unit 1 proses keperawatan jiwasiakad.akperkesdam2sriwijaya.ac.id/.../keperawatan_jiwa.pdfb....

148
UNIT 1 PROSES KEPERAWATAN JIWA 100 Menit 1. PENGANTAR Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan dalam memberi asuhan keperawatan klien pada semua tatanan pelayanan kesehatan. Khususnya di Indonesia, proses keperawatan merupakan pendekatan yang disepakati untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Namun pada kenyataanya banyak perawat merasakan beban dalam melaksanakan dan mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan. Modul ini akan menguraikan konsep proses keperawatan kesehatan jiwa yang praktis, disertai contoh penerapannya,. Dilampirkan pula formulir pengkajian,rencana, implementasi dan evaluasi disertai petunjuk dan penulisan yang jelas. Diharapkan buku ini akan memberi arahan yang memudahkan mahaiswa perawat dalam melaksanakan sehingga asuhan keperawatan akan menjadi efektif dan efesien. TUJUAN Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan konsep proses keperawatan pada pasien gangguan jiwa yang meliputi: 1. Mampu menjelaskan konsep teori proses keperawatan jiwa a. Pengertian b. Manfaat proses keperawatan 2. Mampu menjelaskan tahap-tahapan proses keperawatan jiwa, meliputi : 1. Pengkajian keperawatan jiwa 2. Diagnosa keperawatan jiwa 3. Tindakan keperawatan 4. Impementasi 5. Evaluasi 6. Dokumentasi

Upload: hoangthuan

Post on 04-Apr-2018

275 views

Category:

Documents


5 download

TRANSCRIPT

UNIT 1

PROSES KEPERAWA TAN J IWA

� 100 Menit

1. PENGA NTAR

Proses keperawatan adalah metode ilmiah yang digunakan dalam memberi asuhan keperawatan

klien pada semua tatanan pelayanan kesehatan. Khususnya di Indonesia, proses keperawatan

merupakan pendekatan yang disepakati untuk meningkatkan mutu pelayanan keperawatan. Namun

pada kenyataanya banyak perawat merasakan beban dalam melaksanakan dan

mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan menggunakan proses keperawatan.

Modul ini akan menguraikan konsep proses keperawatan kesehatan jiwa yang praktis, disertai

contoh penerapannya,. Dilampirkan pula formulir pengkajian,rencana, implementasi dan evaluasi

disertai petunjuk dan penulisan yang jelas. Diharapkan buku ini akan memberi arahan yang

memudahkan mahaiswa perawat dalam melaksanakan sehingga asuhan keperawatan akan menjadi

efektif dan efesien.

TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan konsep proses keperawatan

pada pasien gangguan jiwa yang meliputi:

1. Mampu menjelaskan konsep teori proses keperawatan jiwa

a. Pengertian

b. Manfaat proses keperawatan

2. Mampu menjelaskan tahap-tahapan proses keperawatan jiwa, meliputi :

1. Pengkajian keperawatan jiwa

2. Diagnosa keperawatan jiwa

3. Tindakan keperawatan

4. Impementasi

5. Evaluasi

6. Dokumentasi

2. BAHA N BACAA N

A. KONSEP PROSES KEPERAWATAN JIWA

1. Pengertian

Keperawatan jiwa adalah area spesialistik dalam praktek keperawatan, menggunakan teori prilaku

sebagai ilmunya dan menggunakan diri sebagai alatnya

Pemberian asuhan keperawatan merupakan proses terapeutik yang melibatkan hubungan kerja

sama antar perawat dengan klien keluarga dan masyarakat untuk mencapai tingkat kesehatan yang

optimal

3. Merupakan suatu metoda sistematis dan ilmiah yang digunakan perawat untuk memenuhi

kebutuhan klien dalam mencapai mempertahankan keadaan biologi, psikologi, sosial dan spiritual

yang optimal.

2. Manfaat Proses keperawatan

Manfat menggunakan proses keperawatan.

a. Bagi Perawat

Perawat dapat terhindar dari tindakan keperawatan yang Meningkatkan otonomi bersifat

rutin Manfaat lainnya dan Sebagai percaya diri sarana diseminasi iptek keperawatan untuk

pengembangan karir melalui pola pikir penelitian

b. Manfaat bagi klien :

1) Asuhan keperawatan yang diterima bermutu dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah.

2) Partisipasi klien meningkat dalam menuju keperawatan mandiri

3) Terhindar dari mal praktek Mandiri

c. Bagi keluarga

Proses keperawatan merupakan sarana kerja sama antara perawat, klien dan keluarga. Dengan

menyertakan klien dan keluarga maka pemulihan kemampuan mereka dalam mengendalikan

kehidupan lebih mungkin tercapai.

B. TAHAP-TAHAPAN PROSES KEPERAWATAN JIWA

a. Tahap-tahap mereka akan belajar bertanggung jawab. Terhadap prilakunya proses keperawatan. :

Pengkajian, Diagnosa kep., Perencanaan,. Implementasi dan Evaluasi.

1. Pengkajian

Merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan yang perlu dilakukan perawat :

mengkaji data dari klien dan keluarga tentang tanda-tanda dan gejala serta faktor penyebab,

memvalidasi data, mengelompokkan data dan menetapkan masalah klien. Data yang didapat

digolongkan menjadi dua :

a. Data subjektif, data yg disampaikan secara lisan, oleh klien dan keluarga, didapat melalui

Wawancara oleh perawat terhadap klien dan keluaga.

b. Data objektif, data yang ditemukan secara nyata, melalui. Observasi/pemeriksan langsung oleh

perawat

Isi Pengkajian meliputi :

a. Identitas klien

b. Keluhan utama / alasan masuk

c. Faktor predisposisi

d. Aspek fisik/ biologis

e. Aspek psikososial

f. Status mental

g. Kebutuhan persiapan pulang

h. Mekanisme koping

i. Masalah psikososial dan lingkungan

j. Pengetahuan

k. Aspek medis

Berdasarkan sumber : Data yang langsung didapat perawat disebut data primer, data yang diambil

dari hasil pengkajian atau catatan tim kesehatan lain disebut data sekunder. Setelah data subjektif

dan objektif dapat teridentifikasi, data-data tersebut dikelompokkan dan dianalisa untuk

menyimpulkan masalah keperawatan klien

Kemungkinan kesimpulannya :

a. Tidak ada masalah tetapi ada kebutuhan:

- Pemeliharaan kesehatan dan tindak alanjut ( Follow up )

- Memerlukan peningkatan kesehatan : promosi dan prevensi ( antisipasi )

b. Ada masalah dengan kemungkinan :

- Resiko terjadi masalah, sdh ada faktor yg dpt menimbulkan

- Aktual terjadi masalah disertai data pendukung

Umumnya masalah keperawatan. saling berhubungan dan dapat digambarkan sebagai pohon

masalah. Pada pohon masalah terdapat 3 komponen penting;

a. Masalah utama (Core Problem) : prioritas dari beberapa masalah klien. Umumnya berkaitan

dgn keluhan utma/ alasan masuk.

b. Penyebab (Causa) : penyebab masalah utama

c. Akibat (Effect) : akibat dari masalah utama, efek ini dpt menyebabkan efek yg lainnya dst.

Contoh Pohon Masalah:

Perilaku Kekerasan Causa

Gangguan sensori persepsi: Halusinasi dengar Core Problem

Isolasi Sosial Effect

2. Diagnosa Keperawatan

Merupakan suatu pernyataan masalah keperawatan. Klien yang mencakup baik respon sehat

adaptif atau maladaptif serta stressor yang menunjang (Stuart & Sundeen, 1995). Diagnosa

keperawatan pada kasus keperawatan jiwa dapat dirumuskan sebagai berikut :

a. Resti mencederai diri

b. Gangguan sensori persepsi : halusinasi

c. Isolasi Sosial

d. Defisit merawat diri

Kemampuan perawat yang diharapkan dalam pengkajian adalah mempunyai kesadaran/ tilik diri (

self-awareness ), kemampuan observasi yang akurat, kemampuan komunikasi terapeutik dan

senantiasa mampu berespon secara efektif. Kegiatan yang dilakukan perawat : membina hubungan

saling percaya dengan ; melakukan kontrak, mengkaji data dari klien dan keluarga, memvalidasi

data, mengorganisir dan mengkelompokkan data, serta menetapkan kebutuhan/ masalah klien.

Penetapan Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan. :

- Penilaian atau kesimpulan yang diambil dari pengkajian (Gordon, dlm Carpenito, 1996) :

Masalah kesehatan aktual atau potensial yang mampu diatasi oleh perawat berdasarkan

pendidikan dan pengalamannya :

- identifikasi atau penilaian terhadap pola respon klien baik aktual maupun potensial ( stuart dan

Laraia, 2001)

Diagnosa keperawatan ditetapkan melalui tahapan :

- Analisa data yang ditemukan ( obyektif dan subyektif)

- Tetapkan rumusan diagnosa dalam bentuk rumusan diagnosis tunggal. Rumusannya : rumusan

“Problem” etiologi tidak perlu dicantumkan tetapi cukup dimengerti dan dipahami. Rumusan

diagnosa keperawatan mengacu pada NANDA, 2005.

a. Resiko perilaku kekerasan

b. Gangguan sensori persepsi : halusinasi

c. Isolasi sosial

d. Gangguan konsep diri : harga diri rendah

e. Defisit perawatan diri

Kemampuan perawat dalam merumuskan diagnosa keperawatan :

a. Kemampuan pengambilan keputusan yang logis.

b. Pengetahuan tentang batasan adaptif atau ukuran normal

c. Kemampuan memberikan justifikasi atau pembenaran

d. Kepekaan sosial budaya Diagnosa yang aktual, mengancam jiwa dan dominan, menjadi

diprioritas.

3. Rencana Tindakan Keperawatan

a. Rencana tindakan keperawatan terdiri dari 3 aspek yaitu : tujuan umum, tujuan khusus, kriteria

evaluasi dan rencana . Tujuan umum : hasil tindakan berupa kemampuan akhir yang

hendak tindakan keperawatan. Tujuan khusus : tujuan dicapai (jika serangkaian tujuan khusus

telah tercapai) jangka pendek sampai dengan tujuan jangka panjang tercapai. Rumusan tujuan

khusus berupa pernyataan kemampuan pasien mengatasi masalah.

b. Kriteria evaluasi : perubahan perilaku yang “observable” untuk setiap pencapai tujuan khusus.

Bentuk rumusan : tanda dan gejala tercapainya masing-masing Tindakan tujuan

khusus keperawatan: serangkaian tindakan yang harus dilaksanakan oleh perawat untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Setiap tujuan khusus dicapai dengan satu atau lebih

tindakan keperawatan. Tindakan keperawatan durumuskan dalam bentuk kalimat perintah.

c. Untuk menetapkan tujuan umum dan khusus, perawat perlu memiliki kemampuan.

d. Rencana tindakan keperawatan berfikir kritis dan bekerja sama dengan klien dan keluarga.

e. Merupakan serangkaian tindakan yang dapat mencapai tiap tujuan khusus. Perawat

dapat Rencana tindakan keperawatan memberikan alasan ilmiah mengapa tindakan tersebut

diberikan. disusun berdasarkan standar asuhan keperawatan. Jiwa Indonesia (Depkes, 1995),

berupa tindakan konseling, pendidikan kesehatan, perawatan mandiri/ADL, tindakan

kolaborasi.

4. Implementasi Tindakan Keperawatan

Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan. yang sudah direncanakan, perawat perlu

memvalidasi apakah rencana tindakan keperawatan. masih dibutuhkan dan sesuai dengan kondisi

klien saat ini (here and now), menilai diri sendiri ( kemampuan interpersonal, intelektual dan

teknikal untuk melaksanakan tindakan, menilai kembali apakah tindakan aman bagi pasien pada

saat akan melaksanakan : perawat membuat kontrak, menjelaskan apa yang akan klien dikerjakan

dan peran serta yang diharapkan dari klien, dokumentasikan semua tindakan yang telah

dilaksanakan beserta respon klien

Hubungan. saling percaya antara perawat dan klien merupakan dasar utama dalam pelaksanaan

tindakan keperawatan Tindakan keperawatan. mengacu pada perencanaan (NCP), bertujuan klien

memiliki kemampuan : kognitif, afektif dan psikomotor untuk mengselesaikan masalah(diagnosa)

yang dialami.

Strategi implementasi menggunakan SP, yang berprinsif setiap kali interaksi dengan pasien, out put

interaksi haruslah samapi pada kemampuan koping pasien.

Implementasi tindakan keperawatan dilakukan berurutan secara prioritas, tapi tidak berarti

sebelum masalah utama terselesaikan masalah lain tidak perlu ditangani. Selain tujuan tindakan

keperawatan untuk merubah perilaku pasien, tujuan tindakan keperawatan yang lain adalah

merubah perilaku keluarga. Tujuan utamanya, agar keluarga : Memahami masalah yang dialami

pasien. Mengetahui cara merawat pasien dapat mempraktekkan cara merawatan pasien, dapat

memanfaatkan sumber yg tersedia untuk perawatan pasien

5. Evaluasi Tindakan Keperawatan

Merupakan proses berkelanjutan dan dilakukan terus menerus untuk menilai efek dari tindakan

keperawatan. Evaluasi dibagi dua jenis :

a. Evaluasi telah dilaksanakan. proses (formatif), dilakukan setiap selesai melaks. tindakan

keperawatan.

b. Evaluasi hasil (Sumatif), dilakukan dengan membandingkan respon klien dengan tujuan yang

telah ditentukan.

c. Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP, sebagai pola pikir.

- S : Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.

- O : Respon objektif klien terhadap tindakan keperawatan.yang telah dilaksanakan.

- A : Analisa terhadap data subjektif daan objektif untuk menyimpulkan apakah masalah

masih ada atau telah teratasi atau muncul masalah baru.

- P : Perencanaan tindak lanjut berdasarkan hasil analisa respon klien

d. Rencana tindak lanjut dapat berupa :

- Rencana teruskan jika masalah tidak berubah

- Rencana dimodifikasi jika masalah tetap ada dan semua rencana tindakan sudah dilakukan

tetapi hasil belum memuaskan

- Rencana dan diagnosa keperawatan. dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak

belakang dengan masalah yang ada

- Rencana atau diagnosa selesai jika tujuan sudah tercapai dan yang diperlukan adalah

memelihara dan mempertahankan kondisi yang baru.

C. DOKUMENTASI

Setiap tahap dalam proses keperawatan harus didokumentasikan. Pendokumentasian inilah yang

menjadi bukti tanggung jawab dan tanggung gugat perawat. Prinsipnya apa yang sudah dikerjakan

harus didokumentasikan. (Contoh-contoh format pendokumentasian terlampir).

D. KESIMPULAN

Proses keperawatan metode ilmiah dalam menjalankan asuhan keperawatan dan penyelesaian

masalah secara sistimatis yang digunakan oleh perawat dan peserta didik keperawatan dapat

meningkatkan otonomi; percaya diri; cara berpikir yang logis, ilmiah dan sistimatis;memperlihatkan

tanggung jawab dan tanggung gugat serta pengembangan diri perawat. Disamping itu klien dapat

merasakan mutu pelayanan keperawatan yang lebih baik dan berperan serta aktif dalam perawatan

diri, serta terhindar dari malpraktek.

Pengkajian merupakan tahap awal dan dasar utama dari proses keperawatan. Pengkajian

merefleksikan isi, proses dan informasi yang berhubungan dengan kondisi biologis, psikologis, sosial,

dan spritual klien. Alat pengkajian dan petunjuk pengisian yang disediakan akan memudahkan perawat

dalam pengumpulan data secara akurat dan sistimatik.

Diagnosa keperawatan didasarkan pada rumusan masalah/kebutuhan yang yang berpedoman pada

rumusan penggolongan diaknosa NANDA. Hubungan permasalahan dan itiologi dipermudah dengan

menggunakan pohon masalah. Rumusan diagnosa dibagi menjadi aktual, resiko tinggi dalam masalah

kolaborasi.

Rencana tindakan keperawatan terdiri atas tujuan umum,tujuan khusus yang diikuti dengan

serangkaian tindakan keperawatan untuk mencapainya. Untuk peserta didik perawat umumnya

ditambahkan dengan kriteria hasil dan rasional tindakan.

Implementasi tindakan keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan dan kondisi klien saat itu

serta kemampuan perawat yang akan melaksanakan tindakan.

Evaluasi keperawatan merupakan proses yang berkelanjutan untuk menilai dampak tindakan

keperawatan pada klien yang dikaitkan dengan hasil yang diharapkan.

Kesan negatif terhadap proses keperawatan perlu dijadikan tantangan. Dengan upaya yang konsisten d

alam menjalankan proses keperawatan diharapkan perawat akhirnya memahami dan membudayakan

penggunaan proses keperawatan. Hal ini dapat dicapai dengan melakukan program pelatihan dan

supervisi langsung pada penerapan proses keperawatan jiwa dirumah sakit jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Aziz R, dkk, Pedoman Asuhan Keperawatan Jiwa Semarang : RSJD Dr. Amino Gonohutomo, 2003

Keliat, BA., Akemat, Helena, N., 2006. Modul Model Praktek Keperawatan Keperawatan Jiwa. Jakarta:

FIK Universitas Indonesia.

Keliat, BA., 2006, Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa, Edisi 2, EGC, Jakarta.

Stuart dan sundeen. 2004. Buku Saku Keperawatan Jiwa : Jakarta. EGC

Yosep, I., 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi revisi. Bandung : Refika Aditama

LAMPIRAN

FORMULIR PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA

RUANGAN RAWAT _____________________ TANGGAL DIRAWAT ______________

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial : _________________ (L/P) Tanggal Pengkajian : _________________

Umur : _________________ RM No. : _________________ Informan : _________________

II. ALASAN MASUK

_______________________________________________________________________________________

_______________________________________________________________________________________

III. FAKTOR PREDISPOSISI 1. Pernah mengalami gangguan jiwa di masa lalu ? Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya. Berhasil kurang berhasil tidak berhasil

3. Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

Aniaya fisik

Aniaya seksual

Penolakan

Kekerasan dalam keluarga

Tindakan kriminal

Jelaskan No. 1, 2, 3 : _________________________________________________________________

V. Masalah Keperawatan : ____________________________________________________

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa Ya Tidak

Hubungan keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawaran

_______________________ _______________ ______ ___________________

_______________________ _______________ ______ ___________________

Masalah Keperawatan : _________________________________________________________

5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

___________________________________________________________________________________

___________________________________________________________________________________

Masalah Keperawatan ________________________________________________________________

IV. FISIK 1. Tanda vital : TD : __________ N : ________ S : _________ P : _______________

2. Ukur : TB : __________ BB : ________

3. Keluhan fisik : Ya Tidak

Jelaskan : ______________________________________________________________

Masalah keperawatan : ______________________________________________________________

V. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

Jelaskan : _______________________________________________________________

Masalah Keperawatan : _______________________________________________________________

2. Konsep diri

a Gambaran diri : _______________________________________________________________

_______________________________________________________________

b. Identitas : _______________________________________________________________

_______________________________________________________________

c. Peran : _______________________________________________________________

_______________________________________________________________

d. Ideal diri : _______________________________________________________________

_______________________________________________________________

e. Harga diri : _______________________________________________________________

_______________________________________________________________

Masalah Keperawatan : _______________________________________________________________

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti : ______________________________________________________________

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : _________________________________________

____________________________________________________________________________________

c. Hambatan dalam berbuhungan dengan orang Lain : __________________________________________

___________________________________________________________________________________

Masalah keperawatan: _______________________________________________________________

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : _________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________

b. Kegiatan ibadah : _________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________

__________________________________________________________________________________

Masalah Keperawatan _______________________________________________________________ _

VI. STATUS MENTAL

1. Penampilan

Tidak rapi Penggunaan pakaian Cara berpakaian tidak seperti

tidak sesuai biasanya

Jelaskan : _____________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : _____________________________________________________________ ______

2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tidak mampu memulai

pembicaraan

lelaskan : ________________________________________________________ ___________

Masalah Keperawan : ___________________________________________________________________

3. Aktivitas Motorik:

Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan : __________________________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : _____________________________________________________

4. Alam perasaaan

Sedih Ketakutan Putus asa Khawatir Gembira berlebihan

Jelaskan : ________________________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : _____________________________________________________ ________________________________

5. Afek

Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan : ________________________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : ___________________________________________________

6. lnteraksi selama wawancara

bermusuhan Tidak kooperatif Mudah tersinggung

Kontak mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan : __________________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________

7. Persepsi

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan : __________________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________

8. Proses Pikir

sirkumtansial tangensial kehilangan asosiasi

flight of idea blocking pengulangan pembicaraan/persevarasi

Jelaskan : __________________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________

9. Isi Pikir

Obsesi Fobia Hipokondria

depersonalisasi ide yang terkait pikiran magis

Waham

Agama Somatik Kebesaran Curiga

nihilistic sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan : __________________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________

10. Tingkat kesadaran

bingung sedasi stupor

Disorientasi

waktu tempat orang

Jelaskan : __________________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________

11. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang gangguan daya ingat jangka pendek

gangguan daya ingat saat ini konfabulasi

Jelaskan : __________________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

mudah beralih tidak mampu konsentrasi Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan : __________________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________

13. Kemampuan penilaian

Gangguan ringan gangguan bermakna

Jelaskan : __________________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________

14. Daya tilik diri

mengingkari penyakit yang diderita menyalahkan hal-hal diluar dirinya

Jelaskan : __________________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan

Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB/BAK

Bantuan minimal Bantual total

Jelaskan : __________________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________

3. Mandi

Bantuan minimal Bantuan total

4. Berpakaian/berhias

Bantuan minimal Bantual total

5. Istirahat dan tidur

Tidur siang lama : ………………….s/d…………………………

Tidur malam lama : …………………s/d…………………………

Kegiatan sebelum / sesudah tidur

6. Penggunaan obat

Bantuan minimal Bantual total

7. Pemeliharaan Kesehatan

Perawatan lanjutan Ya tidak

Perawatan pendukung Ya tidak

8. Kegiatan di dalam rumah

Mempersiapkan makanan Ya tidak

Menjaga kerapihan rumah Ya tidak

Mencuci pakaian Ya tidak

Pengaturan keuangan Ya tidak

9. Kegiatan di luar rumah

Belanja Ya tidak

Transportasi Ya tidak

Lain-lain Ya tidak

Jelaskan : __________________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________

VIII. Mekanisme Koping

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah reaksi lambat/berlebih

Teknik relaksasi bekerja berlebihan

Aktivitas konstruktif menghindar

Olahraga mencederai diri

Lainnya _______________ lainnya : __________________

Masalah Keperawatan : ______________________________________________________________

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan:

Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik ________________________________________

______________________________________________________________________________

Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik _____________________________________

______________________________________________________________________________

Masalah dengan pendidikan, spesifik ________________________________________________

______________________________________________________________________________

Masalah dengan pekerjaan, spesifik _________________________________________________

______________________________________________________________________________

Masalah dengan perumahan, spesifik ________________________________________________

______________________________________________________________________________

Masalah ekonomi, spesifik ________________________________________________________

______________________________________________________________________________

Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifik ________________________________________

______________________________________________________________________________

Masalah lainnya, spesifik _________________________________________________________

______________________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : _________________________________________________________________

_____________________________________________________________________________________

X. Pengetahuan Kurang Tentang:

Penyakit jiwa system pendukung

Faktor presipitasi penyakit fisik

Koping obat-obatan

Lainnya : ______________________________________________________________________

Masalah Keperawatan : ________________________________________________________________

XI. Aspek Medik

Diagnosa Medik : _____________________________________________________________________

_____________________________________________________________________

_____________________________________________________________________

Terapi Medik : _____________________________________________________________________

_____________________________________________________________________

_____________________________________________________________________

Perawat,

(…………………..….)

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN

KESEHATAN JIWA FIK-UI

Setiap melakukan pengkajian, tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat.

I. Identitas

1. Perawat yang merawat klien melakukan perkenalan dan kontrak dengan Klien tentang : nama

perawat, nama klien, panggilan perawat, panggilan klien, tujuan, waktu, tempat pertemuan,

topik yang akan dibicarakan.

2. Usia dan No RM Lihat RM

3. Mahasiswa menuliskan sumber data yang didapat.

II. Alasan Masuk

Tanyakan kepada klien / keluarga:

1. Apa yang menyebabkan klien / keluarga datang ke Rumah Sakit saat ini ?

2. Apa yang sudah dilakukan oleh keluarga mengatasi masalah ini ?

3. Bagaimana hasilnya ?

III. Faktor Predisposisi

1. Tanyakan kepada Klien / keluarga apakah klien pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu,

bila ya beri tanda " V " pada kotak " ya " dan bila tidak beri tanda " V " pada kotak " tidak ".

2. Apabila pada poin 1 " ya " maka tanyakan bagaimana hasil pengobatan sebelumnya apabila

dia dapat beradaptasi di masyarakat tanpa gejala - gejala gangguan jiwa maka beri tanda " V "

pada kotak " berhasil " apabila dia dapat beradaptasi tapi masih ada gejala - gejala sisa maka

beri tanda " V " pada kotak " kurang berhasil " apabila tidah ada kemajuan atau gejala - gejala

bertambah atau menetap maka beri tanda " V " pada kotak " tidak berhasil ".

3. Tanyakan pada klien apakah klien pernah melakukan dan atau mengalami dan atau

menyaksikan penganiayaan fisik, seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam

keluarga dan tindakan kriminal, beri tanda " V " sesuai dengan penjelasan klien / keluarga

apakah klien sebagai pelaku dan atau korban, dan atau saksi, maka beri tanda " V " pada kotak

pertama, isi usia saat kejadian pada kotak ke dua. Jika klien pernah sebagai pelaku dan korban

dan saksi ( 2 atau lebih ) tuliskan pada penjelasan.

a. Beri penjelasan secara singkat dan jelas tentang kejadian yang dialami klien terkait No.

1,2,3.

b. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

4. Tanyakan kepada klien / keluarga apakah ada anggota keluarga Iainnya yang mengalami

gangguan jiwa, jika ada beri tanda " V " pada kotak " ya " dan jika tidak beri tanda " V " pada

kotak " tidak ".

Apabila ada anggota keluarga lama yang mengalami gangguan jiwa maka tanyakan bagaimana

hubungan klien dengan anggota keluarga tersebut. Tanyakan apa gejala yang dialami serta

riwayat pengobatan dan perawatan yang pernah diberikan pada anggota keluarga tersebut.

5. Tanyakan kepada klien/keluarga tentang pengalaman yang tidak menyenangkan (kegagalan,

kehilangan/ perpisahan/ kematian, trauma selama tumbuh kembang) Yang pernah dialami

klien pada masa lalu.

IV. Fisik

Pengkajian fisik difokuskan pada sistem dan fungsi organ;

1 Ukur dan observasi tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, suhu, pernapasan klien.

2. Ukur tinggi badan dan berat badan klien.

3. Tanyakan kepada klien/keluarga, apakah ada keluhan fisik yang dirasakan oleh klien, bila ada

beri tanda " V " di kotak " ya " dan bila " tidak " beri tanda " V " pada kotak tidak.

4. Kaji Iebih lanjut sistem dan fungsi organ dan jelaskan sesuai dengan keluhan yang ada.

5. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data yang ada.

V. Psikososial

1. Genogram a. Buatlah genogram minimal tiga gcncrasi yang dapat menggambarkan hubungan klien dan keluarga.

contoh

= perempuan = laki-laki = cerai/putus hubungan = meninggal = orang yang tinggal serumah = orang yang terdekat = klien = umur klien = hamil

47 45

kembar

b. Jelaskan masalah yang terkait dengan komunikasi, pengambilan keputusan dan pola asuh.

c. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

2. Konsep diri

a. Gambaran diri

• Tanyakan persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai.

b. Identitas diri, tanyakan tentang

• Status dan posisi klien sebelum dirawat.

• Kepuasan klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja, keompok).

• Kepuasan klien sebagai laki-Iaki/perempuan.

c. Peran: Tanyakan,

• Tugas/ peran yang diemban dalam keluarga/kelompok/ masyarakat

• Kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/ peran tersebut

d. Ideal diri : Tanyakan,

• Harapan terhadap tubuh, posisi, status, tugas/peran.

• Harapan klien terhadap lingkungan (keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat)

• Harapan klien terhadap penyakitnya

e. Harga diri : Tanyakan,

• Hubungan klien dengan orang lain sesuai dengan kondisi no. 2 a, b, c, d.

• Penilaian/ penghargaan orang lain terhadap diri dan kehidupannya.

f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

3. Hubungan sosial

a, Tanyakan pada klien siapa orang yang berarti dalam kehidupannya, tempat

mengadu, tempat bicara, minta bantuan atau sokongan.

b. Tanyakan pada klien kelompok apa saja yang diikuti dalarn masyarakat.

c. Tanyakan pada klien sejauh mana ia terlibat dalam kelompok dimasyarakat. d Masalah

keperawatan ditulis sesuai dengan data

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan : Tanyakan tentang:

• Pandangan dan keyakinan, terhadap gangguan jiwa sesuai dengan norma budaya dan

agama yang dianut.

• Pandangan masyarakat setempat tentang gangguan jiwa.

b. Kegiatan ibadah : Tanyakan:

• Kegiatan ibadah dirumah secara individu dan kelompok.

• Pendapat klien/ keluarga tentang kegiatan ibadah.

c. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data

VI. Status Mental

Beri tanda " V " pada kotak sesuai dengan keadaan klien boleh lebih dari satu

1. Penampilan.

Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat / keluarga

a. Penampilan tidak rapih jika dari ujung rambut sampai ujung kaki ada yang tidak rapih.

Misalnya : rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resleting tidak dikunci, baju

terbalik, baju tidak diganti-ganti.

b. Penggunaan pakaian tidak sesuai misalnya : pakaian dalam, dipakai

diluar baju.

c. Cara berpakaian tidak seperti biasanya jika. penggunaan pakaian tidak tepat (waktu,

tempat, identitas, situasi/ kondisi).

a. Jelaskann hal-hal yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak tercantum.

e. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

2. Pembicaraan

a. Amati pembicaraan yang ditemukan pada klien, apakah cepat, keras,

gagap, membisu, apatis dan atau lambat

b. Bila pembicaraan berpindah-pindah dari satu kalimat ke kalimat lain yang tak ada

kaitannya beri tanda " V " pada kotak inkoheren.

c. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.

d. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

3. Aktivitas motorik

Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/ keluarga.

a. Lesu, tegang, gelisah sudah jelas.

b. Agitasi = gerakan motorik yang menunjukkan kegelisahan,

c. Tik = gerakan-gerakan kecil pada otot muka yang tidak terkontrol.

d. Grimasen = gerakan otot muka yang berubah-ubah yang tidak dapat

Dikontrol klien.

e. Tremor = jari- jari yang tampak gemetar ketika klien menjulurkan

tangan dan merentangkan jari-jari.

f. Kompulsif = kegiatan yang dilakukan berulang-ulang dan seperti

berulang kali mencuci tangan, mencuci muka, mandi, mengeringkan tangan dan

sebagainya.

g. Jelaskan aktivitas yang ditampilkan klien dan kondisi lain yang tidak tercantum.

h. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

4. Alam perasaan.

Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat / keluarga.

a. Sedih, putus asa, gembira yang berlebihan sudah jelas

b. Ketakutan = objek yang ditakuti sudah jelas.

c. Khawatir = objeknya belum jelas.

d. Jelaskan kondisi klien yang tidak tercantum.

e. Masalah keperawatan ditulis sesuai data.

