tugas referat meningitis neonatus

24
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Meningitis bakteri adalah penyakit yang mengancam jiwa,Meningitis bakteri adalah hasil infeksi bakteri dari meninges. Di luar periode neonatal, 3 organisme yang paling umum yang menyebabkan meningitis bakteri akut adalah Streptokokus pneumoniae, Neisseria meningitiis, dan Haemophilus influenzae tipe b (Hib). Karena imunisasi Hib secara rutin, konjugasi pneumokokus, dan konjugat vaksin meningokokus di Amerika Serikat, kejadian meningitis telah menurun secara drastis. (1) Munculnya resisten penisilin Streptokokus pneumoniae telah mengakibatkan tantangan baru dalam pengobatan meningitis bakteri. Karena meningitis bakteri dalam periode neonatal memiliki fitur yang unik dan epidemiologi etiologi. (1) Meskipun pengembangan vaksin yang efektif, alat untuk identifikasi cepat patogen, dan antimikroba obat kuat, neonatal meningitis terus berkontribusi besar ke seluruh dunia tentang kecacatan neurologis. Bertahannya hasil neonatal meningitis dari meningkatnya jumlah bayi yang bertahan hidup dari kelahiran prematur dan terbatasnya akses ke sumber daya medis di negara berkembang. Disamping itu, SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Nganjuk 1

Upload: yudha-prasastya-wardhana

Post on 25-Jul-2015

192 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: Tugas Referat Meningitis Neonatus

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Meningitis bakteri adalah penyakit yang mengancam jiwa,Meningitis bakteri

adalah hasil infeksi bakteri dari meninges. Di luar periode neonatal, 3 organisme yang

paling umum yang menyebabkan meningitis bakteri akut adalah Streptokokus pneumoniae,

Neisseria meningitiis, dan Haemophilus influenzae tipe b (Hib). Karena imunisasi Hib

secara rutin, konjugasi pneumokokus, dan konjugat vaksin meningokokus di Amerika

Serikat, kejadian meningitis telah menurun secara drastis. (1)

Munculnya resisten penisilin Streptokokus pneumoniae telah mengakibatkan

tantangan baru dalam pengobatan meningitis bakteri. Karena meningitis bakteri dalam

periode neonatal memiliki fitur yang unik dan epidemiologi etiologi. (1)

Meskipun pengembangan vaksin yang efektif, alat untuk identifikasi cepat

patogen, dan antimikroba obat kuat, neonatal meningitis terus berkontribusi besar ke

seluruh dunia tentang kecacatan neurologis. Bertahannya hasil neonatal meningitis dari

meningkatnya jumlah bayi yang bertahan hidup dari kelahiran prematur dan terbatasnya

akses ke sumber daya medis di negara berkembang. Disamping itu, tidak adanya temuan

klinis yang spesifik membuat diagnosis meningitis pada neonatus lebih sulit dibandingkan

anak yang lebih tua dan orang dewasa. Selain itu, berbagai patogen terlihat pada bayi

karena ketidak matangan sistem kekebalan tubuh mereka dan paparan terhadap infeksi

intim mungkin dari ibu mereka.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pembuatan referat ini yaitu untuk mengetahui pengertian,

penyebab, tanda , gejala , penanganan serta pencegahan Meningitis pada Neonatus

SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Nganjuk 1

Page 2: Tugas Referat Meningitis Neonatus

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Anatomi Lapisan Meningen

Selaput otak (Meningen) terdiri dari 3 lapisan dari luar ke dalam yaitu Durameter,

Aranoid, Piameter.

Durameter terdiri dari lapisan yang berfungsi kecuali di dalam tulang tengkorak,

dimana lapisan terluarnya melekat pada tulang dan terdapat sinus venosus. Falx serebri

SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Nganjuk 2

Page 3: Tugas Referat Meningitis Neonatus

adalah lapisan vertikal durameter yang memisahkan kedua hemisfer serebri pada garis

tengah. Tentorium serebri adalah ruang horizontal dari Durameter yang memisahkan lobus

oksipitalis dari serebelum.

