damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/narasi-2017.docx · web viewbab...

102
BAB I PENDAHULUAN Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang- Undang Nomor 8 (drt) Tahun 1956 (yang disebut Undang- Undang Darurat) adalah Kota yang berstatus sebagai Daerah Otonom dalam Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Aceh. Kota Banda Aceh memiliki 9 (Sembilan) Kecamatan dan 90 (Sembilan puluh) Gampong, dengan demikian terdapat 9 Orang Camat dan 90 Kepala Desa (Geuchik), Setiap Kepala Pemerintahan tersebut memiliki Wewenang untuk mengatur roda Administrasi Wilayahnya masing-masing. Dalam perkembangannya yang dinamis, Kota Banda Aceh telah mengalami Pemekaran Wilayah Administrasi. Pada Tahun 2000, Kecamatan Meuraxa mengalami pemekaran dengan dua tambahan Kecamatan baru yaitu Kecamatan Banda Raya dan Kecamatan Jaya Baru. Selain 1

Upload: others

Post on 14-Feb-2020

0 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

BAB I

PENDAHULUAN

Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-

Undang Nomor 8 (drt) Tahun 1956 (yang disebut Undang-Undang

Darurat) adalah Kota yang berstatus sebagai Daerah Otonom

dalam Wilayah Provinsi Daerah Istimewa Aceh.

Kota Banda Aceh memiliki 9 (Sembilan) Kecamatan dan

90 (Sembilan puluh) Gampong, dengan demikian terdapat 9

Orang Camat dan 90 Kepala Desa (Geuchik), Setiap Kepala

Pemerintahan tersebut memiliki Wewenang untuk mengatur roda

Administrasi Wilayahnya masing-masing.

Dalam perkembangannya yang dinamis, Kota Banda Aceh

telah mengalami Pemekaran Wilayah Administrasi. Pada Tahun

2000, Kecamatan Meuraxa mengalami pemekaran dengan dua

tambahan Kecamatan baru yaitu Kecamatan Banda Raya dan

Kecamatan Jaya Baru. Selain itu Kecamatan Baiturrahman

mekar dengan satu Kecamatan tambahan yaitu Kecamatan Lueng

Bata.

1

Page 2: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

A. Dasar Hukum

1. Undang-Undang Nomor 8 (Drt) Tahun 1956 tentang

Pembentukan Daerah Otonom Kota-Kota Besar dalam

Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara;

2. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 1999 tentang

Penyelenggaraan Negara yang bersih dan Bebas dari

Korupsi, Kolusi dan Nepotisme;

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan

Negara;

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang

Perbendaharaan Negara;

5. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang

Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan

Negara;

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah

Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 2005 tentang Perubahan Atas Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah

Menjadi Undang-Undang;

7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang

Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan

Pemerintah Daerah;

2

Page 3: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

8. Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah

Aceh;

9. Peraturan Pemerintah Nomor 5 Tahun 1983 tentang

Perubahan Batas Wilayah Kotamadya Daerah Tingkat II

Banda Aceh;

10. Peraturan Pemerintah Nomor 108 Tahun 2000

tentang Tata Cara Pertanggungjawaban Kepala Daerah;

11. Peraturan Pemerintah Nomor 56 Tahun 2001 tentang

Pelaporan Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah;

12. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 3

Tahun 2007 tentang Laporan Penyelenggaraan Pemerintah

Daerah Kepada Pemerintah, Laporan Keterangan

Pertanggungjawaban Kepala Daerah Kepada Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah, dan Informasi Laporan

Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah Kepada

Masyarakat.

13. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 6

Tahun 2008 tentang Pedoman Evaluasi Penyelenggaraan

Pemerintah Daerah (P-EPPD);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2001 tentang

Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pemerintah

Daerah;

3

Page 4: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

15. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang

Standar Akuntansi Pemerintahan;

16. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang

Pengelolaan Keuangan Daerah;

17. Peraturan Menteri dalam Negeri Nomor 13 Tahun

2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 29 Tahun 2007 tentang Perubahan Atas

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006;

18. Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 131.11-57

Tahun 2006 tanggal 7 Februari 2006 tentang

Pemberhentian dan Pengangkatan Penjabat Walikota Banda

Aceh Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam.

B. GAMBARAN UMUM KOTA BANDA ACEH

Banda Aceh merupakan Ibukota Provinsi Aceh, Kota Banda

Aceh di bentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8 (drt) Tahun

1965 tentang Pembentukan Daerah Otonom Kota-kota Besar

dalam Lingkungan Daerah Provinsi Sumatera Utara (Lembaga

Negara Republik Indonesia Tahun 1956 Nomor 59, Tambahan

Lembaga Negara Republik Indonesia Nomor 1092), tentang

Pembentukan Kota Banda Aceh dengan Ibukotanya Banda Aceh.

4

Page 5: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

1. Kondisi Geografis Daerah

Secara Geografis Kota Banda Aceh memiliki posisi sangat

strategis yang berhadapan dengan Negara-negara di Selatan

Benua Asia dan merupakan pintu gerbang Republik Indonesia di

bagian Barat. Kondisi ini merupakan potensi yang besar baik

secara alamiah maupun ekonomis.

Letak geografis Kota Banda Aceh berada antara 05̊ 16’ 15” -

05̊ 36’ 16” LU (NL) dan 950º 16’ 15”– 950º 22’ 35” BT (EL),

dengan tinggi rata-rata 0,80 meter di atas permukaan laut, serta

dengan luas wilayah keseluruhan 61,36 Km².

Adapun batas-batas wilayah Kota Banda Aceh sebagai berikut :

Utara : Selat Malaka

Selatan : Kabupaten Aceh Besar (Kecamatan Darul Imarah dan Kecamatan Ingin Jaya)

Barat : Samudra Indonesia

Timur : Kabupaten Aceh Besar (Kecamatan Barona Jaya dan Kecamatan Darussalam

Adapun wilayah administratif Kota Banda Aceh meliputi 9

(Sembilan) Kecamatan 17 mukim dan 90 (Sembilan Puluh)

gampong (desa). Kecamatan yang berada di Kota Banda Aceh 5

Page 6: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

adalah Kecamatan Meuraxa, Jaya Baru, Banda Raya,

Baiturrahman, Lueng Bata, Kuta Alam, Kuta Raja, Syiah Kuala dan

Ulee Kareng.

Pembagian tiap kecamatan, luas dan persentase untuk tiap

kecamatan dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel, Luas dan Persentase Wilayah Kecamatan Kota Banda Aceh Menurut Kecamatan (Km²), 2014

NO KECAMATAN Luas PersentaseDistrict Area Percentage

(1) (2) (3) (4)1 Meuraxa 7,26 11,832 Jaya Baru 3,78 6,163 Banda Raya 4,79 7,814 Baiturrahman 4,54 7,405 Lueng Bata 5,34 8,706 Kuta Alam 10,05 16,387 Kuta Raja 5,21 8,498 Syiah Kuala 14,24 23,219 Ulee Kareng 6,15 10,02

Jumlah 2016 61,36 100,00

2015 61,36 100,002014 61,36 100,002013 61,36 100,00

Sumber : Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh

Tabel, Nama Ibu Kota Kecamatan Kota Banda Aceh, 2016Capital of District in Banda Aceh Municipality, 2016

NOKecamatan Ibu Kota Jumlah

KemukimanJumlah

GampongDistrict Capital Number of

KemukimanNumber of

Villages(1) (2) (3) (4) (5)

6

Page 7: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

1 Meuraxa Ulee Lheue 2 162 Jaya Baru Lampoh Daya 2 93 Banda Raya Lamlagang 2 104 Baiturrahman Neusu Jaya 2 105 Lueng Bata Lueng Bata 1 96 Kuta Alam Bandar Baru 2 117 Kuta Raja Keudah 1 68 Syiah Kuala Lamgugob 3 109 Ulee Kareng Ulee Kareng 2 9

Jumlah 2016 17 902015 17 902014 17 902013 17 90

Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh

Tabel, Jarak Ibu Kota Kecamatan dengan Ibukota Banda Aceh, 2016Distance of District Capital with Banda Aceh Municipality Capital, 2016

NO Kecamatan Ibu Kota JarakDistrict Capital Distance (Km)

(1) (2) (3) (4)1 Meuraxa Ulee Lheue 5,02 Jaya Baru Lampoh Daya 2,53 Banda Raya Lamlagang 1,54 Baiturrahman Neusu Jaya 0,65 Lueng Bata Lueng Bata 3,56 Kuta Alam Bandar Baru 1,57 Kuta Raja Keudah 1,08 Syiah Kuala Lamgugob 8,09 Ulee Kareng Ulee Kareng 5,0

Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh

Kondisi Topografi

7

Page 8: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Kondisi Topografi (ketinggian) Kota Banda Aceh berkisar

antara -0,45 m sampai dengan +1,00 m di atas permukaan

laut (dpl), dengan rata-rata ketinggian 0,80 m dpl. Bentuk

permukaan lahannya (fisiografi) relatif datar dengan kemiringan

(lereng) antara 2-8%. Bentuk permukaan ini menandakan bahwa

tingkat erosi relatif rendah, namun sangat rentan terhadap

genangan khususnya pada saat terjadinya pasang dan

gelombang air laut terutama pada wilayah bagian utara atau

pesisir pantai.

Dalam lingkup makro, Kota Banda Aceh dan sekitarnya

secara topografi merupakan dataran banjir Krueng Aceh dan 70 %

wilayahnya berada pada ketinggian kurang dari 5 meter dpl.

Kearah hulu dataran ini menyempit dan bergelombang dengan

ketinggian hingga 50 meter dpl. Dataran ini diapit oleh perbukitan

terjal di sebelah barat dan timur dan ketinggian lebih dari 500 m,

sehingga mirip kerucut dengan mulut menghadap ke laut.

Kondisi topografi dan fisiografi lahan sangat berpengaruh

terhadap sistem drainase. Kondisi drainase di Kota Banda Aceh

cukup bervariasi, yaitu jarang tergenang seperti pada wilayah

Timur dan Selatan kota, kadang-kadang tergenang dan tergenang

terus-menerus seperti seperti pada kawasan rawa-rawa/genangan

air asin, tambak dan atau pada lahan dengan ketinggian di bawah

permukaan laut baik pada saat pasang maupun surut air laut.8

Page 9: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Kondisi Geomorfologi

Secara umum Geomorfologi wilayah Kota Banda Aceh

terletak di atas formasi batuan Vulkanis Tertier (sekitar Gunung

Seulawah dan Pulau Breuh), formasi batuan sedimen, formasi

endapan batu (disepanjang Krueng Aceh), formasi batuan kapur

(di bagian timur), formasi batuan vulkanis tua terlipat (di bagian

selatan), formasi batuan sedimen terlipat dan formasi batuan

dalam.

Geomorfologi daerah pesisir Kota Banda Aceh secara garis

besar dibagi menjadi pedataran yang terdapat di pesisir pantai

utara dari Kecamatan Kuta Alam hingga sebagian Kecamatan

Kuta Raja, dan pesisir pantai yang terletak di wilayah barat atau

sebagian Kecamatan Meuraxa.

Daerah pedataran di pesisir Kota Banda Aceh secara umum

terbentuk dari endapan sistim marin yang merupakan satuan unit

yang berasal dari bahan endapan (alluvial) marin yang terdiri dari

pasir, lumpur dan kerikil. Kelompok ini dijumpai di dataran pantai

yang memanjang sejajar dengan garis pantai dan berupa jalur-

jalur beting pasir resend dan subresen. Beting pasir resen berada

paling dekat dengan laut dan selalu mendapat tambahan baru

yang berupa endapan pasir, sedangkan beting pasir subresen

dibentuk oleh bahan-bahan yang berupa endapan pasir tua,

9

Page 10: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

endapan sungai, dan bahan-bahan alluvial/koluvial dari daerah

sekitarnya.

Kondisi Geologi

Secara Geologis, Pulau Sumatra dilalui oleh patahan aktif

yang memanjang dari Banda Aceh di utara hingga Lampung di

selatan, yang dikenal sebagai Sesar Semangko (Semangko Fault).

Oleh karenanya daerah yang terlintasi patahan ini rentan

terhadap gempa dan longsor.

Kota Banda Aceh terletak diantara dua patahan (sebelah

timur –utara dan sebelah barat–selatan kota). Berada pada

pertemuan Plate Euroasia dan Australia berjarak ± 130 km dari

garis pantai barat sehingga daerah ini rawan terhadap Tsunami.

Litologi Kota Banda Aceh merupakan susunan batuan yang

kompleks, terdiri dari batuan sedimen, meta sedimen, batu

gamping, batuan hasil letusan gunung api, endapan alluvium, dan

intrusi batuan beku, berumur holosen hingga Pra-Tersier, dan

secara umum dibagi atas 4 (empat) kelompok, yaitu: Alluvium;

Batuan Kuarter (sedimen dan Volkanik); Batuan Tersier (sedimen

10

Page 11: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

dan Volkanik); serta Batuan Metasedimen, malihan, dan

terobosan Pra-Tersier.

