damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/narasi-2017.docx · web viewbab...
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-
Undang Nomor 8 (drt) Tahun 1956 (yang disebut Undang-Undang
Darurat) adalah Kota yang berstatus sebagai Daerah Otonom
dalam Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Aceh.
Kota Banda Aceh memiliki 9 (Sembilan) Kecamatan dan
90 (Sembilan puluh) Gampong, dengan demikian terdapat 9
Orang Camat dan 90 Kepala Desa (Geuchik), Setiap Kepala
Pemerintahan tersebut memiliki Wewenang untuk mengatur roda
Administrasi Wilayahnya masing-masing.
Dalam perkembangannya yang dinamis, Kota Banda Aceh
telah mengalami Pemekaran Wilayah Administrasi. Pada Tahun
2000, Kecamatan Meuraxa mengalami pemekaran dengan dua
tambahan Kecamatan baru yaitu Kecamatan Banda Raya dan
Kecamatan Jaya Baru. Selain itu Kecamatan Baiturrahman
mekar dengan satu Kecamatan tambahan yaitu Kecamatan Lueng
Bata.
1
A. Dasar Hukum
1. Undang-Undang Nomor 8 (Drt) Tahun 1956 tentang
Pembentukan Daerah Otonom Kota-Kota Besar dalam
Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara;
2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang
Penyelenggaraan Negara yang bersih dan Bebas dari
Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;
3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara;
4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara;
5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan
Negara;
6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah
Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Menjadi Undang-Undang;
7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang
Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan
Pemerintah Daerah;
2
8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah
Aceh;
9. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1983 tentang
Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II
Banda Aceh;
10. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000
tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah;
11. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang
Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;
12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3
Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan
Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada
Masyarakat.
13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6
Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan
Pemerintah Daerah (P-EPPD);
14. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang
Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah;
3
15. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang
Standar Akuntansi Pemerintahan;
16. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah;
17. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun
2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah
sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 29 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006;
18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.11-57
Tahun 2006 tanggal 7 Februari 2006 tentang
Pemberhentian dan Pengangkatan Penjabat Walikota Banda
Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.
B. GAMBARAN UMUM KOTA BANDA ACEH
Banda Aceh merupakan Ibukota Provinsi Aceh, Kota Banda
Aceh di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 (drt) Tahun
1965 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Besar
dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara (Lembaga
Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 59, Tambahan
Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 1092), tentang
Pembentukan Kota Banda Aceh dengan Ibukotanya Banda Aceh.
4
1. Kondisi Geografis Daerah
Secara Geografis Kota Banda Aceh memiliki posisi sangat
strategis yang berhadapan dengan Negara-negara di Selatan
Benua Asia dan merupakan pintu gerbang Republik Indonesia di
bagian Barat. Kondisi ini merupakan potensi yang besar baik
secara alamiah maupun ekonomis.
Letak geografis Kota Banda Aceh berada antara 05̊ 16’ 15” -
05̊ 36’ 16” LU (NL) dan 950º 16’ 15”– 950º 22’ 35” BT (EL),
dengan tinggi rata-rata 0,80 meter di atas permukaan laut, serta
dengan luas wilayah keseluruhan 61,36 Km².
Adapun batas-batas wilayah Kota Banda Aceh sebagai berikut :
Utara : Selat Malaka
Selatan : Kabupaten Aceh Besar (Kecamatan Darul Imarah dan Kecamatan Ingin Jaya)
Barat : Samudra Indonesia
Timur : Kabupaten Aceh Besar (Kecamatan Barona Jaya dan Kecamatan Darussalam
Adapun wilayah administratif Kota Banda Aceh meliputi 9
(Sembilan) Kecamatan 17 mukim dan 90 (Sembilan Puluh)
gampong (desa). Kecamatan yang berada di Kota Banda Aceh 5
adalah Kecamatan Meuraxa, Jaya Baru, Banda Raya,
Baiturrahman, Lueng Bata, Kuta Alam, Kuta Raja, Syiah Kuala dan
Ulee Kareng.
Pembagian tiap kecamatan, luas dan persentase untuk tiap
kecamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel, Luas dan Persentase Wilayah Kecamatan Kota Banda Aceh Menurut Kecamatan (Km²), 2014
NO KECAMATAN Luas PersentaseDistrict Area Percentage
(1) (2) (3) (4)1 Meuraxa 7,26 11,832 Jaya Baru 3,78 6,163 Banda Raya 4,79 7,814 Baiturrahman 4,54 7,405 Lueng Bata 5,34 8,706 Kuta Alam 10,05 16,387 Kuta Raja 5,21 8,498 Syiah Kuala 14,24 23,219 Ulee Kareng 6,15 10,02
Jumlah 2016 61,36 100,00
2015 61,36 100,002014 61,36 100,002013 61,36 100,00
Sumber : Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh
Tabel, Nama Ibu Kota Kecamatan Kota Banda Aceh, 2016Capital of District in Banda Aceh Municipality, 2016
NOKecamatan Ibu Kota Jumlah
KemukimanJumlah
GampongDistrict Capital Number of
KemukimanNumber of
Villages(1) (2) (3) (4) (5)
6
1 Meuraxa Ulee Lheue 2 162 Jaya Baru Lampoh Daya 2 93 Banda Raya Lamlagang 2 104 Baiturrahman Neusu Jaya 2 105 Lueng Bata Lueng Bata 1 96 Kuta Alam Bandar Baru 2 117 Kuta Raja Keudah 1 68 Syiah Kuala Lamgugob 3 109 Ulee Kareng Ulee Kareng 2 9
Jumlah 2016 17 902015 17 902014 17 902013 17 90
Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh
Tabel, Jarak Ibu Kota Kecamatan dengan Ibukota Banda Aceh, 2016Distance of District Capital with Banda Aceh Municipality Capital, 2016
NO Kecamatan Ibu Kota JarakDistrict Capital Distance (Km)
(1) (2) (3) (4)1 Meuraxa Ulee Lheue 5,02 Jaya Baru Lampoh Daya 2,53 Banda Raya Lamlagang 1,54 Baiturrahman Neusu Jaya 0,65 Lueng Bata Lueng Bata 3,56 Kuta Alam Bandar Baru 1,57 Kuta Raja Keudah 1,08 Syiah Kuala Lamgugob 8,09 Ulee Kareng Ulee Kareng 5,0
Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh
Kondisi Topografi
7
Kondisi Topografi (ketinggian) Kota Banda Aceh berkisar
antara -0,45 m sampai dengan +1,00 m di atas permukaan
laut (dpl), dengan rata-rata ketinggian 0,80 m dpl. Bentuk
permukaan lahannya (fisiografi) relatif datar dengan kemiringan
(lereng) antara 2-8%. Bentuk permukaan ini menandakan bahwa
tingkat erosi relatif rendah, namun sangat rentan terhadap
genangan khususnya pada saat terjadinya pasang dan
gelombang air laut terutama pada wilayah bagian utara atau
pesisir pantai.
Dalam lingkup makro, Kota Banda Aceh dan sekitarnya
secara topografi merupakan dataran banjir Krueng Aceh dan 70 %
wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 5 meter dpl.
Kearah hulu dataran ini menyempit dan bergelombang dengan
ketinggian hingga 50 meter dpl. Dataran ini diapit oleh perbukitan
terjal di sebelah barat dan timur dan ketinggian lebih dari 500 m,
sehingga mirip kerucut dengan mulut menghadap ke laut.
Kondisi topografi dan fisiografi lahan sangat berpengaruh
terhadap sistem drainase. Kondisi drainase di Kota Banda Aceh
cukup bervariasi, yaitu jarang tergenang seperti pada wilayah
Timur dan Selatan kota, kadang-kadang tergenang dan tergenang
terus-menerus seperti seperti pada kawasan rawa-rawa/genangan
air asin, tambak dan atau pada lahan dengan ketinggian di bawah
permukaan laut baik pada saat pasang maupun surut air laut.8
Kondisi Geomorfologi
Secara umum Geomorfologi wilayah Kota Banda Aceh
terletak di atas formasi batuan Vulkanis Tertier (sekitar Gunung
Seulawah dan Pulau Breuh), formasi batuan sedimen, formasi
endapan batu (disepanjang Krueng Aceh), formasi batuan kapur
(di bagian timur), formasi batuan vulkanis tua terlipat (di bagian
selatan), formasi batuan sedimen terlipat dan formasi batuan
dalam.
Geomorfologi daerah pesisir Kota Banda Aceh secara garis
besar dibagi menjadi pedataran yang terdapat di pesisir pantai
utara dari Kecamatan Kuta Alam hingga sebagian Kecamatan
Kuta Raja, dan pesisir pantai yang terletak di wilayah barat atau
sebagian Kecamatan Meuraxa.
Daerah pedataran di pesisir Kota Banda Aceh secara umum
terbentuk dari endapan sistim marin yang merupakan satuan unit
yang berasal dari bahan endapan (alluvial) marin yang terdiri dari
pasir, lumpur dan kerikil. Kelompok ini dijumpai di dataran pantai
yang memanjang sejajar dengan garis pantai dan berupa jalur-
jalur beting pasir resend dan subresen. Beting pasir resen berada
paling dekat dengan laut dan selalu mendapat tambahan baru
yang berupa endapan pasir, sedangkan beting pasir subresen
dibentuk oleh bahan-bahan yang berupa endapan pasir tua,
9
endapan sungai, dan bahan-bahan alluvial/koluvial dari daerah
sekitarnya.
Kondisi Geologi
Secara Geologis, Pulau Sumatra dilalui oleh patahan aktif
yang memanjang dari Banda Aceh di utara hingga Lampung di
selatan, yang dikenal sebagai Sesar Semangko (Semangko Fault).
Oleh karenanya daerah yang terlintasi patahan ini rentan
terhadap gempa dan longsor.
Kota Banda Aceh terletak diantara dua patahan (sebelah
timur –utara dan sebelah barat–selatan kota). Berada pada
pertemuan Plate Euroasia dan Australia berjarak ± 130 km dari
garis pantai barat sehingga daerah ini rawan terhadap Tsunami.
Litologi Kota Banda Aceh merupakan susunan batuan yang
kompleks, terdiri dari batuan sedimen, meta sedimen, batu
gamping, batuan hasil letusan gunung api, endapan alluvium, dan
intrusi batuan beku, berumur holosen hingga Pra-Tersier, dan
secara umum dibagi atas 4 (empat) kelompok, yaitu: Alluvium;
Batuan Kuarter (sedimen dan Volkanik); Batuan Tersier (sedimen
10
dan Volkanik); serta Batuan Metasedimen, malihan, dan
terobosan Pra-Tersier.
Pulau Sumatera dilalui oleh patahan aktif Sesar Semangko
yang memanjang dari Banda Aceh hingga Lampung. Patahan ini
bergeser sekitar 11 cm/tahun dan merupakan daerah rawan
gempa dan longsor. Ruas-ruas patahan Semangko di pulau
Sumatera dan juga kedudukannya terhadap Kota Banda Aceh.
Kota Banda Aceh diapit oleh dua patahan di Barat dan Timur kota,
yaitu patahan Darul Imarah dan Darussalam, dan kedua patahan
yang merupakan sesar aktif tersebut diperkirakan bertemu pada
pegunungan di Tenggara Kota. Sehingga sesungguhnya Banda
Aceh adalah suatu daratan hasil ambalasan sejak pilosen,
membentuk suatu graben, sehingga dataran Banda Aceh ini
merupakan batuan sedimen yang berpengaruh kuat apabila
terjadi gempa di sekitarnya.
