehingga pH darah 7,35 7,45 atau keseimbangan tubuh

    yang harus dijaga kadar ion [] bebas dalam batas normal maupun pembentukan asam maupunbasa terus berlangsung dalam kehidupan.

    Cairan tubuh harus dilindungi dari perubahan pH karena sebagian besar enzim sangat peka

    terhadap perubahan pH. Mekanisme protektif harus berlangsung aktif dan secara terus meneruskarena proses metabolisme juga menyebabkan terbentuknya asam dan basa secara terus menerus

    (asam karbonat, asam sulfat, asam fosfat, asam laktat, asam sitrat, asam asetoasetat, ion

    ammonium, -hidroksibutirat).

    Karena ion [] berpengaruh besar dalam keseimbangan asam-basa, maka faktor yangmempengaruhi [] juga mempengaruhi keseimbangan asam basa, yaitu :

    a)Lebihnya kadar [] yang ada dalam cairan tubuh, berasal dari Pembentukan C yang sebagian berdisosiasi menjadi H+ dan HC Katabolisme zat organik Disosiasi asam organik pada metabolisme intermedik, contoh pada metabolik

    lemak terbentuk asam lemak dan laktat yaitu melepaskan [H+]

    b)Keseimbangan intake dan output ion [H+] tubuhBervariasi tergantung dari:

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    6/26

    Diet ( makanan ), H+ naik, jika kebanyakan makan asam (asidosis), sedangkandengan mengkonsumsi sayur dan buah bersifat basa banyak menghasilkan HC

    .

    Aktivitas yaitu lari cepat membuat tubuh kita asam karena menghasilkan banyakCO2 sehingga pH turun

    Proses anaerob yaitu lebih banyak penumpukan asam laktat seperti olahraga beratsehingga menimbulkan reaksi asam dan membuat pH turun

    Pengaturan keseimbangan asam basa diselenggarakan melalui koordinasi dari tiga sistem,yaitu :

    1. Sistem buffer2. Sistem respiratorik (sistem paru)3. Sistem metabolik (sistem ginjal)

    1. Sistem bufferSistem buffer disebut juga sistem penahan atau sistem penyangga, karena dapat

    menahan perubahan pH. Sistem buffer merupakan larutan yang mengandung asam dan basa

    konjugasinya.

    Sistem buffer kimia hanya mengatasi ketidakseimbangan asam basa sementara. Jika

    dengan buffer kimia tidak cukup memperbaiki, maka pengontrolan pH akan dilanjutkan oleh

    paru paru yang merespon secara cepat terhadap perubahan ion H+

    dalam darah karena

    rangsangan kemoreseptor dan pusat pernafasan mempertahankan kadar [H+] sampai ginjal

    menghilangkan ketidakseimbangan tersebut, ginjal mampu meregulasi ketidakseimbangan

    ion H+

    dengan mensekresikan ion H+

    dan menambahkan HC baru dalam darah karena

    memiliki dapar fosfat.

    Didalam tubuh terdapat beberapa sistem buffer, yaitu :

    Sistem buffer asam karbonat-bikarbonat Sistem buffer hemoglobin Sistem buffer protein Sistem buffer fosfat

    Fungsi utama sistem buffer ini adalah mencegah perubahan pH yang disebabkan oleh

    pengaruh asam fixed dan asam organik pada cairan ekstraseluler. Sistem ini memiliki

    keterbatasan, yaitu :

    Tidak dapat mencegah perubahan pH di cairan ekstraseluler yang disebabkan karenapeningkatan CO2

    Sistem ini hanya berfungsi bila sistem respirasi dan pusat pengendali sistempernafasan bekerja normal.

    Kemampuan menyelenggarakan sistem buffer tergantung pada tersedianya ionbikarbonat.

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    7/26

    Di bawah ini tabel buffer kimiawi dan peran utamanya :

    Sistem Buffer Fungsi Utama

    Sistem buffer asam karbonat :

    bikarbonat

    Buffer CES utama terhadap perubahan

    non-asam karbonat

    Sistem buffer protein Buffer CIS utama ; juga menyanggaCES

    Sistem buffer hemoglobin Buffer utama terhadap perubahan asam

    karbonat

    Sistem buffer fosfat Buffer urin yang penting ; juga

    menyangga CES

    Sistem Buffer : Pasangan buffer :

    adalah sistem buffer terpenting di CES untuk

    menyangga perubahan pH yang ditimbulkan oleh penyebab di luar fluktuasi H 2CO3

    penghasil CO2. Ini adalah sistem penyangga CES yang paling efektif karena dua sebab :

    1. dan banyak ditemukan di CES sehingga sistem ini cepat menahanperubahan pH.

    2. Setiap komponen dari pasangan buffer ini diatur secara ketat. Ginjal mengatur

    , dan sistem pernapasan mengatur CO2, yang menghasilkan H2CO3.

    Sistem buffer proteinSistem buffer protein berfungsi mengatur pH cairan ekstraserselular dan interstitial.

    Protein sebagai buffer berinteraksi secara ekstentif dengan sistem buffer lainnya. Proteintersusun oleh asam amino yang mempunyai sifat amfoter, yaitu asam amino akan bersifat

    sebagai kation pada suasana asam dan bersifat sebagai anion pada suasana basa.

    Fungsi pengaturan buffer protein:

    - Bila terjadi penurunan pH, gugus amino (-NH2) dari asam amino akan bertindak sebagaibasa lemah dengan mengikat ion hidrogen dan membentuk ion amonium. Gugus aminobertindak sebagai akseptor proton.

    - Bila terjadi peningkatan pH, gugus karboksil (-COOH) dari asam amino mengalamidisosiasi dan berubah menjadi ion karboksil dan ion H

    +. Gugus karboksil bertindak

    sebagai donor proton.

    Cairan interstitium yang mengandung protein dan asam amino terdisosiasi ikut berperanmengatur pH. Protein mengandung asam amino histidin yang mempunyai cincin imitazoldengan Pka = 6.0. Pada kebanyakan protein Pk sekitar 7.0-7.4. Proses pengaturan melalui

    sistem buffer protein berjalan lambat karena ion hidrogen harus melalui proses difusi

    membran sel yang dipengaruhi oleh pompa natrium.

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    8/26

    Sistem buffer hemoglobinBuffer hemoglobin (Hb) merupakan buffer intraseluler yang bekerja di dalam sel darah

    merah. Hb dapat berfungsi sebagai buffer karena mengandung residu histidin, yaitu asamamino yang dapat berikatan secara reversibelion hidrogen, menghasilkan Hb bentuk

    berproton dan tidak berproton.

