tugas ujian kepaniteraan klinik ilmu kesehatan jiwa-rsud bunut

19
TUGAS UJIAN KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA RSUD SYAMSUDIN,SH KOTA SUKABUMI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA PERIODE 15 MARET – 17 APRIL 2015 NAMA : Fariz Hilman NIM : 2010730037 PENGUJI : dr. H.M. Hermansyah Sp.KJ A. AGRESIVITAS Agresivitas merupakan sebuah istilah yang secara umum banyak digunakan oleh orang awam untuk mendefinisikan suatu tindakan yang bersifat negatif, keras, kasar dan merusak, tanpa mau melihat sisi lain dari agresi. Untuk lebih memperjelas pengertian dari agresivitas ini berikut akan disampaikan beberapa pengertian yang relevan dengan penelitian ini. 1. Pengertian Agresi Secara umum, agresi merupakan segala bentuk perilaku yang bertujuan untuk menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis (Berkowitz, 1993). Senada dengan pandangan diatas, Brigham (1991) mengatakan bahwa agresivitas adalah tingkah laku yang bertujuan untuk

Upload: farizhilman

Post on 21-Dec-2015

214 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

psikiatri

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa-rsud Bunut

TUGAS UJIAN KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN JIWA

RSUD SYAMSUDIN,SH KOTA SUKABUMI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA

PERIODE 15 MARET – 17 APRIL 2015

NAMA : Fariz Hilman

NIM : 2010730037

PENGUJI : dr. H.M. Hermansyah Sp.KJ

A. AGRESIVITAS

Agresivitas merupakan sebuah istilah yang secara umum banyak digunakan oleh orang

awam untuk mendefinisikan suatu tindakan yang bersifat negatif, keras, kasar dan merusak,

tanpa mau melihat sisi lain dari agresi. Untuk lebih memperjelas pengertian dari

agresivitas ini berikut akan disampaikan beberapa pengertian yang relevan dengan

penelitian ini.

1. Pengertian Agresi

Secara umum, agresi merupakan segala bentuk perilaku yang bertujuan untuk

menyakiti orang lain baik secara fisik maupun psikis (Berkowitz, 1993). Senada dengan

pandangan diatas, Brigham (1991) mengatakan bahwa agresivitas adalah tingkah laku

yang bertujuan untuk menyakiti orang yang tidak ingin disakiti, baik secara fisik

maupun psikologis.

Hal senada juga disampaikan oleh Baron dan Byrne (1994) bahwa perilaku agresif

adalah perilaku individu yang bertujuan untuk melukai atau mencelakakan individu lain

yang tidak menginginkan datangnya tingkah laku tersebut.

Lebih lanjut Baron dan Byrne (dalam Koeswara, 1988) merumuskan empat faktor yang

mendukung definisi di atas yaitu :

1. Individu yang menjadi pelaku dan individu yang menjadi korban.

2. Tingkah laku individu pelaku.

Page 2: Tugas Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa-rsud Bunut

3. Tujuan untuk melukai atau mencelakakan (termasuk membunuh atau mematikan).

4. Ketidakinginan korban untuk menerima perilaku pelaku.

Sears dan kawan-kawan (1994) mengemukakan bahwa agresi adalah suatu tindakan

yang melukai orang lain dan memang dimaksudkan untuk itu.

Berbeda dengan beberapa pengertian di atas Moore dan Fine (dalam Koeswara, 1988)

menjelaskan agresi sebagai tingkah laku kekerasan secara fisik ataupun secara verbal

terhadap individu lain atau terhadap objek-objek. Serupa dengan pengertian di atas,

Herbert (dalam Praditya, 1999) mengatakan bahwa agresi adalah bentuk tingkah laku

yang tidak dapat diterima secara sosial, yang mungkin menyebabkan luka fisik atau

psikis kepada orang lain, atau merusak benda-benda. Dari dua pendapat ini terlihat

bahwa perilaku agresi tidak hanya dilakukan terhadap makhluk hidup, tetapi juga

terhadap benda-benda atau objek lainnya seperti benda mati.

Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa

agresivitas adalah tingkah laku manusia yang dilakukan dengan tujuan untuk menyakiti

manusia lain ataupun terhadap objek benda, baik itu secara fisik maupun secara non fisik.

2. Macam-Macam Agresi

Terdapat banyak teori yang dikemukakan mengenai macan agresivitas

antara lain oleh Brigham, Sears dan kawan-kawan, Berkowitz, Moyer serta Buss

dan Perry.

Buss dan Perry (1992) mengatakan bahwa ada empat macam agresi, yaitu:

a) Agresi fisik adalah agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain secara fisik.

Hal ini termasuk memukul, menendang, menusuk, membakar, dan sebagainya.

b) Agresi verbal adalah agresi yang dilakukan untuk melukai orang lain secara

verbal. Bila seorang mengumpat, membentak, berdebat, mengejek, dan sebagainya,

orang itu dapat dikatakan sedang melakukan agresi verbal.

c) Kemarahan hanya berupa perasaan dan tidak mempunyai tujuan apapun. Contoh

seseorang dapat dikatakan marah apabila apabila dia sedang merasa frustrasi atau

tersinggung

Page 3: Tugas Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa-rsud Bunut

d) Kebencian adalah sikap yang negatif terhadap orang lain karena penilaian sendiri

yang negatif. Contohnya adalah seseorang curiga kepada orang lain karena orang

lain tersebut baik dan lain sebagainya.

Adapun pembagian agresi menurut Buss dan Perry (1992) dipaparkan

lebih jelas pada tabel 1.

Pembagian Agresi menurut Buss dan Perry (1992)

Langsung Tidak Langsung

Aktif Pasif Aktif Pasif

Fisik Menusuk

Memukul

Menembak

Demonstrasi

diam

Mogok

Memasang

Ranjau

Menyewa

pembunuh

Santet

Menolak

melakukan

tugas

Masa bodoh

Verbal Menghina

Memaki

Menolak

berbicara

Menyebar

fitnah

Mengadu

domba

Tidak

memberi

dukungan

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Agresivitas

Baron dan Byrne (1994) mengelompokkan agresi menjadi tiga pendekatan dalam

menerangkan penyebab dasar perilaku agresi, yaitu :

a. Faktor Biologis

Menurut pendekatan ini agresi pada manusia seperti telah diprogramkan untuk

kekerasan dari pembawaan biologis secara alami. Berdasarkan instinct theory seseorang

menjadi agresif karena hal itu merupakan bagian alami dari reaksi mereka.

b. Faktor Eksternal

Page 4: Tugas Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa-rsud Bunut

Hal lain yang dipandang penting dalam pembentukan perilaku agresi adalah faktor

eksternal. Menurut Dollard (dalam Praditya, 1999), frustrasi, yang diakibatkan dari

percobaan-percobaan yang tidak berhasil untuk memuaskan kebutuhan, akan

mengakibatkan perilaku agresif. Frustrasi akan teijadi jika keinginan atau tujuan tertentu

dihalangi.

c. Faktor belajar

Pendekatan belajar adalah pendekatan lain yang lebih kompleks dalam menerangkan

agresi. Ahli-ahli dalam aliran ini meyakini bahwa agresi merupakan tingkah laku yang

dipelajari dan melibatkan faktor-faktor eksternal (stimulus) sebagai determinan

membentuk agresi tersebut. Pendekatan ini dikembangkan lagi oleh ahli-ahli lain yang

percaya bahwa proses belajar berlangsung dalam lingkup yang lebih luas di samping

melibatkan faktor-faktor eksternal dan internal (Koeswara, 1988).

B. PENYALAHGUNAAN ZAT I. AMFETAMIN

Amfetamin adalah kelompok obat psikoaktif sintetis yang disebut sistem saraf pusat

(SSP) stimulants.stimulan. Amfetamin merupakan  satu jenis narkoba yang dibuat secara

sintetis dan kini terkenal di wilayah Asia Tenggara. Amfetamin dapat berupa bubuk putih,

kuning, maupun coklat, atau bubuk putih kristal kecil.