Kondisi Hidrologi
Terdapat 7 (tujuh) sungai yang melalui Kota Banda Aceh
yang berfungsi sebagai daerah aliran sungai dan sumber air baku,
kegiatan perikanan, dan sebagainya. Wilayah Kota Banda Aceh
memiliki air tanah yang bersifat asin, payau dan tawar. Daerah
dengan air tanah asin terdapat pada bagian utara dan timur kota
11
sampai ke tengah kota. Air payau berada dibagian tengah kota
membujur dari timur ke barat, sedangkan wilayah yang memiliki
air tanah tawar berada dibagian selatan kota membentang dari
Kecamatan Baiturrahman sampai Kecamatan Jaya Baru, yang
juga mencakup Kecamatan Lueng Bata, Ulee Kareng dan Banda
Raya. Tabel dibawah ini menjelaskan nama-nama sungai dan luas
daerah alirannya di Kota Banda Aceh berikut ini:
Tabel Nama Sungai dan Luas Daerah Alirannya di Kota Banda Aceh
No Nama Sungai Panjang (Km)123456789
Krueng AcehKrueng DaroyKrueng DoyKrueng NengKrueng Lueng PagaKrueng TanjungKrueng Titi PanjangKrueng Kon KeumehKrueng Genasen
723,60 3,60 2,00 4,10 26,33 2,25 1,60
3,271,25
Sumber : RPJM Kota Banda Aceh Tahun 2017-2022
Kota Banda Aceh mempunyai kecendrungan tersusun oleh
aktifer air tanah berlapis banyak dengan keterusan rendah hingga
sedang, muka air tanah atau tinggi pisometri air tanah umumnya
dekat muka tanah, debit sumur umumnya kurang dari 5
liter/detik. Komposisi litologi dan kelulusannya terdiri dari kerikil,
pasir, sebagian setengah padu, serta lumpur. Kelulusan litologi-
litologi itu bervariasi dari sedang hingga tinggi. Arah aliran air 12
tanah mempunyai kecendrungan tegak lurus ke arah pantai.
Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mengontrol sebagian besar
wilayah Kota Banda Aceh yaitu DAS Krueng Aceh.
Kondisi air tanah di Kota Banda Aceh mengalami perubahan
yang sangat mendasar akibat bencana 26 Desember 2004. Kajian
air tanah Kota Banda Aceh setelah bencana telah dilakukan oleh
BGR (Bundesanstalt Fur Geowissenschaften und Rohstoffe/Federal
Institute For Geosciences and Natural Resources, Hannover) yang
menitikberatkan pada kadar garam air tanah Kota Banda Aceh.
Penentuan Salinity range (kisaran garam air) didasarkan
pada Specifik Electrical Conductivity (EC) dan Total Dissolved
Solids (TDS) yang diturunkan dari analisis kation dan anion pada
sampel air. Secara umum, kadar garam kisaran EC dan TDS yang
digunakan pada laporan BGR itu dapat dilihat pada Tabel berikut:
Tabel Acuan Penentuan Kisaran Kadar Garam Air Berdasarkan EC dan TDS
Kadar Garam Kisaran
EC [ μS /CM ¿ TDS [MG/L]
Air TawarAir PayauAir Asin
Up to 1500≥ 1500 – 15,000
≥ 15,000
Up to 1000≥ 1000 – 10,000
≥ 10,000
Sumber : RPJMD Kota Banda Aceh 2012-201713
Kondisi Klimatologi
Berdasarkan data Klimatologi untuk wilayah Kota Banda
Aceh yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Blang Bintang
menunjukkan bahwa dari tahun 2012 sampai dengan 2015, suhu
udara rata-rata bulanan berkisar antara 27,2 ºC hingga 27,1 ºC,
atau suhu rata-rata udara 27 ºC, dan tekanan (minibar) antara
1009,5-1010,7.
Curah hujan Kota Banda Aceh terbesar pada tahun 2015
terjadi pada bulan April yaitu sebesar 354,9 mm dan terkecil
terjadi pada bulan Februari sebesar 20,2 mm, Jumlah curah hujan
ini selama tahun 2015 yaitu sebesar 1.383,6 mm, dengan rata-
rata per bulannya sebesar 115,3 mm/bulan. Sementara itu
kelembaban udara rata-rata perbulan dalam satu tahun yaitu 80,2
Bulan kering di tandai dengan jumlah curah hujan kurang
dari 60 mm, sedangkan bulan basah adalah jumlah curah hujan
diatas 100 mm. Menurut Schmidt dan Ferguson, untuk
menentukan tipe iklim adalah dengan menghitung angka
perbandingan antara rata-rata bulan kering (BK) dengan bulan
basah (BB) dikali 100%. Dari hasil perbandingan didapatkan nilai
Q sebesar 0,25 berarti tipe iklim pada Kota Banda Aceh termasuk
iklim tipe B (Iklim Basah).
14
Penggunaan Lahan
Berdasarkan kondisi saat ini, kecendrungan perkembangan
kota Banda Aceh lebih mengarah pada bagian timur dan bagian
selatan kota. Dibagian timur, berada di wilayah Ulee kareng dan
sekitarnya. Kawasan Ulee Kareng, saat ini telah didominasi oleh
aktivitas perdagangan dan jasa dan aktivitas permukiman.
Kawasan Ulee Kareng semakin berkembang akibat adanya
pergeseran atau perembetan perkembangan fisik kota
dikarenakan kawasan ini tidak ikut terkena dampak bencana
tsunami. Ditambah dengan lokasinya yang tidak jauh dari
kawasan pusat pendidikan yakni Kopelma Darussalam (IAIN dan
Unsyiah) dan lampoh Keudee (Universitas Abulyatama), kemudian
menarik aktivitas lain seperti permukiman yang terlihat dari
tingginya alih fungsi lahan dari ex-persawahan menjadi
permukiman-permukiman baru. Sedangkan untuk bagian selatan,
perkembangan fisik kota sebagian bahkan telah merembet
hingga ke wilayah kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh
Besar. Hal ini dikarenakan secara administratif, wilayah yang
mengalami perkembangan perbatasan langsung dengan
kabupaten Aceh Besar. Adapun perkembangan dibagian selatan
ini meliputi sebagian wilayah kecamatan Baiturrahman (Neusu)
15
dan Kecamatan banda Raya (Lamlagang, Lhong raya, lampeuot),
dan wilayah Batoh dan Lamdom.
Perkembangan fisik kota dibagian selatan ini salah satunya
dilatar belakangi karena bagian selatan ini tidak terkena dampak
langsung bencana tsunami 2004 silam. Adapun aktivitas yang
berkembangan dibagian selatan ini meliputi aktivitas permukiman
yang perdagangan dan jasa, permukiman dan olahraga
(keberadaan stadion harapan bangsa Lhong raya sebagai sport
center).
Penggunaan lahan eksisting di Kota Banda Aceh yang
dilakukan analisi berdasarkan Citra Sartelit Resolusi Tinggi edisi
Februari tahun 2015, secara umum pola penggunaan lahan
dikelompokkan dengan klasifikasi kawasan terbangun dan
kawasan tidak terbangun.
Pemanfaatan kawasan terbangun antara lain kawasan
perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, perikanan,
pelabuhan, area cagar budaya, lapangan olah raga, ruang
terbuka non hijau, peruntukan lainnya (peruntukan militer,
peruntukan keamanan dan keselamatan, peruntukan
peribadatan, peruntukan kesehatan, peruntukan pendidikan,
peruntukan transportasi, peruntukan PLTD, peruntukan pasar,
peruntukan museum, peruntukan tempat pembuangan akhir), 16
dan pemanfaatan area jalan. Berdasarkan digitasi dari Citra
Satelit Tahun 2015 yaitu dengan luas wilayah kota seluas
5.900,20 hektar, bahwa penggunaan lahan kawasan yang sudah
terbangun dengan luas area seluas 3.137,12 hektar atau 53,17 %
dari luas wilayah kota, dominasi pemanfaatan eksisting lahan
terbangun yaitu pemanfaatan kawasan perumahan, pemanfaatan
peruntukan lainnya serta pemanfaatan area infrastruktur jalan.
Penggunaan lahan kawasan terbangun dapat dilihat pada tabel
dibawah ini:
NO
PENGGUNAAN LAHANLUAS
HEKTAR %
1 Perumahan 1866.36 59.492 Perdagangan dan Jasa 225.74 7.203 Perkantoran 116.84 3.724 Kawasan Perikanan 73.67 2.355 Kawasan Pelabuhan 10.48 0.336 Cagar Budaya 7.18 0.237 Lapangan Olah Raga 28.38 0.908 Ruang Terbuka Non Hijau 39.15 1.259 Peruntukan Lainnya 366.96 11.70
10 Jalan 402.36 12.83Total 3137.12 100.00
Sumber: RPJMD Kota Banda Aceh 2017-2022
Sedangkan kawasan belum terbangun pemanfaatannya
antara lain area air/sungai, RTH (hutan kota dan taman kota, RTH
lainnya0, sempadan pantai, sempadan sungai, jalur hijau sungai, 17
jalur hijau lahan, taman pulau jalan, kebun masyarakat, lahan
kosong masyarakat, lahan pemakaman, sawah, tambak, hutan
bakau dan kawasan wisata. Area yang belum terbangun di
wilayah Kota Banda Aceh dengan luasan 2.763,08 hektar atau
46,83% dari luas wilayah kota, area yang belum terbangun
didominasi oleh area lahan terbuka produktif, area air/sungai
serta ruang terbuka hijau. Penggunaan lahan kawasan belum
terbangun dapat dilihat pada table berikut:
NO Penggunaan LahanLuas
Hektar %1 Air/Sungai 573.82 20.772 Hutan Kota 19.46 0.703 Jalur Hijau Jalan 58.15 2.104 Jalur Hijau Sungai 20.55 0.745 Kawasan Hutan Bakau 308.84 11.186 Kawasan Pariwisata 33.29 1.207 Kebun 179.41 6.498 Lahan Terbuka Produktif 801.61 29.019 Pemakaman 22.85 0.83
10 Ruang Terbuka Hijau 431.31 15.6111 Sawah 39.57 1.4312 Sempadan Pantai 37.85 1.3713 Sempadan Sungai 102.16 3.7014 Taman Kota 37.06 1.3415 Taman Pulau Jalan 0.61 0.0216 Tambak 96.53 3.49
Total 2763.08 100.00Sumber: RPJMD Kota Banda Aceh 2017-2022
18
Berdasarkan analisis pemanfaatan lahan eksisting area
terbangun dan area belum terbangun di Kota Banda Aceh dengan
menggunakan Citra Satelit keluaran Februari tahun 2015, bahwa
area terbangun mencapai 53,17 % dan lahan belum terbangun
46,83 % dari luas wilayah kota, hal tersebut menunjukkan bahwa
kecendrungan pembangunan fisik di wilayah Kota Banda Aceh
semakin pesat setiap tahunnya, oleh karena itu proses
perkembangan fisik wilayah kota perlu diantisipasi terhadap daya
dukung dan daya tamping terhadap proses pemanfaatan lahan
serta perlu diantisipasi ketersediaan ruang terbuka hijau yang
berkelanjutan untuk keseimbangan ekosistem lingkungan di
wilayah Kota Banda Aceh.