5. Afek

Data ini didapatkan melalui hasil observasi perawat/keluarga.

a. Datar = tidak ada perubahan roman muka pada saat ada stimulus yang

menyenangkan atau menyedihkan.

b. Tumpul = hanya bereaksi bila ada stimulus emosi yang kuat.

c. Labil = emosi yang cepat berubah-ubah.

d. Tidak sesuai = emosi yang tidak sesuai atau bertentangan dengan stimulus yang ada.

e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.

f. Masalah keperawatan ditulis sesuai dengan data.

6. lnteraksi selama wawancara

Data ini didapatkan melalui hasil wawancara dan observasi perawat dan keluarga

a Bermusuhan, tidak kooperatif, mudah tersinggung sudah jelas.

b. Kontak mata kurang - tidak mau menatap lawan bicara.

c. Defensif - selalu berusaha mempertahankan pendapat dan kebenaran

dirinya.

d. Curiga - menunjukan sikap/ perasaan tidak percaya pada orang lain

e. Jelaskan hal-hal yang tidak tercantum.

f. Masalah keperawatan sesuai dengan data.

7. Persepsi.

a. Jenis-jenis halusinasi sudah jelas, kecuali penghidu sama dengan penciuman.

b. Jelaskan isi halusinasi, frekuensi, gejala yang tampak pada saat klien

berhalusinasi.

c. Masalah keperawatan sesuai dengan data

8. Proses pikir

Data diperoleh dari observasi dan saat wawancara

a. Sirkumstansial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan.

b. Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi tidak sampai pada tujuan.

c. Kehilangan asosiasi : pembicaraan tak ada hubungan antara satu kalimat dengan kalitnat

lainnya, dan klien tidak menyadarinya.

d. Flight of ideas : pembicaraan.yang meloncat dari satu topik ke topik lainnya, masih ada

hubungan yang tidak logis dan tidak sampai pada tujuan.

e. Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba tanpa gangguan eksternal kemudian dilanjutkan

kembali.

f. Perseverasi : pembicaraan yang diulang berkali-kali.

g. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.

h. Masalah keperawatan sesuai dengan data.

9. lsi pikir.

Data didapatkan melalui wawancara.

a. Obsesi : pikiran yang selalu muncul walaupun klien berusaha menghilangkannya.

b. Phobia : ketakutan yang phatologis/ tidak logis terhadap objek/ situasi tertentu.

c. Hipokondria : keyakinan terhadap adanya gangguan organ dalam tubuh yang sebenarnya

tidak ada.

d. Depersonalisasi : perasaan klien yang asing terhadap diri sendiri, orang atau lingkungan.

e. Ide yang terkait : keyakinan klien terhadap kejadian yang terjadi lingkungan yang

bermakna dan terkait pada dirinya.

f. Pikiran magis : keyakinan klien tentang kemampuannya melakukan hal-hal yang

mustahil/ diluar kemampuannya.

g. Waham.

• Agama : keyakinan klien terhadap suatu agama secara berlebihan dan diucapkan

secara berulang tetapt tidak sesuai dengan kenyataan.

• Somatik : klien mempunyai keyakinan tentang tubuhnya dan dikatakan secara

berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.

• Kebesaran : klien mempunyai keyakinan yang berlebihan terhadap kemampuannya

yang disampaikan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.

• Curiga : klien mempunyai keyakinan bahwa ada seseorang atau kelompok yang

berusaha merugikan atau mencederai dirinya yang disampaikan secara berulang dan

tidak sesuai dengan kenyataan.

• Nihilistik : klien yakin bahwa dirinya sudah tidak ada di dunia/ meninggal yang

dinyatakan secara berulang yang tidak sesuai dengan kenyataan.

Waham yang bizar

• Sisip pikir : klien yakin ada ide pikiran orang lain yang disisipkan didalam pikiran

yang disampaikan secara berulang dan tidak sesuai dengan kenyataan.

• siar pikir : klien yakin bahwa orang lain mengetahui apa yang dia pikirkan walaupun

dia tidak menyatakan kepada orang tersebut yang dinyatakan secara berulang dan

tidak sesuai dengan kenyataan.

• Kontrol pikir : klien yakin pikirannya dikontrol oleh kekuatan dari luar.

h. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara.

i. Masalah keperawatan sesuai dengan data.

10. Tingkat kesadaran

Data tentang bingung dan sedasi diperoleh melalui wawancara dan observasi, stupor

diperoleh melalui observasi, orientasi klien (waktu, tempat, orang) diperoleh melalui

wawancara

a. Bingung . tampak bingung dan kacau.

b. Sedasi : mengatakan merasa melayang-layang antara sadar/ tidak sadar.

c. Stupor : gangguan motorik seperti kekakuan, gcrakan-gerakan yang diulang, anggota

tubuh klien dapat dikatakan dalam sikap canggung dan dipertahankan klien, tapi klien

mengerti semua yang terjadi dilingkungan.

d. Orientasi waktu, tempat, orang jelas

e. Jelaskan data objektif dan subjektif yang terkait hal-hal diatas.

f. Masalah keperawatan sesuai dengan data.

g. Jelaskan apa yang dikatakan oleh klien pada saat wawancara

11. Memori.

Data diperoleh melalui wawancara

a. Gangguan daya ingat jangka panjang : tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi lebih

dari satu bulan

b. Gangguan daya ingat jangka pendek : tidak dapat mengingat kejadian yang terjadi dalam

minggu terakhir.

c. Gangguan daya ingat saat ini : tidak dapat mengingat kejadian yang baru saja terjadi.

d. Konfabulasi : pembicaraan tidak sesuai dengan kenyataan dengan memasukan cerita yang

tidak benar untuk menutupi gangguan daya ingatnya.

e. Jelaskan sesuai dengan data terkait.

f. Masalah keperawatan sesuai dengan data

12. Tingkat konsentrasi dan berhitung

Data diperoleh melalui wawancara

a. Mudah dialihkan : perhatian klien mudah berganti dari satu objek ke objek lain.

b. Tidak mampu berkonsentrasi : klien selalu minta agar pertanyaan diulang/ tidak dapat

menjelaskan kembali pembicaraan.

c. Tidak mampu berhitung : tidak dapat melakukan penambahan/ pengurangan pada benda-

benda nyata.

d. Jelaskan sesuai dengan data terkait.

e. Masalah keperawatan sesuai data.

13. Kemampuan penilaian

a. Gangguan kemampuan penilaian ringan: dapat mengambil keputusan yang sederhana

dengan bantuan orang lain. Contoh : berikan kesempatan pada klien untuk memilih mandi

dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan, klien dapat

mengambil keputusan.

b. Gangguan kemampuan penilaian bermakna : tidak mampu mengambil keputusan

walaupun dibantu orang lain. Contoh : berikan kesempatan pada klien untuk memilih

mandi dulu sebelum makan atau makan dulu sebelum mandi. Jika diberi penjelasan klien

masih tidak mampu mengambil keputusan.

c. Jelaskan sesuai dengan data terkait.

d. Masalah keperawatan sesuai dengan data.

14. Daya tilik diri

Data diperoleh melalui wawancara

a. Mengingkari penyakit yang diderita : tidak menyadari gejala penyakit (perubahan fisik,

emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu pertolongan

b. Menyalahkan hal-hal diluar dirinya : menyalahkan orang lain/ lingkungan yang

menyebabkan kondisi saat orang lain/ lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.

c. Jelaskan dengan data terkait.

d Masalah keperawatan sesuai dengan data

VII. Kebutuhan Persiapan Pulang

1. Makan

a. Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, jumlah, variasi, macam (suka/ tidak suka/

pantang) dan cara makan.

b. Observasi kemampuan klien dalam menyiapkan dan membersihkan alat makan.

2. BAB/BAK,

Observasi kemampuan klien untuk BAB / BAK.

- Pergi, menggunakan dan membersihkan WC

- Membersihkan diri dan merapikan pakaian

3. Mandi

a. Observasi dan tanyakan tentang frekuensi, cara mandi, menyikat gigi, cuci rambut,

gunting kuku, cukur (kumis, jenggot dan rambut)

b. Observasi kebersihan tubuh dan bau badan.

4. Berpakaian

a. Observasi kemampuan klien dalam mengambil, memilih dan mengenakan pakaian dan

alas kaki.

b. Observasi penampilan dandanan klien.

c. Tanyakan dan observasi frekuensi ganti pakaian.

d. Nilai kemampuan yang harus dimiliki klien: mengambil, memilih dan mengenakan

pakaian.

5. lstirahat dan tidur

Observasi dan tanyakan tentang:

- Lama dan waktu tidur siang / tidur malam

- Persiapan sebelum tidur seperti: menyikat gigi, cuci kaki dan berdoa.

- Kegiatan sesudah tidur, seperti: merapikan tempat tidur, mandi/ cuci muka dan menyikat

gigi.

6. Penggunaan obat

Observasi dan tanyakan kepada klien dan keluarga tentang:

- Penggunaan obat: frekuensi, jenis, dosis, waktu dan cara.

- Reaksi obat.

7. Pemeliharaan kesehatan

Tanyakan kepada klien dan keluarga tentang:

- Apa, bagaimana, kapan dan kemana, perawatan dan pengobatan lanjut.

- Siapa saja sistem pendukung yang dimiliki (keluarga, teman, institusi dan lembaga

pelayanan kesehatan) dan cara penggunaannya.

8. Kegiatan di dalam rumah

Tanyakan kemampuan klien dalam:

- Merencanakan, mengolah dan menyajikan makanan

- Merapikan rumah (kamar tidur, dapur, menyapu, mengepel).

- Mencuci pakaian sendiri

- Mengatur kebutuhan biaya sehari-hari

9. Kegiatan di luar rumah

Tanyakan kemampuan klien

- Belanja untuk keperluan sehari-hari

- Dalam melakukan perjalanan mandiri dengan jalan kaki, menggunakan kendaraan pribadi,

kendaraan umum)

- Kegiatan lain yang dilakukan klien di luar rumah (bayar listrik/ telpon/ air, kantor pos dan

bank).

VIII. Mekanisme Koping

Data didapat melalui wawancara pada klien atau keluarganya. Beri tanda "V" pada kotak

koping yang dimiliki klien, baik adaptif maupun maladaptif.

IX. Masalah Psikososial dan Lingkungan

Data didapatkan melalui wawancara pada kilen atau keluarganya. Pada tiap masalah yang

dimiliki klien beri uraian spesifik, singkat dan jelas.

X. Pengetahuan

Data didapatkan melalui wawancara pada klien. Pada tiap item yang dimiliki oleh klien

simpulkan dalam masalah.

XI. Aspek Medik

Tuliskan diagnosa medik klien yang telah dirumuskan oleh dokter yang merawat. Tuliskan

obat-obatan klien saat ini, baik obat fisik, psikofarmaka dan terapi lain.

XII. Daftar Diagnosis Keperawatan

1. Rumuskan diagnosis dengan rumusan P (permasalahan) dan E (etiologi) berdasarkan pohon

masalah

2. Urutkan diagnosis sesuai dengan prioritas.

Pada akhir pengkajian, tulis tempat dan tanggal pengkajian serta tanda tangan dan nama jelas

mahasiswa.

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN (Contoh)

KLIEN DENGAN GANGGUAN KONSEP DIRI : HARGA DIRI RENDAH

Nama Klien : …………………… DX Medis : …………………..

RM No. : ……………………

Tgl No Dx Dx Keperawatan Perencanaan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

Gangguan konsep

diri : Harga diri

rendah.

TUM:

Klien mempunyai

harga diri

TUK:

1. Klien dapat

membina hubungan

saling percaya

dengan perawat.

1. Setelah … kali interaksi, klien

menunjukkan eskpresi wajah

bersahabat, menun-jukkan rasa

senang, ada kontak mata, mau

berjabat tangan, mau

menyebutkan nama, mau

menjawab salam, klien mau

duduk berdampingan dengan

perawat, mau mengutarakan

masalah yang dihadapi.

1. Bina hubungan saling percaya dengan meng-gunakan

prinsip komunikasi terapeutik :

� Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun

non verbal.

� Perkenalkan diri dengan sopan.

� Tanyakan nama lengkap dan nama panggilan

yang disukai klien.

� Jelaskan tujuan pertemuan.

� Jujur dan menepati janji.

� Tunjukan sikap empati dan menerima klien

apa adanya.

� Beri perhatian dan perhatikan kebutuhan dasar

klien.

2. Klien dapat

mengidentifikasi

aspek positif dan

kemampuan yang

dimiliki.

2. Setelah … kali interaksi klien

menyebutkan:

o Aspek positif dan

kemampuan yang

dimiliki klien.

o Aspek positif keluarga.

o Aspek positif lingkung-an

klien.

2.1. Diskusikan dengan klien tentang:

� Aspek positif yang dimiliki klien, keluarga,

lingkungan.

� Kemampuan yang dimiliki klien.

2.2 Bersama klien buat daftar tentang:

� Aspek positif klien, keluarga, lingkungan.

� Kemampuan yang dimiliki klien.

2.3. Beri pujian yang realistis, hindarkan memberi

penilaian negatif.

Tgl No Dx Dx Keperawatan Perencanaan

Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

3. Klien dapat me-

nilai kemampuan

yang dimiliki un-

tuk dilaksanakan

3. Setelah … kali interaksi klien

menyebutkan kemampuan

yang dapat dilaksanakan.

3.1. Diskusikan dengan klien kemampuan yang dapat

dilaksanakan.

3.2. Diskusikan kemampuan yang dapat dilanjutkan

pelaksanaannya.

4. Klien dapat

merencanakan

kegiatan sesuai

dengan

kemampuan yang

dimiliki

4. Setelah … kali interaksi klien

membuat rencana kegiatan

harian

4.1. Rencanakan bersama klien aktivitas yang dapat

dilakukan setiap hari sesuai kemampuan klien:

� kegiatan mandiri.

� kegiatan dengan bantuan.

4.2. Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi klien.

4.3. Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat

klien lakukan.

5. Klien dapat

melakukan

kegiatan sesuai

rencana yang

dibuat.

5. Setelah … kali interaksi klien

melakukan kegiatan sesuai

jadual yang dibuat.

Anjurkan klien untuk melaksanakan

kegiatan yang telah direncanakan.

Pantau kegiatan yang dilaksanakan

klien.

Beri pujian atas usaha yang dilakukan

klien.

Diskusikan kemungkinan pelaksanaan

kegiatan setelah pulang.

6. Klien dapat

memanfaatkan

sistem pendu-kung

yang ada.

6. Setelah … kali interaksi klien

memanfaatkan sistem

pendukung yang ada di

keluarga.

6.1. Beri pendidikan kesehatan pada keluarga tentang

cara merawat klien dengan harga diri rendah.

6.2. Bantu keluarga memberikan dukungan selama klien

di rawat.

6.3. Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di rumah.

1

CATATAN KEPERAWATAN

Nama : RM No.:

DIAGNOSIS TINDAKAN

KEPERAWATAN

EVALUASI

Catatan: form ini digunakan untuk di rumah sakit jiwa

2

PETUNJUK TEKNIS PENGISIAN FORMULIR

CATATAN KEPERAWATAN

1. Kolom diagnosis

2. Tulis nomor dan rumusan diagnosa

3. Kolom implementasi

4. Tulis tanggal dan jam dilakukannya tindakan

5. Tulis semua tindakan keperawatan yang dilakukan sesuai dengan rencana:

• Tindakan perawat

• Tindakan perawat bersama klien

• Tindakan perawat bersama keluarga.

• Tindakan perawat bersama klien dan keluarga.

• Tindakan perawat menyiapkan lingkungan keluarga.

• Tindakan rujukan keperawataa

6. Kolom evaluasi.

a. Tulis semua respons klien/keluarga terhadap tindakan yang telah

dilaksanakan, baik objektif maupun subjektif.

b. Analisa respons klien dengan mengaitkan pada diagnosa, data, dan

tujuan jika ditemukan masalah baru maka dituliskan apakah akan

dirumuskan diagnosa baru

c. Tuliskan rencana lanjutan, dapat berupa:

• Rencana kegiatan untuk pasien sesuai dengan tindakan yang telah

dilakukan

• Merencanakan tindakan perawat untuk pertemuan berikut

7. Tulis nama jelas dan tanda tangan setiap selesai melaksanakan tindakan dan

evaluasi.

UNIT 2

KOMUNIKA SI TERA PEUTIK

� 200 Menit

A . PENGA NTAR

Komunikasi merupakan proses yang sangat khusus dan berarti dalam hubungan antar manusia.

Pada profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda utama

dalam mengimplementasikan proses keperawatan.

Pengalaman ilmu untuk menolong sesama memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian sosial

yang besar (Abdalati, 1989). Untuk itu perawat memerlukan kemampuan khusus dan kepedulian

sosial yang mencakup ketrampilan intelektual, tehnical dan interpersonal yang tercermin dalam

perilaku “caring” atau kasih sayang/ cinta (Johnson, 1989) dalam berkomunikasi dengan orang lain.

Perawat yang memiliki ketrampilan berkomunikasi secara terapeutik tidak saja akan mudah

menjalin hubungan rasa percaya dengan klien, mencegah terjadinya masalah legal, memberikan

kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan dan meningkatkan citra profesi keperawatan

serta citra rumah sakit, tetapi yang paling penting adalah mengamalkan ilmunya untuk memberikan

pertolongan terhadap sesama manusia.

Dalam modul ini akan dibahas tentang pengertian komunikasi terapeutik dalam praktek

keperawatan, sikap dan tehnik serta dimensi hubungan dari komunikasi terapeutik.

b. TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan konsep teori komunikasi

terapeutik,yang meliputi:

1. Mampu menjelaskan konsep teori komunikasi

a. Pengertian

b. Jenis Komunikasi

2. Mampu menjelaskan konsep komunikasi terpeutik

1. Pengertian

2. Teknik komunikasi terapeutik

3. Dimensi tindakan

C . BAHA N BACAA N

A. KOMUNIKASI

1. Pengertian

Komunikasi merupakan proses kompleks yang melibatkan perilaku dan memungkinkan individu

untuk berhubungan dengan orang lain dan dunia sekitarnya. Menurut Potter dan Perry (1993),

komunikasi terjadi pada tiga tingkatan yaitu intrapersonal, interpersonal dan publik. Makalah ini

difokuskan pada komunikasi interpersonal yang terapeutik. Komunikasi interpersonal adalah

interaksi yang terjadi antara sedikitnya dua orang atau dalam kelompok kecil, terutama dalam

keperawatan.

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian

masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal. Menurut Potter dan

Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu

verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.

2. Jenis Komunikasi

a. Komunikasi verbal

Jenis komunikasi yang paling lazim digunakan dalam pelayanan keperawatan di rumah sakit

adalah pertukaran informasi secara verbal terutama pembicaraan dengan tatap muka.

Komunikasi verbal biasanya lebih akurat dan tepat waktu. Katakata adalah alat atau simbol yang

dipakai untuk mengekspresikan ide atau perasaan, membangkitkan respon emosional, atau

menguraikan obyek, observasi dan ingatan. Sering juga untuk menyampaikan arti yang

tersembunyi, dan menguji minat seseorang. Keuntungan komunikasi verbal dalam tatap muka

yaitu memungkinkan tiap individu untuk berespon secara langsung.

Komunikasi Verbal yang efektif harus:

1) Jelas dan ringkas

Komunikasi yang efektif harus sederhana, pendek dan langsung. Makin sedikit kata-kata yang

digunakan makin kecil kemungkinan terjadinya kerancuan. Kejelasan dapat dicapai dengan

berbicara secara lambat dan mengucapkannya dengan jelas. Penggunaan contoh bisa

membuat penjelasan lebih mudah untuk dipahami. Ulang bagian yang penting dari pesan

yang disampaikan. Penerimaan pesan perlu mengetahui apa, mengapa, bagaimana, kapan,

siapa dan dimana. Ringkas, dengan menggunakan kata-kata yang mengekspresikan ide secara

sederhana. Contoh: “Katakan pada saya dimana rasa nyeri anda” lebih baik daripada “saya

ingin anda menguraikan kepada saya bagian yang anda rasakan tidak enak.”

2) Perbendaharaan Kata

Komunikasi tidak akan berhasil, jika pengirim pesan tidak mampu menerjemahkan kata dan

ucapan. Banyak istilah teknis yang digunakan dalam keperawatan dan kedokteran, dan jika ini

digunakan oleh perawat, klien dapat menjadi bingung dan tidak mampu mengikuti petunjuk

atau mempelajari informasi penting. Ucapkan pesan dengan istilah yang dimengerti klien.

Daripada mengatakan “Duduk, sementara saya akan mengauskultasi paru-paru anda” akan

lebih baik jika dikatakan “Duduklah sementara saya mendengarkan paru-paru anda”.

3) Arti denotatif dan konotatif

Arti denotatif memberikan pengertian yang sama terhadap kata yang digunakan, sedangkan

arti konotatif merupakan pikiran, perasaan atau ide yang terdapat dalam suatu kata. Kata

serius dipahami klien sebagai suatu kondisi mendekati kematian, tetapi perawat akan

menggunakan kata kritis untuk menjelaskan keadaan yang mendekati kematian. Ketika

berkomunikasi dengan klien, perawat harus hati-hati memilih kata-kata sehingga tidak

mudah untuk disalah tafsirkan, terutama sangat penting ketika menjelaskan tujuan terapi,

terapi dan kondisi klien.

4) Selaan dan kesempatan berbicara

Kecepatan dan tempo bicara yang tepat turut menentukan keberhasilan komunikasi verbal.

Selaan yang lama dan pengalihan yang cepat pada pokok pembicaraan lain mungkin akan

menimbulkan kesan bahwa perawat sedang menyembunyikan sesuatu terhadap klien.

Perawat sebaiknya tidak berbicara dengan cepat sehingga kata-kata tidak jelas. Selaan perlu

digunakan untuk menekankan pada hal tertentu, memberi waktu kepada pendengar untuk

mendengarkan dan memahami arti kata. Selaan yang tepat dapat dilakukan

denganmemikirkan apa yang akan dikatakan sebelum mengucapkannya, menyimak isyarat

nonverbal dari pendengar yang mungkin menunjukkan. Perawat juga bisa menanyakan

kepada pendengar apakah ia berbicara terlalu lambat atau terlalu cepat dan perlu untuk

diulang.

5) Waktu dan relevansi

Waktu yang tepat sangat penting untuk menangkap pesan. Bila klien sedang menangis

kesakitan, tidak waktunya untuk menjelaskan resiko operasi. Kendatipun pesan diucapkan

secara jelas dan singkat, tetapi waktu tidak tepat dapat menghalangi penerimaan pesan

secara akurat. Oleh karena itu, perawat harus peka terhadap ketepatan waktu untuk

berkomunikasi. Begitu pula komunikasi verbal akan lebih bermakna jika pesan yang

disampaikan berkaitan dengan minat dan kebutuhan klien.

6) Humor

Dugan (1989) mengatakan bahwa tertawa membantu pengurangi ketegangan dan rasa sakit

yang disebabkan oleh stres, dan meningkatkan keberhasilan perawat dalam memberikan

dukungan emosional terhadap klien. Sullivan dan Deane (1988) melaporkan bahwa humor

merangsang produksi catecholamines dan hormon yang menimbulkan perasaan sehat,

meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi ansietas, memfasilitasi relaksasi

pernapasan dan menggunakan humor untuk menutupi rasa takut dan tidak enak atau

menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dengan klien.

b. Komunikasi Non Vebal

Komunikasi non-verbal adalah pemindahan pesan tanpa menggunakan katakata. Merupakan

cara yang paling meyakinkan untuk menyampaikan pesan kepada orang lain. Perawat perlu

menyadari pesan verbal dan non-verbal yang disampaikan klien mulai dari saat pengkajian

sampai evaluasi asuhan keperawatan, karena isyarat non-verbal menambah arti terhadap pesan

verbal. Perawat yang mendektesi suatu kondisi dan menentukan kebutuhan asuhan

keperawatan. Komunikasi non-verbal teramati pada:

1) Metakomunikasi

Komunikasi tidak hanya tergantung pada pesan tetapi juga pada hubungan antara pembicara

dengan lawan bicaranya. Metakomunikasi adalah suatu komentar terhadap isi pembicaraan

dan sifat hubungan antara yang berbicara, yaitu pesan di dalam pesan yang menyampaikan

sikap dan perasaan pengirim terhadap pendengar. Contoh: tersenyum ketika sedang marah.

2) Penampilan Personal

Penampilan seseorang merupakan salah satu hal pertama yang diperhatikan selama

komunikasi interpersonal. Kesan pertama timbul dalam 20 detik sampai 4 menit pertama.

Delapan puluh empat persen dari kesan terhadap seserang berdasarkan penampilannya (Lalli

Ascosi, 1990 dalam Potter dan Perry, 1993). Bentuk fisik, cara berpakaian dan berhias

menunjukkan kepribadian, status sosial, pekerjaan, agama, budaya dan konsep diri. Perawat

yang memperhatikan penampilan dirinya dapat menimbulkan citra diri dan profesional yang

positif. Penampilan fisik perawat mempengaruhi persepsi klien terhadap pelayanan/asuhan

keperawatan yang diterima, karena tiap klien mempunyai citra bagaimana seharusnya

penampilan seorang perawat. Walaupun penampilan tidak sepenuhnya mencerminkan

kemampuan perawat, tetapi mungkin akan lebih sulit bagi perawat untuk membina rasa

percaya terhadap klien jika perawat tidak memenuhi citra klien.

3) Intonasi (Nada Suara)

Nada suara pembicara mempunyai dampak yang besar terhadap arti pesan yang dikirimkan,

karena emosi seseorang dapat secara langsung mempengaruhi nada suaranya. Perawat harus

menyadari emosinya ketika sedang berinteraksi dengan klien, karena maksud untuk

menyamakan rsa tertarik yang tulus terhadap klien dapat terhalangi oleh nada suara

perawat.

4) Ekspresi wajah

Hasil suatu penelitian menunjukkan enam keadaan emosi utama yang tampak melalui

ekspresi wajah: terkejut, takut, marah, jijik, bahagia dan sedih. Ekspresi wajah sering

digunakan sebagai dasar penting dalam menentukan pendapat interpesonal. Kontak mata

sangat penting dalam komunikasi interpersonal. Orang yang mempertahankan kontak mata

selama pembicaraan diekspresikan sebagai orang yang dapat dipercaya, dan memungkinkan

untuk menjadi pengamat yang baik. Perawat sebaiknya tidak memandang ke bawah ketika

sedang berbicara dengan klien, oleh karena itu ketika berbicara sebaiknya duduk sehingga

perawat tidak tampak dominan jika kontak mata dengan klien dilakukan dalam keadaan

sejajar.

5) Sikap tubuh dan langkah

Sikap tubuh dan langkah menggambarkan sikap; emos, konsep diri dan keadaanfisik. Perawat

dapat mengumpilkan informasi yang bermanfaat dengan mengamati sikap tubuh dan langkah

klien. Langkah dapat dipengaruhi oleh faktor fisik seperti rasa sakit, obat, atau fraktur.

6) Sentuhan

Kasih sayang, dudkungan emosional, dan perhatian disampaikan melalui sentuhan. Sentuhan

merupakan bagian yang penting dalam hubungan perawat-klien, namun harus

memperhatikan norma sosial. Ketika membrikan asuhan keperawatan, perawat menyentuh

klien, seperti ketika memandikan, melakukan pemeriksaan fisik, atau membantu memakaikan

pakaian. Perlu disadari bahwa keadaan sakit membuat klien tergantung kepada perawat

untuk melakukan kontak interpersonal sehingga sulit untuk menghindarkan sentuhan.

Bradley & Edinburg (1982) dan Wilson & Kneisl (1992) menyatakan bahwa walaupun

sentuhan banyak bermanfaat ketika membantu klien, tetapi perlu diperhatikan apakah

penggunaan sentuhan dapat dimengerti dan diterima oleh klien, sehingga harus dilakukan

dengan kepekaan dan hati-hati.

B. KOMUNIKASI TERAPEUTIK

1. Pengertian

Komunikasi terapeutik adalah komunikasi interpersonal yang sehat memungkinkan penyelesaian

masalah, berbagai ide, pengambilan keputusan, dan pertumbuhan personal. Menurut Potter dan

Perry (1993), Swansburg (1990), Szilagyi (1984), dan Tappen (1995) ada tiga jenis komunikasi yaitu

verbal, tertulis dan non-verbal yang dimanifestasikan secara terapeutik.

2. Teknik Komunikasi Terapeutik

Tiap klien tidak sama oleh karena itu diperlukan penerapan tehnik berkomunikasi yang berbeda

pula. Tehnik komunikasi berikut ini, treutama penggunaan referensi dari Shives (1994), Stuart &

Sundeen (1950) dan Wilson & Kneisl (1920), yaitu:

a. Mendengarkan dengan penuh perhatian

Berusaha mendengarkan klien menyampaikan pesan non-verbal bahwa perawat perhatian

terhadap kebutuhan dan masalah klien. Mendengarkan dengan penuh perhatian merupakan

upaya untuk mengerti seluruh pesan verbal dan non-verbal yang sedang dikomunikasikan.

Ketrampilan mendengarkan sepenuh perhatian adalah dengan:

- Pandang klien ketika sedang bicara

- Pertahankan kontak mata yang memancarkan keinginan untuk mendengarkan.

- Sikap tubuh yang menunjukkan perhatian dengan tidak menyilangkan kakiatau tangan.

- Hindarkan gerakan yang tidak perlu.

- Anggukan kepala jika klien membicarakan hal penting atau memerlukan umpan balik.

- Condongkan tubuh ke arah lawan bicara.

b. Menunjukkan penerimaan

Menerima tidak berarti menyetujui. Menerima berarti bersedia untuk mendengarkan orang lain

tanpa menunjukkan keraguan atau tidak setuju. Tentu saja sebagai perawat kita tidak harus

menerima semua prilaku klien. Perawat sebaiknya menghindarkan ekspresi wajah dan gerakan

tubuh yang menunjukkan tidak setuju, seperti mengerutkan kening atau menggelengkan kepala

seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang menggelengkan kepala

seakan tidak percaya. Berikut ini menunjukkan sikap perawat yang

- Mendengarkan tanpa memutuskan pembicaraan.

- Memberikan umpan balik verbal yang menapakkan pengertian.

- Memastikan bahwa isyarat non-verbal cocok dengan komunikasi verbal.

- Menghindarkan untuk berdebat, mengekspresikan keraguan, atau mencoba untuk mengubah

pikiran klien.

Perawat dapat menganggukan kepalanya atau berkata “ya”, “saya mengikuti apa yang anda

ucapkan” (cocok 1987).

c. Menanyakan pertanyaan yang berkaitan.

Tujuan perawat bertanya adalah untuk mendapatkan informasi yang spesifik mengenai klien.

Paling baik jika pertanyaan dikaitkan dengan topik yang dibicarakan dan gunakan kata-kata

dalam konteks sosial budaya klien. Selama pengkajian ajukan pertanyaan secara berurutan.

d. Mengulang ucapan klien dengan menggunakan kata-kata sendiri.

Dengan mengulang kembali ucapan klien, perawat memberikan umpan balik sehingga klien

mengetahui bahwa pesannya dimengerti dan mengharapkan komunikasi berlanjut. Namun

perawat harus berhati-hati ketika menggunakan metode ini, karena pengertian bisa rancu jika

pengucapan ulang mempunyai arti yang berbeda.

