tugas tekber full

64
TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI BERSIH KUNJUNGAN INDUSTRI PT. DU PONT INDONESIA PIONEER - MALANG PRODUCTION PLANT Oleh : Lailia Yuslichati (125100900111016) Ayu Rafita Dwi Cahyati (125100901111010) Devid Ilmiyatul Hasanah (125100901111012) Caesara Sekar Wulan (125100901111026) Mifta Maharani (125100907111010) Lilly Andhika (125100907111012) Christophorus Boantua S (125100907111022) PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGAN

Upload: lilly-andhika

Post on 28-Jan-2016

250 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

hanya tugas

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Tekber Full

TUGAS MATA KULIAH TEKNOLOGI BERSIHKUNJUNGAN INDUSTRI

PT. DU PONT INDONESIA

PIONEER - MALANG PRODUCTION PLANT

Oleh :Lailia Yuslichati (125100900111016)Ayu Rafita Dwi Cahyati (125100901111010)Devid Ilmiyatul Hasanah (125100901111012)Caesara Sekar Wulan (125100901111026)Mifta Maharani (125100907111010)Lilly Andhika (125100907111012)Christophorus Boantua S (125100907111022)

PROGRAM STUDI TEKNIK LINGKUNGANFAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

UNIVERSITAS BRAWIJAYAMALANG

2015

Page 2: Tugas Tekber Full

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Jumlah industri yang terus meningkat menyebabkan semakin meningkatnya

pencemaran air akibat dari limbah yang dibuang secara langsung ke lingkungan tanpa diolah

terlebih dahulu oleh industri. Semakin meningkatnya pencemaran air mengharuskan para

pemilik perusahaan untuk memiliki sebuah instalasi pengolahan air limbah, namun

sebagaian besar perusahaan pada saat ini telah menitikberatkan pengolahan limbah sebagai

pengelolaan lingkungan pada proses tahap akhir (end-of-pipe). Metode pengolahan tahap

akhir (end-of-pipe) ini sebenarnya lebih membutuhkan biaya yang lebih besar. Oleh karena

itu perusahaan membutuhkan suatu teknologi yang dapat mengurangi tingkat pencemaran

dengan biaya yang sedikit. Produksi bersih merupakan altgernatif untuk strategi manajemen

lingkungan.

Produksi bersih (Cleaner Production) merupakan suatu strategi untuk menghindari

timbulnya pencemaran industri melalui pengurangan timbulan limbah (waste generation)

pada setiap tahap dari proses industri untuk meminimalkan atau mengeliminasi limbah

sebelum segala jenis potensi pencemaran terbentuk. Produksi bersih adalah strategi

pengelolaan lingkungan yang sifatnya mengarah pada pencegahan (preventif) dan terpadu

agar dapat diterapkan pada seluruh siklus produksi. Hal tersebut memiliki tujuan untuk

meningkatkan produktivitas dengan memberikan tingkat efisiensi yang lebih baik dalam

penggunaan bahan mentah, energi dan air, mendorong performansi lingkungan yang lebih

baik melalui sumber-sumber pembangkit limbah dan emisi serta mereduksi dampak produk

terhadap lingkungan melalui rancangan yang ramah lingkungan, namun efektif dari segi

biaya.

PT. DuPont Indonesia merupakan salah satu perusahaan di Indonesia yang bergerak

di bidang pertanian. PT. DuPont Indonesia setiap tahunnya dapat memproduksi 16.000 ton

benih jagung hibrida dan 600 ton benih padi hibrida. Kami memilih melakukan kunjungan

industri ke PT. DuPont Indonesia dikarenakan untuk melihat proses produksi benih jagung

dan benih padi hibrida dengan teknologi yang diterapkan di PT. DuPont Indonesia untuk bisa

menghasilkan benih jagung dan benih padi hibrida yang begitu banyak dan berkualitas

bagus.

1.2 Tujuan

Tujuan diadakannya kunjungan industri ini adalah :

1. Untuk mengetahui teknologi bersih yang diterapkan oleh PT. DuPont Indonesia

2. Untuk mengetahui proses produksi dan teknologi atau mesin yang digunakan di PT.

DuPont Indonesia

3. untuk menambah wawasan dan pengetahuan lebih dalam mengenai produksi bersih.

Page 3: Tugas Tekber Full

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Teknologi Bersih

Perkembangan pembangunan disamping meningkatkan kesejahteraan manusia juga

menimbulkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Industrialisasi dan urbanisasi yang

cepat di banyak negara juga telah mengakibatkan pencemaran yang serius. Untuk

mengatasi pencemaran yang dihasilkan, saat ini industri telah menitik beratkan pada

pengolahan limbah sebagai pengelolaan lingkungan pada proses tahap akhir (end-of-pipe).

Namun metoda pengolahan tahap akhir ini sangatlah mahal. Oleh karena itu timbul

pemikiran perlunya konsep pencegahan pencemaran, yang akhirnya menuju kepada

“Produksi Bersih”. Produksi bersih adalah alternatif untuk strategi manajemen lingkungan.

(Suhartini, 2008)

Produksi Bersih merupakan istilah yang digunakan untuk menjelaskan pendekatan

secara konseptual dan operasional terhadap proses produksi dan jasa, dimana dampaknya

dari keseluruhan daur hidup produk terhadap lingkungan dan manusia diupayakan sekecil

mungkin. Strategi Produksi Bersih mempunyai arti yang sangat luas karena didalamnya

termasuk upaya pencegahan pencemaran dan perusakan lingkungan melalui pilihan jenis

proses, yang akrab lingkungan, minimisasi limbah, analisis daur hidup dan teknologi bersih.

Produksi bersih adalah suatu program strategis yang bersifat proaktif yang diterapkan

untuk menselaraskan kegiatan pembangunan ekonomi dengan upaya perlindungan

lingkungan. Strategi konvensional dalam pengelolaan limbah didasarkan pada pendekatan

pengelolaan limbah yang terbentuk (end-of pipe treatment). Pendekatan ini terkonsentrasi

pada upaya pengolahan dan pembuangan limbah dan untuk mencegah pencemaran dan

kerusakan lingkungan. Strategi ini dinilai kurang efektif karena bobot pencemaran dan

kerusakan lingkungan terus meningkat. Kelemahan yang terdapat pada pendekatan

pengolahan limbah secara konvensional diantaranya adalah :

1. Tidak efektif memecahkan masalah lingkungan karena hanya mengubah bentuk limbah

dan memindahkannya dari suatu media ke media lain.

2. Bersifat reaktif yaitu bereaksi setelah terbentuknya limbah.

3. Karakteristik limbah semakin kompleks dan semakin sulit diolah.

4. Tidak dapat mengatasi masalah pencemaran yang sifatnya non-point sources pollution.

5. Inovestasi dan biaya operasi pengolahan limbah relatif mahal dan hal ini sering dijadikan

alasan oleh pengusaha untuk tidak membangun instalasi pengolahan limbah.

6. Peraturan perundang-undangan yang ada masih terpusat pada pembuangan limbah,

belum mencakup upaya pencegahan. (Konsep Umum Produksi Bersih )

Page 4: Tugas Tekber Full

Dasar Hukum Pelaksanaan Produksi Bersih adalah UU RI No. 23 Tabun 1997

Tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Pasal 14 dan Pasal 17. Pelaksanaan Produksi

Bersih juga tercantum di dalam Dokumen ISO 14001 Butir 3.13

2.1.1 Teknik Penerapan Teknologi Bersih

Secara garis besar pilihan penerapan produksi bersih dapat dikelompokkan sebagai

berikut :

1. Perubahan bahan Baku

a. Mengurangi atau menghilangkan bahan baku yang mengandung bahan berbahaya

dan beracun seperti logam berat dari zat warna pelarut (B3).

b. Menggunakan bahan baku yang kualitasnya baik dan murni untuk menghindari

komtaminan dalam proses.

2. Tata Cara Operasi dan Housekeeping

a. Mencegah kehilangan bahan baku, produk maupun energi dari pemborosan,

kebocoran dan tercecer.

b. Penanganan material untuk mengurangi kehilangan material akibat kesalahan

penanganan, habisnya waktu tinggal bagi bahan yang sensetif terhadap waktu.

c. Penjadwalan produksi membentu mencegah pembororsan (energi, material dan air)

dan koordinasi pengelolaan limbah.

d. Segregasi/ memisahkan limbah menurut jenisnya untuk mengurangi volume limbah

B3.

e. Mengembangkan manajemen perawatan sehingga mengurangi kehilangan akibat

kerusakan.

3. Penggunaan Kembali

a. Menggunakan kembali sisa air proses, air pendingin dan material lain didalam pabrik.

b. Mengambil kembali bahan buangan sebagai energi. enciptakan kegunaan limbah

sebagai produk lain yang dapat dimanfaatkan oleh pihak luar.

4. Perubahan Teknologi

a. Merubah peralatan, tata letak dan perpipaan untuk memperbaiki aliran proses dan

meningkatkan efesiensi.

b. Memeperbaiki kondisi proses sehingga meningkatkan kualitas produksi dan

mengurangi jumlah limbah.

5. Perubahan Produk

a. Merubah formulasi produk untuk mengurangi dampak lingkungan pada waktu

digunakan oleh konsumen.

b. Merancang produksi sedemikian rupa sehingga mudah untuk di daur ulang.

c. Mengurangi kemasan yang tidak perlu. (Artiningsih)

Page 5: Tugas Tekber Full

2.1.2 Prinsip-prinsip Produksi Bersih

1. Dirancang secara komprehensif dan pada tahap sedini mungkin. Produksi Bersih

dipertimbangkan pada tahap sedini mungkin dalam pengembangan proyek-proyek

baru atau pada saat mengkaji proses atau aktivitas yang sedang

berlangsung.Bersifat proaktif, harus diprakarsai oleh industri dan kepentingan-

kepentingan yang terkait.

2. Bersifat fleksibel, dapat mengakomodasi berbagai perubahan, perkembangan di

bidang politik, ekonomi, sosial-budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi dan

kepentingan berbagai kelompok masyarakat.

3. Perbaikan Berlanjut

2.1.3 Konsep Penerapan Produksi Bersih

1. Konsep Produksi Bersih memiliki 4 (empat) prinsip dasar, yaitu:

a. Prinsip kehati-hatian (precautionary), tanggung jawab yang utuh dari produsen agar

tidak menimbulkan dampak yang merugikan sekecil apapun.

b. Prinsip pencegahan (preventive), penting untuk memahami siklus hidup produk

(product life cycle) dari pemilihan bagan baku hingga terbentuknya limbah.

c. Prinsip demokrasi, komitmen dan keterlibatan semua pihak dalam rantai produksi

dan konsumsi.

d. Prinsip holistic, pentingnya keterpaduan dalam pemanfaatan sumber daya

lingkungan dan konsumsi sebagai satu daur yang tidak dapat dipisahpisahkan.

2. Strategi yang digunakan dalam penerapan Produksi Bersih adalah:

a. Pencegahan terhadap pencemaran dan perusakan lingkungan

b. Program daur ulang,

c. Pengolahan dan pembuangan limbah tetap diperlukan sehingga dapat saling

melengkapi satu dengan lainnya.

Strategi untuk menghilangkan limbah atau mengurangi limbah sebelum terjadi

(preventive strategy), lebih disukai daripada strategi yang berurusan dengan pengolahan

limbah atau pembuangan limbah yang telah ditimbulkan (treatment strategy). Hal ini dapat

dilakukan dengan menggunakan strategi berikut ini:

1. Eliminasi

Strategi ini dimasukkan sebagai metode pengurangan limbah secara total. Bila perlu

tidak mengeluarkan limbah sama sekali (zero discharge). Didalam konsep penerapan

Produksi Bersih hal ini dimasukkan sebagai metode pencegahan pencemaran.

2. Minimisasi Limbah (mengurangi sumber limbah)

Strategi pengurangan limbah yang terbaik adalah strategi yang menjaga agar limbah

tidak terbentuk pada tahap awal. Pencegahan limbah mungkin memerlukan beberapa

perubahan penting terhadap proses.

Page 6: Tugas Tekber Full

3. Daur Ulang

Jika timbulnya limbah tidak dapat dihindarkan dalam suatu proses, maka strategi-

strategi untuk meminimkan limbah tersebut sampai batas tertinggi yang mungkin

dilakukan harus dicari, seperti misalnya daur ulang (recycle) dan/atau penggunaan

kembali (re-use). Jika limbah tidak dapat dicegah, pengolahan limbah dapat dilakukan.