Pulau Sumatera dilalui oleh patahan aktif Sesar Semangko

yang memanjang dari Banda Aceh hingga Lampung. Patahan ini

bergeser sekitar 11 cm/tahun dan merupakan daerah rawan

gempa dan longsor. Ruas-ruas patahan Semangko di pulau

Sumatera dan juga kedudukannya terhadap Kota Banda Aceh.

Kota Banda Aceh diapit oleh dua patahan di Barat dan Timur kota,

yaitu patahan Darul Imarah dan Darussalam, dan kedua patahan

yang merupakan sesar aktif tersebut diperkirakan bertemu pada

pegunungan di Tenggara Kota. Sehingga sesungguhnya Banda

Aceh adalah suatu daratan hasil ambalasan sejak pilosen,

membentuk suatu graben, sehingga dataran Banda Aceh ini

merupakan batuan sedimen yang berpengaruh kuat apabila

terjadi gempa di sekitarnya.

Kondisi Hidrologi

Terdapat 7 (tujuh) sungai yang melalui Kota Banda Aceh

yang berfungsi sebagai daerah aliran sungai dan sumber air baku,

kegiatan perikanan, dan sebagainya. Wilayah Kota Banda Aceh

memiliki air tanah yang bersifat asin, payau dan tawar. Daerah

dengan air tanah asin terdapat pada bagian utara dan timur kota

11

Page 12: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

sampai ke tengah kota. Air payau berada dibagian tengah kota

membujur dari timur ke barat, sedangkan wilayah yang memiliki

air tanah tawar berada dibagian selatan kota membentang dari

Kecamatan Baiturrahman sampai Kecamatan Jaya Baru, yang

juga mencakup Kecamatan Lueng Bata, Ulee Kareng dan Banda

Raya. Tabel dibawah ini menjelaskan nama-nama sungai dan luas

daerah alirannya di Kota Banda Aceh berikut ini:

Tabel Nama Sungai dan Luas Daerah Alirannya di Kota Banda Aceh

No Nama Sungai Panjang (Km)123456789

Krueng AcehKrueng DaroyKrueng DoyKrueng NengKrueng Lueng PagaKrueng TanjungKrueng Titi PanjangKrueng Kon KeumehKrueng Genasen

723,60 3,60 2,00 4,10 26,33 2,25 1,60

3,271,25

Sumber : RPJM Kota Banda Aceh Tahun 2017-2022

Kota Banda Aceh mempunyai kecendrungan tersusun oleh

aktifer air tanah berlapis banyak dengan keterusan rendah hingga

sedang, muka air tanah atau tinggi pisometri air tanah umumnya

dekat muka tanah, debit sumur umumnya kurang dari 5

liter/detik. Komposisi litologi dan kelulusannya terdiri dari kerikil,

pasir, sebagian setengah padu, serta lumpur. Kelulusan litologi-

litologi itu bervariasi dari sedang hingga tinggi. Arah aliran air 12

Page 13: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

tanah mempunyai kecendrungan tegak lurus ke arah pantai.

Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mengontrol sebagian besar

wilayah Kota Banda Aceh yaitu DAS Krueng Aceh.

Kondisi air tanah di Kota Banda Aceh mengalami perubahan

yang sangat mendasar akibat bencana 26 Desember 2004. Kajian

air tanah Kota Banda Aceh setelah bencana telah dilakukan oleh

BGR (Bundesanstalt Fur Geowissenschaften und Rohstoffe/Federal

Institute For Geosciences and Natural Resources, Hannover) yang

menitikberatkan pada kadar garam air tanah Kota Banda Aceh.

Penentuan Salinity range (kisaran garam air) didasarkan

pada Specifik Electrical Conductivity (EC) dan Total Dissolved

Solids (TDS) yang diturunkan dari analisis kation dan anion pada

sampel air. Secara umum, kadar garam kisaran EC dan TDS yang

digunakan pada laporan BGR itu dapat dilihat pada Tabel berikut:

Tabel Acuan Penentuan Kisaran Kadar Garam Air Berdasarkan EC dan TDS

Kadar Garam Kisaran

EC [ μS /CM ¿ TDS [MG/L]

Air TawarAir PayauAir Asin

Up to 1500≥ 1500 – 15,000

≥ 15,000

Up to 1000≥ 1000 – 10,000

≥ 10,000

Sumber : RPJMD Kota Banda Aceh 2012-201713

Page 14: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Kondisi Klimatologi

Berdasarkan data Klimatologi untuk wilayah Kota Banda

Aceh yang diperoleh dari Stasiun Meteorologi Blang Bintang

menunjukkan bahwa dari tahun 2012 sampai dengan 2015, suhu

udara rata-rata bulanan berkisar antara 27,2 ºC hingga 27,1 ºC,

atau suhu rata-rata udara 27 ºC, dan tekanan (minibar) antara

1009,5-1010,7.

Curah hujan Kota Banda Aceh terbesar pada tahun 2015

terjadi pada bulan April yaitu sebesar 354,9 mm dan terkecil

terjadi pada bulan Februari sebesar 20,2 mm, Jumlah curah hujan

ini selama tahun 2015 yaitu sebesar 1.383,6 mm, dengan rata-

rata per bulannya sebesar 115,3 mm/bulan. Sementara itu

kelembaban udara rata-rata perbulan dalam satu tahun yaitu 80,2

Bulan kering di tandai dengan jumlah curah hujan kurang

dari 60 mm, sedangkan bulan basah adalah jumlah curah hujan

diatas 100 mm. Menurut Schmidt dan Ferguson, untuk

menentukan tipe iklim adalah dengan menghitung angka

perbandingan antara rata-rata bulan kering (BK) dengan bulan

basah (BB) dikali 100%. Dari hasil perbandingan didapatkan nilai

Q sebesar 0,25 berarti tipe iklim pada Kota Banda Aceh termasuk

iklim tipe B (Iklim Basah).

14

Page 15: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Penggunaan Lahan

Berdasarkan kondisi saat ini, kecendrungan perkembangan

kota Banda Aceh lebih mengarah pada bagian timur dan bagian

selatan kota. Dibagian timur, berada di wilayah Ulee kareng dan

sekitarnya. Kawasan Ulee Kareng, saat ini telah didominasi oleh

aktivitas perdagangan dan jasa dan aktivitas permukiman.

Kawasan Ulee Kareng semakin berkembang akibat adanya

pergeseran atau perembetan perkembangan fisik kota

dikarenakan kawasan ini tidak ikut terkena dampak bencana

tsunami. Ditambah dengan lokasinya yang tidak jauh dari

kawasan pusat pendidikan yakni Kopelma Darussalam (IAIN dan

Unsyiah) dan lampoh Keudee (Universitas Abulyatama), kemudian

menarik aktivitas lain seperti permukiman yang terlihat dari

tingginya alih fungsi lahan dari ex-persawahan menjadi

permukiman-permukiman baru. Sedangkan untuk bagian selatan,

perkembangan fisik kota sebagian bahkan telah merembet

hingga ke wilayah kecamatan Darul Imarah Kabupaten Aceh

Besar. Hal ini dikarenakan secara administratif, wilayah yang

mengalami perkembangan perbatasan langsung dengan

kabupaten Aceh Besar. Adapun perkembangan dibagian selatan

ini meliputi sebagian wilayah kecamatan Baiturrahman (Neusu)

15

Page 16: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

dan Kecamatan banda Raya (Lamlagang, Lhong raya, lampeuot),

dan wilayah Batoh dan Lamdom.

Perkembangan fisik kota dibagian selatan ini salah satunya

dilatar belakangi karena bagian selatan ini tidak terkena dampak

langsung bencana tsunami 2004 silam. Adapun aktivitas yang

berkembangan dibagian selatan ini meliputi aktivitas permukiman

yang perdagangan dan jasa, permukiman dan olahraga

(keberadaan stadion harapan bangsa Lhong raya sebagai sport

center).

Penggunaan lahan eksisting di Kota Banda Aceh yang

dilakukan analisi berdasarkan Citra Sartelit Resolusi Tinggi edisi

Februari tahun 2015, secara umum pola penggunaan lahan

dikelompokkan dengan klasifikasi kawasan terbangun dan

kawasan tidak terbangun.

Pemanfaatan kawasan terbangun antara lain kawasan

perumahan, perdagangan dan jasa, perkantoran, perikanan,

pelabuhan, area cagar budaya, lapangan olah raga, ruang

terbuka non hijau, peruntukan lainnya (peruntukan militer,

peruntukan keamanan dan keselamatan, peruntukan

peribadatan, peruntukan kesehatan, peruntukan pendidikan,

peruntukan transportasi, peruntukan PLTD, peruntukan pasar,

peruntukan museum, peruntukan tempat pembuangan akhir), 16

Page 17: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

dan pemanfaatan area jalan. Berdasarkan digitasi dari Citra

Satelit Tahun 2015 yaitu dengan luas wilayah kota seluas

5.900,20 hektar, bahwa penggunaan lahan kawasan yang sudah

terbangun dengan luas area seluas 3.137,12 hektar atau 53,17 %

dari luas wilayah kota, dominasi pemanfaatan eksisting lahan

terbangun yaitu pemanfaatan kawasan perumahan, pemanfaatan

peruntukan lainnya serta pemanfaatan area infrastruktur jalan.

Penggunaan lahan kawasan terbangun dapat dilihat pada tabel

dibawah ini:

NO

PENGGUNAAN LAHANLUAS

HEKTAR %

1 Perumahan 1866.36 59.492 Perdagangan dan Jasa 225.74 7.203 Perkantoran 116.84 3.724 Kawasan Perikanan 73.67 2.355 Kawasan Pelabuhan 10.48 0.336 Cagar Budaya 7.18 0.237 Lapangan Olah Raga 28.38 0.908 Ruang Terbuka Non Hijau 39.15 1.259 Peruntukan Lainnya 366.96 11.70

10 Jalan 402.36 12.83Total 3137.12 100.00

Sumber: RPJMD Kota Banda Aceh 2017-2022

Sedangkan kawasan belum terbangun pemanfaatannya

antara lain area air/sungai, RTH (hutan kota dan taman kota, RTH

lainnya0, sempadan pantai, sempadan sungai, jalur hijau sungai, 17

Page 18: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

jalur hijau lahan, taman pulau jalan, kebun masyarakat, lahan

kosong masyarakat, lahan pemakaman, sawah, tambak, hutan

bakau dan kawasan wisata. Area yang belum terbangun di

wilayah Kota Banda Aceh dengan luasan 2.763,08 hektar atau

46,83% dari luas wilayah kota, area yang belum terbangun

didominasi oleh area lahan terbuka produktif, area air/sungai

serta ruang terbuka hijau. Penggunaan lahan kawasan belum

terbangun dapat dilihat pada table berikut:

NO Penggunaan LahanLuas

Hektar %1 Air/Sungai 573.82 20.772 Hutan Kota 19.46 0.703 Jalur Hijau Jalan 58.15 2.104 Jalur Hijau Sungai 20.55 0.745 Kawasan Hutan Bakau 308.84 11.186 Kawasan Pariwisata 33.29 1.207 Kebun 179.41 6.498 Lahan Terbuka Produktif 801.61 29.019 Pemakaman 22.85 0.83

10 Ruang Terbuka Hijau 431.31 15.6111 Sawah 39.57 1.4312 Sempadan Pantai 37.85 1.3713 Sempadan Sungai 102.16 3.7014 Taman Kota 37.06 1.3415 Taman Pulau Jalan 0.61 0.0216 Tambak 96.53 3.49

Total 2763.08 100.00Sumber: RPJMD Kota Banda Aceh 2017-2022

18

Page 19: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Berdasarkan analisis pemanfaatan lahan eksisting area

terbangun dan area belum terbangun di Kota Banda Aceh dengan

menggunakan Citra Satelit keluaran Februari tahun 2015, bahwa

area terbangun mencapai 53,17 % dan lahan belum terbangun

46,83 % dari luas wilayah kota, hal tersebut menunjukkan bahwa

kecendrungan pembangunan fisik di wilayah Kota Banda Aceh

semakin pesat setiap tahunnya, oleh karena itu proses

perkembangan fisik wilayah kota perlu diantisipasi terhadap daya

dukung dan daya tamping terhadap proses pemanfaatan lahan

serta perlu diantisipasi ketersediaan ruang terbuka hijau yang

berkelanjutan untuk keseimbangan ekosistem lingkungan di

wilayah Kota Banda Aceh.