    Na+

    + HCO3 NaHCO3Hb

    -+ H

    + HHb (PK 7-8)

    Pada sel darah merah, Hb dapat mengikat karbondioksida dan mengubahnya menjadikarbonat karena didalam sitoplasma terkandung anhidrase karbonat, dan proses

    pengikatan terjadi dengan cepat karena CO2 berdifusi cepat melintasi membran sel darah

    merah tanpa memerlukan mekanisme transport aktif membran sel. Kemampuan

    pengaturan ini dikenal sebagai sistem buffer hemoglobin.

    Buffer utama cairan ekstraseluler adalah sistem bikarbonat dan hemoglobin. Hb penting

    untuk pengangkutan oksigen ke jaringan, pengangkut CO2 dan sebagai sistem bufferyang kuat.

    Sistem buffer FosfatSistem buffer fosfat terdiri dari garam fosfat (NaH2PO4) yang asam yang dapat

    mendonasikan H+

    bebas ketika [H+] turun dan garam fosfat basa (Na2HPO4) yang dapat

    menerima H+

    bebas ketika [H+] meningkat.

    Karena fosfat paling banyak di dalam sel, maka sistem ini berperan secara signifikan

    dalam pendaparan intrasel, hanya disaingi oleh protein intrasel yang jumlahnya lebih

    banyak. Yang lebih penting, sistem fosfat berfungsi sebagai penyangga urin yang baik.

    Penyangga fosfat dapat mempertahankan pH darah 7,4. Penyangga di luar sel hanyasedikit jumlahnya, tetapi sangat penting untuk larutan penyangga urin.

    2. Sistem respiratorik (sistem paru) Sistem pernapasan berperan penting bagi keseimbangan asam-basa karena

    kemampuannya mengubah ventilasi paru-paru sehingga dapat mengubah kecepatan

    ekskresi C penghasil yang diatur oleh konsentrasi arteri.

    Pengaturan pernapasan terhadap keseimbangan asam basa merupakan tipe sistempenyangga fisiologis. Seluruh tenaga penyangga sistem pernapasan adalah 1 atau 2 kali

    lebih besar daripada tenaga penyangga kimia. Rata-rata secara normal terdapat sekitar 1,2 mmol/liter C yang terlarut dalam cairan

    ekstraseluler yang sama dengan 40mmHg PC. Bila pembentukan C metabolikmeningkat, cairan ekstraseluler PC juga meningkat.

    Jika konsentrasi meningkat, pusat pernapasan di batang otak secara refleks terangsanguntuk meningkatkan C ventilasi paru-paru yang mengakibatkan kedalaman nafasmeningkat sehingga lebih banyak yang dikeluarkan sehingga jumlah yangditambahkan ke dalam cairan tubuh berkurang. Karena C membentuk asam,

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    9/26

    pengeluaran Cpada dasarnya adalah pengeluaran asam dari tubuh. Jadi, pH tubuhdapat kembali ke pH normal. Jadi, peningkatan ventilasi alveolus menurunkan

    konsentrasi ion hidrogen cairan ekstraseluler dan meningkatkan pH. Begitu pulasebaliknya.

    Konsentrasi ion hidrogen juga berpengaruh terhadap kecepatan ventilasi alveolus.Sewaktu kecepatan alveolus menurun karena disebabkan oleh peningktan pH danpenurunan konsentrasi hidrogen, jumlah oksigen yang ditambahkan ke dalam darahmenurun dan tekanan parsial oksigen di dalam darah juga menurun sehingga memberikan

    efek merangsang kecepatan ventilasi.

    Paru-paru sangat penting dalam mempertahankan konsentrasi plasma. Setiap hari,paru-paru mengeluarkan yang berasal dari asam karbonat dari cairan tubuh , lebihbanyak daripada jumlah yang dikeluarkan oleh ginjal.

    Sistem pernapasan juga dapat menyesuaikan jumlah yang ditambahkan ke cairantubuh dari sumber sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan pH ke arah normal

    apabila terjadi fluktuasi konsentrasi dari sumber-sumber asam non-karbonat.

    Pengaturan oleh sistem pernapasan bekerja dengan kecepatan sedang dan hanya aktifberperan jika sistem penyangga kimiawi saja tidak mampu meminimalkan perubahankonsentrasi . Jika kelainan non-respiratorik mengubah konsentrasi , sistempernapasan hanya akan dapat mengembalikan pH 50-75% dari normal karena gayapendorong yang mengatur respon ventilasi kompensatorik lenyap apabila pH bergeser ke

    arah normal.

    Jika perubahan konsentrasi , terjadi akibat fluktuasi konsentrasi C yang timbul darigangguan pernapasan, mekanisme pernapasan sama sekali tidak dapat berperanmengontrol pH.

    Di bawah ini tabel penyesuaian sistem pernapasan terhadap asidosis dan alkalosis yang

    ditimbulkan oleh penyebab non-respirasi (metabolik) :

    Kompensasi Pernapasan

    Status Asam-Basa

    Normal (pH

    7,4)

    Asidosis Metabolik (pH

    7,1)

    Alkalosis Metabolik (pH

    7,7)

    Ventilasi Normal

    Laju Pengeluaran CO2 Normal

    Laju Pembentukan H2CO3 Normal

    Laju Pembentukan H+

    dari CO2 Normal

    3. Sistem metabolik (sistem ginjal) Ginjal tidak saja dapat mengubah-ubah pengeluaran , tetapi juga dapat menahan atau

    mengeliminasi HC

    Ginjal mampu memulihkan pH hampir tepat ke normal walaupun membutuhkan yanglebih lama.

    Ginjal mengontrol pH cairan tubuh dengan menyesuaikan 3 faktor yaitu :a. Ekskresi ion hidrogen

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    10/26

    Paru-paru hanya mampu mengeluarkan asam karbonat melalui eliminasi C .Tugas untuk mengeliminasi yang berasal dari asam sulfat, fosfat, laktat danasam lain terletak di dalam ginjal.

    Ginjal tidak saja secara kontinu mengeluarkan dalam jumlah normal yang terusmenerus dihasilkan dari sumber-sumber asamnon-karbonat, tetapi, juga mengubah-

    ubah kecepatan sekresinya untuk mengkompensasi perubahan konsentrasi

    yangtimbul dari kelainan konsentrasi asam karbonat.

    Besarnya sekresi bergantung pada status asam basa pada sel tubulus ginjal dantidak dipengaruhi oleh pengaruh hormonal.

    Proses sekresi berawal di sel-sel tubulus dengan C yang datang dari 3 sumberyaitu Cyang berdifusi dari plasma atau dari cairan tubulus atau C yangdiproduksi secara metabolis di dalam sel tubulus. Lalu C dan O membentuk yang akan berdisosiasi membentuk

    dan HC. Suatu pembawa yang

    bergantung energi di membran luminal kemudian mengangkut keluar sel kedalam lumen tubulus. Di bagian nefron, pembawa ini mengangkut yangberasal dari filtrat glomerulus ke arah yang berlawanan. Karena reaksi ini diawali

    dengan C jadi kecepatannya bergantung pada konsentrasi C, jika konsentrasiCmeningkat, maka reaksi akan berlangsung cepat.

