sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · web viewbab i. pendahuluan. latar belakang. menurut...

79
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit, memperpanjang masa hidup dan meningkatkan derajat kesehatan dengan usaha pengorganisasian masyarakat (Chandra, 2006). Berdasarkan pengertian tersebut terbukti bahwa usaha kesehatan masyarakat dapat bersifat komprehensif dengan melibatkan masyarakat itu sendiri. Pengertian yang disampaikan Winslow didukung pula dalam pengerti baru menurut Achmadi (2012) bahwa kesehatan masyarakat merupakan upaya untuk menyehatkan penduduk atau masyarakat dengan cirri-ciri berbasis masyarakat, bersifat preventif, lintas sektor, harus ada community involvement, dan terorganisir. Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat bukan hanya berbicara atau berteori tentang penyakit dan penyebarannya (epidemiologi), tentang nutrisi, kesehatan lingkungan, ilmu perilaku dan pendidikan, tetapi juga bagaimana aplikasi atau penerapan teori tersebut dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Upload: others

Post on 08-Nov-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni

untuk mencegah penyakit, memperpanjang masa hidup dan meningkatkan derajat

kesehatan dengan usaha pengorganisasian masyarakat (Chandra, 2006).

Berdasarkan pengertian tersebut terbukti bahwa usaha kesehatan masyarakat dapat

bersifat komprehensif dengan melibatkan masyarakat itu sendiri.

Pengertian yang disampaikan Winslow didukung pula dalam pengerti baru

menurut Achmadi (2012) bahwa kesehatan masyarakat merupakan upaya untuk

menyehatkan penduduk atau masyarakat dengan cirri-ciri berbasis masyarakat,

bersifat preventif, lintas sektor, harus ada community involvement, dan

terorganisir.

Oleh sebab itu, kesehatan masyarakat bukan hanya berbicara atau berteori

tentang penyakit dan penyebarannya (epidemiologi), tentang nutrisi, kesehatan

lingkungan, ilmu perilaku dan pendidikan, tetapi juga bagaimana aplikasi atau

penerapan teori tersebut dalam mengatasi masalah-masalah kesehatan masyarakat

dalam rangka memelihara dan meningkatkan kesehatan masyarakat.

Dari 56 juta kematian di dunia pada tahun 2012, 38 juta kematian (68%)

disebabkan oleh penyakit tidak menular (WH0, 2012). Bahkan diperkirakan pada

tahun 2020 penyakit tidak menular menjadi penyebab kematian tertinggi dengan

berkontribusi sebesar 73% (Pikiran Rakyat, 2011). Berdasarkan data Riskesdas

tahun 2013 angka hipertensi di Indonesia sebesar 9,5% dibandingkan dengan

tahun 2007 sebesar 7,6%, stroke sebesar 12,1% dibandingkan dengan tahun 2007

sebesar 8,3%, demikian juga dengan diabetes sebesar 2,1% dibandingkan dengan

tahun 2007 sebesar 1,1%. Data-data tersebut menunjukkan adanya peningkatan

penyakit tidak menular di Indonesia dan tentunya hal itu menjadi permasalahan

yang perlu untuk di buat penyelidikan dan pencegahannya dalam upaya

peningkatan derajat kesehatan masyarakat.

Lisa, 12/21/14,
Irene, tentang penyakit menular lho, bukan PTM…Irene salah tulis di paragraph terakhir latar belakang (sudah kuperbaiki)
Page 2: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Permasalahan yang tidak kalah pentingnya, tetapi juga sekaligus

permasalahan yang jarang disinggung dan dibahas adalah bioterorisme.

Bioterorisme lebih populer dengan sebutan “senjata biologis”. Alasan penting

pemakaian mikroba oleh teroris adalah alasan finansial. Efisiensi dalam hal biaya

murah tetapi menimbulkan dampak yang hebat (Sudibya, tanpa tahun).

Di dunia pada tahun 1763, Inggris menggunakan selimut yang telah

terkontaminasi cacar untuk menginfeksi suku Indian (Gray, 2009). Indonesia

sampai saat ini masih terjadi silang pendapat mengenai isu bioterorisme flu

burung pada unggas itik yang mengandung virus yang hanya ada di Cina. Hal ini

mendukung dengan adanya impor itik ilegal dari Cina (Basuno, tanpa tahun).

Oleh karena itu, bioterorisme merupakan hal yang sesungguhnya juga patut untuk

dilakukan penyelidikan dan pencegahan mengingat hebatnya dampak jika terjadi

bioterorisme. Penyelidikan dan pencegahan bioterorisme membutuhkan peran

ahli kesehatan masyarakat.

Masalah-masalah kesehatan yang ada di Indonesia tentu memberikan

pengaruh pada sumber daya manusia mengingat visi dari RPJMN 3 (2015-2019)

adalah memantapkan pembangunan secara menyeluruh dengan menekankan

pembangunan keunggulan kompetitif perekonomian yang berbasis SDA yang

tersedia, SDM yang berkualitas, serta kemampuan IPTEK (Undang-UdangRI

nomor 27 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

2005-2025). Dengan memasukkan telaah kritis RPJMN 2015-2019 dalam

penyusunan makalah ini, maka peran ahli kesehatan masyarakat, kerja sama lintas

sektor, dan masyarakat sendiri dapat mewujudkan Rencana Pembangunan Jangka

Panjang nasional 2005-2025.

Banyaknya masalah-masalah kesehatan yang ada saat ini, seperti yang sudah

dipaparkan di atas membutuhkan peran ahli kesehatan masyarakat yang handal

dan yang mampu mewujudkan upaya-upaya untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat.

Masalah kesehatan masyarakat dan peran ahli kesehatan masyarakat yang

penulis angkat dalam makalah Peran Ahli Kesehatan Masyarakat adalah telaah

kritis mengenai peran ahli kesehatan masyarakat dalam penyakit menular,

Page 3: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

bioterorisme, dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

2015-2019.

1.2. Rumusan Masalah

Orientasi kesehatan masyarakat yang berobjek pada masyarakat, berfokus

pada upaya promotif-preventif, dan dengan parameter keberhasilan, yaitu

meningkatnya kesejahteraan masyarakatmenegaskan bahwa ahli kesehatan

masyarakat berperan dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Dalam mendukung RPJMN 2015-2019 diharapakan Indonesia mempunyai

sumber daya manusia yang sehat dan produktif. Perubahan paradigma juga perlu

dilakukan dari yang semula konsep penyembuhan penyakit menjadi pencegahan

penyakit.

Sehingga rumusan masalah dalam penyusunan makalah ini adalah sebagai

berikut:

a. Bagaimana peran ahli kesehatan masyarakat dalam penyelidikan dan

pencegahan penyakit menular?

b. Bagaimana peran ahli kesehatan masyarakat dalam pencegahan dan

penanganan bioterorisme?

c. Apakah hasil telaah kritis RPJMN 2015-2019 ?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan umum penyusunan makalah Peran Ahli Kesehatan Masyarakat

adalah melakukan telaah kritis atas peran ahli kesehatan masyarakat.

1.3.2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus makalah Peran Ahli Kesehatan Masyarakat adalah

melakukan telaah kritis atas:

1. Peran ahli kesehatan masyarakat dalam penyelidikan dan pencegahan wabah

penyakit menular,

Page 4: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

2. Peran ahli kesehatan masyarakat dalam pencegahan dan penanganan

bioterorisme, dan

3. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019.

1.4. Ruang Lingkup

Penulisan makalah Peran Ahli Kesehatan Masyarakat bertujuan melakukan

telaah kritis atas peran ahli kesehatan masyarakat dalam penyelidikan dan

pencegahan wabah penyakit menular, bioterorisme, dan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019. Data yang digunakan adalah

data sekunder yang bersumber dari buku, jurnal, peraturan perundangan,artikel,

dan dokumen.

Page 5: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Peran Ahli Kesehatan Masyarakat dalam Penyelidikan dan Pencegahan

Wabah Penyakit Menular

2.1.1 Definisi

Definisi penyakit menular seperti yang dijelaskan oleh Beaglehole, Bonita

dan Kjellstrom (1993 dalam terjemahan Sutomo 1997, h. 162) adalah penyakit

yang disebabkan oleh transmisi suatu agen infeksius tertentu atau produk-produk

toksiknya, dari manusia atau hewan yang terinfeksi ke host yang rentan baik

secara langsung atau tidak langsung.

Proses terjadinya penyakit menular karena interaksi antara agent, host dan

environment yang meliputi 6 komponen berikut (http://health.mo.gov/):

a. Agen penyakit

Ada 6 golongan penyebab penyakit yang bersifat biologis, yaitu

protozoa, metazoa, bakteri, virus, fungi, dan riketsia.

b. Reservoir dari agen penyakit

Reservoir penyakit menular adalah manusia, hewan atau lingkungan.

c. Tempat keluarnya penyakit-penyakit tersebut dari host

Dapat disebut juga dengan portal of exit, yaitu cara keluarnya agen

penyakit dari reservoir, yaitu melalui saluran pernapasan, saluran pencernaan,

saluran perkemihan, dan melalui kulit.

d. Mode transmisi

Mode transmisi penyakit dapat terjadi secara langsung dan tidak

langsung. Mode secara langsung, yaitu dengan kontak langsung (penyakit

kelamin, hepatitis, dan penyakit kulit) dan secara droplet (melalui percikan

ludah). Transmisi penyakit secara tidak langsung melalui binatang, seperti

nyamuk yang menularkan penyakit demam berdarah, malaria, dan filariasis

(Kunoli, 2013).

Page 6: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

e. Tempat masuknya agenpenyakit dari host ke host yang lain

Tempat masuknya agen penyakit ke dalam tubuh manusia sama dengan

tempat keluarnya agen penyakit, yaitu dapat melalui saluran pernapasan,

saluran pencernaan, saluran kemih, dan kulit.

f. Kerentanan host

Suatu faktor penentu yang penting adalah derajat kekebalan atau

resistensi alamiah yang ditimbulkan oleh vaksin dari host. Hal ini dapat

dilihat dari faktor genetik, daya tahan tubuh pejamu, status gizi, dan pola

hidup.

Berdasarkan proses kejadiannya, penyakit menular dapat dikategorikan

sebagai berikut (Achmadi, 2012):

a. Penyakit endemik, untuk menggambarkan penyakit atau faktor risiko penyakit

berkenaan yang terdapat atau terjadi di Indonesia selama kurun waktu yang

panjang. Penyakit ini sangat mengganggu Indeks Pembangunan Manusia

Indonesia, seperti diare, TBC, malaria, filariasis, dan hepatitis.

b. Penyakit yang berpotensi menjadi KLB, baik secara periodik yang dapat

diprediksi dan diantisipasi serta pencegahannya. Misalnya, DBD dan kolera.

Beberapa penyakit yang sulit diberantas berpotensi juga menjadi KLB,

misalnya malaria dan hepatitis A.

Alemayehu (2004) dalam tulisannya yang berjudul Communicable Disease

Controlpenyakit menular terbagi menjadi 3 periode sebelum dapat menularkan ke

host yang lain, yaitu:

a. Masa inkubasi adalah interval waktu antara infeksi host dan gejala-gejala atau

tanda-tanda penyakit muncul.

b. Periode prodormal, yaitu interval antara onset gejala penyakit menular sampai

munculnya manifestasi klinik. Sebagai contohnya adalah penyakit campak.

Deman dan pilek terjadi dalam 3 hari pertama, sedangkan bintik koplik dan

lesi muncul pada hari keempat.

Page 7: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

c. Periode penularan adalah masa dimana agen infeksi ditularkan dari orang yang

terinfeksi ke host yang rentan.