2. GAMBARAN UMUM DEMOGRAFIS
Jumlah Penduduk Kota Banda Aceh terus mengalami
peningkatan dari tahun ke tahun, pasca bencana gempa dan
tsunami di tahun 2004 jumlah penduduk dari 265.098 jiwa di
tahun 2004 menurun 87.215 jiwa sehingga menjadi 177.881 jiwa
di tahun 2005, akan tetapi perlahan jumlah penduduk di Kota
Banda Aceh hampir mendekati pra bencana gempa dan tsunami,
yakni 250.303 jiwa pada tahun 2015.19
Adapun perincian penduduk perkecamatan di wilayah Kota
Banda Aceh dapat kita lihat pada tabel berikut:
Tabel Jumlah Penduduk, Rata-rata Kepadatan Penduduk per Desa, dan Rata-rata Kepadatan Penduduk per Km2 Kota Banda Aceh Pertengahan Tahun 2016
NOKecamatan Jumlah
Rata-RataKepadatan Penduduk
District Penduduk Population AveragePopulation Per Desa Per Km2
By Village By Km2(1) (2) (3) (4) (5)1 Meuraxa 19 388 1 212 2 6712 Jaya Baru 25 012 2 779 6 6173 Banda Raya 23 459 2 346 4 8974 Baiturrahman 36 013 3 601 7 9325 Lueng Bata 25 114 2 790 4 7036 Kuta Alam 50 618 4 602 5 0377 Kuta Raja 13 107 2 185 2 5168 Syiah Kuala 36 477 3 648 2 5629 Ulee Kareng 25 716 2 857 4 181
2016 254 904 2 832 4 154Jumla
h 2015 250 303 2 781 4 079Total 2014 249 499 2 772 4 066
2013 249 282 2 770 4 063Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh
Dengan luas wilayah Kota Banda Aceh sekitar 61,36 kilo
meter persegi yang ditempati oleh 254.904 jiwa maka rata-rata
tingkat kepadatan penduduk Kota Banda Aceh adalah sebanyak
4.154 jiwa per kilo meter persegi. Kecamatan yang paling tinggi
tingkat Kepadatan Penduduknya adalah Kecamatan Baiturrahman 20
yaitu sebanyak 7.932 jiwa per kilometer persegi. Di ikuti
Kecamatan Jaya Baru sebanyak 6.617 jiwa per kilometer persegi,
Kuta Alam yaitu sebanyak 5.037 jiwa per kilo meter persegi,
diikuti dengan Kecamatan Banda Raya sebanyak 4.897 jiwa per
kilometer per segi, Kecamatan Lueng Bata sebanyak 4.703 jiwa
per kilometer persegi, Kecamatan Ulee Kareng sebanyak 4.181
jiwa per kilometer persegi, Kecamatan Meuraxa sebanyak 2.671
jiwa per kilometer persegi, Kecamatan Syiah Kuala sebanyak
2.562 jiwa per kilo meter persegi, dan terakhir Kecamatan Kuta
Raja sebanyak 2.516 jiwa per kilo meter persegi.
Tabel 1.8Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Rasio,
Kota Banda Aceh Pertengahan Tahun 2016
NO.Kecamatan
Jenis KelaminSex Jumlah Sex
RasioDistrict Laki-laki Perempuan Total Sex Ratio
Male Female(1) (2) (3) (4) (5) (6)1 Meuraxa 10 253 9 135 19 388 112,242 Jaya Baru 12 881 12 131 25 012 106,183 Banda Raya 11 730 11 729 23 459 100,014 Baiturrahman 18 379 17 634 36 013 104,225 Lueng Bata 12 844 12 270 25 114 104,686 Kuta Alam 26 293 24 325 50 618 108,097 Kuta Raja 7 006 5 101 13 107 114,838 Syiah Kuala 18 581 17 896 36 477 103,839 Ulee Kareng 13 043 12 673 25 716 102,92
2016 131 010 123 894 254 904 105,74Jumlah 2015 128 982 121 321 250 303 106,31Total 2014 128 487 121 012 249 499 106,08
21
2013 128 333 120 949 249 282 106,11Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh
Sex ratio penduduk Kota Banda Aceh adalah sebesar
105,74 yang artinya jumlah penduduk laki-laki 5,74 persen lebih
banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Dari
seluruh kecamatan yang berada di Kota Banda Aceh seluruhnya
memiliki sex ratio lebih 100 yang berarti lebih banyak penduduk
laki-laki dibandingkan dengan penduduk perempuan.
Jumlah penduduk Kota Banda Aceh pada usia produktif
antara 20 s/d 24 tahun cukup tinggi sebanyak 39.905 orang.
Hal ini berarti setengah dari penduduk Kota Banda Aceh
merupakan sumber daya yang produktif yang memiliki potensi
sebagai ujung tombak pembangunan Kota Banda Aceh.
TabelJumlah Penduduk Pertengahan Tahun Menurut Kelompok Umur
dan Jenis Kelamin di Kota Banda Aceh, 2015-2016
Kelompok Umur
2015 2016L P Jumla
hL P Jumlah
00-04 13.590 13.360 26.950 13.621 13.477 27.09805-10 9.430 9.203 18.633 9.580 9.447 19.02710-14 8.147 7.706 15.853 8.268 7.876 16.16215-19 11.845 12.250 24.095 11.886 12.325 24.21120-24 20.272 19.672 39.944 20.239 19.666 39.90525-29 15.496 13.504 29.000 15.702 13.773 29.47530-34 11.659 10.079 21.738 11.924 10.330 22.25435-39 9.418 8.683 18.101 9.582 8.978 18.56040-44 8.031 7.533 15.564 8.238 7.797 16.03545-49 6.783 5.983 12.766 7.038 6.232 13.27050-54 5.195 4.366 9.561 5.361 4.547 9.90855-59 3.837 3.474 7.311 3.996 3.695 7.69160-64 2.464 2.185 4.649 2.622 2.307 4.92965-69 1.421 1.383 2.804 1.486 1.441 2.927
22
70-74 746 851 1.597 781 875 1.65675+ 648 1.089 1.737 668 1.128 1.796
Jumlah 128.982
121.321 250.303
131.010
123.894 254.904
Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh
Pendidikan
Sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh
Kota Banda Aceh sudah cukup memadai. Terdapat sebanyak
85 unit sekolah Taman Kanak-Kanak (TK), SD 84 sekolah,
SLTP 32 sekolah, SMU 29 sekolah, dan SMK 8 sekolah.
Tabel, Jumlah Sekolah di Kota Banda Aceh, 2016
No
. Kecamatan TK SD SLTP SMU SMK
1 Meuraxa 4 9 3 3 02 Jaya Baru 9 8 2 0 03 Banda Raya 8 8 3 3 34 Baiturrahman 13 14 6 5 35 Lueng Bata 6 4 3 1 06 Kuta Alam 17 14 9 11 27 Kuta Raja 5 6 2 2 08 Syiah Kuala 14 14 3 3 09 Ulee Kareng 9 7 1 1 0
Jumlah 2016 2015 2014 2013
85928785
84838383
32313131
29303029
8888
Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh
Tabel Jumlah Sekolah, Guru dan Murid MI, MTS dan MA di Kota Banda Aceh, 2016
23
No
Jenjang Pendidikan
Sekolah Guru Murid
1 Madrasah Ibtidaiyah 14 419 8.9892 Madrasah
Tsanawiyah10 290 3.943
3 Madrasah Aliyah 32 278 2.907Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh
Keagamaan
Mayoritas penduduk di Kota Banda Aceh (99%)
memeluk agama islam. Dan di Kota Banda Aceh terdapat 290
tempat ibadah umat islam yang terdiri dari masjid,
meunasah dan mushalla. Selain itu juga terdapat tempat
ibadah bagi umat agama lainnya, yaitu gereja sebanyak 3
bangunan, serta kuil dan klenteng masing-masing 1
bangunan.
Tabel, Jumlah Tempat Ibadah Umat Islam menurut Kecamatan di Kota Banda Aceh, 2016 seperti dibawah ini:
No. KecamatanDistrict
MasjidMosque
MeunasahMeunasah
MushallaSmall
Mosque
JumlahTotal
1 Meuraxa 10 16 0 262 Jaya Baru 7 9 14 303 Banda Raya 6 11 5 224 Baiturrahman 19 8 17 445 Lueng Bata 5 7 14 266 Kuta Alam 23 17 23 637 Kuta Raja 8 8 3 19
24
8 Syiah Kuala 18 6 18 429 Ulee Kareng 8 5 5 18
Jumlah2016201520142013
104103104104
87917091
99909090
290284264286
Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh
3. Kondisi Ekonomi
a. Potensi Unggulan Daerah
Potensi unggulan yang dimiliki Kota Banda Aceh terdiri
dari berbagai sektor yang diharapkan dapat memberikan
kontribusi untuk pembangunan Daerah, potensi unggulan
tersebut 9 lapangan usaha (sektor) antara lain :
Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Kontruksi Perdagangan, Hotel dan Restauran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa termasuk Jasa Pelayanan Pemerintah
1. Pertanian
25
Sektor pertanian di Kota Banda Aceh bukan merupakan
sektor unggulan dari kegiatan perekonomian masyarakat.
Hal ini disebabkan kondisi geografis Kota Banda Aceh yang
kurang mendukung untuk kegiatan usaha di sektor
pertanian. Tetapi sub sektor perikanan dan kelautan
merupakan salah satu sub sektor yang paling banyak
memberikan kontribusi bagi perekonomian Kota Banda Aceh
dibandingkan sub sektor lainnya. Sub sektor ini menyerap
tenaga kerja yang cukup banyak, hal ini disebabkan letak
Kota Banda Aceh yang dikelilingi oleh laut. Di sekitar pesisir
pantai mayoritas penduduknya merupakan nelayan atau
berusaha di sektor perikanan atau kelautan.
2. Industri
Pada tahun 2016, di Kota Banda Aceh terdapat 472 unit
industri tradisional, 491 unit industri makanan dan minuman,
913 unit industri jasa, serta 229 unit industri
bangunan/bahan bangunan.
2.1. ListrikKebutuhan listrik penduduk Kota Banda Aceh
dipenuhi oleh PT. PLN (Persero). Pada tahun 2016,
26
penjualan listrik PT. PLN (Persero) telah mencapai
33.966.165 (kWh).
2.2. AirPada tahun 2015, PDAM Tirta Daroy telah
mempunyai Pelanggan aktif sebanyak 43.243 dan
pelanggan inaktif sebanyak 10.964 dengan total
pelanggan aktif dan inaktif sebanyak 54.207.
2.3. Perusahaan
Realisasi pengeluaran SITU dan SIUP di Kota
Banda Aceh pada Tahun 2016 sebanyak 6.528 Surat Izin
Tempat Usaha (SITU) mengalami peningkatan
dibandingkan tahun 2015 sebesar 6.368 dan sebanyak
1.697 Surat izin Usaha Perdagangan (SIUP) mengalami
peningkatan bila dibandingkan tahun 2015 yaitu
sebesar 1.690.
Jumlah usaha kecil dan menengah di Kota Banda
Aceh tahun 2016 terdiri dari 4.871 bidang
perdagangan, 10 unit pertanian, 10 unit bidang
perikanan, 6 unit bidang Peternakan, 41 unit bidang
Transportasi, 2.870 unit di bidang Industri dan 1.829
unit di bidang Aneka Jasa.
2.4. Koperasi
27
Jumlah koperasi di Kota Banda Aceh tahun 2016
sebanyak 754 unit, yang terdiri dari 6 unit koperasi
desa, 144 unit koperasi pegawai negeri (KPN), 26 unit
Koperasi primkopas/Primkopol, 63 Unit Koperasi wanita,
16 Unit Koperasi Sekolah/Pemuda, 58 Unit Koperasi
Buruh/Karyawanan, 1 unit Koperasi Kerajinan/Industri
dan 440 unit Koperasi Lainnya. Dan jika dibandingkan
dengan tahun 2015 mengalami peningkatan sebanyak 8
unit yaitu dari 746 unit.