    Jika konsentrasi di plasma tinggi, sel-sel tubulus akan berespon denganmensekresikan dalam jumlah yang lebih untuk disekresikan ke dalam urin,begitu pula sebaliknya. Ginjal tidak dapat meningkatkan konsentrasi plasma dengan

    mereabsorpsi yang sudah difiltrasi karena tidak terdapat mekanisme tersebut didalam ginjal.

    b. Ekskresi bikarbonat Sebelum dibuang oleh ginjal, yang dihasilkan dari asam non-karbonat

    disangga oleh HCplasma.

    Ginjal mengatur konsentrasi HC plasma melalui 2 mekanisme yaitu :1. Reabsorpsi HCyang difiltrasi kembali ke plasma Ion bikarbonat tidak mudah menembus membran luminal sel-sel tubulus

    ginjal sehingga tidak dapat difiltrasi dan direabsorpsi secara langsung.

    Ion hidrogen yang disekresikan ke luar sel tubulus berikatan denganHC

    yang difiltrasi untuk membentuk C. Lalu di bawah pengaruh

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    11/26

    karbonat anhidrase, C tersebut teruari menjadi O dan C. Lalu

    C masuk kembali ke dalam sel tubulus karena C mampu denganmudah menembus membran sel tubulus. Di dalam sel, di bawah pengaruh

    karbonat anhidrase intrasel, Cbergabung kembali dengan H2Omembentuk C

    yang akan terurai menjadi dan HC. Karena

    dapat menembus membran basolateral sel tubulus, HC

    secara pasifberdifusi keluar sel masuk ke dalam plasma kapiler-peritubulus. HC

    iniseolah-olah direabsorpsi padahal sebenarnya tidak.

    Dalam keadaan normal, ion hidrogen yang disekresikan ke dalam lumentubulus lebih banyak dibandingkan dengan ion bikarbonat yang difiltrasi.

    Sehingga semua ion bikarbonat yang difiltrasi biasanya direabsorpsi

    karena tersedia di lumen tubulus untuk berikatan dengannya.2. Penambahan HC yang baru ke dalam plasma Pada saat semua HC yang difiltrasi telah direabsorpsi dan sekresi

    tambahan telah dihasilkan oleh disosiasi C, HC yang dihasilkan

    berdifusi ke dalam plasma sebagai HC yang baru. Disebut baru karena

    kemunculannya di dalam plasma tidak berikatan dengan reabsorpsi HC

    yang difiltrasi. Sementara itu, yang dihasilkan bergabung denganpenyangga fosfat basa dan kemudian dieksresi di urin.

    Selama asidosis, ginjal melakukan kompensasi sebagai berikut : Meningkatkan sekresi dan ekskresi di urin sehingga kelebihan dapat

    dieliminasi dan konsentrasi di plasma menurun. Mereabsorpsi semua ion bikarbonat yang difiltrasi disertai dengan penambahanion bikarbonat baru ke plasma sehingga konsentrasi ion bikarbonat plasma

    meningkat. Begitu pula sebaliknya pada alkalosis.

    c. Sekresi amonia Terdapat dua penyangga urin yang penting yaitu penyangga fosfat (yang difiltrasi)

    dan amonia (NH3) yang disekresi.

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    12/26

    Dalam keadaan normal, ion hidrogen yang disekresikan, pertama disangga olehsistem penyangga fosfat, yang berada di dalam lumen tubulus karena kelebihan

    ingesti fosfat telah difiltrasi tetapi tidak direabsorpsi. Jika sekresi ion hidrogenmeningkat, kapasitas fosfat urin untuk menyangga akan terlampaui,tetapi ginjal

    tidak dapat mengeluarkan lebih banyak fosfat basa, maka semua ion fosfat basa

    akan diekskresikan agar berikatan dengan ion hidrogen. Lalu sel-sel tubulus mensekresikan Nke dalam lumen tubulus setelah penyangga

    fosfat urin menjadi jenuh. Lalu, ion Hidrogen akan terus berikatan dengan Nuntuk membentuk ion amonium (N

    )

    Ion amonium akan keluar melalui urin setiap ia mengangkut ion hidrogen. Nsengaja disintesis dari asam amino glutamin (setiap satu molekul glutamin

    menghasilkan dua ion Nyang akan dieksresikan melalui urin dan ion bikarbonatyang akan dikembalikan ke darah) di dalam sel tubulus kemudian berdifusi

    mengikuti penurunan gradien konsentrasike dalam lumen tubulus. Kecepatannya

    diatur oleh jumlah kelebihan ion hidrogen yang akan diangkut di urin.

    Untuk setiap N yang dieksresikan, dihasilkan HC yang baru untukditambahkan ke dalam darah.

    Sekresi N selama asidosis berfungsi untuk menyangga kelebihan ion hidrogen didalam lumen tubulus, sehingga ion hidrogen dapat disekresikan dalam jumlah besar

    ke dalam urin sebelum pH semakin menurun sampai batas 4,5.

    Di bawah ini tabel ringkasan respon ginjal terhadap asidosis dan alkalosis :

    Kelainan

    Asam-Basa

    Sekresi H+

    Ekskresi

    H+

    Reabsorpsi dan

    Penambahan

    Baru ke Plasma

    Ekskresi

    pH Urin Perubahan

    Kompensatorik

    pH Plasma

    Asidosis Normal Asam Alkalinasi ke

    arah normalAlkalosis Alkali Pengasaman

    kea rah normal

    L.I. 2. Memahami dan Mempelajari Gangguan Keseimbangan Asam-Basa

    L.O. 2.1. Klasifikasi Gangguan Keseimbangan Asam-Basa

    Penyimpangan status asam-basa normal dibagi menjadi empat kategori umum,

    bergantung pada sumber dan arah perubahan abnormal [H+]. Kategori-kategori tersebut adalah

    asidosis respiratorik, alkalosis respiratorik, asidosis metabolik, dan asidosis respiratorik.

    1. Asidosis MetabolikAsidosis metabolik (kekurangan HC

    ) adalah gangguan sistemik yang ditandaidengan penurunan primer kadar bikarbonat plasma, sehingga menyebabkan terjadinya

    penurunan pH (peningkatan []). [HC] ECF adalah kurang dari 22 mEq/L dan pH-

    nya kurang dari 7.35. Kompensasi pernapasan kemudian segera dimulai untuk

    menurunkan PaCmelalui hiperventilasi sehingga asidosis metabolik jarang terjadisecara akut.