Menurut Bappenas(2005) penyakit menular yang menjadi prioritas Rencana

Pembangunan Nasional Jangka Panjang 2005-2025 adalah:

a. Malaria

b. Demam Berdarah Dengue

c. Diare

d. Polio

e. Filariasis

f. Kusta

g. Tuberkulosis paru

h. HIV/AIDS

i. Pneumonia

j. Penyakit lain yang dapat dicegah dengan imunisasi

2.1.2 Landasan Hukum

Kebijakan penanggulangan penyakit menular, khususnya penanggulangan

wabah, telah diatur dalam bentuk peraturan perundangan, yaitu Undang-Undang

RI Nomor 4 Tahun 1984 tentang Penyakit Menular dan Peraturan Pemerintah RI

Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Penyakit Menular

(http://www.hukor.depkes.go.id/).

a. Malaria

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 293 Tahun 2009 tentang

Eliminasi Malaria di Indonesia.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 041/MENKES/SK/I/2007

tentang Pedoman Penatalaksanaan Kasus Malaria.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 043/MENKES/SK/I/2007

tentang Pedoman Pelatihan Malaria.

Page 8: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

b. Demam Berdarah Dengue

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 406/MENKES/SK/III/2004

tentang Penetapan Kondisi Kejadian Luar Biasa (KLB) Demam Berdarah

Dengue di Indonesia.

c. Diare

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 852/MENKES/SK/IX/2008

tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat.

d. Polio

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 11/MENKES/SK/I/2002 tentang

Pedoman Pengamanan Virus Polio Liar di Labiratorium.

e. Filariasis

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1582/MENKES/SK/XI/2005

tentang Pedoman Pengendalian Filariasis (Penyakit Kaki Gajah).

f. Tuberkulosis Paru

Keputusan Menteri Kesehatan No. 1389/MENKES/SK/IX/2005 tentang

Komite Ahli gerakan terpadu Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.

g. HIV/AIDS

Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 21 Tahun 2013 tentang

Penanggulangan HIV/AIDS.

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1507/MENKES/SK/X/2005

tentang Pedoman pelayanan Konseling dan Testing HIV/AIDS secara

Sukarela (VCT).

h. Penyakit lain yang dapat dicegah dengan imunisasi

Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1059/MENKES/SK/IX/2004

tentang Pedoman Penyelenggaraan Imunisasi.

2.1.3 Mekanisme Kerja ( on the way)

2.1.4 Kelebihan dan Kekurangan (on the way)

2.2 Peran Ahli Kesehatan Masyarakat dalam Pencegahan dan Penanganan

Bioterorisme

Page 9: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

2.2.1 Definisi

Bioterorisme dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. United Nations Association of Minnesota

Menurut United Nations Association of Minnesota (2014) bioterorisme

adalah penggunaan toksin dan organisme patogen sebagai senjata biologi.

Agen-agen tersebut dapat dikategorikan menjadi tiga berdasarkan atas tingkat

penyebaran agen dan severitas penyakit yang disebabkannya. Pengkategorian

agen akan dibahas padasubbab 2.2.2 mengenai Kategori Agen Bioterorisme.

2. Centers for Disease Control(CDC) Amerika Serikat

Centers for Disease Control (2007) Amerika Serikat mendefinisikan

bioterorisme sebagai serangan dengan segaja melepaskan virus, bakteri, atau

mikroorganisme lain (agen) untuk menyebabkan kesakitan atau kematian pada

manusia, hewan, dan tumbuhan. Agen-agen ini biasanya ditemui di alam,

tetapi dapat diubah kemampuan mereka untuk menginfeksi, tahan terhadap

obat-obatan, dan kemampuan mereka untuk menyebar di lingkungan. Agen

dapat menyebar melalui udara, air, atau makanan. Teroris menggunakan agen

biologi karena agen biologi sangat sulit dideteksi dan tidak menyebabkan

penyakit sampai beberapa jam atau beberapa hari.

3. Departemen Kesehatan Negara Bagian Texas

Bioterorisme menurut Departemen Kesehatan Texas (2014) adalah

istilah modern untuk perang biologis. Perang biologis ini menggunakan

patogen yang dapat membahayakan ideologi, politik, atau finansial.

2.2.2 Kategori Agen Bioterorisme

Agen bioterorisme berdasarkan seberapa mudah mereka menyebar dan

keparahan penyakit atau kematian yang ditimbulkan. Terdapat tiga kategori agen

bioterorisme menurut CDC (2007) Amerika Serikat, yaitu:

1. Kategori A

Sebuah agen biologi digolongkan dalam kategori A jika agen tersebut

memiliki risiko paling tinggi terhadap keamanan publik dan nasional. Kriteria

agen kategori A adalah:

Page 10: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

a. Agen mudah menyebar atau bertransmisi dari orang ke orang.

b. Agen menyebabkan angka kematian yang tinggi dan mempunyai potensial

bagi dampak mayor kesehatan masyarakat.

c. Agen mungkin menyebabkan kepanikan publik dan kekacauan sosial.

d. Agen membutuhkan tindakan khusus untuk persiapan kesehatan

masyarakat.

2. Kategori B

Agen biologi digolongkan dalam kategori B karena:

a. Agen secara moderat mudah untuk menyebar.

b. Agen menyebabkan angka kesakitan dalam tingkat moderat dan angka

kematian yang rendah.

c. Agen membutuhkan peningkatan khusus kapasitas laboratorium CDC dan

peningkatan monitoring penyakit.

3. Kategori C

Agen yang masuk ke dalam kategori C adalah patogen yang dapat

direkayasa untuk penyebaran massal di masa depan. Agen biologi

dikelompokkan pada kategori C apabila:

a. Agen mudah tersedia.

b. Agen mudah diproduksi dan disebar.

c. Agen mempunyai potensi menyebabkan dampak angka kesakitan dan

kematian yang tinggi dan masalah kesehatan.

2.2.3 Sejarah Bioterorisme

PBB (2014) dalam United Nations: Bioterrorism (WHO Committee)

menyebutkan bahwa bioterorisme sebagai alat perang telah digunakan di masa

lalu, bahkan sebelum manusia menyadari bahwa infeksi dibawa dan disebarkan

oleh mikroorganisme. Sudibya (tanpa tahun) dalam tulisannya yang berjudul

Sekilas tentang Bioterorisme menyebutkan bahwa pasukan Tartar adalah

kelompok pertama yang melakukan bioterorisme pada tahun 1346 dengan

melemparkan pasien pes belakang garis pertahanan lawan. Selanjutnya

bioterorisme dilakukan oleh pasukan Inggris, Jerman, Spanyol, dan Jepang.

Page 11: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Sumber lain menyatakan bahwa bioterorisme telah dilakukan pada masa

sebelum masehi. Departemen Kesehatan Negara Bagian Texas (2014)

menyatakan bahwa orang pada zaman sebelum masehi tidak paham mengenai

penggunaan agen biologi sebagai senjata. Mereka mungkin menggunakan jasad

yang membusuk untuk meneror lawan mereka. Jadi pada zaman tersebut orang

menggunakan agen biologi sederhana sebagai senjata mereka

(www.dshs.state.tx.us).

Beberapa catatan sejarah penggunaan agen biologi sebagai senjata adalah

sebagaimana tercantum dalam laman Texas Department of State Health Services

(2014) adalahsebagai berikut:

1. Zaman Sebelum Masehi

Pada zaman sebelum masehi penggunaan agen biologi sebagai senjata

dalam perang dapat dilihat pada tabel ……….

Tabel …. Zaman Sebelum Masehi yang Menggunakan Agen Biologi

sebagai Senjata Perang

Urutan Waktu Zaman Sebelum Masehi600 BCAssiria

590 BCAthena

400 BCSyth

400 BCCina

300-100 BCRomawi

190 BCKartagina

Sumber: Texas Department of State Health Services (2014) dalam History of Bioterrrorism

(www.dshs.state.tx.us).

Kejadian penggunaan agen biologi sebagai senjata sesuai urutan waktu

sebelum zaman masehi (www.dshs.state.tx.us):

a. 600 BC

Orang-orang Assiria meracuni sumur-sumur musuh mereka dengan rye

ergot, sejenis fungi pada tanaman gandum hitam, yang membuat musuh

mereka menjadi sakit atau meninggal. Fungi tersebut akan memproduksi

ergotamine sejenis halusinogen yang menyebabkan delusi, paranoid, kedutan

mioklinik, kejang, dan gangguan kardiovaskular yang dapat mengarah pada

kematian. Orang terkena akan kelihatan seperti orang gila sehingga

menyebabkan teror dan demoralisasi.

b. 590 BC

Page 12: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Selama pengepungan Cirrha, Solon dari Athena menggunakan akar

hellebore untuk meracuni air di saluran air yang mengarah dari sungai

Pleistrus. Akar hellebore tersebut digunakan sebagai pencahar. Dalam era

dan tempat yang sama, orang-orang Sparta menggunakan asap beracum yang

dihasilkan oleh pembakaran kayu yang dicelupkan ke salam campuran tar dan

sulfur dalam salah satu peperangan dengan Athena.

c. 400 BC

Prajurit bangsa Syth dilaporkan mencelupkan anak panah mereka ke

dalam tubuh yang membusuk atau ke dalam campuran darah dan feses dari

orang sakit sebagai upaya membuat luka bernanah.

d. 400 BC

Tulisan-tulisan dari sekte Mohist di Cina menyebutkan bahwa

penggunaan lenguhan sapi untuk membuat asap di pembakaran dimana

mustard dan tanaman beracun lain dibakar untuk mencegah penggalian oleh

tentara yang mengepung. Penggunaan asap cacodyls yang beracun (arsenik

trioksida)juga disebutkan dalam manuskrip Cina awal.

Orang-orang Cina awal mungkin mengembangkan asap sebagai senjata

karena praktik fumigasi penghilangan kutu (sejak abad ketujuh sebelum

masehi) atau menurut filosofi Cina bahwa semua materi memudar dalam

bentuk insubstansial sehingga menyebabkan mereka mempelajari efek dan

sifat uap. Naskah-naskah Cina memuat ratusan cara untuk memproduksi asap

beracun atau yang mengiritasi untuk digunakan dalam perang.

e. 300-100 BC

Bangsa Romawi menggunakan lebah dan hornet sebagai senjata dengan

melemparkan mereka kepada musuh. Beberapa sejarawan menyalahkan

praktik ini untuk kekurangan sarang lebah dan hornet selama masa kekaisaran

Romawi.

f. 190 BC

Dalam peperangan Eurymedon, Hannibal, Jenderal bangsa Kartagina

menang atas raja Pergamum, Eumenes II, dengan melemparkan pot-pot yang

berisikan ular-ular beracun ke dek kapal musuh.

Page 13: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

2. Tahun 1100-1600 Masehi

Penyebaran penyakit oleh mikroorganisme pada periode ini belum

diketahui. Kepercayaan pada periode ini adalah penyakit disebarkan oleh

tubuh yang membusuk (bad air atau mal aria). Pada abad ketujuh belas

penggunaan senjata biologis secara nyata digunakan oleh pemimpin militer

yang menggunakan penyakit untuk membunuh. Mereke menggunakan mayat

hewan atau manusia untuk membahayakan musuh.

Tabel …….. berikut memberikan perjalanan waktu penggunaan agen

biologi pada tahun 1100-1600-an masehi.