4. Pengendalian Pencemaran

Strategi yang terpaksa dilakukan mengingat pada proses perancangan produksi

perusahaan belum mengantisipasi adanya teknologi baru yang sudah bebas terjadinya

limbah.

5. Pengolahan dan Pembuangan

Strategi terakhir yang perlu dipertimbangkan adalah metoda-metoda pembuangan

altematif. Pembuangan limbah yang tepat merupakan suatu komponen penting dari

keseluruhan program manajemen lingkungan; tetapi, ini adalah teknik yang paling tidak

efektif.

6. Remediasi

Strategi penggunaan kembali bahan-bahan yang terbuang bersama limbah. Hal ini

dilakukan untuk mengurangi kadar peracunan dan kuantitas limbah yang ada.

Esensi dasar dari produksi bersih adalah:

1. Pencegahan, pengurangan dan penghilangan limbah dari sumbernya.

2. Perubahan mendasar pada sikap manajemen dan diperlukan komitmen.

3. Pencegahan polusi harus dilaksanakan sedini mungkin, pada setiap tahapan

kegiatan yaitu pada pembuatan peraturan., kebijakan, implementasi proyek, proses

produksi dan desain produk.

4. Program harus dilaksanakan secara kontinyu dan selaras dengan perkembangan

sains dan teknologi

5. Penerapan strategi yang komprehensif dan terpadu, agar produk dapat bersaing di

pasar lokal maupun internasional.

6. Produksi bersih hendaknya melibatkan pertimbangan daur hidup suatu produk.

7. Program multi media dan multi desain. Diterapkan di seluruh sektor: industri,

pemerintah, pertanian, energi, transportasi, para konsumen.

2.2 Manfaat Teknologi Bersih

Manfaat penerapan Produksi Bersih, antara lain :

1.      Lebih efektif dan efisien dalam penggunaan sumberdaya alam.

2.      Mengurangi biaya-biaya yang berkenaan dengan lingkungan

3.      Mengurangi atau mencegah terbentuknya pencemar

4.      Mencegah berpindahnya pencemar dari satu media ke media lain

5.      Mengurangi risiko terhadap kesehatan manusia dan lingkungan

Page 7: Tugas Tekber Full

6.      Memberikan peluang untuk mencapai sistem manajemen lingkungan pada ISO

14000

7.      Memberikan keunggulan daya saing di pasar domestik dan internasional.

2.3 Jenis/ Macam Teknologi Bersih

1. Konsep end-of-pipe treatment

Konsep end-of-pipe treatment menitik beratkan pada pengolahan dan pembuangan

limbah. Konsep ini pada kenyataannya tidak dapat sepenuhnya memecahkan

permasalahan lingkungan yang ada, sehingga pencemaran dan perusakan masih terus

berlangsung. Hal ini disebabkan karena dalam prakteknya pelaksanaan konsep ini

menimbulkan banyak kendala. Masalah utama yang dihadapi adalah peraturan

perundangan, masih rendahnya compliance atau pentaatan dan penegakan hukum,

masalah pembiayaan serta masih rendahnya tingkat kesadaran.

Kendala lain yang dihadapi oleh pendekatan end-of-pipe treatment adalah sebagai berikut:

1. Pendekatan ini bersifat reaktif, yaitu bereaksi setelah limbah terbentuk.

2. Tidak efektif dalam memecahkan permasalahan lingkungan, karena pengolahan limbah

cair, padat atau gas memiliki resiko pindahnya polutan dari satu media ke media

lingkungan lainnya, dimana dapat menimbulkan masalah lingkungan yang sama

gawatnya, atau berakhir sebagai sumber pencemar secara tidak langsung pada media

yang sama.

3. Biaya investasi dan operasi tinggi, karena pengolahan limbah memerlukan biaya

tambahan pada proses produksi, sehingga biaya persatuan produk naik. Hal ini

menyebabkan para pengusaha enggan mengoperasikan peralatan pengolahan limbah

yang telah dimilikinya.

4. Pendekatan pengendalian pencemaran memerlukan berbagai perangkat peraturan, selain

menuntut tersedianya biaya dan sumber daya manusia yang handal dalam jumlah yang

memadai untuk melaksanakan pemantauan, pengawasan dan penegakkan hukum.

Lemahnya kontrol sosial, terbatasnya sarana dan prasarana serta kurangnya jumlah dan

kemampuan tenaga pengawas menyebabkan hukum tidak bisa ditegakkan.

Oleh karena banyaknya kendala yang dihadapi dalam menerapkan konsep ini sehingga

konsep ini bukan cara yang efektif dalam mengelola lingkungan, maka strategi pengelolaan

lingkungan telah dirubah ke arah pencegahan pencemaran yang mengurangi terbentuknya

limbah dan memfasilitasi semua pihak untuk mengelola lingkungan secara hemat biaya serta

memberikan keuntungan baik finansial maupun non finansial.

Page 8: Tugas Tekber Full

2. Konsep Produksi Bersih

Produksi bersih merupakan suatu strategi pengelolaan lingkungan yang bersifat

preventif, terpadu dan diterapkan secara kontinu pada proses produksi, produk, dan jasa

untuk meningkatkan eko-efisiensi sehingga mengurangi resiko terhadap kesehatan manusia

dan lingkungan. Produksi Bersih (cleaner production) bertujuan untuk mencegah dan

meminimalkan terbentuknya limbah atau bahan pencemar lingkungan diseluruh tahapan

proses produksi. Disamping itu, produksi bersih juga melibatkan upaya-upaya untuk

meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku, bahan penunjang dan energi diseluruh

tahapan produksi. Dengan menerapkan konsep produksi bersih, diharapkan sumber daya

alam dapat lebih dilindungi dan dimanfaatkan secara berkelanjutan. Secara singkat, produksi

bersih memberikan dua keuntungan, pertama meminimisasi terbentuknya limbah, sehingga

dapat melindungi kelestarian lingkungan hidup dan kedua adalah efisiensi dalam proses

produksi, sehingga dapat mengurangi biaya produksi.

Prinsip-prinsip pokok dalam strategi produksi bersih adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi dan meminimisasi penggunaan bahan baku, air dan pemakaian bahan baku

beracun dan berbahaya serta mereduksi terbentuknya limbah pada sumbernya sehingga

mencegah dan atau mengurangi timbulnya masalah pencemaran dan kerusakan

lingkungan serta resikonya terhadap manusia.

2. Perubahan dalam pola produksi dan konsumsi, berlaku balk pada proses maupun produk

yang dihasilkan, sehingga harus dipahami betul analisis daur hidup produk.

3. Upaya produksi bersih ini tidak akan berhasil dilaksanakan tanpa adanya perubahan

dalam pola pikir, sikap dan tingkah laku dari semua pihak terkait baik pemerintah,

masyarakat maupun kalangan dunia usaha. Selain itu pula perlu diterapkan pola

manajemen di kalangan industri maupun pemerintah yang telah mempertimbangkan

aspek lingkungan.

4. Mengaplikasikan teknologi akrab lingkungan, manajemen dan prosedur standar operasi

sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan. Kegiatan-kegiatan tersebut tidak selalu

membutuhkan biaya investasi yang tinggi, kalaupun terjadi seringkali waktu yang

diperlukan untuk pengembalian modal investasi relatif singkat.

5. Pelaksanaan program produksi bersih ini lebih mengarah pada pengaturan diri sendiri

(self regulation) dari pada pengaturan secara command and control. Jadi pelaksanaan

program produksi bersih ini tidak hanya mengandalkan peraturan pemerintah saja, tetapi

lebih didasarkan kesadaran utuk merubah sikap dan tingkah laku.

Page 9: Tugas Tekber Full

Prinsip-prinsip dalam produksi bersih diaplikasikan dalam bentuk kegiatan yang dikenal

sebagai 4R, meliputi:

· Reuse, atau penggunaan kembali adalah suatu teknologi yang memungkinkan suatu

limbah dapat digunakan kembali tanpa mengalami perlakukan fisika/kimia/biologi.

· Reduction, atau pengurangan limbah pada sumbernya adalah teknologi yang dapat

mengurangi atau mencegah timbulnya pencemaran di awal produksi misalnya substitusi

bahan baku yang ber B3 dengan B9 segregasi tiada.

· Recovery, adalah teknologi untuk memisahkan suatu bahan atau energi dari suatu limbah

untuk kemudian dikembalikan ke dalam proses produksi dengan atau tanpa perlakuan

fisika/kimia/biologi.

· Recycling, atau daur ulang adalah teknologi yang berfungsi untuk memanfaatkan limbah

dengan memprosesnya kembali ke proses semula yang dapat dicapai melalui perlakuan

fisika/kimia/biologi.

Prinsip 4R yang saat ini telah dikembangkan, aplikasikasinya akan lebih efektif apabila

didahului dengan prinsip Rethink. Prinsip ini adalah suatu konsep pemikiran yang harus

dimiliki pada saat awal kegiatan akan beroperasi

2.4 Aplikasi Teknologi Bersih

1. Pengolahan Limbah PT. Indo Acidatama

Stillage dari area 300 dialirkan kedalam 3 buah bak yang masing-masing mempunyai

ukuran 145m x 45m x 7m yang prosesnya terjadi secara anaerob. Didalam bak ini limbah

diberi nutrisi berupa urea, TSP dan NaOH untuk pengaturan PH, serta pengadukan dengan

menggunakan pompa (setiap bak dilengkapi dengan 6 pompa). Waktu tinggal didalam bak

selama 99 hari. Hasil yang diperoleh dari ketiga bak anaerobic tersebut adalah gas (bio gas)

dengankadar methane 55%, CO2 43%, H2S 1% dan bahan organic yang lain sebesar 1%

yang kemudian di lewatkan di unit scrubber untuk mengikat gas H2S dan kemudian

digunakan sebagai bahan bakar boiler, dan sisanya digunakan untuk pembuatan pupuk

kompos.

Setelah keluar dari anaerobic lagoon cairan mencapai kadar COD 25.000 ppm dan

BOD 5000 ppm setelah itu dialirkan ke aerobic lagoon yang dilengkapi dengan aerator-

aerator, untuk meningkatkan pertumbuhan bakteri maka diberi nutrisi berupa urea dan TSP

dengan waktu tinggal di bak selama 20 jam, setelah dari aerobic lagoon cairan di pompa ke

biological clarifier untuk memisahkan sludge dengan cairanya. Sebagian sludge digunakana

untuk campuran pembuatan kompos sedang cairannya dimasukan dalam clarifier koagulan

dan flokulan. Di dalam clarifier, maka sludge dan cairan di isah, sludge untuk dibuat pupuk

Page 10: Tugas Tekber Full

sedangkan cairannya di lewatkan sand filter dan carbon filter kemudian dibuang kesungai

karena telah memenuhi baku mutu yang ditetapkan yaitu dengan kandungan BOD 80 ppm.

Untuk pengukuran kandungan BOD, COD, dan pH dilakukan setiap 2 jam sekali.

Stilage yang dihasilkan stiap harinya sekitar 25% dimanfaatkan untuk pembuatan

pupuk. Di Pt. Indo AcidatamaTbk, pupuk yang dihasilkan adalah pupuk kompos, super

alfinase, granulair alfinase. Pupuk super alfinase dibuat dari pupuk kompos yang ditambah

denga phospat, dolomite, abu sekam, bekatul, tembakau yang rusak, kotoran ayam dan

efektif mikro organisme (EM4). Sedang pupuk kompos sendiri dibuat dari dedaunan dan

grajen yang prosesnya dilakukan selama 26 hari dan diaduk setiap hari, setelah menjadi

kompos (C-N ratio < 20) diperkaya dengan bahan tertentu sampai kandungan N, P, K nya

sesuai standar. Pupuk granulair alfinase dibuat darisuper alfinase ditambah sludge yang

dipadatkan. (Novianingsih)

2. Pengolahan Industri Otomotif Pt-X Jakarta

Pada awalnya, proses yang digunakan oleh proses produksi yang digunakan adalah

wet sanding. Pada pelaksanaannya proses wet sanding menghasilkan limbah cair sebesar

68,9 l/unit. Dengan diterapkannya produksi bersih yang diimplementasikan dengan

perubahan proses produksi, yaitu slight sanding, maka limbah cair yang dihasilkan menjadi

12,2 l/unit. Berdasarkan uraian singkat di atas dapat diketahui bahwa dengan perubahan

proses produksi, limbah cair yang dihasilkan menjadi menurun. Hal ini sesuai dengan

konsep produksi bersih, yaitu mengurangi limbah langsung dari sumbernya. (Implementasi

Produksi Bersih di Bidang Industri, 2009)

3. Pengolahan Limbah Industri Susu Pt. Ultra Jaya Milk

Limbah cair, limbah ini berasal dari hasil pencucian alat, limbah tersebut di tamping

dilakukan peroses penguraian bakteri aerobic. Setelah itu dilakukan aerasi dan di diamkan

selama 48 jam supaya bakteri mengurai zat-zat organic. Kemudian dipisahkan air dan

lumpur aktif untuk dilakukan foltasi, ciran dimasukan kedalam bak sedimentasi sehingga

cairan yang dihasilkan menjadi tidak berwarna.