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    13/26

    oEtiologi- Pembentukan asam yang berlebihan di dalam tubuh- Berkurangnya kadar ion HC dalam tubuh- Retensi ion H+ dalam tubuh.- Penambahan asam

    Oksidasi lemak tak sempurna pada asidosis dibetika / kelaparanOksidasi karbohidrat tak sempurna pada asidosis laktat

    - Pengurangan bikarbonat : asidosis tubulus ginjal, diare, kolostomi, dan ileostomi- Berbagai gangguan, seperti gagal ginjal, asidosis laktat, produksi badan keton naik,

    hyperaldosteron, keracunan

    oManifestasiGejala serta tanda asidosis metabolik cenderung tidak jelas, dan pasien dapat

    asimtomatik, kecuali jika [HCO3-] serum turun sampai di bawah 15 mEq/L. Pernafasan

    kussmaul (nafas dalam dan cepat yang menunjukan adanya hiperventilasi

    kompensatorik) mungkin lebih menonjol pada asidosis akibat ketoasidosis diabetik

    dibandingkan pada asidosis akibat gagal ginjal. Gejala dan tanda utama asidosismetabolik adalah kelainan kardiovaskular,neurologis, dan fungsi tulang.

    2. Alkalosis MetabolikAlkalosis metabolik (kelebihan HCO3

    -) adalah suatu gangguan sistemik yang dicirikan

    dengan adanya peningkatan primer kadar HCO3-

    plasma, sehingga menyebabkan

    peningkatan pH (penurunan [H+]. [HCO3

    -] ECF lebih besar dari 26 mEq/L dan pH lebih

    besar dari 7.45. Alkalosis metabolik sering disertai dengan berkurangnya volume ECF

    dan hipokalemia.

    oEtiologi- Kekurangan H

    +

    dari ECF(Muntah,penyedotan nasogastrik, diare dengan kehilanganklorida, diuretik, hipokalemia)

    - Retensi HCO3-(Pemberian natrium bikarbonat berlebihan, sindrom susu alkali)

    oManifestasiTidak terdapat gejala dan tanda alkalosis metabolik yang spesifik. Adanya gangguan ini

    harus dicurigai pada pasien yang memiliki riwayat muntah, penyedotan, nasogastrik,

    pengobatan diuretik atau pasien yang baru sembuh dari gagal nafas (Hiperkapnia)

    3. Asidosis RespiratorikAsidosis respiratorik (kelebihan H2CO3) ditandai dengan peningkatan primer PaCO2

    (hiperkapnia), sehingga menyebabkan terjadinya penurunan pH: PaCO2 lebih besar dari45 mmHg dan pH kurang dari 7.35. Kompensasi ginjal mengakibatkan peningkatan

    HCO3-serum. Asidosis respiratorik dapat timbul secara akut maupun kronis.

    oEtiologi Hambatan pada pusat pernafasan di medula oblongata (henti jantung akut), terapi

    oksigen pada hiperkapnia kronis, apnea saat tidur, obat-obatan:overdosis opiat,

    sedatif)

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    14/26

    Gangguan pada otot-otot pernafasan(penyakit neuromuskular, kifoskoliosis, obesitas yang berlebihan, cedera dinding

    dada)

    Gangguan pertukaran gas(emfisema dan bronkitis, edema paru akut, pneumonia, pneumotoraks)

    Obstruksi saluran nafas atas akut(aspirasi benda asing atau muntah, langiospasme atau edema laring)oManifestasi

    Gejala dan retensi CO2 tidak bersifat khas dan pada umumnya tidak mencerminkan

    kadar PaCO2 selain itu asidosis respiratorik akut maupun kronis selalu disertai oleh

    hipoksemia sehingga hipoksemia bertanggung jawab atas banyak tanda-tanda klinik

    akibat retensi CO2.

    4.Alkalosis Respiratorik

    Alkalosis respiratorik (kekurangan asam karbonat) adalah penurunan primer PaCO2

    (hipokapnia), sehingga terjadi penurunan pH. PaCO2 7,45.Kompensasi ginjal berupa penurunan ekskresi H

    +akibat lebih sedikit absorpsi HCO3

    -

    serum berbeda-beda, bergantung pada keadaannya yang akut atau kronis.

    o Etiologi Rangsangan pusat pernafasan

    (Hiperventilasi, hipermetabolik, tumor otak, cedera kepala, intoksikasi salisilat)

    Hipoksia(Gagal jantung kongestif, fibrosis paru, tinggal ditempat yang tinggi, asma, edema

    paru)

    Ventilasi mekanisme yang berlebihan Mekanisme yang belum jelas

    (Sepsis gram negatif, sirosis hepatis)

    Latihan fisiko Manifestasi

    Terdapat pola pernafasan yang berbeda-beda pada sindrom hiperventilasi yang

    diinduksi oleh kecemasan; mulai dari pernafasan yang normal sampai pernafasanyang jelas tampak lebih cepat, dalam, dan panjang. Pasien seringkali terlihat banyak

    menguap dan gejala mencolok lainnya adalah kepala terasa ringan, parestasi sekitar

    mulut. Apabila alkalosis yang terjadi cukup parah dapat timbul tetani seperti spasme

    karpopedal. Pasien dapat mengeluh kelelahan kronis, jantung berdebar-debar, cemas,mulut terasa kering, dan tidak bisa tidur. Gejala alkalosis respiratorik berat dapat

    disertai dengan ketidakmampuan berkonsentrasi, kekacauan mental, dan sinkop.

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    15/26

    Kompensasi Gangguan Keseimbangan asam basa

    Bila terjadi keadaan asidosis atau alkalosis maka tubuh akan melakukan mekanisme

    kompensasi oleh paru-paru dan ginjal, dengan merubah komponen PaCO2 dan HCO3.

    - Asidosis RespiratorikRespon kompensasi adalah peningkatan HCO3 plasma, yang disebabkan oleh

    penambahan bikarbonat baru ke dalam cairan ekstrasel oleh ginjal. Peningkatanbikarbonat membantu mengimbangi peningkatan PCO2, sehingga mengembalikan

    pH plasma kembali normal.

    - Asidosis MetabolikKompensasi primernya meliputi peningkatan kecepatan ventilasi, yang mengurangi

    PCO2 dan kompensasi ginjal, yang dengan menambahkan bikarbonat baru ke cairan

    ekstrasel membantu memperkecil penurunan awal konsentrasi HCO3 ekstrasel.

    - Alkalosis RespiratorikRespon kompensasi terhadap pengurangan PCO2 primer pada alkalosis respiratorikadalah pengurangan konsentrasi HCO3 plasma, yang disebabkan oleh peningkatan

    ekskresi HCO3 oleh ginjal.