Contoh: - K : “saya tidak dapat tidur, sepanjang malam saya terjaga”

- P : “ Saudara mengalami kesulitan untuk tidur….”

e. Klarifikasi

Apabila terjadi kesalah pahaman, perawat perlu menghentikan pembicaraan untuk

mengklarifikasi dengan menyamakan pengertian, karena informasi sangat penting dalam

memberikan pelayanan keperawatan. Agar pesan dapat sampai dengan benar, perawat perlu

memberikan contoh yang konkrit dan mudah dimengerti klien.

Contoh: - “Saya tidak yakin saya mengikuti apa yang anda katakan”

- “ Apa yang katakan tadi adalah…….”

f. Memfokuskan

Metode ini dilakukan dengan tujuan membatasi bahan pembicaraan sehingga

lebih spesifik dan dimengerti. Perawat tidak seharusnya memutus pembicaraan

klien ketika menyampaikan masalah yang penting, kecuali jika pembicaraan

berlanjut tanpa informasi yang baru.

Contoh: “ Hal ini nampaknya penting, nanti kita bicarakan lebih dalam lagi ”.

g. Menyampaikan hasil observasi

Perawat perlu memberikan umpan balik kepada klien dengan menyatakan hasil pengamatannya,

sehingga dapat diketahui apakah pesan diterima dengan benar.

Perawat menguraikan kesan yang ditimbulkan oleh syarat non-verbal klien. Menyampaikan hasil

pengamatan perawat sering membuat klien berkomunikasi lebih jelas tanpa harus bertambah

memfokuskan atau mengklarifikasi pesan.

Contoh: - “ Anda tampak cemas”.

- “ Apakah anda merasa tidak tenang apabila anda……”

h. Menawarkan informasi

Tambahan informasi ini memungkinkan penghayatan yang lebih baik bagi klien terhadap

keadaanya. Memberikan tambahan informasi merupakan pendidikan kesehatan bagi klien.

Selain ini akan menambah rasa percaya klien terhadap perawat. Apabila ada informasi yang

ditutupi oleh dokter, perawat perlu mengklarifikasi alasannya. Perawat tidak boleh memberikan

nasehat kepada klien ketika memberikan informasi, tetapi memfasilitasi klien untuk membuat

keputusan.

i. Diam

Diam memberikan kesempatan kepada perawat dan klien untuk mengorganisir pikirannya.

Penggunaan metode diam memrlukan ketrampilan dan ketetapan waktu, jika tidak maka akan

menimbulkan perasaan tidak enak. Diam memungkinkan klien untuk berkomunikasi terhadap

dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses informasi. Diam memungkinkan klien

untuk berkomunikasi terhadap dirinya sendiri, mengorganisir pikirannya, dan memproses

informasi. Diam terutama berguna pada saat klien harus mengambil keputusan .

j. Meringkas

Meringkas adalah pengulangan ide utama yang telah dikomunikasikan secara singkat. Metode

ono bermanfaat untuk membantu topik yang telah dibahas sebelum meneruskan pada

pembicaraan berikutnya. Meringkas pembicaraan membantu perawat mengulang aspek penting

dalam interaksinya, sehingga dapat melanjutkan pembicaraan dengan topik yang berkaitan.

Contoh: - “Selama beberapa jam, anda dan saya telah membicarakan…”

k. Memberikan penghargaan

Memberi salam pada klien dengan menyebut namanya, menunjukkan kesadaran tentang

perubahan yang terjadi menghargai klien sebagai manusia seutuhnya yang mempunyai hak dan

tanggung jawab atas dirinya sendiri sebagai individu. Penghargaan tersebut jangan sampai

menjadi beban baginya, dalam arti kata jangan sampai klien berusaha keras dan melakukan

segalanya demi mendapatkan pujian atau persetujuan atas perbuatannya. Dan tidak pula

dimaksudkan untuk menyatakan bahwa ini “bagus” dan yang sebaliknya “buruk”. Perlu

mengatakan “Apabila klien mencapai sesuatu yang nyata, maka perawat dapat mengatakan

demikian.”

Contoh: - “Selamat pagi Ibu Sri.” Atau “Assalmualaikum”

- “Saya perhatikan Ibu sudah menyisir rambut ibu”.

Dalam ajaran Islam, memberi salam dan penghargaan menggambarkan akhlah terpuji, karena

berarti mendoakan orang lain memperoleh rahmat dari Allah SWT. Salam menunjukkan betapa

perawat peduli terhadap orang lain dengan bersikap ramah dan akrab.

l. Menawarkan diri

Klien mungkin belum siap untuk berkomunikasi secara verbal dengan orang lain atau klien tidak

mampu untuk membuat dirinya dimengerti. Seringkali perawat hanya menawarkan

kehadirannya, rasa tertarik, tehnik komunikasi ini harus dilakukan tanpa pamrih.

Contoh: - “Saya ingin anda merasa tenang dan nyaman”

m. Memberi kesempatan kepada klien untuk memulai pembicaraan.

Memberi kesempatan pada klien untuk berinisiatif dalam memilih topik pembicaraan. Biarkan

klien yang merasa ragu-ragu dan tidak pasti tentang perannanya dalam interakasi ini perawat

dapat menstimulasinya untuk mengambil inisiatif dan merasakan bahwa ia diharapkan untuk

membuka pembicaraan.

Contoh: - “ Adakah sesuatu yang ingin anda bicarakan?”

- “ Apakah yang sedang saudara pikirkan?”

- “ Darimana anda ingin mulai pembicaraan ini?”

n. Menganjurkan untuk meneruskan pembicaraan

Tehnik ini menganjurkan klien untuk mengarahkan hampir seluruh pembicaraan yang

mengindikasikan bahwa klien sedang mengikuti apa yang sedang dibicarakan dan tertarik

dengan apa yang akan dibicarakan selanjutnya. Perawat lebih berusaha untuk menafsirkan dari

pada mengarahkan diskusi/pembicaraan

Contoh: - “…..teruskan…..!”

- “…..dan kemudian….?

- “ Ceritakan kepada saya tentang itu….”

o. Menempatkan kejadian secara teratur akan menolong perawat dan klien untuk melihatnya

dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur akan menolong perawat

dan klien untuk melihatnya dalam suatu perspektif. Kelanjutan dari suatu kejadian secara teratur

akan menolong perawat dan klien untuk melihat kejadian berikutnya sebagai akibat kejadian

yang pertama. Pesawat akan dapat menentukan pola kesukaran interpersonal dan memberikan

data tentang pengalaman yang memuaskan dan berarti bagi klien dalam memenuhi

kebutuhannya.

Contoh: - “Apakah yang terjadi sebelum dan sesudahnya”.

- “Kapan kejadian tersebut terjadi”.

p. Menganjurkan klien unutk menguraikan persepsinya

Apabila perawat ingin mengerti klien, maka ia harus melihat segala sesungguhnya dari perspektif

klien. Klien harus merasa bebas untuk menguraikan persepsinya kepada perawat. Ketika

menceritakan pengalamannya, perawat harus waspada akan timbulnya gejala ansietas.

Contoh: - “Carikan kepada saya bagaimana perasaan saudara ketika akan dioperasi”

- “Apa yang sedang terjadi”.

q. Refleksi

Refleksi menganjurkan klien untuk mengemukakan dan menerima ide dan perasaanya sebagai

bagian dari dirinya sendiri. Apabila klien bertanya apa yang harus ia pikirkan dan kerjakan atau

rasakan maka perawat dapat menjawab: “Bagaimana menurutmu?” atau “Bagaimana

perasaanmu?”. Dengan demikian perawat mengindikasikan bahwa pendapat klien adalah

berharga dan klien mempunyai hak untuk mampu melakukan hal tersebut, maka iapun akan

berpikir bahwa dirinya adalah manusia yang mempunyai kapasitas dan kemampuan sebagai

individu yang terintegrasi dan bukan sebagai bagian dari orang lain.

Contoh: K: “Apakah menurutmu saya harus mengatakannya kepada dokter?”

P: “Apakah menurut anda, anda harus mengatakannya?”

K: “Suami saya sudah lama tidak datang mengunjungi saya, bahwa tidak menelpon

saya, kalau dia datang saya tidak ingin berbicara dengannya”.

P: “Ini menyebabkan anda marah”.

3. Dimensi tindakan

Dimensi ini termasuk konfrontasi, kesegaran, pengungkapan diri perawat, katarsis emosional, dan

bermain peran (Stuart dan Sundeen, 1995, h.23). Dimensi ini harus diimplementasikan dalam

konteks kehangatan, penerimaan, dan pengertian yang dibentuk oleh dimensi responsif.

a. Konfrontasi

Pengekspresian perawat terhadap perbedaan pada perilaku klien yang bermanfaatn untuk

memperluas kesadaran diri klien.

Carkhoff (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1998, h.41) mengidentifikasi tiga kategori konfrontasi

yaitu:

- Ketidak sesuaian antara konsep diri klien (ekspresi klien tentang dirinya) dan ideal diri (cita-

cita/keinginan klien)

- Ketidak sesuaian antara ekspresi non verbal dan perilaku klien

- Ketidak sesuaian antara pengalaman klien dan perawat

Konfrontasi seharusnya dilakukan secara asertif bukan agresif/marah. Oleh karena itu sebelum

melakukan konfrontasi perawat perlu mengkaji antara lain: tingkat hubungan saling percaya

dengan klien, waktu yang tepat, tingkat kecemasan dan kekuatan koping klien. Konfrontasi

sangat berguna untuk klien yang telah mempunyai kesadaran diri tetapi perilakunya belum

berubah.

b. Kesegeraan

Terjadi jika interaksi perawat-klien difokuskan pada dan digunakan untuk mempelajari fungsi

klien dalam hubungan interpersonal lainnya. Perawat harus sensitif terhadap perasaan klien dan

berkeinginan membantu dengan segera.

c. Keterbukaan perawat

Tampak ketika perawat meberikan informasi tentang diri, ide, nilai, perasaan dan sikapnya

sendiri untuk memfasilitasi kerjasama, proses belajar, katarsis, atau dukungan klien. Melalui

penelitian yang dilakukan oleh Johnson (dikutip oleh Stuart dan Sundeen, 1987, h.134)

ditemukan bahwa peningkatan keterbukaan antara perawat-klien menurunkan tingkat

kecemasan perawat klien

d. Katarsis emosional

Klien didorong untuk membicarakan hal-hal yang sangat mengganggunya untuk mendapatkan

efek terapeutik. Dalam hal ini perawat harus dapat mengkaj kesiapan klien untuk

mendiskusikan maslahnya. Jika klien mengalami kesulitan mengekspresikan

perasaanya, perawat dapat membantu dengan mengekspresikan perasaannya jika

berada pada situasi klien.

e. Bermain peran

Membangkitkan situasi tertentu untuk meningkatkan penghayatan klien kedalam

hubungan antara manusia dan memperdalam kemampuannya untuk melihat situasi

dari sudut pandang lain; juga memperkenankan klien untuk mencobakan situasi

yang baru dalam lingkungan yang aman.

DAFTAR PUSTAKA

Hamid, A.Y.S 1996. Komunikasi Terapeutik. Jakarta: tidak dipublikasikan

Kanus, W.A. Et.al. 198). An evaluation of outcome from intensive care in major medical centers. Ann

Intern Med 104, (3):410

Lindbert, J., hunter, M & Kruszweski, A. 1983. Introduction to person-centered nursing. Philadelphia:

J.B. Lippincott Company.

Potter, P.A & Perry, A.G. 1993 Fundamental of Nursing Concepts, Process and Practice. Thrd edition.

St.Louis: Mosby Year Book

Stuart, G.W & Sundeen S.J,199). Pocket gide to Psychiatric Nursing. Third edition. St.Louis: Mosby Year

Book

Stuart, G.W & Sundeen S.J.,1995.Principles and Practise of Psychiatric Nursing. St. Louis: Mosby Year

Book

Sullivan, J.L & Deane, D.M. 1988. Humor and Health. Journal of qerontology nursing 14 (1):20, 1988

UNIT 3

TERAPI MODALITAS DALAM KEPERAWATAN JIWA

� 100 Menit

A. PENGANTAR

Gangguan jiwa atau penyakit jiwa merupakan penyakit dengan multi

kausal, suatu penyakit dengan berbagai penyebab yang sangat bervariasi.

Kausa gangguan jiwa selama ini dikenali meliputi kausa pada area

organobiologis, area psikoedukatif, dan area sosiokultural. Dalam konsep

stress-adaptasi penyebab perilaku maladaptive dikostrukkan sebagai tahapan

mulai adanya factor predisposisi, factor presipitasi dalam bentuk stressor

pencetus, kemampuan penilaian terhadap stressor, sumber koping yang

dimiliki, dan bagaimana mekanisme koping yang dipilih oleh seorang individu.

Dari sini kemudian baru menentukan apakah perilaku individu tersebut

adaptif atau maladaptive.

Banyak ahli dalam kesehatan jiwa memiliki persepsi yang berbeda-beda

terhadap apa yang dimaksud gangguan jiwa dan bagaimana gangguan

perilaku terjadi. Perbedaan pandangan tersebut tertuang dalam bentuk

model konseptual kesehatan jiwa. Pandangan model psikoanalisa berbeda

dengan pandangan model social, model perilaku, model eksistensial, model

medical, berbeda pula dengan model stress – adaptasi. Masing-masing model

memiliki pendekatan unik dalam terapi gangguan jiwa.

Berbagai pendekatan penanganan klien gangguan jiwa inilah yang dimaksud

dengan terapi modalitas. Suatu pendekatan penanganan klien gangguan yang

bervariasi yang bertujuan mengubah perilaku klien gangguan jiwa dengan

perilaku maladaptifnya menjadi perilaku yang adaptif.

TUJUAN

Adapun kompetensi yang diharapkan setelah mempelajari modul ini

mahasiswa mampu menjelaskan konsep teori terapi modalitas pada pasien

dengan masalah kesehatan jiwa, yang meliputi:

1. Mampu menjelaskan konsep teori terapi modalitas , meliputi :

a. Pengertian

b. Jenis terapi modalitas

2. Mampu menjelaskan konsep teori terapi aktifitas kelompok (TAK),

meliputi :

a. Pengertian

b. Jenis terapi aktifitas kelompok (TAK)

c. Struktur kelompok

d. Proses terapi aktifitas kelompok (TAK)

e. Evaluasi terapi aktifitas kelompok (TAK)

B . BAHA N BACAA N

A. TERAPI MODALITAS

1. Pengertian

Terapi modalitas adalah terapi utama dalam keperawatan jiwa. Terapi ini di

berikan dalam upaya mengubah perilaku pasien dari perilaku maladaptif menjadi

perilaku adaptif. Terapi modalitas mendasarkan potensi yang dimiliki pasien

(modal-modality) sebagai titik tolak terapi atau penyembuhannya.

2. Jenis Terapi Modalitas

Ada beberapa jenis terapi modalitas, antara lain:

a. Terapi Individual

Terapi individual adalah penanganan klien gangguan jiwa dengan pendekatan

hubungan individual antara seorang terapis dengan seorang klien. Suatu

hubungan yang terstruktur yang terjalin antara perawat dan klien untuk

mengubah perilaku klien. Hubungan yang dijalin adalah hubungan yang

disengaja dengan tujuan terapi, dilakukan dengan tahapan sistematis

(terstruktur) sehingga melalui hubungan ini terjadi perubahan tingkah laku

klien sesuai dengan tujuan yang ditetapkan di awal hubungan.

Hubungan terstruktur dalam terapi individual bertujuan agar klien mampu

menyelesaikan konflik yang dialaminya. Selain itu klien juga diharapkan

mampu meredakan penderitaan (distress) emosional, serta mengembangkan

cara yang sesuai dalam memenuhi kebutuhan dasarnya.

Tahapan hubungan dalam terapi individual meliputi:

- Tahapan orientasi

- Tahapan kerja

- Tahapan terminasi

Tahapan orientasi dilaksanakan ketika perawat memulai interaksi dengan

klien. Yang pertama harus dilakukan dalam tahapan ini adalah membina

hubungan saling percaya dengan klien. Hubungan saling percaya sangat

penting untuk mengawali hubungan agar klien bersedia mengekspresikan

segala masalah yang dihadapi dan mau bekerja sama untuk mengatasi

masalah tersebut sepanjang berhubungan dengan perawat. Setelah klien

mempercayai perawat, tahapan selanjutnya adalah klien bersama perawat

mendiskusikan apa yang menjadi latar belakang munculnya masalah pada

klien, apa konflik yang terjadi, juga penderitaan yang klien hadapi. Tahapan

orientasi diakhiri dengan kesepakatan antara perawat dan klien untuk

menentukan tujuan yang hendak dicapai dalam hubungan perawat-klien dan

bagaimana kegiatan yang akan dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut.

Perawat melakukan intervensi keperawatan setelah klien mempercayai

perawat sebagai terapis. Ini dilakukan di fase kerja, di mana klien melakukan

eksplorasi diri. Klien mengungkapkan apa yang dialaminya. Untuk itu perawat

tidak hanya memperhatikan konteks cerita klien akan tetapi harus

memperhatikan juga bagaimana perasaan klien saat menceritakan

masalahnya. Dalam fase ini klien dibantu untuk dapat mengembangkan

pemahaman tentang siapa dirinya, apa yang terjadi dengan dirinya, serta

didorong untuk berani mengambil risiko berubah perilaku dari perilaku

maladaptive menjadi perilaku adaptif.

Setelah kedua fihak (klien dan perawat) menyepakati bahwa masalah yang

mengawali terjalinnya hubungan terapeutik telah mereda dan lebih

terkendali maka perawat dapat melakukan terminasi dengan klien.

Pertimbangan lain untuk melakukan terminasi adalah apabila klien telah

merasa lebih baik, terjadi peningkatan fungsi diri, social dan pekerjaan, serta

yang lebih penting adalah tujuan terapi telah tercapai.

b. Terapi Lingkungan

Terapi lingkungan adalah bentuk terapi yaitu menata lingkungan agar terjadi

perubahan perilaku pada klien dari perilaku maladaptive menjadi perilaku

adaptif. Perawat menggunakan semua lingkungan rumah sakit dalam arti

terapeutik. Bentuknya adalah memberi kesempatan klien untuk tumbuh dan

berubah perilaku dengan memfokuskan pada nilai terapeutik dalam aktivitas

dan interaksi.

Dalam terapi lingkungan perawat harus memberikan kesempatan, dukungan,

pengertian agar klien dapat berkembang menjadi pribadi yang bertanggung

jawab. Klien juga dipaparkan pada peraturan-peraturan yang harus ditaati,

harapan lingkungan, tekanan peer, dan belajar bagaimana berinteraksi

dengan orang lain. Perawat juga mendorong komunikasi dan pembuatan

keputusan, meningkatkan harga diri, belajar keterampilan dan perilaku yang

baru.

Bahwa lingkungan rumah sakit adalah lingkungan sementara di mana klien

akan kembali ke rumah, maka tujuan dari terapi lingkungan ini adalah

memampukan klien dapat hidup di luar lembaga yang diciptakan melalui

belajar kompetensi yang diperlukan untuk beralih dari lingkungan rumah

sakit ke lingkungan rumah tinggalnya.

c. Terapi Biologis

Penerapan terapi biologis atau terapi somatic didasarkan pada model

medical di mana gangguan jiwa dipandang sebagai penyakit. Ini berbeda

dengan model konsep yang lain yang memandang bahwa gangguan jiwa

murni adalah gangguan pada jiwa semata, tidak mempertimbangkan adanya

kelaianan patofisiologis. Tekanan model medical adalah pengkajian spesifik

dan pengelompokkasn gejala dalam sindroma spesifik. Perilaku abnormal

dipercaya akibat adanya perubahan biokimiawi tertentu.

Ada beberapa jenis terapi somatic gangguan jiwa meliputi: pemberian obat

(medikasi psikofarmaka), intervensi nutrisi,electro convulsive therapy (ECT),

foto terapi, dan bedah otak. Beberapa terapi yang sampai sekarang tetap

diterapkan dalam pelayanan kesehatan jiwa meliputi medikasi psikoaktif dan

ECT.

d. Terapi Kognitif

Terapi kognitif adalah strategi memodifikasi keyakinan dan sikap yang

mempengaruhi perasaan dan perilaku klien. Proses yang diterapkan adalah

membantu mempertimbangkan stressor dan kemudian dilanjutkan dengan

mengidentifikasi pola berfikir dan keyakinan yang tidak akurat tentang

stressor tersebut. Gangguan perilaku terjadi akibat klien mengalami pola

keyakinan dan berfikir yang tidak akurat. Untuk itu salah satu memodifikasi

perilaku adalah dengan mengubah pola berfikir dan keyakinan tersebut.

Fokus auhan adalah membantu klien untuk reevaluasi ide, nilai yang diyakini,

harapan-harapan, dan kemudian dilanjutkan dengan menyusun perubahan

kognitif.

Ada tiga tujuan terapi kognitif meliputi:

- Mengembangkan pola berfikir yang rasional. Mengubah pola berfikir tak

rasional yang sering mengakibatkan gangguan perilaku menjadi pola

berfikir rasional berdasarkan fakta dan informasi yang actual.

- Membiasakan diri selalu menggunakan pengetesan realita dalam

menanggapi setiap stimulus sehingga terhindar dari distorsi pikiran.

- Membentuk perilaku dengan pesan internal. Perilaku dimodifikasi

dengan terlebih dahulu mengubah pola berfikir.

Bentuk intervensi dalam terapi kognitif meliputi mengajarkan untuk

mensubstitusi pikiran klien, belajar penyelesaian masalah dan memodifikasi

percakapan diri negatif.

e. Terapi Keluarga

Terapi keluarga adalah terapi yang diberikan kepada seluruh anggota

keluarga sebagai unit penanganan (treatment unit). Tujuan terapi keluarga

adalah agar keluarga mampu melaksanakan fungsinya. Untuk itu sasaran

utama terapi jenis ini adalah keluarga yang mengalami disfungsi; tidak bisa

melaksanakan fungsi-fungsi yang dituntut oleh anggotanya.

Dalam terapi keluarga semua masalah keluarga yang dirasakan diidentifikasi

dan kontribusi dari masing-masing anggota keluarga terhadap munculnya

masalah tersebut digali. Dengan demikian terleih dahulu masing-masing

anggota keluarga mawas diri; apa masalah yang terjadi di keluarga, apa

kontribusi masing-masing terhadap timbulnya masalah, untuk kemudian

mencari solusi untuk mempertahankan keutuhan keluarga dan meningkatkan

atau mengembalikan fungsi keluarga seperti yang seharusnya.

Proses terapi keluarga meliputi tiga tahapan yaitu fase 1 (perjanjian), fase 2

(kerja), fase 3 (terminasi). Di fase pertama perawat dan klien

mengembangkan hubungan saling percaya, isu-isu keluarga diidentifikasi, dan

tujuan terapi ditetapkan bersama. Kegiatan di fase kedua atau fase kerja

adalah keluarga dengan dibantu oleh perawat sebagai terapis berusaha

mengubah pola interaksi di antara anggota keluarga, meningkatkan

kompetensi masing-masing individual anggota keluarga, eksplorasi batasan-

batasan dalam keluarga, peraturan-peraturan yang selama ini ada. Terapi

keluarga diakhiri di fase terminasi di mana keluarga akan melihat lagi proses

yang selama ini dijalani untuk mencapai tujuan terapi, dan cara-cara

mengatasi isu yang timbul. Keluarga juga diharapkan dapat mempertahankan

perawatan yang berkesinambungan.

f. Terapi Kelompok

Terapi kelompok adalah bentuk terapi kepada klien yang dibentuk dalam

kelompok, suatu pendekatan perubahan perilaku melalui media kelompok.

Dalam terapi kelompok perawat berinteraksi dengan sekelompok klien secara

teratur. Tujuannya adalah meningkatkan kesadaran diri klien, meningkatkan

hubungan interpersonal, dan mengubah perilaku maladaptive. Tahapannya

meliputi: tahap permulaan, fase kerja, diakhiri tahap terminasi.

Terapi kelompok dimulai fase permulaan atau sering juga disebut sebagai

fase orientasi. Dalam fase ini klien diorientasikan kepada apa yang diperlukan

dalam interaksi, kegiatan yang akan dilaksanakan, dan untuk apa aktivitas

tersebut dilaksanakan. Peran terapis dalam fase ini adalah sebagai model

peran dengan cara mengusulkan struktur kelompok, meredakan ansietas

yang biasa terjadi di awal pembentukan kelompok, dan memfasilitasi

interaksi di antara anggota kelompok. Fase permulaan dilanjutkan dengan

fase kerja.

Di fase kerja terapis membantu klien untuk mengeksplorasi isu dengan

berfokus pada keadaan here and now. Dukungan diberikan agar masing-

masing anggota kelompok melakukan kegiatan yang disepakati di fase

permulaan untuk mencapai tujuan terapi. Fase kerja adalah inti dari terapi

kelompok di mana klien bersama kelompoknya melakukan kegiatan untuk

mencapai target perubahan perilaku dengan saling mendukung di antara satu

sama lain anggota kelompok. Setelah target tercapai sesuai tujuan yang telah

ditetapkan maka diakhiri dengan fase terminasi.

Fase terminasi dilaksanakan jika kelompok telah difasilitasi dan dilibatkan

dalam hubungan interpersonal antar anggota. Peran perawat adalah

mendorong anggota kelompok untuk saling memberi umpan balik, dukungan,

serta bertoleransi terhadap setiap perbedaan yang ada. Akhir dari terapi

kelompok adalah mendorong agar anggota kelompok berani dan mampu

menyelesaikan masalah yang mungkin terjadi di masa mendatang.

g. Terapi Perilaku

Anggapan dasar dari terapi perilaku adalah kenyataan bahwa perilaku timbul

akibat proses pembelajaran. Perilaku sehat oleh karenanya dapat dipelajari

dan disubstitusi dari perilaku yang tidak sehat. Teknik dasar yang digunakan

dalam terapi jenis ini adalah:

- Role model

- Kondisioning operan

- Desensitisasi sistematis

- Pengendalian diri

- Terapi aversi atau releks kondisi

Teknik role model adalah strategi mengubah perilaku dengan memberi

contoh perilaku adaptif untuk ditiru klien. Dengan melihat contoh klien

mampelajari melalui praktek dan meniru perilaku tersebut. Teknik ini

biasanya dikombinasikan dengan teknik kondisioning operan dan

desensitisasi.

Kondisioning operan disebut juga penguatan positif di mana terapis memberi

penghargaan kepada klien terhadap perilaku yang positif yang telah

ditampilkan oleh klien. Dengan penghargaan dan umpan balik positif yang

didapat maka perilaku tersebut akan dipertahankan atau ditingkatkan oleh

klien. Misalnya seorang klien begitu bangun tidur langsung ke kamar mandi

untuk mandi, perawat memberikan pujian terhadap perilaku tersebut. Besok

pagi klien akan mengulang perilaku segera mandi setelah bangun tidur

karena mendapat umpan balik berupa pujian dari perawat. Pujian dalam hal

ini adalah reward atau penghargaan bagi perilaku positif klien berupa segera

mandi setelah bangun.

Terapi perilaku yang cocok untuk klien fobia adalah teknik desensitisasi

sistematis yaitu teknik mengatasi kecemasan terhadap sesuatu stimulus atau

kondisi dengan secara bertahap memperkenalkan/memaparkan pada

stimulus atau situasi yang menimbulkan kecemasan tersebut secara bertahap

dalam keadaan klien sedang relaks. Makin lama intensitas pemaparan

stimulus makin meningkat seiring dengan toleransi klien terhadap stimulus

tersebut. Hasil akhirnya adalah klien akan berhasil mengatasi ketakutan atau

kecemasannya akan stimulus tersebut.

Untuk mengatasi perilaku dorongan perilaku maladaptive klien dapat dilatih

dengan teknik pengendalian diri. Bentuk latihannya adalah berlatih

mengubah kata-kata negatif menjadi kata-kata positif. Apabila ini berhasil

maka klien sudah memiliki kemampuan untuk mengendalikan perilaku yang

lain sehingga menghasilkan terjadinya penurunan tingkat distress klien

tersebut.

Mengubah perilaku dapat juga dilakukan dengan memberi penguatan

negatif. Caranya adalah dengan memberi pengalaman ketidaknyamanan

untuk merusak perilaku yang maladaptive. Bentuk ketidaknyamanan ini

dapat berupa menghilangkan stimulus positif sebagai “punishment” terhadap

perilaku maladaptive tersebut. Dengan ini klien akan belajar untuk tidak

mengulangi perilaku demi menghindari konsekuensi negatif yang akan

diterima akibat perilaku negatif tersebut.

h. Terapi Bermain

Terapi bermain diterapkan karena ada anggapan dasar bahwa anak-anak

akan dapat berkomunikasi dengan baik melalui permainan dari pada dengan

ekspresi verbal. Dengan bermain perawat dapat mengkaji tingkat

perkembangan, status emosional anak, hipotesa diagnostiknya, serta

melakukan intervensi untuk mengatasi masalah anak tersebut.

Prinsip terapi bermain meliputi membina hubungan yang hangat dengan

anak, merefleksikan perasaan anak yang terpancar melalui permainan,

mempercayai bahwa anak dapat menyelesaikan masalahnya, dan kemudian

menginterpretasikan perilaku anak tersebut.

Terapi bermain diindikasikan untuk anak yang mengalami depresi, anak yang

mengalami ansietas, atau sebagai korban penganiayaan (abuse). Bahkan juga

terpai bermain ini dianjurkan untuk klien dewasa yang mengalami stress

pasca trauma, gangguan identitas disosiatif dan klien yang mengalami

penganiayaan.

B. TERAPI AKTIFITAS KELOMPOK

1. Pengertian

Terapi aktivitas kelompok adalah salah satu jenis psikoterapi di mana

sekelompok pasien (5-12 orang) bersama-sama membicarakan topik tertentu

untuk mengubah perilaku maladaptive menjadi perilaku yang adaptif.

2. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok (TAK)

Ada 4 jenis TAK yang sudah dikembangkan yaitu:

a. TAK Sosialisasi

TAK sosialisasi adalah TAK yang diindikasikan untuk pasien yang mengalami

gangguan dalam berinteraksi sosial dengan orang lain (Isolasi Sosial atau

Kerusakan Interaksi Sosial). Tujuan TAK ini adalah agar pasien mampu

bersosialisasi dengan orang lain dan meningkatkan keterampilan

berinteraksi. Terdiri dari 7 sesi (lihat BUKU TAK).

b. TAK Orientasi Realita

TAK orientasi realita adalah TAK dengan kegiatan utama mengenal

lingkungan secara realistis. Kegiatannya meliputi pengenalan waktu, tempat,

dan orang di sekitar lingkungan pasien. Tujuannya adalah mengembalikan

daya nilai realita pasien dan diindikasikan untuk pasien yang mengalami

gangguan orientasi realita.

c. TAK Stimulasi Sensori

TAK stimulasi sensori adalah TAK dengan focus memberikan stimulasi

kepada pasien agar tingkat sensitivitas alam perasaan pasien meningkat. Ini

diindikasikan untuk pasien yang mengalami kesulitan mengekspresikan

perasaan (afek datar atau tumpul). Bentuk kegiatannya adalah dengan

memberikan stimulasi kepada pasien baik stimulasi suara (musik) atau visual

(gambar), atau gabungan suara dan gambar (Video, TV).

d. TAK Stimulasi Persepsi

TAK stimulasi persepsi adalah TAK yang menstimulasi pasien untuk

mengolah pikiran sesuai dengan stimulasi yang diberikan (berpersepsi). TAK

jenis ini diindikasikan untuk pasien yang mengalami koping yang tidak efektif

dalam bentuk terjadinya harga diri rendah, halusinasi, perilaku

kekerasan,ansietas, defisit perawatan diri dan sebaginya. Bentuk

kegiatannya adalah diskusi dan latihan bersama keterampilan koping untuk

mengatasi masalah masing-masing.