Tabel Banyaknya Koperasi menurut Jenis di Kota Banda Aceh, 2013-2016 seperti dibawah ini:
No. Jenis Koperasi 2013 2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4) (5) (6)1 Koperasi Unit Desa/KUD 6 6 6 62 Koperasi Pegawai Negeri
(KPN) 141 141 142 144
3 Koperasi Primkopas/Primkopol 25 25 25 26
4 Koperasi Wanita 65 65 63 635 Koperasi Sekolah/Pemuda 16 16 16 166 Koperasi Buruh/Karyawan 68 68 58 587 Koperasi Kerajinan/Industri 7 7 1 18 Koperasi Lainnya 486 490 435 440
Jumlah 104 87 99 290
Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh
28
b. Pertumbuhan Ekonomi/PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai
statistik pendapatan regional merupakan salah satu indikator
penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah
pada satu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku
maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya
merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh
unit usaha dalam suatu kabupaten/kota tertentu, atau
merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan
oleh suatu unit ekonomi. Dengan tersedianya statistik
pendapatan regional secara berkala dapat diketahui antara
lain:
a. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi
b. Tingkat kemakmuran suatu daerah
c. Tingkat Inflasi dan Deflasi
d. Gambaran Struktur Perekonomian
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan
suatu ukuran dan indikator penting dalam menentukan
pertumbuhan ekonomi suatu daerah, baik atas dasar harga 29
berlaku maupun atas dasar harga konstan, dimana
pertumbuhan tersebut menunjukkan sejauhmana aktifitas
ekonomi suatu daerah mampu dicapai.
PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah
yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah
tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir
yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar
harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa
yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap
tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan
menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang
dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun
tertentu sebagai dasar untuk mengetahui total produksi
barang dan jasa suatu daerah pada periode tertentu. Yang
dimaksud dengan produksi adalah aktivitas ekonomi
menggunakan sumber daya yang tersedia untuk
memproduksi barang dan jasa.
PDRB merupakan neraca makro ekonomi yang dihitung
secara konsisten dan terintegrasi dengan berdasar pada
konsep, definisi, klasifikasi, dan cara penghitungan yang
telah disepakati secara internasional. Perubahan PDRB dari
waktu ke waktu terjadi karena dua hal, yaitu terjadinya
perubahan harga barang dan jasa atau karena terjadinya 30
perubahan volume. Penggunaan harga yang berlaku pada
periode yang telah lalu menghasilkan PDRB atas harga
konstan. PDRB harga konstan disebut sebagai PDRB volume
atau PDRB riil.
Dalam publikasi ini selain disajikan PDRB atas harga
berlaku yang bisa menggambarkan pergeseran struktur
ekonomi, juga disajikan PDRB dengan menggunakan tahun
dasar 2000 yang bisa menggambarkan pertumbuhan
ekonomi dari tahun ke tahun.
Manfaat Statistik Pendapatan Regional PDRB antara lain :
a. PDRB nominal (harga berlaku) menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi suatu wilayah. Semakin besar nilai PDRB menunjukkan semakin besar kekuatan ekonomi wilayah tersebut.
b. Distribusi PDRB nominal (harga berlaku) menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian dan peranan masing-masing sektor suatu wilayah. Semakin besar peranan suatu sektor tersebut merupakan basis/andalan perekonomian dalam wilayah tersebut.
c. PDRB riil (harga konstan) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi dari waktu ke waktu yang terjadi pada masing-masing sektor kegiatan ekonomi suatu wilayah.
d. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan tingkat kemakmuran suatu daerah. Untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah sedikit banyaknya
31
harus mempunyai angka pembanding dari daerah lain, sedangkan untuk mengetahui perkembangannya perlu mengetahui angka perkembangan pendapatan secara berkala.
e. Perbandingan antara pendapatan regional atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan merupakan indeks implisit yang dapat dipergunakan untuk mengetahui adanya perubahan harga barang dan jasa secara keseluruhan.
Untuk menghitung angka-angka PDRB ada 3 pendekatan
yang dapat digunakan, yaitu:
a. Menurut Pendekatan Produksi
PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan
jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi suatu
wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).
Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini
dikelompokkan menajdi 9 (Sembilan) lapangan usaha
(sektor) yaitu:
1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan;2. Pertambangan dan Penggalian;3. Industri Pengolahan;4. Listrik, Gas dan Air Bersih;5. Konstruksi;6. Perdagangan, Hotel dan Restoran;7. Pengangkutan dan komunikasi;8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan;9. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah.
32
b. Menurut Pendekatan Pendapatan
PDRB merupakan jumlah balas yang diterima oleh
factor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses
produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu
(biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang
dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal
dan keuntungan; semuanya sebelum di potong pajak
penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini,
PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung
neto (pajak langsung dikurangi subsidi)
c. Menurut Pendekatan Pengeluaran
PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: 1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga;2. Pengeluaran konsumsi pemerintah;3. Pembentukan modal tetap bruto;4. Perubahan inventori;5. Ekspor Neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi
impor)
Menghitung PDRB dengan menjumlahkan seluruh
permintaan akhir yang terdiri dari konsumsi rumah tangga
dan lembaga nirlaba, konsumsi pemerintah, Pembentukan
Modal Tetap Bruto (PMTB), perubahan stok dan ekspor neto. 33
1. Pendekatan Pendapatan
Menghitung PDRB sebagai penjumlahan dari balas jasa
faktor produksi (kompensasi pekerja, sewa, penyusutan,
bunga dan keuntungan) dalam wilayah. Hal ini menunjukkan
dua hal dalam perekonomian suatu daerah. Pertama,
menunjukkan pembagian PDRB menurut berbagai
pendapatan seperti balas jasa tenaga kerja, keuntungan
serta balas jasa barang modal lainnya, dan pajak produksi
setelah dikurangi subsidi. Kedua membantu menjelaskan
perbedaan antara PDRB dengan pendapatan yang dapat
digunakan.
Ada 9 (sembilan) sektor ekonomi yang dihitung dalam
PDRB menurut lapangan usaha yang dapat dikelompokkan
dalam 3 (tiga) kelompok kegiatan, yaitu kegiatan primer,
sekunder, dan tersier.
Kegiatan primer berkaitan dengan pengeksploitasian
sumber daya alam, terdiri dari sektor pertanian (tanaman
bahan makanan, perkebunan, peternakan,perikanan dan
kehutanan) dan sector pertambangan dan penggalian.
Kegiatan sekunder merupakan kegiatan pemanfaatan
hasil sumber daya alam untuk diolah lebih lanjut. Kelompok
34
kegiatan ini terdiri dari 3 (tiga) sektor yaitu sektor industri
pengolahan, sektor kontruksi, dan sektor listrik, gas dan air
minum.
Kelompok ketiga yaitu kegiatan tersier merupakan
sektor-sektor ekonomi yang memfasilitasi pergerakan sektor
primer dan sekunder. Kelompok kegiatan tersier terdiri dari 4
(empat) sektor yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran,
sektor pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan
dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.
Pertumbuhan Ekonomi/PDRB Kota Banda Aceh
Perekonomian Kota Banda Aceh sebagai kesatuan ekonomi
yang menyeluruh dapat digambarkan dengan PDRB.
Meningkatnya nilai PDRB menunjukkan peningkatan kinerja
perekonomian, begitu pula sebaliknya. Perekonomian Kota Banda
Aceh terus meningkat dilihat dari nilai PDRB ADHB selama lima
tahun terakhir.
PDRB Kota Banda Aceh atas daras harga berlaku secara
rata-rata mengalami kenaikan sebesar Rp. 935,95 milyar per
tahun selama kuruhn waktu 2010-2015. Pada Tahun 2015 PDRB
meningkat sebesar Rp. 1,09 triliun dari 13,64 triliun pada tahun
2014. Kenaikan ini tertinggi selama 4 tahun terakhir disebabkan
35
adanya pelaksanaan proyek konstruksi tahun jamak (multiyear)
dengan nilai kontrak besar.
Kondisi ekonomi Kota Banda Aceh dilihat dari pertumbuhan
ekonominya masih terus mengalami peningkatan dari waktu ke
waktu. Bila mengacu terhadap PDRB tahun dasar 2010, maka
rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Banda Aceh selama 4 tahun
terakhir adalah sebesar 5,25 persen. Pada tahun 2015, laju
pertumbuhan ekonomi Kota Banda Aceh mencapai 5,01 persen
yang menunjukkan akselerasi lebih baik dari tahun 2014 yang
sebesar 4,50 persen.
Tabel 1.10PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku
Kota Banda Aceh (juta rupiah), 2014-2016
Sektor2014 2015 2016
(1) (2) (3) (4)1. Pertanian, Kehutanan dan
Perikanan135.264,5 142.701,5 154.320,8
2. Pertambangan & Penggalian 0,0 0,0 0,0
3. Industri Pengolahan 289.525,6 303.710,0 317.841,14. Listrik dan Gas 36.716,5 39.747,9 47.729,55. Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
11.954,5 14.253,8 18.900,1
6. Konstruksi 960.238,1 1.103.743.6 1.597.485,37. Perdagangan Besar dan Eceran,
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
3.059.382,8 3.191.290,0 3.375.398,7
8. Transportasi dan Pergudangan 1.974.370,4 1.986.734,5 1.783.937,79. Penyediaan Akomodasi & Makan
Minum397.551,5 466.308,3 538.249,7
10. Informasi dan Komunikasi
939.810,2 956.943,1 957.348,3
11. Jasa Keuangan dan Asuransi 395.006,6 423.800,0 459.951,136
12. Real Estate 830.077,6
970.979,0 1.081.137,6
13. Jasa Perusahaan 321.106,6 337.943,9 373.078,614. Administrasi Pemerintahan,
Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib2.730.681,1 2.981.088,0
43.332.436,1
15. Jasa Pendidikan 715.857,0 797.814,8 922.458,116. Jasa Kesehatan dan Kegiatan
Sosial478.777,1 524.726,2 580.124,3
17. Jasa Lainnya 225.282,6 245.029,5 279.334,0PDRB 13.501.601,
914.486.814,
415.801.791,
2Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh
Kota Banda Aceh sebagai pusat ibukota Provinsi Aceh
menjadi tempat beraktifitas pemerintahan Provinsi Aceh, Kota
Banda Aceh, serta berbagai instansi vertical. Sehingga tidak
mengherankan bila struktur ekonomi Kota Banda Aceh hingga
tahun 2015 masih didominasi oleh sector jaksa yakni kategori
Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
serta kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial Wajib. Kedua kategoro tersebut memiliki peranan
yang besar hingga 42,22 persen terhadap pembentukan PDRB
(masing-masing 21,86 persen dan 20,36 persen), meski peranan
kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan
Sepeda Motor cenderung berkurang dari tahun ke tahun selama
empat tahun terakhir.
Laju Inflasi
Laju Inflasi Kota Banda Aceh (tahun 2015) mengalami
penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (2013-2014), 37
hal ini menunjukkan bahwa kejutan/shock yang disebabkan
factor-faktor penyebab inflasi tahun sebelumnya sudah dapat
diredam oleh pelaku usaha dan masyarakat. Perhitungan inflasi
sejak tahun 2014 menggunakan tahun dasar hasil SBH 2012
dimana tahun-tahun sebelumnya menggunakan tahun dasar SBH
2007.
Laju Inflasi tahunan di Kota Banda Aceh tahun 2015
merupakan perubahan IHK antara bulan Desember 2015 terhadap
bulan Desember 2014 sebesar 1,27 persen. Angka ini juga masih
lebih kecil dari inflasi nasional yang mencapai 1,53 persen. Laju
inflasi dari tahun 2012 sampai s014 menunjukkan kenaikan
namun tahun 2015 turun sebesar 1,27 persen seperti yang
ditunjukkan grafik berikut:
Tabel, Nilai Inflasi rata-rata tahun 2012 s.d 2015
Uraian 2012 2013 2014 2015 2016
Inflasi 0.06 6.39 7.83 1.27
Untuk pulau sumatera di tahun 2014 dan 2015 laju inflasi
kota Banda Aceh merupakan salah satu dari 6 kota yang memiliki
laju inflasi dibawah 1,53 %.
