unit 1 proses keperawatan jiwasiakad.akperkesdam2sriwijaya.ac.id/.../keperawatan_jiwa.pdfb....
TRANSCRIPT
UNIT 1
PROSES KEPERAWA TAN J IWA
� 100 Menit
1. PENGA NTAR
Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan dalam memberi asuhan keperawatan
klien pada semua tatanan pelayanan kesehatan. Khususnya di Indonesia, proses keperawatan
merupakan pendekatan yang disepakati untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Namun
pada kenyataanya banyak perawat merasakan beban dalam melaksanakan dan
mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.
Modul ini akan menguraikan konsep proses keperawatan kesehatan jiwa yang praktis, disertai
contoh penerapannya,. Dilampirkan pula formulir pengkajian,rencana, implementasi dan evaluasi
disertai petunjuk dan penulisan yang jelas. Diharapkan buku ini akan memberi arahan yang
memudahkan mahaiswa perawat dalam melaksanakan sehingga asuhan keperawatan akan menjadi
efektif dan efesien.
TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan konsep proses keperawatan
pada pasien gangguan jiwa yang meliputi:
1. Mampu menjelaskan konsep teori proses keperawatan jiwa
a. Pengertian
b. Manfaat proses keperawatan
2. Mampu menjelaskan tahap-tahapan proses keperawatan jiwa, meliputi :
1. Pengkajian keperawatan jiwa
2. Diagnosa keperawatan jiwa
3. Tindakan keperawatan
4. Impementasi
5. Evaluasi
6. Dokumentasi
2. BAHA N BACAA N
A. KONSEP PROSES KEPERAWATAN JIWA
1. Pengertian
Keperawatan jiwa adalah area spesialistik dalam praktek keperawatan, menggunakan teori prilaku
sebagai ilmunya dan menggunakan diri sebagai alatnya
Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja
sama antar perawat dengan klien keluarga dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang
optimal
3. Merupakan suatu metoda sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi
kebutuhan klien dalam mencapai mempertahankan keadaan biologi, psikologi, sosial dan spiritual
yang optimal.
2. Manfaat Proses keperawatan
Manfat menggunakan proses keperawatan.
a. Bagi Perawat
Perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang Meningkatkan otonomi bersifat
rutin Manfaat lainnya dan Sebagai percaya diri sarana diseminasi iptek keperawatan untuk
pengembangan karir melalui pola pikir penelitian
b. Manfaat bagi klien :
1) Asuhan keperawatan yang diterima bermutu dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah.
2) Partisipasi klien meningkat dalam menuju keperawatan mandiri
3) Terhindar dari mal praktek Mandiri
c. Bagi keluarga
Proses keperawatan merupakan sarana kerja sama antara perawat, klien dan keluarga. Dengan
menyertakan klien dan keluarga maka pemulihan kemampuan mereka dalam mengendalikan
kehidupan lebih mungkin tercapai.
B. TAHAP-TAHAPAN PROSES KEPERAWATAN JIWA
a. Tahap-tahap mereka akan belajar bertanggung jawab. Terhadap prilakunya proses keperawatan. :
Pengkajian, Diagnosa kep., Perencanaan,. Implementasi dan Evaluasi.
1. Pengkajian
Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang perlu dilakukan perawat :
mengkaji data dari klien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala serta faktor penyebab,
memvalidasi data, mengelompokkan data dan menetapkan masalah klien. Data yang didapat
digolongkan menjadi dua :
a. Data subjektif, data yg disampaikan secara lisan, oleh klien dan keluarga, didapat melalui
Wawancara oleh perawat terhadap klien dan keluaga.
b. Data objektif, data yang ditemukan secara nyata, melalui. Observasi/pemeriksan langsung oleh
perawat
Isi Pengkajian meliputi :
a. Identitas klien
b. Keluhan utama / alasan masuk
c. Faktor predisposisi
d. Aspek fisik/ biologis
e. Aspek psikososial
f. Status mental
g. Kebutuhan persiapan pulang
h. Mekanisme koping
i. Masalah psikososial dan lingkungan
j. Pengetahuan
k. Aspek medis
Berdasarkan sumber : Data yang langsung didapat perawat disebut data primer, data yang diambil
dari hasil pengkajian atau catatan tim kesehatan lain disebut data sekunder. Setelah data subjektif
dan objektif dapat teridentifikasi, data-data tersebut dikelompokkan dan dianalisa untuk
menyimpulkan masalah keperawatan klien
Kemungkinan kesimpulannya :
a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan:
- Pemeliharaan kesehatan dan tindak alanjut ( Follow up )
- Memerlukan peningkatan kesehatan : promosi dan prevensi ( antisipasi )
b. Ada masalah dengan kemungkinan :
- Resiko terjadi masalah, sdh ada faktor yg dpt menimbulkan
- Aktual terjadi masalah disertai data pendukung
Umumnya masalah keperawatan. saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon
masalah. Pada pohon masalah terdapat 3 komponen penting;
a. Masalah utama (Core Problem) : prioritas dari beberapa masalah klien. Umumnya berkaitan
dgn keluhan utma/ alasan masuk.
b. Penyebab (Causa) : penyebab masalah utama
c. Akibat (Effect) : akibat dari masalah utama, efek ini dpt menyebabkan efek yg lainnya dst.
Contoh Pohon Masalah:
Perilaku Kekerasan Causa
Gangguan sensori persepsi: Halusinasi dengar Core Problem
Isolasi Sosial Effect
2. Diagnosa Keperawatan
Merupakan suatu pernyataan masalah keperawatan. Klien yang mencakup baik respon sehat
adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang (Stuart & Sundeen, 1995). Diagnosa
keperawatan pada kasus keperawatan jiwa dapat dirumuskan sebagai berikut :
a. Resti mencederai diri
b. Gangguan sensori persepsi : halusinasi
c. Isolasi Sosial
d. Defisit merawat diri
Kemampuan perawat yang diharapkan dalam pengkajian adalah mempunyai kesadaran/ tilik diri (
self-awareness ), kemampuan observasi yang akurat, kemampuan komunikasi terapeutik dan
senantiasa mampu berespon secara efektif. Kegiatan yang dilakukan perawat : membina hubungan
saling percaya dengan ; melakukan kontrak, mengkaji data dari klien dan keluarga, memvalidasi
data, mengorganisir dan mengkelompokkan data, serta menetapkan kebutuhan/ masalah klien.
Penetapan Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan. :
- Penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian (Gordon, dlm Carpenito, 1996) :
Masalah kesehatan aktual atau potensial yang mampu diatasi oleh perawat berdasarkan
pendidikan dan pengalamannya :
- identifikasi atau penilaian terhadap pola respon klien baik aktual maupun potensial ( stuart dan
Laraia, 2001)
Diagnosa keperawatan ditetapkan melalui tahapan :
- Analisa data yang ditemukan ( obyektif dan subyektif)
- Tetapkan rumusan diagnosa dalam bentuk rumusan diagnosis tunggal. Rumusannya : rumusan
“Problem” etiologi tidak perlu dicantumkan tetapi cukup dimengerti dan dipahami. Rumusan
diagnosa keperawatan mengacu pada NANDA, 2005.
a. Resiko perilaku kekerasan
b. Gangguan sensori persepsi : halusinasi
c. Isolasi sosial
d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah
e. Defisit perawatan diri
Kemampuan perawat dalam merumuskan diagnosa keperawatan :
a. Kemampuan pengambilan keputusan yang logis.
b. Pengetahuan tentang batasan adaptif atau ukuran normal
c. Kemampuan memberikan justifikasi atau pembenaran
d. Kepekaan sosial budaya Diagnosa yang aktual, mengancam jiwa dan dominan, menjadi
diprioritas.
3. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Rencana tindakan keperawatan terdiri dari 3 aspek yaitu : tujuan umum, tujuan khusus, kriteria
evaluasi dan rencana . Tujuan umum : hasil tindakan berupa kemampuan akhir yang
hendak tindakan keperawatan. Tujuan khusus : tujuan dicapai (jika serangkaian tujuan khusus
telah tercapai) jangka pendek sampai dengan tujuan jangka panjang tercapai. Rumusan tujuan
khusus berupa pernyataan kemampuan pasien mengatasi masalah.
b. Kriteria evaluasi : perubahan perilaku yang “observable” untuk setiap pencapai tujuan khusus.
Bentuk rumusan : tanda dan gejala tercapainya masing-masing Tindakan tujuan
khusus keperawatan: serangkaian tindakan yang harus dilaksanakan oleh perawat untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setiap tujuan khusus dicapai dengan satu atau lebih
tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan durumuskan dalam bentuk kalimat perintah.
c. Untuk menetapkan tujuan umum dan khusus, perawat perlu memiliki kemampuan.
d. Rencana tindakan keperawatan berfikir kritis dan bekerja sama dengan klien dan keluarga.
e. Merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus. Perawat
dapat Rencana tindakan keperawatan memberikan alasan ilmiah mengapa tindakan tersebut
diberikan. disusun berdasarkan standar asuhan keperawatan. Jiwa Indonesia (Depkes, 1995),
berupa tindakan konseling, pendidikan kesehatan, perawatan mandiri/ADL, tindakan
kolaborasi.
4. Implementasi Tindakan Keperawatan
Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan. yang sudah direncanakan, perawat perlu
memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan. masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi
klien saat ini (here and now), menilai diri sendiri ( kemampuan interpersonal, intelektual dan
teknikal untuk melaksanakan tindakan, menilai kembali apakah tindakan aman bagi pasien pada
saat akan melaksanakan : perawat membuat kontrak, menjelaskan apa yang akan klien dikerjakan
dan peran serta yang diharapkan dari klien, dokumentasikan semua tindakan yang telah
dilaksanakan beserta respon klien
Hubungan. saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan
tindakan keperawatan Tindakan keperawatan. mengacu pada perencanaan (NCP), bertujuan klien
memiliki kemampuan : kognitif, afektif dan psikomotor untuk mengselesaikan masalah(diagnosa)
yang dialami.
Strategi implementasi menggunakan SP, yang berprinsif setiap kali interaksi dengan pasien, out put
interaksi haruslah samapi pada kemampuan koping pasien.
Implementasi tindakan keperawatan dilakukan berurutan secara prioritas, tapi tidak berarti
sebelum masalah utama terselesaikan masalah lain tidak perlu ditangani. Selain tujuan tindakan
keperawatan untuk merubah perilaku pasien, tujuan tindakan keperawatan yang lain adalah
merubah perilaku keluarga. Tujuan utamanya, agar keluarga : Memahami masalah yang dialami
pasien. Mengetahui cara merawat pasien dapat mempraktekkan cara merawatan pasien, dapat
memanfaatkan sumber yg tersedia untuk perawatan pasien
5. Evaluasi Tindakan Keperawatan
Merupakan proses berkelanjutan dan dilakukan terus menerus untuk menilai efek dari tindakan
keperawatan. Evaluasi dibagi dua jenis :
a. Evaluasi telah dilaksanakan. proses (formatif), dilakukan setiap selesai melaks. tindakan
keperawatan.
b. Evaluasi hasil (Sumatif), dilakukan dengan membandingkan respon klien dengan tujuan yang
telah ditentukan.
c. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir.
- S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
- O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan.yang telah dilaksanakan.
- A : Analisa terhadap data subjektif daan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih ada atau telah teratasi atau muncul masalah baru.
- P : Perencanaan tindak lanjut berdasarkan hasil analisa respon klien
d. Rencana tindak lanjut dapat berupa :
- Rencana teruskan jika masalah tidak berubah
- Rencana dimodifikasi jika masalah tetap ada dan semua rencana tindakan sudah dilakukan
tetapi hasil belum memuaskan
- Rencana dan diagnosa keperawatan. dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak
belakang dengan masalah yang ada
- Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan adalah
memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.
C. DOKUMENTASI
Setiap tahap dalam proses keperawatan harus didokumentasikan. Pendokumentasian inilah yang
menjadi bukti tanggung jawab dan tanggung gugat perawat. Prinsipnya apa yang sudah dikerjakan
harus didokumentasikan. (Contoh-contoh format pendokumentasian terlampir).
D. KESIMPULAN
Proses keperawatan metode ilmiah dalam menjalankan asuhan keperawatan dan penyelesaian
masalah secara sistimatis yang digunakan oleh perawat dan peserta didik keperawatan dapat
meningkatkan otonomi; percaya diri; cara berpikir yang logis, ilmiah dan sistimatis;memperlihatkan
tanggung jawab dan tanggung gugat serta pengembangan diri perawat. Disamping itu klien dapat
merasakan mutu pelayanan keperawatan yang lebih baik dan berperan serta aktif dalam perawatan
diri, serta terhindar dari malpraktek.
Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Pengkajian
merefleksikan isi, proses dan informasi yang berhubungan dengan kondisi biologis, psikologis, sosial,
dan spritual klien. Alat pengkajian dan petunjuk pengisian yang disediakan akan memudahkan perawat
dalam pengumpulan data secara akurat dan sistimatik.
Diagnosa keperawatan didasarkan pada rumusan masalah/kebutuhan yang yang berpedoman pada
rumusan penggolongan diaknosa NANDA. Hubungan permasalahan dan itiologi dipermudah dengan
menggunakan pohon masalah. Rumusan diagnosa dibagi menjadi aktual, resiko tinggi dalam masalah
kolaborasi.
Rencana tindakan keperawatan terdiri atas tujuan umum,tujuan khusus yang diikuti dengan
serangkaian tindakan keperawatan untuk mencapainya. Untuk peserta didik perawat umumnya
ditambahkan dengan kriteria hasil dan rasional tindakan.
Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan dan kondisi klien saat itu
serta kemampuan perawat yang akan melaksanakan tindakan.
Evaluasi keperawatan merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai dampak tindakan
keperawatan pada klien yang dikaitkan dengan hasil yang diharapkan.
Kesan negatif terhadap proses keperawatan perlu dijadikan tantangan. Dengan upaya yang konsisten d
alam menjalankan proses keperawatan diharapkan perawat akhirnya memahami dan membudayakan
penggunaan proses keperawatan. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan program pelatihan dan
supervisi langsung pada penerapan proses keperawatan jiwa dirumah sakit jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003
Keliat, BA., Akemat, Helena, N., 2006. Modul Model Praktek Keperawatan Keperawatan Jiwa. Jakarta:
FIK Universitas Indonesia.
Keliat, BA., 2006, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta.
Stuart dan sundeen. 2004. Buku Saku Keperawatan Jiwa : Jakarta. EGC
Yosep, I., 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi revisi. Bandung : Refika Aditama
LAMPIRAN
FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA
RUANGAN RAWAT _____________________ TANGGAL DIRAWAT ______________
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : _________________ (L/P) Tanggal Pengkajian : _________________
Umur : _________________ RM No. : _________________ Informan : _________________
II. ALASAN MASUK
_______________________________________________________________________________________
_______________________________________________________________________________________
III. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya Tidak
2. Pengobatan sebelumnya. Berhasil kurang berhasil tidak berhasil
3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
Aniaya fisik
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam keluarga
Tindakan kriminal
Jelaskan No. 1, 2, 3 : _________________________________________________________________
V. Masalah Keperawatan : ____________________________________________________
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Ya Tidak
Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawaran
_______________________ _______________ ______ ___________________
_______________________ _______________ ______ ___________________
Masalah Keperawatan : _________________________________________________________
5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan
___________________________________________________________________________________
___________________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan ________________________________________________________________
IV. FISIK 1. Tanda vital : TD : __________ N : ________ S : _________ P : _______________
2. Ukur : TB : __________ BB : ________
3. Keluhan fisik : Ya Tidak
Jelaskan : ______________________________________________________________
Masalah keperawatan : ______________________________________________________________
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
Jelaskan : _______________________________________________________________
Masalah Keperawatan : _______________________________________________________________
2. Konsep diri
a Gambaran diri : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________
b. Identitas : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________
c. Peran : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________
d. Ideal diri : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________
e. Harga diri : _______________________________________________________________
_______________________________________________________________
Masalah Keperawatan : _______________________________________________________________
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti : ______________________________________________________________
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : _________________________________________
____________________________________________________________________________________
c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : __________________________________________
___________________________________________________________________________________
Masalah keperawatan: _______________________________________________________________
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : _________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
b. Kegiatan ibadah : _________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
__________________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan _______________________________________________________________ _
VI. STATUS MENTAL
1. Penampilan
Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak seperti
tidak sesuai biasanya
Jelaskan : _____________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : _____________________________________________________________ ______
2. Pembicaraan
Cepat Keras Gagap Inkoheren
Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai
pembicaraan
lelaskan : ________________________________________________________ ___________
Masalah Keperawan : ___________________________________________________________________
3. Aktivitas Motorik:
Lesu Tegang Gelisah Agitasi
Tik Grimasen Tremor Kompulsif
Jelaskan : __________________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : _____________________________________________________
4. Alam perasaaan
Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira berlebihan
Jelaskan : ________________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : _____________________________________________________ ________________________________
5. Afek
Datar Tumpul Labil Tidak sesuai
Jelaskan : ________________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : ___________________________________________________
6. lnteraksi selama wawancara
bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung
Kontak mata (-) Defensif Curiga
Jelaskan : __________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________
7. Persepsi
Pendengaran Penglihatan Perabaan
Pengecapan Penghidu
Jelaskan : __________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________
8. Proses Pikir
sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi
flight of idea blocking pengulangan pembicaraan/persevarasi
Jelaskan : __________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________
9. Isi Pikir
Obsesi Fobia Hipokondria
depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis
Waham
Agama Somatik Kebesaran Curiga
nihilistic sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir
Jelaskan : __________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________
10. Tingkat kesadaran
bingung sedasi stupor
Disorientasi
waktu tempat orang
Jelaskan : __________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________
11. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek
gangguan daya ingat saat ini konfabulasi
Jelaskan : __________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
mudah beralih tidak mampu konsentrasi Tidak mampu berhitung sederhana
Jelaskan : __________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________
13. Kemampuan penilaian
Gangguan ringan gangguan bermakna
Jelaskan : __________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________
14. Daya tilik diri
mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan : __________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantual total
Jelaskan : __________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________
3. Mandi
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantual total
5. Istirahat dan tidur
Tidur siang lama : ………………….s/d…………………………
Tidur malam lama : …………………s/d…………………………
Kegiatan sebelum / sesudah tidur
6. Penggunaan obat
Bantuan minimal Bantual total
7. Pemeliharaan Kesehatan
Perawatan lanjutan Ya tidak
Perawatan pendukung Ya tidak
8. Kegiatan di dalam rumah
Mempersiapkan makanan Ya tidak
Menjaga kerapihan rumah Ya tidak
Mencuci pakaian Ya tidak
Pengaturan keuangan Ya tidak
9. Kegiatan di luar rumah
Belanja Ya tidak
Transportasi Ya tidak
Lain-lain Ya tidak
Jelaskan : __________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________
VIII. Mekanisme Koping
Adaptif Maladaptif
Bicara dengan orang lain Minum alkohol
Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih
Teknik relaksasi bekerja berlebihan
Aktivitas konstruktif menghindar
Olahraga mencederai diri
Lainnya _______________ lainnya : __________________
Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:
Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik ________________________________________
______________________________________________________________________________
Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik _____________________________________
______________________________________________________________________________
Masalah dengan pendidikan, spesifik ________________________________________________
______________________________________________________________________________
Masalah dengan pekerjaan, spesifik _________________________________________________
______________________________________________________________________________
Masalah dengan perumahan, spesifik ________________________________________________
______________________________________________________________________________
Masalah ekonomi, spesifik ________________________________________________________
______________________________________________________________________________
Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik ________________________________________
______________________________________________________________________________
Masalah lainnya, spesifik _________________________________________________________
______________________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : _________________________________________________________________
_____________________________________________________________________________________
X. Pengetahuan Kurang Tentang:
Penyakit jiwa system pendukung
Faktor presipitasi penyakit fisik
Koping obat-obatan
Lainnya : ______________________________________________________________________
Masalah Keperawatan : ________________________________________________________________
XI. Aspek Medik
Diagnosa Medik : _____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
Terapi Medik : _____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
_____________________________________________________________________
Perawat,
(…………………..….)
PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN
KESEHATAN JIWA FIK-UI
Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat.
I. Identitas
1. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan Klien tentang : nama
perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan,
topik yang akan dibicarakan.
2. Usia dan No RM Lihat RM
3. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.
II. Alasan Masuk
Tanyakan kepada klien / keluarga:
1. Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke Rumah Sakit saat ini ?
2. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi masalah ini ?
3. Bagaimana hasilnya ?
III. Faktor Predisposisi
1. Tanyakan kepada Klien / keluarga apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu,
bila ya beri tanda " V " pada kotak " ya " dan bila tidak beri tanda " V " pada kotak " tidak ".
2. Apabila pada poin 1 " ya " maka tanyakan bagaimana hasil pengobatan sebelumnya apabila
dia dapat beradaptasi di masyarakat tanpa gejala - gejala gangguan jiwa maka beri tanda " V "
pada kotak " berhasil " apabila dia dapat beradaptasi tapi masih ada gejala - gejala sisa maka
beri tanda " V " pada kotak " kurang berhasil " apabila tidah ada kemajuan atau gejala - gejala
bertambah atau menetap maka beri tanda " V " pada kotak " tidak berhasil ".
3. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau mengalami dan atau
menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam
keluarga dan tindakan kriminal, beri tanda " V " sesuai dengan penjelasan klien / keluarga
apakah klien sebagai pelaku dan atau korban, dan atau saksi, maka beri tanda " V " pada kotak
pertama, isi usia saat kejadian pada kotak ke dua. Jika klien pernah sebagai pelaku dan korban
dan saksi ( 2 atau lebih ) tuliskan pada penjelasan.
a. Beri penjelasan secara singkat dan jelas tentang kejadian yang dialami klien terkait No.
1,2,3.
b. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
4. Tanyakan kepada klien / keluarga apakah ada anggota keluarga Iainnya yang mengalami
gangguan jiwa, jika ada beri tanda " V " pada kotak " ya " dan jika tidak beri tanda " V " pada
kotak " tidak ".
Apabila ada anggota keluarga lama yang mengalami gangguan jiwa maka tanyakan bagaimana
hubungan klien dengan anggota keluarga tersebut. Tanyakan apa gejala yang dialami serta
riwayat pengobatan dan perawatan yang pernah diberikan pada anggota keluarga tersebut.
5. Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak menyenangkan (kegagalan,
kehilangan/ perpisahan/ kematian, trauma selama tumbuh kembang) Yang pernah dialami
klien pada masa lalu.
IV. Fisik
Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ;
1 Ukur dan observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan klien.
2. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.
3. Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang dirasakan oleh klien, bila ada
beri tanda " V " di kotak " ya " dan bila " tidak " beri tanda " V " pada kotak tidak.
4. Kaji Iebih lanjut sistem dan fungsi organ dan jelaskan sesuai dengan keluhan yang ada.
5. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.
V. Psikososial
1. Genogram a. Buatlah genogram minimal tiga gcncrasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga.
contoh
= perempuan = laki-laki = cerai/putus hubungan = meninggal = orang yang tinggal serumah = orang yang terdekat = klien = umur klien = hamil
47 45
kembar
b. Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.
c. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
• Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.
b. Identitas diri, tanyakan tentang
• Status dan posisi klien sebelum dirawat.
• Kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja, keompok).
• Kepuasan klien sebagai laki-Iaki/perempuan.
c. Peran: Tanyakan,
• Tugas/ peran yang diemban dalam keluarga/kelompok/ masyarakat
• Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/ peran tersebut
d. Ideal diri : Tanyakan,
• Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran.
• Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat)
• Harapan klien terhadap penyakitnya
e. Harga diri : Tanyakan,
• Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi no. 2 a, b, c, d.
• Penilaian/ penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
3. Hubungan sosial
a, Tanyakan pada klien siapa orang yang berarti dalam kehidupannya, tempat
mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau sokongan.
b. Tanyakan pada klien kelompok apa saja yang diikuti dalarn masyarakat.
c. Tanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam kelompok dimasyarakat. d Masalah
keperawatan ditulis sesuai dengan data
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : Tanyakan tentang:
• Pandangan dan keyakinan, terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan
agama yang dianut.
• Pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa.
b. Kegiatan ibadah : Tanyakan:
• Kegiatan ibadah dirumah secara individu dan kelompok.
• Pendapat klien/ keluarga tentang kegiatan ibadah.
c. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data
VI. Status Mental
Beri tanda " V " pada kotak sesuai dengan keadaan klien boleh lebih dari satu
1. Penampilan.
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat / keluarga
a. Penampilan tidak rapih jika dari ujung rambut sampai ujung kaki ada yang tidak rapih.
Misalnya : rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resleting tidak dikunci, baju
terbalik, baju tidak diganti-ganti.
b. Penggunaan pakaian tidak sesuai misalnya : pakaian dalam, dipakai
diluar baju.
c. Cara berpakaian tidak seperti biasanya jika. penggunaan pakaian tidak tepat (waktu,
tempat, identitas, situasi/ kondisi).
a. Jelaskann hal-hal yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak tercantum.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
2. Pembicaraan
a. Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah cepat, keras,
gagap, membisu, apatis dan atau lambat
b. Bila pembicaraan berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tak ada
kaitannya beri tanda " V " pada kotak inkoheren.
c. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
d. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
3. Aktivitas motorik
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/ keluarga.
a. Lesu, tegang, gelisah sudah jelas.
b. Agitasi = gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan,
c. Tik = gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang tidak terkontrol.
d. Grimasen = gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat
Dikontrol klien.
e. Tremor = jari- jari yang tampak gemetar ketika klien menjulurkan
tangan dan merentangkan jari-jari.
f. Kompulsif = kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan seperti
berulang kali mencuci tangan, mencuci muka, mandi, mengeringkan tangan dan
sebagainya.
g. Jelaskan aktivitas yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak tercantum.
h. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
4. Alam perasaan.
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat / keluarga.
a. Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan sudah jelas
b. Ketakutan = objek yang ditakuti sudah jelas.
c. Khawatir = objeknya belum jelas.
d. Jelaskan kondisi klien yang tidak tercantum.
e. Masalah keperawatan ditulis sesuai data.
5. Afek
Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga.
a. Datar = tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang
menyenangkan atau menyedihkan.
b. Tumpul = hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat.
c. Labil = emosi yang cepat berubah-ubah.
d. Tidak sesuai = emosi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang ada.
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.
6. lnteraksi selama wawancara
Data ini didapatkan melalui hasil wawancara dan observasi perawat dan keluarga
a Bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung sudah jelas.
b. Kontak mata kurang - tidak mau menatap lawan bicara.
c. Defensif - selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran
dirinya.
d. Curiga - menunjukan sikap/ perasaan tidak percaya pada orang lain
e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.
f. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
7. Persepsi.
a. Jenis-jenis halusinasi sudah jelas, kecuali penghidu sama dengan penciuman.
b. Jelaskan isi halusinasi, frekuensi, gejala yang tampak pada saat klien
berhalusinasi.
c. Masalah keperawatan sesuai dengan data
8. Proses pikir
Data diperoleh dari observasi dan saat wawancara
a. Sirkumstansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan.
b. Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan.
c. Kehilangan asosiasi : pembicaraan tak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalitnat
lainnya, dan klien tidak menyadarinya.
d. Flight of ideas : pembicaraan.yang meloncat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada
hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan.
e. Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan
kembali.
f. Perseverasi : pembicaraan yang diulang berkali-kali.
g. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.
h. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
9. lsi pikir.
Data didapatkan melalui wawancara.
a. Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.
b. Phobia : ketakutan yang phatologis/ tidak logis terhadap objek/ situasi tertentu.
c. Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ dalam tubuh yang sebenarnya
tidak ada.
d. Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang atau lingkungan.
e. Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi lingkungan yang
bermakna dan terkait pada dirinya.
f. Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang
mustahil/ diluar kemampuannya.
g. Waham.
• Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan
secara berulang tetapt tidak sesuai dengan kenyataan.
• Somatik : klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya dan dikatakan secara
berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
• Kebesaran : klien mempunyai keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuannya
yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
• Curiga : klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang dan
tidak sesuai dengan kenyataan.
• Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/ meninggal yang
dinyatakan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.
Waham yang bizar
• Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikiran
yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.
• siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun
dia tidak menyatakan kepada orang tersebut yang dinyatakan secara berulang dan
tidak sesuai dengan kenyataan.
• Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.
h. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.
i. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
10. Tingkat kesadaran
Data tentang bingung dan sedasi diperoleh melalui wawancara dan observasi, stupor
diperoleh melalui observasi, orientasi klien (waktu, tempat, orang) diperoleh melalui
wawancara
a. Bingung . tampak bingung dan kacau.
b. Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar/ tidak sadar.
c. Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gcrakan-gerakan yang diulang, anggota
tubuh klien dapat dikatakan dalam sikap canggung dan dipertahankan klien, tapi klien
mengerti semua yang terjadi dilingkungan.
d. Orientasi waktu, tempat, orang jelas
e. Jelaskan data objektif dan subjektif yang terkait hal-hal diatas.
f. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
g. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara
11. Memori.
Data diperoleh melalui wawancara
a. Gangguan daya ingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi lebih
dari satu bulan
b. Gangguan daya ingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi dalam
minggu terakhir.
c. Gangguan daya ingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.
d. Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan cerita yang
tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.
e. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
f. Masalah keperawatan sesuai dengan data
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Data diperoleh melalui wawancara
a. Mudah dialihkan : perhatian klien mudah berganti dari satu objek ke objek lain.
b. Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang/ tidak dapat
menjelaskan kembali pembicaraan.
c. Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan/ pengurangan pada benda-
benda nyata.
d. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
e. Masalah keperawatan sesuai data.
13. Kemampuan penilaian
a. Gangguan kemampuan penilaian ringan: dapat mengambil keputusan yang sederhana
dengan bantuan orang lain. Contoh : berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi
dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan, klien dapat
mengambil keputusan.
b. Gangguan kemampuan penilaian bermakna : tidak mampu mengambil keputusan
walaupun dibantu orang lain. Contoh : berikan kesempatan pada klien untuk memilih
mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan klien
masih tidak mampu mengambil keputusan.
c. Jelaskan sesuai dengan data terkait.
d. Masalah keperawatan sesuai dengan data.
14. Daya tilik diri
Data diperoleh melalui wawancara
a. Mengingkari penyakit yang diderita : tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik,
emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu pertolongan
b. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain/ lingkungan yang
menyebabkan kondisi saat orang lain/ lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.
c. Jelaskan dengan data terkait.
d Masalah keperawatan sesuai dengan data
VII. Kebutuhan Persiapan Pulang
1. Makan
a. Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, jumlah, variasi, macam (suka/ tidak suka/
pantang) dan cara makan.
b. Observasi kemampuan klien dalam menyiapkan dan membersihkan alat makan.
2. BAB/BAK,
Observasi kemampuan klien untuk BAB / BAK.
- Pergi, menggunakan dan membersihkan WC
- Membersihkan diri dan merapikan pakaian
3. Mandi
a. Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut,
gunting kuku, cukur (kumis, jenggot dan rambut)
b. Observasi kebersihan tubuh dan bau badan.
4. Berpakaian
a. Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian dan
alas kaki.
b. Observasi penampilan dandanan klien.
c. Tanyakan dan observasi frekuensi ganti pakaian.
d. Nilai kemampuan yang harus dimiliki klien: mengambil, memilih dan mengenakan
pakaian.
5. lstirahat dan tidur
Observasi dan tanyakan tentang:
- Lama dan waktu tidur siang / tidur malam
- Persiapan sebelum tidur seperti: menyikat gigi, cuci kaki dan berdoa.
- Kegiatan sesudah tidur, seperti: merapikan tempat tidur, mandi/ cuci muka dan menyikat
gigi.
6. Penggunaan obat
Observasi dan tanyakan kepada klien dan keluarga tentang:
- Penggunaan obat: frekuensi, jenis, dosis, waktu dan cara.
- Reaksi obat.
7. Pemeliharaan kesehatan
Tanyakan kepada klien dan keluarga tentang:
- Apa, bagaimana, kapan dan kemana, perawatan dan pengobatan lanjut.
- Siapa saja sistem pendukung yang dimiliki (keluarga, teman, institusi dan lembaga
pelayanan kesehatan) dan cara penggunaannya.
8. Kegiatan di dalam rumah
Tanyakan kemampuan klien dalam:
- Merencanakan, mengolah dan menyajikan makanan
- Merapikan rumah (kamar tidur, dapur, menyapu, mengepel).
- Mencuci pakaian sendiri
- Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari
9. Kegiatan di luar rumah
Tanyakan kemampuan klien
- Belanja untuk keperluan sehari-hari
- Dalam melakukan perjalanan mandiri dengan jalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi,
kendaraan umum)
- Kegiatan lain yang dilakukan klien di luar rumah (bayar listrik/ telpon/ air, kantor pos dan
bank).
VIII. Mekanisme Koping
Data didapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Beri tanda "V" pada kotak
koping yang dimiliki klien, baik adaptif maupun maladaptif.
IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan
Data didapatkan melalui wawancara pada kilen atau keluarganya. Pada tiap masalah yang
dimiliki klien beri uraian spesifik, singkat dan jelas.
X. Pengetahuan
Data didapatkan melalui wawancara pada klien. Pada tiap item yang dimiliki oleh klien
simpulkan dalam masalah.
XI. Aspek Medik
Tuliskan diagnosa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang merawat. Tuliskan
obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.
XII. Daftar Diagnosis Keperawatan
1. Rumuskan diagnosis dengan rumusan P (permasalahan) dan E (etiologi) berdasarkan pohon
masalah
2. Urutkan diagnosis sesuai dengan prioritas.
Pada akhir pengkajian, tulis tempat dan tanggal pengkajian serta tanda tangan dan nama jelas
mahasiswa.
RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (Contoh)
KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH
Nama Klien : …………………… DX Medis : …………………..
RM No. : ……………………
Tgl No Dx Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
Gangguan konsep
diri : Harga diri
rendah.
TUM:
Klien mempunyai
harga diri
TUK:
1. Klien dapat
membina hubungan
saling percaya
dengan perawat.
1. Setelah … kali interaksi, klien
menunjukkan eskpresi wajah
bersahabat, menun-jukkan rasa
senang, ada kontak mata, mau
berjabat tangan, mau
menyebutkan nama, mau
menjawab salam, klien mau
duduk berdampingan dengan
perawat, mau mengutarakan
masalah yang dihadapi.
1. Bina hubungan saling percaya dengan meng-gunakan
prinsip komunikasi terapeutik :
� Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun
non verbal.
� Perkenalkan diri dengan sopan.
� Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan
yang disukai klien.
� Jelaskan tujuan pertemuan.
� Jujur dan menepati janji.
� Tunjukan sikap empati dan menerima klien
apa adanya.
� Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar
klien.
2. Klien dapat
mengidentifikasi
aspek positif dan
kemampuan yang
dimiliki.
2. Setelah … kali interaksi klien
menyebutkan:
o Aspek positif dan
kemampuan yang
dimiliki klien.
o Aspek positif keluarga.
o Aspek positif lingkung-an
klien.
2.1. Diskusikan dengan klien tentang:
� Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga,
lingkungan.
� Kemampuan yang dimiliki klien.
2.2 Bersama klien buat daftar tentang:
� Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.
� Kemampuan yang dimiliki klien.
2.3. Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi
penilaian negatif.
Tgl No Dx Dx Keperawatan Perencanaan
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
3. Klien dapat me-
nilai kemampuan
yang dimiliki un-
tuk dilaksanakan
3. Setelah … kali interaksi klien
menyebutkan kemampuan
yang dapat dilaksanakan.
3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat
dilaksanakan.
3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan
pelaksanaannya.
4. Klien dapat
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan
kemampuan yang
dimiliki
4. Setelah … kali interaksi klien
membuat rencana kegiatan
harian
4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat
dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien:
� kegiatan mandiri.
� kegiatan dengan bantuan.
4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.
4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat
klien lakukan.
5. Klien dapat
melakukan
kegiatan sesuai
rencana yang
dibuat.
5. Setelah … kali interaksi klien
melakukan kegiatan sesuai
jadual yang dibuat.
Anjurkan klien untuk melaksanakan
kegiatan yang telah direncanakan.
Pantau kegiatan yang dilaksanakan
klien.
Beri pujian atas usaha yang dilakukan
klien.
Diskusikan kemungkinan pelaksanaan
kegiatan setelah pulang.
6. Klien dapat
memanfaatkan
sistem pendu-kung
yang ada.
6. Setelah … kali interaksi klien
memanfaatkan sistem
pendukung yang ada di
keluarga.
6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang
cara merawat klien dengan harga diri rendah.
6.2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien
di rawat.
6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.
1
CATATAN KEPERAWATAN
Nama : RM No.:
DIAGNOSIS TINDAKAN
KEPERAWATAN
EVALUASI
Catatan: form ini digunakan untuk di rumah sakit jiwa
2
PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMULIR
CATATAN KEPERAWATAN
1. Kolom diagnosis
2. Tulis nomor dan rumusan diagnosa
3. Kolom implementasi
4. Tulis tanggal dan jam dilakukannya tindakan
5. Tulis semua tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana:
• Tindakan perawat
• Tindakan perawat bersama klien
• Tindakan perawat bersama keluarga.
• Tindakan perawat bersama klien dan keluarga.
• Tindakan perawat menyiapkan lingkungan keluarga.
• Tindakan rujukan keperawataa
6. Kolom evaluasi.
a. Tulis semua respons klien/keluarga terhadap tindakan yang telah
dilaksanakan, baik objektif maupun subjektif.
b. Analisa respons klien dengan mengaitkan pada diagnosa, data, dan
tujuan jika ditemukan masalah baru maka dituliskan apakah akan
dirumuskan diagnosa baru
c. Tuliskan rencana lanjutan, dapat berupa:
• Rencana kegiatan untuk pasien sesuai dengan tindakan yang telah
dilakukan
• Merencanakan tindakan perawat untuk pertemuan berikut
7. Tulis nama jelas dan tanda tangan setiap selesai melaksanakan tindakan dan
evaluasi.
UNIT 2
KOMUNIKA SI TERA PEUTIK
� 200 Menit
A . PENGA NTAR
Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia.
Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama
dalam mengimplementasikan proses keperawatan.
Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial
yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian
sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam
perilaku “caring” atau kasih sayang/ cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.
Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah
menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan
kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan
serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan
pertolongan terhadap sesama manusia.