3. Struktur Kelompok

Struktur kelompok terdiri dari:

a. Pimpinan Kelompok (leader)

Pimpinan kelompok dapat diperankan oleh Perawat CMHN atau Kader yang

telah terlatih. Leader memimpin jalannya kelompok seperti tahapan yang

telah ditentukan untuk mencapai tujuan terapi.

b. Anggota Kelompok

Anggota kelompok adalah pasien-pasien sesuai dengan indikasi TAK atau

keluarga yang telah ditentukan. Jumlah anggota dalam TAK minimal 5 orang

dan maksimal 12 orang.

4. Proses Terapi Aktivitas Kelompok

TAK terdiri dari 4 tahapan meliputi:

a. Tahap Persiapan

Dalam tahap ini dilakukan pemilihan pasien, membuat kesepakatan dengan

pasien/keluarga dan mempersiapkan alat dan bahan TAK sesuai dengan

TAK yang akan diselenggarakan.

b. Tahap Orientasi

Tahapan ini dilakukan sesudah pasien/keluarga berkumpul di tempat

dilaksanakan TAK. Kegiatan dalam orientasi meliputi:

- Mengucapkan salam

- Memvalidasi perasaan pasien/keluarga

- Menjelaskan tujuan TAK

- Menyepakati aturan main TAK

c. Tahap Kerja

Dalam tahapan ini leader memimpin pasien/keluarga untuk melakukan

aktivitas TAK untuk mencapai tujuan. Misalnya untuk TAK sosialisasi fase

satu mengajak pasien memperkenalkan jati diri secara bergantian sampai

semua pasien melakukannya.

d. Tahap Terminasi. Tahap ini dilakukan untuk mengakhiri TAK. Kegiatan

terminasi meliputi:

- Evaluasi perasaan pasien/keluarga

- Memberikan pujian

- Memberikan tindak lanjut kegiatan

- Menyepakati kegiatan TAK berikutnya

5. Evaluasi Terapi Aktivitas Kelompok

Evaluasi kegiatan TAK dilakukan dengan mengamati perilaku pasien/keluarga

selama TAK dilaksanakan. Apakah pasien atau keluarga menunjukkan perilaku

seperti yang telah direncanakan atau tidak. Caranya adalah dengan mengisi

table evaluasi pada masing-masing jenis TAK (Lihat Buku TAK).

C. PENUTUP

Sampai dengan saat ini tidak ada jenis terapi modalitas yang dapat mengatasi

semua masalah gangguan jiwa klien. Kombinasi terapi modalitas merupakan

keharusan. Untuk itu perawat mempunyai peranan yang sangat penting untuk

mengkombinasikan berbagai terapi modalitas sehingga perubahan perilaku yang

dicapai akan maksimal. Untuk mencapai langkah ini tentu dituntut semakin

maningkatnya kemampuan perawat dalam melaksanakan berbagai

pendekatan/strategi terapi modalitas ini. Belajar berkelanjutan karenanya menjadi

hal yang wajib dilakukan setiap perawat jiwa.

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, BA., Akemat, Helena, N., 2006. Modul Model Praktek Keperawatan

Keperawatan Jiwa. Jakarta: FIK Universitas Indonesia.

Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC

Guze, B., Richeimer, S., dan Siegel, D.J. (1990). The Handbook of Psychiatry.

California: Year Book Medical Publishers

Kaplan, H.I., Sadock, B.J., dan Grebb, J.A. (1996). Synopsis of Psychiatry. New York:

Williams and Wilkins

Stuart, G.W. dan Laraia, M.T. (2001). Principles and Practice of Psychiatric Nursing.

(Ed ke-7). St. Louis: Mosby, Inc.

UNIT 4

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN D ENGAN PERILAKU KEKERASAN/ RESIKO

PERILAKU KEKERASAN � 100 Menit

1. PENGANTAR

Perilaku kekerasan merupakan salah satu respons terhadap stresor yang

dihadapi oleh seseorang. Respons ini dapat menimbulkan kerugian baik kepada

diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Melihat dampak yang ditimbulkan,

maka penanganan pasien dengan perilaku kekerasan dilakukan secara cepat dan

tepat oleh tenaga-tenaga yang profesional.

TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan konsep

asuhan keperawatan pada pasien dengan perilaku kekerasan yang meliputi:

1. Mampu menjelaskan konsep teori perilaku kekerasan, meliputi :

a. Pengertian perilaku kekerasan

b. Penyebab terjadinya masalah perilaku kekerasan

c. Manifestasi klinik

d. Akibat

e. Penatalaksanaan

2. Mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan, meliputi :

1. Mengkaji data perilaku kekerasan

2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji

3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien

4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga

5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani

masalah perilaku kekerasan

6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan perilaku

kekerasan.

2 . B A H A N B A C A A N

A. PERILAKU KEKERASAN

1. Pengertian

3. Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan di mana seseorang melakukan tindakan

yang dapat membahayakan secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.

Sering di sebut juga gaduh gelisah atau amuk di mana seseorang marah berespon

terhadap suatu stressor dengan gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep,

2007).

4. Perilaku kekerasan merupakan suau bentuk perilaku yang bertujuan untuk melukai

seseorang secara fisik maupun psikologis (Stuart & Sundee, 2007).

5. Perilaku kekerasan adalah tingkah laku individu yang ditujukan untuk melukai atau

mencelakakan individu lain yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku

tersebut (Purba dkk, 2008).

2. Penyebab

a. Faktor Predisposisi

1) Psikologis

Kegagalan yang dialami dapat menimbulkan frustasi yang kemudian dapat

timbul agresif atau perilaku kekerasan,contohnya : pada masa anak-anak

yang mendapat perilaku kekerasan cenderung saat dewasa menjadi pelaku

perilaku kekerasan

2) Perilaku

Kekerasan didapat pada saat setiap melakukan sesuatu maka kekerasan

yang diterima sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan diadopsi dan

dijadikan perilaku yang wajar

3) Sosial Budaya

Budaya yang pasif – agresif dan kontrol sosial yang tidak pasti terhadap

pelaku kekerasan akan menciptakan seolah-olah kekerasan adalah hal yang

wajar

4) Bioneurologis

Beberapa berpendapat bahwa kerusaka pada sistem limbik, lobus frontal,

lobus temporal, dan ketidakseimbangan neurotransmitter ikut menyumbang

terjadi perilaku kekerasan

b. Faktor Presipitasi

Faktor-faktor yang dapat mencetuskan perilaku kekerasan sering kali berkaitan

dengan (Yosep, 2009):

1) Ekspresi diri, ingin menunjukkan eksistensi diri atau simbol solidaritas

seperti dalam sebuah konser, penonton sepak bola, geng sekolah,

perkelahian masal dan sebagainya.

2) Ekspresi dari tidak terpenuhinya kebutuhan dasar dan kondisi sosial

ekonomi.

3) Kesulitan dalam mengkomunikasikan sesuatu dalam keluarga serta tidak

membiasakan dialog untuk memecahkan masalah cenderung melalukan

kekerasan dalam menyelesaikan konflik.

4) Ketidaksiapan seorang ibu dalam merawat anaknya dan ketidakmampuan

dirinya sebagai seorang yang dewasa.

5) Adanya riwayat perilaku anti sosial meliputi penyalahgunaan obat dan

alkoholisme dan tidak mampu mengontrol emosinya pada saat menghadapi

rasa frustasi.

6) Kematian anggota keluarga yang terpenting, kehilangan pekerjaan,

perubahan tahap perkembangan, atau perubahan tahap perkembangan

keluarga.

3. Manifestasi Klinis

Yosep (2009) mengemukakan bahwa tanda dan gejala perilaku kekerasan adalah

sebagai berikut:

a. Fisik

1) Muka merah dan tegang

2) Mata melotot/ pandangan tajam

3) Tangan mengepal

4) Rahang mengatup

5) Postur tubuh kaku

b. Verbal

1) Bicara kasar

2) Suara tinggi, membentak atau berteriak

3) Mengancam secara verbal atau fisik

4) Mengumpat dengan kata-kata kotor

5) Suara keras

c. Perilaku

1) Melempar atau memukul benda/orang lain

2) Menyerang orang lain

3) Melukai diri sendiri/orang lain

4) Merusak lingkungan

5) Amuk/agresif

d. Emosi

1) Tidak adekuat

2) Tidak aman dan nyaman

3) Rasa terganggu, dendam dan jengkel

4) Tidak berdaya

5) Bermusuhan

e. Intelektual

Mendominasi, cerewet, kasar, berdebat, meremehkan, sarkasme.

f. Spiritual

Merasa diri berkuasa, merasa diri benar, mengkritik pendapat orang lain,

menyinggung perasaan orang lain, tidak perduli dan kasar.

g. Sosial

Menarik diri, pengasingan, penolakan, kekerasan, ejekan, sindiran.

h. Perhatian

Bolos, mencuri, melarikan diri, penyimpangan seksual.

4. Akibat

Klien dengan perilaku kekerasan dapat menyebabkan resiko tinggi mencederai diri,

orang lain dan lingkungan. Resiko mencederai merupakan suatu tindakan yang

kemungkinan dapat melukai/ membahayakan diri, orang lain dan lingkungan.

5. Penatalaksanaan

a. Farmakologi

1) Obat anti psikosis : Phenotizin

2) Obat anti depresi : Amitriptyline

3) Obat anti ansietas : Diazepam, Bromozepam, Clobozam

4) Obat anti insomnia : Phneobarbital

b. Terapi modalitas

1) Terapi keluarga

Berfokus pada keluarga dimana keluarga membantu mengatasi masalah klien

dengan memberikan perhatian :

a) BHSP

b) Jangan memancing emosi klien

c) Libatkan klien dalam kegiatan yang berhubungan dengan keluarga

d) Beri kesempatan pasien mengemukakan pendapat

e) Dengarkan, bantu, dan anjurkan pasien untuk mengemukakan masalah

yang dialami

2) Terapi Aktifitas Kelompok

Berfokus pada dukungan dan perkembangan, keterampilan social atau

aktivitas lain dengan berdiskusi dan bermain untuk mengembalikan kesadaran

klien karena masalah sebagian orang merupakan perasaan dan tingkah laku

pada orang lain.

Terapi kelompok yang dapat diberikan untuk pasien dengan PK adalah: TAK

stimulasi persepsi

a) Sesi I: mengenal perilaku kekerasan yang biasa dilakukan

b) Sesi II: mencegah perilaku kekerasan fisik

c) Sesi III: mencegah perilaku kekerasan sosial

d) Sesi IV: mencegah perilaku kekerasan spiritual

e) Sesi V: mencegah perilaku kekerasan dengan patuh mengkonsumsi obat

3) Terapi musik

Dengan music klien terhibur, rilek dan bermain untuk mengembalikan

kesadaran klien.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PERILAKU KEKERASAN

1. Pengkajian

a. Pengkajian Perilaku Kekerasn

Data perilaku kekerasan dapat diperoleh melalui observasi atau wawancara tentang

perilaku berikut ini:

1) Muka merah dan tegang

2) Pandangan tajam

3) Mengatupkan rahang dengan kuat

4) Mengepalkan tangan

5) Jalan mondar-mandir

6) Bicara kasar

7) Suara tinggi, menjerit atau berteriak

8) Mengancam secara verbal atau fisik

9) Melempar atau memukul benda/orang lain

10) Merusak barang atau benda

11) Tidak mempunyai kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan.

b. Analisa data

Masalah Keperawatan dan Data-data yang perlu dikaji

Masalah Keperawatan Data-data yang perlu dikaji

Perilaku Kekerasan DO:

- Agitasi

- Meninju

- Membanting

- Melempar

- Menjauh dari orang lain

- Katatonia

DS:

- Mengancam

- Mengumpat

- Bicara keras dan kasar

- Mengatakan ada yang mengejek, mengancam

- Mendengar suara yang menjelekkan

- Merasa orang lain mengancam dirinya

Gangguan konsep diri: Harga diri

rendah

DO:

- Kontak mata kurang

- Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain

- Tampak malas-malasan

- Produktivitas menurun

DS:

- Mengeluh hidup tidak bermakna

- Tidak memiliki kelebihan apa pun

- Merasa jelek

- Mengatakan malas

- Putus asa

- Ingin mati

Risiko mencederai diri sendiri, orang

lain, dan lingkungan

DO:

- Membahayakan diri sendiri

- Mata merah, tangan mengepal

DS:

- Agitasi

- Ingin memukul

c. Pohon Masalah

a.

Risiko mencederai diri sendiri, orang lain, dan lingkungan

Perilaku Kekerasan

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

2. Diagnosa Keperawatan

Ditetapkan sesuai dengan data yang didapat, dan saat ini tidak melakukan perilaku

kekerasan tetapi pernah melakukan perilaku kekerasan dan belum mempunyai

kemampuan mencegah/mengontrol perilaku kekerasan tersebut.

3. Tindakan keperawatan untuk pasien

a. Tujuan

1) Pasien dapat mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan

2) Pasien dapat mengidentifikasi tanda-tanda perilaku kekerasan

3) Pasien dapat menyebutkan jenis perilaku kekerasan yang pernah

dilakukannya

4) Pasien dapat menyebutkan akibat dari perilaku kekerasan yang dilakukannya

5) Pasien dapat menyebutkan cara mencegah/mengontrol perilaku

kekerasannya

6) Pasien dapat mencegah/mengontrol perilaku kekerasannya secara fisik,

spiritual, sosial, dan dengan terapi psikofarmaka.

b. Tindakan

1) Bina hubungan saling percaya

Dalam membina hubungan saling percaya perlu dipertimbangkan agar

pasien merasa aman dan nyaman saat berinteraksi dengan saudara.

Tindakan yang harus saudara lakukan dalam rangka membina hubungan

saling percaya adalah:

a) Mengucapkan salam terapeutik

b) Berjabat tangan

c) Menjelaskan tujuan interaksi

Perilaku Kekerasan/ Resiko Perilaku Kekerasan

d) Membuat kontrak topik, waktu dan tempat setiap kali bertemu

pasien

2) Diskusikan bersama pasien penyebab perilaku kekerasan saat ini dan yang

lalu

3) Diskusikan perasaan pasien jika terjadi penyebab perilaku kekerasan

a) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara fisik

b) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara

psikologis

c) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara sosial

d) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara spiritual

e) Diskusikan tanda dan gejala perilaku kekerasan secara intelektual

4) Diskusikan bersama pasien perilaku kekerasan yang biasa dilakukan pada

saat marah secara:

a) verbal

b) terhadap orang lain

c) terhadap diri sendiri

d) terhadap lingkungan

5) Diskusikan bersama pasien akibat perilakunya

6) Diskusikan bersama pasien cara mengontrol perilaku kekerasan secara:

a) Fisik: pukul kasur dan batal, tarik nafas dalam

b) Obat

c) Social/verbal: menyatakan secara asertif rasa marahnya

d) Spiritual: sholat/berdoa sesuai keyakinan pasien

7) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara fisik:

a) Latihan nafas dalam dan pukul kasur – bantal

b) Susun jadwal latihan dalam dan pukul kasur – bantal

8) Latih pasien mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal

a) Latih mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan baik,

meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik

b) Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal.

9) Latih mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual:

a) Latih mengontrol marah secara spiritual: sholat, berdoa

b) Buat jadwal latihan sholat, berdoa

10) Latih mengontrol perilaku kekerasan dengan patuh minum obat:

a) Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar

(benar nama pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar

waktu minum obat, dan benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat

dan akibat berhenti minum obat

b) Susun jadwal minum obat secara teratur

11) Ikut sertakan pasien dalam Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi

mengontrol Perilaku Kekerasan

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, identifikasi penyebab perasaan marah,

tanda dan gejala yang dirasakan, perilaku kekerasan yang dilakukan, akibatnya serta cara

mengontrol secara fisik I

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI:

“Assalamualaikum pak, perkenalkan nama saya A K, panggil saya A, saya perawat yang

dinas di ruangan soka in. Hari ini saya dinas pagi dari pk. 07.00-14.00. Saya yang akan

merawat bapak selama bapak di rumah sakit ini. Nama bapak siapa, senangnya dipanggil

apa?”

“Bagaimana perasaan bapak saat ini?, Masih ada perasaan kesal atau marah?”

“Baiklah kita akan berbincang-bincang sekarang tentang perasaan marah bapak”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang?” Bagaimana kalau 10 menit?

“Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang, pak? Bagaimana kalau di ruang

tamu?”

KERJA:

“Apa yang menyebabkan bapak marah?, Apakah sebelumnya bapak pernah marah? Terus,

penyebabnya apa? Samakah dengan yang sekarang?. O..iya, jadi ada 2 penyebab marah

bapak”

“Pada saat penyebab marah itu ada, seperti bapak pulang ke rumah dan istri belum

menyediakan makanan(misalnya ini penyebab marah pasien), apa yang bapak rasakan?”

(tunggu respons pasien)

“Apakah bapak merasakan kesal kemudian dada bapak berdebar-debar, mata melotot,

rahang terkatup rapat, dan tangan mengepal?”

“Setelah itu apa yang bapak lakukan? O..iya, jadi bapak memukul istri bapak dan

memecahkan piring, apakah dengan cara ini makanan terhidang? Iya, tentu tidak. Apa

kerugian cara yang bapak lakukan? Betul, istri jadi sakit dan takut, piring-piring pecah.

Menurut bapak adakah cara lain yang lebih baik? Maukah bapak belajar cara

mengungkapkan kemarahan dengan baik tanpa menimbulkan kerugian?”

”Ada beberapa cara untuk mengontrol kemarahan, pak. Salah satunya adalah dengan cara

fisik. Jadi melalui kegiatan fisik disalurkanrasa marah.”

”Ada beberapa cara, bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu?”

”Begini pak, kalau tanda-tanda marah tadi sudah bapak rasakan maka bapak berdiri, lalu

tarik napas dari hidung, tahan sebentar, lalu keluarkan/tiupu perlahan –lahan melalui

mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan,

dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali. Bagus sekali, bapak sudah bisa melakukannya.

Bagaimana perasaannya?”

“Nah, sebaiknya latihan ini bapak lakukan secara rutin, sehingga bila sewaktu-waktu rasa

marah itu muncul bapak sudah terbiasa melakukannya”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang tentang kemarahan bapak?”

”Iya jadi ada 2 penyebab bapak marah ........ (sebutkan) dan yang bapak rasakan ........

(sebutkan) dan yang bapak lakukan ....... (sebutkan) serta akibatnya ......... (sebutkan)

”Coba selama saya tidak ada, ingat-ingat lagi penyebab marah bapak yang lalu, apa yang

bapak lakukan kalau marah yang belum kita bahas dan jangan lupa latihan napas

dalamnya ya pak. ‘Sekarang kita buat jadual latihannya ya pak, berapa kali sehari bapak

mau latihan napas dalam?, jam berapa saja pak?”

”Baik, bagaimana kalau 2 jam lagi saya datang dan kita latihan cara yang lain untuk

mencegah/mengontrol marah. Tempatnya disini saja ya pak, assalamualaikum”

SP 2 Pasien: Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik ke-2

a. Evaluasi latihan nafas dalam

b. Latih cara fisik ke-2: pukul kasur dan bantal

c. Susun jadwal kegiatan harian cara kedua

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI

“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang

lagi”

“Bagaimana perasaan bapak saat ini, adakah hal yang menyebabkan bapak marah?”

“Baik, sekarang kita akan belajar cara mengontrol perasaan marah dengan kegiatan fisik

untuk cara yang kedua”

“Mau berapa lama? Bagaimana kalau 20 menit?”

Dimana kita bicara?Bagaimana kalau di ruang tamu?”

KERJA

“Kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul perasaan kesal, berdebar-debar,

mata melotot, selain napas dalam bapak dapat melakukan pukul kasur dan bantal”.

“Sekarang mari kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar bapak? Jadi kalau

nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan kemarahan

tersebut dengan memukul kasur dan bantal. Nah, coba bapak lakukan, pukul kasur dan

bantal. Ya, bagus sekali bapak melakukannya”.

“Kekesalan lampiaskan ke kasur atau bantal.”

“Nah cara inipun dapat dilakukan secara rutinjika ada perasaan marah. Kemudian jangan

lupa merapikan tempat tidurnya

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah latihan cara menyalurkan marah tadi?”

“Ada berapa cara yang sudah kita latih, coba bapak sebutkan lagi?Bagus!”

“Mari kita masukkan kedalam jadual kegiatan sehari-hari bapak. Pukul kasur bantal mau

jam berapa? Bagaimana kalau setiap bangun tidur? Baik, jadi jam 05.00 pagi. dan jam jam

15.00 sore. Lalu kalau ada keinginan marah sewaktu-waktu gunakan kedua cara tadi ya

pak. Sekarang kita buat jadwalnya ya pak, mau berapa kali sehari bapak latihan memukul

kasur dan bantal serta tarik nafas dalam ini?”

“Besok pagi kita ketemu lagi kita akan latihan cara mengontrol marah dengan belajar

bicara yang baik. Mau jam berapa pak? Baik, jam 10 pagi ya. Sampai jumpa”

SP 3 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara sosial/verbal:

a. Evaluasi jadwal harian untuk dua cara fisik

b. Latihan mengungkapkan rasa marah secara verbal: menolak dengan

baik, meminta dengan baik, mengungkapkan perasaan dengan baik.

c. Susun jadwal latihan mengungkapkan marah secara verbal

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini!

ORIENTASI

“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang kita ketemu lagi”

“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam dan pukul kasur bantal?, apa

yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?”

“Coba saya lihat jadwal kegiatan hariannya.”

“Bagus. Nah kalau tarik nafas dalamnya dilakukan sendiri tulis M, artinya mandiri; kalau

diingatkan suster baru dilakukan tulis B, artinya dibantu atau diingatkan. Nah kalau tidak

dilakukan tulis T, artinya belum bisa melakukan

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara bicara untuk mencegah marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat yang sama?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?”

KERJA

“Sekarang kita latihan cara bicara yang baik untuk mencegah marah. Kalau marah sudah

dusalurkan melalui tarik nafas dalam atau pukul kasur dan bantal, dan sudah lega, maka

kita perlu bicara dengan orang yang membuat kita marah. Ada tiga caranya pak:

1. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak

menggunakan kata-kata kasar. Kemarin Bapak bilang penyebab marahnya larena

minta uang sama isteri tidak diberi. Coba Bapat minta uang dengan baik:”Bu, saya

perlu uang untuk membeli rokok.” Nanti bisa dicoba di sini untuk meminta baju, minta

obat dan lain-lain. Coba bapak praktekkan. Bagus pak.”

2. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin melakukannya,

katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada kerjaan’. Coba

bapak praktekkan. Bagus pak”

3. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal

bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba

praktekkan. Bagus”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara mengontrol marah

dengan bicara yang baik?”

“Coba bapak sebutkan lagi cara bicara yang baik yang telah kita pelajari”

“Bagus sekal, sekarang mari kita masukkan dalam jadual. Berapa kali sehari bapak mau

latihan bicara yang baik?, bisa kita buat jadwalnya?”

Coba masukkan dalam jadual latihan sehari-hari, misalnya meminta obat, uang, dll.

Bagus nanti dicoba ya Pak!”

“Bagaimana kalau dua jam lagi kita ketemu lagi?”

“Nanti kita akan membicarakan cara lain untuk mengatasi rasa marah bapak yaitu

dengan cara ibadah, bapak setuju? Mau di mana Pak? Di sini lagi? Baik sampai nanti ya”

SP 4 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan secara spiritual

a. Diskusikan hasil latihan mengontrol perilaku kekerasan secara fisik

dan sosial/verbal

b. Latihan sholat/berdoa

c. Buat jadual latihan sholat/berdoa

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI

“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya dua jam yang lalu sekarang saya datang

lagi” Baik, yang mana yang mau dicoba?”

“Bagaimana pak, latihan apa yang sudah dilakukan?Apa yang dirasakan setelah

melakukan latihan secara teratur? Bagus sekali, bagaimana rasa marahnya”

“Bagaimana kalau sekarang kita latihan cara lain untuk mencegah rasa marah yaitu

dengan ibadah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang?Bagaimana kalau di tempat tadi?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit?

KERJA

“Coba ceritakan kegiatan ibadah yang biasa Bapak lakukan! Bagus. Baik, yang mana mau

dicoba?

“Nah, kalau bapak sedang marah coba bapak langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika

tidak reda juga marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air

wudhu kemudian sholat”.

“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur untuk meredakan kemarahan.”

“Coba Bpk sebutkan sholat 5 waktu? Bagus. Mau coba yang mana?Coba sebutkan caranya

(untuk yang muslim).”

TERMINASI

Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara yang ketiga ini?”

“Jadi sudah berapa cara mengontrol marah yang kita pelajari? Bagus”.

“Mari kita masukkan kegiatan ibadah pada jadual kegiatan bapak. Mau berapa kali

bapak sholat. Baik kita masukkan sholat ....... dan ........ (sesuai kesepakatan pasien)

“Coba bapak sebutkan lagi cara ibadah yang dapat bapak lakukan bila bapak merasa

marah”

“Setelah ini coba bapak lakukan jadual sholat sesuai jadual yang telah kita buat tadi”

“Besok kita ketemu lagi ya pak, nanti kita bicarakan cara keempat mengontrol rasa

marah, yaitu dengan patuh minum obat.. Mau jam berapa pak? Seperti sekarang saja,

jam 10 ya?”

“Nanti kita akan membicarakan cara penggunaan obat yang benar untuk mengontrol

rasa marah bapak, setuju pak?”

SP 5 Pasien : Latihan mengontrol perilaku kekerasan dengan obat

a. Evaluasi jadwal kegiatan harian pasien untuk cara mencegah marah yang sudah

dilatih.

b. Latih pasien minum obat secara teratur dengan prinsip lima benar (benar nama

pasien, benar nama obat, benar cara minum obat, benar waktu minum obat, dan

benar dosis obat) disertai penjelasan guna obat dan akibat berhenti minum obat.

c. Susun jadual minum obat secara teratur

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI

“Assalamualaikum pak, sesuai dengan janji saya kemarin hari ini kita ketemu lagi”

“Bagaimana pak, sudah dilakukan latihan tarik napas dalam, pukul kasur bantal, bicara

yang baik serta sholat?, apa yang dirasakan setelah melakukan latihan secara teratur?.

Coba kita lihat cek kegiatannya”.

“Bagaimana kalau sekarang kita bicara dan latihan tentang cara minum obat yang benar

untuk mengontrol rasa marah?”

“Dimana enaknya kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau di tempat kemarin?”

“Berapa lama bapak mau kita berbincang-bincang? Bagaimana kalau 15 menit”

KERJA (perawat membawa obat pasien)

“Bapak sudah dapat obat dari dokter?”

Berapa macam obat yang Bapak minum? Warnanya apa saja? Bagus! Jam berapa Bapak

minum? Bagus!

“Obatnya ada tiga macam pak, yang warnanya oranye namanya CPZ gunanya agar

pikiran tenang, yang putih ini namanya THP agar rileks dan tegang, dan yang merah

jambu ini namanya HLP agar pikiran teratur dan rasa marah berkurang. Semuanya ini

harus bapak minum 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 sian g, dan jam 7 malam”.

“Bila nanti setelah minum obat mulut bapak terasa kering, untuk membantu

mengatasinya bapak bisa mengisap-isap es batu”.

“Bila terasa mata berkunang-kunang, bapak sebaiknya

istirahat dan jangan beraktivitas dulu”

“Nanti di rumah sebelum minum obat ini bapak lihat dulu label di kotak obat apakah

benar nama bapak tertulis disitu, berapa dosis yang harus diminum, jam berapa saja

harus diminum. Baca juga apakah nama obatnya sudah benar? Di sini minta obatnya pada

suster kemudian cek lagi apakah benar obatnya!”

“Jangan pernah menghentikan minum obat sebelum berkonsultasi dengan dokter ya pak,

karena dapat terjadi kekambuhan.”

“Sekarang kita masukkan waktu minum obatnya kedalam jadual ya pak.”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang cara minum obat yang

benar?”

“Coba bapak sebutkan lagijenis obat yang Bapak minum! Bagaimana cara minum obat

yang benar?”

“Nah, sudah berapa cara mengontrol perasaan marah yang kita pelajari?. Sekarang kita

tambahkan jadual kegiatannya dengan minum obat. Jangan lupa laksanakan semua

dengan teratur ya”.

“Baik, Besok kita ketemu kembali untuk melihat sejauhma ana bapak melaksanakan

kegiatan dan sejauhmana dapat mencegah rasa marah. Sampai jumpa”

4. Tindakan keperawatan untuk keluarga

a. Tujuan

Keluarga dapat merawat pasien di rumah

b. Tindakan

1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien

2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,

tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)

3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera

dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang lain

4) Latih keluarga merawat pasien dengan perilaku kekerasan

a). Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah

diajarkan oleh perawat

b). Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapt

melakukan kegiatan tersebut secara tepat

c). Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien

menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan

5) Buat perencanaan pulang bersama keluarga

SP 1 Keluarga: Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang cara merawat klien

perilaku kekerasan di rumah

1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien

2) Diskusikan bersama keluarga tentang perilaku kekerasan (penyebab,

tanda dan gejala, perilaku yang muncul dan akibat dari perilaku tersebut)

3) Diskusikan bersama keluarga kondisi-kondisi pasien yang perlu segera

dilaporkan kepada perawat, seperti melempar atau memukul benda/orang

lain

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

SP 2 Keluarga: Melatih keluarga melakukan cara-cara mengontrol kemarahan

a) Evaluasi pengetahuan keluarga tentang marah

b) Anjurkan keluarga untuk memotivasi pasien melakukan tindakan yang telah

diajarkan oleh perawat

c). Ajarkan keluarga untuk memberikan pujian kepada pasien bila pasien dapat

melakukan kegiatan tersebut secara tepat

d) Diskusikan bersama keluarga tindakan yang harus dilakukan bila pasien

menunjukkan gejala-gejala perilaku kekerasan

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI

“Assalamualaikum bu, sesuai dengan janji kita 2 hari yang lalu sekarang kita ketemu lagi

untuk latihan cara-cara mengontrol rasa marah bapak.”

“Bagaimana Bu? Masih ingat diskusi kita yang lalu? Ada yang mau Ibu tanyakan?”

“Berapa lama ibu mau kita latihan?”

“Bagaimana kalau kita latihan disini saja?, sebentar saya panggilkan bapak supaya bisa

berlatih bersama”

KERJA

”Nah pak, coba ceritakan kepada Ibu, latihan yang sudah Bapak lakukan. Bagus sekali.

Coba perlihatkan kepada Ibu jadwal harian Bapak! Bagus!”

”Nanti di rumah ibu bisa membantu bapak latihan mengontrol kemarahan Bapak.”

”Sekarang kita akan coba latihan bersama-sama ya pak?”

”Masih ingat pak, bu kalau tanda-tanda marah sudah bapak rasakan maka yang harus

dilakukan bapak adalah.......?”