PDRB Perkapita
38
PDRB Perkapita sering digunakan sebagai indikator awal
untuk mengukur kesejahteraan penduduk suatu daerah. Untuk
perbandingan antar waktu PDRB Perkapita atas Dasar Harga
Konstan (ADHK) lebih tepat. Dari tahun 2012-2015 terlihat
kenaikan tingkat PDRB ADHK sehingga mencapai angka 50.84 di
tahun 2015. Hal ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi Kota
Banda Aceh yang meningkat dari tahun ke tahun. Bila mengacu
terhadap PDRB tahun 2010, maka rata-rata pertumbuhan
ekonomi Kota Banda Aceh selama 4 tahun terakhir sebesar 5,25
persen.
Untuk PDRB perkapita berdasarkan atas dasar harga
berlaku (ADHB) untuk Kota Banda Aceh merupakan yang tertinggi
di Provinsi Aceh dan berada di atas rata-rata perkapita nasional
yang mencapai 48,18 juta pertahun.
Pengeluaran Perkapita Rupiah
PDRB penggunaan atau pengeluaran merupakan niali
pengeluaran atas penggunaan barang dan jasa yang digunakan
sebagai konsumsi akhir oleh berbagai golongan dalam
masyarakat baik untuk memenuhi modal, stok, maupun ekspor
dan impor.
Pengeluaran rata-rata perkapita adalah biaya yang
dikeluarkan untuk konsumsi semua rumah tangga selama sebulan 39
baik yang berasal dari pembelian, pemberian maupun produksi
sendiri dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga dalam
rumah tangga tersebut.
Rata-rata pengeluaran perkapita atau belanja rumah tangga
selama sebulan di Kota Banda Aceh terus mengalami
peningkatan, tahun 2012 Rp. 1.297.418,- dan tahun 2015 Rp.
1.577.302,-. Hal ini menunjukkan daya beli masyarakat Kota
Banda Aceh semakin meningkat, bahkan melampaui rata-rata
Provinsi (Tahun 2015: Rp. 752.118,-) dan Nasional (rata-rata
pengeluaran perkapita di daerah Perkotaan tahun 2015: Rp.
1. 074.664,-), juga mengindikasikan perekonomian di Kota Banda
Aceh menjadi semakin baik.
Indeks Pembangunan Manusia
Indek Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator
penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun
kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). Dengan kata
lain, IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan
suatu wilayah/Negara. IPM dapat digunakan sebagai data
strategis untuk mengukur kinerja Pemerintah. Di Indonesia, IPM
juga merupakan salah satu factor penentu Dana Alokasi Umum
(DAU).
40
IPM digunakan dengan mengukur 3 dimensi, yaitu
kesehatan, pengetahuan dan standar hidup layak. Ada 4 indikator
yang digunakan yaitu angka harapan hidup saat lahir, harapan
lama sekolah, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran per kapita
di sesuaikan.
IPM juga dapat digunakan untuk memperbandingkan
kualitas pembangunan manusia lintas daerah dan tingkat
administrasi. IPM Kota Banda Aceh dibandingkan dengan Provinsi
Aceh dan Nasional adalah sebagai berikut:
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2012-2015
No
.Uraian 2012
201
3
201
42015
IPM Nasional 67,70 63,31 68,9 69,55IPM Provinsi Aceh 67,81 68,30 68,8
169,45
1 Indek Pembangunan Manusia Kota Banda Aceh
81,30 81,84 82,22
83,25
2 Pertumbuhan IPM 0,53 0,66 0,77 -Sumber: Banda Aceh dalam Angka dan BPS Pusat
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa IPM Kota Banda Aceh
telah melewati IPM Aceh dan Nasional. Hal ini menunjukkan
bahwa kualitas hidup di Kota Banda Aceh telah lebih baikn dari
Aceh dan Indonesia. Sementara itu, IPM Provinsi Aceh masih
dibawah IPM Nasional. Selain itu, IPM Kota Banda Aceh juga
menunjukkan kecendrungan terus meningkat setiap tahun. Hal ini
menunjukkan bahwa pembangunan manusia di Kota Banda Aceh 41
terus membaik seiring waktu. Dan juga menunjukkan bahwa
kualitas pembangunan manusia di Provinsi Aceh masih dibawah
nasional. Kesenjangan IPM antara Banda Aceh dan Provinsi Aceh
menunjukkan adanya kesenjangan kualitas pembangunan
manusia antara Kota Banda Aceh dan Kabupaten Lainnya di
Provinsi Aceh. Kesenjangan ini adalah salah satu pemicu
tingginya migrasi penduduk terutama tenaga kerja ke Kota Banda
Aceh.
BAB II
KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH
A. VISI DAN MISI
Visi merupakan suatu pandangan jauh tentang tujuan-tujuan
dan tentang hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan 42
tersebut pada masa yang akan datang. Sebuah visi harus
berorientasi kedepan, tidak dibuat berdasarkan kondisi saat ini,
mengekspresikan kreatifitas, dan mengandung nilai penghargaan
kepada masyarakat. Visi juga harus memperhatikan sejarah dan
kultur, memiliki standar yang tinggi, serta bersifat ideal, tetapi
juga memberikan semangat kepada berbagai komponen untuk
mencapai tujuan-tujuan dari visi tersebut. Visi juga merupakan
rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir
periode perencanaan, untuk mewujudkan sasaran yang akan
dicapai dalam jangka waktu tertentu. Jadi Visi adalah sesuatu
yang kita tuju, yang menentukan segala perbedaan mengenai
apa yang kita lakukan secara jelas, yang mampu membangun
Inspirasi dan Motivasi, Fokus dan menjadi pengungkit sekaligus
pendorong untuk memberikan arah yang benar dan peluang bagi
organisasi, atau suatu gambaran tentang keadaan masa depan
yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan Instansi
Pemerintah. Visi Kota Banda Aceh Tahun 2017-2022 adalah:
“Terwujudnya Kota Banda Aceh Gemilang Dalam Bingkai Syariah”
Visi Pemerintah Kota Banda Aceh ini mencerminkan arah
pembangunan Kota Banda Aceh dalam masa lima tahun ke
depan. Visi ini juga seiring dengan sasaran pokok dan arah 43
kebijakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah
Kota Banda Aceh yang ditujukan untuk lebih memantapkan
pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang.
Dalam visi Kota Banda Aceh Tahun 2017-2022 terdapat 2
(dua) kata penting yaitu “GEMILANG” dan “BINGKAI SYARI’AH.”
Gemilang adalah Menjadikan Kota Banda Aceh yang termashur
dan terpandang dalam 3 pilar utama yaitu agama, ekonomi, dan
pendidikan, menuju kejayaan dengan memperhatikan keadilan
gender. Sedangkan Bingkai Syariah adalah mendasarkan seluruh
proses penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan
pembangunan, dan kehidupan sosial kemasyarakatan sesuai
Syariat Islam.
Misi
Rumusan Misi merupakan penggambaran visi yang ingin
dicapai dan penguraian secara ringkas upaya-upaya apa yang
harus dilakukan. Rumusan misi disusun untuk memberikan
pemahaman dan kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah
kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang akan
ditempuh untuk mencapai visi.
Dalam penyusunannya, perumusan misi memperhatikan
faktor-faktor lingkungan strategis, baik eksternal maupun
internal, yang mempengaruhi kekuatan, kelemahan, peluang dan
tantangan yang ada dalam pembangunan daerah. Misi disusun 44
untuk memperjelas jalan atau langkah yang akan dilakukan
dalam rangka mencapai perwujudan visi.
Dengan gambaran misi yang demikian, Pemerintah Kota Banda Aceh menetapkan 7 (tujuh) misi sebagai berikut.
1. Meningkatkan pelaksanaan Syariat Islam dalam bidang penguatan aqidah, syariah dan akhlak. Misi ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan sosial kemasyarakatan benar-benar berada dalam bingkai pelaksanaan syariat Islam secara kaffah.
2. Meningkatkan kualitas pendidikan, kebudayaan, kepemudaan, dan olahraga.Misi ini dimaksudkan untuk memastikan pemerataan kualitas pendidikan, memajukan seni dan budaya Aceh, melakukan pembinaan kepemudaan, dan membudayakan olahraga sehat dan rekreasi, serta memajukan olahraga prestasi dan olahraga pendidikan pada tingkat regional dan nasional.
3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pariwisata, dan kesejahteraan masyarakat.Misi ini dimaksudkan untuk memberikan landasan yang kuat bagi perbaikan pendapatan masyarakat yang dalam lima tahun ke depan yang berdampak kepada peningkatan PAD dengan kebijakan dan strategi yang efektif sehingga pada gilirannya akan meningkatkan juga kesejahteraan masyarakat dan kemandirian daerah.
4. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakatMisi ini ditujukan untuk menghasilkan kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik melalui upaya penguatan pemberdayaan kesehatan masyarakat yang dicapai dengan
45
kerjasama dan kemitraan, penguatan pembiayaan dan sumber daya kesehatan serta kebijakan penguatan manajemen, regulasi, system informasi kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan.
5. Meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan yang baik. Misi ini dimaksudkan untuk memberikan landasan yang kuat bagi penyelenggaraan pemerintahan dengan birokrasi yang tidak hanya kuat dari sisi legalitas, melainkan juga professional, berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, netral, mampu melayani publik, sejahtra, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.
6. Membangun infrastruktur kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur yang mengoptimalkan sumber daya tanpa mengakibatkan kerusakan lingkungan dan memperhatikan keseimbangan antara pembangunan di masa sekarang dan masa yang akan datang.
7. Memperkuat upaya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.Misi ini bertujuan untuk meningkatkan keberdayaan dan kemandirian kelompok perempuan dalam mengejar kemajuannya dan meningkatkan rasa aman dan nyaman kelompok ibu dalam kehidupannya serta tumbuh kembang anak yang baik.
46
B. Strategi dan Arah Kebijakan Daerah (sesuai RPJMD)
Dalam mencapai visi dan misi di tetapkan tujuan dan
sasaran. Tujuan dan sasaran. Tujuan merupakan sesuatu yang
akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai
dengan 5 (lima) tahun. Sedangkan sasaran adalah hasil yang
akan di capai secara nyata dalam rumusan yang lebih spesifik,
terukur, dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan.
Untuk tercapainya tujuan dan sasaran tersebut ditempuh
melalui penetapan strategi dan arah kebijakan pembangunan.
Strategi berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan
visi dan misi, selanjutnya diperjelas dengan bagaimana tujuan
dan sasaran RPJMD akan dicapai dengan serangkaian arah
kebijakan.
Untuk pencapaian Misi Pertama : Meningkatkan
Pelaksanaan Syariat Islam dalam Bidang Aqidah, Syariah,
dan Akhlak adalah melalui strategi mendorong partisipasi
masyarakat dalam mencegah pendangkalan aqidah. Hal ini
dilakukan dengan beberapa arah kebijakan yaitu: Memperkuat
peran organisasi masyarakat dalam mencegah pendangkalan
aqidah.
47
Strategi untuk pencapaian Misi Kedua: Meningkatkan
Kualitas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan
Olahraga adalah melalui meningkatkan peran orang tua, komite
sekolah, MPD dan stakeholder lainnya dalam pembangunan
pendidikan, meningkatkan Kapasitas Guru dalam Multimedia
Pembelajaran, melakukan Sertifikasi Keahlian Pemuda,
Penyediaan dan Pembangunan Fasilitas Sarana dan Prasarana
yang Representative. Hal ini dilakukan dengan beberapa arah
kebijakan yaitu: Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan
Pendidikan, dan masyarakat, Menciptakan Budaya Baca bagi
masyarakat, membangun sarana dan prasarana olahraga yang
berstandar nasional.