Araknoid merupakan membran lembut yang bersatu ditempatnya dengan

piameter, diantaranya terdapat ruang subaraknoid dimana terdapat arteri dan vena serebral

dan dipenuhi oleh cairan serebrospinal.

Piameter merupakan membran halus yang kaya akan pembuluh darah kecil yang

mensuplai darah ke otak dalam jumlah yang banyak. Piameter adalah lapisan yang melekat

langsung dengan otak dan seluruh medula spinalis.

2.2 Meningitis

Meningitis adalah suatu infeksi/peradangan dari meninges, lapisan yang

tipis/encer yang mengepung otak dan jaringan saraf dalam tulang punggung, disebabkan

oleh bakteri, virus,riketsia, atau protozoa,yang dapat terjadi secara akut dan kronis.

(Harsono., 2003).

Cairan otak dihasilkan di dalam pleksus choroid ventrikel bergerak / mengalir

melalui sub arachnoid dalam sistem ventrikuler dan seluruh otak dan sumsum tulang

belakang, direabsorbsi melalui villi arachnoid yang berstruktur seperti jari-jari di dalam

lapisan subarachnoid. Organisme (virus / bakteri) yang dapat menyebabkan meningitis,

memasuki cairan otak melaui aliran darah di dalam pembuluh darah otak. Cairan hidung

(sekret hidung) atau sekret telinga yang disebabkan oleh fraktur tulang tengkorak dapat

menyebabkan meningitis karena hubungan langsung antara cairan otak dengan lingkungan

(dunia luar), mikroorganisme yang masuk dapat berjalan ke cairan otak melalui ruangan

subarachnoid. Adanya mikroorganisme yang patologis merupakan penyebab peradangan

pada piamater, arachnoid, cairan otak dan ventrikel. (2)

Penyebab Penyakit Meningitis

Meningitis yang disebabkan oleh virus dapat ditularkan melalui batuk, bersin,

ciuman,berbagai makanan atau sendok, pemakaian sikat gigi bersama dan merokok

bergantian dalam satu batangnya, selain itu meningitis bisa disebabkan oleh virus

umumnya tidak berbahaya, akan pulih tanpa pengobatan dan perawatan yang spesifik. (3)

SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Nganjuk 3

Page 4: Tugas Referat Meningitis Neonatus

Meningitis yang disebabkan oleh bakteri bisa mengakibatkan kondisi serius,

misalnya kerusakan otak, hilangnya pendengaran, kurangnya kemampuan belajar, bahkan

bisa menyebabkan kematian. Sedangkan Meningitis disebabkan oleh jamur sangat jarang,

jenis ini umumnya diderita orang yang mengalami kerusakan immun (daya tahan tubuh)

seperti pada penderita AIDS.

Bakteri yang dapat mengakibatkan serangan meningitis pada Neonatus diantaranya (3) :

1. Streptococcus pneumoniae (pneumococcus).

Bakteri ini yang paling umum menyebabkan meningitis pada bayi ataupun anak-anak.

Jenis bakteri ini juga yang bisa menyebabkan infeksi pneumonia, telinga dan rongga

hidung (sinus).

2. Haemophilus influenzae (haemophilus).

Haemophilus influenzae type b (Hib) adalah jenis bakteri yang juga dapat

menyebabkan meningitis. Jenis bakeri ini sebagai penyebabnya infeksi pernafasan

bagian atas, telinga bagian dalam dan sinusitis. Pemberian vaksin (Hib vaccine) telah

membuktikan terjadinya angka penurunan pada kasus meningitis yang disebabkan

bakteri jenis ini.

SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Nganjuk 4

Page 5: Tugas Referat Meningitis Neonatus

2.3 Epidemiologi

Meningitis – world map – WHO 2002

English: Age-standardised disability-adjusted life year (DALY) rates from Meningitis by country (per 100,000 inhabitants).

    no data    fewer than 10    10-25    25-50    50-75    75-100

Insiden meningitis neonatus sulit untuk ditentukan secara akurat karena

keterbatasan pengujian. Namun, sebuah penelitian terbaru tentang infeksi neonatal di Asia

(berdasarkan kumpulan data dari China, Hong Kong, India, Iran, Kuwait, dan

Thailand), kejadian meningitis neonatus dari 0,48 per 1000 kelahiran hidup di HongKong

dan 2,4 per 1000 kelahiran hidup di Kuwait (Tiskumara R, Fakharee SH, Liu C-Q,

Nuntnarumit P, Lui K-M, Hammoud M, et al. Neonatal infections in Asia. Arch Dis Child

Fetal Neonatal Ed. March 2009;94:F144-8) . Survey terbaru yang tampak pada infeksi

neonatus di Afrika dan Asia Selatan menemukan

kejadian meningitis neonatus berkisar 0,8-6,1 per 1000  kelahiran hidup.(4)

SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Nganjuk 5

    100-200    200-300    300-400    400-500    500-1000    1000-1500    more than 1500

Page 6: Tugas Referat Meningitis Neonatus

Jumlah ini dirasakan mengingat masih sangat kurang dibandingkan kejadian yang

sebenarnya, mengingat kurangnya akses ke fasilitas perawatan kesehatan di negara-negara

berkembang.

2.4 Etiologi

Meningitis disebabkan oleh berbagai macam organisme, tetapi kebanyakan pasien

dengan meningitis mempunyai faktor predisposisi seperti fraktur tulang tengkorak, infeksi,

operasi otak atau sum-sum tulang belakang (erathenurse, 2007). (2)

Penyebab infeksi ini dapat diklasifikasikan atas : Pneumococcus, Meningococcus,

Hemophilusinfluenza, Staphylococcus, E.coli, Salmonella. (Japardi, Iskandar., 2002).

Penyebab meningitis terbagi atas beberapa golongan umur :

1. Neonatus : Eserichia coli, Streptococcus beta hemolitikus, Listeria monositogenes

2. Anak di bawah 4 tahun : Hemofilus influenza, meningococcus, Pneumococcus.

3. Anak di atas 4 tahun dan orang dewasa : Meningococcus, Pneumococcus.

(Japardi,Iskandar., 2002).

2.5 Patofisiologi Meningitis pada Neonatus

Meningitis bakteri diketahui lebih banyak pada neonatus daripada kelompok usia

lainnya (5). Meskipun kemajuan dalam pengobatan antimikroba, neonatal meningitis tetap

menjadi momok dengan tinggi kematian dan gejala kejang yang permanen.

Bakteri mencapai ruang subarachnoid dengan rute hematogen dan langsung

mencapai meninges pada bayi dengan fokus infeksinya.

Setelah patogen masuk ke ruang subarachnoid, inflamasi yang timbul dipicu oleh

asam lipoteichoic dan dinding sel bakteri diproduksi sebagai akibat dari lisis bakteri.

respon ini diperantarai oleh rangsangan sel-sel makrofag yang memproduksi sitokin dan

mediator inflamasi lainnya. Hasil dari aktivasi ini kemudian memulai beberapa proses yang

pada akhirnya menyebabkan kerusakan di ruang subaraknoid, yang berpuncak pada cedera

saraf dan apoptosis.

SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Nganjuk 6

Page 7: Tugas Referat Meningitis Neonatus

Interleukin 1 (IL-1), tumor necrosis factor-alpha (TNF-α), dan peningkatan

produksi nitrat oksida memainkan peran penting dalam memicu respon inflamasi dan

kerusakan neurologis berikutnya. Infeksi dan respon inflamasi mempengaruhi penetrasi ke

pembuluh kortikal, mengakibatkan pembengkakan dan proliferasi sel endotel arteriol.

Proses ini dapat melibatkan pembuluh darah, menyebabkan trombus mural dan obstruksi

aliran. Hasilnya adalah peningkatan natrium intraseluler dan air intraseluler.