2. GAMBARAN UMUM DEMOGRAFIS

Jumlah Penduduk Kota Banda Aceh terus mengalami

peningkatan dari tahun ke tahun, pasca bencana gempa dan

tsunami di tahun 2004 jumlah penduduk dari 265.098 jiwa di

tahun 2004 menurun 87.215 jiwa sehingga menjadi 177.881 jiwa

di tahun 2005, akan tetapi perlahan jumlah penduduk di Kota

Banda Aceh hampir mendekati pra bencana gempa dan tsunami,

yakni 250.303 jiwa pada tahun 2015.19

Page 20: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Adapun perincian penduduk perkecamatan di wilayah Kota

Banda Aceh dapat kita lihat pada tabel berikut:

Tabel Jumlah Penduduk, Rata-rata Kepadatan Penduduk per Desa, dan Rata-rata Kepadatan Penduduk per Km2 Kota Banda Aceh Pertengahan Tahun 2016

NOKecamatan Jumlah

Rata-RataKepadatan Penduduk

District Penduduk Population AveragePopulation Per Desa Per Km2

By Village By Km2(1) (2) (3) (4) (5)1 Meuraxa 19 388 1 212 2 6712 Jaya Baru 25 012 2 779 6 6173 Banda Raya 23 459 2 346 4 8974 Baiturrahman 36 013 3 601 7 9325 Lueng Bata 25 114 2 790 4 7036 Kuta Alam 50 618 4 602 5 0377 Kuta Raja 13 107 2 185 2 5168 Syiah Kuala 36 477 3 648 2 5629 Ulee Kareng 25 716 2 857 4 181

2016 254 904 2 832 4 154Jumla

h 2015 250 303 2 781 4 079Total 2014 249 499 2 772 4 066

2013 249 282 2 770 4 063Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh

Dengan luas wilayah Kota Banda Aceh sekitar 61,36 kilo

meter persegi yang ditempati oleh 254.904 jiwa maka rata-rata

tingkat kepadatan penduduk Kota Banda Aceh adalah sebanyak

4.154 jiwa per kilo meter persegi. Kecamatan yang paling tinggi

tingkat Kepadatan Penduduknya adalah Kecamatan Baiturrahman 20

Page 21: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

yaitu sebanyak 7.932 jiwa per kilometer persegi. Di ikuti

Kecamatan Jaya Baru sebanyak 6.617 jiwa per kilometer persegi,

Kuta Alam yaitu sebanyak 5.037 jiwa per kilo meter persegi,

diikuti dengan Kecamatan Banda Raya sebanyak 4.897 jiwa per

kilometer per segi, Kecamatan Lueng Bata sebanyak 4.703 jiwa

per kilometer persegi, Kecamatan Ulee Kareng sebanyak 4.181

jiwa per kilometer persegi, Kecamatan Meuraxa sebanyak 2.671

jiwa per kilometer persegi, Kecamatan Syiah Kuala sebanyak

2.562 jiwa per kilo meter persegi, dan terakhir Kecamatan Kuta

Raja sebanyak 2.516 jiwa per kilo meter persegi.

Tabel 1.8Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Sex Rasio,

Kota Banda Aceh Pertengahan Tahun 2016

NO.Kecamatan

Jenis KelaminSex Jumlah Sex

RasioDistrict Laki-laki Perempuan Total Sex Ratio

Male Female(1) (2) (3) (4) (5) (6)1 Meuraxa 10 253 9 135 19 388 112,242 Jaya Baru 12 881 12 131 25 012 106,183 Banda Raya 11 730 11 729 23 459 100,014 Baiturrahman 18 379 17 634 36 013 104,225 Lueng Bata 12 844 12 270 25 114 104,686 Kuta Alam 26 293 24 325 50 618 108,097 Kuta Raja 7 006 5 101 13 107 114,838 Syiah Kuala 18 581 17 896 36 477 103,839 Ulee Kareng 13 043 12 673 25 716 102,92

2016 131 010 123 894 254 904 105,74Jumlah 2015 128 982 121 321 250 303 106,31Total 2014 128 487 121 012 249 499 106,08

21

Page 22: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

2013 128 333 120 949 249 282 106,11Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh

Sex ratio penduduk Kota Banda Aceh adalah sebesar

105,74 yang artinya jumlah penduduk laki-laki 5,74 persen lebih

banyak dibandingkan dengan jumlah penduduk perempuan. Dari

seluruh kecamatan yang berada di Kota Banda Aceh seluruhnya

memiliki sex ratio lebih 100 yang berarti lebih banyak penduduk

laki-laki dibandingkan dengan penduduk perempuan.

Jumlah penduduk Kota Banda Aceh pada usia produktif

antara 20 s/d 24 tahun cukup tinggi sebanyak 39.905 orang.

Hal ini berarti setengah dari penduduk Kota Banda Aceh

merupakan sumber daya yang produktif yang memiliki potensi

sebagai ujung tombak pembangunan Kota Banda Aceh.

TabelJumlah Penduduk Pertengahan Tahun Menurut Kelompok Umur

dan Jenis Kelamin di Kota Banda Aceh, 2015-2016

Kelompok Umur

2015 2016L P Jumla

hL P Jumlah

00-04 13.590 13.360 26.950 13.621 13.477 27.09805-10 9.430 9.203 18.633 9.580 9.447 19.02710-14 8.147 7.706 15.853 8.268 7.876 16.16215-19 11.845 12.250 24.095 11.886 12.325 24.21120-24 20.272 19.672 39.944 20.239 19.666 39.90525-29 15.496 13.504 29.000 15.702 13.773 29.47530-34 11.659 10.079 21.738 11.924 10.330 22.25435-39 9.418 8.683 18.101 9.582 8.978 18.56040-44 8.031 7.533 15.564 8.238 7.797 16.03545-49 6.783 5.983 12.766 7.038 6.232 13.27050-54 5.195 4.366 9.561 5.361 4.547 9.90855-59 3.837 3.474 7.311 3.996 3.695 7.69160-64 2.464 2.185 4.649 2.622 2.307 4.92965-69 1.421 1.383 2.804 1.486 1.441 2.927

22

Page 23: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

70-74 746 851 1.597 781 875 1.65675+ 648 1.089 1.737 668 1.128 1.796

Jumlah 128.982

121.321 250.303

131.010

123.894 254.904

Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh

Pendidikan

Sarana dan prasarana pendidikan yang dimiliki oleh

Kota Banda Aceh sudah cukup memadai. Terdapat sebanyak

85 unit sekolah Taman Kanak-Kanak (TK), SD 84 sekolah,

SLTP 32 sekolah, SMU 29 sekolah, dan SMK 8 sekolah.

Tabel, Jumlah Sekolah di Kota Banda Aceh, 2016

No

. Kecamatan TK SD SLTP SMU SMK

1 Meuraxa 4 9 3 3 02 Jaya Baru 9 8 2 0 03 Banda Raya 8 8 3 3 34 Baiturrahman 13 14 6 5 35 Lueng Bata 6 4 3 1 06 Kuta Alam 17 14 9 11 27 Kuta Raja 5 6 2 2 08 Syiah Kuala 14 14 3 3 09 Ulee Kareng 9 7 1 1 0

Jumlah 2016 2015 2014 2013

85928785

84838383

32313131

29303029

8888

Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh

Tabel Jumlah Sekolah, Guru dan Murid MI, MTS dan MA di Kota Banda Aceh, 2016

23

Page 24: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

No

Jenjang Pendidikan

Sekolah Guru Murid

1 Madrasah Ibtidaiyah 14 419 8.9892 Madrasah

Tsanawiyah10 290 3.943

3 Madrasah Aliyah 32 278 2.907Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh

Keagamaan

Mayoritas penduduk di Kota Banda Aceh (99%)

memeluk agama islam. Dan di Kota Banda Aceh terdapat 290

tempat ibadah umat islam yang terdiri dari masjid,

meunasah dan mushalla. Selain itu juga terdapat tempat

ibadah bagi umat agama lainnya, yaitu gereja sebanyak 3

bangunan, serta kuil dan klenteng masing-masing 1

bangunan.

Tabel, Jumlah Tempat Ibadah Umat Islam menurut Kecamatan di Kota Banda Aceh, 2016 seperti dibawah ini:

No. KecamatanDistrict

MasjidMosque

MeunasahMeunasah

MushallaSmall

Mosque

JumlahTotal

1 Meuraxa 10 16 0 262 Jaya Baru 7 9 14 303 Banda Raya 6 11 5 224 Baiturrahman 19 8 17 445 Lueng Bata 5 7 14 266 Kuta Alam 23 17 23 637 Kuta Raja 8 8 3 19

24

Page 25: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

8 Syiah Kuala 18 6 18 429 Ulee Kareng 8 5 5 18

Jumlah2016201520142013

104103104104

87917091

99909090

290284264286

Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh

3. Kondisi Ekonomi

a. Potensi Unggulan Daerah

Potensi unggulan yang dimiliki Kota Banda Aceh terdiri

dari berbagai sektor yang diharapkan dapat memberikan

kontribusi untuk pembangunan Daerah, potensi unggulan

tersebut 9 lapangan usaha (sektor) antara lain :

Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Minum Kontruksi Perdagangan, Hotel dan Restauran Pengangkutan dan Komunikasi Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa termasuk Jasa Pelayanan Pemerintah

1. Pertanian

25

Page 26: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Sektor pertanian di Kota Banda Aceh bukan merupakan

sektor unggulan dari kegiatan perekonomian masyarakat.

Hal ini disebabkan kondisi geografis Kota Banda Aceh yang

kurang mendukung untuk kegiatan usaha di sektor

pertanian. Tetapi sub sektor perikanan dan kelautan

merupakan salah satu sub sektor yang paling banyak

memberikan kontribusi bagi perekonomian Kota Banda Aceh

dibandingkan sub sektor lainnya. Sub sektor ini menyerap

tenaga kerja yang cukup banyak, hal ini disebabkan letak

Kota Banda Aceh yang dikelilingi oleh laut. Di sekitar pesisir

pantai mayoritas penduduknya merupakan nelayan atau

berusaha di sektor perikanan atau kelautan.

2. Industri

Pada tahun 2016, di Kota Banda Aceh terdapat 472 unit

industri tradisional, 491 unit industri makanan dan minuman,

913 unit industri jasa, serta 229 unit industri

bangunan/bahan bangunan.

2.1. ListrikKebutuhan listrik penduduk Kota Banda Aceh

dipenuhi oleh PT. PLN (Persero). Pada tahun 2016,

26

Page 27: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

penjualan listrik PT. PLN (Persero) telah mencapai

33.966.165 (kWh).

2.2. AirPada tahun 2015, PDAM Tirta Daroy telah

mempunyai Pelanggan aktif sebanyak 43.243 dan

pelanggan inaktif sebanyak 10.964 dengan total

pelanggan aktif dan inaktif sebanyak 54.207.

2.3. Perusahaan

Realisasi pengeluaran SITU dan SIUP di Kota

Banda Aceh pada Tahun 2016 sebanyak 6.528 Surat Izin

Tempat Usaha (SITU) mengalami peningkatan

dibandingkan tahun 2015 sebesar 6.368 dan sebanyak

1.697 Surat izin Usaha Perdagangan (SIUP) mengalami

peningkatan bila dibandingkan tahun 2015 yaitu

sebesar 1.690.

Jumlah usaha kecil dan menengah di Kota Banda

Aceh tahun 2016 terdiri dari 4.871 bidang

perdagangan, 10 unit pertanian, 10 unit bidang

perikanan, 6 unit bidang Peternakan, 41 unit bidang

Transportasi, 2.870 unit di bidang Industri dan 1.829

unit di bidang Aneka Jasa.

2.4. Koperasi

27

Page 28: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Jumlah koperasi di Kota Banda Aceh tahun 2016

sebanyak 754 unit, yang terdiri dari 6 unit koperasi

desa, 144 unit koperasi pegawai negeri (KPN), 26 unit

Koperasi primkopas/Primkopol, 63 Unit Koperasi wanita,

16 Unit Koperasi Sekolah/Pemuda, 58 Unit Koperasi

Buruh/Karyawanan, 1 unit Koperasi Kerajinan/Industri

dan 440 unit Koperasi Lainnya. Dan jika dibandingkan

dengan tahun 2015 mengalami peningkatan sebanyak 8

unit yaitu dari 746 unit.

Tabel Banyaknya Koperasi menurut Jenis di Kota Banda Aceh, 2013-2016 seperti dibawah ini:

No. Jenis Koperasi 2013 2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4) (5) (6)1 Koperasi Unit Desa/KUD 6 6 6 62 Koperasi Pegawai Negeri

(KPN) 141 141 142 144

3 Koperasi Primkopas/Primkopol 25 25 25 26

4 Koperasi Wanita 65 65 63 635 Koperasi Sekolah/Pemuda 16 16 16 166 Koperasi Buruh/Karyawan 68 68 58 587 Koperasi Kerajinan/Industri 7 7 1 18 Koperasi Lainnya 486 490 435 440

Jumlah 104 87 99 290

Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh

28

Page 29: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

b. Pertumbuhan Ekonomi/PDRB

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) sebagai

statistik pendapatan regional merupakan salah satu indikator

penting untuk mengetahui kondisi ekonomi di suatu daerah

pada satu periode tertentu, baik atas dasar harga berlaku

maupun atas dasar harga konstan. PDRB pada dasarnya

merupakan jumlah nilai tambah yang dihasilkan oleh seluruh

unit usaha dalam suatu kabupaten/kota tertentu, atau

merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan

oleh suatu unit ekonomi. Dengan tersedianya statistik

pendapatan regional secara berkala dapat diketahui antara

lain:

a. Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

b. Tingkat kemakmuran suatu daerah

c. Tingkat Inflasi dan Deflasi

d. Gambaran Struktur Perekonomian

Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) merupakan

suatu ukuran dan indikator penting dalam menentukan

pertumbuhan ekonomi suatu daerah, baik atas dasar harga 29

Page 30: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

berlaku maupun atas dasar harga konstan, dimana

pertumbuhan tersebut menunjukkan sejauhmana aktifitas

ekonomi suatu daerah mampu dicapai.