Limbah padat, limbah ini berasal dari kemasan produk yang sudah terpakai, kemasan

tersebut dikirimkan pada badan pengolah kertas kemudian di campur dengan air selama

kurang lebih 1 jam, hasilnya dapat digunakan untuk kertas tulis.

Limbah gas, limbah ini berasal dari hasil pembakaran, dari hasil pembakaran tersebut

dibekukan untuk kebutuhan ice cream campina di Surabaya. (Siregar, Kurniawan, &

Primasri)

4. Pengolahan Limbah Radio Aktif

Sebelum limbah radioaktif dikirimkan, penghasil limbah berkewajiban melakukan

pengelolaan limbah yang dihasilkannya dengan tujuan meminimalisasi volume,

kompleksitas, biaya dan resiko. Pengelolaan yang dilakukan meliputi mengumpulkan,

mengelompokkan, atau mengolah dan menyimpan sementara. Pengumpulan dan

Page 11: Tugas Tekber Full

pengelompokkan limbah berdasarkan aktivitas, waktu paro, jenis radiasi, bentuk fisik-dan

kimia, sifat racun dan asal limbah radioaktif atau mengolah limbahnya apabila memiliki

fasilitas pengolahan.

Limbah padat dipisahkan menjadi dapat terbakar - tidak dapat terbakar, terkompaksi –

tidak terkompaksi, aktivitas rendah dan tinggi, umur paro panjang dan pendek, serta jenis

radiasi. Limbah tersebut ditempatkan pada lokasi khusus yang diberi tanda bahaya radiasi

sehingga hanya petugas tertentu yang dapat masuk ke ruangan.

Limbah cair yang berupa sisa zat radioaktif dan limbah cair hasil samping kegiatan

dekontaminasi yang memiliki aktivitas tinggi atau umur paro panjang ditempatkan secara

terpisah dengan limbah aktivitas rendah atau umur paro pendek. Untuk limbah cair hasil

ekskresi atau hasil kegiatan mandi dan cuci disalurkan secara terpisah dengan saluran grey

water dan disalurkan ke tempat penampungan sementara untuk mengetahui dosis paparan

radiasi yang ditimbulkan, limbah radioaktif tersebut dapat di lepaskan ke badan air apabila

memenuhi persyaratan pelepasan.

Limbah berbentuk gas sangat jarang terjadi. Seperti yang telah disampaikan di muka

untuk mengendalikan limbah radioaktif berbentuk gas, maka sumber penghasil limbah

ditempatkan pada tempat khusus sehingga gas tidak mudah keluar ke lingkungan. Gas

dapat di lepaskan ke lingkungan setelah memenuhi persyaratan pelepasan. Penghasil

limbah wajib memberikan informasi dengan lengkap dan benar secara tertulis (dalam

manifes dokumen) kepada pengangkut tentang identitas limbah, bahaya radiasi, dan sifat

bahaya lain yang mungkin terjadi dan cara penanggulangannya. Penghasil limbah juga

berkewajiban memberikan tanda, label, atau plakat pada kendaraan angkutan.

Pengolahan dan penyimpanan limbah radioaktif saat ini dilakukan secara terpadu di

PTLRBATAN meskipun dalam menjalankan tugasnya, Badan Pelaksana sebetulnya dapat

menunjuk dan/atau bekerja sama dengan BUMN, swasta dan Koperasi. Sehingga sampai

saat ini pihak pengolah atau penyimpan limbah radioaktif hanya PTLR-BATAN. Pihak

pengolah/penyimpan /negara asal sumber radioaktif berkewajiban memeriksa kesesuaian

limbah yang diserahkan oleh pengangkut dengan kualifikasi limbah sebagaimana tercantum

dalam dokumen pengiriman limbah. Apabila terdapat ketidaksesuaian maka pihak

pengolah/penyimpan/negara asal sumber radioaktif wajib memberitahukan ke Badan

Pengawas dan penghasil limbah guna investigasi lebih lanjut. Namun apabila limbah

radioaktif yang diterima oleh pengolah sudah sesuai dengan dokumen pengiriman limbah

maka pihak pengolah/penyimpan dapat melakukan pengolahan/penyimpanan limbah

radioaktif dengan teknologi yang sesuai. Sedangkan negara asal sumber radioaktif dapat

melakukan penanganan sumber radioaktif bekas yang diterimanya sesuai dengan kebijakan

pengelolaan limbah radioaktif Negara tersebut.

Pengolahan limbah radioaktif yang dilakukan oleh pihak pengolah dimaksudkan untuk

mereduksi volume limbah dan mengurangi paparan radiasi dari limbah radioaktif agar tidak

Page 12: Tugas Tekber Full

membahayakan manusia dan lingkungan sehingga dosis radiasi yang diterima oleh pekerja

akibat adanya limbah tersebut tidak akan melebihi ketentuan dossis tahunan yang telah

ditetapkan.

Jenis pengolahan limbah radioaktif berbentuk padat yang telah dipraktekkan, antara

lain: kompaksi, insenerasi dan imobilisasi tetapi tidak berlaku untuk sumber radioaktif bekas.

(Alfian & Akhmad, 2010)

5. Pengolahan Limbah Industri Baja

Untuk pengelolaan limbah industri baja ini, para pakar menilai, bahwa model

penanganan limbah baja terdapat 2 (dua) opsi skenario. Skenario pertama, perusahaan

dapat mengolah limbah baja menjadi produk yang mempunyai nilai tambah (value added).

Opsi ini, perusahaan harus mengeluarkan dana untuk investasi awal yang cukup besar

dalam arti perusahaan mendirikan pabrik baru dengan bahan substitusi (campuran) limbah.

Berapa negara seperti Jepang sudah memanfaatkan limbah baja untuk bahan substitusi

(campuran) membuat produk tersebut, seperti batako, genteng, paving block, lantai keramik,

dan sebagainya. Skenario kedua, perusahaan dapat menjual langsung limbah yang

dihasilkan oleh pabrik saat beroperasi proses produksi. Opsi ini telah dilakukan oleh

perusahan dengan cara menjual limbah baja ke perusahaan lain di dalam dan luar negeri.

Setiap bulannya perusahaan dapat menjual + 3.000 ton untuk pabrik semen di Indonesia dan

pabrik baja di negara Cina. Skenario opsi kedua dianggap mendukung program lingkungan

bersih, karena secara berangsur-angsur limbah yang berada di area penampungan semakin

berkurang, maka sejak tahun 2007 perusahaan memulai melaksanakan penanganan limbah

baja dengan cara menjual. (Salim, 2009)

Page 13: Tugas Tekber Full

BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Sejarah

Pioneer adalah unit bisnis milik DuPont yang terdepan di dunia dalam bidang genetika

tanaman untuk meningkatkan hasil pertanian yang bermanfaat bagi kesejahteraan manusia.

Pioneer berupaya meningkatkan produktifitas dan keuntungan petani, serta

mengembangkan sistem pertanian yang berkesinambungan untuk masyarakat.

Dengan prinsip mengedepankan kebutuhan para pelanggannya dan terus menerus

melakukan inovasi, pioneer adalah pemimpin dalam industri pertanian dengan standart

tertinggi. Dari kantor pusatnya di Johnston lowa, Amerika Serikat, pioneer mengembangkan,

menjual, memasarkan produknya ke 70 negara di dunia.

3.2 Profil Singkat PT Du Pont

DuPont menjalankan lebih dari 20 unit bisnis di indonesia yang melayani beragam

sektor industri mulai dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, makanan

dan minuman, kemasan sampai sektor-sektor industri seperti : otomoti, konstruksi, textile,

pulp & paper, cat dan tinta, plastik, percetakan, kosmetik, consumer goods dan farmasi, sera

minyak, gas, energi dan pertambangan. DuPont beroperasi lebih dari 70 negara di dunia dan

memilih dari 500,000 jenis produk dalam 80 unit bisnis.

3.3 Sistem Produksi

Proses produksi di PT. DuPont Indonesia Malang meliputi jagung dan padi hibrida.

Proses produksi benih jagung disajikan dalam diagram di bawah ini.

Page 14: Tugas Tekber Full

Receiving & Sorting

Drying

Shelling

Cleaning

sizing

Hopper before Gravity

gravity

Hopper before Treater

Treating

Hopper before Bagging

Bagging

Warehousing

a) Flow Chart Proses Produksi Benih Jagung Hibridaa) Flow Chart b) Deskripsi c) Keterangan

d)e)f)g)h)

k)

m)n)o)p)q)r)

s) Jagung dari lahan masuk jembatan timbang untuk penimbangan, selanjutya ke receiving area dan masuk ke mesin walking loor (A dan B) untuk pemisahan varietas. Masuk ke receiving conveyor, incline conveyor, distribusi conveyor dan metering conveyor 1, 2, 3, 4, 5, 6,7 dan 8 kemudian ke sorting table. Pada proses ini menghasilkan limbah padat berupa jagung reject sebanyak 5% dari jumlah produksi.

t)

u) Benih yang bagus ke dryer v) Agar kadar air turun mak. 12%

w) Proses pemipilan dimana 80% sudah terbagi antara benih yang bagus dan kotoran. Pada proses ini menghasilkan limbah padat berupa tongkol jagung sebesar 10% dari jumlah produksi.

x) Menghasilkan limbah tongkol dan katul jagung

y) Masuk ke alat screen untuk memisahkan kotoran semaksimal mungkin untuk mendapatkan calon benih yang bagus. Proses ini menghasilkan limbah berupa katul jagung sebesar 2% dari jumlah produksi.

z) Limbah berupa biji jagung sortiran dan katul

aa) Pengukuran diameter benih (besar & kecil) sesuai permintaan pasar

bb) Biji jagung sortiran/ sisa

cc) Penampungan sementara sebelum masuk gravity machine

dd)

ee) Untuk memisahkan benih berdasarkan bobot (berat dan ringan)

ff) Debu dari kotoran jagung (katul)

gg) Penampungan benih yang bagus sebelum masuk ke Treater

hh)

ii) Pencampuran benih dengan bahan

penolong dan air sebanyak 5,5 m3 untuk menghasilkan benih unggul

jj) Menggunakan air untuk proses produksi sebesar 12

m3dan botol eks pestisida

kk) Penampung untuk persiapan pengemasan benih

ll)

mm) Pengemasan benih jadi sebesar 1%

nn) Limbah plastik dan kertas

oo) Gudang penyimpan benih kemasan menghasilkan limbah benih jagung expired sebesar 3% dari jumlah produksi.

qq) Benih jagung expire

Page 15: Tugas Tekber Full

Receiving

Pre-cleaner

Drying

Cleaning

Destoner

Gravity

Treating

Hopper before bagging

Bagging

Warehousing

pp)

Proses produksi benih padi seperti disajikan dalam diagram di bawah ini.

b) Flow Chart Proses Produksi Benih Padi Hibridaa) Flow Chart b) Deskripsi c) Keterangan

d) e) Padi hasil panen dari lahan masuk jembatan timbang untuk penimbangan, selanjutnya ke receiving area. Hasil panen diteruskan oleh rangkaian conveyor dan elevator untuk dibersihkan.

f)

g) Proses pembersihan awal untuk memisahkan jerami dan menghasilkan limbah jerami sebesar 2,86% dari hasil produksi

h)

Benih yang bagus diteruskan untuk proses pengeringan

Agar kadar air turun mak. 13%

k) Masuk ke alat ayakan untuk memisahkan kotoran semaksimal mungkin untuk mendapatkan calon benih yang bagus

Limbah berupa gabah sortiran dan sisa sekam sebanyak 4% dari hasil produksi

m) Pemisahan/ membuang adanya kerikil atau tanah yang terikat

n) Limbah berupa kerikil dan tanah sebesar 2,5% dari hasil produksi

o) Pemisahan berdasarkan bobot (berat & ringan) sesuai permintaan pasar

p) Sekam dan gabah rijrk sebesar 0,83% dari hasil produksi

q) Pencampuran benih dengan bahan penolong untuk menghasilkan benih unggul

r)

s) Menghasilkan air sisa produksi dan botol eks pestisida

t) Penampungan sementara untuk persiapan pengemasan benih

u)

v)w) Pengemasan benih jadix)

y) Limbah plastik dan kertas

z)aa) Gudang penyimpanan benih kemasanbb)cc)

dd) Benih padi expired sebesar 0,43% dari hasil produksi

3.4 Neraca Massa

Hampir keseluruhan kegiatan pada perusahaan ini menggunakan air, sehingga neraca

yang digunakan adalah neraca massa penggunan air untuk berbagai keperluan pabrik yang

disajikan dalam diagram berikut ini.