    - Alkalosis MetabolikKompensasi utamanya adalah penurunan ventilasi, yang meningkatkan PCO2 dan

    peningkatan ekskresi HCO3 oleh ginjal, yang membantu mengkompensasi

    peningkatan awal konsentrasi HCO3 cairan ekstrasel.

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    16/26

    L.O. 2.2. Kasus Klinik Gangguan Keseimbangan Asam-Basa pada Kasus Diare

    (patologi, manifestasi, dll)

    Asidosis metabolik adalah jenis gangguan asam-basa yang paling sering dijumpai. Salah

    satu penyebabnya adalah diare berat. Selama pencernaan, getah pencernaan kaya HCO 3biasanya diekskresikan ke dalam saluran cerna, dan kemudian diserap kembali ke dalamplasma ketika pencernaan selesai. Selama diare, HCO3 ini hilang dari tubuh dan tidak

    direabsorpsi. Karena HCO3 berkurang, maka HCO3 yang tersedia untuk mendapar H+

    berkurang, sehingga lebih banyak H+

    bebas yang ada di cairan tubuh. Dengan melihat

    situasi ini dari segi yang berbeda, berkurangnya HCO3 menggeser reaksi

    ke kanan untuk mengompensasi defisit HCO3, meningkatkan [H+

    ] di atasnormal.

    Penyebab mendasar asidosis metabolik adalah penambahan asam terfikasi (non karbonat),

    kegagalan ginjal untuk mengekskresi beban asam harian, atau kehilangan bikarbonat basa.

    Penyebab asidosis metabolik umumnya dibagi dalam dua kelompok berdasarkan selisih

    anion yang normal atau meningkat. Penyebab asidosis metabolik dengan selisih anion yangtinggi adalah peningkatan anion tak terukur seperti asam sulfat, asam fosfat, asam laktat,

    dan asamasam organik lainnya.

    Anion-gap dalam plasma

    Dalam keadaan normal, jumlah anion dan kation di dalam tubuh adalah sama besar.Selisih antara Na dengan HNO3 dan Cl atau selisih dari anion lain dan kation lain di sebut

    sebagai anion-gap. Pada kelompok pembentukan asam organik yang berlebihan sebagaipenyebab asidosis metabolik, besar anion-gap akan meningkat oleh karena adanya

    penambahan anion lain yang berasal dari asam organik antara lain asam hidroksi butirat

    pada ketoadosis diabetik, asam laktat pada asidosis laktat, asam salisilat pada intoksikasi

    salisilat. Jumlah normal anion-gap dalam plasma 123 meq.

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    17/26

    Anion-gap dalam plasma [Na+][Cl

    -] + [HCO3]

    Asidosis metabolik dengan anion-gap yang normal selalu disertai dengan

    peningkatan ion-Cl dalam plasma sehingga disebut juga sebagai asidosis metabolik

    hiperkloremik.

    Anion-gap dalam urin

    Pada keadaan asidosis metabolik dengan anion gap normal, ion Cl yang berlebihan

    akan di sekresikan oleh sel interkaled duktus kolingentes bersama dengan sekresi ionH

    +. Terganggu atau normalnya ekskresi ion NH3 dalam bentuk NH4Cl dapat dinilai

    dengan menghitung anion gap di dalam urin.

    Anion-gap dalam urin [Na- urin + K-urin][Cl-urin]

    Bila hasilnya positif, terdapat gangguan pada ekskresi ion-NH3 sehingga NH4Cl

    tidak terbentuk akibat adanya gangguan sekresi ion H+

    di tubulus distal misalnya

    pada renal tubular asidosis. Hasil yang negatif, menunjukkan keadaan asidosis

    metabolik anion-gap normal dimana ekskresi ion Cl dalam bentuk NH4Cl sebandingdengan sekresi ion H

    +di tubulus distal yang terjadi akibat adanya asidosis metabolik,

    misalnya pada keadaan diare.

    Selisih Anion Normal

    (Hiperkloremik)

    Selisih Anion Meningkat

    Kehilangan Bikarbonat

    Kehilangan melalui saluran cerna:

    Diare lleostomi; fistula pancreas,

    biliaris, atau usus halus

    Kehilangan melalui ginjal: Asidosis tubulus proksimal

    ginjal (RTA)

    Inhibitor karbonik anhidrase Hipoaldosteronisme

    Peningkatan beban asam

    Ammonium klorida Cairan-cairan hiperalimentasi

    Pemberian IV larutan salin secara cepat

    Peningkatan produksi asam

    Asidosis laktat: laktat (perfusijaringan atau oksigenasi yang

    tidak memadai seperti pada syokatau henti kardiopulmor)

    Ketoasidosis metabolik Kelaparan : peningkatan asam-

    asam keto

    Intoksilasi alcohol : peningkatanasam-asam keto

    Menelan substansi toksik

    Overdosis salisilat : salisilat,laktat, keton

    Metanol atau formaldehid: formatGagal ginjal akut atau kronis

    Selain penyebab pada selisih anion, terdapat pula penyebab lain pada asidosis metabolik, antara

    lain:

    a. Pembentukan asam yang berlebihan (asam fixed dan asam metabolik) di dalam tubuh.Ion metabolik dibebaskan oleh metabolik buffer asam karbonat-bikarbonat, sehingga

    terjadi penurunan pH. Dalam klinik ditemukan keadaan ini seperti pada:

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    18/26

    - Asidosis laktat. Timbul karena hipoksia jaringan berkepanjangan, mengakibatkanjaringan mengalami proses metabolik anaerob.

    - Ketoasidosis. Timbul karena produksi badan keton dalam jumlah sangat tinggi padametabolik fase pasca absortif. Ketoasidosis merupakan akibat dari starvasi dan

    komplikasi diabetes mellitus yang tidak terkendali, jaringan tidak dapat

    memanfaatkan glukosa dari sirkulasi, sehingga mengandalkan metabolik lipid danketon.- Intoksikasi salisilat- Intoksikasi etanol

    b. Berkurangnya kadar ion-HCO3 di dalam tubuh. Penurunan konsentrasi HC di cairanekstraseluler menyebabkan penurunan efektifitas metabolik buffer dan asidosis timbul.

    Penyebab penurunan konsentrasi HC antara lain adalah diare, renal tubular acidosis

    proksimal, pemakaian obat inhibitor enzim anhidrase karbonat atau pada penyakit ginjal

    kronik stadium 3-4.c. Adanya retensi ion-H di dalam tubuh

    Jaringan tidak mampu mengupayakan ekskresi ion metabolik melalui ginjal. Kondisi ini

    dijumpai pada penyakit ginjal kronik stadium 4-5, RTA-1 atau RTA-4d. Diabetes mellitus. Kelainan metabolik lemak yang terjadi akibat ketidakmampuan selmenggunakan glukosa karena tidak terdapat insulin akan menyebabkan pembentukanberlebihan asam-asam keto, yang disosiasinya meningkatkan H

    +plasma.

    e. Olahraga berlebihan. Jika otot mengandalkan glikolisis metabolik sewaktu berolahragaberat terjadi kelebihan produksi asam laktat yang menyebabkan peningkatan H

    +.