PDRB pada dasarnya merupakan jumlah nilai tambah

yang dihasilkan oleh seluruh unit usaha dalam suatu daerah

tertentu, atau merupakan jumlah nilai barang dan jasa akhir

yang dihasilkan oleh seluruh unit ekonomi. PDRB atas dasar

harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa

yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada setiap

tahun, sedangkan PDRB atas dasar harga konstan

menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang

dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun

tertentu sebagai dasar untuk mengetahui total produksi

barang dan jasa suatu daerah pada periode tertentu. Yang

dimaksud dengan produksi adalah aktivitas ekonomi

menggunakan sumber daya yang tersedia untuk

memproduksi barang dan jasa.

PDRB merupakan neraca makro ekonomi yang dihitung

secara konsisten dan terintegrasi dengan berdasar pada

konsep, definisi, klasifikasi, dan cara penghitungan yang

telah disepakati secara internasional. Perubahan PDRB dari

waktu ke waktu terjadi karena dua hal, yaitu terjadinya

perubahan harga barang dan jasa atau karena terjadinya 30

Page 31: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

perubahan volume. Penggunaan harga yang berlaku pada

periode yang telah lalu menghasilkan PDRB atas harga

konstan. PDRB harga konstan disebut sebagai PDRB volume

atau PDRB riil.

Dalam publikasi ini selain disajikan PDRB atas harga

berlaku yang bisa menggambarkan pergeseran struktur

ekonomi, juga disajikan PDRB dengan menggunakan tahun

dasar 2000 yang bisa menggambarkan pertumbuhan

ekonomi dari tahun ke tahun.

Manfaat Statistik Pendapatan Regional PDRB antara lain :

a. PDRB nominal (harga berlaku) menunjukkan kemampuan sumber daya ekonomi suatu wilayah. Semakin besar nilai PDRB menunjukkan semakin besar kekuatan ekonomi wilayah tersebut.

b. Distribusi PDRB nominal (harga berlaku) menurut sektor menunjukkan struktur perekonomian dan peranan masing-masing sektor suatu wilayah. Semakin besar peranan suatu sektor tersebut merupakan basis/andalan perekonomian dalam wilayah tersebut.

c. PDRB riil (harga konstan) dapat digunakan untuk menunjukkan laju pertumbuhan ekonomi dari waktu ke waktu yang terjadi pada masing-masing sektor kegiatan ekonomi suatu wilayah.

d. PDRB perkapita atas dasar harga berlaku menunjukkan tingkat kemakmuran suatu daerah. Untuk mengetahui tingkat kemakmuran suatu daerah sedikit banyaknya

31

Page 32: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

harus mempunyai angka pembanding dari daerah lain, sedangkan untuk mengetahui perkembangannya perlu mengetahui angka perkembangan pendapatan secara berkala.

e. Perbandingan antara pendapatan regional atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan merupakan indeks implisit yang dapat dipergunakan untuk mengetahui adanya perubahan harga barang dan jasa secara keseluruhan.

Untuk menghitung angka-angka PDRB ada 3 pendekatan

yang dapat digunakan, yaitu:

a. Menurut Pendekatan Produksi

PDRB adalah jumlah nilai tambah atas barang dan

jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi suatu

wilayah dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun).

Unit-unit produksi tersebut dalam penyajian ini

dikelompokkan menajdi 9 (Sembilan) lapangan usaha

(sektor) yaitu:

1. Pertanian, Peternakan, Kehutanan dan Perikanan;2. Pertambangan dan Penggalian;3. Industri Pengolahan;4. Listrik, Gas dan Air Bersih;5. Konstruksi;6. Perdagangan, Hotel dan Restoran;7. Pengangkutan dan komunikasi;8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan;9. Jasa-jasa termasuk jasa pelayanan pemerintah.

32

Page 33: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

b. Menurut Pendekatan Pendapatan

PDRB merupakan jumlah balas yang diterima oleh

factor-faktor produksi yang ikut serta dalam proses

produksi di suatu wilayah dalam jangka waktu tertentu

(biasanya satu tahun). Balas jasa faktor produksi yang

dimaksud adalah upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal

dan keuntungan; semuanya sebelum di potong pajak

penghasilan dan pajak langsung lainnya. Dalam definisi ini,

PDRB mencakup juga penyusutan dan pajak tidak langsung

neto (pajak langsung dikurangi subsidi)

c. Menurut Pendekatan Pengeluaran

PDRB adalah semua komponen permintaan akhir yang terdiri dari: 1. Pengeluaran konsumsi rumah tangga;2. Pengeluaran konsumsi pemerintah;3. Pembentukan modal tetap bruto;4. Perubahan inventori;5. Ekspor Neto (ekspor neto merupakan ekspor dikurangi

impor)

Menghitung PDRB dengan menjumlahkan seluruh

permintaan akhir yang terdiri dari konsumsi rumah tangga

dan lembaga nirlaba, konsumsi pemerintah, Pembentukan

Modal Tetap Bruto (PMTB), perubahan stok dan ekspor neto. 33

Page 34: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

1. Pendekatan Pendapatan

Menghitung PDRB sebagai penjumlahan dari balas jasa

faktor produksi (kompensasi pekerja, sewa, penyusutan,

bunga dan keuntungan) dalam wilayah. Hal ini menunjukkan

dua hal dalam perekonomian suatu daerah. Pertama,

menunjukkan pembagian PDRB menurut berbagai

pendapatan seperti balas jasa tenaga kerja, keuntungan

serta balas jasa barang modal lainnya, dan pajak produksi

setelah dikurangi subsidi. Kedua membantu menjelaskan

perbedaan antara PDRB dengan pendapatan yang dapat

digunakan.

Ada 9 (sembilan) sektor ekonomi yang dihitung dalam

PDRB menurut lapangan usaha yang dapat dikelompokkan

dalam 3 (tiga) kelompok kegiatan, yaitu kegiatan primer,

sekunder, dan tersier.

Kegiatan primer berkaitan dengan pengeksploitasian

sumber daya alam, terdiri dari sektor pertanian (tanaman

bahan makanan, perkebunan, peternakan,perikanan dan

kehutanan) dan sector pertambangan dan penggalian.

Kegiatan sekunder merupakan kegiatan pemanfaatan

hasil sumber daya alam untuk diolah lebih lanjut. Kelompok

34

Page 35: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

kegiatan ini terdiri dari 3 (tiga) sektor yaitu sektor industri

pengolahan, sektor kontruksi, dan sektor listrik, gas dan air

minum.

Kelompok ketiga yaitu kegiatan tersier merupakan

sektor-sektor ekonomi yang memfasilitasi pergerakan sektor

primer dan sekunder. Kelompok kegiatan tersier terdiri dari 4

(empat) sektor yaitu sektor perdagangan, hotel dan restoran,

sektor pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan

dan jasa perusahaan serta sektor jasa-jasa.

Pertumbuhan Ekonomi/PDRB Kota Banda Aceh

Perekonomian Kota Banda Aceh sebagai kesatuan ekonomi

yang menyeluruh dapat digambarkan dengan PDRB.

Meningkatnya nilai PDRB menunjukkan peningkatan kinerja

perekonomian, begitu pula sebaliknya. Perekonomian Kota Banda

Aceh terus meningkat dilihat dari nilai PDRB ADHB selama lima

tahun terakhir.

PDRB Kota Banda Aceh atas daras harga berlaku secara

rata-rata mengalami kenaikan sebesar Rp. 935,95 milyar per

tahun selama kuruhn waktu 2010-2015. Pada Tahun 2015 PDRB

meningkat sebesar Rp. 1,09 triliun dari 13,64 triliun pada tahun

2014. Kenaikan ini tertinggi selama 4 tahun terakhir disebabkan

35

Page 36: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

adanya pelaksanaan proyek konstruksi tahun jamak (multiyear)

dengan nilai kontrak besar.

Kondisi ekonomi Kota Banda Aceh dilihat dari pertumbuhan

ekonominya masih terus mengalami peningkatan dari waktu ke

waktu. Bila mengacu terhadap PDRB tahun dasar 2010, maka

rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Banda Aceh selama 4 tahun

terakhir adalah sebesar 5,25 persen. Pada tahun 2015, laju

pertumbuhan ekonomi Kota Banda Aceh mencapai 5,01 persen

yang menunjukkan akselerasi lebih baik dari tahun 2014 yang

sebesar 4,50 persen.

Tabel 1.10PDRB Menurut Lapangan Usaha atas Dasar Harga Berlaku

Kota Banda Aceh (juta rupiah), 2014-2016

Sektor2014 2015 2016

(1) (2) (3) (4)1. Pertanian, Kehutanan dan

Perikanan135.264,5 142.701,5 154.320,8

2. Pertambangan & Penggalian 0,0 0,0 0,0

3. Industri Pengolahan 289.525,6 303.710,0 317.841,14. Listrik dan Gas 36.716,5 39.747,9 47.729,55. Pengadaan Air, Pengelolaan

Sampah, Limbah dan Daur Ulang

11.954,5 14.253,8 18.900,1

6. Konstruksi 960.238,1 1.103.743.6 1.597.485,37. Perdagangan Besar dan Eceran,

Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

3.059.382,8 3.191.290,0 3.375.398,7

8. Transportasi dan Pergudangan 1.974.370,4 1.986.734,5 1.783.937,79. Penyediaan Akomodasi & Makan

Minum397.551,5 466.308,3 538.249,7

10. Informasi dan Komunikasi

939.810,2 956.943,1 957.348,3

11. Jasa Keuangan dan Asuransi 395.006,6 423.800,0 459.951,136

Page 37: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

12. Real Estate 830.077,6

970.979,0 1.081.137,6

13. Jasa Perusahaan 321.106,6 337.943,9 373.078,614. Administrasi Pemerintahan,

Pertahanan & Jaminan Sosial Wajib2.730.681,1 2.981.088,0

43.332.436,1

15. Jasa Pendidikan 715.857,0 797.814,8 922.458,116. Jasa Kesehatan dan Kegiatan

Sosial478.777,1 524.726,2 580.124,3

17. Jasa Lainnya 225.282,6 245.029,5 279.334,0PDRB 13.501.601,

914.486.814,

415.801.791,

2Sumber: Statistik Banda Aceh 2017, Bappeda Kota Banda Aceh

Kota Banda Aceh sebagai pusat ibukota Provinsi Aceh

menjadi tempat beraktifitas pemerintahan Provinsi Aceh, Kota

Banda Aceh, serta berbagai instansi vertical. Sehingga tidak

mengherankan bila struktur ekonomi Kota Banda Aceh hingga

tahun 2015 masih didominasi oleh sector jaksa yakni kategori

Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan Sepeda Motor

serta kategori Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan

Jaminan Sosial Wajib. Kedua kategoro tersebut memiliki peranan

yang besar hingga 42,22 persen terhadap pembentukan PDRB

(masing-masing 21,86 persen dan 20,36 persen), meski peranan

kategori Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi Mobil dan

Sepeda Motor cenderung berkurang dari tahun ke tahun selama

empat tahun terakhir.

Laju Inflasi

Laju Inflasi Kota Banda Aceh (tahun 2015) mengalami

penurunan dibandingkan tahun-tahun sebelumnya (2013-2014), 37

Page 38: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

hal ini menunjukkan bahwa kejutan/shock yang disebabkan

factor-faktor penyebab inflasi tahun sebelumnya sudah dapat

diredam oleh pelaku usaha dan masyarakat. Perhitungan inflasi

sejak tahun 2014 menggunakan tahun dasar hasil SBH 2012

dimana tahun-tahun sebelumnya menggunakan tahun dasar SBH

2007.

Laju Inflasi tahunan di Kota Banda Aceh tahun 2015

merupakan perubahan IHK antara bulan Desember 2015 terhadap

bulan Desember 2014 sebesar 1,27 persen. Angka ini juga masih

lebih kecil dari inflasi nasional yang mencapai 1,53 persen. Laju

inflasi dari tahun 2012 sampai s014 menunjukkan kenaikan

namun tahun 2015 turun sebesar 1,27 persen seperti yang

ditunjukkan grafik berikut:

Tabel, Nilai Inflasi rata-rata tahun 2012 s.d 2015

Uraian 2012 2013 2014 2015 2016

Inflasi 0.06 6.39 7.83 1.27

Untuk pulau sumatera di tahun 2014 dan 2015 laju inflasi

kota Banda Aceh merupakan salah satu dari 6 kota yang memiliki

laju inflasi dibawah 1,53 %.