Dalam modul ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi terapeutik dalam praktek
keperawatan, sikap dan tehnik serta dimensi hubungan dari komunikasi terapeutik.
b. TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan konsep teori komunikasi
terapeutik,yang meliputi:
1. Mampu menjelaskan konsep teori komunikasi
a. Pengertian
b. Jenis Komunikasi
2. Mampu menjelaskan konsep komunikasi terpeutik
1. Pengertian
2. Teknik komunikasi terapeutik
3. Dimensi tindakan
C . BAHA N BACAA N
A. KOMUNIKASI
1. Pengertian
Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu
untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993),
komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini
difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah
interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam
keperawatan.
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian
masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal. Menurut Potter dan
Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu
verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
2. Jenis Komunikasi
a. Komunikasi verbal
Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit
adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka.
Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata adalah alat atau simbol yang
dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau
menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang
tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka
yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.
Komunikasi Verbal yang efektif harus:
1) Jelas dan ringkas
Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang
digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan
berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa
membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan
yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan,
siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara
sederhana. Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik daripada “saya
ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak.”
2) Perbendaharaan Kata
Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan
ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini
digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk
atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien.
Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan
lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.
3) Arti denotatif dan konotatif
Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan
arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata
serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan
menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika
berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak
mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi,
terapi dan kondisi klien.
4) Selaan dan kesempatan berbicara
Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal.
Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan
menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien.
Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu
digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk
mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan
denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat
nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan
kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk
diulang.
5) Waktu dan relevansi
Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis
kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan
secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan
secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk
berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang
disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.
6) Humor
Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit
yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan
dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor
merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat,
meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi
pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau
menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.
b. Komunikasi Non Vebal
Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata. Merupakan
cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu
menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian
sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan
verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan
keperawatan. Komunikasi non-verbal teramati pada:
1) Metakomunikasi
Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara
dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan
dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan
sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.
2) Penampilan Personal
Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama
komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama.
Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli
Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias
menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat
yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang
positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan
keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya
penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan
kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa
percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.
3) Intonasi (Nada Suara)
Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan,
karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus
menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk
menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara
perawat.
4) Ekspresi wajah
Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui
ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering
digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata
sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata
selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan
untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika
sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga
perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan
sejajar.
5) Sikap tubuh dan langkah
Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaanfisik. Perawat
dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah
klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.
6) Sentuhan
Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan
merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus
memperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh
klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan
pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat
untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan.
Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun
sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah
penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan
dengan kepekaan dan hati-hati.
B. KOMUNIKASI TERAPEUTIK
1. Pengertian
Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian
masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal. Menurut Potter dan
Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu
verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.
2. Teknik Komunikasi Terapeutik
Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda
pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart &
Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl (1920), yaitu:
a. Mendengarkan dengan penuh perhatian
Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian
terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan
upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan.
Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:
- Pandang klien ketika sedang bicara
- Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan.
- Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kakiatau tangan.
- Hindarkan gerakan yang tidak perlu.
- Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik.
- Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.
b. Menunjukkan penerimaan
Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain
tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus
menerima semua prilaku klien. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan
tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala
seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menggelengkan kepala
seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang
- Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.
- Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian.
- Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal.
- Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah
pikiran klien.
Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya”, “saya mengikuti apa yang anda
ucapkan” (cocok 1987).
c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.
Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien.
Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata
dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.
d. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.
Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien
mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun
perawat harus berhati-hati ketika menggunakan metode ini, karena pengertian bisa rancu jika
pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda.
Contoh: - K : “saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga”
- P : “ Saudara mengalami kesulitan untuk tidur….”
e. Klarifikasi
Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk
mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam
memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu
memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.
Contoh: - “Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakan”
- “ Apa yang katakan tadi adalah…….”
f. Memfokuskan
Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga
lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan
klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan
berlanjut tanpa informasi yang baru.
Contoh: “ Hal ini nampaknya penting, nanti kita bicarakan lebih dalam lagi ”.
g. Menyampaikan hasil observasi
Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya,
sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.
Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat non-verbal klien. Menyampaikan hasil
pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah
memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.
Contoh: - “ Anda tampak cemas”.
- “ Apakah anda merasa tidak tenang apabila anda……”
h. Menawarkan informasi
Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap
keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien.
Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang
ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan
nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat
keputusan.
i. Diam
Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya.
Penggunaan metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan
menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap
dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam memungkinkan klien
untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses
informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .
j. Meringkas
Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode
ono bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada
pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting
dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.
Contoh: - “Selama beberapa jam, anda dan saya telah membicarakan…”
k. Memberikan penghargaan
Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang
perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan
tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Penghargaan tersebut jangan sampai
menjadi beban baginya, dalam arti kata jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan
segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak pula
dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ini “bagus” dan yang sebaliknya “buruk”. Perlu
mengatakan “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat dapat mengatakan
demikian.”
Contoh: - “Selamat pagi Ibu Sri.” Atau “Assalmualaikum”
- “Saya perhatikan Ibu sudah menyisir rambut ibu”.
Dalam ajaran Islam, memberi salam dan penghargaan menggambarkan akhlah terpuji, karena
berarti mendoakan orang lain memperoleh rahmat dari Allah SWT. Salam menunjukkan betapa
perawat peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah dan akrab.
l. Menawarkan diri
Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak
mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan
kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.
Contoh: - “Saya ingin anda merasa tenang dan nyaman”
m. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.
Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. Biarkan
klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang perannanya dalam interakasi ini perawat
dapat menstimulasinya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk
membuka pembicaraan.
Contoh: - “ Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan?”
- “ Apakah yang sedang saudara pikirkan?”
- “ Darimana anda ingin mulai pembicaraan ini?”
n. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan
Tehnik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang
mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik
dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan dari
pada mengarahkan diskusi/pembicaraan
Contoh: - “…..teruskan…..!”
- “…..dan kemudian….?
- “ Ceritakan kepada saya tentang itu….”
o. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya
dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat
dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur
akan menolong perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian
yang pertama. Pesawat akan dapat menentukan pola kesukaran interpersonal dan memberikan
data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi
kebutuhannya.
Contoh: - “Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya”.
- “Kapan kejadian tersebut terjadi”.
p. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya
Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari perspektif
klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika
menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.
Contoh: - “Carikan kepada saya bagaimana perasaan saudara ketika akan dioperasi”
- “Apa yang sedang terjadi”.
q. Refleksi
Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaanya sebagai
bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau
rasakan maka perawat dapat menjawab: “Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana
perasaanmu?”. Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah
berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu melakukan hal tersebut, maka iapun akan
berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai
individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain.
Contoh: K: “Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada dokter?”
P: “Apakah menurut anda, anda harus mengatakannya?”
K: “Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya, bahwa tidak menelpon
saya, kalau dia datang saya tidak ingin berbicara dengannya”.
P: “Ini menyebabkan anda marah”.
3. Dimensi tindakan
Dimensi ini termasuk konfrontasi, kesegaran, pengungkapan diri perawat, katarsis emosional, dan
bermain peran (Stuart dan Sundeen, 1995, h.23). Dimensi ini harus diimplementasikan dalam
konteks kehangatan, penerimaan, dan pengertian yang dibentuk oleh dimensi responsif.
a. Konfrontasi
Pengekspresian perawat terhadap perbedaan pada perilaku klien yang bermanfaatn untuk
memperluas kesadaran diri klien.
Carkhoff (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1998, h.41) mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi
yaitu:
- Ketidak sesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal diri (cita-
cita/keinginan klien)
- Ketidak sesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien
- Ketidak sesuaian antara pengalaman klien dan perawat
Konfrontasi seharusnya dilakukan secara asertif bukan agresif/marah. Oleh karena itu sebelum
melakukan konfrontasi perawat perlu mengkaji antara lain: tingkat hubungan saling percaya
dengan klien, waktu yang tepat, tingkat kecemasan dan kekuatan koping klien. Konfrontasi
sangat berguna untuk klien yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi perilakunya belum
berubah.
b. Kesegeraan
Terjadi jika interaksi perawat-klien difokuskan pada dan digunakan untuk mempelajari fungsi
klien dalam hubungan interpersonal lainnya. Perawat harus sensitif terhadap perasaan klien dan
berkeinginan membantu dengan segera.
c. Keterbukaan perawat
Tampak ketika perawat meberikan informasi tentang diri, ide, nilai, perasaan dan sikapnya
sendiri untuk memfasilitasi kerjasama, proses belajar, katarsis, atau dukungan klien. Melalui
penelitian yang dilakukan oleh Johnson (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987, h.134)
ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat-klien menurunkan tingkat
kecemasan perawat klien
d. Katarsis emosional
Klien didorong untuk membicarakan hal-hal yang sangat mengganggunya untuk mendapatkan
efek terapeutik. Dalam hal ini perawat harus dapat mengkaj kesiapan klien untuk
mendiskusikan maslahnya. Jika klien mengalami kesulitan mengekspresikan
perasaanya, perawat dapat membantu dengan mengekspresikan perasaannya jika
berada pada situasi klien.
e. Bermain peran
Membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien kedalam
hubungan antara manusia dan memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi
dari sudut pandang lain; juga memperkenankan klien untuk mencobakan situasi
yang baru dalam lingkungan yang aman.
DAFTAR PUSTAKA
Hamid, A.Y.S 1996. Komunikasi Terapeutik. Jakarta: tidak dipublikasikan
Kanus, W.A. Et.al. 198). An evaluation of outcome from intensive care in major medical centers. Ann
Intern Med 104, (3):410
Lindbert, J., hunter, M & Kruszweski, A. 1983. Introduction to person-centered nursing. Philadelphia:
J.B. Lippincott Company.
Potter, P.A & Perry, A.G. 1993 Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice. Thrd edition.
St.Louis: Mosby Year Book
Stuart, G.W & Sundeen S.J,199). Pocket gide to Psychiatric Nursing. Third edition. St.Louis: Mosby Year
Book
Stuart, G.W & Sundeen S.J.,1995.Principles and Practise of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year
Book
Sullivan, J.L & Deane, D.M. 1988. Humor and Health. Journal of qerontology nursing 14 (1):20, 1988
UNIT 3
TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA
� 100 Menit
A. PENGANTAR
Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi
kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi.
Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa pada area
organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural. Dalam konsep
stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptive dikostrukkan sebagai tahapan
mulai adanya factor predisposisi, factor presipitasi dalam bentuk stressor
pencetus, kemampuan penilaian terhadap stressor, sumber koping yang
dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping yang dipilih oleh seorang individu.
Dari sini kemudian baru menentukan apakah perilaku individu tersebut
adaptif atau maladaptive.
Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda
terhadap apa yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan
perilaku terjadi. Perbedaan pandangan tersebut tertuang dalam bentuk
model konseptual kesehatan jiwa. Pandangan model psikoanalisa berbeda
dengan pandangan model social, model perilaku, model eksistensial, model
medical, berbeda pula dengan model stress – adaptasi. Masing-masing model
memiliki pendekatan unik dalam terapi gangguan jiwa.
Berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa inilah yang dimaksud
dengan terapi modalitas. Suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang
bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan
perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.
TUJUAN
Adapun kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari modul ini
mahasiswa mampu menjelaskan konsep teori terapi modalitas pada pasien
dengan masalah kesehatan jiwa, yang meliputi:
1. Mampu menjelaskan konsep teori terapi modalitas , meliputi :
a. Pengertian
b. Jenis terapi modalitas
2. Mampu menjelaskan konsep teori terapi aktifitas kelompok (TAK),
meliputi :
a. Pengertian
b. Jenis terapi aktifitas kelompok (TAK)
c. Struktur kelompok
d. Proses terapi aktifitas kelompok (TAK)
e. Evaluasi terapi aktifitas kelompok (TAK)
B . BAHA N BACAA N
A. TERAPI MODALITAS
1. Pengertian
Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di
berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi
perilaku adaptif. Terapi modalitas mendasarkan potensi yang dimiliki pasien
(modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya.
2. Jenis Terapi Modalitas
Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:
a. Terapi Individual
Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan
hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu
hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk
mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang
disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis
(terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku
klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan.
Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu
menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan
mampu meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan
cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.
Tahapan hubungan dalam terapi individual meliputi:
- Tahapan orientasi
- Tahapan kerja
- Tahapan terminasi
Tahapan orientasi dilaksanakan ketika perawat memulai interaksi dengan
klien. Yang pertama harus dilakukan dalam tahapan ini adalah membina
hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat
penting untuk mengawali hubungan agar klien bersedia mengekspresikan
segala masalah yang dihadapi dan mau bekerja sama untuk mengatasi
masalah tersebut sepanjang berhubungan dengan perawat. Setelah klien
mempercayai perawat, tahapan selanjutnya adalah klien bersama perawat
mendiskusikan apa yang menjadi latar belakang munculnya masalah pada
klien, apa konflik yang terjadi, juga penderitaan yang klien hadapi. Tahapan
orientasi diakhiri dengan kesepakatan antara perawat dan klien untuk
menentukan tujuan yang hendak dicapai dalam hubungan perawat-klien dan
bagaimana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.
Perawat melakukan intervensi keperawatan setelah klien mempercayai
perawat sebagai terapis. Ini dilakukan di fase kerja, di mana klien melakukan
eksplorasi diri. Klien mengungkapkan apa yang dialaminya. Untuk itu perawat
tidak hanya memperhatikan konteks cerita klien akan tetapi harus
memperhatikan juga bagaimana perasaan klien saat menceritakan
masalahnya. Dalam fase ini klien dibantu untuk dapat mengembangkan
pemahaman tentang siapa dirinya, apa yang terjadi dengan dirinya, serta
didorong untuk berani mengambil risiko berubah perilaku dari perilaku
maladaptive menjadi perilaku adaptif.
Setelah kedua fihak (klien dan perawat) menyepakati bahwa masalah yang
mengawali terjalinnya hubungan terapeutik telah mereda dan lebih
terkendali maka perawat dapat melakukan terminasi dengan klien.
Pertimbangan lain untuk melakukan terminasi adalah apabila klien telah
merasa lebih baik, terjadi peningkatan fungsi diri, social dan pekerjaan, serta
yang lebih penting adalah tujuan terapi telah tercapai.
b. Terapi Lingkungan
Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi
perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku
adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti
terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan
berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas
dan interaksi.
Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan, dukungan,
pengertian agar klien dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung
jawab. Klien juga dipaparkan pada peraturan-peraturan yang harus ditaati,
harapan lingkungan, tekanan peer, dan belajar bagaimana berinteraksi
dengan orang lain. Perawat juga mendorong komunikasi dan pembuatan
keputusan, meningkatkan harga diri, belajar keterampilan dan perilaku yang
baru.
Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan sementara di mana klien
akan kembali ke rumah, maka tujuan dari terapi lingkungan ini adalah
memampukan klien dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui
belajar kompetensi yang diperlukan untuk beralih dari lingkungan rumah
sakit ke lingkungan rumah tinggalnya.
c. Terapi Biologis
Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model
medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda
dengan model konsep yang lain yang memandang bahwa gangguan jiwa
murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak mempertimbangkan adanya
kelaianan patofisiologis. Tekanan model medical adalah pengkajian spesifik
dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku abnormal
dipercaya akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu.
Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi: pemberian obat
(medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT),
foto terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap
diterapkan dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan
ECT.
d. Terapi Kognitif
Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang
mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah
membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan
mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang
stressor tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola
keyakinan dan berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi
perilaku adalah dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut.
Fokus auhan adalah membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini,
harapan-harapan, dan kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan
kognitif.
Ada tiga tujuan terapi kognitif meliputi:
- Mengembangkan pola berfikir yang rasional. Mengubah pola berfikir tak
rasional yang sering mengakibatkan gangguan perilaku menjadi pola
berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi yang actual.
- Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam
menanggapi setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran.
- Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi
dengan terlebih dahulu mengubah pola berfikir.
Bentuk intervensi dalam terapi kognitif meliputi mengajarkan untuk
mensubstitusi pikiran klien, belajar penyelesaian masalah dan memodifikasi
percakapan diri negatif.
e. Terapi Keluarga
Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota
keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga
adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran
utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa
melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.
Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi
dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya
masalah tersebut digali. Dengan demikian terleih dahulu masing-masing
anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa
kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian
mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan
atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.
Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2
(kerja), fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien
mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan
tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja
adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha
mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan
kompetensi masing-masing individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-
batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi
keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses
yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara
mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan
perawatan yang berkesinambungan.
f. Terapi Kelompok
Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam
kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok.
Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara
teratur. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan
hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya
meliputi: tahap permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.
Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai
fase orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan
dalam interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas
tersebut dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah sebagai model
peran dengan cara mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas
yang biasa terjadi di awal pembentukan kelompok, dan memfasilitasi
interaksi di antara anggota kelompok. Fase permulaan dilanjutkan dengan
fase kerja.
Di fase kerja terapis membantu klien untuk mengeksplorasi isu dengan
berfokus pada keadaan here and now. Dukungan diberikan agar masing-
masing anggota kelompok melakukan kegiatan yang disepakati di fase
permulaan untuk mencapai tujuan terapi. Fase kerja adalah inti dari terapi
kelompok di mana klien bersama kelompoknya melakukan kegiatan untuk
mencapai target perubahan perilaku dengan saling mendukung di antara satu
sama lain anggota kelompok. Setelah target tercapai sesuai tujuan yang telah
ditetapkan maka diakhiri dengan fase terminasi.
Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan dilibatkan
dalam hubungan interpersonal antar anggota. Peran perawat adalah
mendorong anggota kelompok untuk saling memberi umpan balik, dukungan,
serta bertoleransi terhadap setiap perbedaan yang ada. Akhir dari terapi
kelompok adalah mendorong agar anggota kelompok berani dan mampu
menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi di masa mendatang.
g. Terapi Perilaku
Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul
akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari
dan disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan
dalam terapi jenis ini adalah:
- Role model
- Kondisioning operan
- Desensitisasi sistematis
- Pengendalian diri
- Terapi aversi atau releks kondisi
Teknik role model adalah strategi mengubah perilaku dengan memberi
contoh perilaku adaptif untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien
mampelajari melalui praktek dan meniru perilaku tersebut. Teknik ini
biasanya dikombinasikan dengan teknik kondisioning operan dan
desensitisasi.
Kondisioning operan disebut juga penguatan positif di mana terapis memberi
penghargaan kepada klien terhadap perilaku yang positif yang telah
ditampilkan oleh klien. Dengan penghargaan dan umpan balik positif yang
didapat maka perilaku tersebut akan dipertahankan atau ditingkatkan oleh
klien. Misalnya seorang klien begitu bangun tidur langsung ke kamar mandi
untuk mandi, perawat memberikan pujian terhadap perilaku tersebut. Besok
pagi klien akan mengulang perilaku segera mandi setelah bangun tidur
karena mendapat umpan balik berupa pujian dari perawat. Pujian dalam hal
ini adalah reward atau penghargaan bagi perilaku positif klien berupa segera
mandi setelah bangun.
Terapi perilaku yang cocok untuk klien fobia adalah teknik desensitisasi
sistematis yaitu teknik mengatasi kecemasan terhadap sesuatu stimulus atau
kondisi dengan secara bertahap memperkenalkan/memaparkan pada
stimulus atau situasi yang menimbulkan kecemasan tersebut secara bertahap
dalam keadaan klien sedang relaks. Makin lama intensitas pemaparan
stimulus makin meningkat seiring dengan toleransi klien terhadap stimulus
tersebut. Hasil akhirnya adalah klien akan berhasil mengatasi ketakutan atau
kecemasannya akan stimulus tersebut.