”Ya.. betul, bapak berdiri, lalu tarik napas dari hidung, tahan sebentar

lalu keluarkan/tiup perlahan –lahan melalui mulut seperti mengeluarkan kemarahan. Ayo

coba lagi, tarik dari hidung, bagus.., tahan, dan tiup melalui mulut. Nah, lakukan 5 kali,

coba ibu temani dan bantu bapak menghitung latihan ini sampai 5 kali”.

“Bagus sekali, bapak dan ibu sudah bisa melakukannya dengan baik”.

“Cara yang kedua masih ingat pak, bu?”

“ Ya..benar, kalau ada yang menyebabkan bapak marah dan muncul

perasaan kesal, berdebar-debar, mata melotot, selain napas dalam bapak dapat

melakukan pukul kasur dan bantal”.

“Sekarang coba kita latihan memukul kasur dan bantal. Mana kamar

bapak? Jadi kalau nanti bapak kesal dan ingin marah, langsung ke kamar dan lampiaskan

kemarahan tersebut dengan memukul kasur dan bantal.

Nah, coba bapak lakukan sambil didampingi ibu, berikan bapak semangat ya bu. Ya,

bagus sekali bapak melakukannya”.

“Cara yang ketiga adalah bicara yang baik bila sedang marah. Ada tiga caranya pak, coba

praktekkan langsung kepada ibu cara bicara ini:

i. Meminta dengan baik tanpa marah dengan nada suara yang rendah serta tidak

menggunakan kata-kata kasar, misalnya: ‘Bu, Saya perlu uang untuk beli rokok!

Coba bapak praktekkan. Bagus pak”.

ii. Menolak dengan baik, jika ada yang menyuruh dan bapak tidak ingin

melakukannya, katakan: ‘Maaf saya tidak bisa melakukannya karena sedang ada

kerjaan’. Coba bapak praktekkan. Bagus pak”

iii. Mengungkapkan perasaan kesal, jika ada perlakuan orang lain yang membuat kesal

bapak dapat mengatakan:’ Saya jadi ingin marah karena perkataanmu itu’. Coba

praktekkan. Bagus”

“Cara berikutnya adalah kalau bapak sedang marah apa yang harus dilakukan?”

“Baik sekali, bapak coba langsung duduk dan tarik napas dalam. Jika tidak reda juga

marahnya rebahkan badan agar rileks. Jika tidak reda juga, ambil air wudhu kemudian

sholat”.

“Bapak bisa melakukan sholat secara teratur dengan didampingi ibu untuk meredakan

kemarahan”.

“Cara terakhir adalah minum obat teratur ya pak, bu agar pikiran bapak jadi tenang,

tidurnya juga tenang, tidak ada rasa marah”

“Bapak coba jelaskan berapa macam obatnya! Bagus. Jam berapa minum obat? Bagus.

Apa guna obat? Bagus. Apakah boleh mengurangi atau menghentikan obat? Wah bagus

sekali!”

“Dua hari yang lalu sudah saya jelaskan terapi pengobatan yang bapak dapatkan, ibu

tolong selama di rumah ingatkan bapak untuk meminumnya secara teratur dan jangan

dihentikan tanpa sepengetahuan dokter”

TERMINASI

“Baiklah bu, latihan kita sudah selesai. Bagaimana perasaan ibu setelah kita latihan cara-

cara mengontrol marah langsung kepada bapak?”

“Bisa ibu sebutkan lagi ada berapa cara mengontrol marah?”

“Selanjutnya tolong pantau dan motivasi Bapak melaksanakan jadwal latihan yang telah

dibuat selama di rumah nanti. Jangan lupa berikan pujian untuk Bapak bila dapat

melakukan dengan benar ya Bu!”

“ Karena Bapak sebentar lagi sudah mau pulang bagaimana kalau 2 hari lagi Ibu bertemu

saya untuk membicarakan jadwal aktivitas Bapak selama di rumah nanti.”

“Jam 10 seperti hari ini ya Bu. Di ruang ini juga.”

SP 3 Keluarga: Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

a.Buat perencanaan pulang bersama keluarga

E. EVALUASI

a. Kemampuan pasien dan keluarga

b. Kemampuan perawat

ORIENTASI

“Assalamualaikum pak, bu, karena besok Bp sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita

sekarang ketemu untuk membicarakan jadual Bp selama dirumah”

“Bagaimana pak, bu, selama ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat Bp?

Apakah sudah dipuji keberhasilannya?”

“Nah sekarang bagaimana kalau bicarakan jadual di rumah, disini saja?”

“Berapa lama bapak dan ibu mau kita berbicara? Bagaimana kalau 30 menit?”

KERJA

“Pak, bu, jadual yang telah dibuat selama B di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah,

baik jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya. Mari kita lihat jadwal Bapak!”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh

bapak selama di rumah. Kalau misalnya Bp menolak minum obat atau memperlihatkan

perilaku membahayakan orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster E di

Puskesmas Indara Puri, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan bapak, ini nomor telepon

puskesmasnya: (0651) 554xxx. “Jika tidak teratasi Sr E akan merujuknya ke BPKJ.”

“Selanjutnya suster E yang akan membantu memantau perkembangan B selama di

rumah”

TERMINASI

“ Bagaimana Bu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan apa saja yang perlu

diperhatikan (jadwal kegiatan, tanda atau gejala, follow up ke Puskesmas). Baiklah,

silakan menyelesaikan administrasi!”

“Saya akan persiapkan pakaian dan obat.”

F. DOKUMENTASI

Berikut adalah contoh format pengkajian dari diagnosa keperawatan perilaku kekerasan.

Format pengkajian lengkap dapat dilihat di modul 7

Latihan

Dokumentasikan pengkajian dan diagnosa keperawatan pasien waham dengan

menggunakan format yang tersedia

Pelaku/Usia Korban/Usia Saksi/Usia

1. Aniaya fisik [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]

2. Aniaya seksual [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]

3. Penolakan [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]

4. Kekerasan dalam keluarga [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]

5. Tindakan kriminal [ ][ ] [ ][ ] [ ][ ]

Berikan tanda (v) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien

6. Aktivitas motorik

[ ] Lesu [ ] Tegang [ ] Gelisah [ ] Agitasi

[ ] Tik [ ] Grimasen [ ] Tremor [ ] Kompulsif

Berikan tanda (v) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien

7. Interaksi selama wawancara

[ ] Bermusuhan [ ] Tidak kooperatif [ ] Mudah tersinggung

[ ] Kontak mata [ ] Defensif [ ] Curiga

Kurang

Berikan tanda (v) pada kolom yang sesuai dengan data pada pasien

PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA

DENGAN MASALAH PERILAKU KEKERASAN

Nama pasien : .................

Nama ruangan : ...................

Nama perawat : ...................

Petunjuk pengisian:

1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini.

2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian

No

Kemampuan

Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl

A Pasien

Sp 1

1 Menyebutkan penyebab PK

2 Menyebutkan tanda dan gejala PK

3 Menyebutkan PK yang dilakukan

4 Menyebutkan akibat PK

5 Menyebutkan cara mengontrol PK

6 Mempraktekkan latihan cara

mengontrol fisik I

SP2

7 Mempraktekkan latihan cara fisik

II dan memasukkan dalam jadual

SP3

8 Mempraktekkan latihan cara

verbal dan memasukkan dalam

jadual

SP 4

9 Mempraktekkan latihan cara

spiritual dan memasukkan dalam

jadual

SP 5

10 Mempraktekkan latihan cara

minum obat dan memasukkan

dalam jadual

B Keluarga

SP 1

1 Menyebutkan pengertian PK

dan proses terjadinya masalah

PK

2 Menyebutkan cara merawat

pasien dengan PK

SP2

3 Mempraktekkan cara merawat

pasien dengan PK

SP3

4 Membuat jadual aktivitas dan

minum obat klien di rumah

(discharge planning)

PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN

DENGAN PERILAKU KEKERASAN

Petunjuk pengisian:

Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian

kinerja (No 04.01.01).

Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.

No

Kemampuan

Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl

A Pasien

SP Ip

1 Mengidentifikasi penyebab PK

2 Mengidentifikasi tanda dan gejala PK

3 Mengidentifikasi PK yang dilakukan

4 Mengidentifikasi akibat PK

5 Menyebutkan cara mengontrol PK

6 Membantu pasien mempraktekkan latihan cara

mengontrol fisik I

7 Menganjurkan pasien memasukkan dalam

kegiatan harian

Nilai SP Ip

SP IIp

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara fisik II

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP IIp

SP IIIp

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara verbal

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP IIIp

SP IVp

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Melatih pasien mengontrol PK dengan cara

spiritual

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP IVp

SP Vp

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2

Menjelaskan cara mengontrol PK dengan minum

obat

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP Vp

B Keluarga

SP I k

1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga

dalam merawat pasien

2 Menjelaskan pengertian PK, tanda dan gejala,

serta proses terjadinya PK

3 Menjelaskan cara merawat pasien dengan PK

Nilai SP Ik

SP II k

1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat

pasien dengan PK

2 Melatih keluarga melakukan cara merawat

langsung kepada pasien PK

Nilai SP IIk

SP III k

1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di

rumah termasuk minum obat (discharge

planning)

2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Nilai SP III k

Nilai Total SP p + SP k

Rata-rata

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, BA., Akemat, Helena, N., 2006. Modul Model Praktek Keperawatan Keperawatan

Jiwa. Jakarta: FIK Universitas Indonesia.

Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC

Purba, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Masalah Psikososial dan

Gangguan Jiwa. Medan: USU Press.

Stuart,G.W & Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).

Jakarta: EGC.

Yosep. 2007. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Jakarta : Refika Aditama.

UNIT 5

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN D ENGAN GANGGUAN SENSORI

PERSEPSI ;HALUSINASI

� 100 Menit

PENGANTAR

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi merupakan salah satu masalah

keperawatan yang dapat ditemukan pada pasien gangguan jiwa. Respons ini

dapat menimbulkan kerugian baik kepada diri sendiri, orang lain, maupun

lingkungan. Melihat dampak yang ditimbulkan, maka penanganan pasien dengan

Halusinasi dilakukan secara cepat dan tepat oleh tenaga-tenaga yang profesional.

TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan konsep

asuhan keperawatan pada pasien dengan halusinasi yang meliputi:

1. Mampu menjelaskan konsep teori halusinasi, meliputi :

a. Pengertian halusinasi

b. Penyebab terjadinya masalah halusinasi

c. Manifestasi klinik

d. Akibat

e. Penatalaksanaan

2. Mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan, meliputi :

1. Mengkaji data halusinasi

2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji

3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien

4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga

5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani

masalah halusinasi

6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan halusinasi.

BAHAN BACAAN

A. HALUSINASI

1. Pengertian

2. Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca indera

(Rasmun, 2001).

3. Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien

mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca

indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu

persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren/ persepsi palsu (Maramis,

2005).

4. Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah (Stuart, 2007).

5. Halusinasi dapat didefenisikan sebagai terganggunya proses sensori seseorang,

dimana tidak terdapat stimulus.

2. Penyebab

a. Faktor Predisposisi

Menurut Stuart (2007), faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:

1) Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan dengan respon

neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini ditunjukkan oleh

penelitian-penelitian yang berikut:

a) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otak yang

lebih luas dalam perkembangan skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,

temporal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.

b) Beberapa zat kimia di otak seperti dopamin neurotransmitter yang

berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin

dikaitkan dengan terjadinya skizofrenia.

c) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan

terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi otak

klien dengan skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral ventrikel,

atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil (cerebellum). Temuan

kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh otopsi (post-mortem).

2) Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon dan

kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang dapat

mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan

kekerasan dalam rentang hidup klien.

3) Sosial Budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:

kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan

kehidupan yang terisolasi disertai stress.

b. Faktor Presipitasi

Menurut Stuart (2007), faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:

1) Biologis

Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses

informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang

mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus

yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.

2) Stress lingkungan

Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor

lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.

3) Sumber koping

Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi stressor.

3. Manifestasi Klinis

a. Bicara, senyum dan tertawa sendiri

b. Menarik diri dan menghindar dari orang lain

c. Tidak dapat membedakan antara keadaan nyata dan tidak nyata

d. Tidak dapat memusatkan perhatian

e. Curiga, bermusuhan, merusak (diri sendiri, orang lain dan lingkungannya), takut

f. Ekspresi muka tegang, mudah tersinggung

(Keliat, 2006).

4. Akibat

Adanya gangguang persepsi sensori halusinasi dapat beresiko mencederai diri

sendiri, orang lain dan lingkungan (Keliat, 2006). Menurut Townsend, M.C suatu

keadaan dimana seseorang melakukan sesuatu tindakan yang dapat membahayakan

secara fisik baik pada diri sendiri maupuan orang lain.

Seseorang yang dapat beresiko melakukan tindakan kekerasan pada diri sendiri dan

orang lain dapat menunjukkan perilaku :

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :

a. Menciptakan lingkungan yang terapeutik

Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien akibat

halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan secara individual

dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa pasien di sentuh atau di

pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat

masuk ke kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga

bila akan meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu

tindakan yang akan di lakukan.

Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian

dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam

dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan permainan

b. Melaksanakan program terapi dokter

Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan

rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara

persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di berikan

betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.

c. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada

Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali

masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta

membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat

melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain yang dekat dengan pasien.

d. Memberi aktivitas pada pasien

Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik, misalnya

berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini dapat membantu

mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan dengan

orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan yang

sesuai.

e. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan

Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar

ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses keperawatan,

misalnya dari percakapan dengan pasien di ketahui bila sedang sendirian ia

sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila ada orang lain di dekatnya

suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat menyarankan agar pasien jangan

menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan atau aktivitas yang ada.

Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga pasien dan petugas lain

agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di berikan tidak

bertentangan.

f. Terapi Aktivitas Kelompok

Terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan halusinasi

(Keliat, 2005):

1. TAK orientasi realitas

TAK orientasi realitas terdiri dari tiga sesi yaitu:

a. Sesi 1: Pengenalan orang

b. Sesi 2: Pengenalan tempat

c. Sesi 3: Pengenalan waktu

2. TAK stimulasi persepsi

TAK stimulasi persepsi: halusinasi, yang terdiri dari lima sesi yaitu:

a. Sesi 1: Mengenal halusinasi

b. Sesi 2: Mengontrol halusinasi dengan menghardik

c. Sesi 3: Mengontrol halusinasi dengan melakukan kegiatan

d. Sesi 4: Mencegah halusinasi dengan bercakap-cakap

e. Sesi 5: Mengontrol halusinasi dengan patuh minum obat

Panduan secara lengkap untuk melaksanakan TAK tersebut diatas dan

format evaluasinya dapat dilihat pada Buku Keperawatan Jiwa: Terapi

Aktivitas Kelompok.

B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN PERILAKU KEKERASAN

1. Pengkajian

a. Pengkajian Halusinasi

Pada pengkajian pasien halusinasi, data penting yang perlu didapatkan adalah:

1) Jenis halusinasi:

Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data

objektif dapat Saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien,

sedangkan data subjektif dapat Saudara kaji dengan melakukan wawancara

dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat mengetahui isi halusinasi pasien.

Jenis halusinasi

Data Objektif

Data Subjektif

Halusinasi

Dengar/suara

Bicara atau tertawa sendiri

Marah-marah tanpa sebab

Menyedengkan telinga ke

arah tertentu

Menutup telinga

Mendengar suara-suara atau

kegaduhan.

Mendengar suara yang mengajak

bercakap-cakap.

Mendengar suara menyuruh

melakukan sesuatu yang berbahaya.

Halusinasi

Penglihatan

Menunjuk-nunjuk ke arah

tertentu

Ketakutan pada sesuatu

yang tidak jelas.

Melihat bayangan, sinar, bentuk

geometris, bentuk kartoon, melihat

hantu atau monster

Halusinasi

Penghidu

Menghidu seperti sedang

membaui bau-bauan

tertentu.

Menutup hidung.

Membaui bau-bauan seperti bau

darah, urin, feses, kadang-kadang bau

itu menyenangkan.

Halusinasi

Pengecapan

Sering meludah

Muntah

Merasakan rasa seperti darah, urin

atau feses

Halusinasi

Perabaan

Menggaruk-garuk

permukaan kulit

Mengatakan ada serangga di

permukaan kulit

Merasa seperti tersengat listrik

2) Isi halusinasi

Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian tentang

jenis halusinasi (lihat nomor 1 diatas).

3) Waktu, frekwensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi

Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi

yang dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore

atau malam? Jika mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-

menerus atau hanya sekali-kali? Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau

setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi

khusus pada waktu terjadinya halusinasi, menghindari situasi yang

menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan

halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat

direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.

4) Respons halusinasi

Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul.

Perawat dapat menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat

halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang

terdekat dengan pasien. Selain itu dapat juga dengan mengobservasi perilaku

pasien saat halusinasi timbul.

b. Masalah keperawatan yang muncul dan data yang perlu dikaji

Masalah Keperawatan Data yang perlu dikaji

Gangguan sensori

persepsi: Halusinasi

dengar

DO:

- Bicara sendiri

- Tertawa sendiri

- Marah tanpa sebab

- Menyendiri

- Melamun

DS:

- Mengatakan mendengar suara bisikan/ melihat

bayangan

- Menyatakan senang dengan suara-suara

Isolasi Sosial

DO:

- Menyendiri, mengurung diri

- Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain

- Tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain

- Mematung

- Mondar-mandir tanpa arah

DS:

- Mengatakan malas berinteraksi

- Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya.

- Merasa orang lain tidak selevel

- Curiga dengan orang lain

- Mendengar suara-suara/ melihat bayangan

- Merasa tak berguna

Perilaku kekerasan DO:

- Agitasi

- Meninju

- Membanting

- Melempar

- Menjauh dari orang lain

- Katatonia

DS:

- Mengancam

- Mengumpat

- Bicara keras dan kasar

- Mengatakan ada yang mengejek, mengancam

- Mendengar suara yang menjelekkan

- Merasa orang lain mengancam dirinya

c. Pohon masalah

Perilaku Kekerasan

Gangguan sensori persepsi: Halusinasi dengar

Isolasi Sosial

2. Merumuskan Diagnosa Keperawatan

Ditetapkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang ditemukan pada pasien

Gangguan sensori persepsi: halusinasi …………..

3. Tindakan Keperawatan untuk Pasien

a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:

1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya

2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya

3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal

b. Tindakan Keperawatan

1) Membantu pasien mengenali halusinasi.

Untuk membantu pasien mengenali halusinasi Saudara dapat melakukannya

dengan cara berdiskusi dengan pasien tentang isi halusinasi (apa yang

didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi,

situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat

halusinasi muncul

2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu

mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah

terbukti dapat mengendalikan halusinasi. Keempat cara tersebut meliputi:

a) Menghardik halusinasi

Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap

halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih

untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak

mempedulikan halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan

mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul.

Mungkin halusinasi tetap ada namun dengan kemampuan ini pasien tidak

akan larut untuk menuruti apa yang ada dalam halusinasinya.

Tahapan tindakan meliputi:

� Menjelaskan cara menghardik halusinasi

� Memperagakan cara menghardik

� Meminta pasien memperagakan ulang

� Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien

b) Bercakap-cakap dengan orang lain

Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan

orang lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi

distraksi; fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke

percakapan yang dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah

satu cara yang efektif untuk mengontrol halusinasi adalah dengan

bercakap-cakap dengan orang lain.

c) Melakukan aktivitas yang terjadwal

Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan

menyibukkan diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas

secara terjadwal, pasien tidak akan mengalami banyak waktu luang

sendiri yang seringkali mencetuskan halusinasi. Untuk itu pasien yang

mengalami halusinasi bisa dibantu untuk mengatasi halusinasinya dengan

cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi sampai tidur malam,

tujuh hari dalam seminggu.

Tahapan intervensinya sebagai berikut:

• Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi

halusinasi.

• Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien

• Melatih pasien melakukan aktivitas

• Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang

telah

dilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi

sampai tidur malam, 7 hari dalam seminggu.

• Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan

terhadap perilaku pasien yang positif.

d) Menggunakan obat secara teratur

Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk

menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien

gangguan jiwa yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat

sehingga akibatnya pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan

terjadi maka untuk mencapai kondisi seperti semula akan lebih sulit.

Untuk itu pasien perlu dilatih menggunakan obat sesuai program dan

berkelanjutan.

Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:

� Jelaskan guna obat

� Jelaskan akibat bila putus obat

� Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat

� Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,

benar pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara

mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi

dengan cara pertama: menghardik halusinasi

Orientasi:

”Assalamualaikum D. Saya perawat yang akan merawat D. Nama Saya SS, senang dipanggil

S. Nama D siapa? Senang dipanggil apa”

”Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini”

”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini D dengar

tetapi tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama?

Bagaimana kalau 30 menit”

Kerja:

”Apakah D mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”

” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D dengar

suara? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada

waktu sendiri?”

” Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu?”

”Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu

hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?

” D , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik

suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan

kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”

”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.

”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya tidak

mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai

suara itu tak terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus D

sudah bisa”

Terminasi:

”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul lagi,

silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa

saja latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal

kegiatan harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan

mengendalikan suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa D?Bagaimana kalau dua

jam lagi? Berapa lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”

”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua:

bercakap-cakap dengan orang lain

Orientasi:

“Assalammu’alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih

muncul ? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya

Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan

bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini

saja?

Kerja:

“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-

cakap dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari

teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan D. Contohnya begini; …

tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang

dirumah misalnya Kakak D katakan: Kak, ayo ngobrol dengan D. D sedang dengar suara-

suara. Begitu D. Coba D lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali

lagi! Bagus! Nah, latih terus ya D!”

Terminasi:

“Bagaimana perasaan D setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang D pelajari

untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau D mengalami

halusinasi lagi. Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Mau jam

berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu

suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang

ketiga yaitu melakukan aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00?

Mau di mana/ Di sini lagi? Sampai besok ya. Assalamualaikum”

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga:

melaksanakan aktivitas terjadwal

Orientasi:

“Assalamu’alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih

muncul ? Apakah sudah dipakai dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ? Bagus

! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi yaitu

melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu.

Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”

Kerja:

“Apa saja yang biasa D lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak

sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita

latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali D bisa lakukan. Kegiatan ini

dapat D lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih

lagi agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.

Terminasi:

“Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk mencegah

suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk mencegah

suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Coba

lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut

sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau menjelang

makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau jam

berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.

Wassalammualaikum.

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

Orientasi:

“Assalammualaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih

muncul ? Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya

sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan

mendiskusikan tentang obat-obatan yang D minum. Kita akan diskusi selama 20 menit

sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya D?”

Kerja:

“D adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara

berkurang/hilang ? Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang D dengar dan

mengganggu selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang D minum ? (Perawat

menyiapkan obat pasien) Ini yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang

dan jam 7 malam gunanya untuk menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali

sehari jam nya sama gunanya untuk rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu

(HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah

hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau

putus obat, D akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat

habis D bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. D juga harus teliti saat

menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya D harus memastikan bahwa

itu obat yang benar-benar punya D. Jangan keliru dengan obat milik orang lain. Baca nama

kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu

diminum sesudah makan dan tepat jamnya. D juga harus perhatikan berapa jumlah obat

sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”

Terminasi:

“Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang

kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari

kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan D. Jangan lupa pada waktunya

minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang.

Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita

bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa.

Wassalammu’alaikum.

2.Tindakan Keperawatan Kepada Keluarga

a. Tujuan:

1. Keluarga dapat terlibat dalam perawatan pasien baik di di rumah sakit maupun

di rumah

2. Keluarga dapat menjadi sistem pendukung yang efektif untuk pasien.

b. Tindakan Keperawatan

Keluarga merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan asuhan

keperawatan pada pasien dengan halusinasi. Dukungan keluarga selama pasien di

rawat di rumah sakit sangat dibutuhkan sehingga pasien termotivasi untuk sembuh.

Demikian juga saat pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit (dirawat di rumah).

Keluarga yang mendukung pasien secara konsisten akan membuat pasien mampu

mempertahankan program pengobatan secara optimal. Namun demikian jika

keluarga tidak mampu merawat pasien, pasien akan kambuh bahkan untuk

memulihkannya lagi akan sangat sulit. Untuk itu perawat harus memberikan

pendidikan kesehatan kepada keluarga agar keluarga mampu menjadi pendukung

yang efektif bagi pasien dengan halusinasi baik saat di rumah sakit maupun di

rumah.

Tindakan keperawatan yang dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi

adalah:

1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien

2) Berikan pendidikan kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis halusinasi

yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi, proses terjadinya

halusinasi, dan cara merawat pasien halusinasi.

3) Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara merawat

pasien dengan halusinasi langsung di hadapan pasien

4) Buat perencanaan pulang dengan keluarga

SP 1 Keluarga : Pendidikan Kesehatan tentang pengertian halusinasi, jenis

halusinasi yang dialami pasien, tanda dan gejala halusinasi dan

cara-cara merawat pasien halusinasi.

Peragakan percakapan berikut ini dengan pasangan saudara.

Orientasi:

“Assalammualaikum Bapak/Ibu!”“Saya SS, perawat yang merawat anak Bapak/Ibu.”

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu tentang anak

Bapak/Ibu?”

“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang anak Bapak/Ibu alami dan

bantuan apa yang Bapak/Ibu bisa berikan.”

“Kita mau diskusi di mana? Bagaimana kalau di ruang wawancara? Berapa lama

waktu Bk/Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

Kerja:

“Apa yang Bpk/Ibu rasakan menjadi masalah dalam merawat D. Apa yang Bpk/Ibu

lakukan?”

“Ya, gejala yang dialami oleh anak Bapak/Ibu itu dinamakan halusinasi, yaitu

mendengar atau melihat sesuatu yang sebetulnya tidak ada bendanya.

”Tanda-tandanya bicara dan tertawa sendiri,atau marah-marah tanpa sebab”

“Jadi kalau anak Bapak/Ibu mengatakan mendengar suara-suara, sebenarnya suara

itu tidak ada.”

“Kalau anak Bapak/Ibu mengatakan melihat bayangan-bayangan, sebenarnya

bayangan itu tidak ada.”

”Untuk itu kita diharapkan dapat membantunya dengan beberapa cara. Ada

beberapa cara untuk membantu anak Bapak/Ibu agar bisa mengendalikan

halusinasi. Cara-cara tersebut antara lain: Pertama, dihadapan anak Bapak/Ibu,

jangan membantah halusinasi atau menyokongnya. Katakan saja Bapak/Ibu percaya

bahwa anak tersebut memang mendengar suara atau melihat bayangan, tetapi

Bapak/Ibu sendiri tidak mendengar atau melihatnya”.

”Kedua, jangan biarkan anak Bapak/Ibu melamun dan sendiri, karena kalau

melamun halusinasi akan muncul lagi. Upayakan ada orang mau bercakap-cakap

dengannya. Buat kegiatan keluarga seperti makan bersama, sholat bersama-sama.

Tentang kegiatan, saya telah melatih anak Bapak/Ibu untuk membuat jadwal

kegiatan sehari-hari. Tolong Bapak/Ibu pantau pelaksanaannya, ya dan berikan

pujian jika dia lakukan!”

”Ketiga, bantu anak Bapak/Ibu minum obat secara teratur. Jangan menghentikan

obat tanpa konsultasi. Terkait dengan obat ini, saya juga sudah melatih anak

Bapak/Ibu untuk minum obat secara teratur. Jadi bapak/Ibu dapat mengingatkan

kembali. Obatnya ada 3 macam, ini yang orange namanya CPZ gunanya untuk

menghilangkan suara-suara atau bayangan. Diminum 3 X sehari pada jam 7 pagi,

jam 1 siang dan jam 7 malam. Yang putih namanya THP gunanya membuat rileks,

jam minumnya sama dengan CPZ tadi. Yang biru namanya HP gunanya

menenangkan cara berpikir, jam minumnya sama dengan CPZ. Obat perlu selalu

diminum untuk mencegah kekambuhan”

”Terakhir, bila ada tanda-tanda halusinasi mulai muncul, putus halusinasi anak

Bapak/Ibu dengan cara menepuk punggung anak Bapak/Ibu. Kemudian suruhlah

anak Bapak/Ibu menghardik suara tersebut. Anak Bapak/Ibu sudah saya ajarkan

cara menghardik halusinasi”.

”Sekarang, mari kita latihan memutus halusinasi anak Bapak/Ibu. Sambil menepuk

punggung anak Bapak/Ibu, katakan: D, sedang apa kamu?Kamu ingat kan apa yang

diajarkan perawat bila suara-suara itu datang? Ya..Usir suara itu, D. Tutup telinga

kamu dan katakan pada suara itu ”saya tidak mau dengar”. Ucapkan berulang-

ulang, D”

”Sekarang coba Bapak/Ibu praktekkan cara yang barusan saya ajarkan”

”Bagus Pak/Bu”

Terminasi:

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita berdiskusi dan latihan memutuskan

halusinasi anak Bapak/Ibu?”

“Sekarang coba Bapak/Ibu sebutkan kembali tiga cara merawat anak bapak/Ibu”

”Bagus sekali Pak/Bu. Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk

mempraktekkan cara memutus halusinasi langsung dihadapan anak Bapak/Ibu”

”Jam berapa kita bertemu?”

Baik, sampai Jumpa. Assalamu’alaikum

SP 2 Keluarga: Melatih keluarga praktek merawat pasien langsung dihadapan

pasien

Berikan kesempatan kepada keluarga untuk memperagakan cara

merawat pasien dengan halusinasi langsung dihadapan pasien.

Orientasi:

“Assalammualaikum”

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu pagi ini?”

”Apakah Bapak/Ibu masih ingat bagaimana cara memutus halusinasi anak Bapak/Ibu

yang sedang mengalami halusinasi?Bagus!”

” Sesuai dengan perjanjian kita, selama 20 menit ini kita akan mempraktekkan cara

memutus halusinasi langsung dihadapan anak Bapak/Ibu”.

”mari kita datangi Anak bapak/Ibu”

Kerja:

”Assalamu’alaikum D” ”D, Bapak//Ibu D sangat ingin membantu D mengendalikan suara-

suara yang sering D dengar. Untuk itu pagi ini Bapak/Ibu D datang untuk

mempraktekkan cara memutus suara-suara yang D dengar. D nanti kalau sedang dengar

suara-suara bicara atau tersenyum-senyum sendiri, maka Bapak/Ibu akan mengingatkan

seperti ini” ”Sekarang, coba Bapak/Ibu peragakan cara memutus halusinasi yang sedang

D alami seperti yang sudah kita pelajari sebelumnya. Tepuk punggung D lalu suruh D

mengusir suara dengan menutup telinga dan menghardik suara tersebut” (saudara

mengobservasi apa yang dilakukan keluarga terhadap pasien)Bagus sekali!Bagaimana D?

Senang dibantu Bapak/Ibu? Nah Bapak/Ibu ingin melihat jadwal harian D. (Pasien

memperlihatkan dan dorong orang tua memberikan pujian) Baiklah, sekarang saya dan

orang tua D ke ruang perawat dulu” (Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk

melakukan terminasi dengan keluarga

Terminasi:

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah mempraktekkan cara memutus halusinasi

langsung dihadapan anak Bapak/Ibu”

”Dingat-ingat pelajaran kita hari ini ya Pak/Bu. Bapak/Ibu dapat melakukan cara itu bila

anak Bapak/Ibu mengalami halusinas”.