Page 16: Tugas Tekber Full

Input 36,5 m3/ hari

42 m3 Domestik : 30 m3/ hari Septic Tank 10 m3/ hari

Produksi : 12 m3/ hari IPAL Kolam Resapan 21 m3/ hari

Pencucian Peralatan 1 m3

Disaring dan digunakan lagi dalam proses produksi (5,5

m3/ hari)

Output 1 m3/ hari menguap dalam proses produksi

Proses Produksi (Pelarut) 4,5 m3

3.5 Hasil Sisa Produksi

Air limbah industri yang dihasilkan oleh PT. DuPont Indonesia berasal dari hasil air

bekas mencuci peralatan slurry treatment dan wastafel laboratorium. Limbah cair lainnya

yang dihasilkan PT. DuPont berasal dari toilet atau kamar mandi. Limbah dari toilet ini

ditampung di dalam septik tank dan dikuras secara berkala. Air limbah yang dihasilkan oleh

PT. DuPont ditampung dalam suatu tampungan tersendiri. Pemantauan yang dilakukan PT.

DuPont meliputi pemantauan kualitas air limbah industri, kualitas air bersih, kualitas udara

ambien, kualitas udara ruangan, kualitas udara emisi cerobong dan pemeriksaan bakteriologi

air bersih. Hasil pemantauan kualitas yang dilakukan PT. DuPont dari tahun 2005-2009 akan

dipaparkan sebagai berikut.

1. Kualitas Air Limbah

Pengukuran kualitas air limbah PT. DuPont Indonesia telah memenuhi baku mutu yang

telah ditentukan yaitu baku mutu limbah cair SK Gubernur Jatim No 45 Tahun 2002

2. Kualitas Air Bersih

Pengukuran kualitas air bersih PT. DuPont Indonesia telah memenuhi baku mutu yang

telah ditentukan yaitu PER.MEN.KES RI No 416/MENKES/PER/IX/1990. 3. Kualitas

Udara Ambien

3. Kualitas Udara Ambien

Parameter yang uji untuk pengukuran kualitas udara ambien meliputi Sulfur Dioksida

(SO2), Karbon Monoksida (CO), Oksida Nitrogen (NOx), Oksidan (O3), Debu, Timah

Hitam (Pb), Hidrogen Sulfide (H2S), Ammonia (NH3) dan Hidrokarbon (HC). Baku mutu

yang digunakan adalah Peraturan Gubernur Jatim No. 129 Tahun 1996. Hasil pengukuran

yang diperoleh pada tahun 2005 dan 2006 yaitu semua parameter telah memenuhi baku

mutu yang telah ditentukan. Hasil pengukuran udara ambien pada tahun 2008 pada

pengambilan sampel di halaman parkir PT. DuPont dan halaman belakang PT. DuPont

Page 17: Tugas Tekber Full

untuk parameter Debu telah melebihi baku mutu yang telah ditetapkan yaitu 0,722 mg/m3

dan 0,762 mg/m3. Pengukuran udara ambien tahun 2009 pengambilan sampel di

halaman belakang antara receiving dan shelling PT. DuPont untuk parameter debu juga

telah melebihi baku mutu yang ditetapkan yaitu 0,368 mg/m3. Ambang baku mutu yang

ditetapkan untuk debu adalah sebesar 0,26 mg/m3. parameter yang melebihi baku mutu

tersebut dikarenakan pada tempat pengambilan sampel terjadi aktivitas kendaraan

pengangkut bahan baku yang sangat padat (peak season).

4. Kualitas Udara Ruangan

Parameter yang uji untuk pengukuran kualitas udara ruangan juga meliputi Sulfur

Dioksida (SO2), Karbon Monoksida (CO), Oksida Nitrogen (NOx), Oksidan (O3), Debu,

Timah Hitam (Pb), Hidrogen Sulfide (H2S), Ammonia (NH3) dan Hidrokarbon (HC). Hasil

pengukuran pada tahun 2005, pada parameter yang sama yaitu debu telah melebihi baku

mutu sebesar 0,434 mg/m3 dimana sampel diambil pada ruang sizing PT. DuPont. Hasil

pengukuran dari tahun 2006-2009 parameter yang diuji telah memenuhi baku mutu yang

telah ditetapkan yaitu Peraturan Gubernur Jatim No 129 Tahun 1996.

5. Kualitas Udara Emisi Cerobong

Parameter yang diuji untuk pengkuran kualitas udara emisi cerobong meliputi Oksida

Nitrogen (NOx), Sulfur Dioksida (SO2) dan Total Partikel. Baku mutu yang digunakan

adalah baku mutu emisi udara Kep. Gub KDH Tk. JATIM No 129/1996.

6. Pemeriksaan Bakteriologi Air Bersih

Pemeriksaan bakteri air bersih di PT. DuPont dilakukan pada tahun 2005 dan 2009. Baku

mutu yang digunakan adalah PerMen.Kes RI No 416/MenKes/X/90. Hasil pengukuran

yang dilakukan menunjukkan bahwa kandungan bakteriologi air bersih PT. DuPont telah

memenuhi bakumutu yang telah ditetapkan.

Upaya

Pengelola

an

Bentuk

Fisi

k

Sumber

Dampak

Jenis

Dampak

Kualitas

ParameterTolok Ukur

1 2 3 4 5 6

Biji

Jagung

dan padi

rijek

PadatRuang

produksiEstetika Tidak ada

Estetika /

kebersihan

Tongkol

Jagung

(bungkil)

dan

sekam

Padat Ruang

pemipil

jagung

Estetika Tidak ada Estetika /

kebersihan

Page 18: Tugas Tekber Full

padi

Katul

jagungPadat

Ruang

pemipil

jagung

Estetika Tidak adaEstetika /

kebersihan

Botol

bekas

pestisida

PadatRuang

produksiEstetika Tidak ada

Estetika /

kebersihan

Benih

jagung

expire

Padat Gudang Estetika Tidak adaEstetika /

kebersihan

Kertas Padat

Proses

pengemasa

n (Gudang)

Estetika Tidak adaEstetika /

kebersihan

Plastik Padat

Proses

pengemasa

n (Gudang)

Estetika Tidak adaEstetika /

kebersihan

Limbah

Padat

domestik

Padat

Aktivitas

pabrik dan

karyawan

Estetika Tidak adaEstetika /

kebersihan

Limbah

domestikCair Dari WC

Penurunan

kualitas

air

pH= 6-

9

BOD =

150 mg/l

TSS =

200 mg/l

Minyak

dan Lemak =

15 mg/l

COD =

300 mg/l

TDS =

4000 mg/l

SK Gub.

Jatim No 45

tahun 2002

Gol IV

Air

pencucian

alat

proses

produksi

dan

Laboratori

um

Cair

Kamar

Mandi dan

Ruang

produksi

Penurunan

kualitas

air

- Udara

Emisi

Gas Cerobong

Genset

Utama

sebelah

Utara PT.

DuPont

Penurunan

kualitas

udara

ambient

SO2=4,367

mg/mm3

NO2=22,635

mg/mm3

Total

Partikulat=

Peraturan

Gubernur

Jatim No. 10

Tahun 2009

SO2=800

Page 19: Tugas Tekber Full

Indonesia

18,444

mg/mm3

Opasitas=

10%

mg/mm3

NO2=1000

mg/mm3

Total

Partikulat=

350 mg/mm3

Opasitas=

35%

Gas

Cerobong

Genset

Utama

sebelah

Utara PT.

DuPont

Indonesia

Penurunan

kualitas

udara

ambient

SO2=11,965

mg/mm3

NO2=50,328

mg/mm3

Total

Partikulat=

24,926

mg/mm3

Opasitas=

10%

Peraturan

Gubernur

Jatim No. 10

Tahun 2009

SO2=800

mg/mm3

NO2=1000

mg/mm3

Total

Partikulat=

350 mg/mm3

Opasitas=

35%

Di dalam

ruangan

Gas

Proses

Produksi

(Ruang

shelling

lantai 2 PT.

DuPont

Indonesia)

Penurunan

kualitas

udara

ambient

NOx=0,0017

ppm

CO=0,00 ppm

SO2 = 0,0043

ppm

SE Menaker

No. 01

Tahun 1997

NOx= 3 ppm

CO = 25

ppm

SO2 = 2 ppm

Gas

Proses

Produksi

(Ruang

shelling

lantai 4 PT.

DuPont

Indonesia)

Penurunan

kualitas

udara

ambient

NOx=0,0041

ppm

CO=0,00 ppm

SO2 = 0,0019

ppm

SE Menaker

No. 01

Tahun 1997

NOx= 3 ppm

CO = 25

ppm

SO2 = 2 ppm

Gas Proses

Produksi

Penurunan

kualitas

NOx=0,0052

ppm

SE Menaker

No. 01

Page 20: Tugas Tekber Full

(Ruang old

conditioning

PT. DuPont

Indonesia)

udara

ambient

CO=0,00 ppm

SO2 = 0,0021

ppm

Tahun 1997

NOx= 3 ppm

CO = 25

ppm

SO2 = 2 ppm

Gas

Proses

Produksi

(Ruang new

conditioning

PT. DuPont

Indonesia)

Penurunan

kualitas

udara

ambient

NOx=0,0010

ppm

CO=0,00 ppm

SO2 = 0,0026

ppm

SE Menaker

No. 01

Tahun 1997

NOx= 3 ppm

CO = 25

ppm

SO2 = 2 ppm

Gas

Proses

Produksi

(Ruang Rice

Plant PT.

DuPont

Indonesia)

Penurunan

kualitas

udara

ambient

NOx=0,0005

ppm

CO=0,00 ppm

SO2 = 0,0011

ppm

SE Menaker

No. 01

Tahun 1997

NOx= 3 ppm

CO = 25

ppm

SO2 = 2 ppm

Gas

Proses

Produksi

(Ruang Mini

Plant PT.

DuPont

Indonesia)

Penurunan

kualitas

udara

ambient

NOx=0,0009

ppm

CO=0,00 ppm

SO2 = 0,0017

ppm

SE Menaker

No. 01

Tahun 1997

NOx= 3 ppm

CO = 25

ppm

SO2 = 2 ppm

Diluar

ruangan

GasMesin

Produksi

Penurunan

kualitas

udara

ambient

NOx=0,0004

ppm

CO=0,00 ppm

SO2 = 0,0035

ppm

SK Gubernur

Jatim No. 10

Tahun 2009

NOx= 0,5

ppm

CO = 20

ppm

SO2 = 0,1

ppm

Gas Kendaraan

Penurunan

kualitas

udara

ambient

NOx=0,0016

ppm

CO=0,00 ppm

SO2 = 0,0093

ppm

Gas Kendaraan Penurunan NOx=0,0025

Page 21: Tugas Tekber Full

kualitas

udara

ambient

ppm

CO=0,00 ppm

SO2 = 0,0060

ppm

- Di

Halaman

Belakang

PT.

DuPont

Gas

Halaman

Parkir dan

halaman

belakang

Penurunan

kualitas

udara

ambient

NOx=0,00ppm

CO=0,00 ppm

SO2 = 0,0035

ppm

Di dalam

ruangan

Debu

halu

s

Ruang

shelling

lantai 2 PT.

DuPont

Indonesia

Penurunan

kualitas

udara

ambient

0.196 mg/m3

SE Menaker

No. 01

Tahun 1997

4 mg/m3

Debu

halu

s

Ruang

shelling

lantai 4 PT.

DuPont

Indonesia

Penurunan

kualitas

udara

ambient

0.236 mg/m3

SE Menaker

No. 01

Tahun 1997

4 mg/m3

Debu

halu

s

Ruang old

conditioning

PT. DuPont

Indonesia

Penurunan

kualitas

udara

ambient

0.158 mg/m3

SE Menaker

No. 01

Tahun 1997

4 mg/m3

Debu

halu

s

Ruang new

conditioning

PT. DuPont

Indonesia

Penurunan

kualitas

udara

ambient

0.147 mg/m3

SE Menaker

No. 01

Tahun 1997

4 mg/m3

Debu

halu

s

Ruang Rice

Plant PT.