Berkembangnya edema otak lebih jauh, yang dapat mengakibatkan peningkatan

tekanan intrakranial dan herniasi uncal. Peningkatan sekresi hormon antidiuretik yang

mengakibatkan sindrom sekresi hormon antidiuretik yang tidak tepat (SIADH) terjadi pada

kebanyakan pasien dengan meningitis dan menyebabkan retensi lebih lanjut. Faktor-faktor

ini berkontribusi pada pengembangan kejang fokal atau umum.

Edema serebral dapat menyebabkan terjadinya midline shift dengan adanya

penekanan pada tentorial dan foramen magnum. Pergeseran ini akan menimbulkan herniasi

gyri parahippocampus dan cerebellum. Secara klinis keadaan ini ditunjukkan oleh adanya

penurunan kesadaran dan reflek postural, palsy nervus kranial III dan VI. Jika tidak diobati

maka terjadi dekortikasi dan deserebrasi yang secara pesat berkembang menjadi henti

napas atau henti jantung. (1)

2.6 Patogenesis Meningitis pada Neonatus

Bakteri dari saluran genitalia ibu masuk setelah ketuban pecah. Bakteri tertentu,

seperti Grup B Streptococci (GBS), enterik gram negatif , dan Listeria monocytogenes,

dapat mencapai janin dan menyebabkan infeksi. Selain itu, bayi yang baru lahir juga dapat

memperoleh patogen bakteri dari lingkungan sekitar, dan beberapa faktor yang terinfeksi

dapat memfasilitasi kecenderungan untuk sepsis dan meningitis bakteri. Bakteri mencapai

selaput otak melalui aliran darah dan menyebabkan peradangan. Setelah mencapai SSP,

bakteri menyebar dari sinus longitudinal dan lateral meninges, pleksus koroid, dan

ventrikel.

IL-1 dan TNF-α juga memediasi reaksi inflamasi lokal dengan menginduksi

aktivitas fosfolipase A2, memulai produksi platelet melewati jalur asam arachidonic.

Proses ini menghasilkan produksi prostaglandin, thromboxanes, dan leukotrien. Dengan

mengaktifkan reseptor adhesi pada sel endotel, hasil sitokin ini terjadi dari reaksi leukosit,

SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Nganjuk 7

Page 8: Tugas Referat Meningitis Neonatus

dan kemudian melepaskan enzim proteolitik dari leukosit dan menembus membran otak

sehingga terjadi edema otak, dan kerusakan jaringan. (1)

Peradangan pada selaput otak dan ventrikel menghasilkan respon

polimorfonuklear, peningkatan cairan cerebrospinal (CSF) yang berisi protein, dan

pemanfaatan glukosa dalam CSF. Perubahan inflamasi dan kerusakan jaringan dalam

bentuk empiema dan abses yang lebih jelas dalam gram negatif meningitis. Eksudat

inflamasi yang tebal menyebabkan penyumbatan pada saluran CSF Sylvius dan lainnya,

jika hasil dari saluran tersumbat dan terjadi hidrocephalus.

2.7 Manifestasi Klinis Menigitis pada Neonatus

Sukar untuk diketahui - manifestasinya tidak jelas dan tidak spesifik, seperti (6):

Menolak untuk makan

Kemampuan menelan buruk

Muntah dan kadang-kadang ada diare

Tonus otot lemah, pergerakan melemah dan kekuatan menangis melemah

Hypothermia/demam, joundice, iritabel, mengantuk, kejang-kejang, RR yang tidak

teratur/apnoe, sianosis dan kehilangan BB.

Ketegangan , fontanel menonjol mungkin ada atau tidak

Leher fleksibel

Kolaps kardiovaskuler, kejang-kejang dan apnue terjadi bila tidak diobati/ditangani

2.8 Pemeriksaan Penunjang

Diagnosis pasti dibuat dengan pemeriksaan CSF melalui Lumbal Puncture (LP),

yang harus dilakukan dalam setiap neonatus yang dicurigai sepsis atau meningitis. Namun,

LP bisa sulit untuk dilakukan pada neonatus karena ada beberapa risiko hipoksia. Kondisi

klinis yang buruk (misalnya, gangguan, pernapasan syok, trombositopenia) membuat LP

berisiko. 