“bagaimana kalau kita bertemu dua hari lagi untuk membicarakan tentang jadwal

kegiatan harian anak Bapak/Ibu untuk persiapan di rumah. Jam berapa Bapak/Ibu bisa

datang?Tempatnya di sini ya. Sampai jumpa.”

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

Orientasi

“Assalamualaikum Pak/Bu, karena besok D sudah boleh pulang, maka sesuai janji kita

sekarang ketemu untuk membicarakan jadual D selama dirumah”

“Bagaimana pak/Bu selama Bapak/Ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat

D?”

“Nah sekarang kita bicarakan jadwal D di rumah? Mari kita duduk di ruang perawat!”

“Berapa lama Bapak/Ibu ada waktu? Bagaimana kalau 30 menit?”

Kerja

“Ini jadwal kegiatan D di rumah sakit. Jadwal ini dapat dilanjutkan di rumah. Coba Bapak/Ibu

lihat mungkinkah dilakukan di rumah. Siapa yang kira-kira akan memotivasi dan

mengingatkan?”Pak/Bu jadwal yang telah dibuat selama D di rumah sakit tolong dilanjutkan

dirumah, baik jadwal aktivitas maupun jadwal minum obatnya”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu

dan bapak selama di rumah.Misalnya kalau B terus menerus mendengar suara-suara yang

mengganggu dan tidak memperlihatkan

perbaikan, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain.

Jika hal ini terjadi segera hubungi Suster B di Puskesmas terdekat dari rumahBapak/Ibu, ini

nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx

Selanjutnya suster B yang akan membantu memantau perkembangan D selama di rumah

Terminasi

“Bagaimana Bapak/Ibu? Ada yang ingin ditanyakan? Coba Ibu sebutkan cara-cara merawat

D di rumah! Bagus(jika ada yang lupa segera diingatkan oleh perawat. Ini jadwalnya untuk

dibawa pulang. Selanjutnya silakan ibu menyelesaikan administrasi yang dibutuhkan. Kami

akan siapkan D untuk pulang”

E. Evaluasi

1. Kemampuan pasien dan keluarga

2. Kemampuan perawat

PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA PASIEN DENGAN HALUSINASI

Nama pasien : .........................

Ruangan: .................................

Nama perawat: ........................

Petunjuk pengisian:

1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini.

2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi

No Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl

A Pasien

1 Mengenal jenis halusinasi

2 Mengenal isi halusinasi

3 Mengenal waktu halusinasi

4 Mengenal frekuensi halusinasi

5 Mengenal situasi yang menimbulkan halusinasi

6 Menjelaskan respons terhadap halusinasi

7 Mampu menghardik halusinasi

8 Mampu bercakap-cakap jika terjadi halusinasi

9 Membuat jadwal kegiatan harian

10 Melakukan kegiatan harian sesuai jadwal

11 Menggunakan obat secara teratur

B Keluarga

1 Menyebutkan pengertian halusinasi

2 Menyebutkan jenis halusinasi yang dialami oleh pasien

3 Menyebutkan tanda dan gejala halusinasi pasien

4 Memperagakan latihan cara memutus halusinasi pasien

5 Mengajak pasien bercakap-cakap saat pasien jadwal

berhalusinasi

6 Memantau aktivitas sehari-hari pasien sesuai

7 Memantau dan memenuhi obat untuk pasien

8 Menyebutkan sumber-sumber pelayanan kesehatan

yang tersedia

9 Memanfaatkan sumber-sumber pelayanan kesehatan

terdekat

PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT

DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN HALUSINASI

Nama perawat: ........................

Ruangan ..........: ...................

Petunjuk pengisian:

Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian

kinerja (No 04.01.01).

Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.

No

Kemampuan

Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl

A Pasien

SP I p

1 Mengidentifikasi jenis halusinasi pasien

2 Mengidentifikasi isi halusinasi pasien

3 Mengidentifikasi waktu halusinasi pasien

4 Mengidentifikasi frekuensi halusinasi pasien

5 Mengidentifikasi situasi yang menimbulkan halusinasi

6 Mengidentifikasi respons pasien terhadap halusinasi

7 Mengajarkan pasien menghardik halusinasi

8 Menganjurkan pasien memasukkan cara menghardik

halusinasi dalam jadwal kegiatan harian

Nilai SP I p

SP II p

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan cara

bercakap-cakap dengan orang lain

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP II p

SP III p

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan

melakukan kegiatan (kegiatan yang biasa dilakukan

pasien di rumah)

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP III p

SP IV p

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Memberikan pendidikan kesehatan tentang

penggunaan obat secara teratur

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP IV p

B Keluarga

SP I k

1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga

dalam merawat pasien

2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala halusinasi,

dan jenis halusinasi yang dialami pasien beserta

proses terjadinya

3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien halusinasi

Nilai SP I k

SP II k

1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat

pasien dengan Halusinasi

2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung

kepada pasien Halusinasi

Nilai SP II k

SP III k

1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di

rumah termasuk minum obat (discharge planning)

2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Nilai SP III k

Total nilai SP p + SP k

Rata-rata

F. Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan,

karenanya dokumentasi asuhan keperawatan jiwa terdiri dari dokumentasi pengkajian,

diagnosis keperawatan, perencanaan, implementasi, dan evaluasi.

1. Pedoman format pengkajian gangguan persepsi sensori: halusinasi

Persepsi :

Halusinasi

Pendengaran

Penglihatan

Perabaan

Pengecapan

Penghidu

Jelaskan:

Isi halusinasi : …………………………………………………………….

Waktu terjadinya: ………………………………………………………….

Frekuensi halusinasi: ………………………………………………………

Respons pasien: …………………………………………………………….

Masalah keperawatan: …………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

Keliat, BA., Akemat, Helena, N., 2006. Modul Model Praktek Keperawatan Keperawatan

Jiwa. Jakarta: FIK Universitas Indonesia.

Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC

Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University

Press.

Rasmun. 2001. Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatrik Terintegrasi Dengan

Keluarga, Edisi I. Jakarta: CV. Sagung Seto.

Stuart,G.W &Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).

Jakarta: EGC.

UNIT 6

ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN D ENGAN ISOLASI SOSIAL

� 100 Menit

PENGANTAR

Respons perilaku individu terhadap stressor bervariasi sesuai dengan

kondisi masing-masing. Salah satu respons perilaku yang muncul adalah isolasi

sosial yang merupakan salah satu gejala negatif pasien dengan psikotik.

TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan konsep

asuhan keperawatan pada pasien dengan isolasi sosial yang meliputi:

1. Mampu menjelaskan konsep teori isolasi sosial, meliputi :

a. Pengertian isolasi sosial

b. Penyebab terjadinya masalah isolasi sosial

c. Manifestasi klinik

d. Akibat

e. Penatalaksanaan

2. Mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan, meliputi :

1. Mengkaji data isolasi sosial

2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji

3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien

4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga

5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani

masalah isolasi sosial

6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan isolasi

sosial.

BAHAN BACAAN

A. ISOLASI SOSIAL

1. Pengertian

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu atau kelompok mengalami atau

merasakan kebutuhan atau keinginan untuk meningkatkan keterlibatan dengan

orang lain tetapi tidak mampu untuk membuat kontak (Carpenito, 2008).

Isolasi social adalah suatu sikap individu menghindari diri dari interaksi dengan

orang lain. Individu merasa bahwa ia kehilanngan hubungan akrab dan tidak

mempunyai kesempatan untuk membagi perasaan, pikiran, prestasi, atau kegagalan

(Yosep, 2008).

Isolasi social adalah keadaan ketika seorang individu mengalami penurunan atau

bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. (Keliat

dan Akemat, 2010).

2. Penyebab

a. Faktor Predisposisi

Beberapa faktor pendukung yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah :

1) Faktor Perkembangan

Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu /

pengasuh kepada bayi akan memberikan rasa tidak aman yang dapat

menghambat terbentuknya rasa percaya.

2) Faktor komunikasi dalam keluarga

Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk

mengembangkan gangguan tingkah laku. Sikap bermusuhan / hostilitas.

Sikap mengancam dan menjelek – jelekkan anak. Ekspresi emosi yang tinggi.

Orang tua atau anggota keluarga sering berteriak, marah untuk persoalan

kecil / spele, sering menggunakan kekerasan fisik untuk mengatasi masalah,

selalu mengkritik, mengkhayalkan, anak tidak diberi kesempatan untuk

mengungkapkan pendapatnya tidak memberi pujian atas keberhasilan anak .

3) Faktor sosial budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri lingkungan merupakan faktor

pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Contoh : Individu yang

berpenyakit kronis, terminal, menyandang cacat atau lanjut usia.

Demikianlah kebudayaan yang mengizinkan seseorang untuk tidak keluar

ruman (pingit) dapat menyebabkan isolasi sosial.

4) Faktor biologi

Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa, insiden

tertinggi skizofrenia di temukan pada keluarganya yang anggota keluarga

menderita skizofrenia.

b. Faktor Presipitasi

Stresor presipitas terjadi isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor Internal

maupun eksternal meliputi.

1) Stressor sosial budaya

Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan,

terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti : perceraian, berpisah

dengan orang yang dicintai kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian

karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara .

2) Stressor Giokimic

Kelebihan dopamin pada mesokortikal dan mesolimbik serta traktus saraf

dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia

3) Stressor biologic dan lingkungan sosial

Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi

akibat interaksi antara individu, lingkungan, maupun biologis.

4) Stressor psikologis

Kecemasan yang tertinggi akan menyebabkan menurunya kemampuan

individu untuk berhubungan dengan orang lain. Ego pada klien psikotik

mempunyai kemampuan terbatas untuk mengatasi stres. Hal ini berkaitan

dengan adanya masalah serius antara hubungan ibu dan anak pada fase

sinibiotik sehingga perkembangan psikologis individu terhambat.

a) Hubungan ibu dan anak

Ibu dengan kecemasan tinggi akan mengkomunikasikan kecemasannya

pada anak, misalnya dengan tekanan suara yang tinggi, hal ini membuat

anak bingung, karena belum dapat mengklasifikasikan dan mengartikan

pasien tersebut.

b) Dependen versus Interdependen

Ibu yang sering membatasi kemandirian anak, dapat menimbulkan

konflik, di satu sisi anak ingin mengembangkan kemandiriannya.

3. Manifestasi Klinis

a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.

b. Menghidar dari orang lain (menyendiri)

c. Klien tampak memisahkan diri dari orang lain misalnya pada saat makan.

b. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri.

c. Komunikasi kurang / tidak ada.

d. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain / perawat.

e. Tidak ada kontak mata : klienlebih sering menunduk.

f. Mengurung diri di kamar / tempat terpisah, klien kurang dalam mobilitas.

g. Menolak berhubungan dengan orang lain.

h. Tidak melakukan kegiatan sehari-hari, artinya perawatan diri dan kegiatan

rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.

4. Akibat

Menurut Stuart & Sundeen (2007) akibat dari isolasi sosial ini, individu dapat

mengalami gangguan sensori persepsi seperti halusinasi dengar. Halusinasi

merupakan respons maladaptif individu yang sedang mengalami gangguan persepsi

seperti pada pasen skizofrenia.

5. Penatalaksanaan

a. Farmakoterapi

b. Terapi fisik ECT (Elektro Compution Teraphy)

c. Terapi psikologi Terapi social

d. Terapi Aktivitas Kelompok (Keliat, 2005):

Terapi aktivitas kelompok yang dapat dilakukan untuk pasien dengan isolasi

sosial adalah TAK sosialisasi yang terdiri dari tujuh sesi yaitu:

1) Sesi 1: Kemampuan memperkenalkan diri

2) Sesi 2: Kemampuan berkenalan

3) Sesi 3: Kemampuan bercakap-cakap

4) Sesi 4: Kemampuan bercakap-cakap topik tertentu

5) Sesi 5: Kemampuan bercakap-cakap masalah pribadi

6) Sesi 6: Kemampuan bekerjasama

7) Sesi 7: Evaluasi kemampuan sosialisasi

B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

1. Pengkajian

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah:

• Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

• Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain

• Pasien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

• Pasien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

• Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

• Pasien merasa tidak berguna

• Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Pertanyaan-pertanyaan berikut ini dapat Saudara tanyakan pada waktu wawancara

untuk mendapatkan data subyektif:

• Bagaimana pendapat pasien terhadap orang-orang di sekitarnya (keluarga atau

tetangga)?

• Apakah pasien mempunyai teman dekat? Bila punya siapa teman dekat itu?

• Apa yang membuat pasien tidak memiliki orang yang terdekat dengannya?

• Apa yang pasien inginkan dari orang-orang di sekitarnya?

• Apakah ada perasaan tidak aman yang dialami oleh pasien?

• Apa yang menghambat hubungan yang harmonis antara pasien dengan orang

sekitarnya?

• Apakah pasien merasakan bahwa waktu begitu lama berlalu?

• Apakah pernah ada perasaan ragu untuk bisa melanjutkan kehidupan?

Tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat diobservasi:

• Tidak memiliki teman dekat

• Menarik diri

• Tidak komunikatif

• Tindakan berulang dan tidak bermakna

• Asyik dengan pikirannya sendiri

• Tak ada kontak mata

• Tampak sedih, afek tumpul

Masalah Keperawatan yang muncul dan data yang perlu dikaji

Masalah

Keperawatan

Data yang perlu dikaji

Isolasi Sosial

DO:

- Menyendiri, mengurung diri

- Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain

- Tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain

- Mematung

- Mondar-mandir tanpa arah

DS:

- Mengatakan malas berinteraksi

- Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya.

- Merasa orang lain tidak selevel

- Curiga dengan orang lain

- Mendengar suara-suara/ melihat bayangan

- Merasa tak berguna

Gangguan konsep

diri: Harga diri

rendah

DO:

- Kontak mata kurang

- Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain

- Tampak malas-malasan

- Produktivitas menurun

DS:

- Mengeluh hidup tidak bermakna

- Tidak memiliki kelebihan apa pun

- Merasa jelek

- Mengatakan malas

- Putus asa

- Ingin mati

Risiko tinggi

gangguan sensori

persepsi:

Halusinasi dengar

DO:

- Bicara sendiri

- Tertawa sendiri

- Marah tanpa sebab

- Menyendiri

- Melamun

DS:

- Mengatakan mendengar suara bisikan/ melihat bayangan

- Menyatakan kesal

- Menyatakan senang dengan suara-suara

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pohon masalah

Risiko tinggi gangguan sensori persepsi: Halusinasi dengar

Isolasi Sosial

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

b. Diagnosa keperawatan

Ditetapkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang ditemukan pada

pasien

Isolasi Sosial

3. Tindakan Keperawatan

a. Tujuan: Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu

1) Membina hubungan saling percaya

2) Menyadari penyebab isolasi sosial

3) Berinteraksi dengan orang lain

b. Tindakan

1) Membina Hubungan Saling Percaya

Tindakan yang harus dilakukan dalam membina hubungan saling percaya,

adalah :

• Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien

• Berkenalan dengan pasien: perkenalkan nama dan nama panggilan yang

Saudara sukai, serta tanyakan nama dan nama panggilan pasien

• Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini

• Buat kontrak asuhan: apa yang Saudara akan lakukan bersama pasien,

berapa lama akan dikerjakan, dan tempatnya di mana

• Jelaskan bahwa Saudara akan merahasiakan informasi yang diperoleh

untuk kepentingan terapi

• Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap pasien

• Penuhi kebutuhan dasar pasien bila memungkinkan

Untuk membina hubungan saling percaya pada pasien isolasi sosial kadang-

kadang perlu waktu yang lama dan interaksi yang singkat dan sering, karena

tidak mudah bagi pasien untuk percaya pada orang lain. Untuk itu Saudara

sebagai perawat harus konsisten bersikap terapeutik kepada pasien. Selalu

penuhi janji adalah salah satu upaya yang bisa dilakukan. Pendekatan yang

konsisten akan membuahkan hasil. Bila pasien sudah percaya dengan

Saudara program asuhan keperawatan lebih mungkin dilaksanakan.

2) Membantu pasien mengenal penyebab isolasi sosial

Langkah-langkah untuk melaksanakan tindakan ini adalah sebagai berikut :

• Menanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi dengan

orang lain

• Menanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin berinteraksi

dengan orang lain

3) Membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dengan orang lain

Dilakukan dengan cara mendiskusikan keuntungan bila pasien memiliki

banyak teman dan bergaul akrab dengan mereka

4) Membantu pasien mengenal kerugian tidak berhubungan

Dilakukan dengan cara:

• Mendiskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan tidak bergaul

dengan orang lain

• Menjelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik pasien

5) Membantu pasien untuk berinteraksi dengan orang lain secara bertahap

Saudara tidak mungkin secara drastis mengubah kebiasaan pasien dalam

berinteraksi dengan orang lain, karena kebiasaan tersebut telah terbentuk

dalam jangka waktu yang lama. Untuk itu Saudara dapat melatih pasien

berinteraksi secara bertahap. Mungkin pasien hanya akan akrab dengan

Saudara pada awalnya, tetapi setelah itu Saudara harus membiasakan pasien

untuk bisa berinteraksi secara bertahap dengan orang-orang di sekitarnya.

Secara rinci tahapan melatih pasien berinteraksi dapat Saudara lakukan

sebagai berikut:

• Beri kesempatan pasien mempraktekkan cara berinteraksi dengan orang

lain yang dilakukan di hadapan Saudara

• Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu orang (pasien, perawat

atau keluarga)

• Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan, tingkatkan jumlah interaksi

dengan dua, tiga, empat orang dan seterusnya.

• Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi yang telah dilakukan oleh

pasien.

• Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien setelah berinteraksi dengan

orang lain. Mungkin pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau

kegagalannya. Beri dorongan terus menerus agar pasien tetap semangat

meningkatkan interaksinya.

SP 1 Pasien : Membina hubungan saling percaya, membantu pasien mengenal penyebab

isolasi sosial, membantu pasien mengenal keuntungan berhubungan dan

kerugian tidak berhubungan dengan orang lain, dan mengajarkan pasien

berkenalan

Orientasi (Perkenalan):

“Assalammu’alaikum ”

“Saya H ……….., Saya senang dipanggil Ibu Her …………, Saya perawat di Ruang Mawar ini…

yang akan merawat Ibu.”

“Siapa nama Ibu? Senang dipanggil siapa?”

“Apa keluhan S hari ini?” Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan

teman-teman S? Mau dimana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di ruang tamu? Mau

berapa lama, S? Bagaimana kalau 15 menit”

Kerja:

(Jika pasien baru)

”Siapa saja yang tinggal serumah? Siapa yang paling dekat dengan S? Siapa yang jarang

bercakap-cakap dengan S? Apa yang membuat S jarang bercakap-cakap dengannya?”

(Jika pasien sudah lama dirawat)

”Apa yang S rasakan selama S dirawat disini? O.. S merasa sendirian? Siapa saja yang S

kenal di ruangan ini”

“Apa saja kegiatan yang biasa S lakukan dengan teman yang S kenal?”

“Apa yang menghambat S dalam berteman atau bercakap-cakap dengan pasien yang

lain?”

”Menurut S apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ? Wah benar, ada teman

bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa) Nah kalau

kerugiannya tidak mampunyai teman apa ya S ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien

dapat menyebutkan beberapa) Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu

inginkah S belajar bergaul dengan orang lain ?

« Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”

“Begini lho S, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu nama kita dan nama

panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh: Nama Saya S, senang dipanggil Si. Asal

saya dari Bireun, hobi memasak”

“Selanjutnya S menanyakan nama orang yang diajak berkenalan. Contohnya begini: Nama

Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya dari mana/ Hobinya apa?”

“Ayo S dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan S. Coba berkenalan dengan saya!”

“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”

“Setelah S berkenalan dengan orang tersebut S bisa melanjutkan percakapan tentang hal-hal

yang menyenangkan S bicarakan. Misalnya tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga,

pekerjaan dan sebagainya.”

Terminasi:

”Bagaimana perasaan S setelah kita latihan berkenalan?”

”S tadi sudah mempraktekkan cara berkenalan dengan baik sekali”

”Selanjutnya S dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi selama saya tidak ada.

Sehingga S lebih siap untuk berkenalan dengan orang lain. S mau praktekkan ke pasien lain.

Mau jam berapa mencobanya. Mari kita masukkan pada jadwal kegiatan hariannya.”

”Besok pagi jam 10 saya akan datang kesini untuk mengajak S berkenalan dengan teman

saya, perawat N. Bagaimana, S mau kan?”

”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaiku

SP 2 Pasien : Mengajarkan pasien berinteraksi secara bertahap

(berkenalan dengan orang pertama -seorang perawat-)

Orientasi :

“Assalammualaikum S! ”

“Bagaimana perasaan S hari ini?

« Sudah dingat-ingat lagi pelajaran kita tetang berkenalan »Coba sebutkan lagi sambil

bersalaman dengan Suster ! »

« Bagus sekali, S masih ingat. Nah seperti janji saya, saya akan mengajak S mencoba

berkenalan dengan teman saya perawat N. Tidak lama kok, sekitar 10 menit »

« Ayo kita temui perawat N disana »

Kerja :

( Bersama-sama S saudara mendekati perawat N)

« Selamat pagi perawat N, ini ingin berkenalan dengan N »

« Baiklah S, S bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang kita praktekkan kemarin «

(pasien mendemontrasikan cara berkenalan dengan perawat N : memberi salam,

menyebutkan nama, menanyakan nama perawat, dan seterusnya)

« Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada perawat N . coba tanyakan tentang keluarga

perawat N »

« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat

janji bertemu lagi dengan perawat N, misalnya jam 1 siang nanti »

« Baiklah perawat N, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali ke

ruangan S. Selamat pagi »

(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat N untuk melakukan terminasi dengan

S di tempat lain)

Terminasi:

“Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan perawat N”

”S tampak bagus sekali saat berkenalan tadi”

”Pertahankan terus apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk menanyakan topik

lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya menanyakan keluarga, hobi, dan

sebagainya. Bagaimana, mau coba dengan perawat lain. Mari kita masukkan pada

jadwalnya. Mau berapa kali sehari? Bagaimana kalau 2 kali. Baik nanti S coba sendiri. Besok

kita latihan lagi ya, mau jam berapa? Jam 10? Sampai besok.”

SP 3 Pasien : Melatih Pasien Berinteraksi Secara Bertahap (berkenalan dengan orang kedua-

seorang pasien)

Orientasi:

“Assalammu’alaikum S! Bagaimana perasaan hari ini?

”Apakah S bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang”

(jika jawaban pasien: ya, saudara bisa lanjutkan komunikasi berikutnya orang lain

”Bagaimana perasaan S setelah bercakap-cakap dengan perawat N kemarin siang”

”Bagus sekali S menjadi senang karena punya teman lagi”

”Kalau begitu S ingin punya banyak teman lagi?”

”Bagaimana kalau sekarang kita berkenalan lagi dengan orang lain, yaitu pasien O”

”seperti biasa kira-kira 10 menit”

”Mari kita temui dia di ruang makan”

Kerja:

( Bersama-sama S saudara mendekati pasien )

« Selamat pagi , ini ada pasien saya yang ingin berkenalan. »

« Baiklah S, S sekarang bisa berkenalan dengannya seperti yang telah S lakukan

sebelumnya. »

(pasien mendemontrasikan cara berkenalan: memberi salam, menyebutkan nama, nama

panggilan, asal dan hobi dan menanyakan hal yang sama). »

« Ada lagi yang S ingin tanyakan kepada O»

« Kalau tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, S bisa sudahi perkenalan ini. Lalu S bisa buat

janji bertemu lagi, misalnya bertemu lagi jam 4 sore nanti »

(S membuat janji untuk bertemu kembali dengan O)

« Baiklah O, karena S sudah selesai berkenalan, saya dan S akan kembali ke ruangan S.

Selamat pagi »

(Bersama-sama pasien saudara meninggalkan perawat O untuk melakukan terminasi dengan

S di tempat lain)

Terminasi:

“Bagaimana perasaan S setelah berkenalan dengan O”

”Dibandingkan kemarin pagi, N tampak lebih baik saat berkenalan dengan O” ”pertahankan

apa yang sudah S lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali dengan O jam 4 sore

nanti”

”Selanjutnya, bagaimana jika kegiatan berkenalan dan bercakap-cakap dengan orang lain

kita tambahkan lagi di jadwal harian. Jadi satu hari S dapat berbincang-bincang dengan

orang lain sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, S bisa bertemu

dengan N, dan tambah dengan pasien yang baru dikenal. Selanjutnya S bisa berkenalan

dengan orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana S, setuju kan?”

”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan pengalaman S. Pada jam yang sama

dan tempat yang sama ya. Sampai besok.. Assalamu’alaikum”

4. Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

a. Tujuan: setelah tindakan keperawatan keluarga mampu merawat pasien isolasi

sosial

b. Tindakan: Melatih Keluarga Merawat Pasien Isolasi sosial

Keluarga merupakan sistem pendukung utama bagi pasien untuk dapat membantu

pasien mengatasi masalah isolasi sosial ini, karena keluargalah yang selalu bersama-

sama dengan pasien sepanjang hari.

Tahapan melatih keluarga agar mampu merawat pasien isolasi sosial di rumah

meliputi:

1) Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien.

2) Menjelaskan tentang:

• Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.

• Penyebab isolasi sosial.

• Cara-cara merawat pasien dengan isolasi sosial, antara lain:

- Membina hubungan saling percaya dengan pasien dengan cara bersikap

peduli dan tidak ingkar janji.

- Memberikan semangat dan dorongan kepada pasien untuk bisa

melakukan kegiatan bersama-sama dengan orang lain yaitu dengan tidak

mencela kondisi pasien dan memberikan pujian yang wajar.

- Tidak membiarkan pasien sendiri di rumah.

- Membuat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan pasien.

3) Memperagakan cara merawat pasien dengan isolasi sosial

4) Membantu keluarga mempraktekkan cara merawat yang telah dipelajari,

mendiskusikan yang dihadapi.

5) Menyusun perencanaan pulang bersama keluarga

SP 1 Keluarga : Memberikan penyuluhan kepada keluarga tentang masalah isolasi

sosial, penyebab isolasi sosial, dan cara merawat pasien dengan

isolasi sosial

Peragakan kepada pasangan saudara komunikasi dibawah ini

Orientasi:

“Assalamu’alaikum Pak”

”Perkenalkan saya perawat H, saya yang merawat, anak bapak, S, di ruang Mawar ini”

”Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa?”

” Bagaimana perasaan Bapak hari ini? Bagaimana keadaan anak S sekarang?”

“Bagaimana kalau kita berbincang-bincang tentang masalah anak Bapak dan cara

perawatannya”

”Kita diskusi di sini saja ya? Berapa lama Bapak punya waktu? Bagaimana kalau setengah

jam?”

Kerja:

”Apa masalah yang Bp/Ibu hadapi dalam merawat S? Apa yang sudah dilakukan?”

“Masalah yang dialami oleh anak S disebut isolasi sosial. Ini adalah salah satu gejala

penyakit yang juga dialami oleh pasien-pasien gangguan jiwa yang lain”.

” Tanda-tandanya antara lain tidak mau bergaul dengan orang lain, mengurung diri,

kalaupun berbicara hanya sebentar dengan wajah menunduk”

”Biasanya masalah ini muncul karena memiliki pengalaman yang mengecewakan saat

berhubungan dengan orang lain, seperti sering ditolak, tidak dihargai atau berpisah dengan

orang–orang terdekat”

“Apabila masalah isolasi sosial ini tidak diatasi maka seseorang bisa mengalami halusinasi,

yaitu mendengar suara atau melihat bayangan yang sebetulnya tidak ada.”

“Untuk menghadapi keadaan yang demikian Bapak dan anggota keluarga lainnya harus

sabar menghadapi S. Dan untuk merawat S, keluarga perlu melakukan beberapa hal.

Pertama keluarga harus membina hubungan saling percaya dengan S yang caranya adalah

bersikap peduli dengan S dan jangan ingkar janji. Kedua, keluarga perlu memberikan

semangat dan dorongan kepada S untuk bisa melakukan kegiatan bersama-sama dengan

orang lain. Berilah pujian yang wajar dan jangan mencela kondisi pasien.”

« Selanjutnya jangan biarkan S sendiri. Buat rencana atau jadwal bercakap-cakap dengan S.

Misalnya sholat bersama, makan bersama, rekreasi bersama, melakukan kegiatan rumah

tangga bersama.”

”Nah bagaimana kalau sekarang kita latihan untuk melakukan semua cara itu”

” Begini contoh komunikasinya, Pak: S, bapak lihat sekarang kamu sudah bisa bercakap-

cakap dengan orang lain.Perbincangannya juga lumayan lama. Bapak senang sekali melihat

perkembangan kamu, Nak. Coba kamu bincang-bincang dengan saudara yang lain. Lalu

bagaimana kalau mulai sekarang kamu sholat berjamaah. Kalau di rumah sakit ini, kamu

sholat di mana? Kalau nanti di rumah, kamu sholat bersana-sama keluarga atau di mushola

kampung. Bagiamana S, kamu mau coba kan, nak ?”

”Nah coba sekarang Bapak peragakan cara komunikasi seperti yang saya contohkan”

”Bagus, Pak. Bapak telah memperagakan dengan baik sekali”

”Sampai sini ada yang ditanyakan Pak”

Terminasi:

“Baiklah waktunya sudah habis. Bagaimana perasaan Bapak setelah kita latihan tadi?”

“Coba Bapak ulangi lagi apa yang dimaksud dengan isolasi sosial dan tanda-tanda orang

yang mengalami isolasi sosial »

« Selanjutnya bisa Bapak sebutkan kembali cara-cara merawat anak bapak yang mengalami

masalah isolasi sosial »

« Bagus sekali Pak, Bapak bisa menyebutkan kembali cara-cara perawatan tersebut »

«Nanti kalau ketemu S coba Bp/Ibu lakukan. Dan tolong ceritakan kepada semua keluarga

agar mereka juga melakukan hal yang sama. »

« Bagaimana kalau kita betemu tiga hari lagi untuk latihan langsung kepada S ? »

« Kita ketemu disini saja ya Pak, pada jam yang sama »

« Assalamu’alaikum »

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan

masalah isolasi sosial langsung dihadapan pasien

Orientasi:

“Assalamu’alaikum Pak/Bu”

” Bagaimana perasaan Bpk/Ibu hari ini?”

”Bapak masih ingat latihan merawat anak Bapak seperti yang kita pelajari berberapa hari

yang lalu?”

“Mari praktekkan langsung ke S! Berapa lama waktu Bapak/Ibu Baik kita akan coba 30

menit.”

”Sekarang mari kita temui S”

Kerja:

”Assalamu’alaikum S. Bagaimana perasaan S hari ini?”

”Bpk/Ibu S datang besuk. Beri salam! Bagus. Tolong S tunjukkan jadwal kegiatannya!”

(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)

”Nah Pak, sekarang Bapak bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa hari

lalu”

(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah

dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).

”Bagaimana perasaan S setelah berbincang-bincang dengan Orang tua S?”

”Baiklah, sekarang saya dan orang tua ke ruang perawat dulu”

(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)

Terminasi:

“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi? Bapak/Ibu sudah bagus.”

« «Mulai sekarang Bapak sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada S »

« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak melakukan cara

merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak »

« Assalamu’alaikum »

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Orientasi:

“Assalamu’alaikum Pak/Bu”

”Karena besok S sudah boleh pulang, maka perlu kita bicarakan perawatan di rumah.”