    Indikasi koreksi asidosis metabolik perlu diketahui dengan baik agar koreksi dapat dilakukan

    dengan tepat tanpa menimbulkan hal-hal yang membahayakan pasien.

    Langkah Pertama adalah menetapkan berat ringannya gangguan asidosis. Gangguan disebutletal bila pH darah < 7 atau kadar ion H > 100 nmol/L. Gangguan yang perlu diperhatikan bila

    pH darah 7,1-7,3 atau kadar ion H antara 50-80 nmol/L

    Langkah Kedua adalah menetapkan anion-gap atau bila perlu anion-gap urin untuk mengetahui

    dugaan etiologi asidosis metabolik. Dengan bantuan tanda klinik lain kita dengan mudah

    menetapkan etiologi.

    Langkah Ketiga, bila dicurigai kemungkinan asidosis laktat, hitung rasio delta anion-gapdengan delta HCO3 (delta anion gap : anion gap pada pasien diperiksa dikurangi dengan median

    anion gap normal, delta delta HCO3: kadar HCO3 normal dikurangi dengan kadar HCO3pasien).

    Bila rasio >1, asidosis disebabkan oleh asidosis laktat. Langkah ketiga ini menetapkan sampai

    sejauh mana koreksi dapat dilakukan.

    Prosedur koreksi

    a. Secara umum koreksi dilakukan hingga tercapai pH 7.2 atau kadar ion HCO3 12mEq/Lb. Pada keadaan khusus:

    - Pada penurunan fungsi ginjal, koreksi dapat dilakukan secara penuh hingga mencapaikadar ion HCO3 20-22 mEq/L. Pada ketoasidosis diabetik atau asidosis laktat tipe A,koreksi dilakukan bila kadar ion HCO3 dalam darah kurang atau sama dengan 5

    mEq/L, terdapat hiperkalemia berat, setelah koreksi insulin pada diabetes mellitus,

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    19/26

    koreksi oksigen pada asidosis belum terkendali. Koreksi dilakukan sampai kadar ion

    HCO3 10 mEq/L- Pada asidosis metabolik yang terjadi bersamaan dengan asidosis respiratorik dan tidak

    menggunakan ventilator, koreksi harus dilakukan secara hati-hati atas pertimbangan

    depresi pernapasan.

    Koreksi dilakukan dengan pemberian Na-Bikarbonat yang secukupnya untuk menaikkan HCmenjadi 15 mEq/L dan pH kira-kira sampai 7.20 dalam jangka waktu 12 jam.

    Larutan Ringer Laktat IV biasanya merupakan cairan pilihan untuk memperbaiki keadaanasidosis metabolik dengan selisih anion normal serta kekurangan volume ECF yang sering

    menyertai ini. Natrium laktat dimetabolisme secara perlahan dalam tubuh menjadi NaHCO3, dan

    memperbaiki keadaan asidosis secara perlahan.

    L.I. 3. Memahami dan Menjelaskan Pemeriksaan yang Diperlukan pada Gangguan

    Keseimbangan Asam-Basa

    L.O. 3.1. Pemeriksaan Fisik

    Pemeriksaan fisik yang dilakukan dapat dilihatdari tingkat kesadarannya. Selain itu, dapat

    dilakukan pemeriksaan vital sign, dan pengukuran berat badan.

    Tingkat kesadaran adalah ukuran dari kesadaran dan respon seseorang terhadap rangsangan dari

    lingkungan, tingkat kesadaran dibedakan menjadi :

    1. Compos Mentis(conscious), yaitu kesadaran normal, sadar sepenuhnya, dapat menjawabsemua pertanyaan tentang keadaan sekelilingnya..

    2. Apatis, yaitu keadaan kesadaran yang segan untuk berhubungan dengan sekitarnya,sikapnya acuh tak acuh.

    3. Delirium, yaitu gelisah, disorientasi (orang, tempat, waktu), memberontak, berteriak-teriak, berhalusinasi, kadang berhayal.

    4. Somnolen(Obtundasi, Letargi), yaitu kesadaran menurun, respon psikomotor yanglambat, mudah tertidur, namun kesadaran dapat pulih bila dirangsang (mudah

    dibangunkan) tetapi jatuh tertidur lagi, mampu memberi jawaban verbal.5. Stupor (soporo koma), yaitu keadaan seperti tertidur lelap, tetapi ada respon terhadap

    nyeri.

    6. Coma (comatose), yaitu tidak bisa dibangunkan, tidak ada respon terhadap rangsanganapapun (tidak ada respon kornea maupun reflek muntah, mungkin juga tidak ada responpupil terhadap cahaya).

    Perubahan tingkat kesadaran dapat diakibatkan dari berbagai faktor, termasuk perubahan dalam

    lingkungan kimia otak seperti keracunan, kekurangan oksigen karena berkurangnya aliran darah

    ke otak, dan tekanan berlebihan di dalam rongga tulang kepala.

    http://nursingbegin.com/tingkat-kesadaran/http://nursingbegin.com/tingkat-kesadaran/
  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    20/26

    Adanya defisit tingkat kesadaran memberi kesan adanya hemiparese serebral atau sistem

    aktivitas reticular mengalami injuri. Penurunan tingkat kesadaran berhubungan dengan

    peningkatan angka morbiditas (kecacatan) dan mortalitas (kematian).

    Mengukur Tingkat Kesadaran

    Salah satu cara untuk mengukur tingkat kesadaran dengan hasil seobjektif mungkin adalah

    menggunakan GCS (Glasgow Coma Scale). GCS dipakai untuk menentukan derajat cidera

    kepala. Reflek membuka mata, respon verbal, dan motorik diukur dan hasil pengukuran

    dijumlahkan jika kurang dari 13, makan dikatakan seseorang mengalami cidera kepala, yang

    menunjukan adanya penurunan kesadaran.

    Metoda lain adalah menggunakan sistem AVPU, dimana pasien diperiksa apakah sadar baik

    (alert), berespon dengan kata-kata (verbal), hanya berespon jika dirangsang nyeri (pain), atau

    pasien tidak sadar sehingga tidak berespon baik verbal maupun diberi rangsang nyeri

    (unresponsive).