Strategi untuk pencapaian Misi Ketiga yaitu:
Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi, Pariwisata dan
Kesejahteraan Masyarakat adalah melalui strategi menumbuh
kembangkan kawasan strategis pergadangan, pariwisata
pertanian dan perikanan, meningkatkan peran UMKM dan
penataan pedagang kaki lima, menjaga stabilitas harga dan
distribusi barang kebutuhan pokok, membentuk Lembaga
Keuangan Mikro Syariah untuk membantu Permodalan UMKM
secara professional, memaksimalkan sumber-sumber retribusi
dan pajak daerah, meningkatnya potensi daerah, promosi dan
48
kerjasama investasi, meningkatnya promosi investasi dalam
rangka mendatangkan investor, jumlah kontribusi sektor wisata
terhadap PDRB, memberikan bantuan tepat sasaran sesuai
klaster.
Hal ini dilakukan dengan beberapa arah kebijakan yaitu:
Mengingkatkan pertumbuhan riil dan kontribusi riil sektor
perekonomian Kota, menyusun Peraturan Walikota tentang
penetapan lokasi PKL, mengintensifkan peran TPID dan
mengoptimalkan peran dan fungsi TIM Ketahanan pangan,
memfasilitasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah menjadi
Lembaga berbadan Hukum, melakukan upaya intensifikasi dan
ekstensifikasi pajak dan retribusi darah, mempermudah proses
perizinan dan non perizinan, menjalin kerjasama dengan investor,
mempermudah izin pariwisata, menyusun regulasi tentang
penyaluran bantuan.
Strategi untuk pencapaian Misi Keempat yaitu:
Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat adalah
melalui Strategi Membangun dan meningkatkan sistem pelayanan
kesehatan terintegrasi, Meningkatkan kemitraan dengan
stakeholder kesehatan. Meningkatkan kualiatas sarana dan
prasarana fasilitas kesehatan. Hal ini dilakukan dengan beberapa
arah kebijakan yaitu: Pengembangan Sistem Layanan Kesehatan,
49
Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas daerah,
Mengoptimalkan keterlibatan para pihak terkait, Meningkatkan
peran serta masyarakat, Pengembangan SDM, Peningkatan
sarana dan prasarana kesehatan, Standarisasi Mutu dan Layanan
Kesehatan.
Strategi untuk pencapaian Misi Kelima yaitu:
Meningkatkan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan yang
baik adalah melalui strategi penataan jumlah dan distribusi ASN
sesuai kualifikasi, kompetensi dan kinerja. Meningkatkan
kapasitas dan kualitas perencanaan, pelaporan dan evaluasi
internal. Hal ini dilakukan dengan beberapa arah kebijakan yaitu:
Mengoptimalkan seleksi calon Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama,
Assesment Administrator dan Pengawas yang berkualitas,
professional dan amanah. Sinkronisasi dokumen perencanaan,
pelaksanaan, dan pelaporan.
Strategi untuk pencapian Misi Keenam yaitu:
Membangun Infrastruktur Kota Yang Ramah Lingkungan
dan Berkelanjutan adalah Menurunkan tingkat kehilangan air,
Menyediakan prasarana dan sarana lingkungan yang memenuhi
standar pelayanan minimal, Meningkatkan kapasitas jalan dalam
kondisi baik, Meningkatkan kualitas Lingkungan Permukiman
Perkotaan, Mempersiapkan dan Meningkatkan 5 faktor
50
penilaian PeGi, Meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH Kota
yang berestetika dan infrastruktur lainnya, Mempersiapkan SDM
yang Responsif terhadap mitigasi kebencanaan dan menambah
prasarana dan sarana mitigasi kebencanaan, Melakukan penataan
dan pengembangan sistim jaringan transportasi, Menambah dan
menggali sumber daya energy terbarukan dan generator.
Hal ini dilakukan dengan beberapa arah kebijakan yaitu:
Penegakan hukum terhadap pelaku penyambungan liar air
minum. Meningkatkan cakupan Pelayanan Persampahan.
Meningkatkan daya tampung sampah dengan penyediaan Wadah
Sampah yang memadai pada TPS yang terdistribusi merata
disetiap gampong. Pengembangan dan Pemeliharaan prasarana
dan sarana drainase secara rutin dan berkelanjutan.
Mengembangkan sistem pengelolaan air limbah setempat (on-
side) dan terpusat (of-side), Meningkatkan aksesibilitas dan
mobilitas, Meningkatkan Penyediaan Rumah Layak Huni, Rumah
Khusus dan rusunawa, Pengelolaan 5 faktor penilain PeGi.
Strategi untuk pencapaian Misi Ketujuh yaitu:
Memperkuat Upaya Pemberdayaan Perempuan dan
Perlindungan Anak adalah melalui Strategi Memfasilitasi akses
bagi perempuan termasuk perempuan disabilitas dibidang
ekonomi, pendidikan, kesehatan, social budaya, hukum dan
51
teknologi. Meningkatkan pemahaman serta penguatan
kelembagaan multi stakeholder terkait PUHA melalui advokasi,
sosialisasi dan kemitraan, Memperkuat program Kependudukan
Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).
Hal ini dilakukan dengan beberapa arah kebijakan yaitu:
Pembinaan peningkatan kapasitas perempuan untuk
memperbaiki kualitas hidup perempuan termasuk perempuan
berkebutuhan khusus di semua bidang pembangunan,
Meningkatkan pemerataan ketersediaan dan akses terhadap
layanan dasar yang berkualitas dalam rangka mendukung
tumbuh kembang anak, penyusunan Grand Design Pembangunan
Kependudukan (GDPK) Kota Banda Aceh.
Lebih jelasnya, Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan strategi
dapat dilihat pada tabel berikut:
Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan strategi
Visi : Terwujudnya Banda Aceh Gemilang dalam Bingkai Syariah
Tujuan Sasaran Strategi
Misi 1: Meningkatkan Pelaksanaan Syariat Islam dalam Bidang Aqidah, Syariah dan Akhlak
Tujuan 1:Terwujudnya nilai-nilai Islam dalam seluruh aspek kehidupan warga
Sasaran 1:Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penerapan syariat
Strategi 1:Mendorong partisipasi masyarakat dalam mencegah pendangkalan aqidah
52
kota islamMisi 2: Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Kebudayaan,
Kepemudaan dan Olahraga
Tujuan 1:Terwujudnya pendidikan Kota Banda Aceh yang bermutu, berdaya saing, dan berkarakter islami
Sasaran 1:Terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada setiap jenjang pendidikan
Strategi 1:Meningkatkan peran orang tua, komite sekolah, MPD, dan stakeholder lainnya dalam pembangunan pendidikan
Strategi 2:Meningkatkan Kapasitas Guru dalam Multimedia PembelajaranStrategi 3:Melakukan Sertifikasi Keahlian Pemuda
Tujuan 2:Meningkatkan budaya olahraga di masyarakat sebagai penunjang peningkatan prestasi olahraga
Sasaran 1:Meningkatnya prestasi olahraga di tingkat Provinsi dan Nasional
Strategi 1:Penyediaan & pembangunan fasilitas sarana dan prasarana yang representatif
Misi 3: Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi, Pariwisata dan Kesejahteraan Masyarakat
Tujuan 1:Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inclusive dan berkelanjutan
Sasaran 1:Meningkatnya pertumbuhan perekonomian Kota
Strategi 1:Menumbuh kembangkan kawasan strategis perdagangan, pariwisata, pertanian dan perikanan
Strategi 2:Meningkatkan peran UMKM dan penataan pedagang kaki lima
Strategi 3:Menjaga Stabilitas harga dan distribusi barang
53
kebutuhan pokokStrategi 4:Mewujudkan pengembangan sentra industry dengan pemetaan terhadap potensi industry
Sasaran 2:Meningkatnya transaksi keuangan berbasis syariah
Strategi 1:Membentuk Lembaga Keuangan Mikro Syariah untuk membantu permodalan UMKM secara professional
Sasaran 3:Meningkatnya pendapatan asli daerah
Strategi 1:Memaksimalkan sumber-sumber retribusi dan pajak daerah
Sasaran 4:Terwujudnya iklim penanaman modal yang kondusif dan peningkatan peluang investasi
Strategi 1:Meningkatnya potensi daerah, promosi dan kerjasama investasi
Strategi 2:Meningkatnya promosi investasi dalam rangka mendatangkan investor
Tujuan 2:Mengembangkan kepariwisataan dalam bingkai syariah
Sasaran 1:Meningkatnya kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB
Strategi 1:Jumlah kontribusi sektor wisata terhadap PDRB
Sasaran 2:Meningkatnya sektor Wisata Syariah
Tujuan 3:Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat
Sasaran 1:Menurunnya Tingkat Kemiskinan
Strategi 1:Memberikan bantuan tepat sasaran sesuai klaster
Misi 4: Meningkatkan Kesehatan Masyarakat
54
Tujuan 1:Meningkatkan status kesehatan masyarakat
Sasaran 1:Terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas
Strategi 1:Membangun dan meningkatkan sistem pelayanan kesehatan terintegrasiStrategi 2:Meningkatkan kemitraan dengan stackholder kesehatanStrategi 3:Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana fasilitas kesehatan
Misi 5: Meningkatkan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan yang Baik
Tujuan 1:Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang baik
Sasaran 1:Terwujudnya Kota Banda Aceh sebagai Kota ramah Birokrasi
Strategi 1:Strategi penataan jumlah dan distribusi ASN sesuai kualifikasi, kompetensi dan kinerja
Sasaran 2:Terwujudnya akuntabilitas kinerja dan keuangan yang baik
Strategi 2:Meningkatkan kapasitas dan kualitas perencanaan, pelaporan dan evaluasi internal
Misi 6: Membangun Infrastruktur Kota yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan
Tujuan 1:Meningkatkan kualitas & kuantitas sarana serta prasarana kota yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan
Sasaran 1:Meningkatnya kinerja layanan air minum dan sanitasi
Strategi 1:Menurunkan tingkat kehilangan air
Strategi 2:Menyediakan prasarana & sarana lingkungan yang memenuhi standar pelayanan minimal
Sasaran 2:Meningkatnya
Strategi 1:Meningkatkan kapasitas
55
Pelayanan Sistem Jaringan Jalan dalam sistim transportasi kota
jalan dalam kondisi baik
Sasaran 3:Tersedianya prasarana dan sarana perkotaan yang memenuhi standar minimal
Strategi 1:Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan
Sasaran 4:Meningkatnya pengembangan dan pemanfaatan TIK
Strategi 1:Mempersiapkan & meningkatkan 5 faktor penilaian PeGi
Tujuan 2:Mendorong implementasi rencana tata ruang sebagai acuan kebijakan spasial setiap sektor pembangunan
Sasaran 1:Tersedianya fasilitas publik sesuai Standar Nasional
Strategi 1:Meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH Kota yang berestetika dan infrastruktur lainnya
Sasaran 2:Terwujudnya Mitigasi Kebencanaan yang Tangguh dan Handal
Strategi 1:Mempersiapkan SDM yang Responsif terhadap mitigasi kebencanaan & menambah prasarana & sarana mitigasi kebencanaan
Sasaran 3:Meningkatnya cakupan layanan transportasi publik yang sudah tersedia
Strategi 1:Melakukan penataan dan pengembangan sistim jaringan transportasi
Tujuan 3:Terpenuhinya kebutuhan energi listrik dari sumber energi terbarukan
Sasaran 3:Tersedianya energi terhadap kekurangan daya pasokan listrik
Strategi 1:Menambah dan menggali sumber daya energi terbarukan dan generator
Misi 7: Memperkuat Upaya Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Tujuan 1:Meningkatkan
Sasaran 1:Meningkatnya kualitas
Strategi 1:Memfasilitasi akses bagi
56
kualitas hidup perempuan
hidup dan keberdayaan perempuan dibidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial budaya, hukum dan teknologi
perempuan termasuk perempuan disabilitas dibidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial budaya, hukum dan teknologi
Tujuan 2:Terlindunginya perempuan dan anak dari berbagai tindakan kekerasan
Sasaran 1:Menurunnya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak
Strategi 1:Penguatan fasilitas layanan P2TP2A dan unit layanan lainnya serta gugus tugas perlindungan perempuan dan anak berbasis masyarakat
Tujuan 3:Meningkatnya pemenuhan hak semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus
Sasaran 1:Meningkatnya Pengarusutamaan Hak Anak (PUHA)
Strategi 1:Meningkatkan pemahaman serta penguatan kelembagaan multi stakeholder terkait PUHA melalui advokasi, sosialisasi dan kemitraan
Tujuan 4:Terwujudnya Pengendalian Penduduk
Sasaran 1:Terkendalinya Laju Pertumbuhan Penduduk
Strategi 1:Memperkuat program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK)
C. Prioritas Daerah dan Capaian Daerah
- Capaian Kinerja pada tahun 2017
Capaian Kinerja Kegiatan yang dilakukan Dinas Pemadam
Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh dalam
mendukung prioritas Pembangunan Kota Banda Aceh pada Tahun
2017, ada beberapa indikator dan juga termasuk dalam Indikator
57
Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pemerintahan Dalam Negeri
Kabupaten/Kota yang dapat dilihat sebagai tolok ukur kinerja
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh
dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya adalah sebagai
berikut :
Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran Kota Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate) daerah
Layanan Wilayah Manajemen Kebakaran Persentase Aparatur Pemadam Kebakaran yang memenuhi
Standar Kualifikasi Jumlah Mobil Pemadam Kebakaran diatas 3000-5000 liter
pada WMK
BAB III
KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH
Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah tidak terlepas dari
kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang dilakukan
dengan menekankan pada prinsip keadilan, kepatutan, dan
58
manfaat sebagai konsekuensi hubungan keuangan antara
pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Tertibnya Undang-
undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah
sebagai pengganti Undang-undang Nomor 22 tahun 1999
memberikan warna baru dan landasan penyelenggaraan
pemerintah daerah.