PDRB Perkapita

38

Page 39: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

PDRB Perkapita sering digunakan sebagai indikator awal

untuk mengukur kesejahteraan penduduk suatu daerah. Untuk

perbandingan antar waktu PDRB Perkapita atas Dasar Harga

Konstan (ADHK) lebih tepat. Dari tahun 2012-2015 terlihat

kenaikan tingkat PDRB ADHK sehingga mencapai angka 50.84 di

tahun 2015. Hal ini menunjukkan pertumbuhan ekonomi Kota

Banda Aceh yang meningkat dari tahun ke tahun. Bila mengacu

terhadap PDRB tahun 2010, maka rata-rata pertumbuhan

ekonomi Kota Banda Aceh selama 4 tahun terakhir sebesar 5,25

persen.

Untuk PDRB perkapita berdasarkan atas dasar harga

berlaku (ADHB) untuk Kota Banda Aceh merupakan yang tertinggi

di Provinsi Aceh dan berada di atas rata-rata perkapita nasional

yang mencapai 48,18 juta pertahun.

Pengeluaran Perkapita Rupiah

PDRB penggunaan atau pengeluaran merupakan niali

pengeluaran atas penggunaan barang dan jasa yang digunakan

sebagai konsumsi akhir oleh berbagai golongan dalam

masyarakat baik untuk memenuhi modal, stok, maupun ekspor

dan impor.

Pengeluaran rata-rata perkapita adalah biaya yang

dikeluarkan untuk konsumsi semua rumah tangga selama sebulan 39

Page 40: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

baik yang berasal dari pembelian, pemberian maupun produksi

sendiri dibagi dengan banyaknya anggota rumah tangga dalam

rumah tangga tersebut.

Rata-rata pengeluaran perkapita atau belanja rumah tangga

selama sebulan di Kota Banda Aceh terus mengalami

peningkatan, tahun 2012 Rp. 1.297.418,- dan tahun 2015 Rp.

1.577.302,-. Hal ini menunjukkan daya beli masyarakat Kota

Banda Aceh semakin meningkat, bahkan melampaui rata-rata

Provinsi (Tahun 2015: Rp. 752.118,-) dan Nasional (rata-rata

pengeluaran perkapita di daerah Perkotaan tahun 2015: Rp.

1. 074.664,-), juga mengindikasikan perekonomian di Kota Banda

Aceh menjadi semakin baik.

Indeks Pembangunan Manusia

Indek Pembangunan Manusia (IPM) merupakan indikator

penting untuk mengukur keberhasilan dalam upaya membangun

kualitas hidup manusia (masyarakat/penduduk). Dengan kata

lain, IPM dapat menentukan peringkat atau level pembangunan

suatu wilayah/Negara. IPM dapat digunakan sebagai data

strategis untuk mengukur kinerja Pemerintah. Di Indonesia, IPM

juga merupakan salah satu factor penentu Dana Alokasi Umum

(DAU).

40

Page 41: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

IPM digunakan dengan mengukur 3 dimensi, yaitu

kesehatan, pengetahuan dan standar hidup layak. Ada 4 indikator

yang digunakan yaitu angka harapan hidup saat lahir, harapan

lama sekolah, rata-rata lama sekolah dan pengeluaran per kapita

di sesuaikan.

IPM juga dapat digunakan untuk memperbandingkan

kualitas pembangunan manusia lintas daerah dan tingkat

administrasi. IPM Kota Banda Aceh dibandingkan dengan Provinsi

Aceh dan Nasional adalah sebagai berikut:

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Tahun 2012-2015

No

.Uraian 2012

201

3

201

42015

IPM Nasional 67,70 63,31 68,9 69,55IPM Provinsi Aceh 67,81 68,30 68,8

169,45

1 Indek Pembangunan Manusia Kota Banda Aceh

81,30 81,84 82,22

83,25

2 Pertumbuhan IPM 0,53 0,66 0,77 -Sumber: Banda Aceh dalam Angka dan BPS Pusat

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa IPM Kota Banda Aceh

telah melewati IPM Aceh dan Nasional. Hal ini menunjukkan

bahwa kualitas hidup di Kota Banda Aceh telah lebih baikn dari

Aceh dan Indonesia. Sementara itu, IPM Provinsi Aceh masih

dibawah IPM Nasional. Selain itu, IPM Kota Banda Aceh juga

menunjukkan kecendrungan terus meningkat setiap tahun. Hal ini

menunjukkan bahwa pembangunan manusia di Kota Banda Aceh 41

Page 42: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

terus membaik seiring waktu. Dan juga menunjukkan bahwa

kualitas pembangunan manusia di Provinsi Aceh masih dibawah

nasional. Kesenjangan IPM antara Banda Aceh dan Provinsi Aceh

menunjukkan adanya kesenjangan kualitas pembangunan

manusia antara Kota Banda Aceh dan Kabupaten Lainnya di

Provinsi Aceh. Kesenjangan ini adalah salah satu pemicu

tingginya migrasi penduduk terutama tenaga kerja ke Kota Banda

Aceh.

BAB II

KEBIJAKAN PEMERINTAH DAERAH

A. VISI DAN MISI

Visi merupakan suatu pandangan jauh tentang tujuan-tujuan

dan tentang hal-hal yang harus dilakukan untuk mencapai tujuan 42

Page 43: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

tersebut pada masa yang akan datang. Sebuah visi harus

berorientasi kedepan, tidak dibuat berdasarkan kondisi saat ini,

mengekspresikan kreatifitas, dan mengandung nilai penghargaan

kepada masyarakat. Visi juga harus memperhatikan sejarah dan

kultur, memiliki standar yang tinggi, serta bersifat ideal, tetapi

juga memberikan semangat kepada berbagai komponen untuk

mencapai tujuan-tujuan dari visi tersebut. Visi juga merupakan

rumusan umum mengenai keadaan yang diinginkan pada akhir

periode perencanaan, untuk mewujudkan sasaran yang akan

dicapai dalam jangka waktu tertentu. Jadi Visi adalah sesuatu

yang kita tuju, yang menentukan segala perbedaan mengenai

apa yang kita lakukan secara jelas, yang mampu membangun

Inspirasi dan Motivasi, Fokus dan menjadi pengungkit sekaligus

pendorong untuk memberikan arah yang benar dan peluang bagi

organisasi, atau suatu gambaran tentang keadaan masa depan

yang berisikan cita dan citra yang ingin diwujudkan Instansi

Pemerintah. Visi Kota Banda Aceh Tahun 2017-2022 adalah:

“Terwujudnya Kota Banda Aceh Gemilang Dalam Bingkai Syariah”

Visi Pemerintah Kota Banda Aceh ini mencerminkan arah

pembangunan Kota Banda Aceh dalam masa lima tahun ke

depan. Visi ini juga seiring dengan sasaran pokok dan arah 43

Page 44: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

kebijakan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah

Kota Banda Aceh yang ditujukan untuk lebih memantapkan

pembangunan secara menyeluruh di berbagai bidang.

Dalam visi Kota Banda Aceh Tahun 2017-2022 terdapat 2

(dua) kata penting yaitu “GEMILANG” dan “BINGKAI SYARI’AH.”

Gemilang adalah Menjadikan Kota Banda Aceh yang termashur

dan terpandang dalam 3 pilar utama yaitu agama, ekonomi, dan

pendidikan, menuju kejayaan dengan memperhatikan keadilan

gender. Sedangkan Bingkai Syariah adalah mendasarkan seluruh

proses penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan

pembangunan, dan kehidupan sosial kemasyarakatan sesuai

Syariat Islam.

Misi

Rumusan Misi merupakan penggambaran visi yang ingin

dicapai dan penguraian secara ringkas upaya-upaya apa yang

harus dilakukan. Rumusan misi disusun untuk memberikan

pemahaman dan kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah

kebijakan yang ingin dicapai dan menentukan jalan yang akan

ditempuh untuk mencapai visi.

Dalam penyusunannya, perumusan misi memperhatikan

faktor-faktor lingkungan strategis, baik eksternal maupun

internal, yang mempengaruhi kekuatan, kelemahan, peluang dan

tantangan yang ada dalam pembangunan daerah. Misi disusun 44

Page 45: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

untuk memperjelas jalan atau langkah yang akan dilakukan

dalam rangka mencapai perwujudan visi.

Dengan gambaran misi yang demikian, Pemerintah Kota Banda Aceh menetapkan 7 (tujuh) misi sebagai berikut.

1. Meningkatkan pelaksanaan Syariat Islam dalam bidang penguatan aqidah, syariah dan akhlak. Misi ini dimaksudkan untuk memastikan bahwa penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan sosial kemasyarakatan benar-benar berada dalam bingkai pelaksanaan syariat Islam secara kaffah.

2. Meningkatkan kualitas pendidikan, kebudayaan, kepemudaan, dan olahraga.Misi ini dimaksudkan untuk memastikan pemerataan kualitas pendidikan, memajukan seni dan budaya Aceh, melakukan pembinaan kepemudaan, dan membudayakan olahraga sehat dan rekreasi, serta memajukan olahraga prestasi dan olahraga pendidikan pada tingkat regional dan nasional.

3. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi, pariwisata, dan kesejahteraan masyarakat.Misi ini dimaksudkan untuk memberikan landasan yang kuat bagi perbaikan pendapatan masyarakat yang dalam lima tahun ke depan yang berdampak kepada peningkatan PAD dengan kebijakan dan strategi yang efektif sehingga pada gilirannya akan meningkatkan juga kesejahteraan masyarakat dan kemandirian daerah.

4. Meningkatkan kualitas kesehatan masyarakatMisi ini ditujukan untuk menghasilkan kualitas kesehatan masyarakat yang lebih baik melalui upaya penguatan pemberdayaan kesehatan masyarakat yang dicapai dengan

45

Page 46: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

kerjasama dan kemitraan, penguatan pembiayaan dan sumber daya kesehatan serta kebijakan penguatan manajemen, regulasi, system informasi kesehatan, penelitian dan pengembangan kesehatan.

5. Meningkatkan kualitas tata kelola pemerintahan yang baik. Misi ini dimaksudkan untuk memberikan landasan yang kuat bagi penyelenggaraan pemerintahan dengan birokrasi yang tidak hanya kuat dari sisi legalitas, melainkan juga professional, berintegrasi, berkinerja tinggi, bebas dan bersih KKN, netral, mampu melayani publik, sejahtra, berdedikasi, dan memegang teguh nilai-nilai dasar dan kode etik aparatur negara.

6. Membangun infrastruktur kota yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.Hal ini dimaksudkan untuk mewujudkan pembangunan infrastruktur yang mengoptimalkan sumber daya tanpa mengakibatkan kerusakan lingkungan dan memperhatikan keseimbangan antara pembangunan di masa sekarang dan masa yang akan datang.

7. Memperkuat upaya pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak.Misi ini bertujuan untuk meningkatkan keberdayaan dan kemandirian kelompok perempuan dalam mengejar kemajuannya dan meningkatkan rasa aman dan nyaman kelompok ibu dalam kehidupannya serta tumbuh kembang anak yang baik.

46

Page 47: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

B. Strategi dan Arah Kebijakan Daerah (sesuai RPJMD)

Dalam mencapai visi dan misi di tetapkan tujuan dan

sasaran. Tujuan dan sasaran. Tujuan merupakan sesuatu yang

akan dicapai atau dihasilkan dalam jangka waktu 1 (satu) sampai

dengan 5 (lima) tahun. Sedangkan sasaran adalah hasil yang

akan di capai secara nyata dalam rumusan yang lebih spesifik,

terukur, dalam kurun waktu yang lebih pendek dari tujuan.

Untuk tercapainya tujuan dan sasaran tersebut ditempuh

melalui penetapan strategi dan arah kebijakan pembangunan.

Strategi berisikan program-program indikatif untuk mewujudkan

visi dan misi, selanjutnya diperjelas dengan bagaimana tujuan

dan sasaran RPJMD akan dicapai dengan serangkaian arah

kebijakan.

Untuk pencapaian Misi Pertama : Meningkatkan

Pelaksanaan Syariat Islam dalam Bidang Aqidah, Syariah,

dan Akhlak adalah melalui strategi mendorong partisipasi

masyarakat dalam mencegah pendangkalan aqidah. Hal ini

dilakukan dengan beberapa arah kebijakan yaitu: Memperkuat

peran organisasi masyarakat dalam mencegah pendangkalan

aqidah.

47

Page 48: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Strategi untuk pencapaian Misi Kedua: Meningkatkan

Kualitas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan

Olahraga adalah melalui meningkatkan peran orang tua, komite

sekolah, MPD dan stakeholder lainnya dalam pembangunan

pendidikan, meningkatkan Kapasitas Guru dalam Multimedia

Pembelajaran, melakukan Sertifikasi Keahlian Pemuda,

Penyediaan dan Pembangunan Fasilitas Sarana dan Prasarana

yang Representative. Hal ini dilakukan dengan beberapa arah

kebijakan yaitu: Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan

Pendidikan, dan masyarakat, Menciptakan Budaya Baca bagi

masyarakat, membangun sarana dan prasarana olahraga yang

berstandar nasional.