Tabel ……… Perjalanan Waktu Penggunaan Agen Biologi sebagai Senjata

Perang pada tahun 1100-1600-an Masehi

Tahun 1100-1600-an Masehi1155Italia 1340

Perancis1346Rusia

1422Bohemia

1495Italia

1528Peru

1672Groningen

Sumber: Texas Department of State Health Services (2014) dalam History of Bioterrrorism

(www.dshs.state.tx.us).

a. Tahun 1155 (Italia)

Kaisar Romawi Frederick Barbarossa menggunakan mayat prajurit

musuh untuk mengontaminasi sumur-sumur musuh selama perang

Tortona.

b. Tahun 1340 (Perancis)

Selama Perang Seratus Tahun, mesin-mesin yang digunakan untuk

pengepungan melemparkan bangkai hewan yang membusuk ke dalam

benteng di Thun l’Eveque, Perancis utara. Tidak ada penyakit yang

terjadi, tetapi orang-orang yang bertahan dalam benteng begitu

terpengaruh oleh bau bangkai yang tidak dapat ditolerir sehingga gencatan

senjata diajukan.

c. Tahun 1346 (Rusia)

Di semenanjung Krimea Rusia di Laut Hitam, Khan Janibeg,

komandan Tartar, dalam pengepungan Kaffa, melemparkan beberapa

prajuritnya yang telah meninggal akibat wabah pes ke dalam kota untuk

Page 14: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

menciptakan epidemi. Setelah kota tersebut menyerah, para pengungsi

tanpa disadari membawa kuman pes ke Genoa, Italia, dimana para

sejarawan berspekulasi sebagai penyebab epidemic Black Death di Eropa.

d. Tahun 1422 (Bohemia)

Selama Kekaisaran Romawi Suci di Karlstein, Bohemia, para

penyerang melemparkan mayat-mayat prajurit yang terbunuh dalam

perang ke dinding kota. Selain itu, sekitar 2000 gerobak kotoran ditumpuk

di dekat dinding dalam upaya menyebarkan penyakit. Akan tetapi, tidak

ada penyakit yang terjadi dan kota dapat dipertahankan. Pengepungan

dihentikan setelah lima bulan.

e. Tahun 1495 (Italia)

Spanyol menyajikan anggur yang tercemar dengan darah penderita

kusta kepada Perancis. Kejadian tersebutterjadi di Italia, dekat Naples.

f. Tahun 1528 (Peru)

Selama penaklukan Kekaisaran Inca di Peru, Pizarro disebut

memberikan pakaian yang terkontaminasicacar kepada orang asli Amerika

Selatan.

g. Tahun 1672 (Groningen)

Selama pengepungan kota Gronigen, Uskup Munster, Christoph

Bernhard van Galen, memperoleh julukan “Bommen Berend” atau Bom

Berrend karena penggunaannya yang berlebihan dalam artileri. Beberapa

bahan peledak diisi dengan belladonna untuk menghasilkan asap beracun.

Akan tetapi, upaya ini gagal karena gagal memperhitungkan arah angin.

Pasukan Uskup akhirnya harus mundur dan menghentikan pengepungan

pada tanggal 28 Agustus. Kejadian ini masih dirayakan di Gronigen.

3. Abad XVIII (Tahun 1700-an)

Pada abad XVIII proses penyakit telah dipahami. Eksperimen-

eksperimen dilakukan untuk mencegah penyakit. Beberapa ahli strategi

militer berupaya untuk melindungi pasukan mereka dari penyakit sementara

menggunakan organisme penyebab penyakit untuk membahayakan musuh.

Page 15: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Tabel …….memberikan perjalanan waktu penggunaan agen biologi

sebagai senjata.

Tabel …..Perjalanan Waktu Penggunaan Agen Biologi sebagai Senjata Perang

pada Abad XVIII (Tahun 1700-an)

Abad XVIII (Tahun 1700-an)1710-1797Penggunaan sederhana

1718Inokulasi cacar

Inokulasi dalam strategi militer

1763Perang antara Inggris dan suku Indian

1775Revolusi Amerika

Sumber: Texas Department of State Health Services (2014) dalam History of Bioterrrorism

(www.dshs.state.tx.us).

a. Tahun 1700-an: penggunaan sederhana agen biologi

Pada abad kedelapan belas, para pejuang melanjutkan penggunakan

agen biologi secara sederhana. Contohnya adalah pada tahun 1710 Rusia

melemparkan wabah mayat ke kota Reval, Estonia, yang dipertahankan

oleh prajurit raja Swedia, Charles XII.

b. Tahun 1718: inokulasi cacar di Inggris

Pada tahun 1714 sebuah artikel yang memuat pandangan yang

berbeda tentang kemungkinnan perang senjata biologi dipublikasikan di

Royal Society'sPhilosophical Transactions. Artikel tersebut

mendeskripsikan teknik yang digunakan oleh dokter di Smirna (sekarang

Izmir), Turki, untuk melindungi diri dari cacar, yaitu dengan

menggunakan cairan dari orang yang terkena cacar ringan dan

mengoleskannya ke luka kecil untuk membuat orang terlindungi dari

cacar.

Inokulasi menjadi popular di Inggris berkat jasa Lady Mary Wortley

Montague, seorang istri diplomat Inggris yang ditempatkan di Kesultanan

Ottoman. Lady Montague meminta dr. Charles Maitland untuk

menginokulasi putrinya yang berumur empat tahun di hadapan para dokter

Inggris dan raja. Upaya ini berhasil dan menjadikan inokulasi menyebar

dengan cepat.

Page 16: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

c. Inokulasi dalam strategi militer

Para komandan militer memanfaatkan inokulasi untuk menyerang

lawan sehingga lawan akan menderita penyakit cacar.

d. Tahun 1763: perang antara Inggris dan suku Indian

Pada perang antara Inggris dan suku Indian di Amerika, suku Indian

menerima selimut dan sapu tangan yang tercemar virus cacar. Hal ini

mengakibatkan epidemi cacar di kalangan suku Indian.

e. Tahun 1775: revolusi Amerika

Pasukan Inggris yang berperang di daerah koloni melakukan

inokulasi cacar untuk pasukannya dan masyarakat koloni pada tahun 1775.

Jenderal George Wahington percaya bahwa upaya ini adalah taktik Inggris

untuk menyerbarkan cacar di pasukan yang dipimpinnya sehingga

serangannya ke Boston ditangguhkan sampai keadaan aman.

Selanjutnya, pada tahun 1776 serangan Washington ke Quebec gagal

karena sebagian besar prajuritnya terkena cacar. Oleh karena itu,

Washington menyatakan bahwa cacar adalah musuh terbesar pasukannya.

Pada Januari 1777, Washington memerintahkan dr. William Shippen, Jr

untuk menginokulasi semua pasukannya.

4. Abad XIX (Tahun 1800-an)

Pada tahun 1800-an, penggunaan bahan-bahan biologi berbahaya

sebagai senjata perang kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan

pengembangan, perbaikan, dan penggunaan artileri berat. Akan tetapi, masih

terdapat laporan penggunaan agen biologi selama Perang Saudara Amerika.

Tabel……. Perjalanan Waktu Penggunaan Agen Biologi sebagai Senjata

Perang pada Abad XIX (tahun 1800-an)

Abad XIX (Tahun 1800-an)1860-1863

Perang Saudara Amerika

Sumber: Texas Department of State Health Services (2014) dalam History of Bioterrrorism

(www.dshs.state.tx.us).

Page 17: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Beberapa catatan sejarah penggunaan agen biologi sebagai senjata

perang pada masa Perang Saudara Amerika adalah sebagai berikut:

a. Tahun 1860-1863

Memoar W.T. Sherman mendeskripsikan pemberian bangkai hewan

ke dalam kolam.

b. Tahun 1863

Pada tahun 1863 pasukan Konfederasi di bawah pimpinan Jenderal

Johnson mundur di Mississippi dengan menempatkan bangkai hewan di

sumur-sumur pasukan Uni. Pada tahun yang sama, dr. Luke Blackburn

berusaha menggunakan virus cacar untuk melawan pasukan Uni dengan

mengatur penjualan pakaian yang terkontaminasi virus cacar. Dr.

Blackburn juga berusaha menggunakan strategi pakaian yang

terkontaminasi untuk menyebarkan penyakit demam kuning, tetapi tidak

berhasil. Tidak ada yang mengetahui bahwa penyakit demam kuning

hanya dapat disebarkan melalui gigitan nyamuk.

Pada tahun yang sama, pihak tentara Uni secara resmi melarang

tindakan menggunakan agen biologi dalam perang. Penggunaan racun,

baik itu untuk sumur, makanan, atau lengan dikeluarkan dari perang

modern.

5. Abad XX (Tahun 1900-an)

Beberapa kejadian penggunaan agen biologi pada abad ke-20 ditandai

sesuai dengan Tabel ……

Tabel …..Perjalanan Waktu Penggunaan Agen Biologi sebagai Senjata Perang

pada Abad XX (tahun 1900-an)

Abad XX (Tahun 1900-an)1914-1918Perang Dunia I

1939-1945Perang Dunia II

1950-1970-anCrude terrorism

1950-1980-anPerang Dingin

1980-1990-anCrude terrorism

Sumber: Texas Department of State Health Services (2014) dalam History of Bioterrrorism

(www.dshs.state.tx.us).

a. Tahun 1914-1918: Perang Dunia I

Page 18: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Senjata biologi dikembangkan dan digunakan selama Perang Dunia I

walaupun target utama adalah hewan, seperti kuda dan bagal yang

digunakan untuk memindahkan bagian-bagian artileri berat. Antraks dan

glanders digunakan untuk menyerang kuda, bagal, dan hewan ternak di

Baltimore, Maryland. Akan tetapi, skema ini memberikan dampak yang

kecil dalam perang.

b. Tahun 1939-1945: Perang Dunia II

Beberapa catatan penggunaan senjata biologis pada tahun 1939-1945

adalah:

i) Jepang

Pada tahun-tahun sebelum meletusnya Perang Dunia II (PD II)

Jepang mempraktikkan senjata biologi melawan Cina. Jepang

menarget manusia untuk mengetes letalitas berbagai agen penyakit,

termasuk antraks, kolera, tifoid, dan pes. Serangan Jepang

menggunakan senjata biologi antara lain mengontaminasi sumur-

sumur dan mendistribusikan makanan beracun.

ii) Inggris

Para ilmuwan sekutu juga melakukan eksperimen dengan agen

biologis. Sebagai contoh, pada tahun 1941 Inggris bereksperimen

dengan antraks di lepas pantai Skotlandia.

iii) Amerika Serikat

Amerika Serikat meluncurkan studinya ke dalam penggunaan

dan pertahanan dari agen biologi. The US Army mengembangkan

Camp Dietrick (sekarang Ft. Dietrick), Maryland, menjadi sebuah

lokasi untuk penelitian dan pengembangan biologi.

c. Tahun 1950-1970-an: Crude terrorism

Crude terrorism ditandai dengan penggunaan agen fisik. Beberapa

kejadian crude terrorism adalah:

i) Tahun 1950: kelompok Mau Mau di Afrika menggunakan tanaman

beracun untuk membunuh hewan ternak.

Page 19: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

ii) Tahun 1960-an: organisasi Viet Cong menggunakan perangkap yang

terkontaminasi dengan feses selama Perang Vietnam.

iii) Tahun 1970: The Weathermen, sebuah kelompok oposisi yang

menentang imperialisme Amerika dan Perang Vietnam, diduga

berusaha mendapatkan senjata biologi dari Fort Detrick, Maryland,

untuk mengontaminasi sistem pasokan air di kota-kota Amerika

Serikat.

iv) Tahun 1972: anggota kelompok kanan, Order of the Rising Sun,

ditangkap di Chicago. Kelompok tersebut mempunyai 30-40 kg

kultur tifoid yang direncakanan untuk meracuni pasokan air di

Chicago, St. Louis, dan kota-kota sebelah barat lainnya.

v) Tahun 1972: polisi menangkap dua remaja yang memulai kelompok

kecil militan yang memiliki visi mengeliminasi kemanusian sehingga

mereka dapat menciptakan ras baru. Kelompok ini ternyata memiliki

agen-agen biologi, termasuk Typhus bacillus.

d. Tahun 1950-1980-an: Perang Dingin

Pada akhir PD II, Amerika Serikat dan Uni Soviet jauh

meninggalkan negara lain dalam pengembangan senjata biologi. Selama

Perang Dingin program senjata biologi di Amerika Serikat dan Uni Soviet

mengeksplorasi penggunaan ratusan bakteri, virus, dan racun biologi.