Untuk mengatasi perilaku dorongan perilaku maladaptive klien dapat dilatih
dengan teknik pengendalian diri. Bentuk latihannya adalah berlatih
mengubah kata-kata negatif menjadi kata-kata positif. Apabila ini berhasil
maka klien sudah memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku yang
lain sehingga menghasilkan terjadinya penurunan tingkat distress klien
tersebut.
Mengubah perilaku dapat juga dilakukan dengan memberi penguatan
negatif. Caranya adalah dengan memberi pengalaman ketidaknyamanan
untuk merusak perilaku yang maladaptive. Bentuk ketidaknyamanan ini
dapat berupa menghilangkan stimulus positif sebagai “punishment” terhadap
perilaku maladaptive tersebut. Dengan ini klien akan belajar untuk tidak
mengulangi perilaku demi menghindari konsekuensi negatif yang akan
diterima akibat perilaku negatif tersebut.
h. Terapi Bermain
Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak
akan dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan
ekspresi verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat
perkembangan, status emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta
melakukan intervensi untuk mengatasi masalah anak tersebut.
Prinsip terapi bermain meliputi membina hubungan yang hangat dengan
anak, merefleksikan perasaan anak yang terpancar melalui permainan,
mempercayai bahwa anak dapat menyelesaikan masalahnya, dan kemudian
menginterpretasikan perilaku anak tersebut.
Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, anak yang
mengalami ansietas, atau sebagai korban penganiayaan (abuse). Bahkan juga
terpai bermain ini dianjurkan untuk klien dewasa yang mengalami stress
pasca trauma, gangguan identitas disosiatif dan klien yang mengalami
penganiayaan.
B. TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK
1. Pengertian
Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu jenis psikoterapi di mana
sekelompok pasien (5-12 orang) bersama-sama membicarakan topik tertentu
untuk mengubah perilaku maladaptive menjadi perilaku yang adaptif.
2. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)
Ada 4 jenis TAK yang sudah dikembangkan yaitu:
a. TAK Sosialisasi
TAK sosialisasi adalah TAK yang diindikasikan untuk pasien yang mengalami
gangguan dalam berinteraksi sosial dengan orang lain (Isolasi Sosial atau
Kerusakan Interaksi Sosial). Tujuan TAK ini adalah agar pasien mampu
bersosialisasi dengan orang lain dan meningkatkan keterampilan
berinteraksi. Terdiri dari 7 sesi (lihat BUKU TAK).
b. TAK Orientasi Realita
TAK orientasi realita adalah TAK dengan kegiatan utama mengenal
lingkungan secara realistis. Kegiatannya meliputi pengenalan waktu, tempat,
dan orang di sekitar lingkungan pasien. Tujuannya adalah mengembalikan
daya nilai realita pasien dan diindikasikan untuk pasien yang mengalami
gangguan orientasi realita.
c. TAK Stimulasi Sensori
TAK stimulasi sensori adalah TAK dengan focus memberikan stimulasi
kepada pasien agar tingkat sensitivitas alam perasaan pasien meningkat. Ini
diindikasikan untuk pasien yang mengalami kesulitan mengekspresikan
perasaan (afek datar atau tumpul). Bentuk kegiatannya adalah dengan
memberikan stimulasi kepada pasien baik stimulasi suara (musik) atau visual
(gambar), atau gabungan suara dan gambar (Video, TV).
d. TAK Stimulasi Persepsi
TAK stimulasi persepsi adalah TAK yang menstimulasi pasien untuk
mengolah pikiran sesuai dengan stimulasi yang diberikan (berpersepsi). TAK
jenis ini diindikasikan untuk pasien yang mengalami koping yang tidak efektif
dalam bentuk terjadinya harga diri rendah, halusinasi, perilaku
kekerasan,ansietas, defisit perawatan diri dan sebaginya. Bentuk
kegiatannya adalah diskusi dan latihan bersama keterampilan koping untuk
mengatasi masalah masing-masing.
3. Struktur Kelompok
Struktur kelompok terdiri dari:
a. Pimpinan Kelompok (leader)
Pimpinan kelompok dapat diperankan oleh Perawat CMHN atau Kader yang
telah terlatih. Leader memimpin jalannya kelompok seperti tahapan yang
telah ditentukan untuk mencapai tujuan terapi.
b. Anggota Kelompok
Anggota kelompok adalah pasien-pasien sesuai dengan indikasi TAK atau
keluarga yang telah ditentukan. Jumlah anggota dalam TAK minimal 5 orang
dan maksimal 12 orang.
4. Proses Terapi Aktivitas Kelompok
TAK terdiri dari 4 tahapan meliputi:
a. Tahap Persiapan
Dalam tahap ini dilakukan pemilihan pasien, membuat kesepakatan dengan
pasien/keluarga dan mempersiapkan alat dan bahan TAK sesuai dengan
TAK yang akan diselenggarakan.
b. Tahap Orientasi
Tahapan ini dilakukan sesudah pasien/keluarga berkumpul di tempat
dilaksanakan TAK. Kegiatan dalam orientasi meliputi:
- Mengucapkan salam
- Memvalidasi perasaan pasien/keluarga
- Menjelaskan tujuan TAK
- Menyepakati aturan main TAK
c. Tahap Kerja
Dalam tahapan ini leader memimpin pasien/keluarga untuk melakukan
aktivitas TAK untuk mencapai tujuan. Misalnya untuk TAK sosialisasi fase
satu mengajak pasien memperkenalkan jati diri secara bergantian sampai
semua pasien melakukannya.
d. Tahap Terminasi. Tahap ini dilakukan untuk mengakhiri TAK. Kegiatan
terminasi meliputi:
- Evaluasi perasaan pasien/keluarga
- Memberikan pujian
- Memberikan tindak lanjut kegiatan
- Menyepakati kegiatan TAK berikutnya
5. Evaluasi Terapi Aktivitas Kelompok
Evaluasi kegiatan TAK dilakukan dengan mengamati perilaku pasien/keluarga
selama TAK dilaksanakan. Apakah pasien atau keluarga menunjukkan perilaku
seperti yang telah direncanakan atau tidak. Caranya adalah dengan mengisi
table evaluasi pada masing-masing jenis TAK (Lihat Buku TAK).
C. PENUTUP
Sampai dengan saat ini tidak ada jenis terapi modalitas yang dapat mengatasi
semua masalah gangguan jiwa klien. Kombinasi terapi modalitas merupakan
keharusan. Untuk itu perawat mempunyai peranan yang sangat penting untuk
mengkombinasikan berbagai terapi modalitas sehingga perubahan perilaku yang
dicapai akan maksimal. Untuk mencapai langkah ini tentu dituntut semakin
maningkatnya kemampuan perawat dalam melaksanakan berbagai
pendekatan/strategi terapi modalitas ini. Belajar berkelanjutan karenanya menjadi
hal yang wajib dilakukan setiap perawat jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, BA., Akemat, Helena, N., 2006. Modul Model Praktek Keperawatan
Keperawatan Jiwa. Jakarta: FIK Universitas Indonesia.
Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC
Guze, B., Richeimer, S., dan Siegel, D.J. (1990). The Handbook of Psychiatry.
California: Year Book Medical Publishers
Kaplan, H.I., Sadock, B.J., dan Grebb, J.A. (1996). Synopsis of Psychiatry. New York:
Williams and Wilkins
Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing.
(Ed ke-7). St. Louis: Mosby, Inc.
UNIT 4
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN D ENGAN PERILAKU KEKERASAN/ RESIKO
PERILAKU KEKERASAN � 100 Menit
1. PENGANTAR
Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons terhadap stresor yang
dihadapi oleh seseorang. Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak yang ditimbulkan,
maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan dilakukan secara cepat dan
tepat oleh tenaga-tenaga yang profesional.
TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan konsep
asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan yang meliputi:
1. Mampu menjelaskan konsep teori perilaku kekerasan, meliputi :
a. Pengertian perilaku kekerasan
b. Penyebab terjadinya masalah perilaku kekerasan
c. Manifestasi klinik
d. Akibat
e. Penatalaksanaan
2. Mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan, meliputi :
1. Mengkaji data perilaku kekerasan
2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani
masalah perilaku kekerasan
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan perilaku
kekerasan.
2 . B A H A N B A C A A N
A. PERILAKU KEKERASAN
1. Pengertian
3. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan
yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.
Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon
terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep,
2007).
4. Perilaku kekerasan merupakan suau bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai
seseorang secara fisik maupun psikologis (Stuart & Sundee, 2007).
5. Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau
mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku
tersebut (Purba dkk, 2008).
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Psikologis
Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat
timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa anak-anak
yang mendapat perilaku kekerasan cenderung saat dewasa menjadi pelaku
perilaku kekerasan
2) Perilaku
Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan
yang diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan
dijadikan perilaku yang wajar
3) Sosial Budaya
Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap
pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang
wajar
4) Bioneurologis
Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus frontal,
lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang
terjadi perilaku kekerasan
b. Faktor Presipitasi
Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan
dengan (Yosep, 2009):
1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas
seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,
perkelahian masal dan sebagainya.
2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial
ekonomi.
3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak
membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan
kekerasan dalam menyelesaikan konflik.
4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan
dirinya sebagai seorang yang dewasa.
5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan
alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi
rasa frustasi.
6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,
perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan
keluarga.
3. Manifestasi Klinis
Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah
sebagai berikut:
a. Fisik
1) Muka merah dan tegang
2) Mata melotot/ pandangan tajam
3) Tangan mengepal
4) Rahang mengatup
5) Postur tubuh kaku
b. Verbal
1) Bicara kasar
2) Suara tinggi, membentak atau berteriak
3) Mengancam secara verbal atau fisik
4) Mengumpat dengan kata-kata kotor
5) Suara keras
c. Perilaku
1) Melempar atau memukul benda/orang lain
2) Menyerang orang lain
3) Melukai diri sendiri/orang lain
4) Merusak lingkungan
5) Amuk/agresif
d. Emosi
1) Tidak adekuat
2) Tidak aman dan nyaman
3) Rasa terganggu, dendam dan jengkel
4) Tidak berdaya
5) Bermusuhan
e. Intelektual
Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.
f. Spiritual
Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,
menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.
g. Sosial
Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.
h. Perhatian
Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.
4. Akibat
Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri,
orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang
kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.
5. Penatalaksanaan
a. Farmakologi
1) Obat anti psikosis : Phenotizin
2) Obat anti depresi : Amitriptyline
3) Obat anti ansietas : Diazepam, Bromozepam, Clobozam
4) Obat anti insomnia : Phneobarbital
b. Terapi modalitas
1) Terapi keluarga
Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien
dengan memberikan perhatian :
a) BHSP
b) Jangan memancing emosi klien
c) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga
d) Beri kesempatan pasien mengemukakan pendapat
e) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah
yang dialami
2) Terapi Aktifitas Kelompok
Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan social atau
aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran
klien karena masalah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku
pada orang lain.
Terapi kelompok yang dapat diberikan untuk pasien dengan PK adalah: TAK
stimulasi persepsi
a) Sesi I: mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan
b) Sesi II: mencegah perilaku kekerasan fisik
c) Sesi III: mencegah perilaku kekerasan sosial
d) Sesi IV: mencegah perilaku kekerasan spiritual
e) Sesi V: mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat
3) Terapi musik
Dengan music klien terhibur, rilek dan bermain untuk mengembalikan
kesadaran klien.
B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PERILAKU KEKERASAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Perilaku Kekerasn
Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang
perilaku berikut ini:
1) Muka merah dan tegang
2) Pandangan tajam
3) Mengatupkan rahang dengan kuat
4) Mengepalkan tangan
5) Jalan mondar-mandir
6) Bicara kasar
7) Suara tinggi, menjerit atau berteriak
8) Mengancam secara verbal atau fisik
9) Melempar atau memukul benda/orang lain
10) Merusak barang atau benda
11) Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.
b. Analisa data
Masalah Keperawatan dan Data-data yang perlu dikaji
Masalah Keperawatan Data-data yang perlu dikaji
Perilaku Kekerasan DO:
- Agitasi
- Meninju
- Membanting
- Melempar
- Menjauh dari orang lain
- Katatonia
DS:
- Mengancam
- Mengumpat
- Bicara keras dan kasar
- Mengatakan ada yang mengejek, mengancam
- Mendengar suara yang menjelekkan
- Merasa orang lain mengancam dirinya
Gangguan konsep diri: Harga diri
rendah
DO:
- Kontak mata kurang
- Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
- Tampak malas-malasan
- Produktivitas menurun
DS:
- Mengeluh hidup tidak bermakna
- Tidak memiliki kelebihan apa pun
- Merasa jelek
- Mengatakan malas
- Putus asa
- Ingin mati
Risiko mencederai diri sendiri, orang
lain, dan lingkungan
DO:
- Membahayakan diri sendiri
- Mata merah, tangan mengepal
DS:
- Agitasi
- Ingin memukul
c. Pohon Masalah
a.
Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan
Perilaku Kekerasan
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
2. Diagnosa Keperawatan
Ditetapkan sesuai dengan data yang didapat, dan saat ini tidak melakukan perilaku
kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum mempunyai
kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan tersebut.
3. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan
2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan
3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah
dilakukannya
4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya
5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku
kekerasannya
6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,
spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.
b. Tindakan
1) Bina hubungan saling percaya
Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar
pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.
Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan
saling percaya adalah:
a) Mengucapkan salam terapeutik
b) Berjabat tangan
c) Menjelaskan tujuan interaksi
Perilaku Kekerasan/ Resiko Perilaku Kekerasan
d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu
pasien
2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang
lalu
3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan
a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik
b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara
psikologis
c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial
d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual
e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual
4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada
saat marah secara:
a) verbal
b) terhadap orang lain
c) terhadap diri sendiri
d) terhadap lingkungan
5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya
6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:
a) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam
b) Obat
c) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya
d) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien
7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:
a) Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal
b) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal
8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal
a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,
meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik
b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.
9) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:
a) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa
b) Buat jadwal latihan sholat, berdoa
10) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:
a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar
(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar
waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat
dan akibat berhenti minum obat
b) Susun jadwal minum obat secara teratur
11) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi
mengontrol Perilaku Kekerasan
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah,
tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara
mengontrol secara fisik I
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI:
“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya A K, panggil saya A, saya perawat yang
dinas di ruangan soka in. Hari ini saya dinas pagi dari pk. 07.00-14.00. Saya yang akan
merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil
apa?”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”
“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?
“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang
tamu?”
KERJA:
“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus,
penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, jadi ada 2 penyebab marah
bapak”
“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri belum
menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?”
(tunggu respons pasien)
“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,
rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”
“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri bapak dan
memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak. Apa
kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah.
Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara
mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”
”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara
fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.”
”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”
”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu
tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui
mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan,
dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya.
Bagaimana perasaannya?”
“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa
marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”
”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........
(sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)
”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang
bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas
dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak
mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”
”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk
mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak, assalamualaikum”
SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2
a. Evaluasi latihan nafas dalam
b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal
c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang
lagi”
“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”
“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik
untuk cara yang kedua”
“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”
Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?”
KERJA
“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar,
mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau
nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan
tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan
bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.
“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”
“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutinjika ada perasaan marah. Kemudian jangan
lupa merapikan tempat tidurnya
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”
“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”
“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau
jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam
15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya
pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul
kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”
“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar
bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”
SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:
a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik
b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan
baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.
c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini!
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa
yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”
“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”
“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau
diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak
dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”
KERJA
“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah
dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka
kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:
1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena
minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya
perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta
obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”
2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,
katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba
bapak praktekkan. Bagus pak”
3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba
praktekkan. Bagus”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah
dengan bicara yang baik?”
“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”
“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau
latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”
Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll.
Bagus nanti dicoba ya Pak!”
“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”
“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu
dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”
SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual
a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik
dan sosial/verbal
b. Latihan sholat/berdoa
c. Buat jadual latihan sholat/berdoa
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang
lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”
“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah
melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”
“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu
dengan ibadah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?
KERJA
“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau
dicoba?
“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika
tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air
wudhu kemudian sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”
“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan caranya
(untuk yang muslim).”
TERMINASI
Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”
“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.
“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali
bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)
“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa
marah”
“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi”
“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa
marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja,
jam 10 ya?”
“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol
rasa marah bapak, setuju pak?”
SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat
a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah
dilatih.
b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama
pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan
benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.
c. Susun jadual minum obat secara teratur
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”
“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara
yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?.
Coba kita lihat cek kegiatannya”.
“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar
untuk mengontrol rasa marah?”
“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”
“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”
KERJA (perawat membawa obat pasien)
“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”
Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak
minum? Bagus!
“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar
pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang merah
jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini
harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”.
“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu
mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”.
“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya
istirahat dan jangan beraktivitas dulu”
“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah
benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja
harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada
suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”
“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak,
karena dapat terjadi kekambuhan.”
“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang
benar?”
“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat
yang benar?”
“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita
tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua
dengan teratur ya”.
“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan
kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”
4. Tindakan keperawatan untuk keluarga
a. Tujuan
Keluarga dapat merawat pasien di rumah
b. Tindakan
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain
4) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan
a). Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah
diajarkan oleh perawat
b). Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapt
melakukan kegiatan tersebut secara tepat
c). Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
5) Buat perencanaan pulang bersama keluarga
SP 1 Keluarga: Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien
perilaku kekerasan di rumah
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,
tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)
3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera
dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang
lain
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol kemarahan
a) Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah
b) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah
diajarkan oleh perawat
c). Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat
melakukan kegiatan tersebut secara tepat
d) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien
menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Assalamualaikum bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita ketemu lagi
untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.”
“Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu tanyakan?”
“Berapa lama ibu mau kita latihan?”
“Bagaimana kalau kita latihan disini saja?, sebentar saya panggilkan bapak supaya bisa
berlatih bersama”
KERJA
”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak lakukan. Bagus sekali.
Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!”
”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan Bapak.”
”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?”
”Masih ingat pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang harus
dilakukan bapak adalah.......?”
”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar
lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo
coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali,
coba ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali”.
“Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.
“Cara yang kedua masih ingat pak, bu?”
“ Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul
perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat
melakukan pukul kasur dan bantal”.
“Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar
bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan
kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal.
Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu. Ya,
bagus sekali bapak melakukannya”.
“Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, coba
praktekkan langsung kepada ibu cara bicara ini:
i. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak
menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu uang untuk beli rokok!
Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.
ii. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin
melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada
kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”
iii. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal
bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba
praktekkan. Bagus”
“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?”
“Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga
marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian
sholat”.
“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu untuk meredakan
kemarahan”.
“Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak jadi tenang,
tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah”
“Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa minum obat? Bagus.
Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat? Wah bagus
sekali!”
“Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak dapatkan, ibu
tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk meminumnya secara teratur dan jangan
dihentikan tanpa sepengetahuan dokter”
TERMINASI
“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara-
cara mengontrol marah langsung kepada bapak?”
“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”
“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan yang telah
dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk Bapak bila dapat
melakukan dengan benar ya Bu!”
“ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi Ibu bertemu
saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak selama di rumah nanti.”
“Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.”
SP 3 Keluarga: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
a.Buat perencanaan pulang bersama keluarga
E. EVALUASI
a. Kemampuan pasien dan keluarga
b. Kemampuan perawat
ORIENTASI
“Assalamualaikum pak, bu, karena besok Bp sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita
sekarang ketemu untuk membicarakan jadual Bp selama dirumah”
“Bagaimana pak, bu, selama ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat Bp?
Apakah sudah dipuji keberhasilannya?”
“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah, disini saja?”
“Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
KERJA
“Pak, bu, jadual yang telah dibuat selama B di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah,
baik jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal Bapak!”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh
bapak selama di rumah. Kalau misalnya Bp menolak minum obat atau memperlihatkan
perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster E di
Puskesmas Indara Puri, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon
puskesmasnya: (0651) 554xxx. “Jika tidak teratasi Sr E akan merujuknya ke BPKJ.”
“Selanjutnya suster E yang akan membantu memantau perkembangan B selama di
rumah”
TERMINASI
“ Bagaimana Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa saja yang perlu
diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, follow up ke Puskesmas). Baiklah,
silakan menyelesaikan administrasi!”
“Saya akan persiapkan pakaian dan obat.”
F. DOKUMENTASI
Berikut adalah contoh format pengkajian dari diagnosa keperawatan perilaku kekerasan.
Format pengkajian lengkap dapat dilihat di modul 7
Latihan
Dokumentasikan pengkajian dan diagnosa keperawatan pasien waham dengan
menggunakan format yang tersedia
Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia
1. Aniaya fisik [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
2. Aniaya seksual [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
3. Penolakan [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
4. Kekerasan dalam keluarga [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
5. Tindakan kriminal [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]
Berikan tanda (v) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien
6. Aktivitas motorik
[ ] Lesu [ ] Tegang [ ] Gelisah [ ] Agitasi
[ ] Tik [ ] Grimasen [ ] Tremor [ ] Kompulsif
Berikan tanda (v) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien
7. Interaksi selama wawancara
[ ] Bermusuhan [ ] Tidak kooperatif [ ] Mudah tersinggung
[ ] Kontak mata [ ] Defensif [ ] Curiga
Kurang
Berikan tanda (v) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien
PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA
DENGAN MASALAH PERILAKU KEKERASAN
Nama pasien : .................
Nama ruangan : ...................
Nama perawat : ...................
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian
No
Kemampuan
Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
A Pasien
Sp 1
1 Menyebutkan penyebab PK
2 Menyebutkan tanda dan gejala PK
3 Menyebutkan PK yang dilakukan
4 Menyebutkan akibat PK
5 Menyebutkan cara mengontrol PK
6 Mempraktekkan latihan cara
mengontrol fisik I
SP2
7 Mempraktekkan latihan cara fisik
II dan memasukkan dalam jadual
SP3
8 Mempraktekkan latihan cara
verbal dan memasukkan dalam
jadual
SP 4
9 Mempraktekkan latihan cara
spiritual dan memasukkan dalam
jadual
SP 5
10 Mempraktekkan latihan cara
minum obat dan memasukkan
dalam jadual
B Keluarga
SP 1
1 Menyebutkan pengertian PK
dan proses terjadinya masalah
PK
2 Menyebutkan cara merawat
pasien dengan PK
SP2
3 Mempraktekkan cara merawat
pasien dengan PK
SP3
4 Membuat jadual aktivitas dan
minum obat klien di rumah
(discharge planning)
PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN
DENGAN PERILAKU KEKERASAN
Petunjuk pengisian:
Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian
kinerja (No 04.01.01).
Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.
No
Kemampuan
Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
A Pasien
SP Ip
1 Mengidentifikasi penyebab PK
2 Mengidentifikasi tanda dan gejala PK
3 Mengidentifikasi PK yang dilakukan
4 Mengidentifikasi akibat PK
5 Menyebutkan cara mengontrol PK
6 Membantu pasien mempraktekkan latihan cara
mengontrol fisik I
7 Menganjurkan pasien memasukkan dalam
kegiatan harian
Nilai SP Ip
SP IIp
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP IIp
SP IIIp
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP IIIp
SP IVp
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara
spiritual
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP IVp
SP Vp
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2
Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum
obat
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP Vp
B Keluarga
SP I k
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala,
serta proses terjadinya PK
3 Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK
Nilai SP Ik
SP II k
1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien dengan PK
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat
langsung kepada pasien PK
Nilai SP IIk
SP III k
1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di
rumah termasuk minum obat (discharge
planning)
2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Nilai SP III k
Nilai Total SP p + SP k
Rata-rata
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, BA., Akemat, Helena, N., 2006. Modul Model Praktek Keperawatan Keperawatan
Jiwa. Jakarta: FIK Universitas Indonesia.
Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC
Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan
Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.
Stuart,G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Jakarta: EGC.
Yosep. 2007. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Jakarta : Refika Aditama.
UNIT 5
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN D ENGAN GANGGUAN SENSORI
PERSEPSI ;HALUSINASI
� 100 Menit
PENGANTAR
Gangguan persepsi sensori: Halusinasi merupakan salah satu masalah
keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Respons ini
dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun
lingkungan. Melihat dampak yang ditimbulkan, maka penanganan pasien dengan
Halusinasi dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga yang profesional.
TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan konsep
asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi yang meliputi:
1. Mampu menjelaskan konsep teori halusinasi, meliputi :
a. Pengertian halusinasi
b. Penyebab terjadinya masalah halusinasi
c. Manifestasi klinik
d. Akibat
e. Penatalaksanaan
2. Mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan, meliputi :
1. Mengkaji data halusinasi
2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani
masalah halusinasi
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan halusinasi.
BAHAN BACAAN
A. HALUSINASI
1. Pengertian
2. Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera
(Rasmun, 2001).
3. Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/ persepsi palsu (Maramis,
2005).
4. Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).
5. Halusinasi dapat didefenisikan sebagai terganggunya proses sensori seseorang,
dimana tidak terdapat stimulus.
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
1) Biologis
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon
neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian yang berikut:
a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,
temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.
b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang
berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin
dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.
c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak
klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,
atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan
kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan
kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan
kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.
b. Faktor Presipitasi
Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
1) Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2) Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
3) Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.
3. Manifestasi Klinis
a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri
b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain
c. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata
d. Tidak dapat memusatkan perhatian
e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut
f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung
(Keliat, 2006).
4. Akibat
Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri
sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, 2006). Menurut Townsend, M.C suatu
keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan
secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain.
Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan
orang lain dapat menunjukkan perilaku :
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat
halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual
dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di
pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat
masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga
bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu
tindakan yang akan di lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian
dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam
dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan
b. Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan
betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali
masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta
membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat
melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.
d. Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya
berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu
mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan
orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang
sesuai.
e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar
ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan,
misalnya dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia
sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya
suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan
menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugas lain
agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak
bertentangan.
f. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan halusinasi
(Keliat, 2005):
1. TAK orientasi realitas
TAK orientasi realitas terdiri dari tiga sesi yaitu:
a. Sesi 1: Pengenalan orang
b. Sesi 2: Pengenalan tempat
c. Sesi 3: Pengenalan waktu
2. TAK stimulasi persepsi
TAK stimulasi persepsi: halusinasi, yang terdiri dari lima sesi yaitu:
a. Sesi 1: Mengenal halusinasi
b. Sesi 2: Mengontrol halusinasi dengan menghardik
c. Sesi 3: Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan
d. Sesi 4: Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap
e. Sesi 5: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat
Panduan secara lengkap untuk melaksanakan TAK tersebut diatas dan
format evaluasinya dapat dilihat pada Buku Keperawatan Jiwa: Terapi
Aktivitas Kelompok.
B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PERILAKU KEKERASAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Halusinasi
Pada pengkajian pasien halusinasi, data penting yang perlu didapatkan adalah:
1) Jenis halusinasi:
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data
objektif dapat Saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien,
sedangkan data subjektif dapat Saudara kaji dengan melakukan wawancara
dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.
Jenis halusinasi
Data Objektif
Data Subjektif
Halusinasi
Dengar/suara
Bicara atau tertawa sendiri
Marah-marah tanpa sebab
Menyedengkan telinga ke
arah tertentu
Menutup telinga
Mendengar suara-suara atau
kegaduhan.
Mendengar suara yang mengajak
bercakap-cakap.
Mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang berbahaya.
Halusinasi
Penglihatan
Menunjuk-nunjuk ke arah
tertentu
Ketakutan pada sesuatu
yang tidak jelas.
Melihat bayangan, sinar, bentuk
geometris, bentuk kartoon, melihat
hantu atau monster
Halusinasi
Penghidu
Menghidu seperti sedang
membaui bau-bauan
tertentu.
Menutup hidung.
Membaui bau-bauan seperti bau
darah, urin, feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan.
Halusinasi
Pengecapan
Sering meludah
Muntah
Merasakan rasa seperti darah, urin
atau feses
Halusinasi
Perabaan
Menggaruk-garuk
permukaan kulit
Mengatakan ada serangga di
permukaan kulit
Merasa seperti tersengat listrik
2) Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian tentang
jenis halusinasi (lihat nomor 1 diatas).
3) Waktu, frekwensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore
atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-
menerus atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau
setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi
khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang
menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan
halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat
direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
4) Respons halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul.
Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat
halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang
terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku
pasien saat halusinasi timbul.
b. Masalah keperawatan yang muncul dan data yang perlu dikaji
Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji
Gangguan sensori
persepsi: Halusinasi
dengar
DO:
- Bicara sendiri
- Tertawa sendiri
- Marah tanpa sebab
- Menyendiri
- Melamun
DS:
- Mengatakan mendengar suara bisikan/ melihat
bayangan
- Menyatakan senang dengan suara-suara
Isolasi Sosial
DO:
- Menyendiri, mengurung diri
- Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
- Tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain
- Mematung
- Mondar-mandir tanpa arah
DS:
- Mengatakan malas berinteraksi
- Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya.
- Merasa orang lain tidak selevel
- Curiga dengan orang lain
- Mendengar suara-suara/ melihat bayangan
- Merasa tak berguna
Perilaku kekerasan DO:
- Agitasi
- Meninju
- Membanting
- Melempar
- Menjauh dari orang lain
- Katatonia
DS:
- Mengancam
- Mengumpat
- Bicara keras dan kasar
- Mengatakan ada yang mengejek, mengancam
- Mendengar suara yang menjelekkan
- Merasa orang lain mengancam dirinya
c. Pohon masalah
Perilaku Kekerasan
Gangguan sensori persepsi: Halusinasi dengar
Isolasi Sosial
2. Merumuskan Diagnosa Keperawatan
Ditetapkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang ditemukan pada pasien
Gangguan sensori persepsi: halusinasi …………..
3. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi.
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi Saudara dapat melakukannya
dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang
didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi,
situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat
halusinasi muncul
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah
terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:
a) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih
untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak
mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan
mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.
Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak
akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi:
� Menjelaskan cara menghardik halusinasi
� Memperagakan cara menghardik
� Meminta pasien memperagakan ulang
� Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien
b) Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi
distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke
percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah
satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan
bercakap-cakap dengan orang lain.
c) Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas
secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang
sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang
mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan
cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam,
tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut:
• Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi
halusinasi.
• Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
• Melatih pasien melakukan aktivitas
• Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang
telah
dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi
sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
• Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan
terhadap perilaku pasien yang positif.
d) Menggunakan obat secara teratur
Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk
menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien
gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat
sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan
terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit.
Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan
berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:
� Jelaskan guna obat
� Jelaskan akibat bila putus obat
� Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
� Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,
benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)
SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara
mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi
dengan cara pertama: menghardik halusinasi
Orientasi:
”Assalamualaikum D. Saya perawat yang akan merawat D. Nama Saya SS, senang dipanggil
S. Nama D siapa? Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini D dengar
tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 menit”
Kerja:
”Apakah D mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D dengar
suara? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada
waktu sendiri?”
” Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu
hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
” D , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik
suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan
kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya tidak
mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai
suara itu tak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus D
sudah bisa”
Terminasi:
”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul lagi,
silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa
saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal
kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan
mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa D?Bagaimana kalau dua
jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”
SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:
bercakap-cakap dengan orang lain
Orientasi:
“Assalammu’alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya
Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan
bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini
saja?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-
cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari
teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan D. Contohnya begini; …
tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang
dirumah misalnya Kakak D katakan: Kak, ayo ngobrol dengan D. D sedang dengar suara-
suara. Begitu D. Coba D lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali
lagi! Bagus! Nah, latih terus ya D!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan D setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang D pelajari
untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau D mengalami
halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Mau jam
berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu
suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang
ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00?
Mau di mana/ Di sini lagi? Sampai besok ya. Assalamualaikum”
SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:
melaksanakan aktivitas terjadwal
Orientasi:
“Assalamu’alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus
! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu
melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu.
Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”
Kerja:
“Apa saja yang biasa D lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak
sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita
latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali D bisa lakukan. Kegiatan ini
dapat D lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih
lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi:
“Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah
suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah
suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Coba
lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut
sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang
makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.
Wassalammualaikum.
SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur
Orientasi:
“Assalammualaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya
sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan
mendiskusikan tentang obat-obatan yang D minum. Kita akan diskusi selama 20 menit
sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya D?”
Kerja:
“D adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara
berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang D dengar dan
mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang D minum ? (Perawat
menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang
dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu
(HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah
hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau
putus obat, D akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat
habis D bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. D juga harus teliti saat
menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya D harus memastikan bahwa
itu obat yang benar-benar punya D. Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama
kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu
diminum sesudah makan dan tepat jamnya. D juga harus perhatikan berapa jumlah obat
sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang
kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari
kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan D. Jangan lupa pada waktunya
minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang.
Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita
bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.
Wassalammu’alaikum.
2.Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga
a. Tujuan:
1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun
di rumah
2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.
b. Tindakan Keperawatan
Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan
keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di
rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh.
Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah).
Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu
mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian jika
keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk
memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan
pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung
yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di
rumah.
Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi
adalah:
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi
yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya
halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.
3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat
pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien
4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga
SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis
halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan
cara-cara merawat pasien halusinasi.
Peragakan percakapan berikut ini dengan pasangan saudara.
Orientasi:
“Assalammualaikum Bapak/Ibu!”“Saya SS, perawat yang merawat anak Bapak/Ibu.”
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu tentang anak
Bapak/Ibu?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang anak Bapak/Ibu alami dan
bantuan apa yang Bapak/Ibu bisa berikan.”
“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa lama
waktu Bk/Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”
Kerja:
“Apa yang Bpk/Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat D. Apa yang Bpk/Ibu
lakukan?”
“Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu dinamakan halusinasi, yaitu
mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.
”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”
“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara
itu tidak ada.”
“Kalau anak Bapak/Ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya
bayangan itu tidak ada.”
”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada
beberapa cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan
halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan anak Bapak/Ibu,
jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Bapak/Ibu percaya
bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi
Bapak/Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya”.
”Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri, karena kalau
melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap
dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama.
Tentang kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibu untuk membuat jadwal
kegiatan sehari-hari. Tolong Bapak/Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan
pujian jika dia lakukan!”
”Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur. Jangan menghentikan
obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih anak
Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur. Jadi bapak/Ibu dapat mengingatkan
kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk
menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi,
jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks,
jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya
menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu
diminum untuk mencegah kekambuhan”
”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi anak
Bapak/Ibu dengan cara menepuk punggung anak Bapak/Ibu. Kemudian suruhlah
anak Bapak/Ibu menghardik suara tersebut. Anak Bapak/Ibu sudah saya ajarkan
cara menghardik halusinasi”.
”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi anak Bapak/Ibu. Sambil menepuk
punggung anak Bapak/Ibu, katakan: D, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang
diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, D. Tutup telinga
kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-
ulang, D”
”Sekarang coba Bapak/Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”
”Bagus Pak/Bu”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan
halusinasi anak Bapak/Ibu?”
“Sekarang coba Bapak/Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat anak bapak/Ibu”
”Bagus sekali Pak/Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk
mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan anak Bapak/Ibu”
”Jam berapa kita bertemu?”
Baik, sampai Jumpa. Assalamu’alaikum
SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan
pasien
Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara
merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadapan pasien.
Orientasi:
“Assalammualaikum”
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu pagi ini?”
”Apakah Bapak/Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi anak Bapak/Ibu
yang sedang mengalami halusinasi?Bagus!”
” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara
memutus halusinasi langsung dihadapan anak Bapak/Ibu”.
”mari kita datangi Anak bapak/Ibu”
Kerja:
”Assalamu’alaikum D” ”D, Bapak//Ibu D sangat ingin membantu D mengendalikan suara-
suara yang sering D dengar. Untuk itu pagi ini Bapak/Ibu D datang untuk
mempraktekkan cara memutus suara-suara yang D dengar. D nanti kalau sedang dengar
suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka Bapak/Ibu akan mengingatkan
seperti ini” ”Sekarang, coba Bapak/Ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang
D alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung D lalu suruh D
mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut” (saudara
mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)Bagus sekali!Bagaimana D?
Senang dibantu Bapak/Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal harian D. (Pasien
memperlihatkan dan dorong orang tua memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan
orang tua D ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk
melakukan terminasi dengan keluarga
Terminasi:
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi
langsung dihadapan anak Bapak/Ibu”
”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Pak/Bu. Bapak/Ibu dapat melakukan cara itu bila
anak Bapak/Ibu mengalami halusinas”.
“bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal
kegiatan harian anak Bapak/Ibu untuk persiapan di rumah. Jam berapa Bapak/Ibu bisa
datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.”
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
Orientasi
“Assalamualaikum Pak/Bu, karena besok D sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita
sekarang ketemu untuk membicarakan jadual D selama dirumah”
“Bagaimana pak/Bu selama Bapak/Ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat
D?”
“Nah sekarang kita bicarakan jadwal D di rumah? Mari kita duduk di ruang perawat!”
“Berapa lama Bapak/Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja
“Ini jadwal kegiatan D di rumah sakit. Jadwal ini dapat dilanjutkan di rumah. Coba Bapak/Ibu
lihat mungkinkah dilakukan di rumah. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan
mengingatkan?”Pak/Bu jadwal yang telah dibuat selama D di rumah sakit tolong dilanjutkan
dirumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu
dan bapak selama di rumah.Misalnya kalau B terus menerus mendengar suara-suara yang
mengganggu dan tidak memperlihatkan
perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain.
Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster B di Puskesmas terdekat dari rumahBapak/Ibu, ini
nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx
Selanjutnya suster B yang akan membantu memantau perkembangan D selama di rumah
Terminasi
“Bagaimana Bapak/Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara merawat
D di rumah! Bagus(jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya untuk
dibawa pulang. Selanjutnya silakan ibu menyelesaikan administrasi yang dibutuhkan. Kami
akan siapkan D untuk pulang”
E. Evaluasi
1. Kemampuan pasien dan keluarga
2. Kemampuan perawat
PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA PASIEN DENGAN HALUSINASI
Nama pasien : .........................
Ruangan: .................................
Nama perawat: ........................