Metode pemeriksaan CSF melaluli LP ini harus diulang 24 sampai 48 jam jika

respon klinis masih belum diketahui dan pada 72 jam ketika organisme gram - negatif yang

terlibat (untuk memastikan sterilisasi). Mengulangi analisis CSF membantu panduan dari

terapi dan memprediksi prognosis. Beberapa ahli percaya bahwa LP berulang setiap 24 jam

pada neonatus memiliki nilai prognostik. (7)

SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Nganjuk 8

Page 9: Tugas Referat Meningitis Neonatus

Konsentrasi glukosa dalam CSF biasanya di atas 40% bahwa dalam darah. Dalam

meningitis bakteri itu biasanya lebih rendah, tingkat glukosa CSF karena dibagi dengan

glukosa darah (glukosa CSF rasio glukosa serum). Rasio ≤ 0,4 adalah indikasi meningitis

bakteri; pada bayi baru lahir, tingkat glukosa dalam CSF biasanya lebih tinggi, dan rasio di

bawah 0,6 (60%) karena itu dianggap normal. Tingginya kadar laktat dalam CSF

mengindikasikan kemungkinan lebih tinggi meningitis bakteri, seperti halnya jumlah sel

darah putih yang lebih tinggi. (8)

Pada cairan serebrospinalis ditemukan (9) :

Tekanan cairan otak meningkat >180 mm H2O.

Cairan otak berwarna keruh sampai purulen bergantung pada jumlah selnya.

Jumlah sel leukosit 200 – 10.000 dan 95% terdiri dari sel PMN.

Setelah pengobatan dengan antibiotic perbandingannya jumlah sel MN terhadap

PMN meningkat.

2.9 Diagnosa Banding

Diagnosa Banding pada Meningitis bakteri (9) :

1. Meningitis tuberkulosa.

2. Meningitis karena virus.

3. Meningitis karena jamur.

4. Perdarahan subaraknoidal.

5. Abses otak.

6. Meningismus.

2.10 Penatalaksanaan

*Terapi antimikroba untuk neonatus

Antimikroba diberikan segera setelah akses vena dibuat. Secara konservatif terapi

antimikroba yang diberikan terdiri dari kombinasi ampicillin dan aminoglikosida.

Ampicillin memberikan jangkauan yang baik terhadap kokus gram positif termasuk

Streptococcus grup B, Enterococcus, Listeria monocytogenes, beberapa strain Escherichia

coli, HIB dan dapat mencapai kadar adekuat dalam LCS.

SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Nganjuk 9

Page 10: Tugas Referat Meningitis Neonatus

Aminoglikosida seperti gentamycin, amikacin, tobramycin baik dalam melawan

basil gram negatif termasuk Pseudomonas aeruginosa, Serratia marcescens. Tetapi

aminoglikosida memiliki kadar rendah dalam LCS atau cairan ventrikel bahkan pada saat

meningen sedang mengalami peradangan. Beberapa cephalosporin generasi III dapat

mencapai LCS dengan kadar tinggi dan berfungsi secara efektif melawan infeksi gram

negatif. Pada suatu percobaan didapatkan hasil bahwa ceftriaxone berkompetisi dengan

bilirubin dalam mengikat albumin. Ceftriaxone dalam kadar terapeutik mengurangi

konsentrasi cadangan albumin pada serum neonatus sebanyak 39% sehingga ceftriaxone

dapat meningkatkan resiko bilirubin encephalopathy khususnya pada neonatus beresiko

tinggi. Penelitian lain menyimpulkan bahwa tak satu pun cephalosporin memiliki aktivitas

baik melawan L. monocytogenes dan Enterococcus sehingga obat ini tidak pernah

digunakan sebagai obat tunggal untuk terapi inisial. Disarankan kombinasi ampicillin

dengan cephalosporin generasi III. (10)

Jika patogen sensitif terhadap ampicillin dengan MIC (minimum inhibition

concentration) yang sangat rendah maka ampicillin dapat dilanjutkan sebagai obat tunggal.