”Bagaimana kalau kita membicarakan jadwal S tersebut disini saja”

”Berapa lama kita bisa bicara? Bagaimana kalau 30 menit?”

Kerja:

”Bpk/Ibu, ini jadwal S selama di rumah sakit. Coba dilihat, mungkinkah dilanjutkan di

rumah? Di rumah Bpk/Ibu yang menggantikan perawat. Lanjutkan jadwal ini di rumah, baik

jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”

”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak

Bapak selama di rumah. Misalnya kalau S terus menerus tidak mau bergaul dengan orang

lain, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal

ini terjadi segera hubungi perawat K di puskemas Indara Puri, Puskesmas terdekat dari

rumah Bapak, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx

”Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan S selama di rumah

Terminasi:

”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S untuk dibawa

pulang. Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke PKM

sebelum obat habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”

5. Evaluasi

a. Kemampuan pasien dan keluarga

b. Kemamapuan perawat

PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA

PASIEN DENGAN MASALAH ISOLASI SOSIAL

Nama pasien : .................

Ruangan : ...................

Nama perawat:...................

Petunjuk pengisian:

1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini.

2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi

No Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl

A Pasien

1 Menyebutkan penyebab isolasi sosial

2 Menyebutkan keuntungan berinteraksi

dengan orang lain

3 Menyebutkan kerugian tidak berinteraksi

dengan orang lain

4 Berkenalan dengan satu orang

5 Berkenalan dengan dua orang atau lebih

6 Memiliki jadwal kegiatan berbincang-

bincang dengan orang lain sebagai salah

satu kegiatan harian

7 Melakukan perbincangan dengan orang lain

sesuai jadwal harian

B Keluarga

1 Menyebutkan pengertian, penyebab, tanda

dan gejala isolasi sosial

2 Menyebutkan cara-cara merawat pasien

dengan isolasi sosial

3 Mendemonstrasikan cara merawat pasien

dengan isolasi sosial

4 Menyebutkan tempat rujukan yang sesuai

untuk pasien isolasi sosial

PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT

DALAM MERAWAT PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Nama pasien : .................

Ruangan : ...................

Nama perawat:...................

Petunjuk pengisian:

Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian

kinerja (No 04.01.01).

Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.

No

Kemampuan

Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl

A Pasien

SP I p

1 Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien

2 Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan

berinteraksi dengan orang lain

3 Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian tidak

berinteraksi dengan orang lain

4 Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu

orang

5 Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan

berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan

harian

Nilai SP I p

SP II p

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Memberikan kesempatan kepada pasien

mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang

3 Membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-

bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan

harian

Nilai SP II p

SP III p

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Memberikan kesempatan kepada berkenalan dengan

dua orang atau lebih

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP III p

B Keluarga

SP I k

1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga dalam

merawat pasien

2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala isolasi sosial

yang dialami pasien beserta proses terjadinya

3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi sosial

Nilai SP I k

SP II k

1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien

dengan isolasi sosial

2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung

kepada pasien isolasi sosial

Nilai SP II k

SP III

1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di rumah

termasuk minum obat (discharge planning)

2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Nilai SP III k

Total nilai : SP p + SP k

Rata-rata

F. Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Dokumentasi asuhan keperawatan dilakukan pada setiap tahap proses keperawatan yang

meliputi dokumentasi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi

tindakan keperawatan, dan evaluasi.

1. Pedoman Pengkajian Isolasi sosial

3. Hubungan Sosial

a. Orang yang berarti bagi pasien:

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok atau masyarakat:

c. Hambatan berhubungan dengan orang lain:

Masalah keperawatan: --------------------------------------------------------------

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Keliat, BA., Akemat, Helena, N., 2006. Modul Model Praktek Keperawatan Keperawatan

Jiwa. Jakarta: FIK Universitas Indonesia.

Keliat dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC

Stuart,G.W &Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).

Jakarta: EGC.

Yosep. 2009. Keperawatan Jiwa. Edisi Revisi. Jakarta : Refika Aditama.

UNIT 7

A SUHAN KEPERAWA TAN

PADA KL IEN D ENGAN H ARGA DIRI RENDAH

� 100 Menit

PENGA NTAR

Kehilangan baik pekerjaan, harta benda, bahkan nyawa. Dampak kehilangan-

kehilangan tersebut sangat mempengaruhi persepsi individu akan kemampuan dirinya,

yang berakibat dapat mengganggu harga diri seseorang.

Modul ini berisi panduan agar Saudara dapat menangani pasien dengan masalah

keperawatan harga diri rendah baik dengan menggunakan pendekatan secara

individual maupun kelompok.

TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan konsep asuhan

keperawatan pada pasien dengan harga diri rendah yang meliputi:

1. Mampu menjelaskan konsep teori harga diri rendah, meliputi :

a. Pengertian harga diri rendah

b. Penyebab terjadinya masalah harga diri rendah

c. Manifestasi klinik

d. Akibat

e. Penatalaksanaan

2. Mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan, meliputi :

1. Mengkaji data harga diri rendah

2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji

3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien

4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga

5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani masalah

harga diri rendah

6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan harga diri

rendah.

B A H A N B A C A A N

A. HARGA DIRI RENDAH

1. Pengertian

Harga diri adalah penilaian individu tentang nilai personal yang diperoleh dengan

menganalisis seberapa sesuai perilaku dengan ideal diri (Stuart & Sundeen, 2007)

Harga diri rendah adalah cenderung untuk memilih dirinya negative dan merasa lebih

rendah dari orang lain (Carpenito, 2008).

Harga diri rendah adalah menolak dirinya sebagai sesuatu yang berharga dan tidak

dapat bertanggung jawab pada kehidupannya sendiri (Keliat dan Akemat, 2010).

2. Penyebab

a. Faktor Predisposisi

1) Faktor yang memiliki harga diri meliputi pendataan orang lain, harapan orang

tua yang tidak realistis, kegagalan yang berulang kali, kurang mempunyai

tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain dan ideal diri yang

tidak realistis.

2) Faktor yang mempengaruhi penampilan peran adalah peran seks, tuntutan

peran kerja, harapan peran kultural.

3) Faktor yang mempengaruhi identitas personal, meliputi ketidak percayaan

orang tua tekanan dari kelompok sebaya, perubahan dalam stuktural sosial.

B. Faktor Presipitasi

1) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan kejadian

yang mengancam kehidupannya.

2) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharapkan

dimana individu mengalaminya sebagai frustasi

3) Transisi Peran situasi adalah terjadi dengan bertambah atau berkurangnya

anggota keluarga melalui kelahiran dan kematian

4) Transisi peran sehat sakit akibat pergeseran dari keadaan sehat ke sakit

dicetuskan oleh kehilangan bagian tubuh, perubahan ukuran bentuk,

penampilan, fungsi tubuh, perubahan fisik berhubungan dengan tumbang

normal moral dan prosedur medis keperawatan.

3. Manifestasi Klinis

Tanda dan gejala harga diri rendah yaitu :

a. Merasa dirinya lebih rendah dari orang lain

b. Mengkritik diri sendiri dan orang lain

c. Gangguan dalam berhubungan

d. Rasa diri penting yang berlebihan

e. Perasaan tidak mampu

f. Rasa bersalah

g. Pandangan hidup yang pesimif

h. Penolakan terhadap kemampuan personal

i. Menarik diri secara social

j. Khawatir dan menarik diri dari realitas

4. Akibat

Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak mampu

bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri. Isolasi sosial

menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel pada tingkah laku yang

maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan social.

5. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan klien dengan harga diri rendah meliputi:

a. Farmakologi.

b. Terapi lain seperti terapi psikomotor, terapi rekreasi, terapi tingkah laku, terapi

keluarga, terapi spiritual, terapi lingkungan, terapi aktivitas kelompok yang

tujuannya adalah memperbaiki perilaku klien dengan harga diri rendah.

c. Rehabilitasi sebagai suatu refungsionalisasi (kembali memfungsikan) dan

perkembangan klien supaya dapat melaksanakan sosialisasi secara wajar dalam

kehidupan bermasyarakat.

d. Menurut Stuart dan Sundeen (2007) penatalaksanaan pada klien dengan

gangguan konsep diri berfokus pada tingkat penilaian kognitif terhadap

kehidupan yang terdiri dari :

1) Meluaskan kesadaran diri yaitu dengan meningkatkan hubungan

keterbukaan dan saling percaya.

2) Menyelidiki dan mengeksplorasi diri (self exploration) yaitu membantu klien

untuk menerima perasaan dan pikirannya.

3) Perencanaan realita (realita planing) membantu klien bahwa hanya dia saja

yang dapat merubah bukan rang lain.

4) Tanggung jawab bertindak (comitment to action) membantu klien

melakukan tindakan yang perlu untuk merubah respon maladaptif dan

mempertahankan respon adaptif.

e. Terapi Aktivitas Kelompok (Keliat, 2005):

TAK untuk pasien harga diri rendah berbentuk TAK Stimulasi Persepsi yang

terdiri dari:

1) Sesi I: identifikasi hal positif diri

2) Sesi II: melatih positif pada diri

B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

1. Pengkajian

Berikut ini adalah tanda dan gejala harga diri rendah :

• Mengkritik diri sendiri

• Perasaan tidak mampu

• Pandangan hidup yang pesimis

• Penurunan produktifitas

• Penolakan terhadap kemampuan diri

Selain data diatas, saudara dapat juga mengamati penampilan seseorang dengan harga

diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapih,

selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk,

bicara lambat dengan nada suara lemah.

Masalah Keperawatan yang muncul dan data yang perlu dikaji

Masalah Keperawatan Data-data yang perlu dikaji

Gangguan konsep diri:

Harga diri rendah

DO:

- Kontak mata kurang

- Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain

- Tampak malas-malasan

- Produktivitas menurun

DS:

- Mengeluh hidup tidak bermakna

- Tidak memiliki kelebihan apa pun

- Merasa jelek

- Mengatakan malas

- Putus asa

- Ingin mati

Defisit Perawatan Diri

DO :

- Badan kotor

- Dandanan tidak rapi

- Makan berantakan

- BAK/BAB sembarangan

- Tidak tersedia alat kebersihan, makan, dan toileting

DS :

- Menyatakan malas mandi

- Tidak tahu cara makan yang baik

- Tidak tahu cara dandan yang baik

- Tidak tahu cara eliminasi yang baik

Risiko tinggi gangguan

sensori persepsi:

Halusinasi dengar

DO:

- Bicara sendiri

- Tertawa sendiri

- Marah tanpa sebab

- Menyendiri

- Melamun

DS:

- Mengatakan mendengar suara bisikan/ melihat bayangan

- Menyatakan kesal

- Menyatakan senang dengan suara-suara

2. Diagnosa keperawatan

a. Pohon Masalah

Isolasi Sosial

Gangguan konsep diri: harga diri rendah

Gangguan Citra Tubuh

b. Diagnosa keperawatan

Berdasarkan data diatas, yang didapat melalui observasi, wawancara atau

pemeriksaan fisik bahkan melalui sumber sekunder, maka perawat dapat

menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien sebagai berikut:

3. Tindakan Keperawatan

Langkah kita selanjutnya untuk mengatasi masalah pasien dengan harga diri rendah

adalah menetapkan beberapa tindakan keperawatan.

1. Tindakan keperawatan pada pasien :

a. Tujuan :

1) Pasien dapat mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki

2) Pasien dapat menilai kemampuan yang dapat digunakan

3) Pasien dapat menetapkan/memilih kegiatan yang sesuai kemampuan

4) Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah dipilih, sesuai kemampuan

5) Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih

a. Tindakan keperawatan :

1) Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih

dimiliki pasien.

Untuk membantu pasien dapat mengungkapkan kemampuan dan aspek positif

yang masih dimilikinya , perawat dapat :

• Mendiskusikan bahwa sejumlah kemampuan dan aspek positif yang dimiliki

pasien seperti kegiatan pasien di rumah sakit, di rumah, dalam keluarga dan

lingkungan adanya keluarga dan lingkungan terdekat pasien.

• Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan setiap kali bertemu dengan

pasien penilaian yang negatif.

Gangguan Konsep Diri: Harga diri rendah

2) Membantu pasien menilai kemampuan yang dapat digunakan.

Untuk tindakan tersebut, saudara dapat :

• Mendiskusikan dengan pasien kemampuan yang masih dapat digunakan saat

ini.

• Bantu pasien menyebutkannya dan memberi penguatan terhadap kemampuan

diri yang diungkapkan pasien.

• Perlihatkan respon yang kondusif dan menjadi pendengar yang aktif

3) Membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan dilatih

Tindakan keperawatan yang dapat dilakukan adalah :

• Mendiskusikan dengan pasien beberapa kegiatan yang dapat dilakukan dan

dipilih sebagai kegiatan yang akan pasien lakukan sehari-hari.

• Bantu pasien menetapkan kegiatan mana yang dapat pasien lakukan secara

mandiri, mana kegiatan yang memerlukan bantuan minimal dari keluarga dan

kegiatan apa saja yang perlu batuan penuh dari keluarga atau lingkungan

terdekat pasien. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat

dilakukan pasien. Susun bersama pasien dan buat daftar kegiatan sehari-hari

pasien.

4) Melatih kemampuan yang dipilih pasien

Untuk tindakan keperawatan tersebut saudara dapat melakukan:

• Mendiskusikan dengan pasien untuk melatih kemampuan yang dipilih

• Bersama pasien memperagakan kegiatan yang ditetapkan

• Berikan dukungan dan pujian pada setiap kegiatan yang dapat dilakukan pasien.

5) Membantu menyusun jadwal pelaksanaan kemampuan yang dilatih

Untuk mencapai tujuan tindakan keperawatan tersebut, saudara dapat melakukan

hal-hal berikut :

• Memberi kesempatan pada pasien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan

• Beri pujian atas kegiatan/kegiatan yang dapat dilakukan pasien setiap hari

• Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap

kegiatan

• Susun jadwal untuk melaksanakan kegiatan yang telah dilatih

• Berikan kesempatan mengungkapkan perasaanya setelah pelaksanaan kegiatan

SP 1 Pasien: Mendiskusikan kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien,

membantu pasien menilai kemampuan yang masih dapat digunakan,

membantu pasien memilih/menetapkan kemampuan yang akan

dilatih, melatih kemampuan yang sudah dipilih dan menyusun jadwal

pelaksanaan kemampuan yang telah dilatih dalam rencana harian

Orientasi :

“Assalamualaikum, bagaimana keadaan T hari ini ? T terlihat segar“.

”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan dan kegiatan yang pernah T

lakukan?Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih dapat T dilakukna di rumah

sakit. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita latih”

”Dimana kita duduk ? bagaimana kalau di ruang tamu ? Berapa lama ? Bagaimana kalau 20

menit ?

Kerja :

” T, apa saja kemampuan yang T dimiliki? Bagus, apa lagi? Saya buat daftarnya ya! Apa pula

kegiatan rumah tangga yang biasa T lakukan? Bagaimana dengan merapihkan kamar?

Menyapu ? Mencuci piring..............dst.”. “ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan

kegiatan yang T miliki “.

” T, dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat dikerjakan di rumah

sakit ? Coba kita lihat, yang pertama bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang

masih bisa dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit

ini.

”Sekarang, coba T pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah sakit ini”.” O yang

nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana kalau sekarang kita latihan

merapihkan tempat tidur T”. Mari kita lihat tempat tidur T. Coba lihat, sudah rapihkah tempat

tidurnya?”

“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal dan

selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita balik. ”Nah, sekarang

kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan

masukkan, lalu sebelah pinggir masukkan. Sekarang ambil bantal, rapihkan, dan letakkan di

sebelah atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”

” T sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan bedakah dengan

sebelum dirapikan? Bagus ”

“ Coba T lakukan dan jangan lupa memberi tanda MMM (mandiri) kalau T lakukan tanpa

disuruh, tulis B (bantuan) jika diingatkan bisa melakukan, dan T (tidak) melakukan.

Terminasi :

“Bagaimana perasaan T setelah kita bercakap-cakap dan latihan merapihkan tempat tidur ?

Yach, T ternyata banyak memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah sakit ini. Salah

satunya, merapihkan tempat tidur, yang sudah T praktekkan dengan baik sekali. Nah

kemampuan ini dapat dilakukan juga di rumah setelah pulang.”

”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. T. Mau berapa kali sehari merapihkan

tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ? Lalu sehabis istirahat, jam 16.00”

”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. T masih ingat kegiatan apa lagi yang

mampu dilakukan di rumah sakit selain merapihkan tempat tidur? Ya bagus, cuci piring.. kalu

begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8 pagi di dapur ruangan ini sehabis makan

pagi Sampai jumpa ya”

SP 2 Pasien: Melatih pasien melakukan kegiatan lain yang sesuai dengan

kemampuan pasien.

Orientasi :

“Assalammua’laikum, bagaimana perasaan T pagi ini ? Wah, tampak cerah ”

”Bagaimana T, sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ Tadi pag? Bagus (kalau

sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita akan latihan kemampuan kedua. Masih

ingat apa kegiatan itu T?”

”Ya benar, kita akan latihan mencuci piring di dapur ruangan ini”

”Waktunya sekitar 15 menit. Mari kita ke dapur!”

Kerja :

“ T, sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya, yaitu sabut/tapes

untuk membersihkan piring, sabun khusus untuk mencuci piring, dan air untuk membilas., T

bisa menggunakan air yang mengalir dari kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah

untuk membuang sisa-makanan.

“Sekarang saya perlihatkan dulu ya caranya”

“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, T ambil satu piring kotor, lalu buang dulu sisa

kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah. Kemudian T bersihkan piring tersebut

dengan menggunakan sabut/tapes yang sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai

disabuni, bilas dengan air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut.

Setelah itu T bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah tersedia di

dapur. Nah selesai…

“Sekarang coba T yang melakukan…”

“Bagus sekali, T dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang dilap tangannya

Terminasi :

”Bagaimana perasaan T setelah latihan cuci piring ?”

“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-hari

T. Mau berapa kali T mencuci piring? Bagus sekali T mencuci piring tiga kali setelah makan.”

”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat tidur dan cuci

piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan latihan mengepel”

”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”

4. Tindakan keperawatan pada keluarga

Keluarga diharapkan dapat merawat pasien dengan harga diri rendah di rumah dan menjadi

sistem pendukung yang efektif bagi pasien.

a. Tujuan :

1) Keluarga membantu pasien mengidentifikasi kemampuan yang dimiliki pasien

2) Keluarga memfasilitasi pelaksanaan kemampuan yang masih dimiliki pasien

3) Keluarga memotivasi pasien untuk melakukan kegiatan yang sudah dilatih dan

memberikan pujian atas keberhasilan pasien

4) Keluarga mampu menilai perkembangan perubahan kemampuan pasien

b. Tindakan keperawatan :

1) Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien

2) Jelaskan kepada keluarga tentang harga diri rendah yang ada pada pasien

3) Diskusi dengan keluarga kemampuan yang dimiliki pasien dan memuji

pasien atas kemampuannya

4) Jelaskan cara-cara merawat pasien dengan harga diri rendah

5) Demontrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah

6) Beri kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat pasien

dengan harga diri rendah seperti yang telah perawat demonstrasikan sebelumnya

7) Bantu keluarga menyusun rencana kegiatan pasien di rumah

SP 1 Keluarga : Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga dalam merawat pasien di

rumah, menjelaskan tentang pengertian, tanda dan gejala harga diri rendah,

menjelaskan cara merawat pasien dengan harga diri rendah,

mendemonstrasikan cara merawat pasien dengan harga diri rendah, dan

memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktekkan cara merawat

Orientasi :

“Assalammu’alaikum !”

“Bagaimana keadaan Bapak/Ibu pagi ini ?”

“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat T? Berapa lama waktu

Bp/Ibu?30 menit? Baik, mari duduk di ruangan wawancara!”

Kerja :

“Apa yang bapak/Ibu ketahui tentang masalah T”

“Ya memang benar sekali Pak/Bu, T itu memang terlihat tidak percaya diri dan sering

menyalahkan dirinya sendiri. Misalnya pada T, sering menyalahkan dirinya dan mengatakan

dirinya adalah orang paling bodoh sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki

masalah harga diri rendah yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif

terhadap diri sendiri. Bila keadaan T ini terus menerus seperti itu, T bisa mengalami masalah

yang lebih berat lagi, misalnya T jadi malu bertemu dengan orang lain dan memilih mengurung

diri”

“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”

“Bagus sekali bapak/Ibu sudah mengerti”

“Setelah kita mengerti bahwa masalah T dapat menjadi masalah serius, maka kita perlu

memberikan perawatan yang baik untuk T”

”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki T? Ya benar, dia juga mengatakan hal yang

sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan T)

” T itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci piring. Serta telah

dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu dapat mengingatkan T untuk

melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. Tolong bantu menyiapkan alat-alatnya, ya Pak/Bu.

Dan jangan lupa memberikan pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda

cek list pada jadual yang kegiatannya”.

”Selain itu, bila T sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap perlu memantau

perkembangan T. Jika masalah harga dirinya kembali muncul dan tidak tertangani lagi,

bapak/Ibu dapat membawa T ke puskesmas”

”Nah bagaimana kalau sekarang kita praktekkan cara memberikan pujian kepada T”

”Temui T dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian yang yang

mengatakan: Bagus sekali T, kamu sudah semakin terampil mencuci piring”

”Coba Bapak/Ibu praktekkan sekarang. Bagus”

Terminasi :

”Bagaimana perasaan Bapak/bu setelah percakapan kita ini?”

“Dapatkah Bapak/Ibu jelaskan kembali maasalah yang dihadapi T dan bagaimana cara

merawatnya?”

“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali Bapak/Ibu kemari

lakukan seperti itu. Nanti di rumah juga demikian.”

“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara memberi pujian

langsung kepada T”

“Jam berapa Bp/Ibu dating? Baik saya tunggu. Sampai jumpa.”

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat pasien dengan masalah harga

diri rendah langsung kepada pasien

Orientasi:

“Assalamu’alaikum Pak/Bu”

” Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini?”

”Bapak/IBu masih ingat latihan merawat anak BapakIbu seperti yang kita pelajari dua hari

yang lalu?”

“Baik, hari ini kita akan mampraktekkannya langsung kepada T.”

”Waktunya 20 menit”.

”Sekarang mari kita temui T”

Kerja:

”Assalamu’alaikum T. Bagaimana perasaan T hari ini?”

”Hari ini saya datang bersama orang tua T. Seperti yang sudah saya katakan sebelumnya,

orang tua T juga ingin merawat T agar T cepat pulih.”

(kemudian saudara berbicara kepada keluarga sebagai berikut)

”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita latihkan beberapa

hari lalu, yaitu memberikan pujian terhadap perkembangan anak Bapak/Ibu”

(Saudara mengobservasi keluarga mempraktekkan cara merawat pasien seperti yang telah

dilatihkan pada pertemuan sebelumnya).

”Bagaimana perasaan T setelah berbincang-bincang dengan Orang tua T?”

”Baiklah, sekarang saya dan orang tua T ke ruang perawat dulu”

(Saudara dan keluarga meninggalkan pasien untuk melakukan terminasi dengan keluarga)

Terminasi:

“ Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita latihan tadi?”

« «Mulai sekarang Bapak/Ibu sudah bisa melakukan cara merawat tadi kepada T »

« Tiga hari lagi kita akan bertemu untuk mendiskusikan pengalaman Bapak/Ibu melakukan

cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan tempatnya sama seperti sekarang Pak/Bu »

« Assalamu’alaikum »

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Orientasi:

“Assalamu’alaikum Pak/Bu”

”Karena hari ini T sudah boleh pulang, maka kita akan membicarakan jadwal Tselama di

rumah”

”Berapa lama Bpk/Ibu ada waktu? Mari kita bicarakan di kantor

Kerja:

”Pak/Bu ini jadwal kegiatan T selama di rumah sakit. Coba diperhatikan, apakah semua dapat

dilaksanakan di rumah?”Pak/Bu, jadwal yang telah dibuat selama T dirawat dirumah sakit

tolong dilanjutkan dirumah, baik jadwal kegiatan maupun jadwal minum obatnya”

”Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh T selama di

rumah. Misalnya kalau T terus menerus menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif

terhadap diri sendiri, menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan

orang lain. Jika hal ini terjadi segera hubungi perawat K di puskemas Indara Puri, Puskesmas

terdekat dari rumah Bapak/Ibu, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 554xxx

”Selanjutnya perawat K tersebut yang akan memantau perkembangan T selama di rumah

Terminasi:

”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian S untuk dibawa pulang.

Ini surat rujukan untuk perawat K di PKM Inderapuri. Jangan lupa kontrol ke PKM sebelum obat

habis atau ada gejala yang tampak. Silakan selesaikan administrasinya!”

5. Evaluasi

a. Kemampuan pasien dan keluarga

b. Kemampuan perawat

PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA

DENGAN MASALAH HARGA DIRI RENDAH

Nama pasien : .....................

Ruangan : ......................

Nama Perawat :......................

Petunjuk pengisisan:

1. Berilah tanda (V) jika pasien mampu melakuykan kemampuan dibawah ini

2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan supervisi

No Kemampuan Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl

A Pasien

1 Menyebutkan kemampuan dan aspek

positif yang dimiliki

2 Menilai kemampuan yang masih dapat

digunakan

3 Memilih kegiatan yang akan dilatih sesuai

dengan

4 Melatih kemampuan yang telah dipilih

5 Melaksanakan kemampuan yang telah

dilatih

6 Melakukan kegiatan sesuai jadwal

B Keluarga

1 Menjelaskan pengertian serrta tanda-

tanda orang dengan harga diri rendah

2 Menyebutkan tiga cara merawat pasien

harga diri rendah (memberikan pujian,

menyediakan fasilitas untuk pasien, dan

melatih pasien melakukan kemampuan)

3 Mampu mempraktekkan cara merawat

pasien

4 Melakukan follow up sesuai rujukan

PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN

DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Ruangan: .................................

Nama Perawat:..........................

Petunjuk pengisian:

Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian

kinerja (No 04.01.01).

Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.

No

Kemampuan

Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl

A Pasien

SP I p

1 Mengidenfikasi kemampuan dan aspek positif yang

dimiliki pasien

2 Membantu pasien menilai kemampuan pasien yang

masih dapat digunakan

3 Membantu pasien memilih kegiatan yang akan dilatih

sesuai dengan kemampuan pasien

4 Melatih pasien sesuai kemampuan yang dipilih

5 Memberikan pujian yang wajar terhadap

keberhasilan pasien

6 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP I p

SP II p

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Melatih kemampuan kedua

3 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP II p

B Keluarga

SP I k

1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga

dalam merawat pasien

2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala harga diri

rendah yang dialami pasien beserta proses terjadinya

Nilai SP I k

3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien harga diri

rendah

SP II k

1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat

pasien dengan harga diri rendah

2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung

kepada pasien harga diri rendah

Nilai SP II k

SP III k

1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di

rumah termasuk minum obat (discharge planning)

2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Nilai SP III k

Total nilai: SP p + SP k

Rata-rata

6. DOKUMENTASIKAN ASUHAN KEPERAWATAN

Pendokumentasian dilakukan dengan menggunakan format yang telah dibuat.

Berikut ini adalah contoh pendokumentasian pasien harga diri rendah :

Coba saudara dokumentasikan pengkajian dan diagnosa keperawatan pasien harga diri

rendah menggunakan format yang sudah disediakan

Berikut ini adalah lingkup pengkajian pasien harga diri rendah :

a. Keluhan utama :……………………………………..

b. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan…………………..

c. Konsep diri

- Gambaran diri

- Ideal diri

- Harga diri

- Identitas

- Peran

Jelaskan :...........................................................................

Masalah keperawatan :......................................................

d. Alam perasaan

[ ] Sedih [ ] Putus asa

[ ] Ketakutan [ ] Gembira berlebihan

Jelaskan :………………………………….

Masalah keperawatan :…………………….

e. Interaksi selama wawancara

[ ] Bermusuhan [ ] Tidak kooperatif

[ ] Mudah tersinggung [ ] Kontak mata kurang

[ ] Defensif [ ] Curiga

Jelaskan :…………………………………….

Masalah keperawatan :………………………

f. Penampilan :

Jelaskan :…………………………………..

Masalah keperawatan :……………………..

DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda Juall. 2008. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC

Keliat, BA., Akemat, Helena, N. dkk, 2006. Modul Model Praktek Keperawatan

Keperawatan Jiwa. Jakarta: FIK Universitas Indonesia.

Keliat dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC

Stuart,G.W &Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan).

Jakarta: EGC.

UNIT 5

A SUHAN KEPERAWA TAN

PADA KL IEN D ENGAN D EFIS IT PERAW ATAN D IR I

� 100 Menit

PENGA NTAR

Pada pasien gangguan jiwa yang kronis sering mengalami ketidakpedulian merawat diri

yang merupakan gejala negatif hal ini menyebabkan pasien dikucilkan dalam keluarga

maupun masyarakat.

Modul ini akan membahas cara-cara merawat pasien dengan kurang perawatan diri

(tidak peduli terhadap perawatan diri) agar pasien dan keluarga mempunyai

kemampuan merawat pasien di rumah.

TUJUAN

Setelah mempelajari modul ini mahasiswa mampu menjelaskan konsep asuhan

keperawatan pada pasien dengan defisit perawatan diri yang meliputi:

1. Mampu menjelaskan konsep teori defisit perawatan diri, meliputi :

a. Pengertian defisit perawatan diri

b. Penyebab terjadinya masalah defisit perawatan diri

c. Manifestasi klinik

d. Akibat

e. Penatalaksanaan

2. Mampu menjelaskan konsep asuhan keperawatan, meliputi :

1. Mengkaji data defisit perawatan diri

2. Menetapkan diagnosa keperawatan berdasarkan data yang dikaji

3. Melakukan tindakan keperawatan kepada pasien

4. Melakukan tindakan keperawatan kepada keluarga

5. Mengevaluasi kemampuan pasien dan keluarga dalam menangani masalah

defisit perawatan diri

6. Mendokumentasikan hasil asuhan keperawatan pasien dengan defisit

perawatan diri.

BAHA N BACAA N

A. DEFISIT PERAWATAN DIRI

a. Pengertian

Perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam memenuhi

kebutuhannya guna memepertahankan kehidupannya, kesehatan dan kesejahteraan

sesuai dengan kondisi kesehatannya, klien dinyatakan terganggu keperawatan dirinya

jika tidak dapat melakukan perawatan diri ( Depkes 2000).

Defisit perawatan diri adalah gangguan kemampuan untuk melakukan aktifitas

perawatan diri (mandi, berhias, makan, toileting) (Keliat dkk, 2006).

Deficit perawatan diri pada pasien dengan gagguan jiwa merupakan deficit peraatan diri

yang terjadi akibat adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk

melakukan aktivitas perawatan diri menurun (Keliat dan Akemat 2010).

Menurut Stuart dan Sundeen (2007), Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk

memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan

psikis.Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat

adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas

perawatan diri menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat

kebersihan diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting {Buang

Air Besar (BAB)/Buang Air Kecil(BAK)} secara mandiri.

b. Penyebab

a. Faktor prediposisi

1) Perkembangan

Keluarga terlalu melindungi dan memanjakan klien sehingga perkembangan inisiatif

terganggu.

2) Biologis

Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan perawatan diri.