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi
No Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl
A Pasien
1 Mengenal jenis halusinasi
2 Mengenal isi halusinasi
3 Mengenal waktu halusinasi
4 Mengenal frekuensi halusinasi
5 Mengenal situasi yang menimbulkan halusinasi
6 Menjelaskan respons terhadap halusinasi
7 Mampu menghardik halusinasi
8 Mampu bercakap-cakap jika terjadi halusinasi
9 Membuat jadwal kegiatan harian
10 Melakukan kegiatan harian sesuai jadwal
11 Menggunakan obat secara teratur
B Keluarga
1 Menyebutkan pengertian halusinasi
2 Menyebutkan jenis halusinasi yang dialami oleh pasien
3 Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi pasien
4 Memperagakan latihan cara memutus halusinasi pasien
5 Mengajak pasien bercakap-cakap saat pasien jadwal
berhalusinasi
6 Memantau aktivitas sehari-hari pasien sesuai
7 Memantau dan memenuhi obat untuk pasien
8 Menyebutkan sumber-sumber pelayanan kesehatan
yang tersedia
9 Memanfaatkan sumber-sumber pelayanan kesehatan
terdekat
PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT
DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN HALUSINASI
Nama perawat: ........................
Ruangan ..........: ...................
Petunjuk pengisian:
Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian
kinerja (No 04.01.01).
Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.
No
Kemampuan
Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
A Pasien
SP I p
1 Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien
2 Mengidentifikasi isi halusinasi pasien
3 Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien
4 Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien
5 Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi
6 Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi
7 Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
8 Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik
halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
Nilai SP I p
SP II p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP II p
SP III p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan
melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan
pasien di rumah)
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP III p
SP IV p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Memberikan pendidikan kesehatan tentang
penggunaan obat secara teratur
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP IV p
B Keluarga
SP I k
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi,
dan jenis halusinasi yang dialami pasien beserta
proses terjadinya
3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi
Nilai SP I k
SP II k
1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien dengan Halusinasi
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada pasien Halusinasi
Nilai SP II k
SP III k
1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di
rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Nilai SP III k
Total nilai SP p + SP k
Rata-rata
F. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan,
karenanya dokumentasi asuhan keperawatan jiwa terdiri dari dokumentasi pengkajian,
diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.
1. Pedoman format pengkajian gangguan persepsi sensori: halusinasi
Persepsi :
Halusinasi
Pendengaran
Penglihatan
Perabaan
Pengecapan
Penghidu
Jelaskan:
Isi halusinasi : …………………………………………………………….
Waktu terjadinya: ………………………………………………………….
Frekuensi halusinasi: ………………………………………………………
Respons pasien: …………………………………………………………….
Masalah keperawatan: …………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, BA., Akemat, Helena, N., 2006. Modul Model Praktek Keperawatan Keperawatan
Jiwa. Jakarta: FIK Universitas Indonesia.
Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC
Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University
Press.
Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan
Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.
Stuart,G.W &Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Jakarta: EGC.
UNIT 6
ASUHAN KEPERAWATAN
PADA KLIEN D ENGAN ISOLASI SOSIAL
� 100 Menit
PENGANTAR
Respons perilaku individu terhadap stressor bervariasi sesuai dengan
kondisi masing-masing. Salah satu respons perilaku yang muncul adalah isolasi
sosial yang merupakan salah satu gejala negatif pasien dengan psikotik.
TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan konsep
asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial yang meliputi:
1. Mampu menjelaskan konsep teori isolasi sosial, meliputi :
a. Pengertian isolasi sosial
b. Penyebab terjadinya masalah isolasi sosial
c. Manifestasi klinik
d. Akibat
e. Penatalaksanaan
2. Mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan, meliputi :
1. Mengkaji data isolasi sosial
2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani
masalah isolasi sosial
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan isolasi
sosial.
BAHAN BACAAN
A. ISOLASI SOSIAL
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau
merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan
orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 2008).
Isolasi social adalah suatu sikap individu menghindari diri dari interaksi dengan
orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilanngan hubungan akrab dan tidak
mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan
(Yosep, 2008).
Isolasi social adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. (Keliat
dan Akemat, 2010).
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Beberapa faktor pendukung yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :
1) Faktor Perkembangan
Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu /
pengasuh kepada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat
menghambat terbentuknya rasa percaya.
2) Faktor komunikasi dalam keluarga
Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk
mengembangkan gangguan tingkah laku. Sikap bermusuhan / hostilitas.
Sikap mengancam dan menjelek – jelekkan anak. Ekspresi emosi yang tinggi.
Orang tua atau anggota keluarga sering berteriak, marah untuk persoalan
kecil / spele, sering menggunakan kekerasan fisik untuk mengatasi masalah,
selalu mengkritik, mengkhayalkan, anak tidak diberi kesempatan untuk
mengungkapkan pendapatnya tidak memberi pujian atas keberhasilan anak .
3) Faktor sosial budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri lingkungan merupakan faktor
pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Contoh : Individu yang
berpenyakit kronis, terminal, menyandang cacat atau lanjut usia.
Demikianlah kebudayaan yang mengizinkan seseorang untuk tidak keluar
ruman (pingit) dapat menyebabkan isolasi sosial.
4) Faktor biologi
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa, insiden
tertinggi skizofrenia di temukan pada keluarganya yang anggota keluarga
menderita skizofrenia.
b. Faktor Presipitasi
Stresor presipitas terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor Internal
maupun eksternal meliputi.
1) Stressor sosial budaya
Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,
terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti : perceraian, berpisah
dengan orang yang dicintai kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian
karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara .
2) Stressor Giokimic
Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta traktus saraf
dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia
3) Stressor biologic dan lingkungan sosial
Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi
akibat interaksi antara individu, lingkungan, maupun biologis.
4) Stressor psikologis
Kecemasan yang tertinggi akan menyebabkan menurunya kemampuan
individu untuk berhubungan dengan orang lain. Ego pada klien psikotik
mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stres. Hal ini berkaitan
dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase
sinibiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.
a) Hubungan ibu dan anak
Ibu dengan kecemasan tinggi akan mengkomunikasikan kecemasannya
pada anak, misalnya dengan tekanan suara yang tinggi, hal ini membuat
anak bingung, karena belum dapat mengklasifikasikan dan mengartikan
pasien tersebut.
b) Dependen versus Interdependen
Ibu yang sering membatasi kemandirian anak, dapat menimbulkan
konflik, di satu sisi anak ingin mengembangkan kemandiriannya.
3. Manifestasi Klinis
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghidar dari orang lain (menyendiri)
c. Klien tampak memisahkan diri dari orang lain misalnya pada saat makan.
b. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.
c. Komunikasi kurang / tidak ada.
d. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.
e. Tidak ada kontak mata : klienlebih sering menunduk.
f. Mengurung diri di kamar / tempat terpisah, klien kurang dalam mobilitas.
g. Menolak berhubungan dengan orang lain.
h. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan
rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
4. Akibat
Menurut Stuart & Sundeen (2007) akibat dari isolasi sosial ini, individu dapat
mengalami gangguan sensori persepsi seperti halusinasi dengar. Halusinasi
merupakan respons maladaptif individu yang sedang mengalami gangguan persepsi
seperti pada pasen skizofrenia.
5. Penatalaksanaan
a. Farmakoterapi
b. Terapi fisik ECT (Elektro Compution Teraphy)
c. Terapi psikologi Terapi social
d. Terapi Aktivitas Kelompok (Keliat, 2005):
Terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan isolasi
sosial adalah TAK sosialisasi yang terdiri dari tujuh sesi yaitu:
1) Sesi 1: Kemampuan memperkenalkan diri
2) Sesi 2: Kemampuan berkenalan
3) Sesi 3: Kemampuan bercakap-cakap
4) Sesi 4: Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu
5) Sesi 5: Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi
6) Sesi 6: Kemampuan bekerjasama
7) Sesi 7: Evaluasi kemampuan sosialisasi
B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
1. Pengkajian
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:
• Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
• Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
• Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
• Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
• Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
• Pasien merasa tidak berguna
• Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat Saudara tanyakan pada waktu wawancara
untuk mendapatkan data subyektif:
• Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang di sekitarnya (keluarga atau
tetangga)?
• Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapa teman dekat itu?
• Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?
• Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?
• Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?
• Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan orang
sekitarnya?
• Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?
• Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?
Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat diobservasi:
• Tidak memiliki teman dekat
• Menarik diri
• Tidak komunikatif
• Tindakan berulang dan tidak bermakna
• Asyik dengan pikirannya sendiri
• Tak ada kontak mata
• Tampak sedih, afek tumpul
Masalah Keperawatan yang muncul dan data yang perlu dikaji
Masalah
Keperawatan
Data yang perlu dikaji
Isolasi Sosial
DO:
- Menyendiri, mengurung diri
- Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
- Tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain
- Mematung
- Mondar-mandir tanpa arah
DS:
- Mengatakan malas berinteraksi
- Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya.
- Merasa orang lain tidak selevel
- Curiga dengan orang lain
- Mendengar suara-suara/ melihat bayangan
- Merasa tak berguna
Gangguan konsep
diri: Harga diri
rendah
DO:
- Kontak mata kurang
- Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
- Tampak malas-malasan
- Produktivitas menurun
DS:
- Mengeluh hidup tidak bermakna
- Tidak memiliki kelebihan apa pun
- Merasa jelek
- Mengatakan malas
- Putus asa
- Ingin mati
Risiko tinggi
gangguan sensori
persepsi:
Halusinasi dengar
DO:
- Bicara sendiri
- Tertawa sendiri
- Marah tanpa sebab
- Menyendiri
- Melamun
DS:
- Mengatakan mendengar suara bisikan/ melihat bayangan
- Menyatakan kesal
- Menyatakan senang dengan suara-suara
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pohon masalah
Risiko tinggi gangguan sensori persepsi: Halusinasi dengar
Isolasi Sosial
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
b. Diagnosa keperawatan
Ditetapkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang ditemukan pada
pasien
Isolasi Sosial
3. Tindakan Keperawatan
a. Tujuan: Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu
1) Membina hubungan saling percaya
2) Menyadari penyebab isolasi sosial
3) Berinteraksi dengan orang lain
b. Tindakan
1) Membina Hubungan Saling Percaya
Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya,
adalah :
• Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien
• Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang
Saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien
• Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini
• Buat kontrak asuhan: apa yang Saudara akan lakukan bersama pasien,
berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana
• Jelaskan bahwa Saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh
untuk kepentingan terapi
• Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien
• Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan
Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi sosial kadang-
kadang perlu waktu yang lama dan interaksi yang singkat dan sering, karena
tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain. Untuk itu Saudara
sebagai perawat harus konsisten bersikap terapeutik kepada pasien. Selalu
penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan. Pendekatan yang
konsisten akan membuahkan hasil. Bila pasien sudah percaya dengan
Saudara program asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan.
2) Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial
Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini adalah sebagai berikut :
• Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan
orang lain
• Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain
3) Membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain
Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki
banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka
4) Membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan
Dilakukan dengan cara:
• Mendiskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul
dengan orang lain
• Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien
5) Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap
Saudara tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam
berinteraksi dengan orang lain, karena kebiasaan tersebut telah terbentuk
dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu Saudara dapat melatih pasien
berinteraksi secara bertahap. Mungkin pasien hanya akan akrab dengan
Saudara pada awalnya, tetapi setelah itu Saudara harus membiasakan pasien
untuk bisa berinteraksi secara bertahap dengan orang-orang di sekitarnya.
Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat Saudara lakukan
sebagai berikut:
• Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang
lain yang dilakukan di hadapan Saudara
• Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien, perawat
atau keluarga)
• Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi
dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.
• Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh
pasien.
• Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan
orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.
SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab
isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan
kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien
berkenalan
Orientasi (Perkenalan):
“Assalammu’alaikum ”
“Saya H ……….., Saya senang dipanggil Ibu Her …………, Saya perawat di Ruang Mawar ini…
yang akan merawat Ibu.”
“Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”
“Apa keluhan S hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan
teman-teman S? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau
berapa lama, S? Bagaimana kalau 15 menit”
Kerja:
(Jika pasien baru)
”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan S? Siapa yang jarang
bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang bercakap-cakap dengannya?”
(Jika pasien sudah lama dirawat)
”Apa yang S rasakan selama S dirawat disini? O.. S merasa sendirian? Siapa saja yang S
kenal di ruangan ini”
“Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”
“Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang
lain?”
”Menurut S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman
bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau
kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien
dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu
inginkah S belajar bergaul dengan orang lain ?
« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”
“Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama
panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang dipanggil Si. Asal
saya dari Bireun, hobi memasak”
“Selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama
Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”
“Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan dengan saya!”
“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”
“Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal
yang menyenangkan S bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga,
pekerjaan dan sebagainya.”
Terminasi:
”Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan?”
”S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”
”Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada.
Sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke pasien lain.
Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”
”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak S berkenalan dengan teman
saya, perawat N. Bagaimana, S mau kan?”
”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaiku
SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap
(berkenalan dengan orang pertama -seorang perawat-)
Orientasi :
“Assalammualaikum S! ”
“Bagaimana perasaan S hari ini?
« Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi sambil
bersalaman dengan Suster ! »
« Bagus sekali, S masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak S mencoba
berkenalan dengan teman saya perawat N. Tidak lama kok, sekitar 10 menit »
« Ayo kita temui perawat N disana »
Kerja :
( Bersama-sama S saudara mendekati perawat N)
« Selamat pagi perawat N, ini ingin berkenalan dengan N »
« Baiklah S, S bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktekkan kemarin «
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N : memberi salam,
menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)
« Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan tentang keluarga
perawat N »
« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat
janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1 siang nanti »
« Baiklah perawat N, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali ke
ruangan S. Selamat pagi »
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat N untuk melakukan terminasi dengan
S di tempat lain)
Terminasi:
“Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan perawat N”
”S tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”
”Pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik
lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan
sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada
jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti S coba sendiri. Besok
kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok.”
SP 3 Pasien : Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan orang kedua-
seorang pasien)
Orientasi:
“Assalammu’alaikum S! Bagaimana perasaan hari ini?
”Apakah S bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang”
(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain
”Bagaimana perasaan S setelah bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang”
”Bagus sekali S menjadi senang karena punya teman lagi”
”Kalau begitu S ingin punya banyak teman lagi?”
”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien O”
”seperti biasa kira-kira 10 menit”
”Mari kita temui dia di ruang makan”
Kerja:
( Bersama-sama S saudara mendekati pasien )
« Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. »
« Baiklah S, S sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah S lakukan
sebelumnya. »
(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama, nama
panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama). »
« Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada O»
« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat
janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti »
(S membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)
« Baiklah O, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali ke ruangan S.
Selamat pagi »
(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat O untuk melakukan terminasi dengan
S di tempat lain)
Terminasi:
“Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O”
”Dibandingkan kemarin pagi, N tampak lebih baik saat berkenalan dengan O” ”pertahankan
apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan O jam 4 sore
nanti”
”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang lain
kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari S dapat berbincang-bincang dengan
orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, S bisa bertemu
dengan N, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal. Selanjutnya S bisa berkenalan
dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana S, setuju kan?”
”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman S. Pada jam yang sama
dan tempat yang sama ya. Sampai besok.. Assalamu’alaikum”
4. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
a. Tujuan: setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi
sosial
b. Tindakan: Melatih Keluarga Merawat Pasien Isolasi sosial
Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu
pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu bersama-
sama dengan pasien sepanjang hari.
Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah
meliputi:
1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.
2) Menjelaskan tentang:
• Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
• Penyebab isolasi sosial.
• Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:
- Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap
peduli dan tidak ingkar janji.
- Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa
melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu dengan tidak
mencela kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar.
- Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah.
- Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.
3) Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial
4) Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari,
mendiskusikan yang dihadapi.
5) Menyusun perencanaan pulang bersama keluarga
SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi
sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan
isolasi sosial
Peragakan kepada pasangan saudara komunikasi dibawah ini
Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak”
”Perkenalkan saya perawat H, saya yang merawat, anak bapak, S, di ruang Mawar ini”
”Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”
” Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak S sekarang?”
“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara
perawatannya”
”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau setengah
jam?”
Kerja:
”Apa masalah yang Bp/Ibu hadapi dalam merawat S? Apa yang sudah dilakukan?”
“Masalah yang dialami oleh anak S disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala
penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”.
” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,
kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”
”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat
berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah dengan
orang–orang terdekat”
“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami halusinasi,
yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”
“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya harus
sabar menghadapi S. Dan untuk merawat S, keluarga perlu melakukan beberapa hal.
Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan S yang caranya adalah
bersikap peduli dengan S dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan
semangat dan dorongan kepada S untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan
orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien.”
« Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan S.
Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah
tangga bersama.”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu”
” Begini contoh komunikasinya, Pak: S, bapak lihat sekarang kamu sudah bisa bercakap-
cakap dengan orang lain.Perbincangannya juga lumayan lama. Bapak senang sekali melihat
perkembangan kamu, Nak. Coba kamu bincang-bincang dengan saudara yang lain. Lalu
bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalau di rumah sakit ini, kamu
sholat di mana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersana-sama keluarga atau di mushola
kampung. Bagiamana S, kamu mau coba kan, nak ?”
”Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan”
”Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali”
”Sampai sini ada yang ditanyakan Pak”
Terminasi:
“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?”
“Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda orang
yang mengalami isolasi sosial »
« Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang mengalami
masalah isolasi sosial »
« Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut »
«Nanti kalau ketemu S coba Bp/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua keluarga
agar mereka juga melakukan hal yang sama. »
« Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada S ? »
« Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama »
« Assalamu’alaikum »
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan
masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien
Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”
”Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari berberapa hari
yang lalu?”
“Mari praktekkan langsung ke S! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan coba 30
menit.”
”Sekarang mari kita temui S”
Kerja:
”Assalamu’alaikum S. Bagaimana perasaan S hari ini?”
”Bpk/Ibu S datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong S tunjukkan jadwal kegiatannya!”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari
lalu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan S setelah berbincang-bincang dengan Orang tua S?”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)
Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah bagus.”
« «Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada S »
« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan cara
merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak »
« Assalamu’alaikum »
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
”Karena besok S sudah boleh pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan di rumah.”
”Bagaimana kalau kita membicarakan jadwal S tersebut disini saja”
”Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”
Kerja:
”Bpk/Ibu, ini jadwal S selama di rumah sakit. Coba dilihat, mungkinkah dilanjutkan di
rumah? Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di rumah, baik
jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak
Bapak selama di rumah. Misalnya kalau S terus menerus tidak mau bergaul dengan orang
lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal
ini terjadi segera hubungi perawat K di puskemas Indara Puri, Puskesmas terdekat dari
rumah Bapak, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx
”Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan S selama di rumah
Terminasi:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S untuk dibawa
pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke PKM
sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”
5. Evaluasi
a. Kemampuan pasien dan keluarga
b. Kemamapuan perawat
PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA
PASIEN DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL
Nama pasien : .................
Ruangan : ...................
Nama perawat:...................
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi
No Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl
A Pasien
1 Menyebutkan penyebab isolasi sosial
2 Menyebutkan keuntungan berinteraksi
dengan orang lain
3 Menyebutkan kerugian tidak berinteraksi
dengan orang lain
4 Berkenalan dengan satu orang
5 Berkenalan dengan dua orang atau lebih
6 Memiliki jadwal kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain sebagai salah
satu kegiatan harian
7 Melakukan perbincangan dengan orang lain
sesuai jadwal harian
B Keluarga
1 Menyebutkan pengertian, penyebab, tanda
dan gejala isolasi sosial
2 Menyebutkan cara-cara merawat pasien
dengan isolasi sosial
3 Mendemonstrasikan cara merawat pasien
dengan isolasi sosial
4 Menyebutkan tempat rujukan yang sesuai
untuk pasien isolasi sosial
PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT
DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL
Nama pasien : .................