Cefotaxime dan ceftriaxone memberikan aktivitas yang baik melawan kebanyakan S.

pneumoniae yang resisten terhadap penicillin. Kombinasi Vancomycin dan cefotaxime

dianjurkan untuk penderita S. pneumoniae meningitis sebelum uji sensitivitas antimikroba

dilakukan.

Di antara aminoglikosida, gentamycin dan tobramycin digunakan secara luas

disertai kombinasi dengan ampicillin. Pemberian gentamycin secara intrathecal dianggap

tidak memberikan keuntungan tambahan. Aminoglikosida jika digunakan bersama

ampicillin atau penicillin juga memiliki efek sinergis melawan Streptococcus grup B dan

Enterococcus.Tidak jarang didapatkan laporan rekurensi setelah terapi adekuat dengan

penicillin atau ampicillin terhadap kedua patogen tersebut karena adanya resistensi. (10)

Infeksi yang melibatkan Staphylococcus aureus, Pseudomonas aeruginosa

memerlukan antimikroba lain seperti oxacillin, methicillin, vancomycin atau kombinasi

ceftazidime dan aminoglikosida.

Etiologi dan gejala klinik menentukan durasi terapi, biasanya terapi selama 10-21

hari adekuat untuk infeksi Streptococcus grup B. Terapi memerlukan waktu lama untuk

SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Nganjuk 10

Page 11: Tugas Referat Meningitis Neonatus

mensterilkan LCS dari basil gram negatif yaitu sekitar 3-4 minggu. Pemeriksaan LCS

selama terapi mungkin diperlukan untuk memastikan LCS steril . Pemeriksaan ulang

terhadap LCS berguna dalam 48-72 jam setelah terapi inisial untuk memantau respon

terhadap terapi, khususnya meningitis oleh basil gram negatif. (10)

Antibiotics

(dosage in

mg/kg/day)

Route

Of Administration

Body

weight

<2000>

Body

Weight

<2000>

Body

Weight

>2000 g

Body

Weight

>2000 g

Age 0-7

days

Age > 7

days

Age 0-7

days

Age > 7

days

Penicillins

Ampicillin IV,IM 100 div

q12h

150 div

q8h

150 div

q8h

300 div

q6h

Penicillin-

G

IV 100,000

U

div q12h

150,000 U

div q8h

150,000

U

div q8h

250,000 U

div q6h

Oxacillin IV,IM 100 div

q12h

150 div

q8h

150 div

q8h

200 div

q6h

Ticarcillin IV,IM 150 div

q12h

225 div

q8h

225 div

q8h

300 div

q6h

Cephalosporins

Cefotaxime IV,IM 100 div

q12h

150 div

q8h

100 div

q12h

150 div

q8h

Ceftriaxone IV,IM 50 once 75 once 50 once 75 once

SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Nganjuk 11

Page 12: Tugas Referat Meningitis Neonatus

daily daily daily daily

Ceftazidime IV,IM 100 div

q12h

150 div

q8h

100 div

q8h

150 div

q8h

Tabel 2. Dosis antibiotik untuk meningitis bakterial pada neonatus berdasarkan

berat badan dan usia

Antibiotics Route of

Administration

Desired

Serum

Levels

(mcg/ml)

New

born

Age

≤26 weeks

(mg/kg/

dose)

New

born

Age

27-34 weeks

(mg/kg/

dose)

New

born

Age

35-42 weeks

(mg/kg/

dose)

New

born

Age

≥43 weeks

(mg/kg/

dose)Aminoglycosides

Amikacin IV,IM 20-30

(peak)

<10

(trough)

7.5 q24h

7.5 q18h 10 q12h 10 q8h

Gentamycin IV,IM 5-10

(peak)

<2,5

(trough)

2.5

q24h

2.5 q18h 2.5 q12h 2.5 q8h

Tobramycin IV,IM 5-10

(peak)

<2,5

(trough)

2.5 q24h

2.5 q12h 2.5 q12h 2.5 q8h

SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Nganjuk 12

Page 13: Tugas Referat Meningitis Neonatus

Glycopeptide

Vancomycin

IV,IM 20-40

(peak)