DuPont

Indonesia

Penurunan

kualitas

udara

ambient

0.131 mg/m3

SE Menaker

No. 01

Tahun 1997

4 mg/m3

Debu

halu

s

Ruang Mini

Plant PT.

DuPont

Indonesia

Penurunan

kualitas

udara

ambient

0.107 mg/m3

SE Menaker

No. 01

Tahun 1997

4 mg/m3

Di luar Debu

halu

Kendaraan Penurunan

kualitas

0.122 mg/m3 Peraturan

Gubernur

Page 22: Tugas Tekber Full

ruangan

sudara

ambient

Jatim No. 10

Tahun 2009,

0,26 mg/m3

Debu

halu

s

Proses

Produksi

Penurunan

kualitas

udara

ambient

0.368 mg/m3

Peraturan

Gubernur

Jatim No. 10

Tahun 2009,

0,26 mg/m3

Debu

halu

s

Proses

Produksi

Penurunan

kualitas

udara

ambient

0.059 mg/m3

Peraturan

Gubernur

Jatim No. 10

Tahun 2009,

0,26 mg/m3

- Di

Halaman

Belakang

PT.

DuPont

Debu

halu

s

Halaman

Parkir

Penurunan

kualitas

udara

ambient

0.029 mg/m3

SK Gubernur

Jatim No. 10

Tahun 2009,

0,26 mg/m3

Di dalam

Ruangan

(Ruang

shelling

lantai 2

PT.

DuPont

Indonesia)

Bising

Mesin

sheller,

cleaner dan

sizer

Mengganggu

pendengaran85,6-87,1 dBA

Surat

Keputusan

Menaker No.

51/Men/1999

85 dBA

Di dalam

Ruangan

(Ruang

shelling

lantai 4

PT.

DuPont

Indonesia)

Bising

Mesin

sheller,

cleaner dan

sizer

Mengganggu

pendengaran88,7-89,6 dBA

Surat

Keputusan

Menaker No.

51/Men/1999

85 dBA

Di dalam

Ruangan

(Ruang

old

Bising Mesin

sheller,

cleaner dan

sizer

Mengganggu

pendengaran

87,1-87,8 dBA Surat

Keputusan

Menaker No.

51/Men/1999

Page 23: Tugas Tekber Full

conditioni

ng PT.

DuPont

Indonesia)

85 dBA

Di dalam

Ruangan

(Ruang

new

conditioni

ng PT.

DuPont

Indonesia)

Bising

Mesin

sheller,

cleaner dan

sizer

Mengganggu

pendengaran83,7-85,4 dBA

Surat

Keputusan

Menaker No.

51/Men/1999

85 dBA

Di dalam

Ruangan

(Ruang

Rice Plant

PT.

DuPont

Indonesia)

Bising

Mesin

sheller,

cleaner dan

sizer

Mengganggu

pendengaran74,5-75,3 dBA

Surat

Keputusan

Menaker No.

51/Men/1999

85 dBA

Di dalam

Ruangan

(Ruang

Mini Plant

PT.

DuPont

Indonesia)

Bising

Mesin

sheller,

cleaner dan

sizer

Mengganggu

pendengaran71,2-72,3 dBA

Surat

Keputusan

Menaker No.

51/Men/1999

85 dBA

Di luar

ruangan

(Halaman

Depan

PT.

DuPont

Indonesia)

Bising

Mesin

sheller,

cleaner dan

sizer

Mengganggu

pendengaran49.6-49.8 dBA

PerMenkes

718/1987

Zona D:60-

70 dBA

Di luar

ruangan

(Halaman

antara

receiving

Bising Mesin

sheller,

cleaner dan

sizer

Mengganggu

pendengaran

50.2 – 51.2

dBA

PerMenkes

718/1987

Zona D:60-

70 dBA

Page 24: Tugas Tekber Full

dan

shelling

PT.

DuPont

Indonesia)

Di luar

ruangan

(Halaman

Belakang

PT.

DuPont

Indonesia)

Bising

Mesin

sheller,

cleaner dan

sizer

Mengganggu

pendengaran

50.8 – 51.2

dBA

PerMenkes

718/1987

Zona D:60-

70 dBA

Di luar

ruangan

(Rice

Plant PT.

DuPont

Indonesia)

Bising

Mesin

sheller,

cleaner dan

sizer

Mengganggu

pendengaran

57.5 – 58.6

dBA

PerMenkes

718/1987

Zona D:60-

70 dBA

Komponen yang

Dipantau

Aspek yang

DipantauCara Pemantauan

1 2 3

1. Mutu Bahan Baku

a. Bahan Baku

b. Bahan Penolong

Sifat bahan baku

Jenis bahan

Sistem penyimpanan

Sifat bahan penolong

Jenis bahan

Sistem penyimpanan

Visual

Color sortation

visual

2. Peralatan Pabrik Sistem kerja alat

Kebersihan alat

Kondisi peralatan

Visual

Penetapan

standart tata cara

pemeliharaan

3. Saluran Air Hujan Kondisi saluran

Sampah

Langsung secara

visual

4. Saluran Domestik Kondisi saluran

Kebersihan

Tumpukan padatan

Langsung secara

visual

Page 25: Tugas Tekber Full

(endapan)

5. Fasilitas Pemadam

Kebakaran

Kesiapan kerja alat

Tanggal masa

berlaku

Tekanan

Kelancaran hidran

Visual

6. Sistem Efisiensi

Energi

Penggunaan listrik

dan system

efisiensi

Pengamatan

rekening

Pemeriksaan alat

meteran

7. Kesehatan

Karyawan

Tingkat kesehatan

karyawan

Jenis keluhan

Remedial check up

1. KUALITAS AIR LIMBAH DAN UDARA

a. Kualitas Air Limbah Industri

Air limbah industri di PT. DuPont Indonesia adalah berasal dari hasil air bekas mencuci

peralata slury treatment dan wastafel laboratorium. Air limbah yang dihasilkan ditampung

dalam suatu tampungan tersendiri. Pemantauan kualitas air limbah dalam tampungan

dilakukan secara berkala. Pemantauan dilakukan dengan dengan bekerjasama dengan

Balai Besar Teknik Lingkungan dan Pemberantasan Pengakit Menular (BBTKL – PPM)

Surabaya, ditekankan pada parameter fisik dan kimia. Nilai kualitas air limbah industri

lebih kecil dari baku mutu berdasarkan SK. Gubernur Jawa Timur No.45 tahun 2002

Lampiran II Golongan III sehingga tidak membahayakan lingkungan (Lampiran IV.1). Air

limbah yang tertampung dipergunakan untuk menyiram tanaman di taman yang dimiliki

oleh PT. DuPont. Limbah cair lain adalah berasal dari toilet. Di PT.DuPont limbah ini

ditampung dalam septic tank dan dikuras secara berkala oleh pihak ketiga yaitu

CV.Prayogo.

b. Kualitas Air Bersih

Kualitas air bersih yang dipergunakan untuk proses produksi dan kegiatan MCK pada

PT.DuPont Indonesia, diamati secara rutin setiap tahun. Parameter yang diamati meliputi

parameter fisika, kimia dan biologi (Lampiran IV.1). Sampel air bersil diambil diambil dari

lokasi seperti warehouse- kran kamar mandi. Berdasarkan hasil pengukuran yang

dilakukan oleh Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL-PPM) Surabaya tahu

2005 hingga 2009 menunjukan bahwa semua parameter memenuhi batas syarat kualitas

air bersih (PER.MEN.KES RI No.416/MENKES/PER/XI/1990). Hal ini menunjukan bahwa

PT.DuPont Indonesia sangat konsisten dalam menerapkan standar penggunaan air

bersih. Hasil pengukuran terakhir adalah sebagai berikut :

a. Kualitas Air Badan Air

Page 26: Tugas Tekber Full

Tidak diperiksa karena lokasi pabrik PT.DuPont Indonesia lokasinya jauh dari sungai

sehingga tidak berpengaruh terhadap air badan air. Sedangkan tampungan air produksi

dan toilet diambil oleh pihak ketiga. Air yang mengalir dari dalam pabrik ke saluran

drainase didepan lokasi pabrik adalah merupakan air limpasan permukaan pada saat

musim hujan. Sedangkan pada saat musim tidak hujan air yang mengalir pada saluran

drainase adalah air limbah rumah tangga dari penduduk di bagian hulu saluran drainase.

b. Kualitas Udara Ambient

1 Gas Polutan dan Debu

Kualitas udara ambient pada lokasi PT.DuPont Indonesia, baik dalam ruangan dan luar

ruangan juga diukur secara rutin setiap tahun. Berdasarkan dari hasil pengukuran yang

dilakukan oleh Balai Besar Teknik Kesehatan dan Lingkungan (BBTKL-PPM) Surabaya

tahun 2005 hingga 2007 menunjukan bahwa semua parameter memenuhi batas syarat

kualitas udara ambient (SK Gubernur Jawa Timur No.126 tahun 1996) dan tahun 2008-

2009 (Peraturan Gubernur Jawa Timur No.39 tahun 2008). Hal ini menunjukan bahwa

PT.DuPont Indonesia sangat konsisten dalam mengupayakan kualitas udara ambient

yang baik. Hasil pengukuran dan analisa yang dilakukan oleh Balai Besar Teknik

Kesehatan dan Lingkungan (BBTKL-PPM) Surabaya terakhir untuk luar ruangfan adalah

sebagai berikut :

Dari hasil pengukuran kualitas udara di PT.DuPont Indonesia menunjukan bahwa

kandungan debu/partikulat pada pengukuran tahun 2008 cukup tinggi karena melebihi baku

mutu terutama apada halaman parkir depan dan halaman belakang, dekat warehouse. Hal

ini di karenakan aktivitas kendaraan keluar masuk terutama pengangkut bahan baku sangat

padat (peak season)sehingga mempengaruhi kualitas udara di areal tersebut. Sedangkan

dihalaman belakang dikarenakan aktivitas dari proses pemipilan jagung yang berbenturan

langsung dengan dinding pembatas belakang sehingga debu tidak bisa terdispersi secara

baik. Selain debu, semua parameter lain yang telah ditentukan tidak ada yang melebihi baku

mutu yang telah di tetapkan.

2. Suhu, Kelembaban, Angin dan kebisingan

Kondisi suhu udara, kelembaban, kecepatan angin dan kebisingan di lokasi PT.DuPont

Indonesia, baik diluar ruangan (halaman) telah dilakukan pengukuran oleh Balai Besar

Teknik Kesehatan Lingkungan (BBTKL-PPM) Surabaya adalah sebagai berikut :

c. Kualitas Udara Ruang

1 . Gas Polutan dan Debu

Kualitas udara ambient pada lokasi PT.DuPont Indonesia, baik dalam ruangan dan luar

ruangan juga diukur secara rutin setiap tahun. Berdasarkan kasil pengukuran yang

dilakukan oleh Bal Besar Teknik Kesehatan dan Lingkungan (BBTKL-PPM) Surabaya

tahun 2006 hingga 2007 menunjukan bahwa semua parameter memenuhi batas syarat

kualitas udara ambient (SK Gubernur Jawa Timur No.126 tahun 2008). Hal ini

Page 27: Tugas Tekber Full

menunjukan bahwa PT.DuPont Indonesia sangat konsisten dalam mengupayakan

kualitas udara ambient yang baik. Hasil pengukuran dan analisa yang dilakukan oleh

Balai Besar Teknik Kesehatan dan Lingkungan (BBTKL-PPM) Surabaya terakhir untuk

dalam ruangan adalah sebagai berikut :

d. Kualitas Udara Emisi Cerobong

Emisi cerobong yang dikeluarkan dari operasi PT.DuPont Indonesia masih dibawah

baku mutu Peraturan Gubernur Jatim No. 10/2009. Hal ini dapat dilihat dari hasil

pengukuran kualitas emisi cerobong yang telah dilakukan pengukuran oleh Balai Besar

Teknik Kesehatan dan Lingkungan (BBTKL-PPM) Surabaya.