Ruangan : ...................
Nama perawat:...................
Petunjuk pengisian:
Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian
kinerja (No 04.01.01).
Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.
No
Kemampuan
Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
A Pasien
SP I p
1 Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien
2 Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan
berinteraksi dengan orang lain
3 Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak
berinteraksi dengan orang lain
4 Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu
orang
5 Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan
harian
Nilai SP I p
SP II p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Memberikan kesempatan kepada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang
3 Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-
bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan
harian
Nilai SP II p
SP III p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Memberikan kesempatan kepada berkenalan dengan
dua orang atau lebih
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP III p
B Keluarga
SP I k
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam
merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial
yang dialami pasien beserta proses terjadinya
3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial
Nilai SP I k
SP II k
1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien
dengan isolasi sosial
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada pasien isolasi sosial
Nilai SP II k
SP III
1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah
termasuk minum obat (discharge planning)
2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Nilai SP III k
Total nilai : SP p + SP k
Rata-rata
F. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan yang
meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi
tindakan keperawatan, dan evaluasi.
1. Pedoman Pengkajian Isolasi sosial
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti bagi pasien:
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat:
c. Hambatan berhubungan dengan orang lain:
Masalah keperawatan: --------------------------------------------------------------
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Keliat, BA., Akemat, Helena, N., 2006. Modul Model Praktek Keperawatan Keperawatan
Jiwa. Jakarta: FIK Universitas Indonesia.
Keliat dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC
Stuart,G.W &Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Jakarta: EGC.
Yosep. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Jakarta : Refika Aditama.
UNIT 7
A SUHAN KEPERAWA TAN
PADA KL IEN D ENGAN H ARGA DIRI RENDAH
� 100 Menit
PENGA NTAR
Kehilangan baik pekerjaan, harta benda, bahkan nyawa. Dampak kehilangan-
kehilangan tersebut sangat mempengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya,
yang berakibat dapat mengganggu harga diri seseorang.
Modul ini berisi panduan agar Saudara dapat menangani pasien dengan masalah
keperawatan harga diri rendah baik dengan menggunakan pendekatan secara
individual maupun kelompok.
TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan konsep asuhan
keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah yang meliputi:
1. Mampu menjelaskan konsep teori harga diri rendah, meliputi :
a. Pengertian harga diri rendah
b. Penyebab terjadinya masalah harga diri rendah
c. Manifestasi klinik
d. Akibat
e. Penatalaksanaan
2. Mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan, meliputi :
1. Mengkaji data harga diri rendah
2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani masalah
harga diri rendah
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan harga diri
rendah.
B A H A N B A C A A N
A. HARGA DIRI RENDAH
1. Pengertian
Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan
menganalisis seberapa sesuai perilaku dengan ideal diri (Stuart & Sundeen, 2007)
Harga diri rendah adalah cenderung untuk memilih dirinya negative dan merasa lebih
rendah dari orang lain (Carpenito, 2008).
Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak
dapat bertanggung jawab pada kehidupannya sendiri (Keliat dan Akemat, 2010).
2. Penyebab
a. Faktor Predisposisi
1) Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang lain, harapan orang
tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai
tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang
tidak realistis.
2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks, tuntutan
peran kerja, harapan peran kultural.
3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak percayaan
orang tua tekanan dari kelompok sebaya, perubahan dalam stuktural sosial.
B. Faktor Presipitasi
1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian
yang mengancam kehidupannya.
2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan
dimana individu mengalaminya sebagai frustasi
3) Transisi Peran situasi adalah terjadi dengan bertambah atau berkurangnya
anggota keluarga melalui kelahiran dan kematian
4) Transisi peran sehat sakit akibat pergeseran dari keadaan sehat ke sakit
dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran bentuk,
penampilan, fungsi tubuh, perubahan fisik berhubungan dengan tumbang
normal moral dan prosedur medis keperawatan.
3. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala harga diri rendah yaitu :
a. Merasa dirinya lebih rendah dari orang lain
b. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
c. Gangguan dalam berhubungan
d. Rasa diri penting yang berlebihan
e. Perasaan tidak mampu
f. Rasa bersalah
g. Pandangan hidup yang pesimif
h. Penolakan terhadap kemampuan personal
i. Menarik diri secara social
j. Khawatir dan menarik diri dari realitas
4. Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu
bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial
menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang
maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan social.
5. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan klien dengan harga diri rendah meliputi:
a. Farmakologi.
b. Terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku, terapi
keluarga, terapi spiritual, terapi lingkungan, terapi aktivitas kelompok yang
tujuannya adalah memperbaiki perilaku klien dengan harga diri rendah.
c. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi (kembali memfungsikan) dan
perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam
kehidupan bermasyarakat.
d. Menurut Stuart dan Sundeen (2007) penatalaksanaan pada klien dengan
gangguan konsep diri berfokus pada tingkat penilaian kognitif terhadap
kehidupan yang terdiri dari :
1) Meluaskan kesadaran diri yaitu dengan meningkatkan hubungan
keterbukaan dan saling percaya.
2) Menyelidiki dan mengeksplorasi diri (self exploration) yaitu membantu klien
untuk menerima perasaan dan pikirannya.
3) Perencanaan realita (realita planing) membantu klien bahwa hanya dia saja
yang dapat merubah bukan rang lain.
4) Tanggung jawab bertindak (comitment to action) membantu klien
melakukan tindakan yang perlu untuk merubah respon maladaptif dan
mempertahankan respon adaptif.
e. Terapi Aktivitas Kelompok (Keliat, 2005):
TAK untuk pasien harga diri rendah berbentuk TAK Stimulasi Persepsi yang
terdiri dari:
1) Sesi I: identifikasi hal positif diri
2) Sesi II: melatih positif pada diri
B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH
1. Pengkajian
Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :
• Mengkritik diri sendiri
• Perasaan tidak mampu
• Pandangan hidup yang pesimis
• Penurunan produktifitas
• Penolakan terhadap kemampuan diri
Selain data diatas, saudara dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga
diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih,
selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk,
bicara lambat dengan nada suara lemah.
Masalah Keperawatan yang muncul dan data yang perlu dikaji
Masalah Keperawatan Data-data yang perlu dikaji
Gangguan konsep diri:
Harga diri rendah
DO:
- Kontak mata kurang
- Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
- Tampak malas-malasan
- Produktivitas menurun
DS:
- Mengeluh hidup tidak bermakna
- Tidak memiliki kelebihan apa pun
- Merasa jelek
- Mengatakan malas
- Putus asa
- Ingin mati
Defisit Perawatan Diri
DO :
- Badan kotor
- Dandanan tidak rapi
- Makan berantakan
- BAK/BAB sembarangan
- Tidak tersedia alat kebersihan, makan, dan toileting
DS :
- Menyatakan malas mandi
- Tidak tahu cara makan yang baik
- Tidak tahu cara dandan yang baik
- Tidak tahu cara eliminasi yang baik
Risiko tinggi gangguan
sensori persepsi:
Halusinasi dengar
DO:
- Bicara sendiri
- Tertawa sendiri
- Marah tanpa sebab
- Menyendiri
- Melamun
DS:
- Mengatakan mendengar suara bisikan/ melihat bayangan
- Menyatakan kesal
- Menyatakan senang dengan suara-suara
2. Diagnosa keperawatan
a. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
Gangguan konsep diri: harga diri rendah
Gangguan Citra Tubuh
b. Diagnosa keperawatan
Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau
pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat
menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien sebagai berikut:
3. Tindakan Keperawatan
Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan harga diri rendah
adalah menetapkan beberapa tindakan keperawatan.
1. Tindakan keperawatan pada pasien :
a. Tujuan :
1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki
2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan
3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan
4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan
5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih
a. Tindakan keperawatan :
1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih
dimiliki pasien.
Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif
yang masih dimilikinya , perawat dapat :
• Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki
pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan
lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.
• Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan
pasien penilaian yang negatif.
Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah
2) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.
Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :
• Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat
ini.
• Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan
diri yang diungkapkan pasien.
• Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif
3) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih
Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :
• Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan
dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.
• Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara
mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan
kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan
terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat
dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari
pasien.
4) Melatih kemampuan yang dipilih pasien
Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:
• Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih
• Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan
• Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.
5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih
Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat melakukan
hal-hal berikut :
• Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan
• Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari
• Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
kegiatan
• Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih
• Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan
SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,
membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,
membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan
dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal
pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian
Orientasi :
“Assalamualaikum, bagaimana keadaan T hari ini ? T terlihat segar“.
”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T
lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T dilakukna di rumah
sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”
”Dimana kita duduk ? bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20
menit ?
Kerja :
” T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula
kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar?
Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan
kegiatan yang T miliki “.
” T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah
sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang
masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit
ini.
”Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O yang
nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan
merapihkan tempat tidur T”. Mari kita lihat tempat tidur T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat
tidurnya?”
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan
selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang
kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan
masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di
sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
” T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan
sebelum dirapikan? Bagus ”
“ Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau T lakukan tanpa
disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan.
Terminasi :
“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat tidur ?
Yach, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah
satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah T praktekkan dengan baik sekali. Nah
kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. T. Mau berapa kali sehari merapihkan
tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa lagi yang
mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu
begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan
pagi Sampai jumpa ya”
SP 2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan
kemampuan pasien.
Orientasi :
“Assalammua’laikum, bagaimana perasaan T pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
”Bagaimana T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pag? Bagus (kalau
sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih
ingat apa kegiatan itu T?”
”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini”
”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”
Kerja :
“ T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/tapes
untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas., T
bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah
untuk membuang sisa-makanan.
“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa
kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian T bersihkan piring tersebut
dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai
disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut.
Setelah itu T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di
dapur. Nah selesai…
“Sekarang coba T yang melakukan…”
“Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya
Terminasi :
”Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring ?”
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari
T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali setelah makan.”
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan cuci
piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”
”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”
4. Tindakan keperawatan pada keluarga
Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi
sistem pendukung yang efektif bagi pasien.
a. Tujuan :
1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien
2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien
3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan
memberikan pujian atas keberhasilan pasien
4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien
b. Tindakan keperawatan :
1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien
2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien
3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji
pasien atas kemampuannya
4) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah
5) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah
6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien
dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya
7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah
SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di
rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah,
menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah,
mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan
memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat
Orientasi :
“Assalammu’alaikum !”
“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T? Berapa lama waktu
Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”
Kerja :
“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah T”
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering
menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada T, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan
dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki
masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif
terhadap diri sendiri. Bila keadaan T ini terus menerus seperti itu, T bisa mengalami masalah
yang lebih berat lagi, misalnya T jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung
diri”
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu
memberikan perawatan yang baik untuk T”
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang
sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan T)
” T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta telah
dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan T untuk
melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu.
Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda
cek list pada jadual yang kegiatannya”.
”Selain itu, bila T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu memantau
perkembangan T. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi,
bapak/Ibu dapat membawa T ke puskesmas”
”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada T”
”Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang
mengatakan: Bagus sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”
”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”
Terminasi :
”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”
“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T dan bagaimana cara
merawatnya?”
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu kemari
lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian
langsung kepada T”
“Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga
diri rendah langsung kepada pasien
Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”
”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak BapakIbu seperti yang kita pelajari dua hari
yang lalu?”
“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada T.”
”Waktunya 20 menit”.
”Sekarang mari kita temui T”
Kerja:
”Assalamu’alaikum T. Bagaimana perasaan T hari ini?”
”Hari ini saya datang bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya,
orang tua T juga ingin merawat T agar T cepat pulih.”
(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa
hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak Bapak/Ibu”
(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah
dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).
”Bagaimana perasaan T setelah berbincang-bincang dengan Orang tua T?”
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua T ke ruang perawat dulu”
(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)
Terminasi:
“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”
« «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada T »
« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu melakukan
cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak/Bu »
« Assalamu’alaikum »
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Orientasi:
“Assalamu’alaikum Pak/Bu”
”Karena hari ini T sudah boleh pulang, maka kita akan membicarakan jadwal Tselama di
rumah”
”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor
Kerja:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua dapat
dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama T dirawat dirumah sakit
tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”
”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh T selama di
rumah. Misalnya kalau T terus menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif
terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan
orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat K di puskemas Indara Puri, Puskesmas
terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx
”Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan T selama di rumah
Terminasi:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S untuk dibawa pulang.
Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat
habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”
5. Evaluasi
a. Kemampuan pasien dan keluarga
b. Kemampuan perawat
PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA
DENGAN MASALAH HARGA DIRI RENDAH
Nama pasien : .....................
Ruangan : ......................
Nama Perawat :......................
Petunjuk pengisisan:
1. Berilah tanda (V) jika pasien mampu melakuykan kemampuan dibawah ini
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi
No Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
A Pasien
1 Menyebutkan kemampuan dan aspek
positif yang dimiliki
2 Menilai kemampuan yang masih dapat
digunakan
3 Memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai
dengan
4 Melatih kemampuan yang telah dipilih
5 Melaksanakan kemampuan yang telah
dilatih
6 Melakukan kegiatan sesuai jadwal
B Keluarga
1 Menjelaskan pengertian serrta tanda-
tanda orang dengan harga diri rendah
2 Menyebutkan tiga cara merawat pasien
harga diri rendah (memberikan pujian,
menyediakan fasilitas untuk pasien, dan
melatih pasien melakukan kemampuan)
3 Mampu mempraktekkan cara merawat
pasien
4 Melakukan follow up sesuai rujukan
PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN
DENGAN HARGA DIRI RENDAH
Ruangan: .................................
Nama Perawat:..........................
Petunjuk pengisian:
Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian
kinerja (No 04.01.01).
Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.
No
Kemampuan
Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
A Pasien
SP I p
1 Mengidenfikasi kemampuan dan aspek positif yang
dimiliki pasien
2 Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang
masih dapat digunakan
3 Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih
sesuai dengan kemampuan pasien
4 Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih
5 Memberikan pujian yang wajar terhadap
keberhasilan pasien
6 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP I p
SP II p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Melatih kemampuan kedua
3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP II p
B Keluarga
SP I k
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri
rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya
Nilai SP I k
3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri
rendah
SP II k
1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien dengan harga diri rendah
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada pasien harga diri rendah
Nilai SP II k
SP III k
1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di
rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Nilai SP III k
Total nilai: SP p + SP k
Rata-rata
6. DOKUMENTASIKAN ASUHAN KEPERAWATAN
Pendokumentasian dilakukan dengan menggunakan format yang telah dibuat.
Berikut ini adalah contoh pendokumentasian pasien harga diri rendah :
Coba saudara dokumentasikan pengkajian dan diagnosa keperawatan pasien harga diri
rendah menggunakan format yang sudah disediakan
Berikut ini adalah lingkup pengkajian pasien harga diri rendah :
a. Keluhan utama :……………………………………..
b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan…………………..
c. Konsep diri
- Gambaran diri
- Ideal diri
- Harga diri
- Identitas
- Peran
Jelaskan :...........................................................................
Masalah keperawatan :......................................................
d. Alam perasaan
[ ] Sedih [ ] Putus asa
[ ] Ketakutan [ ] Gembira berlebihan
Jelaskan :………………………………….
Masalah keperawatan :…………………….
e. Interaksi selama wawancara
[ ] Bermusuhan [ ] Tidak kooperatif
[ ] Mudah tersinggung [ ] Kontak mata kurang
[ ] Defensif [ ] Curiga
Jelaskan :…………………………………….
Masalah keperawatan :………………………
f. Penampilan :
Jelaskan :…………………………………..
Masalah keperawatan :……………………..
DAFTAR PUSTAKA
Carpenito, Lynda Juall. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC
Keliat, BA., Akemat, Helena, N. dkk, 2006. Modul Model Praktek Keperawatan
Keperawatan Jiwa. Jakarta: FIK Universitas Indonesia.
Keliat dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC
Stuart,G.W &Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).
Jakarta: EGC.
UNIT 5
A SUHAN KEPERAWA TAN
PADA KL IEN D ENGAN D EFIS IT PERAW ATAN D IR I
� 100 Menit
PENGA NTAR
Pada pasien gangguan jiwa yang kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri
yang merupakan gejala negatif hal ini menyebabkan pasien dikucilkan dalam keluarga
maupun masyarakat.
Modul ini akan membahas cara-cara merawat pasien dengan kurang perawatan diri
(tidak peduli terhadap perawatan diri) agar pasien dan keluarga mempunyai
kemampuan merawat pasien di rumah.
TUJUAN
Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan konsep asuhan
keperawatan pada pasien dengan defisit perawatan diri yang meliputi:
1. Mampu menjelaskan konsep teori defisit perawatan diri, meliputi :
a. Pengertian defisit perawatan diri
b. Penyebab terjadinya masalah defisit perawatan diri
c. Manifestasi klinik
d. Akibat
e. Penatalaksanaan
2. Mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan, meliputi :
1. Mengkaji data defisit perawatan diri
2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji
3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien
4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga
5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani masalah
defisit perawatan diri
6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan defisit
perawatan diri.
BAHA N BACAA N
A. DEFISIT PERAWATAN DIRI
a. Pengertian
Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan
sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya
jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).
Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas
perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Keliat dkk, 2006).
Deficit perawatan diri pada pasien dengan gagguan jiwa merupakan deficit peraatan diri
yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk
melakukan aktivitas perawatan diri menurun (Keliat dan Akemat 2010).
Menurut Stuart dan Sundeen (2007), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk
memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan
psikis.Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas
perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat
kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting {Buang
Air Besar (BAB)/Buang Air Kecil(BAK)} secara mandiri.
b. Penyebab
a. Faktor prediposisi
1) Perkembangan
Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif
terganggu.
2) Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.
3) Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.
4) Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi
lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.
b. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan
motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu
sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.
Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene
adalah:
1) Body Image
Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya
dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan
dirinya.
2) Praktik Sosial
Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan
terjadi perubahan pola personal hygiene.
3) Status Sosial Ekonomi
Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,
shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.
4) Pengetahuan
Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat
meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia
harus menjaga kebersihan kakinya.
5) Budaya
Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.
6) Kebiasaan seseorang
Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri
seperti penggunaan sabun, sampo dan lain- lain.
7) Kondisi fisik atau psikis
Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu
bantuan untuk melakukannya
c. Manifestasi Klinis
a. Fisik:
- Badan bau, pakaian kotor
- Rambut dan kulit kotor
- Kuku panjang dan kotor
- Gigi kotor disertai mulut yang bau
- Penampilan tidak rapi
b. Psikologis
- Malas, tidak ada inisiatif
- Menarik diri, isolasi diri
- Merasa tak berdaya, rendah diri, dan merasa hina
c. Sosial
- Interaksi kurang
- Kegiatan kurang
- Tidak mampu berprilaku sesuai norma
- Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat , gosok gigi dan
mandi tidak mampu mandiri
4. Akibat
Dampak yang ditimbulkan dengan keadaan defisit perawatan diri seperti pasien
dikucilkan di dalam keluarga atau masyarkat sehingga terjadi isolasi sosial dan bahkan
kehilangan kemampuan dan motivasi dalam melakukan perawatan terhadap tubuhnya.