Masing-masing negara menciptakan alat untuk menyebarkan agen-agen

biologi tersebut, misalnya aerosol, paket dalam bentuk bom, dan dalam

misil.

Pada tahun 1969 WHO mengeluarkan laporan terkait senjata biologi

dan risikonya karena ketidakmungkinan kontrol penuh. Pada akhir tahun

1969 presiden Richard Nixon mengakhiri program senjata biologi

mungkin dikarenakan protes atas Perang Vietnam dan memerintahkan

semua senjata dihancurkan. Sejak saat itu, para peneliti Amerika Serikat

fokus pada upaya defensif, seperti pengembangan detektor. Pada tahun

1972 semua agen dan suplai senjata biologi Amerika Serikat dihancurkan.

Page 20: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Pada bulan April 1979 di kota Sverdlovsk, Uni Soviet, sebuah

ledakan dari Military Compound 19 mengakibatkan lepasnya racun.

Selama beberapa hari berikutnya warga yang tinggal searah mata angin

menderita demam tinggi, sesak nafas, dan kematian. Dokter setempat

mengumumkan wabah antraks inhalasi, tetapi pemerintah menyalahkan

daging sapi yang terkontaminasi antraks. Militer mengambil alih rumah

sakit untuk mengurus korban secara eksklusif. Pernyataan resmi oleh

mengenai penyebab wabah tersebut dinyatakan oleh presiden Boris Yeltsin

pada tahun 1992 bahwa wabah tersebut merupakan kecelakaan yang

mengakibatkan terlepasnya spora antraks dalam program senjata biologi.

Pada tahun 1985 Irak meluncurkan program senjata biologi.

Program ini mungkin dibantu oleh para ahli senjata biologi dari Uni Soviet

yang datang ke Irak sejak program pengembangan senjata biologi di Uni

Soviet runtuh. Pada saat gencatan senjata Perang Teluk tahun 1991, Irak

telah memiliki agen-agen senjata biologis, seperti antraks, toksin

botulinum, dan beberapa agen mematikan lainnya. Inspektur dari Komisi

Khusus PBB (UN Special Commission/UNSCOM)menghabiskan waktu

bertahun-tahun untuk membuktikan keberadaan senjata biologis ini,

sementara Irak berulang kali membantah kepemilikan senjata biologis.

UNSCOM menemukan bahwa misil Irak dimuat untuk menyebarkan

penyakit.

Pada tahun 1989 Direktur CIA, William Webster, mengumumkan

bahwa sedikitnya terdapat 10 negara yang mengembangkan senjata

biologis.

e. Tahun 1980-1990-an: Crude terrorism

Beberapa agen biologis yang digunakan pada periode waktu ini

adalah:

i) Tahun 1980: sebuah laboratorium sederhana dilaporkan telah mengisi

bak mandi penuh dengan termos Clostridium botulinum di Red Army

Faction “safe house” di Paris. Pemerintah Jerman kemudian menolak

laporan tersebut.

Page 21: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

ii) Tahun 1984: kelompok kultus Rajneeshee di Oregon mengontaminasi

restoran salad dengan Salmonella typhimurium untuk mencegah orang-

orang berpartisipasi dalam pemilihan daerah. Lebih dari 750 orang

diracuni dan 40 orang masuk rumah sakit walaupun tidak ada yang

meninggal. Dua pemuja akhirnya ditangkap.

iii) Bulan April 1990: anggota kultus dilengkapi mobil untuk

menyebarkan toksin botulinum melalui sebuah sistem pembuangan

dan mengendarai mobil tersebut di sekitar gedung parlemen Jepang.

iv) Bulan Maret 1995: anggota kultus menanamkan tiga koper yang

didesain untuk melepaskan toksin botulinum di kereta bawah tanah

Tokyo. Serangan tersebut gagal ketika anggota kultus tersebut

mengganti agen non-toksik.

6. Abad XXI

Pada musim gugur tahun 2001surat yang terkontaminasi antraks dikirim

melalui layanan pos Amerika Serikat. Kasus serangan antraks pertama ini

dilaporkan pada tanggal 4 Oktober oleh Departemen Kesehatan Palm Beach.

Pada tanggal 5 Desember sejumlah 22 kasus antraks diidentifikasi, 11 kasus

terkonfirmasi inhalasi antraks dan 11 kasus (tujuh kasus terkonfirmasi dan

empat kasus dicurigai) adalah antraks kulit.

Kasus antraks tahun 2001 membuat para ahli di bidang kesehatan

meninjau ulang paparan risiko dan sejarah penggunaan senjata biologi.

Profesional kesehatan harus mengenal sejarah dan tipe serangan yang terjadi.

Para profesional kesehatan harus dipersiapkan untuk mengenali, mengobati,

dan melaporkan kemungkinan efek senjata biologi kepada otoritas berwenang

dengan cepat untuk mencegah bahaya berskala besar.

2.2.4 Upaya Menghadapi Bioterorisme, Mekanisme, dan Landasan Hukum

Melihat parahnya dampak bioterorisme, beberapa upaya pencegahan dan

pemberantasan bioterorisme dilakukan. Biokeamanan atau yang disebut

biodefense mencakup perlindungan terhadap konsekuensi penelitian biologis yang

Page 22: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

merugikan. Dari perspektif pertahanan nasional, biokeamanan mengacu pada

upaya-upaya untuk mengurangi dan menangani potensi penggunaan biologi yang

merusak khususnya melalui penerapan bioteknologi (www.nlm.nih.gov).

Aspek-aspek biokeamanan lainnya yang terkait meliputi tanggung jawab

atas larangan penyimpanan atau pemindahan dari satu alat pengangkut ke alat

pengangkut lain senjata biologis pendahulunya dan gangguan pembiayaan

bioteroris yang mendukung pengembangan dan distribusi senjata biologis.

Pembiayaan bioteroris yang berbeda dengan pencucian uang, khususnya

berhubungan dengan kegiatan-kegiatan kejahatan antarbangsa, seperti

perdagangan narkoba adalah sebuah mekanisme dimana dana diproses dari

sumber-sumber sah atau tidak sah untuk membiayai kegiatan-kegiatan bioteroris

atau mereka yang mendorong, merencanakan, atau terlibat dalam bioterorisme.

(Spidler, 2002).

Untuk mencapai tujuan ini, hubungan erat dan kerjasama harus dibangun di

antara para pemimpin negara. Pengakuan dan penerimaan bahwa sektor

keamanan negara lebih dari sekedar militer dan polisi, serta mencakup banyak

departemen pemerintah ditambah masyarakat sipil dan akademisi, akan

memudahkan kerja sama seluruh masyarakat yang lebih besar dalam

mengembangkan strategi-strategi efektif untuk menghadapi dampak-dampak

bioterorisme yang multisektor (www.apdforum.com).

1. Skala Internasional

Dalam skala internasional beberapa upaya nyata sudah dilakukan dan dapat

dijadikan landasan hukum untuk menghadapi bioterorisme. Sesuai yang tercatat

dalam dokumen United Nations Association of Minnesota (2014) mengenai

United Nations: Bioterrorism (WHO Committee) upaya tersebut antara lain:

a. Protokol Jenewa (Geneva Protocol)

Upaya pertama yang dilakukan untuk menghadapi bioterorisme adalah

pengesahan Protokol Jenewa pada tahun 1925 yang melarang penggunaan

dalam peperangan gas-gas yang mengakibatkan sesak napas dan beracun,

cairan, benda atau peralatan sejenis, serta melarang juga penggunaan bakteri

dalam metode peperangan.

Lisa, 12/26/14,
Belum ada di daftar pustaka
Lisa, 12/26/14,
Belum ada di daftar pustaka
Lisa, 12/26/14,
Belum ada di daftar pustaka
Page 23: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

b. Biological Weapons Convention (BWC) atau Biological and Toxin Weapons

Convention (BTWC)

Pada tahun 1972 BWC/BTWC melarang pengembangan, produksi,

akumulasi, akuisisi, dan penyimpanan agen biologi dan toksin; melarang

senjata-senjata yang memiliki potensi untuk mengelola organism tersebut; dan

juga menutut semua pihak yang menandatangani Konvensi tersebut

menghancurkan agen biologi dan toksin yang berada di bawah kendali

mereka. Pada tahun 2001 sebanyak 162 negara telah menandatangani BTWC.

Sejak saat itu, Review Conferences telah dilakukan untuk menegakkan dan

memperkuat BTWC.

Pada tahun 2006 Majelis Umum PBB (The U.N.General Assembly)

menyerukan banyak inisiatif biodefensif baru, termasuk inisiasi program

dengan pemangku bioteknologi dalam mencegah penggunaan perkembangan

biologi untuk tujuan teroris dan menciptakan database global untuk

melaporkan semua kejadian teroris.

c. Tindakan Proteksi Global

1) Rencana Respon Biosurveilans dan Bioterorisme (Biosurveillance and

Bioterrorism Response Plans)

Upaya ini dilakukan untuk melindungi kesehatan masyarakat dari

wabah penyakit dan dalam prosesnya menjaga dari ancaman bioterorisme.

Biosurveilans adalah proses mengumpulkan, menganalisis,

meninterpretasi, dan melaporkan informasi yang berhubungan dengan

aktifitas penyakit dan ancaman potensial terhadap kesehatan masyarakat.

Kegiatan ini dilakukan mulai dari praktik epidemiologi dasar sampai

dengan penggunaan sistem teknologi yang sangat canggih.

Akan tetapi, permasalahan yang ada pada upaya ini adalah sebagian

besar informasi terlambat, tidak cukup, atau tidak ada. Hal tersebut

disebabkan oleh kondisi geografis dan ekonomi yang berbeda di tiap

negara, seperti kekurangan dalam infrastruktur, fasilitas, dan staf

kesehatan; kemampuan diagnosis dan mekanisme pelaporan rendah; bisa

Page 24: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

juga karena pemerintah tidak ingin reputasi pemerintahannya jatuh di mata

internasional.

2) Global Alert and Response

WHO melalui Global Alert and Response (GAR) mengoordinasi

sistem kesehatan masyarakat nasional dan internasional untuk memerangi

dan mengontrol epidemi dan masalah kesehatan lainnya. Upaya tersebut

dilakukan dengan memonitor penyebaran infeksi, menginformasikan ke

publik jika perlu, dan melindungi masyarakat dari dampak wabah. WHO

juga melakukan jaringan surveilans internasional yang disebut Global

Outbreak Alert and Response Network (GOARN) yang memfasilitasi

pertukaran sumber daya dalam mengidentifikasi, mengonfirmasi, dan

merespon secara cepat wabah penyakit. Institusi yang tergabung dalam

GOARN meliputi sektor pemerintah dan swasta, termasuk jaringan

laboratorium, program keilmiahan, organisasi-organisasi PBB, palang

merah, dan LSM.

2. Indonesia

Pemerintah Indonesia hingga saat ini turut aktif didalam upaya pencegahan

dan pemberantasan bioterorisme. Sesuai dengan Pembukaan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dimana Pemerintah Indonesia

melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan

untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian

abadi, dan keadilan sosial.

Hal tersebut terbukti dengan disahkannya Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 6 Tahun 1998 tentang Pengesahan Convention on The

Prohibition of The Development, Production, Stockpiling and Use of Chemical

Weapons and on Their Destruction. Secara eksplisit disebutkan bahwa

pemerintah Indonesia senantiasa turut aktif dalam memberikan sumbangan bagi

terwujudnya tujuan dan prinsip-prinsip Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa, serta

untuk menegaskan kembali komitmen Indonesia terhadap Protokol Jenewa Tahun

1925.