2. Sifat dan Jenis Limbah

Page 28: Tugas Tekber Full

3.7 Implementasi Teknologi bersih yang mungkin diterapkan

a. Udara

Pemantuan lingkungan khususnya kualitas udara menjadi konsekuensi bagi perusahaan

dan kegiatan yang mengemisikan pencemar udara. Pemantauan kualitas udara meliputi

Page 29: Tugas Tekber Full

udara emisi dan udara ambien diperlukan untuk pemenuhan peraturan (pemantaun rutin-

abnormal-darurat, AMDAL/UKL-UPL, PROPER, dll) dan memprediksi dampak pencemaran

emisi udara ke lingkungan. Dalam hal sampling dan pengukuran ini peran dari Laboratorium

Lingkungan Pemerintah (BLH, Bapedalda) dan Swasta sangat penting.

Tujuan Spesifik dari pemantauan kualitas udara antara lain untuk:

1. Data pemenuhan baku mutu

2. Evaluasi kinerja alat pengendali pencemaran udara

3. Pengendalian proses

4. Pembuktian dalam proses hukum

5. Penelitian, dll.

Perusahaan dan kegiatan harus melakukan pemantauan secara manual dalam

periode waktu yang ditentukan oleh peraturan, disamping itu berdasarkan Keputusan

Menteri Lingkungan Hidup no. 13 tahun 1995, 4 jenis industri wajib memantau dengan

CEMS (Continuous Emission Monitoring System) yaitu: Industri Besi dan Baja, Industri Pulp

dan Kertas, Pembangkit Listrik (PLTU) Berbahan Bakar Batubara dan Industri Semen. Selain

itu CEMS dan pemantauan manual juga diwajibkan untuk pembangkit Listrik Tenaga Termal

dengan kapasitas diatas 25 MW (Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No 21 Tahun 2008).

Agar hasil pemantauan kualitas udara -baik yang dilakukan oleh pihak eksternal

(laboratorium terakreditasi) maupun internal oleh perusahaan- tersebut dapat

dipertanggungjawabkan objektivitas dan validasinya maka pemantauan haruslah

memperhatikan hal-hal berikut:

1. Kaidah pemantauan

2. Baku mutu kualitas udara

3. Sampling (prosedur, teknik, lokasi pengambilan dan penanganan)

4. Satuan-satuan dalam pemantauan, Dll.

Hasil pemantauan seperti inilah yang dapat digunakan untuk melihat kepatuhan

(compliance) antara kinerja pengelolaan kualitas udara perusahaan dengan peraturan yang

berlaku dan untuk mengukur kinerja program pengendalian pencemaran udara, sehingga

dapat ditentukan tindak lanjut dan perbaikan yang perlu dilakukan oleh perusahaan. Untuk

itu diperlukan Sumber Daya Manusia (SDM) yang memiliki pemahaman dan kemampuan

untuk pengelolaan dan pemantauan kualitas udara di perusahaan dan juga Laboratorium

Lingkungan Pemerintah (BLH, Bapedalda) dan Swasta.

Kegiatan manusia mengakibatkan pembebasan senyawa ke lingkungan.

Pencemaran atmosfir memiliki pengaruh nyata dan segera tampak pada manusia, jika

masalah ini dibandingkan dengan pencemaran untuk media lain. Perkembangan industry

mempertinggi tingkat pengaruh ini. Pada sisi lain perkembangan peralatan dan teknologi

pengendalian pencemaran udara semakin baik dan canggih. Penerapan system

Page 30: Tugas Tekber Full

pengendalian pencemaran selalu dikaitkan dengan biaya operasi, biaya pemeliharaan dan

biaya produksi.

Penurunan tingkat pencemaran udara diperlukan untuk mempertahankan kualitas

udara yang memenuhi persyaratan bagi makhluk hidup di dalam biosfer, dan meningkatkan

kesehatan masyarakat di daerah industry maupun di daerah yang jauh dari industry. Upaya

ini dikaitkan pula dengan kenyamanan. Kegiatan manusia di kota-kota besar merupakan

bagian pada pencemaran atmosferik ini. Daya dukung biosfera terbatas dalam kapasitas

penyerapan senyawa-senyawa yang dibebaskan ke lingkungan. Perlindungan lingkungan

yang ditangani lewat pengendalian pencemaran harus ditinjau secara bersama-sama untuk

berbagai media peralihan.

b. Pencemaran Udara Oleh Industri

Industri selalu dikaitkan dengan sumber pencemar, karena industry merupakan

kegiatan yang sangat tampak dalam pembebasab berbaggai senyawa kimia kedalam

lingkungan alam. Pemerintah telah menerbitkan Undang-Undang No. 23 Tahun 1997

tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup.

1. Udara

Udara tersusun atas komponen-komponen gas utama nitrogen (N2), oksigen (O2),

dan beberapa gas mulia serta jenis gas hasil kegiatan biologic dan kegiatan alami gunung

berapi. Jadi, udara alami tidak pernaha dalam keadaan murni. Atmosfer dalam kenyataan

merupakan system dinamik disamping watak nyata yang tidak berubah-rubah karena selalu

saling bertukar alih dengan gas pembentuk udara secara berkesinambungan dari tumbuh-

tumbuhan, kelautan dan makhluk hidup lainnya. Siklus gas dalam atmosfer mencakup

berbagai proses fisik dan proses kimiawi. Berbagai jenis gas dihasilkan dari proses kimiawi

di dalam atmosfer itu sendiri, proses biologic, kegiatan gunung berapi, peluruhan senyawa

radioaktif dan kegiatan industry. Gas-gas ini juga disisihkan dari atmosfer oleh berbagai

proses kimiawi, proses biologic dan proses fisik seperti pembentukan partikel, pengendapan

dan penyerapan oleh air laut dan kulit bumi. Waktu tinggal suatu jenis molekul gas yang

memasuki atmosfer berada dalam rentang hitungan jam hingga jutaan tahun yang

bergantung pada jenis gas tersebut.

Sebagian jenis gas dapat dipandang sebagai pencemar udara (terutama jika

konsentrasi gas itu melebihi dari tingkat konsentrasi latar normal) baik gas yang berasal dari

sumber alami atau sumber yang berasal dari kegiatan manusia (anthropologic sources).

Lapisan udara yang menjadi perhatian utama dalam kaitan dengan pencemaran adalah

troposfer. Pada lapisan inilah terjadi peristiwa hujan asam. Hujan asam ini diakibatkan oleh

reaksi dari gas SOx dan NOx dengan H2O di dalam atmosfer serta sinar matahari yang

menghasilkan asam kuat seperti asam sulfat (H2SO4) dan asam nitrat (H2NO3). Asam ini

Page 31: Tugas Tekber Full

dapat merusak/mematikan tumbuhan, hewan bahkan manusia serta mmerusak bangunan.

[Peave et al, 1986]

2. Jenis dan Pengaruh Senyawa Pencemar

Udara alami tidak pernah dalam keadaan murni, karena gas-gas missal SO2, H2S dan

CO akan dibebaskan ke atmosfer akibat proses-proses alami yang berlangsung seperti

pembusukan (putrefaction) tumbuhan atau bangkai, kebakaran hutan dan letusan gunung

berapi. Gas dan partikel padat atau cair akan disebarkan oleh angin ke seluruh bagian dan

sebagian partiikel ini akan mengendap akibat kecepatan yang dimiliki tidak dapat melawan

gaya tarik bumi. Pencemaran alami dan pencemar dari berbagai kegiatan manusia

mengakibatkan kualitas uudara tidak sesuai dengan kualitas udara bersih. Pengenceran

senyawa-senyawa pencemar ini oleh udara tidak berlangsuung secara keseluruhan pada

tiap ketinggian dan tiap saat. Difusi atmosferik adalah sangat kecil pada ketinggian 3000-

4000 meter dan bahkan pada keadaan nyata senyawa pencemar tidak ditemui pada

ketinggian lebih dari 600 meter. Hambatan geologik dan hambatan manusia mengakibatkan

hambatan pada gerakan udara sehingga terjadi penurunan kemampuan pencampuran dan

pengenceran.

Istilah senyawa pencemar digunakan untuk berbagai senyawa asing dalam susunan

udara bersih dan senyawa ini dapat mengakibatkan gangguan atau penurunan kualitas

udara bersih serta penurunan kondisi fisik atmosfer. Senyawa-senyawa pencemar udara

dikelompokkan dalam senyawa-senyawa yang mengandung:

1. Unsur karbon, seperti CO dan hidrokarbon

2. Unsur nitrogen, seperti NO dan NO2

3. Unsur sulfur, seperti H2S, SO2 dan SO3

4. Unsur halogen, seperti HF

5. Partikel padat atau cair

6. Senyawa beracun, dan

7. Senyawa radioaktif

Senyawa pencemar digolongkan sebagai: (a) senyawa pencemar primer, dan (b)

senyawa pencemar sekunder. Senyawa pencemar primer adalah senyawa yang langsung

dibebaskan dari sumber, sedangkan senyawa pencemar sekunder adalah senyawa baru

yang terbentuk akibat interaksi dua atau lebih senyawa pencemar primer selama berada di

atmosfer.

Lima jenis senyawa pencemar yang umum dikaitkan dengan pencemaran udara

adalah (1) karbonmonoksida (CO), (2) oksida nitrogen (NOx), (3) oksida sulfur (SOx), (4)

hidrokarbon dan (5) partikel/debu. Satuan konsentrasi yang digunakkan untuk menyatakan

konsentrasi senyawa pencemar adalah µg/m3 yang menyatakan bobot zat dalam satu satuan

m3 udara atau mg/m3 untuk keadaan yang tercemar berat atau ppm volum yang diukur pada

keadaan standar (25 ºC dan 1 atm).

Page 32: Tugas Tekber Full

3. Pencemaran Udara

Alam dan kegiatan manusia serta industry membebaskan senyawa kimia ke lingkungan

udara. Jika senyawa itu adalah asing untuk komposisi udara atau konsentrasi suatu jenis

senyawa itu melebihi nilai ambang batas (TLV: threshold limit value), maka udara itu

mengalami pencemaran. Pencemaran udara adalah peristiwa pemasukan dan/atau

penambahan senyawa, bahan atau energy ke dalam lingkungan udara akibat kegiatan alam

dan manusia, sehingga temperature dan udara tidak sesuai lagi untuk tujuan pemanfaatan

yang paling baik atau nilai linggkungan udara itu menurun.

Industry memberikan bagian yang relative kecil pada pencemaran atmosferik jika

dibandingkan dengan pengangkutan. Meskipun industry dalam kenyataan memberikan

bagian yang kecil dalam emisi senyawa pencemar, tetapi suumber ini mudah diamati, karena

industry meruppakan sumber pencemaran tiitik (point source of pollution). Bagian paling

besar yang dibebaskan oleh industry adalah padatan renik atau debu. Debu ini memberikan

dampak negative bagi lingkungan biotic dan fisik.

Upaya pengendalian pencemaran udara oleh industry yang pertama kali adalah

penanggulangan emisi debu, sedangkan penanggulangan emisi senyawa pencemar fasa

gas sering diusahakan pada tingkat akhir. Maslah ini lebih menonjol, karena indutriawan

lebih mudah memahami masalah debu yang tampak dibandingkan dengan masalah

senyawa pencemar yang tidak tampak. Perancang pabrik selalu berkeinginan agar kedua

masalah itu dapat dipertimbangkan sejak awal rancangan, karena penambahan unit yang

khusus digunakan untuk penghilangan senyawa pencemar fasa gas akan memerlukan biaya

yang relative lebih tinggi, jika penambahan unit dilakukan pada waktu pabrik telah

beroperasi.

4. Metoda Pengendalian Pencemaran Udara

Jika pengendalian pencemaran ingin diterapkan, maka berbagai pendekatan dapat dipilih

untuk menentukan metoda pengendalian pencemaran udara. Pengendalian pencemaran

yang dapat dilakukan meliputi pengendalian pada sumber pencemar dan pengenceran

sehingga senyawa pencemar itu tidak berbahaya lagi baik untuk lingkungan fisik dan biotic

maupun untuk kesehatan manusia.

Pengendalian senyawa pencemar pada sumber merupakan upaya yang paling berhasil-guna

bahkan pengendalian ini dapat mengghilangkan atau paling sedikit mengurangi kadar

senyawa pencemar dalam aliran udara atau fasa yang dibebaskan ke lingkungan.

Pengendalian pencemaran dapat dicapai dengan pengubahan:

1. Jenis senyawa pembantu yang digunakan dalam proses

2. Jenis peralatan proses

3. Kondisi operasi, dan

4. Keseluruhan proses produksi itu sendiri.

Page 33: Tugas Tekber Full

Pemilihan tingkat kerja (actions) itu selalu dikaitkan dengan penilaian ekonomik seluruh

produksi. Hal-hal yang menyulitkan adalah proses produksi yang berada di bawah lisensi.