Strategi untuk pencapaian Misi Ketiga yaitu:

Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi, Pariwisata dan

Kesejahteraan Masyarakat adalah melalui strategi menumbuh

kembangkan kawasan strategis pergadangan, pariwisata

pertanian dan perikanan, meningkatkan peran UMKM dan

penataan pedagang kaki lima, menjaga stabilitas harga dan

distribusi barang kebutuhan pokok, membentuk Lembaga

Keuangan Mikro Syariah untuk membantu Permodalan UMKM

secara professional, memaksimalkan sumber-sumber retribusi

dan pajak daerah, meningkatnya potensi daerah, promosi dan

48

Page 49: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

kerjasama investasi, meningkatnya promosi investasi dalam

rangka mendatangkan investor, jumlah kontribusi sektor wisata

terhadap PDRB, memberikan bantuan tepat sasaran sesuai

klaster.

Hal ini dilakukan dengan beberapa arah kebijakan yaitu:

Mengingkatkan pertumbuhan riil dan kontribusi riil sektor

perekonomian Kota, menyusun Peraturan Walikota tentang

penetapan lokasi PKL, mengintensifkan peran TPID dan

mengoptimalkan peran dan fungsi TIM Ketahanan pangan,

memfasilitasi Lembaga Keuangan Mikro Syariah menjadi

Lembaga berbadan Hukum, melakukan upaya intensifikasi dan

ekstensifikasi pajak dan retribusi darah, mempermudah proses

perizinan dan non perizinan, menjalin kerjasama dengan investor,

mempermudah izin pariwisata, menyusun regulasi tentang

penyaluran bantuan.

Strategi untuk pencapaian Misi Keempat yaitu:

Meningkatkan Kualitas Kesehatan Masyarakat adalah

melalui Strategi Membangun dan meningkatkan sistem pelayanan

kesehatan terintegrasi, Meningkatkan kemitraan dengan

stakeholder kesehatan. Meningkatkan kualiatas sarana dan

prasarana fasilitas kesehatan. Hal ini dilakukan dengan beberapa

arah kebijakan yaitu: Pengembangan Sistem Layanan Kesehatan,

49

Page 50: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas daerah,

Mengoptimalkan keterlibatan para pihak terkait, Meningkatkan

peran serta masyarakat, Pengembangan SDM, Peningkatan

sarana dan prasarana kesehatan, Standarisasi Mutu dan Layanan

Kesehatan.

Strategi untuk pencapaian Misi Kelima yaitu:

Meningkatkan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan yang

baik adalah melalui strategi penataan jumlah dan distribusi ASN

sesuai kualifikasi, kompetensi dan kinerja. Meningkatkan

kapasitas dan kualitas perencanaan, pelaporan dan evaluasi

internal. Hal ini dilakukan dengan beberapa arah kebijakan yaitu:

Mengoptimalkan seleksi calon Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama,

Assesment Administrator dan Pengawas yang berkualitas,

professional dan amanah. Sinkronisasi dokumen perencanaan,

pelaksanaan, dan pelaporan.

Strategi untuk pencapian Misi Keenam yaitu:

Membangun Infrastruktur Kota Yang Ramah Lingkungan

dan Berkelanjutan adalah Menurunkan tingkat kehilangan air,

Menyediakan prasarana dan sarana lingkungan yang memenuhi

standar pelayanan minimal, Meningkatkan kapasitas jalan dalam

kondisi baik, Meningkatkan kualitas Lingkungan Permukiman

Perkotaan, Mempersiapkan dan Meningkatkan 5 faktor

50

Page 51: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

penilaian PeGi, Meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH Kota

yang berestetika dan infrastruktur lainnya, Mempersiapkan SDM

yang Responsif terhadap mitigasi kebencanaan dan menambah

prasarana dan sarana mitigasi kebencanaan, Melakukan penataan

dan pengembangan sistim jaringan transportasi, Menambah dan

menggali sumber daya energy terbarukan dan generator.

Hal ini dilakukan dengan beberapa arah kebijakan yaitu:

Penegakan hukum terhadap pelaku penyambungan liar air

minum. Meningkatkan cakupan Pelayanan Persampahan.

Meningkatkan daya tampung sampah dengan penyediaan Wadah

Sampah yang memadai pada TPS yang terdistribusi merata

disetiap gampong. Pengembangan dan Pemeliharaan prasarana

dan sarana drainase secara rutin dan berkelanjutan.

Mengembangkan sistem pengelolaan air limbah setempat (on-

side) dan terpusat (of-side), Meningkatkan aksesibilitas dan

mobilitas, Meningkatkan Penyediaan Rumah Layak Huni, Rumah

Khusus dan rusunawa, Pengelolaan 5 faktor penilain PeGi.

Strategi untuk pencapaian Misi Ketujuh yaitu:

Memperkuat Upaya Pemberdayaan Perempuan dan

Perlindungan Anak adalah melalui Strategi Memfasilitasi akses

bagi perempuan termasuk perempuan disabilitas dibidang

ekonomi, pendidikan, kesehatan, social budaya, hukum dan

51

Page 52: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

teknologi. Meningkatkan pemahaman serta penguatan

kelembagaan multi stakeholder terkait PUHA melalui advokasi,

sosialisasi dan kemitraan, Memperkuat program Kependudukan

Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK).

Hal ini dilakukan dengan beberapa arah kebijakan yaitu:

Pembinaan peningkatan kapasitas perempuan untuk

memperbaiki kualitas hidup perempuan termasuk perempuan

berkebutuhan khusus di semua bidang pembangunan,

Meningkatkan pemerataan ketersediaan dan akses terhadap

layanan dasar yang berkualitas dalam rangka mendukung

tumbuh kembang anak, penyusunan Grand Design Pembangunan

Kependudukan (GDPK) Kota Banda Aceh.

Lebih jelasnya, Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan strategi

dapat dilihat pada tabel berikut:

Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan strategi

Visi : Terwujudnya Banda Aceh Gemilang dalam Bingkai Syariah

Tujuan Sasaran Strategi

Misi 1: Meningkatkan Pelaksanaan Syariat Islam dalam Bidang Aqidah, Syariah dan Akhlak

Tujuan 1:Terwujudnya nilai-nilai Islam dalam seluruh aspek kehidupan warga

Sasaran 1:Meningkatnya kesadaran masyarakat dalam penerapan syariat

Strategi 1:Mendorong partisipasi masyarakat dalam mencegah pendangkalan aqidah

52

Page 53: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

kota islamMisi 2: Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Kebudayaan,

Kepemudaan dan Olahraga

Tujuan 1:Terwujudnya pendidikan Kota Banda Aceh yang bermutu, berdaya saing, dan berkarakter islami

Sasaran 1:Terpenuhinya Standar Nasional Pendidikan (SNP) pada setiap jenjang pendidikan

Strategi 1:Meningkatkan peran orang tua, komite sekolah, MPD, dan stakeholder lainnya dalam pembangunan pendidikan

Strategi 2:Meningkatkan Kapasitas Guru dalam Multimedia PembelajaranStrategi 3:Melakukan Sertifikasi Keahlian Pemuda

Tujuan 2:Meningkatkan budaya olahraga di masyarakat sebagai penunjang peningkatan prestasi olahraga

Sasaran 1:Meningkatnya prestasi olahraga di tingkat Provinsi dan Nasional

Strategi 1:Penyediaan & pembangunan fasilitas sarana dan prasarana yang representatif

Misi 3: Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi, Pariwisata dan Kesejahteraan Masyarakat

Tujuan 1:Mewujudkan pertumbuhan ekonomi yang inclusive dan berkelanjutan

Sasaran 1:Meningkatnya pertumbuhan perekonomian Kota

Strategi 1:Menumbuh kembangkan kawasan strategis perdagangan, pariwisata, pertanian dan perikanan

Strategi 2:Meningkatkan peran UMKM dan penataan pedagang kaki lima

Strategi 3:Menjaga Stabilitas harga dan distribusi barang

53

Page 54: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

kebutuhan pokokStrategi 4:Mewujudkan pengembangan sentra industry dengan pemetaan terhadap potensi industry

Sasaran 2:Meningkatnya transaksi keuangan berbasis syariah

Strategi 1:Membentuk Lembaga Keuangan Mikro Syariah untuk membantu permodalan UMKM secara professional

Sasaran 3:Meningkatnya pendapatan asli daerah

Strategi 1:Memaksimalkan sumber-sumber retribusi dan pajak daerah

Sasaran 4:Terwujudnya iklim penanaman modal yang kondusif dan peningkatan peluang investasi

Strategi 1:Meningkatnya potensi daerah, promosi dan kerjasama investasi

Strategi 2:Meningkatnya promosi investasi dalam rangka mendatangkan investor

Tujuan 2:Mengembangkan kepariwisataan dalam bingkai syariah

Sasaran 1:Meningkatnya kontribusi sektor pariwisata terhadap PDRB

Strategi 1:Jumlah kontribusi sektor wisata terhadap PDRB

Sasaran 2:Meningkatnya sektor Wisata Syariah

Tujuan 3:Meningkatkan Kesejahteraan Masyarakat

Sasaran 1:Menurunnya Tingkat Kemiskinan

Strategi 1:Memberikan bantuan tepat sasaran sesuai klaster

Misi 4: Meningkatkan Kesehatan Masyarakat

54

Page 55: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Tujuan 1:Meningkatkan status kesehatan masyarakat

Sasaran 1:Terwujudnya pelayanan kesehatan yang berkualitas

Strategi 1:Membangun dan meningkatkan sistem pelayanan kesehatan terintegrasiStrategi 2:Meningkatkan kemitraan dengan stackholder kesehatanStrategi 3:Meningkatkan kualitas sarana dan prasarana fasilitas kesehatan

Misi 5: Meningkatkan Kualitas Tata Kelola Pemerintahan yang Baik

Tujuan 1:Mewujudkan Tata Kelola Pemerintahan yang baik

Sasaran 1:Terwujudnya Kota Banda Aceh sebagai Kota ramah Birokrasi

Strategi 1:Strategi penataan jumlah dan distribusi ASN sesuai kualifikasi, kompetensi dan kinerja

Sasaran 2:Terwujudnya akuntabilitas kinerja dan keuangan yang baik

Strategi 2:Meningkatkan kapasitas dan kualitas perencanaan, pelaporan dan evaluasi internal

Misi 6: Membangun Infrastruktur Kota yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

Tujuan 1:Meningkatkan kualitas & kuantitas sarana serta prasarana kota yang berwawasan lingkungan dan berkesinambungan

Sasaran 1:Meningkatnya kinerja layanan air minum dan sanitasi

Strategi 1:Menurunkan tingkat kehilangan air

Strategi 2:Menyediakan prasarana & sarana lingkungan yang memenuhi standar pelayanan minimal

Sasaran 2:Meningkatnya

Strategi 1:Meningkatkan kapasitas

55

Page 56: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Pelayanan Sistem Jaringan Jalan dalam sistim transportasi kota

jalan dalam kondisi baik

Sasaran 3:Tersedianya prasarana dan sarana perkotaan yang memenuhi standar minimal

Strategi 1:Meningkatkan kualitas lingkungan permukiman perkotaan

Sasaran 4:Meningkatnya pengembangan dan pemanfaatan TIK

Strategi 1:Mempersiapkan & meningkatkan 5 faktor penilaian PeGi

Tujuan 2:Mendorong implementasi rencana tata ruang sebagai acuan kebijakan spasial setiap sektor pembangunan

Sasaran 1:Tersedianya fasilitas publik sesuai Standar Nasional

Strategi 1:Meningkatkan kuantitas dan kualitas RTH Kota yang berestetika dan infrastruktur lainnya

Sasaran 2:Terwujudnya Mitigasi Kebencanaan yang Tangguh dan Handal

Strategi 1:Mempersiapkan SDM yang Responsif terhadap mitigasi kebencanaan & menambah prasarana & sarana mitigasi kebencanaan

Sasaran 3:Meningkatnya cakupan layanan transportasi publik yang sudah tersedia

Strategi 1:Melakukan penataan dan pengembangan sistim jaringan transportasi

Tujuan 3:Terpenuhinya kebutuhan energi listrik dari sumber energi terbarukan

Sasaran 3:Tersedianya energi terhadap kekurangan daya pasokan listrik

Strategi 1:Menambah dan menggali sumber daya energi terbarukan dan generator

Misi 7: Memperkuat Upaya Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Tujuan 1:Meningkatkan

Sasaran 1:Meningkatnya kualitas

Strategi 1:Memfasilitasi akses bagi

56

Page 57: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

kualitas hidup perempuan

hidup dan keberdayaan perempuan dibidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial budaya, hukum dan teknologi

perempuan termasuk perempuan disabilitas dibidang ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial budaya, hukum dan teknologi

Tujuan 2:Terlindunginya perempuan dan anak dari berbagai tindakan kekerasan

Sasaran 1:Menurunnya angka kekerasan terhadap perempuan dan anak

Strategi 1:Penguatan fasilitas layanan P2TP2A dan unit layanan lainnya serta gugus tugas perlindungan perempuan dan anak berbasis masyarakat