Page 25: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

2.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-2019

2.3.1 Definisi

Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025, yang

selanjutnya disebut sebagai RPJPN 2005-2025, adalah Rencana Pembangunan

Jangka Panjang Nasional, sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang RI

Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional

Tahun 2005-2025. Sedangkan yang dimaksud dengan Rencana Pembangunan

Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-2019, yang selanjutnya disingkat

RPJMN 2015-2019 adalah dokumen perencanaan pembangunan nasional untuk

periode 5 (lima) tahun terhitung sejak tahun 2015 sampai dengan tahun 2019.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) merupakan tahapan pencapaian visi Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJPN) 2005-2025. RPJPN 2005-2025 secara garis besar memberikan pedoman dan arah pembangunan dalam visi dan misi untuk periode 20 tahun ke depan, untuk mencapai tujuan dibentuknya Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia seperti yang tercantum dalam Pembukaan Undang-undang Dasar Negara RI Tahun1945, dan merupakan acuan dari setiap tahap RPJMN yang berkesinambungan dan berkelanjutan. RPJMN merumuskan permasalahan, sasaran serta arah kebijakan pembangunan yang akan diambil oleh bangsa ini dalam kurun waktu 5 tahun ke depan.

2.3.2 Landasan Hukum

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) adalah

dokumen perencanaan pembangunan nasional lima tahunan yang merupakan

bagian dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dua puluh tahunan

(Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional). Pemerintah dan DPR RI telah menerbitkan Undang-

Undang RI nomor 17 tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Page 26: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

(RPJP) 2005-2025. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Bidang Kesehatan

(RPJPK) merupakan bagian rencana pembangunan nasional di bidang kesehatan

sebagai jabaran RPJPN 2005-2025 (Departemen Kesehatan RI, 2009).

1. Landasan Idiil yaitu Pancasila

2. Landasan Konstitusional yaitu Undang-Undang Dasar 1945

3. Landasan Operasional

a. Undang-Undang RI Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan

Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun

2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 4421);

b. Undang-Undang RI Nomor 40Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional

c. Undang-Undang RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional 2005-2025(Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4700); Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008

tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 176, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4924);

d. Undang-Undang RI Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

e. Undang-Undang RI Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit

f. Peraturan Presiden RI Nomor 47 Tahun 2009 tentang Pembentukan dan

Organisasi Kementerian Negara sebagaimana telah beberapa kali diubah,

terakhir dengan Peraturan Presiden Nomor 91 Tahun 2011;

g. Peraturan Presiden RI Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan

Nasional

2.3.3 Mekanisme Kerja

Sesuai dengan ketentuan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional dan Peraturan Pemerintah RI Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata

Page 27: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional, koordinasi penyusunan RPJM Nasional dilakukan oleh Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas. Merujuk pada peraturan tersebut di atas, tahapan penyusunan dan penetapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN) adalah sebagaimana digambarkan pada gambar …………..

1. Penyiapan Rancangan Awal RPJMNPenyiapan Rancangan Awal RPJM Nasional dimulai pada

tahun terakhir RPJM Nasional yang berjalandengan mengacu pada RPJP Nasional, visi/misi dan program prioritas presiden terpilih, dan berdasarkan pada rancangan rencana pembangunan teknokratik yang telah mempertimbangkan hasil evaluasi pelaksanaan RPJMN berjalan serta aspirasi

Gambar …. Tahapan Penyusunan dan Penetapan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJMN).

Sumber: Peraturan Pemerintah RI Nomor 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional.

Page 28: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

masyarakat.Rancangan Awal RPJMN disampaikan kepada Presiden untuk disepakati dalam sidang Kabinet dan menjadi pedoman atau acuan bagi penyusunan Rancangan Renstra K-L.

2. Penyiapan Rancangan Renstra K-LPimpinan Kementerian/Lembaga menyusun Rancangan

Renstra K-L yang diawali dengan penyusunan rancangan rencana pembangunan secara teknokratik di sektornya. Rancangan Renstra K-L memuat visi, misi, tujuan, strategi, kebijakan, serta program dan kegiatan pokok sesuai dengan tugas dan fungsi kementerian/lembaga dengan berpedoman pada Rancangan Awal RPJM Nasional. Pimpinan Kementerian/Lembaga berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah untuk mengidentifikasikan pembagian tugas dalam pencapaian sasaran nasional di sektornya.

3. Penyusunan Rancangan RPJM Nasional dengan menggunakanRancangan Renstra KL

Setelah proses konsultasi Sidang Kabinet dari Pemerintahan Presiden terpilih yang baru, dihasilkan Rancangan RPJMNasional. Rancangan RPJMNasional memasukkan pertimbangan Rancangan Awal dan Rancangan Renstra K-L. Rancangan Renstra K-L ditelaah oleh Menteri PPN/Bappenas agar konsisten sebagai penjabaran dari Rancangan Awal RPJM Nasional, dan sasaran program prioritas Presiden sesuai dengan sasaran tujuan KL serta tugas yang dilaksanakan oleh pusat-daerah sesuai dengan kewenangannya.

4. Pelaksanaan Musrenbang Jangka Menengah NasionalProses konsultasi publik dan sosialisasi dilakukan melalui

Musyawarah Perencanaan Pembangunan Nasional

Page 29: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

(Musrenbangnas) Jangka Menengahyang mengikutsertakan unsur-unsur penyelenggara negara dan masyarakat.Musrenbangnas Jangka Menengah diselenggarakan paling lambat 2 bulansetelah Presiden dilantik.

5. Penyusunan Rancangan Akhir RPJM NasionalRancangan Akhir RPJM Nasional yang disusun

berdasarkan hasil Musrenbangnas, kemudian dikonsultasikan pada DPR dan Sidang Kabinet untuk penyempurnaan.

6. Penetapan RPJM NasionalRancangan Akhir RPJM Nasional yang telah

disempurnakan kemudian diproses untuk ditetapkan menjadi RPJM Nasional dengan Peraturan Presiden paling lambat 3 (tiga) bulan setelah Presiden dilantik.

Perumusan arah kebijakan pembangunan nasional dimulai dengan identifikasi prakiraan permasalahan utama, serta penyebabnya untuk diselesaikan dalam periode 5 (lima) tahun ke depan. Permasalahan utama merupakan perkiraan permasalahan yang akan dihadapi lima tahun kedepan berdasarkan perkembangan sampai saat ini. Permasalahan utama termasuk tantangan, yang merupakan permasalahan yang menonjol dalam lima tahun ke depan. Selanjutnya, ditetapkan sasaran pembangunan nasional jangka menengah 2015-2019, yang akan menjadi dasar penetapan Prioritas Pembangunan Nasional. Untuk setiap Prioritas Pembangunan, dibangun skenario isu strategis bersifat lintas Bidang/K-L dan kegiatan pembangunan yang akan mendukung pada pencapaian prioritas pembangunan nasional tersebut, yaitu melalui Fokus Prioritas Nasional (program-program pembangunan Prioritas yang bersifat lintas Bidang/K-L

Page 30: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

atau lintas wilayah) dan kegiatan-kegiatan prioritas nasional pendukungnya.

Berbagai acuan yang dapat digunakan dalam identifikasi prakiraan permasalahan utama bangsa dalam periode lima tahun ke depan adalah (1) hasil evaluasi RPJMN periode sebelumnya, (2) misi pembangunan yang belum terselesaikan dalam periode 5 tahun sebelumnya, dan (3) masukan aspirasi dari masyarakat/stakeholder luas lainnya. Selanjutnya permasalahan dan sasaran akan mengarahkan pada perumusan arah kebijakan pembangunan nasional yang perlu ditetapkan untuk periode 2015-2019 dengan mempertimbangkan dan menyinergikan hal-hal sebagai berikut:1. Skala Prioritas dalam RPJPN 2025.2. Visi, misi, dan Program Prioritas Presiden Terpilih.3. Komitmen internasional/global terkini.

Dokumen RPJMN 2015-2019 sampai dengan Desember 2014 masih dibahas

dalam Musrembangnas di Jakarta.

2.3.4 Isi Pokok

Sebagaimana tertera dalam pentahapan pembangunan RPJPN 2005–2025,

Dalam RPJMN 2015-2019 dimana tertera dalam pentahapan pembangunan

RPJPN 2005–2025, dimana RPJMN 2015-2019 masuk dalam pentahapan 3

(gambar 2) yang memfokuskan kepada pemantapan pembangunan secara

menyeluruh dengan menekankan pembangunan keunggulan kompetitif

perekonomian yang berbasis sumber daya alam yang tersedia, sumber daya

manusia yang berkualitas serta kemampuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Kementerian Kesehatan menyikapi RPJMN 2015-2019 di bidang Kesehatan

dengan mempersiapkan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan yang

berkualitas dengan mulai mantap dengan mengedepankan arah pengembangan

Lisa, 27/12/14,
Sumber?
Lisa, 27/12/14,
Sumber??
Page 31: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

upaya kesehatan dari pelayanan kuratif bergerak kearah pelayanan promotif, dan

preventif sesuai kondisi dan kebutuhan ( gambar 2).

BAB III

METODOLOGI

3.1 Pendekatan Penulisan

Sesuai dengan tujuan penulisan makalah telaah kritis Peran Ahli Kesehatan

Masyarakat, maka pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kualitatif.

Patton dan Cochran (2002) dalam A Guide to Using Qualitative Research

Methodology menyatakan bahwa penelitian kualitatif dicirikan berdasarkan atas

Gambar …. Arah Pembangunan KesehatanSumber: …………………………………..

Page 32: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

tujuannya, berhubungan dengan beberapa aspek kehidupan sosial, dan metodenya

secara umum menghasilkan kata-kata sebagai data yang dianalisis.

3.2 Jenis

New York University (tanpa tahun) menyebutkan bahwa studi sosial

menanyakan dua pertanyaan studi fundamental, yaitu apa yang sedang terjadi

(deskriptif) dan mengapa hal tersebut terjadi (eksplanasi). Studi deskriptif

memberikan gambaran atau deskripsi yang bagus atas suatu fenomena di

masyarakat dan memprovokasi pertanyaan “mengapa” dalam studi eksplanasi

(www.nyu.edu).

Makalah telaah kritis Peran Ahli Kesehatan Masyarakat tergolong dalam

studi deskriptif dan eksplanasi. Makalah ini memberikan deksripsi mengenai

peran dan mekanisme kerja ahli kesehatan masyarakat dalam penyelidikan dan

pencegahan wabah penyakit menular, pencegahan dan penanganan bioterorisme,

dan RPJMN 2015-2019. Selanjutnya, makalah ini juga memberikan penjelasan

(eksplanasi) mengenai kelebihan dan kekurangan peran ahli kesehatan masyarakat

dan mengapa terjadi dua fenomena tersebut.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Menurut sumber datanya, makalah telaah kritis Peran Ahli Kesehatan

Masyarakat menggunakan data sekunder. Data sekunder yang diperoleh dalam

makalah ini adalah melalui studi pustaka. Cara pengumpulan data adalah dengan

mengumpulkan berbagai literatur buku, jurnal, peraturan perundangan,artikel, dan

dokumen terkait tujuan penulisan makalah.

3.4 Teknik Analisis Data

Terdapat beberapa teknik dalam melakukan analisisdata yang dikumpulkan

dalam tulisan ini. Patton dan Cochran (2002) menyatakan bahwa terdapat

beberapa pendekatan dalam menganalisis data kualititatif, yaitu pendekatan

tematik, deskriptif, dan in-depth. Analisis tulisan telaah kritis Peran Ahli

Kesehatan Masyarakat adalah melalui pendekatan tematik dan deskriptif.