Jika pembentukan senyawa pencemar ini tidak dapat dihindarkan lagi, maka pemasangan

alat untuk menangkap senyawa ini harus dilakukan. Secara umum penghilangan senyawa

pencemar yang akan memasuki atmosfer adalah metoda yang didasarkan atas pengurangan

(reduction) senyawa pencemar.

Berbagai jenis alat pengumpul (collectors) didasarkan atas pengurangan kadar debu

saja atau kadar debu dan gas. Prinsip pengurangan kadar debu dalam aliran gas yang

dibebaskan ke lingkungan diantaranya:

1. Pemisah Brown

Pemisahan jenis ini menerapkan gerakan partikel menurut Brown. Alat ini dapat

memisahkan debu dengan rentang ukuran 0.01-0.05 mikron. Alat yang dipatenkan

dibentuk dengan susunan filament gelas dengan jarak antar filament yang lebih kecil

dari lintasan bebas rata-rata partikel.

2. Penapisan

Deretan penapis atau penapis kantung (filter bag) akan dapat menghilangkan debu

hingga ukuran diameter 0.1 mikron. Penapis ini dibatasi oleh pembebanan yang rendah,

karena pembersihan membutuhkan waktu dan biaya yang tinggi. Susunan penapis yang

bias digunakan untuk gas buang yang mengandung minyak atau debu higroskopik.

Temperature gas buang dibatasi oleh komposisi bahan penapis.

a. Pengendap elektrostatik

Alat ini memberikan tegangan tinggi pada aliran gas berkecepatan rendah. Debu

yang telah menempel dapat dihilangkan secara beraturan dengan cara getaran.

Keuntungan yang diperoleh adalah debu yang kering dengan ukuran rentang 0.3-0.5

mikron. Tetapi secara teoritik ukuran partikel yang dapat dikumpulkan tidak memiliki

batas minimum.

b. Pengumpul sentrifugal

Pemisah debu dari aliran gas didasarkan atas gaya sentrifugal yang dibangkitkan

oleh bantik saluran masuk alat. Gaya ini melemparkan partikel ke dinding dan gas

berputar (vortex) sehingga debu akan menempel di dinding serta terkumpul di dasar

alat. Alat yang menggunakan prinsip ini dapat digunakan untuk pemisahan partikel

besar dengan rentang ukuran diameter hingga 10 mikron.

c. Pemisah inersia

Pemisah ini bekerja atas gaya inersia yang dimiliki oleh partikel di dalam aliran gas.

Pemisahan ini menggunakan susunan penyekat, sehingga partikel akan bertumbukan

dengan penyekat ini dan akan dipisahkan dari aliran fasa gas. Kendala daya guna

ditentukan oleh jarak antar penyekat. Alat yang didasarkan atas prinsip gaya inersia

bekerja dengan baik untuk partikel yang memiliki ukuran diameter lebih besar daripada

Page 34: Tugas Tekber Full

20 mikron. Rancangan yang baru dapat memisahkan partikel yang berukuran hingga 5

mikron.

d. Pengendapan akibat gaya gravitasi

Rancangan alat ini didasarkan perbedaan gaya gravitasi dan kecepatan yang

dialami oleh partikel. Alat ini akan bekerja dengan baik untuk partikel dengan ukuran

diameter yang lebih besar daripada 40 mikron dan tidak digunakan sebagai pemisah

debu tingkat akhir.

e. Menara percik

Prinsip kerja pada menara percik ini adalah aliran gas yang berkecepatan rendah

bersentuhan dengan aliran air yang bertekanan tinggi dalam bentuk butir. Alat ini

merupakan alat yang relative sederhana dengan kemampuan penghilangan pada tingkat

sedang (moderate). Alat dengan prinsip ini dapat mengurangi kandungan debu dengan

rentang ukuran diameter 10-20 mikron dan gas yang larut dalam air.

f. Siklon basah

Modifikasi siklon ini menangani gas yang berputar lewat percikan air. Butiran air

yang mengandung dan gas yang terlarut akan dipisahkan dengan aliran gas utama atas

dasar gaya sentrifugal. Slurry ini dikumpulkan di bagian bawah siklon. Siklon jenis ini

lebih efektif daripada menara percik. Rentang ukuran diameter debu yang dapat

dipisahkan adalah 3-5 mikron.

g. Pemisahan venturi

Rancangan pemisahan venturi ini didasarkan atas kecepatan gas yang tinggi dan

berkisar antara 30-150 meter per detik pada bagian yang disempitkan dan gas

bersentuhan dengan butir air yang dimasukan di daerah itu. Alat ini dapat memisahkan

partikel hingga ukuran 0.1 mikron dan gas yang larut dalam air.

h. Tumbukan pada piringan yang berlubang

Alat ini disusun oleh piringan yang berlubang dan gas yang lewat orifis ini

berkecepatan 10 hingga 30 meter per detik. Gas ini membentur lapisan air hingga

membentuk percikan air. Percikan ini akan bertumbukan dengan penyekat dan air akan

meyerap gas serta mengikat debu. Gas yang memiliki kelarutan sedang dapat diserap

dengan air dalam alat ini. Ukuran partikel paling kecil yang diserap adalah 1 mikron.

i. Menara dengan packing

Prinsip penyerapan gas dilakukan dengan cara persentuhan cairan dan gas di

daerah antara packing. Aliran gas dan cairan dapat searah arus maupun berlawanan

arah arus atau aliran melintang. Rancangan baru alat ini dapat menyerap debu yang

lebih besar dari 10 mikron.

j. Pencuci dengan pengintian

Page 35: Tugas Tekber Full

Prinsip yang diterapkan adalah pertumbuhan inti dengan kondensasi dan partikel

yang dapat ditangani berukuran hingga 0.01 mikron serta dikumpulkan pada permukaan

filament.

k. Pembentur turbulen

Penyerapan partikel dilakukan dengan cara mengalirkan aliran gas lewat cairan yang

berisi bola-bola berdiameter 1-5 cm. Partikel dapat dipisahkan dari aliran gas, karena

debu bertumbukan dengan bola-bola itu. Efisiensi penyerapan gas bergantung pada

jumlah tahap yang digunakan.

Upaya pembersihan aliran gas atau udara sebelum dibebaskan ke lingkungan dapat

dihubungkan dengan kebutuhan proses produksi, perolehan produk samping atau

perlindungan lingkungan. Seringkali alat ini merupakan bagian integral dari suatu proses, jika

sasaran utama adalah penghilangan gas yang beracun atau mudah terbakar. Debu

ditemui dalam berbagai ukuran, bentuk, komposisi kimia, densitas (trace, apparent, bulk

density), daya kohesi, sifat higroskopik dan lain-lain. Variable yang aneka ragam ini

mengakibatkan pemilihan alat dan system pengendalian pencemaran udara oleh debu dan

gas harus berhubungan dengan sasaran masalah pembersihan gas dan watak kinerja alat

disamping penilaian ekonomik. Penggunaan alat pengendalian pencemaran di dalam suatu

system produksi harus dikaji sesuai dengan watak proses, watak gas yang dibuang, kondisi

operasi dan biaya. Masalah rancangan proses pengendalian merupakan kegiatan yang

menentukan dalam pemilihan system dan teknologi pengendalian pencemaran udara dalam

industry.

c. Teknologi Pengendalian Pencemaran Udara

Menurut dr.drh. Mangku Sitepoe (1997), ada lima dasar dalam mencegah atau memperbaiki

pencemaran udara berbentuk gas.

1. Absorbsi. Melakukan solven yang baik untuk memisahkan polutan gas dengan

konsentrasi yang cukup tinggi. Biasanya absorbennya air, tetapi kadang-kadang dapat

juga tidak menggunakan air (dry absorben).

2. Adsorbsi. Mempergunakan kekuatan tarik-menarik antara molekul polutan dan zat

adsorben. Dalam proses adsorbsi dipergunakan bahan padat yang dapat menyerap

polutan. Berbagai tipe adsorben antara lain Karbon Aktif dan Silikat.

3. Kondensasi. Dengan kondensasi dimaksudkan agar polutan gas diarahkan mencapai titik

kondensasi, terutama dikerjakan pada polutan gas yang bertitik kondensasi tinggi dan

penguapan yang rendah (Hidrokarbon dan gas organik lain).

4. Pembakaran. Mempergunakan proses oksidasi panas untuk menghancurkan gas

Hidrokarbon yang terdapat di dalam polutan. Hasil pembakaran berupa Karbon Dioksida

dan air. Adapun proses pemisahannya secara fisik dikerjakan bersama-sama dengan

proses pembakaran secara kimia.

Page 36: Tugas Tekber Full

5. Reaksi kimia. Banyak dipergunakan pada emisi golongan Nitrogen dan Belerang.

Membersihkan gas golongan Nitrogen, caranya dengan diinjeksikan Amoniak yang akan

bereaksi kimia dengan NOx dan membentuk bahan padat yang mengendap. Untuk

menjernihkan golongan Belerang dipergunakan copper oksid atau kapur dicampur arang.

sementara itu, pencegahan pencemaran udara berbentuk partikel dapat dilakukan melalui

enam konsep.

1. “Membersihkan” (Scrubbing). Mempergunakan cairan untuk memisahkan polutan. Alat

scrubbing ada berbagai jenis, yaitu berbentuk plat, masif, fibrous, dan spray.

2. Menggunakan filter. Dimaksudkan untuk menangkap polutan partikel pada permukaan

filter. Filter yang dipergunakan berukuran sekecil mungkin. Filter bersifat semipermeable

yang dapat dibersihkan, kadang-kadang dikombinasikan dengan pembersihan gas dan

filter polutan partikel.

3. Mempergunakan presipitasi elektrostatik. Cara ini berbeda dengan cara mekanis lainnya,

sebab langsung ke butir-butir partikel. Polutan dialirkan di antara pelat yang diberi aliran

listrik sehingga presipitator yang akan mempresipitasikan polutan partikel dan ditampung

di dalam kolektor. Pada bagian lain akan keluar udara yang telah dibersihkan.

4. Mempergunakan kolektor mekanis. Dengan menggunakan tenaga gravitasi dan tenaga

kinetis atau kombinasi keduanya untuk mengendapkan partikel. Sebagai kolektor

dipergunakan gaya sentripetal yang memakai siklon.

5. Program langit biru. Yaitu program untuk mengurangi pencemaran udara, baik

pencemaran udara yang bergerak maupun stasioner. Dalam hal ini, ada tiga tindakan

yang dilakukan terhadap pencemaran udara akibat transportasi (baca: kendaraan

bermotor), yaitu: Pertama, mengganti bahan bakar kendaraan. Bahan bakar disel dan

premium pembakarannya kurang sempurna sehingga terjadi polutan yang berbahaya.

Dalam program lagit biru, hal ini dikaitkan dengan penggantian bahan bakar ke arah

bahan bakar gas yang memberikan hasil pembakaran lebih baik. Kedua, mengubah

mesin kendaraan. Mesin dengan bahan bakar disel diganti dengan mesin bahan bakar

gas. Ketiga, memasang alat-alat pembersihan polutan pada kendaraan bermotor.

6. Menggalakan penanaman pohon. Mempertahankan paru-paru kota dengan memperluas

pertamanan dan penanaman berbagai jenis pohon sebagai penangkal pencemaran.

Sebab tumbuhan akan menyerap hasil pencemaran udara (CO2) dan melepaskan

oksigen sehingga mengisap polutan dan mengurangi polutan dengan kehadiran oksigen.

Bentuk pencegahan yang lain adalah membiasakan diri untuk mengkonsumsi

makanan mengandung serat tinggi. Serat makanan dapat menetralkan zat pencemar udara

dan mengurangi penyerapan logam berat melalui sistem pencernaan kita. Dan yang paling

penting pemerintah hendaknya komitmen terhadap mengganti bensin bertimbal dengan

bensin tanpa Timbal. Teknologi pengendalian pencemaran udara dalam suatu plant atau

tahap proses dirancang untuk memenuhi kebutuhan proses itu atau perlindungan

Page 37: Tugas Tekber Full

lingkungan. Teknologi ini dapat dipilih dengan penerapan susunan alat pengendali sehingga

memenuhi persyaratan yang telah disusun dalam rancangan proses. Rancangan proses

pengendalian pencemaran ini harus dapat memenuhi persyaratan yang dicantumkan dalam

peraturan pengelolaan lingkungan. Rancangan ini harus mempertimbangkan factor ekonomi.