    Ada metoda lain yang lebih sederhana dan lebih mudah dari GCS dengan hasil yang kurang lebih

    sama akuratnya, yaitu skala ACDU, pasien diperiksa kesadarannya apakah baik (alertness),

    bingung / kacau (confusion), mudah tertidur (drowsiness), dan tidak ada respon

    (unresponsiveness).

    Pemeriksaan vital sign yang dilakukan dapat berupa pengukuran tekanan darah, denyut

    nadi, dan frekuensi pernapasan.

    Tekanan DarahTekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh arteri darah

    ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh manusia. Tekanan darah

    dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur seperti berikut - 120 /80

    mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas pembuluh arteri akibat denyutan

    jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor bawah (80) menunjukkan tekanan saat

    jantungberistirahat di antara pemompaan, dan disebut tekanan diastole. Saat yang paling

    baik untuk mengukur tekanan darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan duduk

    atau berbaring.

    Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak

    secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan

    darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan

    aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga

    berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.

    Denyut Nadi

    http://id.wikipedia.org/wiki/Jantunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Jantunghttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistole&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Jantunghttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Diastole&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Diastole&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Jantunghttp://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Sistole&action=edit&redlink=1http://id.wikipedia.org/wiki/Jantunghttp://id.wikipedia.org/wiki/Jantung
  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    21/26

    Denyut nadi (pulse) adalah getaran/ denyut darah didalam pembuluh darah arteri akibat

    kontraksi ventrikel kiri jantung. Denyut ini dapat dirasakan dengan palpasi yaitu dengan

    menggunakan ujung jari tangan disepanjang jalannya pembuluh darah arteri, terutamapada tempat- tempat tonjolan tulang dengan sedikit menekan diatas pembuluh darah

    arteri. Pada umumnya ada 9 tempat untuk merasakan denyut nadi yaitu temporalis,

    karotid, apikal, brankialis, femoralis, radialis, poplitea, dorsalis pedis dan tibialisposterior, namun yang paling sering dilakukan yaitu :1.Arteri Radialis

    Terletak sepanjang tulang radialis, lebih mudah teraba diatas pergelangan tangan

    pada sisi ibu jari. Relatif mudah dan sering dipakai secara rutin.2.Arteri Brakhialis

    Terletak di dalam otot biceps dari lengan atau medial di lipatan siku (fossa

    antekubital). Digunakan untuk mengukur tekanan darah dan kasus cardiac arrest

    pada infant.3.Arteri Karotid

    Terletak dileher dibawah lobus telinga, dimana terdapat arteri karotid berjalan

    diantara trakea dan otot sternokleidomastoideus. Sering digunakan untuk bayi, kasuscardiac arrest dan untuk memantau sirkulasi darah ke otak.

    Frekuensi denyut nadi manusia bervariasi, tergantung dari banyak faktor yang

    mempengaruhinya, pada saat aktifitas normal :

    Normal : 60100 x / menitBradikardi : < 60 x / menit

    Takhikardi : > 100 x / menit

    Frekuensi pernapasanSeseorangdikatakanbernapas bila menghirup oksigen (O2) dan mengeluarkan karbon

    dioksida (CO2) melalui sistem pernapasan. Bernapas dapat dalam dan dapat pula dangkal.

    Pernapasan yang dalam akan mempunyai volume udara yang besar, baik pada waktu tarik

    napas/ inspirasi/ inhalasi atau pada waktu mengeluarkan napas/ ekspirasi/ekshalasi.

    Sedangkan pada pernapasan dangkal maka volume udara akan mengecil.

    INSPIRASI EKSPIRASI

    Diafragma Kontraksi ( tampak datar ) Relaksasi ( melengkung keatas )

    Tulang iga ( costae ) bergerak keatas & keluar bergerak kebawah & kedalam

    Tulang dada Bergerak keluar Bergerak kedalam

    Rongga dada Membesar mengecil

    Paru-paru Mengembang mengempis

    Frekuensi napas normal tergantung umur :

    Usia baru lahir sekitar 3550 x/menit

    Usia < 2 tahun 2535 x/menit

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    22/26

    usia 2-12 tahun 1826 x/menit

    dewasa 1620 x/menit.

    Takhipnea :Bila pada dewasa pernapasan lebih dari 24 x/menit

    Bradipnea : Bila kurang dari 10 x/menit disebut

    Apnea : Bila tidak bernapas

    L.O. 3.2. Pemeriksaan Penunjang

    Pemeriksaan penunjang yang dilakukan dapat berupa pemeriksaan Gas Darah Arteri

    (GDA), kandungan CO2 atau CO2 total, Gap Anion, pH urin, dan asam laktat.

    Pemeriksaan gas darah dan PH digunakan sebagai pegangan dalam penanganan pasien-

    pasien penyakit berat yang akut dan menahun. Gas darah arteri memungkinkan utnuk

    pengukuran pH (dan juga keseimbangan asam basa), oksigenasi, kadar karbondioksida, kadar

    bikarbonat, saturasi oksigen, dan kelebihan atau kekurangan basa. Pemeriksaan gas darah arteri

    dan pH sudah secara luas digunakan sebagai pegangan dalam penatalaksanaan pasien-pasienpenyakit berat yang akut dan menahun. Pemeriksaan gas darah juga dapat menggambarkan hasil

    berbagai tindakan penunjang yang dilakukan, tetapi kita tidak dapat menegakkan suatu diagnosa

    hanya dari penilaian analisa gas darah dan keseimbangan asam basa saja, kita harus

    menghubungkan dengan riwayat penyakit, pemeriksaan fisik, dan data-data laboratorium

    lainnya.

    Langkah-langkah untuk menilai gas darah:

    1. Pertama-tama perhatikan pH (jika menurun klien mengalami asidemia, dengan dua sebab

    asidosis metabolik atau asidosis respiratorik; jika meningkat klien mengalami alkalemia dengandua sebab alkalosis metabolik atau alkalosis respiratorik; ingatlah bahwa kompensasi ginjal dan

    pernafasan jarang memulihkan pH kembali normal, sehingga jika ditemukan pH yang normal

    meskipun ada perubahan dalam PaCO2 dan HCO3 mungkin ada gangguan campuran)

    2. Perhatikan variabel pernafasan (PaCO2 ) dan metabolik (HCO3) yang berhubungan dengan pH

    untuk mencoba mengetahui apakah gangguan primer bersifat respiratorik, metabolik atau

    campuran (PaCO2 normal, meningkat atau menurun; HCO3 normal, meningkat atau menurun;

    pada gangguan asam basa sederhana, PaCO2 dan HCO3 selalu berubah dalam arah yang sama;

    penyimpangan dari HCO3 dan PaCO2 dalam arah yang berlawanan menunjukkan adanya

    gangguan asam basa campuran).