Senyawa ini memiliki nama kimia α–methylphenethylamine merupakan suatu senyawa

yang telah digunakan secara terapetik untuk mengatasi obesitas, attention-deficit

hyperactivity disorder (ADHD), dan narkolepsi. Amfetamin meningkatkan pelepasan

katekolamin yang mengakibatkan jumlah neurotransmiter golongan monoamine (dopamin,

norepinefrin, dan serotonin) dari saraf pra-sinapsis meningkat. Amfetamin memiliki banyak

efek stimulan diantaranya meningkatkan aktivitas dan gairah hidup, menurunkan rasa lelah,

meningkatkan mood, meningkatkan konsentrasi, menekan nafsu makan, dan menurunkan

keinginan untuk tidur.  Akan tetapi, dalam keadaan overdosis, efek-efek tersebut menjadi

berlebihan.

Secara klinis, efek amfetamin sangat  mirip dengan kokain, tetapi amfetamin memiliki

waktu paruh lebih panjang dibandingkan dengan kokain (waktu paruh amfetamin 10 – 15

Page 5: Tugas Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa-rsud Bunut

jam) dan durasi yang memberikan efek  euforianya 4 – 8 kali lebih lama dibandingkan

kokain. Hal ini disebabkan oleh stimulator-stimulator tersebut mengaktivasi “reserve

powers” yang ada di dalam tubuh manusia dan ketika efek yang ditimbulkan oleh amfetamin

melemah, tubuh memberikan “signal” bahwa tubuh membutuhkan senyawa-senyawa itu

lagi.  Berdasarkan ICD-10 (The International Statistical Classification of Diseases and

Related Health Problems), kelainan mental dan tingkah laku yang disebabkan oleh

amfetamin diklasifikasikan ke dalam golongan F15 (Amfetamin yang menyebabkan

ketergantungan psikologis).

Cara yang paling umum dalam menggunakan amfetamin adalah dihirup melalui

tabung.Zat tersebut mempunyai mempunyai beberapa nama lain: ATS, SS, ubas, ice, Shabu,

Speed, Glass, Quartz, Hirropon dan lain sebagainya. Amfetamin terdiri dari dua senyawa

yang berbeda: dextroamphetamine murni and pure levoamphetamine.dan levoamphetamine

murni.Since dextroamphetamine is more potent than levoamphetamine, pure Karena

dextroamphetamine lebih kuat daripada levoamphetamine, dextroamphetamine juga lebih

kuat daripada campuran amfetamin.

Amfetamin dapat membuat seseorang merasa energik. Efek amfetamin termasuk rasa

kesejahteraan, dan membuat seseorang merasa lebih percaya diri. Perasaan ini bisa bertahan

sampai 12 jam, dan beberapa orang terus menggunakan untuk menghindari turun dari obat

Obat-obat yang termasuk ke dalam golongan amfetamin adalah:

1. Amfetamin2. Metamfetamin3. Metilendioksimetamfetamin (MDMA, ecstasy atau Adam).

Pengaruh Amfetamin

(1.)Efek Jangka Pendek dari Amfetamin

Berikut ini adalah beberapa efek dari mengkonsumsi Amfetamin, yaitu :

Meningkatkan suhu tubuh

Kerusakan sistem kardiovaskular

Paranoia

Menurunkan nafsu makan

Euforia

Mulut kering

Page 6: Tugas Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa-rsud Bunut

Meningkatkan denyut jantung

Meningkatkan tekanan darah

Menjadi hiperaktif

Mengurangi rasa kantuk

Tremor

Dilatasi pupil

Mual

Sakit kepala

Perubahan perilaku seksual

(2.)Efek Jangka Panjang dari Amfetamin

Selama jangka panjang, seseorang yang menggunakan amfetamin secara teratur akan

menemukan tanda-tanda efek samping jangka panjang yang biasanya terdiri dari :

Pandangan kabur

Pusing

Peningkatan detak jantung

Sakit kepala

Tekanan darah tinggi

Kurang nafsu makan

Nafas cepat

Gelisah

Pada  penggunaan zat terus menerus akhirnya akan menimbulkan gangguan gizi dan

gangguan tidur. Pengguna akan lebih rentan untuk sakit apapun karena kondisi kesehatan

yang secara keseluruhannya buruk.