Jadi penerapan peralatan pengendalian ini perlu dikaitkan dengan perkembangan proses

produksi itu sendiri sehingga memberikan nilai ekonomik yang paling rendah baik untuk

instalasi, operasi dan pemeliharaan. Nilai ekonomik yang dihubungkan dengan biaya

produksi ini masih sering dianggap cukup besar. Penilaian ekonomik yang dihubungkan

dengan kemaslahatan masyarakat kurang ditinjau, karena analisis ini kurang dapat dipahami

oleh pihak industriawan. Dengan demikian penerapan peraturan harus dilaksanakan dan

diawasi dengan baik, agar penerapan teknologi pengendalian ini bukan hanya sekedar

memasang alat pengendalian pencemaran udaram tetapi kinerja alat ini tidak memenuhi

persyaratan. Teknologi pengendalian ini perlu dikaji dengan seksama, agar penggunaan alat

tidak berlebihan dan kinerja yang diajukan oleh pembuat alat dapat dicapai dan memenuhi

persyaratan perlindungan lingkungan. System pengendalian ini harus diawali dengan

memahami watak emisi senyawa pencemar dan lingkungan penerima. Teknologi

pengendalian yang sempurna akan membutuhkan biaya yang besar sekali sehubungan

dengan dimensi alat, kebutuhan energy, keselamatan kerja dan mekanisme reaksi.

Faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan teknologi pengendalian atau rancangan

system pengendalian meliputi:

a. Watak gas buang atau efluen

b. Tingkat pengurangan yang dibutuhkan

c. Teknologi komponen alat pengendalian pencemaran

d. Kemungkinan perolehan senyawapencemar yang bernilai ekonomik.

Watak efluen merupakan factor penentu dan tidak dapat digunakan untuk penyelesaian

semua jenis pengendalian pencemaran. Jadi watak fisik kimia dan eluen dan lingkungan

penerima harus di fahami dengan baik. Kemungkinan fenomena sinergetik yang dapat

berlangsunghars dapat di perkirakan, jika perubahan watak atau komposisi effluent atau

proses produksi dapat berlangsung dalam waktu yang akan datang.

Rancangan system penglolaan udara di daerah industry meliputi semua langkah perbaikan

dan metode perlakuan yang menjamin hasil guna yang ekonomis untuk penyelesaian

masalah. Pengkajian yang rinci harus dilakukan untuk system yang lengkap. Penilaian

masalah pencemaran udara untuk system produksi meliputi tahap-tahap :

1. Rancangan dan konstruksi, meliputi :

a. Penyigian plant

b. Pengujian dan pengumpulan data

c. Penentuan kriteria rancangan yang mencakup pengkajian watak efluaen dengan

baku mutu lingkungan udara

Page 38: Tugas Tekber Full

2. Tahap kajian teknis dan rekayasa, yaitu melaksanakan:

a. Penilaian system dan teknologi pengendalian pencemaran, yang meliputi: (1)

Sumber perbaikan, (2) Metode perlakuan yang memperhatikan cara pengumpulan,

pendidikan, disperse dan pembuangan, dan (3) Perolehan kembali senyawa yang

bernilai ekonomik.

b. Kajian ekonomik yang meliputi investasi dan operasi

3. Tahap rancangan dan konstruksi, meliputi:

a. Pemilihan system pengendalian

b. Rancangan proses dan rekayasa serta konstruksi

Sistem pengendalian pencenmaran ini akan selalu memasang cerobong sebagai upaya

untuk mengurangi konsentrasi senyawa pencemar pada saat pembebasan ke udara.

Rancangan cerobong ini harus memiliki persyaratan tingkat konsentrasi di permukaan dan

watak lingkungan udara yang meliputi kemantapan dan derajat inversi. Industri telah

menerapkan system pengendalian pencemaran udara dan system ini terutama dikaitkan

dengan proses produksi serta penanggulangan pencemaran debu. Masalah ini belum

dirancang secara seksama, meskipun baku mutu emisi udara untuk sumber yang tak

bergerak yang akan digunakan sebagai acuan di Indonesia telah di terbitkan jika rancangan

system menggunakan baku mutu dari emisi udara dari Negara yang sudah mantap dalam

pengelolaan lingkungan udara, maka teknilogi yang di pilih akan lebih mahal. Hal ini

diakibatkan oleh peralatan yang telah diproduksi itu berdasarkan acuan baku mutu emisi

udara yang brlaku di Negara tersebut.

d. Penanggulangan Kebisingan

• Kemampuan membendung gelombang

Faktor ini berkaitan dengan bahan yang dapat menyerap bunyi suara bagus tetap

tidak bisa membendung atau menghalang-halangi arus penjalaran gelombang-

gelobang bunyi. Dibanding semua bahan, yang paling istimewa adalah kayu.

• Koefisien serapan bunyi

Faktor ini menjelaskan tentang bunyi yang masuk ke dinding sebagian diserap oleh

dinding dan menghilang (absorpsi) sebagian lagi dihantar oleh dinding dan merambat

terus kemana-mana (hantaran) dan ada yang keluar lagi di hawa udara di pihak lain

dari dinding. Serapan bunyi akan total terjadi apabila gelombang-gelombang bunyi

menjumpai lubang atau jendela atau hilang di luar.

• Isolasi dinding

Semakin tebal dan berat dinding pemisah, semakin sulit pula bunyi dari ruang yang

satu merembes ke ruang yang lain.

• Pemilihan lokasi bangunan dan peraturannya

Penempatan gedung serta pengaturan halaman sekeliling dapat mepengaruhi tingkat

gangguan suara. Rumah sakit misalnya tidak baik di letakkan di tepi jalan raya padat

Page 39: Tugas Tekber Full

lalu lintas dan sekolah pun juga jangan diletakkan di samping pabrik. Demikian juga

ruangan kamar tidur sebaiknya diletakkan di sisi yang tenang dan sebagainya.

• Pemakaian Ear Plug

Ear plug adalah alat yang dimasukkan ke dalam telinga untuk melindungi pengguna

dari gangguan pendengaran dengan cara mengurangi tingkat kekerasan suara.

e. Penanganan Debu

• Sistem Kontrol – Setelah semua usaha pencegahan dilakukan secara maksimal,

dan jika masih terdapat debu dari proses tersebut, maka barulah dilakukan

pengendalian atau pengontrolan terhadap debu tersebut. Beberapa teknik

pengendalian yang dapat dilakukan adalah seperti dust collection systems, sistem

pwet dust suppression systems, and airborne dust capture through water sprays.

• Dust Collection Systems – menggunakan prinsip ventilasi untuk menangkap debu

dari sumbernya. Debu disedot dari udara dengan menggunakan pompa dan dialirkan

kedalam dust collector, kemudian udara bersih dialirkan keluar.

• Wet Dust Suppression Systems – menggunakan cairan (yang banyak digunakan

adalah air, tapi bisa juga bahan kimia yang bisa mengikat debu) untuk membasahi

bahan yang bisa menghasilkan debu tersebut sehingga bahan tersebut tidak

cenderung menghasilkan debu.

• Airborne Dust Capture Through Water Sprays – menyemprot debu-debu yang

timbul pada saat proses dengan menggunakan air atau bahan kimia pengikat,

semprotan harus membentuk partikel cairan yang kecil (droplet) sehingga bisa

menyebar diudara dan mengikat debu yang berterbangan membentuk agglomerates

sehingga turun kebawah.

• Dilution Ventilation – teknik ini adalah untuk mengurangi konsentrasi debu yang ada

di udara dengan mendilusi udara berdebu dengan udara tidak berdebu atau bersih.

Secara umum sistem ini masih kurang baik untuk kesehatan karena debu pada

dasarnya masih terdapat diudara, akan tetapi sistem ini bisa digunakan jika sistem

lain tidak diijinkan untuk digunakan.

• Isolation – teknik ini adalah dengan cara memisahkan pekerja dengan udara yang

terkontaminasi, pemisahan bisa dilakukan dengan mengisolasi pekerja kemudian di

suplai dengan udara bersih dari luar. Contoh Supplier air system.

f. Limbah Padat

Biji jagung reject : Biji jagung yang reject di PT DuPont dapat dijual untuk

dijadikan sebagai pakan ternak

Tongkol jagung (bungkil) : Untuk tongkol jagung (bungkil) dapat dibuat sebagai briket

untuk proses pembakaran, selain itu tongkol jagung juga dapat dijual untuk dijadikan

bahan campuran pakan ternak

Page 40: Tugas Tekber Full

Katul jagung/ kulit ari dan sekam : Kulit ari yang pada PT DuPont dapat dijual untuk

dipakai sebagai campuran pakan ternak dan sekam dapat dijadikan briket

Benih jagung expired : Benih jagung expired yang ada di PT DuPont dibeli dan

ditangani oleh pihak lain yaitu CV Trisurya Plastik

Sekam : Sekam padi dapat dijadikan sebagai media tanam dan juga

sebagai pupuk, selain itu juga dapat dijadikan sebagai arang sekam (briket)

Gabah reject : Dapat dijadikan untuk biomassa untuk bahan bakar

Katul padi : Katul padi dapat dijual untuk dijadikan pakan ayam

Botol bekas pestisida : Ditangani oleh CV Trisurya Plastik

Plastik : Ditangani oleh CV Trisurya Plastik

Kertas bekas : Kertas bekas dapat diolah kembali menjadi kertas daur ulang

Limbah padat domestik : Limbah padat domestik PT DuPont ditangani oleh Dinas

Kebersihan Kabupaten Malang

Page 41: Tugas Tekber Full

BAB V

PENUTUP

4.2 Kesimpulan

1. DuPont adalah salah satu unit bisnis di indonesia yang melayani beragam sektor industri

mulai dari sektor pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, makanan dan minuman,

kemasan sampai sektor-sektor industri seperti : otomoti, konstruksi, textile, pulp & paper,

cat dan tinta, plastik, percetakan, kosmetik, consumer goods dan farmasi, sera minyak,

gas, energi dan pertambangan.

2. Sistem Produksi PT. DuPont yang ada di malang adalah Proses produksi di PT. DuPont

Indonesia Malang meliputi jagung dan padi hibrida.

3. Hasil sisa produksi seperti contohnya air limbah industri yang dihasilkan oleh PT. DuPont

Indonesia berasal dari hasil air bekas mencuci peralatan slurry treatment dan wastafel

laboratorium. Limbah cair lainnya yang dihasilkan PT. DuPont berasal dari toilet atau

kamar mandi. Limbah dari toilet ini ditampung di dalam septik tank dan dikuras secara

berkala. Air limbah yang dihasilkan oleh PT. DuPont ditampung dalam suatu tampungan

tersendiri. Pemantauan yang dilakukan PT. DuPont meliputi pemantauan kualitas air

limbah industri, kualitas air bersih, kualitas udara ambien, kualitas udara ruangan, kualitas

udara emisi cerobong dan pemeriksaan bakteriologi air bersih.

4. Hasil pemantauan kualitas yang dilakukan PT. DuPont dari tahun 2005-2009 telah

memenuhi baku mutu yang telah ditentukan, meliputi : kualitas air limbah, kualitas air

bersih, kualitas ambient.

Page 42: Tugas Tekber Full

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2009). Implementasi Produksi Bersih di Bidang Industri.

Alfian, M., & Akhmad, Y. R. (2010). Strategi Pengolahan Limbah Radio Aktif di Indonesia di Tinjau

dari Konsep Cradle To Grave. Jurnal Teknologi Pengelolaan Limbah .

Artiningsih, N. K. (n.d.). Penerapan Produksi Bersih Berdamapak Positif . Semarang: Universitas 17

Agustus 1945.

Novianingsih, C. R. (n.d.). Laporan PKL di PT. Indo Acidatama. Surakarta: Universitas Setia Budi.

Pertanian, D. (2006). Pedoman Pengelolaan Limbah Industri Kelapa Sawit. Subdid Pengelolaan

lingkungan Ditjen PPHP.

Salim, J. (2009). Model Pengelolaan Limbah Industri Baja. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Siregar, S. D., Kurniawan, S., & Primasri, Y. P. (n.d.). Laporan PKL di PT. Ultra Jaya Milk.

Surakarta: Universitas Setia Budi.

Suhartini. (2008). Pengolahan Lingkungan. Yogyakarta: Universitas Negri Yogyakarta.

Setiadi, Tjandra. Prof. “Pengelolaan Limbah Industri”, Bandung: ITB.

Suryana, Apraya. “Laporan Kerja Praktek PT. Indonesia Power Suralaya” [tidak dipublikasikan]

DOKUMENTASI KEGIATAN

Page 43: Tugas Tekber Full
Page 44: Tugas Tekber Full
Page 45: Tugas Tekber Full