Inti perubahan kebijakan dimaksud antara lain
mempertajam esensi pengelolaan keuangan daerah dalam
system penyelenggaraan pemerintah daerah yang menyangkut
penjabaran terhadap hak dan kewajiban daerah dalam mengelola
keuangan publik, meliputi mekanisme penyusunan, pelaksanaan
dan penatausahaan, pengendalian dan pengawasan, serta
pertanggungjawaban keuangan daerah.
Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance,
pengelolaan keuangan daerah disusun sesuai dengan kebutuhan
penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan
daerah serta dilakukan secara professional mengacu pada
peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan
prinsip :
1. Partisipasi Masyarakat;2. Transparansi dan akuntabilitas anggaran;3. Disiplin anggaran;4. Keadilan;
59
5. Efisiensi dan efektifitas anggaran.
Kebijakan umum diperoleh strategi melalui program-
program yang saling terkait dan rasional dalam mendukung
pencapaian indicator dan target sasaran yang ditetapkan.
Keberhasilan capaian satu program mendukung atau memicu
keberhasilan program lainnya. Adapun kebijakan umum Kota
Banda Aceh, sebagai berikut:
1. Meningkatkan Pelaksanaan Syariat Islam dalam Bidang Aqidah, Syariah dan Akhlak Meningkatkan peran organisasi masyarakat dalam
mencegah pendangkalan aqidah
2. Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga
Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan dan Masyarakat
Menciptakan Budaya baca Bagi Masyarakat Membangun Sarana dan Prasarana olahraga yang
berstandar Nasional
3. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi, Pariwisata dan
Kesejahteraan Masyarakat
Meningkatkan pertumbuhan riil dan kontribusi riil sektor perekonomian kota
60
Menyusun Peraturan Walikota tentang Penetapan Lokasi PKL
Meningkatkan Prasarana dan Sarana pertanian untuk peningkatan produksi pertanian
Membina sentra industry meliputi organisasi, manajemen usaha, dan menyelesaikan permasalahan prioritas sentra industri
Memfasilitasi lembaga keuangan mikro syariah menjadi lembaga berbadan hukum
Melakukan upaya intensifikasi dan eksensifikasi pajak dan retribusi daerah
Mempermudah proses perizinan dan non perizinan Menjalin kerjasama dengan investor Mempermudah izin pariwisata Menyusun regulasi tentang penyaluran bantuan
4. Meningkatkan Kualitas Kesehatan Mewujudkan Meningkatkan Status Kesehatan Masyarakat
Pengembangan sistim layanan kesehatan Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas daerah Mengioptimalkan keterlibatan para pihak terkait Meningkatkan peran serta masyarakat Pengembangan SDM Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan Standarisasi mutu dan Layanan Kesehatan
5. Meningkatkan kualitas tata Kelola Pemerintahan yang Baik
61
Mengoptimalkan seleksi calon Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama, Assesment Administrator dan Pengawas yang Berkualitas, Profesional dan Ramah
Sinkronisasi dokumen perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan
6. Membangun Infrastruktur Kota yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan
Penegakan hukum terhadap pelaku penyambungan liar air minum
Meningkatkan cakupan pelayanan persampahan Meningkatkan daya tampung sampah dengan penyediaan
wadah sampah yang memadai pada TPS yang terdistribusi merata di setiap gampong
Pengembangan dan pemeliharaan prasarana dan sarana drainase secara rutin dan berkelanjutan
Mengembangkan sistem pengelolaan air limbah setempat (0n-side) dan terpusat (of-side)
meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas Meningkatkan penyediaan rumah layak huni, rumah
khusus dan rusunawa Pengelolaan 5 faktor penilaian PeGi Penataan RTH (hutan Kota, taman Kota, taman
Pemakaman, jalur hijau jalan, jalur hijau sungai) Penambahan personil dan peningkatan pemahaman
aparatur dan masyarakat, penyediaan prasarana dan sarana mitigasi kebencanaan
62
Meningkatkan jumlah armada penghubung transkutaraja (feeder) dan pengembangan sistem transportasi masa terintegrasi
Meningkatkan jumlah sumberdaya energy terbarukan dan generator
7. Memperkuat Upaya Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak
Pembinaan peningkatan kapasitas perempuan untuk memperbaiki kualitas hidup perempuan termasuk perempuan berkebutuhan khusus di semua bidang pembangunan
Meningkatkan perlindungan bagi perempuan dan anak korban tindak kekerasan dengan mengembangkan upaya pencegahannya dan pemberian layanan
Meningkatkan pemerataan ketersediaan dan akses terhadap layanan dasar yang berkualitas dalam rangka mendukung tumbuh kembang anak
Penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) Kota Banda Aceh
A. Pengelolaan Pendapatan Daerah
Pengelolaan pendapatan daerah Kota Banda Aceh diarahkan
pada sumber-sumber pendapatan yang selama ini telah menjadi
sumber penghasilan kas daerah dengan tetap mengupayakan
sumber-sumber pendapatan yang baru.
63
Pendapatan daerah sebagaimana ketentuan yang berlaku
dikelompokkan menjadi 3 bagian, Pengelompokkan tersebut
adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), meliputi : Pajak Daerah; Retribusi Daerah; Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang dipisahkan; lain-lain PAD yang sah.
2. Dana Perimbangan, meliputi : Dana bagi hasil; Dana Alokasi Umum; Dana Alokasi Khussus.
3. Lain-lain Pendapatan yang sah.
Untuk mendukung pembelanjaan daerah dalam rangka
pelaksanaan berbagai program dan kegiatan strategik berbagai
upaya dilakukan untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan
baru. Secara umum, upaya peningkatan pendapatan daerah,
lebih khussus diupayakan pada sumber PAD, mengingat
controllability-nya yang tinggi dibanding sumber-sumber
pendapatan yang lain.
64
BAB IV
PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH
A. URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN TAHUN 2017
Urusan wajib yang dilaksanakan Dinas Pemadam
Kebakaran dan Penyelamatan adalah melaksanakan Urusan
Pemerintahan di bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum serta
Perlindungan masyarakat sub kebakaran yang menjadi
kewenangan Kota dan Tugas Pembantuan yang diberikan kepada
Kota.
1. Program dan Kegiatan
Program dan kegiatan Dinas Pemadam Kebakaran dan
Penyelamatan Kota Banda Aceh merupakan program dan
kegiatan yang diamanatkan melalui RPJM dan Renstra yang
disusun untuk periode 2012-2017. Program dan Kegiatan Dinas
Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh yang
dilaksanakan Tahun 2017 adalah :
-Program Pelayanan Administrasi Perkantoran-Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur-Program Peningkatan Disiplin Aparatur-Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya
Kebakaran
65
Sesuai dengan kebijakan yang telah diterapkan,
program-program tersebut diatas di jabarkan dalam beberapa
kegiatan sebagai tindakan nyata yang telah dilakukan dengan
memanfaatkan sumber daya yang ada, yaitu :
-Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber daya air dan listrik-Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor-Penyediaan Alat Tulis Kantor-Penyediaan barang cetakan dan penggandaan-Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan Kantor
-Penyediaan makanan dan minuman-Rapat-rapat Koordinasi dan konsultasi ke luar daerah-Penyediaan Jasa Pelelangan/Pengadaan barang-Penyediaan Jasa Tenaga Pendukung administrasi/teknis
Perkantoran-Pengadaan perlengkapan gedung kantor-Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor-Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan Dinas/Operasional-Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung Kantor-Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Perlengkapannya-Pengadaan Sarana dan Prasarana pencegahan bahaya
kebakaran-Peningkatan Pelayanan Penanggulangan Bahaya Kebakaran
2. Realisasi Program dan Kegiatan
a. Realisasi Anggaran Program dan Kegiatan
66
Realisasi Program dan Kegiatan Tahun 2017 dapat
dilihat pada tabel berikut:
67
68
b. Capaian Program dan Kegiatan
Capaian Program dan Kegiatan Tahun 2017 dapat
dilihat pada tabel berikut:
No Uraian Anggaran Realisasi Anggaran
Sisa
Rupiah %
1 2 3 4 5 6Belanja Tidak Langsung Tahun 2017
1 Program Pelayanan Administrasi Kantor
1.442.621.450
1.379.487.088
63.134.362
95,62
2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur
975.018.170 810.509.946 164.508.224
83,13
3 Program Peningkatan Disiplin Aparatur
54.525.000 54.300.000 225.000 99,59
4 Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran
329.409.450 323.075.000 6.334.450 98,08
c. Penghargaan yang diterima
69
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota
Banda Aceh pada saat masih bergabung dengan BPBD
mendapatkan penghargaan di antaranya:
Juara 3 Kategori Akuntabilitas Tingkat Nasional BPBD
Kabupaten/Kota 2012
Pemerintah Aceh memberikan Penghargaan dan
Terima Kasih kepada Badan Penanggulangan
Bencana Daerah (BPBD) Kota Banda Aceh sebagai
penyelenggara dan tuan rumah Hari Ulang Tahun
Pemadam Kebakaran yang Ke- 96 (1 Maret 2014)
Dan lain-lain
3. Tingkat Pencapaian Standar Pelayanan Minimal
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota
Banda Aceh telah melaksanakan pelayanan dasar yang
sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Berdasarkan
Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor
69 Tahun 2012 (Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam
Negeri Nomor 62 Tahun 2008) sehingga:
a. Mencegah/mengurangi hilangnya nyawa, harta benda dan kerusakan hasil pembangunan
b. Mengurangi pengeluaran biaya untuk tanggap darurat dan pemulihan
70
c. Melanggengkan pembangunan secara berkelanjutand. Mengurangi stress dan beban psyikologis kegiatan
tanggap darurat dan pemulihan
Capaian Pelayanan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kinerja tahun 2013 – 2017 adalah sebagai berikut:
No Indikator
Kondisi Kinerja
pada awal periode RPJMD (Tahun 2012)
Capaian Setiap Tahun
2013 2014 2015 2016 2017
1 2 3 4 5 6 7 8Penanggulangan Bencana Kebakaran
1 Cakupan Pelayananan Bencana kebakaranƩ luas WMK (luas Lingkaran)Ʃ luas potensi kebakaran
36,66% 48,89% 48,89 % 61,11% 73,34% 61,11%
2 Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate) Daerah Layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) (SPM:75%2015)Ʃ kasus kebakaran di WMK yg tertangani dlm Waktu tanggapƩ kasus kebakaran dlm jangkauan WMK
111,76% 93,02% 78,65% 81,35% 86,56% 100%
3 Persentase Aparatur Pemadam Kebakaran yang memenuhi standard kualifikasiƩ satgas damkar memiliki sertifikat sesuai standar kualifikasiƩ satgas damkar