<10

(trough)

15 q24h 15 q18h 15 q12h 15 q8h

Tabel 3. Dosis antibiotik untuk meningitis bakterial pada neonatus yang diberikan

berdasarkan usia

*Pemberian dexamethasone

Pada berbagai uji klinik double blind, efek menguntungkan dari dexamethasone

ditunjukkan pada bayi dan anak dengan meningitis HIB saat diberi dexamethasone (0,15

mg/kg) 15-20 menit sebelum dosis inisial antibiotik. Dexamethasone dilanjutkan setiap 6

jam selama 4 hari. Dalam 24 jam, kondisi klinis dan prognosis rata-rata cukup bermakna.

Pemantauan yang dilakukan sepanjang terapi menunjukkan penurunan insidensi sekuelae

neurologis dan audiologis yang bermakna. Data-data yang berhubungan dengan kegunaan

dexamethasone untuk mengobati S. pneumoniae meningitis kurang meyakinkan. Selain

mengurangi reaksi inflamasi, pemberian dexamethasone dapat menurunkan penetrasi

antibiotik ke SSP. (10)

*Pemantauan tekanan intra kranial dan tanda-tanda herniasi

Peningkatan tekanan intrakranial meningkatkan mortalitas dan sekuelae secara

signifikan. Gejala awal dari peningkatan tekanan intrakranial tidak spesifik di antaranya

vomitus, stupor, bulging fontanelle, palsy nervus VI. Jika tekanan intrakranial tidak

terkendali penderita dapat mengalami herniasi otak. Keadaan ini ditandai oleh pupil

midriasis dan anisokor, gangguan pergerakan okuler, bradikardia, hipertensi, apnea,

dekortikasi atau deserebrasi.

Pemberian manitol; suatu diuretik osmotik; dapat meningkatkan secara transien

osmolalitas ruang intravaskular, menyebabkan perpindahan cairan dari jaringan otak ke

SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Nganjuk 13

Page 14: Tugas Referat Meningitis Neonatus

dalam ruang intravaskular. Manitol (0,25-1 g/kg IV) biasa diberikan selama 20-30 menit

dan pemberiannya dapat diulang bila diperlukan.

Dexamethasone sudah sering digunakan untuk mengurangi tekanan intrakranial

tetapi data terbaru tidak mendukung efikasi dari dexamethasone tersebut. Acetazolamid

dan furosemid juga sering digunakan untuk mengurangi TTIK tetapi efikasinya pada

penderita meningitis belum dapat ditunjukkan pada controlled trials.

*Antikonvulsi

Bangkitan kejang sering dialami pada kurang lebih 30% penderita. Jalan napas

yang adekuat dan oksigenasi juga dibutuhkan selama terjadinya kejang. Pemberian

antikonvulsi secara intravena. Phenobarbital natrium dengan dosis 20 mg/kg IV dengan

kecepatan 1 mg/kg/menit cukup efektif dalam mengendalikan kejang. Efek antikonvulsi

sering memanjang dan karena kadar adekuat dalam SSP dicapai dalam waktu 15-60 menit

maka pemulihan kejang berlangsung secara gradual. Phenytoin (Dilantin) 15-20 mg/kg IV

dengan kecepatan rata-rata 1 mg/kg/menit juga dapat digunakan untuk kejang. (10)

Jika obat-obat tersebut di atas tidak efektif, dapat diberikan diazepam (Valium)

diberikan secara bolus intravena dengan dosis 0,2-0,3 mg/kg dan tidak melebihi 10 mg.

Efek antikonvulsi berlangsung singkat, sehingga perlu ditambahkan phenytoin 5

mg/kg/hari IV tiap 12 jam untuk mencegah timbulnya bangkitan kejang selanjutnya.