Page 33: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1 Peran Ahli Kesehatan Masyarakat dalam Penyelidikan dan Pencegahan

Wabah Penyakit Menular

4.1.1 Gambaran Penyakit Menular di Indonesia

Penyakit menular merupakan masalah utama kesehatan masyarakat

Indonesia, disamping mulai meningkatnya masalah penyakit tidak menular

(PTM). Pemberantasan penyakit menular juga merupakan salah satu pencapaian

tujuan pembangunan milenium (MDGs) Indonesia. Walaupun penyakit menular

yang menjadi proritas target pencegahan dan pemberantasan dalam tujuan MDGa

adalah HIV/AIDS, Malaria dan tuberkulosis, tetapi di Indonesia penyakit menular

lain masih banyak yang tinggi angka insiden dan prevalensinya.

Berikut gambaran kondisi penyakit menular di Indonesia berdasarkan hasil

Riskesdas 2013:

1. Tuberkulosis Paru

Prevalensi TB berdasarkan diagnosis sebesar 0,4% dari jumlah

penduduk, artinya dari rata-rata 100.000 penduduk Indonesia terdapat 400

orang yang menderita TB, hasil tersebut tidak jauh berbeda dengan pervalensi

TB dari hasil Riskesdas tahun 2007, yaitu kurang lebih 0,4%.

2. HIV/AIDS

Setelah tiga tahun berturut-turut jumlah kasus HIV/AIDS stabil, pada

tahun 2013 kembali mengalami peningkatan signifikan sebesar 35% dibanding

tahun 2012. Grafik tersaji dalam grafik … berikut.

Page 34: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Grafik … Jumlah Kasus Baru TB di Indonesia

Sumber: Profil Kesehatan Indonesia (2013)

3. Kusta

Selama periode 2008-2013, angka penemuan kassus baru kusta pada

tahun 2013 merupakan yang terendah, yaitu sebesar 6,69 per 100.000

penduduk, sedangkan angka prevalensi berkisar antara 0,79 hingga 0,96 per

10.000 dan telah mencapai target <1 per 10.000 penduduk.

Grafik --- Prevalensi dan Insiden Kusta di Indonesia

Sumber: Profil Kesehatan Indonesia (2013)

Lisa, 12/26/14,
Judul grafik kepotong
Page 35: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

4. Diare

Penyakit diare merupakan penyakit endemis di Indonesia dan juga

merupakan penyakit potensi KLB yang sering menyebabkan kematian.

Menurut Riskesdas 2007 dalam Profil Kesehatan Indonesia 2013, diare

merupakan penyebab kematian nomor satu pada bayi dan balita.

Secara nasional angka kematian (CFR) pada KLB diare tahun 2013

sebesar 1,08% sedangkan target CFR pada KLB diare diharapkan <1%.

Dengan demikian secara nasional, CFR KLB diare hampir memenuhi target

program.

5. Demam Berdarah Dengue (DBD)

Pada tahun 2013, jumlah penderita DBD yang dilaporkan sebanyak

112.511 kasus dengan jumlah kematian 871 orang. Terjadi peningkatan

jumlah kasus pada tahun 2013 dibandingkan 2012 yang sebesar 90.245 kasus

dengan angka kessakitan sebesar 37,27.

Grafik … Angka Kesakitan (IR) DBD per 100.000 penduduk tahun

2008-2013

Sumber: Profil Kesehatan Indonesia (2013)

6. Filariasis

Terjadi peningkatan jumlah kasus filariasis pada tahun 2013 dari tahun

2012 sebanyak 812 kasus. Gambaran peningkatan tersebut dapat dilihat pada

grafik ..

Page 36: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Grafik …. Jumlah Kasus Filariasis di Indonesia Tahun 2010-2013

Sumber: Profil Kesehatan Indonesia (2013)

4.1.2 Pencapaian MDGs di Indonesia Tahun 2013 (Tujuan 6: Memerangi

HIV/AIDS, Malaria, dan Penyakit Menular lainnya) dan Tantangan

1. HIV/AIDS

Gambar….. memperlihatkan bahwa target MDGs dalam prevalensi HIV

pada populasi umur 15-24 tahun adalah < 0,5, hasil capaian MDGs prevalensi

HIV di Indonesia tahun 2013 adalah sebesar 0,43. Prevalensi dari tahun ke

tahun mengalami peningkatan meskipun <0,5.

Page 37: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Grafik… Prevalensi HIV pada Populasi Umur 15-24 Tahun

Sumber: Kemenkes RI (2012) dalam Laporan Pencapaian MDGs 2013, tahun 2014

Sardjunani (2014) menyatakan beberapa tantangan yang dihadapi dalam

mencapai target MDGs untuk memerangi HIV/AIDS adalah:

a. Masih rendahnya kesadaran masyarakat untuk mengetahui status HIV-nya,

baik ditawarkan ataupun secara sukarela pada kelompok.

b. Tingginya stigma dan diskriminasi terhadap ODHA, baik di masyarakat

maupun petugas kesehatan, menyebabkan penyakit ini semakin sulit untuk

dikendalikan.

2. Malaria

Grafik Jumlah Kasus Positif Malaria menurut Provinsi di Indonesia

Tahun 2013 menunjukkan bahwa kawasan Timur Indonesia memiliki angka

yang lebih tinggi.

Lisa, 12/26/14,
Tahun ini maksudnya apa ya?
Page 38: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Grafik …..Jumlah Kasus Positif Malaria menurut Provinsi di Indonesia Tahun2013

Sumber: Kemenkes RI(2013) dalam Laporan Pencapaian MDGs 2013, tahun 2014

Sardjunani (2014) menyatakan tantangan yang dihadapi dalam mencapai

target MDGs untuk memerangi malaria adalah disparitas yang cukup tinggi

antara kejadian malaria di kawasan timur Indonesia dengan daerah lain.

3. Tuberkulosis (TB)

WHO (2013) dalam Global Tuberculosis Reportmenyatakan bahwa

Indonesia masuk kedalam kategori high-burden countriesdengan prevalensi

TB tertinggi, yaitu sebesar 1200 dan insiden tertinggi, yaitu sebesar 540.

Tabel ….. Estimated Epidemiological Burden of TB Tahun 2012

Lisa, 12/26/14,
Tahun apa ya?
Page 39: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Sumber: WHO (2013) dalam Global Tuberculosis Report

Sardjunani (2014) menyatakan beberapa tantangan yang dihadapi dalam

mencapai target MDGs untuk memerangi tuberkulosis adalah:

1. Ko-infeksi TB/HIV, TB yang resisten obat, dan tantangan lainnya dengan

tingkat kompleksitas yang semakin tinggi.

2. Sampai saat ini belum diketahui secara pasti jumlah pasien yang

ditatalaksana difasilitas pelayanan kesehatan non-pemerintah (swasta).

3. Masih rendahnya kasus TB resisten obat yang berhasil ditemukan dan

mendapatkan pengobatan.

4. Komitmen dari pemerintah masih kurang untuk pendanaan program TB.

5. Masih kurangnya perhatian untuk tatalaksana kasus TB BTA negatif dan

TB anak.

6. Masih rendahnya sumberdaya manusia untuk mendukung ekspansi

program dan penerapan inovasi baru.

Tidak hanya selesai sampai mengetahui pencapaian angka statistik seperti di

atas, statistik juga perlu digunakan untuk menyajikan data lebih mudah dipahami.

Laporan pencapaian MDGs penting dilakukan, kritisi, dan membacanya juga perlu

diperhatikan karena secara keseluruhan data-data MDGs memiliki keterbatasan.

Page 40: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Setidaknya MDGs bukan sekedar sajian angka-angka, tetapi lebih mendorong

semua pihak untuk penduli dan merealisasikan tujuan pembangunan dalam wujud

nyata. Penyajian secara statistik dalam pencapaian MDGs pada dasarnya

bermanfaat untuk mengedukasi masyarakat akan masalah yang ada sehingga dapat

dicarikan penyelesaiannya secara bersama-sama (Fatimah, tanpa tahun).

4.1.3 Penyelidikan, Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penyelidikan dan pengendalian

penyakit menular, seperti yang diuraikan oleh Wibowo dan tim (2014) dalam

buku Kesehatan Masyarakat di Indonesia:Konsep Aplikasi dan

TantanganKesehatan Masyarakat Indonesia, yang merupakan bagian fungsi-fungsi

kesehatan masyarakat adalah sebagai berikut:

a. Rantai penyakit infeksi

Seperti yang sudah dijelaskan dalam bab 2.1.1 definisi penyakit

menular, rantai infeksi adalah sebuah model yang digunakan untuk

memahami proses infeksi. Lingkaran hubunganmasing-masing mewakili

komponen dalam siklus. Setiap point dari mata rantai harus ada dan berada

dalam posisi yang benar (Pratama, Tanpa tahun).

Gambar….. Rantai Infeksi Epidemiologi.

Sumber: Pratama (tanpa tahun) dalam Rantai Infeksi epidemiologi

(www.scribd.com)

Tujuan utama dari epidemiologi penyakit menular adalah untuk

menjelaskan proses-proses infeksi dengan maksud untuk mengembangkan

Page 41: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

dan mengimplementasikan dan mengevaluasi alat-alat pengendalian yang

tepat. Pengetahuan tentang masing-masing yang ada di dalam sebuah rantai

infeksi diperlukan sebelum intervensi yang efektif dapat dilakukan

(Beaglehole, Bonita, dan Kjellstrom dalam terjemahan Sutomo 1997, h.168).

Namun, hal ini tidak selalu diperlukan, contohnya adalah pencegahan

terjadinya epidemi penyakit kolera dengan perbaikan penyediaan air.

Hal tersebut didukung oleh Achmadi (2012) dalam buku yang berjudul

Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah dimana Beliau mengungkapkan teori

simpul yang pada dasarnya adalah tata laksana kasus penyakit dengan

pengendalian faktor risiko penyakit yang dilaksanakan secara simultan,

paripurna, terencana, dan terintegrasi dalam suatu wilayah tertentu.

Pengendalian dapat secara prospektif dan retrospektif.

b. Agen Penyebab Infeksi

Agen penyebab infeksi dapat dibedakan berdasarkan kemampuannya

untuk menghasilkan penyakit (patogenitas) dan ukuran tentang tingkat

keganasan penyakit (virulensi) (Beaglehole, Bonita dan Kjellstrom dalam

terjemahan Sutomo 1997, h.168). Patogenitas dapat ditentukan dengan

membandingkan jumlah penderita yang mempunyai manifestasi klinis

dengan jumlah penderita yang mengalami infeksi,sedangkan virulensi dapat

ditentukan dengan membandingkan jumlah penderita yang mempunyai efek

serius dengan jumlah penderita yang sakit (Detels 2002 dalam Wibowo dan

tim 2014).

c. Jalur transmisi

Aspek sentral penyebaran penyakit menular dalam masyarakat adalah

mekanisme penularan (mode of transmissions),yakni berbagai mekanisme

dimana unsur penyebab penyakit dapat mencapai manusia pejamu yang

potensial (Noor, 2006).

d. Host

Unsur pejamu (host),terutama pejamu manusia dapat dibagi dalam dua

kelompok sifat utama, yakni pertama, sifat yang erat hubungannya dengan

Page 42: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

manusia sebagai mahluk biologis dan kedua, sifat manusia sebagai mahluk

sosial (Noor, 2008).

e. Perangkat Pengendalian Penyakit infeksi

Perangkat yang digunakan untuk pengendalian sebuah penyakit

meliputi identifikasi, evaluasi pola penyakit, dan intervensi untuk mengontrol

penyakit. Perangkat yang digunakan dalam hal ini ada surveilans. Surveilans

adalah observasi kejadian yang sedang berlangsung, aktif dan sistematik

terhadap kejadian dan distribusi penyakit dalam suatu populasi, dan kejadian

atau kondisi yang dapat meningkatkan atau menurunkan risiko kejadian suatu

penyakit. Sistem surveilans dapat digunakan untuk untuk mengumpulkan

informasi tentang berbagai macam peristiwa (Arias, 2010).