II. GOLONGAN OPIOID

Opioid berasal dari kata Opium. Jus dari bunga opium, Papaver somniverum, yang

mengandung kira-kira 20 alkaloid opium, termasuk morfin. Nama opioid juga digunakan

untuk opiat, yaitu suatu preparat atau derivat dari opium dan narkotika sintetik yang kerjanya

menyerupai opiat tetapi tidak didapatkan dari opium.Opiat alami lain atau opiat yang

disintesis dari opiat alami adalah heroin, kodein, dan hydromorphone.

Page 7: Tugas Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa-rsud Bunut

Sejumlah besar narkotik sintetik (opioid) telah dibuat, termasuk meperidine (Demerol),

methadone (Dolphine), pentazocine (Talwin), dan propocyphene (Darvon). Saat ini

Methadone banyak digunakan orang dalam pengobatan ketergantungan opioid. Antagonis

opioid telah dibuat untuk mengobati overdosis opioid dan ketergantungan opioid. Kelas obat

tersebut adalah nalaxone (Narcan), naltrxone (Trexan), nalorphine, levalorphane dan

apomorphine. Sejumlah senyawa dengan aktivitas campuran agonis dan antagonis telah

disintesis dan senyawa tersebut adalah pentazocine, butorphanol (Stadol), dan buprenorphine

(Buprenex). Beberapa penelitian telah menemukan bahwa buprenorphine adalah suatu

pengobatan yang efektif untuk ketergantungan opioid. Beberapa jenis opioid antara lain

metadon, demerol, codein, candu, heroin, dan morphin.

Efek yang ditimbulkan antara lain :

1. Mengalami pelambatan dan kekacauan pada saat berbicara.

2. Kerusakan penglihatan pada malam hari.

3. Kerusakan pada liver dan ginjal.

4. Peningkatan resiko terkena virus HIV dan hepatitis dan penyakit infeksi lainnya

melalui jarum suntik.

5. Penurunan hasrat dalam hubungan sex.

6. Kebingungan dalam identitas seksual.

7. Kematian karena overdosis.

Gejala Intoksikasi

Konstraksi pupil (atau dilatasi pupil karena anoksia akibat overdosis berat) dan satu (atau

lebih) tanda berikut, yang berkembang selama , atau segera setelah pemakaian opioid,

yaitu :

1. Mengantuk atau koma

2. Berbicara cadel

3. Gangguan atensi atau daya ingat

4. Perilaku maladaptif atau perubahan psikologis yang bermakna secara klinis

(misalnya euforia awal diikuti oleh apatis, disforia, agitasi atau retardasi psikomotor,

gangguan pertimbangaan, atau gangguan fungsi sosial atau pekerjaan) yang

berkembang selama, atau segera setelah pemakaian opioid.

Page 8: Tugas Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa-rsud Bunut

Gejala Putus Zat

Gejala putus obat dimulai dalam enam sampai delapan jam setelah dosis terakhir,

biasanya setelah suatu periode satu sampai dua minggu pemakaian kontinu atau

pemberian antagonis narkotik. Sindroma putus obat mencapai puncak intensitasnya

selama hari kedua atau ketiga dan menghilang selama 7 sampai 10 hari setelahnya. Tetapi

beberapa gejala mungkin menetap selama enam bulan atau lebih lama. Gejala putus obat

dari ketergantungan opioid adalah :

1. kram otot parah dan nyeri tulang

2. diare berat

3. kram perut

4. rinorea

5. lakrimasi

6. piloereksi

7. menguap

8. demam

9. dilatasi pupil

10. hipertensi

11. takikardi

12. disregulasi temperatur

Seseorang dengan ketergantungan opioid jarang meninggal akibat putus opioid,

kecuali orang tersebut memiliki penyakit fisik dasar yang parah, seperti penyakit jantung.

Gejala residual seperti insomnia, bradikardia, disregulasi temperatur, dan kecanduan

opiat mungkin menetap selama sebulan setelah putus zat. Pada tiap waktu selama

sindroma abstinensi, suatu suntikan tunggal morfin atau heroin menghilangkan semua

gejala. Gejala penyerta putus opioid adalah kegelisahan, iritabilitas, depresi, tremor,

kelemahan, mual, dan muntah.