5. Penatalaksanaan
a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri
- Bina hubungan saling percaya
- Bicarakan tentang pentingnya kebersihan
- Kuatkan kemampuan klien merawat diri
b. Membimbing dan menolong klien merawat diri
- Bantu klien merawat diri
- Ajarkan keterampilan secara bertahap
- Buatkan jadwal kegiatan setiap hari
c. Ciptakan lingkungan yang mendukung
- Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan perawatan diri
- Dekatkan peralatan agar mudah dijangkau oleh klien
- Sediakan lingkungan yang aman dan nyama
d. Terapi Aktivitas Kelompok
Terapi kelompok yang dapat diberikan untuk pasien dengan masalah defisit
perawatan diri adalah: TAK stimulasi persepsi:Perawatan Diri
1) Sesi I: Manfaat Perawatan Diri
2) Sesi II: Menjaga Kebersihan Diri
3) Sesi III: Tata Cara Makan dan Minum
4) Sesi IV: Tata Cara Toileting
5) Sesi V: Tata Cara Berdandan
B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
1. Pengkajian
Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan diri maka
tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu:
• Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan
bau, kuku panjang dan kotor.
• Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian
kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada
pasien wanita tidak berdandan.
• Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan
mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.
• Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK tidak pada
tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK
Masalah Keperawatan dan Data-data yang perlu dikaji
Masalah Keperawatan Data-data yang perlu dikaji
Defisit Perawatan Diri
DO :
- Badan kotor
- Dandanan tidak rapi
- Makan berantakan
- BAK/BAB sembarangan
- Tidak tersedia alat kebersihan, makan, dan toileting
DS :
- Menyatakan malas mandi
- Tidak tahu cara makan yang baik
- Tidak tahu cara dandan yang baik
- Tidak tahu cara eliminasi yang baik
Isolasi Sosial
DO:
- Menyendiri, mengurung diri
- Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
- Tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain
- Mematung
- Mondar-mandir tanpa arah
DS:
- Mengatakan malas berinteraksi
- Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya.
- Merasa orang lain tidak selevel
- Curiga dengan orang lain
- Mendengar suara-suara/ melihat bayangan
- Merasa tak berguna
Gangguan konsep diri:
Harga diri rendah
DO:
- Kontak mata kurang
- Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
- Tampak malas-malasan
- Produktivitas menurun
DS:
- Mengeluh hidup tidak bermakna
- Tidak memiliki kelebihan apa pun
- Merasa jelek
- Mengatakan malas
- Putus asa
- Ingin mati
2. Diagnosa Keperawatan
a. Pohon Masalah
Risiko gangguan integritas kulit
Perubahan proses pikir
Isolasi Sosial
Berdasarkan data yang didapat ditetapkan diagnosa keperawatan :
Kurang Perawatan Diri : - Kebersihan diri
- Berdandan
- Makan
- BAB/BAK
3. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan:
1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri
2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik
3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik
4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri
b. Tindakan keperawatan
1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri
Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat melakukan
tahapan tindakan yang meliputi:
a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.
b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri
c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri
d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri
2) Melatih pasien berdandan/berhias
Saudara sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki
tentu harus dibedakan dengan wanita.
Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
Defisit perawatan diri: Mandi/higiene
Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
3) Melatih pasien makan secara mandiri
Untuk melatih makan pasien Saudara dapat melakukan tahapan sebagai berikut:
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
Saudara dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan berikut:
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
SP1 Pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat
diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Selamat pagi, kenalkan saya suster R”
”Namanya siapa, senang dipanggil siapa?”
”Saya dinas pagi di ruangan ini pk. 07.00-14.00. Selama di rumah sakit ini saya yang akan
merawat T?”
“Dari tadi suster lihat T menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”
” Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ? ”
” Berapa lama kita berbicara ?. 20 menit ya...?. Mau dimana...?. disini aja ya. ”
KERJA
“Berapa kali T mandi dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini? Menurut T apa
kegunaannya mandi ?Apa alasan T sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut T apa
manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak
merawat diri dengan baik seperti apa ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita
tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut T yang bisa muncul ?” Betul ada
kudis, kutu...dsb.
“Apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja T menyisir rambut?
Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan berdandan?”
(Contoh untuk pasien laki-laki)
“Berapa kali T cukuran dalam seminggu? Kapan T cukuran terakhir? Apa gunanya cukuran?
Apa alat-alat yang diperlukan?”. Iya... sebaiknya cukuran 2x perminggu, dan ada alat
cukurnya?”. Nanti bisa minta ke perawat ya.
“Berapa kali T makan sehari?
”Apa pula yang dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus sikat gigi setelah makan.”
“Di mana biasanya T berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”. Iya... kita kencing dan
berak harus di WC, Nach... itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa membersihkan pakai air dan
sabun”.
“Menurut T kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa yang perlu kita
persiapkan? Benar sekali..T perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo dan
sabun serta sisir”.
”Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing T melakukannya.
Sekarang T siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokkan pada kepala
T sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali.. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di
seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai
odol.. giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi T mulai dari depan
sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh T
sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. T bagus sekali melakukannya. Selanjutnya T
pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba T
sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah T lakukan tadi ?”. ”Bagaimana
perasaan Tina setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang
coba Tina ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi”
”Bagus sekali mau berapa kali T mandi dan sikat gigi...?dua kali pagi dan sore, Mari...kita
masukkan dalam jadual aktivitas harian. Nach... lakukan ya T..., dan beri tanda kalau sudah
dilakukan Spt M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh, B ( bantuan ) kalau diingatkan baru
dilakukan dan T ( tidak ) tidak melakukani? Baik besok lagi kita latihan berdandan. Oke?” Pagi-
pagi sehabis makan.
SP 2 Pasien : Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan:
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Bercukur
ORIENTASI
“Selamat pagi Pak Tono?
“Bagaimana perasaan bpk hari ini? Bagaimana mandinya?”sudah dilakukan? Sudah ditandai di
jadual hariannya?
“Hari ini kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya. Bagaimana kalau di ruang tamu
? lebih kurang setengah jam”.
KERJA
“Apa yang T lakukan setelah selesai mandi ?”apa T sudah ganti baju?
“Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih
2x/hari. Sekarang coba bapak ganti baju.. Ya, bagus seperti itu”.
“Apakah T menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir ?”Coba kita praktekkan, lihat ke cermin,
bagus…sekali!
“Apakah T suka bercukur ?Berapa hari sekali bercukur ?” betul 2 kali perminggu
“Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari Pak dirapikan ! Ya, Bagus !”
(catatan: janggut dirapihkan bila pasien tidak memelihara janggut)
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan”.
“Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi”..
“Selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi ya! Mari
kita masukan pada jadual kegiatan harian, pagi jam berapa, lalu sore jam berap ?
“Nanti siang kita latihan makan yang baik. Diruang makan bersama dengan pasien yang lain.
SP 3 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita
a) Berpakaian
b) Menyisir rambut
c) Berhias
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Selamat pagi, bagaimana perasaaan T hari ini ?Bagaimana mandinya?”Sudah di tandai
dijadual harian ?
“Hari ini kita akan latihan berdandan supaya T tampak rapi dan cantik. Mari T kita dekat cermin
dan bawa alat-alatnya( sisir, bedak, lipstik )
KERJA
“ Sudah diganti tadi pakaianya sehabis mandi ? Bagus….! Nach…sekarang disisir rambutnya
yang rapi, bagus…! Apakah T biasa pakai bedak?” coba dibedakin mukanyaT, yang rata dan
tipis. Bagus sekali.” “ T, punya lipstik mari dioles tipis. Nach…coba lihat dikaca!
TERMINASI
“Bagaimana perasaan T belajar berdandan”
“T jadi tampak segar dan cantik, mari masukkan dalam jadualnya. Kegiatan harian, sama
jamnya dengan mandi. Nanti siang kita latihan makan yang baik di ruang makan bersama
pasien yang lain”.
SP 4 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri
a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan
b) Menjelaskan cara makan yang tertib
c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan
d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Selamat siang T,”
” Wow...masih rapi dech T”.
“Siang ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung di ruang
makan ya..!” Mari...itu sudah datang makanan.“
KERJA
“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana T makan?”
“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan! “Bagus!
Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. Silakan T yang
pimpin!. Bagus..
“Mari kita makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan pelan-pelan. Ya,
Ayo...sayurnya dimakanya.”“Setelah makan kita bereskan piring,dan gelas yang kotor. Ya betul..
dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus!” Itu Suster Ani sedang bagi obat, coba...T minta
sendiri obatnya.”
TERMINASI
“Bagaimana perasaan T setelah kita makan bersama-sama”.
”Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan, ( cuci tangan, duduk yang baik, ambil
makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan.)”
” Nach... coba T lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam jadual?.Besok kita
ketemu lagi untuk latihan BAB / BAK yang baik, bagaiman kalau jam 10.00 disini saja ya...!”
SP 5 Pasien : Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri
a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai
b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK
c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
Orientasi
“Selamat pagi T ? Bagaimana perasaan T hari ini ?” Baik..! sudah dijalankan jadual
kegiatannya..?”
“Kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing yang baik?
“ Kira-kira 20 menit ya...T. dan dimana kita duduk? Baik disana dech...!
Kerja
Untuk pasien pria:
“Dimana biasanya Tono berak dan kencing?” “Benar Tono, berak atau kencing yang baik itu di
WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran pembuangan
kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di sembarang tempat ya.....”
“Sekarang, coba Tono jelaskan kepada saya bagaimana cara Tono cebok?”
“Sudah bagus ya Tono, yang perlu diingat saat Tono cebok adalah Tono membersihkan anus
atau kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing yang masih
tersisa di tubuh Tono”. “Setelah Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di
kakus/WC dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai
tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan tinja/air kencing seperti
ini, berarti Tono ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/
air kencing”
“Setelah selesai membersihan tinja/air kencing, Tono perlu merapihkan kembali pakaian
sebelum keluar dari WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting celana telah tertutup rapi , lalu
cuci tangan dengan menggunakan sabun.”
Untuk pasien wanita:
“Cara cebok yang bersih setelah T berak yaitu dengan menyiramkan air dari arah depan ke
belakang. Jangan terbalik ya, …… Cara seperti ini berguna untuk mencegah masuknya
kotoran/tinja yang ada di anus ke bagian kemaluan kita”
“Setelah Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC dibersihkan.
Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air kencing itu
tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan tinja/air kencing seperti ini, berarti Tono
ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing”
“Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus, lalu cuci tangan
dengan menggunakan sabun.”
Terminasi
“Bagaimana perasaan T setelah kita membicarakan tentang cara berak/kencing yang baik?”
“Coba T jelaskan ulang tentang cara BAB?BAK yang baik.” Bagus...!
“Untuk selanjutnya T bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi ”.
“ Nach...besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauhmana T bisa melakukan jadual
kegiatannya.”
4. Tindakan keperawatan pada keluarga
a. Tujuan
1) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang
perawatan diri.
b. Tindakan keperawatan
Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang baik
maka Saudara harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat
meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan
dirinya meningkat. Tindakan yang dapat Saudara lakukan:
1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam
merawat pasien
2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma
3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang
dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.
4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu mengingatkan
pasien dalam merawat diri (sesuai jadual yang telah disepakati).
5) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan
pasien dalam merawat diri.
6) Latih keluarga cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri
SP1 Keluarga: Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah
perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami
masalah kurang perawatan diri
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Selamat pagi Pak / Bu, saya D, perawat yang merawat T”
“Apa pendapat Bapak tentang anak Bapak, T?”
“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang dialami T dan bantuan apa yang dapat
diberikan.”
“Berapa lama waktu Bapak/ Ibu yang tersedia?, bagaimana kalau 20 menit?, mari kita duduk di
kantor perawat!”
KERJA
“Apa saja masalah yang Bapak/ Ibu rasakan dalam merawat T ?” Perawatan diri yang utama
adalah kebersihan diri, berdandan, makan dan BAB/BAK.
“Perilaku yang ditunjukkan oleh T itu dikarenakan gangguan jiwanya yang membuat pasien
tidak mempunyai minat untuk mengurus diri sendiri. Baik...akan saya jelaskan ; untuk
kebersihan diri, kami telah melatih T untuk mandi, keramas, gosok gigi, cukuran, ganti baju, dan
potong kuku. Kami harapkan Bapak/Ibu dapat menyediakan alat-alatnya. T juga telah
mempunyai jadual pelaksanaanya untuk berdandan, karena anak Bapak/ Ibu perempuan, kami
harapkan dimotivasi sehabis mandi untuk sisiran yang rapi, pakai bedak,dan lipstik. Untuk
makan, sebaiknya makan bersama keluarga dirumah, T telah mengetahui lanhkah-langkahnya :
Cuci tangan, ambil makanan, berdoa, makan yang rapih, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan.
Sebaiknya makan pas jam makan obat, agar sehabis makan langsung makan obat. Dan untuk
BAB?BAK, dirumah ada WC Bapak/Ibu ?Iya..., T juga sudah belajar BAB/BAK yang bersih. Kalau T
kurang motivasi dalam merawat diri apa yang bapak lakukan?
Bapak juga perlu mendampinginya pada saat merawat diri sehingga dapat diketahui apakah T
sudah bisa mandiri atau mengalami hambatan dalam melakukannya.”
”Ada yang Bapak/Ibu tanyakan?”
TERMINASI
Bagaimana perasaan Pak J setelah kita bercakap-cakap?”
“Coba Pak J sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan dalam membantu anak Bapak, T
dalam merawat diri.”
” Baik nanti kalau Bapak/Ibu besuk bisa ditanyakan pada T.”
“Dan dirumah nanti, cobalah Bapak/Ibu mendampingi dan membantu T saat membersihkan
diri.”
“Dua hari lagi kita akan ketemu dan Bapak/Ibu akan saya dampingi untuk memotivasi T dalam
merawat diri.”
SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini:
ORIENTASI
“Assalamualaikum Bapak/Ibu sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi”
“Bagaimana Bapak/Ibu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari
yang lalu?”
“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak?”
“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung keT ya?”
“Berapa lama ada waktu Bapak/Ibu?”
KERJA
“Sekarang anggap saya adalah T, coba bapak praktekkan cara memotivasi T untuk mandi,
berdandan, buang air, dan makan”
“Bagus, betul begitu caranya”
“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada T”
“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi T minum obat dan melakukan kegiatan positifnya
sesuai jadual?”
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini
ORIENTASI
“Assalamualaikum Bapak/Ibu hari ini T sudah boleh pulang, untuk itu perlu dibicarakan jadual T
selama dirumah”
“Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat
T?”
“Nah sekarang mari kita bicarakan jadual di rumah tersebut disini saja?”
“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu.?”
KERJA
“Pak,Bu...,ini jadual kegiatan T dirumah sakit, coba perhatikan apakah dapat dilaksanakan
dirumah.?
“ Pak / Bu..jadual yang telah dibuat selama T di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik
jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya”
“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu dan
bapak selama di rumah. Kalau misalnya T menolak terus menerus untuk makan, minum, dan
mandi serta menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain,
maka segera hubungi Suster S di Puskesmas Ingin Jaya, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan
bapak, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 446xxx.
Selanjutnya suster S yang akan membantu memantau perkembangan T selama di rumah”
TERMINASI
“ Bagaimana Pak, Bu...ada yang belun jelas ?. Ini jadual harian T untuk dibawa pulang.” Dan ini
surat rujukan untuk perawat K di puskesmas Indrapuri.”
“ Jangan lupa kontrol ke Puskesmas sebelum obat habis, atau ada gejala-gejala yang tampak.” “
Silahkan selesaikan administrasinya.”
5. Evaluasi
a. Kemampuan pasien dan keluarga
b. Kemampuan perawat
“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat T”
“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada T?”
(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)
TERMINASI
“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat T ?”
“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu
membesuk T”
“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan
mencoba lagi cara merawat T sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”
“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”
“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”
PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA
DENGAN MASALAH KURANG PERAWATAN DIRI
Nama pasien : .................
Nama ruangan : ...................
Nama perawat : ...................
Petunjuk pengisian:
1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini.
2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian
No
Kemampuan
Tgl Tgl Tgl Tgl
A Pasien
1 Menyebutkan pentingnya kebersihan diri
2 Menyebutkan cara membersihkan diri
3 Mempraktekkan cara membersihkan diri
dan memasukkan dalam jadual
4 Menyebutkan cara makan yang baik
5 Mempraktekkan cara makan yang baik dan
memasukkan dalam jadual
6 Menyebutkan cara BAB/BAK yang baik
7 Mempraktekkan cara BAB/BAK yang baik
dan memasukkan dalam jadual
8 Menyebutkan cara berdandan
9 Mempraktekkan cara berdandan dan
memasukkan dalam jadual
B Keluarga
1 Menyebutkan pengertian perawatan diri
dan proses terjadinya masalah kurang
perawatan diri
2 Menyebutkan cara merawat pasien dengan
kurang perawatan diri
3 Mempraktekkan cara merawat pasien
dengan kurang perawatan diri
4 Membuat jadual aktivitas dan minum obat
klien di rumah (discharge planning)
PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI
Nama pasien : .................
Nama ruangan : ...................
Nama perawat : ...................
Petunjuk pengisian:
Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian
kinerja (No 04.01.01).
Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.
No
Kemampuan
Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl
A Pasien
SP I p
1 Menjelaskan pentingnya kebersihan diri
2 Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri
3 Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga
kebersihan diri
4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP I p
SP IIp
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Menjelaskan cara makan yang baik
3 Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang
baik
4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP IIp
SP III p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Menjelaskan cara eliminasi yang baik
3 Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi
yang baik dan memasukkan dalam jadual
4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP III p
SP IV p
1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
2 Menjelaskan cara berdandan
3 Membantu pasien mempraktekkan cara berdandan
4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
Nilai SP IV p
B Keluarga
SP I k
1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit
perawatan diri, dan jenis defisit perawatan diri yang
dialami pasien beserta proses terjadinya
3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit
perawatan diri
Nilai SP I k
SP II k
1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat
pasien dengan defisit perawatan diri
2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung
kepada pasien defisit perawatan diri
Nilai SP II k
SP III k
1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di
rumah termasuk minum obat (discharge planning)
2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
Nilai SP IIIk
Total nilai: SPp + SP k
Rata-rata
6. Dokumentasi Asuhan Keperawatan
Panduan pengkajian pada pasien yang mengalami masalah kurang perawatan diri.
VI. Status Mental
1. Penampilan
Tidak rapi
Penggunaan pakaian tidak sesuai
Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan …………………………………………………………………………..
Masalah Keperawatan:…………………………………………………………….
VII. Kebutuhan Sehari-hari
1. Makan
Bantuan minimal Bantuan total
2. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total
3. BAB/BAK
Bantuan minimal Bantuan total
4. Berpakaian/berhias
Bantuan minimal Bantuan total
Jelaskan …..………………………………………………………………….
Masalah Keperawatan:…………………………………………………………….
DAFTAR PUSTAKA
Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Jakarta: Departemen Kesehatan RI
Keliat, BA., Akemat, Helena, N. dkk, 2006. Modul Model Praktek Keperawatan Keperawatan
Jiwa. Jakarta: FIK Universitas Indonesia.
Keliat dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.
Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC
Stuart,G.W &Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta: EGC.