    3. Langkah berikutnya mencakup menentukan apakah kompensasi telah terjadi (hal ini dilakukan

    dengan melihat nilai selain gangguan primer, jika nilai bergerak yang sama dengan nilai primer,

    kompensasi sedang berjalan).

    4. Buat penafsiran tahap akhir (gangguan asam basa sederhana, gangguan asam basa campuran).

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    23/26

    Prosedur Pengambilan Gas Darah Arteri :

    A. Alat

    - Spuit gelas atau plastik 5 atau 10 ml

    - Botol heparin 10 ml, 1000 unit/ml (dosis-multi)

    - Jarum nomor 22 atau 25

    - Penutup udara dari karet

    - Kapas alcohol

    - Wadah berisi es (baskom atau kantung plastik)

    - Beri label untuk menulis status klinis pasien

    B. Tekhnik

    1. Arteri radialis umumnya dipakai meskipun brakhialis juga dapat digunakan2. Bila menggunakan pendekatan arteri radialis lakukan tes Allens. Secara terus menerus

    bendung arteri radialis dan ulnaris. Tangan akan putih kemudian pucat. Lepaskan aliran

    arteri ulnaris. Tes allens positif bila tangan kembali menjadi berwarna merah muda. Ini

    meyakinkan aliran arteri bila aliran arteri radialis tidal paten.3. Pergelangan tangan dihiperekstensikan dan tangan dirotasi keluar.

    a. Penting sekali untuk melakukan hiperekstensi pergelangan tangan.Biasanya menggunakan

    gulungan handuk untuk melakukan ini

    b. Untuk pungsi arteri brakialis, siku dihiperekstensikan setelah meletakkan handuk di bawah

    siku

    1. 1 ml heparin diaspirasi kedalam spuit, sehingga dasar spuit basah dengan heparin, dankemudian kelebihan heparin dibuang melalui jarum, dilakukan perlahan sehingga pangkal

    jarum penuh dengan heparin dan tak ada gelembung udara

    2. Arteri brakialis atau radialis dilokalisasi dengan palpasi dengan jari tengah dan jaritelunjuk, dan titik maksimum denyut ditemukan. Bersihkan tempat tersebut dengan kapasalcohol

    3. Jarum dimasukkan dengan perlahan kedalam area yang mempunyai pulsasi penuh. Iniakan paling mudah dengan memasukkan jarum dan spuit kurang lebih 45-90 derajat

    terhadap kulit

    4. Seringkali jarum masuk menembus pembuluh arteri dan hanya dengan jarum ditarikperlahan darah akan masuk ke spuit

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    24/26

    5. Indikasi satu-satunya bahwa darah tersebut darah arteri adalah adanya pemompaan darahkedalam spuit dengan kekuatannya sendiri

    Bila kita harus mengaspirasi darah dengan menarik plunger spuit ini kadang-kadang diperlukan

    pada spuit plastik yang terlalu keras sehingga tak mungkin darah tersebut positif dari arteri. Hasil

    gas darah tidak memungkinkan kita untuk menentukan apakah darah dari arteri atau dari vena

    1. Setelah darah 5 ml diambil, jarum dilepaskan dan petugas yang lain menekan area yangdi pungsi selama sedikitnya 5 menit (10 menit untuk pasien yang mendapat antikoagulan)

    2. Gelembung udara harus dibuang keluar spuit. Lepaskan jarum dan tempatkan penutupudara pada spuit. Putar spuit diantara telapak tangan untuk mencampurkan heparin

    3. Spuit diberi label dan segera tempatkan dalam es atau air es, kemudian dibawakelaboratorium

    Faktor yang mempengaruhi pemeriksaan AGD :

    Gelembung udara

    Tekanan oksigen udara adalah 158 mmHg. Jika terdapat udara dalam sampel darah

    maka ia cenderung menyamakan tekanan sehingga bila tekanan oksigen sampel darah

    kurang dari 158 mmHg, maka hasilnya akan meningkat.

    Antikoagulan

    Antikoagulan dapat mendilusi konsentrasi gas darah dalam tabung. Pemberian heparin

    yang berlebihan akan menurunkan tekanan CO2, sedangkan pH tidak terpengaruh

    karena efek penurunan CO2 terhadap pH dihambat oleh keasaman heparin.

    Metabolisme

    Sampel darah masih merupakan jaringan yang hidup. Sebagai jaringan hidup, ia

    membutuhkan oksigen dan menghasilkan CO2. Oleh karena itu, sebaiknya sampel

    diperiksa dalam 20 menit setelah pengambilan. Jika sampel tidak langsung diperiksa,

    dapat disimpan dalam kamar pendingin beberapa jam.

    Suhu

    Ada hubungan langsung antara suhu dan tekanan yang menyebabkan tingginya PO2 dan

    PCO2. Nilai pH akan mengikuti perubahan PCO2.

    Nilai normal analisa gas darah

    pH : 7, 35-7, 45

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    25/26

    PCO2 : 35-45 mmHg

    PO2 : 80-100 mmHg

    HCO3 : 22-26 mEq/L

    TCO2 : 23-27 mmol/L

    BE : 0 2 mEq/L

    saturasi O2 : 95 % atau lebih

  • 7/30/2019 Wrap Up DIARE A1

    26/26

    DAFTAR PUSTAKA

    Darwis D, Munajat Y., dkk. 2010. Gangguan Keseimbangan Air, Elektrolit dan Asam Basa.

    Edisi 2. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

    Ganong, WF. 2007.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran edisi 21,ab. M. Djauhari Widjajakusumah.

    Jakarta : EGC

    Guyton, Arthur c, dkk. 2008.Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC

    http //chem-is-try.org/pengukurankeasaaman/oleh Jim Clark/diambil pada selasa, 28 Februari

    2012

    Price, Sylvia Anderson. 2006.Patofisiologi Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit edisi6,ab.

    Huriawati Hartanto. Jakarta : EGC

    Saifuddin, M, dkk. 2008. Gangguan Kesimbangan air-elektrolit dan asam-basa edisi II. Jakarta,

    FKUI

    Sherwood, Lauralee. 2004.Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem edisi 2. Jakarta : EGC

    Sherwood, Lauralee. 2011. Fisiologi Manusia : Dari Sel ke Sistem. Jakarta : EGC

    Siregar P. 2006. Gangguan Keseimbangan Cairan dan Elektrolit. Dalam : Buku Ajar Ilmu

    Penyakit Dalam. Ed. 4, Jilid I. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI

    Sudoyo, W Aru, Bambang setiyohadi, Idrus Alwi. 2009.Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I

    Ed.5. Jakarta : Interna Publishing

    Sukmariah M, Karmiati A. 1990. Kimia Kedokteran edisi 2. Jakarta : Binarupa Aksara