Lorazepam (Ativan) yaitu suatu benzodiazepin kerja lama juga aman untuk diberikan

dengan dosis 0,05 mg/kg tiap 4-6 jam. Pemberian antikonvulsi harus hati-hati karena obat

tersebut dapat menyebabkan henti napas atau jantung. Selain itu, efek aritmia jantung dapat

disebabkan oleh phenytoin. Phenobarbital dan phenytoin dapat merangsang enzim

mikrosomal hati sehingga dapat meningkatkan metabolisme beberapa obat termasuk

chloramphenicol. Jika penderita tetap kejang atau menunjukkan gejala yang mengarah

pada kelainan intrakranial perlu dilakukan pemeriksaan neuro-imaging. (10)

2.11 Pencegahan Meningitis pada Neonatus

Pemberian Imunisasi vaksin (vaccine) Meningitis merupakan tindakan yang tepat

terutama didaerah yang diketahui rentan terkena wabah meningitis, adapun vaksin yang

telah dikenal sebagai pencegahan terhadap meningitis diantaranya adalah (11) :

SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Nganjuk 14

Page 15: Tugas Referat Meningitis Neonatus

1. Haemophilus influenzae type b (Hib)

Hib conjugate vaksin, diberikan dengan suntikan intramuskular, sangat efektif dan

memiliki efek samping hampir tidak ada. Tiga dosis biasanya diberikan pada masa

bayi, dimulai pada sekitar usia enam minggu. (13)

2. Pneumococcal conjugate vaccine (PCV7)

2.12 Prognosis

Prognosis tergantung dari organisme penyebabnya dan tingkat keparahan

penyakit. Dalam kebanyakan kasus, kesembuhan sesuai dengan pengobatan yang tepat.

Dalam beberapa kasus, Sekitar 30% dari bayi dengan meningitis pneumokokus memiliki

masalah sisa yang berat termasuk demensia, kejang, gangguan pendengaran, dan kesulitan

berjalan. Sekitar 20% memiliki masalah ringan, seperti pusing, gangguan ingatan, dan sakit

kepala. (12)

2.13 Kesimpulan

Meningitis merupakan suatu penyakit yang mengancam jiwa dan memberikan

sekuelae yang pada penderita.

Pemberian terapi antimikroba merupakan hal penting dalam pengobatan meningitis

bakterial di samping terapi suportif dan simptomatik.

Pencegahan meningitis dapat dilakukan dengan imunisasi.

SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Nganjuk 15

Page 16: Tugas Referat Meningitis Neonatus

DAFTAR PUSTAKA

1. Pediatric Bacterial Meningitis Author: Martha L Muller, MD; Chief Editor: Russell W

Steele, MD

http://emedicine.medscape.com/article/961497-overview#showall

2. repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23705/2/Reference.pdf

3. http://k1mconsulting.com/2010/11/11/meningitis-bakterial-menyebabkan-50-

penderitanya-meninggal-sisanya-lumpuh-tuli-dan-epilepsi/

4. Thaver D, Zaidi AK. Burden of neonatal infections in developing countries: a review of

evidence from community-based studies. Pediatr Infect Dis J. Jan 2009;28(1 Suppl):S3-

9

5. Gotoff SP. Infection of the neonatal infant. In: Behrman RE, Kliegman RM, Arvin AM,

editors. Nelson’s Textbook of Pediatrics. 15th ed. Philadelphia (USA): WB Saunders

Co 1996: 514-540

6. Dr. Mohd Syis Zulkipli

http://refmedika.blogspot.com/2009/02/meningitis-bakteri.html

7. http://www.merckmanuals.com/professional/pediatrics/infections_in_neonates/

neonatal_bacterial_meningitis.html

8. http://www.news-medical.net/health/Meningitis-Diagnosis-(Indonesian).aspx

9. Harsono. Kapita Selekta Neurologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press; 2007.

p. 169-76

10. SMF Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Bandung 2006

referensi kedokteran .blogspot.com/2010/07/ meningitis -bakterial.html

11. http://www.infopenyakit.com/2007/12/penyakit-meningitis.html

12. http://www.mdguidelines.com/meningitis-bacterial/prognosis

13. http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs294/en/index.html

SMF Ilmu Kesehatan Anak RSUD Nganjuk 16