Tujuan 3:Meningkatnya pemenuhan hak semua anak, termasuk anak berkebutuhan khusus

Sasaran 1:Meningkatnya Pengarusutamaan Hak Anak (PUHA)

Strategi 1:Meningkatkan pemahaman serta penguatan kelembagaan multi stakeholder terkait PUHA melalui advokasi, sosialisasi dan kemitraan

Tujuan 4:Terwujudnya Pengendalian Penduduk

Sasaran 1:Terkendalinya Laju Pertumbuhan Penduduk

Strategi 1:Memperkuat program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan Keluarga (KKBPK)

C. Prioritas Daerah dan Capaian Daerah

- Capaian Kinerja pada tahun 2017

Capaian Kinerja Kegiatan yang dilakukan Dinas Pemadam

Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh dalam

mendukung prioritas Pembangunan Kota Banda Aceh pada Tahun

2017, ada beberapa indikator dan juga termasuk dalam Indikator

57

Page 58: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Pelayanan Minimal (SPM) Bidang Pemerintahan Dalam Negeri

Kabupaten/Kota yang dapat dilihat sebagai tolok ukur kinerja

Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh

dalam pelaksanaan tugas dan wewenangnya adalah sebagai

berikut :

Cakupan Pelayanan Bencana Kebakaran Kota Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate) daerah

Layanan Wilayah Manajemen Kebakaran Persentase Aparatur Pemadam Kebakaran yang memenuhi

Standar Kualifikasi Jumlah Mobil Pemadam Kebakaran diatas 3000-5000 liter

pada WMK

BAB III

KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Kebijakan Pengelolaan Keuangan Daerah tidak terlepas dari

kebijakan desentralisasi dan otonomi daerah yang dilakukan

dengan menekankan pada prinsip keadilan, kepatutan, dan

58

Page 59: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

manfaat sebagai konsekuensi hubungan keuangan antara

pemerintah pusat dengan pemerintah daerah. Tertibnya Undang-

undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan daerah

sebagai pengganti Undang-undang Nomor 22 tahun 1999

memberikan warna baru dan landasan penyelenggaraan

pemerintah daerah.

Inti perubahan kebijakan dimaksud antara lain

mempertajam esensi pengelolaan keuangan daerah dalam

system penyelenggaraan pemerintah daerah yang menyangkut

penjabaran terhadap hak dan kewajiban daerah dalam mengelola

keuangan publik, meliputi mekanisme penyusunan, pelaksanaan

dan penatausahaan, pengendalian dan pengawasan, serta

pertanggungjawaban keuangan daerah.

Dalam rangka mendukung terwujudnya good governance,

pengelolaan keuangan daerah disusun sesuai dengan kebutuhan

penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan

daerah serta dilakukan secara professional mengacu pada

peraturan perundang-undangan yang berlaku, dengan

prinsip :

1. Partisipasi Masyarakat;2. Transparansi dan akuntabilitas anggaran;3. Disiplin anggaran;4. Keadilan;

59

Page 60: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

5. Efisiensi dan efektifitas anggaran.

Kebijakan umum diperoleh strategi melalui program-

program yang saling terkait dan rasional dalam mendukung

pencapaian indicator dan target sasaran yang ditetapkan.

Keberhasilan capaian satu program mendukung atau memicu

keberhasilan program lainnya. Adapun kebijakan umum Kota

Banda Aceh, sebagai berikut:

1. Meningkatkan Pelaksanaan Syariat Islam dalam Bidang Aqidah, Syariah dan Akhlak Meningkatkan peran organisasi masyarakat dalam

mencegah pendangkalan aqidah

2. Meningkatkan Kualitas Pendidikan, Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga

Penguatan Kemitraan Keluarga, Satuan Pendidikan dan Masyarakat

Menciptakan Budaya baca Bagi Masyarakat Membangun Sarana dan Prasarana olahraga yang

berstandar Nasional

3. Meningkatkan Pertumbuhan Ekonomi, Pariwisata dan

Kesejahteraan Masyarakat

Meningkatkan pertumbuhan riil dan kontribusi riil sektor perekonomian kota

60

Page 61: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Menyusun Peraturan Walikota tentang Penetapan Lokasi PKL

Meningkatkan Prasarana dan Sarana pertanian untuk peningkatan produksi pertanian

Membina sentra industry meliputi organisasi, manajemen usaha, dan menyelesaikan permasalahan prioritas sentra industri

Memfasilitasi lembaga keuangan mikro syariah menjadi lembaga berbadan hukum

Melakukan upaya intensifikasi dan eksensifikasi pajak dan retribusi daerah

Mempermudah proses perizinan dan non perizinan Menjalin kerjasama dengan investor Mempermudah izin pariwisata Menyusun regulasi tentang penyaluran bantuan

4. Meningkatkan Kualitas Kesehatan Mewujudkan Meningkatkan Status Kesehatan Masyarakat

Pengembangan sistim layanan kesehatan Meningkatkan kerjasama lintas sektor dan lintas daerah Mengioptimalkan keterlibatan para pihak terkait Meningkatkan peran serta masyarakat Pengembangan SDM Peningkatan Sarana dan Prasarana Kesehatan Standarisasi mutu dan Layanan Kesehatan

5. Meningkatkan kualitas tata Kelola Pemerintahan yang Baik

61

Page 62: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Mengoptimalkan seleksi calon Jabatan Pimpinan Tinggi Pratama, Assesment Administrator dan Pengawas yang Berkualitas, Profesional dan Ramah

Sinkronisasi dokumen perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan

6. Membangun Infrastruktur Kota yang Ramah Lingkungan dan Berkelanjutan

Penegakan hukum terhadap pelaku penyambungan liar air minum

Meningkatkan cakupan pelayanan persampahan Meningkatkan daya tampung sampah dengan penyediaan

wadah sampah yang memadai pada TPS yang terdistribusi merata di setiap gampong

Pengembangan dan pemeliharaan prasarana dan sarana drainase secara rutin dan berkelanjutan

Mengembangkan sistem pengelolaan air limbah setempat (0n-side) dan terpusat (of-side)

meningkatkan aksesibilitas dan mobilitas Meningkatkan penyediaan rumah layak huni, rumah

khusus dan rusunawa Pengelolaan 5 faktor penilaian PeGi Penataan RTH (hutan Kota, taman Kota, taman

Pemakaman, jalur hijau jalan, jalur hijau sungai) Penambahan personil dan peningkatan pemahaman

aparatur dan masyarakat, penyediaan prasarana dan sarana mitigasi kebencanaan

62

Page 63: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Meningkatkan jumlah armada penghubung transkutaraja (feeder) dan pengembangan sistem transportasi masa terintegrasi

Meningkatkan jumlah sumberdaya energy terbarukan dan generator

7. Memperkuat Upaya Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Pembinaan peningkatan kapasitas perempuan untuk memperbaiki kualitas hidup perempuan termasuk perempuan berkebutuhan khusus di semua bidang pembangunan

Meningkatkan perlindungan bagi perempuan dan anak korban tindak kekerasan dengan mengembangkan upaya pencegahannya dan pemberian layanan

Meningkatkan pemerataan ketersediaan dan akses terhadap layanan dasar yang berkualitas dalam rangka mendukung tumbuh kembang anak

Penyusunan Grand Design Pembangunan Kependudukan (GDPK) Kota Banda Aceh

A. Pengelolaan Pendapatan Daerah

Pengelolaan pendapatan daerah Kota Banda Aceh diarahkan

pada sumber-sumber pendapatan yang selama ini telah menjadi

sumber penghasilan kas daerah dengan tetap mengupayakan

sumber-sumber pendapatan yang baru.

63

Page 64: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Pendapatan daerah sebagaimana ketentuan yang berlaku

dikelompokkan menjadi 3 bagian, Pengelompokkan tersebut

adalah sebagai berikut:

1. Pendapatan Asli Daerah (PAD), meliputi : Pajak Daerah; Retribusi Daerah; Hasil Pengelolaan Kekayaan daerah yang dipisahkan; lain-lain PAD yang sah.

2. Dana Perimbangan, meliputi : Dana bagi hasil; Dana Alokasi Umum; Dana Alokasi Khussus.

3. Lain-lain Pendapatan yang sah.

Untuk mendukung pembelanjaan daerah dalam rangka

pelaksanaan berbagai program dan kegiatan strategik berbagai

upaya dilakukan untuk mendapatkan sumber-sumber pendapatan

baru. Secara umum, upaya peningkatan pendapatan daerah,

lebih khussus diupayakan pada sumber PAD, mengingat

controllability-nya yang tinggi dibanding sumber-sumber

pendapatan yang lain.

64

Page 65: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

BAB IV

PENYELENGGARAAN URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH

A. URUSAN WAJIB YANG DILAKSANAKAN TAHUN 2017

Urusan wajib yang dilaksanakan Dinas Pemadam

Kebakaran dan Penyelamatan adalah melaksanakan Urusan

Pemerintahan di bidang Ketentraman dan Ketertiban Umum serta

Perlindungan masyarakat sub kebakaran yang menjadi

kewenangan Kota dan Tugas Pembantuan yang diberikan kepada

Kota.

1. Program dan Kegiatan

Program dan kegiatan Dinas Pemadam Kebakaran dan

Penyelamatan Kota Banda Aceh merupakan program dan

kegiatan yang diamanatkan melalui RPJM dan Renstra yang

disusun untuk periode 2012-2017. Program dan Kegiatan Dinas

Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh yang

dilaksanakan Tahun 2017 adalah :

-Program Pelayanan Administrasi Perkantoran-Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur-Program Peningkatan Disiplin Aparatur-Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya

Kebakaran

65

Page 66: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Sesuai dengan kebijakan yang telah diterapkan,

program-program tersebut diatas di jabarkan dalam beberapa

kegiatan sebagai tindakan nyata yang telah dilakukan dengan

memanfaatkan sumber daya yang ada, yaitu :

-Penyediaan Jasa Komunikasi, Sumber daya air dan listrik-Penyediaan Jasa Kebersihan Kantor-Penyediaan Alat Tulis Kantor-Penyediaan barang cetakan dan penggandaan-Penyediaan Komponen Instalasi Listrik/Penerangan Bangunan Kantor

-Penyediaan makanan dan minuman-Rapat-rapat Koordinasi dan konsultasi ke luar daerah-Penyediaan Jasa Pelelangan/Pengadaan barang-Penyediaan Jasa Tenaga Pendukung administrasi/teknis

Perkantoran-Pengadaan perlengkapan gedung kantor-Pemeliharaan rutin/berkala gedung kantor-Pemeliharaan rutin/berkala kendaraan Dinas/Operasional-Pemeliharaan rutin/berkala perlengkapan gedung Kantor-Pengadaan Pakaian Dinas Beserta Perlengkapannya-Pengadaan Sarana dan Prasarana pencegahan bahaya

kebakaran-Peningkatan Pelayanan Penanggulangan Bahaya Kebakaran

2. Realisasi Program dan Kegiatan

a. Realisasi Anggaran Program dan Kegiatan

66

Page 67: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Realisasi Program dan Kegiatan Tahun 2017 dapat

dilihat pada tabel berikut:

67

Page 68: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

68

Page 69: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

b. Capaian Program dan Kegiatan

Capaian Program dan Kegiatan Tahun 2017 dapat

dilihat pada tabel berikut:

No Uraian Anggaran Realisasi Anggaran

Sisa

Rupiah %

1 2 3 4 5 6Belanja Tidak Langsung Tahun 2017

1 Program Pelayanan Administrasi Kantor

1.442.621.450

1.379.487.088

63.134.362

95,62

2 Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Aparatur

975.018.170 810.509.946 164.508.224

83,13

3 Program Peningkatan Disiplin Aparatur

54.525.000 54.300.000 225.000 99,59

4 Program Peningkatan Kesiagaan dan Pencegahan Bahaya Kebakaran

329.409.450 323.075.000 6.334.450 98,08

c. Penghargaan yang diterima

69

Page 70: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota

Banda Aceh pada saat masih bergabung dengan BPBD

mendapatkan penghargaan di antaranya:

Juara 3 Kategori Akuntabilitas Tingkat Nasional BPBD

Kabupaten/Kota 2012

Pemerintah Aceh memberikan Penghargaan dan

Terima Kasih kepada Badan Penanggulangan

Bencana Daerah (BPBD) Kota Banda Aceh sebagai

penyelenggara dan tuan rumah Hari Ulang Tahun

Pemadam Kebakaran yang Ke- 96 (1 Maret 2014)