Selain dengan surveilans, strategi pengendalian penyakit menular

dapat menggunakan “paket” pendekatan strategik (Achmadi, 2012), yaitu

intensifikasi pencarian dan pengobatan kasus, memberikan perlindungan

spesifik dan imunisasi, pemberantasan penyakit berbasis lingkungan, dan

penggalangan upaya kemitraan (building linkages).

f. Tantangan dalam penyelidikan dan pencegahan penyakit menular

Beberapa tantangan dalan penyelidikan dan pencegahan penyakit

menular adalah sebagai berikut :

Menurut Alemayehu dalam tulisannya mengenai Communicable Disease

Controlmetode pengendalian penyakit menular adalah sebagai berikut

(Alemayehu, 2014):

a. Eliminasi reservoir

1. Manusia sebagai reservoir: ketika seorang manusia menjadi penyebab

terjadinya penyakit, “pemberantasan manusia” tentu bukan penyelesaian

masalahnya. Oleh karena itu upaya yang dilakukan adalah:

Pengobatan dan pendeteksian kasus penyakit menular (misalnya

perobatan TB paru aktif).

Lisa, 12/26/14,
Ini masuk bagian mana ya?
Page 43: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Isolasi: pemisahan orang yang terinfeksi suatu penyakit menular.

Tindakan isolasi dilakukan atas dasar, yaitu morbiditas dan mortilitas

tinggi, serta infektivitas tinggi.

Karantina: pembatasan pergerakan manusia yang terinfeksi untuk

jangka waktu masa inkubasi maksimum penyakit.

2. Hewan sebagai reservoir: program eliminasi yang dilakukan berdasarkan

kegunaan hewan, bagaimana hubungannya dengan manusia, dan

melindungi hewan yang rentan.

Wabah tikus dianggap sebagai hama dan dengan memberantas tikus

dianggap pilihan yang tepat.

Rabies: anjing peliharaan dapat dilindungi dengan vaksinasi, tetapi

anjing liar diberantas.

Hewan-hewan terinfeksi yang digunakan untuk menjadi bahan

makanan (misalnya unggas atau sapi) akan dilakukan pemeriksaan.

3. Reservoir non-hidup: kemungkinan program yang dilakukan adalah

membatasi manusia ke daerah paparan yang terkena.

b. Gangguan transmisi

Melibatkan kontrol dari cara penularan, reservoir, dan potensi host baru

melalui:

Peningkatan sanitasi lingkungan dan kebersihan pribadi

Pengendalian vektor

Desinfektan dan sterilisasi

c. Perlindungan host yang rentan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara:

Imunisasi aktif atau pasif

Chemo-prophylaxis ( malaria dan meningoococcal meningitis)

Perbaikan gizi

Perlindungan pribadi ( menggunakan APD)

4.1.4 Peran Ahli Kesehatan Masyarakat

Peran ahli kesehatan masyarakat dalam pengendalian penyakit menular

sangat jelas. Penyakit menular akan terus mempengaruhi kesehatan manusia dan

Page 44: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

sifatnya berubah dalam cara yang rumit dan menantang. HIV/AIDS selain sangat

mematikan merupakan salah satu contoh kompleksitas dari penyakit menular.

Kemampuan kesehatan masyarakat untuk mengidentifikasi masalah,

menganalsisinya, menentukan riwayat alaminya, dan berfokus pada kebutuhan

akan pengajuan dan pembentukan kebijakan menjadi sangat penting bagi

kesehatan masyarakat.

Pickett dan Hanlon (1990 dalam terjemahan Mukti 2009) menguraikan

bahwa ahli kesehatan masyarakat juga harus terlibat dalam organisasi dan

manajemen jasa layanan medis. Masalah akses, biaya, mutu, dan gabungan

layanan tidak dapat diselesaikan begitu saja dengan mengandalkan sektor swasta

dan kekuatan pasar. Menggunakan cara dengan membayar jaminan untuk

penduduk berpenghasilan rendah tidak cukup untuk mengatasi masalah akses atau

mutu atau gabungan layanan yang tepat. Kesehatan masyarakat harus dapat

membantu mendesain pendekatan organisasional terhadap masalah tersebut.

Kesehatan masyarakat memiliki pengetahuan dan kemampuan untuk menyusun

lebih banyak kebijakan yang komprehensif. Sebagai perwakilan pemerintah dalam

kesehatan, kesehatan masyarakat harus berupaya memastikan bahwa kekuatan

pendorong, penguat, dan kekuatan yang memungkinkan terwujudnya kesehatan.

Tantangan pertumbuhan penduduk, urbanisasi, perubahan iklim global, dan

polusi menyebabkan difusi patogen lama dan baru, serta peningkatan jumlah

outbreaks. Optimis dan tidak mudah puas, kemudian ada dukungan dari politik

dan finansial diperlukan untuk mempertahankan kinerja (Schlipkoter dan Flahault,

tanpa tahun).

4.2 Peran Ahli Kesehatan Masyarakat dalam Pencegahan dan Penanganan

Bioterorisme

4.2.1 Protokol Jenewa (Geneva Protocol)

Sebagaimana telah disebutkan pada subbab 2.2.4 mengenai Upaya

Menghadapi Bioterorisme, Mekanisme, dan Landasan Hukum bahwa upaya

pertama yang dilakukan untuk menghadapi bioterorisme adalah pengesahan

Protokol Jenewa pada tahun 1925 yang melarang penggunaan dalam peperangan

Page 45: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

gas-gas yang mengakibatkan sesak napas dan beracun, cairan, benda atau

peralatan sejenis, serta melarang juga penggunaan bakteri dalam metode

peperangan (www.unamn.org).

Akan tetapi, kelemahan Protokol Jenewa 1925 terletak pada tidak

dilarangnya pengembangan, produksi, penimbunan atau penyebarannya, demikian

juga tidak mengatur mekanisme dan prosedur penanganan dalam hal terjadi

pelanggaran (Undang-Undang RI Nomor 6 Tahun 1998 tentang Pengesahan

Convention on The Prohibition of The Development, Production, Stockpiling and

Use of Chemical Weapons and on Their Destruction).

4.2.2 Biological Weapons Convention (BWC) atau Biological and Toxin

Weapons Convention (BTWC)

Pada tahun 1972 BWC/BTWC melarang pengembangan, produksi,

akumulasi, akuisisi, dan penyimpanan agen biologi dan toksin; melarang senjata-

senjata yang memiliki potensi untuk mengelola organism tersebut; dan juga

menutut semua pihak yang menandatangani Konvensi tersebut menghancurkan

agen biologi dan toksin yang berada di bawah kendali mereka. Pada tahun 2001

sebanyak 162 negara telah menandatangani BTWC (www.unamn.org).

Akan tetapi, BWC/BTWC juga tidak dapat terlaksana secara maksimal

dimana masih terdapat beberapa negara yang tidak meratifikasi konvensi ini dan

juga tidak ada lembaga hukum yang mengawasi pelaksanaan BWC/BTWC

(www.scribd.com).

4.2.3 Ahli Kesehatan Masyarakat Dalam Biokeamanan

Selain mengacu pada bagaimana upaya-upaya pemerintah suatu negara

untuk mengurangi dan menangani potensi penggunaan zat biologis yang merusak

khususnya melalui penerapan bioteknologi, biokeamanan juga mengacu pada

penanganan konsekuensi masalah kesehatan yang akan timbul dan dapat menjadi

epidemik. Penanganan secara promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif akan

melibatkan beberapa praktisi ilmu kesehatan khususnya yang merupakan first

responder dari berbagai konsekuensi atas kejadian bioterorisme yang dapat

Lisa, 12/26/14,
Belum ada di daftar pustaka
Page 46: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

menjadi sebuah epidemi. First responder tersebut antara lain adalah dokter,

perawat, bidan, ahli kesehatan masyarakat, dan praktisi kesehatan lainnya.

Kecepatan dan akurasi dokter dan laboratorium untuk menetapkan

diagnosis yang benar dan melaporkan temuan mereka kepada ahli kesehatan

masyarakat, akan secara langsung mempengaruhi jumlah angka kematian. Jika

senjata biologis yang digunakan adalah penyakit menular dimana penyakit

mampu ditularkan dari satu orang ke orang lain maka kemampuan untuk

membatasi penyakit dan kematian akan sangat bergantung pada keputusan dan

tindakan yang diambil dalam jam/hari segera setelah penemuan serangan.

(Spidler, 2002)

Kapasitas ahli kesehatan masyarakat di dalam melacak epidemi penyakit

yang timbul akan menjadi pondasi yang penting bagi pemerintah di dalam

mengkoordinasikan respon yang efektif dan efesien. Pemerintah sebagai

pengambil keputusan sangat bergantung pada data kesehatan masyarakat, seperti

berapa banyak yang sakit, di mana mereka berada, apakah kejadiannya terjadi

secara bersamaan atau memiliki pola penyebaran tertentu, apakah jumlah

penderita meningkat, apakah ada lebih dari satu serangan, proyeksi jumlah

kematian, dll. Semua pertanyaan ini tergantung pada kemampuan lembaga

kesehatan masyarakat untuk mengumpulkan dan menganalisa informasi penting.

Kesiapan lembaga kesehatan negara di dalam pelaksanaan biokeamanan sangatlah

penting dan harus diperhatikan, seperti dalam hal pendanaan dan sumber daya

manusia. (sumber:

http://www.upmchealthsecurity.org/our-work/testimony/femas-role-in-managing-

bioterrorist-attacks-and-the-impact-of-public-health-concerns-on-bioterrorism-

preparedness, 27 desember 2014)

4.2.4 Ahli Kesehatan Masyarakat Dalam Penyelidikan dan Pencegahan Wabah

Penyakit Menular

4.2.4.1 Mekanisme kerja (on the way)

Kejadian-kejadian KLB ataupun wabah perlu dilakukan pendeteksian

secara dini. Dengan pendeteksian secara dini maka diharapkan penyakit yang

Page 47: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

berpotensi untuk dapat menajadi KLB ataupun wabah daapt ditanggulangi secepat

mungkin. Sistem kewaspadaan dini sudah mulai dikembangkan oleh pemerintah

sejak 2007, sistem ini merupakan suatu pengembangan dari sistem kewaspadaan

dini yang dimiliki oleh WHO. (Chandra, 2011)

Menurut Kristina (2014) Secara umum kegitantan penanggulangan KLB

ataupun wabah ada beberpa antra lain :

a. Kajian epidemiologi

Untuk mencegah terjadinya suatu KLB atau wabah maka diperlukan suatu

kajian epidemiologi yang dilakukan secara terus menerus yang dilakukan

oleh ahli kesehatan masyarakat. Kajian epidemiologi yang dilakukan

meliputi antra lain : melakukan penggalian data survailens secara berkala

penyakit yang berpotensi terjadi KLB ataupun wabah, kajian terhadap

lingkungan sanitasi penduduk, kajian analisa status gizi masyarakat, cakupan

imunisasi, hingga sarana prasarana. Sumber-sumber data yang menjadi alat

untuk dilakukan pengkajian epidemiologi adalah data KLB/Wabah, data

survailens terpadu, cakupan program, data pemukiman, data prilaku

dimasyarakat, data pertanian dan peternakan, data meteriologi dan geofisika

dan lain sebagainay yang mendukung.

b. Peringatan kewaspadaan

Peringatan kewaspadaan dini KLB atau terjadinya peningkatan KLB pada

daerah tertentu dapat dilaporkan dalam jangka pendek, priode 3 – 6 bulan

yang akan datang, ataupun jangka panjang 5 tahun yang akan datang untuk

penyakit yang berpotensi terjadi KLB dalam jangka panjang. Hal ini

dilakukan oleh tenaga kesehatan masyarakat kepada unitkerja terkait,

Dinkes, Kab/Kota, Provinsi dan Kemenkes RI. Dengan kegiatan ini maka

dapat dilakukan kesiapsiagaan yang lebih baik serta dapat dilakukan acuan

perumusan perencanaan strategis program penanggulangan KLB.

c. Peningkatan Kewaspadaan dan Kesiapsiagaan terhadap KLB

Kewaspadaaan dan peningkatan kesiapsiagaan terhadap KLB meliputi

peningkatan kegiatan survailens untuk dilakukan sutu deteksin dini terhadap

Page 48: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

KLB. Kesiapsiagaan menghadapi KLB/wabah dilakukan juga peninggkatan

terhadap SDM tenaga kesehatan dan khususnya kesehatan masyarakat.