III. KANABIS

Efek yang ditimbulkan

Page 9: Tugas Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa-rsud Bunut

Efek euforia telah dikenali. Efek medis yang potensial adalah sebagai analgesik,

antikonvulsan dan hipnotik. Belakangan ini juga telah berhasil digunakan untuk

mengobati mual sekunder yang disebabkan terapi kanker dan untuk menstimulasi nafsu

makan pada pasien dengan sindroma imunodefisiensi sindrom (AIDS). Kanabis juga

digunakan untuk pengobatan glaukoma dan mempunyai efek aditif dengan efek alkohol,

yang seringkali digunakan secara kombinasi.

Gejala Intoksikasi

1. Meninggikan kepekaan pemakai terhadap stimuli eksternal

2. Membuat warna-warna tampak lebih terang

3. Perlambatan waktu secara subjektif. Pada dosis tinggi pemakai mungkin juga

merasakan depersonalisasi dan derealisasi.

4. Keterampilan motorik terganggu. Gangguan pada keterampilan motorik tetap ada

setelah efek euforia dan persepsi subyektif menghilang. Selama 8 sampai 12 jam

setelah menggunakan kanabis, pemakai mengalami suatu gangguan keterampilan

motorik yang mengganggu kemampuan mengendarai mobil, motor, mesin berat.

5. Delirium yang disebabkan karena intoksikasi. Ditandai dengan adanya gangguan

kognitif, kemampuan unjuk kerja, gangguan daya ingat, waktu reaksi, persepsi,

koordinasi motorik dan pemusatan perhatian.

6. Dosis tinggi juga mengganggu tingkat kesadaran pemakai.

7. Reaksi kecemasan singkat yang dicetuskan oleh pikiran paranoid. Dalam keadaan

tersebut dapat terjadi panik yang didasarkan karena rasa takut yang tidak jelas dan

tidak terorganisir. Pemakai yang tidak pengalaman lebih mudah mengalami gejala

kecemasan dari pada pemakai yang berpengalaman.

C. METADON

1. Definisi

Metadon adalah opiat (narkotik) sintetis yang kuat seperti heroin (putaw) atau morfin,

tetapi tidak menimbulkan efek sedatif yang kuat. Metadon biasanya disediakan pada

program pengalihan narkoba, yaitu program yang mengganti heroin yang dipakai oleh

pecandu dengan obat lain yang lebih aman.

Metadon bukan penyembuh untuk ketergantungan opiat: selama memakai metadon,

Page 10: Tugas Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa-rsud Bunut

penggunanya tetap tergantung pada opiat secara fisik. Tetapi metadon menawarkan

kesempatan pada penggunanya untuk mengubah hidupnya menjadi lebih stabil dan

mengurangi risiko penggunaan narkoba suntikan, dan juga mengurangi kejahatan

yang terkait dengan kecanduan. Dan karena diminum, penggunaan metadon

mengurangi penggunaan jarum suntik bergantian.

Program metadon sering mempunyai dua tujuan pilihan. Tujuan pertama adalah untuk

membantu pengguna berhenti memakai heroin (detoksifikasi), diganti dengan takaran

metadon yang dikurangi tahap-demi-tahap selama jangka waktu tertentu. Tujuan

kedua adalah untuk menyediakan terapi rumatan (pemeliharaan), yang memberikan

metadon secara terus-menerus dengan dosis yang disesuaikan agar pengguna tidak

mengalami gejala putus zat (sakaw).

2. Penggunaan Metadon

Metadon biasanya diberikan pada klien program dalam bentuk sirop yang diminum di

bawah pengawasan di klinik setiap hari. Setiap klien membutuhkan takaran yang

berbeda, karena adanya perbedaan metabolisme, berat badan dan toleransi terhadap

opiat. Beberapa waktu dibutuhkan untuk menentukan takaran metadon yang tepat

untuk setiap klien. Pada awalnya, klien harus diamati setiap hari dan reaksi terhadap

dosisnya dinilai. Jika klien menunjukkan gejala putus zat, takaran harus ditingkatkan.