3) Kemampuan realitas turun

Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang

menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termasuk perawatan diri.

4) Sosial

Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri lingkungannya. Situasi

lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan dalam perawatan diri.

b. Faktor presipitasi

Yang merupakan faktor presiptasi defisit perawatan diri adalah kurang penurunan

motivasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah yang dialami individu

sehingga menyebabkan individu kurang mampu melakukan perawatan diri.

Menurut Depkes (2000: 59) Faktor – faktor yang mempengaruhi personal hygiene

adalah:

1) Body Image

Gambaran individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi kebersihan diri misalnya

dengan adanya perubahan fisik sehingga individu tidak peduli dengan kebersihan

dirinya.

2) Praktik Sosial

Pada anak – anak selalu dimanja dalam kebersihan diri, maka kemungkinan akan

terjadi perubahan pola personal hygiene.

3) Status Sosial Ekonomi

Personal hygiene memerlukan alat dan bahan seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi,

shampo, alat mandi yang semuanya memerlukan uang untuk menyediakannya.

4) Pengetahuan

Pengetahuan personal hygiene sangat penting karena pengetahuan yang baik dapat

meningkatkan kesehatan. Misalnya pada pasien penderita diabetes mellitus ia

harus menjaga kebersihan kakinya.

5) Budaya

Di sebagian masyarakat jika individu sakit tertentu tidak boleh dimandikan.

6) Kebiasaan seseorang

Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk tertentu dalam perawatan diri

seperti penggunaan sabun, sampo dan lain- lain.

7) Kondisi fisik atau psikis

Pada keadaan tertentu / sakit kemampuan untuk merawat diri berkurang dan perlu

bantuan untuk melakukannya

c. Manifestasi Klinis

a. Fisik:

- Badan bau, pakaian kotor

- Rambut dan kulit kotor

- Kuku panjang dan kotor

- Gigi kotor disertai mulut yang bau

- Penampilan tidak rapi

b. Psikologis

- Malas, tidak ada inisiatif

- Menarik diri, isolasi diri

- Merasa tak berdaya, rendah diri, dan merasa hina

c. Sosial

- Interaksi kurang

- Kegiatan kurang

- Tidak mampu berprilaku sesuai norma

- Cara makan tidak teratur, BAB dan BAK disembarang tempat , gosok gigi dan

mandi tidak mampu mandiri

4. Akibat

Dampak yang ditimbulkan dengan keadaan defisit perawatan diri seperti pasien

dikucilkan di dalam keluarga atau masyarkat sehingga terjadi isolasi sosial dan bahkan

kehilangan kemampuan dan motivasi dalam melakukan perawatan terhadap tubuhnya.

5. Penatalaksanaan

a. Meningkatkan kesadaran dan kepercayaan diri

- Bina hubungan saling percaya

- Bicarakan tentang pentingnya kebersihan

- Kuatkan kemampuan klien merawat diri

b. Membimbing dan menolong klien merawat diri

- Bantu klien merawat diri

- Ajarkan keterampilan secara bertahap

- Buatkan jadwal kegiatan setiap hari

c. Ciptakan lingkungan yang mendukung

- Sediakan perlengkapan yang diperlukan untuk melakukan perawatan diri

- Dekatkan peralatan agar mudah dijangkau oleh klien

- Sediakan lingkungan yang aman dan nyama

d. Terapi Aktivitas Kelompok

Terapi kelompok yang dapat diberikan untuk pasien dengan masalah defisit

perawatan diri adalah: TAK stimulasi persepsi:Perawatan Diri

1) Sesi I: Manfaat Perawatan Diri

2) Sesi II: Menjaga Kebersihan Diri

3) Sesi III: Tata Cara Makan dan Minum

4) Sesi IV: Tata Cara Toileting

5) Sesi V: Tata Cara Berdandan

B. ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

1. Pengkajian

Untuk mengetahui apakah pasien mengalami masalah kurang perawatan diri maka

tanda dan gejala dapat diperoleh melalui observasi pada pasien yaitu:

• Gangguan kebersihan diri, ditandai dengan rambut kotor, gigi kotor, kulit berdaki dan

bau, kuku panjang dan kotor.

• Ketidakmampuan berhias/berdandan, ditandai dengan rambut acak-acakan, pakaian

kotor dan tidak rapi, pakaian tidak sesuai, pada pasien laki-laki tidak bercukur, pada

pasien wanita tidak berdandan.

• Ketidakmampuan makan secara mandiri, ditandai dengan ketidakmampuan

mengambil makan sendiri, makan berceceran, dan makan tidak pada tempatnya.

• Ketidakmampuan BAB/BAK secara mandiri, ditandai dengan BAB/BAK tidak pada

tempatnya, tidak membersihkan diri dengan baik setelah BAB/BAK

Masalah Keperawatan dan Data-data yang perlu dikaji

Masalah Keperawatan Data-data yang perlu dikaji

Defisit Perawatan Diri

DO :

- Badan kotor

- Dandanan tidak rapi

- Makan berantakan

- BAK/BAB sembarangan

- Tidak tersedia alat kebersihan, makan, dan toileting

DS :

- Menyatakan malas mandi

- Tidak tahu cara makan yang baik

- Tidak tahu cara dandan yang baik

- Tidak tahu cara eliminasi yang baik

Isolasi Sosial

DO:

- Menyendiri, mengurung diri

- Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain

- Tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain

- Mematung

- Mondar-mandir tanpa arah

DS:

- Mengatakan malas berinteraksi

- Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya.

- Merasa orang lain tidak selevel

- Curiga dengan orang lain

- Mendengar suara-suara/ melihat bayangan

- Merasa tak berguna

Gangguan konsep diri:

Harga diri rendah

DO:

- Kontak mata kurang

- Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain

- Tampak malas-malasan

- Produktivitas menurun

DS:

- Mengeluh hidup tidak bermakna

- Tidak memiliki kelebihan apa pun

- Merasa jelek

- Mengatakan malas

- Putus asa

- Ingin mati

2. Diagnosa Keperawatan

a. Pohon Masalah

Risiko gangguan integritas kulit

Perubahan proses pikir

Isolasi Sosial

Berdasarkan data yang didapat ditetapkan diagnosa keperawatan :

Kurang Perawatan Diri : - Kebersihan diri

- Berdandan

- Makan

- BAB/BAK

3. Tindakan keperawatan untuk pasien

a. Tujuan:

1) Pasien mampu melakukan kebersihan diri secara mandiri

2) Pasien mampu melakukan berhias/berdandan secara baik

3) Pasien mampu melakukan makan dengan baik

4) Pasien mampu melakukan BAB/BAK secara mandiri

b. Tindakan keperawatan

1) Melatih pasien cara-cara perawatan kebersihan diri

Untuk melatih pasien dalam menjaga kebersihan diri Saudara dapat melakukan

tahapan tindakan yang meliputi:

a) Menjelasan pentingnya menjaga kebersihan diri.

b) Menjelaskan alat-alat untuk menjaga kebersihan diri

c) Menjelaskan cara-cara melakukan kebersihan diri

d) Melatih pasien mempraktekkan cara menjaga kebersihan diri

2) Melatih pasien berdandan/berhias

Saudara sebagai perawat dapat melatih pasien berdandan. Untuk pasien laki-laki

tentu harus dibedakan dengan wanita.

Untuk pasien laki-laki latihan meliputi :

a) Berpakaian

b) Menyisir rambut

c) Bercukur

Defisit perawatan diri: Mandi/higiene

Untuk pasien wanita, latihannya meliputi :

a) Berpakaian

b) Menyisir rambut

c) Berhias

3) Melatih pasien makan secara mandiri

Untuk melatih makan pasien Saudara dapat melakukan tahapan sebagai berikut:

a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan

b) Menjelaskan cara makan yang tertib

c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan

d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

4) Mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri

Saudara dapat melatih pasien untuk BAB dan BAK mandiri sesuai tahapan berikut:

a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai

b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK

c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

SP1 Pasien: Mendiskusikan pentingnya kebersihan diri, cara-cara merawat

diri dan melatih pasien tentang cara-cara perawatan kebersihan diri

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI

“Selamat pagi, kenalkan saya suster R”

”Namanya siapa, senang dipanggil siapa?”

”Saya dinas pagi di ruangan ini pk. 07.00-14.00. Selama di rumah sakit ini saya yang akan

merawat T?”

“Dari tadi suster lihat T menggaruk-garuk badannya, gatal ya?”

” Bagaimana kalau kita bicara tentang kebersihan diri ? ”

” Berapa lama kita berbicara ?. 20 menit ya...?. Mau dimana...?. disini aja ya. ”

KERJA

“Berapa kali T mandi dalam sehari? Apakah T sudah mandi hari ini? Menurut T apa

kegunaannya mandi ?Apa alasan T sehingga tidak bisa merawat diri? Menurut T apa

manfaatnya kalau kita menjaga kebersihan diri? Kira-kira tanda-tanda orang yang tidak

merawat diri dengan baik seperti apa ya...?, badan gatal, mulut bau, apa lagi...? Kalau kita

tidak teratur menjaga kebersihan diri masalah apa menurut T yang bisa muncul ?” Betul ada

kudis, kutu...dsb.

“Apa yang T lakukan untuk merawat rambut dan muka? Kapan saja T menyisir rambut?

Bagaimana dengan bedakan? Apa maksud atau tujuan sisiran dan berdandan?”

(Contoh untuk pasien laki-laki)

“Berapa kali T cukuran dalam seminggu? Kapan T cukuran terakhir? Apa gunanya cukuran?

Apa alat-alat yang diperlukan?”. Iya... sebaiknya cukuran 2x perminggu, dan ada alat

cukurnya?”. Nanti bisa minta ke perawat ya.

“Berapa kali T makan sehari?

”Apa pula yang dilakukan setelah makan?” Betul, kita harus sikat gigi setelah makan.”

“Di mana biasanya T berak/kencing? Bagaimana membersihkannya?”. Iya... kita kencing dan

berak harus di WC, Nach... itu WC di ruangan ini, lalu jangan lupa membersihkan pakai air dan

sabun”.

“Menurut T kalau mandi itu kita harus bagaimana ? Sebelum mandi apa yang perlu kita

persiapkan? Benar sekali..T perlu menyiapkan pakaian ganti, handuk, sikat gigi, shampo dan

sabun serta sisir”.

”Bagaimana kalau sekarang kita ke kamar mandi, suster akan membimbing T melakukannya.

Sekarang T siram seluruh tubuh T termasuk rambut lalu ambil shampoo gosokkan pada kepala

T sampai berbusa lalu bilas sampai bersih.. bagus sekali.. Selanjutnya ambil sabun, gosokkan di

seluruh tubuh secara merata lalu siram dengan air sampai bersih, jangan lupa sikat gigi pakai

odol.. giginya disikat mulai dari arah atas ke bawah. Gosok seluruh gigi T mulai dari depan

sampai belakang. Bagus, lalu kumur-kumur sampai bersih. Terakhir siram lagi seluruh tubuh T

sampai bersih lalu keringkan dengan handuk. T bagus sekali melakukannya. Selanjutnya T

pakai baju dan sisir rambutnya dengan baik.”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan T setelah mandi dan mengganti pakaian ? Coba T

sebutkan lagi apa saja cara-cara mandi yang baik yang sudah T lakukan tadi ?”. ”Bagaimana

perasaan Tina setelah kita mendiskusikan tentang pentingnya kebersihan diri tadi ? Sekarang

coba Tina ulangi lagi tanda-tanda bersih dan rapi”

”Bagus sekali mau berapa kali T mandi dan sikat gigi...?dua kali pagi dan sore, Mari...kita

masukkan dalam jadual aktivitas harian. Nach... lakukan ya T..., dan beri tanda kalau sudah

dilakukan Spt M ( mandiri ) kalau dilakukan tanpa disuruh, B ( bantuan ) kalau diingatkan baru

dilakukan dan T ( tidak ) tidak melakukani? Baik besok lagi kita latihan berdandan. Oke?” Pagi-

pagi sehabis makan.

SP 2 Pasien : Percakapan saat melatih pasien laki-laki berdandan:

a) Berpakaian

b) Menyisir rambut

c) Bercukur

ORIENTASI

“Selamat pagi Pak Tono?

“Bagaimana perasaan bpk hari ini? Bagaimana mandinya?”sudah dilakukan? Sudah ditandai di

jadual hariannya?

“Hari ini kita akan latihan berdandan, mau dimana latihannya. Bagaimana kalau di ruang tamu

? lebih kurang setengah jam”.

KERJA

“Apa yang T lakukan setelah selesai mandi ?”apa T sudah ganti baju?

“Untuk berpakaian, pilihlah pakaian yang bersih dan kering. Berganti pakaian yang bersih

2x/hari. Sekarang coba bapak ganti baju.. Ya, bagus seperti itu”.

“Apakah T menyisir rambut ? Bagaimana cara bersisir ?”Coba kita praktekkan, lihat ke cermin,

bagus…sekali!

“Apakah T suka bercukur ?Berapa hari sekali bercukur ?” betul 2 kali perminggu

“Tampaknya kumis dan janggut bapak sudah panjang. Mari Pak dirapikan ! Ya, Bagus !”

(catatan: janggut dirapihkan bila pasien tidak memelihara janggut)

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak setelah berdandan”.

“Coba pak, sebutkan cara berdandan yang baik sekali lagi”..

“Selanjutnya bapak setiap hari setelah mandi berdandan dan pakai baju seperti tadi ya! Mari

kita masukan pada jadual kegiatan harian, pagi jam berapa, lalu sore jam berap ?

“Nanti siang kita latihan makan yang baik. Diruang makan bersama dengan pasien yang lain.

SP 3 Pasien: Percakapan melatih berdandan untuk pasien wanita

a) Berpakaian

b) Menyisir rambut

c) Berhias

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI

“Selamat pagi, bagaimana perasaaan T hari ini ?Bagaimana mandinya?”Sudah di tandai

dijadual harian ?

“Hari ini kita akan latihan berdandan supaya T tampak rapi dan cantik. Mari T kita dekat cermin

dan bawa alat-alatnya( sisir, bedak, lipstik )

KERJA

“ Sudah diganti tadi pakaianya sehabis mandi ? Bagus….! Nach…sekarang disisir rambutnya

yang rapi, bagus…! Apakah T biasa pakai bedak?” coba dibedakin mukanyaT, yang rata dan

tipis. Bagus sekali.” “ T, punya lipstik mari dioles tipis. Nach…coba lihat dikaca!

TERMINASI

“Bagaimana perasaan T belajar berdandan”

“T jadi tampak segar dan cantik, mari masukkan dalam jadualnya. Kegiatan harian, sama

jamnya dengan mandi. Nanti siang kita latihan makan yang baik di ruang makan bersama

pasien yang lain”.

SP 4 Pasien : Percakapan melatih pasien makan secara mandiri

a) Menjelaskan cara mempersiapkan makan

b) Menjelaskan cara makan yang tertib

c) Menjelaskan cara merapihkan peralatan makan setelah makan

d) Praktek makan sesuai dengan tahapan makan yang baik

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI

“Selamat siang T,”

” Wow...masih rapi dech T”.

“Siang ini kita akan latihan bagaimana cara makan yang baik. Kita latihan langsung di ruang

makan ya..!” Mari...itu sudah datang makanan.“

KERJA

“Bagaimana kebiasaan sebelum, saat, maupun setelah makan? Dimana T makan?”

“Sebelum makan kita harus cuci tangan memakai sabun. Ya, mari kita praktekkan! “Bagus!

Setelah itu kita duduk dan ambil makanan. Sebelum disantap kita berdoa dulu. Silakan T yang

pimpin!. Bagus..

“Mari kita makan.. saat makan kita harus menyuap makanan satu-satu dengan pelan-pelan. Ya,

Ayo...sayurnya dimakanya.”“Setelah makan kita bereskan piring,dan gelas yang kotor. Ya betul..

dan kita akhiri dengan cuci tangan. Ya bagus!” Itu Suster Ani sedang bagi obat, coba...T minta

sendiri obatnya.”

TERMINASI

“Bagaimana perasaan T setelah kita makan bersama-sama”.

”Apa saja yang harus kita lakukan pada saat makan, ( cuci tangan, duduk yang baik, ambil

makanan, berdoa, makan yang baik, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan.)”

” Nach... coba T lakukan seperti tadi setiap makan, mau kita masukkan dalam jadual?.Besok kita

ketemu lagi untuk latihan BAB / BAK yang baik, bagaiman kalau jam 10.00 disini saja ya...!”

SP 5 Pasien : Percakapan mengajarkan pasien melakukan BAB/BAK secara mandiri

a) Menjelaskan tempat BAB/BAK yang sesuai

b) Menjelaskan cara membersihkan diri setelah BAB dan BAK

c) Menjelaskan cara membersihkan tempat BAB dan BAK

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

Orientasi

“Selamat pagi T ? Bagaimana perasaan T hari ini ?” Baik..! sudah dijalankan jadual

kegiatannya..?”

“Kita akan membicarakan tentang cara berak dan kencing yang baik?

“ Kira-kira 20 menit ya...T. dan dimana kita duduk? Baik disana dech...!

Kerja

Untuk pasien pria:

“Dimana biasanya Tono berak dan kencing?” “Benar Tono, berak atau kencing yang baik itu di

WC/kakus, kamar mandi atau tempat lain yang tertutup dan ada saluran pembuangan

kotorannya. Jadi kita tidak berak/kencing di sembarang tempat ya.....”

“Sekarang, coba Tono jelaskan kepada saya bagaimana cara Tono cebok?”

“Sudah bagus ya Tono, yang perlu diingat saat Tono cebok adalah Tono membersihkan anus

atau kemaluan dengan air yang bersih dan pastikan tidak ada tinja/air kencing yang masih

tersisa di tubuh Tono”. “Setelah Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di

kakus/WC dibersihkan. Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai

tinja/air kencing itu tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan tinja/air kencing seperti

ini, berarti Tono ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/

air kencing”

“Setelah selesai membersihan tinja/air kencing, Tono perlu merapihkan kembali pakaian

sebelum keluar dari WC/kakus/kamar mandi. Pastikan resleting celana telah tertutup rapi , lalu

cuci tangan dengan menggunakan sabun.”

Untuk pasien wanita:

“Cara cebok yang bersih setelah T berak yaitu dengan menyiramkan air dari arah depan ke

belakang. Jangan terbalik ya, …… Cara seperti ini berguna untuk mencegah masuknya

kotoran/tinja yang ada di anus ke bagian kemaluan kita”

“Setelah Tono selesai cebok, jangan lupa tinja/air kencing yang ada di kakus/WC dibersihkan.

Caranya siram tinja/air kencing tersebut dengan air secukupnya sampai tinja/air kencing itu

tidak tersisa di kakus/ WC. Jika Tono membersihkan tinja/air kencing seperti ini, berarti Tono

ikut mencegah menyebarnya kuman yang berbahaya yang ada pada kotoran/ air kencing”

“Jangan lupa merapikan kembali pakaian sebelum keluar dari WC/kakus, lalu cuci tangan

dengan menggunakan sabun.”

Terminasi

“Bagaimana perasaan T setelah kita membicarakan tentang cara berak/kencing yang baik?”

“Coba T jelaskan ulang tentang cara BAB?BAK yang baik.” Bagus...!

“Untuk selanjutnya T bisa melakukan cara-cara yang telah dijelaskan tadi ”.

“ Nach...besok kita ketemu lagi, untuk melihat sudah sejauhmana T bisa melakukan jadual

kegiatannya.”

4. Tindakan keperawatan pada keluarga

a. Tujuan

1) Keluarga mampu merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kurang

perawatan diri.

b. Tindakan keperawatan

Untuk memantau kemampuan pasien dalam melakukan cara perawatan diri yang baik

maka Saudara harus melakukan tindakan kepada keluarga agar keluarga dapat

meneruskan melatih pasien dan mendukung agar kemampuan pasien dalam perawatan

dirinya meningkat. Tindakan yang dapat Saudara lakukan:

1) Diskusikan dengan keluarga tentang masalah yang dihadapi keluarga dalam

merawat pasien

2) Jelaskan pentingnya perawatan diri untuk mengurangi stigma

3) Diskusikan dengan keluarga tentang fasilitas kebersihan diri yang

dibutuhkan oleh pasien untuk menjaga perawatan diri pasien.

4) Anjurkan keluarga untuk terlibat dalam merawat diri pasien dan membantu mengingatkan

pasien dalam merawat diri (sesuai jadual yang telah disepakati).

5) Anjurkan keluarga untuk memberikan pujian atas keberhasilan

pasien dalam merawat diri.

6) Latih keluarga cara merawat pasien dengan defisit perawatan diri

SP1 Keluarga: Memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang masalah

perawatan diri dan cara merawat anggota keluarga yang mengalami

masalah kurang perawatan diri

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI

“Selamat pagi Pak / Bu, saya D, perawat yang merawat T”

“Apa pendapat Bapak tentang anak Bapak, T?”

“Hari ini kita akan berdiskusi tentang apa masalah yang dialami T dan bantuan apa yang dapat

diberikan.”

“Berapa lama waktu Bapak/ Ibu yang tersedia?, bagaimana kalau 20 menit?, mari kita duduk di

kantor perawat!”

KERJA

“Apa saja masalah yang Bapak/ Ibu rasakan dalam merawat T ?” Perawatan diri yang utama

adalah kebersihan diri, berdandan, makan dan BAB/BAK.

“Perilaku yang ditunjukkan oleh T itu dikarenakan gangguan jiwanya yang membuat pasien

tidak mempunyai minat untuk mengurus diri sendiri. Baik...akan saya jelaskan ; untuk

kebersihan diri, kami telah melatih T untuk mandi, keramas, gosok gigi, cukuran, ganti baju, dan

potong kuku. Kami harapkan Bapak/Ibu dapat menyediakan alat-alatnya. T juga telah

mempunyai jadual pelaksanaanya untuk berdandan, karena anak Bapak/ Ibu perempuan, kami

harapkan dimotivasi sehabis mandi untuk sisiran yang rapi, pakai bedak,dan lipstik. Untuk

makan, sebaiknya makan bersama keluarga dirumah, T telah mengetahui lanhkah-langkahnya :

Cuci tangan, ambil makanan, berdoa, makan yang rapih, cuci piring dan gelas, lalu cuci tangan.

Sebaiknya makan pas jam makan obat, agar sehabis makan langsung makan obat. Dan untuk

BAB?BAK, dirumah ada WC Bapak/Ibu ?Iya..., T juga sudah belajar BAB/BAK yang bersih. Kalau T

kurang motivasi dalam merawat diri apa yang bapak lakukan?

Bapak juga perlu mendampinginya pada saat merawat diri sehingga dapat diketahui apakah T

sudah bisa mandiri atau mengalami hambatan dalam melakukannya.”

”Ada yang Bapak/Ibu tanyakan?”

TERMINASI

Bagaimana perasaan Pak J setelah kita bercakap-cakap?”

“Coba Pak J sebutkan lagi apa saja yang harus diperhatikan dalam membantu anak Bapak, T

dalam merawat diri.”

” Baik nanti kalau Bapak/Ibu besuk bisa ditanyakan pada T.”

“Dan dirumah nanti, cobalah Bapak/Ibu mendampingi dan membantu T saat membersihkan

diri.”

“Dua hari lagi kita akan ketemu dan Bapak/Ibu akan saya dampingi untuk memotivasi T dalam

merawat diri.”

SP 2 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini:

ORIENTASI

“Assalamualaikum Bapak/Ibu sesuai janji kita dua hari yang lalu kita sekarang ketemu lagi”

“Bagaimana Bapak/Ibu, ada pertanyaan tentang cara merawat yang kita bicarakan dua hari

yang lalu?”

“Sekarang kita akan latihan cara-cara merawat tersebut ya pak?”

“Kita akan coba disini dulu, setelah itu baru kita coba langsung keT ya?”

“Berapa lama ada waktu Bapak/Ibu?”

KERJA

“Sekarang anggap saya adalah T, coba bapak praktekkan cara memotivasi T untuk mandi,

berdandan, buang air, dan makan”

“Bagus, betul begitu caranya”

“Sekarang coba praktekkan cara memberikan pujian kepada T”

“Bagus, bagaimana kalau cara memotivasi T minum obat dan melakukan kegiatan positifnya

sesuai jadual?”

SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga

Peragakan kepada pasangan anda komunikasi dibawah ini

ORIENTASI

“Assalamualaikum Bapak/Ibu hari ini T sudah boleh pulang, untuk itu perlu dibicarakan jadual T

selama dirumah”

“Bagaimana pak, bu, selama bapak dan ibu membesuk apakah sudah terus dilatih cara merawat

T?”

“Nah sekarang mari kita bicarakan jadual di rumah tersebut disini saja?”

“Berapa lama bapak dan ibu punya waktu.?”

KERJA

“Pak,Bu...,ini jadual kegiatan T dirumah sakit, coba perhatikan apakah dapat dilaksanakan

dirumah.?

“ Pak / Bu..jadual yang telah dibuat selama T di rumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik

jadual aktivitas maupun jadual minum obatnya”

“Hal-hal yang perlu diperhatikan lebih lanjut adalah perilaku yang ditampilkan oleh anak ibu dan

bapak selama di rumah. Kalau misalnya T menolak terus menerus untuk makan, minum, dan

mandi serta menolak minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain,

maka segera hubungi Suster S di Puskesmas Ingin Jaya, puskesmas terdekat dari rumah ibu dan

bapak, ini nomor telepon puskesmasnya: (0651) 446xxx.

Selanjutnya suster S yang akan membantu memantau perkembangan T selama di rumah”

TERMINASI

“ Bagaimana Pak, Bu...ada yang belun jelas ?. Ini jadual harian T untuk dibawa pulang.” Dan ini

surat rujukan untuk perawat K di puskesmas Indrapuri.”

“ Jangan lupa kontrol ke Puskesmas sebelum obat habis, atau ada gejala-gejala yang tampak.” “

Silahkan selesaikan administrasinya.”

5. Evaluasi

a. Kemampuan pasien dan keluarga

b. Kemampuan perawat

“Bagus sekali, ternyata bapak dan ibu sudah mengerti cara merawat T”

“Bagaimana kalau sekarang kita mencobanya langsung kepada T?”

(Ulangi lagi semua cara diatas langsung kepada pasien)

TERMINASI

“Bagaimana perasaan bapak dan ibu setelah kita berlatih cara merawat T ?”

“Setelah ini coba bapak dan ibu lakukan apa yang sudah dilatih tadi setiap kali bapak dan ibu

membesuk T”

“Baiklah bagaimana kalau dua hari lagi bapak dan ibu datang kembali kesini dan kita akan

mencoba lagi cara merawat T sampai bapak dan ibu lancar melakukannya”

“Jam berapa bapak dan ibu bisa kemari?”

“Baik saya tunggu, kita ketemu lagi di tempat ini ya pak, bu”

PENILAIAN KEMAMPUAN PASIEN DAN KELUARGA

DENGAN MASALAH KURANG PERAWATAN DIRI

Nama pasien : .................

Nama ruangan : ...................

Nama perawat : ...................

Petunjuk pengisian:

1. Berilah tanda (V) jika pasien dan keluarga mampu melakukan kemampuan di bawah ini.

2. Tuliskan tanggal setiap dilakukan penilaian

No

Kemampuan

Tgl Tgl Tgl Tgl

A Pasien

1 Menyebutkan pentingnya kebersihan diri

2 Menyebutkan cara membersihkan diri

3 Mempraktekkan cara membersihkan diri

dan memasukkan dalam jadual

4 Menyebutkan cara makan yang baik

5 Mempraktekkan cara makan yang baik dan

memasukkan dalam jadual

6 Menyebutkan cara BAB/BAK yang baik

7 Mempraktekkan cara BAB/BAK yang baik

dan memasukkan dalam jadual

8 Menyebutkan cara berdandan

9 Mempraktekkan cara berdandan dan

memasukkan dalam jadual

B Keluarga

1 Menyebutkan pengertian perawatan diri

dan proses terjadinya masalah kurang

perawatan diri

2 Menyebutkan cara merawat pasien dengan

kurang perawatan diri

3 Mempraktekkan cara merawat pasien

dengan kurang perawatan diri

4 Membuat jadual aktivitas dan minum obat

klien di rumah (discharge planning)

PENILAIAN KEMAMPUAN PERAWAT DALAM MERAWAT PASIEN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Nama pasien : .................

Nama ruangan : ...................

Nama perawat : ...................

Petunjuk pengisian:

Penilaian tindakan keperawatan untuk setiap SP dengan menggunakan instrumen penilaian

kinerja (No 04.01.01).

Nilai tiap penilaian kinerja masukkan ke tabel pada baris nilai SP.

No

Kemampuan

Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl Tgl

A Pasien

SP I p

1 Menjelaskan pentingnya kebersihan diri

2 Menjelaskan cara menjaga kebersihan diri

3 Membantu pasien mempraktekkan cara menjaga

kebersihan diri

4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP I p

SP IIp

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Menjelaskan cara makan yang baik

3 Membantu pasien mempraktekkan cara makan yang

baik

4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP IIp

SP III p

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Menjelaskan cara eliminasi yang baik

3 Membantu pasien mempraktekkan cara eliminasi

yang baik dan memasukkan dalam jadual

4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP III p

SP IV p

1 Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien

2 Menjelaskan cara berdandan

3 Membantu pasien mempraktekkan cara berdandan

4 Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal

kegiatan harian

Nilai SP IV p

B Keluarga

SP I k

1 Mendiskusikan masalah yang dirasakan keluarga

dalam merawat pasien

2 Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala defisit

perawatan diri, dan jenis defisit perawatan diri yang

dialami pasien beserta proses terjadinya

3 Menjelaskan cara-cara merawat pasien defisit

perawatan diri

Nilai SP I k

SP II k

1 Melatih keluarga mempraktekkan cara merawat

pasien dengan defisit perawatan diri

2 Melatih keluarga melakukan cara merawat langsung

kepada pasien defisit perawatan diri

Nilai SP II k

SP III k

1 Membantu keluarga membuat jadual aktivitas di

rumah termasuk minum obat (discharge planning)

2 Menjelaskan follow up pasien setelah pulang

Nilai SP IIIk

Total nilai: SPp + SP k

Rata-rata

6. Dokumentasi Asuhan Keperawatan

Panduan pengkajian pada pasien yang mengalami masalah kurang perawatan diri.

VI. Status Mental

1. Penampilan

Tidak rapi

Penggunaan pakaian tidak sesuai

Cara berpakaian tidak seperti biasanya

Jelaskan …………………………………………………………………………..

Masalah Keperawatan:…………………………………………………………….

VII. Kebutuhan Sehari-hari

1. Makan

Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB/BAK

Bantuan minimal Bantuan total

3. BAB/BAK

Bantuan minimal Bantuan total

4. Berpakaian/berhias

Bantuan minimal Bantuan total

Jelaskan …..………………………………………………………………….

Masalah Keperawatan:…………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA

Depkes. 2000. Standar Pedoman Perawatan jiwa. Jakarta: Departemen Kesehatan RI

Keliat, BA., Akemat, Helena, N. dkk, 2006. Modul Model Praktek Keperawatan Keperawatan

Jiwa. Jakarta: FIK Universitas Indonesia.

Keliat dan Akemat. 2010. Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta : EGC.

Keliat, Budi Anna. 2005. Keperawatan Jiwa: Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC

Stuart,G.W &Sundeen, S.J. 2007. Buku Saku Keperawatan Jiwa (Terjemahan). Jakarta: EGC.