Indonesia dan semua negara di dunia masih menghadapi permasalahan

penyakit hewan yang secara alami dapat menular ke manusia atau sebaliknya yang

disebut zoonosis.

Masalah zoonosis perlu dikendalikan karena dalam kondisi tertentu dapat

berpotensi menjadi wabah atau pandemi. Ecohealth mengkaji perubahan-

perubahanlingkungan biologik, fisik, sosial dan ekonomi dan menghubungkan

perubahan-perubaha ini dengan terhadap kesehatan manusia dimana bila

ekosistem berubah maka akan terjadi perubahan dalam kondisil lingkungan

manusia dan heawan. (Nurhayati, 2014).

Penyakit zoonosismemiliki dampak ekonomi secara global, sehingga

kerugian ekonomi dirasakan secara nyata hampir diseluruh negara yang terkena

dampaknya, misalnya avian influenza yang melumpuhkan sektor peternakan

hampir di seluruh negara. Strategi pengendalian zoonosis di Indonesia, sesuai

dengan PP RI nomor 30 tahun 2011Tentang Pengendalian Zoonosis, dapat

dilakukan dengan :

1. Mengutamakan prinsip pencegahan penularan kepada manusia dengan

meningkatkan upaya pengandalian zoonosis pada sumber penularan,

2. Koordinasi lintas sektoral, sinkronisasi, pembinaan, pengawasan, pemantauan

dan evaluasi pelaksanaan kebijakan, strategi dan program.

3. Perencanaan terpadu dan percepatan pengendalian melalui surveilans,

pengidentifikasian, pencegahan, tata laksana kasus dan pembatasan

penularan, penanggulangan wabah atau kejadian luar biasa (KLB) dan

pandemi serta pemusnahan sumber zoonosis pada hewan apabila diperlukan,

4. Penguatan perlindungan wilayah yang masih bebas terhadap penularan

zoonosis baru,

5. Peningkatan upaya perlindungan masyarakat dari ancaman penularan

zoonosis,

Page 49: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

6. Penguatan kapasitas sumber daya manusia, logistik, pedoman pelaksanaan,

prosedur teknis pengendalian, kelembagaan dan anggaran pengandalian

zoonosis,

7. Penguatan penelitian dan pengembangan zoonosis, dan

8. Pemberdayaan masyarakat dengan melibatkan dunia usaha, perguruan tinggi,

LSM dan organisasi profesi, serta pihak-pihak lain.

4.3 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2015-

2019

Kelanjutan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN)

Bidang Kesehatan 2015-2019 sangat bergantung sekali dengan pencapaian RPJM

sebelumnya, berdasarkan hasil Midterm Review Rencana Pembangunan Jangka

Menengah (RPJMN) 2010-2014 didapat data sesuai pada gambar …….

Gambar …. Hasil Midterm Review RPJMN 2010-2014

Sumber: …………………………………..

Lisa, 12/27/14,
Sumber??
Page 50: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Melihat dari hasil Midterm Review RPJMN 2010-2014, Kementerian

Kesehatan kemudian memetakan prioritas tantangan apa yang harus dihadapi

dalam pembangunan kesehatan tahun 2015-2019. Adapun tantangan

pembangunan kesehatan 2015-2019 yang berhasil diidentifikasi dan dijadikan

program bersama di bidang kesehatan menyongsong RPJMN 2015-2019 adalah:

1. Kesenjangan status kesehatan masyarakat dan akses terhadap pelayanan

kesehatan antar wilayah, termasuk DTPK, tingkat sosial ekonomi, dan

gender.

2. Continuum of care (AKI, AKB, dan AKBA).

3. Masih ada masalah gizi –stunting di wilayah timur.

4. Beban ganda penyakit, yaitu pergeseran pola penyakit dari penyakit menular

ke penyakit tidak menular, serta meningkatnya penyalahgunaan narkoba dan

masih ada masalah imunisasi–rantai dingin (cold chain).

5. Kualitas lingkungan (climate change) dan sanitasi dasar.

6. Masalah SDM kesehatan (penyebaran, kualitas layanan, dan kompetensi

nakes).

7. Belum optimalnya pemberdayaan masyarakat –UKBM –PHBS.

8. Belum optimalnya Sistem Informasi Kesehatan.

9. Masalah pergeseran demografi–lanjut usia.

10. Masalah bias desentralisasi (pusat-daerah) termasuk lintas sektor.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

5.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

Page 51: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Achmadi, Umar Fachmi. 2012. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah: Edisi

Revisi. Jakarta: Rajawali Press.

Alemayehu,Mulugeta. 2004. Communicable Disease Control.Diakses pada 21

Desember 2014 dari

http://www.cartercenter.org/resources/pdfs/health/ephti/library/lecture_notes

/nursing_students/ln_comm_disease_final.pdf.

Anies. 2006. Waspada Ancaman Penyakit Tidak Menular Solusi Pencegahan

Aspek Perilaku dan Lingkungan. Jakarta: Elex Media Komputindo.

Anonim. 2008. Epidemiologi. Jakarta : Rineka Cipta

Anonim. 2013. Global Tuberculosis Report 2013. Diakses pada 24 Desember

2014 dari

Arias, Kathleen Meehan. 2010. Investigasi dan Pengendalian Wabah di Fasilitas

Pelayanan Kesehatan.Jakarta : EGC

BalitbangKes Kemenkes RI. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta:

Kementerian Kesehatan RI

Basuno, Edi. Tanpa tahun. Assesment Terhadap Kekhawatiran Flu Burung

sebagai Salah Satu Propaganda Bioterorisme. Pusat Sosial Ekonomi dan

Kebijakan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Diakses pada 21

Desember 2014 dari

http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/pdffiles/anjak_2012_04.pdf

Beaglehole, Bonita, dan Kjellstrom.1993. Dasar Dasar Epidemiologi, terjemahan

oleh Sutomo, 1997.Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

CDC. 2007. Bioterrorism Overview. Diakes pada 17 Desember 2014 dari

www.emergency.cdc.gov/bioterrorism/overview.asp

Chandra, Dr. Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas.

Jakarta: EGC

Departemen Kesehatan RI. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang

Bidang Kesehatan 2005-2025. Jakarta: Pusat Kajian Pembangunan

Kesehatan Departemen Kesehatan.

Lisa, 12/26/14,
Sumber??
Page 52: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Fatimah, Fatia. Tanpa Tahun. Mewaspadai Data Statistik pada Pencapaian

SasaranMDGs.Diakses pada 24 Desember 2014 dari

http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fisip201225.pdf

Gray, Jerry D. 2009. Deadly Mist: Upaya Amerika Merusak Kesehatan Manusia,

alih bahasa Tetra Suari. Jakarta: Sinergi Publishing.

Kementerian Kesehatan RI. 2014. Profil Kesehatan Indonesia tahun 2013.

Diakses pada 21 desember 2014 dari

http://www.depkes.go.id/resources/download/pusdatin/profil-kesehatan-

indonesia/profil-kesehatan-indonesia-2013.pdf (tersedia dalam bentuk pdf)

Kunoli, Firdaus J. 2013. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular: untuk

Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Trans Info Media

New York University. Tanpa Tahun. What is Research Design?. Diakses pada

17 Desember 2014 dari

https://www.nyu.edu/classes/bkg/methods/005847ch1.pdf

Noor, Nasry Nur. 2006. Pengantar Epidemiologi Penyakit Menular. Jakarta :

Rineka Cipta

Patton, M.Q. dan Cochran, M. 2002. A Guide to Using Qualitative Research

Methodology. Diakses pada 17 Desember 2014 dari

http://fieldresearch.msf.org/msf/bitstream/10144/84230/1/Qualitative

%20research%20methodology.pdf

Peraturan Pemerintah RI No. 40 Tahun 2006 tentang Tata Cara Penyusunan Rencana Pembangunan Nasional

Pickett, George & John J. Hanlon. 1990. Public Health: Administration and

Practice, 9thEdition. Alih bahasa oleh Ali Ghufron Mukti .2009. Kesehatan

Masyarakat: Administrasi dan Praktik Edisi 9. Jakarta: EGC

Pikiran Rakyat Online. 2011. Kasus Penyakit Tak Menular Terus Meningkat.

Diakses pada 21 Desember 2014 dari www.pikiran-rakyat.com/node/168577

Pratama, Nikko. Tanpa tahun. Rantai Infeksi Epidemiologi. Diakses pada 24

Desember 2014dari http://www.scribd.com/doc/171838150/Rantai-Infeksi-

Epidemiologi#scribd

Page 53: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

Republik Indonesia. 2007. Undang Undang No. 27 Tahun 2007 tentang Rencana

Pembangunan Jangka Panjang Nasional . Jakarta: Sekretariat Negara

Sardjunani, Nina MA. 2014. Draft Final leporan Pencapaian tujuan Pembanguan

Milenium di Indonesia 2013. Diakses pada 24 Desember 2014

dariftp://ftp1.perbendaharaan.go.id/pengumuman/2014/Paparan%20Deputi

%20SDMK%20-%20Draft%20Final%20Laporan%20MDGs%202013/

Paparan%20Deputi%20SDMK%20-%20Draft%20Final%20Laporan

%20MDGs%202013.pdf

Schlipkoter, Ursula dan Antoine Flahault. Tanpa tahun. Public Health Reviews,

ol. 32 No. 1. Hal 90-119.Diakses pada tanggal 25 Desember 2014 dari

http://www.publichealthreviews.eu/upload/pdf_files/7/7_Comm_diseases.pd

f

Sudibya, Akhmad. Tanpa tahun. Sekilas tentang Bioterorisme. Diakses pada 17

Desember 2014 dari http://elib.fk.uwks.ac.id/asset/archieve/jurnal/Vol

%20Edisi%20Khusus%20Desember%202011/SEKILAS%20TENTANG

%20%20BIOTERORISME.docx

Texas Department of State Health Services. 2014. History of Bioterrrorism.

Diakses pada 17 Desember 2014 dari

www .dshs.state.tx.us/preparedness/bt_public_history.shtm

Undang-Undang RI No. 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

United Nations Association of Minnesota. 2014. United Nations: Bioterrorism

(WHO Committee). Diakses pada 17 Desember 2014 dari

www.unamn.org/uploads/2/8/2/8/28287267/high_school_reference_guide_b

ioterrorism_who_committee.pdf

Wibowo, Adik dan Tim. 2014. Kesehatan Masyarakat di Indonesia:Konsep

Aplikasi danTantangan. Jakarta: Rajagrafindo Persada

World Health Organization. 2014. Global Health Observatory: Noncommunicable

Disease. Diakses pada 21 Desember 2014 dari

http://www.who.int/gho/ncd/mortality_morbidity/ncd_total/en/

Page 54: sellyauliasite.files.wordpress.com€¦  · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Latar Belakang. Menurut Winslow (1920) kesehatan masyarakat merupakan ilmu dan seni untuk mencegah penyakit,

World Health Organization. 2004. Public Health Response to Biological and

Chemical Weapons: WHO Guidance. Diakses pada 21 Desember 2014 dari

http://whqlibdoc.who.int/publications/2004/9241546158.pdf