Umumnya program mulai dengan takaran 20mg metadon dan kemudian ditingkatkan

5-10mg per hari. Biasanya klien bertahan dalam terapi dan mampu menghentikan

penggunaan heroin dengan takaran metadon sedang hingga tinggi (60-100mg).

3. Efek Samping Metadon

Walaupun metadon biasanya ditoleransi dengan baik, kadang klien mengalami efek

samping:

mual, muntah: 10-15 persen mengalami efek samping ini, yang biasanya

hilang setelah beberapa hari

sembelit: seperti opiat lain, gizi dan olahraga dapat membantu

keringat: dapat muncul sebagai efek samping

amenore: masa haid terlambat, atau kadang kala lebih teratur libido: metadon

dapat menurunkan gairah seksual

kelelahan: dapat dikurangi dengan mengurangi takaran

Page 11: Tugas Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa-rsud Bunut

4. DOSIS YANG DI BUTUHKAN PADA PROGRAM METADON

Dosis yang efektif biasanya tingi untuk jangka waktu lama

Dosis awal 15-30 mg.

Peningkatan dosis petlahan-lahan 5-10 mg setiap 3-5 hari. Peningkatan maksimal

30 mg/minggu.

D. GANGGUAN PIKIR

Proses berpikir itu meliputi proses pertimbangan (“judgment”), pemahaman

(”comprehension”), ingatan serta penalaran (“reasoning”). Proses berpikir yang

normal mengandung arus idea, symbol dan asosiasi yang terarah kepada tujuan

dan yang dibangkitkan oleh suatu masalah atau tugas dan yang menghantarkan

kepada suatu penyelesaian yang berorientasi kepada kenyataan.

Berbagai macam factor mempengaruhi proses berpikir itu, umpamanya factor

somatic (gangguan otak, kelelahan), factor psikologik (gangguan emosi, psikosa)

dan factor social (kegaduhan dan keadaan sosial yang lain) yang sangat

mempengaruhi perhatian atau konsentrasi si individu. Kita dapat membedakan tiga

aspek proses berpikir yaitu: bentuk pikiran, arus pikiran dan isi pikiran, ditambah

dengan pertimbangan.

Gangguan bentuk pikiran, Dalam kategori ganggauan bentuk pikiran termasuk

semua penyimpangan dari pemikiran rasional, logik, dan terarah kepada tujuan.

1. Dereisme atau pikiran dereistik ; titik berat pada tidak adanya sangkut paut

terjadi antara proses mental individu dan pengalamannya yang sedang berjalan.

Proses mentalnya tidak sesuai dengan atau tidak mengikuti kenyataan, logika,

atau pengalaman. Umpamanya seorang kepala kantor pemerintah pernah

mengatakan, “Seorang pegawai negeri dan seorang warga negara yang baik

harus kebal korupsi, biarpun gajinya tidak cukup, biarpun keluarganya

menderita; bila tidak tahan silakan keluar…”, atau seorang lain lagi, “Kita harus

memberantas perjudian dan pelacuran, karena hal-hal itu merupakan

‘exploitation de I’home parr I’home’; adalah ‘homo homini lupus’ adalah

‘machiavellisme’; karena itu kita harus mengikis habis segala bentuknya, tanpa

kecuali…”.

2. Pikiran otistik; menandakan bahwa penyebab distorsi arus asosiasi ialah dari

dalam pasien itu sendiri dalam bentuk lamunan, fantasi, waham atau halusinasi.

Cara berpikir seperti ini hanya akan memuaskan keinginannya yang tak

Page 12: Tugas Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa-rsud Bunut

terpenuhi tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya; hidup dalam alam

pikirannya sendiri. Kadang-kadang istilah ini dipakai juga untuk pikiran dereistik.

3. Bentuk pikiran yang non-realistik: bentuk pikiran yang sama sekali tidak

berdasarkan kenyataan, umapamanya: menyelidiki sesuatu yang spektakuler

dan revolusioner bila ditemui; mengambil kesimpulan yang aneh serta tidak

masuk akal (merupakan gejala yang menonjol pada skizoprenia hebefrenik di

samping tingkah laku kekanak-kanakan). Dibedakan dari pikiran dereistik dan

otistik tapi kadang-kadang ketiga gangguan bentuk pikiran ini dijadikan satu

dengan salah satu istilah itu.