13,33% 16% 16% 15,78% 44,73% 43,58%
4 Jumlah Mobil Pemadam Kebakaran diatas 3000-5000 pada WMKƩ WMK memiliki mobil/mesin damkar yang layak pakai
53% 46% 46% 32% 32% 40%
71
Ʃ WMK/lingkungan dan/kawasan berpotensi kebakaran
4. Jumlah Pegawai, Kualifikasi Pendidikan, Pangkat dan Golongan, dan Jumlah Pejabat Struktural.
Pada akhir Tahun 2017 ini jumlah Pegawai Dinas
Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Banda
Aceh berjumlah 78 (tujuh puluh delapan) orang, dimana 46
(empat puluh enam) Orang PNS dan 32 (tiga puluh dua)
Orang Pegawai Kontrak. Dengan Kualifikasi Tingkat
Pendidikan terakhir SD sebanyak 1 (satu) orang, SLTP
sebanyak 4 (empat) Orang, SLTA sebanyak 29 (dua puluh
sembilan) Orang, D-III sebanyak 1 (satu) Orang, S-1
sebanyak 10 (sepuluh) Orang, S-2 sebanyak 1 (satu)
Orang.
Berdasarkan Pangkat/Golongan, Golongan I sebanyak
1 (satu) Orang, Golongan II sebanyak 29 (dua puluh
sembilan) Orang, Golongan III sebanyak 14 (empat belas)
Orang, dan 2 (dua) Orang Golongan IV yaitu : Kepala Dinas
Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh,
1 (satu) Orang Sekretaris.
72
Jumlah pegawai yang telah mengikuti Pendidikan
jenjang karir Diklat PIM III maupun PIM IV yaitu :
- PIM III : sebanyak 4 (empat) Orang.- PIM IV : sebanyak 9 (sembilan) Orang.
5. Proses Perencanaan Pembangunan
Proses Perencanaan Pembangunan dilakukan dengan
tahapan-tahapan yang diatur pada Undang-Undang Nomor
25 Tahun 2005 tentang Perencanaan Pembangunan
Nasional. Tahap awal dalam Perencanaan dimulai dari
Musrenbang Gampong, Musrenbang Kecamatan dan
Musrenbang Kota. Hasil Perencanaan tertuang dari
Musrenbang Tingkat Kota akan dijadikan Dasar
Penganggaran guna pelaksanaan Pembangunan.
6. Kondisi Sarana dan Prasarana yang digunakan
Kondisi Sarana dan Prasarana pada Dinas Pemadam
Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh Tahun 2017
dapat dikategorikan sudah lebih baik jika dibandingkan
73
dengan tahun sebelumnya karena sudah adanya perbaikan-
perbaikan.
Namun Kendala yang sangat riskan yang kami hadapi pada
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan adalah mobil
pemadam kebakaran diatas 3000-5000 yang laik pakai
hanya tersedia 2 (dua) unit dari 10 (sepuluh) unit mobil
pemadam kebakaran pancar air karena seperti kita ketahui
mobil damkar dan/atau mesin damkar adalah salah satu
sarana pemadam kebakaran yang digunakan oleh satgas
damkar untuk memenuhi waktu tanggap darurat kebakaran
yang cepat dan tepat dalam pengurangan risiko kebakaran,
oleh sebab itu Dinas Pemadam Kebakaran dan
Penyelamatan membutuhkan 3 (tiga) unit Mobil Damkar
pancar air dan 1 (satu) unit mobil Rescue di sebabkan mobil
rescue yang beroperasi sekarang ini pada kondisi rusak
berat.
7. Permasalahan dan Solusi
Permasalahan yang timbul pada Dinas Pemadam
Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Banda Aceh
Tahun 2017 tidak terlalu berat dan tidak mengganggu
jalannya pelayanan kantor, sehingga dapat diselesaikan
74
dengan baik. Adapun permasalahan yang ditemui antara
lain:
1. Kualitas Aparatur Damkar Masih Rendah2. Sarana dan Prasarana Masih Kurang3. Kurangnya Personil Damkar4. Kurangnya Biaya Pemeliharaan5. Partisipasi masyarakat dalam Penanganan Kebakaran
masih Kurang6. Akses jalan Menuju Titik Bencana Masih Sulit Dilalui7. Kordinasi Antar Instansi Terkait Belum Optimal Saat
Terjadi Bencana Kebakaran
Solusi untuk mengatasi masalah diatas dilakukan dengan cara:
1. Dibutuhkan Aparatur Damkar yang berkualitas melalui
Pelatihan Damkar di Ciracas dan Pelatihan Berkala
2. Perlunya Sarana dan Prasarana seperti mobil Damkar,
mobil Suplay, mobil rescue, perlengkapan safety
petugas damkar.
3. Akibat dari pembentukan OPD baru dimana pegawai
yang ada didistribusikan pada 2 (dua) dinas yaitu BPBD
dan Pemadam Kebakaran, sehingga dibutuhkan
75
penambahan Personil sebanyak ± 125 (seratus dua
puluh lima) orang. Dapat kami jelaskan sbb:
a. Kebutuhan Riil Personil Damkar Kota Banda Aceh
Damkar Kota Banda Aceh memiliki 9 (sembilan) unit
armada damkar pancar air dan 3 (tiga) unit
kendaraan supply tangki air.
Sesuai SOP, 1 (satu) unit armada damkar pancar air
dioperasikan oleh 6 (enam) petugas damkar dan 1
(satu) unit kendaraan supply tangki air dioperasikan
oleh (tiga) petugas damkar oleh karena itu:
- 6 petugas dikalikan dengan 9 armada pancar air
= 54 (lima puluh empat) petugas. 54 petugas
dikalikan dengan 3 regu = 162 (seratus enam
puluh dua) petugas.
- 3 petugas kendaraan supply tangki air dikalikan
dengan 3 unit kendaraan = 9 (Sembilan)
petugas. 9 petugas dikalikan dengan 3 regu = 27
(dua puluh tujuh) petugas.
- Total : 162 ditambah 27 = 189 (seratus delapan
puluh Sembilan) petugas.
- Petugas damkar yang ada saat ini 64 petugas
dengan demikian personil damkar adalah 189
petugas dikurangi dengan 64 = 125 petugas.76
b. Damkar Kota Banda Aceh memiliki 6 (enam) Pow
WMK
1 pos dioperasikan oleh 6 orang petugas oleh
karena itu 6 orang petugas dikalikan 6 pos WMK =
36 petugas, 36 petugas dikalikan dengan 3 regu
piket = 108 orang petugas dengan demikian
kebutuhan petugas pemadam 108 orang petugas
dikurangi 64 pegawai yang ada = 44 orang petugas
(keadaan saat ini masih bisa berjalan baik)
c. Keadaan saat ini Damkar Kota Banda Aceh bekerja
dengan 64 personil dibagi kedalam 3 regu, masing-
masing regu 21 orang, 21 personil dibagi pada 6 pos
WMK rata-rata 3 orang petugas disetiap pos dengan
jumlah mobil masing-masing pos 2 unit. Keadaan ini
sangat tidak mungkin dilaksanakan sehingga kami
harus menutup 1 pos WMK Aso Nanggro sementara
sambil menunggu penambahan personil. Kondisi
sekarang, 21 orang petugas dibagi pada 5 pos, rata-
rata 4 orang setiap pos dengan jumlah armada 2
sampai 3 unit setiap pos (kondisi ini belum optimal).
d. Terkait penjelasan diatas dapat kita simpulkan
bahwa untuk meningkatkan penanggulangan
bencana kebakaran dibutuhkan penambahan 77
petugas/personil pemadam sehingga pos Aso
Nanggro dapat difungsikan kembali begitu juga
dengan pos-pos WMK yang ada dapat berfungsi
secara optimal.
4. Rendahnya biaya pemeliharaan karena banyaknya
terjadi bencana di Kota Banda Aceh, sehingga
dibutuhkan lebih besar biaya pemeliharaan sarana dan
prasarana baik itu kendaraan operasional, computer,
AC dan lain-lain.
5. Perlu dilakukan sosialisasi sehingga masyarakat dapat
mencegah terjadinya kebakaran dan penanganan
kebakaran secara mandiri
6. Perlu Koordinasi dengan instansi lain agar akses jalan
menuju titik bencana dapat dilalui dengan mudah
7. Perlu adanya koordinasi dengan instansi terkait agar
penanganan bencana kebakaran dapat ditanggulangi
dengan cepat dan tepat.
BAB VPENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN
A. KERJASAMA ANTAR DAERAH
78
1.Kerjasama dengan pihak ketiga yang ditangani oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan, di antaranya.
Mitra yang diajak kerjasama antara lain:1. PT. Angkasa Pura, Kerjasama dalam bidang pelatihan
Penanggulangan Bencana.2. PMI, Kerjasama dalam bidang pelatihan Penanggulangan
Bencana.3. DINSOS, Kerjasama dalam bentuk bantuan dana.4. DINKES, Kerjasama dalam bentuk bantuan
pengobatan/perawatan.5. BMKG, Kerjasama dalam bentuk penanggulangan
Bencana Kebakaran.6. SAR, Kerjasama dalam bentuk penanggulangan Bencana
Kebakaran.7. RAPI, Kerjasama dalam bentuk penanggulangan Bencana
Kebakaran.8. PT. PLN, Kerjasama dalam bentuk penanggulangan
Bencana Kebakaran.9. TNI POLRI, Kerjasama dalam bentuk penanggulangan
Bencana
2. Pencegahan dan Penanggulangan.1.Bencana yang terjadi dan penanggulangannya.
79
Pada Tahun 2017, Total Bencana Kebakaran dari bulan Januari sampai dengan Desember sebanyak 64 (enam puluh empat) kejadian.
Pada Tahun 2017 terjadi bencana kebakaran sebanyak
64 (enam puluh empat) kasus, yaitu 42 (empat puluh dua)
kasus kebakaran yang terjadi di Banda Aceh dan 22 (dua
puluh dua) kasus yang terjadi di luar Kota Banda Aceh,
bencana kebakaran yang terjadi atas tanah, rumah, toko,
ilalang, dan lain-lain yang ditangani oleh Dinas Pemadam
Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh.
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota
Banda Aceh juga memberikan bantuan untuk daerah-daerah
yang memerlukan bantuan pada saat terjadi bencana
kebakaran, seperti di daerah Aceh Besar, kebakaran hutan di
meulaboh dll.
Rincian kebakaran dari Januari sampai dengan Desember
tahun 2017 dapat di lihat pada grafik (terlampir)
2. Status Bencana
Semua bencana kebakaran yang terjadi dalam Tahun
2017, statusnya bersifat Lokal/Kota sehingga dapat ditangani
oleh Pemerintah Kota Banda Aceh.
80
3. Sumber dan Jumlah Anggaran
Sumber dana Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh.
4. Antisipasi Daerah dalam menghadapi kemungkinan Bencana.
Dalam menghadapi kemungkinan Bencana Kebakaran,
Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda
Aceh secara rutin telah melakukan pelatihan dan sosialisasi
untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat dalam
melakukan penanganan awal pada saat terjadi bencana
kebakaran.
81