Dan lain-lain

3. Tingkat Pencapaian Standar Pelayanan Minimal

Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota

Banda Aceh telah melaksanakan pelayanan dasar yang

sesuai dengan Standar Pelayanan Minimal Berdasarkan

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor

69 Tahun 2012 (Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam

Negeri Nomor 62 Tahun 2008) sehingga:

a. Mencegah/mengurangi hilangnya nyawa, harta benda dan kerusakan hasil pembangunan

b. Mengurangi pengeluaran biaya untuk tanggap darurat dan pemulihan

70

Page 71: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

c. Melanggengkan pembangunan secara berkelanjutand. Mengurangi stress dan beban psyikologis kegiatan

tanggap darurat dan pemulihan

Capaian Pelayanan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kinerja tahun 2013 – 2017 adalah sebagai berikut:

No Indikator

Kondisi Kinerja

pada awal periode RPJMD (Tahun 2012)

Capaian Setiap Tahun

2013 2014 2015 2016 2017

1 2 3 4 5 6 7 8Penanggulangan Bencana Kebakaran

1 Cakupan Pelayananan Bencana kebakaranƩ luas WMK (luas Lingkaran)Ʃ luas potensi kebakaran

36,66% 48,89% 48,89 % 61,11% 73,34% 61,11%

2 Tingkat Waktu Tanggap (Response Time Rate) Daerah Layanan Wilayah Manajemen Kebakaran (WMK) (SPM:75%2015)Ʃ kasus kebakaran di WMK yg tertangani dlm Waktu tanggapƩ kasus kebakaran dlm jangkauan WMK

111,76% 93,02% 78,65% 81,35% 86,56% 100%

3 Persentase Aparatur Pemadam Kebakaran yang memenuhi standard kualifikasiƩ satgas damkar memiliki sertifikat sesuai standar kualifikasiƩ satgas damkar

13,33% 16% 16% 15,78% 44,73% 43,58%

4 Jumlah Mobil Pemadam Kebakaran diatas 3000-5000 pada WMKƩ WMK memiliki mobil/mesin damkar yang layak pakai

53% 46% 46% 32% 32% 40%

71

Page 72: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Ʃ WMK/lingkungan dan/kawasan berpotensi kebakaran

4. Jumlah Pegawai, Kualifikasi Pendidikan, Pangkat dan Golongan, dan Jumlah Pejabat Struktural.

Pada akhir Tahun 2017 ini jumlah Pegawai Dinas

Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Banda

Aceh berjumlah 78 (tujuh puluh delapan) orang, dimana 46

(empat puluh enam) Orang PNS dan 32 (tiga puluh dua)

Orang Pegawai Kontrak. Dengan Kualifikasi Tingkat

Pendidikan terakhir SD sebanyak 1 (satu) orang, SLTP

sebanyak 4 (empat) Orang, SLTA sebanyak 29 (dua puluh

sembilan) Orang, D-III sebanyak 1 (satu) Orang, S-1

sebanyak 10 (sepuluh) Orang, S-2 sebanyak 1 (satu)

Orang.

Berdasarkan Pangkat/Golongan, Golongan I sebanyak

1 (satu) Orang, Golongan II sebanyak 29 (dua puluh

sembilan) Orang, Golongan III sebanyak 14 (empat belas)

Orang, dan 2 (dua) Orang Golongan IV yaitu : Kepala Dinas

Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh,

1 (satu) Orang Sekretaris.

72

Page 73: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Jumlah pegawai yang telah mengikuti Pendidikan

jenjang karir Diklat PIM III maupun PIM IV yaitu :

- PIM III : sebanyak 4 (empat) Orang.- PIM IV : sebanyak 9 (sembilan) Orang.

5. Proses Perencanaan Pembangunan

Proses Perencanaan Pembangunan dilakukan dengan

tahapan-tahapan yang diatur pada Undang-Undang Nomor

25 Tahun 2005 tentang Perencanaan Pembangunan

Nasional. Tahap awal dalam Perencanaan dimulai dari

Musrenbang Gampong, Musrenbang Kecamatan dan

Musrenbang Kota. Hasil Perencanaan tertuang dari

Musrenbang Tingkat Kota akan dijadikan Dasar

Penganggaran guna pelaksanaan Pembangunan.

6. Kondisi Sarana dan Prasarana yang digunakan

Kondisi Sarana dan Prasarana pada Dinas Pemadam

Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh Tahun 2017

dapat dikategorikan sudah lebih baik jika dibandingkan

73

Page 74: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

dengan tahun sebelumnya karena sudah adanya perbaikan-

perbaikan.

Namun Kendala yang sangat riskan yang kami hadapi pada

Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan adalah mobil

pemadam kebakaran diatas 3000-5000 yang laik pakai

hanya tersedia 2 (dua) unit dari 10 (sepuluh) unit mobil

pemadam kebakaran pancar air karena seperti kita ketahui

mobil damkar dan/atau mesin damkar adalah salah satu

sarana pemadam kebakaran yang digunakan oleh satgas

damkar untuk memenuhi waktu tanggap darurat kebakaran

yang cepat dan tepat dalam pengurangan risiko kebakaran,

oleh sebab itu Dinas Pemadam Kebakaran dan

Penyelamatan membutuhkan 3 (tiga) unit Mobil Damkar

pancar air dan 1 (satu) unit mobil Rescue di sebabkan mobil

rescue yang beroperasi sekarang ini pada kondisi rusak

berat.

7. Permasalahan dan Solusi

Permasalahan yang timbul pada Dinas Pemadam

Kebakaran dan Penyelamatan (DPKP) Kota Banda Aceh

Tahun 2017 tidak terlalu berat dan tidak mengganggu

jalannya pelayanan kantor, sehingga dapat diselesaikan

74

Page 75: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

dengan baik. Adapun permasalahan yang ditemui antara

lain:

1. Kualitas Aparatur Damkar Masih Rendah2. Sarana dan Prasarana Masih Kurang3. Kurangnya Personil Damkar4. Kurangnya Biaya Pemeliharaan5. Partisipasi masyarakat dalam Penanganan Kebakaran

masih Kurang6. Akses jalan Menuju Titik Bencana Masih Sulit Dilalui7. Kordinasi Antar Instansi Terkait Belum Optimal Saat

Terjadi Bencana Kebakaran

Solusi untuk mengatasi masalah diatas dilakukan dengan cara:

1. Dibutuhkan Aparatur Damkar yang berkualitas melalui

Pelatihan Damkar di Ciracas dan Pelatihan Berkala

2. Perlunya Sarana dan Prasarana seperti mobil Damkar,

mobil Suplay, mobil rescue, perlengkapan safety

petugas damkar.

3. Akibat dari pembentukan OPD baru dimana pegawai

yang ada didistribusikan pada 2 (dua) dinas yaitu BPBD

dan Pemadam Kebakaran, sehingga dibutuhkan

75

Page 76: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

penambahan Personil sebanyak ± 125 (seratus dua

puluh lima) orang. Dapat kami jelaskan sbb:

a. Kebutuhan Riil Personil Damkar Kota Banda Aceh

Damkar Kota Banda Aceh memiliki 9 (sembilan) unit

armada damkar pancar air dan 3 (tiga) unit

kendaraan supply tangki air.

Sesuai SOP, 1 (satu) unit armada damkar pancar air

dioperasikan oleh 6 (enam) petugas damkar dan 1

(satu) unit kendaraan supply tangki air dioperasikan

oleh (tiga) petugas damkar oleh karena itu:

- 6 petugas dikalikan dengan 9 armada pancar air

= 54 (lima puluh empat) petugas. 54 petugas

dikalikan dengan 3 regu = 162 (seratus enam

puluh dua) petugas.

- 3 petugas kendaraan supply tangki air dikalikan

dengan 3 unit kendaraan = 9 (Sembilan)

petugas. 9 petugas dikalikan dengan 3 regu = 27

(dua puluh tujuh) petugas.

- Total : 162 ditambah 27 = 189 (seratus delapan

puluh Sembilan) petugas.

- Petugas damkar yang ada saat ini 64 petugas

dengan demikian personil damkar adalah 189

petugas dikurangi dengan 64 = 125 petugas.76

Page 77: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

b. Damkar Kota Banda Aceh memiliki 6 (enam) Pow

WMK

1 pos dioperasikan oleh 6 orang petugas oleh

karena itu 6 orang petugas dikalikan 6 pos WMK =

36 petugas, 36 petugas dikalikan dengan 3 regu

piket = 108 orang petugas dengan demikian

kebutuhan petugas pemadam 108 orang petugas

dikurangi 64 pegawai yang ada = 44 orang petugas

(keadaan saat ini masih bisa berjalan baik)

c. Keadaan saat ini Damkar Kota Banda Aceh bekerja

dengan 64 personil dibagi kedalam 3 regu, masing-

masing regu 21 orang, 21 personil dibagi pada 6 pos

WMK rata-rata 3 orang petugas disetiap pos dengan

jumlah mobil masing-masing pos 2 unit. Keadaan ini

sangat tidak mungkin dilaksanakan sehingga kami

harus menutup 1 pos WMK Aso Nanggro sementara

sambil menunggu penambahan personil. Kondisi

sekarang, 21 orang petugas dibagi pada 5 pos, rata-

rata 4 orang setiap pos dengan jumlah armada 2

sampai 3 unit setiap pos (kondisi ini belum optimal).

d. Terkait penjelasan diatas dapat kita simpulkan

bahwa untuk meningkatkan penanggulangan

bencana kebakaran dibutuhkan penambahan 77

Page 78: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

petugas/personil pemadam sehingga pos Aso

Nanggro dapat difungsikan kembali begitu juga

dengan pos-pos WMK yang ada dapat berfungsi

secara optimal.

4. Rendahnya biaya pemeliharaan karena banyaknya

terjadi bencana di Kota Banda Aceh, sehingga

dibutuhkan lebih besar biaya pemeliharaan sarana dan

prasarana baik itu kendaraan operasional, computer,

AC dan lain-lain.

5. Perlu dilakukan sosialisasi sehingga masyarakat dapat

mencegah terjadinya kebakaran dan penanganan

kebakaran secara mandiri

6. Perlu Koordinasi dengan instansi lain agar akses jalan

menuju titik bencana dapat dilalui dengan mudah

7. Perlu adanya koordinasi dengan instansi terkait agar

penanganan bencana kebakaran dapat ditanggulangi

dengan cepat dan tepat.

BAB VPENYELENGGARAAN TUGAS UMUM PEMERINTAHAN

A. KERJASAMA ANTAR DAERAH

78

Page 79: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

1.Kerjasama dengan pihak ketiga yang ditangani oleh Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan, di antaranya.

Mitra yang diajak kerjasama antara lain:1. PT. Angkasa Pura, Kerjasama dalam bidang pelatihan

Penanggulangan Bencana.2. PMI, Kerjasama dalam bidang pelatihan Penanggulangan

Bencana.3. DINSOS, Kerjasama dalam bentuk bantuan dana.4. DINKES, Kerjasama dalam bentuk bantuan

pengobatan/perawatan.5. BMKG, Kerjasama dalam bentuk penanggulangan

Bencana Kebakaran.6. SAR, Kerjasama dalam bentuk penanggulangan Bencana

Kebakaran.7. RAPI, Kerjasama dalam bentuk penanggulangan Bencana

Kebakaran.8. PT. PLN, Kerjasama dalam bentuk penanggulangan

Bencana Kebakaran.9. TNI POLRI, Kerjasama dalam bentuk penanggulangan

Bencana

2. Pencegahan dan Penanggulangan.1.Bencana yang terjadi dan penanggulangannya.

79

Page 80: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

Pada Tahun 2017, Total Bencana Kebakaran dari bulan Januari sampai dengan Desember sebanyak 64 (enam puluh empat) kejadian.

Pada Tahun 2017 terjadi bencana kebakaran sebanyak

64 (enam puluh empat) kasus, yaitu 42 (empat puluh dua)

kasus kebakaran yang terjadi di Banda Aceh dan 22 (dua

puluh dua) kasus yang terjadi di luar Kota Banda Aceh,

bencana kebakaran yang terjadi atas tanah, rumah, toko,

ilalang, dan lain-lain yang ditangani oleh Dinas Pemadam

Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh.

Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota

Banda Aceh juga memberikan bantuan untuk daerah-daerah

yang memerlukan bantuan pada saat terjadi bencana

kebakaran, seperti di daerah Aceh Besar, kebakaran hutan di

meulaboh dll.

Rincian kebakaran dari Januari sampai dengan Desember

tahun 2017 dapat di lihat pada grafik (terlampir)

2. Status Bencana

Semua bencana kebakaran yang terjadi dalam Tahun

2017, statusnya bersifat Lokal/Kota sehingga dapat ditangani

oleh Pemerintah Kota Banda Aceh.

80

Page 81: damkar.bandaacehkota.go.iddamkar.bandaacehkota.go.id/.../5/2018/03/NARASI-2017.docx · Web viewBAB I. PENDAHULUAN. Kota Banda Aceh yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 8

3. Sumber dan Jumlah Anggaran

Sumber dana Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda Aceh.

4. Antisipasi Daerah dalam menghadapi kemungkinan Bencana.

Dalam menghadapi kemungkinan Bencana Kebakaran,

Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan Kota Banda

Aceh secara rutin telah melakukan pelatihan dan sosialisasi

untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat dalam

melakukan penanganan awal pada saat terjadi bencana

kebakaran.

81