Gangguan arus pikiran yaitu tentang cara dan lajunya proses asosiasi dalam

pemikiran yang timbul dalam berbagai jenis:

1. Perseverasi: berulang-ulang menceritakan suatu idea, pikiran atau tema secara

berlebihan. Seoraqng penulis pernah mendengar seorang pasien berkata,”Nanti

besok saya pulang, ya saya sudah kangen rumah, besok saya sudah berada di

rumah, sudah makan enak di rumah sendiri, ya pak dokter, satu hari lagi nanti

saya sudah bisa tidur di rumah, besok ayah akan datang mengambil saya

pulang…”.

2. Asosiasi longgar: mengatakan hal-hal yang tidak ada hubungannya satu sama

lain, umpama, “saya mau makan. Semua orang dapat berjalan”. Bila ekstrim,

maka akan terjadi inkoherensi. Asosiasi yang sabgat longgar dapat silihat dari

ucapan seorang penderita seperti berikut ini, “….Saya yang menjalankan mobil

kita harus membikin tenaga nuklir dan harus minum es krim…”.

3. Inkoherensi: gangguan dalam bentuk bicara, sehingga satu kalimat pun sudah

sukar ditangkap atau diikuti maksudnya. Suatu waham yang aneh mungkin

diterangkan secara incoherent. Inkoherensi itu boleh dikatakan merupakan

asosiasi yang longgar secara ekstrim. Seorang penulis pernah menerima surat

antara lain sebagai berikut, “Saya minta dijanji, tidur, lahir, dengan pakaian

lengkap untuk anak saya satu atau lebih menurut pengadilan Allah dengan

suami jodohnya yang menyinggung segala percobaan…”.

4. Kecepatan bicra: untuk mengutarakan pikiran mungkin lambat sekali atau

sangat cepat.

5. Benturan (“blocking”): jalan pikiran tiba-tiba berhenti atau berhenti di tengah

sebuah kalimat. Pasien tidak dapat menerangkan kenapa ia berhenti.

Page 13: Tugas Ujian Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa-rsud Bunut

6. Logorea: banya bicara, kata-kata dikeluarkan bertubi-tubi tanpa control

mungkin coherent atau incoherent.

7. Pikiran melayang (“flight of ideas”): perubahan yang mendadak lagi cepat

dalam pembicaran, sehingga suatu idea yang belum selesai diceritakan sudah

disusul oleh idea yang lain. Umpamanya seorang pasien pernah bercerita,

“Waktu saya datang ke rumah sakit kakak saya baru mendapat rebewes, lalu

untung saya pakai kemeja biru, hingga pak dokter menanyakan bila sudah

makan…”.

8. Asosiasi bunyi (“clang association”): mengucapkan perkataan yang mempunyai

persamaan bunyi, umpamanya pernah didengar, “Saya mau makan di Tarakan,

seakan-akan berantakan”.

9. Neologisme: membentuk kata-kata baru yang tidak dipahami oleh umum,

misalnya “Saya radiltu semua partimun”.

10.Irelevansi: isi pikiran atau ucapan yang tidak ada hubungannya dengan

pertanyaan atau dengan hal yang sedang dibicarakan.

11.Pikiran berputar-putar (”circumstantiality”): menuju secara tidak langsung

kepada idea pokok denga menambahakan banyak hal yang remeh-remeh, yang

menjemukan, dan yang tidak relevant.

12.Main-main dengan kata-kata: menyajak (membuat sajak) secara tidak wajar.

Umpamanya pernah seorang penulis menerima sajak yang antara lain berbunyi:

Wahai jagoku yang tersembunyi Meskipun kau jago Tanpa kau hatiku sunyi

Tanpa kau hatiku mewangi

13.Afasi: mungkin sensorik (tidak atau sukar mengerti bicara orang lain) atau

motorik (tidak dapat atau sukar berbicara), sering kedua-duanya sekaligus dan

terjadi karena kerusakan otak.